PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK PADA MATERI SISTEM KEARSIPAN PADA SISWA KELAS XAP1 SMK NEGERI 2 BLITRA Handy Dwi Nurniawan dan Durinda Puspasari Pendidikan Administrasi Perkantoran, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajar mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. Aspek utama yang mempengaruhi daya serap terhadap bahan ajar adalah media pembelajaran. Media pembelajaran komik merupakan suatu bentuk bacaan dimana siswa mau membaca tanpa perasaan terpaksa/harus dibujuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan media komik, kelayakan media komik, dan respon siswa terhadap media pembelajaran komik pada materi Sistem Kearsipan yang telah dikembangkan di SMK Negeri 2 Blitar. Jenis penelitian ini adalah pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan menggunakan model pengembangan 4-D models Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran). Namun penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap develop (Pengembangan) dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 siswa kelas X AP1 Jurusan Adminidtrasi Perkantoran SMK Negeri 2 Blitar. Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan media pembelajaran komik pada materi sistem kearsipan. instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi dan lembar angket respon siswa. Berdasarkan hasil analisis kelayakan media pembelajaran komik oleh validator yang berpedoman pada kualitas isi, kualitas intrusional, dan kualitas teknik diperoleh rata-rata persentase sebesar 85,43% dengan kriteria interprestasi penilaian sangat layak. Sedangkan hasil respon siswa menunjukan rata-rata 89,56% dengan kriteria sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran komik yang telah dikembangkan sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran di SMK Negeri 2 Blitar .. Kata Kunci: Media Pembelajaran Komik, Sistem Kearsipan.
Abstract A learning process is successful if the absorption of teaching material taught high achievement, either individually or in groups. The main aspects that affect absorption of teaching materials is a medium of learning. Comic learning media is a form of reading where students want to read without feeling forced / should be persuaded. This study aims to determine the development of the comic medium, feasibility comics media, and students' response to the comic instructional media materials Filing System that has been developed in SMK State 2 Blitar. This type of research is the development or research and development (R & D) by using 4-D model of the development of models Define (definition), Design (Design), Product Development (Development), and Disseminate (Spread). However, this study is only done to develop stage (Development) due to limitations of time and expense. Subjects in this study were 20 students of class X AP1 Department Office Administration SMK State 2 Blitar. The object of this research is the development of instructional media in the comic material archival system. The research instrument used in this study is the validation sheet and sheet student questionnaire responses. Based on the results of the feasibility analysis of instructional media comic by validators based on the quality of the content, quality of instructional, and quality engineering gained an average percentage of 85.43% with a very decent assessment criteria for interpretation. While the results of the students' responses showed an average of 89.56% with a very good criterion. So it can be concluded that the comic learning media that has been developed very fit for use as a medium of learning in SMK State 2 Blitar. Keywords: Comics Learning Media, Filing System. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat
negara dapat bergerak ke arah yang lebih baik. Menurut UU Nomer 2 tahun 1989 secara jelas
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan
disebutkan
tujuan
pendidikan
merupakan ujung tombak sebuah negara yang
mencerdaskan
menginginkan masyarakat yang memiliki pemikiran,
mengembangkan menusia Indonesia
sikap, serta tindakan yang dapat mendukung sebuah
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
kehidupan
nasional, bangsa
yaitu dan
seutuhnya,
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
sebelumnya. Kegiatan pembelajaran tersebut dapat
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
ditunjang dengan menggunakan pemanfaatan media
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala
dan kebangsaan.
bentuk sarana dan saluran yang digunakan untuk
Keberhasilan pendidikan menjadikan sebuah
menyampaikan pesan atau informasi belajar yang
negara menuju kemandirian di segala bidang
bertujuan instruksional dari sumber pesan kepada
kehidupan.
keberhasilan
penerima pesan sehingga dapat merangsang fikiran,
pendidikan adalah terbentuknya individu yang cakap
perasaan, perhatian, serta minat penerima pesan
dan
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi
Salah
mandiri
satu
melalui
indikator
suatu
proses
belajar.
Keberhasilan proses belajar sendiri dapat ditandai
(Sadiman, 2007:7).
dengan adanya perubahan tingkah laku individu
Media
pembelajaran
yang
masih
sering
menuju hal yang lebih baik. Syah (dalam Mediawati,
digunakan saat ini adalah media cetak. Media cetak
2011:68) mendefinisikan “belajar sebagai tahapan
sekarang lebih banyak berupa textbook, meskipun
perubahan tingkah laku individu yang relatif
sudah ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
memberikan
dengan
peningkatan minat baca siswa. Minat membaca yang
lingkungan
yang
melibatkan
proses
kognitif”.
pengaruh
yang
cukup
terhadap
rendah menyebabkan keaktifan dan hasil belajar
Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
menjadi rendah. Kelemahan media cetak yang
apabila daya serap terhadap bahan pengajaran yang
disampaikan semakin membuat siswa kurang tertarik
diajar mencapai prestasi tinggi, baik secara individu
untuk membaca buku pelajaran. Siswa cenderung
maupun
yang
tertarik membaca buku cerita bergambar (seperti
mempengaruhi daya serap terhadap bahan ajar
komik) dibanding buku pelajaran, dikarenakan
adalah pengajar (guru), peserta didik (siswa), dan
komik memiliki alur cerita yang runtut dan teratur
sumber belajar (materi). Namun, saat ini yang sering
sehingga memudahkan untuk diingat kembali.
kelompok.
menjadi
masalah
Aspek
adalah
utama
terdapatnya
Sudjana & Rivai (dalam Listiyani & Widayati,
keselarasan antara ketiga aspek dalam proses
2012: 82) mengatakan bahwa “Komik merupakan
pembelajaran
suatu bentuk bacaan dimana peserta didik diharap
tersebut.
belum
Beberapa
bentuk
dari
ketidakselarasan ini diantaranya verbalisme, salah
mau
tafsir, perhatian tidak berpusat, dan tidak terjadinya
dibujuk”. Hampir sebagian besar dan kebanyakan
pemahaman (Satyasa, 2007:5).
