PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KIMIA BERORIENTASI INKUIRI DENGAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA
Dyana Ermayanti, Suryati, dan Devi Qurniati Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram
Email:
[email protected]
Abstract: scienceliteracyinPISA(Programme for International Student Assesment) is definedasthe abilityto usescientificknowledge, to identifyquestionsanddrawconclusionsbased on the evidence, in order to understandandmakedecisionsregarding thenatureandchanges to thenaturethroughhuman activity. This research isaimed atdevelopingdevicesto produceinquiry-oriented learningisa validandpracticaltoteachthe concept ofthermochemical. Thermochemicalis one ofthe materialsthat are considereddifficultbystudents. It is causedbyseveralfactors:1) the materialstudiedthermochemicalclassifiedat the level ofmacroscopic, microscopicandsymbolic2) learning methodsthat are lessvariedbe one cause ofthe lack of knowledgeof studentsto the concept ofthe material presentedon the subjects ofchemistry. One alternativetoovercome thisinquiry-oriented learningappliedtoscientific literacy. Implementation ofinquiry-oriented learningthatallows studentsto activelyengageusingmentalprocessestofindsome of the conceptsandprinciples ofthermochemicalmaterialbeing studied. Data collected throughquestionnairevalidationfor alimitedgroup ofchemistryteachersof SMAN11PrayaEastwith10 studentswhopreviouslytestedby2lecturersdevices developedsoworthytobe tested. The result ofthe acquisitionofexperttest groupwas84% andona limitedtestgroupacquired88% of teachersandthestudentsaretested on theobtained value of84%. In conclusiondevice developedveryvalidandfeasiblefor use. Keywords: Toolsof Learning, ScienceLiteracy, Inquiry, Thermochemical Abstrak: Literasi sains di definisikan PISA (Programme for International Student Assesment) sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berorientasi inkuiri yang valid dan praktis untuk mengajarkan konsep termokimia. Termokimia merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) materi termokimia yang dipelajari tergolong pada level makroskopik, mikroskopik dan simbolik 2) metode pembelajaran yang kurang bervariasi menjadi salah satu penyebab rendahnya pengetahuan siswa terhadap konsep materi yang disampaikan pada mata pelajaran kimia. Salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebutditerapkan pembelajaran yang berorientasi Inkuiri dengan literasi sains.Penerapanpembelajaran yang berorientasi inkuiri memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi termokimia yang sedang dipelajari. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket validasi untuk kelompok terbatas pada 1 orang guru kimia SMAN 1 Praya Timur dengan 10 orang siswa yang sebelumnya di uji oleh 2 orang dosen sehingga perangkat yang dikembangkan layak untuk diuji. Hasil perolehan dari kelompok uji ahli adalah 84% dan pada uji kelompok terbatas guru diperoleh 88% serta perangkat yang diujikan pada siswa
diperoleh nilai 84%. Kesimpulannya perangkat yang dikembangkan sangat valid dan layak untuk digunakan. Kata kunci: Perangkat Pembelajaran, Literasi sains, Inkuiri,Termokimia
PENDAHULUAN Pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi siswa dimana semua itu tidak terlepas dari perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas sehingga sering kali menjadi titik acuan pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas.Merujuk
pada
keberhasilan kurikulum 2013 sedikitnya ada dua faktor dalam mencapai keberhasilan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Kedua, faktor pendukung yang terdiri dari tiga unsur; (i) ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum; (ii) penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan; dan (iii) penguatan manajemen dan budaya. Hal ini dapat diartikan untuk mampu memotivasi peserta didik lebih baik lagi dalam melakukan pembelajaran, siswa perlu dituntun untuk bisa observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (memperesentasikan) terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Pembelajaran sains seperti halnya mata pelajaran kimia pada dasarnya bertujuan untuk membangun literasi sains siswa. Hal ini sejalan dengan harapan pemerintah dalam PP No. 19 tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1), pembelajaran