PENGEMBANGAN LABORATORIUM BUDAYA SUKU TENGGER UNTUK MEWUJUDKAN SISTEM PEMERINTAHAN DESA YANG BAIK (GOOD VILLAGE GOVERNANCE) Dani Harianto1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Wisnuwardhana Malang Jl. Danau Sentani 99 Kota Malang
Abstraksi : Dalam negara demokrasi, kepemimpinan merupakan suatu aspek pokok dalam menentukan berjalannya sistem pemerintahan yang baik (good gavernance).Selain itu juga dibutuhkan beberapa faktor pendukung lainnya yang dapat membantu sistem pemerintahan dapat berjalan dengan baik.Yaitu dengan adanya keterlibatan dari masyarakat untuk turut menentukan kebijakan pemerintah baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, maupun budaya sebagai wujud dari kearifan lokal (local wisdom) yang dapat digunakan untuk menakar adanya tata pemerintahan yang baik (good governance).Dengan demikian ada keseimbangan peran antara pemerintah dan masyarakat secara langsung untuk menentukan kemajuan daerahnya.Di Tengger dikenal adanya dua pola kepemimpinan, yaitu kepemimpinan formal yang dipimpin oleh pemerintah Desa dan kepemimpinan non formal yang dipimpin oleh dukun adat sebagai kepala adat.kedua pola kepemimpinan tersebut mempunyai peran masing-masing khususnya dalam mewujudkan tata kepemerintahan desa yang baik (good village governance) melalui kearifan lokal (local wisdom). Dengan demikian masyarakat dapat mengembangkan laboratorium budaya ditengah-tengah ajeg Tengger yang masih kental sebagai wujud kearifan lokal masyarakat adat Tengger. Kata kunci: laboratorium budaya, suku Tengger, pemerintahan desa, good village governance.
1
Alamat Korespondensi :
[email protected]
59 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
A. PENDAHULUAN
Belanda, ia sangat mengagumi orang Teng-
Indonesia sebagai Negara yang me-
ger. Ia mengemukakan bahwa pada saat ber-
nganut sistem pemerintahan demokrasi. Di-
kunjung ke tempat yang sejuk itu, ia melihat
mana suara rakyat merupakan kebutuhan
orang Tengger yang hidup dalam suasana
wajib dalam menjalankan pemerintahan ne-
damai, teratur, tertib, rajin bekerja, dan sela-
gara. Namun, seiring berjalannya waktu ben-
lu gembira. Mereka tidak mengenal judi dan
tuk demokrasi langsung dianggap sangat ti-
candu. Ketika Raffles bertanya tentang per-
dak efisien dalam menjalankan roda peme-
zinahan, perselingkuhan, pencurian, atau
rintahan. Sistem ini membuat setiap rakyat
jenis-jenis kejahatan lainnya, mereka yang
dapat mewakili dirinya sendiri dalam memi-
biasa disebut sebagai orang gunung itu
lih suatu kebijakan sehingga mereka ber-
menjawab bahwa hal-hal tersebut tidak
pengaruh langsung terhadap keadaan politik
ditemui di Tengger.2 Hal ini tentu tidak lepas
yang terjadi.Akhirnya demokrasi perwakilan
dari pola kepemimpinan yang dilaksanakan
dianggap sebagai alternatif yang terbaik.
oleh para pemimpin setempat, baik pemim-
Seringkali dalam melaksanakan demokrasi perwakilan, kebijakan wakil rakyat
pin formal dan pemimpin adat sebagai penunjang pemimpin formal.
terkadang tidak mampu mengartikan isi hati
Kepemimpinan merupakan pokok dari
rakyat. Akhirnya, rakyat memilih untuk me-
dicapainya suasana damai, tenteram, aman,
laksanakan aksi demonstrasi, rakyat turun ke
dan penuh toleransi di lingkungan masyara-
jalan sambil mengungkapan aspirasi mereka.
kat Tengger. Ada dua model kepemimpinan
Apabila dilihat realita yang berkembang se-
di dalam masyarakat Tengger diantaranya
karang, demonstrasi acap kali mewarnai
adalah kepemimpinan struktural formal dan
berjalannya roda pemerintahan.
kepemimpinan non formal yang keduanya
Ditengah-tengah krisis kepercayaan
mempunyai tugas dan fungsi masing-ma-
yang terjadi pada masyarakat terhadap para
sing. Pemimpin formal adalah pemerintah
wakil rakyat sebagai pemimpin, masyarakat
daerah yang berada di daerah Tengger misal-
Tengger dalam hal ini tidak terpengaruh sa-
nya pemerintah desa, sedangkan pemimpin
ma sekali pada kondisi tersebut. Masyarakat
non formal adalah Dukun adat Tengger yang
Tengger sangat menghormati pemimpinnya
berada di masing-masing desa di wilayah
dan taat atas segala peraturan yang ada. Pada waktu Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai Gubernur Jendral di masa Hindia-
2
Ayu Sutarto, 2006, Sekilas Tentang Masyarakat Tengger, Makalah disampaikan pada acara pembekalan Jelajah Budaya yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, h.1
60 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
kaldera Tengger. Pemimpin formal biasanya
kum adat beserta hak-hak tradisionalnya
disebut pak Tinggi atau pak Inggi dan
selama masih hidup dan sesuai dengan per-
pemimpin non formal atau pemimpin adat
kembangan masyarakat dan prinsip Negara
biasanya disebut pak Dukun.3
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
Menurut Pasal 1 ayat (5) Peraturan
dalam undang-undang”.
Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 2 Tahun
Wilayah Tengger khususnya Kecama-
2010 tentang Kerjasama Desa (Lembaran
tan Tosari kabupaten Pasuruan yang mem-
Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2010
punyai delapan desa diantaranya Wonokitri,
Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah
Ngadiwono, Sedaeng, Baledono, Tosari,
Kabupaten Pasuruan Nomor 223) “Pemerin-
Podo-koyo,
tahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Ka-
pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan
bupaten Pasuruan Kecamatan Tosari mem-
Badan Permusyawaratan Desa dalam me-
punyai luas wilayah berdasarkan penggu-
ngatur dan mengurus kepentingan masya-
naannya adalah 472, 89 Ha, dan mempunyai
rakat setempat berdasarkan asal usul dan
jumlah penduduk sekitar 18.485 jiwa.Setiap
adat istiadat setempat yang diakui dan
Desa di Kecamatan Tosari masing-masing
dihormati dalam sistem Pemerintahan Ne-
dipimpin oleh Kepala Desa dan masing-
gara Kesatuan Republik Indonesia”. Di sisi
masing Desa mempunyai Dukun adat.4
Mororejo,
dan
Kandangan.