orang–orang beranggapan bahwa komik adalah
Dalam proses pembelajaran, segala bentuk upaya perlu
dikerahkan
perasaan
terpaksa/harus
bacaan sederhana yang hanya berisi tentang kisah yang hanya dikonsumsi untuk kesenangan belaka
Langkah-langkah
dan tidak memiliki nilai guna lainnya. Sudjana dan
sistematis yang diambil dalam mengatur dan
Rivai (dalam Purwanto & Yuliana, 2013:72)
menggunakan
mengatakan bahwa “anggapan negatif tersebut
diperlukan
yang
optimal.
mencapai
tanpa
proses
pembelajaran
untuk
membaca
variabel-variabel
untuk mempengaruhi
pengajaran siswa
dalam
tentunya dapat dirubah dengan pemanfaatan komik
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan 2
sebagai salah satu media tepat guna dalam
Salah satu kompetensi keahlian yang paling diminati
pembelajaran yang menyenangkan”.
di SMK Negeri 2 Blitar adalah kompetensi keahlian
Kelebihan dari bacaan yang berbentuk komik ini
Administrasi Perkantoran. Dalam hal ini, lulusan
telah banyak dimanfaatkan oleh negara-negara maju
SMK Administrasi Perkantoran banyak dibutuhkan
sebagai alat untuk meningkatkan minat baca anak
karena
pada buku-buku pelajaran. Satria (dalam Listiyanti
menunjang kelancaran suatu aktivitas tata usaha
& Widayanti, 2012:83) mengatakan bahwa “salah
yang ada dalam suatu organisasi baik pemerintah
satu negara yang telah memanfaatkan komik sebagai
maupun swasta.
mereka
memiliki
potensi
untuk
bisa
salah satu pendukung keberhasilan pendidikannya
Sistem Kearsipan merupakan salah satu materi
adalah Jepang”. Komik di negara ini bukan
yang hasus ditempuh oleh siswa kelas X AP1 pada
merupakan benda asing yang digunakan sebagai
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Pada
media dalam pembelajaran. Bahkan, beberapa buku
semester ini siswa harus mengusai materi sistem
sekolah di Jepang diterbitkan dalam bentuk komik.
kerasipan karena materi sistem kearsipan ini akan
Kenyataannya, komik menjadi media pembelajaran
berkaitan dengan materi-materi yang akan datang
yang sangat efektif dan sangat diminati siswa dengan
dan materi ini bisa mejadikan bekal untuk siswa
gambar dan cara bertuturnya yang lugas.
kelas
Media pembelajaran komik juga dapat digunakan pada
SMK.
Praktek
Kerja
Lapangan (Prakerin) saat kelas XI. Dalam materi ini
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
kearsipan yang akan digunakan dan sesuai dengan
bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya
perusahaan/instansi. Dalam materi ini siswa juga
manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan
akan mempelajari tahap-tahap mengarsipkan surat.
sehingga
di
melaksanakan
siswa akan mempelajari berbagai macam sistem
keahlian,
pembelajaran
untuk
SMK
dan
kegiatan
X
lulusannya
dapat
Berdasarkan studi
pendahuluan yang telah
mengembangkan kinerja apabila terjun dalam dunia
dilaksanakan penulis, menunjukan bahwa sistem
kerja. SMK Negeri 2 Blitar merupakan sekolah yang
kearsipan adalah materi yang cukup sulit bagi siswa
telah mengukir banyak prestasi baik di bidang
kelas X AP1. Kebanyakan siswa masih sulit
akademik maupun di bidang non akademik dan telah
memahami materi ini saat pembelajaran dikarenakan
terakreditasi A. SMK Negeri 2 Blitar sudah lama
media pembelajaran yang digunakan di kelas masih
menjalin
dunia
menggunakan media cetak berupa textbook sehingga
usaha/dunia industri dan perguruan tinggi serta telah
mengurangi minat membaca pada siswa. Disamping
memperolah setifikat ISO 9001:2008 yang kedua
itu, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa
kalinya dari lembaga sertifikasi DQS yang berpusat
lebih cepat mengantuk dan jenuh untuk berada di
di Jerman.
kelas. Untuk itu diperlukan media pembelajaran
kerjasama
dengan
berbagai
SMK Negeri 2 Blitar memiliki 7 kompetensi
komik yang dapat mengatasi kebosanan siswa pada
keahlian yaitu Administrasi Perkantoran (AP),
proses pembelajaran, khususnya pada Materi Sistem
Akuntansi (AK), Pemasaran (PM), Busana Butik
Kearsipan.
(BB), Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Taknik Komputer Jaringan (TKJ), dan Multimedia (MM). 3
atau menghafal saja akan tetapi lebih pada
Definisi Belajar Belajar merupakan kegiatan berproses dan
pengalaman yang dapat mengubah pola pikir dan
merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap
tingkah laku mereka sebagai seorang siswa.
jenjang pendidikan.Menurut Gerlach & Ely (dalam
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
arsyad 2011:3), “belajar adalah perubahan perilaku,
belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-
sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat
individu yang belajar.Perubahan itu tidak hanya
diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,
tindakan yang dapat diamati atau hasil yang
tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
diakibatkan oleh tindakan atau beberapatindakan
sikap,
yang dapat diamati”.Proses belajar tidak dapat
penyesuaian diri.
terlepas dari peran guru dalam membimbing dan
Pembelajaran
pengertian,
harga
diri,
mengandung
minat,
makna
watak,
adanya
mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan
kegiatan mengajar dan belajar, dimana pihak yang
yang telah ditetapkan. Sejalan dengan pendapat
mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa
Gagne (dalam Slameto, 2003:13) “belajar adalah
yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan,
diperoleh dari instruksi”.Dalam hal ini instruksi yang
sikap, dan keterampilan siswa sebagai sarana
dimaksud adalah segala perintah yang dikehendaki
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan
oleh guru terhadap siswa agar bersedia menjalankan
mencakup berbagai komponen lainnya, seperti
tugas siswa yaitu belajar.
