PENGETAHUAN SISWA-SISWI TENTANG BAHAYA BAHAN TAMBAHAN PANGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 PARONGPONG Septri Ignatia Sinaga Fakultas Keperawatan Universitas Advent Indonesia Abstract Beverage snacks is one of the products with the flavor of sweet, interesting shapes and striking colors are usually found. In the manufacturing process, manufacturers often use food additives (BT ) as artificial or synthetic sweeteners, preservatives and synthetic dyes are banned for use in food and declared as hazardous according to Ministry of Health regulations as it may cause damage to liver, kidney, spleen and reduced concentration. The purpose of this study is to obtain knowledge of the students about the dangers of BTP synthesis before and after counseling at SMPN1 Parongpong West Java West Bandung regency. The sample of this study 73 students were selected by accidental sampling. The research instrument consisted of 15 multiple-choice questions that are formulated according to the theory of Amina and Hima (2009), Cahyadi (2009), Taufiq (2008) , Handy (2009) . The results showed that the knowledge of the students about the dangers of BTP synthesis before the extension is low, after the extension of knowledge the students, including very high. There is a significant difference between the knowledge of the students about the dangers of BTP synthesis before and after counseling. Suggestions results of this study are expected to be useful as an input and consideration for UKS that urges students to consume healthy foods and clean. Suggestions for areas of research is expected that the results of this study can be used as a baseline to be developed in future studies, the relationship of knowledge synthesis dangers of food additives to the diet. Keyword: food additives, feed ingredients banned by health minister Abstrak Minuman jajanan merupakan salah satu produk dengan rasa manis, bentuk yang menarik dan warna mencolok yang biasa dijumpai. Dalam proses pembuatannya, produsen seringkali menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) buatan atau sintetik seperti pemanis, pengawet dan pewarna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam makanan dan dinyatakan sebagai bahan berbahaya menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI karena dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, limfa dan konsentrasi berkurang. 1
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya BTP sintesis sebelum dan sesudah penyuluhan di SMPN 1 Parongpong Propinsi Jawa Barat Kabupaten Bandung Barat. Sampel dari penelitian ini 73 siswa-siswi yang dipilih secara accidental sampling. Instrumen penelitian ini terdiri dari 15 pertanyaan pilihan berganda yang diformulasikan menurut teori Aminah dan Himawan (2009), Cahyadi (2009), Taufiq (2008), Handayani (2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya BTP sintesis sebelum penyuluhan termasuk rendah, sesudah penyuluhan pengetahuan siswa-siswi termasuk sangat tinggi. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya BTP sintesis sebelum dan sesudah penyuluhan. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi UKS agar menghimbau siswa-siswi agar mengkonsumsi makanan yang sehat dan bersih. Saran untuk bidang penelitian Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya, mengenai hubungan pengetahuan bahaya bahan tambahan pangan sintesis dengan pola makan. Kata kunci: Bahan tambahan pangan, bahan makan yang dilarang oleh menteri kesehatan, pengetahuan Latar Belakang Berdasarkan keterangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam Suter (2006), penyalahgunaan formalin untuk pengawet mie basah, tahu, dan ikan dari 761 sampel, dari 213 sampel mie basah yang mengandung formalin 64,32%. Tahu 33,45% (290 sampel), ikan 6.36% (256 sampel). Sejumlah sampel tersebut diambil dari beberapa daerah di Indonesia yaitu Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram dan Makasar. Di Amerika Serikat pernah dilaporkan kasus keracunan akibat penggunaan zat pewarna FD dan C Orange No. 1 dan FD % C Rad No. 32 pada kembang gula dan popcorn dengan dosis yang terlalu tinggi. Akibat yang ditimbulkan adalah diare pada anak-anak Menurut lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen (LP2K), penggunaan zat pewarna pada makanan secara tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan kemunduran kerja otak, sehingga anak-anak jadi malas, sering pusing dan menurunnya konsentrasi belajar (Cahyadi 2009). Tujuan
2