sains memiliki lingkup untuk mengenal, merespon, mengapresiasi dan memahami sains, mengembangkan kebiasaan berpikir ilmiah seperti berpikir kritis dan kreatif, mandiri, dan memiliki sikap positif (Permanasari, 2012). Namun pada kenyataannya berbeda, siswa pada saat sekarang ini tidak mampu menggunakan pengetahuan sains dan pengetahuan kimia pada khususnya untuk mendefenisikan pertanyaan, membuat keputusan yang didasarkan atas fakta dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kimia yang dalam prosesnya kurang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari juga dapat mengakibatkan pembelajaran tersebut menjadi kurang bermakna bagi siswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan karakteristik ilmu kimia seperti beberapa ciri spesifik ilmu kimia antara lain, yaitu kimia lebih bersifat abstrak, mempelajari
penyederhanaan dari ilmu kimia yang sebenarnya, bahan pelajaran kimia dimulai dari yang mudah menuju yang sukar, dan bahan pelajaran kimia tidak hanya menyelesaikan soal-soal (Utomo, M. Pranjoto, 2011) Dengan demikian perlu adanya pembelajaran bermakna yang dapat menyiapkan peserta didik yang mampu berpikir kritis, logis, kreatif sehingga mampu menjawab persoalan yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya. Hal ini menjadikan kimia menjadi lebih mudah dipahami dan diaplikasikan sehingga lebih bermakna bagi kehidupan. Pembelajaran yang bermakna dapat terjadi jika siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget bahwa pengetahuan merupakan hasil proses berpikir manusia (organizing and adapting) yang dikonstruksi dari proses pengalamannya secara terus-menerus dan setiap kali dapat terjadi rekonstruksi karena adanya pemahaman baru yang diperoleh melalui proses adaptasi belajar (Winataputra, 2007). Kebermaknaan dalam pembelajaran sains bagi siswa dapat diperoleh jika siswa memiliki kemampuan literasi sains yang baik. Untuk membangun literasi sains pada diri siswa maka diperlukan pendekatan/ strategi yeng bertumpu pada student active learning atau pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa diajak oleh guru untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan balajar aktif ini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Sehingga, melalui sains khususnya kimia diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk lebih mengeksplorasi pengetahuan dan memperoleh pemahaman yang bermakna tentang alam sekitar beserta fenomena yang terjadi serta dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menempatkan proses pembelajaran menduduki posisi yang sama pentingnya dengan hasil pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Banyaknya konsep kimia yang harus diserap siswa dalam waktu yang relatif terbatas menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep kimia (Napsin Palisoa, 2008). Berdasarkanhasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI di SMA Negeri 1 Praya Timur, minimnya perangkat pembelajaran seperti bahanajar siswa yang jika dilihat dari segi materinya hanya bersifat defenisi dan soal-soal yang kurang menantang siswa. Hal ini
menyebabkansiswa
yang
belajar
menjadi
kurang
aktif
dan
mandiri.
Dampaknyapemahamansiswamasihbelummaksimalterutama pada materitermokimia sehingga berpengaruh padaketerampilan proses siswa yang perlu ditingkatkan karena masih rendah. Kemampuan yang masih rendah ini menyebabkan literasi sains siswa tidak terukur dari bagaimana keterampilan proses ini bisa dibangun dari siswa itu sendiri, misalnya siswa yang mengajukan pertanyaan terkait fenomena yang dihadapi siswa sehingga dari hal itu keterampilan proses serta kemampuan siswa dalam menemukan, mecahkan, dan mengidentifikasi masalah sendiri. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kesulitan dalam belajar kimia siswa yaitu dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari. Pendekatan pembelajaran ini mengajak siswa untuk menemukan masalah-masalah yang terkait dengan materi, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian penggunaan pendekatan inkuiri dapat mengubah cara pembelajaran di kelas yang umumnya didominasi aktivitas guru menjadi pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Perubahan cara belajar ini memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri (Bruner dalam Amin,
1987).