lain, Dukun adat adalah kepala adat suku
Keberadaan Dukun adat di wilayah
Tengger yang memimpin adat istiadat
Tengger sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Tengger dalam setiap upacara adat. Dalam
untuk menunjang kepemimpinan formal da-
melaksanakan tugasnya Dukun adat dibantu
lam mewujudkan demokrasi lokal yang
oleh legen dan sepuh. Betapa pentingnya
sesuai dengan pola kultural masyarakat
peran Dukun adat di Tengger dalam setiap
Tengger. Masyarakat Tengger yang kaya
pelaksanaan upacara-upacara adat Tengger.
akan adat istiadat dan budaya yang masih
Secara filosofis keberadaan Dukun adat
mempertahankan nilai-nilai luhur nenek
ditunjang oleh Pasal 18A ayat (2) Undang-
moyangnya.
undang Dasar Negara Republik Indonesia
semakin meng-gerus zaman, mereka enggan
Tahun 1945 “Negara mengakui dan meng-
untuk meninggalkan adat istiadatnya baik
hormati kesatuan-kesatuan masyarakat hu3Ellyne Dwi Poespasari, 2007, Kedudukan dan Hak Anak Angkat Dalam Masyarakat Hukum adat Tengger, Dialektika, Vol . 5, No. 1, Mei 2007, h. 49
4
Meskipun
era
globalisasi
Santiasa, 2012, Entas-Entas Tengger (Sepenggal Cerita dari Perjalanan),
(13 Desember 2012)
61 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
dalam bermasyarakat maupun bernegara.
merupakan pimpinan dari pemerintah
Masyarakat Tengger menganggap pemimpin
desa. Kepala Desa mempunyai tugas me-
adalah guru yang perlu ditaati dan berbakti
nyelenggarakan urusan pemerintahan,
kepada pemimpin adalah sebuah kewajiban.5
pembangunan,
dan
kemasyarakatan.6
Masyarakat Tengger mempunyai pe-
Menurut Pasal 52 Peraturan Pemerintah
mimpin formal yakni kepala Desa dan pe-
Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ma-
mimpin non formal yaitu Dukun adat
sa jabatan Kepala Desa adalah enam
sebagai kepala adat Tengger. Masing-
tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk
masing pemimpin mempunyai tugas sesuai
satu kali masa jabatan berikutnya. Kepa-
dengan fungsinya. Kepala Desa sebagai
la Desa tidak bertanggung jawab kepada
pemimpin formal mengemban tugas-tugas
Camat, namun Camat hanya sebagai
pemerintahan, sedangkan Dukun adat seba-
koordinator.
gai pemimpin adat melaksanakan dan men-
1) Pemilihan kepala Desa
jaga tradisi budaya setempat. Kedua pe-
Pemilihan Kepala Desa di
mimpin tersebut saling menunjang sehingga
Tengger diadakan bilamana Kepala
terlaksana demokrasi yang sesuai dengan
Desa yang lama sudah berhenti.
kultur masyarakat setempat.
Menurut Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa Kepala Desa berhenti karena
A. Pembahasan 1. Potret Model Pelembagaan Pemerin-
meninggal dunia, permintaan sendiri,
tahan Desa di Masyarakat Tengger
atau karena diberhentikan. Menurut
a. Pelembagaan Formal Pemerintahan
Pasal 203 ayat (1) Undang-undang
Desa
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pe-
Pemerintahan formal pada masya-
merintahan Daerah mengisyaratkan
rakat di Tengger sama seperti yang lain-
pemilihan kepala desa diatur dalam
nya yakni memiliki pemerintahan admi-
peraturan daerah yang berpedoman
nistratif yang dipimpin oleh kepala Desa.
pada peraturan pemerintah.
Secara administratif Kepala Desa bertu-
Ada yang berbeda pada saat
gas untuk mengatur berbagai hal yang
pemilihan Kepala Desa di Tengger.
berada di wilayah Desa. Kepala Desa
Calon Kepala Desa di wilayah Tengger dalam proses pembiayaan untuk
5
Wawancara dengan Subin Asmoro di kediamannya dusun Telogosari Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, tanggal 24 November 2012.
6
Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, tentang Desa.
62 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
pemilihan dibiayai oleh masyarakat.7
Peraturan Desa setelah mendapat
Dengan sukarela masyarakat Teng-
persetujuan bersama BPD (Badan
ger mengumpulkan dana untuk me-
Perwakilan Desa), yang dibentuk
laksanakan pemilihan Kepala Desa.
dalam rangka penyelenggaraan oto-
Sehingga diharapkan Kepala Desa
nomi desa. Peraturan Desa meru-
yang terpilih tidak melakukan penye-
pakan penjabaran lebih lanjut dari
lewengan atau lalai dalam menja-
peraturan perundang-undangan yang
lankan tugasnya sebagai pemimpin,
lebih tinggi. Sehubungan dengan hal
pamomong (pembina), dan panutan
tersebut, sebuah Peraturan Desa dila-
(teladan) masyarakat.
rang bertentangan dengan kepenting-
Kepala Desa yang terpilih se-
an umum. Peraturan Desa juga dila-
lain dilantik oleh Bupati juga diku-
rang bertentangan dengan peraturan
kuhkan melalui upacara adat dan
perundang-undangan yang lebih ting-
walagara. Walagara untuk Kepala
gi kedudukannya.
Desa yang baru merupakan upacara
Prinsip-prinsip umum tentang
untuk menyatukan antara Kepala
pembentukan peraturan desa antara
Desa dan danyang Desa. Upacara ini
lain: a. Partisipasi warga masyarakat
dipimpin oleh Kepala adat atau
desa, merupakan hal penting untuk
Dukun yang berkedudukan sebagai
mengetahui kebutuhan masyarakat
sulinggih di Desa setempat.Setelah
terhadap pentingnya suatu peraturan
prosesi upacara walagara dan pengu-
desa yang akan dibuat; b. Transpa-
kuhan adat barulah Kepala Desa da-
ransi artinya proses pembentukan
pat menjalankan tugasnya sebagai
peraturan tidak sembunyi-sembunyi
pemimpin Desa.8
akan tetapi harus terbuka; c. Tidak
2) Pembentukan peraturan
bertentangan dengan ketentuan pe-
Dalam menjalankan tugasnya,
rundang-undangan yang berada di
Kepala Desa berhak menetapkan
atasnya; d. Peraturan desa harus disusun oleh pejabat yang berwenang yaitu Kepala Desa dan BPD (Badan
7
Wawancara dengan Sudiro Camat Tosari Kabupaten Pasuruan di kediamannya Perumahan Keboncandi Blok C Nomor 2 Kecamatan Gondang Wetan Kabupaten Pasuruan, tanggal 3 Februari 2013. 8 Wawancara dengan munali dukun adat Desa Tosari di kediamannya dusun Kertoanom Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, tenggal 25 desember 2012.