media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
Slameto (2003:5) menyatakan bahwa“belajar
Prinsip-Prinsip Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
Proses belajar suatu hal yang kompleks, tetapi
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
dapat juga dianalisa dan diperinci dalam bentuk
yang
hasil
prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan teknik
lingkungannya”.
belajar yang baik. Prinsip-prinsip belajar adalah:
baru
secara
keseluruhan
Sedangkan
sebagai
menurut
Abdillah
(dalam Aunurrahman 2010:35) mengungkapkan
Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan
bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang
menuntunya dalam belajar untuk mencapai
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
harapan-harapan.
laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
Belajar
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan
bimbingan guru maupun buku pelajaran itu
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”
sendiri.
memerlukan
bimbingan,
baik
dari
Menurut Hamalik (2006:27) “belajar adalah
Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-
pengalaman”. Dalam hal ini belajar adalah suatu
pengertian.
tindakan untuk melakukan sesuatu agar siswa
Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar
mempunyai
apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.
pengalaman
yang
terekam
dalam
ingatannya. Sehingga, belajar tidak hanya mengingat 4
Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi
termitologi. Kata media berasal dari bahasa latin dan
saling pengaruh secara dinamis antara siswa
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
dengan lingkungannya.
secara harfiah berarti „perantara‟ atau „pengantar‟.
Belajar harus disertai keinginan dan kemauan
Kata kunci media adalah “perantara”.
yang kuat untuk mencapai tujuan.
Pengertian media secara terminologi cukup beragam,
Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup
sesuai
menerapkan ke dalam bidang praktik sehari-hari
pendidikan.Sadiman
(Aqib, 2002: 44-45).
bahwa“media adalah perantara atau pengantar pesan
Faktor
yang
mempengaruhi
belajar
sudut
pandang
para
(2005:
pakar 6)
media
mengatakan
dari pengirim ke penerima pesan”.Dalam bahasa
dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
Arab, media juga berarti perantara (wasail) atau
Faktor-faktor stimuli belajar
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
Stimuli belajar adalah segala hal di luar
pesan (Arsyad, 2006: 3).Media pembelajaran adalah
individu yang merangsang individu itu untuk
segala
mengadakan reaksi atau pembuatan belajar,
menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
misalnya panjangnya bahan pelajaran, kesulitan
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
ringannya
mencapai tujuan belajar, (Santyasa, 2007:3).
tugas
dan
suasana
lingkungan
eksternal.
sesuatu
yang
dapat
digunakan
untuk
Fungsi Media Pembelajaran
Faktor-faktor metode belajar
Media pembelajaran menjadi bagian integral
Metode mengajar yang dipakai oleh guru
dalam pembelajaran. Bahkan keberadaannya tidak
sangat mempengaruhi metode belajar yang
bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran di
dipakai oleh siswa, maka metode yang dipakai
sekolah. Hal ini telah dikaji dan diteliti bahwa
oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti
pembelajaran yang menggunakan media hasilnya
bagi proses belajar. Misalnya tentang kegiatan
lebih optimal.Kenzie (2005:45) mengatakanbahwa,
berlatih atau praktik, menghafal atau mengingat,
“media
pengenalan
pembelajaran di kelas, yang mempengaruhi kualitas
tentang
hasil-hasil
belajar
dan
memiliki
peranan
penting
dalam
bimbingan dalam belajar.
dan keberhasilan pembelajaran”.Hamalik (dalam
Faktor-faktor individual
Arsyad
terhadap
mengemukakan
bahwa
seseorang,
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
misalnya tentang kematangan individu, usia,
dan minat yang baru, mebangkitkan motivasi dan
perbedaan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
jenis
belajar
juga
“pemakaian media pembelajaran dalam proses
Faktor-faktor individual juga sangat besar pengaruhnya
2006:15)
kelamin,
pengalaman
sebelumnya, motivasi dan kondisi kesehatan
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.
(Soemanto, 2003: 113).
Definisi dan Karakteristik Komik Menurut Sudjana & Rivai (2011:69), “komik
Pengertian Media Pembelajaran Memahami media pembelajaran paling tidak
dapat didefinisikan sebagai media visual yang
ditinjau dari dua aspek, yaitu pengertian bahasa dan
membentuk suatu cerita dalam urutan-urutan gambar 5
yang berhubungan erat, dirancang untuk menghibur
tersebut dikarenakan komik memiliki kelebihan–
pembaca”. Komik memiliki nilai edukatif yang tidak
kelebihan sebagai berikut:
diragukan, pemakaian yang luas dengan ilustrasi
Peranan
berwarna, alur cerita dengan ringkasan dengan
instruksional
perwatakan orang yang realistis menarik semua anak
menciptakan minat peserta didik.
dari berbagai tingkat usia. Media komik dapat
Membimbing minat baca yang menarik pada
digunakan oleh guru dalam usaha membangkitkan
peserta didik.
minat, mengembangkan pembedaharaan kata dan
Melalui bimbingan dari guru, komik dapat
keterampilan membaca, serta untuk memperluas
berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan
minat baca.
minat baca.
