PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF
Yulinda Erma Suryani Fakultas Psikologi Universitas Widya Dharma Klaten Jl. Ki Hajar Dewantara, Klaten Email:
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan instrument penilaian afektif, yang terdiri dari Skala Konsep Diri Siswa, Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika, Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika. Subjek penelitian ini adalah 400 orang siswa kelas X dari dua SMA yang berbeda dengan perincian 200 siswa SMA Petrus dan 200 siswa MAN Klaten. Metode Alpha Cronbach digunakan untuk estimasi reliabilitas masing-masing skala. Untuk menguji validitas skala digunakan validitas isi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas Skala Konsep Diri sebesar 0, 895, Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika sebesar 0,8387 dan Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika sebesar 0,5714. Berdasarkan nilai koefisien reliabilitas, skala Konsep Diri Siswa dan Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika bisa digunakan sebagai instrumen penilaian afektif.
Kata Kunci: instrument, penilaian, afektif
PENDAHULUAN Penilaian memiliki tujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, sehingga bermanfaat bagi siswa, yaitu untuk mengukur sejauh mana siswa mampu menyerap materi yang telah disampaikan. Sedangkan bagi guru, penilaian sebagai untuk umpan balik dari hasil pembelajaran yang telah disampaikan, dan untuk laporan pada orang tua siswa dan guru setiap akhir semester yang dikemas dalam buku raport. Penilaian dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain). Alat penilaian yang baik adalah yang mampu mengukur keberhasilan proses pendidikan secara tepat dan akurat. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 mencakup beberapa hal penting yang terkait dengan kebijakan penilaian, yaitu (1) standar isi, (2)standar kompetensi lulusan (3) standar proses, dan (4) standar penilaian. Keempat standar ini merupakan bagian integral dan saling terkait. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Kurikulum 2013 mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 yang lebih
1
menekankan pada kompetensi (competency-based curriculum) dengan mempertimbangkan lebih banyak pada aspek afektif dan psikomotor, di samping kognitif. Kurikulum 2013 mulai diterapkan secara bertahap di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sesuai dengan kesiapan sekolah masing-masing. Perubahan kurikulum tidak hanya dilakukan sebatas pada perubahan dokumen semata, melainkan perlu mempertimbangkan implementasinya, termasuk assessmentnya. Sejalan dengan kurikulum 2013, Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Carraciao dan Englander (2004) yang menyatakan bahwa competency harus memuat tiga komponen, yaitu knowledge, attitude, dan skills. Dalam Teori Taxonomy Benjamin Bloom (1950), ketiga komponen yang dikemukakan oleh Carraciao dan Englander tercakup dalam tiga ranah (domain), yaitu cognitive domain, affective domain, dan psychomotor domain. Ranah pembelajaran afektif (affective learning domain) berkaitan dengan perasaan, emosi, atau respon siswa terhadap pengalaman belajarnya (learning experience). Perilaku afektif antara lain ditunjukkan dengan sikap (attitude) ketertarikan (interest), perhatian (attention), dan kesadaran (awareness). Namun demikian, untuk melaksanakan ketiga ranah atau keterampilan ini dalam penilaian tidaklah mudah karena adanya berbagai faktor, antara lain (1) komitmen yang masih rendah, (2) kemampuan dan pengetahuan yang kurang memadai; (3) keterbatasan sarana dan dana penunjang; (4) kemauan politik (political will) baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun sekolah; dan (5) diseminasi/ penyebarluasan informasi yang kurang efektif. Penilaian afektif bukan lagi menjadi wewenang guru BK saja melainkan setiap guru harus menyediakan alat dan perangkat penilaian yang representatif, komplikatif, dan komprehensif bagi potensi sikap dan tingkah laku yang menunjang prestasi belajar anak. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai. Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif serta penafsiran hasil pengukurannya. Berdasarkan standar penilaian pada kurikulum 2013, Penilaian afektif menjadi satu komponen penilaian yang penting yang harus dilakukan oleh pendidik (guru). Walaupun menjadi salah satu komponen penilaian, namun berdasarkan observasi yang telaah dilakukan,guru-guru belum mengetahui bangimana cara untuk melalukan penilain afektif sehingga dalam pelaksanaanya penilaian afektif masih jarang dilakukan. Penilaian yang dilakukan guru lebih banyak mencakup penilaian kognitif. Untuk agama dan PPKN, guru dengan mudah melakukan penilaian afektif, yaitu dengan melihat moral dan ahlak siswa. Tetapi bagaimana dengan pelajaran matematika, IPA, IPS? Bagaimana caranya untuk
