PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI-DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TERMOKIMIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: KURNIA 106016200599
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Kurnia, Pengaruh Metode Inkuiri –Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia ” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada meteri termokimia. Penelitian ini dilakukan di MAN Rengasdengklok-Karawang. tahun ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa kelas XI IPA A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI IPA B sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan uji t diperoleh nilai thitung sebesar 6,6888 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,931 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh dalam penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri-discovery learning dapat mneningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Metode inkuiri-discovery learning, Hasil Belajar Kimia.
i
ABSTRACS Kurnia, Contribution of Inquiry-discovery learning Method Toward the Result of students of Materials Thermochemical. Skripsi, Chemistry Education Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University. This research aims to know comparison the result of students chemistry between using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test (α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused. Finally, It can be concluded that Ha have a difference between the results of students chemistry is taught with cooperative learning type NHT and TPS acceptable. This suggests that the use of cooperative learning model type NHT can improve student learning outcomes in comparison with the chemical using a model of cooperative learning type TPS.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dedi Irwandi, M.Si selaku dosen penasehat sekaligus pembimbing I yang senantiasa membantu mahasiswanya. 5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II
yang telah memberikan waktu,
tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Drs. Kusnawan, M.P.Mat, selaku kepala sekolah MAN Rengasdengklok. 7. Orang tua saya yang mendukung lahir dan batin serta tak henti mendoakan saya. 8. Suami ku yang senantiasa mendukung. 9. Anak-anak ku, semoga kalian jadi anak yang soleh dan solehah. iv
10. Teman-teman seperjuangan yang telah mendahului saya lulus dari kampus tercinta, semoga kesuksesan kalian mengikuti langkah saya. 11. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya. Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK………………………………………………………………………………...
i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………………
v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………
vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….
1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………...
6
C. Pembatasan Masalah…………………………………………………..
7
D. Perumusan Masalah……………………………………………………
7
E. Tujuan Masalah………………………………………………………..
7
F. Manfaat Masalah………………………………………………………
7
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB III
A. Landasan Teori………………………………………………………...
9
1. Metode Inkuiri-Discovery Learning………………………………..
9
2. Metode Ceramah dan Latihan (Drill) ……………………………...
16
3. Belajar dan Hasil Belajar…………………………………………...
21
B. Kerangka Berfikir……………………………………………………...
26
C. Hipotesis Penelitian……………………………………………………
28
D. Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………………...
28
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….....
31
B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel..............................
31
C. Metode Penelitian………………………………………………………
32
v
BAB IV
BAB V
D. Variabel Penelitian………………………………………………….......
32
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………...
32
F. Instrumen Penelitian……………………………………………………
34
1. Tingkat Kesukaran………………………………………………....
35
2. Daya Beda………………………………………………………….
35
3. Validitas Instrumen………………………………………………....
36
4. RealibilitasInstrumen……………………………………………….
37
G. Teknik Analisis Data……………………………………………………
38
1. Uji Normalitas Data………………………………………………...
38
2. Uji Homogen………………………………………………………..
39
3. Pengujian Hipotesis………………………………………………...
40
H. Hipotesis Statistik ……………………………………………………...
40
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data…………………………………………….
42
1. Deskripsi Data………………………………………………………
42
2. Analisis Data………………………………………………………..
43
B. Pembahasan……………………………………………………………..
47
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………………..
52
B. Saran…………………………………………………………………….
53
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
54
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian Tabel 4.1 Hasil belajar kelas eksperimen Tabel 4.2 Hasil belajar kelas kontrol Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data hasil belajar kelas eksperimen Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data belajar kelas kelas kontrol Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (pretest) Tabel 4.7 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (posttest)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 …………………………………………………………………………...
27
Gambar 2.3 ……………………………………………………………………………
28
Gambar 2.4 ……………………………………………………………………………
30
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kontrol………………………………
61
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen……………………
64
Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen………………………………………………………...
78
Lampiran 4 Lembar kerja siswa………………………………………………………...
92
Lampiran 5 Nilai hasil ujian siswa……………………………………………………...
95
Lampiran 6 Distribusi frekuensi posttest ………………………………………………
96
Lampiran 7 Perhitungan uji normalitas posttest ……………………………………….
100
Lampiran 8 Perhitungan uji homogenitas ……………………………………………...
102
Lampiran 9 Perhitungan uji hipotesis uji-t……………………………………………...
103
Lampiran 10 Tabel nilai kritis uji liliefors……………………………………………....
104
Lampiran 11 Tabel nilai presentil distribusi F…………………………………………… 105 Lampiran 12 Tabel distribusi t…………………………………………………………… 108 Lampiran 13 Rekapitulasi instrument penelitian………………………………………...
v
109
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu perkembangan dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai individu dan sebagai warga negara.1 Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina keperibadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat, kebudayaan dan agama.2 Adapun tujuan pendidikan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”3 Untuk mewujudkan
tujuan pendidikan tersebut tentunya harus di
tunjang dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan nasional dalam arti dan lingkup yang seluas-luasnya merupakan titik berat pembangunan di bidang pendidikan. Dalam rangka upaya mewujudkan mutu yang setinggi-tingginya, pemerintah dan masyarakat yang berasal dalam jajaran pendayaguna sumber daya pendidikan tak henti-hentinya mengadakan pembenahan terhadap dimensi-dimensi penentu kemajuan pendidikan.4 Upaya pendidikan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya untuk mengubah siswa yang belum terdidik 1
Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMUN III Ambon, (Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 2, November, 2004), h. 1 2 Zulfikar Ali Buto, Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa Pendidikan Modern, Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email:
[email protected] hal. 56 3 UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, h. 3 4 Zulfa Amrina, Studi Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa, Edukasi, h. 1
2
menjadi siswa yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.5 Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu adanya persiapan dari seorang guru diantaranya persiapan terhadap situasi, persiapan terhadap peserta didik yang akan menerima pelajaran, persiapan metode mengajar, persiapan alat bantu dan persiapan bahan pelajaran. Dalam
pembelajaran
tersebut
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi. Diantaranya yaitu faktor guru, siswa, sarana, prasarana dan lingkungan. Guru adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan sebagai penyalur ilmu, motivator, pembimbing dan banyak lagi peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebagai pendidik tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga sebagai fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator guru harus menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan dan membimbing
peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri peserta didik baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Selain peran guru yang sudah disebutkan di atas, peran penting guru lainnya yaitu menguasai dan memahami serta mengaplikasikan jenis-jenis/variasi metode pembelajaran sebagai usaha guru untuk menjadikan siswanya merasa nyaman untuk belajar, membuat siswa tertarik untuk mempelajari materi yang terkadang dianggap rumit, dan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan. Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor siswa yang perannya
tidak kalah penting dengan guru. Selain sebagai
penerima ilmu yang diberikan guru, siswa juga berperan dalam hal pemahaman materi yang diterimanya dari guru. Untuk itu peran aktif siswa haruslah diperhatikan. Jangan sampai siswa hanya duduk terdiam menerima materi dari guru saja. Sangat dianjurkan siswa ikut serta dalam membangun 5
34
Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
3
pemaham agar ilmu yang didapat tidak mudah dilupakan. Artinya materi yang diberikan bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal tersebut dapat terwujud jika guru bisa mengexploitasi potensi siswa dan mengajak terjun langsung menemukan masalah. Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor sarana dan prasarana. Dan dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologi. Adapun faktor organisasi kelas diantaranya persiapan, pemeliharaan disiplin dan pemberian dorongan belajar, komunikasi pengajar, peserta didik serta bangunan tempat atau kelas.6 Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana fenomena alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dinamika dan energetik zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.7 Sudah menjadi rahasia umum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dimengerti karena bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan seharihari. Dengan karakteristik konsep kimia yang rumit dan abstrak seperti disebutkan di atas maka dibutuhkan metode yang dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut. Kualitas proses pembelajaran kimia dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang bersifat regular, artinya pemilihan pendekatan, strategi, metode kurang bervariasi atau bisa dikatakan masih bersifat konvensional. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Proses belajar yang demikian memungkinkan siswa tidak mengalami banyak hal yang seharusnya menjadi pengalaman yang dapat menunjang pengetahuannya. Dan
6
Bohar Suharto, Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 55 7 Suyanto, dkk, Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 1
4
siswa pun akan merasa bosan karena tidak ada hal yang menarik yang disajikan guru. Apalagi materi kimia yang dianggap sulit. Peningkatan mutu pembelajaran kimia secara khusus diperlukan perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebelumnya proses belajar mengajar untuk mata pelajaran kimia kurang fokus pada siswa. Artinya bahwa masih banyaknya pelaksanaan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Dari mulai pemberian materi, pemecahan masalah dan hal lain yang sebenarnya bisa dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa diperlukan model, strategi maupun metode belajar yang efektif, terutama untuk materi pelajaran atau pokok bahasan yang bersifat abstrak atau materi yang sifatnya tidak cukup hanya melalui pemberian materi secara verbal. Salah satu jalan keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung dalam menemukan masalah dan memecahkannya baik secara mandiri maupun berkelompok. Aunurrahman
menjelaskan
implikasi
prinsip
belajar
dalam
pembelajaran, salah satunya yakni prinsip keterlibatan langsung. Dimana siswa di dalam proses pembelajara memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Siswa tidak hanya mendengar, mengamati dan mengikuti melainkan terlibat
langsung
dalam
melaksanakan
percobaan,
peragaan
atau
mendemonstrasikan sesuatu.8 Jika dalam pembelajaran siswa merasa belum paham dan tidak mampu menemukan konsep utama dalam
meteri yang diberikan mengenai kimia
khususnya, maka ada kemungkinan materi kurang tersampaikan dengan jelas dan disinilah peran guru diperlukan. Dengan kata lain guru bertugas membuat siswanya memahami materi dengan menggunakan metode maupun stratetgi tertentu. Ketuntasan
belajar
yang
belum
sepenuhnya
tercapai,
tujuan
pembelajaran yang belum benar-benar fokus secara maksimal, kurangnya 8
121
Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
5
variasi
metode
belajar
yang
digunakan
guru
dalam
pembelajaran
mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan sensasi belajar dengan menggunakan metode lain selain ceramah. Hal tersebut adalah faktor yang bmenjadikan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan analis ketika melakukan suatu percobaan dengan menggunakan konsep dan prinsip kimia yang dipelajari. Disinilah peran guru dalam menerapkan metode maupun strategi yang tepat untuk mensiasati permasalahan tersebut. Metode
pembelajaran
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.9 Dengan metode yang baik dan bersifat efisien terhadap bahan ajar maka besar kemungkinan materi tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu guru perlu memiliki keterampilan dalam memilah dan memilih metode mana yang akan digunakan supaya mendapat ketuntasan dalam pembelajaran. Baik itu ketuntasan pada pemahaman siswa, ketercapaian nilai yang bagus serta kualitas kemampuan siswa menjadi lebih baik. Terdapat banyak metode dalam dunia pembelajaran. Namun guru harus
memperhatikan
metode,
strategi,
pendekatan
ataupun
model
pembelajaran mana yang sekiranya dapat menopang kemampuan siswa agar mudah dalam memahami materi yang diberikan. Salah satu metode yang berpusat pada siswa (student centre) yang mengajak siswa terjun langsung dalam identifikasi masalah, mengumpulkan data secara mandiri dan memprosesnya secara berkelompok dan membuktikan hasil identifikasi melalui percobaan serta melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari data yang diperoleh adalah metode inkuiri-discovery learning. Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penemuan akan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
9
Dra. Sutriari Astati, MM, Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi, Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran, (LMPD D.I Yogyakarta “The services for better education”, 2011), h.1,
6
penalaran dan kemmapuan berfikir secara bebasdan melatih keterampilanketerampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.10 Permasalahan dalam pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan penggunaan metode inkuiri-discovery learning yang sebelumnya belum pernah digunakan. Metode ini menekankan pada kemandirian, proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah.
Jadi pada dasarnya tujuan inkuiri adalah melatih siswa belajar
menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Juga memahami materi tersebut melalui pengalaman yang ditemukan melalui proses inkuiri. Dan melalui metode inkuiri-discovery learning ini pula diharapkan mampu mengasah kemampuan siswa dalam hal kognitif maupun afektif. Peneliti terdahulu telah banyak meneliti terkait metode pembelajaran inkuiri. Nik Kar dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Kesan Pendekatan Inkuiri Penemuan Terhadap Pencapaian Pelajar Dalam Mata Pelakaran Kimia dan
Hermalina Abarua dalam jurnalnya yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon”, keduanya menyatakan bahwa terdapat perubahan hasil belajar yang signifikan sesudah menggunakan metode inukiri. Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia.
