Jurnal Tematik, 6 (3) (2015): 181-190
JURNAL TEMATIK Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tematik/index
Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa Ficha Aulia Nanda* *STKIP Citra Bangsa, Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia Received: October 2016; Reviewed: November 2016; Accepted: December 2016 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Instrumen penilaian aspek afektif pada buku guru dan siswa di kelas V Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat, pengembangan instrumen penilaian aspek afektif siswa yang belum ada pada buku guru dan siswa di kelas V SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat, dan Validitas instrumen penilaiai aspek afektif yang dikembangkan pada siswa kelas V SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat. Sebagai subjek dalam penelitian ini yaitu guru siswa kelas V SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat, serta ahli validasi sebanyak 3 orang yang memiliki kriteria ahli materi, ahli konstruksi, dan ahli linguistik/Bahasa Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian R & D yaitu suatu proses yang dipakai untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan prodak tersebut. Penelitian ini mengembangkan instrumen penilaian aspek afektif siswa yang merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran. Hasil penelitian dikemukakan kesimpulan bawah tidak ditemukannya instrumen penilaian aspek afektif pada buku guru dan siswa. Pengembangan instrumen penilaian aspek afektif siswa disusun berdasarkan tema dan sub tema dari kegiatan pembelajaran. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli diketahui bahwa rata-rata penilaian pada komponen objektivitas yang terdiri dari dua sub komponen mengemukakan hasil rata-rata penilaian validitas sebasar 100,00 dan termasuk kategori sangat baik. Komponen sistematis dengan dua sub komponen penilaian rata-rata sebesar 100,00 dan termasuk kategori sangat baik. Komponen konstruksi yang terdiri dari dua sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata validasi sebesar 83,33 termasuk kategori baik. Komponen kebahasaan dengan satu sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 91,67 dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan dengan dua sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 95,84 dengan kategori sangat baik. Selajuntnya hasil keseluruhan validasi ahli adalah sebesar 93,33 termasuk berkategori sangat baik. Kata kunci: pengembangan instrumen, penilaian afektif. Abstract This study aims to determine Instruments votes affective aspects of the book teachers and students in class V State 054 871 Suka Makmur Langkat, the development of assessment instruments affective aspects of students who have not been there in a book teachers and students in class V SD Negeri 054 871 Suka Makmur Langkat, and the validity of the instrument penilaiai affective aspects developed in class V students of SD Negeri 054 871 Suka Makmur Langkat. As the subjects in this study is teacher fifth grade students of SD Negeri 054 871 Suka Makmur Langkat, as well as validation experts were 3 people who have the criteria of subject matter experts, construction experts, and linguist / Indonesian. This research included in this type of research R & D that is a process that is used to produce a specific product and test the effectiveness of the prodak. This study develops an assessment instrument affective aspects of students, which is one of the tools of learning. Results of the research conclusions presented below are not finding affective assessment instruments on the books teachers and students. The development of assessment instruments affective aspects of students organized by theme and sub-themes of the learning activities. The tests carried out by experts note that the average assessment on objectivity component which consists of two sub-components suggests the average yield of the validity of the votes sebasar 100.00 and includes the excellent category. Systematic component with two sub-components of the average valuation of 100.00 and includes the excellent category. Construction components consisting of two subcomponents with the acquisition of validation of an average value of 83.33 including both categories. Components of the language with a sub component of the acquisition value of an average of 91.67 with a very good category. Component practicality with two sub-components with the acquisition value of an average of 95.84 with a very good category. Selajuntnya overall results of expert validation is at 93.33 including a very good category. Keywords: instrument development, affective ratings.
