PENGERANGKAAN IDENTITAS VISUAL SAKERAH SEBAGAI REPRESENTASI ETNIS MADURA Sultan Arif Rahmadianto1 dan Alvanov Mansoor2 1
Universitas Ma Chung
2
Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK Pulau Madura dengan sejarah yang panjang memiliki kekhasan dan keunikan budaya yang berbeda dengan budaya lain. Madura merupakan populasi terbesar nomer 3 dari 7 % populasi di Indonesia. Etnis Madura dikenal sebagai etnis yang memiliki karakter dan nilai pekerja keras dan mandiri. Karakter dan nilai budaya Madura ini tercerminkan pada tokoh Sakerah sebagai ikon Madura. Sakerah Merepresentasikan identitas budaya melalui nilai budaya dan kepahlawanannya. Proses pengerangkaan identitas Sakerah dimaksudkan untuk mendapatkan keunikan dan kekhasan karakter Sakerah yang nantinya bisa digunakan sebagai referensi dalam studi budaya Madura dan Sakerah. Proses pengerangkaan tersebut menggunakan matrix system yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis konten Madura dan Sakerah. Artikel ini bertujuan untuk mengembangkan dan memetakan proses pengerangkaan identitas Sakerah melalui studi desain komunikasi visual dan studi budaya. Temuan yang di temukan dalam studi ini adalah Sakerah merupakan seorang yang sangat menjunjung tinggi martabat dan harga diri diatas segalanya yang disimbolkan dalam ikat kepala. Ini merupakan identitas visual dan non visual dari Sakerah dan budaya Madura.
Kata kunci: madura, sakerah, kerangka, matrix system, dan identitas visual.
ABSTRACT Madura Island with long history is reflected in distinctive and unique cultural. It have largest population groups in Indonesia 3rd, forming 7% of the Indonesian population. Madurese known as a hard worker and independent. This characteristics and values cultural Madura reflected in the figures Sakerah is an icon of Madura. Sakerah represents the identity of the Madura that famous with culture value and heroism. The process of construct identity Sakerah are to get unique and distinct characters Sakerah that can be used as a reference in the study content Madura and story of Sakerah. Then proceed with matrix system that can to identification and analysis content Madura and Sakerah This paper develops and depict the creation framework process, representation and cultural aspetcs that influenced the development of identity Sakerah through visual communication design study theoretical and historical review. findings of this study is Sakerah is one person that values the dignity above all else symbolized with a headband. This is one of identity visual and non visual from Sakerah and culture of Madura.
Key word: madura, sakerah, framework, matrix system, and visual identity.
1. Pendahuluan Indonesia dikenal kaya akan keanekaragaman budaya daerahnya. Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan dan keunikan budaya yang membedakannya dengan budaya yang lain. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki budaya khas, unik, stereotipikal dan stigmatik adalah Madura. Identitas budayanya dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jati diri individu maupun komunal etnis Madura (Taufiqurrahman, 2007). Sakerah adalah tokoh jagoan daerah berdarah Madura yang merupakan bentuk representasi rakyat kecil melawan kesewenangwenangan penguasa pada masa kolonial. Sakerah bernama asli Sagiman memiliki ilmu kanuragan dan berprofesi sebagai mandor tebu. Dikenal baik hati dan peduli akan kesejahteraan para pekerjanya sehingga dijuluki Pak Sakerah atau Sakerah. Sakerah dalam bahasa kawi memiliki arti ringan tangan, akrab dan banyak teman (Sunari, 2013). Dalam perkembangannya tokoh Sakerah ini digunakan sebagai tokoh lakon pertujukan kesenian ludruk diberbagai daerah khususnya wilayah Jawa Timur untuk senantiasa mengkomunikasikan identitas dan kearifan lokal budaya Madura. Sakerah menjadi simbol identitas budaya Madura sekaligus jati diri individu maupun komunal lewat karakternya dalam lakon kesenian ludruk.
