Spirit Publik Volume 10, Nomor 2 Halaman 1-16
ISSN. 1907-0489 Oktober 2015
PENGEMBANGAN MODEL PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ORGANIZATION STRUCTURING MODEL DEVELOPMENT OF THE SURABAYA CITY GOVERNMENT Diana Hertati Program Studi Administrasi Negara FISIP UPN “Veteran” Jatim email:
[email protected] Haeruddin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sulawesi Tenggara ABSTRAK Sistem kelembagaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sangat penting karena merupakan salah satu instrumen bagi pelaksanaan segala urusan yang telah diserahkan baik dari pemerintah Pusat maupun Provinsi. Penataan organisasi perangkat daerah sebagai bagian reformasi birokrasi bertujuan menciptakan sebuah system pemerintahan yang efesien, efektif dan sesuai dengan prinsip good governance yang berpedoman pada PP No. 41 Tahun 2007 bersifat fleksibel, hal itu terlihat dengan desain yang lebih cermat dalam pengaturan besaran organisasi perangkat daerah sesuai karakteristik luas area, jumlah penduduk dan jumlah APBD. Pemerintah Kota Surabaya dalam penataan organisasi terjadi inkonsistensi, adanya kelemahan model penataan organisasi di daerah melalui PP No 41 Tahun 2007, lebih menitik beratkan persoalan kelembagaan, standarisasi yang rigid dan tidak mempertimbangkan dimensi lain seperti sumber daya manusia, system tata laksana, dan nilai dasar organisasi. Berdasarkan fenomena tersebut diperlukan penelitian untuk merumuskan model pengembangan penataan organisasi perangkat daerah di Pemerintah Kota Surabaya. Untuk memperoleh deskripsi tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan tahapan sebagai berikut: (1) berdasarkan kriteria-kriteria subjek, peneliti memilih 1 subjek penelitian, (2) berdasarkan kerangka teori yang telah didialogkan dan dikembangkan, peneliti mengembangkan instrumen penelitian terdiri dari Peraturan Daerah untuk penentuan subjek penelitian yang meliputi Instrumen penilaian penataan SKPD: SDM, Tupoksi, Bentuk/Besaran, Kinerja Pelayanan Publik, dalam memecahkan masalah penataan organisasi perangkat daerah. (3) peneliti melakukan wawancara berbasis perandan tugas serta (4) data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dianilisis menggunakan analisis kualitatif untuk memperoleh gambaran pola pengembangan model dalam memecahkan masalah penataan organisasi perangkat daerah. Kata Kunci : Organisasi, penataan organisasi, model pengembangan penataan organisasi dan Governance
1
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
ABSTRACT Structuring local government organizations system is important in the regional autonomy implementation, as it is one of the many instruments of decentralization principles. Structuring local organizations, as part of bureaucratic reform, aimed to create a government system that is efficient, effective and flexible. The flexibility in this case is based on the regional organization characteristics of the area, population and number of regional budget. In this regard, there is inconsistency in Surabaya City Government’s organization structuring, that is overly focused on the institutional issues, rigid standardization but does not consider other dimensions such as: human resources, system of governance, and the basic values of the organization. Based on this phenomenon a study is needed to formulate a model structuring for Surabaya City Government. To do so, researchers conducted a study in the following stages: (1) based on the criteria of the subject, the researchers chose one subject of the research; (2) based on the prior studies, researcher developed a research instrument consisting of local government assessment instruments - i.e. human resources, authorities, organization size, public service performance - in solving the Surabaya City Government’s structuring problem; (3) interviews were conducted based on the organization’s authorities; and (4) the data obtained is then described and analyzed using qualitative analysis method to obtain to develop a model for solving organizational structuring problem in Surabaya City Government.