Perwakila Desa).9 9
Moh. Fadli dkk., 2011, Pembentukan Peraturan Desa Partisipatif (Head To A Good Village Governance), Malang: UB Press, h. 86
63 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
Selain itu setiap Peraturan De-
Masyarakat Tengger dengan adat
sa juga harus memenuhi asas tujuan
yang masih dipengang sangat kuat dalam
hukum, yakni asas manfaat, asas ke-
menentukan pemimpin yang menerima
pastian hukum, dan asas keadilan.
warisan budaya dari nenek moyang.
3) Kepatuhan masyarakatnya
Adat yang berlaku biasanya mengguna-
Dalam bermasyarakat orang
kan hukum yang tidak tertulis (konvensi)
Tengger dikenal sangat taat terhadap
yang mengatur setiap kehidupan warga-
segala aturan yang ada.Ketaatan ini
nya agar tertib dan teratur sesuai norma
dapat dilihat dari kehidupan sehari-
kebiasaan yang berlaku. Menurut van
harinya. Orang Tengger menganggap
Vollenhoven sebagaimana dikutip oleh
pemimpin adalah guru yang perlu
Hilman Hadikusuma11 hukum adat ada-
dijadikan teladan dan patut untuk di-
lah sejajar dengan ilmu hukum yang lain.
taati.
10
Sehingga menjadikan masya-
Konsep kekuasaan adat yang dija-
rakat Tengger mempunyai tanggung
lankan oleh pemimpin tradisional pada
jawab moral untuk berbakti kepada
umumnya beragam, menyesuaikan de-
pemimpinnya.
ngan tempat, waktu, dan kedudukannya.
b. Model Pelembagaan Informal Pemerintahan Desa
Mengingat masyarakat Tengger yang terletak di pedesaan yang terpencil, maka
Hampir semua kebudayaan meng-
dapat dipelajari dari kesatuan wilayah
hasilkan sikap-sikap tertentu yang dise-
sebuah desa yang merupakan kesatuan
ragamkan terhadap persoalan-persoalan
keagamaan dan politik dari sistem nilai
yang paling mendalam, salah satunya
yang terdiri atas ide, pengetahuan, taha-
adalah kepunahan dan kematian dari
yul, adat istiadat, dan mitos.
kebudayaan tersebut. Semua kebudayaan
Seorang pemimpin apapun wujud-
diatur sedemikian rupa untuk dapat me-
nya, dimanapun letaknya akan selalu
nyelamatkan solidaritas kelompok de-
mempunyai beban untuk mempertang-
ngan cara memenuhi tuntutan semua
gungjawabkan kepemimpinannya.12 Pe-
orang, misalnya merubah pola hidup dan
mimpin yang baik merupakan pemimpin
struktur lingkungan yang lebih teratur
yang lebih banyak bekerja daripada
yang memungkinkan untuk melaksanakan kebutuhan-kebutuhan vital.
10
Op.Cit., (Wawancara dengan Subin Amoro)
11
Hilman Hadikusuma, 2003, Pengantar ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju, Bandung, h. 12 12 Miftah Thoha, 2001, Kepemim-pinan dalam Manajemen (Suatu Pendekatan Perilaku), Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 1
64 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
berbicara, lebih banyak memberikan
masyarakat. Seorang pemimpin yang
contoh-contoh yang baik dalam kehidu-
mempunyai integritas dalam memana-
pannya, daripada berbicara muluk-muluk
jemen dan memimpin didasarkan atas
tanpa ada bukti dan lebih banyak ber-
sifat, kapabilitas, kepercayaan, pengala-
orientasi kepada bawahan dan kepen-
man, kesadaran pada dirinya, interaksi
tingan umum dibandingkan mengurus
baik dengan masyarakat yang dipimpin
kepentingan pribadinya.
maupun dengan orang lain, dan kondisi
Pemimpin tradisional dapat ber-
organisatoris sehingga berpengaruh ter-
pengaruh positif maupun negatif dalam
hadap tindakan seorang pemimpin dalam
peranan sosialnya di tengah masyarakat.
melaksanakan tugasnya sebagai pemim-
Status sosial pada pemimpin tradisional
pin.14 Pemimpin tradisional yang berada
pada umumnya dicapai karena faktor
di masyarakat Tengger adalah Dukun
keturunan, kekayaan, taraf pendidikan,
adat yang berperan penting dalam me-
pengalaman hidup, kharismatik, ataupun
laksanakan upacara keagamaan. Dalam
jasa-jasanya yang telah diberikan kepada
menjalankan tugasnya Dukun adat mem-
masyarakat.13 Sehingga dapat disimpul-
punyai lembaga berfungsi sebagai lem-
kan bahwa pemimpimpin tradisional ti-
baga adat yang mewadahi ketua dan
dak melalui penunjukan formal legitimi-
pengurus adat. Struktur kepengurusan
tas sebagai pemimpin, sedangkan ma-
lembaga dukun adat terdiri dari: 1. Du-
syarakat menunjuk dan mengkuinya se-
kun Adat, ketua adat yang mengurusi
bagai pemimpinnya, tidak mempunyai
upacara adat di Desa Wonokitri; 2. Le-
Dukungan dari organisasi-organisasi for-
gen, bertugas untuk membuat sesajian
mal, tidak dapat dimutasikan atau di-
dan mendoakan sesajian pada saat upa-
promosikan atau bila saja mempunyai
cara adat; 3. Sanggar; dan 4. Sepuh.15
kesalahan tidak dapat dihukum tetapi
Sebagai kepala adat, Dukun adat
akan ditinggalkan oleh kelompok dan
mempunyai fungsi spiritual dan fungsi
pengikutnya.
