MENINGKATKAN GERAK DASAR TOLAK PELURU MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 SUWAWA Eman Kuku Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VII SMPN 3 Suwawa. Kecamatan Suwawa. Kabupaten Bone Bolango melalui modifikasi alat pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi tes, observasi, dan dokumentasi, subyek dalam penelitian adalah kelas VII SMPN 3 Suwawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki yang memiliki gerak dasar tolak peluru bervariasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa rata-rata gerak dasar siswa dalam melakukan tolak peluru untuk siklus pertama 71,84%, kemudian pada siklus ke dua meningkat menjadi 81,45%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar tolak peluru siswa kelas VII SMPN 3 Suwawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui modifikasi alat pembelajaran Kata Kunci : Gerak Dasar, Memodifikasi Alat Pembelajaran Atletik yang meliputi gerakan jalan, lari, lempar dan lompat merupakan cabang olah raga yang paling tua didunia, karena umur olahraga atletik ini sama tuanya dengan mulai adanya manusia-manusia pertama didunia. Mengingat aktivitas jalan, lari, lempar dan lompat merupakan bentuk-bentuk keterampilan gerak dasar paling asli dan paling wajar dari manusia serta merupakan gerakan-gerakan yang amat penting dan tidak ternilai artinya bagi kehidupan manusia. Setiap manusia yang lahir didunia harus bisa berjalan, berlari, melempar dan melompat untuk mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman hingga diera modernisasi sekarang ini atletik telah banyak mengalami kemajuan dan dikembangkan sesuai kebutuhannya seperti halnya dengan olahraga tolak peluru yang merupakan bagian dari olahraga atletik kategori kegiatan melempar. Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik dalam nomor lempar, atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin dan bola besi berat inilah diberi nama peluru yang merupakan peralatan utama dalam olahraga ini.
Bentuknya bulat seperti bola dan terbuat dari besi dengan berat pelurunya harus disesuaikan dengan penggunanya, antara lain :
Untuk senior putra
=
7,257
kg
Untuk senior putri
=
4
kg
Untuk junior putra
=
5
kg
Untuk junior putri
=
3
kg
Olahraga tolak peluru sangat baik untuk dipelajari dan dilakukan bagi semua kalangan baik dilingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolah, akan tetapi pada kenyataannya jenis olahraga ini masih kurang diminati khususnya bagi para siswa disekolah, hal ini disebabkan oleh kurangnya media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menarik dan meningkatkan minat, apalagi menyangkut peluru yang terbuat dari besi dengan ukuran dan berat yang belum tentu dapat sesuai dengan kondisi fisik siswa yang bersangkutan, dengan demikian secara tidak langsung hal ini dapat menurunkan minat bagi siswa untuk mempelajari dan mengikuti pembelajaran tentang tolak peluru. Untuk menghadapi kondisi seperti ini guru dituntut untuk dapat melakukan terobosan dan berinovasi menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, efektif, pariatif dan menyenangkan, demikian halnya dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat harus dibarengi pula dengan penggunaan alat/media pembelajaran yang tepat dan memadai meski harus melakukan modifikasi alat pembelajaran yang digunakan yang dimaksudkan agar dapat menarik minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dan memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan modifikasi alat pembelajarannya dengan menggunakan alat-alat ringan yang tidak beresiko fatal ketika diajarkan dan tidak sulit ditemukan seperti bola tenis yang dapat dijadikan peluru sebagai alat pengganti bola besi yang berat yang dimaksudkan penggunaannya dapat disesuaikan dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa siswa, khususnya perkembangan kemampuan melakukan gerak dalam atletik yang diantaranya gerakan menolak dalam olahraga tolak peluru. Mengingat benda yang digunakan dalam tolak peluru adalah benda keras berupa bola besi yang berat, apabila tidak dibelajarkan atau dilatih dengan teliti akan berdampak bahaya pada siswa, untuk itu agar tidak menimbulkan bahaya maka alatnya perlu dimodifikasi.
