PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN BERBANTUAN LKS MATERI SISTEM PERNAPASAN UNTUK SISWA KELAS XI SMA
Dewi Novrina Utami*, Abdul Ghofur, dan Hadi Suwono. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang. Jalan Semarang, 5 Malang 65145 *Email:
[email protected]
ABSTRAK: Proses pembelajaran biologi materi sistem pernapasan, khususnya dalam penerapan kurikulum 2013 terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi oleh guru dan siswa. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan prinsip pendekatan ilmiah dan masih terbatasnya media yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sistem pernapasan. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran yaitu KIT Pembelajaran berbantuan LKS. Metode dan prosedur penelitian dan pengembangan ini mengadaptasi Four-D model yang dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. Hasil uji kelayakan dan uji keterlaksanaan menunjukkan bahwa media sangat layak dan terlaksana dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test, KIT Pembelajaran berbantuan LKS mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sebesar 60,67%. Kesimpulan mengenai KIT Pembelajaran berbantuan LKS ini yaitu media ini telah mendapatkan penilaian sangat layak berdasarkan uji kelayakan oleh validator ahli, dapat terlaksana dalam kegiatan pembelajaran, mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa dan mendapatkan respon yang sangat positif dari siswa. Kata Kunci: KIT Pembelajaran, LKS, materi sistem pernapasan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu suatu fenomena alam secara sistematis. Pembelajaran IPA harus memberikan kesempatan siswa untuk mendeskripsikan obyek dan kejadian, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan, meng-konstruksi pengetahuan dari fenomena alam, menguji penjelasan dengan berbagai cara dan mengkomunikasikannya kepada orang lain (Damayanti, dkk. 2013:58 dan Sayekti, dkk. 2012:143). Pada proses pembelajaran, khususnya pembelajaran materi sistem pernapasan terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi oleh guru dan siswa. Berdasarkan observasi yang di-laksanakan pada 10 Oktober 2014 di SMAN 1 Singosari juga menunjukkan hal demikian. Kesulitan-kesulitan dalam mempelajari materi sistem pernapasan disebabkan karena belum tersedianya buku guru
dan buku siswa, bahan ajar yang digunakan oleh guru seperti LKS juga belum menggunakan pendekatan ilmiah, belum tersedianya KIT Pembelajaran yang berisi peralatan praktikum yang menunjang, dan pelaksanaan model pembelajaran PBL, PjBL, dan inkuiri menimbulkan kebosanan pada siswa. Materi sistem pernapasan adalah materi yang terdapat dalam Kurikulum 2013, yaitu pada KD 2.1, 3.8, dan 4.8 permendikbud no. 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Submateri yang dipelajari dalam materi sistem pernapasan yaitu organ penyusun sistem pernapasan manusia, mekanisme pernapasan manusia dan volume udara pernapasan, dan ke-lainan pada sistem pernapasan manusia (Sherwood, 2010). Salah satu upaya dalam meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran, 1
khususnya dalam materi sistem pernapasan yaitu dengan mengembangkan media yang tepat sehingga dapat memberikan pengalaman belajar secara utuh, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta memudahkan dalam memahami konsep-konsep sistem pernapasan. Berdasarkan hasil penelitan Wahyudi dan Khanafiyah (2009:117) bahwa kegiatan belajar siswa dapat ditunjang dengan memanfaatkan KIT dalam pembelajaran, yang dilengkapi dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada aktivitas belajar siswa, dan LKS yang dirancang dengan pendekatan ilmiah dengan model pembelajaran tertentu yang menjadi arah serta panduan bagi siswa dalam bekerja ilmiah. Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan KIT Pembelajaran berbantuan LKS. Di dalam KIT Pembelajaran terdapat empat set alat peraga yang dapat digunakan siswa dalam pembelajaran pada materi sistem pernapasan. Dengan menggunakan KIT Pembelajaran berbantuan LKS, siswa diharapkan mampu menemukan konsep sistem pernapasan secara aktif, termotivasi untuk belajar dan mengalami peningkatan ketuntasan belajar. METODE Prosedur Penelitian & Pengembangan Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model pengembangan yang mengadaptasi tahapan-tahapan dari FourD model yang dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. (1974), yaitu: tahap I pendefinisian (define), tahap II perancangan (design), tahap III pengembangan (develop), dan tahap IV penyebarluasan (disseminate). Pada penelitian dan pengembangan ini, hanya dilakukan hingga tahap III yaitu pengembangan (develop). Pada tahap define dilakukan beberapa analisis yang digunakan untuk memperkuat pentingnya pengembangan KIT Pembelajaran berbantuan LKS. Pada