Gambar 1.1 : Tokoh Sakerah Madura Sumber: http://www.amk.web.id/bapak-sakera.xhtml
Sebagai simbol identitas budaya Madura sosok Sakerah mewakili berbagai elemen pembentuk jati diri etnis Madura seperti yang diungkapkan Hidayat (2009) bahwa jati diri Madura terbentuk dari kepribadian, identitas, dan keunikan. Namun dalam perkembanganya dalam penokohan lakon Sakerah pada kesenian ludruk proses pembentukan identitas Sakerah sebagai representasi etnis Madura belum dilakukan secara sitematis dan terstruktur atau belum adanya kerangka identitas visual Sakerah sebagai representasi etnis Madura yang nantinya bisa digunakan sebagai acuan dalam pembentukan karakter Sakerah. Untuk itu diperlukan sebuah metode yang bisa
digunakan untuk membuat sebuah kerangka identitas visual Sakerah. Salah satu metode yang bisa digunakan dalam pengerangkaan identitas visual Sakerah adalah metode matrix system atau sering disebut Manga matrik. Manga matrix adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Hiroyoshi Tsukamoto (2006) untuk merancang sebuah karakter manga dengan menggunakan grid. Penggunaan grid sistem ini dapat digunakan sebagai metode pengerangkaan identitas visual Sakerah. Proses pengerangkaan tersebut melalui berbagai tahapan meliputi form matrix (matriks bentuk), costume matrix (matriks kostum), personality matrix (matriks kepribadian).
Gambar 1.2 : Metode matrix system Hiroyoshi Tsukamoto Sumber: dokumentasi penulis
Dalam artikel ini penulis mencoba memaparkan secara deskriptif kualitatif dan terstruktur dalam sebuah kajian teoritis pengerangkaan identitas visual Sakerah sebagai representasi etnis Madura dengan tujuan menghasilkan sebuah kerangkan identitas visual Sakerah menggunakan pisau bedah analisis teori matrix system Hiroyoshi Tsukamoto yang nantinya berguna dalam pengembangan tokoh Sakerah dalam melestarikan budaya Madura.
2. Sakerah dan Identitas Budaya Madura Dalam setiap lakon Sakerah pada kesenian tradisional ludruk identitas budaya Madura sudah secara eksplisit disampaikan kepada penonton. Identitas Madura tersebut meliputi kekhasan, keunikan, streotipikal dan stigmatik (Taufiqurrahman, 2007). Kekhasan identitas Madura dapat dilihat pada tokoh Sakerah yang memiliki sifat tunduk, taat, pasrah pada empat figur yaitu ayah, ibu, guru, dan pemerintah. Namun dalam lakon Sakerah kepasrahan, ketaatan dan ketundukan lebih terhadap sosok ibu yang menjadi prioritas utama. Sakerah sangat taat, pasrah dan tunduk kepada ibunya terlihat pada adegan ketika ibu Sakerah disandera oleh musuh Sakerah dan diancam akan dibunuh dengan seketika Sakerah langsung menyerahkan dirinya kepada musuh dengan jaminan keselamatan ibunya tetap terjaga. Menonjolnya sosok ibu dibandingkan figur yang lain hal ini dipengaruhi oleh kentalnya nilai dan norma religiusitas masyarakat Madura khususnya Sakerah terhadap Islam yang didalamnya memuat keutamaan terhadap seorang ibu dibandingkan yang lainnya.
Kemudian dari sisi keunikan identitas budaya Madura yang terlihat pada sosok Sakerah adalah kehidupan Sakerah rawan konflik hal ini disebabkan orang Madura memiliki sifat mudah tersinggung dan mudah diadu domba. Selain itu identitas lain yang menjadi keunikan Sakerah meliputi sifat pemberani, keras, defensif, lugas, mental fisik tinggi, dan sangat menjunjung tinggi martabat dan harga diri. Digambar pada lakon Sakerah ketika memiliki keberanian, ketegasan dan keras dalam melawan kesewenang masa kolonial serta keteguhannya dalam menjunjung nilai harga diri dan martabat diatas segalanya. Seperti kejadian yang menimpa keponakan Sakerah Brodin yang terbunuh oleh senjata clurit Sakerah karena telah berani berselingkuh dengan istri Sakerah.
