Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
PENGEMBANGAN RA IHYAUDDINIYAH BERBASIS SEKOLAH ALAM DENGAN PENDEKATAN SPIDER WEB ST Nurtamami Dosen Fakultas Tarbiyah IAI Nurul Jadid Abstract : As an educational leader, head of RA Raudhatul Ihyauddiniyah in District Ivory Probolinggo play an important role in laying the foundation for management education and development of human resources in the institution. The success put values to students is largely determined by the ability of the principal to mobilize all existing educational component. Nature-based school with spider web approach (thematic) seeks to build basic skills that children make proactive and adaptive to changes in the environment. Ability to think logically for example. A child who is able to think logically, is more important than just gets high marks in mathematics. Because that capability that gives strength "digest" the problems of life. Likewise outbound exercise, the exercise courage, patience, tenacity, teamwork and leadership. This exercise builds strong structure their mentality that makes them resistant to shocks of life. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah di Kecamatan Gading Probolinggo memegang peranan yang penting dalam meletakkan fondasi pendidikan bagi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di lembaganya. Keberhasilan meletakkan nilai-nilai kepada siswa sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam menggerakkan semua komponen pendidikan yang ada. Sekolah berbasis Alam dengan pendekatan spider web (tematik) berusaha membangun kemampuan-kemampuan dasar anak yang membuatnya proaktif dan adaptif terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Kemampuan berpikir logis misalnya. Seorang anak yang mampu berpikir logis, lebih penting dari pada sekedar mendapat nilai tinggi dalam matematika. Sebab kemampuan itu
55
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
yang memberikan kekuatan “mencerna” masalah-masalah hidupnya. Begitu juga latihan outbond, yang melatih keberanian, kesabaran, keuletan, kerjasama tim dan kepemimpinan. Latihan ini membangun struktur mentalitas mereka secara kuat yang membuat mereka tahan terhadap goncangan-goncangan hidup. Key Word : RA berbasis Sekolah Alam, Pendekatan Spider Web Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha untuk mengantarkan manusia kepada jenjang yang lebih sempurna, sedangkan fenomena pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dimana banyak factor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen yang memegang peranan penting dan penentu dari keberhasilan proses belajar-mengajar. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Pencapaian tujuan belajar dalam proses belajar mengajar diukur atau ditentukan dengan suatu prestasi belajar. Berhasil tidaknya seorang siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar atau yang sering kita kenal dengan prestasi belajar. Prestasi belajar menurut Tulus adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Jika ditinjau dari unsur siswa, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ini, baik faktor yang ada dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Faktor yang ada dalam diri anak didik adalah faktor fisiologis dan psikologis. Misalnya: persepsi, minat, sikap, motivasi, bakat, IQ dan seterusnya. Sedang faktor yang berada di luar diri anak didik misalnya lingkungan tempat tinggal, keadaan sosial ekonomi orang tua dan seterusnya (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 2005 : 166). Guru dituntut agar kreatif dalam menentukan strategi serta mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, karena tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut terus berkembang sesuai dengan era globalisasi. Maka dari itu, sebagai suatu profesi dari tugas yang diamanahkan, guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang berbagai strategi dan media pembelajaran. Hal ini dianggap penting untuk peningkatan semangat dan motivasi bagi siswa. Guru juga dituntut agar dapat mengkondisikan diri dan meningkatkan kompetensinya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan yang terjadi. Seorang guru diharapkan tidak sekedar mengajar ilmu pengetahuan saja, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta didiknya. Untuk menciptakan guru yang profesional dan memandang pekerjaannya sebagai amanah dan sesuatu yang harus dikembangkan, dibutuhkan arahan dan pembinaan dari seorang pemimpin pada suatu lembaga pendidikan. Dalam hal ini menurut Tilaar diperlukan pemimpin-pemimpin yang sesuai, yang disebut pemimpin profesional; pemimpin yang bukan hanya menguasai kemampuan dan ketrampilan untuk memimpin tetapi juga dituntut dari padanya dua hal, yaitu sebagai berikut ; (a) pemimpin yang dapat mengejawantahkan nilai-nilai Islam di dalam sistem pendidikan Islam, dan (b) pemimpin yang memiliki dan menguasai nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan permintaan zaman (H.A.R. Tilaar, 2000 : 159). Kepemimpinan, sampai hari ini tetap dianggap sebagai faktor yang sangat penting (Seger Handoyo, 2010 : 130). Kepemimpinan memiliki peran sebagai
