REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PASIR BESI DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN CIKALONG KABUPTEN TASIKMALAYA Nedi Sunaedi1 (
[email protected]) Ilah Kamilah2(
[email protected]) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT ILAH KAMILAH, 2014. Used Land Reclamation Iron Sand Mining in the Village District of Cikalong Kalapagenep Tasikmalaya regency. Geography Education Program Teacher Training and Education Faculty of the University of Siliwangi Tasikmalaya. The background of this research is the iron sand mining activities conducted in the Village Kalapagenep Tasikmalaya District of Cikalong Kabuapten a positive impact for the mining entrepreneurs, landowners iron sand , iron sand and miners. But in addition to providing a positive value, iron sand mining activities also give a negative value to the environment, the communities with the company conducts a land reclamation, which aims to improve and enhance the quality of the environment and ecosystems in order to function returning the appropriate designation. The problem in this research is how environmental conditions of mined iron ore as well as how the land reclamation of mined iron ore in the Village District of Cikalong Kalapagenep Tasikmalaya regency . The purpose of this study was to determine how environmental conditions of mined iron ore as well as how the land reclamation of mined iron ore in the Village District of Cikalong Kalapagenep Tasikmalaya regency. The method used in this research is descriptive methods , data collection techniques used were observation , interviews , literature studies and study documentation . The population in this study is Kalapagenep villagers involved in mining iron sands is 497 people . Sampling in this study using random sampling techniques and sample saturated , taking 497 people from 3 Hamlet with a sample of 35 people. The results of this study are as follows : the environmental condition of the former iron sand mining in the village Kalapagenep Tasikmalaya District of Cikalong become corrupted like the beach morphology changes due to mining around the shoreline with a percentage of 77.14 % of the respondents , the destruction of coastal vegetation , such as trees and coconut trees pandan with a percentage of 77.14 % of the respondents , the destruction of infrastructure because of the large transportation trucks carrying iron sand with a percentage of 91.43 % of respondents . While efforts at land reclamation of mined iron ore in the Village Kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya Regency ie landscaping , charging / pengurugan mined land back to the former washing sand ( tailings ) , setting the land surface ( regrading ) the area that is set according to the area excavated , sowing / placement of topsoil , with a percentage of 97.14 % of the respondents , erosion control and management of the mine as the manufacture of building erosion control by way of a stone / gravel dumped on the land , with a percentage of 97.14 % of respondents , by way of procurement revegetating seedlings or seeds , in reclaiming land in the village of Kalapagenep provision of seeds were then planted companies landowners iron sand , and maintenance as fertilizer on land that has been reclaimed in order to get back in the manner intended , with a percentage of 97.14 % of respondents . Keyword: Used Land Reclamation
A. Latar Belakang Pasir adalah contoh bahan material butiran. Pasir merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri besi di Indonesia yang banyak dijumpai di daerah
pesisir seperti di Pesisir Jawa, Sumatera, Sulawesi dan
Nusatenggara. Salah satu indikasi adanya pasir besi tersebut yaitu terdapat di daerah Pantai Selatan Tasikmalayadari sepanjang Pantai Cipatujah, sampai Pantai Cikalong. Potensi pasir besi terdapat disepanjang Pesisir Pantai selatan dari Pantai Cipatujah sampai Pantai Cikalong, tepatnya di Pantai Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Di sini kegiatan penambangan pasir besi sudah berlangsung sejak lama, sekitar dari tahun 2002 an sampai sekarang. Penambangan ini selain dengan metode tradisional oleh penduduk, juga dilakukan dengan menggunakan alat-alat berat, seperti becko untuk mengeruk dan memuat pasir besi tersebut, dan truk-truk besar sebagai alat pengangkutnya. Pasir besi ini digunakan untuk bahan baku semen di pabrik semen yang berlokasi di Cilacap Jawa Tengah. Kegiatan penambangan pasir besi dapat memberikan nilai positif yang sangat strategis bagi perusahaan penghasil pasir besi dengan kualitas yang baik, dan bagi para pemilik lahan penambangan pasir besi. Penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep
Kecamatan
Cikalong
Kabupaten
Tasikmalaya,
selain