Tolak Peluru dan Aspek-Aspeknya Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolakkan benda berupa peluru sejauh mungkin. Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Sesuai dengan namanya, tolak, bukan lempar, alat itu ditolak atau didorong dengan satu tangan, bermula diletakkan dipangkal bahu. Melalui pengenalan gerak dasar tolak peluru yang dapat dipadukan dengan dimensi permainan dan menggunakan modifikasi alat yang menarik ditujukan agar siswa merasa gembira saat pelaksanaan pembelajaran. Hal ini penting karena tidak semua orang menyenangi olah raga ini. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung secara kondusif dan terarah. Salah satu gerak dalam lempar adalah tolak peluru. Menurut Mitranto dan Slamet, (2010:29) bahwa tolak peluru adalah salah satu olahraga dengan teknik melempar. Senada dengan hal tersebut Guntur, (2009:51) mengemukakan tolak peluru merupakan suatu aktivitas yang dilakukan unutk mencapai lemparan atau tolakan yang sejauh-jauhnya. Berbeda dengan pendapat ahli lain, sesuai dengan namanya, tolak peluru dilakukan dengan dilempar melainkan ditolak atau didorong, Jarver (dalam Pujiarto, 2013:3). Tolak peluru yaitu olahraga atletik dengan menggunakan peluru. Peluru dilempar dengan cara ditolakan. Tolakan ialah gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan, Kurniadi, dkk (2010:13). Dalam melaksanakan tolakan, dapat menggunakan gaya menyamping atau membelakangi sektor lemparan. Hal ini dikemukakan oleh Widyastuti dan Suci (2010:21). Mohammad Nuh. (2013: 127), Tolak peluru (the shot put) merupakan salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya, maka tolak peluru dilakukan tidak dilempar akan tetapi ditolak/didorong. Hal ini sesuai pula dengan peraturan, bahwa peluru itu harus didorong atau ditolak dari bahu dengan satu tangan. Wawan Suherman dan Mulyana, (2013:128), Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat bundar (peluru) dengan berat tertentu yang
terbuat dari logam, yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya.
Modifikasi Alat Pembelajaran Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik Pembelajaran tolak peluru bisa dilaksanakan secara optimal di sekolah apabila dilakukan modifikasi, dan modifikasi yang harus dilakukan yaitu modifikasi peluru dengan mengubah komposisi bahan dan berat yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan siswa. Contoh modifikasi peluru yang sudah banyak dikenal adalah peluru yang terbuat dari bahan karet, seperti bola tenis, peluru ini sudah banyak di jual di tokotoko olahraga. Modifikasi yang dilakukan pada peluru ini yaitu merubah komposisi bahan dan beratnya sehingga diameter peluru disesuaikan dengan peluru yang standar yaitu berdiameter 110-130 mm untuk putra dan 95-110 mm untuk putri. Peluru boleh juga dimodifikasi menjadi peluru berbahan kayu, dikarenakan peluru berbahan kayu dalam proses pembuatannya lebih cepat, mudah didapat, hasilnya lebih bagus, dan harganyapun lebih murah, hal ini diketahui pada saat peneliti melakukan observasi lapangan. Modifikasi ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tolak peluru karena dapat disesuaikan dengan kondisi siswa serta mengurangi resiko siswa dalam hal keselamatan atau bahaya akibat peluru, namun dalam penelitian ini peneliti hanya memilih bola tenis sebagai modifikasi alat pembelajaran tolak peluru karena mudah dan cepat didapat. Yoyo, http, 2011. Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru penjas agar proses pembelajaran penjas di laksanakan secara optimal,
Modifikasi juga dapat diartikan cara merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik menjadi lebih menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya. Tidak sedikit guru penjas yang terjebak dalam ketergantungan penyajian materi pembelajaran penjas kepada hal-hal yang sifatnya prinsip dan standar serta harus sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Hingga tidak sedikit pula para guru penjas dilanda kebosanan, yang selanjutnya kondisi seperti ini akan berdampak pada pembentukan dan pengembangan peserta didik menyangkut aspek keterampilan dan perkembangan motorik serta akan mempengaruhi pembentukan dan perkembangan psiko-sosio budaya peserta didik. Oleh karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang azas serta esensi modifikasi penjas (fasilitas dan perlengkapan penjas) akan banyak membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran penjas Modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan
jasmani.