B. Identifikasi Masalah Dari hasil pembahsan latar belakang masalah, penulis menyimpulkan permasalahan yang ada diantaranya: 1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru 2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat pemahaman siswa 10
Ato Illah, Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa, Jurnal Tarbawi vol 1. No 2 Juni 2012, hal. 96
7
3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai suasana belajar 4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru
C. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian yang akan penulis kaji kali ini dibatasi dalam kajiannya yaitu: 1. Penelitain dilakukan pada siswa kelas XI MAN RengasdengklokKarawang. 2. Materi pelajaran yang diteliti peneliti adalah materi termokimia. 3. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan inkuiri-discovery learning pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek kognitifnya.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “adakah pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia?.
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa.
F. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:
8
1. Dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang metode inkuiridiscovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill). 2. Dapat menjadi masukan bagi penulis dan calon guru kimia SMA/MA maupun SMK mengenai hal-hal yang baik mengenai metode inkuiridiscovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill). 3. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa dan meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas.
9
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Metode Inkuiri-Discovery Learning Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inqury yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.1 Inkuiri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan
keterampilan
intelektual
yang
diperlukan
untuk
mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. 2 Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.3 Metode iinkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa menggunakan sumber belajar.4 Dimana sumber belajar ini dipakai untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah. Dalam jurnal penyelidikan MPSAH 2003 oleh Thangaveli a/l Marimuthu, dkk menyebutkan bahwa pendekatan inkuiri penemuan menekankan pembelajaran melalui pengalaman.5
1
Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Inkuiri, http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html, h. 1 2 Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 161 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 194 4 Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta–didik-strategi-htm, hal 8 5 Thangavelo a/l Marimuthu, dkk, Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri Penemuan di Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes, 2003, hal. 36
10
Definisi lain dari inkuiri adalah suatu pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk membuat perkiraan, mengadakan percobaan dan mengajukan pendapat dalam memperoleh pengetahuan.6 Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim inkuiri memiliki siklus yang dimulai dari
observasi,
mengajukan
pertanyaan,
mengajukan
dugaan,
mengumpulkan databerkait dan merumuskan kesimpulan berdasarkan data. Pembelajaran dengan langkah demikian menekankan pada proses keterlibatan dan keaktifan siswa secara optimal. Hal tersebut dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa. Menurut Aunurrahman dalam bukunya Belajar dan pembelajaran, inkuiri termasuk dalam kelompok model pengolahan informasi. Dimana model pembelajarn ini lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.7 Teknik inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok serta dapat mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.8 Adapun arti dari discovery adalah proses mental dimana siswa atau individu
mengasimilasikan
konsep
dan
prinsip-prinsip.9
Menurut
Ruseffendi dalam Widiyastuti Akhmadan menyebutkan bahwa metode penemuan atau discovery adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan artinya sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.10 Discovery terjadi 6
Dianne Amor Kusuma, Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan Metode Inkuiri, (Jurusan Matematika FMIPA UNPAD), h. 2-3 7 Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 157 8 Roestiyah, N. K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 76 9 Roestiyah, N.K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 20 10 Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill and practice), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 4
11
bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep
dan
prinsip-prinsip,
dan
guru
mendorong
siswa
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri. Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan terlibat langsung untuk mendapatkan pengetahuan yang ditemukan melalui kegiatan tertentu. Dari definisi-definisi di atas mengenai inkuiri-discovery learning maka dapat disimpulkan bahawa metode inkuiri-discovery learning adalah metode pembelajaran yang menekankan proses berfikir kritis untuk memecahkan masalah melalui percobaan guna mengasah keterampilan siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu konsep. Adapun dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:11 1) Simulation,
guru
memberikan
masalah
kepada
siswa
atau
menginstruksikan siswa untuk menemukan masalah dari bahan materi. Materi dapat berupa demonstrasi atau berupa materi bacaan. Pada tahap ini disajikan permaslahan yang dapat memacu keingintahuan peserta didik.12 Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap orientasi dimana guru menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar lebih menarik siswa dalam mempelajari materi tersebut. Pada tahap ini pula guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
11
19
12
Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
Ai Mahmudatussa’adah, Pendekatan Inkuiri-Kontekstual Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Mahasiswa, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FPTK UPI (INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 115 – 130), hal. 118
12
dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah:13 (a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2) Problem statement, siswa mengidentifikasikan masalah yang hasilnya akan dirumuskan menjadi hipotesis. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki untuk memecahkan masalah. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:14 (1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. (2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. (3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Pada langkah ini pula siswa dilatih untuk mengembangkan potensinya untuk berfikir dan membuat hipotesis. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Guru dapat membantu melalui memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban sementara (hipotesis).
13
I Putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN I Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, Undiksha, 2012, hal. 5 14 Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 138
13
3) Data collection, siswa mengumpulkan data melalui referensi (studi pustaka) atau melalui media lain yang mendukung. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutukhan untuk menguji hipotesis yang diajukan.15 Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 4) Data processing, pengolahan data yang dihasilkan dari langkah ke 3. Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen guna membuktikan atau memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya. 5) Verivication, siswa membuktikan hasil data terhadap hipotesis. Langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menentukan jawaban yang telah dibuktikan pada langkah sebelumnya. Dalam hal ini siswa dilatih berfikir rasional. Artinya siswa harus mampu membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. 6) Generalitation, membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang diperoleh. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Agar kesimpulan relevan dengan fokus permasalahan maka, guru hendaknya mampu menunjukkan kepada siswa, data mana yang relevan dan mana yang kurang relevan.16
15
I putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, (UNDIKSHA 2012), hal. 5 16 Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 139
14
Inkuiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya adalah (1)
mengembangkan
sikap,
keterampilan
siswa
untuk
mampu
memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri; (2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri atas serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan pembiasaan; (3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi yang benar-benar dihayati; dan (4) mengembangkan sikap ingin tahu, berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun kelompok.17 Untuk mendukung agar kegiatan siswa dalam pembelajaran inkuiri-discovery learning dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:18 1) Membimbing kegiatan laboratorium 2) Modifikasi inkuiri 3) Kebebasan inkuiri 4) Taka-teki bergambar Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya,
menghasilkan
pengetahuan
yang
benar-benar
bermakna. Namun jalannya metode pembelajaran inkuiri tak lepas dari peranan guru di dalamnya. Terdapat peranan guru dalam pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri ini yakni sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manager, dan sebagai rewarder (pemberi penghargaan). 19 Pengetahuan
yang
diperoleh
melalui
belajar
penemuan
menunjukkan beberapa kebaikan, diantaranya:
17
Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 2011, hal 4 18 Roestiyah, N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 77 19 Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 20011, hal 3-4
15
1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara lain. 2) Pengajaran menjadi berpusat pada pelajar20 3) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas 4) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memcahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. 5) Membangkitkan keingintahuan siswa. 6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. 7) Mudah ditransfer 21 Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memakan waktu yang cukup banyak dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.22 Adapun mengenai kekurangan metode inkuiri-discovery learning ini menurut Rensus Silalahi dalam jurnalnya adalah:23 1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
20
Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal. 97 21 Drs. A Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 178 22 Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 20 23 Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus no 2, Agustus 2011, hal. 139-140
16
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
2. Ceramah Dan Latihan (Drill) a. Metode Ceramah Metode belajar yang sudah tidak asing bagi kita yaitu metode ceramah. Metode ini sangat sering digunakan oleh para pengajar karena dianggap siap pakai tanpa menyiapkan hal yang merepotkan dan meyita waktu. Metode ini biasanya digunakan agar siswa mendapat informasi tentang sustu informasi atau persoalan tertentu. Teknik ini juga biasanya digunakan ketika jumlah siswa banyak sehingga sulit untuk menggunakan teknik lain. Metode ceramah menurut Tonih Feronika adalah metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.24 Pengertian lain dari ceramah adalah metode penyampaian informasi oleh seseorang pembicara kepada sekelmpok pendengar.25 Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senatiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan
media serta memperhatikan batas-
batas kemungkinan penggunaannya.26 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan kepada sekelompok pendengar yang senantiasa bagus selam dipersiapkan dengan matang.
24
Tonih feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, UIN Syarif Hidayatullah, h.
36 25
Mulyati Arifin, Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia, h. 108 Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajarn Dan Pemilihannya, 2008, h. 13 26
17
Metode utama dalam penyampaian materi pelajaran itu adalah berbicara, yaitu guru menerangkan, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru serta mencatat materi pelajaran yang hanya bisa diterima siswa. Metode ini hany abersifat “transfer of knowledge” , yang penting proses belajar mengajar dapat berlangsung. Proses belajar mengajar berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat pada siswa (student centered), siswa hany sebagai pendengar yang siap untuk menerima informasi yang disampaikan guru. Metode ceramah ini baik digunakan ketikan bahan ajar yang akan disampaikan banyak dan waktu tersedia relative singkat, bahan ajar berupa instruksi, peserta didik yang akan diajar jumlahnya banyak dan guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Tak beda halnya dengan metode maupun strategi yang lainnya. Jika dipersiapkan dengan baik dan matang maka kemungkinan sukses dapat diraih. Dalam pelaksanaan metode ceramah ada hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan teknik tersebut.
Pertama, sekolah telah
tersedia bahan bacaan atau buku-buku yang berisi bahan atau masalah yang akan dipelajari. Kedua, bila jumlah siswa tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik penyajian yang lain yang lebih efektif. Ketiga, jika guru bukan seorang pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.27 Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode ceramah menurut Rista Linawati dalam Suciani adalah sebagaiberikut:28 1) Tahap persiapan : yang artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi sebelum memulai mengajar.
27
138
28
Roestiyah, N.K, Strategi \Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 137-
Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 44
18
2) Tahap penyajian : yang artinya saat guru menyampaikan bahan ceramah. 3) Tahap asosiasi : yang artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan kesempatan untuk Tanya jawab dan diskusi. 4) Tahap generalisasi dan kesimpulan : yang artinya menyimpulkan hasil ceramah, umumnya siswa mencatat dari yang telah diceramahkan. 5) Tahap aplikasi atau evaluasi : yang artinya penilaian terhadap hasil siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evalusi biasanya dalam bentuk lisan, tertulis, dan lain – lain. Seperti halnya metode lain, metode ceramah dalam pelaksanaannya disini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah: 1) Guru mudah menguasai kelas 2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar 3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar 4) Hemat biaya 5) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokan murid-murid seperti pada metode yang lain.29 6) Susana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif.30 Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah: 1) Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya31
29
Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 45 30 Dasuki, Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak, (UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 9 31 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.138
19
2) Kurang menarik 3) Sulit dipakai untuk anak-anak 4) Membatasi daya ingat 5) Pembicara tidak terlalu menilai reaksi orang yang belajar
b. Metode Latihan (Drill) Metode latihan atau drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.32 Definisi tersebut sejalan dengan definisi menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional yang meyebutkan bahwa metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.33 Definisi lain dari metode latihan atau drill adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ke tempat latihan keterampilan atau eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat dan apa manfaatnya. Dan menurut Ahmad Muradi dalam Zuhairini metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan mealtih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.34 Metode drill atau latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis
32
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 125 Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, 2008, h. 29 34 Ahmad Muradi, Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 4 33
20
suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan dapat lebih dipahami oleh siswa. Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi metode drill atau latihan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill atau latihan adalah metode atau cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara melihat secara langsung suatu kejadian atau suatu kegiatan eksperimen. Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:35 1) Memiliki keterampilan motorik seperti, menghafal, menulis, dan lain-lain. 2) Mengembangkan kecakapan intelek seperti, mengalikan, membagi, menjumlahkan dan lain sebagainya. 3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan simbol dan lainnya. Agar pelaksanaan metode latihan atau drill ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:36 1) Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis yakni dilakukan siswa tanpa pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. 2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. 3) Guru memperhitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan. 4) Guru dan siswa perlu memperhatikan dan mengutamakan proses yang esensial. 35 36
Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 125 Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.127-128
21
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut adalah sebagai berikut. Kelebihan dari metode drill atau latihan menurut ahmad Muradi dalam Yusuf dan Syaiful anwar:37 1) Dalam waktu yang lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 2) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar 3) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin diri, melatih diri serta belajar mandiri 4) Menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah 5) Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan respon yang cepat38 Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:39 1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku 2) Kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir40 3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan 4) Menimbulkan kebosanan dan kejengkelan
3. Belajar Dan Hasil Belajar a. Belajar Manusia dikatakan belajar ketika ia paham akan sesuatu hal dan berdampak bagi dirinya baik positif maupun negatif. Belajar adalah hal yang sadar ataupun tidak sadar dialalmi oleh setiap individu. 37
Ahmad Muradi, Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 5 38 Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3 39 Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3 40 Rosita, dkk, Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran Matematika Kelas II SDN 42 Kubu Raya, PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, PontianakEmail :
[email protected], hal. 3
22
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.41 Belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari
sebagai
hasil
dari
interaksinya
dengan
lingkungan
sekitarnya.42 Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.43 Aunurrahman dalam Burton menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya
sehingga
mereka
mampu
berintreaksi
dengan
lingkungannya.44 Keinginan belajar setiap individu berbeda tergantung ada tidaknya dorongan dalam dirinya. Kemampuan belajar seseorang adalah ciri yang membedakan jenisnya dari jenis makhluk lainnya. Kemampuan tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi individu dan juga masyarakat. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan dalam mengahadapi peristiwa. Dikatakan belajar jika dapat menghasilkan perubahan, namun tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar. Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau diluar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik dan positif, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif ataupun negatif.
