PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI FILANTROPI (Perspektif Islam dalam Pemberdayaan Zakat Maal)
Saprin Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram Email:
[email protected]
Abstrak: Kemiskinan adalah hal yang bersifat menggelobal sehingga dipandang seperti makhluk yang menyeramkan. Dan bahkan kemiskinan yang melanda masyarakat diibaratkan seperti penyakit yang tidak ada obatnya. Oleh karena itu, kemiskinan yang ada di tengah-tengah masyarakat saat ini merespon negara untuk mencari solusinya, baik yang bersifat kebijakan maupun bantuan secara langsung. Dalam tulisan ini penulis akan membahas pengentasan kemiskinan melalui filantropi perspektif Islam dalam pemberdayaan zakat maal. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pengentasan kemiskinan sebenarnya sudah ada dalam ajaran Islam seperti filantropi zakat maal, dan zakat pertanian. Akan tetapi, ajaran tersebut saat ini sangat jarang dilakukan sehingga berdampak pada kemiskinan yang bersifat struktural. Maka dari itu, untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di tengah-tengah masyarakat harus melakukan pemberdayaan dan mempertimbangkan zakat maal karena sangat berpotensi untuk mengurangi angka kemiskinan. Apabila pemberdayaan dan pengelolaan filantropi tersebut dilakukan maka paling tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan baik di level perkotaan maupun di pedesaan. Kata Kunci: Kemiskinan, Filantropi, Pemberdayaan, Zakat Maal.
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
133
A. Pendahuluan Kemiskinan merupakan sebuah kesenjangan sosial yang membutuhkan sebuah pemecahan dalam beberapa dekade ini, karena kemiskinan bisa memberikan dampak yang tidak baik bagi individu, kelompok, dan masyarakat. Hal itu disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan oleh manusia karena dilanda kemiskinan. Kemiskinan yang dimaksud adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, yaitu sandang, pangan, dan papan. Dan diperkuat juga oleh banyaknya hadis Rasulullah SAW yang memandang kemiskinan itu banyak menimbulkan bahaya yang sangat menghawatirkan bagi pribadi individu dan masyarakat, karena bisa membuat goyah dan bisa merubah akidah, keimanan, prilaku, pemikiran sehingga bisa juga memberikan dampak kepada kehidupan keluarga. Adapun kemiskinan menurut per spektif Islam, bisa berdampak buruk sebagai mana yang disebutkan di atas. Dampak kemiskinan menurut Yusuf Qardawi akan dijelaskan satu-persatu agar semakin jelas bagaimana Islam memandang kemiskinan itu sebagai salah satu sumber masalah yang terjadi di dunia ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Kemiskinan berbahaya bagi aqidah Tak diragukan lagi bahwa kemiskinan itu bahaya besar bagi
134
|
Komunitas
aqidah, apalagi ada orang miskin yang melarat terus bertetangga dengan orang kaya, itu tidak baik bagi orang miskin. Hal itu disebabkan karena, akan mengundang orang miskin utuk mencuri dari tetangganya yang kaya, terlebih lagi orang kaya itu tidak suka berbagi dan pelit. Selain itu, jika yang miskin adalah seseorang pekerja yang ulet dan rajin, sedang yang kaya hanya seseorang yang duduk saja di rumah bisa menghasilkan uang. Dalam keadaan seperti itu kemiskinan akan menjadi penyebab utama keraguan akan kebijaksanaan aturan Allah SWT dalam kehidupan dan juga keraguan akan keadilan-Nya dalam hal rezeki. Jika kemiskinan itu bisa menyebab kan penyakit seperti