How to Cite: Nanda, Ficha Aulia. (2016). Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa, Jurnal Tematik,6 (3) (2016): 181-190
* Corresponding author: e-mail:
[email protected]
p-ISSN 1979-6633 e-ISSN 2460-7738
181
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
PENDAHULUAN Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh guru. Belajar adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terencana yang menggunakan tehnik dan metode tertentu sesuai ilmu atau keterampilan yang dipelajari. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang harus secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Aktivitas belajar merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Karenanya aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran juga salah satu aktivitas berkaitan dengan karakteristik berbeda dengan lainnya. Siswa harus mempunyai pemahaman, penguasaan yang baik terhadap materi belajarnya. Selain itu dalam aktivitas belajar juga dipergunakan untuk membentuk kepribadian siswa sehingga menjadikan siswa memiliki perilaku yang baik. Dalam proses pembelajaran ditemukan proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar sebagai satu produk dari proses belajar mengajar bukanlah hasil dari satu proses tunggal, tetapi merupakan bagian dari interaksi sejumlah faktor-faktor keberhasilan belajar yang dapat bersumber dari dalam diri siswa (faktor internal) ataupun dari luar diri siswa (faktor eksternal). Sebagai tolok ukur untuk mengetahui besarnya keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan evaluasi. Purwanto (2010:3) mengemukakan bahwa dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatifalternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba memuat suatu keputusan. Dalam pembelajaran, evaluasi memang sangat penting. Selain sebagai tolok ukur siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran, evaluasi juga digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan program pengajaran. Kegiatan evaluasi merupakan salah satu tugas penting yang harus dilakuakan yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar karena kegiatan
evaluasi itu membantu guru untuk memperbaiki cara belajar dan membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya. Salah satu pelajaran yang tidak pernah lepas dari evaluasi adalah pelaksanaan kurikulum 2013. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran telah tercapai, evaluasi perlu didukung dengan instrumen yang sesuai dengan karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar), serta dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Selain itu penilaian juga harus dilakukan secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar serta mencakup wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang dicapai siswa. Oleh karenanya evaluasi atau penilaian merupakan bagian keseluruhan dari proses pembelajaran sehingga hasil penilaian dapat menggambarkan kemampuan atau prestasi belajar siswa secara menyeluruh dan sesungguhnya. Sanjaya (2008:58) mengemukakan bahwa suatu proses pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang merupakan hasil dari interaksi dan interelasi komponen-komponen yang membentuk sistem pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media dan evaluasi. Setiap komponen akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk itu, peserta didik diharapkan tidak hanya mampu menguasai aspek kognitif, tapi juga mampu mengembangkan aspek afektif, serta aspek psikomotorik secara menyeluruh. Namun, pada pelajaran dengan kurikulum 2013 khususnya, aspek yang dinilai hanya terbatas pada aspek kognitif dan afektif dengan indikator yang masih terbatas sehingga perlu pengembangan yang lebih mendalam dan disempurnakan. Menurut Popham (dalam Mardapi, 2004:6) mengemukakan bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki kemampuan afektif yang baik sulit mencapai keberhasilan belajar yang optimal. Hasil belajar kognitif dan psikomotorik akan optimal jika afektif tinggi. Oleh karena itu, pendidikan harus diselenggarakan dengan memberikan perhatian yang lebih baik menyangkut ranah afektif ini. Selain itu, pengembangan ranah afektif di sekolah akan membawa pengaruh yang sangat positif dalam kehidupan anak selanjutnya, baik di rumah atau di lingkungan. Namun, pada umumnya guru menilai hasil belajar siswa hanya dengan menggunakan tes dan lebih menekankan pada aspek pengetahuan
182
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
siswa (aspek kognitif), yaitu melalui pengulangan materi dengan cara mengingat atau menghafal sejumlah konsep. Sesungguhnya guru menyadari bahwa untuk menilai aspek afektif kurang relevan jika hanya menggunakan tes. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru di SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat diketahui bahwa ternyata guru menyadari pentingnya masalah afektif, akan tetapi pada kenyataanya guru masih kurang mampu dalam melakukan penilaian pada ranah afektif dengan menggunakan instrumen yang relevan. Penilain dilakukan tanpa acuan yang jelas dan dianggap sudah melakukan penilain. Hasil observasi peneliti menemukan bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru pada aspek afektif hanya terbatas pada pembuatan tugas-tugas dan pekerjaan rumah seperti membuat catatan, selain itu juga hanya dilakukan melalui pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan penilaian seperti itu sebenarnya tidak dapat dikatagorikan sebagai penilaian aspek afektif, karena hanya menekankan pada aspek pengulangan materi atau hafalan sejumlah konsep oleh siswa. Penilain guru dengan dengan pengamatan juga masih terbatas pada sikap siswa di dalam kelas saja. Sementara secara keseluruhan tentang penilaian afektif siswa untuk pelajaran masih perlu untuk dipertanyakan. Oleh karenanya alat penilaian ranah afektif kurang tepat jika hanya dengan pemberian tugas dan pengamatan, kegiatan penilaian seperti itu tidak dapat mengungkap afektif siswa yang sebenarnya terhadap pelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah khususnya di kelas, terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Sebagai pengajar, guru membimbing, mendidik, memotivasi, dan memfalisitasi kebutuhan belajar siswa di kelas. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola proses belajar mengajar, juga termasuk dalam menggunakan penilaian yang tepat untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur terhadap siswa yang tidak hanya mengukur pada aspek pengetahuan, akan tetapi juga mengevaluasi terhadap afektif siswa dalam pembelajaran. Penilaian sebagai bagian intregal dari pembelajaran hendaknya dilakukan sesaat, tetapi harus secara berkala, berkesinambuangan dan menye-
luruh yang meliputi semua komponen proses dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui instrumen penilaian aspek afektif pada buku guru dan siswa di kelas V Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat, mengetahui pengembangan instrumen penilaian aspek afektif siswa yang belum ada pada buku guru dan siswa di kelas V SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat, dan mengetahui validitas instrumen penilaiai aspek afektif yang dikembangkan pada siswa kelas V SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan dan khasanah pengetahuan mengenai penilaian afektif siswa melalui pengembangan instrumen penilaian.