tahap define dilakukan analisis mengenai permasalahan yang muncul dalam pembelajaran dan proses pembelajaran yang efektif, analisis karakteristik siswa, analisis kompetensi dasar, analisis konsep, dan penentuan tujuan pembelajaran. Selanjutnya dilakukan tahap design, pada tahap ini dilakukan beberapa langkah. Pertama yaitu penentuan acuan dasar atau kriteria pengembangan media yang baik, selanjutnya dilakukan pemilihan media pembelajaran, pemilihan bentuk, lalu dilakukan perancangan awal media yang akan dikembangkan. Tahap selanjutnya yaitu develop, pada tahap ini dilakukan pengembangan media sesuai rancangan dan kriteria yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Setelah media dibuat, dilakukan uji kelayakan pada validator ahli yaitu ahli materi, ahli pendidikan, dan praktisi lapangan atau guru biologi SMA. Setelah melalui uji kelayakan KIT Pembelajaran berbantuan LKS selanjutnya direvisi dan diuji keterlaksanaannya pada siswa kelas XI MIA 3 SMAN 1 Singosari. Data dan Analisis Data Data penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran validator yang diisi oleh validator pada angket uji kelayakan dan pengisian lembar observasi keterlaksanaan produk dalam kegiatan pembelajaran oleh observer. Data kuantitatif diperoleh dari hasil uji kelayakan oleh validator ahli, ketuntasan belajar siswa dan respon siswa. Data hasil uji kelayakan berupa nilai rentangan skala 1-4 yang diisikan pada angket uji kelayakan yang diberikan kepada validator. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif untuk mengetahui komponen dan aspek apa sajakah yang mendapat penilaian layak dan belum layak sehingga perlu direvisi. Data uji keterlaksanaan berupa hasil pengisian lembar observasi
2
keterlaksanaan produk oleh observer. Data ketuntasan belajar siswa diperoleh dari nilai pre-test dan post-test siswa yang dianalisis dengan rumus: TB = X 100 % Keterangan: TB = Persentase ketuntasan belajar siswa T = Banyaknya siswa yang mendapat skor akhir minimal 75 N = Banyaknya siswa (Muawwanah, 2013:34) Persentase yang diperoleh selanjutnya dicocokkan dengan kriteria berikut. Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Rentangan Persentase Kualifikasi 85-100 % Sangat Baik 70-84,5 % Baik 55-69,9 % Cukup 40-54,9 % Kurang (Sumber: Agustina, 2013:22)
Data respon siswa diperoleh dari pengisian angket oleh siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan KIT Pembelajaran berbantuan LKS. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan rumus: RS= Keterangan: RS = persentase respon siswa f = jumlah siswa yang menjawab setuju n = jumlah seluruh siswa Hasil perhitungan respon siswa dicocokkan dengan kriteria berikut. RS≥85% : Sangat Positif RS˂ 70%≤ 85% : Positif 50%≤RS˂70% : Kurang Positif RS˂50% : Tidak Positif (Yamasari,2010:4) HASIL Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini yaitu KIT Pembelajaran berbantuan LKS. KIT Pembelajaran merupakan suatu kotak
instrumen yang berisi empat set alat peraga yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran sistem pernapasan. Spesifikasi produk KIT Pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) Box atau kotak kit (Gambar 1) terbuat dari papan triplek dengan ketebalan 1 cm dengan ukuran yaitu panjang: 60 x lebar: 35 x tinggi: 25 cm
KIT Sistem Pernapasan
Gambar 1. Kotak Kit
(b) Set alat peraga dalam KIT Pembelajaran (Gambar 2, 3, 4, dan 5) terdiri dari alat peraga mekanisme pernapasan manusia, alat sederhana untuk mengukur volume udara pernapasan, alat peraga bahaya rokok, dan respirometer sederhana).