itu, setidaknya akan menyeret orang pada pandangan fatalisme, sebagaimana orang berkata: “rezeki itu laksana hujan yang terbagibagi di atara manusia, ada orang kuat berusaha tetapi tidak mendapatkan bagian, Ada pula orang lemah tidak berusaha tapi mendapat bagian”. Demi kian penyimpangan akidah yang timbul karena kemiskinan. Dan kemiskinan seperti ini pula yang mengharuskan sebagian ulama’ salaf berkata: “Jika kemiskinan datang ke suatu negeri, maka kekafiran menyambutnya”: “Mari kita bergandengan tangan.”1 2. Kemiskinan berbahaya bagi Akhlak dan prilaku Yusuf Qardhawi, Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 11-19. 1
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Apabila kemiskinan berbahaya bagi aqidah dan keimanan, maka akan berdampak juga kepada akhlak dan perilaku manusia. Itu disebabkan karena, kemiskinan—sedangkan orang yang mengalami kemiskian itu mempunyai sifat rakus atau mempunyai sifat-sifat yang tidak terpuji maka akan menjadi buruklah orang tersebut disebabkan oleh kemiskinan. Karena itu banyak orang yang berkata: “bunyi perut itu lebih dahsyat dari pada bunyi hati.” Bahkan lebih buruk dari ini, kemiskinan itu menimbulkan keragu-raguan atas nilai-nilai akhlak berikut keseimbangan ukurannnya sebagaimana pula meragukan nilainilai agama.2 3. Kemiskinan berbahaya bagi pemikiran Hidup miskin itu juga mem bahayakan bagi pemikiran atau akal sehat seseorang. Orang miskin yang tidak memenuhi kebutuhan pokok bagi diri dan keluarganya, bagaimanapun tidak akan berpikir teliti. Terutama sekali jika seorang yang miskin itu mempunyai tetangga yang bergelimangan harta dan emas. Maka dari itu, para ulama’ memberitahukan dalam sebuah riwayat dari Al-Imam Abu Hanifah, berkata: “jangan meminta keputusan kepada orang yang tidak berpikir teliti di rumahnya.” Yang dimaksudkan di sini yaitu orang itu dalam keadaan kacau pikirannya, sehingga keputusannya tidak benar. 2
Ibid…, 13.
Hal yang demikian ini disebabkan karena emosi yang temperamen itu berpengaruh pada kelurusan berpikir dan berpendapat sebagaimana ilmu jiwa.3 4. Kemiskinan itu berbahaya bagi keluarga Kemiskinan juga berdampak buruk bagi keluarga antara lain: sebagai pembentukannya, kebutuhannya, dan ketentramannya. Dalam membentuk keluarga menurut Yusuf Qardhawi kemiskinan ini menjadi penghambat yang melintang antara seorang bujangan dan pintu pernikahannya. Karena inilah al-Qur’an berpesan supaya bujangan miskin ini tetap menjaga kesucian diri dan bersabar hingga sampai kepada kemampuan ekonomi. Dalam surat an-nur ayat 33 yang artinya: “dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)-nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-nya” (Q.S. An-Nur:33).4 Dengan demikian, Islam membenarkan bahwasanya dampak buruk dari kemiskinan terhadap perilaku manusia. Hingga yang demikian ini sering menimbulkan kejahatan manusia, dan juga kejahatan pada unsur-unsur fitrah mendasar seperti hilangnya kasih sayang orangtua.5 Ibid…,15. Ter. Al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia 5 Ibid.., 17. 3 4
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
135