Selanjutnya identitas budaya Madura secara stereotipikal sesuai dikemukan oleh Taufiqurrahman (2007) yaitu berkulit hitam legam, postur tinggi besar, berkumis lebat, berbusana garis selang seling merah dan hitam, berwajah angker, tidak sopan, kasar, beringas dan mudah membunuh. Secara umum streotipe tersebut juga telah ditunjukkan dalam lakon Sakerah namun ada sedikit pengembangan yang menambah kedalaman identitas budaya Madura seperti atribut sarung yang dipakai oleh Sakerah untuk senantiasa menjaga waktu sholatnya menunjukkan kekentalan dan ketuguhan dalam menjunjung nilai dan norma agama sangat kuat. Stereotip dari sisi visual lainnya yaitu memiliki wajah oval bersegi kaku, berkulit hitam, berkumis tebal, berbusana rompi dan celana cenderung longgar bewarna hitam yang memiliki arti kemurnian (apa adanya) dengan
dalaman kaos bergaris selang seling merah dan hitam, bersenjatakan clurit dan memakai ikat kepala sebagai simbol sangat menjunjung tinggi martabat dan harga diri (Sunari, 2013).
Kemudian identitas budaya Madura secara stigmatik yaitu identik dengan kekerasan fisik bermuara pada carok (duel satu lawan satu bersenjatakan clurit). Identitas ini terbukti dalam lakon Sakerah yang selalu menggunakan unsur kekerasan dalam menyelesaikan setiap permasalahan bahkan sampai terjadinya pembunuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa identitas Madura secara kereseluruhan terepresentasikan pada sosok Sakerah dalam lakon Sakerah kesenian tradisional ludruk.
2.1 Sakerah dan Karakter Orang Madura Karakteristik manusia Madura menurut Hidayat (2009) meliputi ejhin (sendiri-sendiri), gherra (kaku dan kasar), koko (kukuh), dan Saduhuna (apa adanya). Karakter tersebut merupakan karakter yang terbentuk akibat pengaruh dari lingkungan geografis Madura yang buruk. Yang memaksa orang Madura untuk senantiasa defensif dan survive dalam menjaga eksistensi kelompoknya. Karakter ejhin juga merujuk pada sikap pemberani seperti yang ditunjukkan pada karakter Sakerah yang memiliki kecenderungan bebas dan tidak terikat dan merasa dirinya paling benar. Hal ini seperti ditunjukkan dalam perilaku sakerah yang cenderung kasar dan mudah membunuh siapapun yang bertentangan dengan dirinya meskipun membunuh itu merupakan tindakan tidak diperbolehkan secara hukum.
Gherra merupakan sikap kaku dan kasar yang merupakan karakter orang Madura yang tidak mengenal kata basa basi dalam berbicara dan lebih suka langsung berbicara apa adanya walaupun itu dapat membuat orang tersakiti dengan perkataannya. Sifat ini juga merujuk pada perilaku Sakerah yang lebih sering menggunakan unsur kekerasan dibandingkan dengan pembicaraan dengan kepala dingin dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.
Koko atau orang yang memegang teguh pendiriannya dan taat pada sebuah peraturan khususnya norma agama islam. Sakerah dikenal sebagai seorang kesatria yang berpegang teguh dengan norma agama islam hal ini disimbolkan dalam pakaian sakerah yang selalu mengenakan sarung sebagai atribut busana yang sekaligus digunakan sebagai peralatan beribadah sholat.