MenurutGulo(2007)
adalahorientasi, mengajukanpertanyaanatau
langkah-langkahpendekatan permasalahan,
inkuiri merumuskan
hipotesis,mengumpulkan data, menganalisisdata,dan membuat kesimpulan. Dimana inkuiri ini memiliki kelebihan dalam meningkatkan proses pembelajaran seperti dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilanketerampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain serta membangkitkan keingintahuan siswa memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban.
KAJIAN LITERATUR Penelitian
pengembangan
(Research
andDevelopment/R&D)
adalah
metodepenelitianyangdigunakanuntukmenghasilkan produktertentu,dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2012). Dalambidang pendidikan, penelitian
merupakan
suatuprosespengembangan
pendidikanyangdilakukanmelaluiserangkaianriset
pengembangan perangkat
yangmenggunakan
berbagaimetodedalamsuatusiklusyangmelaluiberbagaitahapan. Sesuai dengan namanya, Research & Developmnet difahami sebagai kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan development. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengguna (needs
assessment), sedangkan kegiatan development dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran Dalam kajian ini dipaparkan model penelitian dan pengembangan sistem pembelajaran yang digunakan yaitu model 4D. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Define (Pendefinisian) kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. b. Design (Perancangan) Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design. c. Develop (Pengembangan) Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. d. Disseminate (Penyebarluasan) Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran inkuiri pada materi termokimiakarena kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA.Pembelajaran kimia di SMA masih dianggap sulit oleh kebanyakan siswa, ini dikarena sifat ilmu kimia yang abstrak dan mempunyai konsep yang berjenjang. Unutuk mengatasi hal tersebut, guru kimia harus mempunyai strategi agar pembelajaran kimia dikelas menjadi mudah dimengerti oleh siswa. Ada banyak pendekatan, metode dan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru yang dapat menunjang proses pembelajaran dikelas. Konsep termokimia merupakan salah satu konsep yang mengembangkan ketrampilan proses siswa. Berdasarkan dari hasil analisis konsep, termokimia kimia merupakan konsep yang abstrak dan berdasarkan prinsip. Termokimia mempunyai kompleksitas yang sangat tinggi, sehingga siswa menganggapnya sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami. Dari hal inilah rendahnya pemahaman konsep disebabkan oleh banyak faktor seperti metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik materi termokimia, strategi pembelajaran yang kalsikal yang hanya berpusat pada guru, dan masih banyak faktor lainnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan ialah pendekatan pembelajaran inkuiri dengan mengembangkan perangkat pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.
METODE PENELITIAN Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran (Syaharuddin, 2011).
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian pengembanganini adalah4D.Model4-DmerupakansingkatandariDefine, Design,DevelopmentandDissemination.Alasanpemilihanmodel4-D
dalam
penelitian
ini
diantaranya adalah: (a) model 4-D disusun dengan urutan kegiatanyangsistematis;(b)model4Dkhususdikembangkan untuktujuan pengembangan mediapembelajaran danbukanrancangan pembelajaran; (c) model4-Dsudahbanyakdigunakandalampenelitianpengembangan
media
pembelajaran. Sebagaimana telah
disebutkan pada bagian keterbatasan pengembangan
bahwa
digunakan
model
4-D
yang
dalam
penelitian pengembanganini
terbataspadatahapdefine,design,sertadevelop,dan tidak sampai tahapdisseminate dengan beberapa penyesuaian berdasarkan kebutuhanpengembangan. Tabel 3.1 KreteriaKelayakanSkala Persentase Persentase(%)
TingkatKelayakan
Keterangan
80–100
Layak
TidakRevisi
60–79
Cukup Layak
TidakRevisi
40–59
Kurang Layak
PerluRevisi
0–39
Tidak Layak Revisi
RevisiTotal
( Sumber : Arikunto, 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Tahap pendefinisian (define) Tahap ini merupakan tahap awal dalam mengembangkan bahan ajar berupa buku.
Seluruh
kegiatan
yang
dilaksanakan
pesertadidik.Pengembanganperangkatpembelajaran
melibatkan yang
dosen,
dikembangkan
guru
dan
berorientasi
inkuiri dengan literasi sains padamateritermokimiauntukSMAkelasXI dimaksudkan untuk memperolehperangkatpembelajarantermokimiayang layak. 1.