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
56
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
pembangun hubungan dan sebagai pembentuk nilai-nilai dalam organisasi. Pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi dapat dilihat sebagai efek kepemimpinan langsung dan tidak langsung (Anik Hermaningsih, 2011 : 23) di Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah di Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Efek-efek langsung kepemimpinan mengacu kepada keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan pemimpin yang mempunyai dampak langsung terhadap kinerja karyawan dalam jangka pendek, sedangkan efek-efek tidak langsung lebih perlahan dirasakan, namun seringkali lebih bertahan lama. Mengingat pentingnya pemimpin dalam menjalankan roda organsasi kependidikan di Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah di Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo, maka dapat diketahui bahwa fungsi utama pimpinan pada satuan pendidikan, adalah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah memiliki tanggung jawab ganda yaitu melaksanakan administrasi lembaga sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajarannya dan dalam membimbing murid-muridnya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah di Kecamatan Gading Probolinggo memegang peranan yang penting dalam meletakkan fondasi pendidikan bagi pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia di lembaganya. Keberhasilan meletakkan nilai-nilai kepada siswa sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam menggerakkan semua komponen pendidikan yang ada. Hal ini dapat terwujud bila kepala memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki daya inovasi, dan kreativitas yang tinggi agar sekolah dapat berkembang dengan pesat (Niniek Widiarochmawati, 2010 : 30). Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala madrasah tertuang dalam Kepmendiknas No.13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah / Kepala Madrasah yang harus dimiliki yaitu : kompetensi 1) kepribadian, 2) manajerial, 3) kewirausahaan, 4) supervisi, dan 5) social ( Tarsono, 2012 : 40). Kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah di Kecamatan Gading Probolinggo menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan memadai dalam melaksanakan pekerjaannya (Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, 2003 : 38). Pekerjaan pemimpin pendidikan adalah menstimulir dan membimbing pertumbuhan guru-guru secara continue sehingga mengenal dan mampu melaksanakan dengan lebih baik segenap tugas pengajarannya sehingga mereka akhirnya mampu menstimulir dan membimbing murid-murid untuk dapat berpartisipadi di dalam masyarakat demokratis. Kepala pada lembaga Pendidikan Anak Usia Dini harus inovatif menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Ini berarti bahwa ia harus mampu mengelola "school plant", pelayanan-pelayanan khusus, dan fasilitas-fasilitas pendidikan sehingga guruguru dan murid-murid memperoleh kepuasan menikmati kondisi-kondisi kerja; mengelola personalia pengajar dan murid; membina kurikulum yang memenuhi kebutuhan anak dan mengelola catatan-catatan pendidikan. Kesemuanya ini diharapkan agar ia dapat memajukan program pengajaran di sekolahnya. Oleh karena itu, kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah di Kecamatan Gading Probolinggo melakukan analisis yang mendalam terhadap konsep pembelajaran yang harus dikembangkan di lembaganya, melalui berbagai tahapan, seperti; diskusi dengan teman sejawat, membaca literature konsep pembelajaran, pembinaan dari para ahli dan
57
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
lain sebagainya, sehingga pengembangan lembaga dapat dilakukan secara terencana dan sistematis, yaitu dengan konsep “Pengembangan PAUD Berbasis Sekolah Alam dengan Pendekatan Spider Web” Sekolah Alam Berbasis Alam Secara umum, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mengintegrasikan manusia, teknologi, dengan alam. Alam adalah sumber ilmu pengetahuan yang belum dimanfaatkan. Alam memberi sangat banyak inspirasi dan mengajarkan kita untuk berpikir secara realistis dan sesuai fitrah (Veronika Joan Putri : 01). Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara-cara yang tepat, misalnya melalui pengalaman nyata, melakukan eksplorasi serta kegiatan-kegiatan lain yang bermakna. Salah satu cara yang memudahkan anak dalam belajar adalah mengaitkan mata pelajaran dengan berbagai masalah aktual yang ada di lingkungan sekitar anak. Guru harus dapat menghubungkan, menyesuaikan, dan mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kondisi, kebutuhan, minat, serta kemampuan siswa (Aningsih, 2012 : 119). Cara ini akan membantu anak-anak yang tingkat kecerdasannya normal, bahkan yang dibawah rata-rata akan mudah pula menangkap berbagai konsep yang akan disampaikan guru. Karena bagi anak yang cerdas, mereka bisa menerima konsep-konsep yang disampaikan guru secara abstrak. Namun tidak demikian bagi mereka yang kecerdasannya biasa-biasa saja atau bahkan yang di bawah normal. Pembelajaran yang semacam ini, biasanya nampak pada pembelajaran berbasis alam (sekolah alam). Secara substansi sekolah berbasis alam merupakan sistem sekolah yang menawarkan bagaimana mengajak siswa untuk lebih akrab dengan alam, sekaligus menjadikannya spirit untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran berbasis alam sebetulnya dapat secara fleksibel dilakukan, tidak harus dengan bentuk outbond, tetapi dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah yang terdekat. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk menerapkan model belajar berbasis alam. Salah satu contoh model belajar berbasis alam antara lain pendekatan belajar berbasis masalah. Melalui model pendekatan belajar berbasis masalah, akan membawa peserta didik pada alam nyata, yang dapat langsung diindera secara visual oleh peserta didik. Peserta didik akan memperoleh pengalaman nyata serta dapat memadukan antara teori dan kondisi nyata yang ada di lapangan, sehingga mudah diingat dan akan melekat kuat dan tahan lama dalam diri peserta didik. Di samping itu suasana akan lebih cair, segar, yang tentunya akan menarik peserta didik untuk terus mencari dan menemukan sesuatu. Model pembelajaran ini dapat juga dipadukan dengan pendekatan inkuiri, di mana peserta didik diajak untuk menemukan sesuatu dan menyimpulkan konsep sendiri. Diharapkan dengan model ini peserta didik akan menghargai proses pencarian dan penemuan, sehingga pembelajaran akan lebih berkualitas dan bermakna. Para peneliti pendidikan, kemudian mengembangkan suatu model pendekatan pembelajaran untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut. Antara lain dengan dikembangkannya pendekatan tematik (Thematic Aproach) yaitu suatu model pembelajaran terpadu, merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
58
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
pelajaran. Pendekatan ini merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pendekatan tematik ini kemudian diterapkan oleh “sekolah alam”, yaitu sekolah yang berbasis pada alam lingkungan sekitar sebagai obyek belajar. Profil sekolah ini lain dari sekolah pada umumnya, namun keberadaanya semakin dirasakan sebagai sebuah sekolah yang mampu mengakomodasi semua keinginan kita tentang dunia pendidikan yang kita harapkan, pendidikan yang membebaskan dan menyenangkan (Maryati, 2007 : 180). Sekolah berbasis Alam dengan pendekatan spider web (tematik) berusaha membangun kemampuan-kemampuan dasar anak yang membuatnya proaktif dan adaptif terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Kemampuan berpikir logis misalnya. Seorang anak yang mampu berpikir logis, lebih penting dari pada sekedar mendapat nilai tinggi dalam matematika. Sebab kemampuan itu yang memberikan kekuatan “mencerna” masalah-masalah hidupnya. Begitu juga latihan outbond, yang melatih keberanian, kesabaran, keuletan, kerjasama tim dan kepemimpinan. Latihan ini membangun struktur mentalitas mereka secara kuat yang membuat mereka tahan terhadap goncangan-goncangan hidup. Pendekatan Spider Web dalam Kegiatan Pendidikan Menurut Samsul Nizar, unsur penting dari proses pendidikan adalah pendidik, di pundak pendidik terletak tanggungjawab yang amat besar terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara kontinu, sebagai sarana vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia (Samsul Nizar, 2002 : 41). Kompetensi guru sebagaimana di dalam undang-undang guru dan dosen pasal 10 ayat 1 yaitu meliputi: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi, dan (4) kompetensi social (UU Guru dan Dosen, Pasal 10 Ayat 1). Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogic (E. Mulyasa, 2007 : 75) adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, dan yang terahir kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Tim Cemerlang, 2007 : 12). Oleh karena itu, guru dalam hal ini harus mampu melakukan manajemen kelas. Menurut Amatembun pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembangtumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (NA Amatembun, 1989 : 22). Sedangkan menurut Usman, pengelolaan kelas/manajemen kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif (M. U Usman, 2003 : 97). Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran
59
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran di kelas meliputi pengelolaan waktu, pengelolaan media dan pengelolaan kelas (Apridayani Marabessy, 2012 : 8). Dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, khususnya pada pembelajaran pada siswa level bawah, seperti PAUD dan Sekolah Dasar, dikenal pendekatan spider web. Pendekatan Spider Web (Model Jaring Laba-laba) yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain. Pembelajaran tematik model Jaring Laba-laba (Spider Webbed) adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Dalam pendekatan ini, pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati, maka dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas pembelajaran yang mendukung. Tema merupakan pengikat setiap kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Dengan demikian model ini merupakan model yang mempergunakan pendekatan tematik lintas bidang studi. Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi dan menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran. Model pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik dapat belajar individual maupun kelompok dapat aktif mencari dan menggali serta menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran tematik akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema tersebut, para siswa beljar sekaligus menjalani proses. Dalam hal ini, siswa belajar berbagai mata pelajaran secara serempak. Pembelajaran dengan konsep ini ditujukan agar proses pembelajaran dapat mengakomodasikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta permasalahan yang begitu kompleks dalam masyarakat, maka dapat diterapkan pembelajaran Tematik. Mengingat, dengan pembelajaran Tematik siswa tidak terpisah dengan kehidupan nyata dan tidak ‘gagap’ dalam menghadapi perkembangan zaman. Pembelajaran Tematik akan menciptakan sebuah pembelajaran terpadu yang akan mendorong keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan menciptakan situasi pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran Tematik yakni kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema (Sa’dun Akbar & I Wayan Sutama, 2009 : 142). Sedangkan karakteristik pembelajaran model spider web (tematik) sebagai berikut ; Holistik: suatu peristiwa yang menjadi pust perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
60
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
yang terkotak-kotak. Pembelajaran tematik buat siswa dapat memahami suatu fenomena dari segala sisi. Siswa dapat lebih arif dalam menyikapi kejadian yang ada di hadapan mereka. 1. Bermakna: pembahasan suatu fenomena dari segala sudut pandang memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antarskemata yang dimiliki siswa, dan berdampak pada kebermaknaaan dari materi yang dipelajari. 2. Otentik: memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari, sebab siswa melakukan kegiatan secara langsung di dalam kelas. Mereka memahami hasil belajarnya sendiri, hasil dari interaksinya, fakta dan peristiwa bukan sekedar hasil pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi otentik. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan motivator sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan ke mana arah yang harus dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan tersebut. 3. Aktif: pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan berdasar pada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasinya. 4. Landasan praktis: pembelajaran tematik dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis terhadap kemungkinan pelaksanaannya, mencapai hasil yang optimal. Dengan model ini, siswa mampu mengaitkan pelajaran dengan nyata, juga dapat mengaitkan hubungan antar pelajaran yang mereka terima. Anak-anak tidak hanya belajar di kelas, tetapi mereka belajar dari mana saja dan dari siapa saja. Selain belajar dari buku, anak-anak juga belajar dari alam sekelilingnya. Anak-anak bukan belajar untuk mengejar nilai, tetapi untuk bisa memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan seharihari. Suatu tema ditegaskan dalam semua mata pelajaran (Ayu Siska). Kecenderungan pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kenutuhan anak (Developmental Appropriate Practice). Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari satu topik atau tema yang dipilih untuk dikembangkan guru. Tujuan dari tema ini bukan untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep-konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat atau wahana untuk mempelajari dan menjelajahi tema tersebut. Pembelajaran Tematik dapat pula dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Pembelajaran Tematik memberi peluang pembelajaran ter-padu yang lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah tumbuhnya kreativitas sesuai kebutuhan sis-wa. Lebih lanjut, diharapkan siswa dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi (Sutirjo & Istuti, 2005). Model yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam berbagai kegiatan/ bidang pengembangan. Pembelajaran ini di mulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan bidang pengembangan. Diharapkan dari pengembangan tema tersebut aktivitas anak dapat berkembang dengan sendirinya. Web juga memadukan berbagai mata pelajaran yang ada dalam kurikulum, berdasarkan
61
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
tema yang dapat mengaitkan berbagai konsep, topic dan ide. Hubungan antara bidang studi terwujudkan dalam bentuk jaringan yang saling berhubungan dalam bentuk jaring laba-laba. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, Komprehensif dan aplikatif sekaligus juga memahami kemampuan dasar yang ingin ditumbuhkan kepada anak-anak adalah kemampuan membangun jiwa keingintahuan, melakukan observasi, membuat hipotesa, serta kemampuan berfikir ilmiah. Dengan metode spider web mereka belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Di sini anak juga diarahkan untuk memahami potensi dasarnya sendiri. Setiap anak dihargai kelebihannya, dan dipahami kekurangannya. Pengembangan Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Berbasis Sekolah Alam Dengan Pendegkatan Spider Web Keberhasilan pembelajaran ditunjang oleh peran guru sebagai aktor utama dalam mengimplementasikan kurikulum dengan berbekal dengan teori-teori yang sudah dipelajarinya. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat kompleksitas yang tidak bisa diabaikan baik oleh guru maupun siswa, baik yang terjadi di dalam dan di luar kelas, pengetahuan siswa dan guru serta hal-hal apa yang mungkin dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran di Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo, maka peran pimpinan sangat diperlukan, utamanya dalam rangka memanage dan memotivasi para gurunya untuk melaksanakan pembelajaran inovatif, kreatif, menyenangkan dan mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo membuat kebijakan tentang konsep pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh semua guru di lembaganya, yaitu pembelajaran berbasis sekolah alam dengan pendekatan spider web. Pembelajaran sekolah alam dengan pendekatan spider web adalah pembelajaran yang dilaksanakan di Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo bisa dilaksanakan di luar kelas dengan menggunakan lingkungan sebagai medianya sesuai dengan tema-tema yang ditentukan. Konsep pembelajaran berbasis sekolah alam dengan pendekatan spider web di Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo didasarkan pada; 1. Determinis Resiprokal : Anak-anak melalui sekolah alam akan belajar melalui lingkungan yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi perkembangan perilakunya. Di sekolah alam anak diajarkan untuk mengenal dan mencintai alam sehingga mereka akan menghargai dan menjaga alam. 2. Tanpa Reinforcement: Di sekolah alam, anak-anak belajar melalui observasi di dalam secara langsung, yang membuat mereka mendapatkan kesenangan dalam belajar dan tidak membutuhkan reinforcement dari luar untuk memacu mereka untuk belajar. Menurut mereka mendapatkan jawaban dari rasa keingintahuan itu sendiri, sudah menjadi kesenangan dan kebutuhan. Anak-anak memilih sendiri apa yang ingin diketahuinya dari lingkungan sekitar dan mengatur cara belajarnya sendiri. Mereka mampu untuk menemukan masalahnya
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
62
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
dan mencari jalan keluar, sehingga apabila mereka dihadapkan pada masalah yang sama mereka dapat menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri sebagai individu yang unik (Ayu Siska). Selain itu, pembelajaran berbasis alam dengan pendekatan spider web di Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo dilandaskan pada; 1. Progresivisme: pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami, dan tidak artifisial. Artinya, pembelajaran di sekolah memberi makna dalam keadaan dunia nyata. 2. Konstruktivisme: pengetahuan siswa dibentuk oleh individu dan pengalamn merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Kunci utamanya ialah mereka harus mengalami sendiri. 3. Developmental Appropriate Practice (DAP): pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa. 4. Landasan normatif: pembelajaran tematik hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh kompetensi dasar. Keunggulan kebijakan kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo tentang pembelajaran berbasis sekolah alam dengan pendekatan spider web antara lain, faktor motivasi berkembang karena adanya lingkungan alam sekitar yang dijadikan sebagai media untuk pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Mereka dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan. Dalam pelaksanaannya, konsep pembelajaran berbasis sekolah alam dengan pendekatan spider web dapat menggunakan berbagai model atau metode, seperti model inkuiri, pendekatan berbasis masalah, eksperimen, demonstrasi, menggambar, diskusi, tanya jawab, bermain peran, sosiodrama, ceramah, dan lain-lain. Esensi sesungguhnya adalah untuk lebih mendekatkan siswa pada alam nyata, agar terdapat integrasi antara teori dan kenyataan. Dengan mendekatkan siswa pada alam bebas, maka kemampuannya akan lebih tereksplorasi secara bebas. Belajar paling efektif terjadi dalam suasana bebas. Inovasi adalah upaya untuk memperoleh percepatan proses dan keindahan hasil belajar berbasis pada kebebasan dan keberagaman. Mengajar adalah melayani agar percepatan dan keindahan itu diperoleh dalam suasana menggembirakan. Learning can be fun, but learners can make it so. Kesimpulan Kepala Raudlatul Athfal Ihyauddiniyah Gading Probolinggo memiliki peran yang cukup besar dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran pada lembaga yang dipimpinnya. Melalui pengembangan pembelajaran berbasis sekolah alam dengan pendekatan spider web, diharapkan dapat memberikan nuansa baru bagi peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajarannya bersifat konsekstual, siswanya menjadi aktif karena mampu memberikan pengalaman langsung dengan objek-objek nyata bagi anak, pembelajarannya mampu yang menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif, social, emosi dan fisik dan mampu mengakomodasi kebutuhan anak-anak untuk bergerak dan melakukan kegiatan fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif.