4. Kemiskinan berbahaya bagi ketentraman masyarakat Kemiskinan juga berbahaya bagi kedamaian dan ketentraman masyarakat seperti yang telah diriwayatkan oleh Abu Dzar, dalam Yusuf Qardawi berkata: “aku kagum dengan orang yang tidak punya makanan pokok di rumahnya, mengapa ia tidak mendatangi orang-orang sambil melesatkan pedangnya?” Seorang itu masih sabar apabila kemiskinan itu timbul karena barang-barang semakin langka atau jumlah manusia semakin bertambah. Tetapi, jika kemiskinan itu akibat distribusi kekayaan secara tidak adil dan kemewahan hidup segelintir orang, inilah yang membangkitkan emosinya, menimbulkan fitnah, dan merobek-robek tali kasih di antara mereka atau tega bertindak keji. Selain itu, kemiskinan juga berbahaya bagi kedaulatan bangsa. Penduduk miskin yang susah itu tidak ingin membela negara dan kehormatan bangsa karena negaranya sendiri tidak memberinya makan, dan tidak menentramkannya. Demikian berbagai bahaya yang ditimbukan oleh hidup miskin. Selain itu semua kemiskinan juga menimbulkan bahayabahaya seperti, gizi buruk, tempat tinggal yang tidak layak. Akibat dari itu semua berdampak terhadap kesehatan jiwa karena berbahaya terhadap
136
|
Komunitas
produktivitas, dan perekonomian individu dan keluarga.6 Oleh karena itu, setiap Muslim dituntut untuk bekerja dan berjalan disemua penjuru bumi untuk mencari rizki Allah, seperti Firman Allah berikut: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya (Q.S. Al-Mulk: 15). Yang dimaksud bekerja adalah upaya secara sadar yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk menghasilkan barang atau jasa. Maka bekerja adalah cara pertama untuk memerangi kemiskinan, dan dengan bekerja pula seseorang bisa mendapatkan kekayaan. B. Pengertian Zakat Pertanian (Zakat Maal) Zakat hasil pertanian7 merupakan salah satu jenis zakat maal, obyeknya meliputi hasil tumbuhtumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buahbuahan, tanaman hias, rumputrumputan, atau dedaunan. Adapun yang menjadi landasan mengapa sebuah zakat wajib atas hasil pertanian Muhdar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1989). 7 7 Arief Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran Dan Membangun Jaringan, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), 85. 6
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
terdapat dalam al-Qur’an Qs. AlBaqarah: 267
ﮓﮔ ﮕﮖﮗﮘ ﮙﮚﮛﮜ ﮝﮞ ﮟﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫﮬ ﮭﮮﮯﮰﮱ ﯓ “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambil nya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”8 b. Qs. Al-An’am: 141
ﮞﮟ ﮠ ﮡﮢﮣ ﮤﮥﮦ ﮧﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ ﯘﯙ ﯚ ﯛﯜ ﯝ ﯞ ﯟﯠﯡ ”Dan dialah yang menjadikan kebunkebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam8
Ter. al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 267.
tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihlebihan.” 9 Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 750 kg. Apabila hasil pertanian termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, atau kurma, maka nishabnya adalah 750 kg dari hasil pertanian tersebut. (Pendapat lain menyatakan 815 kg untuk beras dan 1481 kg untuk yang masih dalam bentuk gabah). Tetapi jika hasil pertanian itu bukan merupakan makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, atau bunga, maka nisabnya disetarakan dengan harga nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut (di negeri kita-beras/sagu/jagung). C. Kriteria Zakat Yang Dikeluarkan Besarnya zakat pertanian tergantung pengairannya. Jika diairi tanpa alat, misalnya dengan hujan atau diari dengan mengalirkan air dari mata air ataupun dialiri dari air sungai tanpa memerlukan biaya adalah 9
Ter. al-Qur’an Surat Al-An’am: 141.