Merujuk
pada
teori
diatas
maka
penulis
pokok
dari
adalah
buku
komik
dalam
kemampuannya
dalam
Komik menambah pembedaharaan kata-kata
berpendapat bahwa komik merupakan salah satu
pembacanya.
media pembejaran yang dapat digunakan oleh semua
Mempermudah anak didik menangkap hal-hal
anak dengan tingkatanusia yang beragam. Hal ini
atau rumusan yang abstrak.
dikarenakan
Dapat mengembangkan minat baca anak dan
tampilan
yang
menarik
dan
kesederhanaan alur cerita yang mempermudah
salah satu bidang studi yang lain.
pembaca memahami isi dari sebuah bacaan.Komik
Seluruh jalan cerita komik menuju pada satu hal
mempunyai keunggulan dalam menggabungkan dua
yakni kebaikan atau studi yang lain. (Novianti&
bentuk ekspresi budaya yaitu: literatur dan seni
Syaichudin, 2010: 78).
menggambar, sehingga membuat mereka dapat
Sejalan dengan pernyataan diatas, Sudjana
menjadi alat pendidikan (media pendidikan) yang
&Rivai (2003:64) menyatakan bahwa“komik
efektif.
dapat menjadi suatu media pembelajaran yang
Kata–kata dan ilustrasi mempunyai kekuatanyang
begitu menarik karena dapat diterapkan pada
sangat luar biasa untuk memaparkan suatu cerita dan
berbagai
untuk mengirimkan pesan. Salah satu ciri komik
diterapkan pada penjelasan yang sungguh–
yang menarik adalah fakta bahwa sang pembaca
sungguh dari pada sebagai hiburan semata”.
dapat menarik kesimpulan cerita, bahkan jika mereka
tidak
membacanya
secara
ilmu
Sudjana
langsung.
&
pengetahuan
Rivai
dan
seringkali
(2011:64)
juga
mengemukakan bahwa karakteristik komik dapat
Gambar–gambar membuat pesan lebih mudah
dirinci sebagai berikut:
disampaikan.Komik terdiri dari berbagai situasi
Komik terdiri atas berbagai situasi cerita
cerita
bersambung,
bersambung,
sifatnya
humoris,
cerita–
ceritanya singkat dan menarik perhatian serta
Komik bersifat humor,
dilengkapi dengan aksi.
Perwatakan lain dari komik harus dikenal agar
Komik bukan sekedar media hiburan tetapi
kekuatan medium ini bisa dihayati,
komik bisa menjadi media mendidik dan mengajar
Komik memusatkan perhatian di sekitar rakyat,
ilmu pengetahuan dan moral kepada siswa. Hal
Cerita pada komik mengenai diri pribadi sehingga pembaca dapat 6
segera mengidentifikasi dirinya melalui perasaan
informal unsur–unsur visualnya ditata sedemikian
serta tindakan dari perwatakan tokoh utamanya,
rupa seimbang tetapi tidak simetris.
Ceritanya ringkas dan menarik perhatian,
Garis
Dilengkapi dengan aksi bahkan dalam lembaran
Fungsi garis disini sebagai penuntun bagi
surat kabar dan buku–buku, dan
para pengamat (siswa), dalam mempelajari
Komik dibuat lebih hidup serta diolah dengan
rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi
pemakaian warna– warna utama secara bebas”.
pelajaran yang tersirat di dalam media visual yang ditunjukkan.
Keterbacaan Visual Komik Peranan
pokok
komik
sebagai
media
Bentuk
pembelajaran menurut Sudjana & Rivai (2011:68)
Bentuk dapat memberikan perhatian secara
adalah “kemampuan dalam menciptakan minat
khusus kepada media visual.
belajar siswa”.Sebagai media visual, agar dapat
Ruang
berfungsi
sebagaimana
yaitu
Ruang terbuka yang mengelilingi unsur–
dalam
unsur visual dan kata-kata akan menghindarkan
pengembangan komik kartun harus berpegang pada
kesan berdesakan. Hanya dengan pemanfaatan
beberapa hal sebagai berikut.
ruang secara hati–hati, berbagai unsur visual dari
mengoptimalkan
semestinya
pembelajaran,
maka
Kesederhanaan
sebuah rancangan media visual akan menjadi
Kesederhanaan dalam tata letak media
efektif.
pembelajaran tampak pada gambar yang cukup
Tekstur
besar
dan
jelas
penggambaran
rincian
pokoknya.Karena
ditunjukan
pada
Unsur visual yang memungkinkan timbul
media
suatu kesatuan kasar atau halusnya permukaan.
instruksional bersifat formal, maka unsur seni
Warna
dari penggambaran media itu harus dibatasi.
Pakailah warna dengan maksud memberikan
Keterpaduan
kesan pemisahan, penekanan keterpaduan unsur–
Keterpaduan mengandunng pengertian ada
unsur visual.
hubungan erat diantara berbagai unsur visual
METODE PENELITIAN
sehingga secara keseluruhannya berfungsi padu.
Jenis
Penekanan
penelitian
media
juga
penelitian
Menurut Sugiyono (2011:297) “metode R&D adalah
memerlukan
penekanan pada hanya satu unsur saja yang justru
metode
memerlukan titik perhatian dan minat siswa.
menghasilkan
Keseimbangan
keefektifan
Keseimbangan dan
mencakup keseimbangan
Sedangkan
produk produk
yang
digunakan
tertentu, tersebut”.
dan
untuk menguji
Produk
yang
dikembangkan adalah suatu media pembelajaran
informal.
berbentuk Media Pembelajaran Komik pada Materi Sistem Kearsipan.
unsur–unsur visualnya terbagi dua bagian yang sebangun.
penelitian
keseimbangan
Keseimbangan formal tampak pada susunan
sama
merupakan
pengembangan (Research and Development/R&D).
Penyajian
formal
ini
Penelitian pengembangan Media Pembelajaran
keseimbangan
Komik 7
pada
Materi
Sistem
Kearsipan
ini
menggunakan model pengembangan 4-D. Model
Metode analisis data yang digunakan untuk
pengembangan ini terdiri dari empat tahap yaitu
validasi pengembangan media pembelajaran komik
Tahap Pendefinisian (Define), Tahap Perancangan
diperoleh berdasarkan perhitungan Skala Likert:
(Design), Tahap Pengembangan (Develop), Tahap Penyebaran (Desseminate),
Tabel 1. Skala likert untuk media
(Trianto, 2012:93).