sosial.Fungsi spiritual Dukun adat yaitu
Kepemimpinan merupakan fungsi 14
kualitas seorang individu, bukan dari situasi, teknologi maupun Dukungan dari 13
Kartini Kartono, 2001, Pemimpin danKepemimpinan (apakah Pemimpin Abnornal itu?), Edisi baru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 9-10
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, 2010, Enterpreneurship Kaum Sarungan, Jakarta: Khalifa, h. 89 15 Dianing Primanita Ayuninggar dkk., 2011,Kearifan Lokal Masyarakat Suku Tengger dalam Pemanfaatan Ruang dan Upaya Pemeliharaan Lingkungan, (13 Desember 2012)
65 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
memimpin upacara adat. Sedangkan
ngenalan kepada masyarakat dan ma-
fungsi sosialnya adalah sebagai mediator
khluk halus.18
antara masyarakat dan urusan yang ber-
1) Pemilihan kepala adat
hubungan dengan pemerintahan. Selain
Masyarakat Tengger mengenal
itu, Dukun adat juga mempunyai kewe-
pemimpin adat yang biasa disebut
nangan tertentu dalam pengambilan ke-
Dukun adat. Pemilihan Dukun adat
putusan, aturan, sanksi, atau denda sosial
dilakukan dengan beberapa tahapan
bagi pelanggar peraturan dan hukum
dan persyaratan untuk menjadi Du-
adat. Sebagai contoh kewenangan Dukun
kun Tengger, antara lain:19 a. Harus
adat dalam pengambilan keputusan ada-
memiliki kepribadian yang baik; b.
lah pada saat terjadi bencana alam, Du-
Harus menghafal mantera-mantera;
kun adat berhak menentukan kapan ma-
c. Harus sudah berkeluarga; d. Harus
syarakatnya harus mengungsi atau tetap
berasal dari masyarakat Tengger; e.
mendiami desa.16
Diajukan oleh masyarakat; f. Mengi-
Dukun adat Tengger berperan da-
kuti Mulunen (ujian Dukun); g. Ber-
lam segala pelaksanaan upacara adat,
sih diri
baik mengenai upacara perkawinan, upa-
Sebelum menuju gunung Bromo un-
cara kematian, membimbing pemuda
tuk ritual Kasodo dan mulunen, Du-
dalam memahami hindu, menyimpan
kun melakukan semeninga dirumah-
benda keramat, konsultan masalah adat
nya. Semeninga adalah persiapan un-
(hajatan dan menikahkan), dan menjaga
tuk upacara-upacara bertujuan untuk
masyarakat atau kegiatan-kegiatan adat
memberitahu para dewa-dewa bahwa
lainnya. Dukun sebagai tempat bertanya
upacara Kasodo akan dimulai. Ke-
untuk mengatasi kesulitan ataupun ber-
mudian satu hari setelah itu baru
bagai masalah kehidupan yang dialami
sebelum para Dukun turun sampai la-
oleh masyarakat.17 Dukun juga berfungsi
ut pasir mereka melakukan semeni-
sebagai pengukuh kepala Desa, saat
nga lagi. Setelah itu para Dukun dan
kepala Desa baru dilantik Dukun Tengger mengadakan ritual walagara yaitu ritual pengukuhan kepala Desa dan pe-
16Ibid. 17
Op.Cit., (Simanhadi Widyapra-kosa, 2006), Mengenal Masyarakat Tengger(4)
18
Wawancara dengan munali di kediamannya dusun Kertoanom Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, tenggal 25 desember 2012. 19 VikiHamzah, 2010,Nilai-Nilai De mokrasi dalam Pemilihan Kepala Adat Masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo, (5 Februari 2013)
66 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
calon Dukun berjalan menuju Pura
istiadatnya. Sehingga dalam berma-
Luhur Poten yang terletak di kaki
syarakatpun sering menerapkan atu-
Gunung Bromo.20 Di Pura inilah ca-
ran-aturan adat melalui musyawarah
lon Dukun akan melakukan ujian,
antara tokoh-tokoh adat.Tidak ada
ujian tersebut disebut mulunen.
norma atau aturan adat yang ditulis-
Mulunen adalah ujian pengu-
kan melainkan atas kesepakatan ber-
capan mantera yang tidak boleh
sama.Meski tidak tertulis, hukum
terputus ataupun lupa, jika sampai
adat ini sudah terpatri di benak
terputus dalam pengucapannya atau
masyarakat Tengger.
lupa maka calon Dukun tersebut
3) Kepatuhan masyarakat terhadap
tidak dapat dikukuhkan menjadi seo-
pemimpin informal
rang Dukun dan harus mengulang di
Di dalam lingkungan masya-
tahun berikutnya jika masih ingin
rakat Tengger para Dukun merupa-
menjadi Dukun.Ujian mulunen dila-
kan kelompok masyarakat yang men-
kukan pada saat upacara Kasada.
duduki kelas sosial yang tinggi. Me-
Dukun di lingkungan masyarakat
reka ini adalah orang-orang yang
Tengger dianggap sebagai orang
menguasai adat istiadat, kepercayaan
terpandang yang selalu dihormati
yang telah dianut dan diyakini oleh
oleh seluruh warga dimana tidak
warga
sembarang orang dapat menduduki
heran apabila setiap tingkah laku
jabatan tersebut. Seorang Dukun
Dukundijadikan panutan bagi anggo-
memiliki jabatan yang tidak diten-
ta masyarakat, dengan demikian ma-
tukan dan jabatan tersebut akan di-
ka orang-orang yang menjadi suri
gantikan manakala Dukun tersebut
tauladan masyarakat Tengger adalah
sudah tidak mampu menjalankan
para Dukun dan pembantu-pemban-
tugasnya dan memutuskan untuk
tunya.Hal ini menjadikan Dukun
berhenti.
dapat dianggap sebagai orang-orang
2) Pengaturan adat
terpandang di lingkungan masyarakat
Masyarakat Tengger sangat kuat 20
dalam
memegang
adat
ReniOktaviati, 2010, Kebudayaan Tengger, (5 Februari 2013)
masyarakat.Sehingga
tidak
Tengger. Sehingga para Dukundapat dijadikan ujung tombak dari pelestarian adat dan budaya di Tengger.
67 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
Dalam upacara Kasada, faktor
nangan dunia. Hal ini bermakna
kepatuhan nampak pada masyarakat
seorang pemimpin harus mampu
pendukungnya secara patuh melaksa-
bertindak adil dan menjaga rak-
nakan upacara tersebut yang pada
yatnya.
hakekatnya merupakan rasa syukur
2) Setiap
pemimpin meniru
diharapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Me-
mampu
Sang
Hyang
reka tidak mau melanggar pelaksa-
Yama yang menghukum setiap
naan upacara ini atau bahkan menia-
tingkah laku jahat dan membasmi
dakan upacara itu sendiri.21Dari sini
kemungkaran dengan maut.
dapat diketahui bahwa faktor kesada-
3) Hyang Batara Surya (matahari),
ran untuk patuh terhadap adat istiadat
ia yang menghisap air dengan
masih dilaksanakan dengan baik.
perlahan. Demikian juga yang
c. Keunggulan Dari Model Pelemba-
hendaknya dilakukan oleh para
gaan Pemerintah Desa Adat Di Teng-
pemimpin, tidak tergesa-gesa da-
ger
lam mengambil keputusan.