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai perbedaan pengetahuan siswa-siswi sebelum dan sesudah penyuluahan tentang bahaya bahan tambahan pangan sintesis. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1. Menentukan tingkat pengetahuan siswa-siswi sebelum penyuluhan tentang bahaya bahan tambahan pangan sintesis. 2. Menentukan tingkat pengetahuan siswa-siswi sesudah penyuluhan tentang bahaya bahan tambahan pangan sintesis. 3. Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya bahan tambahan pangan sintesis sebelum dan sesudah penyuluhan. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Siswa-siswi untuk menambah pengetahuan 2. Unit kesehatan sekolah, agar lebih selektif dalam memlih makanan untuk siswa-siswi di kantin sekolah. 3. Bidang penelitian, diharapkan metode penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya Tinjauan Pustaka Methanyl yellow merupakan salah satu pewarna azo yang dilarang digunakan dalam panagan. Namun banyak konsumen menggunakannya unruk produk makanan sebagai pewarna kuning. Senyawa ini bersifat iritan sehingga jika tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Senyawa ini dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah dan hipotensi. Methanyl yellow sering digunakan untuk mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, cendol, biskuit, sosis, saos cabai atau tomat, manisan buah dan sebagainya (Handayani 2009). Menurut Cahyadi (2009) efek negatif pada boraks apabila terdapat pada makanan akan terjadi dalam jangka waktu lama walaupun hanya sedikit seperti berikut: 1. Jika tertelan dapat menimbulkan kerusakan pada usus, otak atau ginjal. 2. Kalau digunakan berulang-ulang serta komulatif akan tertimbun dalam otak, hati dan jaringan lemak. 3. Asam boraks ini akan menyerang sistem saraf pusat dan menimbulkan gejala kerusakan seperti rasa mual, muntah, diaer, kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah, kejang-kejang akibatnya koma, bahkan kematian. Notoadmodjo (2007:13) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari manusia yang menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan pada 3
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman dari orang lain. Bloom (1950) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007:140,141) menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), dan evaluasi (evaluation). Pada penelitian ini hanya dibahas sampai level memahami. Laksman (2003:283) menjelaskan bahwa penyuluhan adalah usaha yang direncanakan untuk memberikan informasi yang berhubungan dengan suatu materi tertentu untuk meningkatkan pengetahuan. Notoadmodjo (2003:11) menjelaskan bahwa penyuluhan berperan penting dalam perubahan prilaku masyarakat yang kondusif. Ini berarti penyuluhan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara mempertahankan dan mencegah hal-hal yang merugikan. Metodelogi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praeksperimen yang mengenai pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya bahan tambahan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan. Menurut Nursalam (2008:85) menyebutkan bahwa metode pre eksperimen one group pre-post test design yang digunakan untuk melihat pengaruh ada tidaknya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kepada siswa-siswi SMPN 1 Parongpong. prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis memohon secara tertulis kepada dekan fakultas keperawatan untuk meminta ijin kepada kepala sekolah SMPN 1 Parongpong. Dalam surat tersebut dijelaskan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian, serta perlindungan terhadap kerahasiaan subjek penelitian. Setelah ijin diberikan baru data dikumpulkan. 2. Hasil test yang telah diisi oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. 3. Responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan. Proses Pengumpulan Data. Sesuai kesepakatan bersama antara peneliti dengan siswa-siswi, penyuluhan dan pengumpulan data dilakukan pada 28 November 2013. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah: 1. Pembukaan (5 menit). Peneliti mengucapkan salam dan doa pembuka. Peneliti menjelaskan tujuan dan kegunaan penelitian, serta etika pengumpulan data. Peneliti memberikan garis besar kegiatan 4
yang dilaksanakan dan memberikan waktu kepada responden untuk mengajukan pertanyaan. 2. Pre-test (20 menit). Peneliti membagikan test sebelum penyuluhan dan menjelaskan cara pengisian test. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk mengisi test dan mengajukan pertanyaan. 3. Penyuluhan (50 menit). Peneliti memberikan penyuluhan tentang pengawet, pemanis dan pewarna makanan dan memberikan waktu kepada responden untuk mengajukan pertanyaan. 4. Post-test (20 menit). Peneliti membagikan tes setelah penyuluhan dan memberikan waktu kepada responden untuk mengisi test. Peneliti memberikan waktu kepada responden mengajukan pertanyaan. 5. Penutup (5 menit). Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas partisipasinya dan mengucapkan salam penutup. Untuk menjawab identifikasi masalah pertama maka dihitung skor masing-masing responden, untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0 kemudian skor jumlah seluruh responden dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah skor tertinggi kemudian dikali seratus persen lalu diinterprestasikan dengan skala pengetahuan Skala Pengetahuan Persentase 0-60% 61-80% 81-100
