PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN GERAK DASAR TOLAK PELURU DENGAN PERMAINAN BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
DEVI CATUR WINATA Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan Abstrak Secara umum tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar. Selain itu, penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang: pengembangan dan penerapan model pembelajaran dengan permainan bagi anak kelas V Sekolah Dasar dan mengetahui efektivitas, efisiensi dan daya tarik hasil pengembangan pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan bagi anak kelas V Sekolah Dasar. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode Penelitian pengembangan Research & Development (R & D). Subyek dalam penelitian dan pengembangan ini adalah siswa kelas V SD Swasta Binaguna Medan yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah angket, kuisioner, serta instrumen psikomotorik tolak peluru yang digunakan untuk mengumpulkan data pada tahap: (1) analisis kebutuhan; (2) evaluasi ahli (evaluasi produk awal); (3) ujioba terbatas (ujicoba kelompok kecil); dan (4) ujicoba utama (field testing). Uji efektifitas model menggunakan tes psikomotorik tolak peluru, sedangkan untuk melihat hasil efektifitas model digunakan uji statistik dengan menggunakan rumus uji-t berkorelasi dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil perhitungan uji t didapatkan t-hitung 20,75 sedangkan t-tabel 1,86, hal ini berarti Ha diterima sehingga model pembelajaran gerak dasar tolak peluru lebih baik dari model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil pengembangan dapat disimpulkan bahwa: (1) Dengan model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan, siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.(2) Dengan model pembelajaran yang telah peneliti kembangkan, siswa lebih termotivasi serta aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Kata kunci: analisis kebutuhan, model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan, efektifitas.
Pendahuluan Inovasi
perkembangan pada
berbagai
zaman,
merupakan
bidang
konsekuensi logis dari perubahan tersebut.
kehidupan merupakan suatu keniscayaan,
Inovasi dalam dunia pendidikan harus
tidak terkecuali dalam dunia pendidikan.
dilakukan secara terus menerus agar
Dinamika kehidupan manusia yang selalu
berbagai kegiatan dalam dunia pendidikan
berubah dan berkembang sesuai dengan
khususnya dalam kegiatan pembelajaran
ayat 1 menjelaskan bahwa “keolahragaan
selalu meningkat kualitasnya.
adalah segala aspek yang berkaitan dengan
Pendidikan
jasmani
merupakan
olahraga yang memerlukan pengaturan,
bagian integral dari pendidikan secara
pendidikan,
keseluruhan
untuk
pengembangan, dan pengawasan”. Sistem
meningkatkan individu secara organik,
yang menjelaskan bahwa keolahragaan
neuromusculer, intelektual dan emosional
meliputi 3 (tiga) ruang lingkup yaitu
melalui aktivitas jasmani/fisik. Inti dari
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi,
pembelajaran pendidikan jasmani adalah
dan olahraga prestasi. Pendidikan jasmani
aktivitas
gerak.
berada dalam lingkup pendidikan, yang
Sebagian besar penelitian menyatakan
juga memiliki peran untuk membantu
bahwa usia untuk belajar gerak paling
pencapaian tujuan pendidikan nasional
tepat adalah masa sebelum adolesensi. Hal
yang didalamnya dapat memungkinkan
tersebut sesuai dengan pendapat Nash
guru dan anak didik dapat bekerja bersama
(1960) yang menyatakan bahwa 85%
untuk
keterampilan kasar dan minat terhadap
tindakan yang berguna bagi hidup mereka.
keterampilan gerak harus ditemukan pada
A. Konsep Pengembangan Model
umur 12 tahun atau sebelumnya. Masa
1. Penelitian dan Pengembangan
yang
bertujuan
jasmani/fisik
kanak-kanak
yaitu
merupakan
membangun
pembinaan,
pengetahuan
dan
untuk
Penelitian atau riset (research)
belajar keterampilan dasar, sedangkan
adalah suatu upaya secara sistematis untuk
masa
memberikan
adolesensi
digunakan
untuk
adalah
waktu
pembelajaran,
waktu
yang
penyempurnaan
jawaban
terhadap
dan
permasalahan atau fenomena yang kita
penghalusan serta mempelajari berbagai
hadapi. Penelitian dapat dibagi menjadi
macam variasi keterampilan gerak.
beberapa bentuk yaitu penelitian dasar,
Inovasi yang bisa dilakukan untuk
terapan,
evaluasi,
pengembangan
meningkatkan hasil belajar dalam mata
mendesak.
pelajaran
sangat
didasarkan pada fungsi dan penerapannya
banyak cara dan metodenya, baik inovasi
dalam pendidikan serta berapa lama
dalam hal sarana prasarana belajar, metode
hasilnya dapat digunakan. Salah satu
dalam mengajar, pendekatan dalam proses
model penelitian yang relevan dan dapat
pembelajaran, dan lain sebagainya.
selalu
pendidikan
Undang-Undang
jasmani
Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, pasal 1
Pembagian
dan
digunakan
pengembangan.
yaitu
penelitian
penelitian
Penelitian (development secara
research)
sistematik
pengembangan
dan untuk menguji keefektifan produk
adalah
tersebut
untuk
mengembangkan
dan
kajian
merancang, mengevaluasi
program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran
yang
harus
memenuhi
supaya
masyarakat penelitian
dapat
luas, untuk
berfungsi
maka
diperlukan
menguji
keefektifan
produk tersebut. Peneliti
mengemukakan
kriteria, konsistensi dan keefektifan secara
penelitian
pengembangan
internal. Contoh
penelitian
yang
pengembangan dari
di
merupakan
digunakan
menghasilkan
peraga,
lain
adanya suatu kebutuhan. Pengembangan
pengembangan
merupakan suatu siklus yang diawali dari
matematika
sebagainya.
Penelitian
merupakan
penelitian
dan
yang
dengan
untuk
bahan pengajaran adalah buku ajar, alat modul
produk
bahwa
diawali
tidak
adanya suatu kebutuhan dan membutuhkan
digunakan untuk menguji teori. Hasil uji
pemecahan dengan menghasilkan produk
coba dilapangan kemudian direvisi sampai
tertentu.
hasilnya memuaskan.
Rancangan model pembelajaran
Sukmadinata bahwa
penelitian
dan
mendefinisikan
gerak dasar tolak peluru bagi siswa
pengembangan
sekolah
adalah suatu proses atau langkah-langkah
dasar,
dikutip
dari
sadiman
memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.
Model
Evaluasi
IDE
Sugiyono dalam bukunya menyebutkan bahwa
penelitian
dan
adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan menguji
produk
keefektifan
Uji coba Prototipe
pengembangan
tertentu, produk
Reproduksi
dan
tersebut.
Revisi
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang
digunakan
untuk
Gambar 2.1 Model Pengembangan dengan Flow Chart
menghasilkan
Pengertian diatas menunjukkan
produk tertentu, dan menguji keefektifan
penelitian ini berusaha mengembangkan
produk
dapat
model pembelajaran gerak dasar tolak
menghasilkan produk tertentu digunakan
peluru dengan permainan bagi siswa kelas
tersebut.
Untuk
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan
V Sekolah Dasar untuk mengembangkan
Pertimbangan model pembelajaran
keterampilan gerak dasar anak, serta
ini
mengefektikan dan mengefisienkan proses
pembelajaran pendidikan jasmani yang
pembelajaran.
mengisyaratkan siswa sebagai subyek
Pengembanganmodel pembelajaran merupakan
salah
penerapan
satu
pendekatan
bentuk sistem
dari dalam
harus
masuk
ke
ranah
tujuan
belajardan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, penyampaian pembelajaran, pengelolaan
pembelajaran
kegiatan pembelajaran yang notabene
memperhatikan
adalah
pembelajaran, hambatan belajar, serta
suatu
proses
sistematis
yang
faktor
dengan
menghasilkan suatu sistem pembelajaran
karakteristik
yang siap untuk digunakan dengan tepat.
perkembangan
Model pembelajaran merupakan rangkaian
sehingga dapat diperoleh pembelajaran
komponen-komponen
yang efektif, dan memiliki kemenarikan
pembelajaran
strategi
yang terintegrasi
dalam
pertumbuhan
tujuan
siswa
Sekolah
dan Dasar,
dalam proses belajar mengajar.
beberapa komponen, diantaranya yaitu: (1) pentahapan dan urutan ide isi materi; (2) penggunaan
contoh;
(3)
penggunaan
1. Model Pembelajaran Gerak Dasar Tolak Peluru Dengan Permainan
praktik; dan (4) penggunaan strategi yang berbeda-beda. Produk
pembelajaran
dengan
pengembangan model harus dilakukan secara
bertahap,
menyeluruh
komprehensif
dengan
tujuan
meningkatkan
kompetensi
dan untuk
atau
hasil
belajar siswa. Sugiyono menyatakan, perlu dilakukan suatu penelitian yang berupa analisis kebutuhan agar dapat berdayaguna bagi masyarakat yang akan memakai produk
yang
dihasilkan.
Analisis
kebutuhan ini berlaku dalam menetapkan model
pembelajaran
yang
akan
dikembangkan dalam penelitian ini agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
a. Bermain dan Permainan Bermain dan permainan merupakan dua istilah yang sering dipakai secara bergantian, yang dimana seseorang yang bermain itu melakukan suatu permainan dan permainan merupakan sesuatu yang dimainkan. Bermain adalah kata kerja dan permainan adalah kata benda. Anak bermain berarti anak melakukan suatu permainan. Misalnya anak bermain permainan bola voli, bermain permainan bola basket, bermain permainan sepak bola, dan lain sebagainya. Di berbagai kepustakaan, penggunaan kedua istilah ini sering juga digunakan bersama. Bermain merupakan bagian dari kehidupan manusia khususnya bagi anakanak, karena karakteristik anak anak adalah bermain untuk sepanjang hari. Pada seluruh dunia dan di pelosok- pelosok sekalipun anak-anak selalu bermain mulai
dari tingkat kebudayaan primitif sampai pada tingkat kebudayaan yang modern. Teori yang diutarakan oleh Schaller dan Lazarus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan hidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat. Orang yang mrasa penat, ia akan bermain untuk mengadakan pelepasan agar dapat mengembalikan kesegaran jasamani maupun rohani. Teori bermain tersebut merupakan teori bermain rekresi atau pelepasan dan teori tersebut diperkuat lagi oleh teori klasik yang mengelompokkan bermain dalam 2 bagian yaitu: (1) surplus energi dan teori rekreasi, serta (2) teori rekapitulasi dan praktis. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari luar, artinya dalam bermain tidak ada peraturan lain kecuali yang ditetapkan permainan itu sendiri. Anak akan berkembang, selaras dan seimbang apabila ada bakat dan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengembangkan bakatnya. Aktivitas bermain pada anak yang dilakukan dengan proses pendidikan jasmani akan sangat penting dalam masa pertumbuhan anak. Terutama dalam melakukan suatu permainan dengan rasa senang akan dapat menumbuhkan aktivitas yang dilakukan secara spontan. Seorang anak dapat melakukan aktivitas fisik tersebut dengan bertenaga namun secara alami dan dapat menikmati permainan dengan senang. Gerak dalam bermain merupakan wahana untuk memacu dan memotivasi untuk mendorong dan merangsang masalah belajar, melalui belajar gerak memacu anak untuk berpikir dan mengetahui terhadap mengapa dan bagaimana, sehingga bermain merupakan
peranan penting dalam perkembangan dan pengetahuan serta perkembangan pengamatan anak. b. Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Dasar Peserta didik merupakan sumberdaya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik. Optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tentu saja diragukan perwujudannya, tanpa kehadiran guru yang professional. Sebutan “peserta didik” ini dilegitimasi dalam produk hukum kependidikan di Indonesia. Sebutan “peserta didik” itu menggantikan sebutan “siswa” atau “murid” atau “pelajar” atau “student”. Literature akademik menyebutkan peserta didik (educational participant) umumnya berlaku untuk pendidikan orang dewasa (adult education), sedangkan untuk pendidikan “konvensional” disebut siswa. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga
katagori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik usia 7 hingga 11 atau 12 tahun merupakan masa remaja awal. Mereka ini umumnya sedang menjalani pendidikan pada jenjang sekolah dasar. Usia awal memasuki sekolah dasar bervariasi di banyak negara, mulai dari 5 tahun hingga 7 tahun. Bagi anak yang memasuki usia sekolah dasar pada usia 6 tahun, dengan perjalanan pendidikan yang normal dia akan menyelesaikan pendidikan jenjang ini pada usia 12 tahun. Banyak orang membagi anak usia remaja awal ini menjadi dua yaitu “kanak-kanak tengah” tengah (usia 7-9 tahun) dan periode “kanak-kanak tengah” akhir (usia 10-11 tahun). Bayi, balita, dan anak-anak prasekolah, anak-anak usia ini lebih cepat tumbuh, baik secara fisik maupun kognitif, meskipun pertumbuhannya lebih lambat daripada anak usia dini. Perkembangan fisik di masa kanakkanak tengah dicirikan oleh variasi yang cukup besar dalam pola pertumbuhan. Variasi ini mungkin karena jenis kelamin, asal etnis, genetika, hormon, gizi, lingkungan, atau penyakit yang diderita. Sementara anak-anak dari kelompok usia ini mengikuti pola perkembangan dasar yang sama, meski tidak “jatuh tempo” pada tingkat yang sama. Kebanyakan gadis mengalami percepatan pertumbuhan sekitar usia 9 atau 10 tahun, sedangkan anak laki-laki mengalami percepatan
pertumbuhan yang sama di sekitar usia 11 atau 12 tahun. Pada masa awal kanakkanak tengah, anak-anak biasanya menunjukkan perolehan penampilan baru, dimana tampil lebih ramping dan atletis. Anak perempuan dan laki-laki masih memiliki bentuk tubuh dengan proporsi yang sama sampai dengan keduanya mencapai pubertas (puberty), proses dimana dorongan seksual anak-anak tumbuh kuat hingga ia dewasa. Setelah pubertas, karakteristik seksual sekunder (secondary sexual characteristics) mulai tampak, terutama bentuk kurva payudara pada wanita serta suara yang lebih dalam dan bahu yang lebar pada laki-laki. Hal ini membuat perbedaan antara perempuan dan laki-laki lebih nyata. Perkembangan fisik anak umur 10 tahun-11 tahun (kelas 5 dan 6) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kekuatan wanita lebih lemah daripada pria. 2) Kenaikan tekanan darah dan metabolisme agak tajam. 3) Wanita mulai mencapai kematangan seksual, laki-laki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual setelah umur 12 tahun. Penguasaan gerak dasar terjadi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Pertumbuhan fisik yang semakin tinggi dan semakin besar atau semakin berotot, peningkatan penguasaan gerak dasar dapat diidentifikasi sebagai berikut (a) mekanika tubuh dalam melakukan gerakan semakin baik; (b) kontrol dan kelancaran gerak makin baik; (c) pola atau bentuk gerakan makin bervariasi; (d) gerakan makin bertenaga. Ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional pada anak yang duduk di kelas
V dan VI sekolah dasar adalah: (a) mudah
kemampuan orang dewasa. Mereka mulai
dibangkitkan, (b) mulai tumbuh rasa kasih
memperlihatkan
sayang seperti orang dewasa, (c) senang
kompleks,
sekali
dan
diperlukan untuk menghasilkan karya yang
mengagungkan, (d) mengkritik tindakan
bermutu bagus atau melakukan gerakan
orang
tertentu.
memberikan
dewasa,
(e)
pujian
rasa
bangga
berkembang, (f) ingin mengetahui segala
gerakan-gerakan
rumit,
dan
Keterampilan
cepat,
motorik
yang yang
dalam
sesuatu, (g) merindukan pengakuan dari
kemampuan berperilaku atau kemampuan
kelompok, (h) bangga dengan kesuksesan
melakukan gerak motorik. Keterampilan
yang diraihnya, (i) menyukai kegiatan
motorik
kelompok, (j) loyal terhadap kelompoknya.
melibatkan penggunaan gerakan tubuh
kasar
(gross
motor
skills)
yang besar. Keterampilan motorik halus c. Keterampilan motorik
(soft motor skills) melibatkan penggunaan
Perkembangan motorik dari dalam
gerakan tubuh kecil. Kedua keterampilan
kandungan sampai dewasa dipengaruhi
motorik kasar dan halus terus mengalami
oleh
penyempurnaan
beberapa
faktor,
yaitu
faktor
pada
masa
kecil
bawaan/keturunan (heredity) dan faktor
menengah. Pada saat ini, anak-anak suka
lingkungan
Pengaruh
berlari, melompat, meloncat, melempar,
keturunan adalah sifat yang terbawa sejak
menangkap, memanjat, dan keseimbangan.
lahir dan merupakan sifat yang menurun
Anak-anak sudah mampu bermain bisbol,
dari orang tuanya, biasa disebut dengan
naik sepeda, bersepatu roda, mengambil
bakat. faktor lingkungan adalah faktor
pelajaran karate, mengambil kursus balet,
yang mempengaruhi di luar diri individu,
dan berpartisipasi dalam senam. Anak usia
seperti:
iklim,
sekolah dalam pertumbuhan fisik anak-
pengaruh tempat tinggal dan lain-lain.
anak pada umumnya menjadi lebih cepat,
Pemahaman tentang proses perkembangan
kuat, dan terkoordinasi. Selama masa
motorik
kanak-kanak tengah, anak-anak menjadi
(environmental).
pengaruh
musim
membantu
dan
menjelaskan
bagaimana terjadinya peristiwa belajar
lebih mahir dalam kegiatan motorik kasar.
keterampilan gerak yang sangat penting
a) Menolak bola berpasangan. Kegiatan ini dilakukan sambil berpasangan dengan jarak kira-kira 2-3 meter. Sudut yang digunakan disesuaikan dengan berat bola dan jarak dari satu ke pasangan lainnya. Variasi gerakan dapat dilakukan seperti contoh di bawah ini.
untuk
perkembangan
pendekatan
pembelajaran. Pada usia 10-12 tahun, anak-anak mulai
memperlihatkan
kemampuan
manipulatif
kemampuanmenyerupai
(1) Menolak dengan dua tangan, posisi kaki sejajar.
Sumber: Adang Suherman, dkk. Pembelajaran Atletik. Jakarta: Dirjendikti,2001), p. 196.
(2) Menolak dengan dua tangan, posisi (2) Menolakkan bola pada sasaran
kaki satu di depan. (3) Menolak
dengan
dua
tangan,
dengan mengutamakan lemparan satu tangan, gerakan dimulai dari
dengan
jaraknya dapat diatur sedemikian rupa sehingga menarik perhatian siswa.
samping badan. (4) Menolak
lingkaran ban. Letak ban dan
satu
tangan
(dalam hal ini gerakan melempar diutamakan dengan tangan lempar).
Gambar 2.8 Menolakkan bola pada sasaran lingkaran
Gambar 2.6 Menolak berpasangan Sumber: Adang Suherman, dkk. Pembelajaran Atletik. Jakarta: Dirjendikti,2001), p. 196.
Sumber: Adang Suherman, dkk. Pembelajaran Atletik. Jakarta: Dirjendikti,2001), p. 198.
b) Menolakkan bola pada target atau sasaran (1) Menolakkan bola pada sasaran garis-garis dengan jarak yang telah ditentukan. Semakin jauh tolakan maka guru memberi pujian pada siswa yang bersangkutan.
(3) Menolakkan bola melewati tali yang direntangkan diantara dua tiang
dengan
ketinggian
yang
bervariasi. Siswa dapat melewatkan bolanya
dari
ketinggian
yang
paling rendah sampai ketinggian tertentu yang menantang siswa untuk berlomba.
Gambar 2.7 Menolak bola dengan sasaran
tolakpeluru dengan permainan bagi anak kelas V Sekolah Dasar. 2. Memperoleh
data
efektivitas
hasil
empiris
tentang
pengembangan
pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan bagi anak kelas V Sekolah Dasar. Gambar 2.9 Menolakkan bola melewati tali
Tujuan
akhir
dari
penelitian
pengembangan ini adalah menghasilkan
Sumber: Adang Suherman, dkk.
produk berupa model pembelajaran gerak
Pembelajaran Atletik. Jakarta:
dasar tolak peluru dengan permainan,
Dirjendikti,2001), p. 198.
sehingga
dapat
membantu
proses
pembelajaran yang ada pada saat ini secara (4) Menolakkan bola pada sebuah
lebih efektif.
benda diam atau bergerak. (5) Menolakkan bola pada benda diam dapat dilakukan dengan tempelkan
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
ban bekas di dinding dengan
Penelitian ini dilaksanakan di SD
ketinggian yang mudah dijangkau
Swasta
siswa. Tolakan bola pada lingkaran
aluminium raya.
tengah
ban.
Siswa
dapat
melakukannya beberapa kali dan siswa
yang
paling
Binaguna
Medan,
jalan
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan
banyak
selama satu bulan yaitu pada 1 Agustus
melakukan tolakan dengan benar
2016 sampai dengan 29 Agustus 2016,
keluar sebagai pemenangnya.
dengan frekwensi penelitian adalah satu kali per minggu.
A. Tujuan Penelitian Penelitian
dan
pengembangan
model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan bagi siswa kelas V SD ini secara khusus ada beberapa tujuan antara lain: 1. Mengembangkan model
dan
pembelajaran
menerapkan gerak
dasar
Penelitian pengembangan pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan bagi siswa kelas V SD ini merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pembelajaran. Penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran ini menggunakan pendekatan kualitatif serta menggunakan metode Penelitian pengembangan
Research & Development (R & D) yang terdiri dari sepuluh langkah antara lain: 1. Melakukan penelitian dan pengumpulan pustaka,
informasi
(kajian
pengamatan
subyek,
persiapan laporan pokok persoalan). 2. Melakukan
perencanaan
(pendefinisian
pengajaran, dan uji coba skala kecil). 3. Mengembangkan bentuk produk awal
penyusunan
dan
diselaraskan
materi buku
Tabel 3.2 Tahap dan Langkah Penelitian Pengembangan Tahap Pra Pengem bangan
Lang kah 1
2
perlengkapan evaluasi).
(menggunakan 6-12 subyek).
Pengem bangan
3
5. Melakukan revisi terhadap produk utama (sesuai dengan saran-saran dari hasil uji lapangan permulaan). 6. Melakukan uji lapangan utama (dengan 30-100 subyek). 7. Melakukan revisi produk (berdasarkan saran-saran dan hasil uji coba lapangan utama). 8. Uji lapangan dengan 30-200 subyek. 9. Revisi produk akhir.
5
10. Membuat laporan mengenai produk pada jurnal, bekerja dengan penerbit yang
dapat
melakukan
distribusi
Penerap an
6
secara komersial. Penelitian pengembangan model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan bagi siswa kelas V Sekolah Dasar ini terdiri dari tiga tahap, dengan langkah-langkah rancangan yang
dan
berikut:
dan
4. Melakukan uji lapangan permulaan
tujuan
yang tergambar secara jelas pada tabel
pengajaran,
pegangan,
dengan
kondisi penelitian yang sebenarnya, seperti
keterampilan,
perumusan tujuan, penentuan urutan
(penyiapan
uraian penjelasannya telah dimodifikasi
7
Aktivitas a. Pengumpulan data awal b. Penyusunan proposal penelitian c. Analisa kebutuhan a. Perencanaan pembelajaran a. Pembelajaran Evaluasi formatif: a. Uji coba awal (1) Evaluasi pakar tahap I (Expert juggement) dengan pakar tolak peluru, guru dan pakar pembelajaran pendidikan jasmani. Perbaikan awal (1) a. Uji coba awal (2) Evaluasi pakar tahap II (Expert juggement) dengan pakar tolak peluru, guru dan pakar pembelajaran pendidikan jasmani. b. Perbaikan awal (2) a. Uji coba lapangan Evaluasi dengan skala terbatas 30 responden Perbaikan operasional Penerapan / diseminasi
Pengembangan model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dengan permainan ini tertulis dalam bentuk naskah atau storyboard script yang menyajikan bentuk-bentuk model pembelajaran gerak dasar tolak peluru dalam bentuk pembelajaran yang dimodifikasi dengan pendekatan gerak dasar tolak peluru, yang diaplikasikan dalam permainan. 1. Analisis Kebutuhan Secara keseluruhan terdapat dua tujuan umum yang hendak diungkap dalam studi pendahuluan, yaitu: (1) seberapa intens pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada materi tolak peluru sejalan dengan karakteristik implementasi kurikulum seperti yang telah dirumuskan; (2) seberapa penting pengembangan pembelajaran tolak peluru dengan permainan dalam proses pembelajaran secara efektif. Tujuan umum diatas kemudian
wawancara dalam bentuk angket di salah
menjadi dasar peneliti melakukan studi
Dari paparan hasil penelitian awal
pendahuluan
dengan
menggunakan
satu sekolah dasar di Jembrana dengan beberapa orang guru dan 35 orang siswa. Dari hasil analisis kebutuhan tersebut dapat diketahui bahwa: (a) 72,14% siswa sekolah tersebut tidak mengetahui materi tolak peluru, (b) lebih dari 70% siswa mengaku
cukup
kesulitan
dalam
mempelajari tolak peluru, (c) 100% dari siswa
yang
mengisi
menganggap pendidikan
bahwa
kuesioner pembelajaran
jasmani
tolak
peluru
membosankan, (d) Lebih dari 88% siswa menyatakan
perlunya
model-model
pembelajaran dengan permainan untuk dimasukkan dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani,
khususnya
pada
materi tolak peluru.
atau analisis kebutuhan diatas maka dapat
instrumen wawancara yang mendalam (in-
disimpulkan
depth interview) kepada guru pendidikan
mengembangkan
jasmani serta melakukan survey karena
yakni pengembangan model pembelajaran
tujuan
gerak dasar tolak peluru dengan permainan
utamanya
adalah
melakukan
persiapan teknis dengan menjajaki lebih
bahwa
perlu
model
untuk
pembelajaran
bagi siswa kelas V Sekolah Dasar.
dahulu karakteristik subyek penelitian dan
Hasil
studi
pendahuluan
atau
tempat yang akan dilakukan penelitian dan
temuan
pengembangan. Hal tersebut dilakukan
dideskripsikan dan dianalisis sehingga
untuk mengetahui seberapa penting model
diperoleh suatu rumusan hasil data yang
pembelajaran yang akan dikembangkan
telah dikumpulkan. Rumusan hasil ini
peneliti.
bersifat deskriptif dan analitis, dengan
lapangan
selanjutnya
Penelitian yang dilakukan kepada
mengacu pada tujuan studi pendahuluan.
siswa dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus
Berikut akan dijabarkan mengenai hasil
2016,
dimana
peneliti
melakukan
analisis kebutuhan dan temuan lapangan yang diperoleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Arma dan Agus Manadji. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti. 1994. Ateng, Abdulkadir. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. 1992. Bowerman, J. William dan William H. Freeman. High Performance Training for Track and Field. United State of America: Human Kinetics Publisher, Inc. 1991. Bravo,
Bravo Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan (Educational Research & Development). 2009.
. Diakses tanggal 11 Oktober 2011.
Brooks dan Elliot. Definisi Bermain. 1971. , diakses 2 Januari 2012. Coker, A Cheryl.. Motor Learning and ControlPractitioners. New Mexico: McGrawHill. 2004. Danim, Sudarwan. Perkembangan Peserta didik. Bandung: Alfabeta. 2010. Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010. Didin Budiman, Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. 2010.
UR._PEND._OLAHRAGA//>. Diakses tanggal 30 November 2011. Gallahue, L David and John C. Ozmun. Understanding Motor Development: Infants, Children, Adolescents, Adults. New York: McGraw-Hill. 2006. Hadisasmita, Yusuf & Aip Syarifuddin. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdiknas. 2006. Husdarta dan Nurlan Kusmaedi. Pertumbuhan dan Perkembangan (Olahraga dan Kesehatan). Bandung: Alfabeta. 2010. Jarver, Jess. Belajar dan Berlatih Atletik. Bandung: Pionir Jaya. 2008. Kemenegpora. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005; Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Kemenegpora. 2007. Magil, A Richard. Motor Learning Concepts and Applications. Singapore: Mc. Graw Hill. 1998. --------. Motor Learning and Control: Concepts and Applications. New York: McGraw-Hill. 2011 Saputra, M. Yudha. Dasar-dasar Keterampilan Atletik Pendekatan Bermain untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdiknas. Matakupan. Teori Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIRJEN Pendidikan Dasar dan Menengah, 1995. Muller, Harald & Wolfgang Ritzdorf. Run Jump Throw. Jakarta: IAAF-RDC. 2000.