PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA SANDPAPER LETTERS MATERI MENULIS KALIMAT TEGAK BERSAMBUNG BERBASIS METODE MONTESSORI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Sabrina Winda Agustin NIM: 111134275
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Panitian Penguji
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan kepada: Kedua orang tua Ibu Fransiska Wiwi Sarwati dan Bapak Yusuf Sumarja yang telah membimbing dan memberikan kasih sayang yang tulus. Kakek dan nenek/orang tua dari Ibuku, Alm. Mbah Wiryo dan Mbah Ali yang tulus memberikan bimbingan serta nasehat. Kakakku Yohana Astri Wardani dan kakak iparku Sasongko Dwi Hartaji yang selalu memberikan semangat, motivasi dan bimbingan. Yang tercinta Nathania Grace Ariane dan ade Naila Aisyah Putri. Tante Marwati dan Om Budi Suprayogi yang selalu membantu dan memberikan nasehat yang berguna. Bude Endang dan Pakde Pujo Waluyo yang selalu memberikan motivasi. Suster Rena, Suster Tres, Suster Yohana yang selalu mendoakanku. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku. Mas Abdiel Yosi, Ibu Lidya, Tante Martini dan Om Agus yang slalu memotivasi dan memberikan semangat. Sahabat-sahabatku kelas D angkatan 2011 terimakasih atas kebersamaan dan keceriaannya. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO “Hidup adalah sebuah perjuangan, maka dari itu berjuanglah untuk hidupmu”. (Sabrina Winda)
Life is like riding a bicycle, To keep your balance, you must keep moving. (Albert Einstein)
Live as if your were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever (Gandhi)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Sabrina Winda Agustin
Nomor Mahasiswa
: 111134275
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letters Materi Menulis Kalimat Tegak Bersambung Berbasis Metode Montessori beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 Juni 2016 Yang menyatakan,
Sabrina Winda Agustin
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN ALAT PERAGA SANDPAPER LETTERS MATERI MENULIS KALMAT TEGAK BERSAMBUNG BERBASIS METODE MONTESSORI Sabrina Winda Agustin NIM: 111134275 Universitas Sanata Dharma Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menulis kalimat tegak bersambung siswa kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Jenis Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan ( Research and Development). Penelitian ini menggunakan tujuh tahap yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan format produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk akhir. Validasi dilakukan oleh dosen bahasa Indonesia dan dosen ahli Montessori. Subjek uji coba penelitian terdiri atas siswi kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Data yang dihasilkan berupa hasil tulisan siswa sebelum menggunakan alat peraga Sandpaper Letters dan setelah menggunakan alat peraga Sandpaper Letters. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters berbasis metode Montessori memiliki lima ciri yaitu (1) menarik, (2) bergradasi, (3) dapat digunakan secara mandiri, (4) memiliki pengendali kesalahan, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga ditunjukkan dari hasil validasi oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli Montessori dan memperoleh skor 3,20 termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper Letters layak digunakan dan dapat diuji coba pada ruang lingkup yang lebih luas. Kata Kunci : jenis penelitian, Sandpaper Letters, metode Montessori, menulis kalimat tegak bersambung.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT THE DEVELOPMENTOF SANDPAPER LETTERS PROPERTY UPRIGHT SENTENCES CONCATENATED WRITTING BASED MONTESSORI METHODS Sabrina Winda Agustin NIM : 111134275 Sanata Dharma University This researched aims to develop the ability to write sentences upright continued first-class students of SDN Experiment 2 Yogyakarta. This research type is research and development (Research and Development). This research uses seven steps: 1) research and data collection, (2) planning, (3) the development of the format of the initial product, (4) the initial trials, (5) product revision, (6) the field trials, (7) revision of the final product. Validation is done by the Indonesian lecturers and expert lecturers Montessori. Subject research trial consisted of first grade students of SDN Experiment 2 Yogyakarta. Data were collected through interviews, observations, and results of questionnaire analysis of the needs of teachers and students. Data generated in the form of students' writing before using property Sandpaper Letters and after using props Sandpaper Letters. The results showed that props Sandpaper Letters based on the Montessori method has five characteristics: (1) interesting, (2) graded, (3) can be used independently, (4) have the error handler, (5) contextual. Quality props shown from the results of validation by Indonesian experts and experts Montessori and obtain a score of 3.20 is included in the category of "very good". This indicates that the Sandpaper Letters property fit for use and can be tested on a wider scope. Keywords: types of research, Sandpaper Letters, Montessori method, write a sentence erect continued.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan, atas segala rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letters Materi Menulis Kalimat Tegak Bersambung Berbasis Metode Montessori” sebagai
Tugas akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2.
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis.
3.
Apri Damai Sagita Krissandi,S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD, Universitas Sanata Dharma
4.
Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, meluangkan waktu, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Kepala SD Negeri Percobaan II, Jumari S. Pd. yang telah memberikan ijin penelitian, dan Ibu Ketti W, S.Pd. selaku wali kelas I yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukanselama penelitian serta seluruh guru, karyawan dan murid-murid tercinta SD Negeri Percobaan II.
6.
Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing selama penulis belajar di kampus PGSD, USD.
7.
Ibu Fransiska Wiwi Sarwati dan Bapak Yusuf Sumarja, kakakku Yohana Astri Wardani,Sasongko Dwi Hartaji dan mas Abdiel Yosi Dwi Prasetya.
8.
Tante Marwati, Om Budi, Tante Victoria, Om Sigit, Mas Petrus, Suster Rena terimakasih untuk dukungan dan doanya selama ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melaksanakan penulisan skripsi.
10. Teman-teman kelompok payung montessori (Elena Mahanani Wicaksono, Stefi Peni Leton, Bona) terima kasih atas kerjasama, kebersamaan, dan bantuan selama kita mengerjakan skripsi ini. 11. Teman-teman angkatan 2011 PGSD terlebih kelas D terima kasih atas kerja sama, kekeluargaan, dan keceriaan yang selalu tercipta setiap hari selama perkuliahan. 12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini.Oleh karena itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat untuk memajukan pendidikan di masa yang akan datang.
Penulis
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................ vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ....................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10 D. Manfaat Penelitan ....................................................................................... 11 E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ......................................................... 12
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Definisi Operasional ................................................................................... 18 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 19 A. Kajian Pustaka ............................................................................................ 19 1. Pengertian Menulis ............................................................................ 19 2. Pengertian Kemampuan Menulis ....................................................... 20 3. Menulis Tegak Bersambung ........................................................ 22 4. Manfaat Menulis Huruf Tegak Bersambung ................................... 24 5. Tahap-tahap Menulis Huruf Tegak Bersambung ................................ 25 6. Langkah-langkah Menulis Huruf Tegak Bersambung ........................ 27 7. Penilaian Menulis Huruf Tegak Bersambung ..................................... 31 8. Prinsip Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar ............................... 32 9. Menulis Kalimat Sederhana ............................................................... 33 10. Metode Montessori ........................................................................... 35 11. Kemampuan Motorik Halus .............................................................. 36 12. Perkembangan Anak ......................................................................... 37 13. Alat Peraga Montessori ..................................................................... 42 a. Pengertian Alat Peraga ...................................................................... 42 b. Fungsi Alat Peraga ............................................................................. 52 c. Kriteria Alat Peraga.................................................................... 55 d. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori....................................... 56 14. Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori ............................. 60 15. Deskripsi Kemampuan Siswa……………………………………… 62 B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 63 C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 67
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 69 A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 69 B. Setting Penelitian ......................................................................................... 71 1. Objek Penelitian ..................................................................................... 71 2. Subyek Penelitian .................................................................................. 71 3. Tempat Penelitian .................................................................................. 71 4. Waktu Penelitian .................................................................................... 72 C. Rancangan Penelitian ................................................................................. 72 D. Prosedur Pengembangan ............................................................................ 76 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 81 F. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 89 G. Teknik Analisis Data......................................................................... 100 H. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ..................... 107 A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 107 1. Pengumpulan Data .................................................................................. 107 B. Pembahasan ................................................................................................ 166 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN ........................................................................................................... 122 A. Kesimpulan ................................................................................................. 122 B. Keterbatasan Penelitan ............................................................................... 123 C. Saran ........................................................................................................... 123 DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 125 LAMPIRAN ..................................................................................................... 127
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.1Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah .............. 183 Lampiran 1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas I ................ 186 Lampiran 1.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas I ............... 189 Lampiran 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis ........................... 190 Lampiran 2.2 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Siswa ............................... 194 Lampiran 2.3 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ………….. . ……..201 Lampiran 2.4 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ……..………….. Lampiran 3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Ahli ………………
205 211
Lampiran 4.1 Hasil Produk Siswa …………………………………. ……….229 Lampiran 5. Dokumentasi ………………………………………………… 241 Lampiran 6. Album Alat Peraga …………………………………….. …….. 242
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Tulisan Salah Satu Siswa Kelas I ................................................
8
Gambar 1.2 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf c,m,n dan r ........................ 15 Gambar 1.3 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf b,c, f dan g ........................ 15 Gambar 1.4 Alat Peraga Sanpaper Letters huruf a,i,u,e dan o........................
16
Gambar 1.5 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf s,v,w,x dan z ................... 17 Gambar 1.6 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf h,j,k dan l.......................... 18 Gambar 1.7 Alat Peraga Sandpaper Letters huruf p, q, t dan y......................
19
Gambar 2.1 Baris Buku pada buku tulis halus siswa......................................
32
Gambar 2.2 Aturan Menulis Huruf Tegak Bersambung.................................
33
Gambar 4.1 Sandpaper yang sudah direvisi huruf vokal ................................. 71 Gambar 4.2 Sandpaper Letters huruf h,j,k,l ..................................................... 72 Gambar 4.3 Sandpaper Letters huruf b,d,f dan g ............................................. 72 Gambar 4.4 Sandpaper Letters huruf p,q,t dan y ............................................. 73 Gambar 4.5 Sandpaper Letters huruf s,v,w,x dan z ......................................... 73 Gambar 4.6 Sandpaper Letters huruf c,m,n,r ..................................................
xvi
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (A) Latar Belakang Penelitian, (B) Rumusan Masalah, (C) Tujuan penelitian, (D) Manfaat penelitian, (E) Spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (F) Definisi operasional.
A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di SD pada hakikatnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Adapun beberapa tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut: a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,baik secara lisan maupun tertulis, b) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, c) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dan penting dalam perkembangan intelektual,sosial, dan emosional peserta didik dan menjadi salah satu penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Senada dengan pendapat di atas, menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD/MI harus mencakup komponen kemampuan berbahasa yang meliputi 4 aspek. Keempat aspek tersebut adalah: (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia di ruang lingkup SD diharapkan dapat membantu siswa untuk menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti halnya kemampuan membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan baik secara lisan maupun tertulis serta menumbuhkan apreasi terhadap hasil karya kesastraan. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu. Isi dan tujuan dari standar kompetensi
mata
pelajaran
bahasa
Indonesia
bersumber
pada
hakikat
pembelajaran bahasa yaitu belajar berkomunikasi dan belajar sastra. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat dan benar seharusnya mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2003:12). Pentingya menulis huruf tegak bersambung di kelas I SD perlu ditekankan kepada siswa, supaya siswa dapat menulis permulaan dengan tulisan yang benar, sehingga tulisan huruf tegak bersambung dapat dibaca dengan mudah. Pelajaran menulis di kelas rendah khususnya di kelas I SD diorientasikan pada kemampuan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menulis mekanik. Siswa dilatih untuk menuliskan lambang-lambang tulis jika dirangkaikan ke dalam sebuah kata, maka lambang-lambang tersebut menjadi kalimat yang bermakna.Keterampilan menulis huruf tegak bersambung dipelajari dikelas I dan II kemudian dilanjutkan dikelas III. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir dan mengasah motorik halus siswa. Hal ini sependapat dengan Sella (2010:13) bahwa kemampuan motorik halus siswa akan semakin terasah ketika siswa berlatih menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil. Kegiatan menulis huruf tegak bersambung akan merangsang kerja otak,terutama otak kanan siswa yang merupakan tempat mengatur berbagai macam seni dan estetika. Kemampuan otak manusia khususnya siswa usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) sedang mengalami perkembangan kognitif yang pesat. Pembelajaran menulis huruf tegak bersambung secara tidak langsung juga mengajarkan ketelitian, kerapian dan kreatif kepada siswa. Fungsi lain dari menulis huruf tegak bersambung adalah siswa dapat menulis lebih rapi sehingga mudah dibaca oleh orang lain. (Sella,2012:33). Hal ini disebabkan dengan adanya kegiatan menulis huruf tegak bersambung, siswa berusaha menulis pada posisi baris yang terdapat di buku halus menulis huruf tegak bersambung. Di dalam buku halus terdapat enam baris yang digunakan sebagai tempat merangkai huruf. Dengan adanya baris tersebut dapat membantu siswa untuk menulis huruf tegak bersambung sesuai dengan benar. Senada
dengan
Sella,
menurut
pendapat
Pratanti
(2012:54)
mengungkapkan menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau pulpen adalah salah satu kegiatan kompleks yang melibatkan integrasi sensori (visual, sentuhan, dan motorik halus). Siswa kelas I SD pada umumnya diberikan latihan menulis dengan menggunakan pensil. Jika terjadi kesalahan dalam menulis huruf tegak bersambung, maka siswa dapat menghapusnya. Oleh karena itu, dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti menyarankan supaya siswa menggunakan pensil. Menurut pendapat Pratanti (2012: 22) menjelaskan bahwa dengan menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan pensil akan membantu siswa dalam mengkoordinasikan seluruh sensori motorik antara tangan, alat tulis dan tulisan yang akan ditulis sehingga merangsang kerja otak kanan mereka. Kesulitan siswa dalam melakukan integrasi sensori pada siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan berkonsentrasi, kendali emosi. Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa kelas IA di SDN Percobaan 2 Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober -15 Oktober 2015 diperoleh data diantaranya sebagian besar siswa masih merasa kesulitan menulis huruf konsonan seperti huruf p,q,z,t,w,z dan siswa masih mengalami kesulitan dalam merangkaikan huruf menjadi sebuah kata dan kalimat. Disamping itu, guru masih belum dapat menciptakan media yang mampu melatih siswa supaya dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar. Media yang tersedia di ruang kelas I pada umumnya hanya poster contoh huruf tegak bersambung. Proses pembelajaran menulis huruf tegak bersambung selama pelajaran bahasa Indonesia belum melibatkan keaktifan siswa untuk latihan menulis dengan intensif, akibatnya masih banyak tulisan siswa yang belum jelas
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibaca. Oleh karena itu, guru harus mencari alternatif alat peraga pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam latihan menulis huruf tegak bersambung. Ketidakmampuan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung khususnya siswa laki-laki akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa, sebab siswa tidak jelas membaca tulisan yang ditulisnya. Dari hasil pengamatan, peneliti juga melihat hasil belajar siswa yang belum maksimal dan masih banyak huruf yang belum jelas. Penggunaan buku tulis halus dan alat peraga Sandpaper letters yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk latihan menulis huruf tegak bersambung. Adapun alasan tertentu siswa diberi pelajaran menulis huruf tegak bersambung adalah (1) tulisan sambung memudahkan siswa untuk mengenal katakata sebagai satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, (2) menulis huruf tegak bersambung tidak memungkinkan menulis dengan posisi huruf terbalik, (3) menulis huruf tegak bersambung lebih cepat karena tidak ada gerakan berhenti disetiap huruf (Abdurrahman, 1999:21). Adapun kelebihan buku tulis halus dibandingkan dengan buku tulis biasa yaitu untuk melatih siswa menulis huruf tegak bersambung adalah sebagai berikut: (1) mempermudah siswa dalam menyamakan besarnya huruf. Hal ini disebabkan besarnya huruf yang ditulis oleh siswa dipandu oleh dua garis atas dan dua garis bawah serta satu garis tengah yang memiliki spasi pendek, sehingga tulisan siswa akan tepat pada garis tidak lebih dan tidak kurang dari jangkauan garis. Pemanfaatan alat peraga atau benda-benda konkret, salah satunya dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran khususnya dalam hal menulis huruf tegak bersambung. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Piaget (2011:36) menyatakan siswa kelas I SD masih berada pada tahap operasional konkret (7-11 tahun). Pada tahap ini, siswa mampu berpikir secara logis dan dapat membangun konsep pengetahuan dengan cara memanfaatkan benda-benda konkret disekitar lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian tentang penggunaan alat peraga Sandpaper letters untuk mengatasi permasalahan terkait dengan melatih dan merangsang motorik halus anak pada saat menulis huruf tegak bersambung. Penggunaan alat peraga dapat membantu melatih motorik halus anak sehingga anak mampu memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan benar. Kesulitan masing-masing siswa dalam menulis dapat menimbulkan berbagai akibat tidak terbacanya tulisan siswa dengan jelas. Hal ini yang dirasakan oleh guru kelas I SDN Percobaan mengatakan masih ada beberapa siswa yang belum lancar dalam menulis huruf tegak bersambung, sehingga saat ada tugas untuk menulis, siswa tersebut lambat dalam menyelesaikan tugasnya. Tulisan antara satu siswa dengan siswa lainnya pasti berbeda bentuknya. Peneliti mengambil salah satu gambar tulisan siswa pada saat kegiatan observasi di kelas IA dan peneliti menemukan adanya permasalahan dikelas IA untuk materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Sebagai contoh tulisan siswa adalah sebagai berikut:
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1.1 Tulisan salah satu siswa kelas I Berdasarkan dokumentasi gambar tulisan salah satu siswa diatas, peneliti menemukan permasalahan yaitu kesulitan menulis huruf tegak bersambung. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melatih sensori motorik halus anak adalah dengan menggunakan metode Montessori karena metode ini menekankan fungsi dari penggunaan alat peraga. Melalui metodenya, Montessori mampu mengasah motorik halus anak dengan cara meraba huruf yang terdapat pada alat sandpaper letters.setelah anak meraba huruf kemudian anak diberi penjelasan tentang cara menulis huruf dan diberikan latihan secara terus-menerus sehingga pada usia SD, anak sudah lancar menulis huruf. Selain penelitian yang dilakukan oleh Montessori, penelitian serupa dilakukan oleh Liliard dan El-Quest (2006:12) yang menunjukkan bahwa anak yang diberi kebebasan dan kemandirian dalam belajar menggunakan alat peraga khususnya dari sekolah montessori memiliki kecepatan belajar yang lebih fokus dalam memahami konsep abstrak dibandingkan dengan anak dari sekolah tradisional. Penelitian lain terkait dengan adanya pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelas 1 SD Ar-Rahman,
Jombang.
Kedua
penelitian
tersebut
menunjukkan
bahwa
penggunaan metode Montessori dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil prestasi siswa khususnya dalam menulis huruf. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru kelas I dan siswa kelas I terdapat beberapa informasi bahwa guru belum menggunakan alat peraga bahasa Indonesia secara maksimal dan hanya terbatas pada papan tulis saja. Selain itu, peneliti juga
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melihat dari hasil analisis kebutuhan siswa dan hasil kuesioner menyebutkan bahwa sekitar 70% siswa kelas 1Amembutuhkan alat peraga yang menarik dan mampu membantu siswa dalam memahami cara menulis huruf tegak bersambung. Guru kelas 1A juga membutuhkan alat peraga yang mampu membantu siswa dalam latihan menulis huruf tegak bersambung. Berdasarkan informasi dari hasil analisis tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) tentang alat peraga pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis huruf tegak bersambung. Alat peraga yang dikembangkan adalah alat peraga berbasis Montessori “Sandpaper Letters”. Alat peraga ini merupakan salah satu alat peraga Montessori yang digunakan untuk melatih anak supaya mengetahui cara menulis huruf tegak bersambung dan mengasah motorik halus anak dengan meraba (tracing) huruf yang ada pada papan Sandpaper letters. Dalam penggandaan alat peraga berbasis Montessori ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya tentang fungsi dan tingkat keamanan pada saat siswa menggunakan alat peraga tersebut secara mandiri. Maria Montessori telah menjelaskan tentang tata cara dalam menggandakan alat peraganya yang disajikan dalam Metode Montessori. Montessori (dalam Gutek, 2013:240) menyataka bahwa pembelajaran bahasa Indonesia degan alat peraga sebaiknya mengandung unsur dan nilai keindahan serta estetik (seni) termasuk dalam kategori menarik, unsur gradasi (dilihat dari tekstur,warna,bentuk,ukuran,fungsi), nilai pengendali kesalahan (auto-correction), dan nilai kontekstual. Alat peraga yang dirancang
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebaiknya memenuhi kelima nilai dan karakter tersebut, sehingga alat peraga yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan hasil yang maksimal oleh siswa. Peneliti mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia “Sandpaper letters” untuk
alat
peraga
menulis
huruf
tegak
bersambung.
Tujuan
dalam
mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia berbasis Montessori ini adalah untuk melatih siswa dalam menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Peneliti mengembangkan alat peraga Montessori selama proses penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan di SDN Percobaan II Yogyakarta dengan jumlah 10 siswa yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Peneliti melakukan penelitian di SD tersebut karena kebutuhan alat peraga masih terbatas untuk kelas I. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran bahasa Indonesia.Salah satu kemampuan yang akan dikembangkan peneliti adalah kemampuan menulis, khususnya menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Dalam menulis yang dibutuhkan bukan hanya kemampuan siswa dalam menyusun dan menuliskan simbol-simbol tertulis saja melainkan juga kemampuan siswa dalam mengungkapkan pikiran, perasaan serta pendapat ke dalam bentuk tulisan. Menurut Solchan (2008:117) berpendapat bahwa dalam pembelajaran menulis di kelas rendah (menulis permulaan) yang perlu di ajarkan kepada siswa adalah: (1) penguasaan tulisan (huruf), (2) penulisan kata, (3) penulisan kalimat sederhana, (4) kaidah tata tulis. Produk yang dihasilkan berupa prototipe alat peraga Sandpaper Letters yang diujicobakan secara terbatas kepada subjek siswa kelas I SDN Percobaan II.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan untuk materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta? 2. Bagaimana cara penggunaan alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta? 3. Bagaimana kualitas alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta? 4. Bagaimana deskripsi kemampuan siswadalam menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengembangkan alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang sesuai digunakan untuk melatih anak menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. 2. Mengetahui penggunaan alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Mengetahui kualitas alat peraga Sandpaper Letters berbasis Montessori yang dikembangkan tentang materi menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. 4. Mengetahui deskripsi kemampuan siswa dalam menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung pada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Alat peraga yang dikembangkan akan memberikan ilmu baru bagi siswa kelas I tentang bentuk huruf tegak bersambung dan wawasan tentang alat peraga montessori yaitu Sandpaper letters. Melalui alat peraga Sandpaper letters, siswa dapat belajar sambil bermain dengan alat peraga. Siswa juga merasakan adanya tekstur kasar dari permukaan huruf, sehingga ada nilai keindahan dan gradasi dari alat peraga Sandpaper letters. 2. Manfaat Praktis a.) Bagi Peneliti Penelitian ini membuka pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti dalam merancang, membuat, serta mengembangkan penggunaan alat peraga bahasa Indonesia berbasis Montessori tentang menulis kalimat huruf tegak bersambung untuk siswa dikelas IA serta melibatkan keaktifan siswa selama proses penelitian berlangsung.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b.) Bagi Guru Guru dapat mengembangkan alat peraga yang sudah dimiliki sesuai dengan prinsip-prinsip alat peraga berbasis Montessori. Setelah itu guru dapat mengaplikasikan alat peraga Sandpaper Letters untuk siswa kelas I pada materi menulis huruf tegak bersambung. c.) Bagi Siswa Penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep dasar menulis huruf tegak bersambung dan menambah ketertarikan siswa dalam belajar menulis huruf tegak bersambung dan memberikan pengetahuan tentang alat peraga Sandpaper Letters. d.) Bagi Sekolah Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi sekolah tentang penggunaan alat peraga untuk mengatasi permasalahan siswa khususnya kelas I dalam hal menulis huruf tegak bersambung, sehingga pihak sekolah dapat memiliki inovasi untuk memperbaiki dan menata kembali proses pendidikan melalui pemanfaatan dan penggandaan alat peraga yang digunakan.
E. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan Produk yang dikembangkan dan dihasilkan dalam penelitian ini adalah alat peraga yang berupa Sandpaper Letters berbasis pada Metode Montessori, beserta album cara penggunaannya. Adapun beberapa list produk yang akan dikembangkan yaitu papan huruf vokal dan papan huruf konsonan yang sudah didesain oleh peneliti dan sudah divalidasi oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Montessori serta album penggunaan. Adapun fungsi dari alat peraga Sandpaper letters yaitu membantu siswa dalam memahami cara menulis huruf tegak bersambung dan mengetahui bentuk huruf tegak bersambung. Produk alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah papan yang terdiri dari huruf vokal dan huruf konsonan dengan desain huruf tegak bersambung. Berikut ini adalah desain alat peraga Sandpaper Letter yang telah dirancang oleh peneliti.
Gambar 1.2 Alat peraga Sandpaper Letters Pada papan huruf c,m,n, dan r memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 9,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk huruf nya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai c adalah 5 cm, panjang tangkai m,n dan r sama yaitu 5 cm. Hal ini disesuaikan dengan lebar papan huruf bagian tengah adalah 5 cm.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1.3 Alat peraga Sandpaper Letter untuk huruf b,c,f dan g. Pada papan huruf b,d,f,g memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 20,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk hurufnya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai b adalah 6cm dan tinggi tangkai adalah 6 cm.sedangkan untuk huruf d memiliki tinggi tangkai 4,4 cm,ekor tangkai kurang lebih 6 cm dan bagian depan memiliki panjang 3,6 cm serta diameter tengah adalah 2,4 cm. Pada huruf f, memiliki tinggi tangkai 6,6cm dan panjang tangkai 4,7cm. Pada huruf g memiliki panjang tangkai 6 cm kearah bawah dan bagian depan 3,7 cm serta diameter begian tengah didalam huruf g adalah 1,5 cm. Pengelompokan huruf b,d,f dan g karena dilihat dari panjang tangkai dan besarnya huruf yang dibuat, sehingga peneliti mengelompokkan huruf b,d,f dan g dalam satu papan. Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.
Gambar 1.4 Alat peraga Sandpaper Letter untuk huruf a,i,u,e,o
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada papan huruf a,i,u,e dan o memiliki panjang 50 cm dan lebar papan 9,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan dari kayu pinus,sama dengan papan huruf lainnya. Hanya saja pada huruf vokal, peneliti memberikan gradasi warna merah tua dan warna biru. Hal ini disesuaikan dengan kriteria alat peraga berbasis Montessori yaitu menarik dan bergradasi. Yang dimaksud menarik, dapat dilihat dari komposisi dan pemilihan warna, sedangkan untuk bergradasi dapat dilihar dari tekstur permukaan huruf vokal. Peneliti mengelompokkan huruf a,i,u,e dan o menjadi satu papan karena memudahkan peneliti untuk mengajarkan kepada siswa tentang macam-macam huruf vokal dan berbagai bentuk huruf vokal apabila didesain dengan tegak bersambung. Selain itu, peneliti juga mendesain huruf a,i,u,e dan o menjadi satu papan karena tinggi masing-masing tangkai dan panjang tangkai sama besarnya, sehingga sekaligus mengajarkan kepada siswa tentang kesesuaian tinggi dan besarnya huruf vokal a,i,u,e dan o.
Gambar 1.5 Alat Sandpaper Letter untuk huruf konsonan s,v,w,x dan z Pada papan huruf s,v,w,x dan z memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 9,6 cm.Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk hurufnya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai s adalah 5 cm dan tinggi tangkai adalah 5 cm. sedangkan untuk huruf v memiliki tinggi tangkai 5 cm,ekor tangkai kurang lebih 5 cm dan bagian depan memiliki panjang 5 cm serta diameter tengah Pada huruf w memiliki tinggi tangkai 5 cm dan panjang tangkai 5 cm. Pada huruf x memiliki panjang tangkai 5 cm kearah bawah dan bagian depan 5 cm. Pengelompokan huruf s,v,w,x dan z karena dilihat dari panjang tangkai dan besarnya huruf yang dibuat, sehingga peneliti mengelompokkan huruf s,v,w,x dan z dalam satu papan. Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.
Gambar 1.6 Alat Sandpaper Letter untuk huruf konsonan h,j,k dan l. Pada papan huruf h,j,k dan l memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Tinggi tangkai h adalah 13.4 cm dan ekortangkai adalah 6 cm, sedangkan untuk huruf j mmiliki tinggi tangkai 6,9 cm,ekor tangkai kurang lebih 6 cm dan bagian depan memiliki panjang 4 cm.Ciri pada hurufk yaitu memiliki tinggi tangkai 6cm dan panjang tangkai dari depan adalah 8,3 cm. Pada huruf l memiliki panjang tangkai 6 cm kearah atas dan bagian dari depan adalah 6 cm.Pengelompokan huruf h,j,k dan l
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam satu papan karena peneliti melihat dari kesesuaian besar dan tingginya tangkai huruf h,j,k dan l. dalam pengelompokkan ini, peneliti juga mengajarkan kepada siswa tentang bentuk huruf h,j,k dan l yang ada di papan sandpaper letters Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.
