PENGEMBANGAN POTENSI LAHAN KERING DI DESA SADAPAINGAN KECAMATAN PANAWANGAN KABUPTEN CIAMIS Annisa Rahma1 (
[email protected]) Siti Fadjarajani2 (
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT The background of this research is the lack of dry lands and want to know how the condition of dry land in the Sadapaingan village, sub district Panawangan, Ciamis regency. The problem raised in this research is how the efforts to utilitize the potential of dry lands and how to dry land conditions in the Sadapaingan village.The method used in this research is descriptive quantitative. Research taking information from respondens data obtained through field observations and interviews of various informants who have intimate knowledge regarding the potential development of dry land and equipped with secondary data from various relevant sources. Data collected was processed through quantitative analysis data techniques. population is over all symptoms, individuals, cases and issues that will be examined in the research area into objects of research studies and population studies reviewed by the authors and the dry land farmers who use agricultural land and farm area. The sample is part of a population that represents the population being smapelnya is concerned that the farmers.The result research showed that the dry land efforts made by the farmers, among other, by change cropping patterns and intercropping, such change cropping patterns that initially the land was planted with ginger in at the time of harvest, the land is planted with cayenne pepper and crops for intercropping patterns, cardamom plants are united with hardwood plantations are on the same land. While dry land condition itself is very broad as the overall number of about 200,9 acres and is mostly used for agricultural areas but some areas are used for livestock, water availability is also one of the constraints faced by dry land farmers in the village Sadapaingan but farmers are not standing still trying to drain the water from the fountain Sadapaingan although contained village with a variety businesses.
Keywords: development potential of dry land
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya penggunaan lahan di pedesaan atau didaerah digunakan untuk lahan pertanian baik berupa sawah maupun lahan kering. Walaupun demikian sawah pun tak menjadikan suatu semberdaya alam yang dapat untuk memberikan pemenuhan kebutuhan jika lahan tersebut tidak potensial atau tidak digunakan secara optimal. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan adanya pemilihan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara berkala dan adanya pemeliharaan lahan tersebut dan tidak diganti-ganti tanamannya. Oleh karena itu peningkatan pembangunan di sektor pertanian sangatlah penting untuk menciptakan pemerataan pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia. Maka sejalan dengan hal tersebut di Desa Sadapaingan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian sebagian lahannya berupa lahan kering. Desa Sadapaingan merupakan Desa yang berada di Kecamatan Panawangan dengan topologi perbukitan. Desa Sadapaingan berada di 700 mdpl. Sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian dan penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani dan juga buruh tani. Sebagian besar lahan tersebut merupakan lahan pertanian kering yang ditanami padi pada waktu musim hujan saja. Hal ini dikarenakan tidak adanya irigasi untuk mengairi lahan pertanian secara teknis apabila menjelang musim kemarau petani sibuk menyiapkan berbagai jenis tanaman yang cocok untuk ditanam pada musim kemarau. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui upaya pemanfaatan lahan kering di Desa Sadapaingan. 2) Untuk mengetahui kondisi lahan kering yang terdapat di Desa Sadapaingan. 2. METODE PENELITIAN Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Surakhmad (1998:131) Bahwa metode merupakan cara utama yang utama yang digunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-lat tertentu.
3. PEMBAHASAN Tabel 4.1 Upaya yang dilakukan responden dalam melakukan Pengembangan potensi lahan kering di Desa Sadapaingan Lahan yang Frekuensi Persentase No Upaya pemanfaatan digunakan (F) (%) (Ha) Melakukan Pola tanam Tumpangsari Digunakan untuk lokasi peternakan Melakukan pergantian pola tanam Jumlah
1 2 3
209,4
32
43,24
52,35
28
32,42
87,75
17
28,37
349,5
74
100
Sumber: Hasil penelitian 2013
