PENGEMBANGAN MODEL KONSEPTUAL: PERAN TQM DALAM KEPEMIMPINAN BERKUALITAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN Ronald Sukwadi1 ABSTRACT At present, Incorporating Total Quality Management (TQM) for working environment becomes a great challenge. Leadership issue is often said to be the core problems in a company, not only in the relation of TQM implementation, but also in directing company towards a highly-competitive and long term survival. Managerial leadership plays an important role in developing the quality of the working environment. Article presents conceptual model based on some previous researches, in which attention towards vision, communication, trust, and reward was considered to be important factors in implementing TQM into high-quality leadership in order to improve the performance of the company. Keywords: Total Quality Management, leadership, company performance
ABSTRAK Masa sekarang adalah saat yang sungguh menantang untuk melibatkan manajemen kualitas total (TQM) ke dalam lingkungan kerja.Isu kepemimpinan seringkali disebutkan sebagai pusat dari segala permasalahan yang ada dalam perusahaan, tidak hanya berkaitan dengan implementasi TQM, tetapi juga dalam mengarahkan perusahaan menjaga kelangsungan hidupnya dengan kinerja bersaing yang tinggi dan kesejahteraan jangka panjang. Kepemimpinan manajerial memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan kualitas lingkungan kerja dari perusahaan. Artikel menjelaskan suatu model konseptual berdasarkan penelitian terdahulu, yaitu perhatian pada visi, komunikasi, kepercayaan dan penghargaan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap peran TQM dalam kepemimpinan kualitas guna meningkatkan kinerja perusahaan. Kata kunci: Total Quality Management, kepemimpinan, kinerja perusahaan
1
Teknik Industri, Unika Atma Jaya, Jakarta Jl. Jend. Sudirman No. 51, Jakarta Selatan 12930 e-mail:
[email protected]
16
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
PENDAHULUAN Dalam menghadapi perdagangan bebas ketika batas geografis suatu negara menjadi tidak jelas maka perusahaan harus mampu menghadapi persaingan yang semakin tajam. Perusahaan yang dulu hanya bersaing dalam tingkat lokal, regional, maupun nasional, kini harus bersaing dengan perusahaan dari seluruh negara. Oleh karena itu, perusahaan tersebut dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan maupun kinerja perusahaan itu sendiri (Garperz, 2001:3). Masa sekarang adalah saat yang sungguh menantang untuk melibatkan manajemen total kualitas ke dalam lingkungan kerja. Semua orang benar-benar tertuju kepada masalah seputar manajemen ketersediaan sumber daya, manajemen alih teknologi, manajemen operasional, dan tentu saja manajemen kualitas total (Total Quality Management/TQM). Pada saat sekarang, terdapat adanya kesempatan, seperti juga yang pernah terjadi pada beberapa masa dalam sejarah manusia, untuk memperoleh keuntungan bagi pemimpin manajerial yang mampu mengenali dengan baik kebutuhan yang sedang berkembang kemudian menterjemahkannya menjadi kesempatan yang berarti guna meningkatkan kualitas dalam pengaturan organisasi (Darling, 1992:3). Bagaimanapun juga, untuk mengambil sebuah kesempatan yang ada, sering kali lebih mudah untuk dilihat dari sudut pandang yang hanya berlaku pada saat tersebut. Hal pertama yang harus dilakukan sebagai permulaan adalah melakukan sesuatu berkaitan dengan masalah yang ada, yaitu dengan mulai melihat pencapaian yang akan diperoleh, untuk memastikan bahwa pekerjaan telah dimulai dan dapat dilihat jelas kemungkinan berhasil dalam mencapai semua ini. Dalam manajemen kualitas, seperti juga terjadi pada para “petualang” profesional, bahwa sukses adalah sebuah perjalanan, dan bukanlah sebuah tujuan (Gitlow & Gitlow, 1987:28–30 dalam Darling). Seorang manajer harus dapat memilih apa yang penting, yang mungkin, dan mulai bergerak dari tempat dimana dasar pendirian perusahaan diletakkan. Bagaimanapun, terdapat beberapa kalangan yang mempertanyakan dasar pemikiran itu bahwa kepemimpinan manajerial memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan kualitas lingkungan kerja perusahaan. Karena peran manajemen kualitas, khususnya TQM memberikan dampak yang luar biasa dalam meningkatkan kinerja perusahaan, penulis sangat tertarik untuk menerapkannya pada segi kepemimpinan suatu perusahaan. Dalam model penelitian ini akan dibahas mengenai peran TQM dan pengaruhnya terhadap kepemimpinan yang akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Adapun indikator utama untuk melihat pengaruh pengadopsian program TQM pada kinerja perusahaan adalah kinerja pemasaran maupun keuangannya.