Gambar 1.7 Alat peraga Sandpaper Letters untuk huruf p,q,t dan y. Pada papan huruf p,q,t dan y memiliki panjang papan 50 cm dan lebar papan 20,6 cm. Papan sandpaper letters ini didesain dengan menggunakan bahan kayu pinus dan untuk huruf nya, peneliti menggunakan pasir pantai yang teksturnya tidak terlalu kasar, sehingga aman digunakan untuk tracing bagi anak kelas I SD. Panjang tangkai p adalah 7 cm cm dan tinggi tangkai adalah 6 cm.sedangkan untuk huruf q memiliki tinggi tangkai 13 cm,ekor tangkai yang menjulur ke samping bawah adalah 5 cm dan bagian depan memiliki panjang 4 cm serta diameter tengah adalah 2,2 cm. Pada huruf t, memiliki tinggi tangkai 8,6 cm dan panjang tangkai 4,5 cm. Pada huruf y memiliki panjang tangkai 8 cm kearah bawah dan bagian depan 3,7
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cm serta diameter begian tengah didalam huruf g adalah 3 cm. Pengelompokan huruf p,q,t dan y karena dilihat dari panjang tangkai dan besarnya huruf yang dibuat, sehingga peneliti mengelompokkan huruf p,q,t dan y dalam satu papan. Untuk huruf konsonan, peneliti memberikan gradasi warna biru tua dan biru muda, supaya anak kelas I merasa tertarik dengan adanya gradasi warna serta gradasi tekstur.
F. Definisi Operasional 1. Kemampuan menulis huruf tegak bersambung/ menulis halus adalah kemampuan yang harus dikuasai siswa sekolah dasar kelas I. Menulis huruf tegak bersambung merupakan keterampilan yang diajarkan disekolah dasar kelas rendah sebagai pembelajaran menulis permulaan pada tingkat dasar. 2. Alat Peraga Sandpaper Letters adalah salah satu alat peraga berbasis metode Montessori yang digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi mengenai cara menulis huruf tegak bersambung. 3. Perkembangan anak adalah proses pematangan dan perubahan hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. 4. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. 5. Metode montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak yang dicetuskan oleh Maria Montessori berdasarkan pengalamannya menangani secara langsung anak-anak berkebutuhan khusus di Casa dei Bambini,Itali.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Deskripsi kemampuan siswa adalah deskripsi/gambaran mengenai kemampuan siswa dalam hal menulis huruf tegak bersambung yang dinyatakan dengan angka sebelum menggunakan alat peraga Sandpaper letters dan setelah menggunakan alat peraga Sandpaper letters.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Uraian dalam bab ini terdiri dari (A) Kajian Pustaka, (B) Penelitian yang relevan dan (C) Kerangka berpikir. A. Kajian Pustaka Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah kemampuan menulis huruf tegak bersambung, metode Montessori, kemampuan motorik halus dan perkembangan anak, serta alat peraga sandpaper letter Montessori dan pembelajaran menulis huruf tegak bersambung di kelas satu sekolah dasar. 1. Pengertian Menulis Menulis merupakan kegiatan komunikasi verbal yang berisi penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan yang dimaksud dapat berupa rangkaian sebuah huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Dengan demikian, menulis merupakan salah satu bentuk pengunaan bahasa yang melibatkan empat unsur, yakni penulis sebagai penyampai pesan, pesan yang ditulis, media tulisan seperti buku, dan pembaca sebagai penerima pesan ( Yunus, 2002:13). Menulis permulaan (beginning writing) adalah cara merealisasikan simbolsimbol bunyi menjadi huruf-huruf yang dapat dikenali secara konkret sesuai dengan tata cara menulis yang benar. Menulis permulaan merupakan salah
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
satu tahapan proses belajar menulis, khususnya menulis huruf tegak bersambung bagi siswa sekolah dasar kelas I. 2. Pengertian Kemampuan Menulis Kemampuan menulis terdiri dari dua kata yaitu kemampuan dan menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2003:742) menjelaskan arti dari kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan, sedangkan
menurut
pendapat
Enny
(2013:37)
menyatakan
bahwa
kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir dan dari hasil latihan/praktek untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakan. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kemampuan menulis adalah kemampuan menulis permulaan untuk siswa kelas I SD. Pada kelas rendah, khususnya kelas 1 SD, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menulis lambang-lambang tulis seperti huruf yang akan dirangkaikan ke dalam sebuah kata dan akan menjadi kalimat yang bermakna, apabila susunan kata tersebut sudah benar dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Persiapan menulis menyangkut kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mempersiapkan motorik halus anak, terutama pada bagian 3 jari yaitu, ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Dalam kegiatan menulis huruf tegak bersambung, diperlukan sebuah contoh huruf yang konkret supaya anak dapat mengetahui bentuk huruf tegak
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersambung dan cara menulis yang benar, sehingga dapat dibaca dengan baik. Selain contoh media yang konkret dan menarik, dalam latihan menulis huruf tegak bersambung, siswa harus memiliki keterampilan motorik halus. Persiapan menulis yang benar perlu dilakukan agar anak-anak supaya lebih terlatih dalam kegiatan menulis permulaan. Persiapan menulis sendiri dapat dilakukan dengan melatih anak melakukan hands-on learning, yaitu kegiatan menggunakan syaraf taktil dan berolahraga.Kegiatan hands-on learning adalah sebuah kegiatan anak menyentuh benda-benda konkret dan media nyata. Misalnya menyentuh pasir,menyentuh media yang mampu merangsang motorik halus dan kasar seperti media Sandpaper letter Montessori. Adapun manfaat dari bermain pasir dalam pengembangan keterampilan menulis di usia SD kelas 1 yaitu dari segi psikomotorik dimana anak-anak bermain pasir menggunakan jari tangan berguna melatih koordinasi mata dan mengasah motorik halus anak. Dilihat dari segi kognitif dengan bermain pasir menambah pengetahuan anak mengenai berbagai bentuk,ukuran, perubahan wujud sehingga mampu meningkatkan kecerdasan anak. Kemudian apabila dilihat dari segi sensoris, bermain pasir dapat merangsang anak supaya mengasah kemampuan sensoris melalui sentuhan kulitnya.Meskipun terlihat sederhana, bermain pasir terbukti bermanfaat untuk melatih syaraf taktil anak. Selain itu, pasir halus juga dapat dimanfaatkan oleh anak untuk mengenalkan hururf dengan cara menggambarkan huruf diatas pasir tanpa takut ada salah.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menulis dipasir dengan jari telunjuk dan jari tengah dapat menjadi alat bantu belajar menulis anak. Kegiatan menulis dengan diatas pasir dapat memberikan sensasi motorik kepada siswa. Sebelum siswa menulis, guru dapat memberi contoh cara menulis huruf diatas pasir terlebih dahulu dengan menggunakan jari telunjuk. Alasan peneliti memilih kemampuan menulis diharapkan melalui latihan menulis huruf tegak bersambung dibantu dengan menggunakan media sandpaper letters Montessori secara terus menerus dan rutin, diharapkan membuat siswa sanggup menulis dengan baik dan benar. 3. Menulis Tegak Bersambung Menulis tegak bersambung merupakan bagian dari handwritting atau kemampuan menulis tangan. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 094/C/Kep/I.83 tanggal 7 Juni 1983 tentang bentuk tulisan yang baku yang telah dikemukakan oleh Murniati (2012:2). Senada dengan pendapat menurut Muba dalam Rufaida (2010), menulis huruf tegak bersambung merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan tulisan dengan huruf yang saling bersambung satu sama lain yang dilakukan tanpa mengangkat alat tulis. Dengan adanya kegiatan menulis huruf tegak bersambung memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan otak siswa usia 6-7 tahun ( SD kelas rendah),sedangkan menurut Ellis,dkk (1989:243) menyatakan bahwa menulis huruf tegak bersambung adalah suatu bentuk tulisan dengan huruf
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang saling bersambung dan sudut yang membulat. Sependapat dengan Ellis, dkk (Tompkins, 1995:480) menyatakan bahwa “Cursive handwrittig are joined together the letters to form a word with continous movement”, artinya bahwa menulis tegak bersambung berarti kegiatan untuk menggabungkan huruf secara bersamaan untuk membentuk kata dengan gerakan tangan yang terus-menerus dan saling memiliki kesinambungan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis tegak bersambung merupakan kegiatan merangkaikan huruf demi huruf dengan memperhatikan bentuk huruf tegak bersambung. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa mengangkat alat tulis agar hasil tulisannya tidak terputusputus. Menulis tegak berrsambung memiliki berbagai macam tujuan. Tujuan menulis tegak bersambung, salah satunya adalah membantu siswa dalam mengembangkan bentuk komunikasi tertulis yang dilakukan melalui kegiatan menulis permulaan . Dua hal penting dalam kegiatan menulis tegak bersambung yaitu keterbacaan dan kelancaran. Keterbacaan berkaitan dengan tulisan tersebut dapat dengan mudah ditulis dan mudah dibaca,sedangkan kelancaran berkaitan dengan kecepatan dan ketepatan dalam menulis huruf tegak bersambung (Tompkins,1991:477). Senada dengan pendapat Tompkins, menurut Zuhdi (1999:87) menyatakan bahwa tujuan menulis huruf tegak bersambung adalah agar siswa dapat menulis dengan rapi, tepat sehingga mudah dibaca oleh orang lain.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan pendapat di atas, menulis
kalimat dengan huruf tegak
bersambung bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung dengan rapi sehingga mudah dibaca oleh orang lain. Penulisan dan cara merangkai yang tepat akan menghasilkan tulisan yang rapi dan indah. 4. Manfaat Menulis Huruf Tegak Bersambung Kegiatan menulis tegak bersambung merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Hal ini bermanfaat terhadap perkembangan otak siswa, khususnya siswa kelas rendah (kelas 1 SD). Menulis tegak bersambung memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan siswa. Berikut beberapa manfaat dari kegiatan menulis tegak bersambung. Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis tegak bersambung menurut Muba (dalam Rufaida, 2010) adalah: (1) merangsang kerja otak untuk menjadi lebih kreatif, (2) menulis lebih cepat, (3) menghasilkan tulisan yang lebih indah dan rapi, dan (4) mengasah daya seni yang dimiliki siswa. Sependapat dengan Muba, menurut
Dwi (2010: 17) menyebutkan tiga
manfaat dari menulis tegak bersambung diantaranya: (1) merangsang perkembangan motorik siswa, (2) menulis lebih cepat dan (3) menghasilkan tulisan yang lebih indah dan rapi. Pernyataan tersebut diperjelas dengan pendapat Usmiwati (2011:13) yang menyebutkan empat manfaat menulis tegak bersambung, yaitu: (1) merangsang kerja otak agar berkembang dengan baik, (2) merangsang kerja
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
otak dalam berkreativitas, (3) menghasilkan tulisan yang lebih indah dan rapi, dan (4) mengasah daya seni siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa menulis tegak bersambung memiliki manfaat yang penting bagi siswa. Manfaat menulis tegak bersambung tersebut, diantaranya adalah: (1) mengasah kemampuan otak, khususnya dalam hal seni dan kreativitas siswa, (2) merangsang perkembangan motorik siswa dan (3) tulisan menjadi lebih rapi sehingga mudah dibaca oleh orang lain. 5.
Tahap-tahap Menulis Tegak Bersambung Mengajarkan menulis tegak bersambung memang tidak mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam mengajari siswa. Menurut Tompkins (1995: 480-487) menulis tegak bersambung dapat diajarkan melalui tiga tahap, diantaranya adalah: (a) menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade), (b) menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade), dan (c)menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grades). Ketiga tahap dalam menulis tegak bersambung tersebut dapat diuraikan di bawah ini. a.
Menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade) Tulisan siswa berkembang dari kegiatan menggambar yang dilakukan mereka. Kemampuan
motorik halus siswa dilatih melalui kegiatan
menggambar di atas pasir, finger painting atau melukis dengan jari, dan juga membentuk pola huruf dengan menggunakan plastisin. b. Menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade)
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pembelajaran menulis di kelas awal dimulai dari siswa mempelajari bagaimana cara menulis huruf lepas atau balok. Kemudian siswa belajar menulis kata dengan menggunakan huruf lepas atau balok. Kemudian siswa belajar menulis kata engan menggunakan huruf tegak bersambung. c. Menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grades) Siswa sudah mulai dikenalkan dengan bentuk huruf tegak bersambung. Siswa belajar untuk merangkaikan huruf tegak bersambung menjadi kata maupun kalimat. Sependapat dengan
pernyataan dari Tompkins, menurut Ratih
(2010:17) juga menjelaskan pada prinsipnya tahapan menulis tegak bersambung diajarkan dari tingkat yang paling sederhana sampai ke tingkat yang lebih kompleks. Tahap menulis tegak bersambung tersebut, antara lain: (a) siswa diajarkan bagaimana cara menulis bentuk huruf tegak bersambung, (b) siswa diajarkan cara menulis kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung, dan (c) siswa dilatih untuk menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahapan menulis tegak bersambung dimulai dari sebelum kelas awal yang berlanjut sampai kelas I, II, dan III sekolah dasar. Sebelum siswa dilatih menulis huruf lepas, siswa terlebih dahulu diasah kemampuan motorik halusnya melalui kegiatan menggambar atau membentuk huruf dengan menggunakan plastisin. Selanjutnya di kelas awal siswa belajar menulis huruf lepas terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan bagaimana menulis huruf tegak bersambung dan cara merangkaikannya.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung Pembelajaran menulis permulaan, khususnya pembelajaran menulis tegak bersambung dimulai pada kelas awal (kelas I, II, dan dilanjutkan di kelas III). Depdiknas (2009: 37-40) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran menulis tegak bersambung, antara lain di bawah ini. a.) Siswa memegang pensil dengan benar. Pensil dipegang dengan tegak dan tidak miring ke kanan atau ke kiri. b.) Siswa menuliskan huruf dengan benar. Huruf yang dituliskan sesuai dengan bentuk huruf tegak bersambung c.) Ukuran setiap hurufnya (ke atas dan ke bawah garis) ditulis dengan tepat. Misalnya huruf yang mempunyai kaki seperti huruf f, g, j, dan y ditulis sampai menyentuh garis bawah. Huruf yang mempunyai leher seperti huruf b, h, k, l ditulis sampai menyentuh garis atas dan siswa menuliskan huruf dengan tegak lurus (tidak miring ke kanan atau ke kiri). Penulisan huruf tegak bersambung yang benar adalah tidak miring ke kanan atau ke kiri. Senada dengan Depdiknas (2013: 10) juga menjelaskan cara dan langkah-langkah dalam pembelajaran menulis tegak bersambung seperti berikut: a.) Siswa belajar merangkai bentuk huruf tegak bersambung b.) Siswa belajar menulis huruf tegak bersambung dengan cara menjiplak huruf demi huruf c.) Siswa belajar menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan buku halus.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menulis tegak bersambung dengan menggunakan buku halus (Kurniawan, 2013:90) yaitu: 1.) Siswa diperkenalkan bentuk baris-baris serta cara menulis yang dimulai dari tepi bawah baris ketiga.
Gambar 2.1 Baris pada buku tulis halus siswa 2.) Sebelum menulis siswa harus bisa membedakan huruf mana yang memiliki jambul atau ekor atau tidak memiliki keduanya atau memiliki keduaduanya. a.) Huruf berjambul ada dua yaitu jambul yang penuh dan setengah jambul. Contoh huruf yang menggunakan jambul penuh seperti b, h, k, dan l, sedangkan untuk jambul setengah adalah d dan t. b.) Huruf berekor ada 2 yaitu ekor yang penuh dan setengah ekor penuh seperti huruf g, j, y dan ekor setengah seperti p dan q. c.)
Huruf
yang
tidak
memiliki
jambul
dan
ekor
seperti
huruf
a,c,e,i,m,n,o,r,s,u,v,w,x,dan z. d.) Huruf yang memiliki ekor dan jambul seperti huruf f. 3.) Siswa dilatih bagaimana menulis huruf tegak bersambung a.) Siswa dilatih menulis kata dan kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung hingga hafal dan memahami bentuk huruf.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2.2 Aturan menulis huruf tegak bersambung Adapun menurut ahli bahasa Indonesia yaitu Sampurno (2008:29) menyatakan dalam menulis tegak bersambung perlu memperhatikan beberapa hal yaitu sebagai berikut: a. Memposisikan diri dalam menulis seperti cara memegang pensil yang benar dan posisi kertas. b. Membuat pola huruf seperti pola melingkar, lurus, dan berputar dengan pensil pada kertas. c. Memperhatikan huruf b, d, h, k, l dan t sementara saat menyambung huruf yang harus diperhitungkan adalah huruf g, j, y dan f. d. Memonitor dan mengobservasi serta menganalisis contoh tulisan tegak bersambung yang di buat siswa. Menurut pendapat Tompkins (1995:488-489) juga menyatakan bahwa penggunaan strategi pembelajaran menulis tegak bersambung dimulai
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketika guru memperkenalkan kemampuan menulis tegak bersambung dan siswa
mempraktikan
cara
menulis
tegak
bersambung.
Tompkins
menyebutkan lima strategi dalam pembelajaran menulis tegak bersambung, yaitu: a. Memulai (initiating) Guru memberikan contoh menulis huruf tegak bersambung di papan tulis. b. Menstruktur dan mengonsep (structuring and conceptualizing) Siswa menggambarkan bagaimana menulis huruf-huruf tersebut di papan tulis. Guru membantu siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan menulis tegak bersambung. Siswa akan cepat belajar istilah ketepatan, seperti garis dasar, kanan-kiri, kemiringan untuk menggambarkan bagaimana huruf tersebut terbentuk. c. Meringkas (summarizing) Siswa menulis huruf tegak bersambung di papan tulis. d. Menggeneralisasi (generalizing) Guru mengajak siswa menulis tegak bersambung di papan tulis dan di kertas Melalui kegiatan tersebut siswa dapat menggambarkan proses penulisan bentuk huruf . e Mengaplikasikan (applying) Siswa diajarkan cara merangkaikan huruf tegak bersambung ke dalam kata maupun kalimat setelah mereka mempraktikkan bagaimana menulis huruf tegak bersambung. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pembelajaran menulis tegak bersambung diawali dengan kegiatan yang paling sederhana
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sampai pada kegiatan yang lebih kompleks. Siswa dilatih bagaimana cara menulis huruf tegak bersambung dengan bimbingan guru. Selanjutnya siswa dilatih bagaimana cara merangkai huruf tegak bersambung. Kemudian dilanjutkan dengan siswa dilatih menulis kata dan kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. 7. Penilaian Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung Pembelajaran menulis tegak bersambung dinilai dengan menggunakan pedoman penilaian menulis permulaan. Penilaian tersebut didasarkan pada aspek-aspek kemampuan menulis yang harus dikuasai siswa. Aspek kemampuan menulis permulaan siswa menurut Subarjo (2007: 90), yaitu: (1) kerapihan, (2) ketepatan menulis, (3) penguasaan teknik, dan (4) kreativitas. Sependapat dengan Depdiknas (2009: 127) menyebutkan bahwa penilaian menulis tegak bersambung meliputi: (1) kerapian, (2) kesesuaian ukuran tulisan, (3) penggunaan huruf kapital, (4) penggunaan tanda baca, dan (5) kelengkapan huruf. Menurut pendapat Zuchdi (1999: 81) menyatakan penilaian menulis tegak bersambung dapat dilakukan secara holistik dan per aspek. Penilaian holistik tersebut berarti penilaian dilakukan secara utuh berdasarkan kesan penilai. Sedangkan penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai aspek penulisan, seperti bentuk huruf, ukuran huruf, tebal tipisnya penulisan huruf, dan kerapihan tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penilaian menulis tegakbersambung dapat disimpulkan bahwa aspek penilaian menulis huruf tegak bersambung
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meliputi: kualitas tulisan dilihat dari kejelasan huruf, teknik memegang pensil, bentuk huruf, cara merangkai huruf, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris.
8. Prinsip Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Pembelajaran menulis di sekolah dasar menurut dibedakan atas dua tingkatan yaitu, menulis permulaan dan menulis lanjut. Pada tingkat menulis permulaan, kegiatan dan latihan menulis ditekankan pada cara memegang pensil, menulis huruf tegak bersambung, cara menulis huruf biasa atau balok, menyalin huruf atau kata, menjiplak, serta menyalin kalimat. Sasaran pembelajaran menulis permulaan merupakan siswa kelas awal yakni, kelas I sampai kelas II. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Suparno (2009: 12)menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia terpadu (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsipyaitu ,anak-anak adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka terus menerus akan berpikir tentang dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka pelajari dan mereka susun. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial. Bahasa digunakan untuk berbagai macam tujuan maka makna tersebut diekspresikan dengan cara yang bermacam-macam. 9. Menulis
Kalimat
Sederhana
dengan
menggunakan
huruf
tegak
bersambung Pembelajaran menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak bersambung juga diawali dengan kegiatan
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pramenulis,yaitu:
Melemaskan
lengan
dengan
gerakan
menulis
di
udara,memegang pensil dengan benar dan melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, dan melatih dasar menulis yaitu garis tegak, garis miring, garis lurus, dan garis lengkung. Pembelajaran menulis permulaan, khususnya pembelajaran menulis huruf tegak bersambung dimulai pada kelas awal (kelas I, II, dan dilanjutkan di kelas III). Adapun langkah-langkah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru adalah: a.
Peneliti harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan kepada siswa dan harus mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pada buku ajar.
Dalam hal ini, guru harus memahami konsep
kalimat sederhana. b.
Peneliti membaca dan memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar materi yang akan diajarkan.
c.
Guru mempersiapkan metode dan teknik pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam menyajikan materi yang akan diajarkan. Guru harus dapat memotivasi siswa supaya siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian.
d.
Peneliti mempersiapkan papan tulis yang telah digarisi menjadi lima baris.Peneliti juga meminta siswa untuk menuiapkan buku tulis bergaris lima, kemudian peneliti memeriksa siswa satu per satu untuk memastikan bahwa semua siswa dapat memegang pensil dengan benar.
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e.
Guru mengkondisikan siswa untuk siap menerima materi yang akan diajarkan. Pada saat Proses Pembelajaran, peneliti juga harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
f.
Peneliti memberitahukan materi yang akan diajarkan Peneliti memberitahukan materi yang akan diajarkan kepada siswa yaitu menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Peneliti memberikan contoh menulis dengan menggunakan huruf tegak bersambung dipapan tulis. Contoh yang diberikan guru harus bertahap, dimulai dari contoh yang berupa huruf,kata dasar, kata berimbuhan, lalu kalimat. Siswa menuliskannya pada buku masing-masing.Apabila masih ada siswa yang salah dalam menulis bentuk huruf, peneliti harus membimbingnya sampai siswa tersebut dapat menulis huruf tegak bersambung dengan benar.
g.
Peneliti membimbing siswa mendalami materi Pada tahap ini, contoh yang diberikan guru difokuskan pada kalimat sederhana.Jadi guru memberikan beberapa contoh kalimat sederhana dengan menggunakan huruf tegak bersambung di papan tulis.Siswa menuliskannya pada bukunya masing-masing. Namun sebelum guru mulai mendiktekan siswa, guru harus memperingatkan siswa supaya siswa benar-benar memperhatikan kalimat yang akan didiktekan peneliti. Suasana kelas juga harus dikondisikan supaya tidak ramai. Apabila masih ada beberapa siswa yang masih merasa kesulitan dalam menulis
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan huruf tegak bersambung, maka peneliti akan membantu siswa tersebut menggunakan media sandpaper letter Montessori. h. 10.
Peneliti memberikan pelatihan kepada siswa. Metode Montessori Metode Montessori adalah suatu pendekatan yang dicetuskan oleh Maria Montessori berdasarkan pengalamannya menangani secara langsung anakanak berkebutuhan khusus di Casa dei Bambini, Itali. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah. Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut dengan istilah direktris atau pembimbing). Metode Montesori menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktifk. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk mengendalikan kesalahan.
11. Kemampuan Motorik Halus Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Yudha dalam Rudyanto (2005:18) yang menyatakan bahwa kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan seorang anak dalam beraktivitas menggunakan otot halus seperti kegiatan menulis,
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggambar, menyusun balok. Perkembangan motorik halus merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut Hurlock (1996:21) adalah sebagai berikut: a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. b. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra-sekolah dan usia kelas 1 sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih untuk menulis,menggambar dan melukis. Menurut definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot-otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapatkan stimulasi/rangsangan yang tepat. 12. Perkembangan Anak Pada umumnya, perkembangan ini meliputi proses perubahan secara sistematis tentang fungsi fisik dan psikis. Menurut Yusuf (2011:1-2) mendefinisikan arti perkembangan sebagai proses perubahan dalam diri manusia baik secara fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan
yang
berlangsung
berkesinambungan.
37
secara
sistematis,
progresif,
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Senada
dengan
menjelaskan arti
pendapat
Yusuf,
menurut
Meggit
(2013:11)
perkembangan anak sebagai salah satu proses
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak sepanjang hidupnya. Sependapat dengan Meggit, Somantri (2007:3), perkembangan anak merupakan proses pematangan dan perubahan hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang terjadi secara sistematis,progresif dan berkesinambungan. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa perkembangan anak meliputi sebuah proses yang bersifat progresif dan berkelanjutan. Beberapa ahli juga memaparkan tentang tahap perkembangan anak, salah satunya
adalah
Maria
Montessori.
Menurut
Montessori,
fase
perkembangan anak dibagi menjadi 3 tahapan yaitu (1) fase pertama berusia 0-6 tahun, (2) fase kedua berusia 6-12 tahun, dan fase ketiga (1218 tahun). Fase pertama terjadi pada usia nol hingga enam tahun. Tahap ini anak mengalami pembentukan inteligensi yang saga penting dan merupakan penentu bagi tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pada tahap ini mengalami periode sensitif, masa peka, atau sering disebut golden age (usia emas). Pada usia ini, anak berada pada periode absorbent mind (pikiran yang terserap).
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam hal ini, anak mengalami periode perkembangan sensitif ( periode peka), periode perkembangan inteligensi, periode pembelajaran tentang keteraturan, periode pembelajaran bahasa ( menulis dan membaca) yang terjadi pada usia tiga hingga lima tahun, periode perkembangan untuk berjalan, bersikap dan bertindak untuk kepentingan sendiri (egosentrik), memiliki energi diri untuk fokus terhadap pengembangan diri. Oleh karena itu, fase pertama ini merupakan fase yang tepat untuk membangun perkembangan anak secara optimal. Fase kedua terjadi rentang usia enam hingga dua belas tahun. Tahap ini memungkinkan anak untuk bermain logika dan pembenaran, pembentukan imaginasi, perkembangan moral dan mental, pengenalan budaya serta perkembangan kekuatan fisik. Selain itu, pada anak usia enam hingga dua belas tahun sudah memiliki ketertarikan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki energi ekstra secara fisik, kondisi fisik yang lebih sehat, dan periode belajar (intellectual period). Fase selanjutnya adalah fase ketiga yang terjadi pada usia dua belas hingga delapan belas tahun. Tahap ini, remaja sudah mulai mengarahkan kematangan fisik, pencarian identitas seksual, pemodelan ideal yang diikuti perasaan bebas, dan pencarian nilai-nilai spiritual.Teori perkembangan pun juga dipaparkan oleh beberapa ahli di bidang perkembangan anak.Salah satunya adalah Jean Piaget.Dalam hal ini, Piaget memaparkan pendapatnya tentang teori perkembangan kognitif.Jean Piaget membagi perkembangan kognitif.Jean Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam 4 tahap
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yaitu sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada saat bayi berusia dua belas tahun.Selama tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, mendengar, dan sebagainya.Selain itu, konsep anak mengenal kausalitas (sebab-akibat) juga mulai berkembang terlebih berkaitan dengan konsep ruang dan waktu. Beberapa perkembangan mengenai benda, ruang, waktu dan kausalitas membantu anak membangun pengetahuan tentang lingkungannya (Suparno,2010-26-27). Oleh karena itu, tahap ini menjadi dasar bagi perkembangan tahapan selanjutnya. Tahapan perkembangan kognitif selanjutnya adalah pra-operasional. Tahapan ini terjadi pada umur dua sampai tujuh tahun.Periode ini merupakan salah satu periode peralihan dari periode sensorimotorik.Pada akhir periode sensorimotorik, anak mampu mengembangkan tindakan yang efisien dan terorganisasi dalam menghadapi lingkungan. Selain itu, anak pun menggunakan kemampuan yang sudah diterima pada periode sebelumnya walaupun sekarang berada pada periode pra-operasional (Crain, 2007:182). Anak juga menggunakan simbol maupun tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Berdasarkan cara berpikir tersebut, anak mampu mengungkap dan membicarakan hal yang sudah terjadi (Suparno,201:49). Oleh karena itu, perkembangan kognitif anak
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semakin berkembang yang terorganisir dengan penggunaan simbol dan bahasa dalam mengungkapkan objek maupun hal yang terjadi Tahap kognitif selanjutnya adalah tahap operasional formal.Tahap operasi formal ini merupakan tahap terakhir dalam tahap perkembangan kognitif menurut Piaget.Tahap ini terjadi pada umur sekitar sebelas atau dua belas tahun ke atas. Dalam tahap ini, anak dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis, formal berdasarkan proposi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan tanpa mengamati terlebih dahulu (Piaget dalam Suparno,2001:88). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa cara berpikir abstrak mulai berkembang dan digunakan. Menurut Ginsburg dan Opper (Magini, 2013:77) juga mengatakan bahwa anak dalam tahap ini sudah mempunyai tingkat ekuilibrium yang tinggi, dapat berpikir fleksibel, dan efektif serta mampu memecahkan masalah yang kompleks. Selain itu, anak juga dapat berpikir secara efektif tentang permasalahan dan penyelsaian yang tepat akan hal tersebut. Anak pun dapat memikirkan banyak kemungkinan tentang penyelesaian dari suatu permasalahan yang di hadapi. Berdasarkan berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri dalam tahap pra operasi formal adalah pemikiran deduktif,
hipotesis,
induktif
saintifik
dan
abstraksi
refleksi
(Suparno,2001:88-89). Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan anak usia SD umumnya terjadi pada fase kedua yang umumnya berusia 6-12 tahun. Selain itu, anak berada pada intellectual period atau terjadi periode
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
belajar secara mendalam pada rentang usia ini. Periode ini menuntut anak untuk belajar secara lebih dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.Selain itu, siswa SD pun juga termasuk pada tahap operasional konkret.Salah satu ciri pada tahap ini adalah anak mampu menggunakan logika berpikir dengan menggunakan benda konkret dan belum dapat menggunakan logika berpikir abstrak. Hal ini berarti siswa SD memerlukan bantuan berupa benda konkret atau alat peraga dalam memahami materi yang abstrak.Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan tentang alat peraga yang disesuaikan dengan perkembangan siswa SD karena alat peraga mampu membantu siswa memahami materi yang abstrak. 13. Alat Peraga Montessori Uraian dalam subbab ini memaparkan beberapa hal tentang alat peraga yaitu pengertian alat peraga, fungsi alat peraga, kriteria alat peraga, alat peraga berbasis metode Montessori, dan alat peraga sandpaper letters menulis berbasis metode Montessori. a. Pengertian Alat Peraga Menurut Kamus
Besar Bahasa
Indonesia (2005:27), alat dapat
didefinisikan sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan menurut Sunardi,dkk (2005:20) menjelaskan alat peraga adalah alat media pengajaran untuk memperagakan sajian pelajaran. Dari dua pengertian tersebut, alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran agar dapat menyampaikan materi dengan baik kepada siswa. Senada dengan pengertian diatas, Ali (dalam Sundayana,2014:7) berpendapat bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan serta perhatian dan kemauan siswa agar dapat membantu proses pembelajaran. Seperti halnya dengan pendapat Rusefendi (dalam Sundayana, 2014:7), alat peraga adalah alat yang menerangkan atau menyampaikan konsep pelajaran kepada siswa. Sama dengan paparan pendapat diatas, Simak Yaumi dan Syafei ( dalam Arsyad,2014:10) pun merumuskan pengertian alat peraga. Alat peraga merupakan alat yang digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Berbagai pendapat diatas menyatakan bahwa alat peraga memiliki fungsi untuk membantu dan mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Maria Montessori, Montessori juga beranggapan bahwa siswa membutuhkan seperangkat peralatan pendidikan (didactic apparatus) yang berguna untuk perkembangannya. Alat peraga menurut Montessori merupakan kesatuan bahan-bahan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anak secara individu
dan
mendukung
(Hainstock,1997:80).
43
pengembangan
kemampuannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu, alat peraga yang dibuat oleh Montessori ditujukan untuk membantu siswa dalam mencapai pengetahuan yang abstrak dan mengembangkan cara berpikir yang kreatid dengan memvisualisasikan simbol-simbol nyata (Liliard,1996:80-81). Oleh sebab itu alat peraga selalu tersedia di kelas-kelas Montessori sebagai lingkungan yang terstruktur dan mendukung perkembangan siswa dalam aktivitas seharihari. Dalam kerjanya di Casa dei Bambini, Montessori menghadapi masalah yang umum dihadapi oleh semua pengajar di sekolah tingkat dasar tentang mengajari cara membaca dan menulis. Montessori menentang anggapan yang berlaku saat itu bahwa membaca dan menulis harus dipaksakan kepada anak-anak. Untuk mendorong kesiapan siswa dalam hal membaca dan menulis, Maria montessori merancang huruf-huruf dari kertas karton yang dilapisi dengan ampelas. Keika anak-anak meraba huruf-huruf ini, sang direktris akan membunyikan nama huruf tersebut. Sementara anakanak disiapkan untuk menulis huruf dengan gerakan-gerakan meraba bentuk huruf, siswa akan menyimpan bentuk huruf dalam otak mereka kemudian mengenali bunyi dari huruf tersebut. Anak-anak siap untuk belajar membaca ketika mereka telah mengerti bahwa bunyi dari hurufhuruf yang mereka raba, dan kemudian mereka tulis serta membentuk kata-kata. Ketika anak-anak telah mengenal semua huruf vokal dan sebagian huruf konsonan, anak-anak telah siap untuk membentuk kata-kata yang
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sederhana. Dengan menggunakan huruf-huruf vokal, sang direktris akan memperlihatkan kepada anak-anak bagaimana cara menyusun dengan tiga huruf dan melafalkan nama mereka dengan jelas. Pada tahap selanjutnya, anak-anak akan menulis kata-kata yang didiktekan oleh sang direktris. Setelah cukup berlatih,anak-anak akan mampu menyusun kata-kata tanpa bantuan. (Magini, 2013:31) Dalam sebuah metode pendidikan yang bersifat eksperimental, pendidikan atau pelatihan indra-indra tidak diragukan lagi oleh Montessori.Pelatihan indra-indra sentuhan dan suhu dapat berjalan secara bersama. Menurut Montessori (dalam Magini, 2013:233) menjelaskan bahwa pembatasan latihan-latihan indra sentuhan pada ujung-ujung jari sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa. hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah fase penting dalam pendidikan sebagai awal persiapan siswa alam menulis. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Montessori kepada muridnya adalah dengan memejamkan matanya supaya siswa mampu merasakan perbedaan yang terjadi pada ujung jarinya ketika meraba suatu permukaan yang kasar. Bahan pembelajaran yang diajarkan adalah huruf alfabetis yang terdiri dari sebuah papan kayu segi empat yang dibagi menjadi dua segiempat yang sama,yang satu ditutup dengan kertas yang sangat halus,atau permukaan yang kayunya dihaluskan hingga sangat halus;yang lain ditutup dengan kertas ampelas dan sebua papan yang sebelumnya
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilapisi dengan strip-strip dari kertas halus dan kertas ampelas secara berselingan. Montessori juga membuat sebuah alfabet yang indah, huruf-hurufnya dalam bentuk tulisan yang bagus, tersusun dari huruf-huruf yang rendah dengan tinggi 8 sentimeter (Magini,2013:306), dan huruf-huruf yang lebih tinggi secara proporsional. Huruf-huruf ini terbuat dari kayu, dengan ketebalan sekitar 0,5 sentimeter, kemudian diberi cat, yang termasuk dalam huruf konsonan diberi cat warna biru,sedangkan huruf vokal diberi cat warna merah. Bagian bawah dari huruf- huruf ini,tidak dicat tetapi dilapisi dengan perunggu sehingga dapat bertahan lebih lama. Huruf-huruf yang dibuat pada kartu-kartu ini ditata dalam kelompok-kelompok. disetiap huruf alfabet tersebut, Maria Montessori juga menyiapkan sebuah gambar dari sebuah benda yang namanya dimulai dengan huruf tersebut. Di atas gambar,hurufnya dilukis dalam ukuran yang besar,dan didekatnya, huruf yang sama namun ukurannya jauh lebih kecil daripada huruf cetak. Gambar-gambar ini berfungsi untuk memapankan memori tentang bunyi dari huruf tersebut, dan huruf cetak kecil yang telah terpasang dengan huruf yang besar menjadi pengantar menuju pembacaan buku-buku.bagian yang menarik dari eksperimen maria montessori adalah bahwa setelah maria memperlihatkan pada anak-anak bagaimana meletakkan huruf-huruf kayu pada huruf-huruf secara berkelompokkelompok pada kartu-kartu, Montessori meminta muridnya untuk meraba
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rangkaian huruf huruf tersebut dengan gerakan tangan seperti layaknya orang menulis. Montessori juga mengembangkan latihan-latihan ini dalam beragam cara dan anak-anak belajar untuk membuat gerakan diperlukan
unuk
memproduksi
bentuk
tangan
tanda-tanda
grafis
yang tanpa
menulis.“Saya dikagetkan oleh sebuah ide yang tidak pernah masuk dalam benak saya sebelumnya, yaitu dalam menulis, kami membuat dua bentuk gerakan yang berbeda, karena disamping gerakan yang mereproduksi bentuk,terdapat juga gerakan untuk memainkan alat-alat tulis.Untuk memegang dan memainkan sebuah pensil dengan akurat, anak akan memperoleh sebuah mekanisme otot-otot khusus yang terpisah dari geraan menulis, hal ini harus berjalan beriringan dengan gerakan yang diperlukan untuk menghasilkan bentuk-bentuk huruf. Dalam menulis, memang harus ada sebuah mekanisme otot-otot yang berbeda dengan memori motorik tentang tanda-tanda grafis.Pada periode pertama, anak meraba huruf tidak hanya dengan jari telunjuk tangan, tetapi dengan dua jari yakni jari telunjuk dan jari tengah, kemudian pada periode kedua, anak meraba huruf- huruf dengan sebuah tongkat kayu kecil, yang dipegang seperti memegang pensil. Montessori mengatakan bahwa sang anak harus mengikuti gambaran visual dari bentuk huruf. Sudah benar apabila jarinya telah terlatih melalui kegiatan meraba kontur-kontur dari bentuk-bentuk geometris. Meraba huruf-huruf dan melihatnya pada waktu yang bersamaan, menyimpan
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gambaran
tersebut
(Magini,2013:310).
lebih
cepat
melalui
kerjasama
indra-indra
Dalam latihan-latihan untuk membentuk gambaran
visual dan otot tentang tanda-tanda alfabet, dan untuk membangun memori otot mengenai gerakan- gerakan yang diperlukan dalam menulis. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah kartu- kartu huruf yang terdiri dari kartu- kartu dimana huruf-huruf tunggal dari alfabet ditempelkan pada kertas ampelas; kartu-kartu besar memuat kelompokkelompok dari huruf-huruf yang sama. Kartu-kartu dimana huruf-huruf yang telah diampelas disesuaikan dengan ukuran dan bentuknya dengan masing- masing huruf.Huruf vokal di kertas ampelas dominan berwarna cerah dan ditempelkan pada kartu berwarna gelap sedangkan huruf- huruf konsonan dan kelompok-kelompok hurufnya dikertas ampelas hitam kemudian ditempelkam pada kartu-kartu berwarna putih. Pengelompokan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga menarik perhatian siswa pada bentuk-bentuk yang kontras atau bentuk-bentuk analog ( Magini, 2013:321). Dalam mengajarkan huruf-huruf alfabet, Montessori memulai dengan huruf-huruf vokal dan berproses menuju huruf-huruf konsonan, kemudian melafalkan bunyi dari huruf tersebut. Untuk huruf-huruf konsonan, maria mulai menyatukan suaranya dengan salah satu suara vokal, mengulang suku kata menurut metode fonetis seperti biasa. Proses pengajaran dilakukan dengan mengunakan tiga periode, yaitu:
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a) Periode pertama mengenai penghubungan sensasi visual dan otot sentuhan dengan bunyi huruf. Dalam hal ini sang direktris menyajikan kepada siswa dua kartu yang memuat huruf-huruf vokal (atau dua huruf konsonan), andaikan kita menyajikan huruf i dan o,kemudian berkata, “Ini adalah i! Ini adalah o”segera setelah kita memberikan bunyi dari sebuah huruf, kemudian sang direktris menyuruh siswa meraba huruf kemudian mengajari bagaimana cara meraba dan jika perlu memandu jari telunjuk tangan kanan untuk meraba atau menyusuri huruf tersebut seperti gaya siswa sedang menulis, b.) Periode kedua mengenai persepsi, siswa harus mengetahui bagaimana membandingkan dan mengenali bentuk-bentuk ketika mendengar bunyibunyi yang bersesuaian dengan mereka. Apabila sang direktris bertanya kepada siswa, misalnya” Beri saya o!lalu beri saya huruf I!” apabila siswa tidak dapat mengenali huruf-huruf tersebut dengan melihatnya, maka sang direktris akan mengajak siswa untuk meraba hurufnya secara berulang-ulang. c.) Periode ketiga mengenai bahasa, dengan membiarkan huruf-huruf tergeletak beberapa saat diatas meja, kemudian sang direktris bertanya kepada siswa,” Apakah ini?” dan siswa harus menjawab ini o,i,apabila yang dimaksud adalah huruf i dan o. Dalam mengajar huruf-huruf konsonan, direktris hanya melafalkan bunyinya saja dan segera setelah melakukan dan menggabungkan dengan huruf vokal kemudian membentuk kata dan menyelang latihan kecil ini
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan menggunakan huruf vokal yang berbeda-beda. Direktris harus selalu seksama untuk menekankan bunyi dari huruf konsonan kemudian mengulanginya, misalnya, m,m,m, ma,mi,mu,me,mo. Ketika siswa mengulang-ulang bunyi tersebut maka siswa dapat memisahkan antara huruf vokal dengan huruf konsonan.(Magini, 2013:324).berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Maria montessori, sang direktris mencoba mengajarkan cara membaca melakukan tiga periode secara berturut-turut dengan menggunakan kartu huruf yang diberi warna cerah untuk huruf vokal dan warna putih untuk huruf konsonan.Maria montessori menyebutkan bahwa saat anak melafalkan bunyi dari huruf-huruf konsonan, siswa mendapatkan sebuah kesenangan yang nyata. Bagi Montessori, tidak penting untuk memperlihatkan bagaimana pelafalan bunyi-bunyi alfabet agar dapat mengungkapkan suatu kondisi dari kemampuan ucap seorang siswa. adapun kekurangan-kekurangan yang hampir terkait dengan cara membaca disebabkan kurangnya perkembangan bahasa itu sendiri. Dalam hal memperbaiki kekurangankekurangan bahasa, Montessori mencoba mengikuti kaidah-kaidah fisiologis terkait dengan perkembangan bahasa siswa. akan tetapi, saat kemampuan bicara siswa telah berkembang secara sempurna, dan ketika siswa telah mampu melafalkan semua bunyi-bunyi huruf. Disamping kegiatan membaca, maria montessori juga mulai melakukan kegiatan menulis. Ketika maria montessori menyajikan sebuah huruf pada
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa dan mengucapkan bunyi tersebut, siswa juga akan menyimpan gambaran huruf-huruf ini melalui indra visual yakni mata, dan juga melalui indra-indra otot dan sentuhan yaitu kepekaan tangan.Bahan pembelajaran dari periode ketiga terdiri dari huruf-huruf alfabet.Hurufhuruf alfabet yang digunakan identik dalam bentuk dan dimensinya dengan huruf-huruf dari kertas amplas. Dalam cara ini, tiap-tiap huruf yang merepresentasikan sebuah benda yang mudah dipegang oleh siswa. latihan-latihan yang digunakan oleh Maria montessori yaitu setiap siswa mengenal sebagian huruf vokal dan konsonan yang terdapat di kotak besar. Sang direktris melafalkan dengan sangat jelas sebuah kata, misalnya,”mama”, kemudian menyuarakan bunyi dari huruf m secara berulang-ulang,dan siswa diminta mengambil sebuah huruf m dan meletakkannya diatas meja. Kemudian sang direktris mengulangi “ma-ma”. Siswa memilih huruf a dan meletakkannya di samping kanan huruf m. (Magini, 2013:328). Menurut maria Montessori, suatu hal yang menarik ketika menyaksikan siswa dalam kegiatan membaca. Gerakan-gerakan bibir yang menunjukkan bahwa siswa sedang membaca ulang kata-kata yang ditemukan.Nilai penting dapat dipetik yaitu siswa mampu menganalisis, menyempurnakan, menyimpan bahasa ucapannya sendiri kemudian menghubungkan setiap objek dengan setiap bunyi yang diucapkan.Penyusunan kata-kata dapat memberikan sebuah bekal yang diperlukan siswa untuk pengucapan yang jelas dan kuat.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan-latihan ini mampu menghubungkan bunyi yang didengar dengan adanya tanda grafis yang menampilkannya, dan membentuk dasar yang kuat untuk pengejaan yang akurat dan sempurna.Disamping ini, penyusunan kata-kata itu sendiri juga merupakan salah satu latihan untuk melatih kecerdasan. Kata yang dilafalkan kepada siswa menjadi suatu pelajaran menulis yang harus ditemukan dan siswa akan melakukannya dengan mengingat huruf-hurufnya dan memilih diantara huruf yang lain kemudian menyusun dalam susunan yang tepat. Ketika siswa telah selesai menyusun dan membaca kata yang telah diperintahkan. Dalam kegiatan penyusunan kata, yang murni dan sederhana, anak-anak menggabungkan dua latihan sekaligus yaitu pemilihan tanda-tanda grafis. Dimulai pertama dari kotak-kotak huruf yang ada dihadapan siswa,kemudian siswa mengambil huruf-huruf yang diperlukan, kedua ketika siswa mencari ruang bagian dimana masingmasing huruf harus dikembalikan. Dengan demikian ada tiga latihan yang menyatu untuk membentuk gambaran dari tanda grafis yang bersesuaian dengan bunyi-bunyi dari kata.Ketiga periode ini secara keseluruhan memuat metode untuk penguasaan bahasa tulis. Kegiatan psiko-fisiologis yang bersatu tersebut dapat digunakan untuk membangun kemampuan membaca dan menulis.gerakan-gerakan otot yang khas digunakan untuk membuat tanda-tanda huruf atau huruf-huruf yang disiapkan secara terpisah. Penyusunan kata-kata juga direduksi pada sebuah mekanisme penghubungan antara gambaran-gambaran yang
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
didengar dandilihat.Menurut pendapat Maria montessori, peneliti menarik kesimpulan secara umum tentang pengertian alat peraga, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa
alatperaga
merupakan
alat
bantu
untuk
memperagakan suatu materi dalam pembelajaran dengan mengaktifkan panca-indera siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. b. Fungsi Alat Peraga Siswa memperoleh pengalaman belajarnya dengan menggunakan benda konkret seperti alat peraga.Montessori juga menegaskan bahwa semua material atau alat peraga tersebut berguna untuk mendorog perkembangan anak secara intelektual dan melatih keterampilan anak (Hainstock, 1997:82). Melalui alat peraga, siswa dapat melihat secara langsung memperagakan atau menggunakannya, dan membentuk konsep yang abstrak serta pemikiran yang kreatif. Fungsi lain yang dapat diperoleh dari alat peraga yang dibuat oleh Maria Montessori antara lain adalah memberikan kontrol pada pergerakan siswa sehingga siswa mampu berkembang
dan
belajar
secara
mandiri,
serta
mengembangkan
kebahasaannya.(Liliard,1996:80-85). Selain itu, alat peraga juga memiliki fungsi untuk mempermudah pemahaman siswa tentang materi pembelajaran.Materi yang sifatnya abstrak pada umumnya sukar dipahami oleh siswa tanpa bantuan alat peraga. Melalui alat peraga, siswa dapat memahami materi yang abstrak dengan
melihat,meraba,
dan
menggunakan
53
alat
peraga
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Asyhar,2012:13).Sama halnya dengan paparan pendapat tersebut, Pramudjono (dalam Sundayana,2014:7) juga memaparkan fungsi alat peraga yaitu untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep pembelajaran. Fungsi mengenai alat peraga juga dipaparkan oleh Asyhar. Menurut Asyhar (2012:11), alat peraga pembelajaran berfungsi untuk membantu siswa
dalam
meningkatkan
keterampilan
dan
pengetahuan,
mengilustrasikan dan memantapkaninformasi yang akan diterima oleh siswa, serta menghilangkan ketegangan serta rasa malas yang dialami oleh siswa. Bermacam alat peraga dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Alat peraga yang digunakan seharusnya sesuai dengan kriteria anak dilihat dari usia dan tahapan berpikirnya. Dalam usaha memanfaatkan alat peraga sebagai alat bantu agar siswa dapat mendapatkan pengalaman yang langsung. Menurut Edgar Dale ( Sadiman, 2009:8) mngklasifikasikan pengalaman dari yang paling konkret sampai abstrak.Klasifikasi tersebut dikenal sebagai kerucut pengalaman (cone of experience).berikut merupakan kerucut pengalaman menurut Edgar Dale.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bagan 2.3 Kerucut Pengalaman Menurut E. Dale ( Sadiman,2009:8) Berdasarkan kerucut tersebut dapat terlihat bahwa pengalaman belajarkonkret yang secara langsung dialami siswa terletak pada bagian bawah. Menurut Edgar Dale, bahwa pengalaman langsung mendapatkan tempat yang tertinggi dan utama, sedangkan belajar melalui abstrak berada di puncak kerucut. Hal ini menandakan bahwa setiap pengalaman belajar siswa yang dialami secara langsung merupakan cara belajar yang berkualitas dan dapat memahami simbol-simbol yang abstrak (Munadi, 2009:19-20). Oleh karena itu, pengalaman langsung menggunakan alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sifatnya abstrak. Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan alat peraga memang diperlukan dalam pembelajaran. Keberadaan alat peraga dapat membantu siswa dan guru terutama pada saat proses pembelajaran terutama pada pembentukan pengetahuan siswa. Uraian tersebut menegaskan bahwa pengembangan alat peraga dalam penelitian memang diperlukan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa melalui benda-benda konkret.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
Kriteria Alat Peraga Tidak semua benda dapat dikatakan sebagai alat peraga. Menurut Russefendi (dalam Sundayana,2014:18-19) berpendapat bahwa benda harus memenuhi beberapa syarat tertentu untuk disebut sebagai alat peraga terutama alat peraga bahasa Indonesia. Berikut merupakan berbagai kriteria dari alat peraga bahasa Indonesia, yaitu: 1. Tahan lama dan tidak melukai siswa ketika digunakan 2. Bentuk dan warnanya menarik 3.Sederhana dan mudah dikelola 4.Dapat menyajikan konsep menulis dan membaca dalam bentuk tulisan huruf yang nyata. 5. Sesuai dengan konsep menulis dan membaca 6. Peragaan dapat digunakan sebagai dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi siswa. 7. Menjadikan siswa dapat belajar aktif dan mandiri dengan menggunakan alat peraga.
d. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Alat peraga Montessori mempunyai empat ciri khusus (Montessori, 2002:171-175). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. Ciri alat peraga Montessori yang pertama adalah menarik.Alat peraga Montessori dirancang sedemikian rupa supaya menarik bagi siswa supaya dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar khususnya dalam penelitian ini untuk membaca dan menulis.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alat peraga dibuat menarik dari segi,warna, bentuk dan sebagainya. Jikadilihat warnanya, alat peraga yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak pada saat anak menyentuh, meraba alat peraga menggunakan indera perabanya, serta mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh alat peraga menggunakan indera pendengar dan indera peraba (kulit). Melalui alat peraga tersebut, anak pun dapat menemukan hubungan satu hal dengan yang lain yang ada di dalam alat peraga ( Montessori,2014:174). Ciri alat peraga Montessori yang kedua adalah bergradasi. Alat peraga Montessori mempunyai gradasi rangsangan warna, bentuk,dan tekstur dari alat peraga tersebut. Peneliti melihat adanya gradasi tekstur pada alat Sandpaper Letters yang telah dirancang, karena teksturnya tidak terlalu halus, sehingga mampu merangsang motorik halus anak ketika diraba secara berulang. Alat peraga Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat merangsang panca indera tetapi tetap menarik perhatian siswa, karena adanya perpaduan warna. Warna gradasi juga disesuaikan dengan penggunaan alat Montessori dan disesuaikan dengan perkembangan usia anak maupun materi yang dapat diperoleh dari alat peraga yang sama (Montessori,2002:174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna. Misalnya pada alat montessori terdapat warna merah untuk huruf vokal dan warna biru untuk huruf konsonan. Gradasi warna juga terdapat pada alat peraga bahasa Indonesia yaitu untuk menulis.Ciri alat peraga Montessori yang ketiga adalah auto-correction.Alat
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peraga Montessori mempunyai pengendali kesalahan pada papan huruf sandpaper letters Montessori. Ciri alat peraga Montessori yang keempat adalah auto-education.Alat peraga Montessori ini dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak serta pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa adanya campur tangan dari orang dewasa.Lingkungan belajar dirancang sedemikian rupa supaya tidak ada orang dewasa yang mengintervensi hal-hal yang dilakukan anak.Hal tersebut dikarenakan setiap alat peraga sudah memiliki pengendali kesalahan apabila siswa tidak menjawab dengan tepat dan benar. (Montessori,2002:172-173). Penggunaan alat peraga yang sesuai dengan konteks dapat membantu siswa selama proses belajar. Selama kegiatan belajar, siswa dapat berperan aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.ciri-ciri alat peraga dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori adalah alat peraga yang memiliki ciri-ciri yaitu bergradasi,menarik,auto-correction,autoeducation dan kontekstual (bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga Sandpaper letters mudah diperoleh di lingkungan sekitar).Oleh sebab itu, alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan bahanbahan yang relevan dengan kegiatan menulis, yaitu Sandpaper letter. Untuk semakin memperlancar keterampilan siswa dalam menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru, siswa perlu diberi latihan secara terusmenerus. Bentuk pelatihan siswa dapat divariasikan antara pelatihan yang
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersifat: (1) mandiri, (2) berpasangan, (3) berkelompok. Pada pelatihan mandiri, setiap siswa memeriksa hasil tulisannya sendiri.Jika masih ada tulisan yang salah, siswa harus segera memperbaikinya, sedangkan pada pelatihan berpasangan, siswa saling memeriksa hasil tulisan dengan teman sebangkunya.Adapun pada pelatihan kelompok, guru dapat membagi siswa menjadi beberapa kelompok.pada pelatihan berkelompok ini, setiap siswa saling bertukar hasil tulisannya untuk diperiksa dengan teman dalam satu kelompoknya. Menurut pandangan salah satu tokoh pendidikan yang terkenal yaitu Maria Montessori mengkalim bahwa anak-anak usia empat hingga lima tahun mengalami “ledakan spontan dalam kemampuan menulis” menarik perhatian para penentangnya dan sikap skeptik dari para pengkritik. Maria Montessori melihat menulis dan membaca berkembang dalam hubungan yang erat.Untuk mendorong kesiapan membaca dan menulis, Maria Montessori merancang huruf-huruf dari kertas karton yang dilapisi dengan amplas. Ketika siswa mulai meraba huruf- huruf ini, sang direktris akan membunyikan nama huruf tersebut. Sementara untuk kesiapan menulis,siswa disiapkan untuk menulis huruf dengan gerakan- gerakan meraba bentuk huruf, siswa menyimpan bentuk huruf ke dalam otak mereka dan kemudia mengenali bunyi dari huruf tersebut. Siswa mulai siap untuk belajar membaca ketika siswa telah mengerti bahwa bunyi dari huruf-huruf yang mereka raba, dan kemudian mereka tulis membentuk kata-kata. Ketika anak-anak telah mengenal huruf-
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
huruf yang disampaikan oleh sang direktris, maka siswa bisa diajarkan lebih lanjut untuk menulis dan membaca. Maria Montessori terus menerus mengembangkan beberapa sekolah berdasarkan metode penelitiannya. Montessori mulai menjalankan perannya sebagai pendidik. Lingkungan sekolah diciptakan selayaknya lingkungan rumah anak. Montessori juga menyiapkan beberapa perabotan yang ukurannya disesuaikan dengan usia anak-anak. Selain itu, Montessori juga menyiapkan beberapa alat peraga yang bisa digunakan oleh anak-anak seperti balok silinder, tulisan dan kartu huruf.. Maria mengamati setiap aktivitas anak-anak dengan adanya alat peraga yang ada di sekolah.Salah satunya, Montessori mengamati anak yang sedang mencoba memasangkan balok silinder ke tempatnya. Walaupun anak tersebut berulang kali tidak berhasil untuk memasangkannya, tetapi anak tersebut tetap mencoba hingga berhasil. Hal lain yang dilakukan oleh Maria Montessori adalah mencoba menganggu dengan beberapa keramaian disekitarnya, namun anak tersebut tetap berkonsentrasi memasangkan balok silinder ke tempatnya. Pengalaman tersebut menarik minat Montessori bahwa konsentrasi akan membuahkan kepuasaan batin yang tidak ternilai ketika ia berhasil (Magini, 2013:48-49). Keberhasilannya dalam mendidik anak-anak menggunakan alat peraga dan observasinya mengembangkan ide-ide mengenai pendidikan membawa Montessori menjadi tokoh terkenal di kala itu. Selain itu, penelitian dan pengembangannya dalam dunia pendidikan membawanya
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada sebuah penghargaan.Montessori juga menjadi seorang dokter muda yang mendapatkan Nobel Perdamaian sebanyak tiga kali. Montessori terus mengembangkan metode pendidikannya ini dengan mengadakan beberapa seminar di kota-kota daerah Italia. Montessori pun melakukan pelatihan dan kursus yang mendemonstrasikan penggunaan alat peraga sehingga anak mengalami perubahan dalam sikap terhadap lingkungan masyarakat sekitar melalui pendekatannya (Magini,2013:63). Beberapa hal terus Montessori kembangkan hingga pada bulan Mei 1952, ia mengadakan Kongres kesembilan di London yang merupakan kongres terakhir Montessori laksanakan. Maria Montessori meninggal di usia ke-82 pada tanggal 6 Mei 1952 di Noordwjik, Belanda (Magini,2013:97). 14. Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori Metode
Montessori
menekankan
bahwa
proses
belajar
yang
diselenggarakan kepada anak paling baik terjadi di lingkungan yang tertata dan terstruktur (Gutek;2013:25). Selain itu, persiapan lingkungan menjadi hal yang penting karena dapat mendorong anak melakukan hal-hal spontan untuk
belajar.Menurut
Montessori(dalam
Magini,
2013:33)
mengatakan,”Suatu kelas yang anak-anaknya bisa bergerak bebas secara cerdas dan sukarela tanpa adanya perilaku kasar dan tidak sopan, menurutku merupakan kelas yang sangat disiplin”. Senada dengan hal tersebut, Montesori (dalam Gutek,2013:77) berpendapat bahwa mengkreasikan kembali lingkungan pembelajaran merupakan salah satu upaya agar siswa dapat mendapatkan lingkungan yang
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tepat untuk belajar. Montessori juga memastikan bahwa lingkungan belajar yang dapat dipersiapkan dapat menuntut anak untuk belajar untuk mandiri.Oleh karena itu, persiapan lingkungan merupakan hal penting yang perlu dilakukan karena setiap anak diberikan kebebasan untuk mencapai kemandiriannya dalam belajar. Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris yang bertugas untuk memandu proses pembelajaran tanpa campur tangan lebih jauh tentang aktivitas yang dilakukan oleh anak. Peran direktris dalam kelas adalah menyiapkan lingkungan belajar untuk anak dengan beberapa alat peraga serta mengobservasi aktivitas dan perkembangan yang telah dicapai oleh masing-masing anak (Liliard, 1997:18).Oleh karena itu, fokus dari metode Montessori adalah anak sebagai inividu yang melakukan setiap aktivitas belajarnya secara mandiri. Senada dengan pernyataan diatas, hal ini juga sesuai dengan penyataan yang diungkapkan oleh Paula Liliard dan Lynn Jessen. “ Kini, kami memberikan sebuah misi dalam kehidupan: yaitu untuk memahami masa kecil dan tujuannya, dan untuk berbagi pemahaman ini dengan orang tua sehinga mereka dapat membantu anak mereka melewati dengan baik masa kecilnya dan mencapai tujuan dari masa kanak-kanak...” (Liliard dan Jessen,2003:23). Pernyataan diatas dapat menggambarkan bahwa tujuan dari metode Montessori adalah memahami anak sebagai individu dan membantunya dalam mencapai masa kanak-kanak dengan baik melalui lingkungan yang
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
telah dipersiapkan Menurut Liliard (2005:29-33), metode Montessori memiliki delapan prinsip dalam pendidikannya, yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak, 2) kebebasan dalam memilih material apa yang digunakan, 3) adanya ketertarikan minat, 4)pentingnya minat instrinsik dengan menghapuskan motivasi eksternal berupa hadiah (reward) dan hukuman (punishment), 5) belajar bersama dengan teman sebaya, 6) belajar sesuai konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru terhadap anak, dan 8) pentingnya keteraturan lingkungan dan pikiran. Hal ini pun juga menegaskan bahwa aktivitas belajar anak merupakan aktivitas belajar sambil bermain yang dapat mengoptimalkan perkembangannya. Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode Montessori adalah metode yang menekankan prinsip dasar pembelajaran pada kebebasan dan kemandirian dengan persiapan lingkungan sebagai faktor pendukungnya. B. Penelitian Yang Relevan Bagian ini memaparkan beberapa penelitian yang relevan, yaitu: Astutik,(2009). “Penggunaan buku tulis halus sebagai suplemen untuk meningkatkan kemampuan menulis huruf tegak bersambung pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas 1 SDN Gadingkulon 03 Dau Malang.” Subyek penelitian adalah siswa kelas 1 SDN Gadingkulon 03 Kabupaten Dau Malang yang berjumlah 8 siswa.analisis data dilakukan dengan menggunakan indikator keberhasilan kelas sebesar 85% dan indikator keberhasilan setiap siswa memiliki nilai diatas 70. Penelitian ini
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memberikan hasil bahwa penggunaan buku halus dapat meningkatkan kemampuan menulis huruf tegak bersambung. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor tes formatif yang meningkat, dari nilai klasikal sebelumnya (pre test) sebesar 12,5% menjadi 50% pada posttest. Pada siklus 1 masih tercapai ketuntasan sebesar 65 % dan mengalami peningkatan pada siklus 2 sebesar 87,5% dan nilai siswa sudah diatas Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu diatas 75. Ma’sumah.
(2014).
Peningkatan
Keterampilan
Menulis
Tegak
Bersambung melalui penggunaan buku tulis halus paa siswa kelas 1 MI KHOLID BIN WALID RENO KENONGO PORONG,SIDOARJO.Skripsi. UIN Sunan Ampel. Surabaya. Penelitian ini memberikan hasil dengan diterapkannya penggunaan contoh dan media buku tulis halus serta pemberian motivasi per siklusnya, menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa yang semula 47,4% pada siklus 1 meningkat menjadi 94,7% pada siklus 2 dan hasil belajar siswa meningkat yaitu pada siklus I mencapai 68,4% meningkat menjadi 94,7% pada siklus 2. Artinya melalui penggunaan contoh dan media buku tulis halus ketrampilan menulis tegak bersambung siswa MI Kholid Bin Walid Reno Kenongo Porong Kabupaten Sidoarjo mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun pelajaran 2014/ 2015. Ciarafikasari (2009). “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf di TK ARRAHMAN,Jombang”. Universitas Negeri Surabaya Teknik pengumpulan
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
datanya berupa penyebaran kuesioner kepada guru kelas kelompok A. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga Sandpaper Letters dapat melatih kemampuan meniru huruf di kelas I SD Ar-Rahman, Jombang. Alce mada (2009).“ Meningkatkan Keterampilan Menulis Tegak Bersambung melalui Metode Drill Kelas 1 SD Inpres Tunas Jaya Kecamatan
Popayato Barat, Kabupaten Pohuwanto”. Penelitian ini
memberikan hasil selama 2 siklus penelitian tindakan kelas (Clasrrom Action Class). Siklus I yang dilakukan oleh peneliti memberikan hasil mencapai hasil 55% siswa sudah mampu menulis huruf tegak bersambung.. Dalam siklus ke 2, peneliti mengupayakan tercapainya indikator keberhasilan. Pada siklus ke 2, indikator keberhasilan mencapai 89%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode drill terbukti
dapat
meningkatkan
keterampilan
menulis
huruf
bersambung di kelas I SDN Tunas Jaya tahun pelajaran 2009/2010.
65
tegak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Secara ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam bagan dibawah ini.
Astutik (2009) “Penggunaan buku tulis halus sebagai suplemen untuk meningkatkan kemampuan menulis huruf tegak bersambung tahun pelajaran 2009/2010”.
Ciaraifikasari (2009) tentang “Pengaruh Penggunaan Media Sandpaper Letter terhadap kemampuan meniru huruf kelas I tahun pelajaran 2009/2010.
Yang diteliti dan dikembangkan
Ma’sumah (2014) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Melalui Penggunaan Buku Tulis Halus Pada Siswa Kelas I SD MI Kholid Bin Walid Tahun ajaran 2009/2010”.
Agustin, Sabrina Winda. (2016). Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letters Pada Materi Menulis Kalimat Tegak Bersambung Berbasis Metode Montessori.
Mada,Alce (2009) “Meningkatkan Keterampilan Menulis Tegak Bersambung Melalui Metode Drill Kelas I SD Inpres Tunas Jaya tahun pelajaran 2009/2010”.
Bagan 2.1 Literature map dari penelitian yang relevan.
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema/bagan 2.1 berisikan penelitian relevan yang diambil oleh peneliti untuk mendukung penelitian sedang yang dilakukan. Skripsi dan jurnal tersebut dianggap relevan oleh peneliti karena topik yang di bahas hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Kebaharuan dari penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di kelas I dan pengembangan alat peraga yang dikembangkan adalah alat peraga Sandpaper Letters berbasis metode Montessori. Melalui referensi dan jurnal tersebut dapat dijadikan bahan pustaka sehingga mampu mendukung proses penelitian yang akan dilakukan dengan judul skripsi “ Pengembangan Alat Peraga Sandpaper Letter Pada Materi Menulis Kalimat Menggunakan Huruf Tegak Bersambung Untuk Kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2015/2016”. C. Kerangka Berpikir Kurang konsentrasi dan kurang memiliki daya juang tinggi dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor penghambat siswa untuk menerima ilmu/materi ajar yang baru.Siswa belum bisa menulis huruf tegak bersambung dengan lancar karena kurang aktif dalam latihan menulis di kelas. Guru kelas I hanya memberikan latihan menulis tegak bersambung di buku tulis halus setiap harinya secara serentak diikuti oleh seluruh siswa kelas I tetapi tidak memperhatikan bahwa ada anak yang belum bisa menulis dengan lancar. Oleh karena itu, sebaiknya guru memiliki pemikiran yang kreatif untuk membantu siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menulis
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
huruf tegak bersambung. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan alat peraga yang mampu membantu anak mengetahui cara menulis huruf tegak bersambung dengan benar sehingga tulisannya dapat dibaca dengan jelas oleh orang lain. Alat peraga pembelajaran
yang menarik adalah alat peraga
pembelajaran yang digunakan untuk membangkitkan semangat dan antusias yang tinggi pada siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Salah satu alat peraga pembelajaran yang menarik adalah dengan menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori. Alat peraga Sandpaper letters
berbasis metode Montessori dapat membantu guru
dalam mengatasi kesulitan pada saat mengajarkan kepada siswa cara menulis huruf tegak bersambung. Alat peraga Montessori memiliki lima unsur utama yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,auto-education dan kontekstual. Kelima ciri utama ini yang menjadi kriteria pokok peneliti dalam merancang dan menggunakan alat peraga Sandpaper Letters Montessori. Unsur menarik dapat dilihat dari aspek warna, bentuk, tekstur dan
ukuran
alat
peraga.
Unsur
bergradasi
dapat
dilihat
dari
panjang,berat,ringan, tekstur dan melibatkan berbagai indera manusia, seperti indera peraba dan indera penglihatan.Unsur auto-correction dapat dilihat bahwa alat peraga yang dihasilkan mampu memiliki pengendali kesalahan, sehingga apabila siswa tahu ketika melakukan kesalahan tanpa ada koreksi dari guru. Unsur auto-education dapat dilihat bahwa alat peraga yang dihasilkan mampu melatih kemandirian anak dalam
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan alat peraga dan memiliki unsur kontekstual dapat dilihat bahwa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga dapat dijangkau di lingkungan sekitar, seperti kayu, kertas, plastik dan sebagainya. Metode
pembelajaran
Montessori
sangat
menekankan
pada
kemandirian anak dalam lingkungan belajar yang sudah dikondisikan sedemikian rupa dengan memberi ruang pada anak untuk mengembangkan berbagai
kemampuannya.
Prinsip-prinsip
pembelajaran
Montessori
menekankan pada kebebasan anak untuk memilih aktivitas yang akan dikerjakan, kemerdekaan anak dalam memilih sendiri apa yang mau dipelajari, memperhatikan minat masing-masing siswa tanpa ada penyamaan, memperhatikan motivasi siswa. Alat peraga Montessori khususnya sandpaper letters Montessori dapat membantu siswa untuk latihan menjiplak huruf (tracing) sehingga mengasah kemampuan motorik anak pada saat meraba huruf satu per satu. Selain itu, siswa dapat latihan menulis huruf tegak bersambung secara terus menerus dengan menulis di buku halus yang telah didesain sedemikian rupa untuk melatih kemampuan menulis huruf tegak bersambung. Harapan peneliti dengan adanya pengembangan dan pemanfaatan alat peraga Sandpaper Letter mampu melatih anak dalam menulis huruf tegak bersambung, sehingga tulisan siswa lebih mudah dibaca dengan jelas oleh orang lain.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Uraian dalam bab ini berisi (A) Jenis Penelitian, (B) Setting Penelitian, (C) Rancangan Penelitian, (D) Prosedur Pengembangan, (E) Teknik Analisis Data ,(F) Teknik Pengumpulan Data. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut dengan istilah research and development. Menurut Sukmadinata (2007:164), penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk lama. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yang praktis dalam mengembangkan atau menghasilkan suatu produk. Berdasarkan
pengertian
tersebut,
penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengembangkan alat peraga Bahasa Indonesia berbasis metode Montessori materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Penelitian ini dibatassi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan alat peraga oleh siswa untuk membantu memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan benar di kelas I. Selain itu, hasil dari penelitian ini berupa sebuah prototipe alat peraga sandpaper letters dan buku halus berisi tulisan tegak bersambung berbasis metode Montessori.
69
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Setting Penelitian 1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah alat peraga matematika berbasis metode Montessori berupa alat peraga sandpaper letters. alat ini dirancang untuk membantu siswa kelas I belajar mengenai cara menulis huruf tegak bersambung. Penelitian ini mengembangkan kemampua motorik halus siswa dalam meraba (tracing) huruf yang terdapat pada sandpaper letters. alat peraga sandpaper letters montessori terbuat dari bahan berupa kayu pinus.Ketentuan untuk huruf vokal diberi gradasi warna biru dan merah, sedangkan untuk huruf konsonan diberi gradasi warna biru tua dan biru muda. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas I semester genap tahun ajaran 2015/2016 di SDN Percobaan 2. Sekelompok siswa tersebut berjumlah lima anak yang terdiri dari dua siswa putri dan tiga siswa putra. Pemilihan sekelompok siswa tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari wali kelas 1A.Selain itu, peneliti juga memberikan pertimbangan terkait dalam pemilihan subjek berdasarkan hasil observasi dan masih belum dapat menulis huruf tegak bersambung dengan jelas. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SDN Percobaan 2. Sekolah ini terletak di Jalan Sekip Utara,Yogyakarta. Pemilihan SD tersebut sebagai tempat uji coba lapangan terbatas berdasarkan rekomendasi dari dosen pembimbing dan
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
setelah melihat keadaan sekolah yang belum memiliki alat peraga Bahasa Indonesia 4. Waktu Penelitian Pembuatan alat peraga dilakukan dan selesai pada bulan November 2015, dilanjutkan pengambilan data sementara bulan Desember 2015 dan penelitian diawal semester genap tahun ajaran 2015/2016. C. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dibawah ini memaparkan tentang tahap-tahap penelitian. Rancangan penelitian berisi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti selama masa penelitian dan pengembangan alat peraga. Rancangan penelitian yang digunakan untuk melakukan prosedur pengembangan yang telah dimodifikasi dari model pengembangan Borg & Gall (dalam Setyosari,2013:222239) terdiri dari sepuluh tahap,yaitu tahap penelitian dan pengumpulan data,tahap perencanaan, tahap format produk awal, tahap uji coba awal, tahap revisi produk, tahap uji coba lapangan, tahap revisi produk,tahap uji lapangan,tahap revisi produk akhir dan tahap terakhir adalah tahap diseminasi dan implementasi alat peraga yang sudah layak untuk dikembangkan.Berikut merupakan paparan dari model pengembangan menurut Borg & Gall (203:222-239) yang disajikan dalam bentuk bagan dibawah ini.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)Penelitian dan pengumpulan data
(2) Perencanaan
(8) Uji lapangan
(7) Revisi produk
(9) Revisi produk akhir
(4) Uji Coba awal
(3) Pengembangan format produk awal
(6) Uji coba lapangan
(5) Revisi produk
(10) Diseminasi dan implementasi
Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian R & D (Borg & Gall) Langkah penelitian dan pengembangan diawali dengan penelitian dan pengumpulan data yang meliputi potensi atau masalah tersebut diperoleh melalui kegiatan pengamatan atau observasi kelas, kuesioner dan wawancara. Data tersebut dijadikan perencanaan dan pembuatan produk. kemudian hasil dari produk tersebut dijadikan alat yang berguna untuk mengatasi masalah. Data-data yang
sudah
didapatkan
selanjutnya
sebagai
bahan
perencanaan
dan
pengembangan produk yang akan dibuat. Produk yang akan dihasilkan tentunya bertujuan untuk mengatasi dan membantu permasalahan yang dialami sebagian besar siswa kelas 1A yaitu kesulitan menulis huruf tegak bersambung. Desain produk tersebut dirancang dalam bentuk gambar atau bagan yang digunakan sebagai pedoman dalam menilai dan membuat produk tersebut. Setelah proses pembuatan produk, validasi produk dapat dilakukan dengan melibatkan beberapa ahli bahasa, ahli montessori untuk bahasa,guru kelas untuk menilai produk yang telah dihasilkan. Selanjutnya, hasil dari validasi
73
produk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki desain. Hasil dari perbaikan tersebut selanjutnya dujicobakan pada kelompok terbatas. Pengujian tersebut bertujuan mengetahui seberapa besar keefektifan dan manfaat dari produk yang akan dikembangkan dengan melihat permasalahan yang ada di kelas. Hasil uji coba terbatas juga menjadi bahan untuk melakukan revisi produk jika masih terdapat beberapa kelemahan sebagai bahan uji coba kembali. Hasil uji coba tersebut selanjutnya digunakan dan dievaluasi maupun diperbaiki kembali sebelum produk akan diperbanyak/diproduksi secara massal. Jika produk yang dikembangkan telah memenuhi kriteria dan mampu membantu mengatasi permasalahan yang dialami responden, maka produk dapat diproduksi secara massal. Berdasarkan penjelasan tahapan pengembangan diatas, peneliti selanjutnya membandingkan dengan tahapan yang dipaparkan oleh Borg dan Gall. Borg dan Gall (1983:775-787) menguraikan sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan. Sepuluh langkah tersebut yaitu: 1. Langkah pertama adalah kegiatan penelitian dan pengumpulan data merupakan teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan melalui studi literatur, observasi dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui informasi terkait dengan kondisi nyata di lapangan dan produk yang akan dikembangkan. 2. Langkah kedua adalah kegiatan perencanaan meliputi sejumlah kegiatan yang membutuhkan keterampilan yang harus dikembangkan oleh siswa. dalam perencanaan, peneliti juga perlu memperhatikan perkiraan jumlah biaya yang
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan di keluarkan terkait dengan pembuatan alat peraga, tenaga kerja, dan waktu untuk bisa menyelesaikan penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan. 3. Langkah ketiga adalah kegiatan pengembangan format produk awal atau draf awal, yang mencakup penyiapan bahan-bahan pembelajaran,handbooks,dan alat evaluasi. 4.
Langkah keempat adalah kegiatan uji coba lapangan awal yang dilakukan untuk mengumpulkan data terhadap hasil pengembangan produk. Hal ini dapat membantu peneliti melakukan analisis dan perbaikan berdasarkan komentar,saran serta kritik mengenai kelemahan dari produk yang akan dikembangkan oleh peneliti.
5. Langkah kelima adalah kegiatan revisi produk yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba awal. Hasil uji coba lapangan tersebut diperoleh informasi kualitatif tentang program atau produk yang akan dikembangkan. 6. Langkah yang keenam adalah uji coba lapangan, produk yang telah direvisi berdasarkan hasil uji coba skala kecil, kemudian diujicobakan lagi kepada unit atau subjek pada skala yang lebih besar. 7. Langkah ketujuh adalah revisi produk, yang dilakukan untuk memperoleh perbaikan pada tahap berikutnya. 8. Langkah kedelapan adalah uji lapangan, setelah produk selesai direvisi. Apabila hasil revisi sudah layak untuk digunakan maka peneliti melakukan uji lapangan dengan produk yang sudah direvisi oleh ahli. Hasil analisis ini kemudian dijadikan revisi produk akhir.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Langkah kesembilan adalah revisi produk akhir, yaitu revisi yang dikerjakan berdasarkan uji lapangan yang lebih luas (field testing).Revisi produk akhir inilah yang menjadi ukuran bahwa produk tersebut benar-benar dikatakan valid karena telah melalui serangkaian uji coba secara bertahap. 10. Langkah kesepuluh adalah kegiatan diseminasi dan implementasi dilakukan dengan tujuan untuk membuat laporan hasil penelitian dari produk yang akan dikembangkan berdasarkan tahapan pengembangan. D. Prosedur Pengembangan Prosedur penelitian dan pengembangan ini memodifikasi model Borg & Gall (dalam Setyosari,2013:223). Peneliti melakukan modifikasi, karena keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian. Penelitian ini akan dilakukan di SDN Percobaan pada kelas I. Peneliti menggunakan tujuh tahap penelitian dan pengembangan diantaranya penelitian dan pengumpulan data, perencanaan, pengembangan format produk, uji coba awal, revisi produk, uji coba lapangan, dan revisi produk.Berikut ini paparan dari tujuh tahapan penelitian yang disajikan dalam bagan 3.2. (1)Penelitian dan pengumpulan data
(2) Perencanaan
(6) Uji coba lapangan
(5) Revisi Produk
(7) Revisi produk akhir
Bagan 3.2 Tahap-tahap penelitian
76
(3) Pengembangan format produk awal (4) Uji coba awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan bagan 3.2 dapat diketahui bahwa peneliti melakukan tujuh tahap dalam pengembangan alat peraga sandpaper letter. Tujuh tahap tersebut sudah melalui modifikasi dari pengembangan sepuluh tahap. Berikut akan dipaparkan mengenai pengembangan alat peraga sandpaper letter. 1. Penelitian dan Pengumpulan Data Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah pengumpulan data dengan megidentifikasi masalah yang dialami siswa SD kelas I khususnya pada materi menulis huruf tegak bersambung. Peneliti mengidentifikasi masalah dengan kegiatan wawancara dan observasi. Peneliti mempersiapkan instrumen wawancara yang selanjutnya divalidasi kepada beberapa ahli. Instrumen wawancara divalidasi oleh ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia dan dosen Bahasa Indonesia. Setelah instrument wawancara divalidasi, peneliti melakukan revisi terhadap instrumen wawancara. Instrumen wawancara yang sudah direvisi kemudian digunakan untuk melakukan kegiatan wawancara. Kegiatan wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah SDN Percobaan,Guru Kelas I SDN Percobaan, dan 5 anak kelas I SDN Percobaan. Hasil kegiatan observasi dan wawancara dianalisis berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada siswa kelas I SD pada saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung,karakteristik siswa kelas I, penggunaan dan ketersediaan alat peraga dikelas maupun yang sudah dimiliki sekolah. Analisis kebutuhan dari ketiga observasi dan wawancara dijadikan bahan untuk membuat analisis kebutuhan kuesioner guru dan siswa kelas I
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SD dan untuk mengkaji karakteristik alat peraga berbasis Montessori. Selanjutnya, kuesioner yang sudah dipersiapkan, divalidasi terlebih dahulu kepada beberapa ahli. Peneliti melakukan validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan siswa kelas I kepada ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia dan dosen Montessori bahasa Indonesia. Berdasarkan dari hasil validasi yang dilakukan oleh ahli, peneliti akan merevisi instrumen sebelum digunakan. Revisi tersebut dilakukan guna memperbaiki instrumen kuesioner agar instrumen tersebut layak untuk digunakan dalam menganalisis kebutuhan guru dan siswa kelas I. Selanjutnya, instrumen yang sudah siap direvisi akan disebarkan kepada guru dan siswa SD tempat penelitian. 2.Perencanaan Perencanaan dilakukan dengan membuat instrumen non-tes berupa buku latihan untuk menulis huruf tegak bersambung dan kuesioner. Langkah yang pertama, peneliti telah mempersiapkan instrumen non-tes untuk divalidasikan kepada beberapa ahli. Validasi dilakukan kepada ahli pembelajaran bahasa Indonesia,ahli Montessori, guru kelas I. Setelah mendapatkan hasil dari validasi, peneliti merevisi instrumen sebelum diuji cobakan. Pada instrumen kuesioner, langkah yang dilakukan sama seperti instrumen tes. Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrumen kuesioner yang digunakan untuk penelitian. Kemudian, instrument kuesioner divalidasi kepada beberapa ahli, yaitu ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia dan dosen Montessori khusus bahasa Indonesia. Sesudah divalidasi, instrumen tersebut
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
direvisi dan diperbaiki sebelum digunakan. Instrumen yang sudah direvisi dari hasil validasi siap untuk digunakan dalam proses penelitian. 3. Pengembangan format produk awal Pengembangan produk dilakukan melalui beberapa langkah, yang pertama adalah pembuatan desain alat peraga dan desain album alat peraga. Isi dari album alat peraga memaparkan tentang langkah-langkah atau cara menggunakan alat peraga sandpaper letters Montessori.
Kegiatan
selanjutnya, peneliti mengumpulkan dan mencari bahan-bahan yang dijadikan alat peraga dan album alat peraga. Pengembangan produk alat peraga berupa sandpaper letters Montessori sesuai dengan lima karakteristik berbasis Montessori yang memiliki lima ciri-ciri yaitu menarik (dilihat dari warna,tekstur,dan bentuk yang digunakan sebagai alat peraga),bergradasi (dilihat dari warna,tekstur),auto-correction (dapat digunakan sebagai pengendali kesalahan),auto-education (dapat digunakan untuk belajar secara mandiri), kontekstual (bahan yang digunakan dapat ditemukan atau mudah dicari dilingkungan sekitar). 4. Uji coba awal Tahap uji coba awal dilakukan kepada 3 siswa untuk mengetahui produk yang digunakan uji coba lapangan sudah layak atau masih perlu untuk diperbaiki. 5. Revisi produk Produk yang sudah digunakan pada uji coba awal belum mengalami tahap revisi. Pada saat produk diujikan kepada tiga siswa,produk sudah dapat
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikatakan layak maka peneliti melanjutkan proses selanjutnya.akan tetapi,berdasarkan saran dari dosen ahli bahasa Indonesia menyarankan agar ada beberapa huruf pada sandpaper letters yang harus direvisi sehingga peneliti merevisi kembali. 6. Uji Coba Lapangan Tahap keenam adalah uji coba lapangan dengan menggunakan alat peraga sandpaper lettersMontessori. Uji coba dilakukan kepada siswa kelas I SDN Percobaan dengan jumlah 10 anak yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Pada uji coba terbatas peneliti melakukan pretest berupa tulisan anak di buku tulis halus lima garis sebelum menggunakan alat peraga sandpaper letters. Melalui kegiatan tersebut, peneliti mengetahui kesulitan yang dialami masing-masing siswa pada saat menulis huruf tegak bersambung. Kemudian, peneliti mulai memperkenalkan cara menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan alat peraga sandpaper letters dan buku latihan menulis huruf tegak bersambung yang telah didesain oleh peneliti. Produk yang sudah digunakan oleh peneliti kemudian direvisi kembali oleh dosen ahli Montessori dan dosen ahli bahasa Indonesia untuk dikoreksi apakah sudah sesuai atau masih ada kekurangan yang harus diperbaiki oleh peneliti. Revisi dilakukan sebagai upaya perbakan produk supaya produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Langkah yang terakhir adalah hasil produk yang sudah melalui tahap revisi,yaitu produk alat peraga papan sandpaper letters berbasis Montessori.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Revisi produk Tahap terakhir adalah revisi produk setelah melakukan uji coba lapangan. Revisi dilakukan untuk perbaikan supaya produk yang dihasilkan dapat memiliki standar kualitas yang baik dan layak digunakan sebagai alat peraga untuk siswa kelas I SD. Revisi dilakukan pada beberapa huruf di alat peraga sandpaper letters terutama huruf t,y,f,p dan q. sebelum direvisi, posisi huruf masih salah dan tidak proporsional. Sesudah produk mengalami revisi, posisi huruf sudah tegak bersambung dan beberapa gradasi warna sudah sesuai. Hasil produk sudah melalui tahap revisi yaitu produk alat peraga sandpaper letters berbasis Montessori. E. Teknik Pengumpulan Data 1.
Analisis data Kualitatif Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengolah hasil dari pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner analisis kebutuhan. Berikut dipaparkan teknik analisis data dari masing-masing teknik pengumpulan data. Analisis data yang pertama adalah wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang ketersediaan dan penggunaan alat peraga.
Selain
itu,
wawancara
dan
observasi
digunakan
untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun pendapat dari Sugiyono (2012:137) mengemukakan teknik pengumpulan data untuk penelitian dan pengembangan dapat dilakukan dengan beberapa teknik diantaranya: 1. Wawancara/Interview Dalam hal wawancara atau interview menurut Cresswell (dalam Sugiyono,224: 2014) menyatakan bahawa “ Interview survey are form on which the researcher records answers supplied by the participant in the study. The researcher asks a question from an interview guide, listens for answers or observes behavior, and records responses on the survey”. Wawancara dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada responden. Senada dengan pendapat Creswell, menurut larry Cristensen ( 2004:221) menyatakan bahwa “interview is a data collection methods in which an interviewer the researcher or someone working for the researcher asks question of an interviewer the research participant). wawancara merupakan teknik pengumpulan data, dimana pewawancara/peneliti mengumpulkan data dengan mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara dapat digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
seperti
(Sukmadinata,2007:216).
kualitatif,kuantitatif,research Senada
dengan
pendapat
and Sugiyono
development (2012:138)
menjelaskan bahwa wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis wawancara yang tidak terstruktur/wawancara terbuka. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa
garis-garis
besar
permasalahan
yang
akan
ditanyakan
(Sugiyono,2014:228). Narasumber wawancara pada penelitian ini adalah salah seorang kepala sekolah SDN Percobaan,guru kelas IA SDN Percobaan dan 5 orang siswa kelas I SDN Percobaan. Hasil wawancara digunakan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga pembelajaran dan kemampuan belajar siswa dalam menulis huruf tegak bersambung. 1. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik apabila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga dengan obyek-obyek alam yang lain. Menurut Larry Cristensen (dalam Sugiyono, 2014:235) menyatakan bahwa “In research, observation is define as watching of behavioral patterns of people in certain situations to obtain information about phenomenon of interest. Observation is an important way of collecting information about people because people don’t always do what they say do”. Dalam penelitian ini, observasi dapat diartikan sebagai pengamatan terhadap pola perilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang diinginakn. Senada
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan pendapat Creswell (2012:234) menjelaskan bahwa “Observation is the process of gathering firsthand information by observing people and places at research site”. dalam hal ini, observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang dan tempat saat melakukan penelitian. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawacncara dan kuesioner. Jika wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang,maka observasi tidak terbatas pada orang,tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono,2014:145) sedangkan menurut Sukmadinata (2011:20) menjelaskan bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
melakukan
pengamatan
dalam
kegiatan
yang
sedang
berlangsung,sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi dapat menjadi kegiatan pengamatan bagi peneliti ketika proses pembelajaran sedang berlangsung didalam kelas. Observasi yang dilakukan oleh peneliti merupakan observasi non-partisipan dimana peneliti mencatat,menganalisis dan membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan peneliti ketika proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar pengamatan 2. Kuesioner Menurut Creswell (2012 :230) menyatakan bahwa “Questionnaires are form used in a survey design that participant in a study complete and return to the researcher” artinya, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana partisipan/responden mengisi pertanyaan/pernyataan kemudian setelah diisi secara
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lengkap dikembalikan kepada peneliti. Hal ini senada dengan pendapat Larry Cristensen (dalam Sugiyono, 2014:230) menyatakan bahwa “a questionnaire is a self-report data collection instrument that each research participant fill out as part of a research study. Researcher use questionnaires so that they can obtain information about thoughts, feeling, attitudes, beliefs, values, perceptions, personality, and behavioral intentions of research participant. In other words, reseachers attempt to measure many different kinds of characteristic using questionnaires.” Artinya kuesioner merupakan instrumen untuk pengumpulan data, dimana partisipan atau responden mengisi pertanyaan atau pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan kuesioner untuk memperoleh data
yang
terkait
dengan
pemikiran,sikap,
kepercayaan,nilai,
persepsi,
kepribadian, dan perilaku dari responden. Dalam kata lain, para peneliti dapat melakukan pengukuran bermacam-macam karakteristik dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2014:142). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kuesioner analisis kebutuhan. Kuesioner analisis kebutuhan digunakan untuk mengetahui kebutuhan alat peraga pembelajaran. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka (Sukmadinata,2011:219). Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan membahas tentang kebutuhan siswa dan guru akan alat peraga bahasa
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indonesia, khususnya untuk menulis huruf tegak bersambung. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga pada proses kegiatan belajar mengajar. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru kelas I SDN Percobaan dan siswa kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Hasil dari kuesioner ini diolah untuk dijadikan data sebagai bahan pertimbangan dalam merancang dan mengembangkan produk alat peraga papan sandpaper berbasis metodeMontessori. b. Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Kuesioner validasi produk dilakukan untuk mengetahui kualitas alat peraga yang dikembangkan untuk digunakan dalam penelitian. Kisi-kisi yang terdapat pada kuesioner validasi produk oleh ahli yaitu membahas tentang kualitas/ kelayakan produk Sandpaper letters yang dihasilkan sebelum digunakan kepada siswa. selain melihat kualitas, validasi produk dilakukan supaya peneliti mengetahui kekurangan yang ada pada produk agar dapat direvisi/diperbaiki sebelum produk digunakan. Validasi produk dilakukan kepada ahli Pembelajaran Montessori dan Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia. Setelah produk divalidasi, kemudian diujicobakan awal terlebih dahulu kepada dua orang siswa untuk mengetahui kekurangan produk yang harus diperbaiki. Setelah mengalami perbaikan, produk diujicobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas I SDN Percobaan 2 Yogyakarta. 3.
Instrumen Non-Tes Instrumen non- tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengukur kemampuan menulis siswa khususnya untuk kalimat tegak bersambung
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan menggunakan buku tulis halus. Penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan tes, tetapi dapat juga dilakukan melalui alat bantu atau instrument pengukuran non tes, seperti pedoman observasi baik berupa checklist maupun rating scale,angket,skala sikap,dan rubrik penilaian. Instrumen untuk memperoleh informasi hasil belajar non-tes terutama digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan kepada keterampilan dan sikap,yaitu aspek yang berhubungan dengan apa yang dibuat atau dikerjakan
oleh
siswa
daripada
a[a
yang
diketahui/dipahaminya
(Widoyoko,2014:143). Instrumen non-tes merupakan satu kesatuan dengan instrumen tes, karena tes hanya mengukur aspek pengetahuan. Apa yang diketahui,dipahami atau yang dapat dikuasai oleh siswa dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi belum ada jaminan dapat didemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Salah satu instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian Produk (product assessment) yang merupakan penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk tertentu. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni seperti tulisan. Jadi dalam penilaian hasil kerja siswa meliputi dua aspek penilaian tentang kualitas teknis (cara menulis huruf tegak bersambung) maupun estetik hasil kerja siswa (hasil karya tulisan huruf tegak bersambung).
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Triangulasi data kualitatif Dalam teknik pengumpulan data kualitatif, triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono,2011:327). Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (1988:11) menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of whatever is being
investigated”.
pemahaman
Tujuan
peneliti
dari
terhadap
triangulasi apa
yang
adalah
meningkatkan
telah
ditemukan
(Sugiyono,2011:328). Data yang diperoleh dengan menggunakan teknik triangulasi
adalah
data
yang
dikumpulkan
melalui
kegiatan
observasi,wawancara,dan kuesioner. Berikut dipaparkan triangulasi data yang disajikan dalam bagan 3.3.
Kuesioner
Observasi
Wawancara
Bagan 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan Bagan diatas menggambarkan ada 3 teknik yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis kebutuhan alat peraga bahasa Indonesia kelas I SD untuk guru dan siswa yaitu kuesioner, observasi dan wawancara. Hasil analisis tersebut selanjutnya dianalisis oleh peneliti sebagai data sementara dan bahan pertimbangan peneliti dalam membuat alat peraga yang disesuaikan dengan
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebutuhan guru dan siswa. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik triangulasi untuk menganalisis data wawancara berdasarkan 3 sumber data. Berikut merupakan bagan yang berisi triangulasi sumber data analisis kebutuhan yang peneliti peroleh selama proses penelitian dan penyusunan skripsi berlangsung. Kepala Sekolah
Siswa
Guru
Bagan 3.4 Triangulasi Sumber Data Analisis Kebutuhan Ketiga sumber data yaitu kepala sekolah, guru dan siswa sebagai narasumber wawancara memiliki pendapat mengenai ketersediaan dan penggunaan alat peraga dan juga kesulitan yang dialami siswa pada saat belajar bahasa Indonesia materi menulis huruf tegak bersambung. Hasil data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan informasi dari ketiga pendapat sumber data diatas. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Menurut Gulo (2005:123) menjelaskan bahwa instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara,atau pengamatan,atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi.senada dengan pendapat
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sugiyono (2010:102) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan melakukan pengukuran,akan diperoleh data yang objektif untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula. Instrumen penelitian yang dipilih oleh peneliti ada empat komponen yaitu wawancara, observasi, kuesioner dan penilaian produk. Berikut akan dijabawkan mengenai instrumen yang akan digunakan selama proses penelitian berlangsung. 1. Pedoman Wawancara Pedoman
wawancara
merupakan
pokok
arahan
yang
digunakan
pewawancara untuk melakukan wawancara. Pedoman wawancara harus dapat menjamin data yang dikumpulkan bersifat menyeluruh dan tepat serta objek
yang
diamati
relevan
dengan
tujuan
pengumpulan
data
(Darmadi,201:88). Pedoman wawancara digunakan sebagai bahan acuan ketika melakukan kegiatan wawancara kepada kepala sekolah,guru kelas IA dan siswa kelas IA di SDN Percobaan 2,Yogyakarta. a. Wawancara dengan Kepala Sekolah Melalui kegiatan wawancara kepada Kepala Sekolah, data dan informasi yang diperoleh berkaitan dengan penggunaan dan ketersediaan alat peraga di SDN
Percobaan.
Kegiatan
wawancara
dilakukan
secara
tidak
terstruktur,namun peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan untuk
membuat
pertanyaan
90
atau
instrument
wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Sugiyono,2014:197). Berikut adalah kisi-kisi wawancara yang digunakan untuk wawancara kepada Kepala Sekolah yang disajikan dalam tabel 3.1 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Kepada Kepala Sekolah SDN Percobaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator Proses kegiatan mengajar Kesulitan yang dialami guru pada saat mengajar bahasa Indonesia Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan Penggunaan alat peraga Kriteria alat peraga bahasa Indonesia yang berkualitas Penelitian yang pernah dilakukan disekolah berkaitan dengan alat peraga Siswa yang berprestasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia
b.) Wawancara dengan Guru Kelas I Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, selanjutnya dilakukan dengan guru kelas IA yaitu Ibu Ketty Winarni.Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data terkait dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah serta kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ketika latihan menulis huruf tegak bersambung.Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Berikut merupakan pedoman wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kelas IA. Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Kelas IA SDN Percobaan No
Indikator
1.
Informasi berkaitan dengan sekolah
2. a. b. c.
Ketersediaan alat peraga Bahasa Indonesia disekolah, antara lain: Alat peraga Bahasa Indonesia yang sudah ada di dalam kelas 1A Pengadaan alat peraga Bahasa Indonesia yang ada di kelas 1A Perawatan alat peraga Bahasa Indonesia yang ada di kelas 1A
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. 4. 5. 6. 7.
8.
Penggunaan dan pemanfaatan alat peraga Bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis huruf tegak bersambung. Proses kegiatan belajar menulis huruf tegak bersambung dikelas IA. Kesiapan yang dilakukan sebelum kegiatan menulis huruf tegak bersambung Kesulitan yang dihadapi siswa saat menulis huruf tegak bersambung dikelas IA. Usaha yang dilakukan oleh guru ketika mengajarkan kepada siswa cara menulis huruf tegak bersambung dengan menggunakan media yang ada Standar kualitas alat peraga untuk latihan menulis huruf tegak bersambung
d. Wawancara dengan Siswa Kelas IA Kegiatan pengumpulan data melalui wawancara selanjutnya dilakukan dengan 5 siswa kelas IA.Hal tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data terkait dengan penggunaan alat peraga serta kesulitan anak pada saat menulis
huruf
tegak
bersambung.Wawancara
yang
dilakukan
menggunakan teknik wawancara terbuka dan tidak menuntut jawaban yang terlalu panjang dari siswa. Berikut adalah tabel berisi kisi-kisi wawancara dengan siswa kelas 1A. Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara kepada siswa kelas IA No Topik Pertanyaan 1. Tanggapan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia selama semester II berlangsung 2. Penggunaan media yang dipakai oleh guru ketika mengajar huruf tegak bersambung 3. Penggunaan dan pemanfaatan alat peraga Bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis huruf tegak bersambung. 4. Kesulitan yang dihadapi siswa saat menulis huruf tegak bersambung
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketiga pedoman wawancara tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh beberapa ahli yaitu ahli pembelajaran bahasa Indonesia dan guru SD. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas konstruk.Validitas konstruk berkaitan dengan keefektifan suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Oleh karena itu,pedoman wawancara harus diuji menggunakan validasi konstruk. Validasi konstruk berkaitan dengan suatu instrument dapat mengukur konsep dari suatu teori yang menjadi dasar penyusunan instrument (Widoyoko,2009:175). Validasi kepada ahli merupakan pemberian nilai pada produk yang akan digunakan serta pemberian komentar/saran yang sifatnya membangun.
Berikut dipaparkan mengenai penilaian terhadap
produk alat peraga yang disajikan dalam tabel 3.4. Tabel 3.4 Klasifikasi Penilaian Instrumen Produk Alat Peraga (Widoyoko, 2011:18) Skor Bobot 4 Keseluruhan instrumen sudah layak untuk digunakan 3 Keseluruhan instrumen sudah layak untuk digunakan namun perlu perbaikan 2 Keseluruhan instrumen kurang layak untuk digunakan 1 Keseluruhan instrumen tidak layak untuk digunakan
Interval Skor 3.25 < X ≤ 4.00
Klasifikasi Sangat Baik
2,50 < X ≤ 3.25
Baik
1.75 < X ≤ 2.50
Kurang
1.00 < X ≤ 1.75
Sangat Kurang
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa instrumen dikatakan sangat layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari atau sama dengan 3,25 sampai 4,00 yang terdapat pada rentang skor 4. Instrumen dikatakan layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 2,50 sampai 3,25 yang terdapat pada rentang skor 3. Kemudian instrumen dikatakan kurang layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 1,75 sampai 2,50 yang terdapat pada rentang skor 2. Selanjutnya instrumen dikatakan tidak layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari satu atau sama dengan
1,00
sampai
1,75
yang
terdapat
pada
rentang
skor
1
(Widoyoko,2009:175). Dengan demikian, instrumen yang tidak memenuhi standar penilaian maka perlu diperbaiki. 1. Pedoman Observasi Observasi dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas I dan ketersediaan alat peraga menulis huruf tegak bersambung di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Ketika observasi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I, peneliti mengamati penggunaan atau pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, ketersediaan alat peraga di kelas I, dan cara mengajar guru saat pelajaran menulis huruf tegak bersambung. Adapun beberapa poin/aspek yang diamati oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IA No Kisi-Kisi Objek yang Diamati Item Observasi 1. Ketersediaan alat Adanya alat peraga yang didisplay seperti peraga Bahasa gambar huruf tegak bersambung untuk Indonesia di kelas membantu anak mengetahui bentuk huruf tegak bersambung. 2. Penggunaan alat Peneliti melihat apakah guru sudah
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
4.
peraga dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas Cara penggunaan alat peraga bahasa Indonesia di kelas Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis huruf tegak bersambung.
menggunakan alat peraga selama pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas untuk menjelaskan materi pembelajaran menulis huruf tegak bersambung. Cara guru menggunakan display huruf tegak bersambung. Guru memberikan pengenalan bagaimana cara teknik menulis huruf tegak bersambung dengan memberi latihan dipapan tulis.
Berdasarkan tabel 3.5, peneliti menggunakan kisi-kisi tersebut sebagai bahan dasar acuan peneliti melakukan kegiatan observasi. Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada saat menulis huruf tegak berlangsung. 2. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2011:192). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kuesioner analisis kebutuhan bagi guru kelas IA dan siswa kelas IA di SDN Percobaan 2. Kuesioner ini bersifat terbuka, dengan tujuan agar responden dapat memberi jawaban secara nyata dan sesuai dengan kondisi yang ada didalam kelas. a.) Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru Kelas I Kuesioner analisis kebutuhan yang pertama dilakukan kepada guru kelas I di SDN Percobaan 2. Kuesioner ini termasuk kuesioner yang bersifat terbuka supaya guru dapat menjawab dan menanggapi isi kuesioner sesuai dengan
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengalaman dan kondisi yang nyata. Berikut ini akan dipaparkan kisi-kisi kuesioner untuk guru kelas I disajikan dalam tabel 3.6. Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru Kelas I No
Indikator
1.
Pengalaman menggunakan alat peraga bahasa Indonesia Alat peraga bahasa Indonesia yang sudah ada di dalam kelas 1A Pengadaan alat peraga Bahan untuk membuat alat peraga Kualitas alat peraga bahasa Indonesia untuk kelas 1 Warna alat peraga yang cocok untuk kelas 1 Kriteria alat peraga yang cocok untuk kelas 1 Berat alat peraga yang cocok untuk kelas 1 Fungsi alat peraga bahasa Indonesia
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Berdasarkan tabel 3.6, peneliti menggunakan indikator-indikator tersebut sebagai bahan acuan untuk membuat instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru kelas I. Melalui indikator tersebut, instrumen kuesioner
dikembangkan
menjadi
beberapa
pertanyaan.
Kemudian
instrumen yang sudah jadi divalidasikan kepada ahli. Validasi dilakukan dengan tujuan agar dapat diketahui tingkat kelayakan dan agar benar-benar valid sehingga data yang diperoleh benar-benar dapat digunakan sebagai informasi yang nyata. Berdasarkan tabel 3.6 tersebut dapat diketahui bahwa instrumen dikatakan sangat layak untuk digunakan jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 3,25 sampai 4,00 yang terdapat pada rentang skor 4. Instrumen juga dapat dikatakan layak apabila memperoleh rerata nilai
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan skor lebih dari 2,50 sampai 3,25 yang terdapat pada rentang skor 3. Kemudian instrumen dikatakan kurang layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari satu atau sama dengan 1,75 sampai 2,50 yang terdapat pada skor 2. Selanjutnya, instrument dikatakan tidak layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor 1,00 sampai 1,75 yang terdapat pada rentang skor 1. Dengan demikian,instrumen yang tidak memenuhi standar penilaian, maka dikatakan tidak/kurang layak sehingga perlu diperbaiki. b.) Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas I Kuesioer analisis kebutuhan yang kedua dilakukan kepada siswa kelas I dengan jumlah siswa sebanyak 10 anak. Kuesioner ini bersifat terbuka, agar responden dapat memberikan jawaban secara nyata dan sesuai dengan keadaan yang ada di dalam kelas. Berikut akan dipaparkan kisi-kisi instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa kelas I yang akan disajikan dalam tabel 3.7. Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas I No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator Pengalaman menggunakan alat peraga bahasa Indonesia Bahan alat peraga bahasa Indonesia yang pernah digunakan Warna alat peraga bahasa Indonesia Manfaat alat peraga bahasa Indonesia Alat peraga sebagai pengendali kesalahan (auto-correction) Alat peraga sebagai alat pembelajaran yang mandiri (autoeducation)
Berdasarkan tabel 3.7, indikator tersebut dapat menjadi bahan acuan yang digunakan oleh peneliti untuk membuat item pernyataan kuesioner
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
analisis kebutuhan siswa kelas I. beberapa indikator diatas kemudian dikembangkan menjadi sepuluh pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu divalidasikan terlebih dahulu kepada beberapa ahli. Instrumen dikatakan sangat layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 3,25 sampai 4,00 yang terdapat pada skor 4. Instrumen dikatakan layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari atau sama dengan 2,50 sampai 3,25 yang terdapat pada rentang skor 3. Kemudian instrumen dikatakan kurang layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 1,75 sampai 2,50 yang terdapat pada rentang skor 2. Selanjutnya, instrumen dikatakan tidak valid apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari atau sama dengan 1,00 sampai 1,75 yang terdapat pada rentang skor 1. Dengan demikian, instrumen yang tidak memenuhi standar penilaian atau belum layak harus diperbaiki terlebih dahulu, sebelum digunakan. 3. Kuesioner Validasi Produk Kuesioner validasi produk digunakan untuk mengetahui kualitas produk yang akan dikembangkan. Kuesioner validasi produk diberikan kepada ahli bahasa Indonesia dan ahli Montessori. Berikut dipaparkan kisi-kisi kuesioner validasi produk yang disajikan dalam tabel 3.8 tentang kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk yang akan digunakan oleh peneliti dalam rangka pembuatan kuesioner validasi produk.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk No 1.
Indikator Auto-education
2.
Auto-correction
3.
Menarik
4.
Bergradasi
5.
Kontekstual
Arti Mampu melatih siswa untuk belajar secara mandiri. Alat peraga dapat digunakan sebagai pengendali kesalahan. Alat peraga memiliki warna, bentuk, gradasi, ukuran yang menarik. Alat peraga memiliki gradasi baik dilihat dari warna, bentuk, ukuran, dan tekstur. Bahan yang digunakan mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Berdasarkan tabel 3.8 dapat diketahui bahwa instrumen dikatakan sangat layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 3,25 sampai 4,00 yang terdapat pada skor 4. Instrumen dikatakan layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari atau sama dengan 2,50 sampai 3,25 yang terdapat pada rentang skor 3. Kemudian instrumen dikatakan kurang layak apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 1,75 sampai 2,50 yang terdapat pada rentang skor 2. Selanjutnya, instrumen dikatakan tidak valid apabila memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari atau sama dengan 1,00 sampai 1,75 yang terdapat pada rentang skor 1. Dengan demikian, instrumen yang tidak memenuhi standar penilaian atau belum layak harus diperbaiki terlebih dahulu, sebelum digunakan. 4. Instrumen Non-tes Instrumen non tes pada umumnya berupa angket,panduan wawancara dan panduan observasi. Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian hasil produk. Produk yang dinilai adalah hasil karya
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa dalam menulis huruf tegak bersambung. Adapun skala yang digunakan untuk menilai hasil produk siswa yaitu menggunakan skala lajuan (rating scale). Skala lajuan (rating scale) adalah instrumen pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu
yang
diobservasi
yang
menyatakan
posisi
tertentu
dalam
hubungannya dengan yang lain (Asmawi,2015:112). Rating scale
berisi
seperangkat pernyataan kualitas yang dimiliki oleh sesuatu yang diukur tersebut. Berikut dipaparkan rating scale untuk melihat kemampuan menulis huruf tegak bersambung untuk siswa kelas I SD. Tabel 3.9 Rating scale Kemampuan Menulis Siswa Kelas 1 SD ( Sugiyono, 2011:148) No
Aspek yang diukur
Skor 1
1. 2. 3 4. 5.
2
3
4
Kualitas hasil tulisan Bentuk huruf Cara merangkai huruf Kejelasan tulisan Ketepatan huruf
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian,termasuk alat-alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian (Noor,2011:164). a.
Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengolah hasil dari pengumpulan data melalui kegiatan wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
analisis kebutuhan. Berikut akan dipaparkan mengenai teknik analisis data dari masing-masing teknik pengumpulan data. 1. Wawancara Pada penelitian ini,wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur dan bersifat terbuka. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data secara kualitatif. Wawancara merupakan salah satu proses pengumpulan informasi dengan mengadakan kontak langsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan oleh responden. Menurut Esterberg (2002:384) mendefinisikan wawancara/interview sebagai berikut. “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses,resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk saling bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan maknanya ke dalam suatu topik tertentu. Peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan untuk memberikan pertanyaan, namun pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan jawaban narasumber dan melihat kondisi di lapangan. Peneliti melakukan wawancara secara langsung baik dengan kepala sekolah,guru dan siswa secara bergantian. Tujuan dilakukan kegiatan wawancara adalah untuk mencari informasi mengenai ketersediaan dan
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penggunaan alat peraga serta untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis huruf tegak bersambung. Wawancara awal ini dilakukan sebagai bentuk follow up terhadap hasil kuesioner analisis kebutuhan. Selain itu,wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam mengenai kualitas produk yang akan dikembangkan. Analisis data yang pertama yaitu pada kuesioner validasi produk dan data hasil validasi instrumen penelitian. Untuk mengetahui kelayakan produk alat peraga dan instrumen penelitian yang telah divalidasi baik oleh ahli maupun siswa, perolehan skor diolah dengan beberapa langkah: a.) Langkah pertama, hitung jumlah skor yang didapatkan, kemudian skor yang didapat dibagi dengan total item dan yang terakhir mengkonversikan hasil perhitungan sesuai dengan kategori yang sudah
ditentukan.
Kategori
penskoran
ditentukan
dengan
mengadopsi aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian berdasarkan pendapat Widoyoko (2014:144). 1.
Jumlah skor tertinggi ideal =jumlah pernyataan atau aspek penilaian x jumlah pilihan (gradasi skor dalam rubrik).
2.
Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah kelas interval.
3.
Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya jika penilaian
menggunakan
skala
4,
maka
diklasifikasikan menjadi 4 kelas interval.
102
hasil
penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus: Ji = (t-r) /Jk
Rumus 3.1 Penentuan Jarak Interval Keterangan t = skor tertinggi ideal dalam skala r = skor terendah ideal dalam skala Jk= jumlah kelas interval Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dibuat klasifikasi hasil penilaian dengan skala 4 sebagai berikut: a. Skor tertinggi ideal = 4 b. Skor terendah ideal = 1 c. Jarak interval = (4 -1)/4 = 0,75 d. Klasifikasi hasil penilaian: Tabel 3.10 Klasifikasi hasil penilaian (Widoyoko, 2014:144) Skor Akhir 3.25 < X ≤ 4.00 2,50 < X ≤ 3.25 1.75 < X ≤ 2.50 1.00 < X ≤ 1.75
Klasifikasi Sangat Baik ( SB) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
Dalam penilaian kuantitatif (angka), peneliti mengkonversikan ke dalam penilaian kualitatif. Hal ini bertujuan supaya peneliti mengetahui nilainilai yang berupa angka apabila dikonversikan akan terklasifikasi dalam kelompok sangat baik, baik,cukup atau dalam kategori kurang.
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berikut akan dipaparkan konversi data kuantitatif ke kualitatif pada tabel 3.11. Tabel 3.11 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif (Widoyoko, 2014:144) Skor
Bobot
Interval Skor
Klasifikasi
4
Keseluruhan instrumen sudah layak untuk digunakan Keseluruhan instrumen sudah layak untuk digunakan namun perlu perbaikan Keseluruhan instrumen kurang layak untuk digunakan Keseluruhan instrumen tidak layak untuk digunakan
3.25 < X ≤ 4.00
Sangat Baik
2,50 < X ≤ 3.25
Baik
1.75 < X ≤ 2.50
Kurang
1.00 < X ≤ 1.75
Sangat Kurang
3
2
1
Pada tabel 3.10 tentang konversi data kuantitatif ke kualitatif dapat diketahui bahwa instrumen dikatakan sangat layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari atau sama dengan 3,25 sampai 4,00 yang terdapat pada rentang skor 4. Instrumen dikatakan layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 2,50 sampai 3,25 yang terdapat pada rentang skor 3. Kemudian instrumen dikatakan kurang layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari 1,75 sampai 2,50 yang terdapat pada rentang skor 2. Selanjutnya instrumen dikatakan tidak layak jika memperoleh rerata nilai dengan skor lebih dari satu atau sama dengan 1,00 sampai 1,75 yang terdapat pada rentang skor 1 (Widoyoko,1009:175). Dengan demikian, instrumen yang tidak memenuhi standar penilaian maka perlu diperbaiki.
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.Analisis Data Kuantitatif Analisis data yang kedua adalah penilaian produk siswa berupa hasil tulisan huruf tegak bersambung. Adapun aspek yang akan diukur dari tulisan siswa tersaji dalam tabel 3.11 Tabel 3.12 Aspek yang dinilai dari tulisan siswa ( Widoyoko, 2010: 14) No
Aspek yang diukur
Skor 1
1. 2. 3.. 4. 5..
2
3
4
Kualitas tulisan Teknik memegang pensil Bentuk huruf yang ditulis Cara merangkai huruf Ketepatan tulisan
Adapun rubrik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil produk siswa, rubrik yang digunakan adalah jenis rubrik holistic. Rubrik holistik (holistic rubric) adalah rubrik yang deskripsi atau aspek penilaiannya dibuat secara umum. Karena deskripsi dimensi penilaian dibuat umum, maka biasanya rubrik holistik dapat digunakan untuk menilai
berbagai
jenis
kinerja
maupun
hasil
kerja
siswa
(Suryanto,2012:22). Penskoran dilakukan terhadap proses keseluruhan atau kesatuan produk tanpa menilai bagian komponen secara terpisah. Contoh rubrik penilaian untuk menilai tugas yang akan dikerjakan oleh siswa. Rubrik ini digunakan sebagai instrumen penilaian produk
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(product assessment). Dibawah ini terdapat tabel 3.13 berisi rubrik penilaian yang akan digunakan untuk menilai produk tulisan siswa Tabel 3.13 Rubrik Penilaian Produk Tulisan Siswa No 1.
Apek yang dinilai Kualitas tulisan
Skor
Deskripsi
4
3
Tugas dikerjakan dengan sangat baik dan akurat Tugas dikerjakan dengan baik tetapi kurang akurat Kualitas tulisan kurang baik dan kurang akurat Kualitas pengerjaan kurang baik dan tidak akurat Siswa dapat memegang pensil dengan benar Siswa dapat memegang pensil dengan bimbingan dari guru Siswa belum bisa memegang pensil dengan benar Siswa tidak dapat memegang pensil dengan benar Bentuk huruf sangat jelas dan dapat dibaca Bentuk huruf cukup jelas tetapi masih ada yang harus diperbaiki Bentuk huruf kurang jelas Bentuk huruf tidak jelas dan tidak dapat dibaca Cara merangkai huruf sudah jelas dan dapat dibaca Cara merangkai huruf cukup jelas
2
Cara merangkai huruf kurang jelas dan
3 2 1 2.
Teknik memegang pensil
4 3 2 1
3.
Bentuk huruf
4 3 2 1
4.
Cara merangkai huruf
4
masih terpisah-pisah 1
Belum bisa merangkai huruf menjadi tulisan tegak bersambung
5.
Ketepatan tulisan
4
Tulisan tegak bersambung sudah sesuai dengan jumlah baris yang ada.
dengan 3
Tulisan tegak bersambung masih ada
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jumlah baris
beberapa yang belum sesuai dengan jumlah baris. 2
Tulisan
tegak
bersambung
kurang
sesuai dengan jumlah baris 1
Tulisan tegak bersambung tidak sesuai dengan jumlah baris
Keterangan skor : 4 = Sangat baik
2 = Cukup baik
3 = Kurang baik
1 = Tidak baik
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebagai berikut. A. Hasil Penelitian Pada subbab ini dipaparkan mengenai potensi masalah, perencanaan pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan untuk mencari permasalahan yang ada disekolah. Teknik yang ilakukan dalam pengumpulan data adalah teknik observasi,wawancara, dan kuesioner terbuka untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan siswa dan guru. Subbab berikutnya menjelaskan mengenai pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian. a. Hasil Validasi Wawancara Wawancara dilakukan untuk dapat menemukan dan memperoleh informasi tentang kondisi sekolah dan fasilitas alat peraga yang dimiliki SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa narasumber. Kegiatan wawancara dilakukan
dengan
mewawancarai
Kepala
Sekolah
SDN
Percobaan,Guru Kelas I dan Siswa kelas I di SDN Percobaan.
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti melakukan validasi instrumen wawancara terlebih dahulu kepada beberapa ahli untuk mengetahui komponen instrumen wawancara sudah sesuai dan bisa digunakan untuk kegiatan wawancara. Peneliti melakukan validasi kepada ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi Pembelajaran. Validasi yang dilakukan merupakan validasi konstruk yaitu melihat kesesuaian instrumen yang digunakan dengan teori yang sudah ada. Adapun hasil validasi terhadap instrumen wawancara kepada Kepala Sekolah dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah Ahli Bahasa Indonesia Evaluasi Pembelajaran Rerata
Total 33 31 64
Rerata 3,71 3,41 3,56
Berdasarkan hasil validasi pada tabel 4.1 diperoleh skor rerata 3,56. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen wawancara sudah layak digunakan. Beberapa ahli memberikan komentar terkait dengan pedoman wawancara Kepala Sekolah. Ahli yang menilai instrument wawancara terdiri dari ahli bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi Pembelajaran. Ahli bahasa Indonesia menilai keefektifan kalimat pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada narasumber, sedangkan ahli evaluasi pembelajaran meninjau lebih lanjut isi pertanyaan yang membahas seputar manajemen kelas dan pengadaan
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alat peraga bahasa Indonesia. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar yang disajikan dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara kepada Kepala Sekolah oleh Ahli No
1.
2.
Item Pertanyaan
Komentar Ahli
Bagaimana antusias siswa pada saat menulis huruf tegak bersambung di SDN Percobaan 2 Yogyakarta? Apakah guru bahasa Indonesia dikelas 1 pernah membuat inovasi alat peraga untuk melatih siswa dalam menulis huruf tegak bersambung?
Bahasa Indonesia -
Evaluasi Pembelajaran Indikator dan pertanyaan kurang sesuai.
Dikelas harus dipisah
Penulisan tulisan harus diperhatikan.
Berdasarkan tabel 4.2 hasil rekapitulasi, data tersebut menjadi pertimbangan
bagi
peneliti
untuk
memperbaiki
instrumen
wawancara. Perbaikan dimaksudkan agar instrumen wawancara dapat digunakan dalam penelitian secara layak karena sudah diuji kelayakannya oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi pembelajaran. Berikut akan dipaparkan hasil perbaikan instrumen wawancara kepada Kepala Sekolah SDN Percobaan 2 Yogyakarta yang akan disajikan dalam tabel 4.3 mengenai hasil keputusan perbaikan Instrumen wawancara kepada Kepala Sekolah SDN Percobaan 2 Yogyakarta.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.3 Hasil Keputusan Perbaikan Instrumen Wawancara kepada Kepala Sekolah SDN Percobaan 2 No 1.
Indikator Proses kegiatan mengajar
2.
Kesulitan yang dialami guru pada saat memberikan pelajaran menulis huruf tegak bersambung Usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan Penggunaan alat peraga
3.
4.
5.
Kriteria Alat Peraga
111
Item Pertanyaan 1. Bagaimana proses kegiatan menulis huruf tegak bersambung di kelas 1? 2. Apakah ada guru yang mengalami kesulitan pada saat mengajarkan cara menulis huruf tegak bersambung? Mengapa? 3. Bagaimana dengan usaha sekolah untuk membantu guru mengatasi permasalahan tersebut? 4. Apakah sekolah telah menyediakan alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran? 5. Bagaimana kebijakan sekolah dalam menyediakan alat peraga bahasa Indonesia? 6. Bagaimana kebijakan sekolah tentang alat peraga? 7. Alat peraga apa saja yang pernah digunakan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia? 8. Darimana asal alat peraga tersebut diperoleh? 9. Apakah sekolah telah memasukkan alat peraga sebagai instrumen pembelajaran dalam kurikulum sekolah? 10. Apakah semua kelas telah menggunakan alat peraga ? 11. Bagaimana cara penggunaan alat peraga tersebut? Apakah dengan kerja kelompok atau secara individu? 12. Apakah sekolah menentukan kriteria alat peraga untuk mata pelajaran bahasa Indonesia? Misalhnya alat peraga itu harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
menarik,berwarna atau yang lainnya? 13. Mengapa kriteria tersebut perlu diperhatikan? Prestasi yang pernah 14. Prestasi apa sajakah yang diperoleh siswa pernah diperoleh siswa SDN Percobaan 2 pada mata pelajaran bahasa Indonesia?
Berdasarkan tabel 4.3, peneliti menggunakan instrumen yang sudah mengalami validasi oleh ahli dan perbaikan. Selanjutnya, peneliti melakukan validasi instrumen wawancara untuk guru kelas I. Berikut dipaparkan hasil validasi instrumen wawancara kepada guru kelas I dalam tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Validasi Instrumen Wawancara kepada Guru Kelas I Ahli Total Rerata Bahasa 63 3,71 Evaluasi Pembelajaran 52 3,50 57,5 3,60 Rerata
Berdasarkan tabel 4.4 hasil validasi tersebur diperoleh skor rerata 3,60. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen wawancara sudah layak digunakan. Beberapa ahli memberikan komentar terkait dengan pedoman wawancara kepada guru kelas I. Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara kepada Guru Kelas 1 SD dalam tabel 4.5.
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.5 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara kepada Guru Kelas I oleh Ahli No
Item Pertanyaan
1.
Apakah bapak/Ibu Guru telah memasukkan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses kegiatan mengajar? Apakah Bapak/Ibu Guru menyediakan alat peraga untuk menunjang pelajaran menulis huruf tegak bersambung dikelas 1?
2.
Komentar Ahli Bahasa Evaluasi Pembelajaran Kata Kata memasukkan memasukkan dapat diganti diganti dengan dengan menerapkan menggunakan Kalimat Dikelas 1 menjadi dikelas “di kelas 1” seharusnya dipisah
Berdasarkan tabel 4.5 hasil rekapitulasi data menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memperbaiki instrumen wawancara. Perbaikan dimaksudkan agar instrumen wawancara dapat layak digunakan karena sudah mengalami proses validasi dan perbaikan. Berikut ini dipaparkan hasil perbaikan instrumen wawancara kepada Guru kelas I SDN Percobaan Yogyakarta yang disajikan dalam tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Keputusan Perbaikan Instrumen Wawancara kepada Guru Kelas I SDN Percobaan Yogyakarta. No
Indikator
Item Pertanyaan
1.
Proses kegiatan mengajar
2.
Proses kegiatan mengajar
belajar
113
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru mengajar menulis huruf tegak bersambung dikelas I? 2. Bagaimana kegiatan belajar siswa ketika menulis huruf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
4.
Kesulitan yang dialami guru dalam mengajarkan menulis huruf tegak bersambung? Usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi permasalahan anak yang belum bisa menulis huruf tegak bersambung
5.
Kesulitan yang dialami guru pada saat memberikan tugas menulis huruf tegak bersambung
6.
Penggunaan alat peraga bahasa Indonesia yang dimiliki sekolah
7.
Kriteria Alat Peraga
114
tegak bersambung dikelas I? 3. Kesulitan apa saja yang dialami Bapak/Ibu Guru ketika mengajarkan menulis huruf tegak bersambung? 4. Bagaimana usaha Bapak/Ibu guru untuk mengatasi kesulitan pada saat mengajarkan menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung? 5. Mengapa cara/usaha tersebut yang Bapak/Ibu guru pilih? 6. Apa saja kesulitan Bapak/Ibu guru pada saat memberikan tugas kepada siswa kelas I untuk menulis huruf tegak bersambung? 7. Apakah Bapak/Ibu Guru menyediakan alat peraga untuk menunjang proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I? 8. Apakah Bapak/Ibu Guru telah menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam proses kegiatan mengajar? Apabila belum, apa saja yang menjadi kendala dalam pengadaan alat peraga? Apabila sudah, bagaimana hasil yang diperoleh dengan adanya alat peraga di dalam kelas? 9. Apakah Bapak/Ibu Guru kelas I pernah membuat inovasi alat peraga untuk melatih siswa dalam menulis huruf tegak bersambung? 10. Apakah sekolah memiliki kriteria tertentu dalam pembuatan alat peraga Bahasa Indonesia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
9.
10.
11.
Standar Peraga
Kuantitas
Alat 11. Apakah menurut Bapak/Ibu Guru, alat peraga bahasa Indonesia yang ada di kelas I sudah sesuai dengan jumlah siswa yang ada? Standar Kualitas Alat 12. Apakah alat peraga tersebut Peraga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama? Siswa yang berprestasi 13. Apa saja prestasi yang pernah dalam pembelajaran diraih siswa/siswi di SDN bahasa Indonesia Percobaan 2 Yogyakarta di kelas I? Cara meningkatkan 14. Bagaimana cara meningkatkan kualitas prestasi akademik kualitas prestasi akademik siswa pada mata pelajaran pada siswa/siswi SDN bahasa Indonesia? Percobaan 2 Yogyakarta, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia?
Berdasarkan tabel 4.6, peneliti menggunakan instrumen yang sudah mengalami validasi oleh ahli dan perbaikan untuk melakukan penelitian.
Selanjutnya,
peneliti
melakukan
validasi
instrumen
wawancara untuk siswa kelas I. Validasi instrumen wawancara dilakukan kepada beberapa ahli, yaitu ahli Bahasa dan ahli Evaluasi Pembelajaran. Berikut ini dipaparkan hasil validasi instrumen wawancara kepada siswa kelas I yang dipaparkan dalam tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Wawancara kepada Siswa Kelas I Ahli Total Rerata Bahasa Indonesia 40 3,63 Evaluasi Pembelajaran 36 3,27 Rerata 38 3,45
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 4.7 hasil validasi tersebut, diperoleh skor rerata 3,45. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen wawancara sudah layak untuk digunakan. Beberapa ahli memberikan komentar terkait dengan pedoman wawancara. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar yang disajikan dalam tabel 4.8. Tabel 4.8 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara kepada Siswa Kelas I oleh Ahli No
1.
Item Pertanyaan
Apakah adik merasa sulit untuk menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung?
Komentar Ahli Bahasa Evaluasi Pembelaja ran Kalimat Pertanyaan pertanyaan masih bisa terlalu ditambah panjang
Berdasakan tabel 4.8 komentar hasil validasi instrumen wawancara tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk memperbaiki
instrumen
wawancara
seblum
digunakan
untuk
wawancara.Berikut dipaparkan hasil perbaikan instrumen wawancara kepada siswa kelas I SDN Percobaan yang disajikan dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Keputusan Perbaikan Instrumen Wawancara kepada Siswa Kelas I SDN Percobaan. No
Indikator
1.
Proses belajar
2.
Kesulitan yang dialami siswa ketika
Item Pertanyaan
kegiatan
1. Apakah yang kamu rasakan ketika belajar menulis huruf tegak bersambung? 2. Apakah kamu merasa
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menulis huruf tegak bersambung 3.
Usaha yang dilakukan siswa
4.
Kesulitan yang dialami siswa pada saat diberikan tugas untuk menulis huruf tegak bersambung.
5.
Pemanfaatan alat peraga bahasa Indonesia
6.
Nilai yang diperoleh untuk mata pelajaran bahasa Indonesia
7.
Warna alat peraga
kesulitan menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung? 3. Bagaimana usaha yang kamu lakukan supaya dapat menulis huruf tegak bersambung? 4. Apakah kamu merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis huruf tegak bersambung?
5.
Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah menggunakan alat peraga bahasa Indonesia? 6. Alat peraga seperti apakah yang digunakan? 7. Apakah dengan alat peraga tersebut, dapat membantumu latihan menulis huruf tegak bersambung? 8. Alat peraga seperti apakah yang kamu perlukan? 9. Berapa nilai yang kamu peroleh untuk tugas menulis kalimat huruf tegak bersambung? 10. Kamu lebih suka alat peraga yang berwarna terang/gelap?
Berdasarkan tabel 4.9, peneliti menggunakan instrumen yang sudah mengalami validasi oleh ahli dan sudah diperbaiki. Pedoman wawancara tersebut digunakan untuk mencari data tentang ketersediaan alat peraga dan penggunaannya melalui beberapa responden, yaitu Kepala Sekolah SDN Percobaan,
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru Kelas I dan Siswa Kelas I. Berikut dipaparan hasil wawancara kepada ketiga narasumber. b. Hasil Wawancara Kepala Sekolah Wawancara
dilakukan
kepada
Kepala
Sekolah
SDN
Percobaan. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga bahasa Indonesia di SDN Percobaan 2. Kegiatan wawancara dilaksanakan
pada
tanggal
2
Oktober
2015.
Berikut
dipaparkan mengenai hasil wawancara sebagai analisis kebutuhan dalam penelitian. 1. Mengenai semangat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara umum. Kepala Sekolah menjawab, bahwa secara umum masih banyak anak-anak di kelas I yang belum dapat menulis huruf tegak bersambung. 2. Mengenai kesulitan yang dialami guru pada saat mengajarkan pembelajaran bahasa Indonesia. Kepala Sekolah menjawab, masih ada guru yang mengalami kesulitan. Tentunya guru melakukan usaha untuk melatih siswa supaya lancar menulis huruf tegak bersambung. 3. Mengenai alasan guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan menulis huruf tegak bersambung. Kepala Sekolah menjawab, kemampuan terbatas yang dimiliki sebagian guru bahasa Indonesia untuk melatih siswa
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menulis huruf tegak bersambung. Hal ini dikarenakan sudah
ada
mata
pelajaran
TIK,
sehingga
siswa
menganggap tulisan huruf tegak bersambung tidak terlalu penting. 4. Mengenai usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kesulitan tersebut. Kepala Sekolah menawab, untuk mengatasi kesulitan tersebut ada kegiatan latihan menulis huruf tegak bersambung usai pelajaran setelah pulang sekolah. 5. Mengenai ketersediaan alat peraga disekolah dalam menujang kegiatan belajar mengajar. Kepala Sekolah sudah menyediakan alat peraga seperti papan tulis khusus untuk menulis huruf tegak bersambung. 6. Mengenai kebijakan sekolah terkait dengan alat peraga pembelajaran. Kepala Sekolah menjawab, mengupayakan adanya
alat
peraga
bahasa
Indonesia
dengan
memperhatikan biaya dan jumlah siswa yang ada. 7. Mengenai intensitas penggunaan alat peraga. Kepala Sekolah menjawab masih sebatas alat peraga yang ada di dalam kelas saja. 8. Mengenai alat peraga yang pernah digunakan. Kepala Sekolah menjawab alat peraga IPA, kit IPA, gambar tata surya, denah, peta, globe.
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Mengenai asal alat peraga tersebut didapatkan. Kepala Sekolah menjawab, alat peraga tersebut diperoleh dengan cara membeli di toko alat tulis. 10. Mengenai alat peraga sebagai instrumen pembelajaran dalam kurikulum sekolah. Kepala Sekolah menjawab, sekolah sudah menerapkan alat peraga ke dalam kurikulum sekolah sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. 11. Mengenai penggunaan alat peraga di kelas. Kepala Sekolah menjawab, untuk penggunaannya itu menurut kebutuhan dan jadwal pelajaran bahasa Indonesia disetiap hari senin, selasa, kamis, jumat dan sabtu. 12. Mengenai cara penggunaan alat peraga. Kepala Sekolah menjawab, dengan cara berkelompok sebab alat peraga bahasa Indonesia hanya ada satu di dalam kelas, sedangkan siswanya berjumlah 33 siswa. 13. Mengenai kriteria alat peraga pembelajaran bahasa Indonesia. Kepala Sekolah menjawab, diusahakan agar alat peraga tersebut dapat menarik bagi anak-anak. Apalagi anak kelas I SD masih dalam tahap bermain sambil belajar. 14. Mengenai alasan kriteria itu perlu diperhatikan. Kepala sekolah menjawab, karena sangat mendukung proses pembelajaran.
ketika
120
latihan
menulis
huruf
tegak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersambung, siswa suka media yang berwarna, bergradasi sehingga menarik minat siswa. 15. Mengenai penelitian yang pernah diadakan disekolah terkait dengan alat peraga pembelajaran bahasa Indonesia. Kepala Sekolah menjawab belum pernah, sebab yang lebih sering diteliti adalah mata pelajaran IPA dan Matematika. 16. Mengenai prestasi yang pernah diraih oleh siswa SDN Percobaan 2 Yogyakarta adalah juara III lomba menulis puisi tingkat kabupaten DIY dan juara II lomba membaca puisi tingkat kabupaten DIY. c. Wawancara Guru Kelas I Wawancara dilakukan kepada guru kelas I SDN Percobaan. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mencari informasi terkait dengan ketersediaan alat peraga dan penggunaannya di sekolah. Selain itu, wawancara dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis huruf tegak bersambung. Wawancara dilakukan paa tanggal 3 Oktober 2015. Berikut ini dipaparkan mengenai hasil wawancara sebagai analisis kebutuhan dalam penelitian. 1. Mengenai cara guru mengajar menulis huruf tegak bersambung di kelas I. Guru menjawab, memberikan latihan terus menerus dalam menulis huruf tegak bersambung.
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Mengenai proses kegiatan belajar siswa ketika menulis huruf tegak bersambung di kelas I. Guru menjawab, siswa meniru bentuk huruf tegak bersambung yang ditulis guru di papan tulis. Siswa menyalin di dalam buku halus. 3. Mengenai kesulitan yang dialami guru ketika mengajarkan anak menulis huruf tegak bersambung. Guru menjawab, masih banyak anak yang salah dalam memegang pensil, menulis di luar batas garis yang ada di buku halus dan guru kesulitan supaya anak-anak terutama anak laki-laki dapat menulis dengan rapi sehingga jelas ketika akan dikoreksi. 4. Mengenai kesulitan apa saja yang dialami guru ketika memberikan tugas menulis huruf tegak bersambung. Guru menjawab, masih banyak anak yang lambat dalam menyelesaikan tugas. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa menulis huruf tegak bersambung dengan cepat dan mudah dibaca. 5. Mengenai penggunaan alat peraga bahasa Indonesia yang dimiliki sekolah. Guru menjawab, penggunaan alat peraga masih sebatas papan tulis (white board) dan gambar tulisan huruf tegak bersambung. Penggunaan alat peraga tersebut hanya digunakan pada saat materi menulis huruf tegak
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersambung saja. Guru tidak pernah membuat alat peraga tambahan karena keterbatasan waktu dan biaya. 6. Mengenai kriteria alat peraga bahasa Indonesia. Guru menjawab, alat peraga tentunya memiliki kriteria tertentu seperti menarik, berwarna dan aman karena akan digunakan oleh anak-anak kelas I. Akan lebih baik lagi apabila alat peraga dibuat dengan melihat kebutuhan siswa. 7. Mengenai standar kuantitas alat peraga. Guru menjawab jumlah alat peraga hanya ada satu di dalam kelas, sedangkan jumlah siswa kelas IA ada 33 siswa. alat peraga yang ada di pajang di depan kelas hanya sebagai contoh tulisan huruf tegak bersambung. 8. Mengenai standar kualitas alat peraga. Guru menjawab alat peraga yang baik seharusnya dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama (awet), tidak mudah rusak dan mampu merangsang motorik halus anak, sebab untuk melatih siswa menulis huruf tegak bersambung dibutuhkan alat peraga yang menarik bukan hanya untuk dilihat, tetapi siswa perlu diberikan contoh bagaimana cara menulis huruf tegak bersambung dengan benar. 9. Mengenai persiapan yang dilakukan sebelum menulis huruf
tegak
bersambung.
123
Guru
menjawab,
guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengkondisikan siswa terlebih dahulu untuk menyiapkan alat tulis, buku halus dan buku materi bahasa Indonesia, kemudian siswa diminta menyalin kalimat yang ditulis oleh guru yang ada di papan tulis untuk di tulis di buku halus masing-masing siswa. 10. Mengenai cara meningkatkan kualitas prestasi akademik siswa. Guru menjawab, guru memberikan latihan secara terus-menerus kepada siswa dan selalu mengupayakan siswa agar tidak merasa kesulitan dengan meminta siswa untuk bertanya apabila belum merasa jelas. 11. Mengenai siswa yang berprestasi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Guru menjawab, ada beberapa siswa kelas IV yang pernah menjuarai lomba baca puisi dan lomba menulis puisi tingkat kabupaten dan mendapatkan juara III. d. Wawancara Siswa Kelas I Wawancara yang selanjutnya dilakukan kepada 5 orang siswa kelas I SDN Percobaan. Wawancara kepada siswa kelas I dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga pembelajaran di kelas dan juga untuk mengetahui kemampuan siswa kelas I dalam menulis huruf tegak bersambung. Wawancara dilakukan tanggal 10 Oktober 2015. Berikut ini
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipaparkan mengenai hasil wawancara sebagai analisis kebutuhan siswa dalam proses penelitian. 1. Mengenai yang dirasakan ketika mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dikelas. Siswa merasa senang tetapi terkadang merasa bosan. 2. Mengenai alasan siswa tersebut merasa senang. Siswa menjawab, menulis huruf tegak bersambung adalah tugas bahasa
Indonesia
yang
harus
dikerjakan.
Siswa
mengerjakan supaya mendapatkan nilai dari guru. Siswa juga merasa bosan karena merasa alat peraga yang ada di kelas hanya pajangan dan tidak begitu menarik bagi siswa. 3. Mengenai usaha yang dilakukan siswa supaya dapat menulis huruf tegak bersambung dengan lancar adalah dengan latihan terus menerus dengan guru setelah pulang sekolah selama 15 menit. 4. Mengenai kesulitan yang dialami siswa pada saat menulis huruf tegak bersambung. Siswa menjawab, ada kesulitan pada menyambungkan beberapa huruf seperti huruf f dan i, r dan t. 5. Mengenai pemanfaatan alat peraga oleh guru. Siswa menjawab hanya beberapa kali saja papan tulis digunakan setelah kita selesai menulis langsung dihapus lagi. Siswa
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasa papan tulis hanya sebagai sarana tempat menyalin dan mencontoh huruf dari guru kepada siswa. 6. Mengenai alat peraga yang siswa butuhkan. Siswa menjawab, ya alat peraga yang punya warna jadi menarik buat dipelajari, tidak hanya seperti papan tulis yang ada di dalam kelas. 7. Mengenai nilai yang diperoleh siswa ketika menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Siswa menjawab, tergantung gurunya, kadang dapat nilai 75 kadang ada juga yang dapat 85. Yang penting bisa dibaca tulisannya. 8. Mengenai kemampuan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung. Siswa menjawab, ya dikit-dikit tulisannya bisa dibaca sama bu guru. Ada beberapa huruf yang dicoret karena bentuknya salah. Tapi Cuma satu atau dua huruf saja. Tapi ada teman yang sama sekali belum bisa menulis huruf tegak bersambung, jadi harus dilatih sama bu guru habis pulang sekolah. 9. Mengenai ketertarikan siswa menggunakan alat peraga seperti sandpaper letter . siswa merasa senang dan baru pernah tahu tentang alat peraga Montessori Sandpaper Letters Montessori. Siswa ingin belajar bagaimana cara menulis huruf tegak bersambung yang benar.
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10. Mengenai warna yang dipilih untuk alat peraga. Siswa menjawab, warna yang terang seperti merah muda, biru muda, kuning. Karena dilihatnya bagus dan menarik. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketiga narasumber dapat disimpulkan bahwa sekolah hanya memiliki papan tulis dan guru menggunakan alat peraga tersebut sebagai sarana untuk mengajar menulis huruf tegak bersambung. Hal tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut. Kepala Sekolah
Guru Kelas I
Siswa Kelas I
Sekolah belum memiliki alat peraga bahasa Indonesia yang memadai dan menarik bagi siswa, alat peraga yang paling banyak ada yaitu globe, peta, denah, alat KIT IPA seperti kerangka manusia, gambar organ tubuh manusia.
Kelas hanya memiliki alat peraga seperti papan tulis (white board). Pemanfaatan alat peraga hanya pada saat menulis huruf tegak bersambung untuk menyalin tulisan dari guru kemudian siswa mencatat di buku halus
Guru hanya menggunakan alat peraga seperti papan tulis. Siswa kurang jelas dalam belajar menulis huruf tegak bersambung tanpa alat
Ketersediaan alat peraga masih terbatas dan belum optimal untuk digunakan pada siswa kelas I. Siswa membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan yaitu menarik,berwarna sehingga siswa tertarik untuk menggunakannya.
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan bagan 4.1 mengenai triangulasi sumber data wawancara, dapat diketahui bahwa ketersediaan alat peraga di SDN Percobaan masih terbatas dan belum optimal untuk digunakan pada siswa kelas I. Hal tersebut membuat siswa masih kesulitan dalam menulis huruf tegak bersambung dengan benar. e. Observasi Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan melihat suatu gejala yang ada di dalam lapangan. Tujuan peneliti melakukan
observasi
adalah
mengetahui
pemanfaatan
dan
ketersediaan alat peraga yang ada di kelas. Peneliti mengambil instrumen observasi dari instrumen PPL Sanata Dharma 2015. Pada saat kegiatan pembelajaran menulis huruf tegak bersambung kelas I, guru mengajarkan kepada anak cara menulis diatas udara. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian menjelaskan materi yang akan dipelajari. Guru meminta siswa untuk menyalin huruf tegak bersambung yang ada di papan tulis dan siswa menulis di buku tulis halusnya masing-masing. Setelah selesai menyalin, guru kemudian meminta siswa untuk maju ke depan untuk diperiksa hasil tulisannya. Kesulitan yang dialami siswa adalah ketika menulis huruf tegak bersambung dengan hanya dengan cara meniru huruf yang ada dipapan tulis. Siswa ingin diperlihatkan bagaimana caranya menulis
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
huruf tegak bersambung dengan benar, sehingga siswa dapat menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Berdasarkan
hasil
observasi,
dapat
disimpulkan
bahwa
ketersediaan alat peraga bahasa Indonesia masih terbatas. Guru belum menggunakan alat peraga yang menarik dan mampu membangkitkan rasa ingin tahu anak tentang cara menulis huruf tegak bersambung yang benar. Guru hanya menggunakan papan tulis white-board dan gambar contoh tulisan huruf tegak bersambung. Beberapa siswa masih kesulitan menyambungkan antara huruf pertama dengan huruf selanjutnya. Misalnya “ fita bermain boneka”, “yusuf berangkat sekolah”. Dari kegiatan pembelajaran di kelas I, dapat diketahui bahwa tersedianya alat peraga bahasa Indonesia belum bisa mengupayakan kelancaran siswa dalam menulis huruf tegak bersambung. 1.Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan sebelum pengembangan desain alat peraga. Hal tersebut bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alat peraga untuk siswa dan guru kelas I. Alat peraga yang dikembangkan
didesain sesuai dengan karakteristik siswa
berdasarkan metode Montessori. Analisis karakteristik siswa dilakukan melalui kegiatan observasi pada saat pembelajaran siswa di kelas I. Kemudian hasil dari observasi dijadikan sebagai bahan
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertimbangan dalam membuat kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru kelas I. Berikut ini papararan mengenai analisis karakteristik siswa dan alat peraga Montessori. a.) Analisis Karakteristik Siswa Analisis karakteristik siswa dilakukan berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I SDN Percobaan. Hasil dari observasi tersebut adalah guru meminta siswa menyalin kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung di buku tulis halus masing-masing. Adapun siswa yang belum paham bagaimana cara menulis huruf tegak bersambung di buku tulis halus. Guru kemudian meminta siswa tersebut latihan terus menerus menulis huruf tegak bersambung setiap akhir pelajaran terakhir (pulang sekolah). Peneliti mengamati bahwa kegiatan menyalin saja belum tentu cukup untuk melatih siswa menulis huruf tegak bersambung. Siswa memerlukan bimbingan khusus dan alat peraga yang mampu membantu mengupayakan pemahaman siswa tentang menulis huruf tegak bersambung. Hasil analisis ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. b.) Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori Analisis karakteristik alat peraga Montessori dilakukan oleh peneliti mengacu pada lima karakteristik alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kontekstual. Oleh karena itu, dengan adanya lima karakteristik akan dijadikan acuan untuk membuat item pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan. c.) Uji Validitas Instrumen Uji validitas instrumen dilakukan oleh peneliti supaya instrumen yang layak untuk digunakan sehingga informasi yang didapatkan valid. Instrumen yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner. Instrumen kuesioner disusun sesuai dengan topik
penelitian
yang
dilakukan
peneliti
yaitu
proses
pembelajaran bahasa Indonesia terutama materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Peneliti membuat beberapa indikator yang digunakan sebagai dasar untuk membuat item pertanyaan pada setiap kuesioner. Pada setiap indikator pertanyaan dikembangkan menjadi beberapa item pertanyaan. Pengembangan pertanyaan yang dibuat disesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik siswa kelas I. Sebelum instrumen digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu instrumen divalidasi kepada dosen ahli bahasa dan dosen ahli evaluasi pembelajaran. Selanjutnya kuesioner tersebut digunakan kepada guru dan siswa kelas I di SDN Percobaan. d.) Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Validasi Instrumen kuesioner analisis kebutuhan dilakukan oleh beberapa ahli. Analisis kebutuhan ditujukan kepada guru
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan siswa kelas I. Peneliti memilih ahli bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi Pembelajaran sebagai validator yang akan memberikan penilaian terhadap instrumen kuesioner sebelum digunakan. Berikut merupakan hasil penilaian ahli bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi Pembelajaran terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru yang disajikan dalam tabel 4.10. Tabel 4.10. Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa dan Evaluasi Pembelajaran Ahli Bahasa Indonesia Evaluasi Pembelajaran Rerata
Total 36 32
Rerata 3,60 3,20
34
3,40
Hasil penilaian pada tabel 4.10 dari kedua ahli menunjukkan bahwa ahli bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi Pembelajaran memberikan skor rerata 3,40. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru sudah layak digunakan namun masih memerlukan beberapa perbaikan pada item pertanyaan tertentu. Berikut ini hasil rekapitulasi komentar tertulis yang disajikan pada tabel 4.11 mengenai rekapitulasi komentar validasi kuesioner analisis kebutuhan guru oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli Evaluasi Pembelajaran.
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.11 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli No
Item Pertanyaan
Komentar Ahli Bahasa
Evaluasi Pembelajaran
1.
Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan benda-benda yang ada dilingkungan sekolah? (...) Pernah Contoh benda yang kamu gunakan (....) Belum Pernah
2.
Manakah bahan yang bapak/ibu pilih untuk membuat alat peraga bahasa Indonesia?
3.
Kata kamu Kata kamu diganti diganti bapak/ibu. bapak/ibu Kata dilingkungan sebaiknya dipisah menjadi di lingkungan.
Perlu diperjelas kembali alat peraga apa yang dimaksud? Menurut Bapak/Ibu Kata bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat “bagaimana” peraga bahasa Indonesia? diganti “apa”
-
-
Peneliti membuat instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru berdasarkan hasil observasi di kelas I sekaligus wawancara kepada guru kelas I. Berdasarkan tabel 4.11. peneliti merangkum hasil komentar dari para ahli dan melakukan perbaikan dari berbagai saran dan komentar yang telah diberikan. Berikut
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipaparkan hasil analisis kuesioner kebutuhan guru yang disajikan dalam tabel 4.12. Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru No Indikator Item Pertanyaan Jawaban Responden Pengalaman Pernah 1. Apakah menggunakan Bapak/Ibu Guru alat peraga pernah menggunakan alat peraga pada saat menulis huruf tegak bersambung? (...) Pernah (...) Belum Pernah 2. Alat peraga apa yang Bapak/Ibu Guru gunakan ketika belajar menulis huruf tegak bersambung? 3. Apakah Bapak/Ibu Guru lebih memilih mengajar menggunakan alat peraga?
Papan tulis white board dan display gambar huruf tegak bersambung
Ya Alasan: karena dengan menggunakan alat peraga, siswa semakin tertarik untuk belajar menulis huruf tegak bersambung. Ya 4. Apakah (√) Papan Tulis Bapak/Ibu Guru (√)Display huruf pernah tegak bersambung menggunakan (√) Spidol benda-benda yang ada di
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bahan alat 2. peraga
Warna alat 3. peraga
lingkungan sekolah ketika mengajarkan siswa menulis huruf tegak bersambung? 5. Apa bahanbahan yang Bapak/Ibu Guru pilih untuk membuat alat peraga untuk menulis huruf tegak bersambung (....) Kayu (...) Besi (...) Kertas (...) Plastik 6. Apakah alat peraga yang berwarna lebih menarik untuk dipelajari? (...) Ya (...) Tidak 7. Warna seperti apa yang Bapak/Ibu Guru pilih untuk alat peraga menulis huruf tegak bersambung?
Kayu dan Kertas
(√) Ya Dengan adanya warna membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajarinya. ( Warna cerah seperti merah,biru,kuning dan oranye.
(....) Cerah Sebutkan contohnya
4.
(....) Gelap Sebutkan contohnya 8. Menurut
135
(√) Perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bapak/Ibu Guru apakah diperlukan adanya perbedaan warna pada alat peraga pada huruf vokal dan huruf konsonan? (....) Perlu Alasan:
Alasan: supaya lebih menarik dan lebih jelas apalagi untuk siswa kelas I.
(...) Tidak Perlu Alasan: Alat peraga5. berdasarkan fungsinya
9. Menurut Bapak/Ibu Guru bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga bahasa Indonesia berdasarkan fungsinya?
(√)dapat membantu siswa memahami cara menulis dan membaca Alasan : menulis dan membaca itu satu kesatuan, lebih mudah apabila diajarkan secara bersamaan.
(...) dapat membantu siswa memahami cara menulis dan membaca
Berat alat 6. peraga
(...) hanya dapat digunakan untuk menulis saja 10. Menurut Bapak/Ibu Guru jika dilihat dari beratnya alat peraga, berapakah berat ideal alat peraga untuk siswa
136
( √) Ringan Alasan : supaya lebih mudah dibawa dan dapat dijangkau oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelas I SD? (...) Ringan( <1,5kg) (...) Sedang (1,5 kg-3kg) (...) Berat (5 kg) Alat peraga 7. 11. Menurut untuk Bapak/Ibu Guru menemukan bagaimanakah jawaban yang kriteria alat benar peraga yang bertujuan untuk dapat membantu siswa menyadari kesalahannya?
(√) dapat membantu siswa menyadari kesalahan saat menulis huruf tegak bersambung. Alasan: banyak anak yang saat menulis hurufnya tidak sesuai proporsi/ tinggi (...) dapat rendahnya belum membantu siswa tepat. menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: (...) tidak dapat membantu siswa menyadari dan menemukan jawaban yang benar. Alasan:
Berdasarkan tabel 4.12, hasil rekapitulasi analisis kuesioner guru dapat diketahui bahwa siswa kelas I membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam memahami mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Selanjutnya akan dipaparkan hasil
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. Berikut ini hasil dari penilaian yang disajikan dalam tabel 4.13. Tabel 4.13 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Ahli Bahasa Indonesia Evaluasi Pembelajaran Guru 1 Guru 2 Rerata
Total 60 40 60 42 50,5
Rerata 3,75 3,63 3,75 3,69 3,70
Hasil penilaian pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa rerata penilaian instrumen kuesioner yaitu 3,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen analisis kebutuhan siswa sudah layak untuk digunakan namun masih ada yang perlu diperbaiki. Perbaikan berdasarkan pada komentar dari ahli bahasa Indonesia. Berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar tertulis yang disajikan pada tabel 4.14 mengenai rekapitulasi komentar validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli evaluasi pembelajaran, guru kelas IA dan guru kelas IB.
Tabel 4.14 Rekapitulasi Komentar Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Oleh Ahli No
1.
Item Pertanyaan Cara manakah yang kamu
Bahasa -
138
Komentar Ahli Evaluasi Guru Pembelajaran 1 Anak harus mengetahui terlebih
Guru 2 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pilih untuk menulis huruf tegak bersambung?
dahulu alat peraga bahasa Indonesia.
Peneliti membuat instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa berdasarkan hasil observasi di kelas I sekaligus wawancara kepada siswa kelas I. Berdasarkan tabel 4.14, hasil rekapitulasi komentar dari ahli bahasa Indonesia kemudian peneliti melakukan perbaikan terkait dengan saran yang telah diberikan. Peneliti mempersiapkan dan melengkapi kekurangan instrumen kuesioner yang telah diberikan dari ahli. Melalui beberapa komentar dan saran yang diberikan oleh ahli validator, peneliti memperhatikan susunan kata dalam instrumen kuesioner supaya mudah dipahami oleh siswa kelas I SD. Berikut akan dipaparkan rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa. Dalam hasil kuesioner ini, peneliti mempunyai informasi penting mengenai kebutuhan siswa akan alat peraga bahasa Indonesia khususnya untuk latihan menulis huruf tegak bersambung. Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa No
1.
Indikator
Item Pertanyaan
Pengalaman 1. Apakah menggunak Bapak/Ibu an alat gurumu peraga
139
Jawaba
Respo
Presen
n
nden
tase
(√) Pernah
4
40%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernah mengguna kan alat peraga pada saat mengajark an menulis huruf tegak bersambu ng? (√)
6
60%
(√) Belajar menulis menggu nakan alat peraga
10
100%
(√)
8
80%
Belum pernah 2. Cara manakah yang kamu pilih ketika belajar menulis huruf tegak bersambu ng? (..) mengguna kan alat peraga (...)tidak mengguna kan alat peraga 3. Apakah kamu pernah menggu
140
Pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nakan alat peraga yang ada dikelasm u untuk menulis huruf tegak bersamb ung?
Papan tulis dan spidol
(√)
2
20 %
(√) Ya Alasan: supaya terlihat menari k
10
100%
(√) Warna cerah Contoh nya Biru dan Merah. Alasan nyalebi h menari k dan indah
10
100%
Pernah Buku tulis halu 2.
Warna alat
4. Menurut mu peraga apakah perlu pemberi an warna pada alat peraga? Warna alat Warna apa peraga yang kamu pilih untuk digunakan pada alat peraga menulis huruf tegak bersambung ? (...) Warna cerah Contohnya: (...) Warna
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gelap Contohnya: Bahan alat Bahan apa yang kamu peraga pilih untuk digunakan menulis huruf tegak bersambung : (...) Kayu (...) Plastik (...) Kardus (..) Besi (..) Kertas
Alat peraga sebagai pengendali kesalahan
Manakah yang lebih kamu pilih ketika belajar menulis huruf tegak bersambung ? (...) belajar dengan menggunak an alat peraga dan dapat mengetahui kesalahan tanpa diberitahu teman. (...) belajar tanpa menggunak
142
(√) Kayu alasan: awet dan kuat
8
80%
(√) Kertas Alasan: mudah diberi gambar dan ringan. (√) belajar dengan menggu nakan alat peraga supaya lebih mandiri dan tambah pintar
2
20%
10
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
an alat peraga dan mengetahui kesalahan dengan bantuan dari teman.
Berdasarkan tabel 4.15, hasil rekapitulasi analisis kuesioner untuk siswa dapat diketahui bahwa sebanyak 80 % siswa menjawab kuesioner bahwa guru belum pernah menggunakan alat peraga seperti sandpaper letters Montessori pada saat pembelajaran menulis huruf tegak bersambung dan ada 20 % siswa menjawab guru pernah menggunakan alat peraga pada saat menulis huruf tegak bersambung. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peneliti membuat alat peraga dengan pertimbangan 80 % siswa yang menjawab belum pernah menggunakan alat peraga bahasa Indonesia seperti sandpaper letter Montessori. 2. Perencanaan a. Instrumen Non-Tes Instrumen non tes yang digunakan adalah instrumen unjuk kerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan uji coba terbatas terkait dengan alat peraga sandpaper
letters berbasis metode
Montessori. b. Validasi Kuesioner Produk Alat Peraga Kuesioner validasi produk alat peraga dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk alat peraga yang digunakan. Kuesioner produk
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibuat untuk ahli,guru, dan siswa yang dikembangkan berdasarkan karakteristik alat peraga sandpaper leters Montessori dan analisis kebutuhan ketika akan mengumpulkan data. Validasi dilakukan dengan menguji validitas konstruknya. Validitas konstruk ini terkait dengan kesesuaian aspek-aspek yang akan diukur dengan landasan teori (Sugiyono,2014:177). Validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa Indonesia, Guru 1,Guru 2, dan 10 siswa SDN Percobaan kelas IA. Hasilnya berupa data kuantitatif yang kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif. Perolehan rerata skor pada data kualitatif tersebut memberikan gambaran bagi peneliti untuk memperbaiki kuesioner validasi produk. Peneliti membuat tingkatan kategori kelayakan produk, yaitu kategori sangat baik menunjukkan bahwa instrumen tersebut layak untuk digunakan tanpa perbaikan. Kategori baik, menunjukkan bahwa instrumen tersebut layak untuk digunakan namun masih memerlukan adanya perbaikan sehingga semakin lebih detail dan lengkap. Selanjutnya untuk kategori kurang menunjukkan bahwa instrumen tersebut kurang layak untuk digunakan dan masih memerlukan menunjukkan
perbaikan. bahwa
Sedangkan
instrumen
digunakan.
144
kategori
tersebut
tidak
sangat layak
kurang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti melakukan validasi untuk kuesioner produk alat peraga sandpaper letter berbasis metode Montessori yang akan digunakah siswa kelas I. Validasi ini ditujukkan kepada beberapa ahli, yaitu ahli bahasa, Guru 1,Guru 2. Berikut ini disajikan tabel 4.16 mengenai hasil validasi kuesioner produk untuk siswa. Tabel 4.16 Validasi Kuesioner Produk untuk Siswa Ahli Ahli Bahasa Guru 1 Guru 2 Rerata
Total 43 44 40 42,3
Rerata 3,90 4 3,63 3,84
Berdasarkan tabel 4.16 hasil validasi kuesioner produk Sandpaper letters Montessori dapat diperoleh rerata skor 3,84. Rerata tersebut termasuk kategori
“sangat baik”. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kuesioner produk alat peraga dapat digunakan dalam penelitian.peneliti menggunakan instrumen untuk siswa kelas I. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami materi menulis huruf tegak bersambung setelah menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori. Berikut ini dipaparkan rekapitulasi hasil penilaian kuesioner produk untuk siswa yang disajikan dalam tabel 4.17. Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kuesioner Produk untuk Siswa No
Indikator
Aspek yang
145
Jawab
Respon
Presen-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.
2.
Autoeducation
Autocorrection
3.
Menarik
dinilai
an
Saya dapat menggunakan sandpaper letter Montessori tanpa bantuan orang lain
Sangat
Saya dapat memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan bantuan papan sandpaper letter Montessori Saya dapat menemukan kesalahan pada saat menulis huruf tegak bersambung tanpa bantuan orang lain dengan menggunakan papan sandpaper letter Montessori. Saya senang belajar materi menulis huruf tegak bersambung karena menggunakan alat peraga yang bergradasi,me
Sangat
146
den
tase
4
40%
Setuju
3
30 %
Tidak
3
30 %
4
40%
Setuju
4
40%
Tidak
2
20 %
8
80 %
2
20 %
8
80%
2
20 %
Setuju
Setuju
Setuju
Setuju Sangat Setuju Tidak Setuju
Sangat Setuju Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
narik dan memiliki tekstur. Saya tertarik Sangat dengan warna papan Setuju sandpaper letters Montessori Tidak
9
90%
1
10%
Saya dengan Sangat mudah Setuju membawa dan memindahkan alat peraga sandpaper letters Montessori Tidak Setuju Saya dapat Sangat menemukan Setuju bahan yang Tidak digunakan Setuju untuk membuat papan sandpaper letters Montessori dari lingkungan sekitar.
7
70 %
3
30 %
6
60 %
4
40 %
Saya dapat Sangat menemukan Setuju gradasi warna Setuju bentuk,dan tekstur.
9
90 %
1
10 %
Setuju
Kontekstu 3. 5 al
. 5 . 5 .
Bergradasi 4.
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 4.17 hasil rekapitulasi penilaian kuesioner produk alat peraga sandpaper letters Montessori dapat diketahui bahwa item penilaian terhadap penggunaan alat peraga sebanyak 40 % siswa menjawab sangat setuju dapat menggunakan alat peraga tersebut secara mandiri tanpa bantuan orang lain, sebanyak 30 % siswa menjawab setuju sudah bisa menggunakan alat peraga tanpa bantuan orang lain, dan sebanyak 30 % siswa mengatakan tidak setuju dapat menggunakan alat peraga sandpaper letters Montessori. Kemudian, item penilaian terhadap fungsi sandpaper letters Montessori terhadap pemahaman siswa tentang cara menulis huruf tegak bersambung sebanyak 40 % siswa menjawab sangat setuju dapat memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan bantuan alat peraga sandpaper letters Montessori,sebanyak 30 % siswa menjawab setuju sudah memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan bantuan alat sandpaper letters Montessori,dan ada 20% siswa yang menjawab tidak setuju sudah memahami cara menulis huruf tegak bersambung dengan bantuan alat sandpaper letters Montessori. Item auto-correction tentang menemukan kesalahan pada saat menulis huruf tegak bersambung tanpa bantuan orang lain sebanyak 80 % siswa menjawab dapat menemukan kesalahan menulis huruf tegak bersambung dengan adanya alat peraga sandpaper letters Montessori,dan ada 20 % siswa menjawab tidak setuju menjawab adanya alat peraga sandpaper letters Montessori mampu membantu
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa menemukan kesalahan pada saat menulis huruf tegak bersambung. Item Menarik tentang warna, bentuk dan gradasi. Sebanyak 80 % siswa menjawab sangat setuju dan senang ketika belajar menulis huruf tegak bersambung menggunakan alat peraga sandpaper letters Montessori karena memiliki warna-warna yang menarik dan cerah. Sebanyak 20 % siswa menjawab setuju dan senang dapat menggunakan alat peraga sandpaper letters Montessori, sebanyak 90 % siswa merasa tertarik dengan warna yang ada pada papan sandpaper letters Montessori dan sebanyak 10 % siswa merasa tidak tertarik dengan warna yang ada pada papan sandpaper letters Montesori. Selain tertarik dengan warna, anak juga merasa alat peraga sandpaper letters Montessori mudah dijangkau untuk dibawa. Sebanyak 70 % siswa menjawab sangat setuju mudah membawa dan memindahkan alat peraga sandpaper letters Montessori. Pada item kontekstual, sebanyak 60 % siswa menjawab sangat setuju menemukan bahan yang digunakan untuk membuat papan sandpaper letters Montessori dari lingkungan sekitar. Sebab kayu pinus dapat ditemukan dan diperoleh di area Yogyakarta, khususnya daerah Bantul, dan sebanyak 40 % siswa menjawab tidak setuju menemukan bahan yang digunakan untuk membuat papan sandpaper letters Montessori dari lingkungan sekitar.
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada item bergradasi, sebanyak 90 % siswa menjawab sangat setuju apabila menemukan gradasi warna,bentuk,dan tekstur pada alat peraga sandpaper letters Montessori dan sebanyak 10 % siswa menjawab tidak setuju apabila menemukan gradasi warna pada alat peraga sandpaper letters Montessori. Melalui hasil kuesioner produk alat peraga oleh siswa dapat diketahui bahwa alat peraga sandpaper letters Montessori mampu membantu siswa dalam belajar menulis huruf tegak bersambung. 5. Pengembangan Desain a. Konsep Pembuatan Alat Peraga Konsep pembuatan alat peraga sandpaper letters Montssori merupakan
pengembangan
alat
peraga
berbasis
metode
Montessori. Alat peraga sandpaper letters ini digunakan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis huruf tegak bersambung. Alat peraga ini terdiri dari papan kayu pinus dan huruf-huruf yang telah didesain dan dibuat dari pasir pantai. Pemberian warna juga dibedakan antara warna merah untuk huruf vokal dan warna biru untuk huruf konsonan. Selain alat
peraga
sandpaper
letters
Montessori,peneliti
juga
mengembangkan buku latihan menulis huruf tegak bersambung.
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.1 Kajian Produk Sandpaper Letters huruf vocal yang sudah direvisi
Gambar 4.2 Kajian Produk Sandpaper Letters huruf s,v,w,x,dan z yang sudah direvisi.
Gambar 4.3 Kajian Produk Sandpaper Letters Huruf b,d,f,g yang sudah direvisi.
Gambar 4.4 Kajian Produk Sandpaper Letters Huruf h,j,k dan l yang sudah direvisi
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.5 Kajian Produk Sandpaper Letters huruf p,q,t dan yang sudah direvisi.
Gambar 4.6 Kajian Produk Sandpaper Letters huruf c,m,n,r.
6. Pembuatan album alat peraga Album alat peraga dibuat agar pengguna alat peraga papan sandpaper letter ini dapat menggunakan alat peraga dengan benar. album alat peraga ini merupakan buku panduan penggunaan alat peraga sandpaper letters Montessori. Album ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu materi pembelajaran, submateri, tujuan pembelajaran, nama alat peraga, dan langkah-langkah dalam menggunakan alat peraga. Materi pembelajaran yang dijabarkan pada album alat peraga terdiri dari materi menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Langkah pertama yang peneliti lakukan adalah memperkenalkan huruf-huruf yang sudah di desain pada alat peraga sandpaper letters Montessori. Peneliti mengajarkan kepada siswa bagaimana menulis huruf tegak bersambung yang benar.
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada album pertama, peneliti menjelaskan tracing huruf a-z dan menulisnya di buku latihan menulis huruf tegak bersambung yang sudah didesain oleh peneliti sebagai tempat siswa latihan menulis. Pada album pertama, siswa menulis satu huruf terlebih dahulu siswa mentracing huruf yang ada di papan sandpaper letters Montessor dan menulis diatas pasir pantai. Pada album kedua, siswa menulis dua huruf terlebih dahulu siswa mentracing dua huruf yang ada pada papan sandpaper letters Montessori. Pada album ketiga, siswa menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung diatas pasir pantai dan kemudian menulis dibuku tulis halus karena sudah mengalami latihan di alat sandpaper letters Montessori dan pasir pantai yang sudah disediakan peneliti di dalam baki. b. Pengumpulan Bahan Pengumpulan bahan dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Beberapa bahan yang menjadi pilihan sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru antara lain kertas dan kayu, sehingga peneliti memilih untuk memanfaatkan bahan dari kayu dan kertas. Kayu yang dipilih adalah kayu pinus, hal ini dikarenakan kayu pinus mudah diolah dan bagus untuk diberi warna,serta tidak terlalu berat. Selain kayu, peneliti juga mendesain alat peraga sandpaper letters dengan pasir pada pembentukan desain hurufnya. Pasir yang digunakan adalah pasir pantai. Hal ini dikarenakan pasir pantai memiliki tekstur yang tidak kasar sehingga aman digunakan untuk
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa kelas I SD. Kedua bahan tersebut dimanfaatkan oleh peneliti sebagai
bahan
dasar
pembuatan
alat
peraga
Sandpaper
letters.Keuntungan dari adanya pasir pantai adalah melatih motorik siswa ketika menulis diatas pasir pantai. Selain itu, siswa juga merasa tidak jenuh ketika belajar menulis huruf tegak bersambung. c. Pembuatan Alat Peraga Pembuatan alat peraga dilakukan dengan bantuan dari tukang kayu. Tukang kayu yang membuat alat peraga ini terletak di daerah Bantul,Yogyakarta. Peneliti memilih untuk membuat alat peraga pada tukang kayu di daerah Bantul dikarenakan hasil pekerjaannya sangat rapi dan warna yang digunakan bagus dan cerah, sehingga mendukung peneliti dalam proses pembuatan alat peraga. Pembuatan alat peraga berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Bahan dasar untuk pembuatan alat peraga Sandpaper letters adalah kayu pinus dan pasir pantai serta cat kayu berwarna merah dan biru muda. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum pemesanan alat peraga adalah pembuatan desain alat peraga sandpaper letters. Peneliti membuat desain alat peraga dengan ukuran dan bentuk yang sudah di validasi oleh ahli dan sudah pasti. Setelah itu, desain alat peraga diberikan kepada tukang kayu. Alat peraga dibuat sesuai dengan ukuran dan bentuk yang sudah dirancang sesuai dengan desain.
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Langkah kedua yang harus dilakukan oleh tukang kayu adalah menghaluskan permukaan kayu pinus dengan kertas amplas dan dioven terlebih dengan alat khusus supaya kondisi kayu tidak basah sehingga mempermudah proses pemberian warna. Kayu pinus yang sudah siap digunakan dipotong membentuk persegi panjang. Untuk papan huruf konsonan p,q,t,y dan b,c,g, y dipotong dengan ukuran 50 cm x 29 cm. Selanjutnya untuk papan huruf vokal, huruf s,w,x,z, dan c,m,n,r dipotong dengan ukuran 50 cm x 17,5 cm. Selanjutnya kayu pinus diberikan gradasi warna untuk huruf konsonan diberi warna biru muda dan biru tua, sedangkan untuk huruf vokal diberi warna biru muda dan merah dibagian baris keduanya. Untuk hurufnya diberikan pasir pantai. Langkah ketiga yaitu tahap finishing. Tukang kayu memberikan cat tambahan dan dipernis menggunakan tiner sebanyak dua kali, supaya warna tetap cerah dan awet. Berikut dipaparkan mengenai desain alat peraga sandpaper letters yang dikembangkan oleh peneliti.
a b Gambar 4.6 Papan sandpaper letters huruf vokal Keterangan
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a : gradasi warna biru di baris ketiga b : gradasi warna merah di baris kedua
d
e
f
Gambar 4.7 Papan Sandpaper letters huruf konsonan Keterangan: d : huruf b,d,f dan g menggunakan pasir pantai e : gradasi warna biru tua di baris ketiga f : gradasi warna biru muda di baris kedua
Produk alat peraga Sandpaper letters Montessori kemudian divalidasi terlebih dahulu kepada para ahli. Validasi produk dilakukan dengan maksud untuk memberikan penilaian serta saran dan komentar terhadap rancangan produk alat peraga papan Sandpaper Letters Montessori. Validasi produk dilakukan oleh beberapa ahli yaitu ahli bahasa Indonesia dan ahli bahasa Montessori. Pada proses validasi produk alat peraga sandpaper letters Montessori ini, peneliti mempresentasikan alat peraga yang sudah dirancang kepada validator beserta cara penggunaannya. Kemudian validator memberikan penilaian dan komentar/saran terhadap alat peraga sandpaper letters,guna untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada alat peraga
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sandpaper letters. Penilaian alat peraga dibuat berdasarkan lima karakteristik alat peraga
yang dimiliki
Montessori.
Peneliti juga
menggunakan rentang nilai atau skala yang digunakan untuk menilai kelayakan produk alat peraga sandpaper letters Montessori. Berikut dipaparkan hasil validasi produk alat peraga sandpaper letters Montessori yang disajikan pada tabel 4.17. Tabel 4.17 Hasil Validasi Produk Ahli Bahasa Montessori Pembelajaran Bahasa Rerata
Total 64 68 66
Rerata 3,20 3,40 3,30
Berdasarkan tabel 4.17 hasil validasi produk tersebut diketahui mendapatkan rerata 3,30. Rerata tersebut masuk dalam kategori yang baik. Sehingga, dalam hal ini menunjukkan bahwa produk atau alat peraga sudah cukup layak untuk digunakan dalam penelitian. Ahli bahasa Indonesia menambahkan komentar secara lisan bahwa huruf t pada alat peraga sandpaper letters Montessori harus dibuat dan didesain dengan tegak bersambung, sedangkan menurut ahli bahasa Montessori menyampaikan hasil alat peraga sandpaper letters sudah cukup layak untuk digunakan. Dalam pembuatan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori, peneliti memperbaiki alat peraga yang masih salah menurut pendapat ahli bahasa, sehingga alat peraga yang sudah direvisi hasilnya sudah jauh lebih baik dan sudah lebih layak digunakan.
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selanjutnya dilakukan validasi terhadap album alat peraga sandpaper letters Montessori. Validasi album alat peraga dilakukan guna membantu peneliti dalam menyusun album alat peraga terutama dalam susunan dan penggunaan bahasanya. Berikut ini dipaparkan hasil validasi album alat peraga yang akan disajikan pada tabel 4.18. Tabel 4.18 Validasi Album Alat Peraga Ahli Pembelajaran Bahasa Guru kelas 1A Guru kelas 1B Rerata
Total 20 22 23 21,67
Rerata 3,33 3,67 3,83 3,61
Berdasarkan hasil validasi album alat peraga diperoleh rerata skor 3,61. Rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa album alat peraga sudah layak untuk digunakan dalam penelitian. d. Uji Coba Terbatas Uji coba terbatas dilaksanakan pada tanggal 10 November 2015 sampai 10 Desember 2015 pada pukul 09.00-10.00 WIB. Uji coba terbatas dilakukan pada siswa kelas I SDN Percobaan Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan pada saat jam pelajaran bahasa Indonesia berlangsung kepada 10 siswa kelas I yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Sebelum melakukan kegiatan belajar, peneliti meminta siswa untuk menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung dibuku tulis halus masing-masing. Hal ini bertujuan supaya
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peneliti mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan alat peraga sandpaper letter berbasis metode Montessori. Proses kegiatan belajar mengajar ini dilakukan sebanyak 10 kali dalam waktu kurang lebih satu bulan. Kegiatan belajar ini dilakukan secara berkelompok. Peneliti membagi sepuluh siswa kedalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua anak. Hal ini mempermudah peneliti pada saat siswa menggunakan alat sandpaper letters berbasis metode Montessori. Pada
pertemuan
kedua,
yang
dilakukan
peneliti
adalah
memperkenalkan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori kepada siswa dan mengajarkan kepada siswa cara penggunaannya.
Pada pertemuan ketiga sampai kelima, peneliti mengajak siswa untuk mentracing huruf di atas alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori. Peneliti meminta siswa untuk bergantian menggunakan alat peraga sandpaper letters. Pada pertemuan keenam hingga ketujuh, peneliti meminta siswa latihan menulis huruf tegak bersambung diatas pasir pantai yang telah disediakan oleh peneliti. Peneliti meminta siswa untuk bergantian menulis huruf dan kalimat sesuai dengan petunjuk peneliti. Dalam hal ini guru kelas IA ikut serta mengawasi proses penelitian. Pada pertemuan kedelapan hingga kesepuluh, peneliti meminta siswa menulis huruf tegak bersambung di dalam buku tulis halusnya
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masing-masing dan peneliti melihat apakah ada tingkat perkembangan setelah menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori. Pada pertemuan terakhir, peneliti juga mengadakan refleksi terkait proses penelitian yang telah berlangsung di kelas IA. 1) Data dan Analisis Hasil Tulisan Siswa Kelas IA. Data dan analisa hasil tulisan siswa diperoleh ketika proses kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung di dalam kelas. Peneliti melakukan penelitian kondisi sebelum menggunakan alat peraga dan setelah menggunakan alat peraga. Instrumen unjuk kerja terdapat di buku latihan dasar menulis sandpaper letters berbasis metode Montessori. Hasil yang diperoleh dari tulisan siswa kelas IA dapat dilihat pada tabel kondisi sebelum menggunakan alat peraga sandpaper letters dan buku latihan dasar menulis pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 Nilai siswa ketika menulis kalimat tegak bersambung tanpa menggunakan alat peraga Sandpaper letters No
Nama Kualitas tulisan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ana Fit Doni Bin Yos Put
4 2 2 2 3 3
Aspek yang dinilai Teknik Bentuk Cara memegang huruf meran pensil gkai huruf
3 2 3 2 3 3
160
3 2 2 3 3 3
2 3 3 3 3 2
Ketepat Rata an -rata tulisan dengan jumlah baris 2 2,8 3 2,8 2 2,8 2 2,8 2 2,8 2 2,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. 8. 9. 10
Tin Sry Ali Adi Ratarata
3 3 3 3
3 3 3 3
3 3 2 4
2 2 3 4
2 3 3 2
2,6 2,6 2,6 2,6 2,08
Ana mendapatkan nilai rata-rata 2,8 dengan kualitas tulisan mendapat skor 4, teknik memegang pensil mendapat skor 3, bentuk huruf yang dihasilkan mendapat skor 3, cara merangkai huruf mendapatkan skor 2, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Fita mendapatkan nilai rata-rata 2,8 dengan kualitas tulisan mendapat skor 2, teknik memegang pensil 2, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 2, cara merangkai huruf mendapatkan skor 3 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 3. Doni mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2,8 dengan kualitas tulisan mendapat skor 2, teknik memegang pensil mendapatkan skor 3, bentuk huruf yang di hasilkan mendapat skor 2, cara merangkai huruf mendapatkan skor 3 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Sedangkan Bintang mendapatkan nilai rata-rata skor sebesar 2,8 dengan kualitas tulisan mendapatkan skor 2, teknik memegang pensil mendapatkan skor 2, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 3, bentuk huruf yang di hasilkan mendapatkan skor 3, ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Yosa mendapatkan skor rata-rata 2,8 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 3, teknik memegang pensil mendapatkan skor 3, bentuk huruf yang di
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hasilkan mendapatkan skor 3, cara merangkai huruf mendapatkan skor 3 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Putri mendapatkan skor rata-rata 2,6 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 3, teknik memegang pensil mendapatkan skor 3, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 3, cara merangkai huruf mendapatkan skor 2, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Tina mendapatkan skor rata-rata 2,6 dengan kualitas tulisan mendapatkan skor 3, teknik memegang pensil mendapatkan skor 3, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 3, cara merangkai huruf mendapatkan skor 2, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Soraya mendapatkan skor rata-rata 2,6 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 3, teknik memegang pensil mendapatkan skor 3, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 3, cara merangkai huruf mendapatkan skor 2, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2. Ali mendapatkan nilai rata-rata 2,6 dengan kualitas tulisan mendapatkan skor 3, teknik memegang pensil mendapatkan skor 3, bentuk huruf mendapatkan skor 2, cara merangkai huruf mendapatkan skor 2, ketepatan tulisan dengan jumlah bars mendapatkan nilai 3. Adi mendapatkan nilai rata-rata 2,6 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 3, teknik memegang pensil memperoleh skor 3, bentuk huruf memperoleh skor 4, cara merangkai huruf memperoleh skor 4 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 2.
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil yang diperoleh dari tulisan siswa kelas IA dapat dilihat pada tabel kondisi setelah menggunakan alat peraga sandpaper letters dan buku latihan dasar menulis pada tabel 4.20.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Tabel 4.20 Nilai siswa setelah menggunakan alat peraga Sandpaper letters Nama Aspek yang dinilai Kualitas Teknik Bentuk Cara Ketepat Rata-rata tulisan memega- huruf merangkai an ng pensil huruf tulisan dengan jumlah baris Ann 4 4 4 4 4 4,0 Fit 4 3 4 4 4 3,8 Don 4 4 4 4 4 4,0 Bin 4 4 4 4 4 4,0 Yos 4 4 4 4 4 4,0 Put 4 4 4 4 4 4,0 Tin 4 4 4 4 4 4,0 Sry 4 4 4 4 4 4,0 Ali 4 4 4 4 4 4,0 Adi 4 4 4 4 4 4,0 3,98 Ratarata
Ana mendapatkan nilai rata-rata 4 dengan kualitas tulisan mendapat skor 4, teknik memegang pensil mendapat skor 4, bentuk huruf yang dihasilkan mendapat skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Fita mendapatkan nilai rata-rata 3,8 dengan kualitas tulisan mendapat skor 3, teknik memegang pensil 4, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 3.
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Doni mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4 dengan kualitas tulisan mendapat skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang di hasilkan mendapat skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Sedangkan Bintang mendapatkan nilai rata-rata skor sebesar 4 dengan kualitas tulisan mendapatkan skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang di hasilkan mendapatkan skor 4, ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Yosa mendapatkan skor rata-rata 4 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang di hasilkan mendapatkan skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Putri mendapatkan skor rata-rata 4 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Tina mendapatkan skor rata-rata 4 dengan kualitas tulisan mendapatkan skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Soraya mendapatkan skor rata-rata 4 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf yang dihasilkan mendapatkan skor 4,
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cara merangkai huruf mendapatkan skor 4, dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4. Ali mendapatkan nilai rata-rata 4 dengan kualitas tulisan mendapatkan skor 4, teknik memegang pensil mendapatkan skor 4, bentuk huruf mendapatkan skor 4, cara merangkai huruf mendapatkan skor 4, ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan nilai 4. Adi mendapatkan nilai rata-rata 4 dengan kualitas tulisan memperoleh skor 4, teknik memegang pensil memperoleh skor 4, bentuk huruf memperoleh skor 4, cara merangkai huruf memperoleh skor 4 dan ketepatan tulisan dengan jumlah baris mendapatkan skor 4.
4,5 4 3,5 3 2,5 Sebelum menggunakan alat peraga
2
Setelah menggunakan alat peraga
1,5 1 0,5 0 Hasil Nilai Tulisan Siswa
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Grafik 4.1 Rerata Nilai Hasil Tulisan Siswa Sebelum menggunakan alat peraga dan setelah menggunakan alat peraga
Pada grafik 4.1 dapat diketahui bahwa rerata nilai tulisan siswa sebelum menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori dan sesudah menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori memiliki hasil yang berbeda. Sebelum siswa menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori mencapai rerata nilai sebesar 2,09. Setelah siswa menggunakan alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori mencapai rerata nilai 3,98. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga sandpaper letters berbasis metode Montessori dapat membantu dan melatih siswa dalam menulis huruf tegak bersambung dan dibantu dengan media buku latihan dasar menulis. B. Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil identifikasi masalah dengan cara wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru dan siswa kelas I di SDN Percobaan. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, wawancara, observasi yang dilakukan dikelas I menunjukkan bahwa ketersediaan alat peraga bahasa Indonesia masih terbatas dan belum bisa mengoptimalkan pemahaman siswa tentang cara menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Melalui data kuesioner analisis kebutuhan guru, peneliti mengetahui dengan adanya alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori dapat membantu siswa memahami cara menulis huruf tegak bersambung, sedangkan
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menurut data kuesioner analisis kebutuhan siswa, peneliti juga mengetahui bahwa siswa senang menggunakan alat peraga yang memiliki warna, gradasi, bentuk yang menarik karena akan lebih mudah dipahami dan lebih menyenangkan untuk dipelajari. Peneliti mengembangkan alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori berdasarkan lima karakteristik yaitu menarik, bergradasi, autoeducation, auto-correction, dan kontekstual (bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga harus mudah dijangkau dan dapat ditemukan di daerah lingkungan sekitar). Kelima karakteristik tersebut digunakan oleh peneliti sebagai landasan dan bahan pertimbangan dalam membuat alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori dan dalam membuat kuesioner analisis kebutuhan siswa dan guru. Kuesioner yang dibuat kemudian dikembangkan ke dalam beberapa pertanyaan. Kuesioner yang digunakan merupakan jenis kuesioner terbuka, artinya responden dapat menjawab isi kuesioner tersebut sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. Responden dapat menyampaikan saran dan pendapatnya juga ke dalam kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti. Tujuannya supaya peneliti dapat mengetahui kebutuhan responden mengenai masalah alat peraga yang akan dikembangkan untuk membantu siswa dalam menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung. Berikut ini akan dipaparkan hasil kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru yang tersaji dalam tabel 4.21
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.21 Analisis ciri alat peraga yang dikembangkan No 1.
Indikator Pengalaman menggunakan peraga
Pengalaman
alat
guru
membuat alat peraga
2.
Bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga
168
Jawaban Guru kelas I mengatakan pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Untuk siswa yang menjawab pernah menggunakan alat peraga sebesar 20% dan yang menjawab belum pernah sebesar 80 % dari jumlah siswa. Guru kelas I belum pernah membuat alat peraga. Dominan alat peraga untuk menulis huruf tegak bersambung berasal dari toko alat tulis yaitu papan tulis dan papan gambar huruf saja. Guru kelas I berpendapat bahwa bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga adalah kayu dan kertas. Sebanyak 80% siswa juga
Keputusan Berdasarkan jawaban dari responden yaitu siswa dan guru, maka peneliti mencoba untuk mengembangkan alat peraga yaitu Sandpaper letters berbasis metode Montessori agar siswa dapat belajar lebih mandiri dan memiliki pengetahuan tentang alat montessori. Peneliti membuat alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa.
Jawaban dari responden ( guru dan siswa) menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk mengembangkan alat peraga Sandpaper
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengatakan bahwa kayu dan kertas dapat digunakan untuk membuat alat peraga bahasa Indonesia. Kayu dan kertas dapat mudah ditemukan didaerah Yogyakarta.
4.
Warna alat peraga
5.
Kriteria alat peraga
Guru kelas I mengatakan bahwa pemberian warna pada alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami cara menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung, sebanyak 80 % siswa mengatakan sangat setuju apabila warna pada alat peraga diberikan dengan warna yang bervariasi (merah dan biru). Guru kelas I mengatakan bahwa dengan menggunakan kriteria alat yaitu menarik, bergradasi,
169
letters berbasis metode Montessori karena bahanbahan yang digunakan mudah ditemukan di daerah Yogyakarta, dalam hal ini menunjukkan bahwa alat peraga harus kontekstual. Berdasarkan dari jawaban responden ( siswa dan guru) menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk membuat alat peraga yang memiliki warna yang bervariasi. Dalam pembuatan alat peraga Sandpaper letters, peneliti menggunakan gradasi warna merah dan biru.
Berdasarkan jawaban dari responden ( siswa dan guru) dapat menjadi bahan pertimbangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
autocorrection,autoeducation, dan kontekstual dapat membawa pengaruh positif terhadap kemampuan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung. Sebanyak 90 % siswa mengatakan ingin mengetahui alat peraga Sandpaper letters.
bagi peneliti untuk membuat alat peraga yang memiliki karakteristik yaitu menarik, autoeducation,autocorrection, kontekstual dan bergradasi.
Berdasarkan tabel 4.21 mengenai hasil analisis tersebut, peneliti mengembangkan alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori sesuai dengan kebutuhan siswa. Alat peraga yang dikembangkan telah divalidasi terlebih dahulu oleh ahli bahasa Indonesia dan ahli Montessori. Berikut akan dipaparkan mengenal hasil analisis pengembangan alat peraga Sandapaper letters berbasis metode Montessori yang akan disajikan dalam tabel 4.22. Tabel 4.22 Hasil Analisis Pengembangan Alat Peraga Papan Perkalian berdasarkan karakteristik alat peraga Montessori No
Ciri-ciri
Aspek yang dinilai
170
Ahli 1
Rerata 2
Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Autoeducation
2.
Autoeducation
3.
Menarik
4.
5.
Menarik
Menarik
Alat peraga 3 Sandpaper letters dapat digunakan oleh siswa secara mandiri Alat peraga 3 Sandpaper letters dapat memberikan konsep bentuk huruf tegak bersambung Alat peraga 4 Sandpaper letters menarik untuk dipelajari siswa karena memiliki warna yang bervariasi. Alat peraga 4 Sandpaper letters memiliki bentuk huruf yang jelas dan rapi Alat peraga 4 Sandpaper letters memiliki ukuran papan yang berbeda disesuaikan dengan ukuran papan yang berbeda disesuaiakan dengan
171
3
3
Sangat Baik
4
3,5
Sangat Baik
4
4
Sangat Baik
4
4
Sangat Baik
4
4
Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
7.
8.
9.
10
ukuran besar huruf tegak bersambung. Bergradasi Alat Peraga Sandpaper letters memiliki gradasi warna pada huruf konsonan dan huruf vokal. AutoAlat peraga correction Sandpaper letters dapat membantu siswa mengoreksi kesalahan tulisan AutoAlat peraga correction Sandpaper letters dapat mengoreksi kesalahan siswa saat menulis huruf tegak bersambung Kontekstual Bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga Sandpaper letters mudah diperoleh di lingkungan sekitar Kontekstual Bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga
172
4
4
4
Sangat Baik
4
4
4
Sangat Baik
4
4
4
Sangat Baik
4
3
3,5
Sangat Baik
4
3
3,5
Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sandpaper letters dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Total
Berdasarkan
tabel
42
4.22
dapat
43
diketahui
3,81
bahwa
Sangat Baik
10
instrumen
mendapatkan skor rerata 3,81. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga Sandpaper letters layak digunakan dan mendapatkan kategori yang sangat baik (SB). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori sudah sesuai dengan karakteristik alat peraga Montessori. Alat peraga Sandpaper letters kemudian diujicobakan kepada siswa kelas I di SDN Percobaan 2 Yogyakarta. Setelah siswa menggunakan alat peraga, peneliti meminta siswa melakukan penilaian secara lisan mengenai alat peraga yang sudah dihasilkan. Hasil penilaian dari siswa digunakan sebagai acuan dan bahan evaluasi bagi peneliti supaya dapat menghasilkan alat peraga yang lebih berkualitas.
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Pada bab penutup akan dipaparkan mengenai (A) Kesimpulan, (B) Keterbatasan penelitian, dan (C) Saran. Kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian berisi tentang terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh peneliti selama melakukan penelitian. Saran berisi tentang beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya yang akan meneliti hal yang serupa.
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas I SDN Percobaan Yogyakarta, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1.
Cara mengembangkan Alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori berdasarkan karakteristik alat peraga Montessori, yaitu sebagai berikut: pertama, alat peraga menarik. Hal ini dapat dilihat dari variasi warna merah (untuk huruf vokal) dan variasi warna biru (untuk huruf konsonan). Kedua, alat peraga memiliki gradasi. Hal ini dapat dilihat dari tekstur dan bentuk dari huruf yang terdapat pada alat peraga Sandpaper lettters. Ketiga, alat peraga digunakan untuk dapat melatih siswa belajar secara mandiri (autoeducation).Keempat, alat peraga digunakan untuk mengetahui kesalahan yang terjadi dengan adanya alat peraga (auto-correction). Kelima, alat peraga harus kontekstual. Hal ini dapat dilihat dari bahan-bahan yang digunakan 174 dapat mudah ditemukan di lingkungan sekitar dan siswa mengenal bahan-bahan tersebut. 2
Cara penggunaan alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori yaitu siswa meraba bagian pada alat peraga Sandpaper letter, dan menulis huruf diatas pasir pantai yang sudah disediakan oleh peneliti, kemudian siswa menulis di buku tulis latihan dasar menulis huruf tegak bersambung yang sudah disediakan oleh peneliti
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan yang terakhir siswa menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung dengan rapi di buku tulis halus. 3 Alat Peraga Sandpaper letters yang dikembangkan berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas I semester ganjil SDN Percobaan memiliki kualitas baik dan terbukti dapat membantu siswa kelas I untuk latihan menulis huruf tegak bersambung. Berdasarkan validasi dari beberapa ahli diperoleh skor rata-rata 3,30. Sehingga alat peraga Sandpaper letters berbasis metode Montessori layak untuk digunakan. 4 Deskripsi kemampuan siswa yang dihasilkan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas I memperoleh peningkatan nilai dari nilai ratarata 2,09 menjadi 3,98 setelah menggunakan alat peraga Sandpaper letters
berbasis metode Montessori. Deskripsi kemampuan siswa
dilihat pada saat siswa belum menggunakan alat peraga dengan sesudah menggunakan alat peraga Sandpaper Letters berbasis metode Montessori.
B. Keterbatasan Penelitian 1.
Proses pembuatan alat peraga Sandpaper letters Montessori terbatas hanya pada huruf tegak bersambung khusus huruf kecil.
2.
Belum terciptanya alat peraga Sandpaper letters untuk huruf kapital.
C. Saran
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saran untuk penelitian selanjutnya untuk penelitian yang akan mengembangkan alat peraga pembelajaran bahasa Indonesia: 1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan dapat membuat alat peraga Sandpaper letters khususnya untuk huruf kapital tegak bersambung
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Alek. (2011). Kegiatan Menulis Produktif. Bandung: PT. Alfabeta. Abdurrahman. (1999). Buku Panduan Menulis Permulaan. Yogyakarta: Erlangga. Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Pronsip, teknik dan Prosedur. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Arsyad. (2014). Alat Peraga Bahasa Indonesia yang Menarik. Yogyakarta. PT. Graha Ilmu. Astutik. (2009). Penggunaan Buku tulis halus sebagai suplemen untuk meningkatkan kemampuan menulis huruf tegak bersambung pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas I SDN Gadingkulon 03 Dau Malang. (Skripsi). Yogyakarta.(tidak diterbitkan). Agnes, Theodora. (2012). Perkembangan Bahasa Anak. Jakarta: Indeks. Arikunto. Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Bandung: Rineka Cipta. Asyhar. (2010). Media Pembelajaran dan Alat Peraga. Bandung: PT.Alfabeta. Bambang, Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran (Manual dan Digital). Jakarta: Ghalia Indonesia. Budimanjaya, Andi. (2014). 95 Strategi Mengajar Multiple Inteligences. Jakarta: Kencana. Creswell. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dan Kualitatif . Dalam, Sugiyono, halaman 64, April 2015. Criensten. Larry. (2014). Metode Penelitian Research and Development. Jakarta: Kencana.
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ciarafikasari. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Sandpaper Letters terhadap kemampuan meniru huruf TK- SD Ar-Rahman, Jombang. Surabaya: Unesa. Darmadi, Zuhdi. (2014). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: PT.Alfabeta. Djuanda, Dadan. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ellis, dkk. (1989). Bentuk Tulisan Huruf Tegak Bersambung.Yogyakarta: PT.Graha Ilmu. Enny. (2013). Pengertian Kemampuan sebagai suatu Kecakapan Seseorang. Diunduh 3 Maret 2015 dari http://konsepdasarmenulis.html. El-Quest. (2006). Montessori. The Science Behind The Genius. New York:Oxford University Press. Gutek. G.L (2013). Metode Montessori.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gulo, (2011). Metode Montessori. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. Gall. (2003). Metode Penelitian Research and Development. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. Hamalik, Oemar. (1986). Media dan Alat Peraga Pembelajaran. Bandung: PT.Alfabeta. Hartati,Tatat (2003). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Rendah: Bandung: UPI PRESS. Hurlock. (1996). Montessori. The Science Behind The Genius. New York: Oxford University Press. Indi Bernati, Rhapsona. (2012). Membaca Permulaan. Diunduh 20 Maret 2016, dari situs di http://inbe-oliv.blogspot.com/2012/01/membaca-menulis permulaan.html Liliard.A.S. (2005). Montessori. The Science Behind The Genius. New York:Oxford University Press. Kurniawan, (2013). Cara Menulis Huruf Tegak Bersambung. Yogyakarta. PT. Graha Ilmu. Mada, Alce. (2009). Meningkatkan Keterampilan Menulis Tegak Bersambung melalui Metode Drill Kelas I SD Inpres Tunas Jaya Kecamatan Popayato Barat, Kabupaten Pohuwanto. Skripsi. (tidak diterbitkan).UNS
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ma’sumah. (2014). Peningkatan Keterampilan Menulis Tegak Bersambung melalui Penggunaan Buku Tulis Halus pada siswa kelas I MI KHOLID BIN WALID RENO KENONGO PORONG.Skripsi. (tidak diterbitkan). UIN Sunan Ampel. Malik,Thachir. (2007). Bahasa Kita Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I Semester I. Jakarta: Erlangga. Magini,A.P. (2013). Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius.
Muba. (2010). Manfaat Menulis Kalimat Tegak Bersambung. Dalam Rufaida. Halaman 22, 2 April 2016 Mulyati. (2007). Kemampuan Menulis Produktif. Malang: Nuhalitera. Mulyadi. (2008). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Malang: Nuhalitera. Murniati. (2012. Bentuk Baku Tulisan Tegak Bersambung. Bandung: PT. Rineka Cipta. Mulyani. (2002) . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Diunduh 3 Juni 2016, dari http://KBBI.wed.id Montessori,M. (2002). The Montessori Method. New York: Frederick A Stokes Company. Siswanto. (2002). Standar Isi Pembelajaran KTSP. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pratanti. (2012). Kemampuan Menulis Pustaka Pelajar.
Huruf Bersambung. Yogyakarta.
Ratih. (2011) . Lingkungan Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahyudi, Heri. (2014). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jakarta: Nusamedia. Rufaida. (2010). Kemampuan Menulis Huruf Bersambung. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. Russefendi. (1998). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Alfabeta.
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rofiudin. (1999). Penilaian Karya Tulis. Bandung. PT. Alfabeta. Sastradiradja. (1998). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Alfabeta. Sella. (2010). Kemampuan Motorik Halus Anak. Bandung: PT.Alfabeta. Setyosari. H. Punaji. (2013). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Kencana. Solchan. (2008). Menulis Permulaan. Bandung: PT. Alfabeta. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Gramedia. Subarjo. (2007). Kemampuan Menulis Huruf Tegak Bersambung. Jakarta: PT. Graha Ilmu. Sukmadinata. (2007). Metode Penelitian R & D. Bandung: PT. Alfabeta. Piaget. (2011). Teori Perkembangan Kognitif. Bandung: PT. Rineka Cipta. Suparno. (2004). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rineka Cipta. Surjadi. (2012) . Membuat Siswa Aktif Belajar (73 Cara belajar mengajar dalam kelompok). Bandung: Mandar Maju. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, R & D. Jakarta: PT.Alfabeta. Sundayana. (2014). Alat Peraga untuk Siswa SD. Jakarta. PT. Alfabeta. Solchan, (2008). Pembelajaran Menulis di Kelas 1 SD. Yogyakarta: PT. Graha Imu. Syamsudin, Yusuf. (2007). Bina Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I Semester I. Jakarta : Erlangga. Tompkins. (1995). Tahap-tahap Penulisan Huruf Tegak Bersambung. Jakarta: Kencana. Thobroni. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ Alat Peraga. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Triharyanto. dkk. (2010). Kurikulum Kemendiknas. Jakarta: PT. Graha Ilmu.
Tingkat
Satuan
Pendidikan.
Usmiwati, (2011). Perkembangan Bahasa Siswa. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu.
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Widoyoko, S.E. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widoyoko, (2014) . Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yusuf. (2010) . Evaluasi Program Pembelajaran. Bandung. PT. Alfabeta. Zuhdi, (1999). Menulis Huruf Tegak Bersambung dikelas rendah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH 1.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah 1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas I 1.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas I
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN SISWA 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas I 2.2 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas I 2.3 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas I 2.4 Hasil Kuesioener Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas I LAMPIRAN 3. INSTRUMEN PENELITIAN
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Ahli LAMPIRAN 4.HASIL UJI COBA LAPANGAN TERBATAS 4.1 Hasil Produk Siswa LAMPIRAN 5. DOKUMENTASI LAMPIRAN 6. ALBUM PENGGUNAAN ALAT PERAGA
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN I. IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH 1.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru kelas I 1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas I
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru Kelas I
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas I
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.3 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas I
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.4 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas I
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK
3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Ahli
212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Ahli Bahasa Indonesia
219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH
1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas I
226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4. HASIL UJI COBA TERBATAS
4.1 Hasil Produk Siswa
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil tulisan kalimat menulis huruf tegak bersambung siswa di buku halus.
239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5. DOKUMENTASI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti memperkenalkan kepada siswa tentang alat Peneliti mengajarkan kepada siswa tentang peraga Sandpaper letters berbasis metode bentuk huruf tegak bersambung dengan cara meraba. Montessori dan cara menggunakannya.
Siswa latihan menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung di buku latihan menulis.
Siswa menulis huruf tegak bersambung di atas pasir. Hal ini bertujuan mengasah motorik halus siswa.
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Album Penggunaan Alat Peraga Sandpaper Letters Montessori A. Materi Pembelajaran : Menulis kalimat A.1 Submateri
: Menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung
Tujuan Langsung
Memperkenalkan huruf tegak bersambung
Tujuan tidak langsung
Menulis kalimat menggunakan huruf tegak bersambung
Syarat
Anak harus sudah bisa menulis huruf lepas dan membaca
Usia
6-7 tahun
Alat Peraga
1. Papan Sandpaper letters 2. Buku latihan dasar menulis 3. Buku tulis halus 4. Pensil 2B 5. Penghapus 6. Pasir pantai
Pengendali kesalahan
Bentuk huruf sama dengan bentuk huruf yang ada pada alat peraga Sandpaper letters.
Presentasi Awal
1. Direktris mempersiapkan tempat kerja 2. Direktris mengajak siswa untuk mengambil alat peraga 3. Direktris
mengajak
untuk meraba
anak
huruf vokal
yang terdapat
pada
peraga Sandpaper berwarna merah
alat letters
dan biru
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tua. 4. Direktris
meminta
siswa
untuk duduk disebelah kiri direktris. 5. Direktris
menunjuk
beberapa huruf yang ada di papan
alat
peraga
Sandpaper letters. “Ini huruf a” 1.4 Kemudian siswa meraba huruf “a”. Siswa meraba sebanyak 3x.
mulai
huruf
a
Kemudian direktris berkata”Mari menulis huruf a di atas pasir pantai yang sudah tersedia”. Siswa menulis huruf a yang sudah ada di papan pasir 10. Direktris berkata,” Mari menulis huruf a di dalam buku latihan dasar menulis yang tersedia”. 11. Direktris
berkata,”
Tulislah huruf a dengan huruf tegak bersambung”. 12. Siswa menulis huruf tegak bersambung dari huruf a – z 13. Direktris meminta siswa
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk menulis huruf ke
dalam buku tulis halus mereka masing- masing. 14. Direktris berkata,” Sekarang tulislah huruf tegak
bersambung
dalam buku kalian
tulis
di halus
masing-masing”,
perhatikan cara huruf tegak
menulis
bersambung
yang benar, sesuai dengan bentuk huruf pada alat peraga. 15. Direktris berkata,” setelah menulis huruf, coba kita lanjutkan dengan menulis dua huruf menggunakan huruf tegak bersambung” 16. Siswa menulis dua huruf tegak bersambung sesuai dengan tulisan yang ada di buku latihan dasar menulis. 17. Direktris berkata, “ setelah bisa menulis dua huruf menggunakan huruf tegak bersambung,
tulis
satu
sekarang
kata
menggunakan huruf tegak bersambung”. 18. Siswa menulis
satu kata
18 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sesuai
dengan
instruksi
direktris. 19. Direktris
berkata,” dari
kata yang telah kamu buat, Ibu akan mengajak kalian membuat
kalimat
berdasarkan
kata-kata
yang sudah kalian buat, menggunakan huruf tegak bersambung.Perhatikan cara Ibu dalam menulis kalimat dengan seksama”. 20. Siswa cara
memperhatikan direktris
kalimat
menulis
menggunakan
huruf tegak bersambung. 21. Direktris berkata,” Coba sekarang
kita
koreksi
kalimat yang sudah kalian tulis”. 22. Direktris pekerjaan
mengoreksi siswa
dan
melihat apakah ada perkembangan
setelah
menggunakan alat peraga Sandpaper Letters. 23. Direktris berkata,
“ Hari
ini kita sudah belajar cara menulis huruf, kalimat
kata dan
menggunakan
huruf tegak bersambung.
18 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24. Direktris
berkata,
“Apakah paham
kalian
sudah
cara
kalimat
menulis
menggunakan
huruf tegak bersambung?” 25. Siswa menjawab, “ Sudah paham,bu”. Presentasi Penutup
26. Direktris berkata,”
baiklah
sekarang kita membereskan alat peraga beserta
buku
tulis yang ada”. 27. Siswa
dan
membereskan dan
direktris alat
mengembalikan
tempat semula.
186
peraga ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1