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
137
sepersepuluh dari hasil panen (10%) yang telah mencapai nishab. Jadi zakat buah-buahan dan biji-bijian itu adalah setengah wasaq. Apabila buah-buahan atau biji-bijian itu diairi dengan menggunakan alat seperti timba atau memerlukan biaya maka zakatnya adalah seperduapuluh dari hasil panen (5%) yang telah mencapai nishab atau untuk 5 wasq berarti seperempat wasq. Atau lebih rincinya kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/ mata/air, maka 10%, apabila diairi dengan cara disiram/irigasi (ada biaya tambahan) maka zakatnya 5%. Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya didistribusikan untuk biaya pengairan. Imam Az-Zarqoni berpendapat bahwa apabila pengolahan lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami (irigasi) dengan perbandingan 50:50, maka kadar zakatnya 7,5% (3/4 dari 1/10).10 Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air, akan tetapi ada biaya lain, seperti pupuk, atau insektisida. Maka untuk mempermudah perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida diambil dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila lebih dari nishab) dikeluarkan Arief Mufraini, Akutansi Dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran Dan Membangun…, 27. 10
138
|
Komunitas
zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairannya). Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir rodhiyAllahu ‘anhu dari Rasulullah SAW bersabda: “Pada yang diari dari sungai dan mendung (hujan) adalah sepersepuluh dan pada yang diari dengan alat adalah seperduapuluh.” Dan dari Ibnu Umar RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Pada yang diairi langit, mata air atau yang minum dari akarakarnya adalah sepersepuluh, dan pada yang diairi dengan tenaga manusia ialah seperduapuluh.” D. Waktu Penunaian Zakat Penunaian zakat pertanian dilakukan pada saat memanennya. Pada saat hasil panennya terkumpul hendaklah dihitung apabila telah mencapai nishab maka zakat menjadi wajib untuk ditunaikan. Apabila belum mencapai nishab maka tidak ada zakat bagi hasil panen tersebut. Penunaian zakat tidak usah menunggu waktu satu tahun (haul) karena apa yang keluar dari bumi termasuk pengecualian dan tidak diperlukan haul. Syaikh Abdul Azhim Al Badawi menjelaskan: “Zakat wajib bagi setiap Muslim yang merdeka (bukan budak), yang memiliki harta mencapai nishab, dan jika sudah berjalan haulnya selama satu tahun dari harta yang dimiliki tersebut, kecuali tanaman (hasil pertanian) maka sesungguhnya zakatnya wajib ditunaikan pada saat
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
memanennya jika mencapai nishab11, firman Allah SWT: “Dan tunaikanlah haknya pada hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya).” (QS Al-An’am: 141).12 Ibnul Qayyim menjelaskan hikmah disyariatkan zakat hanya sekali dalam satu tahun, dan zakat tanaman saat pada saat memanennya saja dengan mengatakan: “Sesungguh Rasulullah SAW mewajibkan zakat sekali setiap tahun, dan ia menjadikan haul tanaman dan buah-buahan ketika mereka sudah tua. Ini lebih adil keadaanya, jika kewajibannya setiap bulan atau setiap hari jum’at maka akan memudharatkan pemilik-pemilik harta.”13 Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad menambahkan: “Allah subhanahu wa ta’ala mewajibkan zakat pada harta-harta orang-orang kaya (orang yang memenuhi nishab) dari segi bermanfaatnya zakat tersebut bagi fakir miskin, dan tidak memudharatkan orang kaya, karena hanya sebagian harta yang mudah (sedikit) dari harta yang banyak yang telah Allh SWT karuniakan kepada orang-orang yang kaya. Allah SWT mewajibkan kadar yang sedikit itu, yang tidak berpengaruh bagi orang kaya mengeluarkannya, namun itu 11 12
141
Ibid…, 57. Terjemahan Al Qur’an Surat Al-An’am:
Wikipedia, diakses tanggal 31 Maret 2014. 13
bermanfaat bagi fakir miskin yang tidak mempunyai sedikitpun harta dan tidak pula menghasilkannya.”14 Jadi waktu dikeluarkannya zakat pertanian (zakat maal) yaitu pada saat setiap panen hasil pertanian maka pada saat itu juga dekeluarkan zakatnya pertanian. E. Pengertian Filantropi Zakat Pertanian Secara etimologis, kata filantropi (philanthropy) berasal bahasa Yunani ‘philos’ yang berarti cinta dan anthropos yang artinya manusia. Gabungan dari kedua kata tersebut menghasilkan makna “Mencintai atau cinta kasih kepada manusia”. Filantropi dalam sejarah filosofisnya sebenarnya terkait erat dengan semangat kebebasan manusia. Bermula dari kisah tirani dewa Zeus yang membelenggu manusia dalam kebodohan, ketakutan, kegelapan, ketakberdayaan dan sebagainya. Seorang dewa yang baik bernama Prometheus datang menyelamatkan manusia dengan memberinya api dan harapan.15 Dalam kisah perlawanan Prometheus tersebut, api adalah simbol teknologi, keterampilan, dan ilmu pengetahuan.
