Jurnal Tematik, 6 (3) (2016): 231-239
JURNAL TEMATIK Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tematik/index
Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Siswa Leli Hasanah Lubis* *MIN Padang Bulan, Rantau Prapat, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia Received: October 2016; Reviewed: November 2016; Accepted: December 2016 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk instrumen penilaian yang layak digunakan untuk penilaian sikap siswa di kelas IV MIN Padang Bulan Rantauprapat. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian R & D yaitu suatu proses yang dipakai untuk menghasilkan produk instrumen penilaian sikap siswa di kelas IV SD/Sederajata dan menguji keefektifannya. Penelitian ini mengembangkan instrumen penilaian sikap siswa yang merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran yang berbasis kurikulum 2013. Sebagai subjek dalam penelitian ini yaitu guru dan siswa di kelas IV MIN Padang Bulan Rantauprapat, serta ahli validasi sebanyak 3 orang yang memiliki kriteria sebagai : (a) ahli materi, (b) ahli konstruksi, dan (c) ahli linguistik/Bahasa Indonesia. Sebagai objek penelitian adalah pengembangan instrumen penilaian sikap siswa. Hasil penelitian dikemukakan menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap buku guru dan siswa pada pembelajaran tema Tempat Tinggalku dengan sub tema Lingkungan Tempat Tinggalku, Keunikan Daerah Tempat Tinggalku dan Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku, tidak ditemukan penilaian sikap secara terperinci di setiap sub tema pembelajaran. Untuk mengembangkan instrumen penilaian sikap siswa disusun berdasarkan tema dan sub tema dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui bahwa pada setiap pelaksanaan pertemuan pembelajaran di dalam kelas ada kompetensi yang dikembangkan yang sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikembangkan instrumen penilaian dari kompetensi yang dikembangkan tersebut. Berdasarkan perolehan skor validasi dari masing-masing ahli dapat diketahui bahwa komponen objektivitas nilai rata-rata sebesar 91,67% dengan kategori sangat baik. Komponen sistematias nilai rata-rata sebesar 95,84% dengan kategori sangat baik. Komponen konstruksi nilai rata-rata sebesar 79,17% dengan karegori cukup. Komponen kebahasaan nilai rata-rata sebesar 91,67 % dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan nilai rata-rata sebesar 87,50% dengan kategori baik. Rata rata penilaian ahli dari keseluruhan komponen sebesar 89,17% dengan kategori baik. Kata kunci: pengembangan instrumen, dan sikap siswa. Abstract This study aims to find a viable form of assessment instruments used to assess attitudes of students in the fourth grade MIN Padang Bulan Rantauprapat. This research included in this type of research R & D is a process used to produce the instrument, the assessment of students in fourth grade / Sederajata and test their effectiveness. This study develops students' attitudes assessment instrument, which is one of the devices based learning curriculum of 2013. As the subjects in this study that teachers and students in the fourth grade MIN Rantauprapat Padang Bulan, as well as validation experts were 3 people who have the criteria as: (a) subject matter experts, (b) construction experts, and (c) linguist / Indonesian. As the object of research is the development of assessment instruments attitudes. The results of the study presented showed that the observation of the book teachers and students in learning the theme of my place with the sub theme of my neighborhood, my neighborhood uniqueness and I am proud of my neighborhood, not found, the assessment in detail in each sub-theme of learning. To develop students' attitude assessment instruments are arranged by theme and sub-themes of the learning activities. Based on the implementation of the learning process can be seen that at every meeting implementation of classroom teaching competence developed there that have been defined, which in turn developed from the competency assessment instruments are developed. Based on the acquisition of validation score of each expert can be seen that the component objectivity average value of 91.67% with a very good category. Components sistematias average value of 95.84% with a very good category. Construction components an average value of 79.17% with karegori enough. Linguistic component average value of 91.67% with a very good category. Components practicality average value of 87.50% with both categories. Average expert assessment of the overall components of 89.17% with both categories. Keywords: instrument development, and attitudes.