mempunyai dampak positif, juga mempunyai dampak negatif seperti rusaknya lingkungan, perubahan morfologi pantai, rusaknya vegetasi pantai, rusaknya sarana dan prasarana transportasi. Untuk mengatasi berbagai dampak dari kegiatan penambangan pasir besi maka salah satu tahapan penting dari suatu operasi penambangan adalah melakukan reklamasi lahan dengan upaya penataan lahan, pengendalian erosi dan pengelolaan tambang, revegatasi (penanaman kembali) pada lahan bekas penambangan pasir besi, agar diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Untuk mengatasi
berbagai
dampak
atau
kerusakan
dari
kegiatan
penambangan pasir besi, maka salah satu tahapan penting dari suatu operasi penambangan adalah melakukan reklamasi. Maka perusahaan daerah bersama masyarakat pemilik lahan pasir besi melakukan suatu kegiatan reklamasi lahan. Reklamasi ialah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha penambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya
B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabuapten Tasikmalaya. 2. Untuk mengetahui upaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
C. Metode Penelitian Skripsi ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif, penelitian deskriptif dilakukan melalui instrumen atau alat ukur penelitian dengan menggunakan teknik atau instrumen yang objektif dan baku yang memenuhi standar validitas dan reliabilitas yang tinggi. Penggunaan instrumen dilanjutkan dengan analisis statistik sehingga hasil penelitian dapat memberi makna. Objek yang diteliti adalah keadaan dan situasi yang tepat sehingga penelitian cenderung dalam lingkungan buatan (Artifical). D. Variabel Penelitian 1. Kondisi lingkungan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah: a. Terjadi perubahan morfologi pantai b. Rusaknya vegetasi pantai c. Rusaknya sarana dan prasarana transportasi 2. Upaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalayaadalah: a. Penataan lahan,
b. Pengendalian erosi dan pengelolaan tambang, serta c. Revegetasi (Penanam kembali)
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi dokumenter, dan studi literatur. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah pedoman yang digunakan dalam kegiatan penelitian, supaya peneltian yang dilakukan terarah. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakn adalah pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data dengan melalui pengamatan langsung di lapangan, pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara langsung dengan responden pada teknik wawancara. G. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terlibat dalam kegiatan penambangan pasir besi yang terdiri dari, pemilik lahan tambang, dan penambang pasir besi dengan jumlah populasi 497 dengan luasan penambangan seluas 30 Ha. 2.
Sampel Pengambilan sampel Kepala/Perangkat Desa dan pemilik lahan tambang menggunakan sampel jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel jumlah seluruhnya yaitu 11. Sedangkan penambang pasir besi dengan menggunakan sampel acak yaitu setiap populasi berhak untuk dijadikan sampel. Penambang pasir besi berjumlah 497 orang diambil 5% jadi respondennya berjumlah 24 orang.
H. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Desa Kalapagenep
Secara administratif, Desa Kalapagenep termasuk dalam wilayah Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Luas keseluruhan dari Desa Kalapagenep adalah 953,530 Ha yang terbagi ke dalam 7 kedusunan yaitu diantaranya Dusun Cipangasih, Dusun Setiamulya, Dusun Desakolot, Dusun Cikaler, Dusun Sirnagalih, Dusun Sukamaju, dan Dusun Sukajaya. Berdasarkan zonefikasi fisiografi Jawa Barat, daerah penelitian termasuk ke dalam Zone Pegunungan Selatan yang terbentang di Priangan Selatan mulai dari teluk Pelabuhan Ratu sampai Nusa Kambangan. Lebarnya rata-rata 50 Km, tetapi Nusa Kambangan hanya beberapa Km saja. Keseluruhannya merupakan sayap selatan dari geantiklin Jawa yang miring ke arah Samudera Hindia. Desa Kalapagenep terletak pada ketinggian 7 meter diatas permukaan laut. Topografi daerah penelitian ini berupa dataran rendah atau lahan landai. Dengan topografi yang sangat strategis, maka penduduk dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin untuk keberlangsungan hidupnya dan dalam rangka mengembangkan wilayahnya. Potensi sumberdaya air Desa Kalapagenep terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan yang terdapat di Desa Kalapagenep yaitu Sungai Ci Medang, dan Sungai Ci Galeuh. Selain potensi air permukaan, daerah penelitian juga memiliki potensi air tanah yang baik, terdiri dari Sumur Gali, dan Sumur Pompa. Penduduk di Desa Kalapagenep seluruhnya berjumlah 5.474 orang yang tersebar di 7 kedusunan dengan luas wilayah 953,530 Ha. Dengan membandingkan antara luas wilayah Desa dengan jumlah penduduk, maka dapat diketahui kepadatan penduduk Desa Kalapagenep yaitu 6 jiwa/ha, kepadatan penduduk fisiologis Desa Kalapagenep yaitu 14 jiwa/ha, dan kepadatan penduduk agraris Desa Kalapagenep yaitu 11 jiwa/ha.