Sedangkan harapan selalu dikaitkan dengan semangat perbaikan kondisi manusia. Dan dari situlah keberadaban Atsarul ‘Ibadat fi Hayatil Muslim, 22. 15 Hurni Djamal, Berderma Untuk Semua (Wacana Dan Praktik Filantropi Islam), ( Jakarta: Teraju, 2003), xiii. 14
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
139
manusia dikisahkan bermula, yang berawal dari kecintaan “philanthropia” sang Prometheus pada manusia. Kata Philanthropy sering dimaknai sebagai “ungkapan cinta kasih kepada sesama manusia”. Kamus Webster tidak memberi batasan pengungkapan cinta kasih ini dalam bentuk uang atau barang, melainkan “pekerjaan atau upaya yang dimaksudkan untuk meningkatkan rasa cinta pada sesama dan kemanusiaan”. Sementara Kamus Bahasa Indonesia memadankan kata kedermawanan dengan kata filantropi, yang diserap dari kosakata bahasa Inggris philanthropy, yang berarti cinta kasih atau kedermawanan sosial terhadap sesama. Dari dua definisi kamus dan etimologis di atas, kedermawanan bisa dimaknai sebagai tindakan sukarela yang bertujuan untuk kepentingan umum atau perbaikan kondisi manusia. Oleh karena itu philanthropy juga dapat diartikan sebagai sikap dermawan untuk membebaskan manusia dari segala masalahnya.16
sehari-hari, kedermawanan dikenal dan dipraktekan sebagai sedekah, asuh/ pengasuhan, zakat, persepuluhan, derma, kebajikan, sumbangan, infak, dan padanan atau tindakan lain yang semakna. Robert L. Payton dalam Hurni Djamal, misalnya, menekankan definisi filantropi dalam konteks kegiatan keorganisasian atau kolektif, di mana filantropi tidak diartikan sebagai kegiatan individual tetapi kegiatan kolektif yang dilaksanakan oleh atau melalui organisasi atau lembaga.17
Definisi filantropi ini dalam per kembangannya telah bergeser dari kegiatan yang bersifat pribadi menjadi satu tindakan yang berorientasi pada ”tujuan-tujuan publik”. Filantropi ditafsirkan sebagai tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia dengan menyumbangkan sumber daya yang dimilikinya. Artinya dalam bahasa
Kegiatan ini mencakup penggalangan, pengelolaan dan pendayagunaan dana sosial dari masyarakat untuk kepentingan bersama. Sementara para praktisi dan pemerhati filantropi Indonesia memaknai filantropi sebagai “perpindahan sumber daya secara sukarela untuk tujuan sedekah, sosial, dan kemasyarakatan, yang terdiri atas dua bentuk utama, yaitu pendayagunaan hibah sosial dan pembangunan.” Yang dimaksud dengan hibah sosial dalam definisi ini adalah “bantuan kepada suatu organisasi nirlaba untuk kegiatankegiatan sosial, pendidikan, sedekah, atau kegiatan lain yang melayani kemaslahatan masyarakat dengan hak pengelolaan hibah sepenuhnya pada penerima” Sedangkan yang dimaksud dengan hibah pembangunan adalah “bantuan selektif kepada satu organisasi nirlaba
Kamus besar Indonesia tentang definisi filantropi 2008, 413.
Hurni Djamal, Berderma Untuk Semua (Wacana Dan Praktik Filantropi…, 3.