Pemimpin Di kawasan Tengger
4) Perilaku Dewa Candra (bulan)
diwajibkan mampu memelihara adat dan
yang menawan demikianlah yang
kebudayaan Tengger, mereka memegang
harus dilakukan oleh pemimpin
erat filosofi kepemimpinan hasta bra-
yang mampu membawa diri dan
ta.22 Dalam Kakawin Ramayana penger-
berkharisma.
tian Hasta Brata dijelaskan sebagai berikut:23
berwujud tetapi ada, itulah yang
1) Hendaknya mampu
setiap
meniru
pe-mimpin
tingkah
laku
Batara Indra. Ia yang menurunkan hujan dan membuat kese21
5) Batara Bayu (angin) yang tidak
Tjitjik Sriwardhani, Aspek Ritual dan Maknanya Dalam Peringatan Kasada pada Masyarakat Tengger Jawa Timur, (6 Februari 2013), h. 7 22 Wawancara dengan Subin Asmoro di kediamannya dusun Tlogosari Desa Tosari Kematan Tosari Kabupaten Pasuruan, tanggal 24 Desember 2012. 23 J. Syahban Yasasusastra, 2011, Asta Brata: Delapan Unsur Alam Simbol Kepemimpinan, Yoyakarta: Pustaka Mahardika, h. 98-99
harus dilakukan oleh pemimpin yang diharapkan mempunyai kepandaian tak tampak oleh mata. 6) Dewa Dananda (Batara Kuwera) yang tidak makan dan minum pada waktu yang bukan saatnya. Demikianlah para pemimpin diharapkan mampu melakukan tindakan yang tepat pada waktunya.
68 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
7) Dewa Baruna yang tak segan
Dalam Serat Pustakaraja Purwa
menjerat lawan, hal ini yang di-
jilid 3 karya R.Ng Ronggowarsita juga
harapkan dari pemimpin adalah
terdapat gubahan tentang ajaran Hasta
mampu menjerat para durjana
Brata, namun sedikit berbeda. Dalam
atau orang-orang jahat.
serat ini Hasta Brata digubah dengan
8) Batara Brahma (api) yang bersi-
simbol unsur alam yani:
fat galak terhadap musuh, meng-
1) Pemimpin harus memiliki watak
hanguskan siapa saja yang jahat
sesuai dengan watak Surya (ma-
tetapi juga mampu menghang-
tahari) yang mampu menjadi pe-
uskan perseteruan. Demikianlah
nerang bagi rakyatnya.
sifat Dewa Brahma yang patut diteladani oleh para pemimpin.
2) Watak candra (rembulan), yakni pemimpin diharapkan selalu sa-
Jadi setiap pemimpin di Tengger
bar, rendah hati dan ramah ter-
diwajibkan mampu mempraktekkan aja-
hadap rakyat dan setiap masalah
ran Hasta Brata dalam melaksanakan
yang diemban.
tugas-tugasnya. Ajaran ini biasanya di-
3) Watak Agni (api), pemimpin di-
pegang teguh oleh para Dukun adat dan
harapkan
diajarkan kepada masyarakat yang mau
menghanguskan segala macam
mempelajarinya. Namun ajaran Harta
gangguan dan menghukum yang
Brata tidak hanya diajarkan di Tengger
bersalah seperti api yang meng-
tapi banyak dari para pujangga yang
hanguskan segala yang mengha-
mengajarkan ajaran ini dengan berbagai
langinya.
macam syair digubahnya. Dalam Serat
tegas
dan
mampu
4) Watak kartika (bintang), yakni
Nitisruti karya pujangga di kerajaan Pa-
pemimpin
jang yang bernama Pangeran Karangga-
mampu menjadi petunjuk rak-
yamajaran Hasta Brata juga di gubah
yatnya sehingga tidak tersesat
dalam bentuk syair.Sri Paku Buwono V
dalam melangkah.
pada saat masih menjadi pangeran putra mahkota
juga
pernah
diharapkan
selalu
5) Watak bumi yakni pemimpin
memprakarsai
diharapkan mampu menjadi tem-
penulisan Serat Centini yang mana
pat berpijak bagi rakyatnya da-
isinya juga memuat ajaran Hasta Brata.
lam setiap masalah yang dihadapi.
69 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
6) Watak Bayu (angin), yakni pemimpin-pemimpin
diharapkan
masyarakat Tengger sendiri adalah seni tari sodor.
mampu mengarahkan rakyatnya
Dalam kehidupan masyarakat Teng-
seperti angin yang membawa
ger yang syarat dengan upacara selamatan
perahu berlayar di lautan.
yang bertujuan agar selalu diberikan kese-
7) Watak air, mampu memberikan
lamatan dalam menjalankan kehidupan ber-
penghidupan bagi rakyatnya tan-
masyarakat dan untuk mengenang atau
pa mengobang ambingkan rakyat.
berterimakasih kepada arwah para lelu-
Seperti air yang selalu memberi-
hur.Pada saat bulan ke dua penanggalan
kan kesuburan pada tanah.
Tengger yakni bulan Karo masyarakat
8) Watak mendung, yakni mampu
Tengger merayakan hari raya Karo.Menurut
menebarkan kebahagiaan pada
warga Tengger upacara Karo untuk mere-
rakyatnya
katkan hubungan persaudaraan diantara war-
bagaikan
mendung
yang menurunkan hujan.
ga masyarakat dan para kerabat karena
Demikianlah ajaran Hasta Brata
setiap warga saling bergatian mengunjungi
dari para pujangga yang masih diguna-
rumah kerabatnya.Selain itu juga untuk
kan sebagai rujukan dalam menjalankan
mengingat arwah para leluhur di Tengger.
kepemimpin di Tengger.
Upacara Karo di Tengger Brang Kulon dilaksanakan untuk mengenang ke-
2. Faktor Penentu Desa Dikualifikasi
jadian asal-usul manusia (sarutama).Pada saat pembukaan upacara Karo dipentaskan
sebagai Suku Terasing 1. Seni dan Budaya
tarian khas yaitu tari Sodor.Tarian ini
Kesenian adalah bagian dari kebuda-
menceritakan tentang asa-usul manusia dan
yaan manusia.Kesenian daerah, sebagai un-
dikaitkan dengan huruf Jawa.Hal ini seperti
sur dari adat istiadat dan kebudayaan yang
yang terdapat dalam mantera purwa bhumi.
berkembang di masyarakat Tengger dapat
Sedangkan tugas manusia di dunia ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni seni
dipelajari melalui cara masyarakat Tengger
panggung, seni musik dan seni tari.Di
memberi makna kepada aksara Jawa yang
samping itu dapat pula dikelompokkan
mereka kembangkan.24
menjadi
kesenian
tradisional
dan
mo-
Para penari menggunakan sodor atau
dern.Kesenian tradisional yang berasal dari
tongkat yang pada puncak tariannya akan 24
Op.Cit.,(Simanhadi Widyaprakosa, 2006), Mengenal Masyarakat Tengger(6).