How to Cite: Lubis, Leli Hasanah. (2016). Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Siswa, Jurnal Tematik 6 (3) (2016): 231-239
* Corresponding author: e-mail:
[email protected]
p-ISSN 1979-6633 e-ISSN 2460-7738
231
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya. Pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan, yang di dalamnya ditunjang oleh berbagai unsurunsur pembelajaran antara lain tujuan, materi pelajaran, sarana prasarana, situasi atau kondisi belajar, media pembelajaran, lingkungan belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar untuk membantu dalam mengembangkan potensi pada diri siswa. Pendidikan yang diberikan kepada siswa adalah salah satu cara dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dasar bagi pembentukan kepribadian yang utuh. Oleh karena itu dalam pemberian pendidikan ini terdapat aspek-aspek yang harus dikembangkan dan ditanamkan dalam diri siswa, diantaranya aspek kognitif, bahasa, nilai agama, moral dan sosial. Pendidikan yang diberikan harus menyentuh pada aspek sosial mencakup tenggang rasa, kepedulian, saling menghargai, saling menghormati, mampu bekerjasama, empati dan sebagainya. Karena itu, mutu pendidikan yang diberikan menjadi faktor penting yang harus di perhatikan. Mutu pendidikan selalu menjadi masalah yang senantiasa diupayakan peningkatannya oleh pemerintah. Pengendalian mutu pendidikan terkait dengan pengendalian mutu sumber daya manusia yang berada dalam sistem tersebut. Untuk mengetahui pengendalian ini dibutuhkan informasi tentang keadaan peserta didik apakah ada perubahan, guru berfungsi, sekolah mendukung pelaksanaan program-program pendidikan sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal. Untuk mengetahui terhadap keberhasilan maupun mutu pendidikan itu tentunya dilakukan dengan adanya pelaksanaan evaluasi 1 (evaluation), penilaian (assessment), pengujian (testing), dan pengukuran (measurement) pendidikan yang valid, kredibel, komparabel, dan dilakukan secara professional serta independen. Penilaian ini tentunya akan diharapkan sebagai suatu tindakan yang mampu melakukan penjaminan mutu, pengendalian mutu, dan perbaikan mutu sistem pendidikan yang dilaksanakan, baik pada tingkat sekolah, regional, nasional, maupun internasional.
Pelaksanaan evaluasi, penilaian (assesment), ujian, ataupun istilah lain yang relevan memang tidak dapat dipisahkan dari kualitas pendidikan, karena hasil-hasilnya merupakan salah satu indikator kualitas pendidikan suatu bangsa. Dalam kebijakan pemerintah, hasil ujian (ujian nasional) dijadikan sebagai indikator mutu pendidikan dasar dan menengah (Undang-undang Sisdiknas, 2003 : Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005). Ini berarti, kegiatan evaluasi dan/atau penilaian hasil belajar melalui ujian, baik ujian tingkat nasional, ujian tingkat regional, maupun ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tertentu memerlukan mekanisme, prosedur, serta instrumen penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan, guna memenuhi akuntabilitas pendidikan dalam bentuk kualitas pendidikan yang semakin baik. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas berpusat pada guru, guru lebih aktif daripada siswa. Hal ini menyebabkan rendahnya minat siswa dalam belajar, rendahnya aktivitas siswa dalam belajar sehingga siswa tidak dapat memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru di kelas. Permasalahan ini akhirnya berdampak pada rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Terlalu padatnya target materi pembelajaran yang harus dicapai, sehingga sangat sulit untuk mengembangkan keterampilan proses dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar guru baru mampu untuk berupaya mencapai target kurikulum dalam arti menyelesaikan materi pembelajaran, mengevaluasi produk melalui tes formatif dan sumatif. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pelajaran biasa saja, memiliki banyak hafalan sehingga tidak menarik untuk belajar, dan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil wawancara pada hari Senin Tanggal 7 September 2015 terhadap guru kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Padang Bulan Rantauprapat menemukan fakta bahwa sebagian siswa motivasi belajarnya masih rendah. Ini tercermin dari siswa kurang berusaha keras untuk mengerjakan latihan atau tugas yang diberikan guru, siswa jarang bertanya mengenai materi yang sedang diajarkan, hanya sedikit siswa yang mencoba menjawab pertanyaan dari guru ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru bahkan sebagian siswa terlihat bosan ketika sedang belajar.