Keywords: Organisation Restructuring, Organisation Restructuring Model, Governance. tersebut,
1. Pendahuluan Perubahan
organisasi
model
mencakup
institusional
sejumlah
pemerintahan baik pada level pusat
berbeda
maupun daerah merupakan suatu
melaksanakan perubahan
tuntutan
yang
bersama-sama
harus
Permasalahan yang dihadapi
dilakukan secara sistimatis. Karena
pemerintah daerah adalah masalah
itu,
birokrasi yang harus dibenahi dan
setiap
senantiasa
yang
kelompok
organisasi
harus
melakukan evaluasi secara terus
disimetrisasikan
menerus
pelaksanaan
(sustainable)
terhadap
dengan
sistem
tuntutan
pemerintahan
hubungan atau nilai tawar organisasi
daerah yang otonom. Ada beberapa
yang dimilikinya dengan seluruh
alasan
sistem yang melingkupinya. Untuk
birokrasi
menginstitusional-kan
nampak dalam praktek sehari-hari,
2
nilai-nilai
mengapa rasional
bentuk jarang
ideal (tidak)
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
yaitu : 1) manusia tidak hanya untuk
dan pola dasar OPD harus didasarkan
organisasi, 2) birokrasi tidak kebal
atas kajian yang intensif tentang
ter-hadap perubahan, 3) birokrasi
konsep
dirancang
untuk
khususnya
orang "rasional", sehingga dalam
organisasi.
memang
untuk
realitas mereka tidak dapat saling dipertukarkan
untuk
fungsi
keseharian organisasi
dan
teori
organisasi,
tentang
penataan
Seiring
dengan
tuntutan
perkembangan
kondisi
tersebut,
Pemkot Surabaya telah melakukan
Penataan
organisasi
beberapa kali penataan OPD, sebagai
merupakan jawaban atas tuntutan dan
berikut: 1) menambah jumlah Dinas,
dinamika
di
sekaligus
Bidang dan Seksi; berdasarkan Perda
merupakan
salah
program
Kota Surabaya Nomor 14 Tahun
strategis dalam Reformasi Birokrasi
2005; jumlah dinas 15, bidang 56
untuk penataan dan pembenahan
dan seksi 112. Perda Kota Surabaya
organisasi agar selaras dengan visi,
Nomor 8 Tahun 2008; jumlah Dinas
misi, tujuan dan sasaran organisasi
sebanyak 18, bidang sebanyak 63
serta responsif terhadap lingkung- an
dan seksi 143. 2) mengurangi Jumlah
strategis dan dinamika masyarakat.
Lembaga
Dalam
OPD,
berdasarkan Perda Kota Surabaya
perubahan institusi tidak terlepas dari
Nomor 15 Tahun 2005; jumlah
dimensi “besaran organisasi” yaitu
Badan 11 dan Rumah Sakit Umum
perampingan
Daerah.
atas,
konteks
satu
penataan
(downsizing)
dan
Teknis
Sedangkan
Daerah;
berdasarkan
pembesaran (upsizing). Kebijakan
Perda Kota Surabaya Nomor 12
penataan organisasi adalah sebuah
Tahun
proses mencari ukuran yang sesuai
Inspektorat 1, Kantor 1 dan RSUD
dan seimbang (rightsizing) antara beban
tugas/kewe-nangan
2009;
jumlah
Berdasarkan
Badan
7,
fenomena
realitas tersebut, untuk memperbaiki
pemerintahan di satu pihak, dengan
dan
peningkatkan
kemampuan dan kebutuhan obyektif
penyelenggaraan pelayanan publik,
di pihak lain. Untuk meminimalisir
diperlukan
kesalahan-kesalahan dalam penataan
menghasilkan pengembangan model
penelitian
kinerja
untuk
organisasi maka perumusan format
3
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
penataan organisasi perangkat daerah
cenderung permanen; (5) berskala
Pemerintah Kota Surabaya.
besar. Selain berkarakter struktural,
Berdasarkan latar belakang
birokrasi
mem-punyai
”karakter
tersebut terlihat adanya celah dan
prosedural” dengan elemen-elemen:
kekosongan baik secara normatif,
(6) impersonal; (7) formalistik; (8)
teoritis maupun empirik (normative,
terikat aturan; (9) disiplin tinggi.
theoritical
and
empirical
gaps).
Di Indonesia, yang dimaksud
terkait
dengan
dengan birokrasi publik adalah :
adanya penataan organisasi yang
“keseluruh-an organisasi pemerintah
dapat diartikan sebagai sebuah proses
yang menjalankan tugas-tugas negara
redesain terhadap tatanan organisasi
dalam berbagai unit administrasi di
yang telah ada, dengan menyusun
bawah departemen dan lembaga-
satuan organisasi daerah yang akan
lembaga non-departemen, baik di
diserahi bidang kerja, tugas atau
pusat maupun di daerah”
Kekosongan
fungsi
ini
tertentu,
masalah
maka
penelitian
rumusan
ini,
sebagai
berikut :
Makna mewirausahakan/reinventing, sebagai transformasi fundamental terhadap
1. Bagaimanakah format
pelaksanaan
penataan
Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) ?