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
17
Kepemimpinan dalam manajemen kualitas bukan untuk menemukan dan mencatat kegagalan yang dibuat pekerja serta kemudian menghukum pekerja itu tetapi untuk mengidentifikasi dan kemudian menghilangkan penyebab kegagalan tersebut serta membentuk pekerja agar mampu mengerjakan pekerjaan secara baik dengan memperhatikan efektivitas (pencapaian tujuan) dan efisiensi (penggunaan biaya) dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Dalam model penelitian ini, dirumuskan masalah bagaimana salah satu peran strategi kualitas, yaitu TQM dapat menciptakan suatu kepemimpinan kualitas yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dengan pendekatan masalah sebagai berikut: Bagaimana perhatian terhadap visi, komunikasi, kepercayaan, dan penghargaan berpengaruh signifikan terhadap peran TQM dalam kepemimpinan kualitas? Bagaimana peran TQM dalam kepemimpinan kualitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan? Selama tiga tahun terakhir, Darling telah mengadakan studi riset yang besar tentang kunci sukses dalam kepemimpinan manajemen kualitas. Sebagai basis dari studi itu, telah dikumpulkan data dari sejumlah manajer dalam beberapa jenis utama perusahaan AS yang berbeda-beda. Lebih dari 100 wawancara telah dilakukan kepada sejumlah orang yang dianggap sebagai pemimpin manajerial yang berhasil. Studi itu berfokus kepada pemimpin yang menciptakan tren baru dalam manajemen kualitas, yaitu orang-orang yang telah menciptakan ide, kebijakan, dan prosedur baru (Darling, 1992). Penelitian dilakukan oleh Easton dari Graduate School of Bussiness, University of Chicago. Sampel yang diambil 22 organisasi yang dapat mewakili organisasi besar atau kecil, baik manufaktur maupun jasa. Sampel yang diambil merupakan organisasi yang terdaftar dalam Malcolm Baldrige National Award (MBNQA). Adapun kunci keberhasilan dari mereka dalam bidang kepemimpinan, antara lain penetapan visi, komunikasi, dan pengembangan proses berbasis budaya (Zairi,1994). Penelitian Groth (1995) memfokuskan diri pada pengaruh filosofi TQM pada suatu organisasi. Pengidentifikasian, pencapaian, dan tujuan yang realistik adalah penting dalam memimpin, memotivasi, dan memusatkan pada talenta manusia untuk mencapai tujuan secara efisien. Selain itu, penelitian ini juga menyajikan diskusi mengenai identifikasi, perencanaan, dan eksekusi yang bertujuan pada perbaikan dan pemeliharaan kualitas. The Management Operations Directorate (MOD) pada Goddard Space Flight Center memperkerjakan 600 karyawan. Sejak 3 tahun yang lalu, MOD mengadopsi filosofi TQM. Sejak itu, MOD merasakan adanya implikasi dari TQM, terutama pada perilaku karyawan individual dan unit kerja.Kepemimpinan dalam kelompok kerja amat dominan (Scully, 1995). Berbagai tindakan dilakukan untuk menjelaskan bagaimana manajer tingkat atas berpengaruh terhadap program TQM. Pada penelitian Choi dan Behling (1997) mengindikasikan bahwa orientasi para manajer tingkat atas sangat berpengaruh terhadap program TQM perusahaan mereka.
18
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
Implementasi TQM sebagai suatu filosofi di Amerika Serikat tidak berjalan sukses di beberapa perusahaan. Hal utama yang menjadi alasan adalah kurangnya komunikasi dan dukungan dari manajemen tingkat atas kemudian digunakan suatu perangkat Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang melibatkan kepemimpinan termasuk sikap dan personaliti ke dalam praktek TQM. Hasilnya cukup sukses (Krumwiede, et.al, 1998).
PEMBAHASAN Konsep Dasar Efektivitas sebuah kepemimpinan adalah sebuah wilayah multisegi dari banyak analisis dan perhatian (concern). Hal itu yang harus selalu menjadi peringatan penting bagi masalah yang dibahas. Seorang pemimpin dalam sebuah manajemen kualitas berpengaruh pada tindakan perusahaan dan di saat yang sama, orang–orang di perusahaan berpengaruh pula bagi pemimpinnya. Sebagai intinya, kepemimpinan yang efektif harus dilihat sebagai sebuah proses timbal balik/dua arah, pemimpin dan anak buah saling berpengaruh satu sama lain (Burns, 1978:9–28 dalam Darling). Faktor yang membentuk seorang manajer kualitas total sejati bukanlah kecerdasan, pendidikan, gaya hidup, ataupun latar belakangnya. Faktor dasar yang tampaknya menentukan bagi kesuksesan tersebut adalah kemampuan manajer untuk berhubungan dengan setiap orang (Peters & Waterman, 1982:81 – 86 dalam Darling). Dalam masalah ini, seorang yang ingin memiliki peran kepemimpinan dalam manajemen kualitas harus selalu mengingat kenyataan bahwa keinginan terdalam bagi setiap manusia adalah untuk dihargai dan untuk memiliki harga diri dan arti penting di hadapan orang lain. Para karyawan hanya dapat melakukan suatu pencapaian sejauh yang digariskan oleh manajer tetapi mereka dapat membuat pencapaian yang jauh lebih baik jika mereka merasa dihargai untuk setiap usaha yang mereka lakukan. Dalam masa di mana banyak terjadi perubahan dan kesempatan yang meningkat seperti sekarang, sering kali diikuti dengan munculnya tekanan dan frustasi, sebuah perusahaan yang berorientasi pada kualitas adalah sebuah perusahaan yang memperlakukan manajer dan anak buah untuk dapat memperoleh penghargaan atas apa yang mereka lakukan dan dorongan untuk dapat mencapai apapun yang mereka ingin capai. Seorang penghibur akan selalu menginginkan orang yang dihiburnya berharap lebih atau suka akan apa yang ia lakukan. Sebuah pekerjaan yang tidak dihargai atau didengar, dalam bidang apapun, akan menjadikan hasil pekerjaan itu tidak maksimal. Terdapat kecenderungan bahwa pekerja di suatu perusahaan selalu ingin menunjukkan kepada manajernya bahwa ia bisa dan harus bisa menjadi apa yang diharapkan atasannya.