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Interpretasi Pengetahuan rendah Pengetahuan sedang Pengetahuan tinggi
Skor Responden Sebelum Penyuluhan Respoden Skor Skor tertinggi 1 3 15 2 4 15 3 3 15 4 3 15 5 3 15 6 4 15 7 3 15 8 5 15 9 3 15 10 9 15 11 3 15 12 9 15 13 9 15 14 3 15 15 4 15 5
Respoden
Skor
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
5 5 5 5 4 3 4 3 4 2 2 4 4 5 5
Skor tertinggi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Respoden
Skor
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
5 4 6 4 4 3 3 4 6 6 5 5 5 3 3 3 2 5 4 3 3 3
Skor tertinggi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Respoden
Skor
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 Total
4 5 3 6 9 5 4 2 3 4 5 4 3 3 4 3 5 3 3 3 5 300
Skor tertinggi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 1095
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa-siswi tentang kelas delapan tentang bahaya BTP sintesis memiliki nilai persentase 27,39%. Menurut skala persentase, nilai tersebut termasuk kategori rendah. Untuk menjawab identifikasi masalah kedua maka dilakukan prosedur seperti menjawab identifikasi masalah pertama. Skor Responden Sesudah Penyuluhan Respoden Skor Skor tertinggi 1 12 15 2 13 15 3 12 15 4 12 15 5 12 15 6 14 15 7 13 15 8 15 15 9 13 15 10 12 15 11 10 15 12 11 15
6
Respoden
Skor
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
15 13 14 13 13 13 13 12 14 13 12 10
Skor tertinggi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Respoden
Skor
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
14 14 13 15 13 13 14 13 14 14 14 13 12 12 12 12 11 14 13 14 15 15 13 10 14
Skor tertinggi 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
P=
=
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 Total
14 14 15 13 13 12 12 10 13 11 14 12 14 13 15 13 13 13 14 14 12 13 12 11 942
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 1095
x 100%
x 100% = 86,27%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai persentase pengetahuan siswa-siswi kelas delapan tentang bahaya BTP sintesis sesudah penyuluhan adalah 86,27%. Menurut sekala pengetahuan yang diuraikan nilai tersebut termasuk pada kategori sangat tinggi. Hasil Pengolahan Data Uji Hipotesa Skor Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan No Sebelum Sesudah Selisih 2 4 (D) 3 3 1 3 12 -9 4 3 7
13 12 12
-9 -9 -9
No
Sebelum Sesudah
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
3 4 3 5 3 9 3 9 9 3 4 5 5 5 5 4 3 4 3 4 2 2 4 4 5 5 5 4 6 4 4 3 3 4 6
12 14 13 15 13 12 10 11 15 13 14 13 13 13 13 12 14 13 12 10 14 14 13 15 13 13 14 13 14 14 14 13 12 12 12
P=
Selisih (D) -9 -10 -10 -10 -10 -3 -7 -2 -6 -10 -10 -8 -8 -8 -8 -8 -11 -9 -9 -6 -12 -12 -9 -11 -8 -8 -9 -9 -8 -10 -10 -10 -9 -8 -6
40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 total
x 100%
(
√
)
= -1,029
8
6 5 5 5 3 3 3 2 5 4 3 3 3 4 5 3 6 9 5 4 2 3 4 5 4 3 3 4 3 5 3 3 3 5 300
12 11 14 13 14 15 15 13 10 14 14 14 15 13 13 12 12 10 13 11 14 12 14 13 15 13 13 13 14 14 12 13 12 11 942
-6 -6 -9 -8 -11 -12 -12 -11 -5 -10 -11 -11 -12 -9 -8 -9 -6 -1 -8 -7 -12 -9 -10 -8 -11 -10 -10 -9 -11 -9 -9 -10 -9 -6 -642
Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah: 1. Pengetahuan siswa-siswi kelas delapan tentang bahaya BTP sintesis sebelum penyuluhan, termasuk rendah. 2. Pengetahuan siswa-siswi kelas delapan tentang bahaya BTP sintesis sesudah penyuluhan, termasuk sangat tinggi. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan siswa-siswi kelas delapan tentang bahaya BTP sintesis, sebelum dan sesudah penyuluhan. Saran 1. UKS Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi UKS agar menghimbau siswa-siswi mengkonsumsi makanan yang sehat dan bersih. 2. Bidang Penelitian Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya, mengenai hubungan pengetahuan bahaya bahan tambahan pangan sintesis dengan pola makan
9
Daftar Pustaka 1. Aminah Mia Siti, Himawan Candra. 2009. Bahan-bahan Berbahaya dalam Kehidupan: Kenali Produk Sebelum Membeli. Bandung: Salamadani. 2. Badan BPOM RI. 2006. Mengenal Formalin dan Bahayanya. Denpasar. Bali Post. 2006. 3. Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara. 4. Handayani, W. 2009. Usaha dan Daya Tarik bagi Konsumen. Jakarta: PT. Grasindo. 5. Laksman, Hendra, Djambaran.
T.Dr.
2007.
Kamus
Kedokteran
Jakarta:
6. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 7. Sugiono. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. 8. Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 9. Suter. 2006. Penyalahgunaan Bahaya Penggunaan Formalin pada Masyarakat Desa Sukosewu Kabupaten Bujonegoro, Malang, Universitas Muhamadiyah Malang. 10. Taufiq, M. 2007. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Jakarta: Graha Mulia.
10