Kriteria
Nilai/Skor
Namun pengembangan ini hanya sampai pada tahap
Sangat baik
5
pengembangan, tahap keempat tidak dilakukan
Baik
4
Sedang
3
Tidak baik
2
Sangat tidak baik
1
kerena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Penelitian pengembangan media pembelajaran komik tersebut dipilih karena setiap tahap–tahapnya yang berurutan dan sistematis sehingga mudah untuk dipahami dalam perancangan proses pembuatan
Respon siswa diperoleh berdasarkan perhitungan
Media Pembelajaran Komik pada Materi Sistem
dengan menggunakan skala Guttman:
Kearsipan. Pelaksanaan penelitian pengembangan
Tabel 2. Skala Guttman untuk respon siswa
media pembelajaran komik ini dilakukan dengan
Kriteria
Nilai/Skor
cara mengujicobakan media pembelajaran komik
Ya(Y)
1
yang telah dikembangkan sehingga mampu menjadi
Tidak(T)
0
media pembelajaran yang lebih baik dan lebih menarik dari media pembelajaran sebelumnya yang
Dari kedua skala tersebut, untuk memperoleh
sudah ada.
prosentase kelayakan menggunakan rumus:
Uji coba terbatas dilakukan di SMKN 2 Blitar pada tanggal 6 Agustus 2014. Instrument yang digunakan peneliti untuk memperoleh data, yaitu: (1) lembar validasi media, (2) lember validasi materi, Dari hasil perhitungan validasi media dan materi
dan (3) lembar angket respon siswa.
dapat diinterprestasi sebagai berikut:
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi
Tabel 3. Interprestasi Skor untuk validasi tim ahli
tahap pendefisian, tahap perancangan, dan tahap pengembangan. Tahap pendefinisian meliputi: (1)
Prosentase
Nilai/Skor
analisis awal, (2) analisis tugas, (3) analisis konsep,
0%-20%
Tidak layak
dan (4) perumusan tujuan pembelajaran. Tahap
21%-40%
Kurang layak
perancangan
awal
41%-60%
Cukup layak
perangkat. Tahap pengembangan: (1) telaah I oleh
61%-80%
Layak
ahli media, (2) telaah II oleh ahli materi, (3) analisis
81%-100%
Sangat layak
penyusunan,
dan
desain
data telaah I dan II, (4) revisi I, (5) validasi oleh
Dari hasil perhitungan lembar angket respon
ahli media dan ahli materi, (6) uji coba terbatas, (7)
siswa dapat diinterprestasi sebagai berikut:
analisis data validasi dan uji coba terbatas, (8) laporan. 8
Table 4. Interprestasi Skor untuk respon siswa
mau
membaca
tanpa
perasaan
terpaksa/harus
dibujuk”.
Prosentase
Nilai/Skor
0%-20%
Tidak layak
21%-40%
Kurang layak
pembelajaran komik yang dilaksanakan oleh peneliti
41%-60%
Cukup layak
telah sesuai dengan model pengembangan 4-D yaitu
61%-80%
Layak
Define, Design, Develop dan Desseminate (Trianto,
81%-100%
Sangat layak
2012: 93). Namun pada penelitian ini hanya
Secara keseluruhan proses pengembangan media
dilakukan sampai tahap pengembangan (develop) Berdasarkan
kriteria
tersebut,
maka
media
saja, dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan
pembelajaran
komik
dikatakan
layak
apabila
biaya. Hasil pengembangan media pembelajaran
prosentase ≥ 61% dari semua aspek.
komik materi sistem kearsipan sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pendefinisian (Define)
Penyajian hasil pengembangan ini bertujuan
Pada tahap ini berbeda dengan penelitian yang
untuk menjawab rumusan masalah yang telah
terdahulu yang dilakukan oleh Indriana dan Ani
ditetapkan
akan
(2012) yang berjudul Pengembangan Komik Sebagai
disajikan merupakan serangkaian kegiatan/ proses
Media Pembelajaran Akuntansi pada Kompetensi
pengembangan
Dasar Persamaan Dasar Akuntansi untuk Siswa
sebelumnya.
Data-data
media
yang
pembelajaran
komik, dan
SMA Kelas XI hanya melakukan analisis kebutuhan,
implementasi media pembelajaran komik yang
sedangkan pada tahap pendefinisian pengembangan
dikembangkan.
media komik yang dilakukan peneliti terdiri dari
kelayakan
media
pembelajaran
komik,
beberapa tahap yaitu analisis siswa, analisis tugas,
Pengembangan media pembelajaran komik ini
anslisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran
menggunakan model 4-D dari Trianto yaitu define, design, develop dan desseminate. Namun pada
Pertama, peneliti melakukan analisis siswa, yaitu
penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap
siswa kelas X AP 1 di SMK Negeri 2 Blitar. Dari
pengembangan
hasil
(develop)
saja,
dikarenakan
analisis
siswa
diketahui
bahwa
siswa
mempunyai pengalaman awal tentang materi sistem
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. pembelajaran yang digunakan di kelas
kearsipan. Kedua, peneliti melakukan analisis tugas
AP1 SMK Negeri 2 Blitar saat ini adalah media
yaitu kumpulan prosedur untuk menentukan isi
pembelajaran papan tulis dan media cetak yang
materi dari media pembelajaran komik. Ketiga,
berupa text book sehingga mengurangi minat baca
peneliti melakukan
analisis konsep dengan cara
siswa, meskipun suadah ada variasi penambahan
mengidentifikasikan
konsep-konsep
ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang
dikembangkan dalam media pembelajaran komik.
cukup terhadap meningkatkan minat belajar.
Analisis konsep disusun berdasarkan silabus yang
Media
terperinci
Sudjana & Rivai (dalam Listiyani & Widayati,
mengenai
standar
yang
kompetensi
akan
dan
2012: 82) mengatakan bahwa “Komik merupakan
kompetensi dasar. Keempat, peneliti melakukan
suatu bentuk bacaan dimana peserta didik diharap
analisis tujuan pembelajaran. Analisis ini dilakukan untuk menggabungkan analisis tugas dan analisis 9
konsep menjadi tujuan pembelajaran yang terdapat
selanjutnya digunakan untuk penulisan laporan
dalam media pembelajaran komik
pengembangan media pembelajaran komik.