Karena
pendekatan
ini
mempertimbangkan
tahap-tahap
perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Dengan melakukan modifikasi, guru penjas dapat mengatasi pembelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan apa yang akan diberikan. Anak akan lebih leluasa bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi. Dimyati dan Mudjiono (2009:267) mengemukakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terperogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Teknik Dasar Tolak Peluru Menurut Sri Wahyuni (2009:42) bahwa Tolak Peluru termaksud nomor lempar. Dikatakan bahwa tolak peluru adalah nomor lempar karena nomor tolak peluru
dilemparkan dengan cara ditolakan atau di dorong menggunakan tangan. Tujuan melakukan tolak peluru adalah menghasilkan jarak tolakan yang sejauh-jauhnya. Selanjutnya, Menurut Mohammad Nuh (2013:128). Gaya tolak peluru yang sering digunakan pada tolak peluru, yaitu gaya lama atau gaya ortodoks dan gaya baru atau gaya O`Brian. Kalau ada gaya lain hanyalah merupakan variasi dari kedua gaya tersebut. Tujuan tolak peluru adalah menolak sejauh-jauhnya untuk memperoleh prestasi yang optimal. Untuk mencapai tolakan yang jauh, seorang atlet harus memahami dan menguasai teknik tolak peluru.
HASIL Dalam kegiatan pembelajaran atletik khususnya gerak dasar tolak peluru siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Suwawa Kab. Bone Bolango diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1 Hasil Observasi Awal Gerak Dasar Tolak Peluru
NO
INDIKATOR YANG DIAMATI
NILAI RATA-RATA KETUNTASAN
KETERANGAN
1
Cara memegang Peluru
63,40%
Cukup
2
Cara Meletakan peluru di atas bahu dibawah telinga dekat leher
56,40%
Kurang
3
Cara Mengambil awalan dengan gaya menyamping
52,40%
Kurang
4
Cara menolak peluru dan sikap akhir menolak
51,40%
Kurang
55,85%
Kurang
TOTAL
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sbeagai berikut. 63,40 % 70.00%
56,40%
60.00%
52,40%
51,40%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Cara Memegang Peluru
Cara Meletakan Cara Mengambil Cara Menolak Peluru Diatas Bahu dibawah Telinga Dekat Leher
Awalan Dengan Gaya Menyamping
Peluru Dan Sikap Akhir Menolak
Gambar 6 : Diagram Hasil Observasi Awal Gerak Dasar Tolak Peluru Dari tabel 1 dan diagram di atas nampak bahwa gerak siswa dalam melakukan tolak peluru belum seperti yang diharapkan, karena itu perlu untuk diberikan tindakan, tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan cara memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang relavan, hal ini dapat diperhatikan pada indikator yang diharapkan, dimana siswa diupayakan untuk dapat melakukan beberapa komponen indikator penelitian, akan tetapi belum sepenuhnya siswa yang mampu melakukannya, hal ini dapat diamati pada komponen indikator yang di nilai yaitu, (1) Cara memegang peluru rata-rata keterampilan gerak dasar siswa 63,40%, selanjutnya (2) Cara meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher rata-rata 56,40%, (3) Cara mengambil awalan dengan gaya menyamping rata-rata 52,40%, dan (4) sikap akhir setelah menolak keterampilan siswa hanya berkisar 51,40% dari indikator yang diharapkan sebesar 75%. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gerak dasar siswa dalam melakukan keseluruhan indikator penelitian di atas rata-rata 55,85% dengan kondisi ini maka gerak
dasar siswa perlu ditingkatkan minimal sebesar 19,15% dari 75% indikator kinerja yang diharapkan atau jika dirinci satu-persatu indikator penilaiannya maka akan diperoleh hasilnya sebagai berikut : a. Cara memegang peluru dengan rata-rata 63,40% maka perlu ditingkatkan minimal 11,60% dari indikator kinerja 75%. b. Cara meletakan peluru di atas bahu dibawah telinga dekat leher rata-rata sebesar 56,40%,dengan kondisi seperti ini maka keterampilan siswa perlu diberi tindakan agar mengalami peningkatan minimal 18,60 dari indikator kinerja 75%. c. Cara mengambil awalan denga gaya menyamping rata-rata 52,40 peningkatan yang diharapkan minimal 22,60% dari indikator kinerja 75%. d. Sikap akhir setelah menolak gerak dasarnya juga masih dalam keadaan yang perlu untuk diberikan tindakan, hal ini penting, mengingat karena gerak dasar siswa dalam hal dimaksud rata-rata sebesar 51,40% dengan kondisi seperti ini maka perlu adanya tindakan minimal meningkat sebesar 23,60% dari indikator kinerja 75%. Melihat hasil di atas maka dapat diasumsikan bahwa gerak dasar siswa dalam melakukan tolak peluru untuk diberi tindakan minimal mencapai standar penilaian indikator kinerja yaitu 75%. Berdasarkan penjelasan pada observasi awal maka dalam bagian ini akan dijabarkan hasil dari pada pelaksanaan siklus I. Pada observasi awal dijelaskan bahwa rata-rata gerak dasar siswa dalam melakukan tolak peluru yaitu 55,85%, hal ini berarti rata-rata gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar tolak peluru masih kurang atau dibawah rata-rata, karena itu perlu untuk ditingkatkan. Adapun hasil dari pada pengamatan pada siklus I dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2 Hasil Siklus 1 Gerak Dasar Tolak Peluru
NO
INDIKATOR YANG DIAMATI
NILAI RATA-RATA KETUNTASAN
KETERANGAN
1
Cara memegang Peluru
71,60%
Cukup
2
Cara Meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher
71,84%
Cukup
3
Cara Mengambil awalan dengan gaya menyamping
71,28%
Cukup
4
Cara menolak peluru dan sikap akhir menolak
72,44%
Cukup
71,84%
Cukup
TOTAL
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut. 75.00% 74.00%
72.44%
73.00% 72.00%
71.84 71.60%
71.28%
71.00% 70.00% 69.00% 68.00% Cara Memegang Peluru
Cara Meletakan Peluru Diatas Bahu dibawah Telinga Dekat Leher
Cara Mengambil Awalan Dengan Gaya Menyamping
Cara Menolak Peluru Dan Sikap Akhir Menolak
Gambar 7 : Diagram Hasil Siklus 1 Gerak Dasar Tolak Peluru
Dari tabel II dan diagram diatas nampak bahwa gerak dasar siswa dalam melakukan tolak peluru masih perlu untuk ditingkatkan. Hal ini dapat diperhatikan pada indikator kinerja yang diharapkan, dimana siswa diupayakan untuk dapat melakukan beberapa komponen indikator kinerja, akan tetapi belum sepenuhnya siswa yang mampu melakukanny, hal ini dapat diamati pada komponen indikator yang dinilai yaitu (1) Cara memegang peluru rata-rata gerak dasar siswa 71,60%, selanjutnya (2) Cara meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher rata-rata 71,84%, (3) Cara mengambil awalan dengan gaya menyamping rata-rata 71,28%, dan (4) sikap akhir setelah menolak gerak dasar siswa hanya berkisar 72,44% dari indikator yang diharapkan sebesar 75%. Refleksi dilaksanakan peneliti setelah pengambilan pada siklus satu, tuan dari pada refleksi pada siklus ini sebagai landasan untuk bisa menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi yang dilakukan disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan empat indikator dimaksud belum meningkat sepenuhnya atau jika dirata-ratakan sebesar 71,84% dengan kondisi ini maka keterampilan siswa perlu ditingkatkan dengan presentase minimal 3,16% dari 75% indikator kinerja yang diharapkan atau dirinci satu-persatu indikator penelitiannya maka akan diperoleh hasilnya sebagai berikut: a. Cara memegang peluru denga rata-rata 71,60%, perlu ditingkatkan minimal 3,40% dari indikator kinerja 75%. b. Cara Meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher rata-rata 71,84%, pada komponen gerak dasar tersebut siswa sudah dikategorikan cukup, akan tetapi sebagai pemenuhan standar penelitian tersebut maka perlu untuk diberi tindakan agar gerak dasar siswa lebih meningkat minimal 3,16% dari indikator kinerja 75%. c. Cara mengambil awalan dengan gaya menyamping dengan rata-rata 71,28%, kategori cukup tapi untuk memenuhi standar penelitian maka perlu unutk ditingkatkan minimal 3,72% dari indikator kinerja 75%. d. Sikap akhir setelah menolak rata-rata 72,44, perlu untuk ditingkatkan minimal 2,56% dari indikator kinerja 75%. Melihat hasil di atas maka dapat diasumsikan bahwa gerak dasar siswa dalam melakukan tolak peluru masih perlu untuk diberi tindakan minimal mencapai standar
penilaian indikator kinerja yaitu 75%. Dengan demikaian maka perlu adanya tindakan lebih lanjut pada siklus berikutnya yaitu pada siklus ke II dengan memodifikasi alat pembelajaran. Pada hasil pengamatan siklus ke dua ini rata-rata siswa telah terampil dalam melakukan gerak dasar tolak peluru sesuai harapan, dengan kata lain bahwa rata-rata gerak dasar siswa telah meningkat. Hasil pengamatan pada observasi awal rata-rata kempuan siswa 55,85% dan pada siklus ke dua gerak dasar tolak peluru siswa meningkat hingga 81,45%, hal ini jelas bahwa siswa mengalami peningkatan gerak dasar tolak peluru sebesar 25,6% dari hasil siklus dua dan 19,5% dari indikator kinerja yang diharapka,atau jika di rinci peningkatan pada siklus kedua tersebut hasilnya seperti pada tabel berikut ini : Tabel 3 Hasil Siklus 2 Gerak Dasar Tolak Peluru
NO
INDIKATOR YANG DIAMATI
NILAI RATA-RATA KETERANGAN KETUNTASAN
1
Cara memegang Peluru
83,84%
Mampu
2
Cara Meletakan peluru di atasbahu dibawah telinga dekat leher
78,04%
Mampu
3
Cara Mengambil awalan dengan gaya menyamping
84,24%
Mampu
4
Cara menolak peluru dan sikap akhir menolak
78,16%
Mampu
TOTAL
81,45%
Mampu
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut. 84.24% 84.00%
83.84%
83.00% 82.00% 81.00% 80.00%
78.04%
78.16%
79.00% 78.00% 77.00% Cara Memegang Peluru
Cara Meletakan Cara Mengambil Cara Menolak Peluru Diatas Bahu dibawah Telinga Dekat Leher
Awalan Dengan Gaya Menyamping
Peluru Dan Sikap Akhir Menolak
Gambar 8 : Diagram Hasil Siklus 2 Gerak Dasar Tolak Peluru Dari hasil tabel 3 dan diagram diatas nampak bahwa gerak dasar siswa dalam menolak peluru dirata-ratakan meningkat secara keseluruhan. Hal ini dapat diperhatikan pada indikator kinerja yang diharapkan, seluruh siswa telah terampil dalam melakukan seluruh komponen pada indikator kinerja, hal ini dapat diamati pada komponen indikator yang dinilai yaitu, (1) Gerak dasar siswa untuk cara memegang peluru rata-rata meningkat hingga 83,84%, (2) Cara meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher rata-rata peningkatannya 78,04%, (3) Cara mengambil awalan dengan gaya menyamping penikatannya rata-rata 84,24%, (4) dan sikap akhir setelah menolak peluru meningkat dengan rata-rata sebesar 78,16% dengan kata lain rata-rata peningkatan secara keseluruhan yaitu 81,45%. Dan penjelasan di atas disimpulkan bahwa gerak dasar siswa dalam menolak pelur meningkat secara signifikan dengan rata-rata peningkatan sebesar 81,45%, hal ini berarti bahwa siswa telah memiliki gerak dasar dalam menolak peluru sesuai yang
diharapkan, dan bahkan melebihi standar indikator capaian. Melihat keberhasilan peningkatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan memodifikasi alat pembelajaran atletik dapat meningkatkan gerak dasar siswa dalam menlakukan tolak peluru. Pada refleksi siklus 2 ini peneliti melakukan refleksi setelah pengambilan siklus 2, refleksi pada siklus kedua ini menyimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam melakukan empan indikator dimaksud telah meningkat secara signifikan, peningkatan ini jika di rata-ratakan sebesar 81,45% dengan kondisi ini maka gerak dasar siswa telah memenuhi standar indikator hingga 25,6% dari observasi awal dan 9,61% dari siklus 1. Berikut ini adalah perincian dari masing-masing indikator penelitian. a. Cara memegang peluru dengan rata-rata 83,84%, indikator ini rata-rata siswa telah memenuhi standar, atau dengan kata lain pada indikator ini rata-rata keseluruhan siswa telah terampil. b. Cara meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher rata-rata 78,04%, pada komponen gerak dasar tersebut siswa sudah dikatagorikan telah mampu. c. Cara mengambil awalan dengan gaya menyamping rata-rata 84,24%, indikator ini rata-rata siswa telah mampu, atau dengan kata lain pada indikator ini rata-rata keseluruhan siswa telah terampil. d. Sikap akhir setelah menolak peluru rata-rata 78,16%, pada komponen gerak dasar tersebut siswa sudah dikatagorikan telah mampu. Melihat hasil diatas maka dapat berdasarkan hasil pada siklus kedua tersebut maka dapat diasumsikan bahwa modifikasi alat pembelajaran dapat meningkat gerak dasar tolak peluru pada siswa kelas VII SMPN 3 Suwawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. PEMBAHASAN Pelaksanaa peneliti tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan gerak dasar tolak peluru siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Suwawa Kabupaten Bone Bolango, dengan penelitian ini di harapkan siswa terampil dalam melakukan gerak
dasar tolak peluru yang benar. Salah satu upaya untuk meningkatkan gerak dasar dimaksud yaitu melalui modifikasi alat pembelajaran. Pada observasi awal dijelaskan bahwa rata-rata gerak dasar siswa dalam melakukan tolak peluru yaitu 55,85%, hal ini berarti rata-rata gerak dasar siswa dalam melakukan gerak dasar tolak peluru masih kurang atau dibawah rata-rata, karena itu perlu untuk ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan maka diperoleh data siklus pertama yaitu untuk cara memegang peluru dimana gerak dasar siswa sebesar 71,60% dengan kata lain pada indikator ini selurh siswa telah mampu dalam melakukannya, selanjutnya pada siklus kedua gerak dasar siswa meningkat menjadi 83,84%
artinya bahwa dalam
komponen tersebut siswa mengalami peningkatan kemampuan sebesar
12,24%
selanjutnya untuk cara meletakan peluru diatas bahu dibawah telinga dekat leher ratarata sebesar 71,84%, lebih lanjut pada siklus ke dua secara keseluruhan kemampuan siswa dalam komponen gerak dasar dimaksud meningkat sebesar 78,04% ini berarti bahwa gerak dasar siswa meningkat sebesar
6,2% . disamping itu pada hasil
pengamatan cara mengambil awalan dengan gaya menyamping khususnya pada siklus pertama rata-rata gerak dasar siswa sebesar 71,28%, pada siklus ke dua secara keseluruhan gerak dasar siswa meningkat sebesar 84,24 % ini berarti bahwa kemampuan siswa meningkat sebesar 12,96%, gerak dasar pada siklus pertama, dan yang terakhir yaitu sikap akhir setelah menolak, pada siklus satu gerak dasar siswa hanya berkisar 72,44%,dan pada siklus dua meningkat secara signifikan hingga mencapai 78,16%. Untuk lebih jelasnya mengenai peningkatan gerak dasar tolak peluru siswa yang telah diuraikan diatas dapat diperhatikan pada tabel dan diagram berikut ini.
Tabel 4 Selisih Hasil Peningkatan Siklus 1 Dan 2 Gerak Dasar Tolak Peluru Siklus 1
Siklus 2
Cara memegang Peluru
71,60%
83,84%
Cara Meletakan Peluru Diatas Bahu Dibawah Teling Dekat Leher
71,84%
78,04%
Cara Mengambil Awalan Dengan Gaya Menyamping
71,28%
84,24%
Cara Menolak Peluru Dan Sikap Akhir Menolak
72,44%
78,16%
83.84% 86.00% 84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00% 74.00% 72.00% 70.00% 68.00% 66.00% 64.00%
84.24% 78.16% 78.04% 72.44% 71.84%
71.60%
71.28%
Cara Memegang
Cara Meletakan Cara Mengambil Cara Menolak
Peluru
Peluru Diatas Bahu dibawah Telinga Dekat Leher
Awalan Dengan Gaya Menyamping
Peluru Dan Sikap Akhir Menolak
Gambar 9 : Diagram Selisih Hasil Pengamatan Siklus 1 dan 2 Gerak Dasar Tolak Peluru
Dari Tabel dan diagram di atas jelas bahwa peningkatan gerak dasar tolak peluru siswa sangat signifikan, dimana masing-masing komponen gerak dasar pada setiap siklus sangat jelas selisih peningkatannya. Dengan demikian maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa : “ melalui penggunaan modifikasi alat pembelajaran maka gerak dasar tolak peluru siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Suwawa Kabupaten Bone Bolango meningkat” dan dapat di terima. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pencapaian pelaksanaan peneliti tindakan kelas, maka dapat disimpulkan hipotesis tindakan yaitu melalui modifikasi alat pembelajaran gerak dasar tolak peluru dalam pembelajaran atletik siswa kelas VII SMP 3 Negeri Suwawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango meningkat dan dapat diterima. Adapun hasil penelitian yang diperoleh di lapangan berdasarkan hasil siklus 2 siswa telah mampu melakukan gerak dasar tolak peluru dengan kata lain pada indikator keseluruhan siswa mengalami peningkatan secara signitif atau memenuhi standar indikator yang diharapkan. DAFTAR PUSTAKA Dimyati & Mudjiono. 2009:267. Belajar dan Pembelaajaran. Jakarata: Rineka Cipta. Edy sih, Mitranto,
2010: 96, pendidkan Jamani oloahraga dan kesehatan untuk SD/MI kelas VI.CV. Adi Perkasa : Jakarta
Guntur, Hilman Nurhuda,
2009:51, Atletik dan peraturannya.CV. ipa abong: jakarta 2010:61,Mengenal Aneka cabang olahraga PT. Cahaya Pustaka Raga: Bekasi
Kurniadi, dkk.
2010:13, penjas Orkes: Pendidikan Jasmani, Olahraga,dan Kesehatan, Untuk sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah kelas VI.CV. Thursina : Jakarta
Lutan dkk,
2012:12, Pengembangan Standar Teknik Prototipe Sarana Dan Parasarana Olahraga di Sekolah Dasar. Bandung :Ditjen Olahraga Depdiknas.
Mitranto Dan Slamet,
2010:29, pendidkan Jamani oloahraga dan kesehatan untuk SD/MI kelas VI.CV. Adi Perkasa : Jakarta
Mohammad Nuh,
(2013:127), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk SMP/Mts VII.: Jakarta
Mohammad Nuh,
(2013:128), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk SMP/Mts VII.: Jakarta
Pujiarto,
2013:3, Perbandingan antara latihan Dummble dan Push-Up Terhadap Hasil peningkatan kemampuan Tolakan pada tolak peluru siswa kelas 3 SMP Negeri 8 Kota Jambi, Artikel Ilmiah, No.3, Universitas Jambi.
Saputra.
(2009:94). Pembelajaran Atletik di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas Dikdasmen dan Dikjora.
Sri Wahyuni, dkk. (2010:42), Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. : jakarta Sri wahyuni. Winarno, M. E.
2009:42-45, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan: jakarta 2009:82. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wawan Suherman, dkk (2013:128), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
untuk SMP/Mts VII.: Jakarta Widijoto, Heru.
2009:7. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Jasmani. Malang: Universitas Negeri Malang UPT. Program Pengalaman Lapangan.
Widyastuti dan Suci, 2010:21, Belajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan,
CV. Aneka Ilmu : Jakarta Yoyo, Bahagia.
2011. Modifikasi Pembelajaran Pendidikan