16
140
|
Komunitas
17
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
yang menjalankan suatu kegiatan atau agenda yang sejalan dengan organisasi pemberi bantuan.” Menurut Irfan Abubakar bahwa konsep Social Justice Philanthropy atau Filantropi Keadilan Sosial (FKS)18 merupakan pengembangan dari konsep filantropi. Konsep ini mengacu pada praktek berderma yang dilakukan secara terorganisir untuk mengatasi berbagai persoalan ketidakadilan yang ada di masyarakat. Berbeda dengan praktek filantropi dengan pendekatan karitatif, yang lebih menekankan pada penyantunan dan pelayanan sosial, FKS lebih memfokuskan pada upaya untuk mengatasi akar persoalan dari ketidakadilan sosial, bukan symptom atau gejalanya.19 Karena itu, pemberian derma lebih diprioritaskan untuk mendukung program-program yang sifatnya strategis dan berdimensi jangka panjang, yang diharapkan bisa meng atasi persoalan ketidakadilan sosial, misalnya, mendukung dan mendanai advokasi kebijakan, bantuan hukum, penegakan hak asasi manusia (HAM), pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, atau pelestarian lingkungan.20 Sedangkan dalam konteks Indoesia, filantropi atau kedermawanan Ibid…, 41. Irfan Abubakar dan Chaider S Bhmuali (ed.), Filantropi Islam dan Keadilan Sosial, (2006), 21. 20 Nursyahbani Katjasungkanan, Berderma Untuk Semua (Wacana Dan Praktik Filantropi…, 113. 18 19
bukanlah suatu istilah yang diper gunakan secara luas di kalangan masyarakat. Namun demikian, dalam perjalanan sejarah, konsep filantropi menjadi salah satu azas pokok yang dipakai oleh masyarakat umum dan komunitas keagamaan khususnya di seluruh dunia. Melakukan tindakan amal dan memberikan sumbangan untuk kepentingan orang lain adalah suatu bentuk perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya. F. Pemberdayaan Zakat Pertanian Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masya rakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk mem perbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai “pemberdayaan masyarakat” apabila kelompok ko munitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (bahasa Inggris: beneficiaries) atau obyek saja. Adapun langkah-langkah pemberdaan masyarakat di tingkat desa itu adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi Program Mengenalkan tim fasilitator kepada masyarakat, menjelaskan tujuan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
141
program yang akan dilaksanakan beserta dengan waktu pelaksanaan dan batas waktunya. Membuka peluang partisipasi dan partisipasi masyarakat beserta pemerintah desa, kecamatan maupun kabupaten. 2. Kajian Secara Partisipatif Menggunakan metode yang tepat dalam pelaksanaan kajian seperti: pemetakan sosial, kajian kebijakan, dll. Penekanan penggunaan instrument tersebut berpangku pada upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. 3. Lokakarya Hasil Kajian Dialog dan sharing hasil kajian yang sudah dilakukan secara partisipatif dan yang telah disepakati serta mendapatkan masukan dari masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha dapat dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan program. Perumusan Program secara partisipatif akan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program. Pengintegrasian hasil kajian dan pengetahuan masyarakat local mempunyai peran penting. 4. Menjaring Aspirasi Masyarakat Mengakomodasi aspirasi masya rakat pelaku utama dan pelaku usaha terhadap program yang di jalankan. Menentukan skala prioritas program sesuai dengan hasil kajian dan tujuan yang ingin dicapai. Prioritas
142
|
Komunitas