KAJIAN PUSTAKA Dalam kegiatan belajar yang dilakukan seseorang, tidak terlepas dari hasil sebagai kesinambungan terhadap upaya belajar yang dilakukannya. Terkadang pula bahwa seseorang dikatakan berhasil dalam kegiatan belajarnya, jika hasil yang didapatkannya sangat baik atau memuaskan. Sehingga hasil dianggap sebagai tujuan dari pelaksanaan kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang. Hasil belajar mengandung dua kata atau dua istilah yang memiliki pengertian tertentu satu sama lainnya. Untuk lebih memudahkan dalam memahami kedua kata atau istilah di atas, maka terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa pengertian terhadap kata atau istilah dimaksud. Pertama adalah kata belajar. Menurut Abdurahman (2010:34) bahwa belajar adalah pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku. Hamalik (2004:27) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Syamsudin (2009:157) juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pengalaman secara langsung maupun tidak langsung yang terjadi pada diri seseorang, sehingga dengan pengalaman yang dilaluinya itu akan memberikan dampak terhadap prilaku hidupnya terutama dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari. Belajar berarti mengakibatkan peru-
183
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
bahan yang terjadi dalam diri seseorang menyangkut tindakan secara psikis dan psikologis dirinya. Perubahan ini adalah sebagai wujud adanya kematangan yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat dan tuntutan dari proses belajar yang dilakukannya. Kegiatan belajar merupakan suatu tindakan atau usaha untuk dapat melakukan perubahan pada diri pribadi anak didik sehingga ia dapat mengembangkan potensi dirinya, karena kegiatan belajar merupakan suatu langkah untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki anak didik sehingga perkembangan yang terjadi dewasa ini dapat diikuti. Belajar sebagai suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajikan. Belajar tentunya berkaitan dengan kehidupan komplek dalam diri seseorang, belajar diharapkan terjadinya perubahan diberbagai aspek bidang diri seseorang anak, sehingga dengan demikian belajar menyangkut segala sesuatu dalam diri anak dan diharapkan dengannya akan terjadi perubahan yang mendasar dan potensial berkembang, perubahan ini tentunya adalah perubahan secara lahiriah maupun bathiniah anak didik dan terjadi secara baik dan membekas dalam diri anak didik. Selain kata belajar, maka terdapat istilah atau kata hasil belajar. Beberapa ahli telah banyak memberikan batasan atau defenisi terhadap pengertian hasil belajar. Hasil sesungguhnya adalah yang diperoleh seseorang dari aktivitas belajar yang dilakukannya, hasil ini adalah sebagai wujud bukti perlakuan atau keterlibatan seseorang dalam melakukan usaha belajarnya. Purwanto (2010:44) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses belajar yang mengakibatkan berubahnya infut secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi bahan jadi (finished goods). Suprijono (2010:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dilakukan oleh seorang anak didik
memiliki standar ukur sebagai wujud untuk membuktikan adanya tingkat keberhasilan belajar itu sendiri, dimana hasil belajar itu dinyatakan sebagai suatu keberhasilan anak didik dalam menguasai atau mempelajari materi pelajaran tertentu yang dilakukannya disekolah dan dapat dilihat dari skor atau nilai yang tertera di dalam raportnya. Nilai yang dimaksudkan tersebut adalah dalam bentuk angka atau huruf yang dapat dijadikan sebagai bukti keberhasilan seseorang dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Hanya saja perolehan nilai atau angka dimaksud adalah dilalui atau dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Abidin (2014:63) menegaskan bahwa pengukuran merupakan sebuah prosedur penentuan dan penetapan skor untuk menentukan spesifikasi atribut atau karakteristik siswa. Skor hasil pengukuran mencerminkan tingkatan yang dimiliki siswa. Di sisi lain, tes didefinisikan sebagai instrument atau prosedur sistematis untuk mengobservasi dan mendeskripsikan satu atau lebih karakter siswa menggunakan skala numerik ataupun skema klasifikasi. Selanjutnya Miller (2009:132) mengemukakan bahwa pengukuran dipandang sebagai proses menetapkan hasil tes atau jenis penilaian lainnya yang memiliki aturan-aturan khusus. oleh karena itu, pengukuran biasanya menjawab pertanyaan seberapa banyak. Tes merupakan instrument untuk mengukur sampel perilaku melalui pengajuan seperangkat pertanyaan secara seragam. Sebagai salah satu penilaian, tes biasanya menjawab pertanyaan “seberapa baik performas seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain atau dibandingkan dengan performa tugas yang di tetapkan. Haris (2013:54) mengemukakan bahwa penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Selanjutnya Sudijono (1996: 16-17) menyatakan bahwa secara umum tujuan penilaian belajar adalah untuk: (a) menghimpun bahanbahan keterangan yang akan dijadikan sebagai