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
19
Pemimpin perusahaan yang selalu berusaha untuk membangun suatu iklim yang supportif bagi para karyawan akan juga membuat anak buahnya menunjukkan kesetiaan pada perusahaan yang akan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan. Kunci bagi terciptanya lingkungan kerja yang berkualitas dari sebuah perusahaan telah banyak disebutkan dalam banyak literatur kontemporer. Baik bagi perusahaan besar ataupun kecil, dengan basis segmentasi pasar yang luas ataupun kecil, terdapat 3 hal yang diperlukan untuk menghasilkan komitmen dan kualitas yang dapat bertahan lama (Darling, 1992:3). Pertama, perusahaan harus memperlakukan pelanggannya dengan baik melalui adanya kualitas produk dan layanan yang luarbiasa tinggi. Kedua, perusahaan juga harus selalu inovatif. Kedua hal tersebut adalah dasar untuk dapat mencapai performa yang tinggi dan berkepanjangan dan juga mempertahankan keuntungan pasar kompetitif yang strategis. Perhatian kepada pelanggan dan inovasi yang konstan, bukanlah semua yang dibutuhkan. Hal yang paling penting, dibutuhkan juga hal ketiga, yaitu pengendalian terhadap keuangan dan accounting dengan baik. Perusahaan yang tidak memiliki ketiga hal tersebut akan gagal. Perencanaan yang baik bukanlah “kemewahan” tetapi sudah menjadi kebutuhan dan keharusan. Selain itu, umur sebuah perusahaan juga tergantung kepada pengaruh dari luar, seperti naiknya nilai mata uang atau hilangnya akses untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan. Namun demikian, faktor lain itu adalah pengecualian dan juga jarang terjadi. Jadi, kontrol keuangan adalah vital tetapi perusahaan tidaklah menjual kontrol keuangan, yang perusahaan jual adalah kualitas produk atau jasa. Suatu perusahaan jarang dapat bertahan hanya dengan memiliki akses ke sumber daya. Perusahaan dapat bertahan karena adanya inovasi kualitas dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya, untuk pengembangan pasar berikutnya. Perusahaan dapat saja dipengaruhi oleh adanya ketidakstabilan nilai mata uang tetapi performa yang telah dicapai dapat dipertahankan dengan menambahkan nilai beberapa inovasi bagi produk atau jasa sehingga tetap dapat dijual dalam berbagai keadaan moneter sekalipun (Drucker, 1985:155–158 dalam Darling). Manajemen proses membutuhkan inovasi dan perbaikan pada tingkat strategi. Pendekatan yang terintegrasi untuk mencapai perbaikan yang kontinu dan langkah yang diperlukan meliputi (Long, et.al, 1995:71): Kepemimpinan yang kuat untuk memastikan apakah usaha yang sedang dilakukan sudah mencapai target; Menggunakan konsep customer driven dengan perbaikan yang berkelanjutan untuk memperkuat hubungan antara usaha kualitas dan strategi jangka panjang; Memandang suatu usaha sebagai suatu yang terintegrasi; Menggunakan hasil bisnis yang berbasis pelanggan untuk mengukur kemajuan. Dalam kenyataannya, tidak ada satupun diantara perlakuan yang baik kepada pelanggan ataupun inovasi konstan (dua dari tiga faktor yang diperlukan perusahaan untuk dapat bertahan) dibangun oleh seorang jenius, adanya teknik operasional yang tidak
20
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
biasa, ataupun strategi yang “mistis”. Kedua hal tersebut di atas dibangun dari adanya keterlibatan sekelompok orang yang terbentuk oleh pondasi yang kuat dan terdapat adanya saling mendengar, saling percaya, dan saling menghargai, serta tergalinya potensi kreatif dari setiap orang dalam perusahaan. Pondasi itu akan memfasilitasi terbentuknya sebuah “winning team” dari orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu memperoleh kualitas yang diinginkan. Sebuah “tim” kemudian akan terbentuk jika setiap anggota memiliki percaya diri dan kebanggaan akan andil dirinya masing-masing dikarenakan adanya penghargaan untuk setiap kemampuan yang dimiliki masing-masing orang dan untuk setiap performa yang dicapai setiap tim tersebut. Kebanyakan perusahaan dalam mencapai keberhasilan untuk menciptakan sebuah budaya lingkungan kerja yang berkualitas, tidak menggunakan kepandaian tetapi dengan menciptakan kenyataan bahwa setiap dan semua aspek dari perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain pada umumnya. Jadi, kunci dari kualitas organisasi dalam sebuah perusahaan berfokus pada tiga variabel: perhatian pada pelanggan, inovasi yang konstan, dan solidnya SDM yang menjalankan perusahaan. Faktor utama yang menghalangi terciptanya kultur organisasi yang berkualitas dalam berbagai perusahaan adalah karena mereka cenderung untuk terlalu banyak mengatur daripada memimpin. Para manajer dalam perusahaan seperti di atas mempunyai kemampuan yang berlebih untuk mengatasi tugas harian, tanpa pernah sama sekali menanyakan apakah tugas itu harus dilakukan. Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang sangat besar antara manajemen dan kepemimpinan, tanpa mengabaikan bahwa kedua hal tersebut sangatlah penting. Me-manage berarti untuk mencapai, menyelesaikan sesuatu, bertugas, dan bertanggung jawab akan sesuatu sedangkan memimpin berarti mempengaruhi, membimbing dan memberi arahan, tindakan, dan opini. Perbedaan itusangatlah mendasar. Manajer adalah orang yang mengerjakan tugasnya dengan benar sedangkan pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang tepat dan perlu. Perbedaan itu dapat dirangkum sebagai: perwujudan dalam bentuk aktivitas dari visi dan penilaian yang dimiliki yang akan menghasilkan efektivitas, untuk seorang pemimpin, sedangkan bagi seorang manajer adalah aktivitas untuk mengatur tugas rutin yang akan menghasilkan efisiensi dalam suatu pekerjaan (Cornesky et al., 1990:59 – 60). Jadi, tingkat dimana seorang manajer juga disebut seorang pemimpin tergantung pada bagaimana cara mereka menafsirkan perannya. Mereka yang sukses menunjukkan bahwa mereka juga seorang pemimpin, bukan hanya manajer. Dengan kata lain, bahwa mereka memberikan perhatian kepada semua dimensi kualitas perusahaannya dengan penuh respek. Perspektif mereka berorientasi kepada visi (Groth, 1995:56). Mereka tidak hanya memperhatikan kepada “bagaimana cara melakukan sesuatu” tetapi juga memperhatikan kepada “melakukan dengan cara yang benar”, dalam hubungannya dengan adanya perhatian kepada konsumen, inovasi, dan mempertahankan serta mengembangkan tim tangguh dalam perusahaan.