Kegiatan Awal-Akhir (Front-end Analysis), Analisis Konsep (Concept Analysis), Analisis Kebutuhan Siswa (Learner Analysis)
Latar belakang munculnya gagasan peneliti dalam kegiatan ini untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku. Timbulnya gagasan dari peneliti karena menemukan permasalahanpermasalahan yang muncul dalam pembelajaran kimia kelas XI IPA semester 1. Adapun permasalahan yang ditemukan peneliti adalah guru kimia yang berada pada sekolah tersebut masih menggunakan metede pembelajaran konvensional yang dipadukan dengan diskusi informasi singkat sehingga siswa tidak terfokus pada materi yang diajarkan.
2.
Analisis tugas (Task Analysis) dan Spesifikasi Tujuan Pembelajaran (Specifying Intructional Objectives)
Tahapan ini, tugas yang ada dalam buku yang dikembangkan peneliti berdasarkan silabus kurikulum 2013 dengan pendekatan sainstifik. Hal ini terlihat dari kompetensi dasar kimia pada materi termokimia dijabarkan ke dalam beberapa indikator dengan tujuan agar bahan ajar berupa buku yang dikembangkan mempunyai acuan atau tolak ukur dalam merumuskan materi yang akan dikembangkan sehingga buku yang dikembangkan menjadi terarah. B.
Tahap Perancangan (Design) Produk
awal
yang
mengacupadaRencanaPelaksanaan
akan
dikembangkan
yaitu
buku
Pembelajaran.Adapaunkomponen
siswayang
buku
yang
dikembangkan berdasarkan langkah-langkah inkuiri seperti merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.
C.
Tahap Pengembangan (Develop Tahapini
berkaitandenganvalidasihasilprodukyangdikembangkan.
Perangkatpembelajaranyangdikembangkan
divalidasiterlebihdahuluoleh para
ahli untuk
mengetahui kelayakan dari produk kemudian diuji coba terhadap guru dan siswa. Para ahli yang memvalidasi adalah dosen pendidikan kimia Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Mataram
yakniAhmadi,
M.Pkim
dan
Ratna
Azizah
Mashami,
M.Pd.
Tahapujicobahasil pengembangan terhadap subyek ujicoba perorangan yaitu satu orang guru kimiaSMAN 1 Praya Timur yaknibapakMusahidin, S.Pddan10orang siswa SMAN 1 Praya Timur D.
Analisis Data Analisis terhadap data atau informasi dilakukan sesuai dengan jenis data yang
terkumpul dari instrument validasi/angket yang disebarkan pada tahap uji ahli dan uji coba kelompok terbatas. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode persentase darisemua jawaban yang ada dalaminstrument yang diisi oleh para ahli dan guru serta siswa sesuai dengan aspek yang ditanyakan. Dari penyajian data dapat dianalisis bahwa penilaian pada uji ahli bidang studi terdiri dari 4 sub pokok penilaian yaitu a) Tampilan menyeluruh, b) Penilian aspek isi, c) Penilaian aspek kebahasaan, d) Penilaian penyajian. Skor total dari rata-rata sub pokok penilaian pada tahap uji ahli bidang studi adalah 84% dan termasuk kedalam kreteria sangat valid, sehingga tidak perlu direvisi. Dengan perolehan skor di atas, maka materi yang dijelaskan dalam buku sesuai dengan subtansi materi termokimia dan layak disampikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.Berikut akan disajikan bentuk
soal yang sudah ada (konvensional) dengan soal yang peneliti kembangkan (soal-soal literasi sains) dan soal dalam pengaplikasian konsep individu. E.