184
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; dan (b) mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Sudjana (2007:37 menegaskan bahwa selain tujuan dan fungsi penilaian, guru juga harus memahami prinisp-prinsip penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut : a) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Artinya setiap guru melaksanakan proses pembelajaran ia harus melaksanakan kegiatan penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian formatif. Tidak ada proses pembelajaran tanpa penilaian. Dengan demikian maka kemajuan belajar siswa dapat diketahui dan guru dapat selalu memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya; b) Penilaian hasil belajar hendaknya dirancang dengan jelas kemampuan apa yang harus dinilai, materi atau isi bahan ajar yang diujikan, alat penilaian yang akan digunakan, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum yang berlaku terutama tujuan dan kompetensi mata pelajaran, ruang lingkup isi atau bahan ajar serta pedoman pelaksanaannya; b) Penilaian harus dilaksanakan secara komprehensif, artinya kemampuan yang diukurnya meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotiris. Dalam aspek kognitif mencakup: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi secara proporsional; c) Alat penilaian harus valid dan reliabel. Valid artinya mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Reliabel artinya hasil yang diperoleh dari penilaian adaalah konsisten atau ajeg (ketetapan); d) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tidak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru sebagai bahan untuk menyempurnakan program pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pembelaja-ran, dan kegiatan bimbingan belajar pada siswa yang memerlukannya; dan e) Penilaian hasil belajar harus obyektif dan adil sehingga bisa menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Prinsip-prinsip penilaian di atas dapat digunakan guru dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai. Kondisi
ini tidak dapat di deteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus (Depdiknas, 2008:7). Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar yang memiliki peran yang sangat penting. Keberhasilan pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Pencapai hasil belajar yang optimal, dalam mencapai program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik (Depdiknas, 2008:2). Laporan hasil belajar peserta didik, terhadap komponen pengetahuan yang umumnya representasi aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek psikomotorik dan komponen sikap yang berkaitan dengan kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu. Tabel berikut menyajikan beberapa aspek yang dinilai untuk lima kelompok mata pelajaran (sesuai PP No.19 Tahun 2005 Pasal 64 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik). Arikunto (2006:26) mengemukakan bahwa instrumen penilaian yang disebut juga dengan alat evaluasi adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas atau melaksanakan tujuan secara lebih efektif dan efisien. Dalam kegiatan evaluasi fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang dievaluasi . Penilaian afektif dalam penelitian ini menggunakan instrumen non tes. Dilihat dari kata yang menyusunnya, maka non tes dapat diartikan sebagai teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
185
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakuakan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan menggunakan skala sikap, pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumendokumen (documentary analysis). Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain). Depdiknas (2008:19) mengemukakan penulisan soal instrumen non tes, penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan/kaidah penulisannya, kaidahnya adalah seperti berikut : Materi (a) Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisikisi. (b) Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya). Konstruksi (a) Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas. (b) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan dengan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja. (c) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. (d) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu. (e) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta. (f) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara. (g) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden. (h) Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap. (i) Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadangkadang, tidak satupun, tidak pernah.