70 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
memuntahkan biji-bijian yang melambang-
yaitu benih dari Tuhan yang Maha
kan kesuburan. Tari Sodor hanya dipentas-
Suci.
kan dalam upacara tradisional perayaan Hari
2) DA-TA-SA-WA-LA
Raya Karo.25Tari sodor ditarikan secara
dumadining titisan sarira wadiya
berpasangan antara laki-laki dan perempuan
laksana
ataupun sesama laki-laki.Penari sodor pada
Maknanya: diutus menurunkan di
mulanya tidak boleh digantikan selama tujuh
dunia, menitiskan baik laki-laki
kali berturut-turut. Namun seiring berkem-
atau perempuaan, besar atau kecil,
bangnya waktu dan kesibukan penari atau
baik atau buruk, semua itu diserah-
perpindahan domisili penari kemudian diper-
kan kepada sang utusan.
bolehkan untuk diganti oleh penari yang lain.26
3) PA-DA-JA-YA-NYA pancer dawahe jagad yekti nyawiji
Tari sodor menurut kepercayaan ma-
Maknanya: semua yang sudah ada
syarakat Tengger memiliki makna filosofis
di dunia ini semua atas kekuasaan
yaitu:
Tuhan yang Maha Suci.
a. Pertama adalah filosofi tentang sang-
4) MA-GA-BA-THA-NGA
kan paraning dumadi yaitu dari mana
marmane gantiya binikul thukul
manusia berasal, untuk apa manusia itu
ngakasa
hidup dan akan dibawa kemana kehi-
Maknanya: pikiran dan tingkah
dupannya. Bila dikaitkan dengan huruf
laku diemban saat itu atau setelah
Jawa sebagai berikut:
kembali ke alam kelanggengan
1) HA-NA-CA-RA-KA
(meninggal dunia). Semua itu ter-
hingsun
nitahaken
cahya
rasa
gantung pada saat masih menjadi
karsa
utusan Tuhan.Bisa tumbuh saat itu,
Maknanya: ayah dan ibu yang
bisa memetik buahnya pada waktu
diutus menurunkan benih manusia
masih
menjadi
utusan,
artinya
memetik buah pengetahuan. b. Kedua adalah filosofi tentang dualisme 25
Anonim, 2013, Masyarakat Suku Tengger Rayakan Karo, (5 Februari 2013) 26 Wawancara dengan Supri penari sodor Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan tanggal 5 Februari 2013.
sifat yang harus ditiru dari tokoh leluhur tanah Jawa yang bernama Setiyo dan setuhu, yakni sifat setia (setiyo) sebagai abdi, utusan atau titah dari
71 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
Tuhan untuk selalu sungguh-sungguh
tersebut.
(setuhu) dalam melaksanakan perintah-
seperti memohon restu kepada danyang-
Nya.
banyu (penunggu sumber mata air) yang
Adapun maksud dari diadakannya tari sodor menurut masyarakat Tengger adalah:
Pelaksanaan
acara-acara
adat
dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan upacara adat di Tengger, misalnya
1) Melaksanakan penghormatan dan
pada saat upacara Unan-unan. Sehingga dae-
per-sembahan kepada Tuhan YME.
rah sumber mata air menjadi terjaga dan ter-
2) Melaksanakan penghormatan dan
pelihara.27
persembahan kepada leluhur tanah Jawa.
Masyarakat Tengger sangat percaya terhadap tradisi dan hal-hal mistis sehingga
3) Melaksanakan penghormatan dan
mereka percaya juga dengan kekuatan-ke-
persembahan kepada leluhur Teng-
kuatan gaib. Sumber air dianggap mempu-
ger.
nyai penghuni yang biasanya disebut dengan
2. Pelestarian Lingkungan
danyang banyu dan mereka menganggap
Masyarakat Tengger dalam menjalan-
bahwa sumber air adalah tempat kera-
kan kehidupannya selalu berinteraksi dengan
mat.Pohon tua yang roboh atau ranting jatuh
alam karena sebagian besar berpendapatan
di daerah tersebut tidak boleh diambil.Secara
dari bercocok tanam.Mereka sangat perduli
konservatif, hal ini sangat penting dalam
dengan lingkungannya karena dianggap
memulihkan nutrisi tanah melalui pem-
bahwa Sang Pencipta telah memberikan
busukannya.28
karuania-Nya
kepada
mereka
melalui
sumberdaya alam.Hal ini dapat dilihat dari
3. Model Alternatif Pengem-bangan La-
tanahnya yang subur, panoramanya yang
boraturium Budaya yang Dikembang-
indah sehingga menarik wisatawan manca
kan di Tengger
Negara, dan juga sumber air yang melimpah sehingga mebuat tanaman tumbuh subur.
3.1 Karakteristik Suku Terasing di Masyarakat Tengger
Masyarakat Tengger sangat berperan
Pada umumnya suku terasing merupa-
aktif dalam menjaga pelestarian lingkungan
kan suku pedalaman yang terisolasi, tetapi
salah
berbeda dengan suku Tengger.Meskipun
satunya
dengan
mengkeramatkan
sumber mata air dan digunakan untuk melakukan pemujaan secara tidak langsung mereka juga menjaga sumber mata air
tidak
terisolasi 27
dan
sudah
mengikuti
Ekwan N. Wiratno, 2013, Undang-Undang Mandul Soal Air, (5 Februari 2013) 28 Ibid.
72 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
perkembangan zaman. Namun seiring berja-
Poten di tengah lautan pasir. Selain Kasodo
lannya waktu dan semakin berkembangnya
ada upacara-upacara adat lainnya antara lain
zaman masyarakat Tengger masih tetap setia
upacara Karo, Kapat, Kapitu, Kawulo, Kasa-
dengan tradisinya, sehingga menimbulkan
nga.29
karaker khusus.Tradisi atau budaya yang
Upacara Karo Hari raya terbesar
berkembang dilingkungan masyarakat Teng-
masyarakat Tengger adalah Upacara Karo
ger. Seperti tari sodor yang merupakan
atau Hari Raya Karo.Masyarakat menyam-
sebuah tarian asli Tengger yang masih
butnya dengan penuh suka cita, mereka me-
dipertahankan. Selain tarian masyarakat
ngenakan pakaian baru, perabotpun juga
Tengger mempunyai berbagai macam tradisi
baru. Makanan dan minumanpun melim-
adat yang sudah tidak dapat dipisahkan dari
pah.Tujuan penyelenggaraan upacara karo
kehidupan mereka.
adalah mengadakan pemujaan terhadap Sang
Berdasarkan ajaran adat yang dianut,
Hyang Widi Wasa dan menghormati lelu-
setiap tahun mereka melakukan upacara
hurnya.30Memperingati asal usul manusia.