2
menilai aspek afektif? Pertanyaan tersebut diucapkan oleh salah seorang guru, yang didengarkn secara langsung oleh peneliti. Penilaian afektif bisa dilakukan dengan menggunakan rating scale (skala rating) yang dalam hal ini lebih dikenal dengan nama skala Likert. Dengan menggunakan skala Likert, guru bisa menggungkap sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran, guru, suasana belajar, kondisi sekolah dan masih banyak lagi hal lainnya. Penelitian ini berusaha melakukan pengembangan instrumen penilaian afektif dengan menggunakan skala Likert. Dengan adanya instrumen penilaian afektif, guru diharapkan bisa melakukan penilaian secara menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah, dengan lokasi penelitian SMA Petrus dan MAN Klaten. Sumber data dalam penelitian ini adalah 200 siswa kelas X SMA Petrus dan 200 siswa kelas X MAN Klaten. Pengembangan Instrumen Penilain Afektif dilakukan berdasarkan tahapan berikut: 1) Pengembangan Spesifikasi Pada tahapan ini peneliti harus menetapkan tujuan pengukuran, subjek Pengukuran, jumlah Pernyataan, waktu yang disediakan dan kisi-Kisi. Kisi-kisi memegang peranan penting. Dalam kisi-kisi inilah dasar teori yang digunakan sebagai kerangka pikir penyusunan skala ini tercermin. Kisi-kisi atau blue print instrumen penilaian afektif adalah sebagai berikut: Tabel 1. Blue Print Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika Komponen Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Guru
1,11,27,36,44,56,62,74
9,18,25,32,41,51,67,71
16
2. Materi/Pelajaran
2,14,22,33,42,58,66,76
8,20,26,39,47,53,63,79
16
3. Jam Pelajaran
3,12,29,40,46,60,64,72
7,17,23,37,49,55,69,75
16
4. Metode Pembelajaran
4,15,30,38,48,52,68,80
6,19,28,35,43,57,65,77
16
5. Buku Pelajaran
5,13,24,34,50,54,70,78
10,16,21,31,45,59,61,73
16
40
40
80
Jumlah
Tabel 2. Blue Print Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorabel Unfavorabel 1. Penerimaan 1,8,12,24,28,30,38,40,44, 6,15,18,21,35,37,45,47,47, 26 55,62,64,73 58,66,68, 77 2. Tanggapan 5,10,42,59,76,23,32,46,67, 2,9,35,56,74,14,29,53,63, 27 11,34,48,71,78 20,27,39,60 3. Penilain 3,19,50,57,17,36,52,70,75, 4,16,41,65,7,31,43,69,80, 27 22,26,54,61 13,33,51,72,79 Jumlah 40 40 80
3
Aspek 1. Pengetahuan 2. Pengharapan 3. Penilaian Jumlah
Tabel 3. Blue Print Skala Konsep Diri Siswa Nomor Aitem Favorabel Unfavorabel 1,24,38,55,12,28,40, 6,,18,45,58,7715,35,47,66, 62,73, 8,30,44,64 21,37,49,68 5,10,42,59,76,23,32,4 6,67, 11,34,48,71,78 3,19,50,57,17,36,52,7 0,75, 22,26,54,61 40
2,9,35,56,74,14,29,53,63, 20,27,39,60 4,16,41,65,7,31,43,69,80, 13,33,51,72,79 40
Jumlah 26 27 27 80
2) Penulisan Pernyataan Pada skala model Likert perangsangnya adalah pernyataan. Respon yang diharapkan diberikan oleh subjek adalah taraf kesetujuan dan ketidaksetujuan dalam variasi : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan menurut isi pernyataan ada yang searah (mendukung) teori yang mendasari dan ada pula yang tidak searah (tidak mendukung) teori yang mendasari. Pernyataan yang mendukung disebut pernyataan mendukung (favorable) dan yang tidak mendukung disebut pernyataan tak mendukung (unfavorable). Pengembangan instrumen penilaian afektif dalam penelitian ini, masing-masing skala akan menggunakan 40 pernyataan yang mendukung (favorable) dan 40 pernyataan yang tak mendukung (unfavorable). 3) Penelaah Pernyataan Penelaah pernyataan memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) untuk melihat kesesuai dengan kisi-kisi; (2) untuk melihat kesesuaian dengan dasar teori yang mendasari pengukuran; dan (3) untuk mengetahui kelaytakan dan ketepatamn pembahasan. Selain itu, penelaahan ini juga berfungsi untuk memenuhi validitas isi instrumen. 4) Perakitan Pernyataan (Penulisan Aitem) Beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam penulisan aitem, diantaranya: 1. Menggunakan kata-kata dan kalimat yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti oleh responden, namun tetap harus mengikuti tata tulis taat bahasa Indonesia yang baku. 2. Penulisan aitem dengan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda terhadap istilah yang digunakan. 3. Penulisan aitem mengacu pada indikator perilaku atau komponen atribut, jangan menulis aitem yang langsung menanyakan atribut yang hendak diungkap. 4. Perhatiakan indikator perilaku yang hendak diungkap sehingga stimulus dan pilihan jawaban tetap relevan dengan tujuan pengukuran. 5. Mencoba menguji pilihan-pilihan jawaban yang telah ditulis. Apakah ada perbedaan arti atau makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan ciri atribut yang sedang diukur, apa bila tidak maka aitem yang bersangkutan tidak akan memiliki daya beda (discriminating power).
