PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum.
[email protected]
Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Keseluruhan sistem itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang (Balitbang, 2010: 3). Nilai-nilai budaya lokal yang hidup di lingkungan peserta didik sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang relevan dengan kehidupan masa sekarang. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal tersebut dalam pembelajarannya. Pembelajaran bahasa di sekolah dasar, bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa, juga dapat mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajarannya. Guru yang profesional harus dapat mempersiapkan pembelajaran bahasa berbasis budaya lokal yang akan diselenggarakannya dengan baik. Salah satunya melalui kegiatan merancang atau merencanakan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Perencanaan yang dimaksud merupakan penentuan Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
1
serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, berbagai persiapan harus direncanakan dengan baik sehingga tujuan muatan pembelajaran bahasa berbasis budaya lokal dapat tercapai dengan optimal. Pembelajaran Bahasa di SD Berbasis Budaya Lokal Pembelajaran berbasis budaya lokal merupakan strategi penciptaan strategi pembelajaran lingkungan belajar dan perancangan belajar yang mengintegrasikan budaya lokal sebagai bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya lokal dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan,ekspresi dan komunikasi, serta perkembangan pengetahuan. Budaya lokal merupakan alat yang sangat baik untuk memotivasi siswa dalam
mengaplikasikan
pengetahuan,
bekerja
secara
kooperatif,
dan
mempersepsikan keterkaitan antara berbagai muatan pembelajaran. Contoh pembelajaran yang memadukan budaya lokal yang berupa artefak, yaitu dakon dalam muatan pembelajaran bahasa. Guru menggunakan berbagai bentuk dan ukuran dakon untuk memperkenalkan permainan tradisional Jawa kemudian peserta didik diminta untuk menuliskan pengalaman bermain dakon bersama teman dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa berdasarkan kalimatnya sendiri. Selain menggunakan wujud budaya yang berupa artefak, nilai-nilai dan sikap hidup dalam bermain dakon juga dapat diajarkan kepada peserta didik, yaitu nilai kejujuran, disiplin, dan menghargai sesama. Partisipasi
dengan
melalui
beragam
bentuk
perwujudan
budaya
memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar menggali prinsip-prinsip dalam suatu muatan pembelajaran, menemukan hal-hal baru yang bermakna di sekelilingnya, dan mendorongnya membuka hal-hal baru di dunia baru. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar Berbasis Budaya Lokal Penyusunan RPP harus memperhatikan berbagai prinsip yang akan mengarahkan guru agar terwujud pembelajaran yang baik. Adapun prinsip penyusunan RPP sebagai berikut. Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
2
1. Memperhatikan Perbedaan Individu Peserta Didik Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga guru harus jeli memahami kebutuhan masing-masing peserta didik agar dapat memberikan layanan yang optimal. Para peserta didik berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda sehingga perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat diminta untuk membantu temannya yang lemah (tutorsebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, guru dapat membantunya ketika mendapat kesulitan sehingga peserta didik tersebut dapat belajar secara optimal. 2. Mendorong Partisipasi Aktif Peserta Didik Pembelajaran yang baik, tentu saja akan mengaktifkan peserta didiknya, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa guru juga harus juga aktif. Guru harus aktif memotivasi, memfasilitasi, membimbing, dan mendampingi proses pembelajaran peserta didiknya. Sebagai makhluk sosial, peserta didik sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, peserta didik dapat bekerja berpasangan
atau bekerja
berkelompok.
didik
Berdasarkan
pengalaman,
peserta
akan
menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk secara kelompok memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, peserta didik perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 3. Mengembangkan Budaya Membaca dan Menulis
Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
3
Pembelajaran yang baik, tentu saja salah satunya tampak dari tingginya minat membaca dan menulis peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas. Setiap aspek pembelajaran, guru dapat membiasakannya
melalui
berbagai
kegiatan
yang
menyenangkan.
Misalnya melalui berbagai aktivitas membaca buku-buku sumber pengetahuan, sastra, media massa, poster, dan lain-lain. Setelah itu peserta didik diminta untuk menuliskan berbagai informasi yang didapatnya dalam kegiatan membaca tersebut. 4. Memberikan Umpan Balik dan Tindak Lanjut Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada peserta didik
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kelemahan peserta didik. Selain itu, cara
kekuatan daripada
memberikan
umpan
balikpun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan peserta didik dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru yang berkaitan
dengan pekerjaan peserta didik lebih bermakna bagi pengembangan diri peserta didik daripada hanya sekedar angka (nilai). 5. Keterkaitan dan Kepaduan 6. Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. (Kurikulum 2013) Adapun langkah penyusunan RPP berdasarkan kurikulum 2013 terbagi menjadi beberapa tahapan pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan ini dapat diisi dengan kegiatan sebagai berikut. a. Orientasi, yaitu kegiatan memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan dengan cara menunjukkan benda yang
Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
4
menarik, memberikan ilustrasi, menampilkan slide animasi (jika memungkinkan), fenomena alam, fenomena sosial, atau lainnya. b. Apersepsi, yaitu kegiatan menghubungkan hal-hal yang telah dipelajari atau pengalaman peserta didik terdahulu sebagai bahan pengait untuk mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan dipelajarinya. c. Motivasi, dapat berupa kegiatan memberikan gambaran manfaat mempelajari tema dan materi yang akan diajarkan. d. Pemberian Acuan, yaitu guru dapat menyampaikan berbagai hal terkait ilmu yang akan dipelajari, acuan dapat berupa penjelasan tema dan sub tema secara garis besar, pembagian kelompok belajar, penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran), memberi komentar pada awal pembelajaran, mengemukakan tujuan pembelajaran atau tugas-tugas yang akan diberikan, menyarankan langkah-langkah yang harus ditempuh peserta didik, dan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan dipelajari peserta didik. 2. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik. Pada kegiatan inti ini, guru sebaiknya menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan tema dengan pendekatan saintifik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup ini, guru dapat mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman atau simpulan. Kegiatan lain dapat berupa pemberian tes atau tugas dan memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah, dan atau tugas sebagai bagian dari remidi atau pengayaan.
Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
5
Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Jawa Berbasis Budaya Lokal (Wujud Budaya: Ide Gagasan& Perilaku)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Pertemuan Alokasi waktu
: Sekolah Dasar Batikan II Yogyakarta : Bahasa Jawa : V/ 2 :1 : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi Berbicara Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan sesuai dengan unggah-ungguh bahasa Jawa melalui menanggapi permasalahan faktual, melakukan wawancara, menceritakan seni tradisional, dan menceritakan gamelan Jawa. Kompetensi Dasar Menanggapi suatu permasalahan faktual. Indikator 1. Menyampaikan pokok-pokok berita/ kejadian faktual secara runtut dengan bahasa Jawa ragam Ngoko dan Krama. 2. Memberi tanggapan, pendapat terhadap berita/ kejadian faktual dengan bahasa Jawa Ngoko dan Krama. 3. Menyampaikan alasan yang logis terhadap berita/ kejadian faktual dengan bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Nilai Karakter yang Dikembangkan: 1. Kerjasama 2. Percaya Diri Tujuan Pembelajaran 1. Melalui kegiatan menyusun skenario dan bermain peran, peserta didik dapat menyampaikan pokok-pokok berita/ kejadian faktual secara runtut.
Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
6
2. Melalui kegiatan diskusi, peserta didik dapat memberi tanggapan, pendapat terhadap berita/ kejadian faktual dengan bahasa Jawa Krama dengan benar. 3. Melalui kegiatan tanya jawab, peserta didik dapat menyampaikan alasan yang logis terhadap berita/ kejadian faktual dengan tepat. Materi Pokok Tanggapan Kejadian Faktual (wonten lindhu ageng, boten minggah kelas dan gelut ing sekolah) Pendekatan, Model, dan Metode Pendekatan Model Metode
: PAKEM : Role Playing : Tanya jawab, Diskusi
Langkah-langkah Kegiatan: A. Kegiatan Awal (10 menit) 1. Apersepsi: peserta didik bertanya jawab tentang kejadian gempa di Yogyakarta. 2. Peserta didik menyimak uraian guru tentang tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jawa yang harus dicapai setelah pembelajaran usai. B. Kegiatan Inti (50 menit) 1. Peserta didik menyimak video cuplikan kejadian gempa bumi di Yogyakarta pada Pawarta Ngayogyakarta Jogja TV. 2. Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang kejadian dalam tayangan video dengan bahasa Jawa Ngoko dan Krama. 3. Peserta didik menyampaikan tanggapan terhadap tayangan video penggunaan ragam bahasa Jawa Krama yang sesuai dengan konteks budaya Jawa. Membentuk Kelompok& Menyiapkan Skenario 4. Peserta didik menyimak penyampaian tugas oleh guru tentang menanggapi berbagai kejadian/ peristiwa yang akan dipraktikkan melalui kegiatan bermain peran. 5. Peserta didik bersama kelompoknya berdiskusi menyusun skenario bermain peran berdasarkan tema peristiwa yang didapatnya.
Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
7
6. Peserta didik menyumbangkan kalimat percakapan berbahasa Jawa sesuai dengan perannya dalam kelompok. Mempelajari Skenario 7. Peserta didik mempelajari skenario yang berhasil disusun dengan kelompoknya agar dapat berjalan sesuai dengan alur cerita dan watak masing-masing tokoh. Melaksanakan Kegiatan Bermain Peran 8. Peserta didik melaksanakan kegiatan bermain peran di depan kelas sesuai dengan urutan yang telah disepakati bersama. Pengamatan Bermain Peran 9. Kelompok lain yang tidak maju, menyimak dengan tekun percakapan yang disampaikan di depan kelas. 10. Masing-masing perwakilan kelompok maju di depan kelas untuk menanggapi kejadian / peristiwa (yang dipraktikkan kelompok lain) dengan bahasa Jawa Krama. Membahas Penampilan 11. Peserta didik dan guru membahas penampilan semua kelompok yang telah tampil di depan kelas. C. Kegiatan Akhir (10 menit) 1. Peserta didik dan guru melakukan refleksi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilalui. 2. Peserta didik dengan bimbingan guru merangkum pembelajaran yang telah dilaluinya. 3. Peserta didik menyimak penugasan guru sebagai tindak lanjut.
Alat/ Sumber Belajar A. Alat Laptop, LCD, Video Peristiwa/ Kejadian Gempa Bumi di Yogyakarta Papan tulis B. Sumber Sam Muharto. (2009). Trampil Basa Jawa kangge Kls V SD/ MI. Yogyakarta: Tiga Serangkai. Remen Basa Jawa kanggo Sekolah Dasar Klas V. Jakarta: Erlangga. Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
8
LKS EKSIS, Buku Ajar Basa Jawa, penerbit Citra Pustaka. Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka. (2004). Unggah-ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua. Suwadji. (1994). Ngoko lan Krama. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. Penilaian Prosedur Jenis Bentuk Alat
: proses dan akhir pembelajaran : lisan : performansi keterampilan berbicara : lembar penilaian keterampilan berbicara
No Aspek yang Dinilai 1. Keakuratan informasi (sangat buruk – akurat sepenuhnya) 2. Hubungan antarinformasi (sangat sedikit – berhubungan sepenuhnya) 3. Ketepatan struktur dan kosakata bahasa Jawa (tidak tepat – tepat sekali) 4. Ketepatan penerapan unggah-ungguh bahasa Jawa (tidak tepat – tepat sekali) 5. Kelancaran (terbata-bata – lancar sekali) 6. Kewajaran urutan wacana (tak normal – normal) 7. Gaya pengucapan (kaku – wajar)
1
2
Tingkatan Skala 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Yogyakarta, Agustus 2012
Makalah disampaikan pada KKG Gugus II Ambarketawang Gamping |
9
9
10