Edisi Semester II Tahun 2012
INFO KESWAN INFO KESWAN
MANDALA Peternakan 2012
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT
Dilema Impor Sapi What's Peternakan? Dari Swasembada Daging Sampai Konsumsi Gizi Seimbang
Pengembangan Biogas Dalam Rangka Kali Bersih Dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Langkah Taktis Untuk
5 Komoditas Strategis www.disnak.jabarprov.go.id
CONTENTS
Pembangunan peternakan di Indonesia ditujukan kepada upaya peningkatan produksi peternakan yang sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, mendorong pengembangan Agroindustri dan Agribisnis
PENGARAH : Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat PENANGGUNG JAWAB : Kepala Bidang Prasarana dan Sarana DEWAN REDAKSI : 1. Sekretaris dan para Kepala Bidang Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2. Para Kepala UPTD Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat PEMIMPIN REDAKSI : Ir. H. Rukmantoro Salim, MM SEKRETARIS REDAKSI : 1. Ir. Rina Fajarwati 2. Ir. Rianna Yugi Utami 3. Doddy Hadiwibawa, ST ANGGOTA REDAKSI : 1. Ir. Nenny Fasyaini, MM 2. Ir. Aida Rosana, MM 3. H. Rendradi, Spt, MP 4. drh. Hj. Indriantari 5. H. Budiansyah, S.Sos 6. Ade Supriatna 7. Roni Octavian EDITORIAL : 1. Siti Rochani, Spt 2. Mimi Rohaeni, Spt 3. drh. Yusni 4. Hendra Hermawan, SE 5. Taufik Hidayat DISTRIBUSI : 1. Suryana 2. Urip Apiah 3. Puji Astuti
Selanjutnya sebagai upaya implementasi pembangunan tersebut Buletin Mandala Peternakan berupaya untuk menyebarluaskan Informasi pembangunan di bidang peternakan yang saat ini berkembang dengan sangat cepat. Untuk Edisi II Tahun 2012, kami sajikan pembahasan Dilema impor sapi dalam menghadapi swasembada daging sapi yang di kemas secara lugas oleh Pakar Ekonomi Pertanian Bapak Ir. Entang Sastraatmadja. Untuk memperkaya permasalahan yang actual kami sajikan opini yang di tulis oleh Engkos Kosnadi, seorang periset handal di Dewantara Institute menyampaikan secara factual 5 Langkah Strategis dalam menghadapi krisis pangan dunia serta bagaimana langkah Indonesia untuk menghadapi situasi tersebut. untuk Tak kalah menariknya kembali Siti Rochani, SPt menyajikan bahasan dalam Rubrik teknologi memaparkan kajian ilmiah dengan judul tentang Pengembangan Biogas dalam rangka Kali Bersih dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat, serta rubrik lainnya Engkos Kosnadi menampilkan tulisan berjudul Dari swasembada daging sampai konsumsi gizi seimbang mungkin bisa memberikan solusi alternatif bagi anda semua. Rubrik Berita yang merupakan laporan langsung reporter kami siap memberikan informasi diantaranya tentang Pengembangan Ternak yang Multimanfaat oleh Kodar Solihat, serta yang tak kalah menariknya Doddy Hadiwibawa melaporkan liputannya tentang Bulan Bakti Peternakan & Kesehatan Hewan 2012. Dengan tidak melupakan sang pencipta, Muhammad Maulana dalam rubrik Penyejuk Hati menyampaikan “IMAN SEBAGAI LANDASAN HIDUP”, yang mengingatkan bahwa diharapkan tumbuhnya kesadaran untuk senantiasa mentaati serta selalu tunduk kepada garis‐garis atau aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, sehingga kita dapat tergolong menjadi hamba‐ hamba‐Nya yang mu'min dan muslim yang akan menerima pahala yang agung berupa Syurga yang kekal didalamnya. Para pembaca, selain dari pada itu masih banyak rubrik lainnya yang dapat disimak diantaranya tentang Statistik Humor Budak Angon yang siap membuat anda tersenyum bahkan tertawa . Selain melalui buletin, informasi pembangunan peternakan dapat diakses melalui media elektronik website Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan alamat situs www.disnak.jabar.prov.go.id. Akhirnya dengan segala kekurangan yang ada pada penyusunan buletin kali ini, kami sampaikan Selamat Menikmati dan Membaca sajian kami pada Edisi ini. Salam Redaksi
CONTENTS
FOKUS Dilema Impor Sapi
1
Dari Swasembada Daging Sampai Konsumsi Gizi Seimbang
3
Jabar & Swasembada Daging Ayam
10
OPINI Langkah Taktis Untuk 5 Komoditas Stategis
12
What's Peternakan ?
18
TEKNOLOGI Pengembangan Biogas Dalam Rangka Kali Bersih Dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat
21
PENYEJUK HATI Iman Sebagai Landasan Hidup
25
Etos Kerja Berdimensi Spiritual
28
BERITA Pengembangan Ternak yang Multimanfaat
30
Bulan Bakti Peternakan & Kesehatan Hewan 2012
32
Bisnis Sapi Rancah Bangkit Saat Populasi Menurun
34
INFO KESWAN Mengenal Zoonosis HUMOR BUDAK ANGON
36
FOKUS
DILEMA IMPOR SAPI Oleh : Entang Sastraatmadja Sekali pun kesan pro dan kontra terhadap pelarangan impor sapi, namun jika kita amati fenomena yang terjadi di Jawa Timur, boleh jadi upaya menyetop impor sapi bakal memberi berbagai keuntungan. Kejadian yang dialami peternak sapi potong di Probolinggo, rasa‐rasa nya sangat baik untuk dipelajari lebih dalam. Sekarang ini mereka mulai menikmati kebijakan larangan sapi impor ke Provinsi Jawa Timur. Selain harga jual yang terus membaik, gairah untuk beternak sapi pun kembali muncul di tengah‐ tengah kehidupan para peternak. Beberapa peternak malah berkomentar, ketika sapi impor dibolehkah masuk, sapi lokal benar‐ benar tidak ada harga nya. Kini, harga jual nya semakin membaik, bahkan mampu pula menerobos pasar modern dan pabrikan. Saat sapi impor beredar di pasaran, harga sapi lokal hanya Rp. 3 juta per ekor. Sekarang sudah menembus angka Rp. 5 juta per ekor. Dengan kondisi yang demikian, sah‐sah saja bila kemudian para peternak kembali semangat untuk terjun ke bisnis sapi potong. Bisnis sapi potong, sesungguh nya sangat menguntungkan dan memiliki masa depan yang cerah. Apalagi jika hal tersebut kita kaitkan
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
dengan semangat Pemerintah untuk meraih swasembada daging sapi pada tahun 2014 mendatang. Disamping itu, dengan kemampuan produksi dalam negeri yang masih kurang, sesungguh nya usaha peternakan sapi potong memiliki peluang yang sangat besar untuk digarap, khusus nya guna memenuhi kebutuhan masyarakat, yang hingga kini masih kita impor. Kebijakan pelarangan masuk nya sapi impor ke daerah, tentu saja harus ditempuh secara arif dan selektif. Sangat tidak mungkin bila kita menutup pintu rapat‐rapat bagi pelaksanaan importasi sapi. Pengalaman para peternak di Jawa Timur belum tentu dapat diterapkan di daerah lain. Semangat nya boleh jadi sama, namun dalam pelaksanaan nya, tentu ada kearifan lokal yang harus kita cermati. Yang jelas, pasti kita sepakat jika kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi dalam negeri, tentu akan lebih baik diproduksi sendiri, ketimbang harus diisi dengan mendatangkan sapi impor. Pertanyaannya adalah sampai sejauh mana kesungguhan Pemerintah untuk mewujudkan semangat yang demikian ? Jika kita amati anggaran yang disiapkan Pemerintah untuk pencapaian swasembada daging sapi di tahun
1
FOKUS 2014, ternyata untuk tahun 2012 disediakan dana sebesar 2,6 Trilyun rupiah. Dana sejumlah 2,6 Trilyun ini, tentu saja tidak akan mampu menjawab seluruh kebutuhan. Namun begitu, dengan menentukan skala prioritas yang terukur dan terstrukturkan secara baik, mesti nya anggaran tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Paling tidak, selama tahun 2012 ini, kita sudah menetapkan daerah‐daerah mana saja, selain Jawa Timur, yang betul‐betul memiliki peluang untuk pengembangan bisnis sapi potong. Hal lain yang tak kalah penting nya untuk dicermati adalah soal kesiapan daerah itu sendiri. Dalam era Otonomi Daerah sekarangn sangat jarang para Kepala Daerah yang tertarik untuk bisnis yang waktu nya panjang dan resiko bisnisnya pun tinggi. Pengalaman menunjukkan, para Kepala Daerah relatif lebih memilih untuk mengembangkan program‐program yang "quick yealding". Sebagai teladan, ketimbang dijadikan tanah peternakan, bisa jadi lahan tersebut akan diprioritaskan untuk dijadikan mall atau pemukiman. Mudah‐mudahan di tengah‐tengah gaya hidup bangsa yang semakin sofistikasi dan budaya hedonis ini, kita masih menemukan ada nya pemimpin yang mau berpikiran jauh ke depan dan tidak melulu memikirkan kepentingan sesaat. Pengembangan sapi potong adalah bisnis dunia akherat, yang tentu saja akan jauh berbeda dengan bisnis‐bisnis lain yang langsung membuahkan keuntungan. Untuk semua itulah, fenomena Provinsi Jawa Timur yang berani melarang masuk nya sapi impor ke daerah‐daerah tertentu, sepantas nya kita analisis lebih dalam, sehingga diperoleh gambaran yang terang benderang. (Penulis adalah Anggota Komite Perencana Jawa Barat)
2
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
FOKUS
Oleh : Engkos Kosnadi*
Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa tahun 2015 setiap Negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (mengkonsumsi energi kurang dari 70% kebutuhan untuk hidup sehat). Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas karena penyebabnya multi faktor dan multi dimensi, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Kita ketahui bersama bahwa masalah gizi berakar pada masalah ketersediaan, distribusi , dan keterjangkauan pangan, kemiskinan, pendidikan dan pengetahuan serta perilaku masyarakat. Dengan demikian masalah pangan dan gizi merupakan permasalahan berbagai sektor dan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Seperti kita ketahui bersama, seiring dengan peningkatan produksi pangan pokok utama, produksi pangan hewani, khususnya
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
daging ternak besar (sapi dan kerbau), daging ayam, telur, susu dan ikan juga menunjukkan kecenderungan meningkat, dengan laju peningkatan tertinggi dicapai oleh daging sapi dan kerbau dan daging ayam. Dan menurut data adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh ke n a i k a n i n d e k s b e b e r a p a ke l o m p o k pengeluaran, yaitu: BPS/September 2012. Pada September 2012 terjadi inflasi sebesar 0,01 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 134,45. Dari 66 kota IHK, pada bulan ini 21 kota diantaranya mengalami inflasi dan 45 kota mengalami deflasi. Inflasi terjadi karena kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,57 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,35 persen; kelompok sandang 1,47 persen; kelompok kesehatan 0,14 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,07 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi atau penurunan indeks, yaitu: kelompok bahan makanan 0,92 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,80 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari–September) 2012 sebesar 3,49 persen dan laju inflasi year on year (September 2012 terhadap September 2011) sebesar 4,31 persen. Komponen inti pada September 2012 mengalami inflasi sebesar 0,34 persen, laju 3
FOKUS inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2012 sebesar 3,63 persen dan laju inflasi komponen inti year on year (September 2012 terhadap September 2011) sebesar 4,12 persen. Kelompok bahan makanan pada September 2012 mengalami deflasi 0,92 persen atau terjadi penurunan indeks dari 161,29 pada Agustus 2012 menjadi 159,80 pada September 2012. Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan, 7 diantaranya mengalami deflasi sedangkan 4 subkelompok mengalami inflasi. Subkelompok yang mengalami deflasi tertinggi adalah subkelompok bumbu‐bumbuan 5,49 persen dan terendah terjadi pada subkelompok sayur‐sayuran 0,02 persen. Sedangkan subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah subkelompok buahbuahan 1,82 persen dan terendah terjadi pada subkelompok padi‐padian, umbi‐umbian, dan hasilnya 0,23 persen. Kelompok ini pada September 2012 memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,23 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi antara lain: daging ayam ras 0,09 persen; cabai merah 0,07 persen; ikan segar, telur ayam ras, dan cabai rawit masing‐masing 0,03 persen; bawang merah 0,02 persen; kangkung, petai, bawang putih, dan kelapa masing‐masing 0,01 persen. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah jeruk 0,02 persen; beras, buncis, kacang panjang, wortel, tempe, dan tomat buah masing‐masing 0,01 persen.
Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia memerlukan sekitar 45 jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan tidak ada satu jenis panganpun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, setiap orang perlu mengkonsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang, serta aman. Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : faktor yang bersifat internal (individual) seperti pendapatan, preferensi, keyakinan (budaya dan religi), serta pengetahuan gizi, maupun faktor eksternal seperti faktor agro‐ekologi, produksi, ketersediaan dan distribusi, anekaragam pangan, serta promosi/iklan. Dari segi kuantitas, jumlah energi yang dikonsumsi penduduk pada tahun 2007 sebesar 2.015 kkal/kap/hari, telah melampaui angka tingkat konsumsi yang direkomendasikan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII tahun 2004 sebesar 2000 kkal/kap/hari. Sementara konsumsi protein
Komoditas Pangan, bila diiringi dengan peningkatanaksesibilitas ekonomi masyarakat, ko n d i s i i n i m e m u n g k i n ka n te r j a d i nya peningkatan konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia yang saat ini tergolong masih rendah. Kecuali untuk susu, kedelai, daging dan gula, ketergantungan impor pangan untuk komoditas lainnya relative rendah. Produksi pangan yang cenderung meningkat tersebut berimplikasi pada peningkatan ketersediaan energi dan protein domestic.