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
21
Adanya keberhasilan dalam kepemimpinan kualitas pada suatu manajemen terletak pada diberikannya kesempatan dengan sebesar-besarnya untuk setiap orang dalam konteks yang sesuai dengan situasi dalam perusahaan. Seseorang tidak harus menjadi brillian untuk dapat menjadi pemimpin yang baik tetapi haruslah dapat mengerti orang lain, bagaimana perasaan mereka, apa yang dapat memacu mereka, dan cara yang paling efektif untuk mempengaruhi mereka.
Peran TQM dalam Kepemimpinan Kualitas Seorang pemimpin dalam manajemen total kualitas adalah orang yang dengan cara tertentu mampu membangkitkan kompetensi yang cukup besar untuk dapat mempengaruhi sekelompok SDM untuk menjadi pengikut yang berdedikasi tinggi dalam tujuannya mencapai hasil yang diinginkan perusahaan. Akan tetapi, apakah arti dari pengertian di atas? Bagaimana cara untuk mengubah sikap negatif seseorang menjadi sikap yang penuh kesetiaan? Apa yang membuat seorang pemimpin mampu untuk memimpin? Total Quality Management (TQM) membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus. Pada tahun 90-an, produktivitas didefinisikan sebagai kinerja manusia melalui kreativitas, pemecahan masalah, kerja sama tim, kontribusi nilai tambah, pengabdian, dan komitmen untuk perbaikan yang kontinu. Gaya kepemimpinan yang efektif akan dapat memberi pengaruh yang luar biasa pada modifikasi tingkah laku dan perubahan sikap manusia (Zairi, 1994:10). Dalam konteks TQM, kepemimpinan bagi top manajer sangatlah penting. Harwood (1999:52) merekomendasikan metode perbaikan kontinu yang dimulai dengan empat aturan dasar sebagai berikut: Menggunakan teknik dasar, menambah dengan teknik lanjutan apabila perbaikan kontinu sudah menjadi kebiasaan bagi karyawan; Membatasi perusahaan dengan kurang dari 2000 karyawan; Memberikan peran kepemimpinan bagi para manajer dan partisipasi dari tiap karyawan; Memusatkan penuh pada pemecahan masalah dan kesempatan yang dapat diraih dengan cepat. Weinstein (1996:43) mengemukakan bahwa TQM lebih dari sekedar kualitas tetapi merupakan suatu filosofi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dan perbaikan yang kontinu. Beliau mengenalkan 9 konsep TQM yang berkaitan dengan kepemimpinan kualitas, yaitu: Fokus pada pelanggan dan produk; Komitmen kepemimpinan; Budaya perusahaan; Komunikasi yang efektif; Pengetahuan karyawan dan organisasional; Pencapaian tujuan bersama; Tanggung jawab karyawan; Manajemen yang objektif; Pandangan yang luas. Seorang pemimpin yang baik harus dapat bertindak sebagai “pembawa perubahan yang kreatif”, tidak hanya pengatur kegiatan rutin. Walaupun mereka telah berhasil dengan cara mereka masing-masing dan dalam situasi mereka yang berbeda-beda, mereka memiliki kesamaan yang mendasar dan cukup besar, yaitu adanya empat karakteristik strategi kepemimpinan (Cornesky, et.al., 1990:61-64). Keempat stategi itu adalah: Memperoleh perhatian melalui visinya; Kesungguhan dengan berkomunikasi; Membangkitkan kepercayaan melalui positioning; Memberi percaya diri dengan menghargai anak buahnya.
22
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
Menurut Rago (1996), terdapat beberapa hal yang menghambat implementasi TQM terhadap budaya organisasi yang ada dalam perusahaan, meliputi tujuan, koordinasi, komunikasi, dan pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan yang efektif, partisipasi seluruh bagian perusahaan, dan perbaikan yang kontinu merupakan indikator suksesnya peran TQM dalam kepemimpinan kualitas.