41
Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
1994), h. 1 42
Nadlir dkk, Psikologi Belajar, Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, 2009 Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 33 44 Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajarn, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 35 43
23
Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang berlangsung memang sulit untuk diketahui secara kasat mata, karena proses belajar berlangsung secara mental.45 Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar:46 1) Perubahan tingkah laku aktual atau potensial 2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif atau afektif atau psikomotorik 3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dari pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan) atau dengan latihan. Ciri-ciri belajar lainnya yang disebutkan oleh aunurrahman dalam bukunya yaitu, pertama belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.47 Dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
belajar
diperoleh
kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bahkan dari bawaan. Proses belajar mengajar merupakan suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:48
Planning Reflect
Experience Observs
Gambar 2.1. Siklus belajar 45
Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Hal. 6 46 Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 5-6 47 Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 35-37 48 Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 7
24
1) Planning atau perencanaan adalah kegiatan awal guru untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik 2) Experience (pengalaman belajar) merupakan kegiatan siswa yang dibantu guru 3) Observs (observasi) merupakan kegiatan guru melihat proses belajar siswa melalui catatan harian atau lembar observasi pembelajaran 4) Reflect (refleksi), dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar yang meliputi evaluasi proses belajar dan hasil belajar
b. Hasil Belajar Hasil belajar perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan atau dapat diartikan perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikornotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya.49 Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku dihasilkan dari belajar. Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan yang dapat diamati (observable) meskipun tidak secara mutlak. Perubahan yang dapat diamati baiasanya bersifat perubahan motorik. Adapun perubahan lainnya yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan afektif dan perubahan kemampuan berfikir.50 Dari proses belajar maka akan dihasilkan pula hasil perubahan kepandaian, kecakapan atau kemampuan.
49
Soeyono, dkk, Efektivitas Pembelajaran Melalui Metode Penemuan Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN I Plosorejo Randublatung Kab. Blora Tahun Pelajaran 2011/2012, (FIP IKIP PGRI Semarang), Volume 2, Nomor 1, Juli 2012, hal. 9 50 Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 36-38
25
pengetahuan belajar
tes
Hasil belajar
perilaku nilai
Gambar 2. Bagan hasil belajar Dari bagan di atas menggambarkan bahwa belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari. Sementara proses belajar dan hasilnya dipengaruhi faktor internal yang mencangkup fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal berupa lingkungan dan instrumental.
Fisiologis
Pancaindra Kondisi fisiologi umum Intelegensi
Internal
Perhatian Psikologis Faktor yang mempengaruhi belajar &hasil belajar
Minat & bakat Motif & motivasi Kognitif & daya nalar Alam
Lingkungan Sosial Eksternal Instrumental
Sarana & fasilitas Kurikulum Guru
Gambar 2.3. Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar
26
B. Kerangka Berfikir Dari penjelasan teori di atas diketahui bahwa belajar yang efektif, efisien dan kondusif adalah yang tepat menghasilkan perubahan yang lebih baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor. Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar dan hasilnya, terdapat beberapa faktor eksternal yang juga memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah lingkungan atau suasana belajar. Ketika siswa merasakan kebosanan dalam kegiatan belajar yang disebabakan beberapa hal diantaranya monotonnya proses belajar, tidak menariknya penyajian materi oleh guru, komunikasi satu arah dan hal lainnya, maka permasalahan tersebut dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak maksimal sehingga perlu dilakukan evaluasi dan beberapa perubahan pada kegiatan belajar. Diantaranya yakni mencari metode, strategi ataupun pendekatan yang sekiranya mampu membuat siswa merasa nyaman serta mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar. Belajar adalah aktivitas yang bertujuan. Tujuan tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu. Namun terkadang tujuan tersebut sulit untuk dicapai siswa jika suasana belajar tidak mendukung. Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar dapat disebabkan karena beberapa hal. Pertama, siswa sudah memahami informasi atau materi yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi tersebut tidak penting lagi. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai
materi
pelajaran
lebih
penting
dibandingkan
dengan
mengembangkan kemampuan berfikir. Ketiga, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai materi pelajaran dibandingkan dengan siswa. Untuk menghindari hal–hal tersebut, sebagai guru
27
sudah seharusnya ia mencari solusi dari permasalahan tersebut. Bagaimana membuat siswa menjadi nyaman saat belajar. Bagaimana cara penyajian materi agar siswa ikut berpartisipasi dalam membangun pengetahuannya sendiri. Bagaimana pula mencari metode, pendekatan ataupun strategi yang sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Metode, strategi, model maupun pendekatan yang bagus dapat membantu jalannya pemahaman materi siswa. Sehingga guru dituntut untuk memahami metode atau model atau strategi atau pendekatan manakah yang sekiranya bisa membantu siswa untuk mewujudkan pemahamannya tersebut. Adapun kimia adalah mata pelajaran yang cukup rumit, khususnya di lokasi penelitian. Hal tersebut diketahui setelah penulis berdiskusi secara non formal dengan siswa dan guru. Masing-masing diskusi dilakukan secara terpisah. Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba menyajikan metode inkuiri-discovery learning sebagai salah satu metode mengajar yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Metode ini dapat membawa siswa merasakan langsung atau memahami secara personal dan kelompok penemuan
yang
jalannya proses pemecahan masalah melalui
dilakukannya
sendiri.
Dan
kegiatan
dalam
proses
pembelajaran inkuiri-discovery learning ini dapat mengurangi kepasifan siswa dalam proses pembelajaran, menggali potensi berfikir kritis dan melatih kemandirian. Atas dasar permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengangkat metode yang sebelumnya belum dilakukan oleh guru kimia di lokasi penelitian, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa terhadap hasil belajar kimia ketika disajikan dengan cara yang berbeda dari biasanya dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
28
1. 2. 3. 4.
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat pemahaman siswa Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai suasana belajar selain suasana belajar tradisional Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru Diatasi dengan menerapkan
Metode inkuiri-discovery learning
Metode ceramah dan latihan (drill)
Langkah-langkah: 1. Simulation 2. Problem statment 3. Data collection 4. Data prossesing 5. Verivication 6. Generalitation Hasil belajar
Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir
C. Hipotesis Penelitian Apakah ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia, atas dasar inilah maka penulis menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho = tidak ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiridiscovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia Ha = ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri- discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
29
1. Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon, Jurnal kependidikan vol. 1 no. 2 november 2004 Dalam penelitiannya menyatakan terdapat perubahan hasil belajar biologi yang lebih baik pada siswa kelas I sesudah menggunakan metode inukiri. 2. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah siswa SMAN 4 Singaraja, jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan 1(2), 15-29, jurusan pendidikan fisika FMIPA Undiksha, 2008. Hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri (MPI) dan model pembelajaran konvensional (MPK) dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika. 3. Dainne Amor Kusuma, Jurnal penelitian jurusan matematika FMIPA UNPAD, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Hasil penelitiannya menyatakan kemempuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. 4. Rensus Silalahi, jurnal penelitian edisi khusus No. 2, Agustus 2011, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstial
Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran PKn. 5. Niken Indraswati dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi menentukan pokok pikiran bacaan karena siswa dapat bertukar pikiran dan
30
terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan. 6. I Putu Mudalara dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah. Pada penelitainnya dihasilkan hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia dilaksanakan di MAN Rengasdengklok-Karawang, pada semester ganjil tepatnya pada tanggal 1-15 November 2010.
B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi adalah keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dialkukan terhadap sampel penelitian.2 Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).3 Populasi penelitian adalah seluruh siswa MAN Rengasdengklok dan sampel yang diambil adalah siswa 30 kelas XIA, sebagai kelas kontrol dan 30 siswa kelas XIB sebagai kelas eksperimen. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan melalui pemilihan sampel bertujuan (purposive sample) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu.4
1
Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 80 2 Abdurrahmat Fathoni, M. Si, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 103 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 131 4 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 85
32
C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Dalam desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.5 Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah desain the nonequivalent control group. Desain ini hamir sama dengan pretest-posttest control group design,6 hanya dalam desain ini kelopmpok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1. Rancangan Penelitian O1
X
O2
O3
X
O4
Keterangan: X
= Perlakuan
O1 dan O3 = kelompok yang belum diberikan perlakuan (Pretes) O2 dan O4 = kelompok yang sudah diberikan perlakuan (Post-test)
D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent variable)
: pengaruh metode inkuiri-
discovery learning 2. Variabel terikat (dependent variable)
: hasil belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik dalam mengambil, mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang diperoleh. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan persiapan untuk 5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 77 6 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 79
33
proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan pengajaran pada kelas eksperimen mengenai pokok bahasan termokimia dengan mengikuti langkahlangkah yang ada pada metode inkuiri-discovery learning sedangkan pada kelas pembelajaran dilakukan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru di lokasi yakni metode ceramah dan latihan. Langkah pertama adalah simulation dimana peneliti sebagai pengajar melakukan pengenalan awal mengenai materi termokimia. Langkah kedua adalah problem statment dimana peneliti menugaskan para siswa membuat pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya kemudian pertanyaan para siswa dijadikan sebagai dugaan awal atau hipotesis mengenai ilustrasi dari langkah awal pemberian materi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data (data collection) melalui percobaan, studi pustaka dan tanya jawab kepada nara sumber (guru kimia). Setelah data terkumpul kemudian diproses untuk disiapkan sebagai jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan siswa pada langkah sebelumnya dilakukan verivication sebagai langkah untuk menentukan apakah data yang dihasilkan dari langkah data collection dapat terbukti atau dapat dipertanggungjawabkan kebenaranannya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil olahan data yang telah di verifikasi. Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan metode ceramah dan latihan (drill). Adapun masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dilakukan proses pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan. Setelah materi pokok bahasan termokimia selesai diberikan, kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang berupa soal kimia mengenai pokok bahasan termokimia. Hasil tes dijadikan sebagai hasil belajar kimia siswa kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian yakni hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar kelas kontrol. Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa diperoleh dari post test mengenai materi termokimia. Post test
34
diberikan kepada masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk selanjutnya dilakukan pegolahan data hasil belajar.
F. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes. Tes hasil belajar adalah alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang diberikan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes yang digunakan kali ini adalah berupa tes objektif sebanyak 20 soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian
Tingkat kognitif dan No soal C1 C2 C3 C4
Indikator (Kompetensi dasar 2.1): - Memahami hukum kekekalan energy - Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan - Menjelaskan perbedaan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) - Memahami macam-macam entalpi pada suatu reaksi
2, 5 1, 4 6, 7, 9 8, 10 16, 14, 15, 17, 19 perubahan 20, 23, 21, 24, 26 22, 25
(Kompetensi dasar 2.2) : - Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan -
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan Data entalpi pembentukkan standar (ΔHfo)
-
Menghitung harga ΔH reaksi dengan 39 menggunakan hukum Hess
3
18
27, 31 32, 33, 34
35, 36, 37, 38 40, 41, 42, 43,
11, 12 13
28, 29, 30
35
-
Menghitung harga ΔH reaksi dengan 45 menggunakan energi ikatan
44 46, 47, 48, 49, 50
Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran dan daya beda dari instrumen yng diujikan. 1. Tingkat kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun terlalu susah. Tingkat kesukaran ini merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Dan untuk perhitungannya dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7
Keterangan: P = proporsi (indeks kesukaran) B = jumlah siswa yang menjawab benar N = jumlah total peserta tes Dengan ketentuannya: P = 0 – 0,25 (sukar) P = 0,26 – 0,76 (sedang) P = 0,76 – 1 (mudah)
2. Daya Beda
7
Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h.103
36
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. daya beda yang baik adalah jika nilai D > 0,30 Adapun untuk perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut: dengan: D = daya beda Ba = jumlah siswa pada kelompok atas yang menjawab benar Bb = jumlah siswa pada kelompo bawah yang menjawab benar N = jumlah peserta tes Klasifikasi harga daya pembeda:8 0,00 – 0,20
= Jelek
0,21 – 0,40
= Cukup
0,41 – 0,70
= Baik
0,71 – 1,00
= Baik sekali
Negatif
= Semuanya tidak baik (soal bernilai daya pembeda negative sebaiknya tidak digunakan)
3. Validitas Instrumen Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.9 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.10 Validitas dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan (X) dengan distribusi skor suatu kriteris yang relevan (Y), sehingga koefisien validitas diberi simbol rxy. Adapun perhitungan 8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),
h. 218. 9
Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h. 105 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 168
37
validitas untuk butir soal yang bersifat dikotomi (objektif) yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut:11
rbis ( i )
X1 X t St
p q
Keterangan: rpbis
= koefisien korelasi point biserial
X1
= mean skor tes yang mnejawab benar
Xt
= mean skor yang menjawab salah
St
= mean skor total
p
= populasi tes yang menjawab benar
q
= populasi yang menjawab salah Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka hasil
perhitungan rhitung dibandingkan dengan rtabel
point
biserial.
Jika hasil
perhitungan rhitung ≥ rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan rhitung ≤ rtabel, maka soal tersebut tidak valid.
4. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.12 Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan suatu instrumen. Untuk perhitungan reliabilitas pada butir soal dikotomi atau soal objektif dapat digunakan rumus KR-20 yakni sebagai berikut:13
rii
k 1 k 1
pq st
i 2
i
11
Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h.109 12 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 178 13
Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h. 113
38
Keterangan: rii
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= populasi tes yang menjawab benar
q
= populasi tes yang menjawab salah
∑pq = jumlah hasil kali antara p dan q n
= jumlah butir soal dalam perangkat instrument S
= standar deviasi Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrumen hasil belajar pada pokok bahasan
termokimia, adalah reliabel.
G. Teknik Analisis Data Dalam analisis data dan rumus yang digunakan adalah uji-t. namun untuk menggunakan rumus tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis persyaratan sebagai berikut:
1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors dengan taraf signifikan α = 0.05. Pengujian normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar Tentukan nilai
Zi dengan: Zi = skor baku X = nilai rata-rata
Xi = skor rata-rata S = simpangan baku
Xi X S
39
2) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan sebut dengan F(Zi) dengan aturan: Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0.05 + nilai table Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1- (0.5 + nilai table) 3) Hitung proporsi Z1,Z2,…..,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, maka proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka: S(Zi) =banyaknya Z1, Z2, ….Zn yang ≤ Zi dibagi n 4) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini dinamakan Lo. 5) Memberikan interpretasi, Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari table harga kritis uji liliefors. 6) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt, yang telah didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal.
b. Uji homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Tentukan hipotesis Ho = data memiliki varians homogen H1 = data tidak memiliki varians homogenya Bagi data menjadi 2 kelompok 2) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok. 3) Tentukan F hitung dengan Fhitung =
var iansterbesar var iansterkecil
4) Tentukan taraf nyata yang digunakan. 5) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil).
40
6) Tentukan kriteria pengujian Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varains kedua populasi tidak homogen.
c. Pengujian Hipotesis Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan discovery learning dengan strategi inkuiri terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan termokimia. Pengujian hipotesis menggunakan ujit-t pada taraf signifikansi α =0.05 dengan rumus sebagai berikut:
t
X1 X 2 dsg n11
1 n2
dengan dsg =
n1 1v1 n2 1v2 n1 n2 2
Keterangan: X 1 rata-rata data kelompok eksperimen X 2 rata-rata data kelompok kontrol
dsg = nilai deviasi standar gabungan n1 = banyaknya data kelompok eksperimen n2 = banyaknya data kelompok kontrol v1 = varians data kelompok eksperimen v2 = varians data kelompok control Dengan interpretasi jika to > tt maka Ho ditolak dan jika to < tt maka Ho diterima.
H. Hipotesis Statistik Ho : µ1 = µ2 H1 : µ1 >µ2
41
Ho : tidak ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa H1 : ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa) µ1 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan metode inkuiridiscovery learning µ2 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan metode inkuiri-dsicovery learning
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang diberikan merupakan aspek kognitif dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan berganda sebanyak 20 soal yang diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Data yang diperoleh meliputi data skor hasil belajar dari 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Posttest bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode
inkuiri–
discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan termokimia.
1. Deskripsi Data Data yang didapat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Data pertama didapat dari hasil belajar kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode inkuiri-discovery learning. Data yang kedua didapat dari hasil belajar kelas kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode ceramah dan latihan (drill). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dilakukan perhitungan statistik terhadap hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dan kontrol. Data perhitungan statistik hasil belajar kelas eksperimen maupun kleas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.1 Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No
Statistik
Nilai Pretest
Posttest
43
1 2 3 4 5
Rata-rata Median Modus SD S2
45,367 46,7 48,3 12,768 163,021
75,267 75,5 75,5 7,2 51,84
Tabel. 4.2 Hasil Belajar Kelas Kontrol
No
Statistik
1 2 3 4 5
Rata-rata Median Modus SD S2
Nilai Pretest 44,3 41,357 33 15,405 237,314
Posttest 72,03 76 72,833 6,135 37,63
2. Analisis Data a. Pengujian Persyaratan Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t untuk melihat adanya perbedaan dari perlakuan yang diberikan, maka perlu dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Beberapa uji persyaratan yang harus dipenuhi adalah: 1) Uji Normalitas Setelah dilakukan pengolahan data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan pengujian normalitas. Pengujian normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa sebaran data yang masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi
normal.
Pengujian
normalitas
dilakukan
dengan
menggunakan uji Liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut: - Jika Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel), maka data berdistribusi normal - Jika Lo (Lhitung) > Lt (Ltabel), maka data tidak berdistribusi normal
44
Data diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji normalitas, yaitu: Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen No
Statistik
1
Jumlah sampel (N)
Pretest 30
2
Rata-rata (mean)
45,367
75,267
3
Standar deviasi
12,768
7,2
4
Lhitung
0,092
0,089
5
Ltabel
0,161
0,161
Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)
Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Kesimpulan
Posttes 30
Dari data statistik di atas dengan jumlah sampel (N) keduanya adalah 30 didapatkan rata-rata (mean) untuk pretes 45,367 dan posttest 75,267. Standar deviasi didapatkan 12,768 untuk kelompok pretes dan 7,2 untuk kelompok posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) = 0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelompok sebesar 0,16. Pada kelompok pretest didapat hasil Lhitung sebesar 0,092 sedangkan untuk kelompok posttest hasil Lhitung sebesar 0.89, karena nilai Lhitung kedua kelompok memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal. Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol
No
Statistik
Pretest
1 2 3
Jumlah sampel (N) Rata-rata (mean) Standar deviasi
30
Posttes 30
44,3 15,405
72,03 6,135
4
Lhitung
0,125
0,139
5
Ltabel
0.161
0,161
45
Kesimpulan
Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)
Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)
Berdistribusi normal
Berdistribusi normal
Dari data statistik di atas dengan jumlah sampel (N) keduanya adalah 30 didapatkan rata-rata (mean) untuk pretes 44,3 dan posttest 72,03. Standar deviasi didapatkan 15,405 untuk kelompok pretes dan 6,135 untuk kelompok posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) = 0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelompok sebesar 0,16. Pada kelompok pretest didapat hasil Lhitung sebesar 0,125 sedangkan untuk kelompok posttest hasil Lhitung sebesar 00,139, karena nilai Lhitung kedua kelompok memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas dengan uji perbedaan varians dengan menggunakan Uji Fisher. Pengujian homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi homogen. Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan tertentu. Sampel akan dinyatakan homogen apabila fhitung < ftabel. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji homogenitas, yaitu:
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3 4
Statistik 2
S eksperimen S2 kontrol Fhitung Ftabel
Nilai Pretes 163,021 237,314 1,455 1,85
Posttest 51,84 37,64 1,377 1,85
46
Kesimpulan
Varians kedua kelas homogen
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 %. Dari tabel diatas didapatkan hasil fhitung sebesar 1,455 untuk kelas pretes dan 1,377 untuk kelas posttest, sedangkan hasil ftabel
kedua kelas adalah 1,85.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang homogen, karena fhitung< ftabel. Hasil perhitungan uji homogenitas kelas eksperimen baik untuk pretest maupun posttest dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari kedua kelas diatas, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan uji-t.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah dilakukan uji persyaratan, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan antara skor tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho
: Tidak ada pengaruh penggunaan metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
Ha
:
ada pengaruh penggunaan metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
Pengujian hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan rumus uji-t dengan kriteria pengujian sebagai berikut: jika harga thitung < t-tabel pada tingkat kepercayaan 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika t-hitung > t-tabel pada tingkat kepercayaan 0,05 maka Ha diterima. Berikut ini adalah data hasil uji hipotesis, yaitu:
47
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar (Pretest) No 1 2 3 4 5
Statistik Jumlah sampel (N) Rata-rata (mean) Varians (S2) t-hitung t-tabel Keputusan
Kelas eksperimen 30 30 44,3 45,367 237,314 163,021 0,303 1,931 Ho diterima, Ha ditolak Kelas kontrol
Dari data tabel perhitungan uji t untuk pretest didapatkan kesimpulan bahwa t tabel > t hitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya antara kelas kontol dan kelas eksperimen tidak berbeda nyata.
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar (Posttest) No 1 2 3 4 5
Statistik Jumlah sampel (N) Rata-rata (mean) Varians (S2) t-hitung t-tabel Keputusan
Kelas eksperimen 30 30 72,03 75,267 37,63 51,84 6,688 1,931 Ho ditolak, Ha diterima Kelas kontrol
Sedangkan pada tabel perhitungan uji t untuk posttest didapatkan hasil sebaliknya, t tabel < t hitung, itu artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada pengaruh yang signifikan yang didapatkan dari penggunaan metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa.