4
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
FOKUS penduduk pada tahun 2007 telah mencapai 57,65 gram/kap/hari, harga telah melampaui angka kecukupan protein yang dianjurkan sebesar 52 gram/kap/hari. Indikator kualitas konsumsi pangan ditunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH). Selama 5 tahun terakhir telah terjadi peningkatan mutu gizi konsumsi pangan penduduk Indonesia yang diindikasikan dengan meningkatnya skor mutu gizi pangan (PPH) dari 77,5 (2003) menjadi 82,8 (2007). Namun demikian, terlihat bahwa ko n s u m s i ke l o m p o k p a d i ‐ p a d i a n m a s i h mendominasi dibandingkan kelompok pangan lainnya dengan kontribusi 61,74 persen, padahal proporsi ideal yang diharapkan 50 persen dari total konsumsi energi yang dianjurkan. Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan intelegensia manusia. Jumlah dan kualitas konsumsi pangan dan gizi dalam rumah tangga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, pengetahuan dan budaya masyarakat. Konsepsi Swasembada Daging, Jangan Hanya Garang di Kertas. Pemenuhan kebutuhan pangan yang meng‐ andalkan produksi domestik merupakan kebijakan yang lazim ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat terutama pada negara yang jumlah penduduknya besar seperti Indonesia. Kebijakan ini dianggap sebagai cara
yang paling aman untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan bila dibandingkan dengan pengadan pangan melalui impor. Dalam perkembangannya, kebijakan ini telah mewarnai kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pertanian dan pangan sejak tahun 1970‐an. Hal ini dapat dilihat dari kondisi penyediaan pangan yang sebagian besar berasal dari produksi komoditas pangan domestik. Kemampuan produksi domestik dalam mencukupi kebutuhan pangan dalam hal ini diukur dengan ketergantungan impor pangan (rasio impor terhadap kebutuhan). Jika diasumsikan torelansi impornya adalah 10 % terhadap kebutuhan dianggap sebagai tingkat kemampuannya cukup baik, maka kemampuan produksi pangan domestik dalam mencukupi pangan di Indonesia tidak mengkhawatirkan karena hanya beberapa komoditas pangan yang impornya lebih dari 10 persen, kecuali komoditas susu, kedelai dan gula yang masih belum mandiri. Ketergantungan impor ini semakin menurun sejalan dengan perkembangan waktu, kecuali untuk kedelai yang semakin meningkat. Pengembangan peternakan selain dapat menciptakan ketahanan pangan protein hewani a s a l te r n a k , j u ga a ka n m e n i n g kat ka n kesejahteraan masyarakat dikarenakan penurunan pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sangat logis jika di era otonomi daerah ini, petani akan lebih mengembangkan komoditas yang dinilai akan memberikan keuntungan yang maksimal. Seperti yang diketahui bahwa kemajuan peternakan juga amat dipengaruhi oleh kebijakan yang diatur oleh pemerintah. Apa yang telah dirumuskan pemerintah, seperti terurai dalam PSDSK Pusat Ditjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan–Kementerian Pertanian bahwa pertama, Konsep swasembada daging sapi adalah terpenuhinya konsumsi daging sapi masyarakat yang berasal dari sumber daya lokal sebesar 90%, sehingga 10% disisakan untuk impor baik sapi bakalan maupun daging. Tetapi konsep ini bukan kebijakan penerapan
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
5
FOKUS “kuota” tetapi dengan maksud untuk peningkatan produksi dalam negeri sehingga mencapai 90%. Peningkatan produksi dalam negeri ini akan diiringi pula oleh kebijakan lain yang bersifat teknis maupun ekonomi yang mencakup langkah operasional peningkatan populasi dan produksi dan penjajakan kenaikkan tarif bea masuk dan langkah‐langkah penerapan SPS (Sanitary Phyto Sanitary); kedua, Swasembada daging sapi yang diinginkan akan bersifat berkelanjutan, artinya pencapaian swasembada akan didahului oleh swasembada yang on trend, yang selanjutnya akan menuju kearah swasembada sepenuhnya sehingga ketahanan pangan bertumpu pada sumberdaya lokal. Sesudah tahapan‐tahapan ini tercapai m a ka s w a s e m b a d a d i a ra h ka n ke p a d a kemandirian dan kedaulatan pangan asal daging sapi. Pada tahap kedaulatan tercapai maka pada titik ini kedaulatan peternak ini akan menjadi subjek yang menentukan perencanaan penyediaan pangan; ketiga, Konsep swasembada juga dimaksudkan untuk pemberdayaan peternak dan ternak lokal, sehingga kegiatan‐ kegiatan teknis menyangkut peningkatan populasi dan produksi ternak yang dikhususkan pada ternak asli dan lokal Indonesia. Pada saat ini kondisinya ternak rakyat yang dipelihara oleh lebih dari 6 juta rumah tangga dinilai masih under performance. Misalnya calving interval sapi lokal rakyat yang masih panjang yaitu rata‐ rata 21 bulan diharapkan menjadi 16 s/d 18 bulan. Demikian juga berat karkas yang relative rendah yaitu hanya 150 kg menjadi 176 kg serta angka kelahiran dari 24% menjadi 30%; keempat, Salah satu prinsip Program Swasembada Daging Sapi adalah dapat dihasilkannya daging yang memenuhi persyaratan teknis yaitu aman, sehat, utuh, dan halal. Aman berarti daging tersebut terbebas dari berbagai cemaran dan residu, sehat berarti bebas dari potensi serangan penyakit, utuh berarti tidak ada percampuran dengan daging lainnya dan halal memenuhi persyaratan kaidah‐kaidah agama Islam karena mayoritas masyarakat menganut agama Islam.
6
Dalam Operasionalisasi program swasembada daging sapi kerbau, telah direncanakan akan menempuh beberapa hal, yaitu Sebagai langkah‐langkah teknis dan strategis, maka program swasembada daging sapi dan kerbau melakukan langkah‐langkah untuk peningkatan populasi dan produktivitas. Langkah ini ditempuh dengan peningkatan kelahiran melalui kegiatan reproduksi yaitu penyelamatan sapi betina produktif, pemeriksaan dan penanganan gangguan reproduksi, intensifikasi kawin alam, optimalisasi IB, dan menurunkan kematian pedet. Langkah teknis kedua yaitu peningkatan efisiensi dan produktivitas ternak, yang pada aspek ini akan ditangani masalah kesehatan hewan, pakan dan perbibitan. Penanganan aspek kesehatan dilakukan melalui penggulangan penyakit yang berdampak ekonomi tinggi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan. Dari aspek pakan ditangani penyediaan dan pengembangan pakan melalui revitalisasi padang gembalaan dan pengembangan kebun bibit. Selain itu dikembangkan pula integrasi ternak sapi dan sawit dan pengawetan hijauan pakan diwilayah intensifikasi kawin alam.Sedangkan pada aspek perbibitan dilakukan penguatan kelembagaan unit pembibitan pemerintah dengan rencana aksi pemuliabiakan sapi potong dan penguatan village breeding centre. Peningkatan kualitas peternak dan kelembagaan yang mencakup langkah‐langkah peningkatan keterampilan peternak sapi potong melalui fasilitasi sekolah lapang agribisnis sapi potong dan terbentuknya kelembagaan peternak melalui peran SMD dan para penyuluh. Beberapa hal telah dilakukan, dalam Lesson learnt dari program sebelumnya. Sejak Tahun 2000 telah dilancarkan program kecukupan daging sapi. Program ini berlangsung dari Tahun 2000‐ 2005, tetapi program tidak mencapai sasaran sesuai yang diinginkan karena pada kurun waktu tersebut program terlalu diwarnai oleh wacana, seminar serta lokakarya tanpa diikuti dengan langkah‐langkah konkret
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
FOKUS baik kebijakan maupun kegiatan teknis. Diakui pula bahwa pada Tahun 2005‐2007 terjadilah kevakuman. Program sementara angka importasi baik sapi bakalan maupun daging sapi meningkat terus. Akibatnya pemerintah pusat kembali melancarkan satu program yang disebut sebagai Program Percepatan Swasembada Daging Sapi Tahun 2008‐2010. Program telah memiliki langkah‐langkah konkret tetapi belum didukung oleh pendanaan yang memadai sehingga program mengalami kegagalan dan angka importasi sapi bakalan dan daging sapi semakin membengkak.Tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor mencapai 25% dan angka importasi rata‐rata mencapai 600 ribu ekor sapi bakalan dan daging sapi rata‐rata diatas 100 ribu ton per Tahun. Tahun 2010 Menteri Pertanian kemudian kembali membentuk program swasembada daging sapi yang tercapai diharapkan pada Tahun 2014. Program telah dilengkapi dengan blue print dan road map serta berbagai langkah untuk menjalani road map tersebut dan telah didukung oleh dana yang cukup memadai. Tetapi importasi sapi bakalan dan daging sapi nilainya belum didasarkan kepada potensi ternak lokal yang dimiliki saat ini. Sehingga sejak Tahun 2006‐2010 angka importasi masih membesar juga.Puncaknya yaitu pada Tahun 2009 angka importasi sapi bakalan malahan melebihi 720 ribu ekor dan daging sapi mencapai 120 ribu ton. Apabila disetarakan dengan ternak impor maka nilai keseluruhan sapi dan daging setara dengan hampir 1,5 juta ekor. Sedangkan pemotongan ternak diberbagai rumah potong hewan di Indonesia setahunnya berkisar 2,4 juta ekor ini berarti lebih dari 60% pemotongan ternak di Indonesia telah dikuasai oleh ternak dan daging impor. Sebagai akibat terjadilah sumbatan pemasaran sapi‐sapi rakyat masuk ke pasar dan rumah potong hewan, yang berdampak pada penurunan harga sapi rakyat di tingkat on farm. Bottle neck ini di coba diatasi dengan program swasembada daging sapi yang dalam program‐programnya selalu berlandaskan pada sumberdaya lokal untuk mengangkat marwah peternak rakyat. Dan akhirnya Program
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
Swasembada Daging Sapi yang telah dibangun hanya menyisakan output penting yaitu semakin tingginya angka impor sapi bakalan dan daging. Ini ironis ditengah tuntutan terhadap swasembada daging sapi. Sensus ternak potong Tahun 2011 sebagai blessing indisguise telah berlangsung, laporan itu juga member gambaran cukup jelas bahwa hasil sensus ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau Tahun 2011 yang dilaksanakan BPS. Menurut BPS untuk sapi potong ternyata jumlahnya 14,8 Juta ekor. Jumlah ini sedikit mencengangkan dan mengagetkan banyak pihak termasuk para akademisi dan para pakar bahkan pemerintah sendiri karena jumlah tersebut ternyata jauh melampui estimasi yang dibuat oleh pemerintah. Tahun 2010 pemerintah mengestimasikan populasi sapi potong sebesar
7
FOKUS 12,6 Juta ekor sehingga untuk tercapainya swasembada daging sapi di Tahun 2014 populasi ternak sapi di harapkan mencapai 14,2 juta ekor. Dengan data hasil sensus sapi potong tersebut maka sebenarnya dapat berpotensi untuk mempercepat tercapainya swasembada daging sapi setahun atau dua tahun. Swasembada daging sapi sudah dapat dicapai antara Tahun 2012‐2013. Hasil sensus sapi potong 2011 tersebut juga mematahkan teori‐teori lama yang menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara net importer. Bahkan hasil sensus telah menjungkirbalikkan keadaan sehingga Indonesia sebenarnya berpotensi sebagai Negara net eksporter. Tapi benarkah data itu? Jika kenaikan harga masih sering terjadi sporadis. Hal mendasar lain yang terungkap adalah dibalik keberhasilan hasil sensus tersebut bersamaan pula dengan ancaman dihentikannya ekspor sapi dari Australia ke Indonesia yang disebabkan karena perlakuan yang kurang manusiawi di berbagai rumah potong hewan di Indonesia. Tetapi sikap Australia ini kemudian berubah karena lobi dari peternak sapi Australia dan para pengusaha sehingga impor saat ini sudah dapat dibuka kembali. Sikap ambivalensi pemerintah Australia ini menjadi pertanyaan karena sebenarnya Indonesia tidak memerlukan impor sapi lagi karena jumlah sapi lokal dalam negeri sangat mencukupi. Hanya yang menjadi masalah saat ini adalah distribusi dan transportasi ternak sapi yang terserak dimana‐mana. Akhirnya Peranan penting peternakan yang kian progresif dan kini terhempas pada isu global yang di hembuskan FAO pada Tahun 2006 yang pada buku laporannya Livestock Long Shadow. Dalam laporan tersebut pada dasarkannya dikaitkan bahwa peternakan adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar terhadap fenomena terjadinya perubahan iklim global. Menyusul isu tersebut muncul kelompok dan gerakan yang mulai mempropagandakan p e n g u ra n ga n ke g i ata n p e n ge m b a n ga n peternakan bahkan ada yang lebih ekstrem yaitu berhenti mengembangkan peternakan. Kondisi ini diperparah dengan menurunnya minat
8
generasi peserta didik bidang ilmu peternakan. Terhadap isu tersebut saya ingin menjelaskan bahwa terkait dengan isu lingkungan disuatu wilayah peternakan diharapkan memperhatikan! the ecological finger print atau tapak ekologis teknis dan daya dukungnya untuk peternakan. Apabila kedua variabel tersebut tidak saling berkompetisi atau salah satu menjadi lebih dominan maka sebenarnya usaha peternakan menjadi aman dan tidak mengganggu lingkungan. Salah satu kriteria yang mungkin dapat dipakai adalah ukuran Satuan Ternak dan lingkungan. Pada kriteria ini menyebutkan bahwa pada suatu luasan lahan padang penggembalaan dengan produksi rumput tertentu hanya dapat menampung jumlah ternak tertentu pula. Sehingga indikator daya tampungnya dapat terlihat dari apakah ternak tersebut kurus, sedang dan gemuk.Apabila ternak kurus berarti di daerah tersebut mungkin terlalu banyak ternak dan harus dikeluarkan tetapi terjadi sumbatan. Disamping itu terjadilah proses pengurangan pada padang gembalaan sebagai akibat terjadinya “over‐grazing”. Selain kriteria tersebut kotoran ternak yang selama ini mungkin dianggap sebagai pencemar dapat dimanfaatkan pula m e n j a d i b i o ga s d a l a m ta b u n g ‐ ta b u n g konversi.Selain hasil listrik dan gas, cairan padat yang timbul dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Disini saya melihat bahwa peternakan telah melaksanakan eco farming dan hampir semua produk peternakan dapat diolah kembali. Justru penggunaan pupuk anorganik memiliki