Perhatian pada Visi Visi organisasi memberikan kerangka kerja yang menuntun suatu nilai dan kepercayaan perusahaan. Visi perusahaan seharusnya bersifat sederhana, terdiri dari satu kalimat penuntun atau moto yang diketahui dan dipercaya oleh setiap karyawan (Gasperz, 2001:9). Pada dasarnya, setiap perusahaan dapat merumuskan visi organisasi yang menjadi kerangka kerja untuk menuntun kepercayaan dan nilai dari perusahaan tersebut. Biasanya dari visi perusahaan itu kemudian dirumuskan langkah yang lebih konkret untuk implementasi dengan mengacu pada visi perusahaan. Visi yang terdefinisi secara jelas dan ketepatan visi dari suatu organisasi sangat penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan suatu perusahaan. Program TQM sangat mempengaruhi pencapaian dari visi perusahaan melalui (Groth, 1995:56): Penjelasan dalam visi dan tujuan organisasi; Identifikasi dan komunikasi terhadap visi dan tujuan sesuai dengan perkembangan filosofi TQM. Manajemen perhatian melalui visi membantu menciptakan fokus kualitas untuk perusahaan. Sebagai sebuah sudut pandang perorangan, orang yang pertama kali mengemukakan hal itu mungkin adalah Theodore Roosevelt, ketika ia pertama kali menulis: “Bukanlah sebuah kritik yang berharga, bukan pula orang yang dapat menunjukkan bagaimana orang lain jatuh, atau menunjukkan di bagian mana seseorang seharusnya mampu melakukan sesuatu dengan lebih baik. Pujian harusnya diberikan kepada orang yang berada dalam arena yang wajahnya bersimbah debu, darah, dan keringat; Orang yang berjuang dengan gagah berani; Orang yang melakukan kesalahan tetapi tidak pernah berhenti untuk mencoba lagi dan lagi; Orang yang memiliki semangat besar, kesetiaan, dan menghabiskan seluruh waktunya untuk hal yang berharga; Seseorang yang tahu bahwa ia akan dapat mencapai kemenangan; Atau orang yang setidaknya jika ia gagal, ia gagal dengan gagah berani sehingga tempat untuknya tidak akan pernah sama dengan orang-orang penakut yang tidak akan pernah tahu arti kemenangan atau kegagalan” (Darling, 1992:5). Setiap manajer diharapkan mampu menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam perusahaan dengan baik. Akan tetapi, pemimpin yang sukses dalam manajemen kualitas melakukan lebih dari itu. Mereka haruslah memiliki kesadaran yang tinggi bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan tanggung jawab mereka dan fungsi perusahaan harus dilakukan dengan lebih cepat, lebih baik, lebih andal, dengan sedikit mungkin kesalahan, dan dengan biaya rendah. Semua itu harus menjadi nafas dalam hidupnya (Bennis, 1989:178-180 dalam Darling). Mereka selalu membawa semua itu dalam pikiran
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
23
mereka, selalu mencari, dan mempertimbangkan banyak kemungkinan cara. Mereka selalu mencari masalah yang mungkin timbul dan bukannya memecahkan masalah ketika masalah itu sudah muncul di hadapan mereka. Merekalah pembawa perubahan yang kreatif karena mereka selalu ingin mencari jalan yang lebih baik dan benar-benar berusaha keras untuk itu. Pemimpin dalam manajemen kualitas memiliki agenda dengan perhatian yang tidak pararel dengan hasil. Seorang pemimpin akan menghasilkan orang yang berorientasi dan seorang pemimpin akan membuat orang memperhatikannya. Visi dan tujuan mereka mendorong dan memaksa orang lain untuk datang kepadanya. Intensitas yang dibarengi komitmen sangatlah menyenangkan dan mudah menular ke orang lain. Dan dengan kepribadian yang intens ini, tidak perlu memaksa orang lain untuk memperhatikannya; Mereka juga sangat bersemangat dengan apa yang ia lakukan. Visi akan menghasilkan perhatian orang lain. Dengan adanya manajemen perhatian, akan menarik orang lain untuk membuat suatu komitmen untuk terwujudnya kualitas dalam pencapaian perusahaan. Dari uraian sebelumnya, kita dapatkan bahwa kejelasan, ketepatan, dan komitmen terhadap visi merupakan indikator utama perhatian pada visi perusahaan. H1 : Perhatian terhadap visi berpengaruh signifikan terhadap peran TQM dalam kepemimpinan kualitas.
Komunikasi Komunikasi merupakan perekat yang mengikat semua teknik, praktik, filosofi, dan alat-alat untuk kesuksesan pengembangan manajemen kualitas. Komunikasi dapat tertulis maupun lisan. Semua bentuk komunikasi melibatkan empat elemen utama, yaitu pengirim, penerima, pesan, dan media, yang perlu diperhatikan agar komunikasi dapat menjadi efektif dan efisien (Gasperz, 2001:35). Dalam beberapa perusahaan terdapat banyak visi yang menarik dan menyenangkan serta juga semangat yang tinggi. Banyak manajer memiliki tujuan yang penting dan berarti tetapi tanpa komunikasi yang efektif, hanya sedikit yang dapat diwujudkan. Keberhasilan dalam kepemimpinan manajerial membutuhkan adanya kemampuan untuk menterjemahkan tujuan yang ingin dicapai, dengan cara tertentu yang dapat membangkitkan antusiasme dan komitmen, kepada orang lain. Manajemen dari penjabaran, berfokus kepada penguasaaan komunikasi, tidak dapat dipisahkan dari kualitas kepemimpinan dan organisasional . Banyak terdapat tulisan yang berkaitan dengan cara berkomunikasi yang efektif (Bennis dan Nanus, 1985:39-41 dalam Darling). Pertama, sebuah perusahaan tergantung kepada adanya kesamaan makna dan interpretasi dari kenyataan yang akan memfasilitasi tindakan. Pemimpin mengejawantahkan apa yang sebelumnya hanya tersirat dan tidak tersebutkan kemudian mereka menciptakan sudut pandang yang memberi perhatian dan fokus baru kepada hal tersebut. Dengan itu, maka mereka telah mengubah tujuan yang belum terungkap. Secara ringkas, faktor penting dalam kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan mengatur penjabaran untuk setiap personel dalam perusahaan.