Kasodo.Upacara ini diadakan pada saat
Untuk kembali pada kesucian. Untuk me-
purnama bulan Kasada (ke dua belas) tahun
musnahkan angkara murka.Perayaan Karo
saka, upacara ini disebut juga sebagai Hari
bisa berlangsung sekitar dua minggu, dia-
Raya Kurban atau persembahan yang kemu-
wali ritual tekaning ping pitu.Ritual ini
dian disebut Yadnya Kasada (korban suci
dimaksudkan untuk mengundang arwah le-
pada bulan kedua belas dalam penanggalan
luhur dengan menyajikan sesaji di masing-
Tengger). Biasanya lima hari sebelum upa-
masing rumah warga.31
cara Yadnya Kasada, diadakan berbagai ton-
Upacara Kapat jatuh pada bulan ke-
tonan seperti tari-tarian, balapan kuda di
empat (papat) menurut tahun saka disebut
lautan pasir, jalan santai, pameran. Upacara
pujan kapat, bertujuan untuk memohon
ini dihadiri oleh pendeta dari masing-masing
berkah keselamatan serta selamat kiblat,
desa, serta masyarakat Tengger mendaki
yaitu pemujaan terhadap arah mata angin.
gunung Bromo untuk melempar Kurban
Selamatan kiblat berarti mengadakan pemu-
(sesaji) ke Kawah gunung Bromo.Setelah pendeta
melempar
Ongkeknya
(tempat 29
sesaji) baru diikuti oleh masyarakat lainnya. Puncak dari upacara ini adalah pemilihan Dukun adat yang bertempat di pura luhur
Ibid. Tim KKN-PPM UGM unit 155 subunit Ngadas, 2010, Upacara Adat Suku Tengger Ngadas, (20 Juni 2012). 31 Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas, 2011, Upacara Karo Warga Tengger, (20 Juni 2012). 30
73 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
jaan terhadap arah mata angin dan yang menjaga kiblat tersebut.
32
ke rumah kepala desa, untuk dimantrai oleh pendeta.Selanjutnya pendeta dan para sese-
Pujan kapitu jatuh pada bulan ketujuh
puh desa membentuk barisan, berjalan me-
(pitu) menurut perhitungan Tengger.Upacara
ngelilingi desa.Tujuan dari upacara ini
pujan kapitu dimaksudkan untuk memuja
adalah memohon kepada Sang Hyang Widi
seorang
Wasa untuk keselamatan Masyarakat Teng-
resi
yang
menurunkan
kitab
primbon Dukun.Tujuan dari perayaan ini
ger.35
untuk mengasah japa mantra dan kesela-
Upacara Unan-Unan diadakan hanya
matan Dukun.Sebelum pelaksanaan upacara
setiap lima tahun sekali. Kata unan-unan
ini Dukun harus menjalani puasa mutih dan
sendiri berasal dari kata tuno-rugi, artinya
setelah itu menjalankan puasa pati geni
upacara itu dapat melengkapi kekurangan-
selama sehari semalam.33
kekurangan yang diperbuat selama sewin-
Upacara Kawulu jatuh pada bulan
du.36Tujuan dari unan-unan adalah untuk
kedelapan (wolu) tahun saka.Pujan Kawolu
mengadakan penghormatan terhadap Roh
sebagai penutupan megeng. Masyarakat me-
Leluhur, mengadakan penghormatan terha-
ngirimkan sesaji ke kepala desa, dengan
dap buta kala agar tidak mengganggu, serta
tujuan untuk keselamatan bumi, air, api,
untuk memohon keselamatan.37 Dalam upa-
angin, matahari, bulan dan bintang. Tujuan
cara ini selalu diadakan penyembelihan
dari upacara ini adalah sebagai rasa te-
binatang ternak yaitu Kerbau.Kepala Kerbau
rimakasih kepada Sang Hyang Widi karena
dan kulitnya diletakkan diatas ancak besar
Dukun dan warga yang telah selesai mela-
yang terbuat dari bambu, diarak ke sanggar
kukan megengan dalam keadaan selamat
pamujan.
atau untuk selamatan Dukun yang telah se-
3.2 Kondisi
lesai melaksanakan pati geni.34
Laboratorium
Budaya
di
Masyarakat Tengger
Upacara Kasanga jatuh pada bulan
Kebudayaan Tengger semakin hari
sembilan (sanga) tahun saka.Masyarakat
bukan semakin memudar melainkan tetap
berkeliling desa dengan membunyikan ken-
langgeng
tongan dan membawa obor.Upacara diawali
berarti.Hal ini terjadi karena adanya parti-
tanpa
ada
pergeseran
yang
oleh para wanita yang mengantarkan sesaji 35
32
Yayuk Yuliati, 2011, Perubahan Ekologis dan Strategis Adaptasi Masyarakat di Wilayah Pegunungan Tengger, Malang: UB Press, h. 148-149 33 Ibid., h. 149 34 Ibid., h. 150
Alpha Safitri, Sejarah, Agama dan Tradisi Suku Tengger Gunung Bromo, (20 Juni 2012). 36 Simanhadi Widyaprakosa, 2006, Mengenal Masyarakat Tengger(7), (20 Juni 2012). 37 Op.Cit., (Yayuk Yuliati, 2011)
74 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
sipasi masyarakat dan tokoh-tokoh adat un-
Hasta Brata, pamomong (pembina) yang
tuk tetap mempertahankannya sebagai ke-
mampu membina masyarakat dan panutan
kayaan dan warisan nenek moyang.Sehingga
(teladan) bagi masyarakat sehingga dapat
menjadi laboratorium budaya yang berjalan
mewujudkan pemerintahan yang baik.
sesuai dengan kehendak masyarakat dan
Kontribusi pemimpin adat : 1. Bahwa
berada di tempat aslinya.Namun karena
kepemimpinan adat pada masyarakat Teng-
kurangnya campur tangan pemerintah men-
ger yang dipegang oleh seorang Dukun adat
jadikan hal ini hanya sebagai tradisi budaya
memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi spiritual
yang hanya dilaksanakan begitu saja tanpa
dan fungsi sosial. Fungsi spiritual Dukun
ada tindak lanjut untuk mempromosikannya
adat yaitu memimpin upacara adat. Se-
kepada para wisatawan baik lokal maupun
dangkan fungsi sosialnya adalah sebagai
manca Negara sebagai kekayaan budaya
mediator antara masyarakat dan urusan yang
Nusantara.