4
6. Isi pernyataan tidak boleh mengandung social desirability, yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial. Aitem yang bermuatan social desirability cenderung akan disetujui oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif, bukan karena isi aitem itu sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya. 7. Untuk menghindari stereotipe jawaban, sebagian dari aitem perlu dibuat dalam arah favorabel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel. 5) Uji Coba Pemilihan kelompok subjek untuk uji coba harus dilakukan secara cermat karena perangkat penilaian afektif yang dikembangkan ini terikat pada kelompok (groupdependent). Selain itu dalam ujicoba yang harus diperhatikan adalah kondisi uji-coba; kondisi uji-coba harus menjamin diperolehnya data yuang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pada penelitian ini pada pelaksanaan uji-coba, peneliti akan melakukannya di sekolah dengan kemampuan tinggi (prestasi belajarnya tinggi). Ujicoba Instrumen penelitian dilakukan di SMA Petrus klaten pada tanggal 28 Agustus 2010 dan MAN klaten pada tanggal 22 September 2010. 6) Skoring Penelitian ini menggunakan Skala model Likert yang merupakan pendekatan respons. Penskalaan respons adalah metode pengembangan skala yang tujuannya dalah meletakkan kategori respon pada titik-titik disepanjang suatu kontinum psikologis yang telah ditetapkan. Nilai skala setiap pernyataan akan diperoleh dari distribusi respon atau jawaban kelompok rsponden yang menyetakan kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka pada setiap pernyataan. Prosedur penskalaan respons didasari oleh dua asumsi, yaitu : a) setiap pernyataan yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan unfavorabel b) jawaban yang berikan oleh individu yang mempunyai sikap positif pada aiten yang favorable harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif . Sebaliknya jawaban yang berikan oleh individu yang mempunyai sikap negatif pada aiten yang unfavorabel harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap positif. 7) Analisi Hasil Uji-Coba Hasil uji-coba dianalisis satu pernyataan demi satu pernyataan. Setiap pernyataan dianalisis dengan tujuan untuk mengetahui (a) distribusi jawaban, dan (b) harga daya pembeda. Selain itu, juga untuk mengetahui validitas konstrak dan reliabilitas instrumen penilaian afektif. 8) Seleksi Pernyataan dan Perakitan Instrumen a. Seleksi Pernyataan Pernyatan-pernyataan yang telah di uji-coba dan dianalisis hasilnya dilkakukan seleksi dengan berdasarkan dua kriteria, yaitu 1. Distribusi jawaban. Pernyataan-pernyataan yang memenuhi syarat adalah pernyataan yang semua alternatif jawabannya terisi dan distribusi jawabannya bermodus tunggal.