24
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
Hal kedua untuk selalu diingat adalah bahwa cara untuk seorang pemimpin membawa dan membentuk makna sangatlah banyak dan bermacam-macam. Apapun gaya yang dipakai, baik itu secara verbal ataupun non-verbal, setiap pemimpin yang sukses selalu sadar bahwa sebuah perusahaan didasarkan pada sejumlah kesamaan makna yang akan menegaskan setiap peran dan wewenang, prosedur, dan tujuan. Akhirnya, apa yang dimaksud dengan pembentukan makna adalah lebih jauh dari apa yang biasanya disebut sebagai berkomunikasi dan berfokus lebih dari hanya sekedar fakta atau bahkan pengetahuan. Fakta dan pengetahuan berhubungan dengan teknik, metodologi, berhubungan dengan bagaimana cara melakukan sesuatu. Peran khusus sebuah kepemimpinan adalah untuk mencari “mengapa” dan bukan hanya “bagaimana”. Manajer, sebagian besar, berhubungan dengan suatu proses yang disebut pemecahan masalah. Kepemimpinan melibatkan suatu bentuk temuan yang disebut pencarian masalah. Hal itulah perbedaan lain antara manajer dan pemimpin; Hal itu berfokus pada perbedaan antara pemecahan masalah rutin dan pencarian masalah dalam lapangan. Cara berkomunikasi yang baik akan menciptakan makna untuk orang-orang dalam perusahaan atau paling tidak hal itu harus dapat dipaksakan untuk terwujud. Itu adalah cara utama bagi setiap individu atau kelompok, besar, atau kecil, dapat bersatu dalam satu tujaun bersama tercapainya kualitas dalam perusahaan. Penyampaian pesan yang dimaksud secara benar kepada seluruh level dalam perusahaan adalah sebuah kunci penting. Secara dasar, semua itu adalah isi dari apa yang disebut dengan proses kreatif, dan sekali lagi, apa yang dapat membantu untuk dapat membedakan antara pemimpin dan manajer. Aspek penting lain dari komunikasi adalah empathy. Pemimpin yang berhasil selalu terbuka dan sensitif terhadap apa yang dibutuhkan orang lain dan akan adanya perbedaan dalam setiap orang, dan selalu mencari sudut pandang yang relatif, bukannya yang absolut. Empathy adalah mengerti bahwa warna kulit, kebangsaan, tempat lahir, keberpihakan politik, jenis kelamin, status keuangan, dan kepandaian bukanlah menjadi ukuran akan arti penting seseorang. Jalan terbaik menuju komunikasi yang efektif adalah dengan menerima bahwa setiap umat manusia adalah pribadi berbeda yang unik. Dari uraian tersebut, kita temukan beberapa indikator suksesnya suatu komunikasi, yaitu keefektifan berkomunikasi, media komunikasi, dan sikap dan cara berkomunikasi. H2 : Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap peran TQM dalam kepemimpinan kualitas.
Kepercayaan Kepercayaan adalah sarana yang membantu sebuah perusahaan untuk dapat berfungsi dengan efektif. Sangatlah sulit dibayangkan sebuah tim yang berorientasi kepada kualitas tanpa adanya kepercayaan dan kredibilitas yang tinggi. Sebuah perusahaan tanpa adanya kepercayaan adalah ganjil, bahkan sangat aneh. Kepercayaan menciptakan keadaan yang dapat dipertanggungjawabkan, dapat diperkirakan, dan penuh kehndalan. Hal itulah yang menyebabkan produk dapat dijual dan membuat perusahaan
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
25
dapat beroperasi. Adanya kepercayaan membuat pondasi yang kokoh yang dapat mempertahankan integritas perusahaan. Kita harus tahu apakah kepercayaan itu ada tidak; Hal itu penting dan didasarkan atas ramalan belaka/kemampuan untuk dapat diperkirakan. Kenyataan menunjukkan bahwa kita percaya kepada orang yang dapat ditebak, yang posisinya kita ketahui, dan juga memiliki kontinuitas. Pemimpin yang dipercaya akan membuat ia dikenal dan membuat jelas posisinya. Pemposisian mencakup sejumlah tindakan untuk mengimplementasikan visi seorang pemimpin. Jika visi merupakan sebuah ide maka menempatkan posisi adalah yang ceruk pemimpin ciptakan. Agar dapat dicapai maka sorang pemimpin dalam manajemen kualitas haruslah tidak hanya merupakan refleksi dari kejelasan/kemurnian tetapi juga konsistensi, ketekunan, dan keandalan (Bennis dan Nanus, 1985:46 dalam Darling). Dengan menempatkan diri pada posisi tertentu dan lebih penting lagi dengan mempertahankan posisi yang dicapai maka seorang pemimpin akan dipercaya orang lain. Ketekunan tidak selalu berarti berada dan menggeluti hal yang sama sepanjang waktu. Akan tetapi, berarti memberikan konsentrasi dan usaha penuh kepada apa pun yang sedang dikerjakan. Integritas, kejujuran, dan keterusterangan merupakan kunci dalam proses membangkitkan kepercayaan melalui penempatan posisi yang baik. Pengertian integritas itu sendiri pun sudah merupakan kata-kata yang menarik: “sebuah kualitas kesehatan moral yang dapat dianggap lengkap, tanpa cacat, penuh kejujuran, bebas dari adanya pengaruh dan praktik yang merusak, dan penuh keteguhan dalam pencapaian tujuan dengan kepercayaan yang diberikan”. Tidak ada kebutuhan yang lebih besar bagi seorang pemimpin manajerial daripada adanya sebuah integritas (Bennis, 1989:164-167 dalam Darling), untuk selalu jujur akan kepercayaan, merefleksikan kenyataan bahwa seluruh substansi yang ada dapat dilihat dari belakang meja. Dan hal ini bukanlah apa yang dapat diperbaiki oleh suatu kebijakan baru, juga bukan yang akan dibentuk oleh suatu peraturan baru, bagi seorang manajer yang andal, mereka akan mencoba untuk menghindari keduanya, baik peraturan ataupun kebijakan tersebut. Integritas adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang. Dan merupakan sesuatu yang dapat dilihat oleh orang lain dan sesuatu yang dapat diharapkan, tanpa seseorang itu berperan dalam kepemimpinan suatu perusahaan sedangkan integritas dalam posisi kepemimpinan akan menuju pada timbulnya kepercayaan, dan hal itulah yang selalu diandalkan untuk dapat tercapainya tujuan terciptanya kualitas dalam operasional perusahaan. H3 : Kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap peran TQM dalam kepemimpinan kualitas.