Gambar 2. Alat Peraga Mekanisme Pernapasan
Gambar 3. Alat Sederhana untuk Mengukur Volume Udara Pernapasan
Gambar 4. Alat Peraga Bahaya Rokok
Gambar 5. Respirometer Sederhana
Penggunaan KIT Pembelajaran ditunjang dengan LKS yang berisi panduan kegiatan belajar siswa. LKS menggunakan 4 model pembelajaran yang bervariasi pada setiap kegiatan pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan yaitu Snowball Throwing, Group Investigation,
3
Problem Based Learning, dan Siklus Belajar 5E. LKS juga dilengkapi dengan RPP dan kunci jawaban LKS yang dapat digunakan oleh guru sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kelayakan oleh ahli materi KIT Pembelajaran dan LKS mendapatkan penilaian sangat layak. Hasil uji kelayakan oleh ahli pendidikan, KIT Pembelajaran mendapatkan penilaian sangat layak, sedangkan LKS mendapatkan penilaian layak. Hasil uji kelayakan oleh praktisi lapangan, KIT Pembelajaran dan LKS mendapatkan penilaian sangat layak. Hasil uji keterlaksanaan menunjukkan bahwa seluruh kegiatan belajar siswa pada LKS dan seluruh model dan alat peraga di dalam KIT Pembelajaran ter-laksana dalam kegiatan pembelajaran dan siswa memberikan respon yang sangat positif. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat 60,67% setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan produk yang dikembangkan. PEMBAHASAN Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk KIT Pembelajaran berbantuan LKS. KIT Pembelajaran ini berisi 4 set alat praktikum dan peraga materi sistem pernapasan dan LKS yang berisi panduan kegiatan belajar siswa. LKS menggunakan 4 model pembelajaran yang berbeda pada setiap kegiatan belajar, yaitu Snowball Throwing, Group Investigation, Problem Based Learning, dan Siklus Belajar 5E. Berdasarkan kriteria suatu media, KIT Pembelajaran berbantuan LKS dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang memerlukan kegiatan praktikum atau percobaan dan berperan untuk menanamkan dan memantapkan ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prihatiningtyas, 2013:19 bahwa KIT berisi peralatan yang digunakan dalam kegiatan belajar (praktikum) dan KIT merupakan media untuk menanamkan dan meman-
tapkan pemahaman konsep. Peralatan yang terdapat dalam KIT dapat digunakan siswa untuk menemukan konsep yang sedang dipelajari baik melalui praktikum maupun non praktikum, seperti yang dikemukakan oleh Wahyudi dan Khanafiyah, (2009:115) bahwa pemanfaatan KIT dalam pembelajaran bersifat dinamis, yaitu selain dapat dimanfaatkan untuk kegiatan eksperimen atau praktikum dalam laboratorium, juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar di kelas. KIT Pembelajaran ditunjang dengan LKS yang berisi panduan kegiatan belajar siswa. LKS dapat digunakan oleh siswa untuk meningkatkan keterlibatan atau aktifitas dalam kegiatan belajar dan dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep melalui aktivitasnya sendiri (Sunyono, 2008:8) Dari hasil uji kelayakan dan uji keterlaksanaan, KIT Pembelajaran berbantuan LKS dapat kategorikan sebagai media pembelajaran yang layak untuk diterapkan dalam skala yang lebih luas. Hasil uji kelayakan juga menunjukkan bahwa metode dalam pengembangan produk telah sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan media yang dipaparkan oleh Suprayitno (2011:15). Prinsip-prinsip pengembangan tersebut yaitu: (1) dapat memperjelas atau me-nunjukkan konsep dengan lebih baik, (2) dapat meningkatkan motivasi peserta didik, (3) memiliki akurasi yang cukup dapat diandalkan, (4) tidak berbahaya ketika digunakan, (5) menarik, (6) memiliki daya tahan alat yang cukup baik, (7) inovatif dan kreatif, dan (8) bernilai pendidikan. Hasil uji coba pada kegiatan pembelajaran langsung juga menunjukkan bahwa media yang dikembangkan telah memenuhi beberapa manfaat media, seperti yang dijabarkan oleh Arsyad (2011:21) bahwa manfaat media pembelajaran adalah: penyampaian konsep menjadi lebih baku, pembelajaran bisa lebih menarik dan interaktif, alokasi waktu menjadi
4