B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MAN RengasdengklokKarawang, diperoleh perhitungan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA A (kelas eksperimen) dengan penerapan metode inkuiri-discovery learning sebsesar 75,267 dan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA B (kelas kontrol) dengan penerapan metode ceramah dan latihan (drill) sebesar 72,03. Setelah dilakukan pengolahan data secara
48
statistik yaitu dengaan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Perhitungan uji t untuk pretest diperoleh ttabel 1,931 dan thitung 0,30. Itu artinya Ho diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk posttes thitung sebesar 6,688, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,931. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran termokimia. Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri-discovery learning yang diterapkan pada kelas eksperimen pada konsep termokimia dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran metode ceramah dan latihan (drill) yang diterapkan pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar yang signifikan dari kedua kelas tersebut merupakan efek dari perlakuan yang telah dilakukan. Penerapan metode inkuiri-discovery learning memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan (drill). Hal ini terjadi karena dalam metode inkuiri-discovery learning
melibatkan peranan
langsung siswa dalam mendalami materi melalui terjun langsung melakukan eksperimen dengan langkah-langkah yang terarah dan dapat menjadikan siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan kelebihan metode inkuiridiscovery learning yaitu pengajaran menjadi berpusat kepada siswa atau pelajar. Selain itu kelebihan metode ini yang lain yakni pengetahuan akan bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara lain.1 Hal tersebut dapat membantu siswa memperoleh hasil
1
Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal 97
49
belajar yang baik karena ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat bisa bertahan lama dan mudah diingat. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan menerapkan metode inkuiri-discovery learning siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil. Dengan kata lain, proses pembelajaran menggunakan metode inkuiri-discovery learning sangat mengoptimalkan partisipasi siswa, sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar yang diperoleh pun akan meningkat. Pada tahap awal guru memberikan pengenalan awal materi dengan memberikan gambaran yang mengilustrasikan dengan mengambil contoh dari kehidupan nyata agar siswa lebih tertarik untuk mempelajarinya, kemudian menugaskan siswanya untuk menyusun pertanyaan dari hasil ilustrasi tersebut. Hal ini bisa menjadi pemacu atau pancingan agar siswa berfikir mandiri, tidak hanya disuapi oleh guru. Sementara pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah
dan latihan pada pelaksanaan pembelajarannya, hanya dilakukan
pembukaan biasa tanpa ada langkah menyusun pertanyaan dari pembukaan materi yang diberikan guru sehingga kurang melatih siswa untuk berfikir lebih kritis. Pada tahap ini pula siswa pada kelas kontrol hanya berperan sebagai pendengar, kegiatan belajar didominasi oleh guru. Langkah kedua dari pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen adalah guru menugaskan untuk menyusun sejumlah pertanyaan dari materi yang di ilustrasikan untuk selanjutnya
dijadikan sebagai hipotesis atau dugaan awal. Langkah ini
melatih siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu masalah. Guru bisa membantu melalui pertanyaan atau berupa teka-teki yang mengarah kepada jawaban sementara (hipotesis). Hal tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dalam berfikir. Ini sesuai pula dengan tujuan metode inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri dari serentetan keterampilan-keterampilan yang
50
memerlukan latihan dan pembiasaan.
2
Sedangkan untuk kelas kontrol dilanjutkan
pemberian materi tanpa menyusun pertanyaan ataupun hipotesis sehingga siswa hanya menunggu atau malah kebingungan untuk melakukan tindakan apalagi yang harus dilakukan setelah diberikan materi oleh guru. Guru hanya memberikan pertanyaan yang selanjutnya akan dipecahkan langsung ketika pelaksanaan eksperimen. Dan hipotesis tersusun saat eksperimen berlangsung. Setelah tersusun hipotesis guru menugaskan mencari data yang mendukung dari hipotesis. Untuk kelas eksperimen mencari data yang mendukung hipotesis mereka. Adapun sumber data bisa didapatkan melalui berbagai media, baik itu cetak maupun media masa. Misalnya siswa mencari data dari buku, internet,
koran,
artikel dan media lainnya. Sedangkan untuk kelas kontrol pencarian data dilakukan tanpa memiliki hipotesis sebelumnya, mereka mengumpulkan data yang diperkirakan dapat membantu dan memecahkan masalah yang nantinya akan diselesaikan dalam kegiatan eksperimen. Sama halnya dengan siswa pada kelas eksperimen, kelas kontrol juga dapat mencari data yang mendukung dari sumber yang sama. Kemudian guru menugaskan siswa menyiapkan perlengkapan untuk melakukan percobaan guna memproses data dan memecahkan masalah. Dari langkah inilah metode inkuiri-discovery learning lebih terarah dan membimbing secara langsung anak didik menjadi mandiri dalam menemukan masalah dan memecahkannya. Karena telah memiliki hipotesis sebelumnya, kelas eksperimen akan lebih fokus melaksanakan eksperimen. Untuk kelas kontrol dilakukan hal yang sama namun tanpa memiliki hipotesis. Hipotesis pada kelas kontrol dibuat ketika sedang melakukan percobaan sehingga kurang efektif dan mengakibatkan kurang fokusnya siswa dalam melakukan eksperimen yang seharusnya menjadi jalan untuk memecahkan hipotesis. Disini kelas kontrol melakukan kegiatan ganda, bereksperimen dan berhipotesis. Hal tersebut membebani siswa sehingga harus lebih berkerja keras dan kemungkinan 2
Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan (Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan Melalui Metode Inkuiri, 2011) hal. 4
51
tidak efisiennya penggunaan waktu dapat terjadi. Akibatnya mereka tertinggal satu langkah untuk menyelesaikan eksperimen dan mendapatkan hasilnya. Percobaan yang dilakukan siswa di atas akan menjadi data atau bukti dan mengenai materi yang bersangkutan yang akan di verifikasi oleh masing-masing kelas. Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dengan argumen-argumen yang rasional. Langkah akhir dari kedua kelas adalah penarikan kesimpulan. Melalui langkah penyampaian kesimpulan dari masing-masing kelompok ini, siswa bisa mengungkapkan pendapat masing-masing yang sekiranya mendukung hasil penelitian atau percobaan mereka atau bisa dikatakan disini siswa bertukar fikiran dan berbagi informasi. Dari langkah akhir ini guru dapat menuntun siswa agar mengetahui mana data yang relevan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode inkuiri-discovery learning lebih menegedapankan kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan memecahkannya melalui pengalamn sendiri serta menjadikan guru sebagai pembimbing semata, tidak menjadikan guru sebagai pusat pemecahan masalah. Hal ini menjadikan metode inkuiri-discovery learning lebih efektif dan menghasilkan siswa yang mandiri, kritis dan kreatif dibandingkan metode ceramah dan latihan (drill) yang lebih menjadikan guru sebagai pemeran utama sehingga menjadikan siswa bersikap pasif dan kurang kreatif. Oleh karena itu hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan metode inkuiri-discovery
learning
lebih
tinggi
dibandingkan
menggunakan metode ceramah dan latihan (drill).
kelas
kontrol
yang
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian perbedaan hasil belajar kimia yang meggunakan metode inkuiri-discovery learning dengan metode ceramah dan latihan (drill) yang dilakukan pada siswa kelas XI MAN RengasdengklokKarawang, diperoleh data dari perhitungan statistik uji hipotesis dengan menggunakan uji-t didapatkan hasil thitung sebesar 6,674, sedangkan nilai ttabel sebesar 2,02. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil thitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diteima. Dari data yang telah disajikan, hasil belajar kelas eksperimen yang menerapkan metode inkuiri-discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah dan latihan (drill). Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman langsung serta kerja kelompok yang dilaksanakan dalam
metode inkuiri-discovery learning lebih banyak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam menemukan sendiri pemecahana masalah dari suatu bahan pelajaran melalui studi pustaka ataupun melalui praktek langsung. Hal tersebut dapat melatih siswa berfikir kritis dan analitis sehingga siswa memiliki pengalaman dan keahlian lebih dari sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan metode inkuiri-discovery learning dengan ceramah dan latihan (drill).
B. Saran Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan sedikit saran demi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, khususnya pada mata pelajaran kimia:
53
1. Guru harus memperhatikan dan membimbing siswa dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning agar hambatan-hambatan yang sering muncul dalam proses pembelajaran dapat terpantau. 2. Gunakan metode
belajar yang lebih inovatif agar siswa tertarik dan
termotivasi suntuk belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abarua, Hermelina. 2004. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMU Negeri III Ambon. Jurnal Kependidikan Vol. 1 No. 2 November Ali Buto, Zulfikar. 2010. Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa Pendidikan Modern. Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email:
[email protected] Akhmadan, Widyastuti. Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill and practice), Penemuan dan Inkuiri. Universitas Sriwijaya Amrina, Zulfa. Studi Tentang Hasil Belajar MTK Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa. Jurnal Edukasi Amor Kusuma, Dianne. Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Jurusan Matematika FMIPA UNPAD Aninomus. Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran. http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press Astati, Sutriari MM. 2011. Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi, Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran. LMPD D.I Yogyakarta “The services for better education”. Aunurrahman, M. Pd. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bahri Djamarah, Syaiful. 2006. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Dasuki. 2006. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak. UIN Syarif Hidayatullah Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional. 2008. Strategi Pembelajarn Dan Pemilihannya Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta
Feronika, Tonih. 2008. Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: UIN Jakarta Gredler, Margaret E. Bell-. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Ibrahim, Muslimin. Pembelajaran http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html
Inkuiri.
Indraswati, Niken. 2011. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri. Jurnal Pendidikan Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran:Studi tentang ragam dan implementasiny. Lentera pendidikan, vol. 11 no. 1 Juni 2008:101-104 Linawati, Rista. 2009. Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta. Universitas Sebelas Maret Made, I Wirtha dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 1(2), 15-29, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha Marimuthu, ThangavelO a/l, dkk. 2003. Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri Penemuan di Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes Muradi, Ahmad. 2006. Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni Mudalara, I Putu. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah. Universitas Pendidikan Ganesha Nadlir dkk. 2009 . Psikologi Belajar. Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah Novianti, Asri dkk. Makalah penilaian dan evaluasi pendidikan IPA: Tujuan Pembelajaran IPA Dalam Bentuk Kompetensi, Fakultas matematika Dan IPA, Universitas Yogyakarta Roestiyah, N.K. 2008Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sidharta, Arief. Model Pembelajaran Asam Basa Bebasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Silalahi, Rensus. 2011. Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 Sochibin, dkk. Juli, 2009Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD. Jurnal Pendidikan Fisika
Rosita, dkk. Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran Matematika Kelas II SDN 42
Kubu Raya. PGSD, FKIP Universitas
Tanjungpura, PontianakEmail :
[email protected] Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori Praktik, Jilid 2. Jakarta: Indeks Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. UIN Syarif Hidayatullah Suharto, Bohar. 1996. Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito. Sukarma, Ketut. 2005. Aplikasi Teori Bruner Tentang Discovery Learning (Pembelajaran Kubus). Jurnal Kependidikan, Vol. 4 No. 1 Suyanto, dkk, 2006. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Grasindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta Tabrani, A. 1992. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003
54
LAMPIRAN 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama sekolah
: MAN Rengasdengklok
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI
Standar Kompetensi : 2.mengukur perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm
2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hokum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standard dan energi ikatan Indikator Kompetensi Dasar 2.1 : -
Menjelaskan hukum kekekalan energi
-
Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan
-
Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm)
-
Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Indikator Kompetensi Dasar 2.2 : -
Menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan
55
-
Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data entalpi pembentukan standar
-
Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
-
Menghitung harga ∆H dengan menggunakan energy ikatan
Tujuan pembelajaran : Kompetensi Dasar 2.1 : -
Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan energi
-
Siswa dapat membedakan sistem dan lingkungan
-
Siswa dapat membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan
-
Siswa dapat menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Kompetensi Dasar 2.2 : -
Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan
-
Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data entalpi pembentukan standar (∆Hf)
-
Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
-
Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan energi ikatan
A. Materi ajar
: Termokimia
B. Metode pembelajaran : Ceramah, metode latihan (Drill) dan metode eksperimen
56
C. Media pembelajaran : -
Papan tulis
-
Spidol
-
Alat dan bahan eksperimen
D. Langkah kegiatan pembeajaran
Kegiatan 1: Kegiatan
Alokasi waktu 10 menit
Guru -
Guru
memberikan
mengenai
Siswa apersepsi - Siswa menyimak apersepsi dari
termokimia
dengan
guru
menyebutkan beberapa aplikasi dari termokimia: 1. Bila kita mempunyai kompor Awal
gas berarti kita membakar gas metan (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk memasak 2. Bensin yang dibakar dalam mesin
mobil
akan
menghasilkan kekuatan yang menyebabkan
mobil - Siswa bersiap untuk belajar
57
bergerak. -
Guru
mempersiapkan
siswa
untuk belajar -
Guru memulai kegiatan belajar dengan
menggunakan
metode
ceramah. (materi terlampir) -
Inti
50 menit
-
Guru memberikan waktu kepada
- Siswa
memperhatikan
penjelasan guru - Siswa mengajukan pertanyaan berupa materi:
siswa untuk mencatat pelajaran
1. Hukum kekekalan energi
yang sudah dijelaskan
2. Sistem dan lingkungan
Guru memberikan waktu kepada
3. Reaksi eksoterm dan endoterm
siswa
4. Entalpi dan perhitungannya
untuk
mengajukan
pertanyaan -
Guru mengintruksikan salah satu siswa
untuk
menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
Penutup
10 menit
-
Guru dengan (Drill)
mengakhiri
pertemuan - Siswa mengerjakan latihan
memberikan
latihan
58
Kegiatan 2: Kegiatan
Alokasi waktu Awal 10
Guru -
Siswa
Guru mereview pelajaran pada - Siswa menyimak apersepsi dari pertemuan sebelumnya
menit -
Guru memulai kegiatan belajar - Siswa memperhatikan penjelasan dengan menggunakan metode ceramah. (materi terlampir)
-
Inti
50 menit
siswa untuk mencatat pelajaran
1. Perhitungan harga ∆H reaksi melalui percobaan
Guru memberikan waktu kepada untuk
mengajukan
dengan
menggunakan
data
entalpi pembentukan standar
Guru mengintruksikan salah satu
(∆Hf)
untuk
menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
Penutup
2. Perhitungan harga ∆H reaksi
pertanyaan
siswa
-
- Siswa mengajukan pertanyaan berupa materi mengenai :
siswa
-
guru
Guru memberikan waktu kepada
yang sudah dijelaskan -
guru
Guru
mengakhiri
pertemuan
10
dengan memberikan lembar kerja
menit
siswa sebagai persiapan kegiatan praktikum (eksperimen).
59
Kegiatan 3: Kegiatan
Alokasi waktu Awal 10
Guru -
Siswa
Guru mereview pelajaran pada - Siswa menyimak apersepsi dari pertemuan sebelumnya
menit -
Guru memulai kegiatan belajar - Siswa memperhatikan penjelasan dengan menggunakan metode ceramah. (materi terlampir)
-
Inti
50 menit
-
siswa untuk mencatat pelajaran
1. Perhitungan harga ∆H reaksi
yang sudah dijelaskan
dengan menggunakan hukum
Guru memberikan waktu kepada
Hess
untuk
mengajukan
2. Perhitungan harga ∆H reaksi
pertanyaan
dengan menggunakan energi
Guru mengintruksikan salah satu
ikatan
untuk
menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
Penutup
- Siswa mengajukan pertanyaan berupa materi mengenai :
siswa
-
guru
Guru memberikan waktu kepada
siswa
-
guru
Guru
mengakhiri
pertemuan
10
dengan menugaskan siswa untuk
menit
bersiap melaksanakan kegiatan praktikum
60
E. Sumber belajar : - Buku paket kimia kelas XI - perlengkapan praktikum/eksperimen F. Penilaian : 1. Kognitif (tes, laporan praktikum) 2. Afektif (keaktifan, diskusi, performance) : lembar observasi 3. Psikomotor (keterampilan menyiapkan perlengkapan praktikum dan melakukan percobaan) : lembar observasi
61
LAMPIRAN 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah
: MAN Rengasdengklok
Mata pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XI
Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. 2.2 Menentukan ΔH reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar dan data energi ikatan
Indikator Kompetensi Dasar 2.1 :
Menjelaskan hukum kekekalan energi
Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan
Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm)
Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Indikator Kompetensi Dasar 2.2 :
Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan data entalpi pembentukkan standar (ΔHfo)
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan hukum Hess
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan energi ikatan
Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar 2.1
62
Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan energi
Siswa dapat membedakan sistem dan lingkungan
Siswa dapat membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan
Siswa dapat menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.
Kompetensi Dasar 2.2
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan data entalpi pembentukkan standar (ΔHf)
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan hukum Hess
Siswa
dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan energi
ikatan A. Materi ajar
: Termokimia
B. Metode pembelajaran
: Inkuiri-Discovery Learning
C. Media pembelajaran
:
- Papan tulis - Spidol - Perlengkapan eksperimen D. Langkah kegiatan pembelajaran Pertemuan 1 Alokasi waktu
Awal
10 menit
Kegiatan Guru Siswa - Guru memberikan apersepsi mengenai - Siswa menanggapi apersepsi termokimia dengan menyebutkan dari guru mengenai aplikasi beberapa aplikasi dari termokimia: termokimia yang dapat 1. Bila kita mempunyai kompor gas ditemukan pada kehidupan berarti kita membakar gas metan sehari-hari (komponen utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk memasak. 2. Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang menyebabkan mobil berjalan.
63
Inti
Penutup
60 menit
- Guru mempersiapkan siswa untuk belajar - Guru memulai kegiatan belajar Pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning : 1. Simulation. Guru memberikan pengenalan awal dilanjutkan dengan memberikan permasalahan kepada mengenai: - Hukum kekekalan energi. Misalnya: pada pembakaran kayu atau minyak tanah, suhu atau panas di sekitranya akan meningkat, namun lamakelamaan keadaan akan kembali normal seperti semula sebelum pembakaran kayu atau minyak tanah. Hal tersebut merupakan salah satu perubahan bentuk energi. (materi diberikan melalui power point) - Contoh reaksi eksoterm dan endoterm yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. Misalnya: memperlihatkan secangkir kopi panas. Lalu memberikan permasalahan kepada siswa mengenai penyebab menurunnya suhu kopi yang lama-kelamaan akan menurun. (materi diberikan melalui kegiatan demonstrasi) - Perbedaan antara sistem dan lingkungan. Dari contoh di atas dapat di ditentukan perbedaan antara sistem dan lingkungan, perubahan entalpi dan perhitungkan ∆H reaksi yang terjadi. (materi diberikan melalui power point) -
Guru memberikan kesempatan untuk siswa mengajukan pertanyaan.
-
Guru memberikan waktu kepada siswa untuk menyimpulkan materi
10 menit
- Siswa memulai kegiatan belajar
- Siswa menanggapi permasalahan dengan seksama mengenai: 1. Hukum Kekekalan energi 2. Contoh reaksi eksoterm dan endoterm yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari 3. Perbedaan antara sistem dan lingkungan. 4. Contoh perubahan entalpi dan perhitungannya
- Siswa mengajukan pertanyaan mengenai: 1. Hukum Kekekalan energi 2. Contoh reaksi eksoterm dan endoterm yang dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari 3. Perbedaan antara sistem dan lingkungan. 4. Contoh perubahan entalpi dan perhitungannya - Siswa memberikan kesimpulan dari materi Hk. Kekekalan energi, perbedaan reaksi eksoterm dan endoterm,
64
perubahan dan perhitungan ∆H. 1. Hk. Kekekalan energi: ―Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain‖ 2. Reaksi eksoterm dan endoterm: reaksi Eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau menghasilkan energi dan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau memerlukan energi. 3. Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami perubahan. H = Hakhir – Hawal - Guru menyempurnakan kesimpulan. Pada langkah problem statement guru menugaskan untuk: 1. membuat pertanyaan mengenai materi yang disampaikan pada kegiatan simulation sebagai bahan untuk penentuan permasalahan yang akan diidentifikasi dan diuji cobakan pada pertemuan berikutnya. 2. mempersiapkan alat dan bahan praktikum sesuai dengan LKS yang diberikan untuk percobaan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.
- Siswa membuat pertanyaan secara berkelompok mengenai materi pada kegiatan simulation
- Siswa menyiapkan alat dan bahan praktikum mengenai: 1. Pengukuran suhu pada larutan HCl dan NaOH. 2. Penentuan reaksi eksoterm dan endoterm dari pencampuran garam dan air.
Pertemuan 2: Alokasi waktu
Awal
Inti
Kegiatan Guru - Guru mereview pelajaran pertemuan sebelumnya
pada
10 menit
60 menit
- Guru memulai kegiatan belajar dengan mengintruksikan kepada siswa untuk mengumpukan pertanyaan yang ditugaskan pada pertemuan sebelumnya. - Guru mengarahkan siswa memilih pertanyaan untuk ditentukan sebagai
Siswa - Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai Hk. Kekekalan energy,perbedaan reaksi eksoterm dan endoterm, perubahan dan perhitungan ∆H. - Masing-masing kelompok mengumpulkan pertanyaan mengeani materi yang diberikan pada kegiatan simulation yang telah disusun sebelumnya - Siswa menentukan pertanyaan dan merumuskan hipotesis,
65
hipotesis dan dibuktikan melalui percobaan pada langkah selanjutnya.
- Guru melanjutkan tahapan inkuiridiscovery learning 3. Data Collection. Pada langkah ini, guru mengintruksikan kepada siswa untuk mencari data sebanyak mungkin melalui studi pustaka dan melakukan percobaan untuk menjawab hipotesis mereka yang telah didapatkan.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Penutup
10 menit
- Guru mengintruksikan pada masingmasing kelompok untuk mencatat hasil percobaan - Pada langkah data processing/pengolahan
mengenai: 1. Penyebab terjadinya penurunan panas pada secangkir kopi 2. Penyebab terjadinya proses perpindahan kalor
- Siswa mengumpulkan data untuk mendukung jawaban hipotesis melalui: 1. Pengumpulan sumber data (studi pustaka) 2. Melakukan percobaan. Adapun percobaan yang dilakukan adalah untuk masing-masing kelompok. - Melakukan pengukuran terhadap perubahan suhu yang terjadi pada reaksi antara garam dan air. Siswa mengukuran suhu ketika garam dan air dicampurakan lalu dikocok. Kemudian siswa menentukan reaksi tersebut merupakan reaksi eksoterm ataukah endoterm. - Melakukan percobaan untuk menentukan ∆H reaski dengan kalorimeter. Siswa memasukkan NaOH 1 M ke dalam geals kimia dan memasukkan HCl 1 M ke dalam gelas lainnya. Kemudian siswa mengukur suhu kedua larutan tersebut. Hasil dari pengukuran suhu ini ditetapkan sebagai suhu awal. Selanjutnya kedua larutan tersebut dicampurkan dan siswa mengukur suhu larutan tersebut. Suhu pada pengukuran ini disebut suhu akhir. Untuk mengetahui perubahan suhu dilakukan perhitungan selisih antara suhu awal dengan suhu akhir. - Siswa mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang muncul ketika mereka melakukan percobaan. - Para siswa mencatat hasil percobaan masing-masing - Masing-masing
kelompok
66
data guru menugaskan pada masingmasing kelompok untuk mengolah data dan mendiskusikan hasil percobaan di luar jam pelajaran dan hasilnya akan didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.
mempersiapkan semua data untuk diproses selanjutnya
Kegaiatan 3 Alokasi waktu Awal
10 menit
Inti
60 menit
Kegiatan Guru Guru mempersiapkan siswa-siswanya untuk pelaksanaan praktikum. 5. Verivication/pembuktian. Berdasarkan data hasil studi pustaka, hasil percobaan pada tahap data collection, dan data yang telah diproses, maka masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengecek hipotesis, apakah terjawab atau tidak dan terbukti atau tidak 6. Generalitation. Menarik kesimpulan diakukan oleh perwakilan masing-masing kelompok.
- Guru memberikan kesempatan untuk siswa mengajukan pertanyaan.
Penutup
10 menit
- Guru menjawab pertanyaan siswa mengenai permasalahan yang muncul pada hasil percobaan masing-masing kelompok - Guru mengintruskikan masing-masing perwakilan kelompok untuk menyimpulkan hasil percobaannya. - Guru menyempurnakan kesimpulan dari kesimpulan masing-masing kelompok pada kegiatan inti. - Guru menugaskan untuk membuat laporan kegaiatan praktikum/percobaan.
E. Sumber belajar : -
Buku paket kimia kelas XI
-
perlengkapan praktikum
-
www.aidianet.co.cc
F. Penilaian : 1. Kognitif (tes, laporan praktikum)
Siswa Siswa memperhatikan penjelasan guru - Siswa mengecek hasil pengumpulan data dan di cocokan dengan hipotesis, terjawab atau tidak, dan terbukti atau tidak. Jika terjawab dan terbukti maka hipotesis berarti benar. - Masing-masing perwakilan kelompok mengutarakan hasil percobaannya mengeani penyebab penurunan suhu secangkir kopi dan perpindahan kalor, serta menyimpulkannya. - Siswa mengajukan pertanyaan mengenai hasil percobaan masing-masing, apakah sudah terbukti dan benar - Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa menyimpulkan masingmasing hasil percobaan yang didapatnya
- Siswa mempersiapkan rancangan atau format penulisan laporan praktikum.
67
2. Afektif (keaktifan, diskusi, performance) : lembar observasi 3. Psikomotor (keterampilan menyiapkan perlengkapan praktikum dan melakukan percobaan) : lembar observasi
68
BAHAN AJAR TERMOKIMIA Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi, yaitu pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam sebagian besar reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang berwujud perubahan kalor, baik kalor yang dilepaskan maupun diserap. Kalor merupakan salah satu bentuk dari energi. James Prescott Joule (1818-1889) merumuskan Asas Kekekalan Energi: “Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain”. Jadi, energi yang menyertai suatu reaksi kimia, ataupun proses fisika, hanya merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi. Untuk mempelajari perubahan kalor dari suatu proses perlu dikaji beberapa hal yang berhubungan dengan:
energi yang dimiliki oleh suatu zat
bagaimana energi tersebut berubah
bagaimana mengukur perubahan energi tersebut
bagaimana hubungan energi dengan struktur zat.