Bahasa/Budaya (a) Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik atau responden. (b) Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku. (c) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu. Mardapi (2004:104) mengemukakan langkah-langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu: menentukan spesifikasi instrumen; menulis instrumen; menentukan skala instrumen; menentukan sistem penskoran; mentelaah instrumen; merakit instrumen; melakukan ujicoba; menganalisis instrumen; melaksanakan pengukuran; menafsirkan hasil pengukuran. METODE Penelitian dilaksanakan pada kelas V di SD Negeri 054871 Suka Makmur Kabupaten Langkat. Pemilihan tempat ini didasarkan pada beberapa alasan dan pertimbangan sebagai berikut: 1) Pada sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian perlakuan serupa; 2) Masih jarang menggunakan strategi-strategi baru, masih menggunakan strategi konvensional; 3) Adanya rasa keingintahuan peneliti jika menggunakan strategi pembelajaran berbasis jigsaw apakah hasil belajar PKn siswa akan meningkat; dan 4) Memungkinkan bagi peneliti di sekolah tersebut untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian R & D, dengan langkah-langkah penelitian yang dikembangkan oleh Sugiono. Menurut Sugiono (2009:137) bahwa penelitian R & D adalah suatu proses yang dipakai untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan prodak tersebut. Penelitian ini mengembangkan instrumen penilaian aspek afektif siswa yang merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran. Sebelum diujicobakan instrumen divalidasi oleh tim ahli dan guru, untuk mendapatkan masukan secara teoritis. Setelah itu baru instrumen diujicobakan kepada kelompok kecil dan uji lapangan. Uji kelompok kecil berfungsi untuk memperoleh data empiris draf I, dimana hasilnya digunakan untuk merevisi draf I sebelum diujikan di lapangan. Hasil dari uji lapangan digunakan untuk menyusun draf akhir instrumen. Subjek dalam penelitian ini yaitu guru siswa kelas V SD Negeri 054871 Suka Makmur
186
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
Kabupaten Langkat, serta ahli validasi sebanyak 3 orang yang memiliki kriteria : (a) ahli materi, (b) ahli konstruksi, dan (c) ahli linguistik/Bahasa Indonesia. Arikunto (2006:149) mengemukakan bahwa metode pengumpulan data sangat penting dan berpengaruh terhadap hasil penelitian, karena dengan penggunaan atau pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan diperoleh data yang relevan, akurat dan reliabel. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain : Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari datadata mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah, siswa, rencana pembelajaran, dan model penilaian yang selama ini sudah diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Metode Kuesioner Sugiyono (2009:199) mengemukakan bahwa kuesioner merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan siswa sebagai subyek penelitian terhadap materi pelajaran PKn dengan menggunakan instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan oleh peneliti. Arikunto (2006:116) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah: Lembar Telaah Instrumen Penilaian Afektif Lembar telaah disusun sesuai dengan juknis panduan penyusunan instrumen penilaian aspek afektif yang dikeluarkan oleh Depdiknas. Fungsi Lembar telaah ini untuk memperoleh penililaian terhadap instrumen penilaian aspek afektif berdasarkan pandapat tim ahli dan guru. Informasi yang diperoleh melalui lembar telaah ini digunakan sebagai masukan dalam merevisi instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan oleh peneliti.
Instrumen Penilaian Aspek afektif Siswa Instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan teknik non tes dengan skala likert sebagai alat pengukurannya. Sebelum menyususn instrumen terlebih dibuat kisi-kisi. Penyusunan indikator di dalam kisi-kisi tersebut sudah disesuaikan dengan kata kerja operasional dalam ranah keterampilan menurut taksonomi Bloom, kalimat pernyataan dibuat dalam bentuk pernyataan favoreable dan unfavoreable yang sudah disesuaikan juga dengan karakteristik masingmasing pengukuran. Analisis data ini digunakan untuk memvalidasi instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan. Untuk menganalisis hasil penilaian yang diberikan oleh ahli dan guru terhadap kualitas produk dan kelayakan produk, akan menggunakan analisis deskriprif. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Persentase Rerata Skor (PRS) =