232
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
Masalah lain yang ditemukan peneliti adalah kurangnya perhatian guru dalam mengaktifkan siswa yang memiliki prestasi baik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dalam membantu teman-temannya yang kurang berprestasi untuk saling berbagi pengetahuan. Dengan kata lain, prinsip kerjasama dalam kelompok kurang diperhatikan. Jika dilakukan kerjasama kelompok umumnya yang terjadi adalah siswa yang berprestasi lebih tinggi yang dominan untuk menguasai materi yang diberikan, sedangkan siswa yang berprestasi rendah kurang aktif dan terkesan hanya sebagai penonton saja selama kerjasama dalam kelompok dilakukan. Muiz (2008:5) mengemukakan bahwa “keberhasilan siswa dalam belajar adalah merupakan hasil proses pembelajaran yang dilakukan dengan pembelajaran bermakna di kelas yang akan berakibat pada meningkatnya hasil belajar”. Untuk mengetahui efektifnya suatu pembelajaran hendaknya para guru tidak mengukur dari penguasaan konsep saja tetapi lebih dari itu apakah konsep-konsep yang sudah diajarkan dapat lekat dalam ingatan siswa atau sebaliknya cepat terlupakan karena proses pembelajaran hanya transfer hafalan belaka. Untuk mewujudkan proses dan hasil belajar siswa yang berkualitas sesuai dengan harapan masyarakat serta tuntutan kurikulum, maka peranan guru sangat penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tugas guru adalah sebagai penentu, pelaksana, dan sebagai penilai keberhasilan belajar siswa. Semua tugas tersebut dilaksanakan dalam upaya membantu membelajarkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan, kemahiran, dan keterampilan, serta nilai dan sikap tertentu. Selain itu, guru juga memegang peranan penting dalam usaha pengembangan kemampuan sikap siswa. Untuk itu guru perlu memahami strategi, metode pembelajaran atau melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran merupakan sebuah proses terencana untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara peserta didik dengan guru beserta perangkatnya, antar peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku tertentu pada peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan. Proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar merupakan dua hal penting yang tidak dapat dipisahkan.
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengemukakan bahwa “penilaian dalam sistem pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menilai keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik”. Pelaksanaan penilaian hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotorik). Menurut hasil penelitian Haryati (2008: 36), mengemukakan bahwa “bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Aspek afektif ikut menentukan keberhasilan seorang peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar”. Pembelajaran yang dimulai dengan rasa suka (sikap positif) dari peserta didik akan memudahkannya dalam mencapai ketuntasan belajar. Seorang peserta didik yang tidak memiliki rasa suka (sikap negatif) terhadap pelajaran tertentu, maka akan mengalami kesulitan dalam mencapai ketuntasan belajarnya secara maksimal. Sebaliknya peserta didik yang memiliki rasa suka (sikap positif) terhadap pelajaran tertentu, maka akan mengalami kemudahan dalam mencapai ketuntasan belajarnya secara maksimal. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, maka akan lebih mudah diberi motivasi, sehingga akan lebih mudah menyerap materi pelajaran . Berdasarkan pengalaman selama selama ini bahwa, guru cenderung menilai aspek kognitif dan aspek psikomotorik peserta didik selama proses pembelajaran di kelas dengan mengesampingkan penilaian aspek sikap. Padahal sikap sangat menentukan peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar pada seluruh aspek, karena semua berawal dari dalam diri peserta didik yang berkaitan dengan sikap, perasaan, dan nilai dalam dirinya. Saat ini peserta didik dihadapkan dengan tantangan berat yaitu kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Karenanya pembelajaran yang diberikan dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Melalui proses belajar, peserta didik diharapkan tidak hanya mampu menguasai aspek kognitif
233
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