Perancangan (Design)
Kelayakan media pembelajaran komik pada
Pada tahap ini format yang digunakan adalah
materi sistem kearsipan pada siswa kelas X AP1
berdasarkan Trianto (2012: 95) yang terdiri dari
SMK Negeri 2 Blitar yang dikembangkan diukur
tahap pembuatan kerangka penyusunan media
dari lembar validasi para ahli yang terdiri lembar
pembelajaran komik yang meliputi penyusunan yang
validasi ahli media dan lembar validasi ahli materi.
terdiri dari menentukan ide cerita dan menyusun
Validator ahli media Ibu Triesninda Pahlevi, S.Pd,
karakter tokoh. Tahap selanjutnya adalah desain
M.Pd dosen Universitas Negeri Surabaya Jurusan
awal perangkat yang terdiri dari membuat sipnosis
Pendidikan Administrasi Perkantoran (ahli media 1)
cerita,
proses
dan Ibu Mardiana Sukendah, S.S dosen di Politeknik
computer, dan pencetakan dan penjilidan komik..
Sakti Surabaya dan juga pemilik perusahaan
Dari tahap ini diperoleh media pembelajaran komik
percetakan Nana Advertising Surabaya (ahli media
berupa draft 1.
2), sedangkan ahli materi terdiri dari dua orang guru
Tahap Pengembangan (Develop)
Administrasi Perkantoran dari SMK Negeri 2 Blitar
membuat
Setelah
draft
scenario,
1
storyboard,
dihasilkan
pada
tahap
yaitu Ibu Endang Sunarsih, S. Pd (ahli materi 1) dan
perancangan sebelumnya, selanjutnya dilakukan
ibu Erna Sulistyowati, S. Pd (ahli materi 2). Analisis
tahap pengembangan. Tahap ini diawali dengan
kelayakan pengembangan media komik berpedoman
telaah draf 1 oleh ahli media dan ahli materi (revisi
pada beberapa variabel menurut Walker & Hess
1) yang menghasilkan draft 2. Setelah diperoleh draft
(dalam Arsyad 2011: 175) yang terdiri kualitas isi,
2 selanjutnya dilakukan validasi oleh ahli media dan
kualitas intrusional, dan kualitas teknik. Variabel ini
ahli materi (revisi 2) yang kemudian menghasilkan
juga digunakan pada penelitian yang dilakukan
produk media pembelajaran komik. Produk ini yang
Didik dan Yuliani (2013) pada penelitiannya yang
digunakan untuk uji coba terbatas oleh 20 siswa
berjudul Pengembangan Media Komik IPA Terpadu
kelas X AP 1 di SMK Negeri 2 Blitar. Depdiknas
Tema Pencemaran Air Sebagai Media Pembelajaran
(2008:14) mengemukakan bahwa “ujicoba lapangan
untuk Siswa SMP Kelas VII.
adalah terdiri dari 20-30”. Hal ini sejalan dengan
PEMBAHASAN
penelitian yang dilakukan oleh Indriana dan Ani
Berdasarkan hasil validasi para ahli, data yang
(2012) berjudul Pengembangan Komik Sebagai
disajikan dianalisis menggunakan teknik analisis
Media Pembelajaran Akuntansi pada Kompetensi
deskriptif kuantitatif. Dimana analisis deskriptif
Dasar Persamaan Dasar Akuntansi untuk Siswa
kuantitatif
SMA Kelas XI juga menggunakan subjek penelitian
mengubah data berubah angka menjadi kalimat yang
sebanyak 24 siswa untuk memperoleh hasil respon
terdiri dari analisis data ahli media dan ahli materi .
siswa terhadap modul yang telah dikembangkan.
yaitu
cara
yang
digunakan
untuk
Analisis data dapat dilihat pada tabel 5 sebagai
Dari hasil validasi para ahli dan angket respon siswa
berikut:
dari uji coba terbatas dilakukan analisis data yang
10
Tabel 5 Validasi Pembelajaran Komik leh Ahli
media pembelajaran komik dinyatakan sangat layak
Media
sebagai media pembelajaran komik materi sistem
No 1
Variabel
Persentase
Kualitas Isi
92%
dan Tujuan 2
Kualitas
92,5%
Intruksional
Adapun analisis data ahli materi dapat dilihat
Kelayakan Sangat
pada table 6 sebagai berikut:
layak
Tabel 6 Validasi Pembelajaran komik oleh Ahli
Sangat
Materi
Layak
Kualitas
3
kearsipan ditinjau dari sisi media yang disajikan.
Kriteria
80%
Teknik
88,17%
Rata-rata
No
Layak
Variabel
1
Kriteria
Persentase
Kualitas Isi
Kelayakan
80%
layak
95,56%
Sangat
dan Tujuan
Sangat 2
layak
Kualitas Intruksional
Berdasarkan table 5 Analisis validasi media media pembelajaran komik oleh ahli media dapat
Kualitas
3
82,5%
Teknik
dilihat dari hasil lembar validasi ahli media dari kualitas isi dan tujuan diperoleh rata-rata 92%
Layak
Sangat
82,69%
Rata-rata
dengan kriteria sangat layak yang terdiri dari
Layak
layak
kesesuaian materi dan konsep 90%, kepentingan
Berdasarkan tabel 6 Analisis validasi media
ilmu pengetahuan 90%, kelengkapan materi dalam
media pembelajaran komik oleh ahli materi dapat
media 90%, penyajian antara isi dan media
dilihat dari hasil lembar validasi ahli materi dari
pembelajran komik sudah seimbang 100% dan
kualitas isi dan tujuan di dalam media pembalajaran
kesesuaian materi dengan SK, KD, dan tujuan
komik memperoleh rata-rata 80% dengan kriteria
pembelajaran
Intruksional
layak, yang terdiri dari ketepatan materi pada komik
memperoleh rata-rata 92,5% dengan kriteria sangat,
dengan konsep materi yang ad 80%, kesesuaian
yang terdiri dari memberikan kesempatan belajar
penjelasan materi dalam dengan kepentingan belajar
dengan membangun pengetahuan sendiri 90%,
80%, kelengkapan materi 80%, keseimbangan antara
ilustrasi dan visualilasi memberikan bantuan untuk
cerita dengan materi 80%, dan kesesuaian dengan
belajar
situasi
90%.