berhubungan dengan pemerintahan sehingga
Pemerintah masih belum mewujudkan
ikut menciptakan terjadinya kondisi sosial
keinginannya untuk menjadikan Tengger
yang stabil; 2. Dukun sebagai pemimpin
sebagai tempat wisata yang bukan hanya
adat di Tengger merupakan penunjang kepe-
wisata alam saja, namun juga wisata budaya
mimpinan formal dalam menjalankan tugas-
yang bersifat edukatif sehingga dapat mem-
tugas kepemimpinannya, karena Dukun se-
berikan kontribusi kepada masyarakat luas
bagai tempat bertanya untuk mengatasi ke-
dan dapat dibanggakan di mata Internasi-
sulitan ataupun berbagai masalah kehidupan
onal.
yang dialami oleh masyarakat. Saran yang diberikan yaitu : a. Me-
B. PENUTUP
lestarikan budaya leluhur dengan cara meng-
Kontribusi pemimpin formal atau
HAKI-kan; b. Meregenerasi budaya dan adat
Kepala Desa : 1. Bahwa kepemimpinan for-
melalui social education; c. Meningkatkan
mal yang dipimpin oleh Kepala Desa berhak
kesejahteraan masyarakat; d. Mendatangkan
menetapkan Peraturan Desa setelah menda-
wisatawan; e. Memberikan wawasan tentang
pat persetujuan bersama BPD (Badan Per-
adat dan kebudayaan Tengger ke dalam ling-
wakilan Desa) yang dibentuk dalam rangka
kup global dan berkesinambungan; f. Mem-
penyelenggaraan otonomi desa; 2. Bahwa
formalkan melalui jalur regulasi oleh pe-
Kepala Desa berfungsi sebagai pemimpin
merintah.
yang menerapkan konsep kepemimpinan
75 Harianto, Pengembangan Budaya Suku Tengger untuk Mewujudkan sistem Pemerintahan Desa yang Baik (Good Village Governance)
di Wilayah Pegunungan Teng-ger,
DAFTAR PUSTAKA
Malang: UB Press.
A. Buku : Fadli, Moh., dkk., 2011, Pembentukan Peraturan Desa Partisipatif (Head
B. Makalah dan Jurnal :
To A Good Village Governance),
Poespasari, Ellyne Dwi, 2007, Kedudukan
Malang: UB Press.
dan
Hadikusuma,Hilman, 2003, Pengantar ilmu Hukum
Adat
Indonesia, Mandar
Maju, Bandung.
Hak
Anak
Angkat
Dalam
Masyarakat Hukum adat Tengger, Dialektika, Vol .5, No. 1, Mei 2007. Sutarto, Ayu, 2006, Sekilas Tentang Ma-
Hamidi, Jazim dan Mustafa Lutfi, 2010,
syarakat Tengger, Makalah disam-
Enterpreneurship Kaum Sarungan,
paikan pada acara pembekalan Jela-
Jakarta: Khalifa.
jah Budaya
Kartono,Kartini,
2001,
Pemimpin
dan
Kepemimpinan (apakah Pemimpin
yang diselenggarakan
oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Abnornal itu?), Edisi baru, Jakarta:
C. Internet :
Raja Grafindo Persada.
Abidin, Aan Khoirul, 2012, Masyarakat
Raffles,
Thomas
Stamford, 1978,
The
Tengger,
History of Java, Michigan: Printed
spot.com/2012/03/masyarakat-teng
for Black.
ger.html>.
Thoha,Miftah, 2001, Kepemimpinan dalam Manajemen
(Suatu
Adiprasetio, Justito, 2010, Rona Merah
Pendekatan
Menawan Suku Tengger,
Perilaku), Jakarta: Raja Grafindo
www.mediaindonesia.com/mediatrav
Persada.
elista/index.php/read/2010/02/21/341
Yamin, Muhammad, 1962, Tata Negara Madjapahit, Parwa ke dua, Djakarta: Jajasan Prapantja.
Unsur
Tengger>. Anonim, 2013, Masyarakat Suku Tengger
Yasasusastra,J. Syahban, 2011, Asta Brata: Delapan
/2/Rona-Merah-Menawan-Suku-
Alam
Simbol
Rayakan
Karo,
<
http://www.
republika.co.id/berita/breaking-
Kepemimpinan, Yoyakarta: Pustaka
news/seni-budaya/08/11/14/13722-
Mahar-dika.
masyarakat-suku-tengger-rayakan-
Yuliati,Yayuk, 2011, Perubahan Ekologis dan Strategis Adaptasi Masyarakat
karo>.
76 MAKSIGAMA JURNAL HUKUM Tahun 19 Nomor 1 periode Mei 2016 Hal. 58 - 76
Ayuninggar, Dianing Primanita dkk., 2011, Kearifan Lokal Masyarakat Suku Tengger dalam Pemanfaatan Ruang
parissweethome.com/bali/cultural_m y.php?id=28 >. Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas, 2011,
dan Upaya Pemeliharaan Lingku-
Upacara
ngan,
.
.com/2011/03/kearifan-lokal-masyarakat-suku-tengger.html>.
Pemilihan
Warga
Kepala
Adat
Masyarakat Tengger di Kabupaten
Tim KKN-PPM UGM unit 155 sub unit
Tengger Ngadas, . Widyaprakosa, Simanhadi, 2006, Mengenal
Probolinggo,
Masyarakat
ac.id/index.php/PPKN/article/view/1
www.parisada.org>.
1297 >.
Tengger(7),
Wiratno, Ekwan N., 2013, Undang-Undang
Kuswandoro, Wawan E., 2009, Gambaran Umum Masya-rakat Tengger, . Oktaviati,Reni, 2010, Kebudayaan Tengger, . Safitri,Alpha,Sejarah, Agama dan Tradisi Suku
Tengger,
Ngadas, 2010, Upacara Adat Suku
Hamzah, Viki, 2010, Nilai-Nilai Demokrasi dalam
Karo
Tengger
Gunung
Bromo,
setyahermawan.blogspot.
com>. Sriwardhani,Tjitjik,Aspek
Ritual
dan
Maknanya Dalam Peringatan Kasada pada Masyarakat Tengger Jawa Timur, . Suprapto, Adang, 2011, Upacara Suci Purnama
Sadha,
<
http://www.
Mandul Soal Air, .