PENGEMBANGAN INDEKS GIZI SEIMBANG UNTUK MENILAI KUALITAS KONSUMSI PANGAN REMAJA USIA 13-18 TAHUN DI INDONESIA
RAHMAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Pengembangan Indeks Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Rahmawati NIM I15113018
RINGKASAN
RAHMAWATI. Pengembangan Indeks Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 13-18 Tahun di Indoensia. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan KATRIN ROOSITA. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Indeks Gizi Seimbang (IGS) bagi remaja Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2010. Secara khusus penelitian ini bertujuan menganalisis pola konsumsi pangan, mengembangkan beberapa alternatif IGS, menguji validitas dari berbagai alternatif IGS dan menentukan IGS terpilih, dan menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi remaja dengan IGS yang terpilih. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan design cross-sectional survey. Penentuan validasi IGS menggunakan data konsumsi yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Pengumpulan data konsumsi pangan tersebut menggunakan metode recall 1x24 jam dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Penelitian pengembangan IGS dilakukan di Bogor, Jawa Barat pada bulan September 2014Juni 2015. Jumlah subjek yang digunakan sebanyak 21183 remaja terdiri atas 11075 laki-laki dan 10108 perempuan berusia 13-18 tahun yang diperoleh dari hasil penapisan sesuai kriteria ekslusi. Pengembangan alternatif IGS yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) penentuan komponen penilaian pada IGS yang terdiri atas kelompok pangan yang harus tercukupi (pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani termasuk susu, dan lauk nabati) dan zat gizi yang perlu dibatasi terkait Penyakit Tidak Menular (lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium) berdasarkan Panduan Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014, (2) sistem pemberian nilai/skor IGS yang terdiri atas 2 cara yaitu penilaian secara kategori (tiga tingkat (IGS3) dan empat tingkat (IGS4)) dan kontinyu (IGSK). IGS3 memiliki nilai 0, 5, atau 10. IGS4 memiliki nilai 0, 7, 5, atau 10. IGSK memiliki rentang nilai 0 sampai 10 berdasarkan rumus perhitungan dari hasil persamaan linier, dan (3) melakukan validasi IGS melalui uji korelasi antara berbagai alternatif IGS dengan Mutu Gizi Pangan (MGP). MGP dari 15 zat gizi digunakan sebagai standar dalam pengujian IGS diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, zat besi, fosfor, natrium, dan zink. Terdapat 12 alternatif IGS yang dikembangkan yaitu, IGS3-50, IGS3-60, IGS3-94, IGS3-104, IGS4-50, IGS4-60, IGS4-94, IGS4-104, IGSK-50, IGSK-60, IGSK-94, dan IGSK-104. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok pangan yang cenderung lebih tinggi dikonsumsi oleh remaja adalah pangan karbohidrat dengan jumlah konsumsi sebesar 560.1 ± 248.5 g (99.9%), sementara konsumsi kelompok pangan yang lain relatif masih rendah seperti lauk hewani, sayur, lauk nabati, buah, dan susu dengan rata-rata konsumsi masing-masing sebesar 103.1 ± 99.2 g (79.3%), 79.5 ± 100.2 g (62.7%), 38.6 ± 64.8 g (44.4%), 15.1 ± 53.3 g (15.4%), dan 1.8 ± 7.5 g (6.7%). Asupan semua zat gizi, kecuali protein dan natrium, belum memenuhi kebutuhan gizi per hari. Selain itu, dari perhitungan nilai MGP baik remaja laki-laki maupun perempuan usia 13-18 tahun juga masih tergolong rendah
(47.7 ± 15.3). Sebanyak 12 alternatif IGS yang telah dikembangkan tersebut semuanya menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap nilai MGP remaja (r = 0.29-0.60). Terdapat 3 diantaranya yang terpilih untuk menilai kualitas konsumsi pangan remaja, yaitu IGSK-60 (r = 0.60), IGS3-60 (r = 0.55), dan IGSK-104 (r = 0,44). IGSK-60 adalah IGS yang paling valid, cocok digunakan untuk penelitian kualitas konsumsi pangan remaja karena memiliki ketelitian yang tinggi dalam hal perhitungan nilai tiap komponen pangan. IGS3-60 adalah IGS yang praktis dan valid, cocok digunakan untuk memantau kualitas konsumsi pangan remaja dalam kehidupan sehari-hari. IGSK-104 adalah IGS yang memiliki komponen paling lengkap dan valid, cocok digunakan untuk keperluan penelitian tentang penyakit degeneratif. IGSK-60, IGS3-60, dan IGSK-104 adalah instrumen penilaian kualitas konsumsi pangan yang sangat cocok digunakan sesuai dengan PGS 2014 yang saat ini menjadi acuan konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Karakteristik sosial ekonomi remaja sebagian besar memiliki korelasi positif signifikan pada nilai IGS, baik itu IGS3-60, IGSK-60, maupun IGSK-104 terutama pada pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, serta status ekonomi keluarga remaja. Pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu sejalan dengan status ekonomi remaja. Artinya semakin tinggi pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu remaja semakin tinggi pula tingkat pendapatan keluarga sehingga kualitas konsumsi pangan remaja juga semakin baik. Studi selanjutnya diharapkan untuk mengaplikasikan dan mengevaluasi kegunaan alternatif IGS dalam menilai kualitas konsumsi pangan remaja. Kata kunci: indeks gizi seimbang, mutu gizi pangan, remaja
SUMMARY
RAHMAWATI. Development of Balance Diet Indices to Assess Quality of Food Consumption in Indonesian Adolescents Aged 13-18 Years Old. Supervised by HARDINSYAH dan KATRIN ROOSITA The study was aimed to develop the balanced diet indeces (BDI) for Indonesian adolescent aged 13-18 years. The specific purposes of this study were to analyze the pattern of food consumption, to develop several alternatives of BDIs, and to test the validity of those various alternatives and select the most appropriate BDI for Indonesian adolescents, to analyse correlation between the socio-economic characteristics of adolescent with the BDI value. This secondary data of Basic Health Research in 2010 was used, which was designed trough a cross-sectional survey. The food consumption data was created by 1x24 hours recall which was obtained in electronic file forms and contained data entry and processing results. This study was conducted in Bogor, West Java from September 2014 to June 2015. The number of subjects were 11679 adolescents, consisted of 6040 males and 5639 females at 13-18 years of age. They were obtained from screening result according to exclusion criterias. The development of BDI alternatives was conducted through several stages, namely (1) determination of the components of the assessment on the BDI consisted of the food groups that should be satisfied and aspects related to foods should be limited to prevent non-communicable disease (NCDs) based on the balance diet guidelines for Indonesians, (2) scoring system consisted of two ways applied in the BDI, namely a categorical scoring system (three level (BDI3) and four level (BD4)); and a continuous scoring system (BDIC), and (3) the validation test by using Pearson correlation test between various BDI alternatives with Nutrient Food Quality of the diet (NFQ). NFQ of 15 nutrients were used as standard in BDI test, among them energy, protein, fat, carbohydrates, water, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, calcium, iron, phosphorus, sodium, and zinc. All of 12 BDI alternatives which were successfully developed, they were BDI3-50, BDI3-60, BDI3-94, BDI3-104, BDI4-50, BDI460, BDI4-94, BDI4-104, BDIC-50, BDIC-60, BDIC-94, and BDIC-104. The results showed that the higest consumed group of food by adolescents was carbohydrate source foods with 560.1 ± 248.5 g (99.9%). While, the consumption of other food groups were still relatively low like animal protein, vegetables, plant protein, fruits, and milk with an average consumption 103.1 ± 99.2 g (79.3%), 79.5 ± 100.2 g (62.7%), 38.6 ± 64.8 g (44.4%), 15.1 ± 53.3 g (15.4%), and 1.8 ± 7.5 g (6.7%), respectively. The intake of all nutrients per day, except protein and sodium, were not adequate. Furthermore, the calculation of NFQ value both in male adolescents and female adolescents aged 13-18 years were also still low (47.7 ± 15.3). The 12 BDI alternatives showed a significantly correlation to the NFQ value of adolescents (r = 0.29-0.60). There were 3 of them selected to assess the nutritional quality food of the diet in indonesian adolescents, they were BDIC-60 (r = 0.60), BDI3-60 (r = 0.55), and BDIC-104 (r = 0.44). BDIC-60 was the most valid BDI alternative, it was suitable in food consumption quality for adolescent study because of the high accuracy in the
calculation of the value of each component of food. BDI3-60 was more practical and valid, It was suitable for monitoring the quality of adolescent food consumption in daily life. BDIC-104 has a complete component, it was suitable for study on degenerative diseases. BDIC-60, BDI3-60, and BDIC-104 were instruments to assess nutritional food quality of the diet which were very highly suitable to be used in accordance with balance diet guidelines for Indonesians in 2014 which is now a reference for Indonesian people's food consumption. The socio-economic characteristics of adolescents mostly had a significant positive correlation on the BDI value, in BDI3-60, BDIC-60, and BDIC-104, especially on education of father and mother, occupation of father and economic status of adolescent. Education of father and mother, and occupation of father were in line with the economic status of adolescent. The higher education of father and mother, and occupation of father, then the hinger family income level, so the quality of the adolescent’s food consumption is also high. Further study is expected to apply and evaluate the alternative uses of BDI for assessing the quality of the diet in adolescents. Keywords: balanced diet indices, nutritional food quality, adolescents
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGEMBANGAN INDEKS GIZI SEIMBANG UNTUK MENILAI KUALITAS KONSUMSI PANGAN REMAJA USIA 13-18 TAHUN DI INDONESIA
RAHMAWATI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS
Judul
:
Nama Mahasiswa NIM
: :
Pengembangan Indeks Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 13-18 Tahun di Indonesia Rahmawati I151130181
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Hardinsyah, MS Ketua
Dr Katrin Roosita, SP MSi Anggota
Diketahui oleh Ketua Program Studi Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : 26 Agustus 2015
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Indeks Gizi Seimbang untuk Menilai Kualitas Konsumsi Pangan Remaja Usia 1318 Tahun di Indonesia”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelas magister (S2) pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi kepada Prof Dr Ir Hardinsyah MS dan Dr Katrin Roosita, SP MSi selaku pembimbing yang selalu sabar memberikan arahan, masukan, dan dorongan yang membangun untuk menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Ikeu Tanziha MS selaku penguji luar komisi atas saran perbaikan yang diberikan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI yang telah memberikan izin untuk menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Terima kasih juga diucapkan kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan beasiswa program pascasarjana kepada penulis. Rasa terima kasih yang tulus dan penuh kasih sayang juga penulis ucapkan kepada suami tercinta, ibu, adik, keluarga besar, dan teman seperjuangan penulis di Pascasarjana Gizi Masyarakat IPB angkatan 2013, serta pihak-pihak lain atas doa, dukungan, dan semangatnya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Terkhusus anakku Yumna Adzkia Bahri, terima kasih telah sabar mendampingi ibu tiap beraktivitas ke kampus, semoga kelak menjadi anak soleha yang cerdas dan membawa berkah untuk sesama. Penulis menyadari penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga karya ilmiah tesis ini membawa manfaat.
Bogor, Oktober 2015
Rahmawati
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat 2 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Makan Remaja Kecukupan Gizi untuk Remaja Pedoman Gizi Seimbang Indonesia Penilaian Konsumsi Pangan Mutu Gizi Pangan (MGP) Pola Pangan Harapan (PPH) Healty Eating Index (HEI) 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Kebutuhan energi dan zat gizi makro Kebutuhan zat gizi mikro Asupan zat gizi dan tingkat kecukupan zat gizi Perhitungan Mutu Gizi Pangan (MGP) Pengembangan Indeks Gizi Seimbang (IGS) Definisi Operasional 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteritik Sosial Ekonomi Remaja Pola Konsumsi Pangan Remaja Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS) Pengujian Validitas Alternatif IGS Terhadap MGP Remaja 6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
i iii iii 1 1 3 3 4 4 5 6 6 8 8 9 10 18 20 20 20 21 22 23 25 26 26 27 34 36 36 37 42 48 58 58 58 59 63 84
ii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Bobot setiap kelompok pangan di PPH Komponen dan penilaian dalan HEI 1995 Komponen dan penilaian dalam HEI 2005 Komponen dan penilaian dalam HEI 2010 Komponen Aust-HEI dan skor masing-masing komponen Komponen dan penilaian dalam THEI Komponen dan kriteria penilaian IGS tiga tingkat (IGS3) wanita dewasa Komponen dan kriteria penilaian IGS empat tingkat (IGS4) wanita dewasa Jenis dan cara pengumpulan data Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin Perhitungan kebutuhan protein remaja berdasarkan usia dan jenis kelamin Kebutuhan air subjek menurut berat badan Angka kecukupan gizi mikro remaja usia 13-18 tahun Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS) Penilaian IGS berdasarkan 3 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun Penilaian IGS berdasarkan 4 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun Penilaian IGS berdasarkan nilai kontinyu (IGSK) remaja usia 13-18 tahun Sebaran karakteristik sosial ekonomi remaja usia 13-18 tahun Rataan, dan standar deviasi (gram), serta tingkat partisipasi (%) konsumsi kelompok pangan remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi asupan gizi remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai MGP remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-50 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-60 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-94 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-104 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-50 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-60 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-94 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-104 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-50 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-60 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-94 remaja usia 13-18 tahun Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-104 remaja usia 13-18 tahun Hasil uji korelasi Pearson antara IGS dan MGP Komponen dan kriteria penilaian IGSK-60 remaja usia 13-15 tahun Komponen kriteria penilaian IGS3-60 remaja usia 13-15 tahun Komponen dan kriteria penilaian IGSK-104 remaja usia 13-15 tahun Kategori kualitas konsumsi pangan remaja dengan nilai MGP Kategori kualitas konsumsi pangan remaja dengan nilai IGS Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai MGP remaja usia 13-18 tahun Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGSK-60 remaja usia 13-18 tahun Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGS3-60 remaja usia 13-18 tahun Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGSK-104 remaja usia 13-18 tahun Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik dengan nilai MGP, IGSK60, IGS3-60, dan IGSK-104 usia 13-18 tahun
10 11 12 12 13 15 15 16 21 23 25 25 26 31 32 33 33 36 38 40 42 42 43 43 44 44 45 45 46 46 47 47 48 49 49 50 51 52 53 53 53 54 54 55
iii
DAFTAR GAMBAR Kerangka pemikiran penelitian pengembangan Indeks Gizi Seimbang remaja 2 Alur proses penapisan (cleaning data) remaja usia 13-18 tahun 3 Kurva persamaan garis linier antara porsi konsumsi buah dengan nilai IGS buah untuk remaja laki-laki usia 13-15 tahun 4 Persentase tingkat kecukupan gizi remaja usia 13-18 tahun 1
19 21 31 41
DAFTAR LAMPIRAN 1
Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim Riskesdas 2010 2 Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010 3 Hasil perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja usia 13-18 tahun sesuai pembatasan porsi pangan karbohidrat 4 Hasil perhitungan estimasi kebutuhan energi remaja usia 13-18 tahun berdasarkan aktivitas fisik (PA) 5 Kriteria penilaian alternatif IGS yang dikembangkan untuk remaja usia 1318 tahun 6 Rataan dan standar deviasi konsumsi kelompok pangan dan zat gizi remaja usia 13-18 tahun 7 Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin 8 Uji beda independent samples t-test variabel kelompok usia 9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (%) remaja usia 13-18 tahun 10 Uji beda independent samples t-test variabel berdasarkan daerah perdesaan dan perkotaan
63 64 65 71 72 80 81 82 83 83
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Remaja pada masa ini mengalami berbagai perubahan baik secara biologis, intelektual, psikososial, maupun ekonomi (Papalia et al. 2007). Perubahan tersebut menyebabkan remaja rentan terhadap masalah gizi karena adanya pola konsumsi pangan remaja yang ikut berubah (Savige et al. 2007) sehingga perlu perhatiankhusus karena pengaruhnya yang besar tidak hanya untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya, tetapi juga untuk kesehatan saat ini dan masa depan remaja (Lietz et al. 2002). Masalah gizi remaja di Indonesia saat ini merupakan masalah gizi ganda (double burden of malnutrition) yaitu gizi kurang dan gizi lebih dengan berbagai risiko penyakit yang ditimbulkan. Hasil analisis Riskesdas di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi remaja kurususia 13-15 tahun pada tahun 2010 sebesar 10.1% dan naik menjadi 11.1% pada tahun 2013, prevalensi remaja gemuk dengan usia yang sama juga mengalami peningkatan yaitu dari 2.5% pada tahun 2010 menjadi 10.8% pada tahun 2013. Remaja kelompok usia 16-18 tahun juga mengalami hal yang serupa, prevalensi kurus sebanyak 8.9% pada tahun 2010 dan naik menjadi 9.4% pada tahun 2013, prevalensi remaja gemukdengan usia yang sama juga naik menjadi 7.3% pada tahun 2013 dari sebelumnya 1.4% pada tahun 2010. Prevalensi hipertensi dan anemia juga mulai banyak dijumpai dikisaran usia remaja yaitu diatas 15 tahun, masing-masing 8.3% pada tahun 2007 dan 18.4% pada tahun 2013 (Kemenkes 2007; 2010; 2013). Salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan gizi remaja adalah rendahnya jumlah dan kualitas konsumsi pangan. Hal tersebut biasanya disebabkan karena adanya kebiasaan makan yang tidak sehat seperti melewatkan waktu makan, mengurangi ataumelebihkan konsumsi makan, konsumsi makanan cepat saji (fast food) dan snack, serta konsumsi makanan tidak memenuhi rekomendasi diet, yang semuanya dapat menurunkan kualitas konsumsi pangannya (Wortington-Robert 2000; Savige et al. 2007; Tek et al. 2011). Padahal, kualitas konsumsi pangan yang baik adalah faktor utama bagi kesehatan dan kesejahteraan remaja (USDA 2013). Hal ini menunjukkan bahwa masalah gizi pada remaja perlu dicegah dan ditangani dengan cara memperbaiki jumlah dan kualitas konsumsi pangannya melalui promosi, pendidikan, dan penyuluhan gizi dan kesehatan (Khatib 2004; Kemenkes 2014). Kemenkes Indonesia sebenarnya telah lama mengupayakan pencegahan dan perbaikan gizi dengan menerbitkan pedoman gizi. Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014 merupakan penyempurnaan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) tahun 1995, berisi pedoman diet sehat bagi semua kelompok usia termasuk remaja. PGS tersebut mengandung 10 pesan gizi seimbang, salah satu pesan penting yang disampaikan adalah “syukuri dan nikmati keanekaragaman makanan”. Keanekaragaman makanan yang dimaksud adalah memvariasikan pangan yang dikonsumsi, sehingga tidak berfokus pada satu jenis pangan saja
2
(Kemenkes 2014). Meskipun demikian, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerapkan pedoman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Instrumen (alat ukur) yang digunakan untuk memudahkan menilai kesesuaian konsumsi pangan terhadap anjuran PGS Indonesia sampai saat ini belum dikembangkan. Sementara, negara lain telah lama mengembangkan indeks penilaian kualitas konsumsi pangan yang disesuaikan dengan dietary guidelines (pedoman makan) yang ada di negara masing-masing. Negara Amerika yang awal mengembangkan indeks penilaian tersebut pada tahun 1995 melalui Center for Nutrition Policy and Promotion USDA dengan nama Healthy Eating Index (HEI). Amerika kemudian melakukan perbaikan HEI pada tahun 2005 sejalan dengan The 2005 Dietary Guidelines for Americans. Perbedaan dengan HEI Amerika yang dikembangkan sebelumnya ada pada jenis kelompok pangan serta cara penilaian yang berdasarkan densitas energi. Pedoman makan HEI-2005 selanjutnya diperbaharui menjadi HEI-2010 yang beberapa komponen dari HEI2005 masih tetap digunakan (Guenther et al. 2007; 2013). Australian Institute of Health and Welfare (AIHW) di tahun 2007 juga telah mengembangkan Aust-HEI yang berfokus pada pilihan makanan sehat dan perilaku terkait dengan penyakit kronis, terdiri atas 7 komponen (keragaman, pilihan makanan sehat, konsumsi buah, konsumsi sayur, susu rendah lemak, daging rendah lemak, dan konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, serta rendah zat gizi lain). Sementara itu, Taechangam et al. (2008) di Thailand telah mengembangkan The Healthy Eating Index for Thais (THEI) yang terdiri atas 11 komponen (karbohidrat, sayur, buah, susu, daging, lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, kolesterol, sodium, dan keragaman makanan). Penilaian kualitas konsumsi pangan di Indonesia sebenarnya sudah lama dikembangkan oleh Hardinsyah (1998), berupa penilaian mutu gizi makanan (MGM) bagi ibu hamil dan anak batita dalam skala kecil di Bogor. Kemudian Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) telah mengembangkan menjadi instrumen HEI bagi pria dan wanita dewasa Indonesia yang disebut Indeks Gizi Seimbang (IGS). Pengembangan IGS tersebut dilakukan berdasarkan kesesuaian acuan dari PUGS dan tumpeng pedoman gizi seimbang di Indonesia pada saat itu. Kedua peneliti tersebut mengembangkan 10 alternatif IGS. Standar yang digunakan untuk validasi alternatif IGS tersebut adalah nilai Mutu Gizi Pangan (MGP) yang dihitung berdasarkan tingkat kecukupan dari beberapa zat gizi yang diperoleh dari data konsumsi pangan dan asupan gizi hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010) yang digunakan sebagai standar dalam pengujian validitasnya. Sampai saat ini, belum ada pengembangan suatu indeks berdasarkan data konsumsi pangan remaja berskala nasional untuk menilai kesesuaian konsumsi pangan remaja terhadap anjuran porsi makan yang ada pada PGS 2014. Oleh karena itu, informasi ini dapat menjadi dasar untuk menentukan strategi dalam menilai pemenuhan kebutuhan gizi remaja di Indonesia dengan melihat kualitas konsumsi pangan secara praktis melalui pengembangan IGS yang disesuaikan dengan PGS 2014.
3
Tujuan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan Indeks Gizi Seimbang ramaja (usia 13-18 tahun) di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2010. Secara khusus penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis pola konsumsi pangan remaja di Indonesia; (2) Mengembangkan beberapa alternatif IGS untuk remaja di Indonesia; (3) Menguji validitas dari berbagai alternatif IGS dan menentukan IGS terpilih untuk remaja di Indonesia; dan (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi remaja dengan IGS yang terpilih.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan sebagai bahan masukan dalam pemantauan perubahan pola konsumsi pangan dengan menggunakan Indeks Gizi Seimbang sebagai salah satu instrumen yang praktis untuk menilai kualitas konsumsi pangan secara keseluruhan, khususnya pada remaja usia 13-18 tahun di Indonesia.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja yaitu adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock 1994). Banyak para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai batasan usia remaja, Rice dan Dolgin (2002) membedakan masa remaja menjadi remaja awal (11-14 tahun) dan masa remaja tengah (15-19 tahun), Steinberg (2002) mengategorikan sebagai remaja awal (10-13 tahun), remaja tengah (14-18 tahun), dan remaja akhir (19-22 tahun). Sementara Papalia et al. (2007) mangatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Remaja merupakan periode transisi yang mengalami berbagai perubahan baik secara biologis, intelektual, psikososial, maupun ekonomi. Pada periode ini terjadi kematangan fisik dan seksual, peningkatan kemampuan dan mampu membuat suatu keputusan. Pertumbuhan cepat, perubahan emosional dan perubahan sosial merupakan ciri yang spesifik pada usia remaja. Segala sesuatunya cepat berubah, dan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan ini, makanan sehari-hari menjadi sangat penting karena asupan makanan remaja berpengaruh pada status gizinya. Riskesdas (2013) membagi status gizi remaja sesuai kelompok umur yang dikelompokkan menjadi remaja umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
Masalah Gizi Remaja Indonesia Masalah gizi remaja di Indonesia saat ini merupakan masalah ganda yang harus diperhatikan karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat badan pada saat dewasa adalah masalah gizi yang sering terjadi dan merupakan kelanjutan dari masalah pada usia remaja (Arisman 2004). Salah satu faktor pemicu terjadinya permasalahan gizi remaja adalah rendahnya jumlah dan mutu konsumsi pangan. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (lebih rendah dari 70%) yaitu 40.6% dan proporsi defisit energi <70% terbanyak pada usia remaja yaitu 54.5%. Adapun untuk hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia menurut karakteristik umur (15-24 tahun) sebesar 18.4%, remaja kurus dan gemuk umur 13-15 tahun masing-masing 11.1% dan 10.8%, dan remaja kurus dan gemuk umur 16-18 tahun masing-masing 9.4% dan 7.3% (Kemenkes 2007; 2010; 2013). Gemuk atau kelebihan berat/obesitas merupakan faktor resiko dari berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung dan kanker. Individu yang mengalami obesitas memiliki peluang 1.5 kali lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan individu yang tidak obesitas (Pradono 2010). Penyakit degeneratif merupakan faktor resiko penyakit tidak menular
5
(PTM) yang merupakan penyebab lebih separuh dari semua kematian di Indonesia (Kemenkes 2014). Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa 3 dari 10 penduduk Indonesia yang berusia di atas 10 tahun menderita hipertensi. Hipertensi mulai banyak dijumpai pada kelompok usia yang lebih muda yaitu 1517 tahun sebanyak 8.3% (Kemenkes 2007).
Konsumsi Pangan dan Kebiasaan Makan Remaja Konsumsi pangan merupakan sejumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Konsumsi pangan biasanya dipengaruhi oleh kebiasaan makan dalam keluarga. Konsumsi dalam hal jumlah dan jenis pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis, jumlah produksi, dan ketersediaan pangan, sedangkan tingkat konsumsi pangan lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi (Supariasa 2001). Jika susunan pangan yang dikonsumsi suatu keluarga memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan yang sebaik-baiknya (adekuat) (Sediaoetama 2006). Hal tersebut dapat mencegah timbulnya suatu keadaan gizi, baik kurang maupun lebih. Remaja merupakan transisi dari masa anak-anak sampai dewasa yang secara fisiologis membutuhkan energi dan zat gizi untuk peningkatan ukuran tubuh dan kematangan seksual, termasuk menarche pada anak perempuan. Remaja memiliki kebiasaan makan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Remaja yang semakin tumbuh meningkatkan pastisipasinya dalam kehidupan sosial dan aktivitasnya sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan oleh remaja tersebut. Kehidupan sosial remaja memberikan kesempatan untuk memilih makanan sesuai keinginan mereka dan cenderung memiliki kebiasaan makanan yang tidak sehat seperti melewatkan waktu makan, mengurangi atau melebihkan konsumsi makan yang semuanya dapat menurunkan kualitas konsumsi pangannya. Remaja mulai dapat membeli dan mempersiapkan makan untuk mereka sendiri, dan biasanya mereka lebih suka makanan yang serba instant yang diperoleh dari luar rumah seperti fast food (Wortington-Robert 2000; Tek et al. 2011). Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika makanan instant seperti fast food dijadikan sebagai pola makan setiap hari dengan gaya hidup sedentary. Adanya kelebihan kalori, lemak, dan natrium akan terakumulasi di dalam tubuh yang akan mengakibatkan terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif (Diabetes mellitus, hipertensi, PJK), serta obesitas. Namun, konsumsi pangan tersebut tidak akan merugikan jika disertai dengan menu seimbang, frekuensi konsumsi yang rendah, dan disertai dengan aktivitas fisik atau olahraga yang teratur dan disesuaikan dengan usia (Wang et al. 2002; Mahdiyah et al. 2004). Sementara pola makan tidak menentu, perubahan faktor psikososial yang dicirikan oleh perubahan transisi masa anak-anak ke masa dewasa, dan kebutuhan gizi yang tinggi untuk pertumbuhan yang cepat dapat menyebabkan terjadi kekurangan gizi (Cavadini et al. 2000). Kekurangan gizi pada remaja mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan
6
angka penyakit (morbiditas), tingkat kecerdasan rendah, mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), produktivitas yang rendah, dan terhambatnya pertumbuhan reproduksi (Soekirman 2002).