Jumlah Skor x 100% (Sudjana, 2007:129) Skor Maksimal Dengan Kriteria : (a) 90% ≤ PRS ≤ 100% = Sangat Baik (SB) (b) 80% ≤ PRS ≤ 90% = Baik (B) (c) 70% ≤ PRS ≤ 80% = Cukup (C) (d) 60% ≤ PRS ≤ 70% = Kurang (K) (e) 0% ≤ PRS ≤ 60% = Sangat Kurang (SK) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan instrumen penilaian afektif siswa dilakukan untuk memenuhi kelengkapan terhadap penilaian yang belum ada pada buku guru maupun buku siswa. Pengembangan instrumen penilaian afektif ini didasarkan hasil pengamatan terhadap kelengkapan penilaian pada buku guru dan buku siswa pada tema 9 tentang Lingkungan Sahabat Kita di kelas V pengembangan penilaian afektif ini juga didasarkan pada jenis-jenis penilaian yang terdapat pada kurikulum 2013 yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa. Dengan memperhatikan dan mempelajari jenis-jenis penilaian dalam kurikulum 2013 tersebut, selanjutnya menetapkan KI dan KD serta indikator pembelajaran berdasarkan pada tema yang sudah ditetapkan. Selanjutnya dengan membuat pemetaan KD dan indikator untuk setiap pembelajaran selanjutnya dilakukan penyusunan instrumen penilaian. Dalam menyusun instrumen penilaian pada buku guru dan siswa dapat dilihat dari setiap proses pembe-
187
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
lajarannya dan juga dari jenis kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa penilaian afektif yaitu dengan melaksanakan observasi. Penilaian afektif pada kurikulum 2013 ada 4 jenis penilaian yaitu : 1) observasi, 2) penilaian antar teman, 3) penilaian diri sendiri, dan 4) jurnal atau catatan guru. Dalam penelitian ini hanya mengembangkan penilaian observasi pada setiap pertemuan pada tema 9 Lingkungan Sahabat Kita. Penilaian ini dilakukan karena berdasarkan kurikulum 2013 untuk peniaian diri sendiri dan penilaian teman sejawat dilakukan pada setiap akhir pada saat ujian tengah semester. Tema Lingkungan Sabahabt Kita adalah tema sembilan di kelas V pada semester genap. Sedangkan untuk penilaian jurnal atau catatan guru bisa diambil melalui penilaian observasi kemudian di tuliskan apa-apa saja gejala yang ditimbulkan oleh siswa dari saat proses pembelajaran awal sampai akhir pembelajaran. Pengembangan instrumen penilaian afektif yang dikembangkan tidak terlepas dari kegiatan yang dilaksanakan pada proses pembelajaran, juga dilihat dari aktivitas pada buku siswa. Instrumen penilaian afektif yang dikembangkan juga tidak terlepas dari desain penilaian pada kurikulum 2013 yaitu berupa penilaian observasi yang berisi daftar isian tentang afektif yang dikembangkan. Pengembangan instrumen penilaian afektif siswa ini berdasarkan kurikulum 2013 khususnya pada tema 9 tentang Lingkungan Sabahat Kita dimaksudkan untuk membantu guru memudahkan melakukan penilaian terhadap afektif siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan validasi instrumen penilaian aspek afektif siswa ini melibatkan 3 orang ahli dari beberapa rumpun ilmu yang berbeda. Hal ini dikarenakan penilaian afektif berbasis kurikulum 2013 yang dikembangkan merupakan bagian dari proses pembelajaran tematik, sehingga dalam proses validasi melibatkan beberapa ahli dari masing-masing disiplin ilmu yang berbeda sesuai dengan pengembangan instrumen penilaian afektif pada siswa pada kelas V Sekolah Dasar. Validasi pengembangan instrumen penilaian afektif siswa yang melibatkan 3 ahli yaitu : (a) Ahli Lingusitik/Bahasa Indonesia, (b) Ahli materi, (c) Ahli Konstruksi. Proses validasi tersebut guna memvalidasi desain instrumen penilaian yang dikembangkan. Instrumen penilaian yang dikembangkan juga untuk mengetahui ketepatan dari instrumen penilaian afektif yang
dikembangkan supaya layak untuk digunakan. Proses validasi dilakukan dengan cara memberikan penilaian pada lembar penilaian yang telah disediakan. Pada lembar penilaian instrumen yang dikembangkan juga disediakan saran-saran dari ahli guna kesempurnaan instrumen penilaian yang dikembangkan. Berdasarkan perolehan skor dari masingmasing ahli yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa : 1) Hasil validasi ahli terhadap komponen objektivitas yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 100,00% dengan kategori sangat baik; 2) Hasil validasi ahli terhadap komponen sistematias yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 100,00% dengan kategori sangat baik; 3) Hasil validasi ahli terhadap komponen konstruksi yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 87,50% dengan karegori baik; 4) Hasil validasi ahli terhadap komponen kebahasaan yang terdiri dari satu sub komponen memperoleh nilia rata-rata sebesar 83,33 % dengan kategori baik; 5) Hasil validasi ahli terhadap komponen kepraktisan yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 95,84% dengan