5
2. Daya pembeda. Parameter daya pembeda aitem dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi aitem-total, yang memperlihatkan kesesuaian fungsi dengan fungsi skala dalam menggungkap perbedaan individual. Pemilihan aitemaitemnya berdasarkan pada besarnya koefisien korelasi yang dimaksud. Sebagai kriteria pemiliahan aite dalam penelitian ini berdasarkan atas korelasi aitermtotal, yaitu rix 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. b. Perakitan Pernyataan Pernyataan-pernyataan yang telah diseleksi lalu dirakit ke dalam perangkat instrumen. Dalam perakitan ini hal-hal yang perlu dipertibnagkan adalah sama dengan apa yang dipertimbangkan pada perakitan untuj uji-coba. Tujuan pokoknya dalah menjamin bahwa respons terhadap suatu pernyataan tidak dipengaruhi oleh respons terhadap pernyataan lainnya. 9). Pencetakan Instrumen Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pencetakan instrumen adalah apakah respons (lembar jawaban) diberikan pada lembar terpisah atau diberikan pada lembar pernyataan. Yang penting adalah tampilan hasil cetakan tersebut harus tidak menghambat para subjek untuk memahami pernyataan dan memberikan responsnya. Jadwal pencetakan tentu harus diatur agar instrumen tersebut siap pada waktu yang diperlukan. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan lembar jawaban yang terpisah dari lembar pernyataan. 10) Administrasi Instrumen Dalam administrasi instrumen penilaian afektif ini kehati-hatian harus diterapkan dalam memilih kelompok subjeknya, agar data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan tujuan pengembangan instrumen penilaian afektif ini. Seperti yang telah dijelaskan bahwa instrumen penilaian afektif yang dihasilkan ini tidak bebas dari kelompok subjek yang digunakan dalam penyusunannya. Jadi generalisasi penerapannya tergantung pada subjek yang terlibat dalam penyusunannya. Kondisi testing (administrasi) juga perlu dijaga agar tidak terjadi hambatan bagi subjek untuk menampilkan respons yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya. 11. Penyusunan Skala dan Norma a. Penyusunan Skala Ada beberapa elternatif skala yang dapat disusun sesuai kebutuhan. Skala-skala tersebut adalah (a) skala skor mentah (skor perolehan); (b) skala persen; (c) skala jenjang persentil. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala skor mentah (skor perolehan). b. Penyusunan Norma Norma yang disusun akan ditentukan oleh kebutuhan dan kondisi. Mungkin diperlukan norma nasioanl, norma regional, norma untuk kelompok-kelompok tertentu yang relevan. Pada penenlitian ini, peneliti menggunakan norma kelompok.
6
3. Teknik Analisis Data 1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen (alat ukur) penilaian afektif. ukur. Suatu instrumen (alat ukur) penilaian afektif ini harus baik dan berkualitas supaya memenuhi syarat validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan. Pada penelitian ini akan mengungkap aspek-aspek yang terdapat pada Skala Minat Siswa Terhadap Pelajaran, Minat Siswa Terhadap Pelajaran, dan Konsep Diri Siswa, yang diberikan pada subjek penelitian terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas butir. Validitas isi, yaitu bagaimana alat ukur yang digunakan benarbenar mencakup seluruh kawasan isi daripada aitem mewakili daripada apa yang hendak diukur dalam suatu penelitian. Validitas isi daripada suatu alat ukur mewakili semua aspek yang hendak diteliti dan diungkap. Validitas isi ini merupakan validitas yang diestimasi terhadap isi alat analisis rasional atau lewat professional judgment (Suryabrata, 2003). Dalam melakukan telaah aitem pada alat ukur yang digunakan agar valid, dengan mendiskusikan bersama orang-orang yang kompeten tersebut atau berdasarkan pendapat professional (professional Judgment) (Azwar, 1997; Suryabrata, 2003). Validitas butir bertujuan untuk mengetahui apakah butir atau aitem yang digunakan baik atau tidak. Uji analisis butir atau aitem dengan mengkorelasikan skor butir atau aitem dengan skor total butir atau aitem. Aitem yang memenuhi syarat jika r = 0,3. Korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuain antara fungsi-fungsi butir aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable atau ajeg. Reliabilitas memiliki berbagai istilah seperti: keterparcayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi (Dooley, 1995). Cascio (1998) menyebutkan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana alat ukur mempunyai konsistensi hasil relatif tetap jika dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama . Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas, dengan angka antara 0,00 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien mendekati angka 1,00 berarti reliabilitas alat ukur semakin tinggi. Sebaliknya reliabilitas alat ukur yang rendah ditandai oleh koefisien reliabilitas yang mendekati angka 0,00 (Azwar, 1999). Uji reliabilitas dilakukan dengan konsistensi internal yaitu menggunakan teknik Alpha Cronbach. Alasan penggunaan teknik Alpha Cronbach karena dapat digunakan untuk menguji angket atau pun tes, tingkat kesukarannya seimbang atau hampir seimbang, digunakan untuk butirbutir dikotomi dan nirdikotomi (Hadi, 2000,a). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1) Analisis Kualitatif Berdasarkan hasil analisis pada lembar evaluasi yang dibagikan kepada subjek, masih ada pernyataan-pernyataan yang belum dipahami oleh subjek. a. Skala Konsep Diri a. Butir 24 yang berbunyi ” Saya orang yang rasional” b. Butir 32 yang berbunyi ” Saya senantiasa bersikap optimis”
7
c. d. e. f. g.
Butir 33 yang berbunyi ” Saya merasa gugup jika harus berbicara di depan kelas” Butir 48 yang berbunyi ” Saya merasa senang berimajinasi ” Butir 57 yang berbunyi ” Saya puas dengan diri saya sendiri ” Butir 58 yang berbunyi ” Saya merasa bahwa saya tidak cerdas” Butir 75 yang berbunyi ” Saya tidak mudah tersinggung walaupun orang menggunjingkan saya ” Berdasarkan hasil pemantauan pada lembar evaluasi dapat diketahui bahwa ada beberapa kata di dalam pernyataan yang tidak dipahami oleh subjek. Misalnya Optimis, imaginasi, rasional. Agar subjek lebih memahami pernyataan yang ada di skala kata-kata tersebut diganti dengan kata-kata yang lebih sederhana.Optimis diganti menjadi semangat, imaginasi diganti menjadi khayal, rasional diganti menjadi pikiran, sehingga pernyataan pada butir 24 pada skala konsep diri dirubah menjadi “saya adalah orang yang berfikir menggunakan otak bukan perasaan”. Pernyataan pada butir 32 diganti menjadi “saya orang yang selalu bersemangat”. Pernyataan pada butir 33 diganti menjadi “ Saya merasa gemetar jika harus berbicara di depan kelas”. Pernyataan pada butir 48 diganti menjadi “Saya senang menghayal”. Pernyataan pada butir 58 diganti menjadi “saya merasa bahwa saya tidak pintar” b. Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika a. Butir 7 yang berbunyi ” Walaupun belajar matematika pada jam pertama, saya malas untuk mengikutinya” b. butir 34 yang berbunyi ” Jika hari libur saya senang mencari-cari buku baru mengenai matematika” c. butir 49 yang berbunyi ”Setiap minggunya, belajar matematika cukup 2 jam saja” d. butir 58 yang berbunyi “Soal-soal latihan sangat membantu untuk mamahami materi pelajaran” e. butir 27 yang berbunyi ”Saya tidak menyukai guru matematika yang malas mengajar” c. Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika a. Butir 27 yang berbunyi ”Saya sanang jika ada kegiatan dari sekolah pada jam pelajaran matematika” b. Butir 78 yang berbunyi ”Menurut saya adalah hal yang biasa jika tidak berhasil dalam ujian matematika” c. Butir 63 yang berbunyi ”Saya pusing mengerjakan tugas-tugas dari sekolah” d. Butir 80 yang berbunyi ”Saya tidak suka belajar matematika dalam suasana bising” e. Butir 28 yang berbunyi “Belajar matematika bias dilakukan kapan saja dan dimana saja” f. Butir49 yang berbunyi ”Saya selalu dipaksa orang tua untuk les matematika” g. Butir 56 yang berbunyi ”Saya tidak suka kalau disuruh membeli buku matematika” h. Butir 70 yang berbunyi ”Saya lebih suka pelajaran hitungan daripada hafalan” i. Butir 71 yang berbunyi ”Saya puas dengan hasil ulangan matematika”
8
2. Analisis Kuantitatif a. Analisis Reliabilitas Berdasarkan analisis estimasi reliabilitas dengan pendekatan konsistensi internal melalui metode Alpha Cronbach pada instrumen penilaian afektif dapat diperoleh koefisien reliabilitas untuk masing-masing skala, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif No Skala Koefisien Kategori Reliabilitas 1 Konsep Diri Siswa 0,8950 baik 2 Sikap Terhadap Mata Pelajaran 0,5714 sedang Matematika 3 Minat Mata Pelajaran Matematika 0,8387 baik Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas skala konsep diri dan skala minat terhadap mata pelajaran matematika relatif tinggi, yaitu sebesar 0,8950 dan 0,8387. Pada dasarnya skala konsep diri dan minat terhadap mata pelajaran dalam penelitian ini mempunyai reliabilitas yang baik. Sehingga skala konsep diri dan skala minat terhadap mata pelajaran matematika bisa digunakan sebagai instrument penilaian afektif. Namun, untuk skala sikap terhadap mata pelajaran matematika koefisien reliabilitas yang dihasilkan belum memuaskan yaitu sebesar 0,5714. Sehingga skala sikap terhadap mata pelajaran matematika belum layak untuk digunakan sebagai instrument penilaian afektif. Skala Sikap terhadap mata pelajaran matematika masih memerlukan perbaikan/revisi, terutama mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi sikap siswa terhadap mata pelajaran matematika. Karena aspek-aspek yang digunakan peneliti pada penelitian ini merupakan hasil wawancara peneliti dengan sejumlah orang yang telah atau pernah belajar matematika. Selain itu, rendahnya keofisien reliabilitas skala sikap terhadap mata pelajaran juga disebabkan karena masih banyak butir-butir skala yang belum memenuhi syarat atau nilai korelasi aitemtotal yang ≤ 0,25 sebanyak 41 butir atau 51,25 %. b. Analisis Validitas Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas butir. Validitas isi ini merupakan validitas yang diestimasi terhadap isi alat analisis rasional atau lewat professional judgment (Suryabrata, 2003). Dalam melakukan telaah aitem pada alat ukur yang digunakan agar valid, dengan mendiskusikan bersama orang-orang yang kompeten tersebut atau berdasarkan pendapat professional (professional Judgment) (Azwar, 1997; Suryabrata, 2003). Validitas butir bertujuan untuk mengetahui apakah butir atau aitem yang digunakan baik atau tidak. Uji analisis butir atau aitem dengan mengkorelasikan skor butir atau aitem dengan skor total butir atau aitem. Aitem yang memenuhi syarat jika r ≥ 0,25. Korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuain antara fungsi-fungsi butir aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan. Berdasarkan hasil analisis terhadap skor korelasi aitem-total, dapat diperoleh butir-butir yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai instrumen penilaian afektif.
9
1. Uji Validitas Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika pada sebelum uji coba berjumlah 80 item pernyataan terdiri dari 5 aspek, setelah uji coba terdapat 39 item pernyataan valid dan sebanyak 41 item pernyataan gugur. Koefisien validitas butir yang sahih bergerak antara 0,2490 sampai 0,6280. Tabel 5 rangkuman butir pernyataan valid dan gugur skala sikap terhadap mata pelajaran matematika. Tabel 5. Hasil Uji Validitas Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika Komponen Favorabel Unfavorabel Jumlah 1. Guru
1,11,27*,36,44*,56,62 9*,1*,25,32*,41,51,67*,7 *,74 1*
16
2. Materi/Pelajaran
2*,14*,22*,33*,42,58, 8*,20*,26,39,47*,53*,63* 66*,76 ,79*
16
3. Jam Pelajaran
3,12*,29*,40,46,60*,6 7,17*,23*,37,49*,55*,69, 4*,72 75*
16
4. Metode Pembelajaran
4*,15,30,38,48,52*,68, 6,19*,28*,35*,43*,57,65, 80 77
16
5. Buku Pelajaran
5*,13,24,34*,50,54,70, 10,16*,21*,31,45,59,61*, 78* 73*
16
Jumlah 40 Keterangan: * adalah butir yang gugur
40
80
2. Uji Validitas Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika pada sebelum uji coba berjumlah 80 item pernyataan terdiri dari 3 aspek, setelah uji coba terdapat 51 item pernyataan valid dan sebanyak 29 item pernyataan gugur. Koefisien validitas butir yang sahih bergerak antara 0,2508 sampai 0,6300. Tabel 6 rangkuman butir pernyataan valid dan gugur skala minat terhadap mata pelajaran matematika. Tabel 6. Hasil Uji Validitas Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika No Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorabel Unfavorabel 1 Penerimaan 1,24,38,55,12,28,40 6,,18,45*,58,77,15,35,47 26 *,62,73, 8,30*,44,64 ,66, 21*,37*,49*,68 2 Tanggapan 5*,10,42,59,76,23,3 2*,9,35,56*,74*,14,29,5 27 2,46,67*,11,34,48,7 3,63, 20,27*,39*,60 1*,78* 27 3 Penilaian 3,19,50*,57*,17*, 4,16*,41,65*,7,31,43*, 36*,52*,70,75,22*, 69,80*,13*,33,51*,72*,7 26,54,61 9* Jumlah 40 40 80 Keterangan: * adalah butir yang gugur
10