63
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
DAFTAR PUSTAKA Anik Herminingsih, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Budaya Organisasi, dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Manajemen Dan Kewirausahaan “OPTIMAL” Vol. 5, No.1 Maret 2011. ANINGSIH, Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Alam (Studi Deskriptif Kualitatif di Kelas I SD Alam Cikeas Bogor), dalam Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012. Apridayani Marasabessy, Analisis Pengelolaan Pembelajaranyang Dilakukan oleh Guru yang Sudah Tersertifikasi dan yang Belum Tersertifikasi pada Pembelajaran IPA di Kelas V Sekolah Dasar, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 13 No. 1, April 2012. Ayu Siska, Penerapan Teori Belajar Pada Pendidikan Sekolah Alam. Lihat dalam WEB Forum Universitas Pendidikan Indonesia. http://forum.upi.edu/index.php? topic=16248.0 E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. H.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2000. Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto, Kepemimpinan dalam Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 2003. M.U Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003. Maryati, Sekolah Alam, Alternatif Pendidikan Sains yang Membebaskan dan Menyenangkan, ISBN : 978-979-99314-2-9, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Yogyakarta, 25 Agustus 2007. NA Amatembun, Manajemen Kelas,Penuntun Bagi Guru dan Calon Guru, FIP IKIP Bandung, Bandung, 1989. Niniek Widiarochmawati, Kepemimpinan Kharismatik Wanita Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Tuban, dalam Jurnal Prospektus, Tahun VII, I Nomor 1, April 2010. Sa’dun Akbar & I Wayan Sutama, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Kelas 1 dan Kelas 2 Sekolah Dasar, dalam Jurnal Penelitian Kependidikan, Academia.Edu, Tahun 19, Nomor 2, Oktober 2009. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers, Jakarta, 2002. Seger Handoyo, Pengukuran Servant Leadership sebagai Alternatif Kepemimpinan di Institusi Pendidikan Tinggi pada Masa Perubahan Organisasi, dalam Jurnal MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010. Sutirjo & Istuti. S. Madrasah Aliyah Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004, Bayu Media, Malang, 2005.
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015
64
Pengembangan RA Ihyauddiniyah berbasis Sekolah Alam dengan pendekatan Spider Web
Tarsono, Pengaruh Kompetensi Manajerial, Supervisi dan Kewirausahaan Terhadap Kinerja Kepala MI Negeri Se Kabupaten Brebes, dalam Journal of Economic Education, ISSN 2301-7341, Universitas Negeri Semarang, 2012. Tim Cemerlang, UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Cemerlang Publisher, Yogyakarta, 2007. Umar Tirtarahardja & La Sulo, Pengantar Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005. UU Guru dan Dosen, Dikutip dari: “Pusat Data dan Informasi Pendidikan, BalitbangDepdiknas”, pasal 10 ayat 1 Veronika Joan Putri, Sekolah Alam Soreang, dalam JURNAL ARSITEKTUR SAPPK.
65
Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 02 No. 02 Juli-Desember 2015