program/kegiatan yang disetujui oleh masyarakat merupakan suatu jawaban terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka. Inisiasi program harus sensitive gender. Dukungan dari pemerintah setempat desa/kabupaten di tuangkan dalam Surat Keputusan atau Perdes atau Perda. Pembuatan Perdes diawali dengan mengadakan Rembug Desa yang membahas: Perencanaan Program Pembangunan Kehutanan lewat Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dan Pembuatan Peraturan Desa untuk mendukung Program penanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan zakat pertanian.21 Sedangkan pemberdayaan menurut Nor Aflah dibagi menjadi enam yaitu: 1. Melakukan analisis sosial, ekonomis, teknis, dan kelembagaan sebagai pihak terutama masyarakat untuk mengetahui kebutuhan, potensi, peluang, dan permasalahan yang ada di masyarakat. 2. Melakukan analisis pihak terkait (stakeholder Analysis), Langkah ini bertujuan untuk menjajaki kepentingan dan pengaruh serta tingkat partisifasi pihak terkait yang dapat dipengaruhi atau Bambang Sigit Subiyanto, Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam artikel yang disampaikan pada pertemuan di Kementrian Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 28 November 2013. 21
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
berpengaruh pada pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. 3. Membuat rancangan dan desain program yang logis dan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran serta wilayah sasaran. 4. Melakukan identifikasi pe laksanaan program pem berdayaan. Meliputi identifikasi pelaksanaan program beserta pembagian kewenangan yang mereka miliki. 5. Implementasi program pem berdayaan masyarakat. Na mun, lembaga pelaksana program harus terlebih dahulu melakukan sosialisasi bersama masyarakat mengenai kepastian pelaksanaan program bagi berbagai pihak terkait, serta pelatihan bagi para pendamping program. 6. Melakukan pengawasan dan evaluasi secara regular. Langkah ini memiliki peran penting dalam mendukung terlaksananya program pem berdayaan masyarakat secara terencana dan tepat sasaran.22
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia (Dilengkapi Dengan Kode Etik Amil Zakat Indonesia), 171-173. 22
G. Dampak Bagi Perekonomian dan Kesejahteraan Dunia Islam Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim di dunia ini. Zakat ini memiliki beberapa macam, akan tetapi mayoritas orang sering berbicara zakat zakat fitrah pada saat bulan Ramadhan sebagai pelengkap ibadah puasa. Akan tetapi dalam konteks ini apakah zakat dan ekonomi memiliki hubungan yang erat, karena kalau kita berbicara ekonomi selalu identik dengan ajaran Barat yang sekuler? Pertanyaan tersebut memang antara zakat dan ekonomi saling berhubungan, karena berbicara dalam konteks kelangsungan hidup manusia, termasuk kegiatan amaliyah yang perlu didukung oleh harta. Ekonomi berhubungan dengan materi, yaitu harta yang dimiliki tiap-tiap individu. Dalam beribadah, Muslim membutuhkan harta untuk menjalankannya. Sebagai contoh, sholat yang membutuhkan pakaian yang tertutup yang telah disyariatkan Allah, begitupun juga zakat. Sebagai contoh, Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang memiliki potensi zakat yang besar jika dikelola dengan profesional. Bahkan potensi itu dapat mengurangi tingkat kemiskinan penduduk Indonesia. Dalam konteks ekonomi, Islam juga mengenal istilah ekonomi Islam yang mengatur sistem ekonomi demi
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
143
tegaknya azas-azas kebersamaan dan keadilan dalam mencapai tujuan. Paling tidak terdapat empat prinsip yang melandasi praktik ekonomi Islam. 1. Anjuran membelanjakan harta di jalan Allah semaksimal mungk in guna tercapainya ke adilan dan kesejahteraan sosial. Malalui prinsip ini kemudian terejawantahkan konsep zakat, sedekah, infak, atau wakaf. Pada dasarnya, Islam tidak mentolerir terjadinya kesenjangan mencolok antara kaum the have dengan kalangan the have not. 2. Larangan untuk melakukan riba. Para ulama dalam konteks ini memiliki perbedaan pendapat dalam menyikapi apakah bunga bank termasuk riba atau tidak. Namun demikian, mereka sama-sama sepakat bahwa apabila ada dua orang melakukan transaksi (bisnis) tidak boleh ada salah satu yang diberatkan agar tidak tercipta skema win-lose, salah seorang menderita kerugian dari pada yang lain. Sehingga muncul ketidak-adilan dalam menanggung resiko.23 Aries Musnandar, dosen luar biasa FEB Universitas Brawijaya, Mhs MPI PPs UIN Maliki Malang, Sumber: uin-malang. ac.id, diakses Senin, 27 Juni 2014. 23