A. Pola tanam tumpangsari Tumpangsari adalah pola tanam yang sifatnya terpadu artinya dalam satu lahan terdapat beberapa komoditas tanaman antara lain tanaman kapulaga,cengkeh dan lainnya. Tumpangsari adalah pola tanam yang cocok pada lahan yang kering, karena pola tanam seperti ini merupakan cara untuk mengurangi kerusakan pada tanaman peka terhadap sinar matahari secara langsung, berdasarkan hasil penelitian Pola tanam tumpangsari memiliki frekuensi yang dilakukan oleh responden dan lahan yang digunakan untuk melakukan pola tanam tumpangsari adalah .209,4 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
4.2 Jenis-jenis tanaman yang oleh responden melakukan pola tanam tumpangsari di Desa Sadapaingan No 1 2 3 4
Jenis tanaman
Lahan yang digunakan (Ha)
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Kapulaga Kayu keras Cabe rawit Jahe Jumlah
73,29 52,35 37,69 46,07 209,4
16 11 8 10 45
35 25 18 22 100
Sumber: Hasil penelitian 2013
1. Kapulaga Tanaman kapulaga adalah tanaman yang cocok ditanam pada lahan kering, selain itu juga tanaman ini dalam perawatannya tidak terlalu memerlukan yang sangat sulit,hanya perlu pemupukan dan membersihkan tanaman liar yang tumbuh disekitar tanaman ini. Produktivitas tanaman ini dalam satu tahun (6 kali panen) sekali di Desa Sadapaingan ini menghasilkan 3 ton dari 5 Ha lahan kering yang ada di Desa Sadapaingan sebagai hasil dari dokumentasi, penulis dapat membuktikan responden menanam kapulaga dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Tanaman Kapulaga Dengan Pola Tanam Tumpangsari Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.14 lahan kering yang digunakan untuk tanaman kapulaga sekitar 73,29 Ha dan dengan frekuensi 16 KK. tanaman kapulaga adalah jenis tanaman tumpangsari di Desa Sadapaingan selain cocok untuk ditanam di areal lahan kering khususnya di Desa Sadapaingan juga memiliki daya jual yang cukup tinggi. 2. Kayu keras Kayu keras adalah pohon yang tumbuh cocok di daerah beriklim tropis untuk sekarang ini kayu keras sedang dijadikan tanaman yang memiliki nilai jual yang lumayan tinggi. kayu keras juga merupakan alternatif untuk memanfaatkan lahan kering di Desa Sadapaingan dapat
mengkonversikan dari lahan sawah ke lahan perkebunan dikarenakan musim kemarau yang sangat panjang dan gagal panen. untuk lebih jelasnya penanaman kayu keras di daerah penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Kayu Keras Dengan Menggunakan Pola Tanam Tumpangsari maka dari itu,sebagian besar petani di kayu keras yaitu sekitar 52,35 Ha dan frekuensi 11 KK.
3. Jahe Tanaman jahe adalah tanaman yang cocok ditanam pada lahan kering, selain itu juga tanaman ini dalam perawatannya tidak cukup sulit. Produktivitas tanaman ini dalam setahun sekali di Desa Sadapaingan ini menghasilkan sampai 7 ton dari 5 Ha lahan kering yang ada di Desa Sadapaingan. Penulis dapat membuktikan responden menanam jahe dapat
dilihat pada gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Lokasi Pertanian Jahe 4. Cabe rawit Selain untuk penanaman jahe dan kapulaga di areal lahan kering yang terdapat di Desa Sadapaingan pun bisa dijadikan areal untuk pengembangan tanaman cabe rawit,selain cabe rawit cocok untuk pertanian di areal lahan kering juga cabe rawit mampu memproduksi yang begitu banyak dan dalam masa panennya bisa 2 kali dalam 6 bulan sekali,produktivitas tanaman ini dalam satu tahun dapat menghasilkan 5 ton dari 5 Ha lahan kering yang ada di Desa Sadapaingan, untuk lebih jelasnya tanaman cabe rawit dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Lokasi Pertanian Cabe Rawit
B. Untuk lokasi peternakan Pada lahan kering digunakan sebagai lokasi peternakan berdasarkan penelitian di lapangan ternyata adanya suatu penggunaan lahan kering yang dijadikannya sebagai lokasi peternakan sapi, kambing, ayam broiler, dan ayam petelur akan tetapi dengan cara yang seperti ini pemanfaatan lahan kering dapat menghasilkan produktivitas yang lebih baik karena dalam pemeliharaannya menjadi lebih sulit karena kurangnya ketersediaan air yang kurang memadai dengan kebutuhan pemeliharaannya hewan ternak tersebut para responden hanya 28 KK untuk peternakan atau sekitar 32,42% dengan menggunakan lahan 52,32 Ha dan yang melakukan upaya pengembangan lahan kering dengan dijadikannya sebagai lokasi peternakan kambing. Pupuk yang dihasilkan dari kotoran ayam pada tanah di sekitar lokasi peternakan ayam menghasilkan jenis tanah yang memiliki kesuburan yang secara langsung menyerap kedalam tanah tanpa proses manusia menjadi pupuk organik bagi tanah di Desa Sadapaingan tersebut. Sampai saat ini yang memilih lahan keringnya digunakan untuk lokasi peternakan sudah sedikit meningkat dibandingkan dengan 2 tahun kebelakang dan untuk lebih jelasnya akan adanya suatu upaya petani dalam mengembangkan potensi lahan kering dapat dilihat pada gambar 4.5 pada halaman berikutnya:
Gambar 4.5 Lokasi Peternakan Kambing Tampak Dari Dalam
Gambar 4.6 Lokasi peternakan ayam Broiler
Gambar 4.7 Lokasi peternakan sapi