lebih efektif, dan kualitas hasil belajar siswa dapat meningkat. Keunggulan KIT Pembelajaran berbantuan LKS Produk akhir KIT Pembelajaran berbantuan LKS memiliki keunggulan sebagai berikut: a. KIT Pembelajaran ini telah diorganisasikan untuk 1 pokok bahasan saja yaitu sistem pernapasan. Hal ini dapat memudahkan guru dan siswa dalam belajar materi sistem pernapasan dengan segala peralatan yang ada di dalamnya tanpa perlu mengambil alat lain di luar kotak KIT. b. Peralatan yang terdapat di dalam KIT Pembelajaran menggunakan bahan bekas yang mudah ditemui di sekitar siswa, sehingga siswa tidak kesulitan dalam mencari alat yang diperlukan apabila ada kekurangan alat dalam kegiatan praktikum. Hal ini juga dapat memotivasi siswa untuk menggunakan barang bekas di sekitarnya sebagai barang yang berguna misalnya digunakan sebagai media (alat praktikum sederhana). c. Bahan dasar yang digunakan untuk merancang peralatan dalam KIT Pembelajaran aman bagi siswa SMA, peralatan tidak terlalu banyak menggunakan bahan kaca sehingga tidak mudah pecah dan tidak akan melukai siswa ketika pelaksanaan kegiatan praktikum. d. LKS dikembangkan dengan berbagai model pembelajaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sehingga selain tidak monoton tujuan pembelajaran juga akan tercapai secara maksimal dengan model pembelajaran yang telah disesuaikan. Keunggulan-keunggulan tersebut sejalan dengan manfaat media pembelajaran yang dikemukakan oleh Arsyad (2007:25) bahwa, manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sebagai berikut: (a) dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar; (b) dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, dan kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; (c) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dan (d) dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka. Di dalam KIT Pembelajaran juga terdapat beberapa set alat praktikum dan alat peraga yang dapat digunakan siswa untuk memperagakan suatu proses atau melakukan praktik, misalnya set alat peraga mekanisme pernapasan dan alat sederhana untuk mengukur volume udara pernapasan. Hal ini dapat membuat peserta didik lebih mudah memahami dan mengingat konsep yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Anderson (2011:2) bahwa, semakin banyak alat indra yang terlibat dengan sumber belajar pada kegiatan belajar siswa, maka semakin baik pula kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dan mendapatkan informasi dari sumber belajar serta memahaminya dengan baik. Berdasar keunggulan-keunggulan yang telah dipaparkan, KIT Pembelajaran berbantuan LKS merupakan salah satu solusi yang tepat untuk digunakan dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran, misalnya permasalahan kurangnya fasilitas atau sarana pendidikan disekolah kurang ter-motivasinya siswa dalam kegiatan pem-belajaran, kurang aktifnya siswa dalam kegiatan penemuan pengetahuan, dan lain-lain.
5
KIT Pembelajaran berbantuan LKS juga telah sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Suprayitno (2011:1) bahwa alat peraga atau model mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Alat peraga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau menjelaskan konsep, sehingga peserta didik memperoleh kemudahan dalam memahami halhal yang dikemukaan guru, selain itu alat peraga dapat memantapkan penguasaan konsep yang ada hubungannya dengan bahan atau model yang dipalajari sehingga juga dapat meningkatkan keterampilan peserta didik. Selain itu KIT Pembelajaran berbantuan LKS juga dapat mambantu sekolah dalam memenuhi standarisasi pendidikan yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yaitu melengkapi perabot, peralatan, atau media pembelajaran yang ada di sekolah. Hal yang Perlu Diperbaiki dari KIT Pembelajaran berbantuan LKS yang Dikembangkan Selain keunggulan yang telah dipaparkan, KIT Pembelajaran berbantuan LKS juga memiliki beberapa hal yang masih perlu diperbaiki, antara lain: (a) beberapa alat masih dikembangkan dalam jumlah terbatas seperti respirometer sederhana dan alat peraga bahaya rokok, sehingga apabila akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sebenarnya masih perlu dilakukan perbanyakan alat. (b) komponen KIT tambahan seperti model organ atau gambar organ penyusun sistem pernapasan manusia belum dapat dimasukkan ke dalam kotak KIT, sehingga masih harus dibawa secara terpisah dengan kotak KIT. (c) beberapa alat dibuat dengan bahan yang mudah rusak seperti galon bekas sehingga untuk ketahanan alatnya masih kurang. (d) uji coba produk hanya dilakukan pada uji kelayakan dan uji keterlaksanaan, sedangkan uji keefektifan belum dilakukan.
PENUTUP Kesimpulan Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk berupa KIT pembelajaran berbantuan LKS. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang sangat layak berdasarkan penilaian validator ahli materi, pendidikan, dan praktisi lapangan. KIT pembelajaran berbantuan LKS juga dapat terlaksana dalam kegiatan pembelajaran dan mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Saran Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian dan pengembangan KIT Pembelajaran berbantuan LKS lebih lanjut dapat mempertimbangkan hal-hal berikut. a. Mengembangkan KIT Pembelajaran berbantuan LKS dengan mempertimbangkan kelemahan yang telah dijabarkan sebelumnya, seperti mengembangkan alat atau komponen KIT dengan jumlah yang lebih banyak masing-masing itemnya, menggunakan bahan yang memiliki ketahanan yang lebih baik sehingga lebih tahan lama, dan mengusahakan agar seluruh komponen dapat masuk ke dalam kotak KIT agar lebih praktis misalnya dengan memodifikasi ulang komponen yang sebelumnya tidak dapat dimasukkan ke dalam kotak KIT agar dapat terorganisir menjadi satu kesatuan yang utuh dan praktis untuk dibawa kemana-mana. b. Menggunakan bahan yang memiliki ketahanan lebih baik sehingga KIT dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama, namun tetap harus. mempertimbangkan keamanan alat untuk digunakan oleh siswa kelas XI SMA. c. Uji keefektifan ditambahkan sebagai salah satu uji coba produk. Uji keefektifan dapat dilakukan dengan membandingkan ketercapaian hasil belajar siswa menggunakan produk yang dikembangkan dan dibandingkan
6
dengan hasil belajar siswa menggunakan produk sejenis yang telah ada.
DAFTAR RUJUKAN Agustina, Entin T. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Membuat Produk Kriya Kayu dengan Peralatan Manual. Jurnal Invotec, 9(1): 17-28 Anderson, H. M. 2011. Dale’s Cone Experience, (Online), (http://wwww. etsu.edu/uged/etsu1000/documment/ Dales_Cone_of_Experience.pdf), diakses 1 Mei 2013. Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada. Damayanti, Dyah Shinta, Ngazizah, Nur, Setyadi, Eko. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013. Radiasi.Vol.3.No.1: 58-62 Muawwanah, Siti. 2013. Pengembangan LKS Teorema Phitagoras Bercirikan RMF untuk RSMPBI Pacitan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (Online), (http://kemdikbud.go.id), diakses pada 15 September 2014 Prihatiningtyas, S, Prastowo, T, Jatmiko, B. 2013. Imlementasi Simulasi Phet Dan Kit Sederhana Untuk Mengajar-
kan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1 (1): 18-22 Sayekti, Ika Candra, Sarwanto, Suparmi. 2012. Pembelajaran Ipa Menggunakan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inkuiri, 1 (1): 142-154 Sherwood, Lauralee. 2010. Fundamental of Human Physiology. Canada: Yolanda Cossio Sunyono, 2008. Development Of Student Worksheet Base On Environment To Sains Material Of Yunior High School In Class Vii On Semester I. Makalah Disajikan dalam The 2nd International Seminar of Science Education – UPI 2008 Suprayitno, T. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Fisika untuk SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Thiagarajan, S., Semmel, D. S., dan Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children: A sourcebook. USA: Indiana University. Wahyudi dan Khanafiyah. 2009. Pemanfaatan Kit Optik Sebagai Wahana Dalam Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5 (1): 113-118 Yamasari, Yuni. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pascasarjana X – ITS, Surabaya
7