Perangkat
Banishing bureaucracy
terdiri
5
(lima) strategi untuk melaksanakan
2. Bagaimanakah model penataan Organi-sasi
sistem dan organisasi sektor publik.
Daerah
Pemerintah Kota Surabaya?
prinsip
Reinventing
government
yang bernama “The Five C’S” yaitu : (1) Strategi inti (core strategy). Menata
kembali
secara
jelas
2. Tinjauan Pustaka
mengenai tujuan, peran, dan arah
2.1. Birokrasi
organisasi; (2) Strategi konsekuensi
Membangun konsep birokrasi
(consequence strategy). Strategi yang
sebagai bentuk ”organisasi legal-
mendorong “persaingan sehat” guna
rasional”
meningkatkan motivasi dan kinerja
dengan
”karakter
strukturalnya” terdiri atas elemen-
pegawai;
elemen
(2)
(customer strategy). Memusat-kan
hierarkis; (3) struktur karier; (4)
perhatian untuk bertanggung jawab
4
:
(1)
spesialisasi;
(3)
Strategi
pelanggan
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
terhadap pelanggan; (4) Strategi
sesuai dengan kebutuhan daerah.
kendali (control strategy). Merubah
Untuk memberikan pedoman dalam
lokasi dan bentuk kendali dalam
penyusunan
organisasi. dan (5) Strategi budaya
daerah telah dikeluarkan Peraturan
(Cultural strategy). Merubah budaya
Pemerintah RI Nomor 41 Tahun
kerja organisasi yang terdiri dari
2007 tentang Pedoman Organisasi
unsur-unsur kebiasaan, emosi dan
Perangkat Daerah.
struktur
perangkat
psikologi. 2.3. Penataan Organisasi Penataan
2.2. Organisasi
organisasi
Organisasi adalah kesatuan
merupakan aktivi-tas yang dilakukan
sosial yang dikoordinasikan secara
organisasi untuk meru-bah proses
sadar, dengan sebuah batasan yang
dan kendali internalnya dari suatu
relatif dapat diidentifikasikan, yang
hirarki
bekerja
atas
fungsional
yang
relatif
terus
tradisional, menjadi struktur pipih
mencapai
suatu
yang horizontal, lintas fungsional
tujuan bersama atau sekolompok
dengan berlandaskan kerjasama tim
tujuan
yang berfokus pada proses dapat
menerus
dasar
vertikal
untuk
Sejalan dengan pelaksanaan
membuat organisasi lebih nyaman
Undang Uundang RI Nomor 32
Struktur
organisasi
dapat
Tahun 2004, organisasi pemerintahan
dikelola dan dirubah melalui proses
dituntut
melakukan
desain
organisasi,
structure can be managed and
khususnya dalam kaitannya dengan
changed through the process of
tuntutan
organizational
untuk
pengembangan
pelaksanaan
otonomi
organisasi
(organizational
design).
daerah. Pengembangan organisasi ini
pinsipnya
berupa
struktur
memiliki lima elemen dasar, sebagai
organisasi baru yang dibutuhkan
berikut : 1) strategic apex ini
dalam
tuntutan
dilaksanakan oleh pimpinan/manajer
otonomi, dan di lain pihak juga
tingkat puncak, yang diberi tanggung
merupakan peleburan dan likuidasi
jawab terhadap organisasi itu; 2) the
struktur organisasi yang sudah tidak
middle
pembentukan
melaksanakan
setiap
Pada
line
organisasi
merupakan
itu
fungsi
5
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
koordinasi
antara strategic apex
Rightsizing eliminates unnecessary
dengan operating core; 3) fungsi
work and improves and prioritize the
technostructure adalah merumuskan,
most important work. It is multi
membuat
standarisasi-standarisasi
faced attempt to reshape the total
atau kebijakan-kebijakan tertentu; 4)
organization”. Berdasarkan deskripsi
the
supporting
bersifat
staff
fungsinya
tersebut,
maka
rightsizing
memberikan
dukungan
berorientasi
pada
pembentukan
kepada unit-unit organisasi lainnya
organisasi yang tepat atau layak.