26
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
Penghargaan Penghargaan diri sendiri yang positif tidak berarti mementingkan diri sendiri ataupun egois. Tidak pernah ditemukan sifat pemujaan diri atau kecongkakan dalam diri para pemimpin manajerial tetapi mereka tahu bahwa diri mereka berharga. Mereka pecaya kepada diri mereka sendiri tanpa menyebabkan ego mereka muncul. Sebuah penghargaan diri sendiri yang positif biasanya terdiri dari tiga indikator utama: Pengetahuan akan kekuatan diri sendiri, kemampuan untuk melihat kecocokan diantara kekuatan dan kelemahan seseorang, serta apa yang dibutuhkan perusahaan (Bennis dan Nanus, 1985:61-62 dalam Darling). Beberapa pemimpin dapat mengetahui apa yang menjadi kelebihan mereka dan terus memupuknya, bahkan semenjak awal karier mereka. Pemimpin manajerial yang memiliki tingkat penghargaan yang tinggi menerapkan sesuatu mode yang disebut mode OK, yaitu saya OK dan Anda juga OK. Pemimpin seperti itu sering kali mampu untuk membangkitkan kemampuan terbaik orang lain melalui adanya sikap menghargai orang lain, baik diantara karyawan ataupun rekannya (Crosby, 1984:117-118 dalam Darling). Mereka dapat melihat bakat yang terpendam dan membangkitkannya; Mereka selalu mendengarkan orang di sekitar mereka dan mereka menyadari bahwa ketidakmampuan seseorang dalam melakukan satu pekerjaan bukan berarti ketidakmampuan orang tersebut dalam melakukan pekerjaan lainnya. Penciptaan munculnya rasa percaya diri melalui sikap menghargai akhirnya menular ke dalam semua komponen perusahaan. Dalam diri manusia, sikap menghargai adalah karakteristik utama dari kepemimpinan yang berhasil. Penghargaan akan menjadi peletak dasar bagi munculnya kemampuan kita untuk secara murni menghargai diri sendiri dan orang lain dan untuk mencapai tujuan penting dalam perusahaan.Kreativitas dapat dicapai dengan mengharapkan suatu penghargaan yang diterima sebagai bonus, sebuah konfirmasi terhadap kompetensi seseorang, atau sarana untuk membuat seseorang berbuat lebih baik (Ammabile, 1986, dalam Mardiyanto). H4 : Penghargaan berpengaruh signifikan terhadap peran TQM dalam kepemimpinan kualitas.
Kinerja Perusahaan Kinerja suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai sejauh mana sasaran perusahaan, baik secara ekonomis maupun strategik dapat dicapai melalui perencanaan dan pelaksanaan strategi yang dilakukan perusahaan (Ittner, 1997:296). Sebuah perusahaan biasanya mengawali usaha dengan sejumlah sasaran yang dapat bersifat ekonomi (profit, penjualan, atau biaya) dan atau strategik (perluasan pasar, respons kompetitif, peningkatan kesadaran akan produk/perusahaan). Pada umumnya, kinerja suatu perusahaan dapat diukur dari kinerja pemasaran maupun keuangannya. Kinerja pemasaran dapat didefinisikan sebagai usaha pengukuran tingkat kinerja terhadap kinerja strategi yang dihasilkan dengan keseluruhan kinerja yang diharapkan, penjualan, dan
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
27
keuntungan. Ferdinand (2000:6) menyatakan bahwa kinerja pemasaran yang baik dinyatakan dalam tiga besaran utama nilai: penjualan, pertumbuhan penjualan, porsi pasar, yang pada akhirnya bermuara pada keuntungan perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja keuangan perusahaan perlu melibatkan analisis efek keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan itu dan penilaian hasil melalui penggunaan ukuran komparatif. Kinerja keuangan didapat dari neraca tahunan suatu perusahaan untuk periode 5 tahun yang berurutan. Nilai kinerja individu didasarkan pada kinerja rata-rata untuk setiap perusahaan. Periode 5 tahunan ini digunakan karena peneliti ingin meratarata akibat dari nilai ekstrim tergantung pada kemungkinan fluktuasi dalam kinerja keuangan (Powel, 1995 dalam Agus). H5 : Peran TQM dalam kepemimpinan kualitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Konsep Pemikiran Teoritis Berdasarkan konsep dasar, model penelitian, maupun artikel yang ada maka pada kesempatan ini penulis mencoba menyusun sebuah kerangka pemikiran teoritis yang merupakan kombinasi teori dan hasil penelitian yang ada. Penentuan faktor apa yang dapat mempengaruhi peran TQM dalam yang mengacu pada perhatian terhadap visi, komunikasi, kepercayaan, dan penghargaan, sehingga dapat mencapai suatu peningkatan kinerja perusahaan.