Kualitas
90%, media mendorong motivasi siswa
belajar
80%.
Kualitas
instruksional
100% dan media dapat digunakan sewaktu-waktu
memperoleh rata-rata 85,56% dengan kriteria sangat
90%. Kualitas teknik memperoleh 80% dengan
layak, yang terdiri dari
kriteria layak, yang terdiri dari keterbacaan huruf
belajar
dan bahasa visual sesuai dengan ejaan yang benar
kualitas
80%, kemudahan desain 80%, dan kualitas media
instruksionalnya 80%. Kualitas teknik memperoleh
pembelajaran komik 80%.
82,5% dengan kriteria sangat layak, yang terdiri dari
Hasil validasi media pembelajaran komik oleh
memberikan kesempatan
90%, memberikan banatuan belajar 90%, memotivasi
87,5%,
dan
fleksibel
bahasa visual sesuai dengan ejaan yang benar 80%,
ahli media diperoleh rata-rata persentase sebesar
kemudahan desain 90%, dan
88,17% maka pengembangan media pembelajaran
pembelajran komik 80%. 11
kualitas
media
Hasil validasi media pembelajaran komik oleh
dikembangkan dapat dilihat pada tabel sebagai
ahli materi diperoleh rata-rata persentase sebesar
berikut:
82,69% maka pengembangan media pembelajaran
Table 8 Analisis Uji Coba Terbatas Media
media pembelajaran komik dinyatakan sangat layak
Pembelajaran komik
sebagai media pembelajaran komik pada materi No
sistem kearsipan ditinjau dari sisi materi yang dimuat di dalamnya.
1
Sehingga analisis keseluruhan validasi dapat dilihat 2
Tabel 7 analisis keseluruhan validasi Variabel
1
Persentase
Kualitas Isi
80%
Kualitas
95,56%
Kualitas
82,5%
Teknik Rata-rata
Kualitas
Kriteria 3
Kelayakan
layak
95,56%
Sangat Layak
82,5%
Teknik
Layak
layak
Sangat
82,69%
layak
Sangat
Berdasarkan tabel 8 Analisis uji coba terbatas
Layak
media media pembelajaran komik berdasarkan respon siswa dapat dilihat dari hasil lembar respon
Layak
siswa 82,69%
80%
Kualitas
Rata-rata
Intruksional 3
Kualitas Isi
Kelayakan
Intruksional
dan Tujuan 2
Kriteria
Persentase
dan Tujuan
pada tabel 7 sebagai berikut:
No
Variabel
dari
kualitas
isi
dan
tujuan
media
Sangat
pembelajaran komik memperoleh 100% dengan
layak
kriteria sangat baik, yang terdiri dari ketepatan
Berdasarkan tabel 7 Analisis keseluruhan validasi
materi 100%, dan kesesuaian alur cerita dengan
media media pembelajaran komik dapat dilihat dari
materi 100%. Kualitas intruksional di dalam media
hasil rata-rata validasi ahli media diperoleh kriteria
pembelajaran komik memperoleh 77% dengan
sangat layak dengan persentase 88,17%, rata-rata
kriteria baik, yang terdiri dari membantu dalam
validasi ahli materi diperoleh kriteria sangat layak
mempelajari materi 77,5%, penggunaan media
dengan persentase 82,69%.
pembelajaran komik menarik, menyenangkan dan
Kriteria kelayakan modul juga diperoleh dari
memotivasi 76,67%. Kualitas teknik memperoleh
hasil analisis lebar respon siswa pada uji coba
91,67% dengan criteria sangat baik, yang terdiri dari
terbatas yang dilakukan pada 20 siswa XI AP1 SMK
kemudahan bahasa dan kejelasan huruf
Negeri 2 Blitar untuk mengetahui respon siswa
kemudahan menggunakan media 80%, dengan rata-
terhadap media pembelajaran komik pada materi
rata 91,67% dan dikatakan sangat layak.
97,5%,
sistem kearsipan yang telah dikembangkan. kriteria
Hasil uji coba terbatas media pembelajaran
kelayakan ini juga mengacu pada beberapa variable
komik diperoleh rata-rata persentase sebesar 89,56%
yaitu kualitas isi dan tujuan, kualitas intruksional,
maka pengembangan media pembelajaran komik
dan kualitas teknik. Hasil respon siswa terhadap
dinyatakan sangat baik sebagai media pembelajaran
media
administrasi
pembelajaran
komik
yang
talah
perkantoran
pada
materi
sistem
kearsipan. Penalitian sejenis juga dilakukan oleh 12
Didik dan Yuliana (2013: 73) yang berjudul
hasil validasi media sebesar 88,17%, yang terdiri
Pengembangan Media Komik IPA Terpadu Tema
dari kualitas isi dan tujuan 92%, kualitas intruksional
Pencemaran AIR Sebagai Media Pembelajaran
92,5%, dan kualitas teknik 80%. Rata-rata persentase
Untuk Siswa SMP Kelas VII. Analisis kelayakan
hasil validasi materi sebesar 82,69%, yang terdiri
media komik berdasarkan angket respon siswa yang
dari,
berjumlah 15 siswa menunjukan rata-rata persentase
intruksional 85,56%, dan kualitas teknik 82,5%.
sebesar 92,7% hasil angket siswa memberikan
Hasil
respon yang baik terhadap media komik yang telah
dihitung rata-rata keseluruhan persentase sebesar
dikembangkan
85,43%
PENUTUP
pembelajaran komik pada materi sistem kearsipan
Simpulan
yaitu sangat layak yang artinya media pembelajaran
kualitas
isi
persentase
dengan
dan
tujuan
validator
80%,
tersebut
kriteria
kualitas
kemudian
kelayakan
media
dan
komik pada materi sistem kearsipan pembelajaran
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
dinyatakan sangat layak digunakan sebagai media
disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :
pembelajaran untuk kelas X AP1 SMK Negeri 2
Berdasarkan
Media
hasil
pengembangan
Blitar.