A. Entalpi Dan Perubahan Entalpi 1. Sistem dan lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian yang kita pelajari perubahan energinya. Sedangkan yang disebut lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem. Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Sistem Terbuka, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan zat (materi) antara lingkungan dan sistem. b. Sistem Tertutup, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya, tetapi tidak terjadi pertukaran materi.
69
c. Sistem Terisolasi (tersekat), suatu sistem yang tidak memungkinkan terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan Tabel 2.1 Sifat-sifat sistem dan perbedaannya
2. Energi dan entalpi Dalam setiap reaksi kimia selalu terjadi perubahan energi. Satuan-satuan energi:
Entalpi sama dengan besarnya energi dalam yang disimpan dalam suatu sistem. Entalpi (H) merupakan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan di dalam suatu sistem. 3. Perubahan entalpi Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami perubahan. Perubahan entalpi ( H): Jika suatu reaksi berlangsung pada tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya agar suhu sistem kembali ke keadaan semula. Besarnya perubahan entalpi adalah selisih besarnya entalpi sistem setelah mengalami perubahan dengan besarnya entalpi sistem sebelum perubahan pada tekanan tetap. H = Hakhir – Hawal Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh : jumlah zat, keadaan fisis zat, suhu (T), tekanan (P).
70
4. Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
Gambar 1. Proses eksoterm dan endoterm
-
Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau menghasilkan energi. Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih rendah dari zat semula). Hakhir < Hawal Hakhir – Hawal < 0 H berharga negative
-
Reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau memerlukan energi. Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih tinggi
dari zat
semula). Hakhir > Hawal Hakhir – Hawal > 0 H berharga positif
5. Perubahan Entalpi Standar (H0)
a. ΔH Pembentukan Standar (ΔHf0) Adalah ΔH untuk membentuk 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsur penyusunnya pada keadaan standar. C(s) + O2(g) —→ CO2(g)
ΔH = – 94,1 kkal
ΔH pembentukan standar CO2(g) = – 94,1 kkal/mol. Umumnya dituliskan ΔHf0 CO2(g) = – 94,1 kkal/mol.
71
Jika suatu senyawa tersusun/terbentuk bukan dari unsur-unsur penyusunnya, maka ΔH-nya tidak sama dengan ΔH pembentukan standar. b. ΔH Penguraian Standar (ΔHd0) Adalah ΔH untuk menguraikan 1 mol suatu senyawa menjadi unsurunsur penyusunnya pada keadaan standar. CO2(g) —→ C(s) + O2(g)
ΔH = + 94,1 kkal = ΔH penguraian standar CO2(g)
CO2 (g) —→ CO(g) + ½O2(g) ΔH = + 26,4 kkal ≠ ΔH penguraian standar CO2(g) c. ΔH Pembakaran Standar (ΔHc0) Adalah ΔH dalam pembakaran sempurna 1 mol suatu senyawa pada keadaan standar. CH4(g) + 2O2(g) —→ CO2(g) + 2H2O(l)
ΔH = – 212,4 kkal = ΔH pembakaran CH4(g)
CH4(g) + 3/2O2(g) —→ CO(g) + 2H2O(l)
ΔH = – 135,1 kkal ≠ ΔH pembakaran CH4(g)
B. Penentuan Perubahan Entalpi 1. Kalorimeter -
Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap
atau dibebaskan sistem. Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada umumnya ditentukan secara kalorimetri.
72
-
Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator (tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak menyerap kalor pada saat reaksi berlangsung.
-
Kalorimeter Bom merupakan suatu kalorimeter yang dirancang khusus sehingga benar-benar terisolasi. Pada umumnya sering digunakan untuk menentukan perubahan entalpi dari reaksi-reaksi pembakaran yang melibatkan gas.
-
Jumlah kalor yang dilepas atau diserap sebanding dengan massa, kalor jenis zat, dan perubahan suhu. Hubungannya adalah sebagai berikut: q = m. c . ∆T dengan,
q = perubahan kalor (J) m = massa zat (g) c = kalor jenis zat (J/g.K) ∆T = perubahan suhu (K) 2. Hukum Hess Perubahan entalpi kadang sukar diukur atau ditentukan langsung dengan percobaan. Pada tahun 1840 Henry Hess dari Jerman menyatakan, perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir sistem, tidak bergantung pada jalannya reaksi. Contoh: Reaksi karbon dan oksigen untuk membentuk CO2 dapat berlangsung dalam satu tahap (cara langsung) dan dapat juga dua tahap(cara tidak langsung). 1) Satu tahap: C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –394 kJ 2) Dua tahap:
C(s) + O2(g) → CO(g)
∆H = –110 kJ
CO(g) + O2(g) → CO2(g)
∆H = –284 kJ +
C(s) + O2(g) → CO2(g)
∆H = –394 kJ
Jadi, jika suatu reaksi berlangsung menurut dua tahap atau lebih, maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah kalor tahap reaksinya. Hukum Hess kita gunakan untuk menghitung H suatu reaksi, berdasarkan beberapa harga H dari reaksi lain yang sudah diketahui. Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram tingkat energi. Diagram siklus untuk reaksi pembakaran karbon pada contoh di atas adalah
73
sebagai berikut:
Dari siklus reaksi di atas, pembakaran karbon dapat melalui dua lintasan, yaitu lintasan-1 yang langsung membentuk CO2, sedangkan lintasan-2, mula-mula membentuk CO, kemudian CO2. Jadi H1 = H2 + H3. 3. Menggunakan Entalpi Pembentukan Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data pembentukan zat pereaksi dan produknya. Secara umum untuk reaksi: a PQ + b RS → c PS + d QR reaktan produk maka,
Contoh : Tentukan entalpi reaksi pembakaran etanol, jika diketahui : Hf C2H5OH Hf CO2 Hf H2O Jawab:
= –266 kJ = –394 kJ = –286 kJ
Reaksi pembakaran etanol : C2H5OH + O2 → 2CO2 + 3H2O ∆H reaksi
= [2 x Hf CO2 + 3 x Hf H2O] – [1x Hf C2H5OH + 1x Hf O2] = [2 (–394) + 3 (–286)] kJ – [1 (–266) + 1 (0)] kJ
74
= [–1646 + 266] kJ = –1380 kJ 4. Energi Ikatan Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu pemutusan ikatan antar atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses yang memerlukan energi) dan penggabungan ikatan kembali dari atom-atom yang terlibat reaksi sehingga membentuk susunan baru (proses yang membebaskan energi).
Menghitung ∆H reaksi berdasarkan energi ikatan: Contoh: Diketahui energi ikatan: C – C = 348 kJ/mol, C = C = 614 kJ/mol, C – H = 413 kJ/mol, C – Cl = 328 kJ/mol, dan H – Cl = 431 kJ/mol. Tentukan Hreaksi C2H4 + HCl → C2H5Cl! Jawab: Langkah 1 → Gambar struktur ikatan:
Langkah 2 → Hitung Energi Total Pemutusan Ikatan: 4xC–H = 4 x 413 = 1.652 1xC=C = 1 x 614 = 614 1 x H – Cl = 1 x 431 = 431 + Energi Total Pemutusan Ikatan = 2.697 Langkah 3 → Hitung Energi Total Pembentukan Ikatan: 5 x C – H = 5 x 413 = 2.065 1xC–C = 1 x 348 = 348 1 x C – Cl = 1 x 328 = 328 + Energi Total Pemutusan Ikatan = 2.741 Langkah 4 → Hitung Entalpi reaksi: Hreaksi
= (energi pemutusan ikatan) – (energi pembentukan ikatan) = 2.697 – 2.741 = -44 kJ/mol
75
LAMPIRAN 3
KisKisi Instrumen
Standar Kompetensi : 2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara pengukurannya Kompetensi Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. 2.2 Menentukan ΔH reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar dan data energi ikatan
Indikator C1 (Kompetensi dasar 2.1): - Memahami hukum kekekalan energy - Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan - Menjelaskan perbedaan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) - Memahami macam-macam perubahan entalpi pada suatu reaksi (Kompetensi dasar 2.2) : - Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan - Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan Data entalpi pembentukkan standar (ΔHfo) -
Menghitung harga ΔH reaksi menggunakan hukum Hess Menghitung harga ΔH reaksi menggunakan energi ikatan
Tingkat kognitif dan No soal C2 C3
1, 4 6, 7, 8, 10
2, 5 9
16,
14, 15, 18 17, 19
20, 21, 22, 23, 26 25
dengan 39 dengan 45
3 11, 12 13
24,
27, 31 32, 34
C4
33, 35, 36, 37, 38
40, 41, 42, 43, 44 46, 47, 48, 49, 50
28, 30
29,
76
LAMPIRAN 4
MAN RENGASDENGKLOK ULANGAN HARIAN MAPEL : KIMIA WAKTU : 70 menit
1. Keseluruhan energi yang dimiliki oleh suatu sistem dalam keadaan tertentu disebut dengan istilah…. A. entalpi B. kalor C. energi dalam (U) D. energi ikat E. sistem 2. Setiap berkurangnya energi potensial akan digantikan oleh energi kinetik yang semakin bertambah. Hal tersebut sejalan dengan prinsip…. A. Energi dalam B. Energi termokimia C. Energi kimia D. Perubahan energi E. Kekekalan energy 3. Mobil mengubah energi kimia menjadi energi gerak, aki merubah energi kimia menjadi energi listrik dan lampu mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Hal tersebut merupakan beberapa aplikasi dari penggunaan prinsip…. A. Perubahan kalor B. Energi mekanik C. Energi kinetik D. Energi potensial E. Kekekalan energy 4. Pada suatu reaksi terdapat sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau pengamatan. Hal tersebut dikenal dengan istilah… A. lingkungan B. sistem C. ekosistem D. entalpi E. kalor 5. Yang bertindak sebagai lingkungan pada gambar di bawah adalah…
A. Kopi B. Gelas dan kopi C. Selain larutan kopi D. Gelas, piring dan kopi E. Salah semua 6. Perhatikan gambar di bawah ini. Yang terrmasuk lingkungan adalah…
77
7.
8.
9.
10.
11.
12.
A. Batang pengaduk B. Termometer C. HCl D. Zn E. Udara, termometer, pengaduk dan gelas kimia Dari gambar di atas bagian manakah yang termasuk sistem…. A. Termometer B. Pengaduk C. HCl dan Zn D. Termometer, pengaduk, HCl dan Zn E. Zn Perhatikan gamabr berikut! Jika lempeng logam Mg di masukkan ke dalam larutan HCl, dihasilkan gelembung gas H2. Reaksi antara HCl dan logam Mg merupakan reaksi… A. eksoterm B. endoterm C. kimia D. fisika E. peleburan Reaksi antara CaO dan H2O tergolong reaksi eksoterm. CaO(s) + H2O → CaO(OH)2(aq), karena… A. Sistem membebaskan kalor B. Suhu air turun C. Suhu air naik D. Sistem menreima kalor E. Lingkungan melepaskan kalor Diantara yang berikut ini: 1) Fotosintesis 4) Respirasi 2) Pembakaran 5) dekomposisi termal 3) Pelelehan 4) Yang termasuk proses endoterm adalah… A. 1, 2, 3 B. 1, 4, 5 C. 2, 3, 4 D. 2, 3, 5 E. 1, 3, 4, 5 Reaksi yang termasuk entalpi pembakaran di bawah ini adalh… A. CO2(g) → C(S) + O2(g) B. C(s) + O2(g) → CO2(g) C. 2C(g) + H2(g) → C2H2(g) D. H2O(g) → H2(g) + ½ O2(g) E. Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s) Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah …. A. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya pada kondisi standar B. kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembakaran 1 mol senyawa dalam kondisi standar C. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dalam bentuknya yang paling stabil terurai menjadi unsur-unsurnya. D. Kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya pada kondisi standar
78 E. Kalor yang dilepaskan apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya. 13. Pada suatu percobaan direaksikan 50 mL larutan HCl 1 M dengan 50 mL NaOH 1 M dalam geals plastic yang kedap panas, ternyata suhunya naik dari 290C menjadi 35,50C. kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 jg-1K -1 dan massa jenis larutan dianggap 1g/cm3, maka perubahan entalpi reaksi dari NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) adalah…. Larutan HCl 1 M Larutan NaOH 1 M Suhu awal (T1) Suhu akhir (T2) Massa jenis (ρ) Kalor jenis (c)
14.
15.
16.
17.
18.
50 Ml 50 Ml 290C 35,50C 1 g/cm3 4,18 jg-1K-1
A. 54,4 kJ/mol B. -54,4 kJ/mol C. 44,5 kJ/mol
D. 50 kJ/mol E. -50 kJ/mol Pada pemanasan 400 gram air bersuhu 250C diperlukan kalor 84 kJ. Jika diketahui kalor jenis air 4,2 J/goC , maka suhu air setelah pemanasan adalah…0C A. 70 B. 80 C. 75 D. -75 E. 50 Kalor pembentukan adalah perubahan kalor/entalpi yang dibutuhkan untuk membentuk 1 mol zat tersebut dari unsur/molekul bebasnya. Di antara reaksi berikut yang dapat disebut sebagai kalor pembentukan adalah… A. Ag+ + Cl- → AgCl B. ½ H2 + ½ I2 → HI C. 2S + 3O2 → 2SO3 D. NH4+ + Cl- → NH4Cl E. H+ + OH- → H2O Diketahui ΔHfo C2H4 = -52,26 kJ, ΔHfo CO2 = -393,52 kJ, ΔHfo H2O = -241,82 kJ. Maka harga ΔH reaksi C2H4(g) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 2H2O(g) adalah… A. -687,6 kJ B. 582,08 kJ C. 687,6 kJ D. 1218,42 kJ E. -1218,42 kJ Diketahui reaksi-reaksi berikut: S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = A kkal 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g) ∆H = B kkal Perubahan entalpi (∆H) untuk reaksi berikut adalah…. 2S(s) + 3O2 (g) → 2SO3(g) A. (A + B) kkal B. (2A + B) kkal C. (A - B) kkal D. (2A - B) kkal E. (A + 2B) kkal Diketahui CuO(s) → Cu(s) + ½ O2(g) ∆H = +155,08 kJ H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆H = -241,6 kJ Maka perubahan entalpi untuk reaksi CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g) adalah… A. +396,68 kJ B. +86,52 kJ C. -43,26 kJ D. -86,52 kJ E. -396,68 kJ
79 19. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul wujud gas merupakan definisis dari… A. Energi ikatan B. Energi van der walls C. Energi kinetik D. Energi potensial E. Kekekalan energi 20. Diketahui energi ikatan: Cl-Cl = 243 kJ/mol C-H = 414 kJ/mol, C-Cl = 326 kJ/mol H-Cl = 431 kJ/mol. Maka harga perubahan entalpi pada reaksi CH4(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + 4HCl(g) adalah… A. 112,9 kJ B. 1129 kJ C. 414 kJ D. 271 kJ E. -1129 kJ NB. Jangan nyontek ya….! Say NO to “NYONTEK”
80
LAMPIRAN 5 NILAI POSTEST SISWA KELAS EKSEPRIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A1 B1 C1 D1
Nilai 60 75 80 75 80 60 70 75 65 85 70 65 80 85 70 80 85 70 85 80 75 75 65 80 80 75 85 80 75 75
81
LAMPIRAN 6 DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
A. Banyak data 20 20
25
30
30
30
35
35
40
40
40
45
45
45
45
47
47
47
50
50
50
50
55
55
60
60
65
65
70
70
B. Nilai terbesar = 70 Nilai terkecil = 20 Rentang kelas (R)
= 70 – 20 = 50
C. Banyak kelas (K)
= 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 x 1,477 = 5,874 ~ 6
D. Panjang kelas (interval/C) R/C
= 50/6 = 8
E. Table distribusi No 1 2 3 4 5 6
Interval 20-27 28-35 36-43 44-51 52-59 60-70 Jumlah
F. Mean /Rata-rata
f 3 5 3 11 2 6 30
=
=
Xi 23.5 31.5 39.5 47.5 55.5 63.5 261
Xi2 552.25 992.25 1560.25 2256.25 3080.25 4032.25 12473.5
fXi 70.5 157.5 118.5 522.5 111 381 1361
fXi2 1656.75 4961.25 4680.75 24818.8 6160.5 24193.5 66471.5
82
G. Median
=L+C = 43,5 + 8 = 43,5 + 8 = 43,5 + 8 x 0,4 = 46,7
H. Modus
=L+C = 43,5 + 8 = 43,5 + 8 x 0,6 = 48,3
I. Standar deviasi
=
=
=
83
LAMPIRAN 7
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST KELAS KONTROL A. Banyak data 20
20
20
25
25
30
30
30
30
35
35
35
40
40
40
45
45
50
50
50
55
55
55
60
60
60
60
65
70
75
B. Nilai terbesar (Nt)
= 75
Nilai terkecil (Nk)
= 20
Rentang kelas (R)
= Nt – Nk = 75 – 20 = 55
C. Banyaknya kelas (K) K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 30 = 1 + 3,3 x 1,477 = 1 + 4,874 = 5,874 ~ 6 D. Panjang kelas (interval/C) R/K
= 55/6 = 9
E. Tabel distribusi frekuensi No 1 2 3 4 5
Interval 20-28 29-37 38-46 47-55 56-63
f 5 7 5 6 4
Xi 24 33 42 51 60
Xi2 576 1089 1764 2601 3600
fXi 120 231 210 306 240
fXi2 2880 7623 8820 15606 14400
84
6
F. Mean
64-75 Jumlah
3 30
74 227
= =
G. Median
= L+C
= 28,5 + 9 = 28,5 + 9 x 1,428 = 41,357
H. Modus
=L+C
= 28,5 + 9 x = 28,5 + 9 x 0,5 = 33
I. Standar deviasi
=
=
=
= 15,405
5476 15106
222 1329
16428 65757
85
LAMPIRAN 8
PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Xi 20 25 30 35 40 45 47 50 55 60 65 70
F 2 1 3 2 3 4 3 4 2 2 2 2
Zn 2 3 6 8 11 15 18 22 24 26 28 30
Zi -1.986 -1.595 -1.203 -0.812 -0.420 -0.028 0.127 0.362 0.754 1.146 1.537 1.929
Zt 0.476 0.440 0.384 0.291 0.162 0.008 0.047 0.140 0.276 0.329 0.438 0.472
Fz 0.023 0.059 0.115 0.209 0.337 0.492 0.547 0.640 0.776 0.829 0.938 0.972
Sz 0.066 0.100 0.200 0.266 0.366 0.500 0.600 0.733 0.800 0.866 0.933 1000
IFz-SzI 0.042 0.040 0.084 0.057 0.029 0.008 0.052 0.092 0.023 0.037 0.004 0.027
Ltab = 0,161 (untuk N = 30) Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,092 < 0,161), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
berdistribusi normal.
Perhitungan Zi didapatkan dari rumus Zi =
,
perhitungannnya yaitu:
Zi = Nilai Fz didapat dari = 0,5 + Zt (untuk nilai Zi positif) = 0,5 – Zt (untuk nilai Zi negatif)
salah
satu
contoh
86
LAMPIRAN 9 PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Xi 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75
f 3 2 4 3 3 2 3 3 4 1 1 1
Zn 3 5 9 12 15 17 20 23 27 28 29 30
Zi -1.577 -1.252 -0.928 -0.603 -0.279 0.045 0.370 0.694 1.019 1.343 1.668 1.992
Zt 0.441 0.394 0.321 0.225 0.106 0.016 0.144 0.254 0.343 0.409 0.451 0.476
Fz 0.058 0.105 0.178 0.274 0.393 0.516 0.644 0.754 0.843 0.909 0.951 0.976
Sz IFz-SzI 0.100 0.041 0.166 0.061 0.300 0.121 0.400 0.125 0.500 0.106 0.566 0.050 0.666 0.022 0.766 0.011 0.900 0.056 0.933 0.023 0.966 0.015 1.000 0.023
Ltab = 0,161 (untuk N = 30) Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,125 < 0,161), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
87
LAMPIRAN PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS 1. Varians kelas kontrol Si2 = 237,314 2. Varians kelas eksperimen Si2 = 163,021 Fh
=
\
=
Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ftab df pembilang : 30 – 1 = 29 df penyebut
: 30 – 1 = 29
F(30, 29) : 1,85 F(30,30) : 1,84
F(29,29) : Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas didapatkan Fhitung ≤ Ftabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,455 ≤ 1,850 maka dapat disimpulkan bahwa data homogen.
88
LAMPIRAN PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS Uji-t dapat dihitung dengan cara :
t
=
=
=
=
= Ho = µ (tidak berbeda nyata) Ha ≠ µ (berbeda nyata) df
= n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58
Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ttab : ttab(60,95%)
= 2,00
Selisih antara ttab dengan df adalah 2, jadi untuk df 58 adalah: t(58,95%)
= 2,00 ─ = 2 – 0,034 x 2 = 2 – 0,0689 = 1,931
(2,00)
89
Dari uji-t pretest menunjukkan bahwa thit < ttab (0.303 < 1,931) dengan df = (30+30) – 2 = 58 (melalui interpolarisasi) pada derajat signifikansi 95%, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tidak berbeda nyata artinya H o diterima dan Ha ditolak.
Lampiran 13
REKAPITULASI INSTRUMEN PENELITIAN
C1
Indeks Daya Beda 50
Kualifikasi Taraf kesukaran sedang
2
C2
16.67
3
3
C3
4
4
5
No
No soal
Tingkat kognitif
1
1
2
Status soal
Kualifikasi
Valid
Dipakai
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
58.33
sedang
Tidak Valid
Tidak dipakai
C1
66.67
sukar
Valid
Dipakai
5
C2
66.67
sukar
Valid
Dipakai
6
6
C1
83.33
sukar
Valid
Dipakai
7
7
C1
-33.33
sangat mudah
Tidak valid
Tidak dipakai
8
8
C1
0
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
9
9
C2
50
sedang
Valid
Dipakai
10
10
C1
0
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
11
11
C4
16.67
sangat mudah
Tidak Valid
Tidak dipakai
12
12
C4
33.33
sedang
Valid
Dipakai
13
13
C4
33.33
sedang
Valid
Dipakai
14
14
C2
33.33
sedang
Valid
Dipakai
15
15
C2
33.33
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
16
16
C1
-16.67
mudah
Valid
Dipakai
17
17
C2
0
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
18
18
C3
50
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
19
19
C2
16.67
sedang
Valid
Dipakai
20
20
C1
16.67
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
21
21
C1
50
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
22
22
C1
16.67
sedang
Valid
Dipakai
23
23
C2
16.67
sukar
Tidak valid
Tidak dipakai
24
24
C2
50
sedang
Valid
Dipakai
25
25
C1
-33.33
sukar
Valid
Dipakai
26
26
C2
66.67
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
27
27
C3
33.33
sukar
Tidak valid
Tidak dipakai
28
28
C4
33.33
sukar
Valid
Dipakai
29
29
C4
16.67
sukar
Tidak valid
Tidak dipakai
30
30
C4
50
sedang
Valid
Dipakai
31
31
C3
0
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
32
32
C2
83.33
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
33
33
C2
16.67
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
34
34
C2
16.67
sedang
Valid
Dipakai
35
35
C3
66.67
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
36
36
C3
0
sukar
Tidak Valid
Tidak dipakai
37
37
C3
66.67
sedang
Valid
Dipakai
38
38
C3
0
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
39
39
C1
33.33
sedang
Valid
Dipakai
40
40
C3
33.33
sukar
Tidak valid
Tidak dipakai
41
41
C3
33.33
sukar
Tidak valid
Tidak dipakai
42
42
C3
33.33
sedang
valid
Dipakai
43
43
C3
83.33
sedang
Valid
Dipakai
44
44
C3
50
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
45
45
C1
6.67
sedang
Valid
Dipakai
46
46
C3
16.67
sedang
valid
Dipakai
47
47
C3
33.33
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
48
48
C3
16.67
sedang
Tidak valid
Tidak dipakai
49
49
C3
33.33
sedang
valid
Dipakai
50
50
C3
16.67
mudah
Tidak valid
Tidak dipakai