28
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
Perhatian Terhadap Visi
H1
Komunikasi
H2 Peran TQM Dalam Kepemimpinan
H5
Kinerja Perusahaan
Kualitas Kepercayaan
H3 H4
Gambar 1 Konsep Pemikiran Teoritis Gambar 1.Konsep Pemikiran Teoritis
PENUTUP Implikasi Teoritis Dalam melaksanakan suatu kegiatan bisnisnya, perusahaan melakukan segala fungsi dalam perusahaan sebagai usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk terus berkembang dan memperoleh keuntungan. Pada dasarnya, suatu kepemimpinan yang baik dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan kinerja bisnisnya dengan berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan pelanggan dan menghasilkan laba bagi perusahaan. Banyak sekali strategi kepemimpinan yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja pemasaran, salah satunya dengan memberikan perhatian penuh pada kualitas dalam rangka menciptakan suatu keunggulan kualitas melalui TQM. Kepemimpinan manajerial yang berhasil dalam sebuah perusahaan yang ingin mencapai kualitas tertentu, sangatlah bergantung kepada masing-masing situasi perusahaan tetapi berdasar atas empat faktor kunci: perhatian atas visi, menimbulkan arti
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
29
penting dengan berkomunikasi, membangkitkan kepercayaan melalui pemosisian diri, dan menumbuhkan percaya diri melalui sikap menghargai. Kegembiraan dan keberhasilan dalam memenuhi tanggung jawab kepemimpinan bukanlah merupakan titik akhir tetapi hanya merupakan pemberhentian untuk perjalanan selanjutnya bagi seseorang menuju masa depan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil dalam manajemen kualitas, dibutuhkan semua yang terbaik dari seorang manajer dan juga kesadaran penuh dan berkelanjutan akan kemampuan diri sendiri atau orang lain dan juga komitmen kepada diri sendiri dan orang lain, agar dapat tercapainya tujuan yang diinginkan.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat dimunculkan dari penelitian ini adalah upaya untuk menciptakan suatu kepemimpinan kualitas dengan strategi kualitas TQM melalui atribut perhatian terhadap visi, komunikasi, kepercayaan, dan penghargaan sehingga nantinya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian, ada beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh seorang manajer dalam mengoptimalkan peran TQM dalam kepemimpinan kualitas untuk meningkatkan kinerja perusahaan, seperti berikut. Pertama, mengembangkan visi serta menetapkan arah dan strategi perusahaan untuk menghasilkan perubahan yang dibutuhkan agar mencapai visi itu. Kedua, visi dan tujuan perusahaan tersebut harus secara jelas dikomunikasikan pada setiap tingkat manajemen dari karyawan sampai manajer tingkat atas. Selain itu, kepemimpinan harus juga terlibat didalamnya. Ketiga, memberikan motivasi bagi orang-orang untuk mengatasi hambatan dalam perubahan menuju perbaikan, baik dengan memberikan penghargaan maupun sanksi yang tegas. Keempat, menciptakan tanggung jawab dan pemberian wewenang dalam pencapaian tujuan bersama atas dasar kepercayaan. Kelima, menciptakan budaya atau kultur positif dan iklim yang harmonis dalam perusahaan. Keenam, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki. Adanya perubahan dalam dinamika organisasi tersebut diharapkan dapat berguna bagi kemajuan perusahaan.
30
INASEA, Vol. 8 No. 1, April 2007: 16-31
DAFTAR PUSTAKA Choi, Thomas and Orlando Behling. 1997. “To managers and TQM Success : One More Look After All Many Years”. Academy of Management Executive (AEX). Vol 11:37-47. Cornesky, et. al. 1990. “Improving Quality in College and Universities”. Magna Publication. New York. Darling, John R. 1992. “Total Quality Management: The Key Role of Leadership Strategies.” Leadership and Organization Journal. Vol.13. No.4:3-7. Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality Management. Gramedia. Jakarta. Groth. 1995. “Total Quality Management: Perspective For Leaders”. The TQM Magazine. Vol 7. No.3: 54-59. Harwood, Charles C. “How I Became A Missionary For Continous Improvement”. Journal for Quality and Participation. Vol 22:52. Ittner, Christopher D. dan David F. Larcker. 1997. “Quality Strategy, Strategic Control System, and Organizational Performance”. Accounting Organization and Society. No.3/4:293-314. Krumwiede, et.al. 1998. “Understanding the Relationship of Top Management Personality to TQM Implementation.” Production & Inventory Journal. Vol 39. Second Quarter 1998: 6-10. Long, Carl, et.al.1995. “Is it Process Management and, With, or Instead of TQM?” Journal for Quality and Participation (QCJ)..Vol 18:70-74. Rago, William V. 1996. “Struggles in Transformation: A Study in TQM, Leadership, and Organizational Culture in Government Agency.” Public Administration Review (PAR). Vol 56:227-234. Scully, John P. “How To Lead the Way to TQM.” National Productivity Review (NLP). Vol 14:13-18. Weinstein, Michael B. “Improving Safety Program through Total Quality.” Occupational Hazard. Vol.58:42-46. Zairi, Mohamed. 1994. “Leadership in TQM Implementation: Some Case Example.” TQM Magazine. Vol 6.
Pengembangan Model… (Ronald Sukwadi)
31