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
FOKUS kontribusi besar pencemaran dan menimbulkan gas rumah kaca. Dengan program yang terencana dan terstruktur serta sesuai dengan pembagian tugas dan wewenang antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota, saya berkeyakinan laju tujuan swasembada atau bahkan klaim swasembada baik daging sapi maupun komoditas pangan lainnya dapat berjalan sebagaimana mestinya. Butuh keseriussan semua pihak, beban itu tidak hanya ditujukan pada pemerintah, tapi peran swasta dalam mendorong dan menopang swasembada sangat penting. Petani/peternak sekali lagi jangan sampai dilupakan, kasus jatuhnya harga akibat impor dan beberapa penyebab lainnya kedepan harus benar‐benar terjaga, kemampuan meningkatkan pendapatan petani/peternak tentu akan berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan bersama pun tidak hanya jadi jargon, slogan yang selalu terdengar 'mempende hate' si kecil. Pemerintah telah menetapkan rujukan yang banyak, Peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang dengan Arahkebijakan: (a) meningkatkan kemampuan
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
rumahtangga dalam mengakses pangan untuk kebutuhan setiap anggota rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman dan halal dikonsumsi dan bergizi seimbang; (b) mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan; © mengembang‐ kan program perbaikan gizi yang cost effective, diantaranya melalui peningkatan dan penguatan program fortifikasi pangan dan program suplementasi zat gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A; (e) mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan dan gizi; dan (f) meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin terutama anak‐anak dan ibu hamil yang bergizi kurang. Semua ini harus didukung bersama, dorongan terbaik adalah partisipasi aktif semua pihak. Banyak hasil penelitian, kajian yang mengarah pada perbaikan, tanpa keterlibatan semua pihak semua program hanya akan garang di atas kertas. Semoga tidak demikian. *) Peneliti di Dewantara Institute
9
FOKUS
JABAR & SWASEMBADA
DAGING AYAM Oleh : Entang Sastraatmadja Berkaca pada Statistik Peternakan Provinsi Jawa Barat 2010, di Provinsi yang hingga saat ini dikenal sebagai lumbung padi nasional, sebetul nya tersimpan sebuah keberhasilan yang hingga kini kurang dipahami oleh banyak pihak, yakni terkait dengan kemampuan nya dalam memproduksi daging ayam. Mengacu pada data yang ada, Jawa Barat sendiri sudah mampu berswasembada daging ayam. Suasana swasembada ini telah berlangsung sejak lama, dan belum banyak orang yang mengetahui nya. Oleh karena itu, jika Pemerintah berkeinginan untuk swasembada daging sapi di tahun 2014, maka di Jawa Barat sendiri, sudah swasembada daging ayam beberapa tahun lalu. Masalah nya apakah pemahaman swasembada daging itu hanya untuk daging sapi ? Atau kah tidak, dimana swasembada daging itu pun termasuk di dalam nya daging ayam ? Produksi daging ayam dari Jawa Barat mencapai 40 % atau terbesar secara nasional, yang mencapai 431.127 ton pada akhir tahun 2011. Dengan jumlah produksi sebesar itu, Jawa Barat telah mengalami surplus hingga 142.202 ton per tahun, dengan kebutuhan sekitar 297.000 ton per tahun. Pasokan daging ayam yang mencapai 431.127 ton tersebut, sebanyak 399.745 ton berasal dari ayam ras pedaging. Sisa nya dari
10
ayam buras dan ayam petelur afkir. Berbagai kalangan menilai, surplus nya produksi daging ayam di Jawa Barat, diharapkan menjadi salah satu penahan gejolak, jika terjadi kenaikan harga daging sapi. Dan ini dapat dijadikan pilihan konsumsi oleh masyarakat yang juga menyukai daging ayam, sehingga untuk memperoleh alternatif kebutuhan daging masih tetap banyak. Kisah sukses Jawa Barat dalam mewujudkan swasembada daging ayam, yang telah diraih sejak beberapa tahun silam, mesti nya mendapat apresiasi tersendiri. Bukan saja karena hal ini berkaitan dengan target Pemerintah yang mendambakan agar pada tahun 2014 dapat diraih swasembada daging sapi, namun jika kita tengok kondisi obyektif dari peternakan sapi di Jawa Barat sendiri, ternyata masih banyak hal yang harus dibenahi lebih lanjut. Termasuk target Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang menetapkan untuk mengembangkan 1 juta ekor sapi itu sendiri. Hal ini penting dijadikan catatan, karena kalau kita lihat data yang tersedia, maka hasrat untuk menggapai 1 juta ekor sapi dalam tahun 2013 lebih dikesankan sebagai langkah "mengecat langit". Sebagai perenungan, ketimbang berjuang habis‐ habisan kita ingin mengejar target 1 juta ekor sapi, apakah tidak akan lebih baik, sekira nya kita memberi perhatian yang lebih serius terhadap pengembangan peternakan ayam ? Terlebih‐lebih setelah ada nya fakta bahwa Jawa Barat sendiri sudah berhasil menggapai swasembada daging ayam. Justru yang butuh perjuangan lebih lanjut bagaimana kemampuan kita untuk melestarikan sekaligus m e n i n g kat ka n ku a l i ta s d a r i swasembada daging ayam itu
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
FOKUS sendiri. Disini jelas dibutuhkan ada nya sebuah pola perencanaan yang sifat nya holistik. Kita ingin agar kisah sukses swasembada daging ayam ini, benar‐benar memberi berkah bagi kehidupan, khusus nya lagi bagi para peternak itu sendiri. Hal ini penting dihayati, agar pengalaman di usahatani padi tidak terjadi di dalam pengembangan peternakan ayam pedaging. Di dalam budidaya padi memang terjadi paradoks kehidupan. Pembangunan pertanian yang berhasil meningkatkan produksi gabah secara spektakuler, rupa nya tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan para petani padi nya. Dari Nilai Tukar Petani padi nya sendiri, jelas terekam bahwa NTP padi seperti yang jalan ditempat alias tidak beranjak. Kita tidak ingin keberhasilan meningkatkan produksi ayam pedaging ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan para peternak nya. Swasembada daging ayam, jelas sebuah keberhasilan bagi Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, terutama para kiprah para peternak nya, yang telah bekerja keras guna mewujudkan nya. Tanpa perjuangan para peternak ayam di lapangan, sebuah omong kosong semata kita akan mampu meraih swasembada daging ayam. Begitu pun bila tanpa peran Pemerintah dan keterlibatan dunia usaha. Oleh karena itu, kita harus mengakui dengan jujur bahwa salah satu faktor yang menjadi penyebab utama tercapai nya swasembada daging ayam, adalah ada nya "harmonisasi" yang berkualitas diantara para pihak yang ikut terlibat secara nyata dalam pengembangan peternakan ayam di lapangan, yakni Pemerintah, dunia usaha dan para peternak nya sendiri. Mudah‐mudahan keberhasilan Provinsi Jawa Barat dalam menggapai swasembada daging ayam ini, sedikit banyak akan memberi "alternatif berpikir" lain, tatkala kita seperti yang terhipnotis oleh hasrat mewujudkan 1 juta ekor sapi atau pun keinginan meraih swasembada daging sapi di tahun 2014. (Penulis adalah Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat)
Ketika Para Sapi dan Kambing Berdialog...
HUMOR BUDAK ANGON
Sebagai mana biasanya hari raya Idul Adha tahun ini lumayan banyak umat muslim yang memiliki kelebihan harta dan melaksanakan Qurban, maka semakin banyak juga sapi dan kambing yang terkumpul di setiap daerah . disaat menjelang malam terjadilah diskusi sesama hewan tersebut. Sapi A : wahhh aku senang banget orang yang memilih aku adalah seorang artis cantik dan lagi naik daun, aku pasti akan di lihat banyak orang dan masuk sorga. Sapi B : jangan salah ya. Aku dipilih oleh seorang konglomerat di Indonesia ini dan coba kamu lihat aku di beri fasilitas VVIP dan nanti aku akan di bawa naik mobil bagus.. Sapi C : ahhhh kalian berdua belum apa‐apa disbanding aku yang dipilih oleh seorang pejabat di tanah air ini.. sebelum Hari H aku diberi berbagai fasilitas serba gratis… dan pasti masuk surge Secara kebetulan lewat lah si Kambing pulang abis makan Rumput tetangga dan sapi A bertanya : haiii Kambing kamu kenapa murung sedangkan yang lainnya pada bergembira. Dengan lugunya si Kambing menjawab : bagai mana aku enggak sedih… yang memilih aku seorang koruptor yang hanya menjadikan aku sebagai penutub kelakuannya dan yang lebih parah sampai‐sampai rumput untuk makanan aku pun dikorupsi makanya aku makan rumput tetangga.. Dari obrolan diatas : seyogyanya ketulusan dank e rendahan hatilah yang lebih mendukung ibadah Qurban tersebut… Selamat Hari Raya Idul Adha 1432H jangan lupa bagi‐bagi sate kambing yaaa (Sumber : http://hiburan.kompasiana.com/humor/2011/11/04/ketika‐para‐sapi‐dan‐kambing‐berdialog/)
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
11
OPINI Krisis pangan, ancaman bagi penduduk bumi ini kian hari terus menampakan kemungkinan dampaknya. Betapa tidak, pada Agustus 2012 Organisasi Pangan dan Pertanian mengeluarkan laporan kenaikan harga‐harga pangan dan Departemen Pertanian Amerika Serikat kembali merevisi angka estimasi penurunan produksi pangan, terutama biji‐bijian. Bahkan, FAO secara serius mengingatkan Indonesia tentang ancaman krisis pangan. Beberapa tahun belakangan ini pun beberapa peneliti sudah memperingatkan akan bahaya ini. Pangan tidak hanya akan berdampak secara ekonomi tapi akan menjalar pada gejolak sosial. Kita lihat apa yang mungkin akan terjadi pada petani (peternak) kita. Sebagai konsumen, kelompok petani miskin juga sangat rentan terhadap kenaikan harga‐harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya, karena produksi yang dihasilkannya sendiri tidak memadai untuk
Sebagai produsen, kelompok petani miskin ini amat rentan terhadap ancaman kekeringan, perubahan iklim, serangan hama, dan penyakit tanaman, bencana alam, dan lain‐lain. Bahkan, mereka yang berada sedikit di atas garis kemiskinan (near poor) tiba‐tiba dapat jatuh menjadi amat miskin karena tidak banyak lagi yang dapat diandalkan dari harta benda dan kekayaannya.Repons kebijakan terhadap kelompok paling bawah dari petani tentu tidak cukup hanya dengan proyek‐proyek percontohan usaha tani yang sangat administratif, akses kredit pertanian yang sangat birokratis, atau bantuan langsung tunai yang nyaris tidak berdampak apa‐ apa.Kelompok ini memerlukan pendampingan yang serius, peningkatan kapasitas secara sistematis, pendidikan formal yang mampu mengarah pada kemampuannya menolong diri sendiri (self‐help).Mereka perlu memperoleh pemberdayaan organisasi dan kelembagaan yang mampu meningkatkan posisi tawar petani,
Langkah Taktis Untuk 5 Komoditas StRategis Oleh : Engkos Kosnadi *)
menutupi kebutuhan hidupnya.Bustanul Arifin (Guru Besar Universitas Lampung, Professorial Fellow di InterCAFE dan MB‐IPB) dalam beberapa kesempatan sering memberikan arahan dan gambaran, bahwa prioritas penanganan dan antisipasi krisis pangan global perlu diberikan kepada kelompok miskin. Total jumlah orang miskin nasional masih tercatat 29,1 juta orang (12 persen) dan 18,5 juta orang (64 persen dari kemiskinan itu sendiri) tinggal di pedesaan. Sebagian besar penduduk miskin pedesaan adalah petani dan lebih dari 75 persen perani miskin itu adalah petani tanaman pangan, dengan penguasaan lahan setengah hektar. Baik sebagai produsen pangan maupun sebagai konsumen pangan, kelompok petani miskin menjadi demikian rentan terhadap external shocks yang benar‐benar di luar kendali dan kekuasaan mereka. *) Peneliti di Dewantara Institute
12
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
OPINI minimal agar tidak dijadikan bulan‐bulanan oleh tengkulak dan elit ekonomi lainnya.Rencana u nt u k m e m b e r i ka n p e r l i n d u n ga n d a r i kemungkianan gagal panen dan puso, bahkan sampai asuransi tanaman perlu segera di realisasikan. KTT Pangan itu telah menghasilkan Deklarasi Roma 2009 yang berisi 41 butir, di antaranya memuat lima butir Kerangka Komitmen dan Rencana Aksi yang disetujui oleh para pemimpin dunia sebagai berikut:Pertama, melakukan investasi di negara sendiri untuk menjamin terselenggaranya program ketahanan pangan yang berorientasi hasil dan berbasis kerjasama kemitraan dan kesetaraan; Kedua, meningkatkan koordinasi yang strategis pada tingkat nasional, regional dan global untuk memperbaiki tata‐ kelola (governance) dan alokasi sumberdaya, menghindari duplikasi program dan mengidentifikasi langkah‐langkah untuk mengurangi kesenjangan program; Ketiga, mewujudukan pendekatan dua jalur ketahanan pangan yang komprehensif yaitu langkah kegiatan langsung jangka pendek untuk mengatasi kelaparan dan kelompok rentan atau rawan pangan. Selain itu, langkah jangka menengah‐panjang untuk menjamin keberlanjutan ketahanan pangan, kecukupan gizi dan pembangunan pedesaan, sekaligus untuk menghilangan akar‐masalah dari kelaparan dan kemiskinan serta merealisasikan jaminan hak atas kecukupan pangan; Keempat, memberikan peran yang kuat kepada sistem multilateral melalui peningkatan efisiensi, derajat respon, koordinasi dan efektivitas organisasi multilateral; Kelima,menjamin komitmen yang substansial dan berkelanjutan dari seluruh partner untuk melakukan investasi pada sektor pertanian, ketahanan pangan dan kecukupan gizi dengan sumberdaya yang memadai dengan kerangka waktu yang terukur melaui program multi‐years, atau jangka waktu menengah. Dan turunannya terfomulakan dalam RPJM 2010‐ 2014, Semangat meningkatkan daya saing perekonomian memang mendapat porsi
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
memadai. Pada Bab 10 dicantumkan prioritas bidang ketahanan pangan, revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan, dengan lima prioritas: (1) peningkatan produksi dan produktivitas, (2) peningkatan efisiensi sistem distribusi dan stabilitas harga pangan, (3) peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan, (4) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran produk, serta (5) peningkatan kapasitas masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan. Daging, Komoditas Strategis Peternakan Dalam penyediaan makanan sehat dan bergizi, sektor peternakan menjadi sangat strategis.Selain sektor perikanan, penyediaan pangan sumber protein hewani lainnya adalah sektor peternakan.Apabila komoditas ternak yang ada sekarang tidak ada yang sesuai dikembangkan di suatu wilayah tertentu, kita perlu mendomestikasi hewan baru untuk dijadikan ternak.Dengan demikian, Indonesia yang disebut‐sebut sebagai negara dengan megadiversitas hayatinya (flora dan fauna) benar‐benar dapat menyediakan pangan dan kebutuhan pokoknya bagi kemakmuran dan kesejahteraan bangsanya sendiri. Pada 100 hari pertama Pemerintahan Susilo B a m b a n g Yu d h o y o n o ( S BY ) ‐ B o e d i o n o mencanangkan untuk merumuskan cetak biru dan langkah‐langkah nyata menjamin swasembada lima pangan sterategis: beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi. Strategi untuk mempertahankan kinerja beras dan jagung pasti berbeda dengan strategi untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan produksi dan produktivitas pada kedelai dan gula. Strategi pencapaian swasembada daging tentu amat berbeda karena melibatkan sistem peternakan usaha kecil dengan risiko yang tidak kecil dan tantangan yang sangat beragam. Pada aspek logistik dan stabilisasi harga, tantangan berat bagi Direktur Utama Perum Bulog, Soetarto Alimoeso adalah bagaimana mencegah spekulasi perdagangan beras dan pangan pokok lainnya, karena peran harga beras yang amat strategis
13
OPINI bagi perekonomian Indonesia. Disamping itu, manajemen stok pangan dan implementasi strategi stabilisasi harga pangan pokok, khususnya beras, selama dua tahun terakhir dapat dikatakan telah berkontribusi pada peredaman kenaikan harga pangan di Indonesia. Terakhir, karena ketahanan pangan juga meliputi akses pangan bagi kelompok miskin, Indonesia wajib merumuskan langkah‐langkah strategis dan nyata di tingkat lapangan. Tantangan untuk mengurangi, apalagi menghilangkan 25 jiwa (11,1 persen) yang termasuk kategori rawan pangan dengan angka kecukupan gizi (AKG) < 70 persen tentu tidak dapat dipikul sendirian oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah daerah wajib secara nyata menjadikan aktivitas penanggulangan kemiskinan dan kerawanan pangan ini pada prioritas utama program pembangunannya. Perkembangan terkini sistem pangan strategis Indonesia dapat diikhtisarkan sebagai berikut ini. Empat komoditas pertama dikenal sebagai special products(SP), yang meliputi beras, jagung, gula, dan kedelai, sedang diperjuangkan dalam forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). D e n g a n a r g u m e n ke t a h a n a n p a n g a n , kesejahteraan masyarakat dan pembangunan
14
perdesaan, empat komoditas di atas masih memperoleh proteksi yang memadai, termasuk kebijakan stabilisasi harga. Minyak goreng, terigu, dan daging dianggap strategis, karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan gangguan stabilisasi dari ketiganya akan sangat sensitif bagi stabilitas suatu rezim pemerintahan. Kita lihat saja komoditas Daging, Stabiliasi harga daging sapi, daging ayam, dan telur tidak dapat dilepaskan dari kebijakan dan strategi Departemen Pertanian dalam mengelola kebijakan impor sumber protein hewani tersebut. Kontroversi daging impor asal Brasil masih bakal berlanjut, karena perbedaan “ideologi” yang sangat mencolok antara mereka yang bervisi pendek berharap keuntungan sesaat dengan mereka yang secara die hard memperjuangkan sektor peternakan. Perdagangan produk peternakan cukup sensitif terhadap isu biosafety, seperti kasus flu burung dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya. Sifat konsumsi daging ayam yang sangat elastis terhadap perubahan harga dan perubahan selera konsumen adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan guna mencapai kinerja stabilisasi harga daging sapi, daging ayam, dan produk peternakan.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
OPINI Kecukupan pangan akan lebih bermakna, jika dilandasi peningkatan basis produksi dan produktivitas yang mengandalkan perubahan teknologi dan peningkatan efisiensi. Secara normatif dan ideologis, pemerintah pusat dan daerah wajib mengedepankan kepentingan domestik, karena urusan ketahanan pangan kini telah menjadi urusan wajib seluruh pemerintah daerah. Pemerintah tidak perlu segan‐segan dan takut terkesan protektif dan kehilangan mitra dagang mata dunia. Pemerintah juga harus lebih serius memihak petani nasional dalam setiap jengkal kesempatan, bukan hanya pada saat menjelang pemilu seperti sekarang ini. Bulog dan 5 Komoditas Strategis Sebagai sektor penghasil pangan strategis, sektor peternakan dan perikanan, bersama sektor pertanian lainnya, mengalami dua kondisi berbeda yang agak ekstrim beberapa tahun belakangan.Tiga faktor utama yang sering dianggap bertanggung jawab terhadap eskalasi harga pangan dan pertanian di tingkat global, yaitu: (1) fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi pangan strategis, (2) peningkatan permintaan komoditas pangan karena konversi terhadap biofuel, dan (3) aksi spekulasi yang dilakukan para investor (spekulan) tingkat global karena kondisi pasar keuangan yang tidak menentu. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan selagi menunggu hasil pembahasan RUU tentang pangan dimana dimungkinkan akan membentuk semacam suatu badan pangan.Dan dalam upaya mengembalikan peran Bulog tersebutdiharapkan adanya transparansi dan akuntabilitas. Sementara komoditas apa saja yang akan menjadi tanggung jawab Bulog setelah dilakukanrevitalisasi. Sejumlah ekonom juga berpendapat yang sama tentang komoditas pangan strategis yang perlu diintervensi negara, melalui revitalisasi Bulog, diusulkan diperkuat dengan UU agar menjamin keberadaan badan penyangga. Pemerintah segera merevitalisasi peran Badan Urusan Logistisk (Bulog) sebagai
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
stabilisator harga komoditas pangan.Saat ini, Bulog bertugas mengendalikan persediaan dan harga beras saja. Setelah direvitalisasi nanti, Bulog juga akan menangani komoditas selain beras seperti gula, jagung, daging sapi, dan kedelai. Komoditas mana yang akan ditangani Bulog akan dibicarakan lebih lanjut.Presiden pun menyebut beras, gula, jagung, daging sapi, dan kedelai sebagai komoditas yang harus dijaga stabilitas harganya oleh Bulog. Presiden mengakui bahwa masih ada komoditas yang diimpor, namun arah kemandirian sudah dilakukan.Untuk menuju ke kemandirian dan ketahanan pangan ada usaha luar biasa yang harus kita lakukan. SBY ingin ini juga menjadi pekerjaan bersama, bukan hanya pemerintah pusat tapi juga provinsi, kabupaten, dan kota. Ketahanan pangan sangat penting menyusul ada peringatan dini dari lembaga internasional, bahwa harga pangan secara global bisa mengalami kenaikan akibat kemarau yang panjang di negara penghasil komoditas pertanian.
15
OPINI pedesaan dan kebijakan pendukung yang ditempuh oleh administrasi pemerintahan yang berkuasa. Mari kita lihat perihal upaya swasembada daging sapi. Upaya‐upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan produksi daging sapi lokal,antara lain: (1) Pengaturan pengendalian impor, (2) Perbaikan distribusi sapi dari daerah produsen ke konsumen, (3) Penyelamatan sapi betina produktif, (4) Optimalisasi Rumah Potong Hewan, (5) Optimalisasi inseminasi buatan dan kawin alam, (6) Penanganan gangguan reproduksi, dan (7) Peningkatan produktivitasmelalui penerapan Good Farming Practices (GFP) dan tunda potong. Upaya perbaikan ini akan dilanjutkan pada tahun 2012 sampai dengan 2014, utamanyapada aspek peningkatan populasi ternak, pengetatan pengendalian impor,peningkatan pasca panen dalam menghasilkan daging berkualitas dan pengaturan distribusi ternak antar wilayah. Saya sependapat dengan pengamat pertanian dari Universitas Lampung Bustanul Arifin mengatakan, perlu ada kerja sama antara Bulog (Divisi Regional Bulog) dan pemerintah provinsi khususnya untuk penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Menurut dia, kewenangan ke daerah lebih baik lagi jika mencakup penanganan gizi buruk dan kerawanan pangan yang bersifat mendadak. Salah satu strategi untuk menggenjot peningkatan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan adalah dengan inovasi teknologi, termasuk basis bioteknologi seperti telah dijelaskan pada editorial sebelumnya. Strategi lain adalah fokus pada penurun persentase kemiskinan di pedesaan melalui industrialisasi pertanian dan pembangunan pedesaan. Tidak ada pembangunan pertanian tanpa pembangunan pedesaan atau peningkatan nilai tambah di pedesaan.Aktivitas industrialisasi pertanian atau agro‐industri pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mengarah pada pembangunan nilai tambah di pedesaan. Pilihan strategi industrialisasi pertanian cukup banyak, tergantung pada kondisi pemungkin (enabling condition) yang tersedia di
16
Persediaan daging sapi tahun 2011 sebesar 449,31 ribu ton, yang terdiri dari 292,45ribu ton produksi lokal dan 156,85 ribu ton berasal dari impor. Sementara persediaan daging tahun 2010 hanya sebesar 417,04 ribu ton yang terdiri dari 195,82 ribu ton produksi lokal dan 221,23 ribu ton berasal dari impor. Pada tahun 2011 produksidaging lokal meningkat cukup tajam dari 195,82 ribu ton tahun 2010 menjadi 294,45ribu ton tahun 2011 atau terjadi peningkatan sebesar 98,63 ribu ton (50,37%).Peningkatan produksi daging lokal ini telah dapat menekan proporsi daging impordari semula 53.0 % terhadap total konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2010menjadi hanya 34,9 % pada tahun 2011. Untuk akselerasi peningkatan produksi daging sapi tahun 2011, telah diterbitkan 25/Permentan /OT.140/4/2011 tentang Unit Manajemen Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014. Pada tahun 2011 capaian kinerja produksi daging kambing, domba, babi, ayam buras, dan itik, serta susu umumnya meningkat antara 0,2% sampai dengan 12,2%;kecuali babi yang menurun sebesar 3,5% terhadap kinerja produksi tahun
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
OPINI 2010. Naiknya produksi daging ternak ruminansia kecil dan unggas menunjukkan, bahwa usaha ternak tersebut meningkat untuk memenuhi permintaan masyarakat yang mengarah kepada perubahan pola konsumsi pangan hewani yang tidak lagi hanyabertumpu pada daging merah. Sedangkan penurunan produksi daging babi sebesar3,5% tahun 2011 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, disebabkan naiknyaharga jual babi sepanjang tahun 2011 dan kurang diimbangi dengan manajemenproduksi antara lain terbatasnya bibit babi yang baik. Sedangkan produksi susuterjadi peningkatan 1,9% pada tahun 2011, namun komponen bahan bakunyasebesar 80% masih diimpor. Akhirnya, penyediaan zat gizi yang bermutu internasional dan dalam jumlah yang memadai, bahkan jika perlu berlebihan untuk menembus pasar dunia, merupakan salah satu strategi dalam menciptakan ketahanan pangan di era otonomi daerah dan pasar bebas. Ketahanan pangan merupakan salah satu isu yang paling strategis dalam konteks pembangunan negara. Sasaran
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
utama ketahanan pangan, misalnya protein hewani asal ternak, adalah terjaminnya akses pangan bagi semua penduduk negara dalam jumlah dan mutu yang baik untuk eksistensi hidup sehat dan produktif (Dillon, 2000). Penerapan otonomi daerah akan berdampak ke p a d a m a s i n g ‐ m a s i n g d a e ra h u n t u k mengembangkan keunggulan komparatif komoditas yang dimilikinya. Jika masing‐masing daerah bertahan kepada keunggulan komoditas yang dinilai harga jualnya lebih tinggi, maka hal ini dapat berdampak negatif kepada ketahanan pangan secara nasional. Dalam hal ini maka perlu dilakukan koordinasi dengan pemerintah pusat mengenai hal tersebut. Jika tidak ada koordinasi secara nasional, diduga daerah akan lebih mengembangkan komoditas tanaman pangan daripada ternak karena pengembangan ternak dinilai kurang prospektif. Konsistensi pada program berkelanjutan memang penting dilakukan, tapi yang paling penting adalah pelaku usaha dan konsumen benar‐benar terjamin baik keberlangsungan usaha maupun hajat hidupnya.
17
OPINI Mukadimah. Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun demikian, dalam percakapan sehari‐hari orang biasanya merujuk kepada unggas dan mamalia domestik, seperti ayam, angsa, kalkun, atau itik untuk unggas, serta babi, sapi, kambing, domba, kuda, atau keledai untuk mamalia. Sebagai tambahan, di beberapa daerah di dunia juga dikenal hewan ternak yang khas seperti unta, llama, bison, burung unta, dan tikus belanda mungkin sengaja dipelihara sebagai ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh dunia dan tergantung pada sejumlah faktor seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal, budaya lokal, dan topografi. Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut (hewan)
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip‐prinsip manajemen pada faktor‐faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.. Peternakan, flashback Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum,
What's Peternakan Oleh : Cucum Novianti
ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkelana di alam terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya dianggap "tepat" apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekedar diambil dari alam liar kemudian dipelihara. Ke dalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar (seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak (terutama bullfrog), buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau, lebih spesifik, budidaya ikan. Definisi Peternakan adalah kegiatan mengembang‐ biakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
18
?
yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain‐lain. Ilmu pengetahuan tentang peternakan, diajarkan di banyak universitas dan perguruan tinggi di seluruh dunia. Para siswa belajar disiplin ilmu seperti ilmu gizi, genetika dan budi‐daya, atau ilmu reproduksi. Lulusan dari perguruan tinggi ini kemudian aktif sebagai dokter hewan, farmasi ternak, pengadaan ternak dan industri makanan. Dengan segala keterbatasan peternak, perlu
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
OPINI dikembangkan sebuah sistem peternakan yang b e r wawa s a n e ko l o g i s , e ko n o m i s , d a n berkesinambungan sehingga peternakan industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantasi kemiskinan. Tujuan Suatu usaha agribisnis seperti peternakan harus mempunyai tujuan, yang berguna sebagai evaluasi kegiatan yang dilakukan selama beternak salah atau benar Contoh tujuan peternakan yaitu tujuan komersial sebagai cara memperoleh keuntungan. Bila tujuan ini yang ditetapkan maka segala prinsip ekonomi perusahaan, ekonomi mikro dan makro, konsep akuntansi dan manajemen harus diterapkan. Namun apabila peternakan dibuka untuk tujuan pemanfaatan sumber daya, misalnya tanah atau untuk mengisi waktu luang tujuan utama memang bukan merupakan aspek komersial, namun harus tetap mengharapkan modal yang ditanamkan dapat kembali. Manfaat dan hasil Beternak Manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak kambing selain diambil hasil dagingnya, kambing dapat diambil hasil kulitnya, kotorannya dapat dimaanfaatkan untuk pupuk dan hasil tulangnya juga dimanfaatkan. Bahkan jenis‐jenis kambing tertentu dapat dimbil hasil susunya, hasil bulunya untuk bahan kain wol. Manfaat yang dapat diambil dari usaha beternak lebah Apis mellifera yang bibit awalnya didatangkan dari Australia adalah jasanya untuk polinasi (penyerbukan) tanaman, banyak pemilik perkebunan di luar Indonesia yang menyewa koloni lebah dari peternak untuk melakukan penyerbukan tanaman di perkebunannya. Perkebunan yang sering menyewa koloni lebah adalah perkebunan apel. Beternak kelinci juga banyak memiliki manfaat, diantaranya yaitu daging yang dapat diambil untuk menambah gizi keluarga, penambah penghasilan keluarga, kulit kelinci dapat dijual
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
untuk bahan industri, kotoran serta air kencingnya dapat kita jual untuk dijadikan pupuk tanaman serta untuk bahan bakar biogas. Manajemen pemeliharaan ternak Manajemen pemeliharaan ternak diperkenalkan sebagai upaya untuk dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemilik peternakan. Dalam manajemen pemeliharaan ternak dipelajari, antara lain :Seleksi Bibit, Pakan, Kandang, Sistem Perkawinan, Kesehatan Hewan, Tata Laksana Pemeliharaan dan Pemasaran. Pakan yang berkualitas baik atau mengandung gizi yang cukup akan berpengaruh baik terhadap yaitu tumbuh sehat, cepat gemuk, berkembangbiak dengan baik, jumlah ternak yang mati atau sakit akan berkurang, serta jumlah anak yang lahir dan hidup sampai disapih meningkat. Singkatnya, pakan dapat menentukan kualitas ternak. Selain itu berdasarkan penelitian, hasil dari kualitas pupuk dari ternak potong dengan ternak perah berbeda. Ternak yang diberi makanan bermutu (seperti ternak perah)akan
19
OPINI menghasilkan pupuk yang berkualitas baik, sebaliknya ternak yang makanannya kurang baik juga akan menghasilkan pupuk yang kualitasnya rendah. Beternak Khas di daerah Indonesia Setiap daerah memiliki budaya ternak sendiri, budaya Timor Tengah Selatan, dalam hal pemeliharaan ternak, umumnya penduduk yang diteliti masih memiliki kecendrungan untuk melepas saja hewan‐ hewan ternak peliharaan mereka dipadang rumput pada siang hari. Begitu pula di Maluku, bidang peternakan belum menjadi sebuah bidang yang ditekuni oleh masyarakat. Yang ada hanyalah peternakan‐peternakan biasa tanpa adanya suatu sistem tertentu. Pada umumnya jenis‐jenis hewan ternak yang dipelihara, diantaranya adalah : kambing, ayam dan itik. Hewan‐hewan ini dibiarkan bebas berkeliaran tanpa kandang. Di Lampung, hewan‐hewan ternak dibiarkan bebas berkeliaran, dan setelah beberapa tahun kemudian, mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam kandang, dihitung jumlahnya dan diberi tanda milik pada tubuhnya.
Gudang Pakan
20
Gudang Pakan
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
TEKNOLOGI
PENGEMBANGAN BIOGAS DALAM RANGKA KALI BERSIH DAN PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT Oleh : Siti Rochani, Spt Pembangunan khususnya yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dicirikan melalui pemanfaatan sebesar‐besarnya sumber daya yang dimiliki, menyebabkan eksternalitas negatif, baik dari segi sosial, lingkungan, energi dan sebagainya. Tak terkecuali di Jawa Barat, yang saat ini dilanda krisis pangan, energi dan lingkungan, menyebabkan peralihan orientasi pembangunan ke arah yang lebih selaras dengan lingkungan. Pada tataran lingkungan mikro, khususnya di kawasan peternakan sapi perah utama di Jawa Barat, seperti di daerah Lembang dan Pangalengan terdapat permasalahan lingkungan akibat limbah ternak yang mencemari sungai. Saat ini tak kurang dari 94.654 kg/hari limbah ternak yang berpotensi mencemari aliran Sungai Cikapundung bila tidak diolah, begitu pula di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, tak kurang dari 350 ekor ternak milik 88 KK yang berjarak 25‐75 m dari DAS Citarum juga dianggap sebagai ancaman bagi lingkungan.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
Berbagai upaya tersebut telah dirintis dengan titik sentral pemanfaatan limbah ternak yang tidak hanya untuk pengendalian pencemaran lingkungan, namun menghasilkan sumber energi alternatif serta ikutan lainnya yang berkontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan. Melalui pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas, maka para peternak sapi perah skala kecil dapat terdongkrak kehidupannya dengan potensi sumber energi rumah tangga yang dimiliki, potensi ekonomi dan peningkatan kesuburan tanah dari pupuk kompos limbah biogas serta mampu menghindarkan diri dari stigma pencemar lingkungan maupun penyumbang pemanasan global yang besar. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus m e l a ku ka n b e r b a ga i te ro b o s a n u nt u k memfasilitasi pencapaian hal tersebut. Dengan m e m p e r t i m b a n g ka n p o t e n s i , ko n d i s i , permasalahan, tantangan dan peluang yang ada, serta sejalan dengan budaya hidup masyarakat, maka diluncurkan Program Kali Bersih Melalui
21
TEKNOLOGI
Pengembangan Biogas yang diharapkan sebagai salah satu jalan keluar yang efektif. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JAWA BARAT Arah kebijakan pembangunan daerah ditujukan untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perda‐ gangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Dengan memper‐ timbangkan hal tersebut maka Visi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008‐2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”. Hal ini diwujudkan melalui 5 (lima) misi yaitu : 1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat Yang Produktif dan Berdaya Saing 2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal 3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrasruktur Wilayah 4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan 5. Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi Upaya pengembangan biogas yang merupakan sinergi antara aspek ekonomi, energi dan lingkungan berkaitan erat dengan pencapaian misi tersebut melalui berbagai sasaran diantaranya : 1. Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan E ko n o m i Re g i o n a l m e l a l u i s a s a ra n
22
Meningkatnya Aktivitas Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal 2. Misi Ketiga, Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah melalui sasaran Meningkatnya Cakupan Pelayanan dan Kualitas Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan di Jawa Barat 3. Misi Keempat, Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan Yang Berkelanjutan melalui sasaran : ∙ Berkurangnya Tingkat Pencemaran, kerusakan lingkungan dan resiko bencana ∙ M e n i n g k a t n y a ke t e r s e d i a a n d a n pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin dan surya. Potensi Limbah Peternakan Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) 2011 di Jawa Barat, yang dilakukan dengan metode sensus oleh BPS bekerjasama dengan Kementerian Pertanian, maka jumlah populasi sapi potong tercatat sebanyak 422.989 ekor, sapi perah 139.970 ekor dan kerbau 130.157 ekor. Jenis ruminansia besar ini, khususnya sapi perah berpotensi tinggi dalam menghasilkan limbah peternakan yang dapat diolah menjadi biogas. Dari jumlah sapi perah yang ada, maka populasi terbanyak di Kabupaten Bandung Barat 40.818 ekor (29,16%) khususnya di Kecamatan Lembang, Cisarua dan Parongpong serta Kabupaten Bandung 36.403 ekor (26,01%) khususnya di Kecamatan Pangalengan, Kertasari dan Pasirjambu yang merupakan sentra kawasan sapi perah di Jawa Barat. Dengan asumsi satu ekor sapi perah menghasilkan kotoran sebanyak 25 kg per hari, maka potensi limbah dari sapi perah di Jawa Barat adalah 3.499.250 kg per hari. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
TEKNOLOGI Tabel 1. Potensi Limbah Sapi Perah di Sentra Utama Sapi Perah Bandung Utara dan Bandung Selatan
Tabel 2. Pemanfaatan Biogas Di Masyarakat
Manfaat Biogas 1. Sebagai bahan bakar (energi alternatif)
Teknologi Biogas Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable), yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan‐bahan organik oleh bakteri anaerob. Secara umum, semua bahan organik dapat diproses menjadi biogas, namun salah satu yang paling baik dijadikan biogas adalah bahan organik dari kotoran ternak (berbentuk padat dan cair). Teknologi biogas adalah teknologi fermentasi bahan organik sehingga menghasilkan gas metana untuk kebutuhan sehari‐hari di dalam alat berupa penghasil biogas. Bahan organik dimasukan ke dalam ruang tertutup kedap udara (digester) sehingga bakteri an‐aerob akan membusukan bahan organik dengan hasil berupa gas bio serta sisa/ampas berupa zat padat‐cair yang mengandung unsur hara tinggi. Energi biogas memiliki rasio gas metan (60‐70%), karbondioksida (30‐40%) dan sejumlah kecil gas lain, sehingga cocok dimanfaatkan sebagai sumber energi gas. Biogas telah dikembangkan di berbagai negara seperti di China sejak tahun 1975, di India dan Indonesia sejak 1981. Mulai tahun 2000‐an telah dikembangkan reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana termasuk di Jawa Barat khususnya di sentra‐sentra ternak sapi perah.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
Pada beberapa literatur disebutkan bahwa nilai kalori 1 m3 biogas sekitar 6.000 watt jam atau setara dengan setengah liter minyak diesel. Dengan demikian biogas dapat menjadi bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara dan lainnya yang bersumber fosil. Tabel 3. Perbandingan Biogas dengan Bahan Bakar Lain
Misalkan, sebuah rumah tangga untuk keperluan memasak dalam satu bulan menghabiskan satu tabung LPG 12 kg atau 0,4 kg LPG/hari. Apabila rumah tangga tersebut memiliki satu unit biogas dengan ukuran reaktor 4 m3 (setara ternak 2‐3 ekor), maka dapat menghasilkan gas 1m3/hari yang setara LPG 0,46 kg, sehingga biogas dapat mensubstitusi gas LPG. 1. Sebagai pupuk organik Limbah/sisa biogas yang telah hilang gasnya, sehingga berbentuk lumpur (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur‐ unsur yang dibutuhkan tanaman, bahkan terdapat unsur‐unsur seperti protein, selulosa, lignin dan lain‐lain yang tidak bisa tergantikan oleh pupuk kimia.