Revisi Produk Bahan ajar cetak jenis buku yang telah dikembangkan menjalani 2 kali proses revisi yaitu : 1. Revisi tahap uji ahli Dari hasil perolehan skor pada uji ahli buku dikatakan valid dan tidak perlu direvisi, tetapi untuk kesempurnaan buku, ada beberapa perubahan yang dilakukan pengembang berdasarkan saran dari para validator uji ahli. Total keseluruhan analisis data ahli bidang studi adalah 84% berarti subtansi materi yang dijelaskan dalam buku valid dan tidak perlu direvisi. Tetapi berdasarkan saran dari para ahli perlu ada revisi guna menyempurnakan materi dalam buku. 2. Revisi tahap uji kelompok terbatas Skor total yang diperoleh dari tahap uji coba kelompok terbatas adalah 84% penilaian dari siswa dan 88% penilaian dari guru, ini menjadikan bahwa buku yang telah dikembangkan sampai tahap uji kelompok terbatas sangat valid dan tidak perlu direvisi. Akan tetapi dari tahap uji coba kelompok terbbatas diperoleh juga data kualitatif yang berupa saran, guna menyempurnakan buku yang telah dikembangkan. Berdasarkan analisi hasil pembahasan di atas, secara keseluruhan buku siswa pada materi termokimia sebagai penunjang pembelajaran di SMA Negeri 1 Praya Timur yang dikembangkan telah mendapatkan respon yang positif dari 10 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa buku siswa yang dikembangkan tersebut layak untuk digunkan dalam pembelajaran.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah berupa bahan ajar cetak jenis buku yang sajian materinya disesuaikan dengan kurikulum 2013. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muhammad Fajar Taufik (2012)
dengan judul Pengembangan E-Book Interaktif
Bilingual pada Materi Termokimia yang mendapatkan persentase kelayakan 82,44%. Buku yang dikembangkan peneliti memuat materi tentang “termokimia”. Buku terdiri dari gambaran umum tentang materi, contoh-contoh soal yang dipaadukan dengan artikel-artikel yang terkait materi termokimia dengan literasi sains. Dari hasil uji kelayakan dosen ahli diperoleh persentase kelayakan rata-rata sebesar 84%. Kemudian hasil uji kelayakan dari guru diperoleh persentase kelayakan sebesar 91,53%, dan selanjutnya uji coba kelompok terbatas
pada 10 orang siswa diperoleh persentase kelayakan rata-rata sebesar 84 %. Dari hasil tersebut produk hasil pengembangan dinyatakan layak atau valid.
REFERENSI Amri Ulil, dkk. (2013). Pengembangan Instrumen Penilian Literasi Sains Fisika Siswa pada Aspek Konten, Proses, dan Konteks. Laboratorium Pendidikan Fisika: Universitas Riau Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilian Pendidikan Balitabang Depdiknas Hadi,
&
Mulyatiningsih.
(2011).
Literasi
Sains.
http://vivitamuzaki,wordpress.com./2011/07/09/literasi-sains/, (6 Maret 2012). Ishaq. (2011). Model Pengembangan four D. (Online). (http://www.ak.ishaq.com/model pengembangan -four-d.html. diakses tanggal 15 Maret 2014 Jufri, Wahab, DR.H.A.M.Sc, (2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Liliasari. (2011). Membangun Masyarakat Melek Sains Berkarakter Bangsa Melalui Pembelajaran.
http://liliasari.staf.upi.edu/file/2012/05/Makalah-Semnas-UNNES-
2011.Liliasari.pdf, (15 Maret 2013). Muchayat. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Strategi Ideal Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of PP Vol 1 No 2 Nurzaman, Nevi, dkk. (2013). E-Modul Pembelajaran Minyak Bumi Berbasis Lingkungan untuk Mengembangkan Kemampuan Literasi Sains Siswa. Bandung: Prosiding Simposium Nasinal Inovasi dan Pembelajaran Oktarisa, Yuvita. (2012). Makalah Literasi Sains. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Permanasari.
(2012).
Outlook
litrasi
siswa
Indonesia,
http://e-
journal.kopertis4.or.id/upload.php?id=404&name=OUTLOOK%LITERASI%SISWA... pdf,(26 Februari 2013) Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Trainto. (2008). Mendesain Penelitian Kontekstual.Surabaya:Cerdas Pustaka Publisher