(pengetahuan), namun juga mampu mengembangkan aspek afektif (nilai dan sikap), serta aspek psikomotor (keterampilan sosial) secara menyeluruh. Untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan tentunya harus didukung oleh instrumen penilaian yang sesuai dengan karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar) berkala dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang dicapai siswa. Oleh karenanya penilaian merupakan bagian keseluruhan dari proses pembelajaran sehingga hasil penilaian dapat menggambarkan kemampuan atau prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan sesungguhnya. Berdasarkan hasil wawancara pada hari Senin Tanggal 7 September 2015 terhadap guru kelas di Madrasah Ibtiaiyah Negeri Padang Bulan Rantau Prapat, diketahui bahwa tidak semua guru memiliki instrumen penilaian untuk ketiga aspek tersebut. Namun pada pelaksanaan proses pembelajaran, guru yang telah memiliki instrumen penilaian untuk ketiga aspek tersebut, lebih sering menilai aspek kognitif dan aspek psikomotorik. Sebagian besar dari guru melaksanakan penilaian aspek sikap peserta didik melalui pengamatan kasar yang terlihat tanpa menggunakan instrumen yang sudah ada. Meskipun aspek sikap secara implisit masuk ke dalam aspek kognitif dan aspek psikomotorik, namun penilaian sikap sangat diperlukan untuk mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap proses pembelajaran dan materi pelajaran, yang kemudian dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) untuk melakukan pembinaan terhadap peserta didik. Fakta ini juga di dukung oleh hasil penelitian Sax dalam Zainul (1997: 2) yang menyebutkan bahwa “apabila penilaian hanya menekankan pada aspek pengetahuan sebagai hasil belajar peserta didik dan mengabaikan aspek sikap dan keterampilan peserta didik, maka secara kejiwaan berdampak negatif bagi perkembangan dan kemajuan belajarnya, yakni menginvasi hak pribadi peserta didik, menimbulkan rasa cemas dan mengganggu proses belajar, pengkategorikan peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang cerdas dan kreatif, menimbulkan diskriminasi
dan hanya dapat mengukur hasil belajar yang sangat terbatas”. Atas dasar inilah dilakukan penelitian pengembangan mengenai instrumen penilaian sikap peserta didik pada kelas IV Sekolah Dasar/Sederajat, khususnya di MIN Padang Bulan Rantauprapat sebagai alternatif instrumen penilaian sikap. Instrumen tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik pada pelaksanaan pembelajaran. KAJIAN PUSTAKA Penilaian Sikap Siswa Penilaian (assesment), ujian, ataupun istilah lain yang relevan memang tidak dapat dipisahkan dari kualitas pendidikan, karena hasil merupakan salah satu indikator kualitas pendidikan. Dalam kebijakan pemerintah, hasil ujian (ujian nasional) dijadikan sebagai indikator mutu pendidikan dasar dan menengah (Undangundang Sisdiknas, 2003; Peraturan Pemerintah Nomor 19, 2005). Ini berarti, kegiatan evaluasi dengan istilah penilaian hasil belajar melalui ujian. Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan meyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Hal ini berarti penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau satu aspek saja, melainkan menyeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pelaksanaan pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi adalah dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengukur keberhasilan kegiatan. Pelaksnaan ini tentunya dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir mengevaluasi. Tes sesungguhnya hanya merupakan alat yang digunakan untuk melakukan penilaian. Secara lebih terperinci dapat dinyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penilaian yang dilakukan secara luas pada seluruh aspek pendidikan baik pembelajaran, program, maupun kelembagaan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian berkaitan dengan cara
234
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
pengambilan keputusan yang dipandang sebagai suatu proses pengumpulan informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam rangka melaksanakan proses kegiatan. Karena penilaian sangat berhubungan dengan pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, penilaian harus dilakukan dengan mempertimbangkan etika penilaian, proses persiapan yang matang, dan mempertimbangkan standarisasi tersebut. Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecendrungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan (KBK 2006). Sikap menurut Gagne dan Briggs dalam Annie, (2004:116) adalah “suatu kondisi yang internal yang mempengaruhi pilihan untuk bertindak dan kecenderungan untuk memilih obyek terdapat pada diri pembelajar, bukan kinerja yang spesifik”. Sikap mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar siswa, karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada prilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap juga membantu seseorang merasa aman di suatu lingkungannya yang pada mulanya tampak asing. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang dinamik, sehingga media dan kehidupan seseorang akan mempengaruhinya. Sikap dapat membantu personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif atau dapat juga merusak personal karena adanya intensitas perasaan gagal. Sikap berada disetiap orang sepanjang waktu dan secara konstan, sikap memepengaruhi prilaku dan cara belajar. Dick, W., Carey, L., & Carey, J. (1978:49) mengatakan “In this unit we will highlight the critical importance of identifying very specific skills which a student must have before beginning a unit of instruction, of identifying relevant general characteristic of students, and of identifying how these two might interact with the format of instructional materials”. Dalam hal ini Dick & Carey menyatakan bahwa pada bagian ini kita penting memperhatikan dengan
mengidentifikasi setiap keahlian yang spesifik pada seorang siswa sebelum dimulainya kegiatan. Indentifiksi yang relevan dari karateristik secara umum pada siswa dan mengidentifikasi bagaimana terjadi hubungan dengan materi yang akan di sampaikan. Menurut Reigeluth dalam Degeng (2009:52) dengan jelas menunjukkan bahwa “variabel kondisional yang paling berpengaruh dalam menetapkan strategi pengelolaan adalah karakteristik si-belajar”. Penampilan komponen suatu strategi pengorganisasian harus disesuaikan dengan kemampuan awal si-belajar. Secara global sekolah-sekolah di negara kita masih belum menerapkan pengelompokan siswa sesuai dengan tipe atau karakteristiknya. Dalam satu kelas yang biasanya berkapasitas padat itu, terdiri atas bermacam-macam karakteristik (heterogenity), membuat seorang guru tidak terpikir untuk memperhatikan keragaman. Ellis (2007:12) mengatakan bahwa “salah satu pendekatan yang lazim digunakan adalah mengelompokkan orang berdasarkan tipenya, mengembangkan skala untuk mengukur kualitas manusia yakni ciri manusia yang konsisten dari situasi ke situasi berikutnya”. Chaplin (2004:43) mengemukakan bahwa karakteristik siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “tentang sikap (attitude) adalah satu predisposisi atau kecendrungan yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkahlaku atau bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu”. Dilihat dari satu titik pandang yang sedikit berbeda baik bicara positif maupun negatif. Dalam hal ini setiap orang dididik untuk mempunyai sikap, mulai dari sikap terhadap keluarganya (ayah/ibu), sikap terhadap lingkungannya (sekolah, dan masyarakat), dan sikap terhadap organisasi yang dibidanginya (pekerjaan, partai). Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni : sikap, kognitif, dan konatif (BSNP 2006). Komponen sikap adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek, komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek dan komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Objek sikap yang umum dinilai dalam proses pembelajaran adalah : (1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Dengan
235
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan; (2) Sikap terhadap pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap pengajar. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap pengajar akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh pengajar; (3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenagkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal; (4) Sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Cara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan angket. Dalam pelaksanaan penilaian, maka penilaian secara menyeluruh adalah mencangkup semua aspek kompetensi yang terdiri dari kemampuan kognitif, afektif, dan kemampuan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah kemampuan siswa dalam hal berpikir yang menurut taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab dan akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi, termasuk di dalamnya melakukan judgement (pertimbangan) terhadap
hasil analisis untuk (Depdiknas, 2008:6).
membuat
keputusan
METODE Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Research& Development, dengan langkah-langkahpenelitian yang dikembangkan oleh Sugiono. Menurut Sugiono (2009:137) bahwa “penelitian Research& Development adalah suatu proses yang dipakai untuk menghasilkanproduk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.Penelitian ini mengembangkan instrumen penilaian sikap siswa yang merupakan salah satu dari perangkat pembelajaran”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari prosedur pengembangan menurut Borg & Gall yang dimodifikasi oleh Tim Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2008:11) kemudian disintesiskan dengan prosedur pembakuan instrumen penilaian sikap siswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil observasi terhadap buku guru dan siswa pada pembelajaran tema Tempat Tinggalku dengan sub tema Lingkungan Tempat Tinggalku, Keunikan Daerah Tempat Tinggalku dan Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku tidak ditemukan penilaian sikap secara terperinci di setiap sub tema pembelajaran. Untuk mengembangkan instrumen penilaian sikap siswa disusun berdasarkan tema dan sub tema dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui bahwa pada setiap pelaksanaan pertemuan pembelajaran di dalam kelas ada kompetensi yang dikembangkan yang sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikembangkan instrumen penilaian dari kompetensi yang dikembangkan tersebut. Berdasarkan perolehan skor validasi dari masing-masing ahli yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa komponen objektivitas yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 91,67% dengan kategori sangat baik. Komponen sistematias yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 95,84% dengan kategori sangat baik. Komponen konstruksi yang terdiri dari dua sub komponen
236
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,17% dengan karegori cukup. Komponen kebahasaan yang terdiri dari satu sub komponen memperoleh nilia rata-rata sebesar 91,67 % dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai ratarata sebesar 87,50% dengan kategori baik. Rata rata penilaian ahli dari keseluruhan komponen yang divalidasi memperoleh skor rata-rata sebesar 89,17% dengan kategori baik. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian khususnya hasil observasi pada buku guru dan siswa tidak disusunnya instrumen penilaian sikap.Pada proses pembelajaran khususnya pada setiap sub tema pembelajaran ada kompetensi yang ditetapkan, yang selanjutnya harus dikembangkan dalam bentuk instrumen penilaian yang akan dilaksanakan oleh guru di kelas. Untuk itu perlu dilakukan secara rinci penilaian kompetensi yang ditetapkan dengan melakukan pengembangan pada instrumen penilaian khususnya penilaian sikap pada masing-masing sub tema yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil validasi terhadap pengembangan instrumen penilaian sikap yang dikembangkan dapat diketahui bahwa komponen objektivitas yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 91,67% dengan kategori sangat baik. Komponen sistematias yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 95,84% dengan kategori sangat baik. Komponen konstruksi yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,17% dengan karegori cukup. Komponen kebahasaan yang terdiri dari satu sub komponen memperoleh nilia rata-rata sebesar 91,67 % dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan yang terdiri dari dua sub komponen memperoleh nilai ratarata sebesar 87,50% dengan kategori baik. Rata rata penilaian ahli dari keseluruhan komponen yang divalidasi memperoleh skor rata-rata sebesar 89,17% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dipahami pentingnya pengembangan instrumen Berdasarkan pelaksanaan proses pembelajaran dapat diketahui bahwa pada setiap pelaksanaan pertemuan pembelajaran di dalam kelas ada kompetensi yang dikembangkan yang sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikembangkan instrumen penilaian dari kompetensi yang dikembangkan tersebut.
penilaian khususnya terhadap penilaian sikap siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada penilaian sikap, tentu akan memberi pengaruh terhadap perolehan hasil belajar siswa. Guru sudah seharusnya menempatkan penilaian sikapsiswa sebagai salah bagian penting dalam hail belajar siswa. Maka guru perlu melakukan: (1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru harus memahami tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa sebelum memulai penyampaian materi pembelajaran kepada siswa di kelas; (2) Pelaksanaan pembelajaran harus lebih mengembangkan kemampuan siswa dan mengembangkan diri siswa dalam belajar, khususnya memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar; (3) Pemahaman guru terhadap karateristik siswa seperti sikapyang dimiliki siswa dalam belajar karena sikap dapat menjadi faktor yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Keberhasilan belajar siswa adalah menjadi bagian penting sebagai bukti keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Keberhasilan pembelajaran didukung oleh guru yang mampu dalam melakukanpendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Guruharus meningkatkan keterampilan dan kemampuan secara profesional dalam melaksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran. SIMPULAN Hasil penelitian dikemukakan menunjukkan bahwa hasil observasi terhadap buku guru dan siswa pada pembelajaran tema Tempat Tinggalku dengan sub tema Lingkungan Tempat Tinggalku, Keunikan Daerah Tempat Tinggalku dan Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku, tidak ditemukan penilaian sikap secara terperinci di setiap sub tema pembelajaran. Untuk mengembangkan instrumen penilaian sikap siswa disusun berdasarkan tema dan sub tema dari kegiatan pembelajaran. Berdasarkan perolehan skor validasi dari masing-masing ahli dapat diketahui bahwa komponen objektivitas nilai rata-rata sebesar 91,67% dengan kategori sangat baik. Komponen sistematias nilai rata-rata sebesar 95,84% dengan kategori sangat baik. Komponen konstruksi nilai rata-rata sebesar 79,17% dengan karegori cukup. Komponen kebahasaan nilai rata-rata sebesar
237
Jurnal Tematik, 6 (3) (2016): 231-239
JURNAL TEMATIK Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tematik/index
91,67 % dengan kategori sangat baik. Komponen kepraktisan nilai rata-rata sebesar 87,50% dengan kategori baik. Rata rata penilaian ahli dari keseluruhan komponen sebesar 89,17% dengan kategori baik. DAFTAR RUJUKAN Annie, C.T. 2002. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif. Surabaya. Kencana. Arends, Richard. 2008. Learning to Teach. Penerjemah : Helly Prajitno dan Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arnie, Fajar. 2002. Portofolio dalam pembelajaran . Bandung: Remaja Rosdakarya. Azwar, Saifuddin. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, Saifuddin. 2014. Relisbilitsd dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BNSP Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP Depdiknas. Buchori, Alma. 2008. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta. Chaplin J.P., 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono, Jakarta Rajawali Pers. Degeng, S. 2009. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta : Dekdikbud Dikti P2LPTK. Depdiknas. 2008. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan . [On line] tersedia: http://www.dikti.go.id/file/atur/Permen2 0-2007 Standar Penilaian.pdf. Diunduh pada tanggal 21 November 2015. Dick,W & Carey, L. 1978. The systematik Design of Instructional. New York. Longman. Dimyati, Mudjiono 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali & Mulyono, P. 2012. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Haryati. Mimi. 2008. Model dan Teknik Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : gaung Pres Persada. Herawati, Ine 2006. Psikologi Perkembangan III. Bandung: PGTK Universitas Pendidikan Indonesia. Iskandar. 2004. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Jogyakarta: Kata Hati Joyce. B dan weil.M. 2000. Model of Teaching, 122 Foreword by James worlfsixth Edition Amerika. Krech, D; Crutchfield, R.S.; & Ballachey, E.L. 1986. Individual in Society, McGraw HillInternational Book Company. Krech, RS. Cruthpield dan Ballaccy. 1986. Individual in Society. Tokyo: McGraw - Hill Kogahuska. Kurniati, Ellis. 2007. 30 Permainan Tradisional Jawa Barat dan Peranannya Dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial. Bandung: PGPAUD UPI Mar’at, 1982. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya, Bandung : Ghalia Indonesia. Megawangi, Ratna. 2011. Menumbuhkan Empati Dengan Kepedulian dan Kasih Sayang Kepada Anak. Artikel, Tesedia: http://ihforg.tripod.com/pustaka/Tumbuh kankepeduliankasihkepadaanak.htm. [22/08/2015]. Muiz. 2008. Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Jogyakarta: Kata Hati. Mulyono Abdurrahman. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Nugraha, Rachmatawi, Y. 2008. Pengembangan Sosial Emosional. Edisi 8. Jakarta: Universitas Terbuka. Nugraha. 2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Bandung: UPI. R.T.White. 1988. Instructional Design Theories and Models, an Overview of TheirCurrent
238
Lely Hasanah Lubis. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap SIswa
Status. London, Hillsdale, New Jersey : Lawrence EarlbaumAssPub. Renzuli.1981. Designing Instructional Systems, (Desicion Making in Course Planning and Curriculum Design). London: Kogan Page. Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.
S, Karim. A. Karhami 2005. Menemukan Bakat Istimewa Anak. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Soemantri. 2001. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Malang : P2LPTK. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Zainul. 1997. Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, Bandung : Remaja Rosda Karya
239