144
|
Komunitas
3. Membagi resiko bersama (risk sharing). Jika suatu usaha yang dikelola bersama mengalami kerugian maka para pihak dapat menanggung resiko secara bersama-sama secara adil dan bijaksana, tidak boleh salah satu pihak merasa tidak puas karena didzholimi. 4. Melarang terjadinya eksploitasi dari satu manusia pada manusia lainnya. Artinya, salah satu pihak yang bersepakat untuk suatu usaha (bisnis) tidak boleh menjadi kaya sendiri sementara pihak lain dalam situasi menderita. Dalam konteks ini maka pembagian keuntungan yang berat sebelah dalam suatu kontrak karya (proyek bisnis) misalnya bisa disebut sebagai kontrak karya yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam. 5. Larangan melakukan usaha yang bersifat spekulasi. Contohnya adalah judi. Setiap usaha telah ditelaah, direncanakan secara matang, tertata baik dan logis, lalu prediksi dan antisipasi dilakukan sesuai prinsip rasionalitas bukan didasarkan perilaku spekulatif yang nir data dan informasi tidak akurat. Prinsip ini merupakan pengejawantahan manajemen modern. Namun manusia acapkali serakah dan
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
amoral yang membuat prinsip diatas terabaikan.24 H. Penutup Dari permasalahan yang ditemukan dilapangan, bahwa masih minimnya lembaga-lembaga yang bisa mengelola zakat dengan baik, sehingga masyarakat hanya terpaku pada orang yang membutuhkan zakat dalam bentuk mentahnya saja, sehingga pemberian zakat tersebut bersifat sementara. Akan tetapi yang diharapkan adalah pembangunan lembaga-lebaga zakat yang bisa mengelola kebutuhan masyarakat dan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sehingga zakat-zakat yang sudah di kelola tidak bersifat sementara akan tetapi bersifat jangka panjang. Maka dari itu pengelolaan amil zakat harus dilakukan semaksimal mungkin agar mampu memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi baik di internal lembaga maupun di eksternal, karena, kebanyakan yang terjadi selama ini adalah hilangnya kepercayaan masyarakat atas suatu lembaga. Oleh karena itu, suatu lembaga saat ini harus memiliki program yang jelas, dan terarah, sehingga dapat mengevaluasi program yang bertujuan pada kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat memang harus dilakukan lewat ajaran Islam yakni zakat maal, karena sangat Noor Aflah, Indonesia.., 3. 24
Arsitektur
berpotensi untuk mengurangi angka kemiskinan. Apabila pemberdayaan dan pengelolaan filantropi tersebut dilakukan maka paling tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan baik di level perkotaan maupun di pedesaan. Daftar Pustaka Abubakar, Irfan, dan Chaider S Bhmuali (eds), Filantropi Islam dan keadilan sosial, (2006). Aflah, Noor, Arsitektur Zakat Indonesia (Dilengkapi Dengan Kode Etik Amil Zakat Indonesia) Atsarul ‘Ibadat fi Hayatil Muslim. Djamal, Hurni, Berderma Untuk Semua (Wacana dan Praktik Filantropi Islam), ( Jakarta: Teraju, 2003) Kamus Besar Indonesia tentang definisi filantropi 2008. Mufraini, Arief, Akutansi Dan Manajemen Zakat Mengomunikasikan Kesadaran Dan Membangun Jaringan, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005) Musnandar, Aries, dosen luar biasa FEB Universitas Brawijaya, Mhs MPI PPs UIN Maliki Malang, Sumber: uin-malang.ac.id, diakses Senin, 27 Juni 2014. Praja, S., Juhaya, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, ( Jakarta: Pranada Media, 2003)
Zakat
Volume 7, Nomor 2, Desember 2015
|
145
Qardhawi,Yusuf, Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013) Soelaeman,Muhdar, Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1989)
146
|
Komunitas
Subiyanto, Sigit, Bambang, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat” dalam Artikel yang disampaikan pada pertemuan di Kementrian Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 28 November 2013 Terjemahan al-Qur’an Kementrian Agama Republik Indonesia.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam