Pengembangan Alat Peraga Sumber Daya Alam Pada Kelas XI Mata Pelajaran Geografi Topik Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat Diperbaharui Oleh: *Abd Rahman Halim Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Pembimbing: (1) Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Pd (2) Drs. Hadi Soekamto, SH M.Pd M.Si Abstrak Mata pelajaran geografi tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui memuat banyak konsep kongkrit yang contohnya belum banyak dikenal siswa kelas XI seperti minyak bumi, batu bara, emas, perak, bauksit, belerang, kuarsa dan mineral lainnya. Agar contoh-contoh tersebut mudah untuk dikenali oleh siswa maka diperlukan bantuan alat peraga. Alat peraga dalam pembelajaran memiliki banyak fungsi di antaranya: (a) meningkatkan minat belajar siswa. (b) meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa. Di samping alasan tersebut pengembangan alat peraga diperkuat oleh hasil penelitian Hartati (2010:128) bahwa ”pengembangan alat peraga secara signifikan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar”. Tujuan penelitian ini adalah pengembangan alat peraga yang dapat menunjukkan wujud nyata tiga dimensi dan diamati secara langsung dari objek sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hasil uji coba produk diperoleh nilai 86% dengan kriteria ”layak”. Berdasarkan hasil validasi dan uji coba tersebut disimpulkan bahwa alat peraga sumber daya alam layak digunakan sebagai alat peraga di sekolah. Beberapa saran yang diperkirakan dapat meningkatkan manfaat dan pengembangan produk yang akan datang diajukan adalah: (1) pengembangan lebih lanjut disarankan menggunakan bahan-bahan yang lebih modern dan praktis dalam memobilisasinya., (2) agar menggunakan desain yang lebih baik dan unik untuk penampilan luar dari produk agar dapat terlihat lebih menarik bagi calon pengguna produk, (3) diharapkan kepada pengembang lebih lanjut untuk melengkapi objek mineral yang belum tersedia pada alat peraga seperti nikel, timah, alumunium, mangaan, tembaga, intan, tras, dan lainnya. Kata kunci : alat peraga, sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
1
A. Latar Belakang Di era modernisasi, kemajuan teknologi memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan pembelajaran. Arsyad (2009:2) menyatakan ”perkembangan ilmu pengetahuan mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar”. Berdasarkan jenisnya teknologi diklasifikasikan menjadi dua yaitu teknologi elektronik dan non elektronik. Teknologi elektronik adalah teknologi yang menggunakan komponenkomponen elektronik contohnya berupa teknologi komputerisasi Saat ini teknologi elektronik seperti komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Kemampuan teknologi yang menggunakan jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran. Dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran, terdapat beberapa kekurangan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer yakni pembuatan program pembelajaran yang rumit serta dalam pengoperasiannya. Selain itu, tidak seluruh materi pembelajaran dapat dibantu dengan menggunakan teknologi komputer, ada beberapa materi pembelajaran yang membutuhkan bantuan media atau alat peraga. Mata pelajaran geografi tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui memuat banyak konsep kongkrit yang contohnya belum banyak dikenal siswa. Materi sumber daya alam mengkaji tentang geografi fisik antara lain objek-objek alam dan manfaat dari objek-objek tersebut, seperti objek-objek sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renuweble resources) dan yang tidak dapat diperbaharui (unrewable resources). Materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua macam yaitu sumber daya alam mineral dan sumber daya alam energi. Materi pada topik sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sebagian besar berupa penjelasan tentang
mineral-mineral bumi seperti mineral logam (sinabar, galena,
sfalerit, limonit, pirit, pirolusit, kalkopirit, emas,
bauksit, dan perak), mineral
nonlogam (marmer, asbes, akik, felspar, dolomit, aragonit, kalsit, obsidian,
2
serpentinit, barit, kaolin, belerang, dan kuarsa), sedangkan sumber daya alam energi berupa minyak bumi, gas alam, dan batubara. Semua materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrewable resources) berupa mineral-mineral yang telah disebutkan membutuhkan bantuan alat peraga. Sebagai contoh mineral sinabar hanya dapat dipahami dengan melihat contoh batuan tersebut yang berupa logam, memiliki sistem kristal trigonal, kekerasan 2-2.5 (skala Mohs), memiliki kilap intan (adamantine), serta berwarna merah kecoklatan. Penjelasan tentang diskripsi mineral tidak akan didapatkan pada buku teks ataupun modul melainkan dalam alat peraga. Selain itu, alat peraga pada materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui memiliki manfaat sebagai berikut: Pertama, membantu tercapainya tujuan pembelajaran yakni (1) siswa dapat melihat wujud nyata dari mineral tersebut, (2) siswa dapat melihat objek sumber daya mineral dan energi, (3) siswa tidak salah pemahamam terhadap objek sumber daya mineral dan energi. Kedua, materi tentang mineral-mineral yang dijelaskan dengan menggunakan alat peraga dapat menampilkan contoh, sehingga dapat diketahui bentuk, warna dan bau. Ketiga, contoh sumber daya mineral dan energi yang sulit dicari di lingkungan sekolah dapat disajikan melalui alat peraga. Keempat, deskripsi tentang jenis-jenis sumber daya alam mineral dan energi yang ditemukan pada modul dan buku teks minim, seperti dalam buku Geografi Untuk SMA Kelas XI oleh Wardiyatmoko (2006), Mardiono (2007), dan Endarto (2009), dapat disediakan melalui alat peraga. Kelima, penjelasan materi yang disajikan secara verbal tanpa alat peraga dapat diefektifkan melalui alat peraga. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sesuai dengan pendapat Dale (dalam Arsyad 2009:10) yang terkenal dengan kerucut (cone of experience) bahwa pengalaman belajar seseorang 75% diperoleh melalui indera lihat (mata), 13% melalui indera dengar (telinga), dan selebihnya melalui indera lain”. Dengan kata lain, materi yang bersifat konkrit dapat dijelaskan dengan bantuan alat peraga karena dapat membantu pesan atau materi yang disampaikan dengan kelebihannya menarik indera, menarik minat siswa dan membantu dalam memahami materi.
3
Di samping alasan tersebut pengembangan alat peraga diperkuat oleh hasil penelitian dari Hartati (2010:128) yang menyimpulkan bahwa ”pengembangan alat peraga tersebut secara signifikan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan hasil belajar”. Lebih dekat lagi adanya workshop yang diadakan oleh Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengusung tema ”Pengenalan dan Pengembangan Alat Peraga IPA Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran IPA di Tingkat SD/MI dan SMP/MTs”. Arif Sudarta (2012) sebagai pemateri workshop menyatakan bahwa ”kekurangan anakanak Indonesia dalam pembelajaran adalah alat peraga. Oleh karena itu, dengan memberikan materi mengenai alat peraga tersebut maka materi IPA untuk materi batuan dan mineral dapat dipertajam lagi”. Selain itu, Alat peraga yang digunakan untuk menyampaikan materi akan menjadi lebih efektif dalam menambah pengetahuan dan pemahaman siswa. Seperti yang dikatakan oleh Soelarko (1995) bahwa penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai: untuk meletakkan dasar-dasar yang nyata dalam berfikir, mengurangi terjadinya verbalisme, memperbesar minat dan perhatian peserta didik untuk belajar, meletakkan dasar perkembangan belajar agar hasil belajar bertambah mantap, memberikan pengalaman yang nyata untuk dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap peserta didik, menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, membantu tumbuhnya pemikiran dan berkembangnya kemampuan berbahasa, memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan model pengembangan prosedural yang bersifat deskriptif. Model pengembangan deskriptif adalah model pengembangan dengan menggambarkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk. Langkah-langkah diantaranya yaitu: a) Persiapan pembuatan, meliputi: (1) merancang desain alat peraga, (2) merancang letak bahan-bahan mineral dan energi, peta persebaran, serta menentukan bahan-bahan mineral dan energi yang akan difungsikan (3)
4
merancang cara penggunaan alat peraga, (4) merancang buku petunjuk alat peraga. b) Pelaksanaan pembuatan: pelaksanaan pembuatan merupakan aplikasi dari persiapan pembuatan. Proses pembuatan alat peraga ini menggunakan peralatan sederhana seperti kayu, paku, engsel, rantai, kalep, dan lainnya. c) Editing: merupakan kegiatan untuk mengevaluasi apakah ada yang ditambah atau dikurangi dari produk yang dihasilkan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian produk dengan desain alat peraga. Validasi dilakukan setelah proses pembuatan alat peraga menjadi produk setengah jadi. Revisi dilakukan setelah memperoleh saran dan rekomendasi dari pihak validator dan setelah itu dilakukan ujicoba produk di SMAN 1 Malang.
Gambar 1. Desain alat peraga sumber daya alam
Gambar 2. Alat peraga sumber daya alam
C. Pembahasan Data hasil uji coba lapangan berasal dari data hasil angket 30 siswa SMAN 1 Malang. Data ini diperoleh dari hasil siswa mengisi angket sebanyak 6 pertanyaan. Setiap angket, jawaban diberikan skor 1-3. Didalam angket tersebut mencakup tentang kondisi produk dan pemahaman materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga dengan angket tersebut dapat diukur tingkat kevalidan produk.
5
Hasil analisis adalah sebagai berikut. Data hasil angket siswa selanjutnya dihitung frekuensinya. Hal ini untuk memudahkan perhitungan persentasenya. Berikut ini adalah tabel persentase jumlah skor hasil angket siswa per item pertanyaan. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Uji Coba Produk Skor 3 2 1 Jumlah skor per item Jumlah ideal skor per item Presentase (%)
1 26 4 0 86 90 95,5
Frekuensi per Item 2 3 4 12 18 26 18 11 4 0 1 0 72 77 86 90 90 90 80 85,5 95,5
5 11 18 1 70 90 77,7
6 17 13 0 77 90 85,5
Keterangan Frekuensi: 1 = Bentuk desain yang menarik 2 = Kemudahan dalam mengamati 3 = Alat peraga sebagai penunjang buku sekolah 4 = Pengalaman belajar 5 = Pemahaman materi 6 = Motivasi belajar Pada item pertanyaan nomor 1, sebanyak 95,5% siswa mengakui bahwa desain alat peraga sumber daya alam menarik. Artinya, alat peraga sumber daya alam ini cocok untuk menempatkan objek sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga tidak perlu adanya perubahan desain lagi. Pada item pertanyaan nomor 2, sebanyak 80% siswa mengakui bahwa alat peraga sumber daya alam yang ada dapat diamati dengan mudah, hal ini karena adanya desain yang unik sehingga bahan mineral yang ada dapat diamati oleh siswa dengan mudah dan efisiensi tempat. Pada item pertanyaan nomor 3, sebanyak 85,5% siswa menyatakan bahwa alat peraga sumber daya alam ini dapat dijadikan sebagai penunjang dari buku sekolah. Hal ini dikarenakan penjelasan tentang bahan mineral yang ada pada buku sekolah sangat kurang. Bahkan bentuk mineral yang digambarkan pada buku sekolah tidak jelas dari segi warna dan bentuknya.
6
Pada item pertanyaan nomor 4, sebanyak 95,5% siswa menyatakan bahwa alat peraga sumber daya alam ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman siswa pada pembelajaran materi sumber daya alam. Hal tersebut disebabkan siswa hanya dijelaskan seperti apa yang ada pada buku sekolah. Guru jarang memberikan contoh nyata dari bahan mineral tersebut karena sulitnya mendapatkan bahan-bahan mineral yang ada. Pada item pertanyaan nomor 5, sebanyak 77,7% siswa menyatakan bahwa alat peraga sumber daya alam ini dapat memudahkan siswa dalam memahami materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, dengan menampilkan wujud asli dari bahan mineral, siswa tidak memiliki konsep yang kabur tentang bahan mineral tersebut. Adanya contoh nyata dari bahan mineral akan diketahui secara pasti dari karakteristik bahan mineral mulai dari warna, bentuknya, kekerasannya dan lainya. Pada item pertanyaan nomor 6, sebanyak 85,5% siswa menyatakan bahwa alat peraga sumber daya alam ini dapat menjadikan siswa lebih bersemangat dalam mempelajari materi sumber daya alam. Artinya, siswa yang awalnya tidak bersemangat dalam mempelajari materi sumber daya alam yang biasanya guru hanya mengajar menggunakan metode ceramah saja, tapi dengan adanya inovasi baru yaitu alat peraga siswa memiliki rasa ingin tahu terhadap apa yang ada pada alat peraga tersebut sehingga timbul semangat dalam mempelajari materi ini. Dari persentase angket, dapat diketahui bahwa persentase berada di atas 70%. Berdasarkan kriteria kelayakan, alat peraga sumber daya alam ini dinilai telah layak sebagai alat peraga. Akan tetapi, masih terdapat beberapa hal yang dapat dioptimalkan dalam pengembangan alat peraga ini. Oleh karena itu, revisi berdasarkan masukan ahli materi, media, dan berdasarkan hasil uji coba akan lebih mengoptimalkan pengembangan alat peraga sumber daya alam ini.
7
Manfaat Hasil Pengembangan Terhadap Kemudahan Siswa Dalam Memahami Materi dan Peningkatan Motivasi Siswa
Untuk mengetahui manfaat hasil pengembangan terhadap kemudahan siswa dalam memahami materi, peningkatan motivasi siswa, dan pengetahuan baru didasarkan pada hasil uji coba, yaitu dengan melihat persentase nilai jawaban siswa pada item pertanyaan yang terdapat pada angket uji coba, yaitu sebagai berikut: 1.
Apakah alat peraga ini memudahkan anda dalam memahami materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui?
2.
Apakah belajar dengan alat peraga ini, anda lebih bersemangat dalam mempelajari materi pelajaran ini?
3.
Apakah alat peraga ini menambah pengetahuan dan pengalaman anda pada materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui? Berdasarkan tiga item pertanyaan di atas, item pertanyaan pertama
digunakan untuk mengetahui tingkat kemudahan siswa memahami materi dengan menggunakan alat peraga. Item pertanyaan kedua digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi siswa ketika menggunakan alat peraga, dan item pertanyaan ketiga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengetahuan baru dan pengalaman baru yang siswa peroleh setelah menggunakan alat peraga. Dari data hasil uji coba (lihat lampiran 1), diperoleh persentase jawaban siswa untuk item pertanyaan pertama mencapai nilai 77% dengan kriteria cukup layak. ini berarti alat peraga tersebut dapat meningkatkan kemudahan siswa dalam memahami materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini dibuktikan dengan tugas yang telah dikerjakan siswa secara berkelompok yang didalamnya terdapat penjabaran tentang kondisi bahan mineral dan energi. Meliputi karakteristik mineral seperti warna, tekstur, bau, asal-usul, serta manfaat bagi kehidupan manusia. (Tercantum pada lampiran 7) Item pertanyaan kedua diperoleh persentase jawaban siswa mencapai 85% dengan kriteria cukup layak, Ini berarti bahwa penggunaan alat peraga tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari materi tersebut. Sedangkan item pertanyaan ketiga diperoleh persentase jawaban siswa mencapai 95% dengan kriteria layak. Ini
8
berarti penggunaan alat peraga tersebut dapat memberikan pengetahuan atau pengalaman baru kepada siswa. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga untuk topik sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui memiliki manfaat bagi siswa, yaitu: 1.
Meningkatkan kemudahan siswa dalam memahami materi.
2.
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari materi.
3.
Memberikan pengetahuan dan pengalaman baru kepada siswa.
D. Kajian dan Saran 1.
Kajian Produk yang Telah Direvisi Produk yang dihasilkan pada pengembangan ini adalah alat peraga
sumber daya alam yang telah direvisi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan ahli dan uji coba. Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang belum dapat dilakukan pengembang dalam merevisi produk. Pertama, sebagian besar bahan masih menggunakan material yang berat seperti kayu sehingga dalam memobilisasinya kurang efisien. Hal ini dikarenakan pengembang ingin menggunakan bahan-bahan yang sifatnya sederhana dan minimnya biaya dalam pembuatan produk. Saran pengembangan lebih lanjut agar dapat menggunakan bahan-bahan yang lebih modern dan praktis dalam memobilisasinya. Kedua, bentuk dan desain kurang menarik dan kurang minimalis karena tampilan luar masih polos tidak terdapat cover, nama, gambar, dan judul. Hal ini tetap dibiarkan karena akan merusak penampilan alat peraga. Pengembang menyadari bahwa ini menjadi kelemahan tersendiri dari alat peraga yang telah dibuat. Hendaknya pada pengembangan selanjutnya agar menggunakan desain yang lebih baik untuk penampilan luar dari produk agar dapat terlihat lebih menarik bagi calon pengguna produk. Ketiga, penggunaan yang kurang efektif karena ketika pengguna mengamati produk harus mengetahui keterangan dengan menggunakan buku petunjuk sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Hal ini dikarenakan minimnya ruang dalam meletakkan keterangan pada objek mineral-mineralnya.
9
Pengembangan selanjutnya diharapkan untuk dapat memposisikan objek mineral dengan keterangan ringkas dari objek mineral tersebut agar penggunaannya menjadi lebih efektif. Keempat, sekat yang memisahkan antara mineral satu dengan yang lain belum baik dan seimbang. Hal ini tetap dibiarkan karena rumitnya pembuatan sekat jika tidak menggunakan bantuan alat-alat modern. Untuk meminimkan kekurangan ini, pengembang menggunakan sekat plastik untuk mengganti sekat yang terbuat dari kayu. Kelima, pengembang mengisi sebagian ruang dari box untuk mengisi peralatan-peralatan pelengkap yang berhubungan dengan alat peraga. Menurut ahli media, ruang kosong tersebut hendaknya diisi oleh alat bantu dalam penggunaan alat peraga. Dalam pembuatan produk selanjutnya hendaknya membuat tempat mineral dengan desain yang unik dan jelas fungsinya. Keenam, jumlah mineral yang terbatas, masih terdapat mineral-mineral yang belum tersedia apda alat peraga. Seperti nikel, timah, alumunium, mangaan, tembaga, intan tras dan lainnya. Hal ini dikarenakan berbagai faktor salah satunya sulit ditemukan mineral tersebut dilingkungan sekitar, kalaupun ada harus membeli dengan harga yang kurang terjangkau. Produk yang telah direvisi menjadi produk jadi yang berupa alat peraga secara langsung dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Produk dapat menampilkan berbagai macam bahan mineral dan energi yang ada di kepulauan indonesia dari sabang sampai merauke yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yaitu alat peraga yang dapat menampilkan suatu bahan mineral dan energi dengan menunjukan contoh secara langsung. Produk ini cukup membantu dalam penjelasan materi tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui karena selama ini pengajaran sebelumnya hanya menjelaskan tentang informasi yang ada didalam buku saja yang berisikan informasi berupa tulisan maupun gambar. Hal tersebut menjadikan pemahaman terhadap konsep materi menjadi kabur sehingga alat peraga ini menjadi solusi terhadap problem yang ada, yaitu dengan menampilkan wujud secara langsung dari bahan-bahan mineral dan energi. Siswa dapat mengamati secara langsung
10
mulai dari bentuk, warna, bau, ukuran dan lain sebagainya yang berhubungan dengan materi tersebut. 2.
Saran Adapun saran dalam pengembangan produk ini terbagi menjadi 3, yaitu
mengenai pemanfaatan, diseminasi, dan pengembangan produk lebih lanjut. Saran-saran dalam pengembangan alat peraga sumber daya alat tersebut sebagai berikut. 1. Pengembangan Produk Lebih Lanjut a. Diharapkan kepada pengembang lebih lanjut untuk melengkapi objek mineral yang belum tersedia pada alat peraga seperti nikel, timah, alumunium, mangaan, tembaga, intan tras dan lainnya. b. Hendaknya pada pengembangan selanjutnya agar menggunakan desain yang lebih baik dan unik untuk penampilan luar dari produk agar dapat terlihat lebih menarik bagi calon pengguna produk. c. Saran pengembangan lebih lanjut agar dapat menggunakan bahanbahan yang lebih modern dan praktis dalam memobilisasinya. d. Untuk pengembang berikutnya, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas penggunaan alat peraga sumber daya alam terhapad hasil belajar siswa.
11
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Asnawir dan Basyirudin Usman.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers
Daldjoneni, N. 1987. Pokok-Pokok Geografi Manusia. Bandung: Alumni. Dale, E. 1954. Audio-visual methods in teaching, revised edition. New York: A HoltDryden Book, Henry Holt and Company. Dick, Walter, Carey, Lou, and James O. Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction, (5 th ed). New York: Longman. Endarto, Danang. 2009. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Haggett, P, 2001. Geography. A Global Synthesis. Prentice Hall, New York Hartati, B. 2010. Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 (1): 128-132. Mardiono. 2007. Geografi Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Munadi, Yudhi. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP. Makalah Pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP. Yogyakarta Purwanto, Edy. 1994. Media Pengajaran IPS-Geografi. Malang: Universitas Negeri Malang. Pribadi, B.A. dan Putri, D.P. 2004. Media Teknologi. Jakarta Universitas Terbuka. Santosa, K. 2004. Mengenal Dan Membuat Media Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang. (tidak dipublikasikan)
12
Sudarta, Arif. 2012. Pengenalan dan Pengembangan Alat Peraga IPA Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran IPA di Tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Bandung, 16 Juni 2012. Dalam Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), (Online), (http:// pikiran-rakyat.com), diakses 10 Agustus 2012. Sadiman, Arif. 2008. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia Sudjana, N. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Sudjana, Nana dan Ahmad Rifa’i. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI. Sunarto, dan Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Susilana, dan Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Sucipto, andi. 2008.Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Paradigma, No. 25/Th.XIII : 219-229. Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi untuk SMA kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga
13