Saduhuna adalah suatu sikap apa adanya dan polos dalam arti semua tampilan orang Madura tidak membutuhkan banyak atribut untuk menimbulkan kesan tertentu misalnya untuk mendapat
pengakuan sebagai orang kaya mengharuskan memakai pakaian tertentu atau sebagainya. Sakerah merupakan sosok yang sederhana dan apa adanya serta jujur dalam bertutur kata. Dalam berbusanapun Sakerah menggunakan busana yang khas dan sederhana yaitu memakai busana rompi dan celana longgar bewarna hitam memaki atribut sarung dengan ikat pinggang sederhana dengan kaos motif garis warna hitam dan merah serta memakai ikat kepala sebagai tanda bahwa orang madura adalah etnis yang menjunjung nilai harga diri diatas segala-galanya. 2.2 Matrix System (Hiroyoshi Tsukamoto) Sebuah metode yang dikembangkan oleh Hiroyoshi Tsukamoto untuk merancang karakter baru dengan metode matematik. Jadi sistem pembuatan karakter disini menggunakan semacam tabel berisi baris dan kolom yang masing-masing bagian terdapat parameter dalam bentuk simbol yang diletakkan pada poin utama yang kemudian bisa dihubungkan antar masing-masing plot untuk membentuk karakter. Metode perancangan karakter dalam teori matrix system ada 3 macam: a.Form Matrix (limitless forms) Perancangan struktur dan bentuk tubuh diambil dari bumi yang digunakan sebagai material pembentuk tubuh karakter. Kombinasi ini bisa menghasilkan tipe baru karakter. Objek yang tidak pernah ada dalam dunia nyata. Perancangan dimulai dengan membagi bagian tubuh dalam sebuah tabel. Tabel 2.2.1 : Pembagian tubuh form matrix Hiroyoshi Tsukamoto Sumber: dokumentasi penulis
Kemudian untuk mengembangkan tipe tubuh bisa menggunakan berbagai parameter: fixed form, non-fixed form, collective form, mechanical form, cracked form, increase/decrease, length span, growth, combination.
Gambar 2.2.2 : Parameter form matrix Hiroyoshi Tsukamoto Sumber: dokumentasi penulis
b. Costume Matrix (limitless costumes) Setelah karakter tubuh terbentuk dapat dipikirkan seperti manusia yang baru lahir dan bisa memakai kostum apapun. Kostum digunakan sebagai pelengkap dalam memperkuat identitas karakter baru. Dengan pertimbangan parameter list dalam matrix system. Memilih salah satu list parameter dalam merancang kostum dari atas kepala sampai ujung kaki yang sesuai dengan karakter baru.
Gambar 2.2.3 : Parameter costume matrixHiroyoshi Tsukamoto Sumber: dokumentasi penulis
Klasifikasi parameter kostum meliputi: Body wear, covering/footwear, ornament, makeup, wrap/tie, carry-on item dan klasifikasi material kostum: heaven, earth, water/fire, inorgranic matter, image.
c.Personality Matrix (limitless personalities) Sejak karakter dibentuk dia belum memiliki personality tetap. Semacam kertas kosong dan perlu menentukan personalitynya secara bebas. Sejak bodi fisik dan kostum pakaian dibentuk maka bisa dilanjutkan dengan menentukan karakter identitas dan pekerjan. Ada enam parameter yang digunakan untuk mengilustrasikan karakter baru yang dibentuk yaitu: behaviour, status, profession, position, bioligical environment, special attributes, weaknes,dan desire.