pembelajaran yang digunakan di kelas ada
Hasil respon siswa pada uji coba terbatas juga
pengembangan adalah media pembelajaran papan
berpedoman pada beberapa variabel kelayakan yaitu
tulis dan media cetak yang berupa text book
kelayakan isi dan tujuan, kualitas intruksional, dan
sehingga mengurangi minat baca siswa, meskipun
kualitas teknik. Dari segi kelayakan isi dan tujuan
suadah ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum
memperoleh prosentase sebesar 100%, segi kualitas
memberikan
intruksional dengan persentase sebesar 77%, dan
AP1
SMK
Negeri
pengaruh
1
Blitar
yang
sebelum
cukup
terhadap ada
segi kualitas teknik sebesar 91,67%, kemudian
pengembangan media pembelajaran komik minat
dihitung rata-rata persentase keseluruhan sebesar
baca siswa meningkat dapat dilihat dari respon siswa
89,56%
yang
media
pembelajaran komik pada materi sistem kearsipan
pembelajaran komik pada materi sistem kearsipan
sangat baik. Berdasarkan analisis keseluruhan respon
menggunakan model pengembangan 4-D yaitu tahap
siswa dapat disimpulkan bahwa respon siswa kelas
pendefinisian (Define), tahap perancangan (design),
X
tahap
meningkatkan
sngat
minat
belajar.
baik.
Setelah
Pengembangan
AP1
dengan
SMK
kriteria
Negeri
kelayakan
2
Blitar
media
terhadap
dan
tahap
pengembangan media pembelajaran komik pada
tetapi
dalam
materi sistem kearsipan sangat baik dan sudah
penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap
memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai media
pengembangan (develop) karena keterbatasan waktu
pembelajaran di SMK Negeri 1 Surabaya.
dan biaya penelitian sehingga tidak sampai pada
Saran
pengembangan
penyebaran
(develop),
(dessiminate).
Akan
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti
tahap penyebaran (disseminate). Hasil kelayakan media pembelajaran komik pada
memberikan saran yang terkait dengan penelitian
materi sistem kearsipan diperoleh dari hasil validasi
pengembangan media pembelajaran komik pada
media dan hasil validasi materi. Rata-rata persentase
materi sistem kearsipan sebagai berikut: 13
Media pembelajaran komik pada materi sistem
Madiana, Gina. 2004. Mengerjakan Pengarsipan
kearsipan ini hanya dikembangakan mulai tahap
Surat dan Dokumen Kantor. Bandung:Armico.
pendefinisian (define), perancangan (design), dan pengembangan
(develop).
Tahap
Mediawati, Elis. 2011. Pembelajaran Akuntansu
penyebaran
Keuangan
(disseminate) tidak dilakukan karena keterbatasan
Meningkatkan
waktu dan biaya yang dilakukan oleh peneliti. Sehingga,
peneliti
selanjutnya
yang
menyarankan ingin
bagi
melakukan
Novianti,
penelitian
kearsipan
penelitian
sejenis
Jurnal
Riska.
Syaichudin,
M.
2010.
Bentuk Soal Cerita Bab Pecahan pada Siswa Kelas V SDN Ngembung. Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10, No. 1.
sehingga
Penggunti. 2009. Media Pembelajaran Komik .
disarankan untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
Mahasiswa.
Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman
kearsipan yang dikembangkan hanya terbatas pada sistem
Untuk
Pengembangan Media Komik Pembelajaran
Media pembelajaran komik pada materi sistem
yaitu
Prestasi
Komik
peneliti
penelitian sampai pada tahap penyebaran.
materi
Media
Penelitian Pendidikan, Vol. 12, No. 1.
pengembangan agar mampu untuk melakukan
satu
Melalui
untuk
(http://punggeti.blogspot.com/2009/07/media-
mampu
mengembangkan lebih dari satu materi sesuai
pembelajaran-komik.html
dengan kompetensi dasar yang berlaku di sekolah
Maret 2014)
agar materi dapat tersampaikan seluruhnya kepada
diakses
tanggal
7
Purwanto, D. Yuliani. 2013. Pengembangan Media
siswa.
Komik
DAFTAR PUSTAKA
Airsebagai Media Pembelajaran Untuk Siswa
Aqib, Zainal. 2002. Guru dan Profesionalisme.
Smp Kelas Vii. Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 01,
Riduwan.
Arief S. sadiman, dkk. (2006). Media Pendidikan: pengembangan,
dan
Rubertus
2012.
Skala
Pengukuran
Variabel-
Angkowo
dan
A.
Kosasih.
2007.
Grasindo.
Rajawali Pers.
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., &
Azhar Arsyad. (2006). Media Pengajaran. Jakarta:
Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian,
PT Raja Grafindo Persada..
Pengembangan
Pencemaran
Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta. PT.
Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta :
Indriana.
Tema
Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
manfaat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Listiyanti,
Terpadu
No. 01.
Jakarta. Pustaka Pelajar.
Pengertian,
Ipa
Widayanti, Komik
Ani.
Sebagai
pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1.
2012.
Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Media
Sadiman, Arif. S. 2005. Media Pendidikan.Jakarta:
Pembeljaran Akutansi Pada Kompetensi Dasar
PT Raja Grafindo Persada.
Persamaan Dasar Akutansi Untuk Siswa SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. X, No. 2.
14
Sadiman, A. S, dkk. 2007. Media Pendidikan: pengertian,
Pengembangan,
dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Santyasa,
I.
Pembelajaran
Wayan. Inovatif.
(2007).
Model-Model
Makalah.
Disajikan
dalam pelatihan PTK bagi guru Nusa Penida. Http://digilib.unnes.ac.id//. Diakses pada 3 Maret 2014. Slameto. (2003). Belajar dan factor factor yang mempengaruhi. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Implementasinya
Konsep, Pada
Landasan,
Kurikulum
dan
Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
15