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
dan
5)
operating
core
fungsi
adalah
the
2.4. Pengembangan
untuk
Penataan Organisasi
melaksanakan secara langsung tugas pokok organisasi.
Model
Setiap bentuk dan model serta tipe organisasi memiliki strategi
Beberapa konsep penataan
tersendiri, disesuaikan dengan visi
organisasi banyak ditawarkan oleh
dan misi organi-sasinya. Berkaitan
para
konsep
dengan strategi dari masing-masing
penataan
tipe organisasi, ada 5 (lima) model
ahli
diantara-nya
downsizing
yaitu jenis
organisasi
berkaitan
dengan
desain
organisasi
yang
perampingan jumlah pegawai dan
dikembangkan
strategi
mem-perlancar,
berdasarkan atas tujuan organisasi,
mempertegas
antara lain : 1) Control Strategy, 2)
struktur organisasi yang berkaitan
Connection customer locus) strategy,
dengan
3) Creativity strategy, 4) Commitmen
untuk
menguatkan
dan
jumlah
personil
yang
menjalankan sebuah organisasi. Adapun
yang
dan
dapat
organization dan 5. Coordination.
dimaksud
Bagi
pemerintah
dengan rightsizing: “Rightsizing can
Kabupaten/Kota,
involve
fokus
reducing
the
diterapkan
workforce
pada
yang
memiliki
pelayanan
dan
(downsizing) as well as eliminating
pembangunan, maka tujuan utama
fungtions, reducing expenses and
(primary
redesign systems and policies. It can
dilekatkan
also
pemerintah
require
workforce)
6
upsizing in
certain
(increase area.
berupa
objective) pada
yang
harus
organisasi
daerah
bukan
hanya
customer
locus
saja
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
melainkan
pula
aspek
control.
Penelitian ini menggunakan
Dengan demikian strategi organisasi
jenis
yang
lebih
sebuah penelitian yang berupaya
mengarah pada kepuasan pelanggan/-
mengamati sebuah fenomena atau
masyarakat yang disertai dengan
permasalahan
kontrol
oleh
mendalam dalam konteks lingkungan
elemen
tertentu. Fenomena yang dimaksud
harus
diterapkan
yang
masyarakat.
ketat
pula
Sedangkan
penelitian
sekunder (secondary objective) harus
adalah
tetap
Penataan
meletakkan
pada
strategi
kualitatif
yaitu
tertentu
secara
"Pengembangan Organisasi
Model Perangkat
komitmen para anggota dan aparat
Daerah Pemerintah Kota Surabaya”.
dan koordinasi yang baik diantara
Dalam mendeskripsikan feno-mena
unit organisasi.
pada
Mendasarkan pada model di
pemerintah
kota
Surabaya
dilakukan
secara
atas, maka penerapan desain dan
induktif
dengan
struktur organisasi bagi pemerintah
peneliti sebagai pengumpul data.
Kabupaten/Kota,
deskriptif
dan
menghadirkan
diperlukan
inventarisasi dan
penelitian yang
3.2. Subjek Penelitian
mendalam. Namun demikian, tidak
Subjek penelitian ini adalah
ada model yang secara sendiri-
Organisasi
sendiri tepat bagi pemerin-tahan
khususnya Dinas Cipta Karya dan
daerah, karena sistem kelembagaan
Tata Ruang dengan pertimbangan
dalam pemerintahan daerah juga
dinas
memung-kinkan untuk menerapkan
melaksanaan penataan organisasi dan
beberapa model tergantung jenis
sebagai leading sector pelayanan
lembaga
publik.
yang
pelanggan
ada
serta
dan
jenis
produk
yang
dihasilkan.