23
TEKNOLOGI 2. Pengendalian pencemaran lingkungan Gas metan yang dihasilkan secara alami oleh kotoran
ternak yang menumpuk tanpa diolah, saat ini dipandang sebagai penyumbang terbesar efek rumah kaca (lebih besar dibanding CO2 yang dihasilkan pembakaran bahan bakar fosil). Dengan diolah menjadi biogas, maka gas metan yang terbuang ke udara akan berkurang. Kotoran yang ternak yang dibuang langsung/tidak
akan mencemari sungai terutama oleh racun dan bakteri e.coli yang dibawanya. Dengan diolah jadi biogas, maka pada sisa biogas / slurry terdapat penurunan COD 90% dari kondisi bahan awal dan perbandingan BOD/COD sebesar 0,37 lebih kecil dari kondisi normal limbah cair BOD/COD = 0,5. Pembangunan instalasi biogas di kawasan ternak sapi perah Bandung Utara erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran di Sub DAS Cikapundung, dan di kawasan ternak sapi perah Bandung Selatan erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran di hulu Sungai Citarum Pengembangan Biogas dalam rangka Kali Bersih dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat diharapkan dapat mensinergiskan berbagai program di bidang pertanian, peternakan, energi dan lingkungan, dalam mendukung upaya peningkatan IPM dan Jawa Barat sebagai Green Province.
24
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
PENYEJUK HATI
IMAN SEBAGAI LANDASAN HIDUP Oleh : Muhamad Maulana
Assalamu'alaikum wr wb. Puji syukur senantiasa dipanjatkan kekhadirat Allah SWT, shalawat salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, shahabat dan para pengikutnya, semoga termasuk kita semua. Aamiin. Pembaca yang budiman marilah kita selalu meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dalam arti memelihara diri dari bentuk kemunafikan dan kemusyrikan dengan mentaati segala perintah‐Nya juga menjauhi segala larangannya, juga taqwa yang dapat melahirkan amal‐amal shaleh sebagai pembuktian kebenaran iman, sebab segala tindakan maunusia yang baik ataupun buruk itu merupakan cerminan keimanannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT:
innamaaalmu/minuuna alladziina idzaadzukira allaahu wajilat quluubuhum wa‐idzaa tuliyat 'alayhim aayaatuhu zaadat‐hum iimaanan wa'alaa rabbihim yatawakkaluuna Sesungguhnya orang‐orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat‐ayat Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS Al‐Anfal ayat 2)
Gemetar hati mereka tatkala disebut nama Allah, ini menandakan bahwa ia hanya takut dan tunduk atas ketentuan‐ketentuan Allah, jika sudah demikian maka ia akan selalu melakukan perbuatan yang baik yang diridhoi Allah, itulah yang disebut amal shaleh. Allah berfirman:
Demikian perbuatan nyata dari orang‐orang yang beriman, yaitu orang yang menegakan shalat dan menafkahkan sebagian rizqi, karena ia meyakini bahwa segala rizqi yang ia miliki adalah pemberian Allah SWT semata. Shalat merupakan ibadah pokok dalam Islam, jika seseorang baik dalam shalatnya maka baikpula seluruh amalannya, jika shalatnya jelek maka jeleklah seluruh amalannya. Shalat juga merupakan penentu tebal tipisnya iman seseorang, karena dalam shalat tersimpul ucapan dan gerakan sebagai tanda pengabdian, penyerahan diri serta pengakuan yang tulus dan ikhlas bahwa seluruh amal, hidup serta mati hanyalah untuk Allah semata. Maka jelaslah bahwa orang yang melaksanakan shalatnya dengan baik dan benar, maka akan terpelihara dari kemusyrikan, jauh dari sifat‐sifat tercela, dan terhindar dari sifat sombong, dan ia akan menjadi hamba Allah yang selalu Taat, Tawadhu, rendah diri. Disamping itu ia akan gemar menolong sesama baik dengan tenaga, fikiran ataupun dengan kelebihan harta yang ia miliki. Sadar ataupun tidak bahwa dalam kehidupan selalu muncul dan menghadang duri dan rintangan, yang pada akhirnya akan menjerumuskan, untuk itu perlu adanya benteng yang kokoh untuk membentengi diri dari kesesatan yaitu dengan iman kepada Allah SWT, sehingga disaat ia jatuh miskin dan ditimpa musibah sekalipun ia tidak pernah minta tolong selain meminta kepada Allah SWT. Firman Allah :
maa ashaaba min mushiibatin illaa bi‐idzni allaahi waman yu/min biallaahi yahdi qalbahu waallaahu bikulli syay‐in 'aliimun
alladziina yuqiimuuna alshshalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna (yaitu) orang‐orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al‐Anfal ayat 3).
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS At Taghabun ayat 11).
25
PENYEJUK HATI
Jika kita menghayati ayat diatas, maka seseorang yang beriman kepada Allah tidak akan tergelincir kelembah kesesatan jika terkena musibah, karena hatinya telah diberi petunjuk dan selalu dijaga oleh Allah SWT, orang yang beriman akan selalu yakin bahwa segala cobaan apapun bentuknya itu datang dari Allah SWT untuk menguji keimanannya, apakah ia benar‐benar beriman kepada Allah ?, orang yang beriman akan selalu membentengi dirinya dengan kesabaran dalam arti bisa menahan terhadap penderitaan, ulet dan tetap berkemauan, sikap‐sikap yang semacam inilah merupakan ciri orang yang beriman sebagai bukti bahwa ia hanya mempercayakan semuanya kepada Allah SWT, penyerahan diri secara total, apapun yang dikehendaki Allah untuknya, ia terima dengan lapang dada. Pribadi‐pribadi yang seperti inilah yang diharapkan dalam mewujudkan sebuah masyarakat yang aman, tenteram dan damai, masyarakat yang diridhoi Allah SWT. Allah SWT berfirman : (QS Albaqarah 156‐157)
alladziina idzaa ashaabat‐hum mushiibatun qaaluu innaa lillaahi wa‐innaa ilayhi raaji'uuna
(yaitu) orang‐orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”
ulaa‐ika 'alayhim shalawaatun min rabbihim warahmatun waulaa‐ika humu almuhtaduuna 'Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang‐orang yang mendapat petunjuk”.
Oleh sebab itu marilah kita selalu memelihara dan terus berupaya untuk meningkatkan iman kepada Allah, agar kita menjadi golongan orang‐ orang yang selamat dunia dan akhirat, dan dalam perjalanan hidup ini kita selalu mendapatkan petunjuk dari Allah dalam hati kita.
26
Marilah kita terapkan prinsip iman dalam kehidupan sehari‐hari dengan meningkatkan ke khusyukan shalat, bukan hanya shalat wajib tetapi juga shalat sunah, karena shalat itu dapat menghindarkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Jika kita telah melaksanakan shalat dengan baik, namun kita belum terhindar dari perbuatan keji dan munkar, maka berarti kita bukan semakin dekat dengan Allah, malah kita semakin jauh dengan Allah. Rasulullah SAW, bersabda dalam sebuah hadist: “Barang siapa yang shalatnya tidak dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, maka Allah tidak akan menambahkan kepada mereka kecuali ia akan semakin jauh dari Allah”. Sungguh sangat besar fungsi dan nilai shalat dalam pribadi‐pribadi yang luhur dan terpuji, bahkan sahalat menjadi tolak ukur ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Dari sini nampak bahwa orang yang senantiasa menegakan shalat dengan baik dan benar, jiwanya akan tenang dan akan selalu berusaha untuk menjalani kehidupan didunia menurut aturan dan garis yang telah ditetapkan Allah SWT. Bahkan lebih dari itu ia juga ringan tangan untuk membantu sesama, jiwa dan hartanya tidak digunakan dan dinikmati sendiri. Orang yang demikian ialah orang yang optimis dalam memandang masa depannya, hati dan jiwanya tidak pernah khawatir dan sedih dalam menghadapi kepahitan dalam perjuangan hidup yang penuh dengan rintangan, onak dan duri, karena telah mempunyai benteng yang kokoh yaiu “sabar” ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar disisi Allah SWT, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 277.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
PENYEJUK HATI
Kita harus pula menyadari bahwa Iman itu dapat bertambah dan berkurang, semua tergantung kemauan kita untuk senantiasa memelihara dan meningkatkannya. inna alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati wa‐aqaamuu alshshalaata waaatawuu alzzakaata lahum ajruhum 'inda rabbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuuna [2:277] Sesungguhnya orang‐orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
J i ka m u s l i m i n d i s e l u r u h d u n i a d a p a t melaksanakan hal diatas, maka tidak mustahil semua cita‐cita umat Islam akan terwujud sebab semua perjuangan menuju cita‐cita memerlukan sebuah landasan yang baik dan benar, dan landasan itu adalah “ IMAN”. Pembaca yang budiman, dengan pemahaman inilah dapat kita harapkan tumbuhnya kesadaran untuk senantiasa mentaati serta selalu tunduk kepada garis‐garis atau aturan yang telah ditetapkan Allah SWT, sehingga kita dapat tergolong menjadi hamba‐hamba‐Nya yang mu'min dan muslim yang akan menerima pahala yang agung berupa Syurga yang kekal didalamnya.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
Oleh sebab itu marilah kita senantiasa meningkatkan ke‐imanan dan ke‐taqwaan kita kepada Allah, agar kita menjadi hamba‐Nya yang mempunyai derajat yang tinggi disisi‐Nya. Untuk meningkatkan iman, hendaklah kita selalu berusaha memperdalam agama, lewat membaca, mendengarkan pengajian, dll, dengan pemahaman agama yang mendalam maka kita akan mengetahui bahwa dengan melaksanakan ibadah menurut islam itu merupakan suatu keni'matan yang sangat luar biasa, bukan hanya kita rasakan waktu hidup di dunia saja, namun juga akan kita rasakan keni'matannya di akhirat kelak. Untuk itu marilah kita memohon kekhadirat Allah SWT, agar iman kita menjadi baik dan akan bertambah baik, dan mari kita memohon kepada‐ Nya agar menerima segala amal ibadah yang telah kita kerjakan, dan selalu memberi petunjuk kepada kita agar kita tetap berada dalam jalan yang benar. Aamiin. Billahi taufiq wal hidayah, wal inayah wal afuminkum Wassalamu'alaikum wr.wb.
27
PENYEJUK HATI
Etos Kerja Berdimensi Spiritual Oleh : Cucum Novianti
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh‐sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui‐Nya. (QS Al‐Insyiqaq, 6)
Kita mampu bekerja secara baik dengan hasil yang juga baik jika kita bersama Allah. Dia akan melimpahkan berkah dan kasih sayang kepada hamba‐hamba‐Nya yang bekerja secara ikhlas dengan niat ibadah. Dalam bekerja, kita kadang dimaki atasan atau pelanggan. Jika mengalaminya, cepat‐ cepatlah kita berdzikir dan meminta ampun kepada Allah. Selain itu, berdoalah agar Allah menghilangkan hal‐hal yang mengganggu kita. Sesungguhnya Allah sangat dekat kepada hamab‐ Nya.. Kerja keras karena factor paksaan tidak akan bertahan lama. Ketika seseorang telah mempunyai banyak uang dan juga kekuasaan, semua paksaan itu akan hilang. Dia akan menjadi malas dan ceroboh. Lihatlah orang‐orang yang bekerja untuk Tuhannya. Mereka tidak minta upah, tetapi mereka bekerja begitu keras. Mereka adalah orang‐orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Sahabat‐sahabat Nabi tidak bekerja demi upah, mereka bekerja untuk Allah. Mereka sekedar mencari upah untuk bekal menyebarkan agama Allah. Mereka adalah teladan bagi umat.