Kecukupan Gizi untuk Remaja Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua orang sehat (97.5%) dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan gizi harian yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin, dan fisiologis tertentu disebut kebutuhan gizi (Muchtadi 1989). Angka Kecukupan Gizi (AKG) berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan konsumsi pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi yang mengalami perkembangan dalam bidang Iptek gizi dan ukuran antropometri penduduk. Penjabaran AKG dilakukan untuk keperluan pada tingkat komoditi makanan. Penjabaran AKG ke bentuk komoditi pangan dalam repelita VI didasarkan pada kebutuhan energi rata-rata per orang per hari yaitu 2000 kkal (tingkat konsumsi) dan 220 kkal (tingkat keteserdiaan) serta kebutuhan protein rata-rata per orang per hari yaitu 52 gram (tingkat konsumsi) dan 57 gram (tingkat ketersediaan). Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masingmasing orang per hari bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan individu tersebut. Semakin bertambah suatu umur, kecukupan makro berupa energi dan protein serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral juga bertambah. Pada remaja dan dewasa laki-laki memiliki angka kecukupan gizi yang lebih besar dibandingkan perempuan (Atmarita dan Tatang 2004; Soekirman 2008; Hardinsyah et al. 2012). Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan kecukupan zat gizi perlu dilakukan agar kecukupan dan kebutuhan zat gizi dapat diperoleh melalui beberapa langkah, diantaranya yaitu: menentukan zat gizi masing-masing individu, memperhatikan zat gizi pada bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta melakukan upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman gizi seimbang (Azwar 2004). Analisis data konsumsi pangan Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa rata-rata proporsi konsumsi energi dari lemak penduduk Indonesia saat ini sekitar 25-29% dari total konsumsi energi. Kontribusi energi dari lemak untuk remaja dan dewasa sebaiknya tidak melebihi 30% (Hardinsyah et al. 2012).
Pedoman Gizi Seimbang Indonesia Keadaan gizi sangat berpengaruh pada kualitas kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas suatu bangsa. Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat yang dicirikan dari suatu pola makan untuk menghindari berbagai penyakit kronis atau Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terkait dengan gizi. Pemenuhan kebutuhan gizi tidak diperoleh hanya dalam satu jenis makanan saja, tetapi harus beraneka ragam. Oleh karena itu, diperlukan pedoman yang memuat prinsip-prinsip dalam
7
memilih dan menyusun menu makanan yang seimbang untuk pemenuhan kebutuhan tubuh manusia dengan cara mengoptimalkan penyampaian pesan gizi seimbang kepada masyarakat melalui pendidikan dan penyuluhan gizi (Kemenkes 2014). Penyampaian pesan gizi sudah lama diperkenalkan di Indonesia melalui slogan 4 sehat 5 sempurna oleh Bapak Gizi Indonesia prof. Poorwo Soedarmo pada tahun 1950an. Slogan 4 sehat 5 sempurna merupakan hasil adaptasi dari prinsip “Basic Four” Amerika Serikat yang mulai dikembangkan pada era 1940an. Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Konsep tersebut diciptakan karena pada tahun 1950an masyarakat belum tahu cara makan yang benar. Tetapi sejak tahun 90-an, permasalahan gizi sudah berubah. Sekarang banyak negara menghadapi masalah kegemukanan, obesitas dengan akibatnya diabetes, hipertensi, jantung, stroke, yang mewabah ke negara maju dan berkembang. Seiring dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi saat ini slogan tersebut diperbaharui melalui kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma tahun 1992 berdasarkan prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet. Prinsip tersebut diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik gizi kurang maupun lebih yang saat ini semakin meningkat. Buku panduan “13 Pesan Dasar Gizi Seimbang” kemudian diterbitkan pada tahun 1995 oleh Direktorat Bina Gizi, Departemen Kesehatan dengan nama pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Berbeda dengan konsep 4 sehat 5 sempurna yang menyamaratakan kebutuhan gizi pada semua orang, PUGS berprinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin, kesehatan dan akitifitas fisik memerlukan PUGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut.Di samping itu, PUGS menekankan pula proporsi yang berbeda pada pemenuhan zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) untuk setiap kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. PUGS juga tidak memberlakukan susu sebagai makanan sempurna, melainkan ditempatkan satu kelompok dengan sumber protein hewani lain (Depkes 2005). PUGS secara resmi diterima masyarakat sesuai dengan UU Kesehatan No 36 tahun 2009, yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi. Sosialisasi PUGS masih banyak mengalami masalah dan kendala sehingga harapan untuk merubah perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang belum sepenuhya tercapai. Hasil Risekdas 2013 menunjukkan prevalensi baik gizi kurang dan gizi lebih pada remaja yang mengalami peningkatan, kemudian diikuti dengan peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM) pada golongan umur tersebut. Untuk itu, Kemenkes pada tahun 2014 menerbitkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) terbaru yang merupakan penyempurnaan dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), dari 13 menjadi 10 pesan gizi seimbang yang berbasis budaya dan kearifan lokal. Pedoman tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dengan efektif, efisien, dan mengikat semua pihak sebagai satu-satunya pedoman tentang Pola Hidup Sehat dan Gizi Seimbang, sehingga dikukuhkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 tahun 2014. Adanya perubahan pedoman tersebut diharapkan pendidikan gizi kepada masyarakat dapat berjalan lebih optimal dan berdampak pada perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Kemenkes 2014).
8
Penilaian Konsumsi Pangan Penilaian konsumsi pangan dilakukan sebagai salah satu cara untuk melihat status gizi perorangan maupun kelompok. Pengembangan penilaian konsumsi pangan tersebut dalam skala nasional untuk menilai kesesuaian konsumsi pangan terhadap anjuran porsi konsumsi makanan sesuai pedoman gizi Indonesia saat ini masih sangat terbatas.Beberapa cara menilai kualitas konsumsi pangan yang telah dikembangkan sampai saat ini berupa pengukuran mutu gizi konsumsi pangan (MGP), Pola Pangan Harapan (PPH) serta Healthy Eating Index (HEI). Mutu Gizi Pangan (MGP) Mutu Gizi Pangan (MGP) adalah suatu gambaran yang memperlihatkan apakah suatu makanan dapat memenuhi kebutuhan dan tingkat ketersediaan biologis tubuh. Pengukuran MGP didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya. MGP dapat diartikan sebagai persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhan individu (Hardinsyah dan Atmojo 2000; Jadhav dan Vali (2010). Makanan yang dikonsumsi diukur dengan melihat kandungan gizinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). DKBM adalah suatu daftar yang memuat berbagai jenis makanan beserta kandungan zat gizinya per 100 gram berat makanan yang dapat dimakan (BDD). Setelah diketahui total asupan zat gizi maka dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi individu tersebut (Hardinsyah dan Atmojo 2000). Selanjutnya perhitungan MGP dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : MGP (%) =
Ʃ (TKGi ) n
Keterangan : MGP = Mutu Gizi pangan TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100 n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGP
Perhitungan Tingkat Kecukupan Gizi ke-i (TKGi) adalah setiap nilai TKGi bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Nilai MGP hasil perhitungan selanjutnya digolongkan berdasarkan empat kategori yaitu <55% tergolong sangat kurang, 5569% tergolong kurang, 70-84% tergolong cukup dan ≥ 85% tergolong baik (Hardinsyah 1996). Pada penilaian MGP, terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu jumlah dan zat gizinya serta metode pengumpulan data konsumsi pangan yang sebaiknya digunakan. MGP merupakan peubah kontinyu yang dapat menghasilkan sebuah nilai median, rataan, dan standar deviasi, serta dapat digunakan dalam analisis regresi. Selain itu, penilaian MGP juga memiliki keunggulan dari segi gizi dan statistik karena zat gizi di dalam tubuh digunakan
9
bukan secara parsial melainkan secara interaktif sehingga dapat menghasilkan satu nilai yang dengan mudah dapat dibandingkan dan dianalisis (Hardinsyah dan Atmojo 2000). Hardisnyah (1998) mengembangkan sistem skor makanan dengan penilaian Mutu Gizi Makanan (MGM) untuk ibu hamil dan anak batita secara cepat dan sederhana di masyarakat. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa terdapat empat alternatif skor makanan dan terpilih SM63 yang terdiri dari enam kelompok makanan utama (makanan pokok, pangan hewani, tahu dan tempe, sayur, buah, dan susu), kemudian diperoleh tiga tingkat skor (nol, satu, dan dua) sebagai skor makanan yang paling valid dan sederhana sebagai MGM yang praktis pada ibu hamil dan anak batita. Pola Pangan Harapan (PPH) Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO-RAPA telah mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. PPH awalnya dikembangkan untuk kawasan Asia pasifik berdasarkan data PPH dari Neraca Bahan Makanan (NBM) karena data tersebut mudah tersedia secara berkala setiap tahun. Namun pada saat ini, PPH digunakan untuk mengetahui kondisi kualitas konsumsi pangan skala rumah tangga dengan menggunakan salah satu perolehan data seperti Susenas yang dipublikasi oleh BPS (Hardinsyah et al. 2002). Secara umum rumus yang digunakan untuk menghitung skor PPH adalah sebagai berikut: SPPH (%) = ∑ (TKEi x Ri) Keterangan : SPPH = Skor Pola Pangan Harapan TKEi = Tingkat kecukupan energy (%), yaitu kelompok pangan ke-i Ri = Rating untuk kelompok pangan ke-i
Metode PPH digunakan berdasarkan skor pangan (dietary score) untuk menilai mutu pangan. Perolehan skor pangan tersebut merupakan hasil perkalian antara kontribusi energi kelompok pangan dengan bobotnya. Bobot pangan yang semakin tinggi menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya. Bobot untuk setiap kelompok pangan didasarkan kepada zat gizi esensial, zat gizi mikro, kepadatan kalori, konsentrasi kalori, kandungan serat, volume pangan dan tingkat kelezatannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka bobot setiap kelompok pangan adalah sebagai berikut (Tabel 1) (Hardinsyah et al. 2002).
10
Tabel 1 Bobot setiap kelompok pangan di PPH No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kelompok Pangan Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain
Bobot 0.5 0.5 2.0 1.0 0.5 2.0 0.5 2.0 0
Healty Eating Index (HEI) HEI merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai kualitas diet secara menyeluruh dan memonitor pola konsumsi pangan. HEI sudah dikembangkan oleh negara-negara seperti Amerika, Australia, dan Thailand yang disesuaikan dengan pedoman makanan yang ada di negara masing-masing (Guenther et al. 2007; USDA 2008). 1. HEI Amerika Pada awalnya, HEI merupakan alat ukur untuk mengukur kepatuhan konsumsi pangan yang dihubungkan dengan angka kecukupan gizi piramida makanan dan berfungsi untuk menyediakan suatu kesimpulan pengukuran kualitas konsumsi makanan yang dikembangkan oleh Center for Nutrition Policy and Promotion (CNPP) USDA di Amerika yang di awali pada tahun 1995. HEI dapat digunakan untuk penelitian epidemiologi dan ekonomi serta dapat juga digunakan dalam program pendidikan gizi konsumen dan intervensi gizi (Kennedy et al. 1995; Guenther et al. 2007). Piramida makanan yang digunakan Amerika pada saat itu disebut Food Guide Pyramid yang terdiri atas 10 komponen yaitu 5 komponen pertama berdasarkan 5 kelompok pangan utama yaitu gandum, sayuran, buah-buahan, daging, dan susu. Komponen ke 6 sampai 10 berdasarkan aspek yang tercantum dalam Dietary Guidelines for Americans tahun 1995 yang harus dibatasi jumlah konsumsinya yaitu total lemak, total lemak jenuh, kolesterol, dan sodium, serta keberagaman. 10 komponen tersebut merupakan ukuran dari keberagaman pola makan seseorang. Setiap komponen HEI diberikan skor antara 0 sampai dengan 10 sehingga interval total skor HEI memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 100. Kriteria untuk skor maksimal dan minimal ditentukan berdasarkan angka kecukupan yang dianjurkan per hari. Jika konsumsi atau asupan seseorang memiliki jumlah diantara kriteria maksimal dan minimal maka skor ditentukan secara proporsional. Komponen yang memiliki skor tinggi menunjukkan jumlah konsumsi atau asupan yang mendekati rentang direkomendasikan, sebaliknya komponen yang memiliki skor rendah menujukkan jumlah konsumsi atau asupan yang kurang sesuai dengan yang direkomendasikan. Skor HEI diatas 80 dianggap pola makan sudah baik, skor HEI antara 51-80 dianggap perlu perbaikan dalam pola makan, dan skor HEI di bawah 51 dianggap pola makan sangat buruk. Kelebihan dari HEI-1995 adalah memasukkan aspek keragaman serta mengukur lemak total dan kolesterol. Sementara kekurangannya adalah tidak membedakan
11
kelompok panagan bedasarkan kategori “total” dan “whole”, tidak memasukkan minyak dan SoFAAS (solid fat, alcohol, and added sugar), dan skor ditentukan berdasarkan jumlah absolut (USDA 2002; Kennedy 2008). Tabel 2 menyajikan komponen serta sistem penilaian HEI 1995. Tabel 2 Komponen dan penilaian dalan HEI 1995 No
Komponen
Skor 0
1
Total buah
0
2
Total sayur
0
3
Total grain
0
4
Susu
0
5
Daging/ kacangkacangan Natrium Lemak jenuh Lemak total Kolesterol Keragaman
0
6 7 8 9 10
≥ 4.8 ≥ 15 ≥ 45 ≥ 450 ≤6
5
8
10 Point 2-4 takaran saji (sekitar 1-2 gelas) 5-5 takaran saji (sekitar 1.5 – 2.5 gelas) 6-11 takaran saji (sekitar 6-11 oz eq) 2-3 takaran saji (sekitar 2-3 gelas) 2-3 takaran saji (sekitar 5.5 – 7.0 oz eq) ≤ 2.4 gram ≤ 10% energi ≤ 30% energi ≤ 300 mg ≥ 16 makanan berbeda selama 3 hari
Sumber : Guenther et al. (2007; 2013)
Pedoman makan HEI-1995 di Amerika kemudian direvisi menjadi HEI2005 yang dikembangkan untuk menyesuaikan dengan Dietary Guidelines 2005 di Amerika yang terdiri atas 12 komponen. Revisi tersebut meliputi peningkatan aspek-aspek penting dalam kualitas diet, seperti total buah; buah utuh (selain jus); sayuran yang berwarna hijau gelap dan orange, serta legume; total serealia; serealia utuh; susu (semua produk susu dan minuman kedelai); daging dan kacang-kacangan (daging merah, daging unggas, ikan, telur, minuman selain produk kedelai, kacang, dan seeds); minyak (minyak sayur dan lemak dalam ikan, kacang, dan seeds); lemak jenuh; sodium; dan kalori yang berasal dari SoFAAS (solid fat, alcohol and added sugar). Skor yang tinggi merupakan gambaran asupan yang tinggi untuk beberapa komponen, tetapi khusus untuk lemak jenuh, sodium, dan kalori dari SoFAAS (solid fat, alcohol and added sugar) skor yang tinggi diberikan untuk asupan yang lebih rendah. Kelebihan dari HEI-2005 adalah skor ditentukan berdasarkan densitas energih (per 1000 kkal), menekankan pada aspek diet Amerika yang jauh dari rekomendasi, memasukkan konsumsi bahan pangan yang tinggi energi dan rendah zat gizi mikro, dan dapat digunakan untuk wanita hamil dan menyusui. Sementara itu, kekurangannya adalah tidak dapat digunakan untuk anak dibawah dua tahun; tidak memenuhi RDA vitamin E dan AI potassium; tidak mengukur pemenuhan terhadap MyPiramid; validitas untuk kelompok etnik dan budaya tertentu berebeda dengan Amerika; kebutuhan Fe dan Ca untuk kelompok usia dan jenis kelamin tertentu meningkat meskipun kebutuhan energinya lebih rendah; EAR lebih cocok digunakan untuk HEI; tidak menunjukkan kelebihan asupan pada kelompok pangan; tidak mengukur lemak total, trans, dan kolesterol; tidak menekankan pentingnya PUFA dan MUFA di dalam minyak; serta tidak
12
memasukkan pengaturan berat badan ideal, aktivitas fisik, dan keamanan pangan (Guenther et al. 2007). Tabel 3 menyajikan komponen dan sistem penilaian pada HEI 2005. Tabel 3 Komponen dan penilaian dalam HEI 2005 No
Komponen 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5
8
Skor 20
10 Poin
≥ 0.8 gelas eq/1000 kkal ≥ 0.4 gelas eq/1000 kkal ≥ 1.1 gelas eq/1000 kkal ≥ 0.4 gelas eq/1000 kkal
Total buah Whole fruit Total sayur Sayuran berdaun hijau dan orange, serta legumes Total grains Whole grains Susu Daging dan kacangkacangan Minyak Lemak jenuh Sodium Kalori dari SoFAAS
≥ 3.0 oz eq/1000 kkal ≥ 1.5 oz eq/1000 kkal ≥ 1.3 gelas ≥ 2.5 oz ≥ 12 g/1000 kkal ≤ 7% energi ≥ 0.7 g/1000 kkal ≤ 20% energi
Sumber : Guenther et al. (2007; 2013)
Pedoman makan HEI-2005 di Amerika selanjutnya diperbaharui menjadi HEI-2010 yang beberapa komponen dari HEI-2005 masih tetap digunakan. Revisi tersebut meliputi peningkatan aspek-aspek penting dalam kualitas diet, seperti sayuran hijau dan kacang-kacangan menggantikan sayuran berdaun hijau dan orange, serta legumes; dairy menggantikan susu; total pangan protein menggantikan daging dan kacang-kacangan; protein seafood dan nabati telah ditambahkan untuk pemilihan spesifik dari group protein; asam lemak berupa ratio MUFA dan PUFA menggantikan minyak dan lemak jenuh untuk penyesuaian rekomendasi; refined grains menggantikan total grain untuk menilai konsumsi yang berlebihan; empty calories merupakan kalori dari lemak SoFAAS (solid fat, alcohol and added sugar) dan ambang batas untuk menghitung alkohol >13 gram/1000 kkal (Guenther et al 2013). Rincian tambahan mengenai perbedaan antara versi 2005 dan 2010, termasuk perbedaan dalam nilai-nilai titik maksimum komponen dan standar skoring dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Komponen dan penilaian dalam HEI 2010 No Komponen 0 1 2 3 4 5 6 7
Total buah Whole fruit Total sayur Sayuran hijau dan kacang-kacangan Whole grains Dairy Total pangan protein
5
8
10 Poin
Skor 20 ≥ 0.8 gelas eq/1000 kkal ≥ 0.4 gelas eq/1000 kkal ≥ 1.1 gelas eq/1000 kkal ≥ 0.2 gelas eq/1000 kkal ≥ 1.5 oz eq/1000 kkal ≥ 1.3 gelas/1000 kkal ≥ 2.5 oz/1000 kkal
13
Tabel 4 Komponen dan penilaian dalam HEI 2010 (lanjutan) No Komponen 0 8 9
Protein seafood dan nabati Asam lemak
10
Refined grains
11
Sodium
12
Empty Calories
5
8
Skor 20
10 Poin
≥ 0.8 oz/1000 kkal (PUFA+MUFA)/2 ≤1.2 s/d >2.5 ≥ 4.3 oz/1000 kkal s/d ≤1.8 oz/1000 kkal ≥ 2.0 gr/1000 kkal s/d ≤1.1 gr/1000 kkal ≥ 50% energi sehari s/d ≤ 19% energi sehari
Sumber : Guenther et al. (2013)
2. HEI Australia (Aust-HEI) Australia juga telah mengembangkan HEI (Aust-HEI) sebagai pengembangan dari Diet Quality Index (DQI) Australia yang dapat digunakan sebagai ukuran kualitas diet secara keseluruhan yang disesuaikan dengan pola makan dengan rekomendasi Dietary guidelines for Australian adults. Aust-HEI berfokus pada gambaran diet sehat dan kebiasaan konsumsi pangan yang dihubungkan dengan resiko penyakit kronis. Komponennya terdiri atas keragaman diet, konsumsi sayur dan buah, serta konsumsi lemak yang diperoleh berdasarkan data dari Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan Short Dietary Questions (SDQ) (NHMRC 2003; AIHW 2007). Keragaman diet memiliki hubungan dengan terjadinya penyakit kronis (NHMRC 2003), konsumsi buah dan sayur dihubungkan dengan penyakit jantung, stroke, dan beberapa kanker (Lock et al. 2005), dan konsumsi lemak jenuh yang dihubungkan dengan peningkatan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) yang berhubungan dengan penyakit jantung vaskuler (AIHW 2007). Komponen dari Aust-HEI dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komponen Aust-HEI dan skor masing-masing komponen No. Komponen 1.
Keragaman
2.
Pilihan makanan sehat Konsumsi buah Konsumsi sayur Susu rendah lemak
3. 4. 5.
Kriteria untuk skor maksimum Jumlah makanan dari masing-masing kelompok pangan biasanya dimakan minimal satu kali seminggu Makanan sehat biasanya dimakan minimal satu kali seminggu Dua porsi atau lebih per hari Empat porsi atau lebih per hari Susu skim atau rendah lemah
Skor minimum 0 (tidak ada)
Skor maksimum 10
Sumber data FFQ
0 (tidak ada)
10
FFQ
0 (tidak ada) 0 (tidak ada) 0 (tidak)
10
SDQ
10
SDQ
5
SDQ
14
Tabel 5 Komponen Aust-HEI dan skor masing-masing komponen (lanjutan) No. Komponen Kriteria untuk skor Skor Skor Sumber maksimum minimum maksimum data 4. Konsumsi sayur Empat porsi atau 0 (tidak 10 SDQ lebih per hari ada) 5. Susu rendah lemak Susu skim atau 0 (tidak) 5 SDQ rendah lemah 6. Daging rendah Biasanya (atau tidak 0 (tidak) 5 SDQ lemak makan daging) 7. Konsumsi makanan Jumlah makanan 0 10 (tidak FFQ tinggi lemak jenuh yang dimakan satu ada) dan rendah zat gizi kali atau lebih lain seminggu Keterangan: FFQ = food frequency questionnaire; SDQ = short dietary questions Sumber : AIHW (2007)
Kelebihan Aust-HEI adalah dapat memprediksi risiko penyakit kronis, FFQ yang digunakan memiliki takaran saji yang spesifik untuk makanan sehingga asupan gizi bisa dikomputasikan, dan menunjukkan konsistensi internal. Kelemahan dari Aust-HEI adalah perlunya pengembangan FFQ baru yang dapat mengakomodir makanan terbaru, cara penentuan skor komponen HEI yang kurang spesifik dan kurang sensitif, dan komponen HEI yang kurang spesifik. 3. HEI Thailand Thailand merupakan Negara Asia Tenggara yang sudah mengembangkan HEI dengan dasar piramida makanan yang ada di negara tersebut disingkat THEI. THEI merupakan hasil modifikasi HEI yang dikembangkan oleh USDA Amerika yang terdiri dari 11 komponen dimana masing-masing komponen (1) komponen 1-5 mengukur kesesuaian pola makan individu terhadap rekomendasi porsi sajian 5 kelompok pangan utama berdasarkan Thailand Nutrition Flag: beras dan sumber pati (beras, roti, sereal dan pasta), sayur-sayuran, buah-buahan, susu (susu, yogurt dan keju), dan daging (daging, unggas, ikan, kacang, telur, (2) komponen 6, 7, dan 8 mengukur total lemak, lemak jenuh, konsumsi gula tambahan, terhadap persentase total asupan energi, (3) komponen 9 dan 10 mengukur total kolesterol dan asupan sodium, dan (4) komponen 11 untuk mengukur keragaman konsumsi pangan individu. Penilaian THEI menggunakan sistem skor. Kriteria skoring THEI berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang direkomendasikan oleh Thailand. Setiap komponen diberi skor maksimum 10 dan skor minimum 0. Skor diantaranya dihitung secara proposional. Skor maksimal menunjukkan asupan mendekati anjuran dan sebaliknya. Skor total THEI dikategorikan menjadi 3 level yaitu skor THEI lebih dari 66 dikategorikan baik, skor THEI antara 55-66 dikategorikan memerlukan perbaikan, dan skor THEI kurang dari 55 dikategorikan sangat buruk. Kelebihan THEI sederhana, secara praktis tidak mahal, memasukkan aspek keragaman diet, dan dapat digunakan untuk pendidikan gizi. Kelemahan THEI adalah tidak membedakan kelompok pangan berdasarkan “total” dan “whole” dan perhitungan skor tidak didasarkan pada densitas energi (Taechangam et al. 2008). Komponen THEI dan sistem penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 6.
15
Tabel 6 Komponen dan penilaian dalam THEI No. Komponen 1. 2. 3. 4. 5.
Konsumsi karbohidrat Konsumsi sayur Konsumsi buah Konsumsi susu Konsumsi daging
Kisaran skor 0-10
Kriteria untuk skor maksimum (10) 8-12 sendok nasi
0-10 0-10 0-10 0-10
4-6 sendok nasi 3-5 porsi 1-2 gelas 6-12 sendok makan
6. 7.
Asupan lemak total 0-10 Asupan lemak 0-10 jenuh 8. Konsumsi gula 0-10 tambahan 9. Asupan kolesterol 0-10 10. Asupan sodium 0-10 11. Keragaman 0-10 makanan Sumber : Taechangam et al. (2008)
≤20% total energi ≤10% total energi
Kriteria untuk skor minimum (0) 0 dan 14-18 sendok nasi 0 0 0 0 dan 12-18 sendok makan ≥35% total energi ≥15% total energi
<6% total energi
>10% total energi
≤300 mg/hari ≤2400 mg/hari ≥30 jenis/hari
≥400 mg/hari ≥3300 mg/hari ≤20 jenis/hari
4. HEI Indonesia Istilah Indeks Gizi Seimbang (IGS) adalah kata lain dari Health Eating Index (HEI) yang sudah dikembangkan di beberapa negara maju seperti Amerika (Guenther et al. 2007; 2010), dan Australia (AIHW 2007), serta negara berkembang seperti Thailand (Taechangam et al. 2008). Di Indonesia, penyusunan Indeks Gizi Seimbang awalnya didasarkan pada metode yang dilakukan oleh Hardinsyah (1998), berupa penialain Mutu Gizi Makanan (MGM) bagi ibu hamil dan anak batita secara sederhana di masyarakat. Kemudian Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) telah mengembangkan Indeks Gizi Seimbang bagi pria dan wanita dewasa Indonesia. Pengembangan IGS di Indonesia mengacu pada pengembangan HEI di Amerika dan Thailand yaitu dengan penelusuran pustaka dan disesuaikan dengan panduan makan yang ada di Indonesia yaitu tumpeng gizi seimbang serta PUGS tahun 1995 dengan berbagai modifikasi, sedangkan tahapan pengembangan indeks tersebut merupakan modifikasi dari langkah pengembangan alat ukur keragaman pangan yang dilakukan oleh Hardinysah (1996) (Amrin et al. 2013). Sistem penilaian IGS (skoring) yaitu menggunakan tiga tingkat (nol, lima, dan 10) (Tabel 7) dan empat tingkat (nol, empat, tujuh, dan 10) (Tabel 8). Tabel 7 Komponen dan kriteria penilaian IGS tiga tingkat (IGS3) wanita dewasa Komponen Pangan karbohidrat Sayuran Buah-buahan Pangan hewani Selain susu Susu Kacang-kacangan Lemak total
Ukuran satu porsi 100 g 100 g 100 g 50 g 30 g 50 g 30%-e
Skor 0 ≤2 porsi ≤1 porsi ≤ 0.5 porsi
5 2-4 porsi 1-3 porsi 0.5--2 porsi
10 ≥ 4 porsi ≥3 porsi ≥2 porsi
≤1 porsi ≤ ¼ porsi ≤1 porsi >30%-e atau<10%-e
1-3 porsi ¼ - 1 porsi 1-3 porsi 20-30%-e
≥3 porsi ≥ 1 porsi ≥3 porsi 10-20%-e
16
Tabel 7 Komponen dan kriteria penilaian IGS tiga tingkat (IGS3) wanita dewasa (lanjutan) Komponen Lemak jenuh
Ukuran satu porsi 10%-e
Gula tambahan Kolesterol
10%-e 300 mg
Natrium
2000 mg
Skor 0 >10%-e atau < 2%-e >20%-e >300 mg atau <100 mg >2000 mg atau < 500 mg
5 6-10%-e
10 2-6%-e
5-20%-e 200-300 mg
≤5%-e 100-200 mg
1500-2000 mg
500-1500 mg
Keterangan: %-e = persentase kebutuhan energi Sumber : (Perdana et al. 2014)
Tabel 8 Komponen dan kriteria penilaian IGS empat tingkat (IGS4) wanita dewasa Komponen Pangan karbohidrat Sayuran Buah-buahan
Ukuran satu porsi 100 g
0 <0.5 porsi
Skor 4 0.5- 2 porsi
7 2 - 4 porsi
10 ≥ 4 porsi
100 g 100 g
<0.5 porsi <0.5 porsi
0.5-1.5 porsi 0.5 - 2 porsi
1.5 -3 porsi 2 – 4 porsi
≥ 3 porsi ≥ 4 porsi
Pangan hewani Selain susu Susu Kacangkacangan Lemak total
50 g 30 g 50 g
< 0.5 porsi < 0.25 porsi <0.5 porsi
0.5 -1.5 porsi 0.25 – 0.5 porsi 0.5 -1.5 porsi
1.5 -3 porsi 0.5 - 1 porsi 1.5- 3 porsi
≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≥3 porsi
30%-e
10-20%-e
10%-e
30-50%-e atau 5-10%-e 10-15%-e
20-30%-e
Lemak jenuh
6-10%-e
2-6%-e
Gula tambahan Kolesterol
10%-e 300 mg
>50%-e atau <5%-e >15%-e atau <2%-e >25%-e >400 mg
5-15%-e 200-300 mg
Natrium
2000 mg
15-25%-e 300-400 mg atau <100 mg 2000-2500 mg
≤ 5%-e 100-200 mg 500-1500 mg
>2500atau < 500 mg
1500-2000 mg
Keterangan: %-e = persentase kebutuhan energi Sumber : (Perdana et al. 2014)
Adapun alternatif indeks gizi seimbang yang dikembangkan didasarkan pada kelompok pangan/zat gizi dan kuantitas serta tingkat skor, yang terdiri dari: IGS 3-50, IGS 3-60, IGS 3-61, IGS 3-83, IGS3-105, IGS 4-50, IGS 4-60, IGS 461, IGS 4-83, dan IGS 4-105. Kemudian, setiap IGS divalidasi menggunakan Mutu Gizi Pangan (MGP) dari beberapa zat gizi yang digunakan sebagai standar dalam pengujian. Validasi dari IGS yang dikembangkan menggunakan data konsumsi pangan dan asupan gizi pria dan wanita dewasa hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Masing-masing alternatif IGS yang dikembangkan memiliki komponen dan sistem penilaian yang berbeda, yaitu 5 komponen (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani (selain susu) dan pangan protein nabati, dan susu); 6 komponen (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani (selain susu), pangan protein nabati, dan susu); 8 komponen (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani, pangan protein nabati, lemak total, lemak jenuh, dan
17
gula tambahan); serta 10 komponen (pangan karbohidrat, sayur, buah, pangan hewani, pangan protein nabati, lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, kolesterol, dan natrium) (Amrin et al. 2013; Perdana et al. 2014). IGS 3-60 adalah indeks gizi seimbang yang paling valid dan sederhana setelah dilakukan uji korelasi koefsien dengan MGP yang dikembangkan berdasarkan tiga tingkat skor (0, 5, dan 10) dan enam kelompok pangan (pangan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, buah, dan susu), tanpa mempertimbangkan lemak total, lemak jenuh, kolesterol, gula tambahan, dan natrium. Kategori skor IGS pada penelitian Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) untuk pria dan wanita dewasa Indonesia tersebut mengacu pada kategori penilaian dari MGP. Setiap komponen diberi skor maksimum 10 dan skor minimum 0. Skor diantaranya dihitung secara proposional. Skor maksimal menunjukkan asupan mendekati anjuran dan sebaliknya. Skor total IGS tersebut dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu skor IGS lebih dari 85 dikategorikan sangat baik, skor IGS antara 70-84 dikategorikan baik/cukup, skor IGS antara 55-69 dikategorikan sedang, skor IGS antara 40-54 dikategorikan kurang, dan skor IGS kurang dari 40 dikategorikan buruk (Amrin et al. 2013; Perdana et al. 2014).
18
3 KERANGKA PEMIKIRAN Masalah gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Hal tersebut terlihat pada semakin rendahnya jumlah dan kualitas konsumsi pangan dan disertai dengan kurang gerak (sedentary) pada remaja saat ini. Remaja cenderung mempunyai kebiasaan dalam hal memilih makanan yang tidak sehat seperti snack dan fast food, melewatkan waktu makan, mengurangi atau melebihkan konsumsi makan, dan melakukan diet berlebih. Keadaan tersebut jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi pola makan yang buruk dan sulit untuk dicegah serta ditangani dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan suatu Indeks Gizi Seimbang (IGS) yang sederhana, mudah, dan praktis sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan masalah gizi remaja, mengingat di Indonesia belum terdapat cara mengukur kualitas konsumsi pangan khusus untuk remaja. Pengembangan IGS mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014, dengan melihat porsi dan jenis pangan yang dikonsumsi untuk kelompok remaja. Pengembangan indeks tersebut menghasilkan berbagai alternatif IGS. Perbedaan alternatif IGS yang dikembangkan terletak pada komponen yang dinilai, porsi setiap komponen, dan sistem pemberian nilai untuk setiap komponen. Standar yang digunakan untuk validasi IGS adalah nilai Mutu Gizi Pangan (MGP). Penilaian MGP menggunakan metode rata-rata tingkat kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan itu sendiri diperoleh dengan memanfaatkan data asupan gizi melalui konsumsi pangan dan AKG remaja. IGS yang dianggap valid adalah IGS yang mempunyai koefisien korelasi tertinggi, praktis, dan aplikatif dibandingkan dengan berbagai alternatif IGS yang lain. Nilai IGS yang diperoleh merupakan cerminan dari kualitas konsumsi pangan remaja. Kualitas konsumsi pangan diduga dipengaruhi oleh karakteristik remaja seperti usia, jenis kelamin, dan antropometri, serta wilayah tempat tinggal yang menentukan konsumsi pangan remaja untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mikro. Sementara untuk karakteristik keluarga seperti pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi berpengaruh pada kebiasaan makan dan gaya hidup remaja yang ditanamkan sejak masa anak-anak dan tergantung dari pola asuh yang diberikan oleh keluarga. Berdasarkan paparan diatas maka dapat dibuat kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 1.
19
Karakteristik keluarga
Karakteristik subjek
- Pendidikan ayah dan ibu - Pekerjaan ayah dan ibu - Status ekonomi keluarga
-
Usia Jenis kelamin BB dan TB Wilayah tempat tinggal
- Besar keluarga
Konsumsi pangan Pedoman gizi seimbang (PGS)
Asupan gizi
AKG
Tingkat kecukupan gizi
Porsi dan jenis
Mutu Gizi Pangan (MGP)
Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS)
Nilai Indeks Gizi Seimbang (Kualitas konsumsi pangan)
Keterangan
: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengembangan Indeks Gizi Seimbang remaja
20
4 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini adalah penelitian analitik yang mengembangkan suatu indeks. Indeks gizi seimbang yang dikembangkan dengan melakukan penelusuran pustaka. Pengujian validitas dari indeks yang dikembangkan menggunakan data konsumsi Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2010 dengan design cross-sectional survey. Riskesdas 2010 dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada bulan September 2014-Juni 2015.
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Subjek pada penelitian ini adalah remaja (13-18 tahun) yang diperoleh dari data konsumsi pangan Riskesdas 2010. Subjek Riskesdas 2010 berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 33 provinsi. Subjek rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka subjek kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga. Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah rumah tangga sebanyak 251388 anggota. Jumlah subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan data remaja (13-18 tahun) yang tersedia dalam electronic file data konsumsi pangan Riskesdas 2010 yang selanjutnya akan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja, yaitu berusia 13-18 tahun. Pengelompokkan usia remaja didasarkan pada data Riskesdas 2010 yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Kriteria eksklusinya yaitu data kosong (salah satu peubah yang diperlukan tidak tersedia/missing), keadaan sakit, kondisi fisiologis hamil, memiliki (IMT/U) (WHO Antro 2007), yaitu ≤-5.0 SD dan ≥+5.0 SD, sampel dengan asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal (Mary A et al. 2011), subjek dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%, serta subjek yang mengonsumsi pangan dalam keadaan tidak biasa (sakit, puasa, hajatan, dan hari raya). Jumlah subjek hasil proses penapisan (cleaning) sebanyak 11679 orang terdiri dari 6040 laki-laki dan 5639 perempuan. Tahapan proses penapisan (cleaning) disajikan pada Gambar 2.
21
Jumlah seluruh anggota rumah tangga : 251388 orang
Jumlah subjek awal : 23137 remaja usia 13-18 tahun Cleaning awal pada data: Berat badan, dan tinggi badan responden yang tidak lengkap (missing): 79 subjek (0.3%) - Kondisi fisiologis hamil: 135 subjek (0.6%) - Kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan acara hajatan/hari raya) : 309 subjek (1.3%) -
Cleaning selanjutnya pada data: - IMT/U (WHO Antro 2007), yaitu ≤-5.0 SD dan ≥+5.0 SD :11 subjek (0.1%) - Asupan energi: <0.3 kali & >3 kali energi basal: 403 subjek (1.7%) - Tingkat kecukupan zat gizi >400% : 1017 subjek (4.4%)
Subjek akhir: 21183 (91.6%) remaja terdiri dari 11075 remaja laki-laki dan 10108 remaja perempuan
Gambar 2 Alur proses penapisan (cleaning data) remaja usia 13-18 tahun
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder. Pengumpulan data telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan melalui Riskesdas (2010) (Lampiran 1 dan 2). Data diperoleh dalam bentuk electronic file dalam bentuk entry data Riskesdas 2010. Data karakteristik subjek dan karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui wawancara. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh dengan pengukuran langsung oleh enumerator Riskesdas. Data konsumsi pangan diperoleh dengan metode Recall 1x24 jam. Tabel 9 menyajikan jenis data yang digunakan serta cara pengumpulannya. Tabel 9 Jenis dan cara pengumpulan data Peubah Karakteristik subjek 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Usia Jenis kelamin Status hamil Pendidikan Pekerjaan Daerah
Karakteristik keluarga 1. Pendidikan orang tua 2. Pekerjaan orang tua
Keterangan Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IV No 7 Blok IV No 4 Blok IV No 10 Blok IV No 8 Blok IV No 9 Blok I No. 5
Cara pengumpulan data Wawancara
Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT) Blok IV No 8 Blok IV No 9
Wawancara
22
Tabel 9 Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan) Peubah 3. Pengeluaran bulanan orang tua Antropometri
Keterangan
Cara pengumpulan data
Blok VII
1. Berat badan
Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b
2. Tinggi badan
Blok X No 2a, 2b
Pengukuran langsung - Diukur dengan timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) - Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1)
Keadaan saat wawancara
Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 2a, 2b
Wawancara
Asupan pangan
Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IX Blok IX
Food recall 1x24 jam
1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS. Proses pengolahan data meliputi editing dan cleaning. Proses cleaning data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan. Data yang dianalisis berupa karakteristik sosial ekonomi subjek, asupan dan kebutuhan zat gizi, tingkat kecukupan, nilai Mutu Gizi Pangan (MGP), dan nilai Indeks Gisi Seimbang (IGS) subjek. Hasil pengolahan data selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dianalisis secara statistik. Analisis statistik menggunakan uji beda-t (Independent samples t-test), uji korelasi Pearson, dan uji korelasi Rank Spearman. Uji beda-t (independent samples t-test) digunakan untuk uji beda kelompok pangan, konsumsi zat gizi, mutu gizi konsumsi pangan, dan nilai IGS berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin, serta nilai IGS terpilih berdasarkan perdesaan dan perkotaan. Uji korelasi Pearson digunakan untuk validasi antara IGS yang dikembangkan dengan MGP. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosial ekonomi remaja dengan nilai IGS yang terpilih. Karakteristik sosial ekonomi Karakteristik dalam penelitian ini adalah karakteristik sosial ekonomi subjek yang disajikan secara deskriptif, terdiri atas pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan dengan melihat status ekonomi orang tua melalui pengeluaran bulanan dalam data Riskesdas. Pendidikan tertinggi orang tua (ayah/ibu) subjek dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: 1) tidak sekolah atau
23
tidak tamat SD/ MI atau tamat SD/MI; 2) tamat SMP/MTS; tamat SMA/MA atau tamat perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua subjek (ayah/ibu) subjek dibedakan menjadi 6 kelompok, yaitu: 1) tidak kerja atau sekolah; 2) TNI/polri/PNS/pegawai; 3) wiraswasta atau layan jasa/profesi atau dagang; 4) petani atau nelayan; 5) buruh; dan 6) lainnya. Status ekonomi subjek telah dikategorikan menjadi 5 quintil yaitu terbawah (kuintil 1), menengah bawah (kuintil 2), menengah (kuintil 3), menengah atas (kuintil 4) dan teratas (kuintil 5). Wilayah tempat tinggal atau pemukiman subjek dibedakan menjadi dua kelompok yaitu perdesaan dan perkotaan. Kebutuhan energi dan zat gizi makro Pada penelitian ini, kebutuhan energi subjek dihitung dengan menggunakan oxford equation yang dikembangkan oleh Institiute of Medicine/IOM (Mahan dan Escoot-stump 2008). Kebutuhan energi dihitung berdasarkan usia, jenis kelamin, status gizi, faktor aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan. Perhitungan kebutuhan energi subjek dengan status gizi normal menggunakan berat badan aktual, sedangkan subjek dengan status gizi gemuk perhitungan kebutuhan energinya menggunakan berat badan estimasi yang mengacu pada Total Energy Expenditure (TEE) atau Estimated Energy Requirement (EER) kemudian dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF atau efek termal pangan adalah pengeluran energi oleh tubuh yang berhubungan dengan konsumsi pangan, nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE. Adapun faktor aktivitas fisik subjek ditentukan berdasarkan pekerjaan masing-masing disebabkan data Riskesdas 2010 yang dijadikan acuan tidak terdapat data tentang aktivitas fisik subjek. Subjek yang tidak bekerja tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat aktif, dan subjek yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, tergolong kategori aktivitas ringan. Secara rinci rumus perhitungan kebutuhan energi subjek disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin Rumus perhitungan kebutuhan energi EER Laki-laki 10-18 tahun dengan status gizi normal EER = TEE + energi cadangan EER = 88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBBA+ 903xTB)+ 25 kkal Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.13 (ringan) PA = 1.26 (aktif) PA = 1.42 (sangat aktif) Obese dan overweight EER = 114 – (50.9xU) + PA x (19.5xBBE+ 1161.4xTB)+ 25 kkal Keterangan:
Kebutuhan energi (Kal)
EER + 10% TEE
24
Tabel 10 Perhitungan kebutuhan energi (lanjutan) Rumus perhitungan kebutuhan energi PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.24 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif) EER Laki-laki 10-18 tahun dengan status gizi normal EER = TEE + energi cadangan EER = 88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBBA+ 903xTB)+ 25 kkal Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.13 (ringan) PA = 1.26 (aktif) PA = 1.42 (sangat aktif) Obese dan overweight EER = 114 – (50.9xU) + PA x (19.5xBBE+ 1161.4xTB)+ 25 kkal Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.24 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.31 (aktif) PA = 1.56 (sangat aktif) Obese dan overweight EER = 389 – (41.2xU) + PA x (15xBBE+ 701.6xTB)+ 25 kkal Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.18 (ringan) PA = 1.35 (aktif) PA = 1.60 (sangat aktif)
menurut usia dan
jenis kelamin
Kebutuhan energi (Kal)
\ EER + 10% TEE
Sumber: Mahan dan Escoot-stump (2008) Keterangan: U = umur (tahun), BBA = berat badan aktual (Kg), BBE = berat badan estimasi, TB = tinggi badan (m) EER = estimasi kebutuhan energi (Kal) TEE = total pengeluaran energi (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik
Untuk kebutuhan zat gizi makro seperti kebutuhan protein subjek, dihitung dengan menggunakan formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) yang terdapat yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin di dalam Widyakarya Pangan dan Gizi (WNPG) 2012. Kebutuhan protein dihitung berdasarkan berat badan aktual subjek dan dikalikan dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.5 untuk umur 13-15 tahun dan 1.3 untuk umur 16-18 tahun
25
(Hardinsyah et al. 2012). Berikut ini adalah rumus untuk menghitung kebutuhan protein subjek: Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein Keterangan: AKP Faktor koreksi mutu protein
= Angka kecukupan protein (g/kgBB aktual /hari) = Disesuaikan berdasarkan kategori umur yaitu 1.5
Tabel 11 Perhitungan kebutuhan protein remaja berdasarkan usia dan jenis kelamin Jenis kelamin
Kelompok usia
Laki-laki 1.00 g/kg BB/hr x 1.5 0.90 g/kg BB/hr x 1.5
13-15 tahun 16-18 tahun
Perempuan 1.00 g/kg BB/hr x 1.5 0.90 g/kg BB/hr x 1.5
Sumber : Hardinsyah et al. (2012)
Untuk kebutuhan zat gizi makro seperti kebutuhan lemak subjek, dihitung berdasarkan anjuran dari FAO/WHO (2008) kebutuhan lemak untuk usia remaja sebaiknya tidak melebihi 30% dari total energi sehari (Hardinsyah et al. 2012). Setelah mengetahui total energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak, maka dapat dihitung kebutuhan karbohidrat yaitu selisih antara kebutuhan energi dengan kebutuhan protein dan lemak. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung kebutuhan karbohidrat subjek dalam sehari: Kebutuhan Karbohidrat =
Keb Energi
Kal − Keb Protein
g x 4 Kal − Keb Lemak
g x 9 Kal
4
Untuk menghitung kebutuhan zat gizi makro seperti kebutuhan air, didasarkan pada perhitungan kebutuhan air subjek sesuai persamaan Darrow. Persamaan tersebut menilai kebutuhan air menurut berat badan subjek. Kebutuhan air subjek disajikan pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Kebutuhan air subjek menurut berat badan Berat badan (kg) < 10 10-20 >20
Kebutuhan Air (ml) 100 /kg BB 1000 + (50/kg BB untuk setiap kenaikan BB >10) 1500 + (20/kg BB untuk setiap kenaikan BB >20)
Sumber : Astuti et al. (2012)
Kebutuhan zat gizi mikro Kebutuhan zat gizi mikro subjek penelitian seperti kebutuhan vitamin dan mineral dihitung sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin subjek. Zat gizi mikro yang diperhitungkan antara lain vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, zink, dan natrium. Kebutuhan vitamin merujuk pada hasil perhitungan Sulaeman et al. (2012), sementara mineral merujuk pada hasil perhitungan Soekatri dan Kartono (2012). Kebutuhan vitamin dan mineral didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) menurut WNPG 2012 (Tabel 13).
26
Tabel 13 Angka kecukupan gizi mikro remaja usia 13-18 tahun Zat Gizi Vitamin A (µg) Vitamin B1(µg) Vitamin B9 (folat) (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Natrium (mg)
Usia 13-15 tahun Laki-laki Perempuan 600 600 1.2 1.1 400 400 2.4 2.4 75 65 1200 1200 1200 1200 19 26 18 16 1500 1500
Usia 16-18 tahun Laki-laki Perempuan 600 600 1.3 1.1 400 400 2.4 2.4 90 75 1200 1200 1200 1200 15 26 17 14 1500 1500
Sumber: Sulaeman et al. (2012)
Asupan zat gizi dan tingkat kecukupan zat gizi Kandungan energi dan zat gizi dalam pangan yang dikonsumsi subjek dalam penelitian ini, dihitung berdasarkan jenis dan jumlah pangan yang kemudian dikonversi dengan menggunakan beberapa referensi yaitu Tabel Komposisi Bahan Pangan Indonesia (TKPI) 2009, nutrition factyang dilihat pada produk olahan berlabel, software USDA 2011, dan software nutrisurvey. Selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat kecukupan masing-masing zat gizi. Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi sebagai berikut: KGij = (Bj/100) x (BDDj/100)x Gij Keterangan : KGij = Kandungan zat gizi i dari pangan j yang dikonsumsi Bj = Berat pangan j (gram) Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j (per 100 g berat pangan) BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan (Sumber: Gibson 2005)
Setelah mengetahui asupan energi dan zat gizi yang diperoleh dari makanan, diperoleh Tingkat Kecukupan (TK) energi dan zat gizi. TK energi dan zat gizi merupakan perbandingan anatara asupan energi dan zat gizi yang dikonsumsi subjek dengan kebutuhan energi dan zat gizi subjek yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah rumus tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi subjek: Tingkat Kecukupan (TK) (%) =
Konsumsi zat gizi Kebutuhan zat gizi
x 100%
Perhitungan Mutu Gizi Pangan (MGP) Perhitungan Mutu Gizi Pangan (MGP) dihitung berdasarkan rata-rata tingkat kecukupan energi dan zat gizi lainnya. Penilaian MGP dilakukan dengan melakukan perhitungan rata-rata tingkat kecukupan zat gizi yang dinyatakan dalam persen. Rumus yang digunakan untuk menghitung mutu gizi pangan adalah sebagai berikut (Hardinsyah dan Atmojo 2000) :
27
MGP (%) =
Ʃ (TKGi ) n
Keterangan : TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i x 100) n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangan dalam penilaian MGP (Energi dan 14 zat gizi lain yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, zat besi, fosfor, natrium, dan zink)
Perhitungan Tingkat Kecukupan Gizi ke-i (TKGi) yaitu, setiap nilai TKGi bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Nilai MGP hasil perhitungan selanjutnya digolongkan berdasarkan empat kategori yaitu <55% tergolong sangat kurang, 55-69% tergolong kurang, 70-84% tergolong cukup dan ≥85% tergolong baik (Hardinsyah 1996). Pengembangan Indeks Gizi Seimbang (IGS) Pengembangan Indeks Gizi Seimbang (IGS) pada penelitian ini mengacu pada IGS yang dikembangkan oleh Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) untuk pria dan wanita dewasa yang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 untuk remaja. Secara umum, terdapat 3 tahapan pengembangan IGS dalam penelitian ini, yaitu menentukan komponen penilaian, sistem pemberian nilainya (skoring) dan validasi berbagai alternatif IGS untuk mendapatkan IGS yang terpilih. Berikut secara detail tahapan pengembangan IGS: 1. Penentuan komponen penilaian pada IGS Komponen penilaian pada IGS pada dasarnya terbagi dua, yaitu kelompok pangan yang harus tercukupi, dan zat gizi yang perlu dibatasi konsumsinya terkait Penyakit Tidak Menular (PTM). Setiap komponen penilaian memiliki anjuran standar berdasarkan beberapa acuan. Berikut penjelasan secara detail setiap komponen penilaian IGS yang harus tercukupi dan zat gizi yang harus dibatasi: Komponen kelompok pangan yang harus tercukupi Kelompok pangan yang harus tercukupi terdiri dari pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani termasuk susu, dan lauk nabati. Adapun urutan kelompok pangan mengacu pada tumpeng gizi serta anjuran porsi pangan menurut kelompok usia yang tercantum pada PGS tahun 2014. Berbeda dengan penelitian IGS sebelumnya oleh Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) untuk pria dan wanita dewasa, pada penelitian ini ditambahkan pembatasan porsi konsumsi pangan karbohidrat dengan alasan untuk mencegah kelebihan energi yang beresiko terjadinya gizi lebih pada remaja. Gizi lebih pada saat remaja akan berlanjut pada saat dewasa dan berpotensi mengalami penyakit degeneratif di kemudian hari (Kemenkes 2013).
28
Pembatasan porsi pangan karbohidrat membutuhkan acuan rentang porsi ideal yang diberi nilai maksimum (10). Adapun acuan batas bawah rentang porsi ideal pada pangan tersebut berdasarkan pada standar anjuran dari PGS yaitu, 6 ½ porsi untuk laki-laki usia 13-15 tahun dan 4 ½ porsi untuk perempuan di usia yang sama, 8 porsi untuk laki-laki usia 16-18 tahun dan 5 porsi untuk perempuan di usia yang sama. Batas atas porsi ideal untuk pangan karbohidrat dimodifikasi dan disesuaikan dengan energi yang dibutuhkan oleh remaja yaitu, 8 ½ porsi untuk laki-laki usia 13-15 tahun dan 6½ porsi untuk perempuan di usia yang sama, 10 porsi untuk laki-laki usia 16-18 tahun dan 7 porsi untuk perempuan di usia yang sama. Pembatasan porsi pangan karbohidrat tersebut dihitung dan disesuaikan dengan menu kelompok pangan sehari pada PGS 2014 (Lampiran 3). Rentang porsi konsumsi pangan karbohidrat yang kurang atau melebihi dari rentang porsi ideal dinilai sesuai dengan penilaian kategori dan kontinyu pada IGS. Contoh penilaian yaitu jika konsumsi pangan karbohidrat subjek laki-laki usia 13 tahun sebesar 10 porsi, nilai IGS yang diperoleh sebesar 5 untuk 3 tingkat, dan 7 untuk 4 tingkat, sementara untuk kontinyu disesuaikan dengan rumus perhitungan yaitu -20/13 x (10) + 300/13 = 7.7. Cara penilaian pangan karbohidrat secara detail dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. Acuan estimasi energi perhari yang dibutuhkan remaja dihitung dengan melihat aktivitas fisik remaja. Perhitungan kebutuhan energi tersebut berdasarkan oxford equation oleh IOM (Tabel 10) yang disesuaikan dengan berat badan dan tinggi badan ideal remaja dari AKG 2012. Kebutuhan energi untuk remaja lakilaki usia 13-15 tahun sekitar 2469-3316 kkal/hari dan remaja laki-laki usia 16-18 tahun sekitar 2675-3628 kkal/hari, remaja perempuan usia 13-15 sekitar 21342973 kkal/hari dan remaja perempuan usia 16-18 tahun sekitar 2119-2988 kkal/hari. Hasil perhitungan kebutuhan energi remaja secara detail dapat dilihat pada Lampiran 4. Pertumbuhan yang pesat dan aktivitas fisik yang tinggi pada kelompok remaja memerlukan energi yang relatif lebih besar dibandingkan kelompok usia lainnya (Stang dan Story 2005). Adapun kebutuhan mutlak untuk karbohidrat pada remaja belum ditetapkan. Anjuran proporsi energi dari karbohidrat oleh IOM (2005) sekitar 45-65% untuk usia 4-18 tahun dan sebaiknya sekitar 55% kontribusi energi dari karbohidrat untuk usia remaja (Hardinsyah et al. 2012). Kelompok pangan yang lain seperti sayur, buah, lauk hewani termasuk susu, dan lauk nabati tidak dilakukan pembatasan konsumsi disebabkan beberapa alasan yaitu, konsumsi sayur dan buah di Indonesia tahun 2013 tercatat masih sangat rendah pada penduduk usia ≥10 tahun yaitu hanya 6.4% (Kemenkes 2013); Penelitian Linorita et al. (2011) pada usia 10-19 tahun juga menunjukkan konsumsi buah hanya 8.2% dan sayur 5.6%. Selain itu, konsumsi pangan sumber protein juga masih rendah, yaitu hanya 28.8% untuk lauk nabati (tempe) dan 17% untuk lauk hewani (ikan). Oleh karena itu, nilai maksimum (10) diberikan kepada konsumsi pangan yang sesuai dengan standar anjuran PGS. Konsumsi pangan yang kurang dari standar anjuran dinilai sesuai dengan penilaian kategori dan kontinyu pada IGS. Contoh penilaian yaitu jika konsumsi pangan sayur subjek laki-laki usia 13 tahun sebesar 2 porsi, nilai IGS yang diperoleh sebesar 5 untuk 3 tingkat, dan 7 untuk 4 tingkat, sementara untuk kontinyu disesuaikan dengan rumus perhitungan yaitu 10/3 x (2) = 6.7. Cara
29
penilaian sayur dan pangan lainnya secara detail dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. Komponen yang harus dibatasi: a. Komponen lemak total WHO/FAO (2008) menganjurkan kebutuhan lemak total sekitar 25-35 % terhadap total energi untuk usia 2-18 tahun. Hardinsyah et al. (2012) di Indonesia menganjurkan komposisi energi dari lemak sekitar 20-30% dan sebaiknya 30% kontribusi energi dari lemak total untuk usia 4-18 tahun. Kemenkes (2014) menganjurkan konsumsi lemak total sebaiknya ≤25% terhadap total energi untuk hidangan sehari-hari dalam pesan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Merujuk pada anjuran proporsi energi dari lemak total oleh WHO/FAO (2008) dan anjuran kontribusi energi dari lemak total oleh Hardinsyah et al. (2012) serta menyelaraskan dengan pedoman gizi seimbang (PGS) Indonesia (Kemenkes 2014) maka nilai maksimum (10) diberikan kepada konsumsi lemak total 30% terhadap total energi sebagai standar anjuran, jika kurang atau melebihi dari batas standar anjuran dinilai sesuai dengan penilaian kategori dan kontinyu pada IGS. Contoh penilaian yaitu jika konsumsi lemak total subjek laki-laki usia 13 tahun sebesar 40% dari total energi, nilai IGS yang diperoleh sebesar 0 untuk 3 tingkat, dan 0 untuk 4 tingkat, sementara untuk kontinyu disesuaikan dengan rumus perhitungan yaitu -2/3 x (40) + 30 = 3.3. Cara penilaian lemak total secara detail dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. b. Komponen lemak jenuh USDA (2002) menganjurkan konsumsi lemak jenuh <10% terhadap total energi dan ditolerir (UL) sampai 15% terhadap total energi. IOM (2005) menganjurkan kebutuhan lemak jenuh ≤10%. WHO/FAO (2008) menganjurkan kebutuhan lemak jenuh ≤8% terhadap total energi untuk usia 2-18 tahun. Merujuk pada anjuran proporsi energi dari lemak jenuh olehUSDA (2002), IOM (2005) dan WHO/FAO (2008) serta menyelaraskan dengan PGS Indonesia maka nilai maksimum (10) diberikan kepada konsumsi lemak jenuh ≤8% terhadap total energi sebagai standar anjuran. Lemak jenuh dibatasi sampai 15% terhadap total energi sehingga diberi nilai minimum (0), sementara rentang konsumsi lemak jenuh diantara nilai maksimum dan minimum dinilai sesuai dengan penilaian kategori dan kontinyu pada IGS. Contoh penilaian yaitu jika konsumsi lemak jenuh subjek laki-laki usia 13 tahun sebesar 10% dari total energi, nilai IGS yang diperoleh sebesar 5 untuk 3 tingkat, dan 7 untuk 4 tingkat, sementara untuk kontinyu disesuaikan dengan rumus perhitungan yaitu -10/7 x (10) + 150/7 = 7.1. Cara penilaian lemak jenuh secara detail dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. c. Komponen gula tambahan USDA (2015) menganjurkan konsumsi gula tambahan maksimum 10% terhadap total energi untuk semua kelompok usia. WHO (2015) menganjurkan konsumsi gula tambahan sebanyak 5-<10% terhadap total energi dengan pertimbangan tingginya densitas energi dari gula dan resiko terjadinya karies gigi pada anak dan dewasa. Merujuk pada anjuran proporsi energi dari gula tambahan oleh USDA (2015) dan WHO (2015) serta menyelaraskan dengan PGS Indonesia maka nilai maksimum (10) untuk gula tambahan ≤5% terhadap total energi sebagai standar anjuran. Gula tambahan dibatasi sampai 10% terhadap total energi
30
sehingga diberi nilai minimum (0), sementara rentang konsumsi gula tambahan diantara nilai maksimum dan minimum dinilai sesuai dengan penilaian kategori dan kontinyu pada IGS. Contoh penilaian yaitu jika konsumsi lemak jenuh subjek laki-laki usia 13 tahun sebesar 6% dari total energi, nilai IGS yang diperoleh sebesar 5 untuk 3 tingkat, dan 7 untuk 4 tingkat, sementara untuk kontinyu disesuaikan dengan rumus perhitungan yaitu -2 x (6) + 20 = 8. Cara penilaian gula tambahan secara detail dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. d. Komponen natrium SACN (2003) menganjurkan konsumsi natrium maksimal sekitar 1600 mg/hr dan minimal sekitar 575 mg/hr untuk Usia>14 tahun yang merujuk pada United Kingdom reference nutrient intakes (UK RNI). WHO (2012) menganjurkan konsumsi natrium maksimum 2000 mg/hr (equivalen 5 g/hr garam) pada usia 2-15 tahun untuk mengontrol tekanan darah dan usia ≥16 tahun untuk menurunkan tekanan darah, resiko penyakit jantung koroner, dan stroke. CDC (2013) menganjurkan konsumsinatrium ≤2300 mg/hr untuk semua kelompok umur, kecuali pada anak yang menderita penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes dan penyakit ginjal kronik dianjurkan mengonsumsi natrium ≤1500 mg/hr. Hardinsyah et al. (2011) di Indonesia menganjurkan kebutuhan natrium bagi remaja dan dewasa sekitar 1200 mg/hr dan ditolerir (UL) sampai 2300 mg/hr, sementara Soekatri dan Kartono (2012) menganjurkan kebutuhan natrium untuk usia 13-18 tahun sekitar 1500 mg/hr. Merujuk pada anjuran kebutuhan natrium oleh SACN (2003), WHO (2012), CDC (2013), Hardinsyah (2011), Soekatri dan Kartono (2012) serta menyelaraskan dengan PGS Indonesia maka nilai maksimum (10) untuk konsumsi natrium 1500 mg/hr sebagai standar anjuran, jika kurang atau melebihi dari batas standar anjuran dinilai sesuai dengan penilaian kategori dan kontinyu pada IGS. Contoh penilaian yaitu jika konsumsi natrium subjek laki-laki usia 13 tahun sebesar 1600 mg/hr dari total energi, nilai IGS yang diperoleh sebesar 5 untuk 3 tingkat, dan 7 untuk 4 tingkat, sementara untuk kontinyu disesuaikan dengan rumus perhitungan yaitu -1/75 x (1600) + 30 = 8.7. Cara penilaian natrium secara detail dapat dilihat pada Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17. Komponen-komponen penilaian tersebut selanjutnya dibagi menjadi 4 kelompok, diantaranya: 5 (pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani termasuk susu, dan lauk nabati); 6 (pangan karbohidrat, sayur,buah, lauk hewani, lauk nabati, dan susu); 9 (pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani termasuk susu, lauk nabati, lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium); dan 10 (pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani, lauk nabati, susu, lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium). 2.
Sistem pemberian nilai/skor IGS Sistem pemberian nilai untuk setiap komponen dalam IGS terdiri atas 2 cara yaitu kategori (IGS3 dan IGS4) dan kontinyu (IGSK). IGS3 (tiga tingkat) memiliki nilai minimum (nol), nilai tengah (5), dan nilai maksimum (10), sementara IGS4 (empat tingkat) memiliki nilai minimum (0), nilai tingkat dua (4), nilai tingkat tiga (7), dan nilai maksimum (10). Berbeda dengan sistem penilaian secara ketegori (IGS3 dan IGS4), sistem penilaian secara kontinyu (IGSK)
31
Skor IGS
menggunakan rumus perhitungan yang diperoleh dari pendekatan persamaan garis linier berbentuk kurva yang menghubungkan antara porsi konsumsi setiap kelompok pangan dengan nilai IGSK. Rentang nilai tiap komponen IGSK adalah 0-10. Salah satu contoh kurva persamaan linier IGSK dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini: 12 10 8 6 4 2 0 0
2
4
6
8
10
Porsi Konsumsi
Gambar 3 Kurva persamaan garis linier antara porsi konsumsi buah dengan nilai IGS buah untuk remaja laki-laki usia 13-15 tahun Masing-masing IGS3, IGS4, dan IGSK memiliki 4 alternatif, sehingga terdapat 12 alternatif IGS yang dikembangkan. Setiap alternatif IGS tersebut memiliki nilai kumulatif yang berbeda-beda karena nilai setiap komponennya memiliki rentang 0-10. Misalnya, IGS3, IGS4, dan IGSK dengan 5 komponen penilaian memiliki rentang nilai kumulatif 0-50; IGS3, IGS4, dan IGSK dengan 6 komponen penilaian memiliki rentang nilai kumulatif 0-60; IGS3, IGS4, dan IGSK dengan 9 komponen penilaian memiliki rentang nilai kumulatif 0-90; IGS3, IGS4, dan IGSK dengan 10 komponen penilaian memiliki rentang nilai kumulatif 0-100. Tabel 14 menyajikan keterangan mengenai alternatif IGS yang dikembangkan. Sementara Tabel 15, Tabel 16, dan Tabel 17 menyajikan contoh komponen penilaian dan kriteria penilaian untuk IGS3, IGS4, dan IGSK. Lampiran 5 menyajikan secara detail kriteria penilaian alternatif IGS3, IGS4, dan IGSK yang telah dikembangkan secara keseluruhan untuk remaja usia 13-18. Tabel 14 Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS) Nama Indeks IGS3-50
IGS3-60
IGS3-94
IGS3-104
Keterangan IGS dengan cara penilaian 3 tingkat,terdiri atas 5 komponen penilaian, 5 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 0 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian 3 tingkat, terdiri atas 6 komponen penilaian, 6 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 0 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian 3 tingkat, terdiri atas 9 komponen penilaian, 5 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 4 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian 3 tingkat, terdiri atas 10 komponen penilaian, 6 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 4 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM
Skor kumulatif 0 – 50 0 – 60 0 – 90
0– 100
32
Tabel 14 Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS) (lanjutan) Nama Indeks IGS4-50
IGS4-60
IGS4-94
IGS4-104
IGSK-50
IGSK-60
IGSK-94
IGSK-104
Keterangan IGS dengan cara penilaian 4 tingkat, terdiri atas 5 komponen penilaian, 5 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 0 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian 4 tingkat, terdiri atas 6 komponen penilaian, 6 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 0 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian 4 tingkat, terdiri atas 9 komponen penilaian, 5 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 4 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian 4 tingkat, terdiri atas 10 komponen penilaian, 6 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 4 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian kontinyu, terdiri atas 5 komponen penilaian, 5 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 0 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian kontinyu, terdiri atas 6 komponen penilaian, 6 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 0 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian kontinyu, teridiri atas 9 komponen penilaian, 5 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 4 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM IGS dengan cara penilaian kontinyu, terdiri atas 10 komponen penilaian, 6 diantaranya kelompok pangan yang harus tercukupi dan 4 zat gizi yang perlu dibatasi terkait PTM
Skor kumulatif 0 – 50 0 – 60 0 – 90
0-100 0 – 50 0 – 60
0– 100
0– 100
Tabel 15 Penilaian IGS berdasarkan 3 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun No Komponen 1 Pangan karbohidrat* (Usia 13-15 tahun) Laki-laki Perempuan
(Usia 16-18 tahun) Laki-laki Perempuan 2 3 4 5 6 7
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati Susu Lemak total
8
Lemak jenuh
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
<3 atau ≥12½ porsi <2atau ≥10½ porsi
≥3-6½ atau ≥8 ½-12 ½ porsi ≥2-4½ atau ≥6 ½-10½ porsi
≥ 6½- 8½ porsi
<4atau ≥14 porsi <2½atau ≥ 11porsi < 1½ porsi <2porsi <1 ½ porsi <1 ½ porsi <½ porsi >30%-e atau< 10%-e >12%-e
≥4-8 atau ≥10-14 porsi ≥2½-5atau ≥7-11 porsi ≥1½ -3 porsi ≥2-4 porsi ≥ 1½-3 porsi ≥1½ -3-porsi ≥ ½ -1 porsi ≥10-20%-e
≥ 8-10 porsi
8 - ≤12%-e
≤8%-e
≥ 4½-6½ porsi
≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3porsi ≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≥20-30%-e
33
Tabel 15 Penilaian IGS berdasarkan 3 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun (lanjutan) No Komponen 9 Gula tambahan 10 Natrium
Nilai 0 >10%-e >2000 mg atau <575 mg
Nilai 5 5 - ≤ 10%-e >1500-≤2000 mg
Nilai 10 ≤ 5%-e ≥575 mg ≤1500mg
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Tabel 16 Penilaian IGS berdasarkan 4 tingkat (IGS3) remaja usia 13-18 tahun No Komponen 1 Pangan Karbohidrat* (Usia 13-15 tahun) Laki-laki Perempuan
(Usia 16-18 tahun) Laki-laki Perempuan 2 3 4 5 6 7
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani lauk nabati Susu Lemak total
8 9 10
Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
Nilai 0
<1½ atau ≥12 ½ porsi <1atau ≥10½ porsi
<2atau ≥14 porsi <1 atau ≥11 porsi <½ porsi < 1 porsi <½ porsi <½ porsi <¼ porsi >30%-e atau <5%-e >12%-e > 10%-e >2300 mg <575 mg
Nilai 4 ≥1½-3 atau ≥10½- -12½ porsi ≥1-2 atau ≥8½-10½ porsi
Nilai 7 ≥3-6½ atau ≥8½ -10½ porsi ≥2-4½ atau ≥6½ -8½ porsi
Nilai10 ≥ 6 ½-8½ porsi ≥4 ½-6½ porsi
≥2-4 atau ≥12-14 porsi ≥1-2½atau >9-11 porsi ≥ ½-1½ porsi ≥1-2 porsi ≥ ½ -1½ porsi ≥ ½ -1½ porsi ≥ ¼ - ½ porsi ≥5-10%-e
≥4- 8 atau ≥10-12 porsi ≥2½-5 atau >7-9 porsi ≥1½ -3 porsi ≥2-4 porsi ≥1½ -3 porsi ≥1½ -3 porsi ≥ ½ -1 porsi ≥10-20%-e
≥ 8-10 porsi
10-≤ 12%-e 7-≤10%-e >2000≤2300mg
8-≤ 10%-e 5-≤7%-e >1500≤2000mg
≤ 8%-e ≤5%-e ≥575≤1500 mg
≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi ≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≥20-30%-e
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Tabel 17 Penilaian IGS berdasarkan nilai kontinyu (IGSK) remaja usia 13-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* (Usia 13-15 tahun) Laki-laki
Perempuan
Rumus perhitungan
a. Jika porsi<6½; Nilai IG = 20/13 x jumlah porsi b. Jika porsi<8½ ; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥8 ½; Nilai IG =- 20/13 x jumlah porsi + 300/13 d. Jika porsi ≥15; Nilai IG = 0 a. Jika porsi <4½; Nilai IG = 20/9 x jumlah porsi b. Jika porsi <6 ½; Nilai IG = 10 c. Jika porsi ≥6½; Nilai IG =-20/9 x jumlah porsi + 220/9 d. Jika porsi ≥11; Nilai IG = 0
34
Tabel 17 Penilaian IGS berdasarkan nilai kontinyu (IGSK) remaja usia 13-18 tahun (lanjutan) No
Komponen (Usia 16-18 tahun) Laki-laki
Rumus perhitungan
a. Jika porsi <8; Nilai IG = 10/8 x jumlah porsi b. Jika porsi <10; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥10; Nilai IG =-10/8 x jumlah porsi + 180/8 d. Jika porsi ≥18; Nilai IG = 0 Perempuan a. Jika porsi <5; Nilai IG = 2 x jumlah porsi b. Jika porsi <7; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥7; Nilai IG =-2 x jumlah porsi + 24 d. Jika porsi ≥12; Nilai IG = 0 2 Sayur a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 3 Buah a. Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 4 Lauk hewani a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 5 Lauk nabati a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 6 Susu a. Jika porsi < 1; Nilai IG = 10 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 1; Nilai IG = 10 7 Lemak total a. Jika L.total < 15 atau >45%; Nilai IG = 0 b. Jika L.total 15-30%; Nilai IG = 2/3 x (jumlah %e) - 10 c. Jika L.total 30-45%; Nilai IG = - 2/3 x (jumlah %e) + 30 8 Lemak jenuh a. Jika L.jenuh ≤ 8%; Nilai IG = 10 b. Jika L.jenuh > 8%; Nilai IG = -10/7 x (jumlah %e) + 150/7 c. Jika L.Jenuh >12%; Nilai IG = 0 9 Gula tambahan a. Jika gula ≤ 5%; Nilai IG = 10 b. Jika gula >5%; Nilai IG = - 2 x (jumlah%e) + 20 c. Jika gula > 10%; Nilai IG = 0 10 Natrium a. Jika Na <750 atau >2250; Nilai IG = 0 b. Jika Na 750-1500; Nilai IG = 1/75 x (jumlah mg) - 10 c. Jika Na 1500-2250; Nilai IG =-1/75 x (jumlah mg) + 30 *Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
3. Uji validitas IGS Pada penelitian ini dilakukan uji validitas untuk pemilihan IGS yang didasarkan pada Mutu Gizi Pangan (MGP) yang terstandar melalui uji korelasi Pearson. Pemilihan IGS tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan nilai koefisien korelasi, kelengkapan serta kepraktisan IGS.
Definisi Operasional Subjek adalah anak usia remaja dalam penelitian Riskesdas 2010 yang telah melalui tahapan cleaning data. Subjek dikelompokkan berdasarkan usia yaitu 13-18 tahun. Asupan zat gizi adalah jumlah dan jenis zat gizi subjek dalam sehari yang diperoleh melalui konsumsi pangan.
35
Kebutuhan gizi adalah jumlah dan jenis zat gizi yang diperlukan oleh subjek untuk tetap hidup sehat dan produktif. Tingkat kecukupan zat gizi adalah nilai yang menunjukkan pemenuhan asupan zat gizi terhadap kebutuhan zat gizi subjek. Mutu Gizi Pangan (MGP) adalah nilai yang mencerminkan tingkat pemenuhan asupan gizi terhadap kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, dan 14 zat gizi yang meliputi : protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi, zink, dan natrium). Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperoleh baik dari jenis olahan ataupun mentah sebagai makanan atau minuman yang dikonsumsi untuk kebutuhan energi dan zat gizi dalam tubuh. Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan dan diminum oleh seseorang selama sehari yang dikumpulkan dengan metode recall 24 jam dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan baik fisiologis, psikologis maupun sosiologis. Kelompok pangan adalah sejumlah golongan pangan yang tersusunberdasarkan penilaian Indeks Gizi Seimbang, terdiri atas pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani, lauk nabati, dan susu. Komponen penilaianadalah bagian dari sejumlahpangan/zat gizi yang dinilai dengan rentang nilai 0-10 pada Indeks Gizi Seimbang, terdiri atas kelompok pangan yang harustercukupi (pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani, lauk nabati, dan susu) dan zat gizi yang harus dibatasi konsumsinya terkait penyakit tidak menular (lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium). Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang beranekaragam yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Indeks Gizi Seimbang (IGS) adalah instrumen/cara penilaian kualitas konsumsi pangan subjek yang diukur sesuai dengan konsumsi pangan individu dengan angka kecukupan berdasarkan piramida makanan atau pedoman makanan yang berlaku di suatu wilayah. Pedoman Gizi Seimbang adalah panduan yang berisi anjuran konsumsi pangan yang beragam dan seimbang untuk masyarakat guna mencapai kesehatan yang optimal.
36
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteritik Sosial Ekonomi Remaja Karakteristik sosial ekonomi remaja meliputi wilayah tempat tinggal, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, dan status ekonomi keluarga dalam bentuk kuintil. Berdasarkan kelompok usia, remaja usia 13-15 tahun baik laki-laki maupun perempuan lebih cenderung tinggal di wilayah perdesaan masing-masing sebanyak 50.1% dan 50.4%, sedangkan remaja usia 16-18 tahun lebih cenderung tinggal di wilayah perkotaan baik laki-laki maupun perempuan masing-masing sebanyak 51.2% dan 53.4% Namun, secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian besar remaja usia 13-18 tahun baik laki-laki maupun perempuan tinggal di wilayah perkotaan (50.9%) dibandingkan perdesaan (49.1%). Karakteristik remaja secara detail disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran karakteristik sosial ekonomi remaja usia 13-18 tahun Karakteristik
Wilayah Perkotaan Perdesaan Total Pendidikan ayah TS/SD/MI SMP/MTS, SMA- PT Total Pendidikan ibu TS/SD/MI SMP/MTS, SMA- PT Total Pekerjaan ayah Tidak bekerja/ Sekolah TNI/polri/PNS/pegawai Wiraswasta/dagang Petani/nelayan Buruh Lainnya Total Pekerjaan ibu Tidak bekerja/ Sekolah TNI/polri/PNS/pegawai Wiraswasta/dagang Petani/nelayan Buruh Lainnya Total Status ekonomi Quintil 1 Quintil 2
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n %
Total n
%
3017 3023 6040
49.9 50.1 100
2795 2844 5639
49.6 50.4 100
2577 2458 5035
51.2 48.8 100
2388 2081 4469
53.4 46.6 100
10777 10406 21183
50.9 49.1 100
3523 2517 6040
58.3 41.7 100
3261 2378 5639
57.8 42.2 100
3165 1870 5035
62.9 37.1 100
2747 1722 4469
61.5 38.5 100
12696 8487 21183
59.9 40.1 100
3768 2272 6040
62.4 37.6 100
3483 2156 5639
61.8 38.2 100
3587 1448 5035
71.2 28.8 100
3125 1344 4469
69.9 30.1 100
13963 7220 21183
65.9 34.1 100
114
1.9
109
1.9
122
2.4
88
2.0
433
2.0
651 1748 2324 1021 182 6040
10.8 28.9 38.5 16.9 3.0 100
591 1702 2155 908 174 5639
10.5 30.2 38.2 16.1 3.1 100
560 1393 2041 780 139 5035
11.1 27.7 40.5 15.5 2.8 100
527 1280 1753 685 136 4469
11.8 28.6 39.2 15.3 3.0 100
2329 6123 8273 3394 631 21183
11.0 28.9 39.1 16.0 3.0 100
3027
50.1
2814
49.9
2925
58.1
2612
58.4
11378
53.8
283 778 1088 360 504 6040
4.7 12.9 18.0 6.0 8.3 100
292 700 1056 317 460 5639
5.2 12.4 18.7 5.6 8.2 100
175 592 809 234 300 5035
3.5 11.8 16.1 4.6 6.0 100
186 542 616 234 279 4469
4.2 12.1 13.8 5.2 6.2 100
936 2612 3569 1145 1543 21183
4.4 12.3 16.8 5.4 7.3 100
1641 1366
27.2 22.6
1515 1289
26.9 22.9
1252 1133
24.9 22.5
1083 1012
24.2 22.6
5491 4800
25.9 22.7
37
Tabel 18 Sebaran karakteristik sosial ekonomi remaja usia 13-18 tahun (lanjutan) Karakteristik
Quintil 3 Quintil 4 Quintil 5 Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % 1237 20.5 1107 19.6 1007 20.0 907 20.3 1024 17.0 965 17.1 896 17.8 811 18.1 772 12.8 763 13.5 747 14.8 656 14.7 6040 100 5639 100 5035 100 4469 100
Total n 4258 3696 2938 21183
% 20.1 17.5 13.8 100
Tingkat pendidikan orang tua remaja, baik remaja laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun maupun usia 16-18 tahun secara keseluruhan hanya berada pada tingkat SD/MI bahkan tidak tamat sekolah (TS), persentase pendidikan ayah dan ibu masing-masing sebanyak 59.9% dan 65.9%. Berdasarkan aspek pekerjaan orang tua remaja, baik remaja laki-laki dan perempuan usia 1315 tahun maupun usia 16-18 tahun secara umum sebagian besar ibu remaja tidak bekerja atau sedang sekolah (53.8%), sedangkan ayah remaja lebih banyak bekerja sebagai petani/nelayan (39.1%) dan wiraswasta (28.9%). Berdasarkan status ekonomi keluarga remaja, baik remaja laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun maupun usia 16-18 tahun secara keseluruhan berada pada kuintil satu dan dua dengan persentase masing-masing 25.9% dan 22.7%. Analisis lanjut data riskesdas 2010 yang dilakukan oleh Lativa dan Hardinsyah (2013) menunjukkan hasil yang sama, yaitu sebagian besar remaja Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, pendidikan ayah dan ibu sebagian besar SD/MI, dengan pekerjaan sebagian besar adalah nelayan dan wiraswasta, sementara untuk status ekonomi keluarga sebagian besar berada pada kunitil satu dan dua yang menandakan status ekonomi kurang.
Pola Konsumsi Pangan Remaja Konsumsi pangan remaja secara keseluruhan dibedakan dalam beberapa kelompok pangan, yaitu pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani (termasuk susu), dan lauk nabati. Khusus untuk kelompok pangan hewani, disajikan dalam bentuk pangan hewani total dan terpisah antara kelompok pangan hewani selain susu dan susu. Satuan susu dalam penelitian ini dikonversi dari milliliter (ml) ke dalam bentuk gram tepung susu untuk menyesuaikan kelompok pangan hewani total. Acuan konversi susu yaitu pada pedoman gizi seimbang (PGS) 2014. Tabel 19 menyajikan gambaran konsumsi pangan remaja Indonesia berupa kuantitas konsumsi pangan dalam bentuk rataan dan standar deviasi (gram), serta tingkat partisipasi konsumsi pada setiap kelompok pangan. Kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah atau berat pangan yang dikonsumsi, sementara tingkat partisipasi adalah persentase jumlah subjek yang mengkonsumsi pangan tertentu dibandingkan dengan jumlah total subjek. Adapun kuantitas konsumsi pangan remaja dalam satuan porsi disajikan pada Lampiran 6. Tabel 19 menunjukkan bahwa secara keseluruhan kelompok pangan yang cenderung lebih banyak dikonsumsi oleh remaja adalah pangan karbohidrat dengan tingkat partisipasi sebesar 99.9%, sementara tingkat partisipasi konsumsi remaja terendah adalah buah sebesar 15.4%. Khusus untuk kelompok pangan
38
hewani, secara total memiliki persentase yang cukup tinggi yaitu 79.3%, akan tetapi jika dipisahkan dengan susu dan selain susu, maka persentase susu secara keseluruhan sangat rendah yaitu hanya 6.7%. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok pangan dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p<0.01) (Lampiran 7 dan 8). Tabel 19 juga menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pangan remaja untuk kelompok pangan karbohidrat berkisar antara 519.2-610.5 gram atau setara dengan 5.2-6.1 porsi (1 porsi setara 100 gram). Pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 berisi anjuran porsi pangan karbohidrat untuk setiap kelompok remaja. Remaja laki-laki usia 13-15 tahun dianjurkan mengkonsumsi pangan karbohidrat sekitar 6 ½ porsi dan usia 16-18 tahun sekitar 8 porsi. Sementara remaja perempuan usia 13-15 tahun dianjurkan mengkonsumsi pangan karbohidrat sekitar 4 ½ porsi dan usia 16-18 tahun sekitar 5 porsi (Kemenkes 2014). Tabel 19 Rataan, dan standar deviasi (gram), serta tingkat partisipasi (%) konsumsi kelompok pangan remaja usia 13-18 tahun Kelompok pangan Pangan karbohidrat Berat (g) Partisipasi (%) Sayur Berat (g) Partisipasi (%) Buah Berat (g) Partisipasi (%) Lauk hewani (total) Berat (g) Partisipasi (%) a. Selain susu Berat (g) Partisipasi (%) b. Susu Berat (g) Partisipasi (%) Lauk nabati (g) Berat (g) Partisipasi (%)
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD (%) (%) (%) (%)
Total Mean ± SD (%)
583.1±254.3 (99.9)
519.2±236.8 (99.9)
610.5±255.4 (99.9)
524.0±232.7 (99.9)
560.1±248.5 (99.9)
76.9±98.8 (61.1)
76.6±97.3 (62.7)
86.0±106.6 (63.7)
79.3±98.0 (63.7)
79.5±100.2 (62.7)
14.8±52.9 (15.1)
13.7±50.6 (14.9)
15.8±58.4 0.0 (14.5)
16.4±51.0 0.0 (17.3)
15.1±53.3 (15.4)
103.8±100.0 (79.1)
99.3±97.2 (78.6)
106.7±103.2 (78.9)
102.6±95.7 (80.7)
103.1±99.2 (79.3)
102.0±99.4 (78.4)
97.4±96.9 (77.7)
105.2±102.9 (78.3)
100.9±95.4 (79.7)
101.3±98.8 (78.4)
1.8±7.7 (6.7)
2.0±7.8 (7.5)
1.5±7.0 (5.8)
1.8±7.5 (6.7)
1.8±7.5 (6.7)
40.2±68.1 (45.0)
34.9±59.0 (43.1)
43.1±68.0 (46.4)
36.2±62.8 (43.2)
38.6±64.8 (44.4)
Konsumsi pangan karbohidrat untuk remaja perempuan 13-18 tahun terlihat sudah mencukupi bahkan cenderung melebihi dari anjuran porsi, sedangkan konsumsi pangan karbohidrat untuk remaja laki-laki 13-18 tahun cenderung kurang dari anjuran porsi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelebihan dan kekurangan zat gizi merupakan gangguan gizi yang akan mempengaruhi kesehatan remaja dan risiko penyakit di kemudian hari. Kelebihan zat gizi akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang akan datang,
39
sedangkan kekurangan zat gizi menyebabkan mudah terkena infeksi dan jatuh sakit (Ramadani 2007; Savige et al. 2007). Oleh karena itu, asupan zat gizi seperti karbohidrat perlu diseimbangkan untuk pertumbuhan remaja yang optimal. Berbeda halnya dengan konsumsi pangan karbohidrat, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik remaja laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun maupun usia 16-18 tahun memiliki konsumsi sayur dan buah yang sangat rendah. Meskipun konsumsi kedua pangan tersebut cenderung meningkat pada kelompok usia remaja 16-18 tahun dibandingkan usia 13-15 tahun. Rata-rata konsumsi sayur pada remaja berkisar 76.6-86.0 gram atau setara dengan 0.77-0.86 porsi (1 porsi sayur sebesar 100 gram). Sementara itu, rata-rata konsumsi buah remaja berkisar antara 13.7-16.4 gram atau setara dengan 0.27-0.33 porsi (1 porsi buah sebesar 50 gram). Pedoman Gizi Seimbang (PGS) 2014 menganjurkan porsi sayur untuk remaja baik laki-laki maupun perempuan usia 13-18 tahun yaitu 3 porsi sayur dan 4 porsi buah. Rendahnya konsumsi sayur dan buah pada remaja akan berdampak pada kesehatan remaja dimasa yang akan datang. Kekurangan konsumsi kedua pangan ini dalam waktu yang terus menerus dapat menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat, dan tidak seimbangnya asam basa tubuh sehingga menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, stroke, kanker usus, dan penyakit lainnya (Farida 2010; Mak et al. 2012). Konsumsi pangan hewani pada remaja baik laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun maupun usia 16-18 tahun disajikan dalam bentuk total (termasuk susu) dan terpisah antara susu dan selain susu. Secara total, rata-rata konsumsi pangan hewani pada remaja berkisar antara 99.3-106.7 gram atau setara dengan 2.53-2.71 porsi (1 porsi pangan hewani sebesar 40 gram). Sementara itu, jika susu dipisahkan dengan pangan hewani selain susu, rata-rata konsumsi susu berkisar antara 1.5-2.0 gram atau setara dengan 0,08-0.10 porsi dengan konsumsi susu yang semakin menurun pada kelompok usia remaja 16-18 tahun dibandingkan usia 13-15 tahun. Pedoman gizi seimbang (PGS) 2014, menganjurkan porsi pangan hewani (selain susu) untuk remaja baik laki-laki maupun perempuan usia 13-18 tahun sebanyak 3 porsi, sedangkan khusus susu sebanyak 1 porsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan hewani secara total pada remaja sudah cukup besar meskipun belum sepenuhnya sesuai dengan anjuran gizi seimbang, sedangkan untuk konsumsi susu masih sangat rendah. Padahal, masa remaja merupakan saat yang sangat penting dalam pencapain puncak kepadatan tulang sehingga memerlukan sumber kalsium utama yang banyak diperoleh melalui susu (Suryono et al. 2007; Hardinsyah et al. 2008). Hasil penelitian ini juga menunjukkan konsumsi pangan nabati pada remaja baik laki-laki dan perempuan usia 13-15 tahun maupun usia 16-18 tahun yang masih sangat rendah. Meskipun konsumsi pangan tersebut cenderung meningkat pada kelompok usia remaja 16-18 tahun dibandingkan usia 13-15 tahun. Rata-rata konsumsi pangan nabati pada remaja berkisar antara 34.9-43.1 gram atau setara dengan 0.70-0.86 porsi (1 porsi pangan nabati sebesar 50 gram) yang masih sangat jauh dari anjuran gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang (PGS) 2014 berisi anjuran konsumsi pangan nabati sebanyak 3 porsi baik untuk remaja laki-laki maupun perempuan usia 13-18 tahun. Pangan nabati cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pangan hewani dari segi kualitas protein. Namun, pangan nabati mempunyai keunggulan yaitu mengandung proporsi lemak tidak
40
jenuh yang lebih banyak dibandingkan pangan hewani. Selain itu, pangan nabati mengandung isoflavon, serat, anti oksidan, dan anti kolesterol. Dalam upaya mencegah penyakit degeneratif, konsumsi pangan nabati seperti tempe dapat menurunkan kadar kolesterol total, K-LDL, dan trigliserida pada penderita hiperlipidemia (Utari 2010; Kemenkes 2014). Konsumsi pangan yang relatif rendah tersebut juga dapat terlihat dari hasil analisis asupan gizi (Tabel 20). Secara keseluruhan remaja usia 13-18 tahun memiliki rata-rata jumlah asupan energi 1578.7 kkal, protein 56.4 g, lemak 35.2 g, karbohidrat 283.1 g, 1228.1 ml, lemak jenuh 21.5 g, dan gula 20.5 g. Sementara untuk asupan mineral dan vitamin seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, Fe, Zn, dan natrium memiliki rata-rata jumlah asupan yang beragam. Jika dilihat darikelompok usia, baik laki-laki maupun perempuan usia 16-18 tahun sebagian besar memiliki asupan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia 13-15 tahun.Semakin bertambah suatu usia, kebutuhan gizi suatu individu juga akan semakin tinggi untuk pemenuhan komposisi tubuh. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan gizi dengan kelompok usia dan jenis kelamin (p<0.01) (Lampiran 7 dan 8). Tabel 20 Rataan dan standar deviasi asupan gizi remaja usia 13-18 tahun
Asupan Gizi
Energi (kkal) Protein (g Lemak (g) Karbohidrat (g) Air (ml) Vitamin A (µg) Vitamin B9 (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Fe (mg)
Laki-laki Mean ± SD 1621.5 ±636.7 56.9 ±30.0 35.8 ±24.4 290.6 ±131.2 1238.5 ±531.8 188.4 ±249.0 91.4 ±76.9 1.3 ±1.3 17.0 ±31.1 882.8 ±864.1 732.6 ±533.7 10.6 ±6.2
Usia (tahun) 13-15 Perempuan Laki-laki Mean ± SD 1471.5 ±599.7 52.9 ±29.7 33.9 ±23.2 261.7 ±122.3 1162.4 ±489.0 176.7 ±232.8 87.8 ±75.8 1.3 ±1.3 16.8 ±28.6 838.5 ±865.1 684.5 ±516.8 9.8 ±5.8
Mean ± SD 1724.0 ±663.3 60.8 ±31.7 36.7 ±24.0 312.3 ±38.1 1311.6 ±574.1 186.6 ±242.9 94.7 ±76.3 1.3 ±1.3 16.7 ±32.3 951.6 ±909.4 787.7 ±559.0 11.4 ±6.6
16-18 Perempuan Mean ± SD 1492.8 ±591.5 55.2 ±30.5 34.1 ±23.6 267.3 ±124.9 1203.1 ±514.9 185.9 ±253.5 89.9 ±73.5 1.3 ±1.3 16.9 ±29.5 883.9 ±897.4 711.3 ±520.0 10.0 ±5.8
Total Mean ± SD 1578.7 ±632.3 56.4 ±30.6 35.2 ±23.8 283.1 ±130.8 1228.1 ±530.7 184.3 ±244.3 90.9 ±75.8 1.3 ±1.3 16.9 ±30.4 887.5 ±883.2 728.3 ±533.0 10.5 ±6.2
41
Tabel 20 Rataan dan standar deviasi asupan gizi remaja usia 13-18 tahun (lanjutan)
Asupan Gizi
Laki-laki
Usia (tahun) 13-15 Perempuan Laki-laki
Mean ± SD 4.8 ±3.0 1215.8 ±1218.1 12.7 ±11.7 20.7 ±39.8
Zn (mg) Natrium (mg) Lemak jenuh (g) Gula (g)
Mean ± SD 4.5 ±3.1 1196.5 ±1209.1 12.5 ±11.2 19.9 ±35.5
16-18 Perempuan
Mean ± SD 5.0 ±2.9 1211.1 ±1213.1 12.9 ±11.4 22.3 ±40.8
Mean ± SD 4.6 ±2.9 1196.0 ±1192.3 12.7 ±11.5 19.0 ±32.5
Total Mean ± SD 4.7 ±3.0 1205.3 ±1209.0 21.7 ±11.4 20.5 ±37.5
Persentase (%)
Tingkat kecukupan gizi remaja secara keseluruhan juga dapat diperoleh dari data asupan (Lampiran 9), kecuali lemak jenuh dan gula tambahan. Data asupan lemak jenuh dan gula tambahan hanya dibandingkan dengan batasan anjuran yang dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap kebutuhan energi sehari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata asupan lemak jenuh remaja secara keseluruhan sebesar 4.8%. Sementara, rata-rata asupan gula tambahan sebesar 3.5% (Lampiran 6). Asupan lemak jenuh sebaiknya <8% dari kebutuhan energi sehari (WHO/FAO 2008), sedangkan asupan gula tambahan sebaiknya <5% (WHO 2015). Berdasarkan acuan tersebut terlihat bahwa asupan lemak jenuh maupun gula tambahan masih sesuai dengan standar yang diharapkan. Meskipun demikian, jika dilihat dari asupan setiap remaja, terdapat sekitar 16% dengan asupan lemak jenuh >8%, dan sekitar 22% dengan asupan gula tambahan >5%. Gambar 4 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan remaja usia 13-18 tahun memiliki tingkat kecukupan energi, lemak, karbohidrat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, dan zink yang tergolong defisit, hanya protein, dan natrium yang tergolong cukup. Secara detail tingkat kecukupan remaja menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 9. Energi dan zat gizi makro dikatakan defisit jika memiliki tingkat kecukupan <90% (Hardinsyah 2012), sedangkan untuk zat gizi mikro dikatakan defisit jika <77% (Gibson 2005). 120 100 80 60 40 20 0
106
81.8
68.8 45.9
61.2 30.7
74
53.8
45.1
22.7
22.5
60.7
80.4 52.1 28.6
Gambar 4 Persentase tingkat kecukupan gizi remaja usia 13-18 tahun
42
Tabel 21 menunjukkan nilai MGP dari hasil perhitungan rata-rata tingkat kecukupan 15 gizi tersebut di atas yang juga masih tergolong sangat kurang (<70). Rata-rata nilai MGP remaja laki-laki usia 13-15 tahun adalah 47.9 dan usia 16-18 tahun 48.7. Sementara untuk perempuan, rata-rata nilai MGP usia 13-15 tahun adalah 46.6 dan usia 16-18 tahun adalah 47.7. Jika dilihat secara keseluruhan, baik laki-laki maupun perempuan usia 13-18 tahun hanya memiliki nilai MGP sebesar 47.7. Remaja usia 16-18 tahun baik laki-laki maupun perempuan cenderung memiliki nilai MGP lebih besar dibandingkan remaja usia 13-15 tahun. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai MGP dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p<0.01) (Lampiran 7 dan 8). Tabel 21 Rataan dan standar deviasi nilai MGP remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun)
MGP
13-15 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 47.9±15.2 46.6±15.7
16-18 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 48.7±14.8 47.7±15.5
Total Mean ± SD 47.7±15.3
Alternatif Indeks Gizi Seimbang (IGS) Alternatif IGS yang berhasil dikembangkan dalam penelitian ini berjumlah 12. Nilai yang diperoleh pada setiap alternatif IGS adalah hasil penjumlahan nilai dari masing-masing komponen yang menyusunnya. Tabel 22 sampai Tabel 33 menunjukkan nilai setiap alternatif IGS remaja menurut kelompokusia dan jenis kelamin. Tabel 22 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS3-50 sebesar 12.7 atau kurang dari separuh nilai maksimal (50). Hal ini berarti kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara IGS3-50 dengan jenis kelamin remaja (p<0.05), namun tidak ada perbedaan untuk kelompok usia (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS3-50 remaja, terlihat bahwa yang hampir mendekati nilai maksimal (10) hanya karbohidrat (5.8), sementara kelompok pangan yang lain tidak melebihi separuh dari nilai maksimal komponen IGS3-50. Tabel 22 Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-50 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan Karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 5.6 ± 2.6 6.5 ± 2.7 4.7 ± 2.8 6.2 ± 3.0 5.8 ± 2.8 1.3 ± 2.7 1.2 ± 2.6 1.5 ± 2.9 1.3 ± 2.7 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.5 0.3 ± 1.4 0.4 ± 1.7 0.4 ± 1.6 0.4 ± 1.5 3.8 ± 4.0 3.7 ± 3.9 3.9 ± 4.0 3.8 ± 3.9 3.8 ± 4.0 1.6 ± 3.1 1.3 ± 2.8 1.7 ± 3.2 1.4 ± 2.9 1.5 ± 3.0 12.6 ± 6.3 13.0 ± 6.1 12.3 ± 6.7 13.1 ± 6.6 12.7 ± 6.4
43
Tabel 23 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS3-60 sebesar 14.2 atau kurang dari separuh nilai maksimal (60). Hal ini berarti kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara IGS3-60 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p<0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS3-60 remaja, terlihat bahwa yang hampir mendekati nilai maksimal (10) hanya karbohidrat (5.8), sementara kelompok pangan yang lain tidak melebihi separuh dari nilai maksimal komponen IGS 3-60. Tabel 23 Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-60 remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Susu Total
13-15 Laki-laki Mean ± SD 5.6 ± 2.6 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.5 4.8 ± 4.3 1.6 ± 3.1 0.6 ± 2.4 14.2 ± 6.8
Perempuan Mean ± SD 6.5 ± 2.7 1.2 ± 2.6 0.3 ± 1.4 4.6 ± 4.3 1.3 ± 2.8 0.7 ± 2.5 14.6 ± 6.8
16-18 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 4.7 ± 2.8 6.2 ± 3.0 1.5 ± 2.9 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.7 0.4 ± 1.6 4.9 ± 4.3 4.8 ± 4.3 1.7 ± 3.2 1.4 ± 2.9 0.5 ± 2.2 0.6 ± 2.4 13.7 ± 7.1 14.6 ± 7.1
Total Mean ± SD 5.8 ± 2.8 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.5 4.7 ± 4.3 1.5 ± 3.0 0.6 ± 2.4 14.2 ± 7.0
Tabel 24 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS3-94 sebesar 36.9 atau kurang dari separuh nilai maksimal (90). Hal ini berarti kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara IGS3-94 dengan jenis kelamin remaja (p<0.05), namun tidak ada perbedaan untuk kelompok usia (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS3-94 remaja yang harus dibatasi terkait Penyakit Tidak Menular (PTM), semuanya memiliki nilai IGS yang relatif tinggi, bahkan hampir mencapai nilai maksimal, yaitu lemak jenuh (9.1), dan gula tambahan (8.5), kecuali pada lemak total dan natrium yang memiliki nilai yang sama yaitu (3.3). Tabel 24 Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-94 remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium Total
13-15 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 5.6 ± 2.6 6.5 ± 2.7 1.3 ± 2.7 1.2 ± 2.6 0.4 ± 1.5 0.3 ± 1.4 3.8 ± 4.0 3.7 ± 3.9 1.6 ± 3.1 1.3 ± 2.8 3.2 ± 3.5 3.5 ± 3.6 9.1 ± 2.2 8.9 ± 2.4 8.6 ± 3.0 8.4 ± 3.2 3.3 ± 4.4 3.4 ± 4.5 36. 8 ± 9.3 37.2 ± 9.3
16-18 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 4.7 ± 2.8 6.2 ± 3.0 1.5 ± 2.9 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.7 0.4 ± 1.6 3.9 ± 4.0 3.8 ± 3.9 1.7 ± 3.2 1.4 ± 2.9 3.1 ± 3.5 3.5 ± 3.6 9.3 ± 2.0 8.8 ± 2.5 8.5 ± 3.1 8.4 ± 3.2 3.3 ± 4.5 3.4 ± 4.5 36.4 ± 9.9 37.2 ± 9.7
Total Mean ± SD 5.8 ± 2.8 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.5 3.8 ± 4.0 1.5 ± 3.0 3.3 ± 3.6 9.1 ± 2.3 8.5 ± 3.1 3.3 ± 4.5 36.9 ± 9.5
44
Tabel 25 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS3-104 sebesar 38.4 atau kurang dari separuh nilai maksimal (100). Hal ini berarti mutu kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara IGS3-60 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p<0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS3-104 remaja yang harus dibatasi terkait Penyakit Tidak Menular (PTM), semuanya memiliki nilai IGS yang relatif tinggi, bahkan hampir mencapai nilai maksimal, yaitu lemak jenuh (9.1), dan gula tambahan (8.5), kecuali pada lemak total dan natrium yang memiliki nilai yang sama yaitu (3.3). Tabel 25 Rataan dan standar deviasi nilai IGS3-104 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Susu Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Total Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 5.6 ± 2.6 6.5 ± 2.7 4.7 ± 2.8 6.2 ± 3.0 5.8 ± 2.8 1.3 ± 2.7 1.2 ± 2.6 1.5 ± 2.9 1.3 ± 2.7 1.3 ± 2.7 0.4 ± 1.5 0.3 ± 1.4 0.4 ± 1.7 0.4 ± 1.6 0.4 ± 1.5 4.8 ± 4.3 4.6 ± 4.3 4.9 ± 4.3 4.8 ± 4.3 4.7 ± 4.3 1.6 ± 3.1 1.3 ± 2.8 1.7 ± 3.2 1.4 ± 2.9 1.5 ± 3.0 0.6 ± 2.4 0.7 ± 2.5 0.5 ± 2.2 0.6 ± 2.4 0.6 ± 2.4 3.2 ± 3.5 3.5 ± 3.6 3.1 ± 3.5 3.5 ± 3.6 3.3 ± 3.6 9.1 ± 2.2 8.9 ± 2.4 9.3 ± 2.0 8.8 ± 2.5 9.1 ± 2.3 8.6 ± 3.0 8.4 ± 3.2 8.5 ± 3.1 8.4 ± 3.2 8.5 ± 3.1 3.3 ± 4.4 3.4 ± 4.5 3.3 ± 4.5 3.4 ± 4.5 3.3 ± 4.5 38.4 ± 9.7 38.8 ± 9.5 37.9 ± 10.1 38.7 ± 9.9 38.4 ± 9.8
Tabel 26 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS4-50 sebesar 18,6 atau kurang dari separuh nilai maksimal (50). Hal ini berarti mutu kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGS4-50 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0,05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS3-50 remaja, terlihat bahwa yang hampir mendekati nilai maksimal (10) adalah pangan karbohidrat (7.3) dan lauk hewani (5.2), sementara kelompok pangan yang lain tidak melebihi separuh dari nilai maksimal komponen IGS4-50. Tabel 26 Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-50 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 7.2 ± 1.9 7.7 ± 2.2 6.7 ± 1.9 7.4 ± 2.2 2.9 ± 3.1 2.9 ± 3.0 3.1 ± 3.2 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.0 0.6 ± 1.9 0.7 ± 2.1 0.8 ± 2.1 5.2 ± 3.8 5.0 ± 3.8 5.4 ± 3.7 5.2 ± 3.7 2.6 ± 3.4 2.4 ± 3.2 2.8 ± 3.5 2.4 ± 3.3 18.5 ± 5.9 18.5 ± 5.9 18.6 ± 6.1 18.8 ± 6.1
Total Mean ± SD 7.3 ± 2.1 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.0 5.2 ± 3.7 2.6 ± 3.4 18.6 ± 6.0
45
Tabel 27 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS4-60 sebesar 20.0 atau kurang dari separuh nilai maksimal (60). Hal ini berarti mutu kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGS4-60 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS4-60 remaja, terlihat bahwa yang hampir mendekati nilai maksimal (10) adalah pangan karbohidrat (7.3) dan lauk hewani (5.9), sementara kelompok pangan yang lain tidak melebihi separuh dari nilai maksimal komponen IGS4-60. Tabel 27 Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-60 remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Susu Total
13-15 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 7.2± 1.9 7.7 ± 2.2 2.9 ± 3.1 2.9 ± 3.0 0.7 ± 2.0 0.6 ± 1.9 6.0 ± 3.9 5.8 ± 3.8 2.6 ± 3.4 2.4 ± 3.2 0.6 ± 2.4 0.7 ± 2.6 19.9 ± 6.4 20.0 ± 6.3
16-18 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 6.7 ± 1.9 7.4 ± 2.2 3.1 ± 3.2 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.1 0.8 ± 2.1 6.0 ± 3.9 6.0 ± 3.8 2.8 ± 3.5 2.4 ± 3.3 0.6 ± 2.2 0.7 ± 2.5 19.9 ± 6.4 20.3 ± 6.5
Total Mean ± SD 7.3 ± 2.1 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.0 5.9 ± 3.8 2.6 ± 3.7 0.6 ± 2.2 20.0 ± 6.4
Tabel 28 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS4-94 sebesar 45.2 atau kurang dari separuh nilai maksimal (90). Hal ini berarti mutu kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGS4-94 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS4-94 remaja yang harus dibatasi terkait Penyakit Tidak Menular (PTM), semuanya memiliki nilai IGS yang relatif tinggi, bahkan hampir mencapai nilai maksimal, yaitu lemak jenuh (9.2), dan gula tambahan (8.6), kecuali pada lemak total (5.1) dan natrium (3.7) Tabel 28 Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-94 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 7.2 ± 1.9 7.7 ± 2.2 6.7 ± 1.9 7.4 ± 2.2 2.9 ± 3.1 2.9 ± 3.0 3.1 ± 3.2 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.0 0.6 ± 1.9 0.7 ± 2.1 0.8 ± 2.1 5.2 ± 3.8 5.0 ± 3.8 5.4 ± 3.7 5.2 ± 3.7 2.6 ± 3.4 2.4 ± 3.2 2.8 ± 3.5 2.4 ± 3.3 5.0 ± 3.3 5.2 ± 3.3 5.0 ± 3.2 5.2 ± 3.4 9.3 ± 1.9 9.1 ± 2.2 9.4 ± 1.7 9.0 ± 2.3 8.7 ± 3.0 8.5 ± 3.2 8.6 ± 3.1 8.5 ± 3.1 3.6 ± 4.5 3.8 ± 4.5 3.6 ± 4.5 3.7 ± 4.5 45.2 ± 9.2 45.1 ± 9.1 45.2 ± 9.5 45.3 ± 9.4
Total Mean ± SD 7.3 ± 2.1 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.0 5.2 ± 3.7 2.6 ± 3.4 5.1 ± 3.3 9.2 ± 2.0 8.6 ± 3.1 3.7 ± 4.5 45.2 ± 9.3
46
Tabel 29 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGS4-104 sebesar 46.6 atau kurang dari separuh nilai maksimal (100). Hal ini berarti kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGS4-104 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGS4-104 remaja yang harus dibatasi terkait Penyakit Tidak Menular (PTM), semuanya memiliki nilai IGS yang relatif tinggi, bahkan hampir mencapai nilai maksimal, yaitu lemak jenuh (9.2), dan gula tambahan (8.6), kecuali pada lemak total (5.1) dan natrium (3.7). Tabel 29 Rataan dan standar deviasi nilai IGS4-104 remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Susu Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium Total
13-15 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 7.8 ± 1.9 7.7 ± 2.2 2.9 ± 3.1 2.9 ± 3.0 0.7 ± 2.0 0.6 ± 1.9 6.0 ± 3.9 5.8 ± 3.8 2.6 ± 3.4 2.4 ± 3.2 0.6 ± 2.4 0.7 ± 2.6 5.0 ± 3.3 5.2 ± 3.3 9.3 ± 1.9 9.1 ± 2.2 8.7 ± 3.0 8.5 ± 3.2 3.6 ± 4.5 3.8 ± 4.5 46.6 ± 9.4 46.6 ± 9.3
16-18 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 6.7 ± 1.9 7.4 ± 2.2 3.1 ± 3.2 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.1 0.8 ± 2.1 6.0 ± 3.9 6.0 ± 3.8 2.8 ± 3.5 2.4 ± 3.3 0.6 ± 2.2 0.7 ± 2.5 5.0 ± 3.2 5.2 ± 3.4 9.4 ± 1.7 9.0 ± 2.3 8.6 ± 3.1 8.5 ± 3.1 3.6 ± 4.5 3.7 ± 4.5 46.5 ± 9.6 46.7 ± 9.5
Total Mean ± SD 7.3 ± 2.1 3.0 ± 3.1 0.7 ± 2.0 5.9 ± 3.8 5.2 ± 3.7 0.6 ± 2.2 5.1 ± 3.3 9.2 ± 2.0 8.6 ± 3.1 3.7 ± 4.5 46.6 ± 9.5
Berdasarkan Tabel 30 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGSK-50 sebesar 18.4 atau kurang dari separuh nilai maksimal (50). Hal ini berarti kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGSK-50 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGSK-50 remaja, terlihat bahwa yang hampir mendekati nilai maksimal (10) adalah pangan karbohidrat (7.6) dan lauk hewani (5.3), sementara kelompok pangan yang lain tidak melebihi separuh dari nilai maksimal komponen IGSK-50. Tabel 30 Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-50 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 7.5 ± 2.3 8.0 ± 2.4 7.0 ± 2.2 7.9 ± 2.4 2.5 ± 2.8 2.4 ± 2.8 2.7 ± 3.0 2.5 ± 2.8 0.7 ± 1.9 0.6 ± 1.8 0.7 ± 2.0 0.7 ± 2.0 5.3 ± 3.8 5.1 ± 3.8 5.4 ± 3.8 5.3 ± 3.7 2.4 ± 3.3 2.1 ± 3.1 2.5 ± 3.4 2.2 ± 3.1 18.3 ± 6.0 18.3 ± 5.7 18.3 ± 6.1 18.6 ± 6.0
Total Mean ± SD 7.6 ± 2.3 2.5 ± 2.9 0.7 ± 1.9 5.3 ± 3.8 2.3 ± 3.2 18.4 ± 6.0
47
Tabel 31 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGSK-60 sebesar 19.6 atau kurang dari separuh nilai maksimal (60). Hal ini berarti kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGSK-60 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGSK-60 remaja, terlihat bahwa yang hampir mendekati nilai maksimal (10) adalah pangan karbohidrat (7.6) dan lauk hewani (6.0), sementara kelompok pangan yang lain tidak melebihi separuh dari nilai maksimal komponen IGSK-60. Tabel 31 Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-60 remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Susu Total
13-15 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 7.5 ± 2.3 8.0 ± 2.4 2.5 ± 2.8 2.4 ± 2.8 0.7 ± 1.9 0.6 ± 1.8 6.0 ± 4.0 5.8 ± 4.0 2.4 ± 3.3 2.1 ± 3.1 0.6 ± 2.4 0.7 ± 2.5 19.6 ± 6.5 19.6 ± 6.3
16-18 Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD 7.0 ± 2.2 7.9 ± 2.4 2.7 ± 3.0 2.5 ± 2.8 0.7 ± 2.0 0.7 ± 2.0 6.0 ± 4.0 6.0 ± 3.9 2.5 ± 3.4 2.2 ± 3.1 0.5 ± 2.2 0.7 ± 2.4 19.5 ± 6.6 19.9 ± 6.5
Total Mean ± SD 7.6 ± 2.3 2.5 ± 2.9 0.7 ± 1.9 6.0 ± 4.0 2.3 ± 3.2 0.6 ± 2.4 19.6 ± 6.5
Tabel 32 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGSK-94 sebesar 39.2 atau kurang dari separuh nilai maksimal (90). Hal ini berarti mutu kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGSK-94 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGSK-94 remaja yang harus dibatasi terkait penyakit tidak menular (PTM), semuanya memiliki nilai IGS yang relatif tinggi, bahkan hampir mencapai nilai maksimal, yaitu lemak jenuh (9.3), dan gula tambahan (8.6), kecuali pada lemak total (1.4) dan natrium (1.5). Tabel 32 Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-94 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 7.5 ± 2.3 8.0 ± 2.4 7.0 ± 2.2 7.9 ± 2.4 2.5 ± 2.8 2.4 ± 2.8 2.7 ± 3.0 2.5 ± 2.8 0.7 ± 1.9 0.6 ± 1.8 0.7 ± 2.0 0.7 ± 2.0 5.3 ± 3.8 5.1 ± 3.8 5.4 ± 3.8 5.3 ± 3.7 2.4 ± 3.3 2.1 ± 3.1 2.5 ± 3.4 2.2 ± 3.1 1.3 ± 2.5 1.5 ± 2.7 1.3 ± 2.5 1.6 ± 2.7 9.4 ± 2.0 9.2 ± 2.3 9.5 ± 1.8 9.0 ± 2.5 8.7 ± 3.0 8.5 ± 3.2 8.6 ± 3.1 8.6 ± 3.2 1.5 ± 2.8 1.6 ± 2.8 1.5 ± 2.7 1.6 ± 2.8 39.2 ± 7.8 39.1 ± 7.7 39.1 ± 8.0 39.4 ± 8.1
Total Mean ± SD 7.6 ± 2.3 2.5 ± 2.9 0.7 ± 1.9 5.3 ± 3.8 2.3 ± 3.2 1.4 ± 2.6 9.3 ± 2.2 8.6 ± 3.1 1.5 ± 2.7 39.2 ± 7.9
48
Berdasarkan Tabel 33 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai IGSK-104 sebesar 40.5 atau kurang dari separuh nilai maksimal (100). Hal ini berarti mutu kualitas konsumsi pangan remaja masih sangat rendah dan jauh dari standar yang dianjurkan oleh PGS. Hasil uji beda-t (independent samples t-test) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara IGS4-104 dengan kelompok usia dan jenis kelamin remaja (p>0.05) (Lampiran 7 dan 8). Jika dilihat dari nilai tiap komponen IGSK-104 remaja yang harus dibatasi terkait Penyakit Tidak Menular (PTM), semuanya memiliki nilai IGS yang relatif tinggi, bahkan hampir mencapai nilai maksimal, yaitu lemak jenuh (9.3) dan gula tambahan (8.6), kecuali pada lemak total (1.4) dan natrium (1.5). Tabel 33 Rataan dan standar deviasi nilai IGSK-104 remaja usia 13-18 tahun Komponen Pangan karbohidrat Sayur Buah Lauk hewani Lauk nabati Susu Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium Total
Usia (tahun) 13-15 16-18 Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD 7.5 ± 2.3 8.0 ± 2.4 7.0 ± 2.2 7.9 ± 2.4 2.5 ± 2.8 2.4 ± 2.8 2.7 ± 3.0 2.5 ± 2.8 0.7 ± 1.9 0.6 ± 1.8 0.7 ± 2.0 0.7 ± 2.0 6.0 ± 4.0 5.8 ± 4.0 6.0 ± 4.0 6.0 ± 3.9 2.4 ± 3.3 2.1 ± 3.1 2.5 ± 3.4 2.2 ± 3.1 0.6 ± 2.4 0.7 ± 2.5 0.5 ± 2.2 0.7 ± 2.4 1.3 ± 2.5 1.5 ± 2.7 1.3 ± 2.5 1.6 ± 2.7 9.4 ± 2.0 9.2 ± 2.3 9.5 ± 1.8 9.0 ± 2.5 8.7 ± 3.0 8.5 ± 3.2 8.6 ± 3.1 8.6 ± 3.2 1.5 ± 2.8 1.6 ± 2.8 1.5 ± 2.7 1.6 ± 2.8 40.5 ± 8.1 40.4 ± 8.0 40.3 ± 8.2 40.7 ± 8.2
Total Mean ± SD 7.6 ± 2.3 2.5 ± 2.9 0.7 ± 1.9 6.0 ± 4.0 2.3 ± 3.2 0.6 ± 2.4 1.4 ± 2.6 9.3 ± 2.2 8.6 ± 3.1 1.5 ± 2.7 40.5 ± 8.1
Pengujian Validitas Alternatif IGS Terhadap MGP Remaja Tabel 34 menunjukkan bahwa seluruh alternatif IGS berkorelasi signifikan terhadap MGP (p<0.01). Korelasi tertinggi adalah IGSK-60 (r = 0.60), sedangkan terendah adalah IGS4-94 (r = 0.29). IGSK-60 merupakan alternatif yang lebih baik untuk menilai kualitas konsumsi pangan remaja, jika dilihat dari hasil uji korelasi. Hasil ini senada dengan hasil Taechangam et al. (2008) pada Thailand Healthy Eating Index (THEI) menunjukkan hasil korelasi yang tidak jauh berbeda (r = 0.3-0.5, p<0.01). Namun pada penelitian tersebut menghubungkan antara total nilai THEI dengan asupan lemak total, lemak jenuh, kolesterol, natrium, dan gula. Penelitian serupa yang lain yaitu Amrin et al. (2013) namun hasilnya sedikit berbeda, untuk wanita dewasa (r = 0.4-0.6, p<0.01). Sementara Perdana et al. (2014) nilai r = 0.2-0.7, p<0.01 untuk pria dewasa di Indonesia. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada jumlah komponen pangan dan alternatif yang dikembangkan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) hanya mengembangkan alternatif IGS dengan sistem penilaian secara kategori, sementara pada penelitian ini dilakukan modifikasi pengembangan dengan penambahan sistem penilaian secara kontinyu.
49
Tabel 34 Hasil uji korelasi Pearson antara IGS dan MGP MGP MGP IGS3_50 IGS3_60 IGS3_94 IGS3_104 IGS4_50 IGS4_60 IGS4_94 IGS4_104 IGSK_50 IGSK_60 IGSK_94 IGSK_104
1 0.50* 0.55* 0.33* 0.39* 0.48* 0.53* 0.29* 0.34* 0.53* 0.60* 0.38* 0.44*
IGS3 50
IGS 60
1 0.92* 0.72* 0.70* 0.86* 0.78* 0.59* 0.56* 0.87* 0.81* 0.70* 0.69*
1 0.65* 0.74* 0.82* 0.87* 0.54* 0.60* 0.85* 0.89* 0.66* 0.72*
IGS3 IGS3 IGS4 IGS4 IGS4 IGS4 IGS IGSK IGSK IGSK 94 104 50 60 94 04 K50 60 94 104
1 0.96* 0.64* 0.56* 0.91* 0.87* 0.65* 0.59* 0.79* 0.76*
1 0.64* 0.66* 0.89* 0.91* 0.67* 0.67* 0.78* 0.79*
1 0.93* 0.69* 0.68* 0.94* 0.89* 0.74* 0.75*
1 0.63* 0.71* 0.89* 0.95* 0.68* 0.76*
1 0.97* 0.66* 0.61* 0.80* 0.78*
1 0.67* 1 0.68* 0.95* 1 0.78* 0.80* 0.73* 1 0.81* 0.79* 0.81* 0.97*
*korelasi signifikan pada tingkat 0.01
Instrumen penilaian kualitas konsumsi pangan yang lainnya adalah nilai Pola Pangan Harapan (PPH). Hasil penelitian nilai PPH pada remaja usia 13-18 tahun yang dilakukan oleh Lativa dan Hardinsyah (2013) menunjukkan hubungan signifikan dengan nilai MGP sebesar 0.62 (p<0.05). Hasil korelasi tersebut terlihat tidak jauh berbeda dari IGSK-60 terhadap MGP. Oleh karena itu, baik IGSK-60 maupun nilai PPH dapat dijadikan cerminan kualitas konsumsi pangan remaja Indonesia. Meskipun demikian, IGSK-60 memiliki kelebihan dalam menilai kualitas konsumsi pangan dibandingkan nilai PPH. Nilai PPH dihitung berdasarkan jumlah asupan energi dari masing-masing kelompok pangan, sedangkan IGSK-60 cukup dengan menghitung porsi kelompok pangan tertentu dengan rumus perhitungan yang diperoleh dari persamaan linier, tanpa harus menghitung kandungan zat gizi yang telah dikonsumsi. Selain itu, IGSK-60 lebih teliti dalam menilai kualitas konsumsi pangan karena setiap komponen pangan memiliki nilai yang kontinyu mulai dari 0 sampai 10. Tabel 35 menyajikan komponen dan kriteria IGSK-60 remaja usia 13-15 tahun, sementara kriteria penilaian kelompok usia 16-18 tahun disajikan pada Lampiran 5. Tabel 35 Komponen dan kriteria penilaian IGSK-60 remaja usia 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Perempuan
2
Sayur
3
Buah
4
Lauk hewani
Rumus perhitungan a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. a. b. a. b.
Jika porsi<6½; Nilai IG= 20/13 x jumlah porsi Jika porsi<8½ ; Nilai IG = 10 Jika porsi ≥8 ½; Nilai IG =- 20/13 x jumlah porsi 300/13 Jika porsi ≥15; Nilai IG = 0 Jika porsi <4½; Nilai IG = 20/9 x jumlah porsi Jika porsi <6 ½; Nilai IG = 10 Jika porsi ≥6 ½; Nilai IG =- 20/9 x jumlah porsi + 220/9 Jika porsi ≥11; Nilai IG = 0 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10
1
50
Tabel 35 Komponen dan kriteria penilaian IGSK-60 remaja usia 13-15 tahun (lanjutan) No 5
Komponen Lauk nabati
Rumus perhitungan a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 6 Susu a. Jika porsi < 1; Nilai IG = 10 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 1; Nilai IG = 10 *Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Selain IGSK-60, alternatif IGS lainnya yang dapat digunakan untuk menilai kualitas konsumsi pangan remaja adalah IGS3-60 (r = 0.55). Berbeda dengan IGSK-60, IGS3-60 merupakan sistem penilaian secara kategori 3 tingkat, prakits, valid dan aplikatif dalam hal penilaian tiap komponen pangan. Perhitungan IGS3-60 tidak memerlukan rumus perhitungan seperti halnya IGSK60, cukup dengan mencocokkan jumlah porsi pangan yang dikonsumsi pada tiap komponen penilaian sesuai dengan nilai yang telah disiapkan yaitu penilaian nol, lima, dan 10. Meskipun demikian, IGSK-60 dan IGS3-60 keduanya sama-sama memiliki 6 kelompok panganyaitu pangan karbohidrat, sayur, buah, lauk hewani, lauk nabati, dan susu tanpa mempertimbangkan zat gizi yang terkait dengan penyakit tidak menular (PTM) yang harus dibatasi. Susu dalam kedua penilaian IGS tersebut dipisahkan dari lauk hewani dan dimasukkan ke dalam komponen penilaian tersendiri dengan pertimbangan mengenai manfaat yang sangat penting untuk kesehatan remaja. Frekuensi konsumsi susu berhubungan dengan berat badan dan kepadatan tulang remaja (Hardinsyah et al. 2008). Tabel 36 menyajikan komponen dan kriteria IGS3-60 remaja usia 13-15 tahun, sementara kriteria penilaian kelompok usia 16-18 tahun disajikan pada Lampiran 5. Tabel 36 Komponen kriteria penilaian IGS3-60 remaja usia 13-15 tahun No Komponen 1 Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan 2 3 4 5 6
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati Susu
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
<3 atau ≥12½ porsi <2atau ≥ 10½ porsi < 1½ porsi <2porsi <1 ½ porsi <1 ½ porsi <½ porsi
≥3-6½ atau ≥8 ½ -12 ½ porsi ≥2-4½ atau ≥6 ½ -10½ porsi ≥1½ -3 porsi ≥2-4 porsi ≥ 1½-3 porsi ≥1½ -3-porsi ≥ ½ -1 porsi
≥ 6½- 8½ porsi ≥ 4½-6½ porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3porsi ≥ 3 porsi ≥ 1 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Jika dilihat dari sebaran nilai IGSK-60 (Tabel 31) dan IGS3-60 (Tabel 23), keduanya memiliki nilai IGS yang sangat rendah dan masih jauh dari yang direkomendasikan oleh PGS 2014 pada semua kelompok pangan, yaitu sayur, buah, lauk hewani (termasuk susu), dan lauk nabati, kecuali pangan karbohidrat yang hampir mencukupi. Hal yang menyebabkan rendahnya nilai IGS tersebut disebabkan karena kurang dikonsumsi oleh remaja yang dapat terlihat dari tingkat partisipasi dan kuantitas pangan, serta hasil analisis asupan gizi dan tingkat kecukupan gizi yang sudah dijelaskan sebelumnya.
51
Alternatif IGS lainnya yang bisa dijadikan pilihan untuk menilai kualitas konsumsi pangan remaja adalah IGSK-104 (r = 0,44). Meskipun memiliki nilai korelasi yang agak rendah jika dibandingkan dengan IGSK-60 dan IGS3-60, namun IGS ini lebih lengkap dalam hal komponen penilaian dan lebih cocok dihubungkan dengan pembatasan aspek yang terkait dengan penyakit tidak menular (PTM). IGSK-104 tidak hanya melibatkan 6 kelompok pangan yang harus tercukupi, tetapi juga melibatkan 4 zat gizi yang harus dibatasi, yaitu lemak total, lemak jenuh, gula tambahan, dan natrium. IGSK-104 dapat digunakan untuk keperluan penelitian tentang penyakit degeneratif. Adanya penilaian IGSK-104 yang lengkap, dapat menggambarkan secara keseluruhan kualitas konsumsi pangan remaja yang terlihat masih sangat rendah, bahkan zat gizi seperti lemak total masih sangat jauh dari yang diharapkan. Berbeda dengan komponen lain yang mutlak perlu dibatasi, lemak total sebenarnya sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan remaja, komponen ini biasanya diperoleh pada pangan hewani seperti ikan yang tinggi lemak tak jenuh. Tabel 37 menyajikan kriteria IGSK-104 remaja usia 13-15 tahun, sementara kriteria penilaian kelompok usia 16-18 tahun disajikan pada Lampiran 3. Tabel 37 Komponen dan kriteria penilaian IGSK-104 remaja usia 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Perempuan
2
Sayur
3
Buah
4
Lauk hewani
5
Lauk nabati
6
Susu
7
Lemak total
8
Lemak jenuh
Rumus perhitungan a. Jika porsi<6½; Nilai IG = 20/13 x jumlah porsi b. Jika porsi<8½ ; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥8 ½; Nilai IG =- 20/13 x jumlah porsi + 300/13 d. Jika porsi ≥15; Nilai IG = 0 a. Jika porsi <4½;Nilai IG = 20/9 x jumlah porsi b. Jika porsi <6 ½; Nilai IG = 10 c. Jika porsi ≥6½; Nilai IG =-20/9 x jumlah porsi + 220/9 d. Jika porsi ≥11; Nilai IG = 0 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IGr = 10 a. Jika porsi < 1; Nilai IG = 10 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 1; Nilai IG = 10 a. Jika L.total < 15 atau >45%; Nilai IG = 0 b. Jika L.total 15-30%; Nilai IG = 2/3 x (jumlah %e) - 10 c. Jika L.total 30-45%; Nilai IG =- 2/3 x (jumlah %e) + 30 a. Jika L.jenuh ≤ 8%; Nilai IG = 10 b. Jika L.jenuh > 8%; Nilai IG =-10/4 x (junlah %e) + 30 c. Jika L.Jenuh >12%; Nilai IG = 0
Tabel 37 Komponen dan kriteria penilaian IGSK-104 remaja usia 13-15 tahun (lanjutan)
52
No 9
Komponen Gula tambahan
10
Natrium
Rumus perhitungan a. Jika gula ≤ 5%; Nilai IG = 10 b. Jika gula >5%; Nilai IG = - 10/4 x (jumlah%e) + 25 c. Jika gula > 10%; Nilai IG = 0 a. Jika Na <750atau >2250; Nilai IG = 0 b. Jika Na 750-1500; Nilai IG = 1/75 x (jumlah mg) - 10 c. Jika Na 1500-2250; Nilai IG = -1/75 x (jumlah mg) + 30
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Penilaian kualitas konsumsi pangan remaja saat ini di Indonesia pada dasarnya masih menggunakan metode Mutu Gizi Pangan (MGP). Namun, MGP menilai konsumsi pangan dalam bentuk zat gizi yang memerlukan ketelitian dan keahlian khusus dalam hal perhitungan nilai zat gizinya. IGS dalam penelitian ini diharapkan dapat memudahkan menilai kualitas konsumsi pangan remaja hanya dengan menggunakan porsi konsumsi pangan. Oleh karena itu, tahap selanjutnya pada penelitian ini adalah menentukan kategori (cut off) pada IGS yang terpilih untuk menilai kualitas konsumsi pangan remaja. Adapun acuan penentuan kategori IGS diperoleh dari peneliti IGS sebelumnya oleh Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) untuk pria dan wanita dewasa Indonesia. Kategori IGS pada kedua peneliti tersebut mengacu pada kategori MGP. Adapun kategori MGP untuk menilai kualitas konsumsi pangan dapat dilihat pada tabel 38. Tabel 38 Kategori kualitas konsumsi pangan remaja dengan nilai MGP Kategori kualitas konsumsi Pangan Buruk Kurang Cukup Baik Keterangan : *Penetapan cut off oleh Hardinsyah (1996)
Nilai MGP* < 55 55 – 69 70 – 84 ≥85
Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) kemudian melakukan modifikasi kategori penilaian pada IGS yang mengacu pada MGP. Kategori IGS hasil modifikasi menghasilkan 5 kategori IGS, yaitu buruk, kurang, sedang, baik/cukup, dan sangat baik. Acuan kategori sangat baik jika memiliki nilai IGS ≥85 dengan rentang nilai yang sama dengan MGP yaitu 0-100. Adapun rentang nilai IGS yang terpilih pada penelitian ini adalah 0-60 untuk IGSK-60 dan IGS360, serta 0-100 untuk IGSK-104. Khusus IGSK-60 dan IGS3-60 dilakukan modifikasi kategori dengan mengalikan semua nilai kategori dari IGS sebelumnya yaitu sebesar 0.6 sehingga aplikatif dalam menilai kualitas konsumsi pangan remaja, sementara IGSK-104 tidak dilakukan modifikasi karena memiliki rentang 0-100. Tabel 39 menyajikan kategori kualitas konsumsi pangan remaja berdasarkan nilai IGS terpilih.
53
Tabel 39 Kategori kualitas konsumsi pangan remaja dengan nilai IGS Kategori kualitas Nilai IGSK104* Nilai IGSK60/IGS360** konsumsi Pangan Buruk < 40 <24 Kurang 40 -54 24 -32 Sedang 55 – 69 33 – 41 Baik/cukup 70 – 84 42 – 50 Sangat baik ≥85 ≥51 Keterangan : *Penetapan cut off melalui acuan pada Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) **Modifikasi berdasarkan acuan cut off pada Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014)
Berdasarkan MGP terlihat bahwa secara keseluruhan remaja usia 13-18 tahun baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar memiliki nilai MGP yang tergolong buruk dengan persentase sebesar 68.8%. Hasil ini sesuai dengan data asupan (Tabel 20) dan tingkat kecukupan zat gizi remaja (Gambar 6) yang menunjukkan sangat kurang. Nilai MGP yang rendah juga disebabkan karena kurang beragamnya kelompok pangan yang dikonsumsi terutama pada konsumsi sayur, buah, lauk hewani (termsauk susu) dan lauk nabati. Tabel 40 menyajikan secara rinci kualitas kualitas konsumsi pangan remaja berdasarkan nilai MGP. Tabel 40 Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai MGP remaja usia 13-18 tahun Kualitas konsumsi pangan
Buruk Kurang Cukup Baik Total
Usia (tahun) 13-15 tahun 16-18 tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % 4137 68.5 4027 71.4 3351 66.6 3068 68.7 1452 24.0 1200 21.3 1286 25.5 1027 23.0 361 6.0 313 5.6 343 6.8 312 7.0 90 1.5 99 1.8 55 1.1 62 1.4 6040 100 5639 100 5035 100 4469 100
Total n 14583 4965 1329 306 21183
% 68.8 23.4 6.3 1.5 100
Berdasarkan IGSK-60 terlihat bahwa secara keseluruhan remaja usia 1318 tahun baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar memiliki nilai IGSK60 yang tergolong buruk dengan persentase sebesar 88.2%. Hasil ini sesuai dengan data konsumsi pangan remaja yang menunjukkan bahwa konsumsi pangan remaja masih jauh dari standar anjuran porsi PGS 2014, terutama pada konsumsi sayur, buah, lauk hewani (termasuk susu) dan lauk nabati. Tabel 41 menyajikan secara rinci kualitas kualitas konsumsi pangan remaja berdasarkan nilai IGSK-60. Tabel 41 Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGSK-60 remaja usia 13-18 tahun Kualitas konsumsi pangan
Buruk Kurang Sedang Baik/cukup Sangat baik Total
Usia (tahun) 13-15 tahun 16-18 tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % 5360 88.7 4970 88.1 4466 88.7 3889 87.0 625 10.3 620 11.0 526 10.4 537 12.0 54 0.9 45 0.8 43 0.9 40 0.9 1 0.0 4 0.1 0 0.0 2 0.0 0 0.0 0 0 0.0 1 0.0 6040 100 5639 100 5035 100 4469 100
Total n 18685 2308 182 7 1 21183
% 88.2 10.9 0.9 0.0 0.0 100
54
Berdasarkan IGS3-60 terlihat bahwa secara keseluruhan remaja usia 13-18 tahun baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar juga memiliki nilai IGS360 yang tergolong buruk dengan persentase sebesar 76.6%. Hasil ini menunjukkan bahwa sistem penilaian dengan kategori juga tidak jauh berbeda dengan sistem penilaian secara kontinyu. Tabel 42 menyajikan secara rinci kualitas kualitas konsumsi pangan remaja berdasarkan nilai IGS3-60. Tabel 42 Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGS3-60 remaja usia 13-18 tahun Kualitas konsumsi pangan
Buruk (< 40) Kurang (40 -54) Sedang (55 – 69) Baik/cukup (70 – 84) Sangat baik (≥ 85) Total
Usia (tahun) 13-15 tahun 16-18 tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % 4645 76.9 4374 77.6 3859 76.6 3358 75.1 1213 20.1 1119 19.8 1013 20.1 978 21.9 168 2.8 139 2.5 155 3.1 118 2.6 13 0.2 7 0.1 8 0.2 14 0.3 1 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0.0 6040 100 5639 100 5035 100 4469 100
Total n 16236 4323 580 42 2 21183
% 76.6 20.4 2.7 0.2 0.3 100
Berdasarkan IGSK-104 terlihat bahwa secara keseluruhan remaja usia 1318 tahun baik laki-laki maupun perempuan sebagian besar juga memiliki nilai IGSK-104 yang tergolong buruk dan kurang dengan persentase masing-masing sebesar 49.1% dan 46.3%. Hasil IGSK-104 berbeda dengan IGSK-60 dan IGS360 yang hanya 6 komponen penilaian. IGSK-104 melibatkan 4 zat gizi yang terkait penyakit tidak menular, yaitu lemak total, lemak jenuh, gula tambahan dan natrium sehingga penilaian dari IGSK-104 lebih detail dibandingkan kedua penilaian IGS sebelumnya. Tabel 43 menyajikan secara rinci kualitas kualitas konsumsi pangan remaja berdasarkan nilai IGSK-104. Tabel 43 Kualitas konsumsi pangan berdasarkan nilai IGSK-104 remaja usia 1318 tahun Kualitas konsumsi pangan
Buruk Kurang Sedang Baik/cukup Sangat baik Total
Usia (tahun) 13-15 tahun 16-18 tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan n % n % n % n % 2968 49.1 2712 48.1 2588 51.4 2127 47.6 2792 46.2 2685 47.6 2200 43.7 2122 47.5 277 4.6 236 4.2 242 4.8 217 4.9 3 0.1 6 0.1 5 0.1 3 0.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 6040 100 5639 100 5035 100 4469 100
Total n 10395 9799 972 17 0 21183
% 49.1 46.3 4.6 0.1 0.0 100
Secara keseluruhan, baik nilai MGP maupun IGSK-60, IGS3-60, dan IGSK-104 memberikan gambaran yang hampir sama dengan penelitian-penelitian lainnya dalam menilai kualitas konsumsi pangan. Penelitian Linorita et al. (2011) menunjukkan nilai MGP remaja yang buruk (65.9%). Penelitian Tek at al. (2011) di Turki dengan menggunakan HEI-2005, sekitar 42.8% remaja juga memiliki kualitas konsumsi pangan yang buruk. Penelitian yang lain oleh Taechangam et al. (2008) di Thailand pada pekerja dewasa dengan menggunakan THEI juga ditemukan sekitar 68% yang memiliki kualitas konsumsi pangan yang buruk.
55
Begitupun halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Amrin et al. (2013) dan Perdana et al. (2014) bahwa sebagian besar pria dan wanita dewasa Indonesia memiliki kualitas konsumsi pangan yang buruk, masing-masing 78.4% dan 72.4%. Konsumsi pangan yang buruk tersebut umumnya masih jauh dari jumlah konsumsi yang dianjurkan pada pedoman makan, khususnya pada kelompok pangan sayur, buah, lauk nabati, dan susu.
Analisis antara karakteristik sosial ekonomi remaja dengan MGP dan IGS Karakteristik sosial ekonomi remaja yang diduga memiliki pengaruh terhadap kualitas konsumsi pangan remaja adalah wilayah tempat tinggal, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, dan status ekonomi remaja. Tabel 44 menyajikan hasil uji korelasi Rank Spearman dari setiap karakeristik sosial ekonomi remaja dengan nilai MGP, IGS3-60, IGSK-60, dan IGSK-104 sebagai indikator menilai kualitas konsumsi pangan remaja. Tabel 44 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik dengan nilai MGP, IGSK- 60, IGS3-60, dan IGSK-104 usia 13-18 tahun Karakteristik
Nilai MGP r (p-value)
Wilayah 1=perdesaan 0.030 (0.000*) 2=perkotaan Pendidikan ayah 1=TS/SD/MI 0.076 (0.000*) 2=SMP/MTS,SMA- PT Pendidikan ibu 1=TS/SD/MI 2=SMP/MTS,SMA-PT 0.057 (0,000*) Pekerjaan Ayah 1=tidak bekerja 2=petani/buruh/lainnya 0.062 (0.000*) 3=TNI/polri/PNS pegawai Status ekonomi 1=quintil 1 0.136 (0.000*) 2=quintil 2 3=quintil 3 4=quintil 4 5=quintil 5 *korelasi signifikan pada tingkat 0.01
Nilai IGS3-60 r (p-value)
Nilai IGSK-60 r (p-value)
Nilai IGSK-104 r (p-value)
0.010 (0.612)
0.030 (0.000*)
0.019 (0/000*)
0.061 (0.000*)
0.079 (0.000*)
0.062 (0.000*)
0.057 (0.000*)
0.065 (0.000*)
0.057 (0.000*)
0.044 (0.000*)
0.065 (0.000*)
0.049 (0.000*)
0.095 (0.000*)
0.124 (0.000*)
0.086 (0/000*)
Hasil uji korelasi pada seluruh remaja menunjukkan bahwa karakteristik yang memiliki hubungan signifikan dengan nilai MGP adalah pendidikan ayah (r = 0.076, p<0.01), pendidikan ibu (r = 0.057, p<0.01), pekerjaan ayah (r = 0.044, p<0.01), dan status ekonomi remaja (r = 0.136, p<0.01). Artinya nilai MGP meningkat seiring dengan semakin baiknya pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, serta status ekonomi remaja. MGP juga memiliki hubungan signifikan positif terhadap wilayah tempat tinggal remaja meskipun sangat lemah (r = 0.030, p<0.01). Uji beda-t (Independent samples t-test) juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai MGP yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.05) (Lampiran 10).
56
Hasil uji korelasi pada seluruh remaja menunjukkan bahwa karakteristik yang memiliki hubungan signifikan dengan nilai IGS3-60 adalah pendidikan ayah (r = 0.061, p<0.01), pendidikan ibu (r = 0.057, p<0.01), pekerjaan ayah (r = 0.044, p<0.01), dan status ekonomi remaja (r = 0.095, p<0.01). Artinya nilai IGS3-60 meningkat seiring dengan semakin baiknya pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, serta status ekonomi remaja. Wilayah tempat tinggal remaja tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan nilai IGS3-60 (r = 0.010, p>0.01). Hasil uji beda-t (Independent samples t-test) juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai IGS3-60 yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p>0.05) (Lampiran 10). Hasil uji korelasi pada seluruh remaja menunjukkan bahwa karakteristik yang memiliki hubungan signifikan dengan nilai IGSK-60 adalah pendidikan ayah (r = 0.079, p<0.01), pendidikan ibu (r = 0.065, p<0.01), pekerjaan ayah (r = 0.065, p<0.01), dan status ekonomi remaja (r = 0.124, p<0.01). Artinya nilai IGSK-60 meningkat seiring dengan semakin baiknya pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, serta status ekonomi remaja. Berbeda dengam IGS3-60, IGSK-60 memiliki hubungan signifikan positif terhadap wilayah tempat tinggal remaja meskipun sangat lemah (r = 0.034, p<0.01). Hal ini diduga karena IGSK-60 adalah IGS dengan sistem penilaian secara kontinyu sehingga lebih akurat menilai kualitas konsumsi pangan remaja menurut wilayah tempat tinggal dibanding IGS3-60. Remaja yang tinggal di perdesaan diduga cenderung lebih banyak yang berstatus sosial ekonomi rendah sehingga aksesnya lebih terbatas terhadap konsumsi pangan dengan kualitas knsumsi pangan yang baik dibanding di perkotaan. Uji beda-t (Independent samples t-test) juga dilakukan pada IGSK-60 menurut daerah tempat tinggal (Lampiran 10). Hasil uji beda tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai IGSK-60 yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.05). Hasil uji korelasi pada seluruh remaja menunjukkan bahwa karakteristik yang memiliki hubungan signifikan dengan nilai IGSK-104 adalah pendidikan ayah (r = 0.062, p<0.01), pendidikan ibu (r = 0.057, p<0.01), pekerjaan ayah (r = 0.049, p<0.01), dan status ekonomi remaja (r = 0.086, p<0.01). Sama halnya dengan IGSK-60, IGSK-104 juga memiliki hubungan signifikan dengan wilayah tempat tinggal remaja (r = 0.019, p>0.01). IGSK-104 adalah IGS dengan sistem penilaian secara kontinyu yang sama dengan IGSK-60, sehingga lebih akurat menilai kualitas konsumsi pangan remaja menurut wilayah tempat tinggal. Uji beda-t (Independent samples t-test) juga dilakukan pada IGSK-104 menurut daerah tempat tinggal (Lampiran 10). Hasil uji beda tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai IGSK-104 yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.05). Karakteristik sosial ekonomi remaja sebagian besar memiliki korelasi positif signifikan pada MGP dan nilai IGS, baik itu IGS3-60, IGSK-60, maupun IGSK-104 terutama pada pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah, serta status ekonomi remaja. Pendidikan ayah dan ibu serta pekerjaan ayah sejalan dengan status ekonomi remaja. Artinya semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu serta pekerjaan ayah remaja semakin tinggi pula tingkat pendapatan keluarga sehingga kualitas konsumsi pangan remaja juga semakin baik. Hasil ini senada dengan penelitian Lativa dan Hardinsyah (2013) menyebutkan bahwa tingkat pendapatan keluarga dan pekerjaaan orang tua terutama ayah berpengaruh dengan tingkat
57
kualitas konsumsi pangan remaja. Penelitian Serra-Majem et al. (2004) juga menyatakan bahwa kualitas konsumsi pangan akan berbeda pada setiap level pendapatan pada keluarga (income) yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
58
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konsumsi pangan karbohidrat cenderung lebih tinggi pada remaja perempuan dibandingkan laki-laki, jika dilihat dari anjuran pedoman gizi seimbang Indonesia. Sementara untuk konsumsi pangan yang lain seperti sayur, buah, lauk hewani total (termasuk susu), dan lauk nabati relatif sama rendah dan belum memenuhi anjuran yang diharapkan. Asupan semua zat gizi remaja juga belum memenuhi kebutuhan gizi per hari, kecuali protein, dan natrium dengan nilai MGP yang juga masih sangat rendah. Sebanyak tiga dari 12 alternatif yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menilai kualitas konsumsi pangan remaja yaitu, IGSK-60, IGS3-60 dan IGSK-104. IGSK-60 adalah IGS yang paling valid, cocok digunakan untuk penelitian kualitas konsumsi pangan remaja karena memiliki ketelitian yang tinggi dalam hal perhitungan nilai tiap komponen pangan. IGS3-60 adalah IGS yang praktis, aplikatif dan valid, cocok digunakan untuk memantau kualitas konsumsi pangan remaja dalam kehidupan sehari-hari. IGSK-104 adalah IGS yang memiliki komponen paling lengkap, cocok digunakan untuk keperluan penelitian tentang penyakit degeneratif. Karakteristik sosial ekonomi remaja sebagian besar memiliki korelasi positif signifikan pada nilai IGS, baik itu IGS3-60, IGSK-60, maupun IGSK-104 terutama pada pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah serta status ekonomi keluarga remaja. Semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu serta pekerjaan ayah remaja semakin tinggi pula tingkat pendapatan keluarga sehingga kualitas konsumsi pangan remaja juga semakin baik.
Saran Konsumsi pangan remaja seperti sayur, buah, lauk nabati, dan susu masih sangat rendah sehingga perlu ditingkatkan, sementara pangan karbohidrat perlu dilakukan pembatasan konsumsi. Khusus IGSK-60, IGS3-60, dan IGSK-104 adalah instrumen penilaian kualitas konsumsi pangan yang sangat cocok digunakan sesuai dengan PGS 2014 yang saat ini menjadi acuan konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Studi selanjutnya diharapkan untuk mengaplikasikan dan mengevaluasi kegunaan alternatif IGS ini dalam menilai kualitas konsumsi pangan remaja yang dihubungkan dengan outcome gizi dan kesehatan.
59
DAFTAR PUSTAKA [AIHW] Australian Institute of Health and Welfare. 2007. Australian diet quality index project. AIHW cat. no. PHE 85. Canberra (AU): AIHW. Amrin AP, Hardinsyah, Dwiriani CM . 2013. Alternatif Indeks Gizi Seimbang untuk penilaian Mutu Gizi Pangan pria dewasa indonesia. Jurnal gizi dan pangan. 8(3): 167-174. Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC. Astuti M, Hardinsyah, Siregar P, Susiailowati. Kecukupan Air. 2012. Di dalam: Kemenkes RI, editor. Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (WNPG) X; 2012 November 20-21; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Atmarita, Tatang SF. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Di dalam: Kemenkes RI, editor. Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (WNPG) VIII; 2004 Mei 17-19; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Di Masa Datang : Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004. Cavadini C, Siega-Riz AM, Popkin BM. 2000. US Adolescent Food Intake Trends from 1965 to 1996. Arch Dis Child. 83 : 18-24. [CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2013. High Sodium Intake in Children and Adolescents: Cause for Concern. [Internet]. [diunduh pada 30Agustus 2015]. Tersedia pada: www.cdc.gov/salt. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2005. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Jakarta : Direktorat Bina Gizi dan KIA. Farida, I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja di Indonesia Tahun 2007 [Skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah; 2010. Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd ed. New York: Oxford University Press. Guenther PM, Casavale KO, Kirkpatrick SL, Reedy J, Hiza H, Kuczynski KJ, Kahle LL, &Krebs-Smith SM. 2013. Update of the Healthy Eating Index: HEI-2010. J Acad Nutr Diet. 113(4): 1-20. Center for Nutrition Policy and Promotion, US Department of Agriculture. Guenther PM, Reedy J, Krebs-Smith SM. 2007. Development of the healthy eating indexand evaluation of the healthy eating index-2005. J Am Diet Assoc. 108: 1896-1901. Center for Nutrition Policy and Promotion, US Department of Agriculture. Hardinsyah. 1996. Measurement and determinants of food diversity [disertasi]. Australia (AU): University of Queensland. _________. 1998. Cara sederhana penilaian mutu gizi makanan ibu hamil dan anak batita. Media Gizi dan Keluarga. XXII (2): 63-68. _________. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan. 2(2): 55-74. _________. 2011. Analisis konsumsi lemak, gula dan garam penduduk Indonesia. Gizi Indon. 34(2):92-100.
60
Hardinsyah, Atmojo SM. 2000. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta (ID): Pergizi Pangan Indonesia. Hardinsyah, Damayanthi, E, Zulianti, W. 2008. Hubungan konsumsi susu dan kalsium dengan densitas tulang dan tinggi badan remaja. Jurnal Gizi dan Pangan. 3(1):43-48. Hardinsyah, Madanijah S & Baliwati YF. 2002. Analisis Neraca Bahan Makanan dan Pola Pangan Harapan untuk Perencanaan Ketersediaan Pangan. Bogor (ID): PSKPG-IPB dan Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan. Hardinsyah, Riyadi H, Tambunan V. 2012. Kecukupan energi, protein, lemak, dan protein. Di dalam: Kemenkes RI, editor. Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (WNPG) X; 2012 November 20-21; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Henry FJ. 2011. Obesity prevention: The key to non-comunicable disease control. WestIndian Med J. 60 (4): 446-451. Hurlock EB. 1994. Psikologi perkembangan. Jakarta(ID): Erlangga. Jadhav K, Vali SA. 2010. Index of nutritional quality of foods served to preschool children under supplementary feeding programme in a health promoting school of ngapur city. JDFHS. 29(1) : 68-73. Kennedy ET, Ohls J, Carlson S, Fleming K. 1995. The healthy eating index: design and applications. J Am Diet Assoc, 95(10), 1103-1108. Kennedy, E. 2008. Putting the pyramid into action: the healthy eating indexand food quality score. Asia Pac J Clin Nutr. 17 (S1):70-74. Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. __________. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. __________. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI. __________ . 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta : Direktorat Bina Gizi dan KIA. Khatib O. 2004. Non-communicable diseases: risk factors and regional strategies for prevention and care. Eastern Mediterranean Health Journal.10 (6): 778-788. Kurniasih, et al. 2010. Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta (ID): Kompas Gramedia. Lativa, Hardinsyah. 2013. Konsumsi pangan dan gizi serta nilai pola pangan harapan pada remaja Usia13-15 tahun di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Linorita I, Hardinsyah, Irawati A. 2011. Analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada remaja di indonesia [skripsi]. Bogor (ID): IPB. Lietz, G., Barton, K.L., Longbottom, P.J. & Anderson, A.S. 2002. Can the EPIC food frequency questionnaire be usiaed in adolescent populations? Public Health Nutrition, 5: 783-789. Lock K, Pomerleau J, Causiaer L, Altmann DR, Mckee Martin. 2005. The global burden of disease attributable to low consumption of fruit and vegetables: implication for the global strategy on diet. Bull World Health Organ, 83(2). Mahdiyah, J, Zulaikhah EK, Asih. 2004. Peran mahasiswa dalam mengurangi pola konsumsi fast food pada remaja kota. Karya tulis mahasiswa bidang ilmu pengetahuan sosial. Bogor (ID): IPB.
61
Mahan LK, Stump SE. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy 12 th edition. USA : Saunders Elsevier Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Departemen P&K DIKTI PAU Pangan dan Gizi IPB. [NHMRC] National Health and Medical Research Council. 2003. Dietary Guidelines for Australian Adults. Australia (AU): Commonwealth. Mak TN, Prynne CJ, Cole D, Fitt E, Roberts C, Bates B, Stephen AM. 2012. Assessing eating context and fruit and vegetable consumption in children: new methods usiaing food diaries in the UK National Diet and Nutrition Survey Rolling Programme. International Journal of Behavioural Nutrition and Physical Activity. 9:126. Papalia DE, Olds SW, Feldman RO. 2007. Human Development. US: MCGrawHill. Perdana SM, Hardinsyah, Damayanthi E. 2014. Alternatif Indeks Gizi Seimbang untuk penilaian Mutu Gizi Pangan wanita dewasa indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. 9(1): 43-50 Pradono J. 2010. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi di daerah perkotaan (analisis data riskesdas 2007). Gizi Indon. 33(1):59-66. Ramadani M. 2007. Konsumsi suplemen makanan dan faktor-faktor yang berhubungan pada remaja SMA Islam Al-Azhar 3 Jakarta Selatan Tahun 2005. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2):78-82. Rice, FP, Dolgin, KG. 2002. The Adolescent Development, Relationship, and Culture. 12th Ed. US: Pearson Education,Inc. [SACN] Scientific AdvisoryCommittee on Nutrition. 2005. Salt and Health. London (UK): TSO. Savige GS, Ball K, Worsley, A, Crawford D. 2007. Food intake patterns among Australian adolescents. Asia Pac J Clin Nutr. 16: 738-47. Serra-Majem L, Ribas L, Ngo J, Ortega RM, Garcia A, Pérez-Rodrigo C, Aranceta J. 2004. Food, youth and Mediterranean diets in Spain. Development of KIDMED, Mediterranean Diet Quality Index in children and adolescents. Public Health Nutrition. 7(7): 931-5. Soediaoetama, DA. 2006. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat. Soekatri M, Kartono D. 2012. Kecukupan mineral: kalsium, fosfor, magnesium, tembaga, kromium, besi, iodium, seng, selenium, mangan, fluor, natrium, dan kalium. Di dalam: Kemenkes RI, editor. Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (WNPG) X; 2012 November 20-21; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Soekirman. 2002. Fortifikasi dalam program gizi : Apa dan mengapa?.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Stang J, Story M. 2005. Guidelines for Adolescent Nutrition Services. US : Department of Health and Human Services. Steinberg. (2002). Adolescence. 6th Ed. US: McGraw Hill Higher Education. Sulaeman A, Setiawan B, Permaesih D. 2012. Kecukupan Vitamin: Vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, Asam Pantotenat, Folat, C, D, E, K, Biotin, dan Kolin. Di dalam: Kemenkes RI, editor. Widyakarya Nasional pangan dan
62
Gizi (WNPG) X; 2012 November 20-21; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Supariasa 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): EGC. Suryono, Khomsan, A, Setiawan, B, Martianto, D, Sukandar, D. 2007. Pengaruh pemberian susu terhadap Indeks massa tubuh dan kepadatan tulang punggung remaja pria. Jurnal Gizi dan Pangan. 2(1):1-7. Tek NA, Yildiran H, Akbulut G, Bilici S, Koksal E, Karadag MG, Sanlıer N. evaluation of dietary quality of adolescents usiaing healthy eating index. 2011. Nutr Res Pract, 5(4) : 322-328. [USDA] United State Departement of Agriculture. 2002. The Healthy Eating Index. Amerika Serikat (US):Center for Nutrition Policy and Promotion. ___________. 2013. Diet Quality of Children Age 2-17 Years as Measured by the Healthy Eating Index-2010. Amerika Serikat (US):Center for Nutrition Policy and Promotion. ___________. 2015. Scientific Report of the 2015 Dietary Guidelines Advisory Committee. Amerika Serikat (US): Department of Health and Human Services. Utari. DM. 2010. Kandungan asam lemak, zink, dan copper pada tempe, bagaimana potensinya untuk mencegah penyakit degeneratif? Gizi Indon. 33(2):108-115. Wang Y, Monteiro, Popkin BM. 2002. Trend of obesity and underweight in older children young adolescent in United States, Brazil, China, and Rusia. Am J Clin Nutr. 75:971-977. [WHO] World Health Organization. 2003. Guideline: Diet, Nutrition, and Prevention of Chronis Desease. Geneva: WHO. ___________. 2007. WHO Anthroplus for Personal Computers Manual: Software for Assessing Growth of the World’s Childern and Adolescents. Geneva: WHO Press. ___________. 2012. Guideline: Sodium Intake for Adults and Children. Geneva: WHO. ___________. 2015. Guideline: Sugars intake for Adults and Children. Geneva: WHO. [WHO/FAO] World Health Organization/Food and Agriculture Organization. 2008. Interim Summary of Conclusions and Dietary Recommendations on Total Fat & Fatty Acids. Geneva: WHO HQ. Worthington- Roberts BS. 2000. Nutrition throughout the life cycle. US: Mc Graw Hill Company.
63
LAMPIRAN Lampiran 1 Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim Riskesdas 2010 Data Karakteristik subjek Jenis kelamin
Usia
Status pendidikan
Cara Pengumpulan Data Jenis kelamin tidak boleh diduga berdasarkan nama, untuk meyakinkan, ditanyakan apakah anggota rumah tangga tersebut laki-laki atau perempuan Usia di hitung dalam hari, bulan dan tahun, sesuai dengan cara pengisian. Untuk Usia dalam bulan dan tahun dengan pembulatan ke bawah atau Usia pada waktu ulang bulan atau ulang tahun yang terakhir. Perhitungan Usia didasarkan pada kalender masehi. Status pendidikan tertinggi yang ditamatkan ditanyakan kepada setiap ART (khusus ART >5 tahun)
Status pekerjaan utama
Ditanyakan kepada ART >10 tahun. Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar
Status kehamilan
Ditanyakan kepada ART perempuan 10-54 tahun
Antropometri Berat badan
Tinggi badan
Penimbangan berat badan menggunakan timbangan berat badan digital merek AND dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g.
Pengukuran tinggi badan menggunakan alat multifingsi dengan kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1 cm
Keterangan Tuliskan kutipan ke dalam kotak yang tersedia dan isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden (kode 1 jika laki-laki, kode 2 jika perempuan) Jika Usia<1 bulan dicatat dalam hari Jika Usia<5 tahun dicatat dalam bulan Jika Usia ≥5 tahun dicatat dalam tahun Jika Usia ≥97 tahun dicatat 97 tahun
Kode 1 = tidak pernah sekolah Kode 2 = tidak tamat SD/MI Kode 3 = tamat SD/MI Kode 4 = tamat SLTP/MTs Kode 5 = Tamat SLTA/MA Kode 6 = Tamat D1, D2, D3 Kode 7 = Tamat Perguruan tinggi Kode 1 = tidak bekerja Kode 2 = sekolah Kode 3 = TNI/Polri Kode 4 = PNS/pegawai (termasuk pegawai swasta) Kode 5 = wiraswasta/ pelayanan jasa/pedagang Kode 6 = petani Kode 7 = nelayan Kode 8 = buruh Kode 9 = lainnya Kode 1 jika ya dan kode 2 jika tidak Berat badan diisikan pada formulir RKD 10.IND. blok X. nomor 1b. Angka hasil penimbangan dibulatkan menjadi 1 digit. Penimbangan anak Usia<2 tahun atau anak yang belum bisa berdiri adalah selisih antara berat badan ibu dan anak dengan berat badan ibu Hasil pengukuran diisikan pada formulir RKD 10.IND. blok X. nomor 2b.
64
Lampiran 2 Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010 Cara Pengumpulan Data Asupan Pangan 1. Penjelasan kepada yang mewakili keluarga bahwa wawancara mengenai asupan pangan akan dilakukan terhadap setiap anggota keluarga. 2. Sebelum wawancara mengenai asupan pangan, terlebih dahulu diisi hari mengonsumsi pangan, yaitu sehari sebelum wawancara, dilingkari hari yang sesuai dan diisikan kodenya pada kotak yang disediakan. Kode “1” = Senin-Jumat, “2” = Sabtu-Minggu. 3. Kondisi responden saat diwawancara diisi pada kotak yang disediakan. Kode “1” = Biasa, “2” = Hajatan, “3” = Hari Raya, “4” = Puasa, “5” = Sakit, dan “6” = Diit. 4. Saat dilakukan wawancara mengenai asupan pangan anggota rumah tangga, informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi ditanyakan kepada subjek pada kurun waktu sehari sebelumnya. 5. Semua jenis pangan yang dikonsumsi setiap anggota rumah tangga ditanyakan, kecuali bumbu. Cara Pengumpulan Data Recall Pangan 1x24 jam 1. Subjek ditanya mengenai makanan (masakan) maupun minuman yang dikonsumsi pada pagi, siang dan malam pada hari kemarin, baik yang merupakan makanan utama (makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan), atau makanan selingan (kue jajanan, snack, dan lainnya) maupun minuman seperti kopi, susu, coca cola, dan lainnya. 2. Makanan/masakan yang belum ada di buku kode pangan, dilakukan estimasi berat makanan yang dikonsumsi dengan cara menimbang masing-masing bahan makanannya. Kode yang diisikan adalah kode dari masing-masing jenis bahan makanannya. Contoh sate padang yang terdiri atas daging sapi dan tepung kanji. Perlu ditimbang berat daging dan berat tepung kanji yang dikonsumsi. Kode bahan makanan yang diisikan adalah kode bahan makanan daging sapi dan kode tepung kanji. 3. Bahan makanan/masakan sdah ada di buku kode tidak dilakukan estimasi berat per masingmasing jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Kode bahan makanan yang diisikan adalah kode masakan/makanan matang tersebut. Contoh sayur sop terdiri atas kentang, wortel, dan kol, maka kode yang dituliskan hanya kode sayur sopnya yaitu PF051 dan berat yang dituliskan adalah berat sayuran sop yang dikonsumsi tanpa kuah. 4. Jenis bahan makanan/masakan yang tidak terdapat di buku kode, dicari makanan/masakan yang hampir menyerupai. Contoh empal gentong dari Cirebon menyerupai gulai daging sapi. 5. Jumlah makanan disebutkan dalam ukuran rumah tangga, seperti 1 centong, sendok makan, sendok sayur, ikat, gelas dan sebagainya, perlu dicari padanan beratnya dengan cara menimbang bahan makanan sesuai jenis ukuran rumah tangga subjek atau dibeli dari warung terdekat. Contoh 1 potong tempe goreng sedang = 30 gram dan 1 centong nasi = 100 gram. 6. Minuman yang dikonsumsi dicatat berdasarkan banyaknya gelas/botol setiap anggota rumah tangga yang meminumnya pada hari kemarin. Untuk memudahkan subjek mengingat jumlah minuman yang dikonsumsi, maka ditanyakan pada setiap waktu makan. Minuman yang dikonsumsi dicatat berdasarkan berat air bukan volumenya, maka disepakati berat 1 gelas sedang = 200 gram, 1 gelas besar = 300 gram. Bila yang diminum adalah air dalam kemasan, maka dicatat volumenya (mL) yang diterjemahkan untuk setiap mL setara dengan 1 gram. Jadi, 1 botol air kemasan yang berisi 200 mL beratnya setara dengan 200 gram.
65
Lampiran 3 Hasil perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja usia 13-18 tahun sesuai pembatasan porsi pangan karbohidrat Hasil perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja laki-laki usia 13-15 tahun: 1. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 6.5 porsi (Anjuran menu menurut ideal PGS 2014) Bahan pangan
Jumlah (porsi)
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi keb. energi yang diperlukan remaja 2
6.5 3 4 3 3 1 6 2
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1138 260 26 75 15 3 200 40 150 18 21 240 24 9 18 130 9 7 7 300 30 74 18 2307 366 64 75 2475 2469-3316
2. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 8.5 porsi (Batas anjuran menu ideal hasil modifikasi) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 8.5 2.9 3.9 2.9 2.9 0.9 3 1
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1487.5 340 34 72.5 14.5 2.9 195 39 145 17.4 20.3 232 23.2 8.7 17.4 117 8.1 6.3 6.3 150 15 37 9 2436 433.8 47.4 80.9 2475 2469-3316
66
3. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥12.5 porsi (Tidak dianjurkan) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam** Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak Gula Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 12.5 0.5 1 0.5 0.5 0.25 1.5 0.5
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 2187.5 500 50 12.5 2.5 0.5 50 10 25 3 3.5 40 4 1.5 3 32.5 2.3 1.8 1.8 75 7.5 18.5 4.5 2441 523.3 13.8 58.8 2475 2469-3316
Perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja perempuan usia 13-15 tahun 1. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥4.5 porsi (Anjuran menu menurut ideal PGS 2014) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 4.5 3 4 3 3 1 5 2
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 788 180 18 75 15 3 200 40 150 18 21 240 24 9 18 130 9 7 7 250 25 74 18 1907 286 59 67 2125 2134-2973
67
2. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 6.5 porsi (Batas anjuran menu ideal hasil modifikasi) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 6.5 2.9 3.9 2.9 2.9 0.9 2.5 1
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1138 260 26 72.5 14.5 2.9 195 39 145 17.4 20.3 232 23.2 8.7 17.4 117 8.1 6.3 6.3 125 13 37 9 2062 353.8 45.4 72.9 2125 2134-2973
3. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 10.5 porsi (Tidak dianjurkan) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam** Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak Gula Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 10.5 0.5 1 0.5 0.5 0.25 1 0.5
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1837.5 420 42 12.5 2.5 0.5 50 10 25 3 3.5 40 4 1.5 3 33 2.3 1.8 1.8 50 5 18.5 4.5 2067 443.3 10.8 50.8 2125 2134-2973
68
Perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja laki-laki usia 16-18 tahun 1. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 8 porsi (Anjuran menu menurut ideal PGS 2014) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak Gula Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 8 3 4 3 3 1 6 2
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1400 320 32 75 15 3 200 40 150 18 21 240 24 9 18 130 9 7 7 300 30 74 18 2499 426 64 81 2675 2675-3628
2. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 10 porsi (Batas anjuran menu ideal hasil modifikasi) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 10 2.9 3.9 2.9 2.9 0.9 3 1
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1750 400 40 72.5 14.5 2.9 195 39 145 17.4 20 232 23.2 8.7 17 117 8.1 6.3 6 150 15 37 9 2699 499.3 47.4 85.9 2675 2675-3628
69
3. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥14 porsi (Tidak dianjurkan) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam** Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak Gula Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 14 0.5 1 0.5 0.5 0.25 1.5 0.5
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 2450 560 56 12.5 2.5 0.5 50 10 25 3 3.5 40 4 1.5 3 33 2.3 1.8 1.8 75 7.5 18.5 4.5 2704 583.3 13.8 64.8 2675 2675-3628
Perhitungan menu kelompok pangan sehari untuk remaja perempuan usia 16-18 tahun 1. Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 5 porsi (Anjuran menu menurut ideal PGS 2014) Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 5 3 4 3 3 1 5 2
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 875 200 18 75 15 3 200 40 150 18 21 240 24 9 18 130 9 7 7 250 25 74 18 1994 306 59 67 2125 2119-2988
70
2.
Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 7 porsi (Batas anjuran menu ideal hasil modifikasi)
Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam* Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak* Gula pasir* Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
3.
Jumlah (porsi) 7 2.9 3.9 2.9 2.9 0.9 2.5 1
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1225 280 28 72.5 14.5 2.9 195 39 145 17.4 20.3 232 23.2 8.7 17.4 117 8.1 6.3 6.3 125 13 37 9 2149 373.8 45.4 74.9 2125 2119-2988
Menu kelompok pangan sehari jika pangan karbohidrat ≥ 10.5 porsi (Tidak dianjurkan)
Bahan pangan
Nasi* Sayur bayam** Buah (papaya)* Daging* Tempe * Susu** Minyak Gula Total AKE1 Estimasi energi yang diperlukan remaja 2
Jumlah (porsi) 11 0.5 1 0.5 0.5 0.25 1 0.5
URT per porsi ¾ gls 1 gls 1 ptg 1 ptg 2 ptg 1 gls 1 sdt 1 sdm
Berat per porsi (gram) 100 100 50 40 50 20 5 10
Daftar tabel satuan penukar Energi KH Lemak Protein (kkal) (g) (g) (g) 175 40 4 25 5 1 50 10 50 6 7 80 8 3 6 130 9 7 7 50 5 37 9
Keterangan : *Berdasarkan PGS (2014) ** Berdasarkan Almatsier (2009) 1 AKE oleh Hardinsyah et al. (2012) 2 Estimasi energi yang diperlukan remaja berdasarkan IOM dalam Mahan & Escoot-stump (2008)
Porsi x daftar tabel satuan penukar Energi (kkal) KH Lemak Protein (g) (g) (g) 1925 440 42 12.5 2.5 0.5 50 10 25 3 3.5 40 4 1.5 3 33 2.3 1.8 1.8 50 5 18.5 4.5 2154 463.3 11.3 50.8 2125 2119-2988
71
Lampiran 4 Hasil perhitungan estimasi kebutuhan energi remaja usia 13-18 tahun berdasarkan aktivitas fisik (PA) Usia
JK
BB
TB
BAZ
PA RINGAN
PA AKTIF
PA S. AKTIF
TEE RINGAN
TEE AKTIF
TEE S. AKTIF
EER RINGAN
EER AKTIF
EER S.AKTIF
Keb. E RINGAN
Keb. E AKTIF
Keb. E S. AKTIF
13 14 15 16 17 18 13 14 15 16 17 18
lk lk lk lk lk lk pr pr pr
46 46 46 56 56 56 46 46 46 50 50 50
158 158 158 165 165 165 155 155 155 158 158 158
0.09 -0.26 -0.6 0.03 -0.22 -0.43 0.13 -0.16 -0.4 -0.24 -0.35 -0.43
1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.13 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16 1.16
1.26 1.26 1.26 1.26 1.26 1.26 1.31 1.31 1.31 1.31 1.31 1.31
1.42 1.42 1.42 1.42 1.42 1.42 1.56 1.56 1.56 1.56 1.56 1.56
2284 2222 2160 2471 2409 2348 1948 1917 1886 1934 1904 1873
2629 2567 2505 2859 2797 2736 2234 2203 2172 2231 2200 2169
3054 2992 2930 3337 3275 3213 2711 2680 2649 2725 2694 2663
2309 2247 2185 2496 2434 2373 1973 1942 1911 1959 1929 1898
2654 2592 2530 2884 2822 2761 2259 2228 2197 2256 2225 2194
3079 3017 2955 3362 3300 3238 2736 2705 2674 2750 2719 2688
2537 2469 2401 2743 2675 2607 2168 2134 2100 2153 2119 2085
2917 2849 2781 3170 3102 3034 2482 2449 2415 2479 2445 2411
3384 3316 3248 3696 3628 3560 3007 2973 2939 3022 2988 2954
Rerata Keb. E RINGAN
Rerata Keb. E AKTIF
Rerata Keb. E S. AKTIF
pr pr pr
Rentang usia 13-15 16-18
lk lk
2469 2675
2849 3102
3316 3628
13-15 16-18
pr pr
2134 2119
2449 2445
2973 2988
Keterangan : Perhitungan estimasi kebutuhan energi remaja berdasarkan IOM dalam Mahan & Escoot-stump (2008) Berat badan dan tinggi badan remaja ideal berdasarkan AKG (2012)
72
Lampiran 5 Kriteria penilaian alternatif IGS yang dikembangkan untuk remaja usia 13-18 tahun Kriteria penilaian altermatif IGS yang terpilih untuk usia 16-18 tahun Kriteria Penilaian IGSK-60 remaja usia 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Perempuan
2
Sayur
3
Buah
4
Lauk hewani
5
Lauk nabati
6
Susu
Rumus perhitungan a. Jika porsi <8; Nilai IG = 10/8 x jumlah porsi b. Jikaporsi <10; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥10; Nilai IG =-10/8 x jumlah porsi + 180/8 d. Jika porsi ≥18; Nilai IG = 0 a. Jika porsi <5; Nilai IG = 2 x jumlah porsi b. Jika porsi <7; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥7; Nilai IG =-2 x jumlah porsi + 24 d. Jika porsi ≥12; Nilai IG = 0 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika porsi < 1; Nilai IG = 10 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 1; Nilai IG = 10
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS3-60 remaja usia 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati Susu Lemak total Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
< 4 atau ≥14 porsi < 2 ½ atau ≥ 11 porsi < 1½ porsi <2porsi <1 ½ porsi <1 ½ porsi <½ porsi > 30%-e atau< 10%-e >15%-e >10%-e >2000 mgatau <575mg
≥4- 8 atau ≥11 -14 porsi ≥2 ½ -5 atau ≥7- 11 porsi ≥1½ -3 porsi ≥2-4 porsi ≥ 1½-3 porsi ≥1½ -3-porsi ≥ ½ -1 porsi ≥10-20%-e
≥ 8- 10 porsi
8 - ≤15%-e 6 - ≤ 10%-e >1500-≤2000 mg
≤8%-e ≤ 6%-e ≥575-≤ 1500 mg
≥ 5 -7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3porsi ≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≥ 20-≤ 30%-e
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
73
Kriteria penilaian IGSK-104 remaja usia 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Perempuan
2
Sayur
3
Buah
4
Lauk hewani
5
Lauk nabati
6
Susu
7
Lemak total
8
Lemak jenuh
9
Gula tambahan
10
Natrium
Rumus perhitungan a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. a. b. a. b. a. b. a. b. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c.
Jika porsi <8; Nilai IG = 10/8 x jumlah porsi Jikaporsi <10; Nilai IG = 10 Jika porsi ≥10; Nilai IG =-10/8 x jumlah porsi + 180/8 Jika porsi ≥18; Nilai IG = 0 Jika porsi <5;Nilai IG = 2 x jumlah porsi Jika porsi <7; Nilai IG =10 Jika porsi ≥7;Nilai IG =-2 x jumlah porsi + 24 Jika porsi ≥12; Nilai IG = 0 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Jika porsi < 1; Nilai IG = 10 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 1; Nilai IG = 10 Jika L.total < 15 atau >45%; Nilai IG = 0 Jika L.total 15-30%; Nilai IG= 2/3 x (jumlah %e) -10 Jika L.total 30-45%; Nilai IG =- 2/3 x (jumlah %e)+ 30 Jika L.jenuh ≤ 8%; Nilai IG = 10 Jika L.jenuh > 8%; Nilai IG =-10/7 x (junlah %e) + 150/7 Jika L.Jenuh >15%; Nilai IG = 0 Jika gula ≤ 5%; Nilai IG = 10 Jika gula >5%; Nilai IG = - 2x (jumlah%e) + 20 Jika gula > 10%; Nilai IG = 0 Jika Na <750atau >2250; Nilai IG = 0 Jika Na 750-1500; Nilai IG = 1/75 x (jumlah mg) - 10 Jika Na 1500-2250; Nilai IG = -1/75 x (jumlah mg) + 30
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian altermatif IGS yang telah dikembangkan untuk remaja usia 13-18 tahun Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-50) remaja 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4 5
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
< 3 atau ≥12 ½ porsi < 2 atau ≥ 10 ½ porsi <1 ½ porsi <2 porsi <2 porsi <1 ½ porsi
≥ 3 - 6 ½ atau ≥8 ½ -12 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥ 6 ½ - 10 ½ porsi ≥ 1½-3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½ -3-porsi
≥ 6 ½ - 8 ½ porsi ≥ 4½ -6 ½ porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
74
Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-60) remaja 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
≥ 3 - 6 ½ atau ≥8 ½ -12 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥ 6 ½ - 10 ½ porsi ≥ 1½-3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½-3 porsi
≥ 6 ½ - 8 ½ porsi
≥ 1½ -3 porsi ≥ ½ -1 porsi
≥ 3 porsi ≥ 1 porsi
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
< 3 atau ≥12 ½ porsi < 2 atau ≥ 10 ½ porsi <1 ½ porsi <2 porsi <1 ½ porsi
5 6
Lauk nabati Susu
<1 ½ porsi < ½ porsi
Perempuan
≥ 4½ -6 ½ porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-94) remaja 13-15 tahun No
Komponen
1
Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
< 3 atau ≥12 ½ porsi < 2 atau ≥ 10 ½ porsi <1 ½ porsi <2 porsi <2 porsi
≥ 3 - 6 ½ atau ≥8 ½ -12 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥ 6 ½ - 10 ½ porsi ≥ 1½-3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 2-4 porsi
≥ 6 ½ - 8 ½ porsi ≥ 4½ -6 ½ porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi
<1 ½ porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 3 porsi > 30%-e ≥10-20%-e ≥ 20-≤ 30%-e atau< 10%-e 7 Lemak jenuh >15%-e 8 - ≤15%-e ≤8%-e 8 Gula tambahan >10%-e 5 - ≤ 10%-e ≤ 5%-e 9 Natrium >2000 mgatau >1500-≤2000 mg ≥575-≤ 1500 mg <575mg *Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014 5 6
Lauk nabati Lemak total
Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-104) remaja 13-15 tahun No
Komponen
1
Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
5 6 7
Lauk nabati Susu Lemak total
8 9 10
Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
< 3 atau ≥12 ½ porsi < 2 atau ≥ 10 ½ porsi <1 ½ porsi <2 porsi <1 ½ porsi
≥ 3 - 6 ½ atau ≥8 ½ -12 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥ 6 ½ - 10 ½ porsi ≥ 1½-3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½-3 porsi
≥ 6 ½ - 8 ½ porsi
<1 ½ porsi < ½ porsi > 30%-e atau< 10%-e >15%-e >10%-e >2000 mgatau <575mg
≥ 1½ -3-porsi ≥ ½ -1 porsi ≥10-20%-e
≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≥ 20-≤ 30%-e
8 - ≤15%-e 5 - ≤ 10%-e >1500-≤2000 mg
≤8%-e ≤ 5%-e ≥575-≤ 1500 mg
≥ 4½ -6 ½ porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
75
Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-50) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4 5
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
< 4 atau ≥14 porsi < 2½ atau ≥ 11 porsi <1½ porsi < 2 porsi < 2 porsi <1½ porsi
≥4- 8 atau ≥11 -14 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7 -11 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½ -3 porsi
≥ 8- 10 porsi ≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-94) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
≥4- 8 atau ≥11 -14 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7 -11 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥10-20%-e
≥ 8- 10 porsi
8 - ≤15%-e
≤8%-e
5 - ≤ 10%-e
≤ 5%-e
2 3 4 5 6
Sayuran Buah-buahang Lauk hewani Lauk nabati Lemak total
7
Lemak jenuh
< 4 atau ≥14 porsi < 2½ atau ≥ 11 porsi <1½ porsi < 2 porsi < 2 porsi <1½ porsi > 30%-e atau< 10%-e >15%-e
8
Gula tambahan
>10%-e
Perempuan
≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi ≥ 20-≤ 30%-e
>2000 mgatau >1500-≤2000 mg ≥575-≤ 1500 mg <575mg *Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014 9
Natrium
Kriteria penilaian IGS 3 tingkat (IGS 3-104) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4 5 6 8 9 10
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati Susu Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
Nilai 0
Nilai 5
Nilai 10
< 4 atau ≥14 porsi < 2½ atau ≥ 11 porsi <1½ porsi < 2 porsi <1½ porsi <1½ porsi < ½ porsi >15%-e >10%-e >2000 mgatau <575mg
≥4- 8 atau ≥11 -14 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7 -11 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ ½ -1 porsi 8 - ≤15%-e 5 - ≤ 10%-e >1500-≤2000 mg
≥ 8- 10 porsi ≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi ≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≤8%-e ≤ 5%-e ≥575-≤ 1500 mg
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014 \
76
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-50) remaja 13-15 tahun No 1
2 3 4 5
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki
Nilai 0 <1 ½ atau ≥ 12½ porsi
Perempuan
< 1 atau ≥ 10 ½ porsi < ½ porsi < 1 porsi < 1 porsi < ½ porsi
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati
Nilai 4 ≥ 1 ½ -3 atau ≥ 10 ½ -12½ porsi ≥1-2 atau ≥8½-10½ porsi ≥ ½ -1½.porsi ≥ 1 -2 porsi ≥ 1 -2 porsi ≥ ½ -1½.porsi
Nilai 7 ≥ 3-6 ½ atau ≥ 8 ½ -10 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥6 ½ -8½ porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2 -4 porsi ≥ 2 -4 porsi ≥ 1½ -3 porsi
Nilai 10 ≥6½-8½ porsi ≥ 4½ -6 ½ porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-60) remaja 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki
Nilai 0 <1 ½ atau ≥ 12½ porsi
Perempuan
2 3 4 5
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati
< 1 atau ≥ 10 ½ porsi < ½ porsi < 1 porsi < ½ porsi < ½ porsi
6
Susu
< ¼ porsi
Nilai 4 ≥ 1 ½ -3 atau ≥ 10 ½ -12½ porsi ≥1-2 atau ≥8½-10½ porsi
Nilai 7 ≥ 3-6 ½ atau ≥ 8 ½ -10 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥6 ½ -8½ porsi
Nilai 10 ≥6½-8½ porsi
≥ ½ -1½.porsi ≥ 1 -2 porsi ≥ ½ -1½.porsi ≥ ½ -1½.porsi
≥ 1½ -3 porsi ≥ 2 -4 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 1½ -3 porsi
≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi ≥ 3 porsi
≥ ¼ - ½ porsi
≥ ½ -1 porsi
≥ 1 porsi
≥ 4½ -6 ½ porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-94) remaja 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan karbohidrat* Laki-laki
Nilai 0 <1 ½ atau ≥ 12½ porsi
Perempuan
< 1 atau ≥ 10 ½ porsi < ½ porsi < 1 porsi < 1 porsi < ½ porsi
2 3 4 5
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani Lauk nabati
6
Lemak total
7 8 9
Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
> 30%-e atau < 5%-e >15%-e > 10%-e >2300 atau <575 mg
Nilai 4 ≥ 1 ½ -3 atau ≥ 10 ½ -12½ porsi ≥1-2 atau ≥8½-10½ porsi
Nilai 7 ≥ 3-6 ½ atau ≥ 8 ½ -10 ½ porsi ≥ 2-4½ atau ≥6 ½ -8½ porsi
Nilai 10 ≥6½-8 ½ porsi
≥ ½ -1½.porsi ≥ 1 -2 porsi ≥ 1 -2 porsi ≥ ½ -1½.porsi
≥ 1½ -3 porsi ≥ 2 -4 porsi ≥ 2 -4 porsi ≥ 1½ -3 porsi
≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
≥5-10%-e
≥ 10- 20%-e
12-≤ 15%-e 7-≤10%-e > 2000- ≤ 2300 mg
8-≤ 12 %-e 5-≤ 7%-e >1500- ≤2000 mg
≥20≤30%-e ≤ 8%-e ≤ 5%-e ≥ 575≤1500 mg
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
≥ 4½ -6 ½ porsi
77
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-50) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Nilai 0
Nilai 4
Nilai 7
Nilai 10
≥ 2-4 atau ≥ 12-14 porsi ≥ 1-2½ atau ≥ 9-11 porsi ≥ ½ -1½ porsi ≥ 1-2 porsi ≥ 1-2 porsi
≥ 4 -8 atau ≥ 10-12 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7-9 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 2-4 porsi
≥ 8-10 porsi ≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 4 porsi
≥ ½ -1½ porsi
≥ 1½ -3 porsi
≥ 3 porsi
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
< 2 atau ≥ 14 porsi < 1 atau ≥ 11 porsi < ½ porsi < 1 porsi < 1 porsi
5
Lauk nabati
< ½ porsi
Perempuan
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-60) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki Perempuan
Nilai 0
Nilai 4 ≥ 2-4 atau ≥ 12-14 porsi ≥ 1-2½ atau ≥ 9-11 porsi ≥ ½ -1½ porsi ≥ 1-2 porsi ≥ ½ -1½ porsi
≥ 4 -8 atau ≥ 10-12 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7-9 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½ -3 porsi
≥ 8-10 porsi
≥ ½ -1½ porsi ≥ ¼ - ½ porsi
≥ 1½ -3 porsi ≥ ½ -1 porsi
≥ 3 porsi ≥ 1 porsi
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
< 2 atau ≥ 14 porsi < 1 atau ≥ 11 porsi < ½ porsi < 1 porsi < ½ porsi
5 6
Lauk nabati Susu
< ½ porsi < ¼ porsi
Nilai 7
Nilai 10
≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 porsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-94) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki Perempuan
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
Nilai 0
Nilai 4
Nilai 7
Nilai 10
< 2 atau ≥ 14 porsi < 1 atau ≥ 11 porsi < ½ porsi < 1 porsi < 1 porsi
≥ 2-4 atau ≥ 12-14 porsi ≥ 1-2½ atau ≥ 9-11 porsi ≥ ½ -1½ porsi ≥ 1-2 porsi ≥ 1-2 porsi
≥ 4 -8 atau ≥ 10-12 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7-9 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 2-4 porsi
≥ 8-10 porsi ≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 p orsi ≥ 4 p orsi
5 6
Lauk nabati Lemak total
< ½ porsi > 30%-e atau < 5%-e
≥ ½ -1½ porsi ≥5-10%-e
≥ 1½ -3 porsi ≥ 10- 20%-e
≥ 3 porsi ≥20-≤30%-e
7 8 9
Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
>15%-e > 10%-e >2300 atau <575 mg
12-≤ 15%-e 7-≤10%-e > 2000- ≤ 2300 mg
8-≤ 12 %-e 5-≤ 7%-e >1500- ≤2000 mg
≤ 8%-e ≤ 5%-e ≥ 575≤1500 mg
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
78
Kriteria penilaian IGS 4 tingkat (IGS 4-104) remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki Perempuan
Nilai 0
Nilai 4
Nilai 7
Nilai 10
< 2 atau ≥ 14 porsi < 1 atau ≥ 11 porsi < ½ porsi < 1 porsi < ½ porsi
≥ 2-4 atau ≥ 12-14 porsi ≥ 1-2½ atau ≥ 9-11 porsi ≥ ½ -1½ porsi ≥ 1-2 porsi ≥ ½ -1½ porsi
≥ 4 -8 atau ≥ 10-12 porsi ≥ 2½ -5 atau ≥ 7-9 porsi ≥ 1½ -3 porsi ≥ 2-4 porsi ≥ 1½ -3 porsi
≥ 8-10 porsi
≥ 3 porsi ≥ 1 porsi ≥20-≤30%-e
2 3 4
Sayuran Buah-buahan Lauk hewani
5 6 7
Lauk nabati Susu Lemak total
< ½ porsi < ¼ porsi > 30%-e atau < 5%-e
≥ ½ -1½ porsi ≥ ¼ - ½ porsi ≥5-10%-e
≥ 1½ -3 porsi ≥ ½ -1 porsi ≥ 10- 20%-e
8 9 10
Lemak jenuh Gula tambahan Natrium
>15%-e > 10%-e >2300 atau <575 mg
12-≤ 15%-e 7-≤10%-e > 2000- ≤ 2300 mg
8-≤ 12 %-e 5-≤ 7%-e >1500- ≤2000 mg
≥ 5-7 porsi ≥ 3 porsi ≥ 4 p orsi ≥ 3 porsi
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS-K50 remaja 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Rumus perhitungan
a. Jika porsi <6 ½ ; Nilai IG = 20/13 x jumlah porsi b. Jika porsi <8 ½ ; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥8 ½ ; Nilai IG =-20/13 x jumlah porsi + 300/13 d. Jika porsi ≥15; Nilai IG = 0 A.Perempuan a. Jika porsi <4 ½ ;Nilai IG = 20/9 x jumlah porsi b. Jika porsi <6 ½ ; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥6 ½ ;Nilai IG =-20/9 x jumlah porsi + 220/9 d. Jika porsi ≥11; Nilai IG = 0 2 Sayur a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 3 Buah a. Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 4 Lauk hewani a. Jika porsi < 4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 4; Nilai IG = 10 5 Lauk nabati a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 *Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS-K94 remaja 13-15 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
B.Perempuan
2
Sayur
3
Buah
Rumus perhitungan a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. a. b.
Jika porsi <6 ½ ; Nilai IG = 20/13 x jumlah porsi Jika porsi <8 ½ ; Nilai IG =10 Jika porsi ≥8 ½ ; Nilai IG =-20/13 x jumlah porsi + 300/13 Jika porsi ≥15; Nilai IG = 0 Jika porsi <4 ½ ;Nilai IG = 20/9 x jumlah porsi Jika porsi <6 ½ ; Nilai IG =10 Jika porsi ≥6 ½ ;Nilai IG =-20/9 x jumlah porsi + 220/9 Jika porsi ≥11; Nilai IG = 0 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10
≤ 8%-e ≤ 5%-e ≥ 575-≤1500 mg
79
Kriteria penilaian IGS-K94 remaja 13-15 tahun (lanjutan) No 4
Komponen Lauk hewani
5
Lauk nabati
6
Lemak total
7
Lemak jenuh
8
Gula tambahan
9
Natrium
Rumus perhitungan a. Jika porsi < 4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 4; Nilai IG = 10 a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika L.total < 15 atau >45%; Nilai IG = 0 b. Jika L.total 15-30%; Nilai IG = 2/3 x (jumlah %e) -10 c. Jika L.total 30-45%; Nilai IG =- 2/3 x (jumlah %e)+ 30 a. Jika L.jenuh ≤ 8%; Nilai IG = 10 b. Jika L.jenuh > 8%; Nilai IG =-10/7 x (jumlah %e) + 150/7 c. Jika L.Jenuh >15%; Nilai IG = 0 a. Jika gula ≤ 5%; Nilai IG = 10 b. Jika gula >5%; Nilai IG =- 2 x (jumlah%e) + 20 c. Jika gula > 10%; Nilai IG = 0 a. Jika Na <750 atau >2250; Nilai IG = 0 b. Jika Na 750-1500; Nilai IG = 1/75 x (jumlah mg) - 10 c. Jika Na 1500-2250; Nilai IG =-1/75 x (jumlah mg) + 30
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS-K50 remaja 16-18 tahun No 1
2 3 4 5
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Rumus perhitungan
a. Jika porsi <8; Nilai IG = 10/8 x jumlah porsi b. Jika porsi <10; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥10; Nilai IG =-10/8 x jumlah porsi + 180/8 d. Jika porsi ≥18; Nilai IG = 0 Perempuan a. Jika porsi <5 ;Nilai IG = 2 x jumlah porsi b. Jika porsi <7 ; Nilai IG =10 c. Jika porsi ≥7 ;Nilai IG =-2 x jumlah porsi + 24 d. Jika porsi ≥12; Nilai IG = 0 Sayur a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Buah a. Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 Lauk hewani a. Jika porsi < 4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 4; Nilai IG = 10 Lauk nabati a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 *Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Kriteria penilaian IGS-K94 remaja 16-18 tahun No 1
Komponen Pangan Karbohidrat* Laki-laki
Perempuan
2
Sayur
3
Buah
4
Lauk hewani
Rumus perhitungan a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. a. b. a. b.
Jika porsi <8; Nilai IG = 10/8 x jumlah porsi Jika porsi <10; Nilai IG =10 Jika porsi ≥10; Nilai IG =-10/8 x jumlah porsi + 180/8 Jika porsi ≥18; Nilai IG = 0 Jika porsi <5 ;Nilai IG = 2 x jumlah porsi Jika porsi <7 ; Nilai IG =10 Jika porsi ≥7 ;Nilai IG =-2 x jumlah porsi + 24 Jika porsi ≥12; Nilai IG = 0 Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 Jika porsi <4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi Jika porsi ≥4; NIlai IG = 10 Jika porsi < 4; Nilai IG = 10/4 x jumlah porsi Jika porsi ≥ 4; Nilai IG = 10
80
Kriteria penilaian IGS-K94 remaja 16-18 tahun (lanjutan) No 5
Komponen Lauk nabati
6
Lemak total
7
Lemak jenuh
8
Gula tambahan
9
Natrium
Rumus perhitungan a. Jika porsi < 3; Nilai IG = 10/3 x jumlah porsi b. Jika porsi ≥ 3; Nilai IG = 10 a. Jika L.total < 15 atau >45%; Nilai IG = 0 b. Jika L.total 15-30%; Nilai IG = 2/3 x (jumlah %e) - 10 c. Jika L.total 30-45%; Nilai IG =- 2/3 x (jumlah %e) + 30 a. Jika L.jenuh ≤ 8%; Nilai IG = 10 b. Jika L.jenuh > 8%; Nilai IG =-10/7 x(jumlah %e) + 150/7 c. Jika L.Jenuh >15%; Nilai IG = 0 a. Jika gula ≤ 5%; Nilai IG = 10 b. Jika gula >5%; Nilai IG =- 2 x (jumlah%e) + 20 c. Jika gula > 10%; Nilai IG = 0 a. Jika Na <750 atau >2250; Nilai IG = 0 b. Jika Na 750-1500; Nilai IG = 1/75 x (jumlah mg) - 10 c. Jika Na 1500-2250; Nilai IG = -1/75 x (jumlah mg) + 30
*Pangan karbohidrat berbeda pada laki-laki dan perempuan sesuai anjuran porsi PGS 2014
Lampiran 6
Rataan dan standar deviasi konsumsi kelompok pangan dan zat gizi remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) 13-15
Kelompok pangan dan zat gizi
Laki-laki Mean ± SD
16-18 Perempuan Mean ± SD
Laki-laki Mean ± SD
Perempuan Mean ± SD
Total Mean ± SD
Pangan karbohidrat (g) (Porsi) Sayur (g) (Porsi) Buah (g) (Porsi) Lauk hewani (g) (Porsi) Lauk nabati (g) (Porsi) Susu (ml) (Porsi) Lemak total (g) (%keb.energi) Lemak jenuh (g) (%keb.energi) Gula tambahan (g) (%keb.energi) Natrium (mg) Keterangan : 1 porsi KH 1 porsi sayur
583.1±254.3 5.83±2.54
519.2±236.8 5.19±2.37
610.5±255.4 6.11±2.55
524.0±232.7 5.24±2.33
560.1±248.5 5.60±2.49
76.9±98.8 0.77±0.99
76.6±97.3 0.77±0.97
86.0±106.6 0.86±1.07
79.3±98.0 0.79±0.98
79.5±100.2 0.79±100.2
14.8±52.9 0.30±1.06
13.7±50.6 0.27±1.01
15.8±58.4 0.32±1.17
16.4±51.0 0.33±1.02
15.1±53.3 0.30±1.07
102.0±99.4 2.55±2.48
97.4±96.9 2.43±2.42
105.2±102.9 2.63±2.57
100.9±95.4 2.52±2.39
101.3±98.8 2.53±2.47
40.2±68.1 0.80±1.36
34.9±59.0 0.70±1.18
43.1±68.0 0.86±1.36
36.2±62.8 0.72±1.26
38.6±64.8 0.77±1.30
17.9±78.3 0.09±0.39
19.9±80.2 0.10±0.40
15.1±71.8 0.08±0.36
18.0±76.1 0.09±0.38
17.8±76.9 0.09±0.38
35.8±24.4 13.29±9.50
33.9 ± 23.1 14.24±9.95
36.7±24.0 12.81±8.94
34.1 ±23.6 14.89±10.58
35.15±23.82 13.77±9.76
12.7±11.7 3.36±6.62
12.5±11.16 3.66±6.68
12.9±11.4 3.40±6.28
12.67±11.45 3.63±6.36
12.71±11.44 3.51±6.50
20.7±39.8 3.36±6.62
19.9 ±35.5 3.66±6.68
22.3±40.8 3.40±6.28
18.97±32.49 3.63±6.36
20.48±37.49 3.51±6.50
1215.7 ±1218.1
1196.4±1209.1
1211.1±1213.1
1195.9±1192.3
1205.4±1209.0
= 100 g (¾ gelas) nasi 200 g (2 gelas) mie basah 70 g (3 iris) roti putih = 100 g (1 gls) sayur (bayam, daun singkong, kangkung, sawi)
81
1 porsi buah 1 porsi lauk hewani 1 porsi lauk nabati 1 porsi susu 10%-e
= 50 g (1 buah) pisang ambon 1 potong sedang pepaya = 40 g (1/3 ekor) ikan segar atau 35 g (1 potong ) daging = 50 g (2 potong sedang) tempe = 200 ml susu cair atau 20 g tepung susu = 10% dari kebutuhan energi total
Lampiran 7 Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin t-test for Equality of Means t
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Kelompok pangan
13.846
.000
28.48504
2.05726
As_Energi
21.759
.000
187.18349
8.60246
As_Protein
11.420
.000
4.78971
.41942
As_Lemak
6.639
.000
2.17339
.32735
20.368
.000
36.28388
1.78146
As_Kalsium
4.567
.000
55.46275
12.14399
As_Fosfor
8.366
.000
61.33823
7.33182
As_Besi
12.846
.000
1.08268
.08428
As_Vit.A
2.027
.043
6.81262
3.36066
As_Vit.B
6.573
.000
.04441
.00676
As_Vit.C
.125
.901
.05222
.41832
12.552
.000
91.28494
7.27248
4.021
.000
4.19117
1.04227
As_B12
.969
.332
.01768
.01824
As_Zn
8.523
.000
.34988
.04105
As_Na
1.043
.297
17.35028
16.63144
As_L.Jenuh
1.396
.163
.21968
.15733
As_Gula
3.781
.000
1.94945
.51557
MGP
5.930
.000
1.24620
.21014
IGS3_50
-6.346
.000
-.55950
.08816
IGS4_50
-1.649
.099
-.13593
.08244
IGSK_50
-1.803
.071
-.14814
.08215
IGS3_60
-6.449
.000
-.6160
.0955
IGS4_60
-2.468
.014
-.21776
.08822
IGSK_60
-2.499
.012
-.2221
.0889
IGS3_94
-4.033
.000
-.52803
.13091
IGS4_94
-.107
.914
-.01375
.12808
IGSK_94
-.604
.546
-.06552
.10857
IGS3_104
-4.347
.000
-.58454
.13448
IGS4_104
-.735
.463
-.09558
.13009
IGSK_104
-1.254
.210
-.1395
.1113
As_Karbohidrat
As_Air As_B9Folat
82
Lampiran 8 Uji beda independent samples t-test variabel kelompok usia t-test for Equality of Means t
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Kelompok pangan
-3.078
.002
-6.36587
2.06786
As_Energi
-7.591
.000
-66.21757
8.72332
As_Protein
-7.587
.000
-3.20119
.42193
As_Lemak
-1.714
.087
-.56403
.32907
As_Karbohidrat
-8.059
.000
-14.53636
1.80373
As_Kalsium
-4.784
.000
-58.34788
12.19520
As_Fosfor
-5.753
.000
-42.39555
7.36949
As_Besi
-6.123
.000
-.51981
.08490
As_Vit.A
-1.046
.296
-3.52930
3.37523
As_Vit.B
-3.336
.001
-.02265
.00679
As_Vit.C
.328
.743
.13791
.42011
As_Air
-8.040
.000
-58.84735
7.31945
As_B9Folat
-2.606
.009
-2.72800
1.04695
As_B12
-1.485
.137
-.02721
.01832
As_Zn
-2.845
.004
-.11748
.04129
As_Na
.149
.882
2.48806
16.70280
As_L.Jenuh
-.996
.319
-.15736
.15800
As_Gula
-.909
.363
-.47092
.51793
-4.478
.000
-.94529
.21111
IGS3_50
1.781
.075
.15783
.08862
IGS4_50
-1.872
.061
-.15496
.08279
IGSK_50
-1.650
.099
-.13612
.08250
IGS3_60
2.275
.023
.2184
.0960
IGS4_60
-.924
.355
-.08190
.08860
IGSK_60
-.917
.359
-.0819
.0893
IGS3_94
1.735
.083
.22821
.13151
IGS4_94
-.648
.517
-.08337
.12863
IGSK_94
-.372
.710
-.04060
.10903
IGS3_104
2.138
.033
.28879
.13510
IGS4_104
-.079
.937
-.01030
.13065
IGSK_104
.122
.903
.0136
.1118
MGP
83
Lampiran 9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi (%) remaja usia 13-18 tahun Usia (tahun) 13-15 Energi dan zat gizi Energi (kkal)
16-18 Laki-laki Perempuan (%) ()% 67.0 72.9
Total (%) 68.8
Laki-laki (%) 67.3
Perempuan (%) 68.9
114.5
107.3
99.9
99.6
106.0
44.3
47.5
42.7
49.6
45.9
Protein (g) Lemak (g)
\
Karbohidrat (g) Air (ml) Vitamin A (µg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B9 (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Fe (mg) Zn (mg) Natrium (mg)
78.4
80.9
80.5
88.9
81.8
63.6
60.0
61.6
59.1
61.2
31.4
29.5
31.1
31.0
30.7
43.1
46.0
43.5
48.4
45.1
22.9
22.0
23.7
22.5
22.7
53.6
52.9
54.7
54.1
53.8
22.7
25.8
18.5
22.5
22.5
73.6
69.9
79.3
73.7
74.0
61.1
57.0
65.6
59.3
60.7
55.7
37.8
76.2
38.3
52.1
26.9
28.1
27.5
32.9
28.6
81.1
79.8
80.7
79.7
80.4
Lampiran 10 Uji beda independent samples t-test variabel berdasarkan daerah perdesaan dan perkotaan t-test for Equality of Means t
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
MGP
-6.004
.000
-.055
.009
IGS3-60
-2.009
.045
-.010
.005
IGSK-60
-5.053
.000
-.036
.007
IGSK-104
-3.372
.001
-.027
.008
84
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1988 di Maros, Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak H. Taman Ambo dan Ibu Aminah. Pendidikan sarjana (S1) ditempuh penulis di Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas tahun 20072011 dengan skripsi berjudul “Pola makan dan Aktivitas Fisik dengan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”. Penulis sempat mejalani karir sebagai petugas gizi di puskesmas Weriagar, Bintuni, Papua Barat pada tahun 2011-2013. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan magister (S2) pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor dengan Beasiswa Pascasarjana Calon Dosen dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.