Perangkat
tersebut
sudah
Daerah
tiga
kali
3.3. Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data diguna-kan
3. Metode Penelitian 3.1.
Jenis
Penelitian
dan
Pendekatan
beberapa
cara/metode
antara lain : 1) observasi, peneliti mengadakan
observasi
di
Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang Pemkot
7
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
Surabaya
yang
penelitian
ini
menjadi dengan
obyek
membaur
Dinas
Tata
Kota
Bangunan.
dan
Dinas
Pembentukannya
bersama pimpinan dan staf; 2)
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
wawancara, dilakukan baik secara
Nomor
terbuka,
Peraturan Daerah Kota Surabaya
terstruktur
dan
secara
41
2007
Nomor
kunci; 3) dokumen- tasi : Undang-
Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan
Pemerintah,
Tahun
dan
personal dengan beberapa informan
undang,
8
Tahun
2008
Berdasarkan
tentang
kebijakan
Keputusan Presiden, Kepmen-dagri
strategis dan teknis tersebut di atas,
dan pernyataan-pernyataan presiden,
proses
Menteri, Gubernur dan Walikota.
dimensi
penataan organisasi sentralisasi
pada
terdapat
pelebaran dalam jenjang hirarki dan horizontal, dengan dimungkinkannya
3.4. Metode Analisis Data Dalam
menganalisis
data
pe-nambahan 1 (satu) seksi di bawah
penelitian ini mengacu pada teori
bidang pada dinas daerah dan badan,
Intraktif dari Milles dan Huberman
pasal 24 sampai dengan 32. Bagi
bahwa
dinas atau badan yang melaksanakan
analisis
dilakukan
data
secara
kualitatif
intraktif
dan
beberapa
bidang
urusan
berlangsung secara terus menerus
pemerintahan (PP No. 38 Tahun
sampai selesai, sehingga datanya
2007)
sudah jenuh [15].
paling banyak 7 (tujuh) bidang.
dimungkinkan
Berdasarkan 4.
Hasil
Penelitian
Dan
format
temuan
di
proses
atas, penataan
yang dilakukan masih bersifat top down, fakta tersebut dapat dipahami
Penataan OPD
sebagai
4.1.1. Proses Penataan OPD Dnas Cipta Karya dan Tata Ruang
hasil
tersebut
mengungkapkan
Pembahasan 4.1. Pelaksanaan
penelitian
membentuk
proses
pengambilan keputusan satu arah, lingkup
internal
suatu
organisasi
juga
tidak
bisa
nomenklatur Dinas Tata Kota dan
melepaskan
diri
Permukiman merupakan gabungan
eksternal organisasi.
penataan
8
Pemkot Surabaya sebelum
dinamika
organisasi
dengan
padahal
dari
kondisi
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
Berdasarkan penelitian, bahwa
hasil
temuan
mengungkapkan
dalam
proses
fakta
penataan
keputusan seperti
organisasinya.
itu
membentuk
pada
Kondisi
akhirnya
organisasi
akan
birokratik,
organisasi yang dilakukan masih
yakni suatu organisasi di mana
bersifat top down, fakta tersebut
kekuasaan
dapat dipahami sebagai dinamika
pemimpin, prosedur membelenggu
proses pengambilan keputusan satu
pegawai, sehingga pegawai tidak
arah, padahal lingkup internal suatu
dapat
organisasi
juga
bisa
kreativitasnya, proses pekerjaan yang
melepaskan
diri
kondisi
terstandarisasi secara rigid, sehingga
Artinya,
pekerja tidak mampu berinovasi,
eksternal
tidak dari
organisasi.
kemampuan organisasi
dalam
terkonsentrasi pada
mengembangkan
komunikasi
yang
formal,
dan
mewujudkan tujuannya, akan sangat
pelaporan yang teregulasi secara
dipengaruhi
perubahan
ketat. Organisasi yang demikian ini
lingkungan strategis yang terjadi
memiliki daya adaptasi terhadap
diluar organisasi, misalnya terjadinya
perubahan lingkungan yang rendah.
oleh
pergolakan politik. Pandangan ini
Deskripsi
diskursus
teori
sejalan dengan pendapat Mintzberg
tersebut di atas semakin menguatkan
(1979, h. 288-291) yang mengatakan
pendapat
bahwa
penataan organisasi yang dilakukan
prosedur top-down dalam
pembentukan
peneliti
bahwa
proses
unit-unit organisasi
Pemerintah Kota Surabaya termasuk
(unit grouping) dilakukan apabila
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
bermula dari
kebutuhan-kebutuhan
dengan sistem top down adalah
umum (misi atau tujuan organisasi
sangat tidak tepat, karena proses
yang hendak dicapai) ke pekerjaan-
penataan
pekerjaan
pengaruhi
spesifik.