Gambar 2.2.4 : Parameter personality matrix Hiroyoshi Tsukamoto Sumber: dokumentasi penulis
3. Matrix System dalam karakter Sakerah Langkah pertama dalam pengerangkaan identitas visual Sakerah sesuai dengan matrix system dimulai dari menentukan form matrix dengan cara membagi bagian tubuh menjadi beberapa bagian yang kemudian dimasukkan kedalam sistem tabel. Objek material berupa keseluruhan bentuk tubuh manusia dengan ciri-ciri sesuai identitas orang Madura. Identitas tersebut berdasarkan streotip yang telah disebutkan meliputi berkulit hitam, berpostur tinggi, berwajah oval dan bersegi, berkumis tebal dan untuk menunjang kelengkapan data identitas visual Sakerah diambil dari hasil observasi langsung yang dilakukan penulis dengan menitik beratkan kebutuhan data dalam proses pengerangkaan identitas visual Sakerah. Setelah ciri-ciri tersebut teridentifikasi dapat dilihat hasil formulasi kerangka identitas visual sakerah sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Pembagian tubuh form matrix Sakerah Madura Sumber: dokumentasi penulis
Kemudian proses selanjutnya adalah memilih tipe pengembangan tubuh. Dalam studi kasus ini pengembangan tubuh untuk tokoh Sakerah adalah fixed form atau tipe tubuh original manusia biasa.
Gambar 3.1: Tipe pengembangan tubuh karakter Sakerah Sumber : dokumentasi penulis
Tahap selanjutnya setelah tubuh Sakerah telah terbentuk maka tahap selanjutnya memetakan kostum Sakerah. Kostum Sakerah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Sakerah karena disetiap bagian dari kostum tersebut menyimpan identitas budaya Madura. Matrix System membagi menjadi dua klasifikasi kostum Sakerah yaitu: pertama jenis kostum dan yang kedua adalah material yang digunakan.
Gambar 3.2 : Jenis kostum yang dipilih dalam identitas Sakerah Madura Sumber : dokumentasi penulis
Jenis kostum identitas Sakerah adalah memakai jenis body wear dengan kombinasi carry-on item berfungsi untuk menutup bagian tubuh Sakerah dan sebagai senjata pertahanan diri. Dan untuk material kostum pakaian yang dipakai menggunakan material nilon kain dan kulit binatang sebagai pelengkap. Kostum pakaian Sakerah terdiri dari bagian atas yang disebut baju pesa’an dan bagian bawah yang disebut celana gomboran. Bagian kepala Sakerah Odheng santapan, bahan kain batik biasa, motif telaga Biru atau Storjoan, warna merah soga yang berbentuk segitiga. Pakaian bagian atas Baju Pesa’an Bahan kain cina, kain Lasteng tiu, motif polos Warna hitam, ukuran serba longgar tidak pas badan, dan memakai dalam kaos bergaris berwarna merah dan putih maupun hitam. Bagian bawah celana gomboran yan memiliki ukuran pinggang dan pipa celana lebar, menyerupai sarung bila dibentangkan, panjang celana sampai mata kaki. Adapun ciri khas dari celana Gomboran ini pada kelimannya yang lebar ± 15 cm. Bentuk seperti pada umumnya celana panjang biasa tetapi tidak memakai kolor. Terdapat kain sarung memakai bahan sutra berwarna mencolok kotak-kotak berwarna biru atau hijau, ukuran seperti pada umumnya sarong yang lain yang dipakai sebagai hiasan pada pinggang. Ikat pinggang sabuk katemang Raja atau sabuk katemang kalep, bahan kulit sapi, motif polos, warna coklat atau hitam, ukuran seperti pada umumnya ikat pinggang yang lain, bentuk lebar ada kantung di depannya untuk menyimpan uang. Senjata khas Sakerah adalah pisau berbentuk bulan sabit disebut juga celurit. Celurit sebagai senjata juga biasa digunakan untuk alat pertanian (Sunari, 2013).