menjilat dan mencari muka, apalagi menusuk dari belakang dalam upaya mengejar posisi dan karier. Lihatlah orang‐orang Jepang yang baru mulai bekerja, mereka tidak terlalu peduli dengan gaji. Yang penting mereka fokus pada pekerjaan dan melakukannya sebaik mungkin. Kalau mereka bekerja secara baik dan professional, secara otomatis pasti akan memperoleh 'hasil' –nya. Etos kerja manusia Jepang yang tertanam begitu kuat terutama disemaikan oleh ajaran Zen Budhisme. Dalam “irama” yang hampir sama dengan etos “bekerja berbasis spiritual”, Rasulullah SAW mengajari umat Islam agar bekerja hanya karena Allah. Menurut Islam, rezeki sudah diatur oleh Allah. Jika seseorang telah ditakdirkan Allah untuk memperoleh promosi jabatan, hal ini pasti terjadi tanpa perlu dipaksakan dan direkayasa. Jika seseorang mempunyai etos kerja yang baik dan professional, gelar, kedudukan dan kekuasaan tidak perlu dikejar. Jika Allah sudah menentukan
Mereka bekerja di kantor bukan untuk kenaikan gaji dan promosi jabatan. Juga bukan untuk melakukan bisnis sampingan. Mereka datang ke kantor dan bekerja dengan niat untuk melakukan amal‐ibadah. Mereka menyapa teman sekantor dengan lembut serta menjaga lidah dari kebohongan. Mereka mendoakan keselamatan bagi saudara‐saudaranya sesama muslim, tidak
28
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
PENYEJUK HATI
rezeki dan milik kita, tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya. Syaikh Abdul Qadir Al‐Jailani berkata, ”Wahai hamba Allah, ketahuilah bahwa dunia sudah terbagi sejak semula. Untuk itu, tinggalkan pencarian dunia yang menimbulkan kesusahan. Bekerja juga tergolong ibadah. Kamu tidak boleh malas hidup di dunia, tetapi semangat kerjamu bukan untuk mencari dunia. Teruslah bekerja karena manusia harus bekerja dan beribadah kepada Allah.” Seseorang yang bekerja untuk Allah tidak takut dengan atasan. Dia hanya takut kepada Allah. Dia bekerja sebaik‐baiknya karena ingin mendapatkan ridha‐Nya. Meskipun bekerja dan pulang larut malam, dia terus berdoa dan berdzikir. Dia tidak merasa dirugikan bahwa itu semua merupakan keputusan dari Allah. Seseorang yang bekerja hanya untuk Allah, bukan untuk manusia, tentu saja tidak akan merasa dirugikan oleh siapapun dalam situasi apa pun. Menurutnya, rezeki seseorang sudah digariskan oleh Allah SWT. Kita tidak perlu kalang kabut mengejar 'jatah' kita. Syaikh Abdul Qadir Al‐Jailani berkata, “Wahai anak muda, jika sesuatu memang menjadi milikmu, ia tidak akan terlepas darimu, tidak pula
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
akan dimanfaatkan orang lain. Tetapi, jika sesuatu tersebut ternyata milik orang lain, ia tidak akan pernah datang menghampirimu, betapa pun besar keinginanmu untuk memilikinya.” Di dalam pekerjaan, kadang muncul persoalan bertubi‐tubi, beresiko, dan menahan emosi kita. Karena tidak ada jalan keluar yang memadai, kitapun bias putus asa. Dalam kondisi ini, sebaiknya kita berdoa, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik‐ baik pelindung.” Lalu, serahkan semua persoalan kepada‐Nya. Berserah dirilah kepada Allah karena Dia Maha adil lagi Maha bijaksana. Bekerjalah untuk Allah semata. Jangan takut salah. Dalam mengerjakan tugas kantor, biasanya kita diberi tahu oleh atasan kita mana yang salah dan mana yang benar. Besok, jika pemimpinnya berganti, pendapatnya bisa saja berbeda dengan atasan sebelumnya. Ganti orang, ganti program, ganti orang ganti janji. Namun percayalah, berbeda dengan makhluk‐Nya, janji Allah pasti benar dan tidak pernah berubah. Allah SWT berfirman “Sadarlah, bahwa segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Ingatlah bahwa janji Allah itu pasti benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya (QS. Yunus; 55)
29
BERITA
Pengembangan Ternak yang Multimanfaat Oleh : Kodar Solihat * Bagi kalangan peternak sapi di Kab. Ciamis, meningginya kembali permintaan pasarsapi rancah, memunculkan kembali potensi alternatif bisnis peternakan yang dinilai lebih menjanjikan. Ini berawal dari biaya produksi sapi rancah yang lebih rendah, dan banyak alternatif dibandingkan dengan sapi peranakan impor. Sapi rancah merupakan sapi jenis pegunungan, yang dapat hidup dan berkembang biakdengan baik pada ketinggian 600‐800 meter di atas permukaan laut. Karena itupula, ternak sapi rancah lebih banyak terdapat di utara Ciamis dan kini menjadiikon setempat, setelah terbentuknya Kab. Pangandaran yang lebih memfokuskan pada sapi pakidulan atau sapi pesisir. Usaha peternakan sapi rancah kini mencoba kembali bangkit setelah tergeser oleh usaha peternakan sapi potong peranakan impor sejak tahun 1980‐an. Saat itu, peternak tergiur bobot dan ukuran sapi potong peranakan impor yang lebih besar, dibandingkan dengan sapi rancah. Sapi rancah ada yang berwarna merah dan hitam, habitat awalnya yakni berkeliaran dikawasan hutan rakyat di Ciamis, di Kec. Rancah, Kec. Tambaksari, dan Kec. Rajadesa. Karena siklus inilah, hutan rakyat di Ciamis pun tergolong selalu subur, dari ceceran kotoran sapi rancah yang menjadi pupuk organiknya. Namun,sejumlah peternak setempat kini menggeser pola usaha dengan cara dikandangkan.
30
Selain mempermudah pengawasan dan perlakuan, juga memunculkan manfaat usaha lain yang bersifat nilai tambah, melalui kandang terintegrasi usaha agro lainnya. Begitu pula bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian atau hutan,pengusahaan sapi rancah tampak masih mudah diadaptasi. Soalnya, pakan pun tak perlu harus dibudidayakan dalam jumlah besar, tetapi cukup mencari disekitaran. Ketua Kelompok Peternak Trijaya Kec. Rancah, Dayat, senada Ketua Kelompok PeternakKec. Tambaksari, Carkim, mengatakan, di pasaran sapi rancah rata‐rata maksimal dijual per ekor Rp. 10 juta, sedangkan sapi peranakan impor dihargakan Rp. 12 juta ke atas. Sementara itu, kandungan daging sapi rancah lebih tinggi dibandingkan dengan sapi impor yang rata‐rata mencapai 53 persen dan memiliki lebih banyak campuran lemak. Hal itu disebabkan sapi rancah hanya menyukai rumput‐rumputan di sekitar habitatnya. Sapi yang satu ini juga tak suka makanan konsentrat. Kebiasaan sapi rancah yang senang bergerak, juga membuat ototnya terus berkontraksi sehingga lemak‐ lemak ditubuhnya tidak banyak yang ditimbun. Dayat dan Carkim yang berpengalaman mengusahakan sapi rancah maupun sapi
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
BERITA peranakan impor menjelaskan, jika dihitung efisiensi biaya produksi pakan, perbandingannya 1:2. Beternak sapi rancah, menurut mereka, lebih efisien. Dalam arti modal biaya produksi yang selama ini digunakan untuk seekor sapi potong peranakan impor, dapat digunakan untuk menghidupi dua ekor sapi rancah. Jika dibandingkan secara kawin alam dengan sapi peranakan impor, sapi rancah sebenarnya akan lebih cepat birahi. Sapi rancah biasanya sudah kawin lagi dalam selisih tiga belas bulan. Lain halnya dengan sapi peranakan impor, yang memiliki selisih kawin rata‐rata delapan belas bulan. “Melihat latar belakangnya, pengusahaan sapi rancah akan lebih cocok untuk dikembangkan bagi usaha peternakan rakyat. Harapannya, Pemkab Ciamis akan membagi segmen usaha, usaha sapi rancah digenjot untuk peternakan rakyat, sedangkan sapi peranakan impor lebih ditujukan perusahaan besar penggemukan sapi potong,” kata Dayat. Namun, menurut Dayat, upaya pengembang‐ biakan kembali ternak sapi rancah akan tergantung dari sejauh mana kemampuan para peternak untuk membeli bibitnya. Kondisi ini mengharuskan adanya dana talangan. “Tidak perlu dipersoalkan siapa yang mengelola, yang penting bermanfaat untuk membeli berbagai ternak sapi rancah unggulan,” tutur Dayat menambahkan. Disebutkan, kondisi itu lebih disebabkan kebiasaan peternak sapi rancah yang selalu tergiur ingin menjual peliharaannya mana kala siap potong. Faktor inilah yang membuat usaha penggemukan sapi rancah belum begitu berkembang. Kepala Bidang Produksi Dinas Peternakan Kab. Ciamis, Yanto Suprianto, mengatakan, peluang bersaing usaha sapi rancah dibandingkan dengan peranakan impor adalah memperbanyak populasi. Dalam artian, meskipun harga jualnya lebih rendah dibandingkan dengan sapi
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
peranakan impor (dengan selisih Rp. 2 juta per ekor), jika diusahakan lebih banyak maka akan mendatangkan penghasilan yang lebih banyak pula. Jika pengembangan populasi sapi rancah dapat berjalan dengan baik, katanya, hal itu bisa mengurangi ketergantungan atas pasokan sapi hidup dari luar Ciamis. Sejak sekarang, para peternak sapi di Ciamis sudah diingatkan agar tidak terlena dengan adanya pasokan bibit, karena hal itu berisiko menjadikan mereka terdikte para pemasok dari luar daerah. Yanto maupun Kepala Seksi Teknologi Dinas Peternakan, Rukmantoro Salim, mengemukakan, pengembangan sapi rancah bukan hanya berkaitan dengan upaya ketahanan pangan setempat maupun pengembangan bisnisnya. Namun, hal itu diharapkan ikut bermanfaat bagi usaha kehutanan rakyat maupun perkebunan rakyat di Ciamis, yang selama ini dikenal sentra produk kayu rakyat dan kakao rakyat. Berbagai kotoran sapi, yang dikumpulkan dari peternakan sapi rancah, dapat menunjang kesuburan lahan untuk memacu produktivitas pohon kayu‐kayuan maupun produksi kakao. Apalagi, segmen pasar kayu internasional kini sudah mengarah kepadabisnis hutan lestari maupun produk kakao ramah lingkungan. S e b a ga i t i m b a l b a l i k nya , t u m b u h d a n berkembangnya usaha kayu rakyat maupun kakao rakyat, juga bisa bermanfaat bagi sumber pakan sapi rancah. Begitu pula terciptanya iklim mikro yang baik dari berbagai tegakan, akan merangsang tumbuhnya rumput‐rumputan yang disukai ternak sapi rancah. “Prinsipnya,pengembangan kembali populasi dan bisnis sapi rancah, diharapkan mampu menciptakan situasi saling mendukung satu sama lain. Ujung‐ujungnya, kesejahteraan masyarakat pun akan tercipta dengan sendirinya, sehingga kedepannya bisa mengurangi ketergantungan kepada bantuan pemerintah atau pihak lain,” ujar Yanto.
31
BERITA
Bulan Bakti Peternakan & Kesehatan Hewan 2012 Oleh : Doddy Hadiwibawa, ST * ”Dengan Semangat Reformasi Birokrasi, Kita Wujudkan Swasemba Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014 dan Penyediaan Pangan Hewani Yang Aman, Sehat, Utuh, Dan Halal (ASUH)” itulah tema yang di usung Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian dalam acara puncak acara Hari Lahir dan Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kampus Unpad, Jatinagor, Rabu (26/9). Ketua Panitia, Sekeretaris Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Ir. Riwantoro MM mengatakan bahwa rangkaian acara sudah di mulai sejak 26 Agustus 2012 dalam rangkaian selama satu bulan ini, kita melaksanakan 24 agenda, agenda tersebut di a nta ra nya p e l u n c u ra n aya m s e m b awa , pencanangan swasembada sapi tahun 2013, musyawarah Himpuli (Himpunan Mahasiswa Peternak Unggas Seluruh Indonesia), gerakan penanaman pakan ternak berkualitas di seluruh provinsi, vaksinasi rabies di Morotai dan Sukabumi, pengobatan dan vaksinasi antrax di Maros, dan pengobatan penyakit rabies di Bangka Belitung. Dalam kesempatan ini, turut hadir Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat, Ir. Wawan Ridwan, M.Ma yang mewakili Gubernur Jawa Barat. Menurutnya, usaha peternakan semakin maju di Jawa Barat karena kondisi agro ekosistem yang cocok, infrastruktur yang memadai, dan besarnya konsumsi seiring pertambahan jumlah populasi. Usaha peternakan pun kian dianggap memberikan keuntungan, sehingga menarik minat masyarakat. Terbukti jumlah pelaku mencapai 60% dari seluruh tenaga kerja di sektor pertanian sehingga Jawa Barat menempati urutan 3 populasi ternak terbesar di Indonesia, ujarnya.
32
Ia mendukung program swasembada daging secara nasional. Masyarakat memang masih bergantung 30% impor daging, 70% impor susu. Pengusaha dalam negeri pun perlu dibenahi untuk mengurangi ketergantungan import yang angkanya mencapai 70%. Untuk itu, pemerintah Jawa Barat melanjutkan program 1 juta sapi dan 1 juta domba kambing pada 2013. “Konsumsi lah daging lokal karena lebih sehat, halal, dan segar,” pesannya diakhir sambutan. Pada acara tersebut, digelar dialog interaktif dengan moderator Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Iwan Setiawan, dan menampilkan narasumber Wakil Ketua Komisi IV DPR Ibnu Multhazam, dokter hewan Sofyan S u d ra j at , A s i ste n Pe re ko n o m i a n d a n Pembangunan Pemprov Jawa Barat, Wawan Ridwan, dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Syukur Iwantoro. Acara ini juga dihadiri Wakil Komisi IV DPR RI, Rektor Universitas Padjajaran, Kepala OPB Provinsi Jawa Barat, kepala dinas yang membidangi peternakan seluruh Indonesia, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten se‐Jawa Barat, pimpinan Bank Mandiri.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
BERITA Dekan Fakultas Kedokteran Hewan, Dekan Fakultas Peternakan, dan mahasiswa dari jurusan terkait. Sebagai bentuk dukungan program peningkatan konsumsi ternak lokal, diadakan kegiatan makan sate kelinci bersama 5000 tusuk dan minum susu bersama yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Wakil Komisi IV DPR RI, dan Rektor Universitas Padjajaran. Selain itu, terdapat pula kegiatan penanda‐ tanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa dengan PATANI dan HIMPULI, serta pemberian penghargaan kepada pegawai/aparatur di lingkungan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, perusahaan /instansi/kelompok ternak, serta media/penga‐ mat peternakan.
Peternak Ini Bikin Kesel Ane Gan !! Kemaren, ane baru aja nglakuin studi lapangan dengan wawancara sama peternak ayam yang ngakunya sukses. Gini gan cuplikan wawancaranya: Ane: "Makanan apa yang Bapak berikan untuk ayam‐ayam Bapak?". Peternak: "Yang mana dik, yang putih atau yang hitam?" Ane: "Yang putih." Peternak: "Campuran dedak, jagung dan beberapa bahan lainnya." Ane: "Kalau yang hitam?" Peternak: "Yang hitam juga ..." Ane: "Berapa banyak makanan mereka per hari?" Peternak: "Yang mana, yang putih atau yang hitam?" Ane: "Yang putih..." Peternak: "Kurang lebih 2 ons per ekor per hari." Ane: "Kalau yang hitam?" Peternak: "Yang hitam juga ..." Ane: "Berapa telur yang dihasilkan per tahun?" Peternak: "Yang mana, putih atau hitam?" Ane : "Yang putih..." Peternak: "Rata‐rata 250 butir per tahun per ekor." Ane: "Kalau yang hitam..??" Peternak: "Yang hitam juga." Ane: "Maaf Pak, kenapa sih Bapak selalu menanyakan yang putih atau hitam, padahal jawabannya selalu sama?" Peternak: "Tentu saya harus membedakannya, karena yang putih itu milik saya sendiri." Ane: "Ooo..begitu, kalau yang hitam?" Peternak: "Yang hitam juga." Ane: MAHO LU GAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
HUMOR BUDAK ANGON
Kambing Dan Sapi Naik Menjelang Idul Adha, 2 orang karyawan Bank pengen beli kambing untuk Qurban hari Raya Idul Adha nanti. Sambil mencari‐ cari, mereka ngobrol asik... Karyawan 1: "Sob, kalau udah menjelang Idul Adha gini, biasanya kambing dan sapi naek loh." Karyawan 2: "Wah, kalo gitu kita harus buru‐buru beli supaya gak tambah mahal. Nanti malah gak kebeli pula." Karyawan 1: "Iya, apalagi dah 1 hari menjelang hari H..." Karyawan 2: "Wah beneran tuh... berapa % yah naiknya" Karyawan 1: (sambil pura‐pura bego) "Naiknya sih gak seberapa, paling ya naik Truk atau Pick Up, kadang‐kadang motor atau angkot juga bisa, tergantung yang bawa..." Karyawan 2: (kesel) "Maksud Lo?" (Sumber : http://malang.wen9.net/cerita_humor_umum_18/kambing_dan_sapi_naik.html)
(sumber: http://agsgd.blogspot.com/2011/07/ngakak‐inside‐peternak‐ini‐bikin‐kesel.html)
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
33
BERITA
Bisnis Sapi Rancah Bangkit Saat Populasi Menurun Oleh : Andri Gunawan
Sejumlah pebisnis ternak sapi potong di Ciamis, senanda mengatakan, tingginya permintaan pasar sapi rancah sangat terasa menjelang Idul Adha lalu. Sekitar 70 persen konsumen sapi potong, ternyata lebih meminati sapi potong lokal, terutama Rancah, dengan sejumlah per‐ timbangan. Minat konsumen atas sapi rancah, disebabkan harganya lebih murah dibandingkan dengan sapi peranakan impor. Daging sapi rancah disukai karena kandungan karkasnya tinggi namun rendah lemak, rasanya khas, dan lebih mudah dipotong atau diolah untuk memasak. Terlebih saat ini muncul segmen konsumen baru yang lebih suka mengkonsumsi daging minim kolesterol, terutama di Jakarta dan Bandung. Situasi ini membuat stok sapi rancah menjadi cepat habis di kandang peternak, sehingga memerlukan kesiapan peningkatan kembali cadangan populasi . Sapi lokal jenis rancah diketahui merupakan plasma nutfah sapi lokal di Ciamis. Populasinya berkembang di Kec. Rancah, Kec. Tambaksari, dan Kec. Rajadesa. Habitat jenis sapi ini kebanyakan ada di hutan‐hutan rakyat di Ciamis, pola makannya pun tidak rewel karena menggemari rumput‐rumputan apa saja yang ditemui. Pada sisi lain, peluang pengusahaan sapi rancah pun tampak lebih mudah diadaptasi masyarakat. S o a l nya , s a p i ra n ca h te rg o l o n g j i n a k , pemeliharaannya efisien, relatif tahan penyakit tropis dan parasit, memiliki kemampuan reproduksi baik, dan persentase karkas lebih tinggi dibandingkan dengan ternak jenis lain. Hanya, ditengah meningginya kembali peluang pasar saat ini, usaha peternakan sapi rancah menghadapi kendala, terutama percepatan pengembangan populasinya. Selain reproduksinya
34
mengandalkan kawin alamiah, pemotongan sapi rancah jantan juga sangat tinggi. Menurut Ketua Kelompok Peternak Trijaya, Dayat, di Ciamis, pasca Idul Adha ini, di tiga kecamatan sentra produksi sapi rancah, diperkirakan hanya tersisa kurang lebih 600 ekor, atau sekitar 200 ekor/ kecamatan. Jika pengembangbiakannya tak cepat terdukung, dikhawatirkan populasinya akan nyaris habis pada tahun 2013. Disebutkan, selama ini ada jalur perdagangan sapi rancah, yaitu di Kec. Rancah Ciamis dan Kec. Manonjaya Tasikmalaya, Kab. Kuningan, dan Kec. Dayeuhluhur, Kab. Cilacap. Di tempat‐tempat itu biasanya berputar pembelian sapi jantan dan bakalan (sapi belum dewasa), untuk kemudian dibesarkan dan sudah dipesan para pembeli, terutama dari Bandung dan Jakarta. Dinas Peternakan Kab. Ciamis bersama Dinas Peternakan Jawa Barat kini tengah melakukan berbagai upaya guna mengatasi kondisi dan membangkitkan kembali usaha peternakan sapi rancah. Mereka sedang merintis pemurnian dan pengembangan sapi rancah/ lokal Jawa Barat, melalui penetapan identitas sapi rancah, serta menetapkan pola perkawinan yang tepat untuk menghasilkan bibit berkualitas serta pola pengembangan populasinya. Secara teknis, upaya pengembangan kembali populasi sapi rancah melalui peningkatan produksi straw di Kab. Ciamis, sebenarnya sudah terdukung Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong (BPPTSP) Dinas Peternakan Jawa Barat, di Kec. Cijeungjing, Kab. Ciamis. Namun, untuk sentralisasi pengembangbiakan sapi rancah, diperlukan lahan memadai, yang dapat ditunjang melalui SK Bupati Ciamis berkaitan pelestarian dan pengembangan sapi Rancah. Kepala Dinas Peternakan Kab. Ciamis, Nana
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
BERITA Supriatna, didampingi Kabid produksi, Yanto Suprianto, mengatakan, upaya pengembangan kembali ternak sapi rancah, diharapkan diperoleh hasilnya 5‐10 tahun ke depan. Selain didorong kepada inseminasi dengan pengumpulan straw jantan unggul, juga dapat dilakukan secara tersentralisasi. Selain mempercepat pengembangbiakan, menurut mereka, cara tersebut juga sebagai upaya menghindarkan kawin sedarah, yang merupakan sifat ternak sapi rancah. Kebiasaan kawin sedarah inilah yang menjadi salah satu penyebab utama, mengapa ukuran sapi rancah belakangan semakin kecil. Menurut Nana, pelestarian dan pengembangan kembali populasi sapi rancah, idealnya didukung ketersediaan lahan pangangonan. Selain itu, dibutuhkan pula identifikasi peternak dan pengembangan kelompok, serta penetapan wilayah pembibitan, pembinaan, dan promosi yang gencar.
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
“Pengembangan kembali peternakan sapi rancah akan sangat bermanfaat ke depan bagi masyarakat setempat. Selain dinilai sebagai usaha yang sesuai kultur masyarakat, juga menjadi upaya perluasan lapangan kerja berkaitan dengan potensi usaha agro yang tinggi di Ciamis,” ujarnya. Kesiapan dukungan penyediaan straw sapi rancah dalam jumlah banyak, dilontarkan Kepala BPPSTP Susanto. Menurut dia, untuk waktu dekat perlu disediakan paling tidak 500‐an straw sapi rancah, yang dapat diperoleh melalui pengumpulan pejantan unggulan. “Berbagai inovasi teknik pembibitan peternakan memang terus berkembang, termasuk inseminasi buatan yang terus diminati pengusaha sapi potong. Cara tersebut kini diarahkan pula untuk mendukung peningkatan populasi sapi rancah, karena potensi lokal kini kembali memiliki prospek pasar yang menjanjikan,” ujarnya.
35
INFO KESWAN
MENGENAL ZOONOSIS Oleh. Drh. Aryani Widyawati
36
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
INFO KESWAN
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
37
INFO KESWAN
38
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
INFO KESWAN
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
39
HUMOR BUDAK ANGON
Domba Hitam dan Putih Seorang gembala sedang menggembalakan domba. Seorang yang lewat berkata, "Engkau mempunyai kawanan domba yang bagus sekali, bolehkan saya mengajukanbeberapa pertanyaan tentang domba‐domba itu?" "Oh tentu, akan saya jawab dengan senang hati.", kata gembala itu. Orang itu berkata, "Berapa jauh domba‐dombamu berjalan setiap hari?". "Yang mana, yang putih atau yang hitam?", tanya gembala. "Yang putih." "Ah, yang putih berjalan sekitar enam kilometer setiap hari." "Kalo yang hitam?" "Yang hitam juga." "Dan berapa banyak rumput mereka makan setiap hari?" "Yang mana, yang putih atau yang hitam?" "Yang putih." "Ah, yang putih makan sekitar empat kilo rumput setiap hari." "Kalo yang hitam?" "Yang hitam juga." "Dan berapa banyak bulu yang mereka hasilkan setiap tahun?" "Yang mana, yang putih atau yang hitam?" "Yang putih." "Ah menurut perkiraan saya, yang putih menghasilkan sekitar enam kilo bulu setiap tahun kalau mereka dicukur." "Kalo yang hitam?" "Yang hitam juga." Orang yang bertanya menjadi penasaran. "Bolehkah saya bertanya, mengapa engkau mempunyai kebiasaan yang aneh, membedakan dombamu menjadi domba putih dan hitam setiap kali engkau menjawab pertanyaanku, padahal jawaban semuanya sama saja?" Gembala itu menjawab, "Tentu saja harus saya bedakan, karena domba‐domba yang putih itu adalah milik saya." "Ooo, begitu...", penanya itu mengerti. "... kalau yang hitam ?" "Yang hitam juga." (sumber: http://jayzheholic.blogspot.com/2009/10/domba‐hitam‐putih.html)
100 Ekor Ayam Pada suatu hari ada seorang lelaki kaya ingin mengadakan kenduri untuk anaknya. Untuk itu dia ke bandar untuk membeli ayam di kedai Pak Romee. Lelaki kaya: “Saya ingin memesan 100 ekor ayam untuk esok, ini alamat saya (seraya memberikan kadnya).” Pak Romee: “Baik tuan,saya akan suruh anak buah saya untuk menghantarkannya ke rumah tuan.” Selepas itu, Pak Romee memanggil anak buahnya yang bernama Ehwan Afendi dan memberikan arahan… Pak Romee: “Wan, tolong hantar 100 ekor ayam esok ke alamat ini (sambil memberikan kad lelaki kaya tadi).” Ehwan : “hantar ayam? Beres Tuan !” Esoknya dengan menunggang motor si Ehwan pergi menghantar100 ekor ayam tersebut. 50 ekor diletakkan di sebelah kanan dan 50 ekor lagi diletakkan di sebelah kiri. Akan tetapi malangnya, di tengah perjalanan dia terjatuh dari motornya…, ayam‐ayam yang dia bawa langsung terlepas dan lari bertempiaran. Orang ramai datang untuk mengetahui keadaan si Ehwan. Tetapi si Ehwan tidak apa2 malah ketawa terbahak‐bahak. Seseorang diantara meraka datang bertanya, mungkin dia merasa khuatir kerana melihat si Ehwan ketawa … Orang yg bertanya : “Bang, abang tak apa‐apa kan… ? Kepalanya tak sakit kan?” Ehwan : “Ha… ha… ha… !” Orang yang bertanya : “Bang, kenapa bang ?” Ehwan: “Ha… ha… ha…, dasar ayam‐ayam bodoh, mereka nak lari ke mana? alamatnya kan ada pada aku… Hua.. ha.. ha.. ha…” (sumber: http://forumjualbeli.net/showthread.php?t=112349)
Obrolan di peternakan ikan Di suatu tempat, salah satu negara berkembang ada sebuah peresmian peternakan ikan yang dananya mendapat bantuan dari bank dunia. Untuk go public, undangan pun disebar ke seluruh dunia. Dalam perjalanan menuju tempat pengguntingan pita, terjadi dialog di antara para tamu undangan. Tamu dari Jepang : Di negara saya tidak perlu tambak ataupun perternakan ikan seperti ini, kalau kami mau makan ikan, pergi saja ke sungai bawa tangguk, cidukkan ke sungai, dua atau tiga kali ciduk pasti dapat ikan. Tamu dari Korea : Itu belum seberapa di tempat saya, sekali tangguk saja sudah dapat ikan. (sementara wakil dari Indonesia mau ngomong, e.. keduluan dari Cina) Tamu dari Cina : Eehh, Tuan‐tuan masih kalah di negara gua, tidak usah pakai tangguk, pakai saja gayung sudah dapat ikan 2 ekor. Tamu dari Indonesia : He... bapak‐bapak, ente tidak pernah ke Indonesia 'kan... Di negara saya, di setiap sungai, kalau kita mau ambil air satu ember saja susah banget, kita harus usir ikan‐ ikan yang ada di sungai, baru kita ambil airnya. (sumber: http://ngakak.org/viewtext.php?id=58)
40
MANDALA Peternakan | Semester II Tahun 2012
Pastikan
PETANI disensus..!
Kebenaran Jawaban Anda Membantu Keberhasilan Pembangunan Pertanian...