Lebih
jauh
organisasi faktor
internal
di dan
menurut Mintzberg (1979), semakin
eksternal
besar kontrol kekuatan dari luar
perlunya perpaduan proses penataan
organisasi,
organisasi
maka
semakin
yang
sangat
model
mencerminkan
top
down
terformalisasi struktur organisasi itu
(berdasarkan PP RI Nomor 8 Tahun
dan
2003 dan PP RI Nomor 41 Tahun
semakin
tersentralisasi
atau
terkonsen-trasi kekuasaan pembuatan
2007
struktur
organisasi
terjadi
9
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
downsizing
dan
rightsizing)
upsizing
dan
struktur
organisasi
menunjukkan
up
bahwa strategic apex, middle line,
(berdasarkan PP RI Nomor 84 Tahun
technostructure, support staff dan
2000 terjadi struktur organisasi yang
operating core sudah berjalan sesuai
upsizing) dengan ekspektasi bahwa
dengan fungsinya baik dilihat dari
dalam proses pengambilan kebijakan
sentralisasi,
untuk
komplek-sitas tugas yang dijalankan
penataan
bottom
yang
OPD
menjadi
dinamis dan dapat menghasilkan tipe ideal
struktur
organisasi
menjalankan roda
dalam
pemerintahan
formalisasi
Berdasarkan
dan
deskripsi
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
struktur
organisasi
khususnya dalam upaya peningkatan
Pemerintah Kota Surabaya termasuk
kualitas penye-lenggaran pelayanan
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang,
publik.
sudah
mengacu
struktur organisasi
hasil
dimensi
dari Mintzberg
(1979) karena pucuk pimpinan dalam
4.1.2. Aspek Organisasi Temuan
pada
penelitian
hal ini Walikota (strategic apex)
menun-jukkan fakta bahwa: (1) Dari
telah menjalankan tugas pokok dan
aspek besaran (OPD); menunjukkan
fungsinya dengan baik; Dinas Cipta
proliferasi birokrasi yang rightsizing
Karya dan Tata Ruang berkedudukan
dengan 4 Asisten, 18 Dinas dan 9
sebagai operating core
Lembaga
demikian
Teknis
Daerah
yang
dengan
kecen-derungan
didasarkan pada parameter jumlah
organisasinya
penduduk, luas wilayah dan jumlah
Bureaucracy.
adalah
desain
Profesional
APBD, dengan eksekusi pelaksanaan
Mencermati diskursus teori
restrukturisasi dilakukan dengan 3
tersebut di atas dengan kondisi
(tiga)
realitas pelaksanaan penataan OPD
tahapan;
(2)
Dari
aspek
kewenangan dan perumpunan urusan
Pemerintah
Pemerintah Kota Surabaya termasuk
berdasarkan Peraturan Pemerintah
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
Nomor 41 Tahun 2007 dalam rangka
menunjukkan adanya tarik menarik
memberi solusi tingginya tuntutan
kewenangan
masyarakat
antara
Pemerintah
dengan Pemkot Surabaya; (3) Dari
10
Kota
akan
Surabaya
penye-lengaraan
pelayanan publik yang baik, dengan
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
ekspektasi terciptanya peningkatan
sumber daya manusia dari waktu ke
kualitas pelayanan publik dari Dinas
waktu
Cipta
terhadap
Karya
dan
Tata
Ruang
akan
semakin
strategis
perkembangan
dan
Pemerintah Kota Surabaya walaupun
dinamika organisasi, sehingga perlu
terjadi proliferasi birokrasi yang
pengembangan
rightsizing
dibandingkan
tersebut senada dengan pendapat
restrukturisasi organisasi sebelumnya
Siagian (1997 h. 166) terkait dengan
yang
karir individu bahwa setiap karyawan
berdasarkan
Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003.
dalam
diri.
organisasi
Pernyataan
mendambakan
kemajuan dalam meniti karirnya 4.1.3. Eselonisasi
Jabatan
kerena kebutuhan manusia ialah kesempatan untuk aktualisasi diri
Pemerintah Kota Surabaya Jumlah eselon atau pejabat
agar potensi yang ada dalam dirinya
struktural Pemerintah Kota Surabaya
dapat
pada saat ini berdasarkan Peraturan
kekuatan nyata.
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
dikembangkan
menjadi
Melihat fakta realitas yang
terjadi upsizing dibandingkan Jumlah
ada
eselon sebelum penataan organisasi
Surabaya terdapat perbedaan yang
berdasarkan Peraturan Pemerintah
signifikan pada jumlah eselonisasi
Nomor 8 Tahun 2003, hal ini terjadi
yaitu penambahan 242 eselon setelah
karena jumlah OPD yang dibentuk
pelaksanaan penataan OPD berda-
juga lebih banyak dari sebelumnya
sarkan PP No. 41 Tahun 2007,
serta juga dengan adanya eselon IIIb
eselonisasi tersebut belum termasuk
dan Va.
formasi
Dalam pelaksanaan OPD baik
bahwa
Pemerintah
jabatan
struktural
Kota
yang
masih kosong baik eselon II.b, III.a,
terkait besaran struktur organisasi
III.b, IV.a. IV.b dan V.a,
maupun eselon-isasi Dinas Cipta
dilakukan
Karya
tetap
manusia yang berkompeten pada
dengan
Pemerintah Kota Surabaya terbatas
mengedepankan
untuk menduduki formasi tersebut.
efisiensi dan efektivitas. Foulkes
Pembinaan yang dilakukan terhadap
(1975) mengemukakan bahwa peran
Pegawai Negeri Sipil yang antara
dan
Tata
konsisten
karena
kebutuhan
dan
Ruang sesuai
karena
sumber
hal ini daya
11
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
lain pembinaan karir dan prestasi
dan
kerja belum berjalan secara baik,
struktural berdasarkan suku, agama,
disebabkan oleh lemahnya tolok ukur
kekeluargaan dan indikasi adanya
yang
kolusi,
dijadikan
dasar
untuk
penempatan
dalam
nepotisme
semakin
mengetahui apakah seseorang telah
memperburuk
berprestasi. Salah satu tolok ukur
citra
yang digunakan selama ini yaitu
Hal ini sangat bertentangan dengan
Daftar
Pelaksanaan
prinsip pembinaan dan manajemen
Pekerjaan (DP3) dan Daftar Urut
Pegawai Negeri Sipil yang seragam
Kepangkatan (DUK) yang cenderung
secara nasional [18]. Sedarmayanti
bersifat subyektif. Demikian pula
(2010, h. 5) mengemukakan bahwa
halnya penempatan seseorang sering
kondisi tersebut sangat bertentangan
tidak sesuai jenjang karir yang
dengan prinsip yang harus dianut dan
dimilikinya
dikembangkan
Penilaian
sehingga
cenderung
atau
akan
jabatan
Pegawai
penempatan Pegawai Negeri Sipil
penyelengga-raan
tersebut
yang baik [19].
berdasarkan
kemauan
memperlemah Negeri
dalam
Sipil.
praktek
kepemerintahan
subjektif pula. Hal tersebut sesuai dengan
4.2.
Pengembangan
Model
pendapat Affandi (2002, h. 3-4),
Penataan OPD Pemerintah Kota
tidak
Surabaya.
struktural
tertampungnya pada
pejabat
instansi
vertikal
Berdasarkan
deskripsi
untuk menduduki jabatan struktural,
tersebut di atas terkait penataan OPD
ter-utama secara kuantitatif jumlah
yang berpedoman pada Perundang-
jabatan yang tersedia sangat terbatas
Undangan dan Peraturan Daerah
sebagai akibat penataan organisasi
Pemerintah Kota Surabaya Nomor 8
pemerintahan
Tahun 2008, maka Model, sebagai
serta
tumbuhnya
paradigma lama yaitu peng-angkatan
12
berikut :
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
3. Penataan
5. Kesimpulan Deskripsi hasil dan analisis
kepegawaian
dilaksanakan berdasarkan prinsip
pembahasan temuan penelitian pada
profesionalisme,
bab
prestasi
sebelumnya,
maka
dapat
kerja,
kompetensi, agar
kinerja
disimpulkan, sebagai berikut :
kepegawaian
1. Proses penataan OPD berpedoman
dan penyelenggaraan pelayanan
pada regulasi berupa PerundangUndangan dan Peraturan Daerah tanpa
mengabaikan
relasi
lebih meningkat
publik menjadi berkualitas. Berdasarkan
hasil
temuan
penelitian di atas, beberapa saran
kebutuhan penataan kelembagaan
yang diajukan sebagai berikut :
dengan
tuntutan
1. Agar proses penataan OPD dapat
pelayanan
dilaksanakan secara optimal, perlu
kondisi
penyeleng-garaan
real
publik, penataan organisasi akan
dilakukan
sosialisasi
berproses dengan baik dan benar.
sinkronisasi
kebijakan
2. Penataan
sejenis,
dilaksanakan
menciptakan konsep organisasi
berdasarkan pertimbangan ukuran
yang datar berdasarkan visi-misi,
ideal dan kesesuaian kebutuhan
ramping,
organisasi
memaksimalkan
efektif.
OPD
dan
akan
efesien
dan
fungsional,
bersifat
sehingga
jejaring, jabatan dapat
13
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
meminimalisasi resis-tensi yang ada. 2. Pemerintah Kota Surabaya harus mengevaluasi
dan
mengkaji
mengapa terjadi proliferasi dan mencari
solusi
jitu
atas
permasalahan tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi di awal proses penataan organisasi untuk menghasilkan peta kondisi dan kebutuhan nyata Pemerintah Kota Surabaya. 3. Perlu dilakukan pengembangan pegawai secara kontinyu melalui pendidikan
dan
latihan
agar
tercapai
profesionalisme,
kompetensi
dan
kinerja
kepegawaian yang optimal dalam penyelenggaraan
pelayanan
publik. DAFTAR PUSTAKA Farazmand Ali (Eds.). 2002. Administrative Reform and Devlopment: An Introduction, In Ali Farazmand (Eds.), Administrative Reform in Developing Nation, (Westport:Connecticut). Zauhar, Soesilo, 2006. Birokrasi, Birokratisasi dan Post Bureaucracy. Malang: Unibraw. Peratutan Perundang-Undangan Negara Republik Indonesia.
14
Rosenbloom, David. H., Kravchuk, Robert S., Rosenbloom, Goldman, Deborah., 2002. Public Administration Understanding Management, Politics and Laws In the Public Sector, New York: Mc Graw Hill. Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik, AIPIPuslit KP2W Lemlit Unpad, Bandung. Osborne, David dan Petter Plastrik. 1997.Banashing Bureaucracy the Five Strategies for Reinventing Government. California: Addson-Wesley Publishing Co. Inc. Osborne. Thoha, Miftah. 1993. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. UU No. 32/2004 dan UU tentang Otonomi Daerah. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Obolensky, Nick. 1996, Practical Business Re-Enginering, terjemahan oleh Soesanto Budidarmo. Jakarta: Elex Media Komputindo. Mintzberg, Henry, 1979, The Structuring of Organizations, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N. J. Applebaum, SH Close, TG., Klasa , S. 1999, Downsizing: An Examination of Some Successes and More Failures,
Diana HertatidanHaeruddin :Pengembangan Model PenataanOrganisasiPerangkat Daerah Pemerintah Kota Surabaya
Management (5), 424-436.
Decision,
37
Halley, Alexis A. 1995. Downsizing. San Francisco: The Meridian International Institute. Robbins, Stephen. 1994. Organization Theory: Structure, design and application, terjemahan Yusuf Udaya, Teori Organisasi: Struktur, desain dan aplikasi. Jakarta: LP3ES. Miles, Matthew B; Huberman, A Michael and Saldana Johnny. 2014. Qualitative Data Analysis : A methods Sourcebook, Arizona State University, Third Edition.
Foulkes, Fred, K. 1975, March-April, Harvard business review. Siagian, Sondang. P. 1997. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Cetakan Kelima.. Jakarta: Haji Mas Agung. Affandi, M. Joao. 2002. Dampak Penataan Organisasi Pemerintahan Daerah, Jakarta: Puslitbang BKN. Sedarmayanti. 2010. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: Refika Aditama.
15
Spirit Publik Vol. 10, No. 2, Oktober 2015 Hal.1-16
16