2. Deskripsi Hasil Penelitian a. Kondisi Keberadaan Penambangan Pasir Besi di Desa
Kalapagenep Kegiatan penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep di mulai dari tahu 2002 an sampai saat ini. Pasir besi merupakan salah satu bahan baku dasar dalam industri baja, bahan untuk industri logam, dan juga dimanfaatkan pada industri semen. Pasir besi ini sebagian besar termasuk vsbahan galian golongan C disebut pula bahan galian non strategis dan non vital yang terdiri dari nitrat, nitrit, fosfat, garam batu, (halit), asbes, talk, mika dan yang lainnya. Bahan galian industri yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak lepas dari bahan galian industri. Hampir semua peralatan rumah tangga, bangunan fisik, obat, kosmetik, alat tulis, barang pecah belah sampai kreasi seni dibuat rekayasa teknik. Kegiatan penambangan pasir besi di Desa kalapagenep yang mempunyi potensi yang cukup besar dengan luas sekitar 30 ha yang terdapat di 3 Dusun yaitu Dusun Setiamulya, Dusun Cipangasih, Dusun Desakolot. Sejak adanya penambangan pasir besi masyarakat yang mempunyai lahan pasir besi, lahannya langsung disewakan kepada perusahaan dengan harga 1 batanya sekitar Rp 1.250.000, sistem sewa lahan ini hanya dikupas pasir besinya saja oleh penambang. Hal ini menjadi pendapatan yang besar bagi pemilik lahan. Selain memberikan pendapatan yang menguntungkan bagi pemilik lahan pasir besi, kegiatan penambangan pasir besi dapat menyerap tenaga kerja. Kegiatan penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep sebagian besar menggunakan alat-alat modern, untuk mengeruk pasir besi digunakan alat sejenis becko dan truk-truk sebagai alat pengeruknya.
Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang saling berlawanan, yaitu adanya dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari pertambangan pasir besi sebagai kemakmuran bagi para pengusaha, dan para pemilik lahan. Sedangkan dampak negatif yaitu terjadinya kerusakan lingkungan, seperti: 1) Perubahan morfologi pantai Terjadinya perubahan morfologi pantai, karena adanya penempatan pencucian pasir besi di bibir pantai sehingga sehingga ampas pasir besi (Tailing) banyak terbawa oleh angin, air hujan ke pantai sehingga morfologi pantaipun menjadi berubah. 2) Rusaknya vegetasi pantai Vegetasi pantai di Desa Kalapagenep sebelum adanya penambangan merupakan pantai yang asri akan vegetasinya. Tetapi setelah adanya penambangan terjadinya kerusakan vegetasi seperti pohon pandan, pohon kelapa, karena tergerusnya oleh kegiatan pertambangan pasir besi. 3) Rusaknya sarana dan prasarana transportasi Kerusakan yang paling parah dari adanya penambangan penambangan pasir besi yaitu rusaknya sarana dan prasana transportasi, karena banyaknya truk-truk yang hilir mudik yang membawa pasir tersebut dari Desa Kalapagenep ke daerah lain. b. Kondisi Lingkungan Bekas Penambangan Pasir Besi di Desa Kalapagenep
1) Perubahan morfologi pantai Morfologi pantai adalah bentangalam yang terjadi akibat aktivitas air yang berada di wilayah pantai. Berbagai macam bentuk bentangalam di wilayah pantai dihasilkan dari perubahan gelombang air laut. Perubahan muka air laut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pembekuan/pencairan, es secara besarbesaran di daerah kutub,karena daya tampung laut yang berubah
misalnya karena terjadinya penurunan dan pengangkatan dasar laut yang luas, adapun pengaruh manusia, misalnya pembuatan pelabuhan, reklamasi pantai. Perubahan morfologi pantai yang terjadi di sepanjang pantai di Desa Kalapagenep diakibatkan adanya tempat pencucian pasir besi (Stofel) di sekitar pantai sehingga ampas dari pasir besi (Tailing) terbawa oleh angin, air hujan kebibir pantai, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi pantai di Desa Kalapagenep. 2) Rusaknya vegetasi pantai Sebelum adanya penambangan pasir besi kondisi pantai di Desa Kalapagenep masih alami artinya banyak berbagai jenis vegetasi yang tumbuh menghiasi sepanjang jalur pantai. Munculny
permasalahan
ketika
mulai
dibukanya
penambangan pasir besi di sekitar pantai, dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan pasir besi yaitu merusak tataguna daerah pantai tersebut, seperti rusaknya vegetasi pantai pandan dan pohon kelapa, karena kegiatan penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep berada di bibir pantai sehingga vegetasi yang ada disekitar penamabangan tergerus. 3) Rusaknya sarana dan prasarana transportasi Dampak dari adanya kegiatan penambangan pasir besi yang paling parah yaitu rusak sarana dan prasana transportasi di Desa Kalapagenep, karena banyaknya truk-truk yang hilir mudik mengangkut pasir besi sehingga mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana transportasi yang menjadi penghubung jalur pantai selatan, ke adaan ini menyebabkan arus transportasi barang dan manusia menjadi terhambat.
c. Upaya Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Pasir Besi di Desa
Kalapagenep Reklamasi
ialah
kegiatan
untuk
memperbaiki
kondisi
lingkungan yang rusak akibat penambangan agar dapat berfungsi secara optimal. Upaya kegiatan reklamasi lahan bekas tambang, perlu mengacu pada kriteria sebagai berikut: 1) Penataan lahan Penataan
lahan
merupakan
tahap
kegiatan
sebelum
dilakukannya pengendalian erosi dan pengelolaan tambang serta revegetasi. Penataan lahan yang dilakukan pada lahan bekas penambangan di Desa Kalapagenep yaitu dengan menggunakan buldozer dan cangkul. Tujuan penataan lahan yaitu memulihkan daya dukung dan fungsi lahan. Adapun proses dari penataan lahan sebagai berikut: a) Pengisian/penimbunan kembali lahan bekas tambang Pengisian/penimbunan kembali pada lubang-lubang bekas penambangan oleh pasir bekas pencucian (tailing), sesuai
dengan area yang di gali. Supaya lahan tersebut
menjadi rata kembali seperti semula dan dapat ditanami. b) Pengaturan permukaan lahan (regrading) Pengaturan permukaan lahan (regrading) bertujuan untuk mengatur drainase, untuk mengatur pencapaian, untuk memudahkan
pemeliharaan
permukaan
tanah,
untuk
melestarikan lingkungan yang perlu dipertahankan. c) Penaburan/penempatan tanah pucuk Maksud dari pengelolaan ini untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk dengan lapisan tanah lain. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan reklamasi.
2) Pengendalian erosi dan pengelolaan tambang Pengendalian erosi merupakan kegiatan yang mutlak dilakukan
selama
kegiatan
penambangan
dan
setelah
penambangan. Pengendalian erosi bekas penambangan untuk menahan lahan yang ditambang supaya lahan tersebut tidak mudah tererosi. Pengendalian erosi yang dilakukan pada lahan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep dengan cara pemberian batu/kerikil sebelum lahan tersebut ditimbun, supaya lahan tidak mudah tererosi. 3) Revegetasi (Penanaman kembali) Revegetasi merupakan suatu kegiatan penanaman kembali pada lahan gundul atau kritis agar lahan tersebut dapat berguna dan dapat dimanfaatkan kembali sesuai peruntukkannya. Revegetasi telah dilakukan pada lahan bekas penambangan pasir besi di Desa kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sudah sesuai, karena masih adanya pembibitan pohon sengon (Albizia) oleh perusahaan kepada pemilik lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemupukan dilakukan oleh pemilik lahan pasir besi.
I. Simpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Pasir Besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Kondisi lingkungan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah: 1) Perubahan morfologi pantai 2) Rusaknya vegetasi pantai, serta 3) Rusaknya sarana dan prasarana transportasi.
b. Upaya reklamasi lahan bekas penambangan pasir besi di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sudah optimal, hal ini dilakukan dengan cara: 1) Penataan lahan 2) Pengendalian Erosi dan Pengelolaan Tambang 3) Revegetasi 2. Saran – saran Dalam
penelitian
mengenai
Reklamasi
Lahan
Bekas
Penambangan Pasir di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : a. Para pemilik lahan senantiasa menjaga dan merawat lahan yang sudah di reklamasi, supaya menjadi lingkungan yang stabil dan hasil reklamasi pun dapat di manfaatkan oleh masyarakat. b. Melakukan perawatan terhadap prasana umum seperti jalan dengan cara mematuhi ketentuan kapasitas muatan truk sesuai peraturan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Tasikmalaya, memelihara dan merawat jalan tambang dan berpartisipasi dalam merawat jalan desa, berkoordinasi dengan petugas Kepolisian Lalu Lintas setempat untuk mengatur keluar masuknya truk pengangkut bahan galian .
DAFTAR PUSTAKA Arief, Noor Rizqon.(2004). Reklamasi Tambang. Bandung: Unisba. Tidak diterbitkan. Mantra, Ida Bagoes. (2003). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi aksara Profil Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. 2013
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tim Dosen Geografi. (2011). Pedoman Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Geografi. Universitas Siliwangi