3
2 4 5
1
6
7 Gambar 3.3 : Kerangka identitas kostum Sakerah Madura Sumber : dokumentasi penulis
Keterangan gambar : 1. Celana gomboran (longgar) bewarna hitam, material: kain cina, kain lasteng tiu. 2. Ikat kepala (odheng) bewarna merah, material: kain batik biasa, motif telaga Biru atau Storjoan. 3. Celurit (pisau berbentuk bulan sabit) material: besi dan kayu. 4. Baju Pesa’an (baju longgar) bewarna hitam, material: kain cina, kain lasteng tiu. 5. Kaos motif garis merah hitam. 6. Sarung motif kotak-kotak mencolok bewarna hijau atau biru, material: kain sutra. 7. Sabuk katemang Raja atau sabuk katemang kalep, material: kulit binatang. Pada bagian akhir setelah semua sudah selesai dikerangkakan maka pada tahap selanjutnya adalah pemetaan personaliti karakter Sakerah. Personaliti Sakerah secara garis besar dipengaruhi oleh letak geografis Madura dan identitas budaya Madura. Dalam matrix system terdapat parameterparameter yang digunakan untuk memetakan secara jelas tentang karakter Sakerah. Parameter tersebut meliputi behavor, status, profession, position, bioligical environment, special attributes, weaknes,dan desire. Dengan bantuan parameter-parameter pembentuk personaliti karakter ini. Maka data-data tentang karakter tokoh Sakerah dapat dipetakan dengan jelas sesuai dengan identitas Sakerah seperti berikut:
Gambar 3.4 : Kerangka klasifikasi personaliti Sakerah Madura Sumber : dokumentasi penulis
Representasi orang Madura telah ada dalam sosok Sakerah. Identitas budaya Madura telah tercermin padanya. Namun mungkin tidak semua atribut khas Madura terdapat pada Sakerah. Dengan hasil pengerangkaan identitas visual Sakerah ini dapat diketahui bahwa ada banyak pertimbangan yang harus diperhatikan untuk mewujudkan sebuah identitas orang Madura. Kerangka identitas ini memudahkan dalam memahami atribut identitas budaya Madura yang harus ada dalam tokoh Sakerah Madura yang nantinya digunakan sebagai simbol representasi etnis Madura. 4. Penutup Dalam pengerangkaan identitas budaya Madura pada tokoh Sakerah menghasilkan pendekatan yang bertujuan untuk menjaga nilai identitas budaya Madura tetap direpresentasikan dengan baik melalui tokoh Sakerah. Pendekatan yang dilakukan melalui metode manga matrix telah membagi struktur identitas sakerah menjadi 3 bagian utama yaitu form matrix, costume matrix dan personality matrix. Hasil pengerangkaan identitas Sakerah dari sisi form matrix menghasilkan bahwa identitas Sakerah Madura terbentuk dari postur tubuh secara umum bangsa Indonesia 160-
170 cm dengan jenis kulit hitam kecoklatan dan struktur tubuh yang bersegi dan kaku. Memiliki rambut bergelombang, kumis dan alis tebal serta tatapan mata yang tajam.
Kemudian untuk kerangka kostumnya costum matrix terdiri dari bagian atas dan bawah. Untuk bagian atas terdiri dari ikat kepala (odheng), baju pesa’an dan kaos motif garis. Lalu untuk bagian bawah meliputi ikat pinggang atau sabuk katemang Raja, sarung sutra yang mencolok bewarna hijau atau biru dan celana gomboran bewarna hitam.
Dan kerangka yang terakhir yaitu personality form Sakerah merupakan orang madura yang memiliki kekuatan kanuragan berupa ilmu kekebalan tubuh. Berprofesi sebagai seorang mandor tebu di pabrik gula milik pemerintah kolonial. Memiliki karakter baik hati, jujur, keras, tegas, peduli sesama dan pantang menyerah. Memiliki keunikan sifat yaitu menaruh harga diri dan martabat diatas segalanya dan mempunyai kelemahan yaitu dengan bambu apus yang menyebabkan ilmu kanuragannya hilang. 5. Daftar Pustaka Hidayat, Ainurrahman. 2009. Karakter Orang Madura dan Falsafah Politik Lokal. KARSA. Vol. XV. Hidayat, Ainurrahman. 2009. Jati Diri Orang Madura (vis a vis) Industrialisasi. KARSA. Vol. XVI. Taufiqurrahman.2007. Identitas Budaya Madura. KARSA: Vol. XI. Tsukamoto, Hiroyoshi. 2006. Manga Matrix. New York: HarperCollinsPublisher.