3. Uji Validitas Skala Konsep Diri Siswa Skala Konsep Diri Siswa pada sebelum uji coba berjumlah 80 item pernyataan terdiri dari 3 aspek, setelah uji coba terdapat 54 item pernyataan valid dan sebanyak 26 item pernyataan gugur. Koefisien validitas butir yang sahih bergerak antara 0,2500 sampai 0,5560. Tabel 7 rangkuman butir pernyataan valid dan gugur skala konsep diri siswa. Tabel 7. Hasil Uji Validitas Skala Konsep Diri Siswa No Aspek Nomor Aitem Jumlah Favorabel Unfavorabel 1 Pengetahuan 1,24*,38,55,12*,28,40, 6,18*,45,58,77*,15*,35 26 62,73*,8,30*,44,64* ,47*,66*,21,37,49,68 2 Pengharapan 5,10,42,59,76*,23,32,4 2,9*,35,56,74,14,29,53, 27 6,67,11*,34,48*,71,78 63, 20*,27*,39,60* 3
Penilaian
3,19*,50*,57*,17*,36,5 2,70,75*,22,26,54,61*
4,16,41,65*,7,31,43,69, 80, 13*,33,51,72,79
27
40
80
Jumlah 40 Keterangan: * adalah butir yang gugur
SIMPULAN Instrumen penilaian afektif yang memenuhi syarat untuk digunakan alat ukur adalah Skala Konsep Diri Siswa dan Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika. Koefisien reliabilitas Skala Konsep Diri Siswa adalah 0,895, Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika adalah 0,8387, dan Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika adalah 0,5714. Koefisien validitas skala Skala Konsep Diri Siswa berkisar antara0,2500 sampai 0,5560, koefisien Skala Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika berkisar antara 0,2508 sampai 0,6300 dan koefisien Validitas Skala Sikap Terhadap Mata Pelajaran Matematika berkisar antara 0,2490 sampai 0,6280. DAFTAR PUSTAKA
Andersen, Lorin. W. (1981). Assessing affective characteristic in the schools. Boston: Allyn and Bacon. Azwar, S. (1995) Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. 2003. Dasar-dasar Psikometri. Edisi I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, Albert. 1997. Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.
11
Baron, R.A & Byrne D (1994) Social Psychology, Understanding Human Interaction; Seventh Ed. Needham Heights, Massachuttes: Allyn & Bacon Inc. Bloom, B. 1976. Learning Taxonomy. http://coe.sdsu.edu/eet/articles/BloomsLD/ start.htm. Burns, R. B. 1993. Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku (terjemahan). Jakarta: Arcan. Cronbach, L.J. 1994. Essentials of Psychological Testing (4th ed). New York: Harper and Row, Publisher, Inc. Crow and Crow. 1984. Psikologi Pendidikan. Edisi pertama. Surabaya : Bina Ilmu. Fishbein, M. & Ajzen, I. (1975) Believe, Attitude, Intention & Behavior: An Introduction to Theory and Research, Sydney: Addison Wesley Publishing Company Krech, D; Crutchfield, R.S.; & Ballachey, E.L (1962) Individual in Society, McGraw Hill International Book Company. Pajares, Frank dan Schunk, Dale H. 2001a. Self Beliefs and School Success: Self Efficacy, Self Concept, and School Achievement. Dalam Riding, R. dan Rayner, S. (editor). Perception. London: Ablex Publishing. Sardiman A. M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Schunk, D. H. 2000. Learning Theories, an educational perspective. New Jersey: Prentice Hall. Suryabrata, S. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. Wahid, A. 1998. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak dalam Chabib Toha (eds), PBMPAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Walgito, B. (1991), Hubungan antara Persepsi mengenai Sikap Orangtua dengan Harga Diri Para Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) di Propinsi Jawa Tengah, Disertasi, Yogyakarta: PPS-UGM. Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan evaluasi Belajar. Jakarta : P.T. Gramedia. Yeung, Alexander Seeshing dan Lee, Frances Laimui. 1999. Self Concept of High School Student in China: Confirmation Factor Analysis of Longitudinal Data. Educational and Psychological Measurement. 59 (3) 421-450.
12