kategori sangat baik; 6) Rata rata penilaian ahli dari keseluruhan komponen yang divalidasi memperoleh skor rata-rata sebesar 93,33% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil penilaian ahli terhadap intrumen penilaian afektif siswa berdasarkan kurikulum 2013 yang dikembangkan secara keseluruhan dapat dinyatakan sangat baik. Dengan demikian instrumen penilaian autentik berbasis kurikulum 2013 yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli dapat dinyatakan sangat baik dan sudah tepat sehingga dapat digunakan atau dipakai untuk menilaian afektif siswa pada saat proses pembelajaran di kelas. Hasil validasi ahli juga memuat saransaran yang diberikan oleh masing-masing ahli demi meningkatkan kualitas instrumen penilaian yang dikembangkan: 1) Validasai ahli pertama yaitu Bapak Dr. R. Mursid, M.Pd mengemukakan saran bahwa peneliti harus lebih memfokuskan dalam penyusunan instrumen penilaian benar-benar mengarah kepada penilaian aspek afektif siswa tersebut. Secara keseluruhan berdasarkan lembar validasi yang telah diisi oleh ahli dari lima komponen yang divalidasai memperoleh nilai 3 (kategori baik) dan nilai 4 (kategori sangat baik). Secara umum instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan tidak
188
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
ada perbaikan; 2) Validasi ahli kedua yaitu Bapak Dr. Wisman Hadi, M.Pd mengemukakan saran bahwa dalam penulisan harus mengefektifkan bahasanya, perhatikan ejaan dan logika berbahasa. Secara keseluruhan berdasarkan lembar validasi yang telah diisi oleh ahli dari lima komponen yang divalidasai memperoleh nilai 3 (kategori baik) dan nilai 4 (kategori sangat baik). Secara umum instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan tidak ada perbaikan; 3) Validasi ahli ketiga yaitu Ibuk mengemukakan saran sederhanakan kalimat-kalimat yang kompleks dan gunakan pilihan kalimat atau bahasa yang sesuai dengan siswa. Secara keseluruhan berdasarkan lembar validasi yang telah diisi oleh ahli dari lima komponen yang divalidasai memperoleh nilai 4 (kategori sangat baik). Secara umum instrumen penilaian aspek afektif yang dikembangkan tidak ada perbaikan. Sebagai hasil akhir dari pelaksanaan pengembangan instumen penilaian aspek afektif siswa dalam penelitian ini adalah berupa produk instrumen penilaian aspek afektif siswa. Instrumen yang dikembangkan merupakan pelengkap instrumen penilaian yang belum ada pada buku guru dan siswa khususnya di kelas V tema Lingkungan Sahabat Kita dengan sub tema 1 Manusia dan Lingkungan, sub tema 2 Perubahan Lingkungan dan sub tema 3 Pelestarian Lingkungan. Instrumen penilaian berisi Kompetensi Inti (KI), Pemetaan Kompetensi Dasar (KD), kegiatan pembelajaran dan pemetaan indikator. Pada tahap pengembangan instrumen penilaian dilakukan validasi oleh beberapa ahli yang dianggap kompeten sesuai keahliannya. Para ahli melakukan validasi dari masing-masing komponen yang dinilai yang terdiri dari komponen : (a) objektivitas, (b) sistematis, (c) konstruksi, (d) kebahasaan, dan (d) kepraktisan. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli diketahui bahwa rata-rata penilaian pada komponen objektivitas yang terdiri dari dua sub komponen mengemukakan hasil rata-rata penilaian validitas sebasar 100,00 dan termasuk kategori sangat baik. Komponen sistematis dengan dua sub komponen penilaian rata-rata sebesar 100,00 dan termasuk kategori sangat baik. Komponen konstruksi yang terdiri dari dua sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata validasi sebesar 83,33 termasuk kategori baik. Komponen kebahasaan dengan satu sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 91,67 dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan dengan dua sub kom-
ponen dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 95,84 dengan kategori sangat baik. Selajuntnya hasil keseluruhan validasi ahli adalah sebesar 93,33 termasuk berkategori sangat baik. Dengan demikian hasil uji coba menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan tidak ada perbaikan dan sangat mudah dilaksakana oleh guru. Pelaksanaan uji coba dilakukan dengan cara uji coba skala kecil dan uji coba skala besar. Pada skala kecil dijuji coba dilakukan kepada 2 guru dan 6 siswa. Sedangkan uji coba skala besar dilakukan pda 2 orang guru dan 20 siswa. Hasil uji coba tersebut dimaksudkan untuk melihat validitas instrumen penilaian yang dikembangkan. Instrumen yang dikembangkan merupakan instrumen penilaian aspek afektif siswa, untuk menguji validitasnya berdasarkan saran dari ahli evaluasi dilakukan dengan menguji coba pada subjek, dalam hal ini yaitu pada guru sebagai penilai dan siswa sebagai yang dinilai. Jika kedua guru sudah memberikan penilaian yang sama terhadap siswa maka instrumen tersebut sudah dinyatakan valid. Berdasarkan hasil uji coba lapangan pada skala kecil dan skala besar dapat diketahui bahwa pada setiap melaksanakan uji coba guru sama dalam memberikan penilaian pada masingmasing siswa, sehingga instrumen penilaian yang dikembangkan sudah dapat dinyatakan secara keseluruhan adalah valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan instrumen penilaian aspek afektif siswa pada pembelajaran dengan tema Lingkungan Sahabat Kita sudah dapat dilaksankan dan memberikan hasil sangat baik. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebekumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : 1) Tidak ditemukannya instrumen penilaian aspek afektif pada buku guru dan siswa pada pembelajaran tema Lingkungan Sahabat Kita dengan sub tema Manusia dan Lingkungan, Perubahan Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan; 2) Pengembangan instrumen penilaian aspek afektif siswa disusun berdasarkan tema dan sub tema dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui bahwa pada setiap pelaksanaan pertemuan pembelajaran di dalam kelas ada kompetensi yang dikembangkan yang sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikembangkan instrumen penilaian dari kompetensi yang dikembangkan tersebut; dan 3) Hasil validasi
189
Ficha Aulia Nanda. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Siswa
yang dilakukan oleh ahli diketahui bahwa ratarata penilaian pada komponen objektivitas yang terdiri dari dua sub komponen mengemukakan hasil rata-rata penilaian validitas sebasar 100,00 dan termasuk kategori sangat baik. Komponen sistematis dengan dua sub komponen penilaian rata-rata sebesar 100,00 dan termasuk kategori sangat baik. Komponen konstruksi yang terdiri dari dua sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata validasi sebesar 83,33 termasuk kategori baik. Komponen kebahasaan dengan satu sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 91,67 dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan dengan dua sub komponen dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 95,84 dengan kategori sangat baik. Selajuntnya hasil keseluruhan validasi ahli adalah sebesar 93,33 termasuk berkategori sangat baik. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman. 2010. Esensi Praktis Belajar & Pembelajaran. Bandung: Humaniora. Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Chaplin J. P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : Grafindo Chasanah, Umi. 2010. Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Forum Sosial Vol. V, No. 02. Universitas Sriwijaya. Degeng, S. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta : Dekdikbud Dikti P2LPTK. Depdiknas 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktoral Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Derektoral Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Dick, W. and Carrey. 2001. The Systematic Design of Instrution. 4 th. Harper Colins Dimyati, Mudjiono .2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaipul Bahri. 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif/ Jakarta : Rineka Cipta. Ellis, K. A. 1997. Teaching and Learning Elementary Social Studies. MA. Abacon.
Gagne, R.M. 1989. The Condition of Learning and Theory of Instruction. Fourth Edition. New York : Holt. Rine Hart and Winston. Harjaroh, Mami. 2010. Pengembangan Evaluasi Afektif Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Prodi D-II PGSD Guru Kelas Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY. Imanuela, Meilda.dkk. 2012. ‘Penggunaan Asam Sitrat dan natrium Bikarbonat dalam Minuman Jeruk Nipis Berkarbonasi’. Dalam Jurnal Pendidikan Pjp FT Unnes. No.3. Hal. 8-16 Krech, RS. Cruthpield dan Ballaccy.1963. Individual in Society. Tokyo: McGraw Hill Kogahuska Makmun, Syamsudin Abin. 2009. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya. Mardapi, Djemani. 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: UNY. Oemar, Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. PP No.19 Tahun 2005 Pasal 64 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Robbins Stephen P. 2006. Prilaku Organisasi, Klaten: Intan Sejati. Saifuddin Azwar. 2007. Sikap manusia Teori dan Pengaruhnya. Yokyaakarta: Pustaka Belajar. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar – Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning (Teori & Aplikasinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Thoha, Chabib. 1991. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta:Grasindo
190