Lahan kering di Desa Sadapaingan dijadikan lokasi peternakan domba dan lainnya selainnya hewannya bisa dijual dan akan tetapi pupuknya pun dapat dijadikan pupuk organik oleh para petani di daerah
Desa Sadapaingan. Pengembangan potensi lahan kering selain digunakan untuk areal pertanian juga dijadikan sebagai lahan untuk peternakan. C. Kondisi Lahan Kering Yang Terdapat Di Desa Sadapaingan a. Luas Lahan Garapan Responden mempunyai lahan garapan sebagian besar 65% yaitu yang memiliki lahan garapan kurang dari 500 bata dan 50% yang memiliki lahan lebih dari 500 bata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini Tabel 4.3 Luas Lahan Garapan Responden Di Desa Sadapaingan No
Luas lahan garapan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1
Kurang dari 500 bata
48
65
2
1 Ha
24
32,43
3
Lebih dari 1 Ha
2
2,57
74
100
Jumlah Sumber : hasil penelitian 2013
Berdasarkan tabel diatas luas lahan garapan para responden sebagian besar kurang dari 500 bata, oleh karena itu responden memiliki potensi yang cukup besar dengan cara memanfaatkan potensi lahan kering guna untuk meningkatkan produktivitas lahan kering. b. Status Kepemilikan Lahan Kering Pada dasarnya responden tentu saja harus memiliki lahan garapan yang digunakan untuk areal pertanian maupun peternakan dan perikanan khususnya lahan kering akan tetapi yang lebih ditekankan disini adalah status kepemilikan lahan kering tidak harus dimiliki oleh si penggarap, berdasarkan data yang diperoleh dari responden adalah milik sendiri dan sebagian kecil adalah milik orang lain dan pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
No 1
2
Tabel 4.4 Status Kepemilikan Lahan Responden Di Desa Sadapaingan Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis Status kepemilikan Frekeunsi (F) Persentase (%) Lahan Milik pribadi 56 75,67
Milik orang/ pihak lain
Jumlah
18
24,32
74
100
Sumber : Hasil Penelitian 2013
Berdasarkan hasil penelitian status kepemilikan lahan dari para responden 56 KK atau sebanyak 75,67% dari 74 KK adalah milik pribadi dan 8 KK atau sebanyak 10.82% milik orang lain dan 10 KK atau sebanyak 13,51% dari 74 KK adalah milik pemerintah Desa Sadapaingan. c. Pengembangan Potensi Lahan Kering Pengembangan pemanfaatan potensi lahan kering yang dilakukan petani di daerah penelitian sudah diupayakan oleh para petani untuk memberikan suatu kondisi yang lebih baik kedepannya dalam pemanfaatan lahan secara berkelanjutan untuk produktivitas yang lebih baik daripada sebelumnya supaya tidak bergantung pada lahan yang itu-itu saja, penggunaan lahan kering khususnya lebih sulit karena adanya suatu karakteristik kecocokan pada keadaan tanah yang akan dimanfaatkan untuk penanaman suatu tanaman agar menghasilkan produksi yang baik, oleh karena itu perlu adanya suatu kesesuaian lahan yang perlu dikaji sebelum memilih jenis tanaman apa yang akan ditanam pada lahan kering tersebut. Untuk mengetahui lebih jelasnya berdasarkan hasil penelitian di lapangan frekuensi responden, upaya yang sudah dilakukan untuk mengembangkan potensi lahan kering mereka supaya menghasilkan produksi yang lebih baik. d. Ketersediaan Air Pada umumnya dalam upaya pengelolaan atau penggarapan sebuah lahan yang dijadikan areal pertanian identik dengan kebutuhan atau ketersediaan air apalagi ini lahan yang dikelola merupakan lahan kering jelas akan kurang dalam
memenuhi kebutuhan air tapi dalam mengatasi kekurangan kebutuhan air tersebut para pengelola lahan itu sendiri berupaya menyalurkan atau membuat saluran air untuk mengalirkan air dari mata air ke areal pertanian lahan kering tersebut. Sehingga walaupun areal pertanian yang berada di Desa Sadapaingan merupakan lahan kering tetapi kebutuhan air pada saat musim kemarau menjadi salah satu masalah yang cukup serius,tetapi para petani tetap mengupayakan atau memanfaatkan sumber-sumber mata air yang ada di sekitar areal lahan pertanian tersebut dengan menggunakan alat bantu selang. 4. SIMPULAN Upaya pengembangan potensi ahan kering di Desa Sadapaingan : 1. Digunakan untuk lokasi peternakan 2. Melakukan dengan polatanam tumpangsari 3. Budidaya tanaman jahe dan cabe rawit Kondisi lahan kering yang terdapat di Desa Sadapaingan 1. Luas lahan garapan 2. Status kepemilikan lahan 3. Pengembangan potensi lahan kering 4. Ketersediaan air
DAFTAR PUSTAKA Sitorus,santun,1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito. Notoatmodjo,Soekidjo. Pengaturan Sumberdaya Alam di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Supeno, R.M dkk.1982. IPS Geografi dan Kependudukan. Solo: Tiga Serangkai Arikunto,Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta Sumaatmadja, Nursid. (1998). Study Geografi Suatu Pendekatan Dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni