PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Margareta Aprilia Husadani NIM: 131134137
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, menuntun, menolong, dan memberi kemudahan dalam setiap langkah hidupku ini. 2. Orang tuaku, Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik material, moral, maupun spiritual. 3. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan semangat untukku dalam melalui setiap proses ini. 4. Kekasihku, Danang Teleswara yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan penghibur di kala sedih. 5. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan dukungan sedari kecil. 6. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto, teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi. 7. Para sahabat dan teman terkasih atas segala tawa canda, kebahagiaan, kesedihan, dan kebersamaan dalam setiap langkah kehidupan ini 8. Teman-teman payung R&D Montessori IPA dan PGSD yang selalu memberikan semangat dan hiburan. 9. Para dosen di PGSD Sanata Dharma. 10. Almamater Universitas Sanata Dharma. 11. Segala pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Setiap hari adalah kesempatanku untuk memperbaiki apa yang kurang, melanjutkan apa yang sudah baik, dan melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawabku”
“Aku akan membuat sisa dari kehidupanku sebagai bagian terbaik dari sejarah perjalananku.”
“Berhentilah merendahkan dirimu. You are created to be different!”
“Hanya orang gila yang mampu mengubah dunia”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti
Margareta Aprilia Husadani
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama
: Margareta Aprilia Husadani
Nomor Mahasiswa
: 131134137
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: “PENGEMBANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI
BAGIAN-BAGIAN
TUBUH
KATAK
BERBASIS
METODE
MONTESSORI” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 21 Juli 2017 Yang menyatakan
Margareta Aprilia Husadani
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE MONTESSORI Margareta Aprilia Husadani Universitas Sanata Dharma 2017 Latar belakang penelitian adalah belum adanya media pembelajaran yang konkret dalam proses pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori, (2) mengetahui kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah model yang dipaparkan oleh Sugiyono (2015) dan Borg dan Gall (2010) yang kemudian dimodifikasi menjadi lima langkah. Subjek penelitian ini adalah 10 orang siswa kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan tahun ajaran 2016/2017.Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner dan soal tes. Teknik analisis yang digunakan kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah (1) lima langkah pengembangan yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Media pembelajaran dikembangkan berdasarkan empat ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori: menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Peneliti juga menambahkan ciri kontekstual dalam pengembangan. (2) Hasil validasi media pembelajaran oleh ahli, menunjukkan kualitas media pembelajaran sangat baik, dengan rerata skor sebesar 3,86. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai posttest lebih tinggi dari pretest, dengan selisih rerata nilai sebesar 35. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran bagianbagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan, memiliki kualitas sangat baik dan membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya. Kata kunci: media pembelajaran, metode Montessori, bagian-bagian tubuh hewan, IPA.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT DEVELOPMENT OF ELEMENTARY SCHOOL’S SCIENCE LEARNING MEDIA FOR FROG’S BODY PARTS BASED ON MONTESSORI METHOD Margareta Aprilia Husadani Sanata Dharma University 2017 The background of this research was there is no a concrete media in the learning process of frog’s body parts and their functions yet. The aims of this research were (1) to developed the learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori method. (2) to known the quality of the learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori method. The method that used in this research was research and development method (R&D). The type of this research was the development type that presented by Sugiyono (2015), and Borg and Gall (2010) which is modified into five steps. The subjects of this research were ten students of 2nd grade in the Academic Year 2016/2017 in Kanisius Experimental Elementary School Mangunan. The object of this research was learning media of animal’s parts of body based on Montessori method. The instruments that used in this research were the observation guide, the interview guide, the questionnare, and the guestion set. The data analysis techniques in this research were quatitative and qualitative technique. The results of this research was (1) the five steps of development were potential problems, planning, design development, product validation, and limited field trial. That learning media was developed based on four characteristics of Montessori learning media: attractive, have gradation, auto-education, and auto-correction. The writer also added contextual in the development. (2) The results of expert’s validation on the learning media showed that the quality of the learning media was great, with the average score of 3.86. Limited field trials indicate that posttest values was higher than pretest score, with the difference in the average value of 35. Thus, it could be concluded that the frog’s body parts learning media based on Montessori method that has been developed, has an excellent quality and it helps the students to understand the inner and outer parts of frog’s body and their functions. Keywords: learning media, Montessori method, animal’s body parts, science.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2.
Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3.
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
4.
Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
5.
Agnes Herlina Dwi Hadiyanti., S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
6.
Khatarina Supatmi, S.Pd. selaku Kepala SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
7.
Antonius Ifnu, S.Pd. selaku guru kelas II dan segenap guru serta karyawan SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu selama proses penelitian.
8.
Siswa-siswi SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu dalam uji coba lapangan terbatas.
9.
Kedua orang tuaku, Bapak Jaka Warsono dan Ibu Lucia Eko Setyani yang senantiasa mendoakanku, memberikan semangat, dan dukungan baik secara material maupun spiritual. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10.
Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan semangat.
11.
Kekasihku, Danang Teleswara yang menjadi penyemangatku dan penghibur dikala sedih.
12.
Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan dukungan sedari kecil.
13.
Teman-teman penelitian payung R&D Montessori IPA, Julius, Agnes, Agus, Sigit, Siska, Nunik, Joni, Achichi, Vera, Novi, Yossy, Tika, dan Dita atas kerja sama dari awal sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini.
14.
Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi kelancaran penyusunan skripsi ini.
15.
Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.
16.
Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto selaku teman-teman PPL SD Eksperimental Mangunan yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama proses penelitian.
17.
Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan media pembelajaran.
18.
Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotokopi.
19.
Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti
Margareta Aprilia Husadani xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv MOTTO .................................................................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 8
1.4
Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.5
Definisi Operasional ................................................................................. 9
1.6
Spesifikasi Produk .................................................................................. 10
1.6.1
Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak ............................................. 10
1.6.2
Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak ............................................... 11
1.6.3
Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak ..................................... 13
1.6.4
Kotak Penyimpanan ........................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 16 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1
Kajian Pustaka ........................................................................................ 16
2.1.1
Perkembangan Anak ....................................................................... 16
2.1.2
Media Pembelajaran ........................................................................ 19
2.1.3
Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ......................... 25
2.1.4
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ........................................................ 28
2.2
Penelitian yang Relevan ......................................................................... 32
Pertiwi (2015) ................................................................................................ 34 2.3
Kerangka Berpikir .................................................................................. 34
2.4
Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38 3.1
Jenis Penelitian ....................................................................................... 38
3.2
Setting Penelitian .................................................................................... 39
3.2.1
Subjek Penelitian............................................................................. 39
3.2.2
Objek Penelitian .............................................................................. 39
3.2.3
Lokasi Penelitian ............................................................................. 40
3.2.4
Waktu Penelitian ............................................................................. 40
3.3
Prosedur Pengembangan ........................................................................ 41
3.4
Prosedur Penelitian ................................................................................. 45
3.4.1
Potensi dan Masalah ........................................................................ 47
3.4.2
Penyusunan Rencana ....................................................................... 48
3.4.3
Pengembangan Bentuk Awal Produk.............................................. 49
3.4.4
Validasi Produk ............................................................................... 50
3.4.5
Uji Coba Lapangan Terbatas ........................................................... 50
3.5
Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 51
3.5.1
Observasi ......................................................................................... 52 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5.2
Wawancara ...................................................................................... 52
3.5.3
Kuesioner ........................................................................................ 53
3.5.4
Tes ................................................................................................... 54
3.6
Instrumen Penelitian ............................................................................... 55
3.6.1
Pedoman Observasi ......................................................................... 55
3.6.2
Pedoman Wawancara ...................................................................... 56
3.6.3
Kuesioner ........................................................................................ 59
3.6.4
Soal Tes ........................................................................................... 63
3.7
Triangulasi .............................................................................................. 66
3.8
Teknik Analisis Data .............................................................................. 67
3.8.1
Analisis Data Kuantitatif ................................................................. 68
3.8.2
Analisis Data Kualitatif ................................................................... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 75 4.1
Hasil Penelitian....................................................................................... 75
4.1.1
Potensi dan Masalah ........................................................................ 75
4.1.2
Penyusunan Rencana ..................................................................... 104
4.1.3
Pengembangan Bentuk Awal Produk............................................ 116
4.1.4
Validasi Produk ............................................................................. 123
4.1.5
Uji Coba Lapangan Terbatas ......................................................... 126
4.2
Pembahasan .......................................................................................... 130
4.2.1 Pengembangan Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ....................................................................... 130 4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ...................................................................................... 136 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 138 5.1
Kesimpulan ........................................................................................... 138 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.2
Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 139
5.3
Saran ..................................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 141
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas II ..................................... 56 Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ...................................... 57 Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas II ......................................... 57 Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas II ........................................ 58 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II ............................................................................................................................... 59 Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan ........... 61 Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ...................................... 61 Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes .................................................................................. 63 Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ....................................... 64 Tabel 3.10 Skala dan kriteria instrumen validasi pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk ............................ 69 Tabel 3.11 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes................. 69 Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen tes ............................................................................................................................... 70 Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk instrumen soal tes .................................................................................................. 70 Tabel 3. 14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli ............................................................................................................................... 70 Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa ............................................................ 71 Tabel 3.16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif .................................... 71 Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ......................... 72 Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ...................................... 77 Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA ....................................................... 78 xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah .......................... 80 Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ............................................................................................................................... 80 Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah............................................ 81 Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ........................................... 82 Tabel 4. 7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ............................................................................................................................... 82 Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru............................................................. 83 Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa.......................................... 84 Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli ............................................................................................................................... 84 Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ......................................................... 85 Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli 88 Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli 89 Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa .. 90 Tabel 4. 15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ......... 91 Tabel 4.16 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................................................................................. 93 Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ................. 96 Tabel 4.18 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ............................................................................................................. 98 Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli ........................................................ 109 Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli ........................... 110 Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS .............. 112 Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ............................... 112 Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest ............................................ 113 Tabel 4.24 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ............................................... 113 xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli........................ 114 Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa 115 Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ................................................................................................................... 116 Tabel 4.28 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli ..................... 124 Tabel 4.29 Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran ........... 124 Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli...................................................................................................................... 125 Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran ............................................................................................................................. 125 Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa .................................. 127 Tabel 4.33 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Guru .......... 129 Tabel 4.34 Hasil Tanggapan Produk Media Pembelajaran oleh Siswa ................ 130
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam tubuh katak. ........................................................................................................... 11 Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak. ........................................................................ 12 Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. ..................................................................................................................... 13 Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan ................................................. 13 Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi. ........................................... 15 Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle ...................................................................... 105 Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak .............................. 118 Gambar 4.3 Papan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak ................................. 119 Gambar 4.4 Replika bagian-bagian tubuh katak ................................................. 120 Gambar 4.5 Kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak ................. 121 Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Kartu Materi................................................... 122 Gambar 4.7 a) Kotak penyimpanan replika. b) Kotak penyimpanan puzzle. ...... 122
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan ................ 34 Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2015: 409) ............................................................................................................ 43 Bagan 3.2 Rancangan penelitian ........................................................................... 45 Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan............................................... 46 Bagan 3.4 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan ................... 66 Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ................................................. 67 Bagan 4.1 Triangulasi sumber data wawancara .................................................... 85 Bagan 4.2 Bagan triangulasi teknik pengumpulan data ...................................... 102
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbedaan nilai pretest dan posttest pada siswa ................................ 128 Grafik 4.2 Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest......................................... 128
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Rerata penilaian .................................................................................. 71 Rumus 3.2 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner..................... 72 Rumus 3.3 Perhitungan nilai pretest dan posttest ................................................. 73
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Lampiran Validasi Pedoman Observasi ....................................... 145 Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA ................................. 149 Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli...................................................................................................................... 150 Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ............................ 156 Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ..... 160 Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru ............................................. 166 Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara untuk Siswa.......... 168 Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa ............................................ 172 Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ....... 173 Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ..... 181 Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa SD Setara............................................................................................................. 191 Lampiran 2.4 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru .... 196 Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 199 Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh Ahli ..................... 202 Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes Oleh Ahli ......... 205 Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa dalam Uji Empiris ............................................................................................................................. 210 Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas Reliabilitas Instrumen Tes ....................................................................................................................... 212 Lampiran 3.5 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ............................. 214 Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest ................................................. 219 Lampiran 3.7 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ................................................ 220 Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ...... 221 xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa..................................................................................... 227 Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa ......................................................................... 233 Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli ..................................... 235 Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli .............................................................................................................. 239 Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Guru ............................................................................................................................. 243 Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa ................................................................................................................... 245 Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 246 Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................... 247 Lampiran 6.1 Dokumentasi ................................................................................. 248 Lampiran 7.1 Album Media Bagian-Bagian Tubuh Katak ................................. 249 Lampiran 8.1 Foto Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ............................................................................................. 268 Lampiran 9.1 Curriculum Vitae .......................................................................... 269
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis, penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sesuai pengertian IPA, maka pembelajaran IPA di SD selain mengajarkan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip tentang alam, IPA juga mengajarkan metode memecahkan masalah, melatih berpikir kritis dan mengambil kesimpulan, objektif, bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain (Samatowa dalam Trianto, 2012: 1112). Pada pengertian tersebut, jelas dikatakan bahwa pembelajaran IPA bukan semata-mata menghafal informasi atau mengingat dan menimbun informasi, akan tetapi siswa juga perlu memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkan pada kehidupan sehari-hari (Susanto dalam Trianto, 2012: 166). Selain itu, IPA untuk anak-anak SD dirancang sesuai dengan tahap perkembangan anak supaya anak-anak
dapat
mempelajarinya.
Ide-ide
serta
konsep-konsep
harus
disederhanakan supaya sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya (Iskandar, 2001: 2). Ruang lingkup belajar IPA di SD meliputi (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa SD kelas II adalah mengenal bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan. Materi bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan tersebut meliputi ciri-ciri utama hewan dan tumbuhan serta kegunaan bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan. Salah satu materi yang diajarkan berdasarkan KD tersebut adalah bagian tubuh hewan dan kegunaan bagianbagiannya. Peneliti memilih materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya karena hewan merupakan makhluk hidup yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dengan mengenalkan bagian-bagian hewan dan kegunaannya diharapkan siswa dapat mencintai dan turut serta melestarikan atau merawat hewan sebagai sesama makhluk hidup. Selain itu, peneliti memilih katak sebagai hewan yang diamati dan dipelajari, karena hewan ini banyak dijumpai di lingkungan sekitar, memiliki keunikan yaitu dapat hidup di air maupun di darat, serta merupakan pengembangan dari parts of a frog puzzle media pembelajaran berbasis metode Montessori. Meskipun katak merupakan hewan yang mudah ditemukan, namun struktur tubuhnya sulit untuk dibayangkan. Selain itu, materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya cukup luas dan cukup rumit apabila hanya dihafalkan. Akan lebih baik apabila siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat atau media belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12). Maka, dibutuhkan media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tubuh katak dan kegunaannya agar siswa benar-benar paham dan mengerti bagianbagian beserta kegunaannya bukan hanya menghafal materi. Pada kenyataannya sering ditemui pembelajaran IPA dengan metodemetode yang kurang menggugah semangat siswa untuk belajar. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya (Muclish dalam Trianto, 2012: 40). Observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2016 di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan menunjukkan bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran IPA. Pada saat mempelajari materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, siswa terlihat bingung saat diminta menyebutkan bagian-bagiannya. Selain itu, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab selama memberikan materi pembelajaran IPA. Pada saat menerima pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif dan semangat dalam belajar. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, ada yang sibuk menggambar sesuatu di kertas dan ada pula yang meletakkan kepala di atas meja. Saat mengerjakan tugas, banyak siswa yang masih bertanya dengan guru maupun melihat dan mencontoh pekerjaan milik teman. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa belum paham dengan materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya yang disampaikan oleh guru. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II pada tanggal 13 November 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2016, dari 24 siswa kelas II, sebanyak 65 % mendapatkan nilai harian di bawah 70 pada mata pelajaran IPA. Guru menyampaikan bahwa salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Pada saat melakukan wawancara dengan siswa, siswa juga mengatakan kesulitan dalam mengingat dan memahami materi. Hal ini dikarenakan siswa belum paham betul bentuk dari bagian hewan yang dimaksud. Guru menyadari bahwa dalam menyampaikan materi bagian-bagian tubuh hewan dibutuhkan media konkret yang dapat membantu siswa dalam mengenal bagian. Melalui analisis kebutuhan, baik guru maupun siswa menyadari bahwa hal yang dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa adalah penggunaan media pembelajaran yang konkret. Media pembelajaran dinilai dapat membantu siswa memperoleh pengalaman langsung, sehingga memudahkan siswa memahami materi dan menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari. Akan tetapi jumlah media pembelajaran yang dimiliki sekolah hanyalah satu, yaitu berupa gambar katak yang berukuran 22 cm x 30 cm dan terlihat sangat kecil apabila diperuntukkan untuk proses belajar mengajar di kelas. Maka, dibutuhkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang konkret yang dapat membantu siswa dalam memahami materi. Tahapan perkembangan menurut Piaget (Crain, 2007: 17) usia kelas II SD atau pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada tahapan operasional konkret. Pada tahapan operasional konkret anak sudah dapat berpikir secara sistematis, namun masih terbatas pada objek-objek atau benda-benda yang konkret dan aktivitas yang nyata. Maria Montessori (Lillard, 1996: 44) juga menyatakan teori 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap fanciulezza atau periode sensitif. Pada tahapan ini anak mampu berpikir secara menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan media pembelajaran berupa benda-benda konkret sangat diperlukan bagi siswa yang berada pada tahapan operasional konkret. Salah satu metode yang menggunakan media pembelajaran pada pembelajarannya adalah metode Montessori. Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak-anak usia SD yang menekankan pembelajaran dengan bermain (Sudono, 2010: 2). Pendidikan Montessori memiliki delapan prinsip yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4) menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan siswa, 8) keteraturan lingkungan dan pikiran (Liliard, 2005: 29-33). Media pembelajaran dalam Montessori telah didesain sesuai dengan kebutuhan pada setiap jenjangnya dan memiliki ciri-ciri yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-correction, (4) auto-education (Montessori, 2002: 170-174). Berdasarkan hal tersebut maka dari penerapan metode Montessori dalam pembelajaran selalu 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkaitan dengan media pembelajaran. Media pembelajaran Montessori dirancang sesuai dengan kebutuhan anak, baik secara kognitif maupun secara fisik. Secara kognitif media pembelajaran dikembangkan untuk membuat materi pembelajaran lebih nyata, sedangkan secara fisik sesuai dengan kondisi fisik anak usia SD (Magini, 2013: 46-50). Media pembelajaran merupakan peralatan fisik yang berguna untuk menyempurnakan isi pembelajaran atau membawa pesan untuk suatu tujuan pembelajaran (Anitah, 2009: 4-5). Dalam pembelajaran IPA, media pembelajaran juga merupakan komponen yang penting. Tridianto (Trianto, 2012: 143) mengemukakan bahwa penting dikembangkan suatu media pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Media pembelajaran membuat siswa lebih paham dalam memahami suatu materi pembelajaran IPA. Selain itu, media pembelajaran dinilai mampu menarik minat belajar siswa dan pemahaman siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner analisis kebutuhan, bahwa guru setuju bahwa penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami konsep dalam mata pelajaran IPA. Selain itu, lima belas siswa atau 100 % siswa juga menyetujui bahwa media pembelajaran dapat membantu dalam memahami materi IPA. Pendapat guru dan siswa tersebut menjadi pertimbangan peneliti dalam membuat media pembelajaran. Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan Hardiyanti (2016) juga pernah melakukan penelitian dan pengembangan sesuai dengan ciri-ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education pada mata pelajaran Matematika 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan IPS. Berdasarkan ketiga penelitian dan pengembangan tersebut, menunjukkan adanya peningkatan pada hasil pretest ke posttest setelah menggunakan media pembelajaran Montessori. Berdasarkan permasalahan mengenai metode pembelajaran pada mata pelajaran IPA, kebutuhan media pembelajaran dan hasil penelitian mengenai Metode Montessori yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development) pada mata pelajaran IPA yang sebelumnya penelitian ini belum pernah dilakukan. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, khususnya bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya untuk kelas II. Media pembelajaran tersebut dikembangkan berdasarkan media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan lima ciri, yaitu menarik bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan produk media pembelajaran IPA yang diujikan secara ilmiah kepada ahli dan melalui uji coba lapangan terbatas. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagianbagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
1.2.2
Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II? 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.3 Tujuan 1.3.1
Mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.
1.3.2
Mengetahui kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Bagi Siswa Mendapatkan pengalaman belajar tentang bagian-bagian tubuh hewan menggunakan media pembelajaran berbasis Metode Montessori. Siswa juga dapat mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh hewan melalui pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media pembelajaran.
1.4.2
Bagi Guru Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran tentang bagian-bagian tubuh hewan berbasis Metode Montessori, sehingga dapat membuat atau mengembangkan sendiri media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang inovatif.
1.4.3
Bagi Sekolah Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran IPA sehingga dapat
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mempertimbangkan
untuk
membuat
atau
mengembangkan
media
pembelajaran IPA berbasis Metode Montessori. 1.4.4
Bagi Prodi PGSD Prodi PGSD memiliki media pembelajaran berbasis metode Montessori untuk pelajaran IPA yang sudah dikembangkan melalui penelitian dengan metode research and development dengan melibatkan mahasiswa, dosen guru, dan siswa di SD mitra.
1.4.5
Bagi Mahasiswa Memberikan pengalaman mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis Metode Montessori yang dapat membantu siswa memahami materi IPA tentang bagian-bagian tubuh hewan serta memberikan wawasan bagaimana menciptakan pembelajaran yang inovatif melalui media pembelajaran.
1.5 Definisi Operasional 1.5.1
Perkembangan anak usia 7-11 tahun adalah berada pada tahapan operasional konkret dimana anak belum mampu berpikir secara abstrak dan memerlukan benda-benda konkret untuk membantunya berpikir secara logis.
1.5.2
Media pembelajaran adalah penghubung atau alat yang digunakan untuk belajar yang membantu merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam memahami suatu materi.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.5.3
Media pembelajaran berbasis metode Montessori adalah alat yang merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa serta memiliki ciri menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education.
1.5.4
IPA adalah cara atau metode untuk memahami gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang penerapannya menekankan pada metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen.
1.6 Spesifikasi Produk Peneliti mengembangkan produk berupa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak beserta kegunaannya dan album petunjuk penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi membantu siswa memahami nama-nama bagian tubuh katak beserta kegunaan dari masing-masing bagian. Produk media pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari 6 komponen, yaitu replika katak, puzzle dua lapis yang terdiri dari bagian-bagian luar tubuh katak dan bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi yang terdiri dari kartu gambar bagian, nama bagian, kegunaan bagian dan kartu pengendali kesalahan, serta kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle dan kotak penyimpanan kartu materi. 1.6.1
Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak Replika terbuat dari kayu. Replika katak dibuat dengan dua sisi yang
menunjukkan bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak. Organ dalam katak dibuat menonjol atau berbentuk tiga dimensi dengan pemberian warna-warna yang menarik seperti merah, merah bata, merah hati, biru, kuning, coklat, dan hijau, sedangkan bagian luar tubuh katak juga dibuat sesuai dengan 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
warna asli katak yaitu warna hijau dengan sedikit bercak warna hitam dan kuning. Fungsi dari replika bagian-bagian tubuh katak ini adalah untuk menjelaskan dan memberi gambaran kepada siswa mengenai materi bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak. Replika bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, autoeducation yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa. a)
b)
26 cm 13 cm
37 cm
37 cm
Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam tubuh katak. 1.6.2
Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak Papan puzzle bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak berukuran 30cm
x 40cm. Papan puzzle tersebut terbuat dari kayu. Pada satu papan, terdapat dua puzzle yaitu puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak yang letaknya tersusun atas dan bawah. Puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri dari 8 bagian, yaitu esofagus, paru-paru, jantung, hati, lambung, usus halus, usus 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
besar, dan paru-paru. Bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut sebelumnya telah disederhanakan untuk mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Sedangkan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian kepala, tubuh, kaki depan, dan kaki belakang. Pada setiap bagian dalam tubuh katak terdapat unpin untuk pegangan saat hendak menyusun puzzle atau hendak mengambil bagian-bagian puzzle. Puzzle bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-correction yaitu terdapat pengendali kesalahan pada masingmasing bentuk bagian puzzle yang dibuat dengan ukuran berbeda, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa. a)
b)
30 cm
30 cm
40 cm
40 cm
Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.6.3
Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak a)
b) badan
7 cm
2,5 cm
c) melindungi bagian-bagian
2,5 cm
dalam tubuh katak
9,5 cm
9,5 cm
Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak.
7 cm badan melindungi bagian-bagian dalam tubuh katak
10 cm Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan Kartu materi bagian-bagian tubuh katak dicetak secara terpisah. Terdapat empat jenis kartu, yaitu kartu gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan bagian, dan kartu pengendali kesalahan. Kartu gambar dicetak dengan ukuran 7cm 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x 9,5cm. Kartu nama dan kartu kegunaan dicetak secara terpisah dengan ukuran 2,5cm x 7cm. Ketiga jenis kartu tersebut dibuat dengan warna yang berbeda pada bagian tepi, sehingga saat menyusun siswa harus memperhatikan kelengkapan kartu materi berdasarkan warna. Sedangkan kartu pengendali kesalahan berukuran 7cm x 10cm. Kartu pengendali kesalahan membantu siswa dalam menemukan jawaban maupun menemukan letak kesalahan saat menyusun ketiga kartu materi di atas. Kartu materi bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna kartu yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna pada kartu dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, autocorrection yaitu terdapat pembedaan warna pada masing-masing kartu nama, kartu gambar, dan kartu kegunaan dan juga terdapat kartu pengendali kesalahan untuk mencocokkan hasil penyusunan kartu nama, kartu gambar, dan kartu kegunaan, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa. 1.6.4
Kotak Penyimpanan
Desain kotak penyimpanan replika maupun puzzle sama. Kedua kotak ini juga dilengkapi dengan desain tutup supaya media pembelajaran lebih awet. Selanjutnya adalah kotak penyimpanan kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Kotak ini terbuat dari kayu dan terdapat 4 ruang, yaitu tempat menyimpan kartu gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan bagian, dan kartu pengendali kesalahan. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a)
c)
27 cm
10 cm 14 cm
38 cm
b)
20 cm
28 cm
7,5 cm 33 cm
42 cm Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi. Penggunaan media pembelajaran berbasis metode Montessori ini, pertama guru mengenalkan nama-nama bagian luar dan bagian dalam tubuh katak. Siswa mengamati dan meraba bentuk bagian-bagian tubuh katak dengan replika. Kedua,
guru
memperkenalkan
kegunaan
bagian-bagian
tubuh
katak
menggunakan media pembelajaran puzzle dan memberikan contoh cara memasang puzzle.
Ketiga, siswa diberikan kesempatan untuk mencoba media
pembelajaran puzzle. Keempat, guru memberikan penjelasan dan contoh cara menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Kelima, siswa mencoba menyusun kartu materi. Keenam, siswa mencocokkan komponen kartu materi yang telah disusun dengan kartu pengendali kesalahan. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir. 2.1 Kajian Pustaka Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal diantaranya perkembangan anak, media pembelajaran, pembelajaran IPA, dan metode Montessori. 2.1.1 Perkembangan Anak Perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsifungsi fisik dan psikis (Yusuf, 2011: 1). Setiap individu mengalami perkembangan intelektual. Perkembangan kognitif anak menurut Jean Piaget (dalam Sumantri, 2011: 14) menyatakan bahwa berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kercerdasan peserta didik. Tahap-tahap perkembangan oleh Jean Piaget (dalam Suparno, 2001: 25-88) terbagi dalam masa-masa perkembangan sebagai berikut. 2.1.1.1 Tahap Sensorimotorik (Lahir sampai 2 Tahun) Pada tahap ini, masa ketika dimana bayi mulai mempergunakan sistem
penginderaan
dan
aktivitas-aktivitas
motorik
untuk
mengenal
lingkungannya dan mengenal obyek. Sejak seorang bayi dilahirkan, sebagian alatalat inderanya sudah langsung bisa berfungsi. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1.2 Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 7 Tahun) Pada tahap ini, anak sudah mulai meningkatkan kosa kata, membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan unik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya, tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak, mempunyai pandangan subyektif dan egosentrik. 2.1.1.3 Tahap Operasional Konkret (Usia 7 sampai 11 Tahun) Pada tahap ini, anak sudah dapat memandang dunia secara obyektif. Anak juga mulai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berfikir operasional
untuk
mengklasifikasikan
benda-benda,
membentuk
dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, serta mempergunakan hubungan sebab akibat dalam memahami suatu konsep. Pada tahap ini anak dapat berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk benda-benda. Piaget (Desmita, 2009: 104) juga mengemukakan bahwa aktivitas anak pada masa ini adalah terfokus pada objek-objek yang nyata atau berbagai kejadian yang dialaminya. Selain itu, Maria Montessori (dalam Lillard, 1996: 44) juga mengemukakan bahwa perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun berada pada periode sensitif. Periode sensitif yang dimaksud meliputi (1) logika bertanya, (2) imajinasi melalui benda nyata, (3) perkembangan mental, (4) perkembangan rasa berkelompok, (5) pengenalan budaya, dan (6) kekuatan fisik. Hal ini berarti bahwa anak usia sekolah dasar berada dalam tahap berpikir intuitif dan tahap 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berpikir konkret harus bekerja dengan benda-benda konkret dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak (Iskandar, 2001: 30). Berdasarkan pernyataan-pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahapan operasional konkret anak lebih bisa menerima informasi dari bendabenda yang konkret dan nyata. 2.1.1.4 Tahap Operasional Formal (Usia 11 Tahun ke Atas) Pada tahap ini, anak remaja bisa menata pikiran hanya di dalam pikiran mereka saja. Meskipun kebanyakan riset Piaget tentang masa remaja hanya dikaitkan dengan penalaran matematis dan ilmiah namun dia sungguh-sungguh berspekulasi tentang peranan operasi-operasi formal di dalam kehidupan remaja. Montessori (dalam Gutek, 2004: 49) membagi tahap perkembangan menjadi tiga periode, yaitu (1) usia 0-6 tahun, (2) usia 7-12 tahun, dan (3) usia 1318 tahun. Pada periode pertama anak mulai menyerap informasi, menggunakan bahasa, dan mulai bereksplorasi dengan lingkungan. Pada periode kedua, keterampilan-keterampilan dan kemampuan yang telah muncul pada periode pertama semakin berkembang. Pada periode ketiga, muncul perkembangan fisik yang diiringi dengan kematangan keterampilan-keterampilan secara penuh. Maria Montessori (Lillard, 1996: 44) menyatakan bahwa teori perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap fanciulezza atau periode sensitif. Periode sensitif yang dimaksud meliputi (1) logika bertanya, (2) imajinasi melalui benda nyata, (3) perkembangan mental, (4) perkembangan rasa berkelompok, (5) pengenalan budaya, dan (6) kekuatan fisik. Pada tahapan ini anak mampu berpikir secara menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri anak baik secara fisik maupun psikis yang berlangsung secara berkesinambungan, sesuai dengan tahapan usia anak. Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret yaitu usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Jadi, anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak. Dengan demikian, menanamkan konsep menggunakan media pembelajaran berupa benda-benda konkret dalam pembelajaran untuk anak usia SD sangat diperlukan, karena sesuai dengan karakteristik tahap perkembangan anak. 2.1.2 Media Pembelajaran 2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media pembelajaran berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium” atau sesuatu yang di tengah (Anitah, 2009: 4). Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai penghubung atau sesuatu yang menghantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan dan penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, 2008: 6) menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adapun tujuan dari media pembelajaran adalah 1) untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, 3) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran, dan 4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Yusuf, 2011: 5). Berdasarkan beberapa pengertian media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Briggs (dalam Anitah, 2009: 4) mengemukakan bahwa media merupakan peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan pembelajaran. Gerlach dan Ely (dalam Anitah, 2009: 5) juga mengemukakan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan maupun visual. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis bagi siswa (Arsyad, 2014: 19). Berdasarkan hakikat media pembelajaran yang dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang merangsang minat, pikiran dan perasaan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam pembelajaran, media pembelajaran merupakan aspek yang penting untuk merangsang minat, pikiran dan perasaan siswa. Oleh karena itu, penelitian ini
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghasilkan sebuah media pembelajaran yang mendukung berlangsungnya proses belajar siswa. 2.1.2.2 Manfaat Media Pembelajaran Manfaat media pembelajaran ada dua, yaitu bagi pengajar dan pembelajar (Sanaky, 2013: 6). Bagi pengajar, media pembelajaran dapat 1) memberikan pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran, 2) menjelaskan struktur dan urutan pengajaran dengan baik, 3) memberikan kerangka sistematis mengajar dengan baik, 4) memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, 5) membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran, 6) membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, 7) meningkatkan kualitas pengajaran, 8) memberikan dan meningkatkan variasi belajar, 9) menyajikan informasi sehingga memudahkan penyampaian isi materi, dan 10) menciptakan kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Manfaat media bagi pembelajar dapat 1) meningkatkan motivasi belajar pembelajar, 2) memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar, 3) memudahkan pembelajar untuk berfikir dan beranalisis, 4) pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tekanan, serta 5) pembelajar dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran pada proses pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Bagi guru media pembelajaran bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran guru dan memudahkan guru dalam penyampaian materi. Bagi siswa, media pembelajaran bermanfaat untuk membantu siswa dalam menganalisis suatu materi. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu, penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran. Media pembelajaran membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik (Arsyad, 2010: 15-16). Kempt dan Dayton (dalam Arsyad, 2014: 25) mengemukakan dampak positif penggunaan media pembelajaran sebagai berikut. a. Penyampaian pelajaran lebih baku. Melalui penggunaan media pembelajaran, setiap pelajar yang melihat atau mendengar akan menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media pembelajaran maka akan mengurangi tafsiran yang berbeda apabila diterima oleh pelajar. b. Pembelajaran lebih menarik. Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik yang berubah-ubah dan efek khusus yang
digunakan dalam media pembelajaran
menimbulkan rasa keingintahuan yang
menyebabkan siswa berpikir dan
beranalisis yang kesemuanya menunjukkan
bahwa media memiliki aspek
motivasi dan meningkatkan minat. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori-teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan. d. Sikap positif siswa mengenai apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan pendapat para ahli tentang manfaat media pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa manfaat media pembelajaran terhadap siswa, guru maupun proses pembelajaran yaitu 1) media pembelajaran mempermudah siswa dalam memahami materi yang abstrak, 2) pembelajaran menjadi lebih menarik, 3) media pembelajaran menarik minat dan keingintahuan siswa, serta 4) media pembelajaran membantu meningkatkan kreatifitas guru dalam menciptakan media pembelajaran dalam berbagai materi. 2.1.2.3 Klasifikasi Media Pembelajaran Prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audiovisual dan media berbasis komputer (Arsyad 2010:
81-104). Macam-macam
prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut. a.
Media berbasis manusia Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk
mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan guru adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dalam pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya media manusia dapat mengarahkan mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar. b.
Media berbasis cetakan Media berbasis cetakan berupa buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah
dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. c.
Media berbasis visual Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam
proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Media visual dapat menumbuhkan minat siswa dan memberikan hubungan antara isi mata pelajaran dengan dunia nyata. Bentuk visual dapat berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda; (b) diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi material; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsurunsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka. Media pembelajaran visual yang juga disebut media pandang
karena
seseorang
dapat
menghayati
media
tersebut
melalui
penglihatannya. Media visual memiliki empat fungsi, yaitu fungsi atensi, afektif, kognitif, dan kompensatoris (Arsyad, 2014: 21). Fungsi atensi media visual menarik siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang ditampilkan. Fungsi afektif media visual dapat dilihat saat siswa belajar menggunakan gambar yang dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar pemahaman dan daya ingat siswa akan 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suatu informasi. Sedangkan fungsi kompensatoris media visual berdasarkan penelitian dapat membantu siswa yang lemah atau lamban menerima isi pelajaran untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. d.
Media berbasis audio-visual Media
audio-visual
adalah
media
visual
yang menggabungkan
penggunaan suara dalam memproduksinya. Dalam media audio-visual hal yang penting adalah naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan penelitian. e.
Media berbasis komputer Peran
komputer
sebagai
pembantu
tambahan
dalam
belajar,
pemanfaatannya meliputi penyajian informasi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti
proses
instruksional,
yaitu 1)
merencanakan, mengatur dan
mengorganisasikan, dan menjadwalkan pengajaran, 2) mengevaluasi siswa (tes), 3) mengumpulkan data mengenai siswa, 4) melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran, serta 5) membuat catatan perkembangan pembelajaran (kelompok atau perseorangan). 2.1.3
Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
2.1.3.1 Syarat Pembelajaran Berbasis Metode Montessori Media pembelajaran berbasis metode Montessori mempunyai empat ciri khusus yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-correction, dan (4) autoeducation (Montessori, 2002:171-175). Peneliti juga menambahkan satu ciri
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tambahan yaitu kontekstual. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing ciri media pembelajaran Montessori. A. Menarik Ciri yang pertama adalah menarik, dari segi warna maupun bentuk. Pewarnaan media yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak dalam menyentuh, meraba, bahkan mendengarkan bunyi yang ditumbulkan oleh media pembelajaran (Montessori, 2002: 174). B. Bergradasi Ciri yang kedua adalah bergradasi, hal tersebut dapat dilihat dari warna, bentuk, maupun usia anak dengan melibatkan pengoptimalan fungsi panca indra. Media pembelajaran berbasis metode Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat melibatkan sebanyak mungkin penggunaan panca indera, tetapi juga pada gradasi penggunaaan untuk berbagai usia perkembangan anak maupun materi yang dapat diperoleh dari media pembelajaran yang sama (Montessori, 2002: 174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna atau dengan gradasi ukuran tinggi ke rendah dapat diperkenalkan dalam penggunaan media pembelajaran Montessori (Montessori, 2002: 175). C. Auto-correction Ciri yang ketiga adalah auto-correction, yang berarti media pembelajaran mempunyai pengendali kesalahan sehingga saat melakukan kesalahan dalam penggunaan media pembelajaran, anak akan mengetahui kesalahannya sendiri (Montessori, 2002: 171). 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Auto-education Ciri yang keempat adalah auto-education, artinya dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak yaitu pengembangan kemampuan secara mandiri, tanpa ada campur tangan dari orang dewasa (Montessori, 2002: 172). E. Kontekstual Ciri yang kelima adalah kontekstual. Montessori meyakini bahwa belajar hendaknya juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005: 32). Oleh karena itu. Montessori menyediakan peralatan untuk belajar anak dengan memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar anak. Media pembelajaran berbasis metode Montessori memberi kontrol pada siswa dalam menggunakannya, meningkatkan kemandirian, kehendak, serta bahasanya (Lillard, 1996: 80-85). Selain itu, siswa juga mampu melihat, menggunakan,
menemukan konsep, dan berpikir kreatif melalui media
pembelajaran Montessori. Berdasarkan teori di atas, media pembelajaran berbasis metode Montessori membantu anak dalam meningkatkan keterampilan dan kemandirian. Maka, peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan memperhatikan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. 2.1.3.2 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori Media pembelajaran Montessori dapat melatih keterampilan anak dan mendorong perkembangan anak secara intelektual (Hainstock, 1997: 82). Media pembelajaran Montessori mengarah pada kemampuan sensorial anak-anak (Magini, 2013: 31-32). Montessori (dalam Magini, 2013: 39-40) mengemukakan bahwa melalui pendidikan indra untuk anak-anak berkebutuhan khusus maupun 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
anak-anak normal, dapat mengembangkan dan membentuk kepribadian mental dan intelektual anak, yaitu membentuk anak memiliki minat yang spontan dalam belajar dan memiliki rasa disiplin pribadi secara spontan pula. Tujuan dari pendidikan indra adalah untuk menyempurnakan persepsi terhadap rangsang, melalui latihan-latihan yang berulang-ulang (Gutek, 2013: 238). Lillard (1996: 80-85) menambahkan bahwa siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep dan berpikir kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Selain itu, media pembelajaran Montessori yang didesain memiliki unsur pengendali kesalahan (Magini, 2013: 54). Berdasarkan peryataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu mengajarkan keterampilan dan kemandirian anak dalam belajar melalui lima ciri khusus yang dimiliki oleh media pembelajaran tersebut. Maka, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan adanya pengendali kesalahan yang terdapat pada media tersebut. 2.1.4
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1 Hakikat IPA IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pengetahuan. Sebagai prosedur diartikan metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (Bonoseopoetro dalam Trianto, 2012: 6). Pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Prihantoro, dalam Trianto, 2012 ). IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Berdasarkan pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan kealaman yang tersusun secara sistematis berupa fakta disertai metode ilmiah dan sikap ilmiah. Kegiatan ilmiah pada pembelajaran IPA membantu menemukan sebuah konsep dari suatu materi IPA yang melahirkan produk maupun teknologi. Tujuan mata pelajaran IPA adalah : (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa dalam Trianto, 2012: 111). Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Selain itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan (Laksmi dalam Trianto, 2012). Siswa juga diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12). 2.1.4.2 Materi IPA Bagian-Bagian Tubuh Hewan dan Kegunaannya Pada pembelajaran IPA kelas II, penggolongan hewan pada materi bagianbagian tubuh hewan sangat banyak dan beragam, seperti hewan berkaki dua, hewan berkaki empat, hewan yang hidup di darat, hewan yang hidup di air, hewan 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertanduk maupun hewan berbelalai (Purwanti, 2008: 4-6). Pada penelitian dan pengembangan ini, dibatasi pada mempelajari tentang bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak, sebagai hewan yang memiliki keunikan yaitu dapat hidup di air dan di darat. Tubuh hewan memiliki bagian-bagian. Terdapat tiga bagian utama pada tubuh hewan, yaitu ada kepala, badan, dan alat gerak (Purwanti, 2008: 14). Pada bagian kepala, terdapat mulut dan mata, terdapat juga telinga dan hidung. Pada bagian badan, terdapat dada perut dan ekor. Selain itu, terdapat berbagai alat gerak hewan, antara lain kaki, sayap, sirip, dan perut. Banyak jenis hewan yang ada di lingkungan sekitar kita (Purwanti, 2008: 15-16). Setiap hewan memiliki tubuh yang berbeda. Pertama, hewan berkaki dua, contohnya burung ayam dan itik. Hewan tersebut memiliki paruh dan sayap. Kedua, terdapat berbagai jenis ikan contohnya ikan emas dan ikan lele yang memiliki sirip dan ekor, dan juga memiliki insang yang terletak pada bagian kepala. Ketiga, terdapat hewan berkaki empat, misalnya kucing, anjing, dan katak. Setiap bagian tubuh hewan memiliki kegunaan yang berbeda-beda. Katak alias bangkong adalah hewan amfibia yang dapat hidup di air maupun di darat (Arzy, 2010: 9). Bagian-bagian tubuh katak terdiri dari bagianbagian luar dan bagian-bagian dalam. Bagian-bagian luar katak terdiri dari kepala, badan, kaki depan, dan kaki belakang (Arzy, 2010: 9). Pertama, pada kepala katak terdapat mulut, mata, selaput pendengaran, dan lubang hidung yang dilengkapi dengan katub. Kedua, badan, Aryulina (2002: 52) mengemukakan bahwa katak mempunyai struktur tubuh atau badan yang terdiri dari badan yang kulitnya tipis, 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
licin, berlendir, dan banyak mengandung darah. Pada badan terdapat dua pasang anggota badan, depan belakang. Kulitnya berwarna hijau kuning dengan bercakbercak hitam, lembut dan berlendir. Badan katak berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian di dalamnya, selain itu kulit pada anak katak juga berfungsi sebagai alat untuk bernapas. Ketiga, kaki katak merupakan anggota gerak yang berjumlah dua pasang. Kaki katak digunakan untuk melompat dan berenang. Bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri dari esofagus, lambung, hati, usus halus, usus besar, jantung, dan paru-paru (Meryandini, 2007). Esofagus bertugas membawa makanan ke perut. Lambung bertugas menerima makanan. Usus halus bertugas menyerap makanan. Hati berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan. Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan feses. Jantung berfungsi untuk membantu peredaran darah. Paru-paru berfungsi sebagai alat pernapasan katak saat hidup di darat. 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian tentang media pembelajaran berbasis metode Montessori dilakukan oleh Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan Hardiyanti (2016). Ananti (2014) mengembangkan alat peraga Matematika untuk penjumlahan dan pengurangan pecahan berbasis metode Montessori. Penelitian dilakukan di SD Kanisius Jomegatan Yogyakarta pada siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014. Hasil validasi produk menunjukkan rerata skor 3,7 dan masuk kategori sangat baik. Hasil tes siswa menunjukkan peningkatan sebesar 27% dari pretest ke posttest setelah menjalani pendampingan menggunakan alat peraga blok pecahan.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pertiwi (2015) mengembangkan alat peraga pelajaran Matematika SD materi perkalian berbasis Montessori. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil validasi produk menunjukkan bahwa (1) alat peraga memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual; (2) memiliki rerata skor 3,55 dan masuk kategori “sangat baik”dengan demikian, alat peraga papan perkalian sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas. Hardiyanti (2016) mengembangkan alat peraga IPS materi keragaman budaya Indonesia pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 tahun ajaran 2015/2016. Model yang digunakan adalah model pengembangan
yang
dipaparkan Ali dan Asrori (2014) dan Sugiyono (2015) yang dimodifikasi ke dalam lima langkah pengembangan, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji lapangan terbatas. Hasil validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata penilaian sebesar 3,9. Pada uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada posttest lebih tinggi daripada pretest dengan selisih rerata nilai sebesar 37,2. Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis metode Montessori menunjukkan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan, perkalian, dan pada materi pembelajaran IPS 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
materi keragaman budaya Indonesia. Pada penelitian sebelumnya media pembelajaran berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan adalah pada pembelajaran Matematika dan IPS. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori pada pembelajaran IPA materi tentang bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang belum pernah dikembangkan pada penelitian terdahulu. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pad bagan Gambar 2.1. Hardiyanti (2016)
Ananti (2014) Pengembangan Alat Peraga Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori.
Pertiwi (2015) Pengembangan Alat Peraga Pelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Montessori.
Pengembangan Alat Peraga IPS SD Materi Keragaman Budaya Indonesia berbasis Metode Montessori
Yang akan diteliti Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori
Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan 2.3 Kerangka Berpikir Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak, serta mampu 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyelesaikan permasalahan secara konkret dan tidak abstrak. Bagian-bagian tubuh hewan merupakan salah satu materi pada mata pelajaran IPA kelas II SD. Pada materi tersebut memuat tentang bagian-bagian tubuh hewan dan juga kegunaannya. Apabila materi tersebut disajikan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas II, tentu saja siswa akan bingung karena mereka mampu menyelesaikan masalah yang konkret. Oleh karena itu, dibutuhkan hal-hal yang bersifat konkret dan dapat dilihat secara langsung oleh siswa, supaya tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Media pembelajaran berbasis metode Montessori mampu memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut. Sebelumnya, media pembelajaran berbasis metode Montessori telah digunakan dalam praktik pembelajaran Matematika dan IPS. Namun, media pembelajaran berbasis metode Montessori dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-correction¸ auto-education, dan kontekstual dinilai mampu melatih keterampilan dan kemandirian siswa. Siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep melalui media pembelajaran Montessori disesuaikan dengan kondisi siswa, baik secara ukuran, warna, maupun tekstur permukaannya. Selain itu, pengendali kesalahan sebagai ciri khas media pembelajaran berbasis metode Montessori dapat melatih siswa dalam bekerja secara mandiri dan teliti. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan kelima ciri
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
media pembelajaran tersebut pada materi yang difokuskan pada bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaannya. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan tentang kebutuhan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan pada kompetensi dasar “Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan” dengan menggunakan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan, Berbah, Sleman tahun ajaran 2016/2017. Media pembelajaran
berbasis
metode
Montessori
yang
dikembangkan
dengan
memperhatikan kelima ciri dasar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaanya. 2.4 Pertanyaan Penelitian 2.4.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagianbagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II? 2.4.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut ahli pembelajaran IPA dan ahli Montessori? 2.4.3 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut guru? 36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.4.4 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut siswa?
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut dengan research and development. Penelitian dan pengembangan merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan (Sanjaya, 2013: 129). Penelitian dan pengembangan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan atau penemuan baru, metode, produk dan/ atau jasa baru dan menggunakan pengetahuan yang baru ditemukan (Putra, 2015: 77). Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian dan pengembangan merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan yang didasarkan pada penemuan atau pengetahuan baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis metode Montessori materi bagian-bagian tubuh hewan. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran oleh siswa dalam memahami materi bagianbagian tubuh hewan di kelas II SD, khususnya katak. Selain itu, hasil dari penelitian ini berupa sebuah produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.2 Setting Penelitian Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. 3.2.1 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas II tahun ajaran 2016/ 2017 di SD Kanisius Ekperimental Mangunan. Sekelompok siswa tersebut berjumlah sepuluh anak, yang terdiri dari tiga siswa putra dan tujuh siswa putri. Peneliti memilih sepuluh anak tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari wali kelas. Pertimbangan guru kelas memilih kesepuluh siswa tersebut berdasarkan nilai ulangan harian yang memiliki nilai tinggi, sedang dan rendah.
Peneliti
juga
memilih
berdasarkan
hasil
pengamatan
dengan
memperhatikan karakteristik siswa, seperti siswa yang memperhatikan tetapi pasif, siswa yang memperhatikan dan aktif, siswa yang tidak memperhatikan tetapi aktif, siswa yang tidak memperhatikan dan pasif. Aktif dan pasif yang dimaksudkan oleh peneliti adalah keterlibatan siswa dalam tanya-jawab dan diskusi di dalam pembelajaran IPA. 3.2.2 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan berbasis metode Montessori. Media pembelajaran ini berupa replika dan puzzle bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak. Media pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengenal bagian-bagian tubuh katak, baik bagian-bagian luar maupun bagian-bagian dalam tubuh katak. Penelitian ini mengembangkan media pembelajaran replika dan puzzle untuk mempelajari 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagian-bagian tubuh hewan pada mata pelajaran IPA kelas II semester satu. Media pembelajaran tersebut terdiri dari replika katak, puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak (kartu gambar bagian, kartu nama bagian, dan kartu kegunaan bagian), kartu materi sebagai pengendali kesalahan, serta kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle, dan kotak penyimpanan kartu materi. 3.2.3 Lokasi Penelitian Penelitian
dan
pengembangan
ini
dilakukan
di
SD
Kanisius
Eksperimental Mangunan yang terletak di Jalan Jogja-Solo km 12, Mangunan, Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta 55573. Peneliti memilih SD Kanisius Eksperimental Mangunan sebagai tempat uji coba terbatas dikarenakan berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat melaksanakan tugas PPL, yaitu baik siswa maupun guru mata pelajaran menunjukkan bahwa sekolah dalam penggunaan media pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA masih minim. Penggunaan media pembelajaran yang masih terbatas dengan jumlah yang terbatas pula berdampak pada nilai ulangan harian IPA pada salah satu kelas yang cukup rendah dan tidak memenuhi KKM dibandingkan kelas lainnya sehingga sering diadakan remidi. Selain itu, letak SD Kanisius Eksperimental Mangunan strategis dan memungkinkan untuk mencari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran. 3.2.4 Waktu Penelitian Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan April 2016 sampai dengan Juli 2017. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12 bulan. Mulai dari penentuan judul penelitian, pembuatan proposal, pengambilan data, pengolahan data, ujian akhir tugas skripsi dan revisi setelah ujian akhir tugas skripsi. 3.3 Prosedur Pengembangan Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model yang dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) dan Sugiyono (2015: 409-426). Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) memaparkan sepuluh langkah yaitu 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) pengembangan draf produk, 4) uji coba lapangan awal, 5) merevisi hasil uji coba, 6) uji coba lapangan, 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, 8) uji pelaksanaan lapangan, 9) penyempurnaan produk akhir, dan 10) diseminasi dan implementasi. Borg & Gall memaparkan kesepuluh langkah sebagai berikut. a.
mengumpulkan, melakukan penelitian dan pengumpulan informasi dengan observasi kelas, studi literatur.
b.
perencanaan yang meliputi perumusan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian dan produk yang dihasilkan, serta kemungkinan melakukan uji terbatas.
c.
pengembangan produk awal yang meliputi persiapan bahan-bahan pelajaran, buku pegangan dan perangkat pembelajaran.
d.
uji lapangan produk awal yang melibatkan satu sampai tiga sekolah dengan mengikutsertakan enam hingga dua belas subjek dan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan angket yang hasilnya dianalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahannya. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e.
berdasarkan hasil analisis, produk awal tersebut direvisi berdasarkan hasil dari uji coba produk awal sehingga dapat menhasilkan produk yang lebih baik.
f.
uji lapangan. Data kuantitatif berupa pretest dan posttest untuk mengukur ketercapain dari tujuan pembelajaran.
g.
perbaikan produk berdasarkan hasil uji produk yang dilakukan sebelum diujikan kembali pada tahapan selanjutnya.
h.
uji coba lapangan pada skala yang lebih luas meliputi sepuluh hingga tiga puluh sekolah yang terdiri dari 40 sampai 200 subyek dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan kuesioner untuk dianalisis.
i.
revisi produk akhir berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir.
j.
desiminasi (menyebarluaskan) produk dan melaporkan produk akhir hasil penelitian dan pengembangan (dalam Arifin, 2011: 129-132). Berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang
dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170), peneliti kemudian mencoba membandingkan dengan model yang dipaparkan oleh Sugiyono (2015: 409-426). Sugiyono menyatakan bahwa terdapat sepuluh langkah penelitian dan pengembangan, yaitu 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan informasi, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, dan 10) pembuatan produk masal. Berikut adalah bagan 3.1 mengenai langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2015: 409). 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Validasi Desain
Desain Produk
Revisi Desain
Uji Coba Produk
Uji Coba Pemakaian
Revisi Produk
Revisi Produk
Produksi Massal
Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2015: 409) Berdasarkan bagan di atas, suatu penelitian berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data empirik tersebut berdasarkan penemuan sendiri, laporan penelitian atau berasal dari dokumentasi laporan kegiatan perorangan atau instansi yang belum lama ini dilaksanakan atau masih up to date. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Data empirik tersebut kemudian dijadikan bahan untuk membuat desain produk. Produk kemudian di validasi oleh pakar atau tenaga ahli terkait untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya. Setelah diketahui kelemahan produk, peneliti kemudian melakukan perbaikan desain. Produk yang 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
telah direvisi tersebut selanjutnya diuji cobakan secara terbatas untuk mengetahui manfaat dari produk dan untuk mengatasi masalah yang dihadapi responden. Setelah diuji cobakan, dilakukan revisi kembali untuk memperbaiki kelemahan yang dialami responden saat menggunakan produk. Setelah pengujian terhadap produk berhasil, kemudian dilakukan uji coba pemakaian pada lingkup responden yang sebenarnya. Apabila dalam uji coba pemakaian tersebut terdapat kekurangan, maka selanjutnya diadakan revisi kembali. Setelah revisi hasil uji coba pemakaian pada lingkup responden yang sebenarnya berhasil dilakukan, maka produk dapat dinyatakan efektif dan layak sehingga dapat produk tersebut dapat diproduksi secara masal (Sugiyono, 2015: 409-426). Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model yang dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) dan Sugiyono (2015: 409-426). Penelitian ini dibatasi pada uji coba lapangan terbatas dan produk media pembelajaran yang telah divalidasi karena waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, peneliti memodifikasi ke dalam lima langkah, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk,
dan
uji
coba
lapangan
terbatas.
Penelitian
diawali
dengan
mengidentifikasi masalah dan analisis kebutuhan guru dan siswa pada tahap potensi dan masalah. Selanjutnya peneliti melakukan penyusunan perencanaan berupa pembuatan instrumen penelitian yang digunakan pada saat penelitian. Pada tahap pengembangan desain, peneliti mengembangkan dan membuat produk berdasarkan lima karakteristik media pembelajaran Montessori. Produk tersebut kemudian divalidasi oleh ahli pada tahap validasi produk sebelum digunakan pada 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahap uji coba terbatas. Setelah selesai divalidasi, kemudian peneliti melakukan uji coba produk pada tahap uji coba terbatas. Berikut adalah langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang disajikan dalam bagan 3.2. Potensi dan masalah (Sugiyono, 2015: 409)
Penyusunan perencanaan (Arifin, 2014: 114)
Pengembangan bentuk awal produk (Borg & Gall (Arifin, 2014: 113) Sugiyono, 2015: 414)
Validasi produk (Sugiyono, 2015: 414)
Uji coba lapangan terbatas. Borg & Gall (Arifin, 2014: 115)
Bagan 3.2 Rancangan penelitian 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dan pengembangan mengadopsi model yang dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Arifin, 2011: 129-132) dan Sugiyono (Sugiyono, 2015: 407-408). Peneliti memodifikasi tahap penelitian menjadi lima langkah yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas. Berikut kelima tahapan penelitian yang disajikan dalam bagan 3.3.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TAHAP I Potensi dan Masalah (Sugiyono, 2015)
Identifikasi Masalah Pedoman Observasi
Validasi oleh ahli IPA, Montessori dan guru
Pedoman Wawancara
Validasi oleh ahli IPA dan Montessori
Penyebaran Kuesioner
Data analisis kebutuhan
Observasi
Wawancara
Uji keterbacaan analisis kebutuhan guru dan siswa
Analisis karakteristik media pembelajaran Montessori
Data ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran serta kesulitan belajar siswa
Validasi ahli IPA dan Montessori
Analisis karakteristik siswa
Pembuatan kuesioner analisis kebutuhan
TAHAP II Perencanan (Borg dan Gall, 1983)
Data analisis kebutuhan
Konsep pembuatan media pembelajaran
Desain media pembelajaran
Desain album media pembelajaran
Instrumen
Validasi guru SD penelitian dan setara
Tes
Kuesioner validasi produk
Validasi ahli IPA dan Montessori
Revisi
Uji empiris
Uji keterbacaan soal oleh siswa
Uji keterbacaan instrumen oleh siswa dan guru
Revisi
Revisi
TAHAP III Pengembangan Bentuk Awal Produk (Borg dan Gall, 1983) Desain media pembelajaran
Pembuatan media pembelajaran dan album
Pengumpulan bahan
Desain album
Revisi
Instrumen siap digunakan
Media pembelajaran dan album siap divalidasi
TAHAP IV Validasi Produk (Sugiyono, 2015) Media pembelajaran
Validasi oleh ahli IPA dan Montessori
Album media pembelajaran
Validasi oleh ahli IPA dan Montessori
TAHAP V Uji Coba Terbatas (Borg dan Gall, 1983) Pretest
Uji coba terbatas
Posttest
Tanggapan guru dan siswa
Album dan media pembelajaran siap untuk diuji cobakan
Produk media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori
Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.4.1 Potensi dan Masalah Tahapan pertama pada penelitian dan pengembangan ini adalah potensi dan masalah. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis potensi dan masalah melalui analisis kebutuhan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner kepada guru dan siswa. Instrumen observasi dan wawancara tersebut, sebelumnya divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran
berbasis
metode
Montessori
sebelum
digunakan
untuk
mengumpulkan data. Setelah divalidasi, peneliti melakukan observasi terkait pembelajaran IPA di kelas II SD. Peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa kelas II SD. Kemudian, peneliti menganalisis hasil observasi dan wawancara terkait karakteristik siswa, penggunaan dan ketersediaan media pembelajaran, dan kesulitan belajar dalam pembelajaran IPA di kelas II. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai acuan untuk membuat kuesioner analisis kebutuhan. Penyusunan kuesioner analisis kebutuhan memperhatikan karakteristik media pembelajaran berbasis metode Montessori dan karakteristik siswa. Kuesioner analisis kebutuhan sebelumnya divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori dan guru SD setara untuk mengetahui kelayakan instrumen sebelum digunakan. Setelah divalidasi, kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada siswa kelas II dan guru kelas II. Kemudian peneliti melakukan revisi pada instrumen berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh para ahli. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan instrumen analisis kebutuhan kepada siswa dan guru di SD setara, untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan guru di SD setara tersebut terhadap kalimat pertanyaan dalam kuesioner. Kemudian peneliti melakukan revisi pada instrumen berdasarkan hasil uji keterbacaan analisis kebutuhan. Setelah dilakukan revisi, instrumen analisis kebutuhan telah siap untuk digunakan. Selanjutnya peneliti menyebarkan instrumen analisis kebutuhan di SD penelitian sebagai tahap analisis kebutuhan. 3.4.2 Penyusunan Rencana Tahap kedua dalam penelitian dan pengembangan ini adalah penyusunan rencana. Pada tahap ini peneliti membuat konsep media pembelajaran berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Peneliti merancang desain media pembelajaran serta album petunjuk media pembelajaran. Desain media pembelajaran dan album petunjuk sebagai pegangan peneliti dalam membuat produk atau prototipe, yaitu media pembelajaran dan album petunjuk. Peneliti juga menyiapkan instrumen validasi produk dan tes. Instrumen tersebut dibuat dalam bentuk tes dan kuesioner. Instrumen tes berupa soal pretest dan posttest yang dibentuk dalam soal isian singkat. Sebelum digunakan, instrumen tes divalidasi terlebih dahulu oleh guru SD setara. Berdasarkan validasi tersebut, peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan pada instrumen. Setelah direvisi, instrumen diuji cobakan secara empiris kepada siswa di SD setara. Hasil uji empiris diolah dengan menggunakan Statistic Package for Social Studies 22 (SPSS 22) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tes. Peneliti kemudian memilih 10 butir soal yang valid sebagai soal pretest dan posttest. Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan soal kepada siswa di SD setara. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, peneliti melakukan revisi kembali apabila masih terdapat kekurangan pada instrumen tes. Peneliti juga menyusun instrumen kuesioner validasi produk dan instrumen tanggapan mengenai produk media pembelajaran untuk siswa. Sebelum digunakan, kuesioner
validasi produk dan tanggapan mengenai media
pembelajaran terlebih dahulu divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori dan guru SD setara untuk mengetahui kesesuaian bahasa yang digunakan dalam kalimat pernyataan. Setelah divalidasi, kemudian peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki kesalahan pada kuesioner. Selanjutnya instrumen juga diujikan kepada siswa SD setara untuk mengetahui keterbacaan dari kuesioner tersebut, sehingga peneliti dapat mengukur pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan. Peneliti kembali melakukan revisi terhadap hasil uji keterbacaan siswa SD setara. Setelah melakukan revisi, maka instrumen uji keterbacaan untuk siswa telah siap untuk digunakan. 3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk Tahapan ketiga dalam penelitian ini adalah pengembangan bentuk awal produk. Peneliti membuat media pembelajaran berdasarkan desain yang telah dirancang. Setelah desain media pembelajaran selesai dibuat, peneliti membuat media pembelajaran berdasarkan rancangan tersebut. Peneliti membuat media pembelajaran berdasarkan lima ciri media pembelajaran Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Peneliti 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemudian mengumpulkan bahan-bahan pembuatan media pembelajaran. Selain itu, peneliti juga membuat album media pembelajaran dengan tujuan sebagai pedoman penggunaan media pembelajaran yang telah dibuat. Setelah selesai, maka prototipe media pembelajaran berbasis metode Montessori siap untuk divalidasi. 3.4.4 Validasi Produk Tahapan keempat dalam penelitian ini adalah validasi produk. Media pembelajaran dan album yang telah selesai dibuat, selanjutnya divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Validasi tersebut dilakukan untuk menilai kelayakan produk yang telah dikembangkan sebelum diuji cobakan secara terbatas. Berdasarkan hasil validasi tersebut, peneliti kemudian melakukan analisis kualitas media pembelajaran. Setelah dianalisis, maka diperoleh produk media pembelajaran dan album media pembelajaran yang siap digunakan dalam uji coba lapangan terbatas. 3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas Tahapan kelima pada penelitian dan pengembangan ini adalah uji coba lapangan terbatas. Produk yang telah dibuat diujikan kepada 10 orang siswa di SD penelitian. Para siswa tersebut diberikan pretest dan posttest untuk mengetahui perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah penggunaan media pembelajaran. Pretest diberikan kepada siswa sebelum menggunakan media pembelajaran dan posttest diberikan setelah siswa menggunakan media pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan atau tidak, setelah dilakukan perbandingan antara hasil tes siswa sebelum dan sesudah mengunakan media 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran. Selain itu, guru kelas dan siswa juga memberikan tanggapan mereka mengenai media pembelajaran yang telah dikembangkan. Berdasarkan validasi produk pada tahap keempat dan uji coba lapangan terbatas pada tahap kelima maka, peneliti melakukan revisi produk yang terakhir. Penelitian ini dimodifikasi ke dalam lima tahap dengan hasil akhir berupa produk. Dengan dilakukannya revisi produk pada tahap akhir, maka terciptalah produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak mata pelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh hewan berbasis metode Montessori. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, dengan observasi,
wawancara,
kuesioner, dokumentasi,
dan penggabungan dari
keempatnya (Sugiyono, 2015: 308-309). Selain itu, Widoyoko (Widoyoko, 2015: 33) mengemukakan bahwa teknik ini merupakan strategi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan angket, observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Pengumpulan data ini dimaksudkan agar memperoleh bahanbahan, keterangan-keterangan, dan informasi yang dapat dipercaya. Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, kuesioner, triangulasi (gabungan), dan tes.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.5.1 Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak berupa data maupun informasi dalam suatu gejala pada objek pengukuran (Widoyoko, 2014: 64). Observasi ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang sedang diteliti. Observasi pada penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas II serta ketersediaan media pembelajaran di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Aspek yang diobservasi adalah ketersediaan dan pemanfaatan media pembelajaran, serta cara mengajar guru saat melaksanakan pembelajaran IPA di kelas II. 3.5.2 Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka maupun melalui saluran media tertentu (Sanjaya, 2011: 96). Melalui wawancara, peneliti akan mengetahui halhal yang lebih mendalam mengenai partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut tidak dapat ditemukan dalam observasi (Sugiyono, 2015: 318). Kegiatan wawancara pada penelitian dan pengembangan ini ditujukan kepada kepala sekolah SD Kanisius Eksperimental Mangunan, guru kelas II, dan siswa kelas II. Jenis wawancara yang digunakan peneliti
adalah
wawancara
semiterstruktur,
karena
kegiatan
wawancara
direncanakan dan peneliti menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Esterberg (Sugiyono, 2015: 320) 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengemukakan bahwa wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam melakukan wawancara terstruktur, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya sudah disiapkan (Esterberg dalam Sugiyono, 2015: 319). Sedangkan tujuan dari wawancara semiterstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2015: 320). Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala sekolah adalah informasi terkait dengan sekolah, ketersediaan maupun penggunaan media pembelajaran, nilai-nilai ujian nasional dari tahun ke tahun pada mata pelajaran IPA serta penelitian yang pernah dilaksanakan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Wawancara yang dilakukan kepada guru kelas II terkait dengan ketersediaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran di kelas, kesulitan yang ditemui selama pembelajaran IPA serta usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan. Wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran IPA di kelas dan juga kesulitan yang dialami dalam pembelajaran IPA. 3.5.3 Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis secara tertutup maupun terbuka kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 199). Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk analisis 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebutuhan dan validasi produk. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru dan siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan untuk menganalisis kebutuhan terkait media pembelajaran. Kuesioner validasi produk diberikan kepada ahli pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori dan guru kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan terkait kelayakan media pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner validasi produk juga diberikan kepada siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan untuk melihat kelayakan media pembelajaran yang telah diuji cobakan secara terbatas oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan peneliti dibuat berdasarkan kisi-kisi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang dapat dijawab secara bebas oleh responden atau peneliti tidak memberikan alternatif jawaban kepada responden (Widoyoko, 2014: 36). Validasi produk menggunakan rating scale (skala bertingkat) yaitu pernyataan diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatantingkatan (Widoyoko, 2014: 36). Data mentah yang diperoleh dengan menggunakan rating scale berupa angka yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Sugiyono, 2015: 141). 3.5.4 Tes Tes merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang terdiri dari serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193). Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan sesorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikenai tes. Dalam penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan pretest dan posttest untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran pada uji coba terbatas. Peneliti menggunakan jenis tes uraian terbatas dengan ragam tes jawaban singkat. Soal tes digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kualitas media pembelajaran. Pretest dilakukan sebelum uji coba terbatas yaitu pada awal pembelajaran sebelum menggunakan media pembelajaran, sedangkan posttest dilakukan pada akhir pembelajaran setelah siswa menggunakan media pembelajaran. 3.6 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu pada waktu penelitian yang dilakukan menggunakan suatu metode (Arikunto, 2010: 192). Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen diantaranya adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner, dan matriks triangulasi untuk teknik non tes dan soal pretest-posttest untuk teknik tes. 3.6.1 Pedoman Observasi Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas II dan ketersediaan media pembelajaran di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Aspek yang diobservasi adalah kesulitan belajar siswa, ketersediaan media pembelajaran di kelas, penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran IPA, dan cara mengajar guru kelas. Kisi-kisi observasi pembelajaran IPA kelas II dapat dilihat pada tabel 3.1
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas II No. Item 1,2
Kisi-kisi Observasi Ketersediaan media pembelajaran IPA di kelas
3,4
Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran di kelas
5,6
Cara penggunaan media pembelajaran IPA di kelas
7,8
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran di kelas
Objek yang Diamati Adanya media pembelajaran yang dipajang di kelas Media pembelajaran layak untuk digunakan dalam pembelajaran Guru menggunakan media pembelajaran IPA untuk menjelaskan materi pembelajaran Guru menguasai cara menggunakan media pembelajaran Guru menjelaskan cara penggunaan media pembelajaran IPA kepada siswa Siswa dapat menggunakan media pembelajaran secara mandiri. Siswa mengalami kesulitan saat mengikuti pembelajaran IPA di kelas Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal IPA
Sebelum digunakan, instrumen observasi telah divalidasi oleh beberapa ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Validitas konstruk merupakan uji validitas pada instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap (Sugiyono, 2015: 176). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2009: 131). Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman observasi. Hasil validasi instrumen pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 4.1 halaman 77. 3.6.2 Pedoman Wawancara Wawancara dilakukan kepada Kepala SD Kanisius Eksperimental Mangunan, Guru kelas II, dan siswa kelas II. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis kebutuhan media pembelajaran IPA dari narasumber. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah Wawancara pertama ditujukan kepada kepala sekolah SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik wawancara semiterstruktur yaitu wawancara yang dalam pelaksanaannya lebih bebas dan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2015: 320). Berikut adalah garis besar rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah No 1.
2.
3. 4.
Topik Pertanyaan Informasi berkaitan dengan sekolah a. Prestasi yang telah diraih siswa dalam bidang akademik b. Prestasi yang diraih siswa dalam bidang non akademik c. Nilai UN mata pelajaran IPA Ketersediaan media pembelajaran di sekolah a. Media pembelajaran IPA yang sudah ada di sekolah b. Pengadaan media pembelajaran IPA di sekolah c. Perawatan media pembelajaran IPA di sekolah Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan media pembelajaran
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas II Kegiatan Wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas II. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semiterstruktur. Adapun rencana wawancara dengan guru kelas II dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas II No 1.
2. 3. 4. 5.
Topik Pertanyaan Ketersediaan media pembelajaran di kelas a. media pembelajaran IPA yang dimiliki oleh kelas b. Pengadaan media pembelajaran IPA oleh guru Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas II Kegiatan wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa kelas II. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara semiterstruktur. Adapun rencana wawancara dengan siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas II No 1. 2. 3.
Topik Pertanyaan Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang selama ini terjadi Penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti tersebut telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori supaya instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang digunakan pada instrumen nontes adalah validasi konstruk. Validitas konstruk merupakan uji validitas pada instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap (Sugiyono, 2015: 176). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2009: 131). Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman wawancara. Hasil validasi pedoman wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 halaman 80. Hasil validasi pedoman wawancara dengan guru kelas II dapat dilihat pada tabel 4.6 halaman 82. Hasil validasi pedoman wawancara dengan siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 4.9 halaman 84.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.3 Kuesioner Peneliti menggunakan kuesioner dalam melakukan analisis kebutuhan, validasi produk oleh para ahli, dan validasi produk melalui uji lapangan terbatas. 3.6.1
Kuesioner Analisis Kebutuhan Jenis kuesioner analisis kebutuhan berupa kuesioner terbuka. Responden
dapat menjawab secara bebas pada kuesioner yang diberikan (Widoyoko, 2015: 36). Peneliti menggunakan kuesioner analisis kebutuhan untuk guru kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan dan siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Hasil kuesioner menjadi pertimbangan peneliti dalam perancangan media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan lima karakteristik media pembelajaran berbasis metode Montessori. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 3.5. Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II Nomor item Indikator Autoeducation
Kontekstual Menarik Bergradasi Autocorrection
Deskriptor
Kuesioner Guru 1
Kuesioner Siswa 1
2
2
3 dan 4
3 dan 4
5 dan 6
6 dan 7
1. Bentuk media pembelajaran 2. Berat media pembelajaran 1. Membantu menemukan kesalahan sendiri
9 8 10
10 8 9
2. Membantu menemukan jawaban yang benar
7
5
1. Menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA 2. Memahami konsep matematika secara mandiri 1. Memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar 1. Memiliki warna
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden dalam analisis kebutuhan penelitian dan pengembangan ini adalah guru dan seluruh siswa kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Hasil dari kuesioner tersebut sebagai pertimbangan untuk merancang media pembelajaran yang dikembangkan. Kelima indikator yang terdapat pada kisi-kisi dikembangkan menjadi 10 pertanyaan untuk guru dan 10 pertanyaan untuk siswa yang disusun dalam bentuk kuesioner analisis kebutuhan. Contoh kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada halaman 196 lampiran 2.4. Contoh kuesioner analisis kebuthan untuk siswa dapat dilihat pada halaman 199 lampiran 2.5. 3.6.2
Kuesioner Validasi Produk Peneliti menyusun kuesioner validasi produk berdasarkan lima ciri media
pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan produk. Karakteristik tersebut diantaranya auto-education, kontekstual, menarik, bergradasi, dan autocorrection. Kuesioner validasi produk diberikan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan. Kuesioner tersebut diisi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Sebelumnya, peneliti melakukan presentasi mengenai media pembelajaran yang telah dibuat. Kemudian, para ahli mengisi kuesioner validasi produk. Selain kuesioner validasi oleh ahli, terdapat juga kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran yang dikembangkan oleh siswa yang dilakukan setelah uji coba terbatas. Kuesioner validasi produk oleh ahli maupun kuesioner tanggapan oleh siswa memiliki indikator yang sama. Kisi-kisi kuesioner validasi produk oleh ahli dan kuesioner tanggapan oleh siswa disajikan dalam tabel 3.6. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan Tanggapan Produk oleh Siswa Indikator Autoeducation Kontekstual Menarik
Bergradasi Autocorrection
Deskriptor 1. Menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA 2. Memahami konsep IPA secara mandiri 1. Memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar 2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2.
Memiliki warna Cara kerja media pembelajaran menarik Bentuk media pembelajaran Dapat digunakan untuk lebih dari satu kompetensi Berat media pembelajaran sesuai dengan siswa Membantu menemukan kesalahan sendiri Membantu menemukan jawaban yang benar
Nomor item Ahli Siswa 2
2
1 3 4 5 7 6 8 9 10 11
1 10 11 3 5 4 6 7 8 9
Kelima indikator yang terdapat dalam kisi-kisi dikembangkan menjadi 11 pernyataan yang disusun dalam kuesioner validasi produk untuk ahli dan untuk siswa. Contoh kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada halaman 221 lampiran 4.1. Contoh kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran dapat dilihat pada halaman 227 lampiran 4.2. Selain produk berupa media pembelajaran, produk yang berupa album media pembelajaran juga diuji kelayakannya oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Aspek yang dinilai dalam validasi album disajikan dalam tabel 3.7. Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aspek yang dinilai Kesesuaian bahasa dengan tata bahasa Indonesia yang baku Kejelasan kalimat Pemilihan jenis huruf Pemilihan ukuran huruf Pemilihan ukuran gambar Kejelasan gambar Kelengkapan album Keruntutan langkah-langkah kegiatan Kesesuaian langkah kegiatan dengan gambar yang digunakan Kesesuaian perilaku dalam langkah kegiatan dengan perkembangan siswa
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kuesioner analisis kebutuhan, validasi produk dan tanggapan siswa mengenai media pembelajaran terlebih dahulu divalidasi oleh beberapa ahli yaitu ahli pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori dan guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Validasi instrumen nontes untuk mengukur skala sikap menggunakan validasi konstruk. Validitas konstruk merupakan uji validitas pada instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap (Sugiyono, 2015: 176). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2009: 131). Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi kuesioner analisis kebutuhan dan rerata skor validasi produk. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 4.12 halaman 88, sedangkan untuk siswa dapat dilihat pada tabel 4.13 halaman 89. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.25 halaman 114, sedangkan hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.26 halaman 115. Selain uji validitas konstruk, kuesioner untuk siswa diuji keterbacaannya terlebih dahulu. Uji keterbacaan dilakukan kepada siswa kelas II SD setara untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner. Hasil dari uji keterbacaan tersebut, diperoleh rerata skor uji keterbacaan kuesioner. Hasil uji keterbacaan analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 4.14 halaman 90. Selain itu, hasil uji keterbacaan 62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.27 halaman 116. 3.6.4 Soal Tes Dalam penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan tes sebagai pretest dan posttest. Tes sebagai pretest dan posttest dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran dalam uji coba terbatas. Tes tersebut disusun dan dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) “Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan” untuk kelas II semester ganjil. Peneliti mengembangkan KD tersebut menjadi dua indikator. Kedua indikator tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi 25 soal tipe isian singkat. Berikut ini adalah tabel 3.8 mengenai kisi-kisi soal tes. Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan
1.1.1 1.1.2
Indikator Menyebutkan bagianbagian tubuh hewan. Memahami kegunaan bagian-bagian tubuh hewan.
Nomor Item 1, 2, 4, 8, 9, 10, 16, 17, 19, 20, 21, 22, dan 25 3, 5, 6, 7, 11,12, 13, 14, 15, 18, 23 dan 24
Instrumen tes yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2015: 363). Arikunto (dalam Sugiyono 2015: 134) mengemukakan bahwa instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Widoyoko, 2009: 98). 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Validitas yang dilakukan pada instrumen tes sebelum digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi adalah membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2015: 182). Sebuah tes dikatakan validitas isi (content validity) apabila dapat mengukur tujuan khusus yang sejajar dengan materi pelajaran atau dapat membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Widoyoko, 2009: 129). Aspek yang dinilai dalam uji validitas isi dituangkan dalam tabel 3.9. Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Aspek yang Dinilai Kesesuaian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator Kesesuaian perilaku yang dituntut dalam indikator dengan perkembangan siswa Kesesuaian indikator 1 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian indikator 2 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian indikator 3 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian indikator 4 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian indikator 5 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian indikator 6 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian indikator 7 dengan item soal yang diberikan Kesesuaian penggunaan bahasa dengan bahasa Indonesia baku Kesesuaian penulisan kalimat pertanyaan
Selanjutnya, sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk (construct validity) apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran atau mengukur sesuatu sesuai dengan definisi yang digunakan (Widoyoko, 2009: 131). Validitas dilakukan untuk mengetahui konstruksi soal keterkaitannya dengan kesesuaian materi, bahasa, dan penulisan soal. Hasil validasi isi dapat dilihat pada tabel 4.19 halaman 109 dan hasil validasi konstruk dapat dilihat pada tabel 4.20 halaman 110.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Instrumen tes yang sudah divalidasi oleh ahli kemudian diujikan secara empiris kepada siswa kelas IIB SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS 22 for Windows untuk menganalisis item soal yang valid. Item soal yang valid dapat dilihat dari perbandingan r hitung dan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka item soal tersebut valid dan sebaliknya. Jika harga sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka item soal tersebut valid (Widoyoko, 2009: 137). Rekapitulasi item tes yang telah diolah menggunakan SPSS 22 for Windows, yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada tabel 4.21 halaman 112. Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas item soal. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Oleh karena itu, walaupun instrumen tersebut valid umumnya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan (Sugiyono, 2015: 364). Reliabel atau tidaknya suatu instrumen dapat diketahui dari nilai koefisien Alpha. Item soal diuji dengan menggunakan program SPSS 20 for Windows dengan menghitung nilai koefisien Alpha, yang dinyatakan reliabel apabila koefisien nilai Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2015: 165). Hasil rekapitulasi reliabilitas item tes yang telah diolah menggunakan SPSS 20 for Windows dapat dilihat pada tabel 4.22 halaman 112. Berdasarkan hasil pengolahan validitas dan reliabilitas, sebanyak 10 soal dipilih untuk digunakan sebagai soal pretest dan posttest. Sebelum diujikan secara terbatas, 10 soal tersebut diuji keterbacaannya untuk mengetahui tingkat 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan atau pernyataan dalam soal tes. Hasil uji keterbacaan dapat dilihat pada tabel 4.24 halaman 113. 3.7 Triangulasi Triangulasi
adalah
teknik
pengumpulan
data
dimana
peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data, untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2015: 330). Terdapat dua macam triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber berarti peneliti mengumpulkan data dari sumber yang berbedabeda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2015: 330). Bagan triangulasi data dapat dilihat pada bagan 3.3. Kuesioner
Observasi
Wawancara
Bagan 3.4 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan Pada penelitian dan pengembangan ini, triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan tersebut digunakan pada tahap awal untuk mengetahui ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran IPA di kelas II yakni melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan bagan 3.4 peneliti memperoleh data analisis kebutuhan melalui tiga 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teknik yaitu observasi, wawancara dan kuesioner. Data yang diperoleh melalui triangulasi teknik tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran dengan melihat kebutuhan dari siswa dan guru. Hasil triangulasi teknik dapat dilihat pada bagan 4.2 halaman 102. Selanjutnya, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Pada penelitian ini, penggunaan triangulasi sumber untuk menganalisis data hasil wawancara berdasarkan tiga sumber data yang berbeda. Bagan 3.5 merupakan bagan triangulasi sumber data.
Kepala Sekolah
Siswa
Guru
Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan bagan 3.5 tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru dan siswa. Hasil triangulasi sumber dapat dilihat pada bagan 4.1 halaman 85. Hasil wawancara tersebut menjadi gambaran awal peneliti dalam mengidentifikasi masalah pada tahap awal penelitian. 3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2015: 207). Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain (Sugiyono, 2015: 335). Melalui pengumpulan data diperoleh data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuatitatif adalah data yang berwujud angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran (Widoyoko, 2015: 21). Dalam penelitian dan pengembangan ini diperoleh data kuantitatif dari validasi pedoman wawancara, validasi pedoman observasi, validasi kuesioner analisis kebutuhan, validasi kuesioner validasi produk, uji empiris soal tes, uji keterbacaan kuesioner dan soal tes, serta pretest dan postest melalui uji coba terbatas. Data kualitatif menunjukkan suatu kualitas atau mutu yang dilihat dari keadaan, proses maupun peristiwa, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan atau kata-kata (Widoyoko, 2015: 18). Dalam penelitian dan pengembangan ini data kualitatif diperoleh dari hasil validasi kuesioner, observasi, dan wawancara, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara. Berikut ini adalah pembahasan teknis analisis dari data kuantitatif dan data kualitatif. 3.8.1 Analisis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif pada penelitian meliputi hasil validasi pedoman observasi, wawancara dan kuesioner oleh para ahli uji keterbacaan kuesioner dan soal tes, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, dan hasil validasi produk. Analisis data kuantitatif yang pertama dilakukan dengan menggunakan skala Linkert 1-4 (skala empat). Skala tersebut digunakan dalam berbagai instrumen penelitian. Setiap skala terdapat kriteria yang digunakan sebagai 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pedoman oleh peneliti untuk memudahkan dalam melakukan penilaian. Pada setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam pedoman penilaiannya. Kriteria tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan pada setiap instrumen penelitiannya. Berikut adalah skala beserta kriterianya. Skala dan kriteria pedoman penilaian pada instrumen non tes yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan, dan kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel 3.10 Skala dan kriteria instrumen validasi pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk Skala
Kriteria
Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki Instrumen kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki Instrumen tidak layak digunakan
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes dapat dilihat pada table 3.11 di bawah ini. Tabel 3.11 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes Skala Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Kriteria Kalimat sangat jelas dan mudah dipahami Kalimat jelas namun sulit dipahami Kalimat kurang jelas dan sulit dipahami Kalimat tidak jelas dan sulit dipahami
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen soal tes dapat dilihat pada tabel 3.12.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen tes Skala
Kriteria
Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Sudah sesuai dan tidak perlu diperbaiki Sudah sesuai, namun perlu diperbaiki Kurang sesuai dan perlu diperbaiki Tidak sesuai
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk instrumen soal tes dapat dilihat pada tabel 3.13. Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk instrumen soal tes Skala Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2
Kriteria Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku dan jelas, dan tidak perlu diperbaiki Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas, dan perlu diperbaiki Soal kurang sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas, dan perlu diperbaiki
Nilai 1
Soal tidak sesuai dengan indikator, kalimat tidak baku dan kurang jelas, dan perlu diperbaiki
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli pada tabel 3.14 sebagai berikut. Tabel 3. 14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli Skala Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Kriteria Media pembelajaran sangat sesuai dengan pernyataan Media pembelajaran sesuai dengan pernyataan, namun terdapat kekurangan Media pembelajaran kurang sesuai dengan pernyataan sehingga perlu diperbaiki Media pembelajaran tidak sesuai dengan pernyataan sehingga kurang layak digunakan
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada tabel 3.15 di bawah ini.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa Skala Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1
Kriteria Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Hasil yang diperoleh dari penilaian dengan menggunakan skala Linkert 1-4 kemudian dihitung agar memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan rumus 3.1.
Rumus 3.1 Rerata penilaian Rerata nilai hasil perhitungan dengan rumus tersebut maka diperoleh rerata hasil penilaian yang kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan acuan dari Widoyoko (Widoyoko, 2014: 144). Peneliti melakukan modifikasi terhadap kategori cukup dengan interval 1,76 < X ≤ 2,50 menjadi kurang. Berikut ini tabel 3.10 adalah tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Tabel 3.16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Interval Skor
Kategori
3,26 – X – 4,00 2,51 – X – 3,25 1,76 – X – 2,50 1,00 – X – 1,75
Sangat Baik Baik Kurang Sangat Kurang
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Interval skor pada tabel 3.16 dapat menunjukkan valid atau tidaknya suatu instrumen. Berikut tabel 3.17 merupakan tabel kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli. Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen Interval Skor
Kategori
3,26 – X – 4,00
Sangat Baik
2,51 – X – 3,25
Baik
1,76 – X – 2,50
Kurang
1,00 – X – 1,75
Sangat Kurang
Bobot Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Keseluruhan instrumen kurang layak digunakan. Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan.
Berdasarkan tebel kategorisasi tersebut, instrumen dikatakan valid apabila rerata skor lebih besar dari 2,50. Instrumen yang mendapat nilai baik (skor 3) sudah layak digunakan akan tetapi perlu adanya perbaikan. Sedangkan instrumen dikatakan tidak valid apabila skor lebih kecil dari 2,50. Selanjutnya, peneliti melakukan analisis data untuk menghitung persentase jawaban kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Supratiknya (Sepratiknya, 2012: 128) mengemukakan bahwa persentase dihitung dengan menggunakan rumus 3.2.
Rumus 3.2 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti juga melakukan tes yaitu berupa pretest dan posttest. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak melalui uji coba terbatas. Tipe soal yang digunakan dalam tes adalah 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
isian singkat. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1, sedangkan skor untuk jawaban yang salah adalah 0. Nilai hasil tes diketahui dengan rumus 3.3.
Rumus 3.3 Perhitungan nilai pretest dan posttest 3.8.2 Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dilakukan pada pengolahan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, teknik wawancara dan observasi, serta triangulasi. Berikut langkah-langkah dalam pengolahan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa (Creswell, 2012: 328-329). Pertama, peneliti membuat kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, peneliti menghitung berapa kali kode dan tema tersebut muncul dalam data teks. Ketiga, peneliti membandingkan dengan data kuantitatif yang ada. Langkah-langkah pengolahan hasil wawancara dan observasi (Supratiknya, 2012: 117) sebagai berikut 1) membaca transkrip wawancara yang sudah disusun secara berulang-ulang dengan pemahaman yang baik; 2) menemukan kata kunci atau hasilnya lalu ditulis pada kolom sebelah kanan; 3) membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan sementara; 4) mengumpulkan kata kunci dan tema-tema dari daftar yang telah dibuat. Setelah diolah menggunakan langkah tersebut, langkah selanjutnya adalah triangulasi teknik dan triangluasi sumber untuk mengecek kebenaran data atau
informasi
yang
diperoleh.
Triangulasi
teknik
dilakukan
dengan
menggabungkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, dan 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kuesioner. Triangulasi sumber dilakukan dengan menggabungkan data yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari kepala sekolah, guru, dan siswa.
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan penjelasan dari bab sebelumnya. Uraian tersebut terdiri dari uraian dan pembahasan. 4.1 Hasil Penelitian Subbab ini menguraikan proses penelitian dari persiapan sampai dengan pelaksanaan yang meliputi potensi masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. 4.1.1 Potensi dan Masalah Tahapan pertama pada penelitian dan pengembangan ini adalah potensi dan masalah. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis potensi dan masalah melalui analisis kebutuhan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan pembagian kuesioner kepada guru dan siswa. Potensi yang ditemukan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan adalah para siswa dengan keterampilan motorik halus yang baik, misalnya keterampilan dalam membuat atau menggunakan mainan sederhana seperti roket air dari botol bekas. Selain itu, lokasi sekolah dekat dengan pengrajin kayu, sehingga bangunan sekolah secara keseluruhan berbahan dasar kayu. Keterampilan siswa tersebut dapat menjadi salah satu potensi dalam menggunakan media pembelajaran sebagai sarana belajar. Sedangkan lokasi sekolah yang dekat dengan pengrajin kayu, dapat dijadikan peluang dalam membuat media pembelajaran dari kayu. Kenyataannya, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di sekolah masih sangat 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbatas. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran selama melakukan pembelajaran. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki sekolah tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan yang ditemukan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan adalah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya pada pembelajaran IPA. Siswa mengalami permasalahan tersebut karena metode mengajar guru yang kurang menarik. Guru tidak menggunakan media pembelajaran pada saat menyampaikan materi, sehingga materi yang banyak kurang dipahami oleh siswa secara maksimal. Oleh karena itu, peneliti memaksimalkan potensi yang ada dengan membuat media pembelajaran dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner analisis kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa terhadap media pembelajaran. Kuesioner analisis kebutuhan yang diberikan kepada guru dan siswa, selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat desain media pembelajaran guna mengatasi masalah yang terjadi. Berikut ini merupakan penjabaran dari subbab identifikasi masalah dan analisis kebutuhan. 4.1.1.1 Identifikasi Masalah Pada penelitian ini, identifikasi masalah yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Identifikasi masalah yang dilakukan terkait dengan kesulitan belajar siswa. Hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dikaji menggunakan triangulasi data. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Observasi Peneliti melaksanakan observasi pada tanggal 1 Agustus 2016 saat pembelajaran IPA di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Kegiatan observasi dilaksanakan terkait dengan kesulitan yang dialami siswa maupun guru pada pembelajaran IPA, mengamati ketersediaan media pembelajaran dan penggunaannya serta cara guru mengajar. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 56. Sebelum digunakan, kisi-kisi pedoman observasi telah divalidasi oleh para ahli. Validasi yang digunakan untuk memvalidasi kisi-kisi pedoman observasi adalah validasi konstruk. Berikut ini adalah hasil validasi terhadap instrumen observasi yang disajikan pada tabel 4.1. Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli Ahli I II
1 4 4
2 4 4
No. Item 3 4 5 4 4 3 3 4 4 Rerata
6 4 4
7 4 4
8 4 4
Total
Rerata
30 30 30
3,75 3,75 3,75
Berdasarkan hasil validasi pedoman observasi oleh ahli pada tabel 4.1, didapatkan rerata skor sebesar 3,75. Jika dibandingkan dengan tabel 3.1 halaman 45, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Pada saat melakukan validasi kisi-kisi pedoman observasi, para ahli tidak memberikan komentar sehingga peneliti tidak melakukan revisi pada instrumen. Setelah dinyatakan valid, peneliti kemudian menggunakan kisi-kisi pedoman observasi untuk melakukan observasi di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan pada tanggal 1 Agustus 2016. Observasi yang dilaksanakan terkait pembelajaran IPA dan ketersediaan media pembelajaran. Lembar hasil validasi 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pedoman observasi oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman
143.
Lembar hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 147 yang juga disajikan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA Objek yang Diamati Adanya media pembelajaran yang dipajang di kelas Media pembelajaran layak untuk digunakan dalam pembelajaran Guru menggunakan media pembelajaran IPA untuk menjelaskan materi pembelajaran
Guru menguasai cara menggunakan media pembelajaran Guru menjelaskan cara penggunaan media pembelajaran IPA kepada siswa Siswa dapat menggunakan media pembelajaran secara mandiri.
Jawaban
Catatan
Tidak
Tidak terdapat media pembelajaran
Tidak
Tidak terdapat media pembelajaran
Tidak
Saat mengajar guru menggunakan metode ceramah, serta memakai buku paket sebagai acuan. Setelah selesai menerangkan materi, siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal latihan.
Tidak
Guru tidak pembelajaran
menggunakan
media
Tidak
Guru tidak pembelajaran
menggunakan
media
Tidak
Siswa mengalami kesulitan saat mengikuti pembelajaran IPA di kelas
Ya
Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal IPA
Ya
Guru tidak menggunakan media pembelajaran Saat mengikuti pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Saat ditanya, tidak ada yang bisa menjawab dengan tepat. Siswa membutuhkan waktu yang lama saat mengerjakan soal dan belum bisa mandiri.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat diketahui bahwa ketersediaan media pembelajaran IPA sangat terbatas. Hal ini nampak selama pembelajaran berlangsung, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran yang berlangsung mengacu pada buku cetak dan catatan materi. Siswa diminta mencatat materi yang terdapat pada papan tulis, lalu guru melakukan tanya jawab secara lisan. Selain itu, peneliti menemukan beberapa siswa yang mengalami kesulitan saat belajar materi bagianbagian tubuh hewan, seperti siswa tidak mampu menjawab dengan benar 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan. Begitu juga saat mengerjakan soal tertulis, siswa belum bisa mengerjakan soal secara mandiri dan membutuhkan waktu yang lama saat mengerjakan. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpukan bahwa penggunaan media pembelajaran di kelas II SD Eksperimental Mangunan belum optimal. b. Wawancara Kegiatan wawancara pada penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas II, dan siswa kelas II. Peneliti menggunakan pedoman wawancara dalam melaksanakan wawancara kepada narasumber. Pedoman wawancara sebelumnya telah divalidasi oleh ahli IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk. Kegiatan wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala sekolah. Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan ketersediaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penelitian yang pernah dilakukan mengenai media pembelajaran dan informasi yang berkaitan dengan sekolah seperti prestasi pada bidang akademis dan non akademis, serta mengenai nilai hasil ujian nasional terutama pada mata pelajaran IPA. Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti telah
melakukan
validasi
instrumen
pedoman
wawancara
kepada
ahli
pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Pedoman wawancara kepala sekolah yang telah divalidasi oleh ahli IPA dan ahli Montessori dengan hasil seperti pada tabel 4.3 berikut.
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Ahli I II
1 4 4
2 4 4
3 4 4
No. Item 4 5 6 7 8 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 Rerata
9 4 4
10 4 4
11 4 3
12 4 4
Total
Rerata
47 47 47
3,92 3,92 3,92
Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli, didapatkan skor rerata 3,92. Jika dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi pedoman wawancara dengan kepala sekolah oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 148. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen pedoman wawancara Kepala Sekolah yang disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah No. Item 2
Komentar Ahli Ditambah “bagaimana penyimpanan dan perawatannya”
Komentar dari para ahli pada tabel 4.4 menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Wawancara dengan kepala sekolah dilaksanakan pada 12 November 2016. Transkrip wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 1.4 halaman 154. Berikut ini hasil/ transkrip wawancara dengan Kepala Sekolah yang disajikan pada tabel 4.5.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Topik Pertanyaan
No. Item
Informasi berkaitan dengan sekolah
1 dan 2
Ketersediaan media pembelajaran di sekolah
3, 4, 5, dan 6
Penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA
7, 8, 9, dan 10
Penelitian tentang media pembelajaran
11 12
dan
Hasil Wawancara Dalam bidang akademis prestasi yang diraih adalah juara I olimpiade sains tingkat kecamatan pada tahun 2014. Dalam bidang non akademis terdapat beberapa prestasi yang diraih, yaitu juara I catur gugus tingkat kecamatan, juara II lomba futsal tingkat gugus, dan juara II festival dolanan anak tingkat kabupaten tahun 2015. Hasil Ujian Nasional (UN) 5 tahun terakhir kurang stabil dengan perubahan yang drastis setiap tahun. Pada tahun pelajaran 2011/ 2012 rata-rata nilai UN IPA adalah 61,8. Pada tahun pelajaran 2012/ 2013 rata-rata nilai UN IPA adalah 75,1. Pada tahun pelajaran 2013/ 2014 rata-rata nilai UN IPA adalah 70,7. Pada tahun pelajaran 2014/ 2015 rata-rata nilai UN IPA adalah 67,31. Pada tahun pelajaran 2015/ 2016 rata-rata nilai UN IPA adalah 83,15. SD Kanisius Eksperimental Mangunan memiliki media pembelajaran untuk mata pelajaran IPA, PKN, Bahasa Indonesia , IPS, dan Matematika. Sekolah mendapatkan media pembelajaran tersebut dari hibah dan membuat sendiri atau membeli sendiri. Namun, media pembelajaran yang dimiliki sekolah masih sangat terbatas. Media pembelajaran yang terbatas tersebut dikelola oleh bagian sarana dan prasarana serta setiap akan meminjam disediakan buku peminjaman. Pada pembelajaran IPA, penggunaan media pembelajaran masih sangat jarang karena masih terbatasnya media yang dimiliki sekolah. Penggandaan untuk media pembelajaran terdiri dari dua sampai empat saja, sehingga masih sangat terbatas. Penggunaan media pembelajaran membuat siswa semakin antusias, tingkat pemahaman siswa juga lebih meningkat. Penggunaan media pembelajaran lebih menarik bagi siswa daripada tidak menggunakan media. Belum ada penelitian terkait media pembelajaran di SD Kanisius Eksperimental Mangunan.
Wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas II SD Kanisisus Eksperimental Mangunan. Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di kelas, kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi guru tersebut dan siswanya. Dalam wawancara dengan guru kelas, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Ahli I II
1 4 4
2 4 4
3 4 4
4 4 4
5 4 4
6 4 4
7 4 4
8 3 4
No. Item 9 10 11 4 4 3 4 4 4 Rerata
12 4 4
13 3 4
14 4 4
15 4 3
16 4 3
17 4 4
Total
Rerata
65 66 65
3,82 3,88 3,85
Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli pada tabel 4., didapatkan skor rerata 3,85. Jika dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi pedoman wawancara dengan guru oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.5 halaman 158. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen pedoman wawancara guru yang disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4. 7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli No. Item 2
Komentar Ahli Ditambah “seberapa sering/ intensitas penggunaan media pembelajaran”
Beberapa komentar dari para ahli pada tabel 4.7 menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara guru selesai direvisi, peneliti melakukan wawancara kepada guru Kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Wawancara dilaksanakan pada 13 November 2016. Hasil/ transkrip wawancara dengan guru dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman 164. Berikut adalah hasil/ transkrip wawancara dengan guru yang disajikan pada tabel 4.8. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru Topik Pertanyaan
No. Item
Ketersediaan media pembelajaran di kelas
1, 2, dan 3
Penggunaan media pembelajaran di kelas
4, 5, 6, 7, dan 8
Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi IPA Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
9, 10 dan 11
Usaha-usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitankesulitan tersebut
16 17
12, 13, 14, dan 15
dan
Hasil Wawancara Belum memiliki media pembelajaran di kelas. Media pembelajaran diletakkan di perpustakaan dan di ruang laboratorium sekolah. Pada materi bagian-bagian tubuh hewan, guru menggunakan gambar-gambar yang tersedia dalam buku cetak. Guru pernah menggunakan media pembelajaran. Guru menggunakan media berupa gambar binatang dan tumbuhan serta dengan kartu domino. Siswa lebih aktif saat menggunakan media pembelajaran. Siswa menggunakan media pembelajaran dengan bimbingan dari guru terlebih dahulu. Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi IPA. Materi yang sulit disampaikan adalah materi yang sifatnya harus bisa diamati dan minimal harus dibantu dengan menggunakan media pembelajaran, misalnya pada materi bagian-bagian tubuh hewan. Siswa mengalami kesulitan dalam materi bagian-bagian tubuh hewan karena sebagian siswa belum pernah melihat secara langsung salah satu hewan yang disebutkan dalam buku cetak. Saat pembelajaran berlangsung, sebagian siswa ada yang aktif dan ada yang pasif. Pada saat ulangan harian, sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 70. Siswa yang mendapat nilai di atas 70 yaitu 9 siswa dari 24 siswa. Guru berusaha mengenalkan siswa dengan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan sekolah, yang disesuaikan dengan materi pembelajaran IPA. Misalnya, guru mengajak siswa untuk melakukan pengamatan terbatas pada hewan yaitu ayam yang ada di sekolah untuk mengenalkan materi. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh gambaran tentang makhluk hidup yang ada di sekitarnya meskipun terbatas. Selain itu, agar siswa semakin memahami materi guru juga memberikan latihan-latihan soal untuk dikerjakan di rumah dan di sekolah.
Wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa kelas II SD Kanisisus Eksperimental
Mangunan.
Wawancara
yang
dilakukan
terkait
dengan
pembelajaran IPA yang diikuti, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di kelas dan kesulitan pada materi IPA. Dalam wawancara dengan siswa kelas II, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara siswa telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
metode Montessori. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa Ahli
1 4 4 4
I II III
2 4 4 4
3 4 4 4
4 4 4 4
No. Item 5 6 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Rerata
8 4 3 4
9 3 4 4
10 4 3 4
11 4 4 4
Total
Rerata
43 42 44 43
3,90 3,82 4 3,91
Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli pada tabel 4.9, didapatkan skor rerata 3,91. Jika dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi pedoman wawancara dengan siswa oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.7 halaman 166. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen pedoman wawancara siswa yang disajikan pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli No. Item 2
Komentar Ahli Ditambah “seberapa sering/ intensitas penggunaan media pembelajaran”
Beberapa komentar dari para ahli pada tabel 4.10 menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara selesai di revisi, peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Wawancara dilaksanakan pada 12 November 2016. Transkrip wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.8 halaman 170. Berikut adalah hasil wawancara dengan siswa yang disajikan dalam tabel 4.11.
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa Topik Pertanyaan Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang terjadi selama ini Penggunaan media pembelajaran di dalam pembelajaran IPA
Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
No. Item 1 dan 2
3 dan 4
5, 6, dan 7
Hasil Wawancara Pembelajaran IPA menyenangkan.
yang
dilakukan
selama
ini
Guru pernah menggunakan media pembelajaran berupa gambar hewan dan tumbuhan. Guru tidak menggunakan media pembelajaran saat melakukan pembelajaran IPA materi tentang bagian-bagian tubuh hewan. Siswa lebih tertarik menggunakan media pembelajaran karena lebih mudah memahami materi. Siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA. Materi yang sulit adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Materi tersebut sulit karena materinya banyak dan susah diingat.
Berdasarkan hasil wawancara ketiga narasumber, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran IPA belum optimal pada materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya. Berikut jawaban narasumber dalam bagan 4.1. Guru
Kepala Sekolah
Siswa
Kelas II tidak memiliki media pembelajaran di kelas, media pembelajaran di letakkan di perpustakaan dan laboratorium. Saat mengenal materi bagianbagian tubuh hewan, guru menggunakan gambar pada buku cetak.
Sekolah memiliki media pembelajaran untuk mata pelajaran IPA, PKN, Bahasa Indonesia , IPS, dan Matematika. Namun, penggunaan media pembelajaran jarang dilakukan karena keterbatasan jumlah. Penggunaan media pembelajaran lebih menarik perhatian siswa daripada tidak menggunakan media pembelajaran.
Guru tidak menggunakan media pembelajaran saat menjelaskan materi tentang bagian-bagian tubuh hewan. Materi tersebut sulit karena materinya banyak dan susah diingat. Siswa lebih tertarik menggunakan media pembelajaran karena lebih mudah memahami materi.
SD Kanisius Eksperimental Mangunan sudah memiliki media pembelajaran. Namun, pada materi bagian-bagian tubuh hewan belum ada media pembelajaran dengan bentuk tiga dimensi.
Bagan 4.1 Triangulasi sumber data wawancara 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan triangulasi pada bagan 4.1 dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan. Siswa mengalami kesulitan karena banyaknya materi sehingga sulit untuk diingat. Guru pun mengalami kesulitan dalam penyampaian. Hal tersebut menjadi permasalahan karena ketersediaan media pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh hewan masih terbatas sehingga dalam penggunaannya kurang optimal. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA pada materi bagian-bagian tubuh hewan. Saat melakukan wawancara, siswa menjelaskan bahwa materi tersebut sulit dipahami karena siswa belum mengetahui bentuk bagian hewan dan kegunaan yang dimaksud. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi yang pernah dilakukan sebelumnya, bahwa siswa kesulitan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa juga kurang mampu menjawab soal secara mandiri dengan jawaban yang tepat. Saat melakukan wawancara dengan guru, guru memberikan pernyataan bahwa siswa yang mendapat nilai di atas 70 dari 24 siswa adalah 9 anak. Permasalahan lain yang ditemukan adalah media pembelajaran yang masih terbatas pada pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa tidak terdapat media pembelajaran IPA di kelas. Berdasarkan hasil wawancara, guru juga menuturkan bahwa beliau lebih sering buku cetak dan memanfaatkan gambar-gambar yang terdapat pada buku cetak sebagai media pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menjelaskan materi. 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan a. Analisis Karakteristik Siswa Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Observasi dilaksanakan pada 1 Agustus 2016. Hasil observasi yang diperoleh yaitu dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA guru menggunakan metode ceramah dan tanya-jawab dengan siswa. Guru juga menggunakan buku cetak sebagai pedoman pemberian materi. Sesekali, guru juga menuliskan poin-poin penting pada papan tulis, sedangkan sebagian siswa mencatat poin-poin tersebut dan ada juga yang asyik bicara dengan temannya. Pada saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa, semua siswa diam seolah-olah takut menjawab soal. Pada saat mengerjakan latihan soal, siswa banyak yang bertanya kepada guru maupun teman sebaya dan membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab soal. Sedangkan sebagian siswa terlihat mengobrol, menunggu giliran untuk bertanya kepada guru. Uraian mengenai karakteristik siswa tersebut, menjadi pertimbangan penting bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. b. Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori Peneliti melakukan analisis terhadap media pembelajaran berbasis metode Montesssori berdasarkan empat ciri utama yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education. Peneliti juga menambahkan satu ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu kontekstual. Ciri kontekstual ditambahkan karena dalam pengembangan media pembelajaran peneliti 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan benda-benda di sekitar lingkungan dan memanfaatkan potensi lokal. Selanjutnya, kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori tersebut digunakan sebagai acuan dalam pembuatan pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan. c. Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan Pada analisis kebutuhan, instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner instrumen analisis kebutuhan tersebut disusun berdasarkan karakteristik siswa dan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Kuesioner tersebut dikembangkan menjadi 10 pertanyaan untuk analisis kebutuhan siswa dan 11 pertanyaan untuk kuesioner analisis kebutuhan guru. Pengembangan pertanyaan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru dapat dilihat pada tabel 3.5 halaman 59. Sebelum kuesioner digunakan, terlebih dahulu kuesioner tersebut divalidasi supaya layak digunakan. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk, yang dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli
media
pembelajaran berbasis metode Montessori. Dalam validasi tersebut, para ahli memberikan penilaian sekaligus komentar sebagai pertimbangan untuk perbaikan kuesioner. Berikut ini adalah hasil validasi kusioner analisis kebutuan untuk guru yang dituangkan dalam tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli Ahli I II
1 4 4
2 4 4
3 4 4
4 4 3
No. Item 5 6 7 4 4 4 4 4 4 Rerata
8 4 4
9 4 4
10 4 4
11 3 4
Total
Rerata
43 43 43
3,90 3,90 3,90
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru oleh ahli pada tabel 4.12 didapatkan rerata skor 3,90. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 171. Validasi instrumen juga dilakukan oleh ahli pada kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa. Instumen tersebut divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli Ahli I II III
1 4 4 4
2 4 4 4
3 3 4 4
4 4 4 4
No. Item 5 6 7 4 4 3 4 4 4 4 4 4 Rerata
8 4 4 4
9 4 4 4
10 4 3 4
11 4 4 4
Total
Rerata
42 43 44 43
3,82 3,90 4 3,91
Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa oleh ahli pada tabel 4.14 diperoleh rerata skor 3,91. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 2.2 halaman 179. Selain divalidasi, kuesioner juga diuji keterbacaannya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan yang diberikan. Uji keterbacaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertanyaan dilakukan kepada lima orang siswa di SD Kanisius Demangan Baru sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa disajikan pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Siswa 1 2 3 4 5
1 4 4 3 4 4
2 4 4 4 3 4
3 4 3 4 4 4
No. Item 4 5 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 Rerata
7 4 4 4 4 4
8 4 4 4 4 3
9 3 4 4 4 3
10 4 3 4 4 4
Total
Rerata
39 38 39 37 38 38,2
3,9 3,8 3,9 3,7 3,8 3,82
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa SD setara pada tabel 4.15, didapatkan rerata skor sebesar 3,82. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan dapat dilihat pada lampiran 2.3 halaman 189. d. Data Analisis Kebutuhan Data analisis kebutuhan yang pertama diberikan kepada guru kelas II. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru pada tanggal 12 November 2016. Kuesioner analisis kebutuhan untuk guru terdiri dari 11 pertanyaan yang merupakan pengembangan
dari lima ciri media pembelajaran Montessori.
Pengembangan ciri media pembelajaran Montessori ke dalam kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 3.5 halaman 59. Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 2.4 halaman 154. Hasil kuesioner analisis kebutuhan guru menjadi gambaran mengenai media 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran yang pernah digunakan dalam pembelajaran IPA dan menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran bagianbagian tubuh hewan dan kegunaannya. Jawaban dari responden juga dihitung dalam presentase dengan menggunakan rumus 3.2 halaman 72. Tabel 4.15 adalah rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan guru. Tabel 4. 15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru No. Item
Indikator
Pertanyaan
Responden
Persen -tase
1.
Auto-education
Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA? (…) Ya Sebutkan nama media pembelajaran yang Bapak/Ibu pernah gunakan dan berikan penjelasan! …………………………………………… (…) Tidak Alasan: ………………………………………… Apakah penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA? (…) Ya Alasan: …………………………………………… (…) Tidak Alasan: …………………………………………… Apakah Bapak/Ibu pernah membuat media pembelajaran IPA yang memanfaatkan bahanbahan dari lingkungan sekitar? (…) Ya Sebutkan nama media pembelajaran yang Bapak/ Ibu pernah gunakan dan berikan penjelasan! …………………………………………… (…) Tidak Alasan: …………………………………………… Manakah bahan pembuatan media pembelajaran yang Bapak/Ibu suka? (Boleh memilih lebih dari satu) (…) Kayu (…) Kertas (…) Kain (…) Plastik
2
100%
2.
3.
4.
Auto-education
Kontekstual
Kontekstual
-
2
100%
-
2
100%
-
2
100%
2
100%
1
50%
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(…) Karet (…) Lainnya, sebutkan………………………………… 5.
Menarik
Apakah pemberian warna pada media pembelajaran membuat media pembelajaran lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak
2
6.
Menarik
Warna seperti apa yang Bapak/Ibu suka untuk media pembelajaran? (…) Warna gelap Sebutkan contoh warnanya! …………………………………………… (…) Warna cerah Sebutkan contoh warnanya! …………………………………………… Apakah penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya Alasan: …………………………………………… (…) Tidak Alasan: …………………………………………… Berapa berat media pembelajaran yang ideal untuk siswa kelas II? (…) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,5-3kg) (…) Berat (>3kg) Alasan: …………………………………………… Menurut Bapak/Ibu, manakah yang lebih baik? (…) Bentuk media pembelajaran 2 dimensi. Alasan: …………………………………………… (…) Bentuk media pembelajaran 3 dimensi. Alasan: …………………………………………… Menurut Bapak/Ibu, manakah yang lebih baik? (…) Media pembelajaran yang dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: …………………………………………… (…) Media pembelajaran yang tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………………………………………
-
7.
8.
9
10.
Autocorrection
Bergradasi
Bergradasi
Autocorrection
100%
2
100%
2
100%
-
1
50%
1 -
50%
-
2
100%
2
100%
-
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan analisis kebutuhan untuk guru pada tabel 4.15 terdapat sepuluh soal yang perlu diisi oleh guru. Selain memilih jawaban yang sudah disediakan, guru juga memberikan deskripsi yang terdapat dalam kuesioner analisis kebutuhan. Adanya deskripsi pada setiap jawaban bertujuan untuk memperkuat pilihan jawaban yang dipilih. Deskripsi jawaban yang diberikan oleh guru dalam kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan No. Item 1
2
3
6
7
8
Jawaban
Kode
Respon -den
(…) Ya Sebutkan nama media pembelajaran yang Bapak/Ibu pernah gunakan dan berikan penjelasan! (…) Ya Alasan: ……………………………………………
Kartu Gambar
1 2
anak-anak lebih mudah mengerti dan memahami.
2
menarik minat siswa Ayam
2 1
botol bekas Hijau biru muda Oranye merah muda Kuning siswa dapat menemukan jawaban secara mandiri siswa mengetahui letak kesalahan bahan mudah diangkat oleh siswa, misalnya dari plastik dari bahan yang kuat, supaya media awet dan tahan lama. mirip aslinya, jelas dan menarik.
2 2 2 1 2 2 1
(…) Ya Sebutkan dan jelaskan! …………………………………………… (…) Warna cerah Sebutkan contoh warnanya! ……………………………………………
(…) Ya Alasan: …………………………………………… (…) Ringan (<1,5 kg) (…) Sedang (1,5-3 kg)
9
(…) Bentuk media pembelajaran 3 dimensi. Alasan: ……………………………………………
1 1
1
2
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(…) Media pembelajaran yang dapat membantu siswa menyadari kesalahannya sendiri. Alasan: ……………………………………………
anak belajar mandiri dan semakin mempunyai kemauan untuk mencoba mencari jawaban yang benar.
1
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa sebanyak dua guru atau 100% guru pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA. Gambar dan kartu merupakan contoh media pembelajaran yang digunakan oleh guru (lihat tabel 4.16). Selain itu, sebanyak 100% guru setuju bahwa penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami konsep dalam mata pelajaran IPA. Pendapat guru tersebut menjadi pertimbangan peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran. Selain itu, 100% guru pernah membuat media pembelajaran dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar antara lain hewan seperti ayam dan botol bekas. Sebanyak 100% guru lebih menyukai kertas dan kayu sebagai bahan pembuatan media pembelajaran dan sebanyak 50% guru menyukai media pembelajaran dengan bahan plastik. Pembuatan media pembelajaran ini juga memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Berdasarkan bahanbahan yang dipilih guru, peneliti mempertimbangkan bahan pembuatan media pembelajaran. Pembuatan media pembelajaran ini mempertimbangkan ciri menarik. Sebanyak 100% guru menyetujui bahwa penambahan warna pada media pembelajaran dapat menarik siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil rekapitulasi, sebanyak 100% guru memilih warna cerah. Guru memilih warna hijau, biru muda, oranye, merah muda dan kuning (lihat pada tabel 4.16). Warna yang dipilih oleh
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
guru tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam pewarnaan media pembelajaran. Ciri lain yang dikembangkan adalah auto-correction. Sebanyak 50% guru memilih bahwa dalam menggunakan media pembelajaran siswa dapat mengetahui jawaban yang benar secara mandiri. Sebanyak 50% guru juga lebih memilih media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengetahui kesalahannya sendiri. Pendapat yang diungkapkan guru tersebut, menjadi pertimbangan peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran. Ciri yang terakhir dalam pengembangan media pembelajaran adalah bergradasi. Sebanyak 100% guru menyukai media pembelajaran dengan bentuk tiga dimensi. Alasannya, dengan menggunakan media tiga dimensi sisa dapat mengetahui wujud benda yang menyerupai atau mirip sehingga lebih jelas dan menarik. Selain itu, sebanyak 50% guru memilih berat media pembelajaran yang ringan (<1,5 kg) yang terbuat dari bahan kertas atau plastik. Sedangkan 50% guru memilih berat media pembelajaran yang sedang (1,5-3 kg) yang terbuat dari bahan yang kuat agar awet. Pendapat guru tersebut menjadi pertimbangan peneliti dalam pembuatan media pembelajaran. Data analisis kebutuhan yang kedua diperoleh oleh siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada siswa 15 November 2016. Kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa terdiri dari sepuluh pertanyaan yang merupakan pengembangan dari lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Pengembangan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 halaman 59. Lembar hasil pengisian kuesioner analisis 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 2.5 halaman 197. Hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa ini menjadi gambaran mengenai media pembelajaran yang pernah digunakan dalam pembelajaran IPA dan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak di kelas II. Jawaban dari responden juga dihitung dalam presentase dengan menggunakan rumus 3.2 halaman 72. Berikut rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa ynag disajikan pada tabel 4.17. Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa No
Indikator
Kalimat Pertanyaan
Responden
Persentase
1.
Autoeducation
Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah media pembelajaran dalam pembelajaran IPA? (…) Ya (…) Tidak Jika ya, sebutkan media pembelajaran yang digunakan!
15
100%
Apakah penggunaan media pembelajaran dapat membantu kamu untuk memahami materi IPA? (…) Ya Alasan:………………………………………
15
2.
Autoeducation
(…) Tidak Alasan:……………………………………… 3.
4.
Kontekstu al
Kontekstu al
Apakah kamu pernah menggunakan bendabenda yang ada di sekitarmu untuk belajar IPA? (…) Ya (…) Tidak Jika iya, sebutkan contoh benda yang kamu gunakan! ……………………………………………… Manakah bahan pembuatan media pembelajaran yang kamu suka? (Boleh memilih lebih dari satu) (…) Kayu (…) Kertas (…) Kain (…) Plastik (…) Karet (…)Lainnya,sebutkan
-
100%
15
100%
-
7
46,67%
11 8 11 -
73,33% 53,33% 73,33% 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Autocorrection
Menurut kamu, apakah penggunaan media pembelajaran dapat membantu kamu untuk menemukan jawaban yang benar? (…) Ya Alasan:………………………………………
15
(…) Tidak Alasan:……………………………………
-
Menarik
Menurut kamu, apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat peraga lebih menarik? (…) Ya (…) Tidak Menarik Warna seperti apa yang kamu suka untuk media pembelajaran? (…) Warna gelap Sebutkan contoh warnanya! ……………………………………………… (…) Warna cerah Sebutkan contoh warnanya! …………………………………………………… Bergradasi Menurut kamu, berapa berat media pembelajaran yang ideal untuk digunakan? (…) Ringan (<1,5 kg)
Autocorrection
Bergradasi
100%
15
100%
2
6,67% 13,33%
13
86,67%
10
66,67%
(…) Sedang (1,5-3 kg) (…) Berat (>3kg) Alasan: ………………………………………………
3 2
20% 13,33%
Manakah yang lebih baik menurut kamu? (…) Saya dapat mengetahui kesalahan saya ketika menggunakan media pembelajaran. Alasan: ……………………………………………… (…) Saya tidak dapat mengetahui kesalahan saya ketika menggunakan media pembelajaran. Alasan: …………………………………………… Manakah yang lebih baik menurut kamu? (…) Media pembelajaran yang berbentuk datar (2 dimensi). Alasan: ……………………………………………
15
100%
(…) Media pembelajaran yang berbentuk timbul (3 dimensi). Alasan: ………………………………………
-
4
26,67%
11
73,33%
Selain memilih jawaban yang sudah disediakan, siswa juga dapat memberikan deskripsi berupa alasan yang dapat memperkuat pilihan jawaban 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam kuesioner analisis kebutuhan. Tabel 4.18 merupakan deskripsi jawaban yang diberikan siswa dalam kuesioner analsis kebutuhan siswa. Tabel 4.18 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan No. Item 1. 2. 3. 5. 7.
Jawaban
Kode
Responden
(...) Ya Jika ya, sebutkan media pembelajaran yang digunakan! (..) Ya Berikan alasanmu!
Kartu
6
Gambar
9
Lebih jelas Lebih paham Cepat paham Tanaman hidup Penggaris Botol Lebih jelas Lebih mudah Abu-abu Hitam Coklat Merah Kuning Merah muda Biru Hijau Oranye Putih Lebih ringan Mudah diangkat Mudah dipegang Tidak terlalu berat
12 2 1 13 1 1 7 8 2 1 1 6 5 4 4 5 4 2 5 2 3 3
Lebih berat
2
Lebih paham Lebih baik
13 2
Lebih jelas
4
Lebih jelas Lebih nyata
9 2
(...) Ya Jika iya, sebutkan contoh benda yang kamu gunakan! (...) Ya Berikan alasanmu! (...) Warna gelap Sebutkan contoh warnanya! (...) Warna cerah Sebutkan contoh warnanya!
8.
9. 10.
(..) Ringan (<1,5 kg) Berikan alasanmu (..) Sedang (1,5–3 kg) Berikan alasanmu (..) Berat (>3 kg) Berikan alasanmu (…) Saya dapat mengetahui kesalahan saya ketika menggunakan media pembelajaran. Alasan: (…) Media pembelajaran yang berbentuk datar (2 dimensi). Alasan: (…) Media pembelajaran yang berbentuk timbul (3 dimensi). Alasan:
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui kuesioner analisis kebutuhan siswa pada tabel 4.18 dapat diketahui bahwa sebanyak 15 siswa atau 100 % siswa pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan adalah kartu dan gambar (lihat tabel 4.18). Lima belas siswa atau 100 % juga menyetujui bahwa media pembelajaran dapat membantu dalam memahami materi IPA. Alasannya karena dengan menggunakan media pembelajaran dapat membuat siswa lebih jelas, lebih paham, dan cepat paham (lihat tabel 4.18). Hal tersebut berdasarkan ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu auto-education. Maka, menjadi pertimbangan peneliti untuk mengembangkan media pembelajaran karena penggunaan media dapat membuat materi lebih jelas dan mudah menangkap materi pembelajaran. Selanjutnya, peneliti menambahkan ciri kontekstual pada media pembelajaran berbasis metode Montessori yang berkaitan dengan penggunaan benda-benda maupun bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar. Sebanyak 100% siswa pernah menggunakan media pembelajaran untuk mempelajari IPA. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain tanaman hidup, penggaris, dan botol. Selain itu, siswa juga memilih bahan pembuatan media pembelajaran yang disukai. Hasilnya, sebanyak 46,67% siswa menyukai bahan dari kayu, sebanyak 73,33% siswa menyukai bahan dari kertas, sebanyak 53,33% siswa menyukai bahan dari kain, dan sebanyak 73,33% siswa menyukai bahan dari karet. Bahanbahan yang dipilih oleh siswa tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selanjutnya
peneliti
menambahkan
ciri
menarik
pada
media
pembelajaran. Sebanyak 100% siswa menyetujui bahwa pemberian warna pada media pembelajaran membuat media pembelajaran lebih menarik. Sebanyak 86,67% siswa menyukai media pembelajaran dengan pewarnaan yang cerah. Warna cerah yang disarankan siswa adalah merah, kuning, merah muda, biru, hijau, oranye, dan putih (lihat tabel 4.18). Selain itu, sebanyak 13,33% siswa memilih warna gelap. Warna gelap yang disarankan siswa yaitu hitam, abu-abu, dan coklat (lihat tabel 4.18). Pemilihan warna yang dilakukan oleh siswa tersebut menjadi pertimbangan dalam mengembangkan media pembelajaran yaitu penggunaan warna cerah dan warna gelap dari warna-warna yang disarankan. Peneliti juga menambahkan ciri auto-correction pada pengembangan media pembelajaran. Sebanyak 100% siswa menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar, karena menurut siswa supaya lebih jelas dan lebih mudah saat memahami suatu materi. Selanjutnya, sebanyak 100% siswa menyetujui bahwa siswa dapat mengetahui kesalahannya ketika menggunakan media pembelajaran. Alasannya yang paling dominan adalah supaya siswa menjadi lebih baik dan lebih paham ketika mengetahui kesalahannya. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada ciri auto-correction tersebut, menjadi pertimbangan peneliti untuk membuat media pembelajaran yang dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar dan dapat membantu siswa mengetahui kesalahannya ketika menggunakan media pembelajaran.
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ciri terakhir dalam pengembangan media pembelajaran adalah bergradasi. Berdasarkan berat media pembelajaran yang ideal untuk digunakan siswa kelas II, sebanyak 66,67% siswa memilih media pembelajaran yang ringan supaya mudah dibawa atau dipegang, 20% lainnya memilih media pembelajaran yang sedang, dan 13,33% lainnya memilih media pembelajaran yang berat. Oleh karena itu, peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan media pembelajaran yang ringan sesuai dengan banyaknya siswa yang memilih berat yang ideal. Selain itu, sebanyak 26,67% siswa menyukai media pembelajaran yang berbentuk datar (dua dimensi), dan sebanyak 73,33% siswa memilih media pembelajaran yang berbentuk timbul (tiga dimensi). Berdasarkan hasil analisis bentuk media pembelajaran tersebut, makan menjadi pertimbangan peneliti untuk membuat media pembelajaran dengan bentuk datar dan bentuk timbul. Hasil jawaban kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa memberikan gambaran bagi peneliti mengenai penggunaan media pembelajaran selama pembelajaran IPA. Pembuatan media pembelajaran mempertimbangkan ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu auto-correction, auto-education, menarik, dan bergradasi. Selain itu, peneliti juga menambahkan ciri kontestual pada media pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa bahan dasar yang dapat ditemui di lingkungan sekitar, yaitu kayu, plastik dan kertas. Bahan tersebut dipilih berdasarkan saran yang diberikan guru dan siswa dalam analisis kebutuhan guru dan siswa. Berdasarkan
data
kualitatif
yang diperoleh
dari
ketiga
teknik
pengumpulan data, maka peneliti melakukan triangulasi teknik. Triangulasi teknik 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan sebagai pertimbangan dalam pembuatan media pembelajaran, yaitu dengan melihat permasalahan yang dialami dan kebutuhan media pembelajaran dari guru dan siswa. Triangulasi teknik pengumpulan data disajikan dalam bagan 4.2. Wawancara
Observasi
Kuesioner
SD Kanisius Eksperimental Mangunan sudah memiliki media pembelajaran, namun masih sangat terbatas. Guru juga mengalami kesulitan saat menyampaikan materi tentang bagian-bagian tubuh hewan.
Materi yang menjadi kesulitan adalah bagianbagian tubuh hewan. Hal tersebut dapat diketahui dari ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Pada saat pembelajaran, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Ketersediaan media pembelajaran IPA masih terbatas.
Guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai media pembelajaran dengan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil analisis maupun saran dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pembuatan media pembelajaran.
Materi yang menjadi kesulitan kelas II SDKE Mangunan adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Meskipun sulit, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih terbatas dalam bentuk gambar atau bentuk dua dimensi. Peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori berdasarkan kebutuhan guru dan siswa.
Bagan 4.2 Bagan triangulasi teknik pengumpulan data Berdasarkan bagan triangulasi teknik pengumpulan data pada bagan 4.2, terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu wawancara, observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari observasi yaitu siswa mengalami kesulitan pada materi bagian-bagian tubuh hewan. Hal tersebut dapat diketahui dari ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Dalam 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyampaikan materi, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Hal ini dikarenakan ketersediaan media pembelajaran IPA materi bagian-bagian tubuh hewan belum ada di sekolah tersebut. Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara yaitu SD Kanisius Eksperimental Mangunan sudah memiliki media pembelajaran, namun belum memiliki media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan. Materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunannya. Guru juga mengalami kesulitan saat menyampaikan materi tentang bagian-bagian tubuh hewan. Dalam menyampaikan materi guru belum menggunakan media pembelajaran. Data yang selanjutnya diperoleh oleh peneliti yaitu kuesioner. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai media pembelajaran dengan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil analisis maupun saran dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pembuatan media pembelajaran. Berdasarkan triangulasi teknik pengumpulan data, dapat disimpulkan bahwa materi yang menjadi kesulitan kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Meskipun sulit, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori berdasarkan kebutuhan guru dan siswa. Pengembangan media pembelajaran juga mempertimbangkan kelima ciri media pemeblajaran berbasis metode Montessori yang telah ditawarkan kepada guru dan siswa melalui kuesioner. 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data analisis kebutuhan mengenai media pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan guru. Data tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam pembuatan desain media pembelajaran dan album media pembelajaran. Dengan demikian peneliti dapat melanjutkan pada tahap kedua. 4.1.2 Penyusunan Rencana Tahapan kedua dalam penelitian adalah penyusunan rencara. Pada tahap ini, peneliti merancang desain media pembelajaran dan menyusun instrumen yang dibutuhkan. 4.1.2.1 Desain Media Pembelajaran Konsep pembuatan media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan merupakan pengembangan dari media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu parts of a frog puzzle. Parts of a frog puzzle merupakan material yang fokus pada bagian eksternal bagian-bagian tubuh katak. Media pembelajaran ini meliputi puzzle pada kelas bawah, serangkaian kartu rahasia yang meliputi gambar, label (untuk pembaca awal), dan definisi (untuk pembaca yang sudah mahir). Setelah guru memperkenalkan nama-nama bagian luar, siswa mecoba menyusun puzzle sendiri, dengan prinsip pengkoreksian diri menggunakan buku kontrol (yang berisi semua informasi yang tepat sesuai dengan gambar yang sesuai). Gambar 4.1 adalah gambar media pembelajaran parts of a frog puzzle.
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle Berdasarkan media pembelajaran
parts of a frog puzzle, peneliti
mengembangkan sebuah media pembelajaran yang tidak hanya mempelajari bagian-bagian luar tubuh katak, namun juga bagian-bagain dalam tubuh katak. Nama media pembelajaran yang dikembangkan adalah media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah replika bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak, puzzle berlapis bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak, serta kartu bagian-bagian tubuh katak beserta kegunaannya. Papan puzzle bagian-bagian tubuh katak dikembangkan menjadi dua lapisan, yaitu bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam katak yang disusun secara bertingkat (atas dan bawah). Peneliti juga mengembangkan replika bagianbagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak dengan bentuk timbul. Pengembangan media pembelajaran berupa puzzle dan replika bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa, dimana siswa kesulitan mengingat materi dan lebih suka belajar dengan menggunakan media pembelajaran berbentuk tiga dimensi. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
puzzle dan replika untuk memudahkan siswa dalam memahami materi menggunakan media yang lebih konkret. Selain itu, peneliti juga menambahkan kartu materi bagian-bagian tubuh katak sebagai kartu yang digunakan untuk mempelajari kegunaan dari bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak. Pengembangan juga dilakukan pada kotak penyimpanan kartu materi bagianbagian tubuh katak. Kotak penyimpanan kartu materi bagian-bagian tubuh katak dikembangkan dengan 4 ruang, yang dibuat berdasarkan tiga pengelompokan kartu materi, yaitu kartu nama bagian, gambar bagian, dan kegunaan bagian serta ruang untuk meletakkan kartu pengendali kesalahan. 4.1.2.2 Desain Media Pembelajaran Pengembangan desain pada penelitian ini mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian katak. Media pembelajaran bagian-bagian katak terdiri dari enam komponen. Komponen tersebut adalah papan replika bagianbagian tubuh katak, papan puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagianbagian tubuh katak beserta pengendali kesalahan, kotak penyimpanan kartu bagian-bagian tubuh katak, serta kotak penyimpanan replika dan puzzle. Komponen yang pertama adalah replika bagian-bagian luar dan bagianbagian dalam tubuh katak. Replika bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan warna yang menyerupai wujud katak, yaitu warna hijau. Pada bagian-bagian dalam katak terdapat beberapa warna yang berbeda dan berbentuk timbul, yang menunjukkan bagian-bagian organ dalam katak yang saling terhubung. Pada pengembangan replika bagian-bagian katak peneliti memberikan warna cerah dan gelap. Pemberian warna tersebut berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maupun guru. Sebanyak 86,67% siswa dan 100% guru menyukai warna cerah, sedangkan sebanyak 13,33% siswa menyukai warna gelap. Komponen yang kedua adalah papan puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak. Papan puzzle berukuran 30cm x 40cm dengan ketebalan 1,5cm. Papan puzzle tersebut menampung dua bagian, yaitu bagianbagian dalam tubuh katak yang terletak pada bagian bawah dan bagian-bagian luar tubuh katak yang terletak pada bagian atas. Pada puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak terdapat 7 warna yang berbeda yang menunjukkan 7 bagian organ dalam katak. Setiap bagian organ dalam katak terdapat unpin untuk memudahkan siswa dalam memasang dan mengambil puzzle. Pada puzzle bagian-bagian luar tubuh katak terdapat lubang sebagai tempat meletakkan unpin puzzle bagian-bagian dalam supaya kedua bagian tersebut menyatu. Puzzle bagian-bagian luar katak memiliki warna dasar hijau dengan sedikit warna kuning. Bentuk puzzle dibuat timbul dan memiliki 4 bagian yaitu kepala, kaki depan, kaki belakang, dan badan. Komponen yang ketiga adalah kartu materi bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya. Terdapat tiga macam kartu materi, yaitu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 7cm x 9,5 cm, kartu nama bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 2,5cm x 9,5cm, dan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 2,5cm x 9,5cm. Tiga macam kartu materi tersebut memiliki warna yang berbeda, yaitu hijau pada kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, merah pada kartu nama bagianbagian tubuh katak, dan kuning pada kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan pembedaan warna tersebut, siswa diharapkan mampu menyusun tiga macam kartu bagian-bagian tubuh katak secara lengkap. Setelah menyusun, siswa dapat memastikan jawaban yang tepat menggunakan kartu materi pengendali kesalahan, yang berukuran 18cm x 10cm. Komponen yang keempat adalah kotak penyimpanan kartu materi. Kotak penyimpanan materi berukuran 28cm x 20 cm dengan tinggi 10 cm dan penutup di atasnya. Kotak tersebut terbagi menjadi 4 bagian, masing-masing berukuran 12cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu gambar bagian-bagian katak, 3cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu nama bagian-bagian katak, 3cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu kegunaan bagian-bagian katak, dan 18cm x 10cm sebagai tempat menyusun kartu gambar, nama, dan kegunaan bagian-bagian katak. Komponen yang ke 5 dan ke 6 adalah kotak penyimpanan replika dan puzzle. Kotak penyimpanan replika berukuran 1 4 c m x 3 8 c m dengan tinggi 27cm.
Sedangkan kotak penyimpanan puzzle berukuran 33cm x 42cm dengan
tinggi 7,5cm. Kotak penyimpanan berfungsi sebagai tempat untuk melindungi media pembelajaran replika dan puzzle dari benturan benda keras. 4.1.2.1 Desain Album Media Pembelajaran Album media pembelajaran merupakan buku panduan dalam penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Album media pembelajaran dibuat untuk para pembimbing atau direktris (istilah dalam pembelajaran Montessori). Album berisi langkah-langkah dalam menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Dalam setiap langkah pembelajaran, 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terdapat gambar yang semakin memudahkan para direktris untuk memahami langkah pembelajaran. 4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk Sebagai persiapan dalam melakukan pengujian media pembelajaran, dibutuhkan suatu instrumen. Instrumen tersebut adalah tes untuk uji coba lapangan terbatas dan kuesioner validasi produk. Berikut ini penjelasannya masing-masing. a. Tes Instrumen
tes
digunakan
untuk
mengukur
keberhasilan
media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dalam uji coba lapangan terbatas. Instrumen tes dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada tabel 3.8 halaman 63. Sebelum digunakan, instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli. Selain itu, instrumen tes juga diuji secara empiris dan diuji keterbacaannya. Instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli yaitu guru SD setara. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi dan validitas konstruk. Aspek yang dinilai pada uji validitas isi dapat dilihat pada tabel 3.9 halaman 64. Hasil uji validitas isi oleh ahli adalah pada tabel 4.19. Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli Ahli Guru
1 4
2 4
No. Item 3 4 4 3
5 4
6 4
Total
Rerata
23
3,8
Berdasarkan hasil validasi isi instrumen tes oleh ahli pada tabel 4.20, didapatkan skor sebesar 3,8. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi instrumen tes oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 3.1 halaman 200. Selain validitas isi, ahli juga melakukan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan untuk mengetahui konstruksi soal yang dibuat terkait dengan kesesuaian materi, bahasa dan penulisan soal. Berikut adalah hasil validasi konstruk oleh ahli yang tersaji pada tabel 4.20. Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli No. Item 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Rerata
Skor 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan hasil validasi konstruk instrumen tes oleh ahli pada tabel 4.21, didapatkan skor sebesar 4. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata uji keterbacaan kuesioner termasuk dalam kategori sangat baik. Rerata yang diperoleh memiliki nilai lebih dari 2,50. Selain itu, ahli tidak memberikan 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
komentar tambahan mengenai instrumen. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi instrumen tes oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 3.2 halaman203. Setelah instrumen tes divalidasi, selanjutnya instrumen diujikan secara empiris. Uji empiris dilakukan kepada 24 siswa kelas II B SD Kanisius Eksperimental Mangunan. SD Kanisius Eksperimental Mangunan memiliki kelas paralel, sehingga dapat diasumsikan bahwa karakteristik siswa kelas IIA dan IIB hampir sama. Uji coba dilakukan pada tanggal 24 November 2016. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.8 halaman 63 yang kemudian dikembangkan menjadi 25 soal. Setiap siswa mengerjakan 25 soal isian singkat materi bagianbagian tubuh katak dan kegunaannya yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen. Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa dalam uji empiris dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 208. Uji empiris dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen pretest dan posttest sebelum digunakan. Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan program SPSS (Satistics Package for Social Studies) 22 for Windows. Validitas dianalisis menggunakan rumus korelasi ProductMoment dari Pearson. Output SPSS untuk perhitungan validitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.4 halaman 210. Dalam perhitungan tersebut, item yang valid memiliki harga sig.(2-tailed) lebih dari 0,05 (Widoyoko, 2009: 137). Tabel 4.21 merupakan hasil perhitungan validitas dengan SPSS.
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS No. Item 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Sig. (2 tailed) 0,617 0,613 0,360 0,738 0,654 0,613 0,709 0,268 0,071 -0,212 -0.094
Keputusan
No. Item 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid
Sig. (2 tailed) 0,654 0,182 0,151 0,613 0,457 0,493 0,184 0,284 0,588 0,087 0,528 0,337
Keputusan Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan tabel 4.21, didapatkan 12 soal valid dan 13 soal tidak valid. Keduabelas soal yang valid kemudian diuji reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas instrumen juga menggunakan program SPSS 22 dengan menghitung nilai koefisien Alpha. Berikut dalah hasil perhitungan nilai koefisien Alpha dengan SPSS 22 yang disajikan pada tabel 4.22. Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .714
N of Items .910
13
Berdasarkan tabel 4.22, diperoleh bahwa hasil perhitungan koefisien Alpha sebesar 0,714. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2015: 165). Dengan demikian, instrumen tes tersebut dikatakan reliabel dan layak digunakan.
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Instrumen tes yang valid dan reliabel tersebut digunakan sebagai pretest dan posttest. Peneliti mengambil 10 soal yang digunakan sebagai pretest dan posttest dari 12 soal yang valid. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pretest dan posttest yang disajikan pada tabel 4.23. Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest Kompetensi Dasar
Indikator
1.1 Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan.
1.1.1 1.1.2
Nomor Item Pretest
Posttest
Menyebutkan bagianbagian tubuh hewan.
1, 2, 5, 17, 19, 20
5, 6, 7, 17. 19, 20
Mengetahui kegunaan bagian-bagian tubuh hewan.
6, 7, 14, 18, 24
1, 2, 14, 18, 24
Setelah divalidasi oleh para ahli, instrumen tes perlu diuji keterbacaannya sebelum digunakan pada saat uji coba terbatas. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan pada soal. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD Kanisius Demangan Baru sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.24. Tabel 4.24 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes Siswa 1 2 3 4 5
1 4 4 3 4 4
2 4 4 4 3 4
3 4 3 4 4 4
4 4 4 3 3 4
5 4 4 4 3 4
6 4 4 4 4 4
7 4 4 4 4 3
8 4 4 4 4 3
9 3 4 4 4 3
10 3 3 4 4 4
11 4 4 4 4 4
12 4 4 4 3 4
No. Item 13 14 15 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 Rerata
16 4 4 4 4 4
17 3 4 4 4 4
18 4 4 4 3 3
19 4 4 3 4 4
20 4 4 4 3 4
21 3 4 4 4 4
22 4 4 4 4 4
23 4 3 3 4 4
24 3 3 4 4 3
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada tabel 4.24, rerata skor yang diperoleh adalah 3,8. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. 113
25 4 4 4 4 4
Total 95 95 95 95 95 95
Rerata 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 212. b. Kuesioner Validasi Produk Instrumen pengumpulan data yang digunakan selanjutnya adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk menilai kalayakan produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan yang telah dikembangkan. Kuesioner validasi produk dikembangkan berdasarkan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori dalam kisi-kisi validasi produk pada tabel 3.6 halaman 61. Kisi-kisi kuesioner validasi produk dikembangkan menjadi 11 pertanyaan. Validasi produk dilakukan oleh ahli dan siswa. Penggunaan bahasa disesuaikan dan urutan pertanyaan dibuat berbeda pada kuesioner validasi produk oleh ahli dan siswa, namun memiliki isi yang sama. Sebelum digunakan, kuesioner divalidasi terlebih dahulu supaya layak untuk digunakan. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk. Validasi kuesioner dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA dan Montessori. Dalam validasi tersebut, ahli memberikan penilaian dan komentar yang digunakan sebagai pertimbangan untuk perbaikan kuesioner. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.25. Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli Ahli I II
1 4 4
2 4 4
3 4 4
4 4 3
No. Item 5 6 7 4 4 4 4 4 4 Rerata
8 3 4
9 4 4
10 4 4
11 4 4
Total
Rerata
43 43 43
3,9 3,9 3,9
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli pada tabel 4.26, rerata skor yang diperoleh adalah 3,9. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 219. Selain itu, validasi produk oleh ahli, kuesioner validasi produk juga digunakan sebagai kuesioner tanggapan guru mengenai media pembelajaran. Selain validasi pada kuesioner validasi produk oleh ahli, validasi instrumen juga dilakukan pada keusioner tanggapan mengenai produk oleh siswa. Hasil validasi kuesioner tanggapan produk oleh siswa dituangkan dalam tabel 4.26. Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa Ahli I II III
1 4 4 4
2 4 3 4
3 4 4 4
4 4 4 3
5 4 4 4
No. Item 6 7 4 3 4 4 4 4
8 4 4 4
9 4 4 4
10 4 4 4
11 4 4 4
Total
Rerata
43 43 43 43
3,9 3,9 3,9 3,9
Berdasarkan hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa pada tabel 4.26, rerata skor yang diperoleh adalah 3,9. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.2 halaman 224. Selain validasi instrumen oleh ahli, kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa perlu diuji keterbacaannya. Hal tersebut dilakukan untuk 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD Kanisius Demangan Baru sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.27. Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa Siswa 1 2 3 4 5
1 4 4 3 4 4
2 4 4 4 3 4
3 4 3 4 4 4
No. Item 4 5 6 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 Rerata
7 4 4 4 4 3
8 4 4 4 4 3
9 3 4 4 4 3
10 3 4 4 4 4
Total
Rerata
38 39 38 37 37 37,8
3,8 3,8 3,8 3,7 3,7 3,78
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada tabel 4.27, rerata skor yang diperoleh adalah 3,78. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 231. Pada tahap ini peneliti telah memperoleh desain media pembelajaran dan desain album media pembelajaran. Peneliti juga telah membuat instrumen kuesioner untuk validasi produk dan tes yang digunakan dalam uji coba lapangan terbatas. Oleh karena itu, peneliti dapat melanjutkan ke tahapan yang ketiga. 4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk Pada tahap sebelumnya, telah dirancang desain media pembelajaran dan album
petunjuk
penggunaannya.
Selanjutnya,
peneliti
membuat
media 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran dan album petunjuk berdasarkan desain yang telah dirancang. Media pembelajaran dan album petunjuk tersebut dibuat sekaligus agar dapat diterapkan pada proses pembelajaran IPA di kelas II maupun di kelas III SD. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan bahan dan membuat media pembelajaran. 4.1.3.1 Pengumpulan Bahan Berdasarkan analisis kebutuhan, beberapa bahan yang dipilih dan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah kayu dan kertas. Bahan tersebut digunakan oleh peneliti dalam membuat replika bagian-bagian tubuh katak, puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak, kotak penyimpanan kartu, kotak penyimpanan replika serta kotak penyimpanan puzzle. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu damar dan kayu teakwood. Kayu damar digunakan untuk membuat replika dan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. Kayu damar memiliki tekstur yang halus, ringan, tidak mudah terkena hama atau penyakit, dan mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kayu jenis teakwood digunakan untuk membuat kotak penyimpanan, papan untuk alas replika, dan puzzle bagian-bagian dalam katak. Kayu jenis teakwood merupakan kayu buatan pabrik yang menyerupai triplek namun dilapisi dengan serbuk kayu jati. Bahan lain yang digunakan adalah kertas. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dua jenis kertas yaitu Ivory 260. Kertas Ivory 260 digunakan sebagai bahan pembuatan kartu gambar bagian-bagian katak, kartu nama bagian-bagian katak, dan kartu kegunaan bagian-bagian katak. Kertas Ivory 260 memiliki ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak.
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.3.2 Pembuatan Media Pembelajaran Dalam pembuatan media pembelajaran, peneliti bekerjasama dengan tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan yang dimiliki tukang kayu sehingga dapat mendukung pembuatan media pembelajaran yang baik. Tempat pembuatan media pembelajaran berlokasi di MJ 1 No. 100 RT 54 RW 2 Gedongkiwo, Yogyakarta. Pembuatan media pembelajaran dilakukan selama tiga bulan. Sebelum dibuat oleh tukang kayu, peneliti memberikan desain media pembelajaran yang telah dibuat. Kemudian tukang kayu membuat media pembelajaran sesuai dengan desain. Gambar 4.2 adalah gambar puzzle bagianbagian dalam katak yang telah dikembangkan oleh peneliti.
Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak Langkah pembuatan puzzle bagian-bagian dalam katak diawali dengan membuat papan puzzle oleh tukang kayu. Papan dengan ketebalan 1,5 cm digunakan untuk dua lapisan, yaitu puzzle bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar katak. Langkah pembuatan puzzle bagian-bagian dalam yaitu, tukang kayu memilih kayu, memotong kayu, dan membentuk seperti disain yang telah dibuat. Kemudian peneliti menggambar bagian-bagian dalam katak. Peneliti menandai setiap bagian yang dibentuk puzzle. Tukang kayu membuat lubang sekaligus puzzle yang akan dipasang dengan ketebalan 1 cm, mengikuti pola gambar puzzle 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagian-bagian dalam katak. Setelah selesai, tukang kayu melakukan pewarnaan pada puzzle bagian-bagian dalam katak menggunakan cat yang berkualitas dan awet, serta melakukan finishing menggunakan melamin supaya cat lebih tahan lama dan mengkilap. Setelah itu, tukang kayu membuat unpin pada setiap bagian dalam katak untuk memudahkan siswa dalam mengambil dan memasang puzzle. Selanjutnya, peneliti membuat puzzle bagian-bagian luar katak yang diletakkan di atas puzzle bagian-bagian dalam katak. Berikut gambar 4.3 adalah gambar puzzle bagian-bagian luar tubuh katak.
Gambar 4.3 Papan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak Tukang kayu membentuk tubuh katak bagian luar mengikuti pola dan ukuran puzzle bagian-bagian dalam katak. Bentuk katak bagian luar dibuat timbul, kemudian dipotong menjadi empat bagian. Setelah dipotong, supaya puzzle bagian-bagian luar katak dapat menyatu dengan puzzle bagian-bagian dalam katak, tukang kayu membuat lubang pada bagian bawah puzzle bagian-bagian luar katak yang disesuaikan dengan unpin puzzle bagian-bagian dalam katak. Setelah menyatu, tukang kayu melakukan tahap pewarnaan pada puzzle bagianbagian luar katak menggunakan cat yang berkualitas dan awet, melakukan finishing agar hasilnya mengkilap, dan menambahkan unpin untuk memudahkan siswa saat mengambil dan memasang puzzle. 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Proses selanjutnya adalah membuat replika bagian-bagian tubuh katak. Gambar 4.4 adalah gambar replika bagian-bagian tubuh katak.
Gambar 4.4 Replika bagian-bagian tubuh katak Langkah pembuatan diawali dengan memotong kayu damar dan membentuk kayu tersebut menyerupai tubuh katak. Terdapat dua sisi pada replika bagian-bagian katak, yaitu sisi bagian-bagian dalam katak dan sisi bagian-bagian luar tubuh katak. Tukang kayu terlebih dahulu membuat sisi bagian-bagian dalam katak yang dibuat secara terpisah untuk memudahkan tukang kayu dalam membentuk organ dalam. Setelah organ dalam terbentuk, peneliti kemudian membuat gambar organ bagian dalam pada kayu yang digunakan untuk menempelkan bentuk organ dalam. Setelah ditempel, tukang kayu kemudian melanjutkan proses pengerjaan pada sisi yang satunya, yaitu sisi bagian-bagian luar katak. Pada sisi bagian-bagian luar katak, tukang kayu melakukan proses pewarnaan dan finishing.
Setelah sisi bagian-bagian luar selesai dikerjakan,
tukang kayu melanjutkan pengerjaan pada sisi bagian-bagian dalam katak, yaitu dengan melakukan tahap pewarnaan dan finishing. Supaya replika dapat berdiri, tukang kayu membuat tiang sebagai penyangga dan papan sebagai alas replika. Papan pada alas replika terbuat dari kayu teakwood berukuran 35cm x 13cm dengan ketebalan 2cm. 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Proses selanjutnya, peneliti membuat kartu materi. Kartu materi terdiri dari kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, kartu nama bagian-bagian tubuh katak, dan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. Kartu-kartu materi tersebut disusun dengan memperhatikan pasangan kartu menggunakan kartu pengendali kesalahan. Kartu pengendali kesalahan terdiri dari susunan kartu materi, yaitu berupa gambar, nama, dan kegunaan bagian-bagian tubuh katak. Langkah pembuatan kartu materi maupun kartu pengendali kesalahan ini adalah pembuatan desain, percetakan, dan pemotongan. Gambar 4.4 adalah gambar kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak.
Gambar 4.5 Kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak Komponen media pembelajaran selanjutnya ada kotak peyimpanan kartu materi. Kotak penyimpanan kartu materi ini memiliki 4 bagian. Tahap pembuatan kotak materi yaitu tukang kayu memilih kayu, memotong kayu sesuai dengan ukuran, dan membentuk kayu sesuai dengan disain yang telah dibuat oleh peneliti. Kotak penyimpanan kartu materi juga memiliki tutup untuk melindungi kartu materi supaya lebih tahan lama. Gambar 4.6 adalah gambar kotak penyimpanan kartu materi beserta tutupnya. 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Kartu Materi Komponen media pembelajaran yang terakhir dibuat adalah kotak penyimpanan replika dan kotak penyimpanan puzzle. Dalam pembuatan kotak penyimpanan replika maupun puzzle, tukang kayu terlebih dahulu memilih kayu, kemudian memotong kayu berdasarkan ukuran. Kontak penyimpanan replika berukuran 38cm x 14cm dengan tinggi 27 cm. Kotak penyimpanan puzzle berukuran 33cm x 42cm dengan tinggi 7,5cm. Setelah proses pembuatan papan selesai, selanjutnya dilakukan tahap pewarnaan dan juga finishing untuk membuat tampilan kotak penyimpanan menjadi lebih menarik dengan kualitas pewarnaan yang baik dan tahan lama. Gambar 4.7 adalah gambar kotak penyimpanan replika dan kotak penyimpanan puzzle.
a)
b)
Gambar 4.7 a) Kotak penyimpanan replika. b) Kotak penyimpanan puzzle. 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.3.3 Pembuatan Album Media Pembelajaran Langkah yang dilakukan dalam pembuatan album adalah, pertama-tama peneliti merumuskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Kemudian peneliti mengambil gambar dari setiap langkah beserta informasi-informasi mengenai media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Kemudian, peneliti menggunakan bantuan program komputer Microsoft Word 2010 dalam mendisain isi dan sampul album media pembelajaran. Setelah soft file album media pembelajaran selesai dibuat, kemudian dicetak. Pada tahap ini, pembuatan media pembelajaran dan album media pembelajaran telah selesai. Media pembelajaran dan album media pembelajaran kemudian divalidasi terlebih dahulu sebelum diuji cobakan secara terbatas. Oleh karena itu, peneliti dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya. 4.1.4 Validasi Produk Validasi produk dilakukan untuk menilai produk berupa media pembelajaran dan album media pembelajaran yang telah dibuat. Validasi produk menggunakan kuesioner yang telah disusun pada tahap kedua. 4.1.4.1 Validasi Produk Media Pembelajaran Validasi
produk
media pembelajaran
dilakukan oleh beberapa ahli,
bagian-bagian tubuh katak
yakni ahli pembelajaran
IPA dan ahli
pembelajaran Montessori. Hasil validasi media pembelajaran disajikan pada tabel 4.28.
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.28 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli Ahli I II
1 4 4
2 4 4
3 4 4
4 4 3
No. Item 5 6 7 4 3 4 4 4 4 Rerata
8 4 4
9 4 4
10 4 4
11 3 4
Total
Rerata
42 43 42,5
3,82 3,9 3,86
Berdasarkan hasil validasi produk oleh ahli yang disajikan pada tabel 4.28, terhitung rerata skor sebesar 3,86. Apabila dilihat dari tabel 3.11, rerata uji validasi kuesioner tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Lembar hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 4.4 halaman 233. Selain memberikan penilaian, para ahli juga memberikan komentar terhadap media pembelajaran yang dikembangkan. Komentar para ahli dijadikan peneliti sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan media pembelajaran. Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran oleh para ahli disajikan pada tabel 4.29. Tabel 4.29 Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran Ahli I II
Komentar Baik
Tindak Lanjut -
Berdasarkan komentar dari para ahli pada tabel 4.30, media pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti sudah baik. Oleh karena itu, media pembelajaran dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. 4.1.4.2 Validasi Produk Album Media Pembelajaran Selain validasi produk media pembelajaran, validasi juga dilakukan pada produk album penggunaan media pembelajaran. Validasi produk album media pembelajarn dilakukan oleh ahli IPA dan ahli pembelajaran Montessori. Tabel
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.30 adalah hasil validasi produk album penggunaan media pembelajaran oleh ahli. Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli Ahli I II
1 4 4
2 4 4
3 4 4
No. Item 4 5 6 4 4 4 4 4 4 Rerata
7 4 3
8 3 3
9 4 4
10 4 3
Total
Rerata
43 41 42
3,91 3,72 3,82
Berdasarkan hasil validasi produk album penggunaan oleh ahli yang disajikan pada tabel 4.30, terhitung rerata skor sebesar 3,82. Apabila dilihat dari tabel 3.11 halaman 69, rerata uji validasi kuesioner tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Lembar hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 4.5 halaman 237. Selain memberikan penilaian, para ahli juga memberikan komentar terhadap album penggunaan media pembelajaran yang dikembangkan. Komentar para ahli dijadikan peneliti sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan media pembelajaran. Rekapitulasi komentar validasi produk album media pembelajaran oleh para ahli disajikan pada tabel 4.31. Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran Ahli
Komentar
Tindak Lanjut
I
Pengambilan foto pada kartu materi diperjelas.
Peneliti melakukan pengulangan pengambilan foto pada kartu materi. Peneliti memperbesar ukuran gambar, dengan tata letak yang sudah dirancang. Peneliti melakukan pengulangan pengambilan foto.
II
Ukuran gambar pada setiap foto lebih diperbesar. Gambar diperjelas.
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada tahap ini, media pembelajaran dan album media pembelajaran telah divalidasi dengan kategori penilaian sangat baik. Dengan demikian, media pembelajaran siap untuk diujikan secara terbatas. 4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas Uji coba lapangan terbatas dilakukan kepada sepuluh orang siswa kelas II A SD Kanisius Ekperimental Mangunan. Siswa tersebut dipilih berdasarkan diskusi dan rekomendasi dari guru kelas. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 25 November 2016 pada pukul 07.00-09.00. Sebelum melakukan bimbingan belajar, peneliti melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah pretest selesai, peneliti melakukan bimbingan belajar dengan menggunakan media pembelajaran berbasis metode Montessori mengenai bagian-bagian tubuh katak dan
kegunaannya.
Bimbingan
tersebut
dilakukan
dengan
pembelajaran
berkelompok dengan menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya. Setelah selesai melakukan bimbingan belajar dengan menggunakan media pembelajaran, peneliti melakukan posttest pada akhir pertemuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. 4.1.5.1 Data dan Analisis Tes Data yang dianalisis pada tes merupakan data nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest dan posttest. Soal tes yang digunakan adalah tipe pilihan singkat yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga layak digunakan untuk pengambilan data. Hasil pengerjaan pretest dapat dilihat pada lampiran 3.6 halaman 217
dan hasil pengerjaan posttest dapat dilihat pada
lampiran 3.7 halaman 218. Soal tes digunakan sebagai data pendukung untuk 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengethaui kualitas media pembelajaran. Berdasarkan pretest dan posttest, diperoleh nilai siswa yang disajikan dalam tabel 4.32. Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Sel Al Nin Sif Kay Khel Angy Ry Ovy R Rerata
Nilai Pretest 60 60 40 50 60 70 50 60 50 40 54
Posttest 90 90 90 80 80 90 90 100 90 90 89
Berdasarkan tabel 4.32 Sel memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar 90. Al memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar 90. Nin memperoleh nilai pretest sebesar 40 dan posttest sebesar 90. Sif memperoleh nilai pretest sebesar 50 dan posttest sebesar 80. Kay memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar 80. Khel memperoleh nilai pretest sebesar 70 dan posttest sebesar 90. Angy memperoleh nilai pretest sebesar 50 dan posttest sebesar 90. Ry memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar 100. Ovy memperoleh nilai pretest sebesar 50 dan posttest sebesar 90. R memperoleh nilai pretest sebesar 40 dan posttest sebesar 90. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, terdapat perbedaan nilai yang diperoleh masing-masing siswa. Berikut perbedaan nilai pretest dan posttest masing- masing siswa yang disajikan pada grafik 4.1
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Grafik 4.1 Perbedaan nilai pretest dan posttest pada siswa Selain perbedaan nilai yang diperoleh siswa, terdapat juga perbedaan pada rerata nilai yang diperoleh pada saat pretest dan posttest. Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest disajikan pada grafik 4.2.
Grafik 4.2 Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest Berdasarkan grafik 4.2, rerata nilai yang diperoleh siswa pada pretest adalah 54, sedangkan rerata nilai yang diperoleh siswa saat posttest adalah 89.
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran Tanggapan mengenai produk media pembelajaran dilakukan setelah uji coba lapangan terbatas. Tanggapan mengenai produk dilakukan oleh sepuluh siswa kelas II dan guru kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh guru sama dengan ahli. Pengisian kuesioner tanggapan dilaksanakan pada tanggal 24 November 2016 setelah bimbingan belajar dengan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Tabel 4.33 adalah tanggapan guru mengenai media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Tabel 4.33 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Guru Ahli Guru
1 4
2 4
3 4
4 4
No. Item 5 6 7 4 4 4
8 4
9 4
10 4
11 4
Total
Rerata
44
4
Berdasarkan tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh guru pada tabel 4.33, didapatkan rerata skor sebesar 4. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 60 rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Lembar hasil tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada lampiran 4.6 halaman 241. Selain diberikan kepada guru, kuesioner tanggapan produk media pembelajaran juga diberikan kepada siswa. Tabel 4.34 adalah hasil tanggapan produk media pembelajaran.
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.34 Hasil Tanggapan Produk Media Pembelajaran oleh Siswa Siswa Sel Al Nin Sif Kay Khel Angy Ry Ovy R
1 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4
3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4
No. Item 5 6 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Rerata
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
8 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4
9 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4
10 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
11 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
Total
Rerata
42 42 41 41 40 44 42 42 41 41 41,6
3,82 3,82 3,72 3,72 3,64 4 3,82 3,82 3,72 3,72 3,78
Berdasarkan tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh siswa pada tabel 4.34, didapatkan rerata skor 3,78. Rerata skor tersebut apabila dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Lembar hasil tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.7 halaman 243. 4.2 Pembahasan 4.2.1
Pengembangan Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak
Berbasis Metode Montessori Prosedur penelitian dan pengembangan ini dimodifikasi ke dalam lima tahap, yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Tahap pertama yaitu potensi dan masalah. Pada tahap potensi dan masalah ini, peneliti melakukan identifikasi masalah melalui kegiatan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, diketahui ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran IPA di sekolah masih terbatas. Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam mengingat atau memahami materi IPA. Salah satu materi pembelajaran IPA 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dianggap sulit oleh siswa yaitu bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Materi tersebut dianggap sulit oleh siswa karena terlalu banyak hafalan berkaitan dengan nama bagian dan kegunaannya. Trianto (2012: 11-12) mengemukakan bahwa IPA bukan semata-mata menghafalkan materi ataupun menimbun informasi, akan tetapi lebih kepada memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga mengalami kesulitan dalam memberikan gambaran tentang materi yang abstrak kepada siswa, yang belum tentu setiap siswa pernah melihat wujud maupun bentuknya. Sekolah sudah memiliki media pembelajaran berupa gambar hewan katak, namun penggunaannya masih kurang maksimal karena bagianbagian katak yang ditunjukkan kurang spesifik dan tidak disertai dengan fungsi atau kegunaannya pada setiap bagian. Piaget mengemukakan bahwa anak usia SD berada pada tahap intuitif dan tahap berpikir konkret harus bekerja dengan bendabenda konkret dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak (Iskandar, 2001: 30). Berdasarkan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru, 100% guru setuju bahwa media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami konsep IPA. Sebanyak 100 % siswa berdasarkan hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa juga setuju bahwa media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Tahap yang kedua yaitu penyusunan rencana. Pada tahap ini, peneliti merancang desain media pembelajaran, desain album media pembelajaran, kuesioner validasi produk, soal tes untuk uji empiris, serta soal pretest dan posttest untuk uji coba lapangan terbatas yang kemudian diuji validitas dan 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
reliabilitasnya. Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak terdiri dari enam komponen. Komponen tersebut terdiri dari replika, puzzle, kartu materi, kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle, dan kotak penyimpanan kartu materi. Peneliti
mengembangkan
media
pembelajaran
replika bagian-
bagian tubuh katak. Replika bagian-bagian tubuh katak digunakan sebagai media siswa dalam mengenal bagian-bagian luar tubuh katak maupun bagian-bagian dalam tubuh katak. Replika berbentuk timbul pada bagian-bagian dalam tubuh katak, supaya siswa secara langsung dapat memegang dan mengamati setiap organ yang saling berhubungan. Terdapat 4 warna utama pada replika bagian-bagian dalam katak, yaitu warna hijau yang menghubungkan esofagus sampai dengan usus besar, warna merah untuk organ jantung, warna biru untuk organ paru-paru, dan warna merah hati untuk bagian hati. Sedangkan pada bagian-bagian luar tubuh katak, peneliti menggunakan warna dasar hijau sesuai dengan warna tubuh katak pada umumnya. Pengembangan kedua dilakukan pada puzzle bagian-bagian tubuh katak. Pada puzzle ini terdapat dua bagian, yaitu bagian-bagian dalam tubuh katak dan bagian-bagian luar tubuh katak. Kedua bagian tersebut dibuat bersusun dan saling menyatu. Pada bagian-bagian dalam tubuh katak terbagi menjadi 7 bagian dan terdapat 7 warna yang berbeda pada setiap organ untuk membantu siswa membedakan bentuk dan nama-nama organ. Sedangkan pada bagian-bagian luar katak terbagi menjadi 4 bagian dengan warna dasar hijau. Pengembangan ketiga dilakukan pada kartu materi. Kartu materi terdiri 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari tiga bagian, yaitu kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan. Kartu gambar bagian-bagian tubuh katak diberi warna hijau pada bagian tepi. Kartu nama bagian-bagian tubuh katak diberi warna merah pada bagian tepi. Sedangkan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak diberi warna kuning pada bagian tepi. Pembedaan warna tersebut untuk membantu siswa dalam menyusun dan menemukan kartu materi. Pengembangan keempat yaitu kotak penyimpanan kartu materi. Kotak penyimpanan kartu materi terdiri dari 4 bagian, yaitu bagian untuk kartu gambar, bagian untuk kartu nama, bagian untuk kartu kegunaan, dan bagian untuk menyusun kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan. Kotak penyimpanan kartu materi berwarna coklat disesuaikan dengan warna alami pada bahan dasar kayu. Pengembangan kelima dilakukan pada kotak penyimpanan replika dan kotak penyimpanan puzzle. Kotak penyimpanan replika maupun puzzle berfungsi sebagai tempat meletakkan media supaya media terhindar dari benturan bendabenda yang keras dan supaya lebih tahan lama. Kotak penyimpanan ini berwarna coklat disesuaikan dengan warna alami pada bahan dasar pembuatan kotak penyimpanan yaitu kayu. Tahap yang ketiga yaitu pengembangan bentuk awal produk. Media pembelajaran berbasis metode Montessori mempunyai empat ciri khusus yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education (Montessori, 2002: 171175).
Media
pembelajaran
bagian-bagian
tubuh
katak
dikembangkan
berdasarkan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Ciri kontekstual
ditambahkan
karena
Montessori
meyakini
bahwa
belajar
hendaknya juga disesuaikan dengan konteks atau memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar anak (Lillard, 2005: 32). Lima
ciri
media
pembelajaran tersebut bisa dilihat melalui pengamatan langsung bentuk media pembelajaran, maupun pengamatan terkait penggunaan media pembelajaran melalui uji coba lapangan terbatas. Ciri menarik dapat dilihat dari pewarnaan media pembelajaran baik replika, puzzle maupun kartu materi. Selain itu ciri menarik juga dapat dilihat dari bentuk media pembelajaran yang unik. Ciri auto-correction ditunjukkan dengan adanya kartu materi pada media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Kartu materi ini terdiri dari kartu gambar dengan tepi warna hijau, kartu nama dengan tepi warna merah dan kartu kegunaan dengan tepi warna kuning. Ketiga kartu materi yang dibedakan warna tepinya ini dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran dari jawaban siswa ketika menyusun kartu. Selain kartu materi, pada media pembelajaran berupa puzzle juga terdapat ciri auto-correction. Bentuk setiap bagian puzzle yang dibuat dengan ukuran berbeda memampukan siswa untuk bisa memeriksa kebenaran jawaban secara mandiri. Ciri auto-education ditunjukkan dengan adanya kartu materi yang disesuaikan dengan bentuk dan gambar pada bagian-bagian puzzle. Kartu gamber dengan
warna
yang
disesuaikan
dengan
warna bagian pada puzzle
memungkinkan siswa untuk mengetahui nama bagian dan kegunaannya secara mandiri. Selama uji coba lapangan terbatas, media pembelajaran bagian-bagian 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tubuh katak dapat dilakukan secara berkelompok. Ciri bergradasi dapat dilihat dari perbedaan warna untuk setiap bagianbagian tubuh puzzle dan replika katak. Mulai dari merah muda, merah tua, kuning, jingga, hijau muda, hijau tua, biru muda, biru tua, coklat dan ungu. Ciri bergradasi juga dapat dilihat dari bentuk 3 dimensi replika bagian-bagian tubuh katak. Selain itu, ciri bergradasi dapat dilihat juga dari tingkatan usia, karena media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan siswa kelas III SD. Ciri kontekstual dapat dilihat dari bahan pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak terbuat dari bahan dasar kayu dan kertas. Bahan-bahan tersebut terdapat di lingkungan sekitar, sehingga mudah untuk dijumpai. Media pembelajaran ini dibuat secara mandiri. Akan tetapi, peneliti juga bekerja sama dengan tukang kayu dalam membuat replika, puzzle, kotak penyimpanan kartu materi, dan kotak penyimpanan replika maupun puzzle. Tahap yang keempat yaitu validasi produk. Media pembelajaran yang sudah selesai dibuat kemudian divalidasikan kepada ahli pembelajaran IPA, ahli pembelajaran Montessori, dan guru kelas II dengan menggunakan kuesioner validasi produk. Hasil validasi produk akan dibahas pada subbab kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Selain produk media pembelajaran, album media pembelajaran juga divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli pembelajaran Montessori. Para ahli juga memberikan komentar terhadap album media pembelajaran. Peneliti kemudian melakukan perbaikan dengan mengganti
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kata direktris menjadi guru, mengambil gambar kembali agar terlihat lebih terang, dan memperbaiki penggunaan tanda baca koma. Tahap yang kelima yaitu uji coba lapangan terbatas. Pada tahap ini, peneliti memberikan soal pretest pada awal pembelajaran sebelum menggunakan media pembelajaran dan posttest pada akhir pembelajaran setelah menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, terdapat perbedaan nilai yang diperoleh siswa. Nilai yang diperoleh siswa pada saat posttest lebih tinggi daripada nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian tubuh katak. Selain itu, peneliti juga memberikan kuesioner tanggapan produk mengenai media pembelajaran kepada siswa yang diberikan setelah dilakukan uji coba terbatas. Siswa memberikan penilaian yang sangat baik terhadap media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Hasil nilai pretest dan posttest serta hasil penilaian siswa terhadap produk media pembelajaran akan dibahas pada subbab kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. 4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori Kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori dilihat melalui validasi produk oleh para ahli, guru, dan sepuluh siswa kelas II SD. Rerata skor yang diperoleh melalui validasi produk oleh para ahli, guru, dan sepuluh siswa kelas adalah 3,8. Rerata skor lebih besar dari 2,50 sehingga termasuk dalam kategori sangat baik ( Widoyoko, 2014: 144). Diketahui bahwa kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yang terdapat 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa media pembelajaran bagianbagian tubuh katak memiliki ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan kualitas yang sangat baik. Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak diujikan secara terbatas. Soal tes digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kualitas pembelajaran. Peneliti melakukan pretest dan posttest untuk mengetahui prestasi siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran pada uji coba terbatas (Arikunto, 2010: 193). Hasil pretest dan posttest menunjukkan adanya selisih nilai yang diperoleh siswa. Hasil posttest dari sepuluh siswa lebih baik daripada hasil pretest. Hasil pretest adalah sebesar 54, sedangkan rerata posttest adalah 83. Rata-rata selisih pretest dan posttest tersebut adalah sebesar 35 atau dapat dikatakan selisih kenaikannya 64,8 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori dapat membantu siswa dalam memahami materi bagianbagian tubuh katak dan kegunaannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai posttest yang diperoleh siswa setelah menggunakan media bagian-bagian tubuh katak.
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Bab V ini menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1
Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode
Montessori untuk siswa kelas II SD dikembangkan dan dimodifikasi ke dalam lima tahap, yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Tahap pertama adalah potensi dan masalah, yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk digunakan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. Tahap kedua adalah perencanaan, yaitu peneliti membuat desain media pembelajaran, desain album pembelajaran, instrumen tes, dan kuesioner validasi produk. Tahap ketiga adalah pengembangan bentuk awal produk, yaitu peneliti membuat media pembelajaran dan album media pembelajaran berdasarkan desain yang selesai dibuat. Tahap keempat adalah validasi produk. Validasi media pembelajaran dan album media pembelajaran dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA, ahli pembelajaran Montessori, dan guru. Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Media pembelajaran dan album media pembelajaran yang telah divalidasi beberapa kali selanjutnya diuji cobakan dan dilakukan perbaikan apabila pada pelaksanaan masih terdapat kekurangan.
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.1.2
Kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode
Montessori untuk kelas II sangat baik. Kualitas ciri media pembelajaran diketahui melalui validasi produk. Rerata skor yang diperoleh dalam validasi produk oleh ahli adalah 3,86. Selain itu, berdasarkan uji coba lapangan terbatas menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak, menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa ketika posttest lebih tinggi dibandingkan dengan nilai prestest. Selisih rerata posttest dan pretest yang diperoleh adalah 35 atau 68,4 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran bagianbagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak berbasis metode Montessori dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya. 5.2 Keterbatasan Penelitian 5.2.1
Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan sampai pada tahap uji
coba terbatas karena keterbatasan waktu dan biaya. 5.2.2
Proses pembuatan media pembelajaran membutuhkan waktu yang lama
sehingga mempengaruhi jangka waktu pelaksanaan validasi produk dan uji coba lapangan terbatas. 5.3 Saran 5.3.1
Waktu pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang akan datang
sebaiknya dilakukan sesuai dengan sepuluh tahapan penelitian sehingga hasil penelitian lebih berkualitas.
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.3.2
Perlu mempertimbangkan waktu dan berkomunikasi dengan tukang kayu
yang membantu dalam proses pembuatan media pembelajaran sebaik mungkin agar selesai tepat waktu.
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asrori, M. (2014). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ananti, P. R. (2014). Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Anitah, W. S. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. Arifin, Z. (2011). Penelitian pendidikan: Metode dan paradigma baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, A. (2010). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arsyad, A. (2014). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arzy, J. (2010). Fauna 3 in 1. Sidoarjo: Buana Pustaka. Borg, W. R., & Gall, M. D. (1983). Educational research: An introduction (4ed). New York & London: Longman. BSNP. (2006). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Cattin, J. 1995. The absorbent mind, pikiran yang mudah menyerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research method in education (6th edition). London: Routledge. Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixedmethods approaches. Thousands Oaks: SAGE Publications, Inc. Creswell, J. W. (2012). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum. Gutek, G. L. (2004). The Montessori method: the origin of an educational innovation, including an adbridged and annotated edition of Maria Montessori’s the Montessori Method. Lanham: Rowman & Littlefield Publisher, Inc. Gutek, G. L. (2013). Metode Montessori: Panduan wajib untuk guru dan orangtua didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (A. L. Lazuardi, Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori. USA: Penguin Books. Hardiyanti, B. T. (2016). Pengembangan alat peraga pembelajaran IPS SD materi keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori. PGSD: Sanata Dharma. Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2010). Theories of learning, edisi ketujuh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Iskandar, S. M. (2001). Pendidikan IPA II. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Kamus, T. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Lillard, A. S. (1996). Montessori today: A comprehensive approach to education from birth to adulthood. New York: Schocken Books. Lillard, A. S. (2005). Montessori the science behind the genius. New York: Oxford University Press. Magini, A. P. (2013). Sejarah pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius. Meryandini, dkk. (2007). The Visual with Definitions. PT. Bhuana Ilmu Populer. Montessori, M. (2002). The montessori method. New York: Frederick A. Stokes Company. Nur, M. & Kardi. (1998). Teori Pembelajaran Sosial dan Teori Perilaku. Surabaya: PSMS Program Pascasarjana IKIP Surabaya. Nuryani, R. (2012). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Pertiwi, M. D. (2015). Pengembangan Alat Peraga Peembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori. PGSD: Sanata Dharma. Purwanti, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Putra, N. (2015). Research & Development, Penelitian dan Pengembangan Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Royston, A. (2004). See How Ther Grow, Frog. Semarang: PT Mandira Jaya Abadi. Sadiman, A. S., dkk. (2008). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Sanaky, A. H. (2013). Media pembelajaran interaktif dan inovatif. Yogyakarta: Kaukuba. Sanjaya, W. (2013). Media komunikasi pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sudono, A. (2010). Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT. Grasindo. Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, N. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sumantri, M. (2011). Perkembangan peserta didik. Universitas Terbuka: Jakarta. Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif: konsep, landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto.
(2012). Model pembelajaran terpadu konsep, strategi, dan implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Widoyoko, E. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widoyoko, E. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widyatmoko, A., & Pamelasari, S. (2012). Pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan alat peraga IPA dengan memanfaatkan bahan bekas pakai. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 51-56.
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yusuf, A. M. (2011). Asesmen dan evaluasi pendidikan: Pilar penyedia informasi dan kegiatan pengendalian mutu pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah Lampiran 1.1 Lampiran Validasi Pedoman Observasi
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah Pertanyaan
Jawaban
1. Apakah prestasi dalam 1. Kalau bidang akademik tahun 2014 bidang akademis yang olimpiade sains di tingkat kecamatan sudah diraih siswa? mendapat juara I olimpiade sains tingkat kecamatan pada tahun 2014. Selanjutnya masuk ke tingkat kabupaten tetapi tidak lolos. 2. Lalu prestasi non 2. Kalau bidang non akademik ini lumayan, akademis yang pernah yang pertama itu ada juara I catur itu diraih? ditingkat gugus juara I , tingkat kecamatan juara I, kemudian dikirim ke kabupaten, di kabupaten dia urutan ke 12 dari 17 anak. Prestasi sebelumnya yaitu futsal, mendapat juara II di tingkat gugus. Kemudian juara II festival dolanan anak se-kabupaten Sleman itu tahun 2015. Kemudian Mbak Ega (salah satu siswa) mewakili Mangunan terpilih dalam Hari Anak Nasional sebagai pemuda harapan bangsa itu tahun 2016, itu diserahkan oleh Mentri Pemberdayaan Perempuan di Mataram, Lombok. Itu pas Hari Anak Nasional. Kemudian Mbak Elin (salah satu siswa) pernah mengikuti lomba nyanyi tingkat kecamatan. 3. Kalau selama lima tahun 3. Kalau hasil ujian nasional, untuk IPA itu itu hasil Ujian Nasional ada dari tahun 2011/ 2012 itu nilai rata-rata dari siswa kelas VI ini 61,8, itu dengan jumlah 29 siswa, 2 ABK bagaimana? (Anak Berkebutuhan Khusus). Ini yang jelas ABK ada 2, kalau yang mungkin slow learner belum termasuk. Kemudian yang tahun pelajaran 2012/ 2013 itu rata-rata nilai UN IPA lumayan 75,1 dengan 22 siswa. Lalu 2013/ 2014 rata-rata nilai UN IPA adalah 70,7, 26 siswa, yang di tahun ini tidak ada ABK tapi mungkin yang kesulitan belajar ada. Tahun 2014/ 2015 rata-rata nilai UN IPA adalah 67,31, 26 siswa dengan 3 ABK. Pada tahun pelajaran 2015/ 2016 ini bagus, paling bagus, yaitu rata-rata nilai UN IPA adalah 83,15, itu 24 siswa. kalau yang angkatan ini yang ABK tidak ada, mungkin yang kesulitan belajar atau lambat belajar itu ada. Ini meraih nilai 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Kalau dari sekolah 4. sendiri apakah sudah ada media belajar untuk IPA?
5. Lalu untuk perawatan 5. media pembelajaran tersebut, apakah dari pihak sekolah sudah melakukan penyimpanan media pembelajaran dengan baik?
6. Media pembelajaran itu 6. sendiri apakah berasal dari hibah atau membuat sendiri? 7. Apabila guru membuat 7. media pembelajaran, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran itu apa bu?
tertinggi IPA itu 100, Chandra (salah satu siswa). makanya bisa mencapai rata-rata 83,15, kalau dilihat dari isi nilai IPA lima tahun terakhir itu yang paling bagus rataratanya itu tahun kemarin (2015/ 2016). Memang dari kelas I, angkatan 2015/ 2016 yang kemarin lulus itu angkatan yang istilahnya bisa diharapkan secara akademis, nilainya, ya walaupun satu, dua siswa ada yang nilainya dibawah sekali itu ada. Kalau nilai UN dibandingkan mapel yang lain itu masih lebih baik dibandingkan Matematika. Media pembelajaran sudah ada. Hanya memang jumlahnya cukup dalam artian terbatas, ada yang memang masih kurang beberapa, dan kondisinya itu beberapa ada yang rusak dan beberapa ada yang masih bisa dipakai. Disimpan dengan baik, yaitu di gudang kecil awalnya, kalau sekarang sudah ditempatnya, yang mengurusi bidang sarpras. Jadi kalau bidang sarpras itu mengelola sarana prasarana yang ada di Mangunan salah satunya adalah alat peraga. Ya mereka baru mengawali pengelolaan alat peraga, kalau mau pinjam dicatat, dan itu supaya penggunaannya juga jelas tidak tersebar kemana-mana mereka menyediakan satu buku pinjaman alat peraga, siapa yang pinjam wajib menulis disitu supaya nanti terlacak. Biasanya teman-teman guru itu meminjam alat peraga tetapi ditinggal di kelas, jadi dipakai untuk mainan anak-anak sampai kadang ada yang rusak. Nah, mulai sekarang sedang ditertibkan. Media pembelajaran ada yang hibah, ada yang beli sendiri, dan ada yang dibuat sendiri, misalnya membuat media pembelajaran paru-paru dari botol bekas. Mungkin bahan ya, kemudian alat, keamanan bahan itu, kemudian tujuannya membuat media pembelajaran untuk apa, fungsinya membuat media pembelajaran, dan manfaatnya membuat media pembelajaran untuk apa. 157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. Lalu, biasanya untuk 8. Faktornya itu kalau kita mau media pembelajaran ada menggandakan media pembelajaran, karena yang tidak bertahan lama, mungkin kurang ya untuk anak. Dengan maka sebaiknya kita jumlah media pembelajaran yang ada itu memperhatikan ha-hal tidak cukup memadai untuk sekian anak, apa kalau mau jadi sekolah perlu mengadakan lagi , entah menggandakan media itu membeli, entah itu nanti caranya dengan pembelajaran? membuat. Kalau misalnya globe kan kita bisa membuat, misalnya, tapi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Namun kalau misalnya untuk alat ukur seperti itu kan rawan pecah ya, kalau kita benar-benar butuh, ya mau tidak mau itukan harus membeli. Jadi sebelum menggandakan perlu memperhatikan kebutuhannya. 9. Kemudian, untuk 9. Pembelajaran IPA selama ini cukup pembelajaran IPA di variatif, misalkan dengan penelitian kecil, kelas, dari Bu Padmi jadi misalnya yang pernah saya lakukan itu guru kelas, kemudian waktu itu anak-anak tertarik dengan menjadi Kepala Sekolah, metamorfosis kupu-kupu. Anak-anak bagaimana proses melihat ada ulat kecil di suatu pohon, pembelajarannya? kemudian mereka ambil dengan daunnya, lalu mereka taruh di suatu tempat kemudian mereka amati. Setiap hari diamati, bagaimana perkembangannya sampai bisa menjadi kupu-kupu. Selain itu, bisa dengan permainan IPA, seperti ular tangga. Kemudian dengan kuis, dengan percobaan menggunakan alat peraga, atau kita bisa menggunakan alat, benda atau lingkungan yang ada di sekitar kita. Misalnya mengamati hewan di sekitar lingkungan sekolah, anak-anak diajak ke sungai kecil dekat sekolah untuk mengamati kepiting. 10. Lalu metode yang 10. Tergantung materi yg disampaikan, apabila digunakan pada materi harus menggunakan media pembelajaran IPA pembelajaran dan media tersebut ada maka penekanannya lebih bisa dengan menggunakan media kepada penggunaan pembelajaran. Namun apabila materi media pembelajaran atau pembelajaran lebih pada pengenalan eksplorasi? lingkungan maka metode yang digunakan eksplorasi. Atau bisa juga dua-duanya di gabungkan. 11. Kemudian, secara umum 11. Kalau yg dimiliki Mangunan paling banyak setiap media 4 buah, jadi kalau penggunaannya setiap 158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran digunakan oleh berapa siswa?
media bisa dipakai 5 sampai 6 anak. Kalau media pembelajaran yang diperoleh dari hibah biasanya jumlahnya lebih banyak, bisa sampai 3 kardus. Namun, kalau misalnya media pembelajaran berupa replika manusia dengan organ-organ dalam itu kami hanya punya satu atau dua saja. 12. Lalu bagaimana respon 12. Sangat antusias. Para siswa di Mangunan atau tanggapan siswa saat keingintahuannya cukup besar, jadi jika menggunakan media mereka bisa melihat sesuatu secara pembelajaran? kontekstual mereka akan sangat penasaran. Tak jarang ada yang dibuat mainan. Selain itu, dengan melihat dan merasakan, pemahaman siswa lebih meningkat.
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru
Pertanyaan 1. Media pembelajaran IPA apa saja yang terdapat di kelas? 2. Apakah bapak pernah menggunakan media pembelajaran saat melakukan pembelajaran IPA?
3. Apakah bapak membuat media pembelajaran sendiri? Apabila iya, apa saja?
4. Lalu bagaimana pengaruh media pembelajaran bagi siswa dalam memahami materi?
5. Lalu, apakah bapak mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA? Jika ada, apakah alasannya pak?
6. Materi apa saja yang dianggap sulit oleh siswa?
Jawaban 1. Belum ada mbak, belum memiliki media pembelajaran di kelas. 2. Saya pernah menggunakan gambar binatang maupun tumbuhan. Saya juga pernah menggunakan media seperti kartu-kartu. Sesekali saya juga pernah menggunakan video pembelajaran. 3. Saya pernah membuat media pembelajaran sendiri mbak, hanya saja media yang pernah saya buat sederhana saja, seperti contoh gambar planet-planet bumi atau hewan dan tumbuhan. Kalau tidak, saya memberikan tugas kepada siswa untuk membuat sendiri medianya, mereka menggambar hewan di kertas karton kemudian mereka potong sendiri dengan diberi keterangan apa saja nama-nama bagiannya. 4. Sangat berpengaruh mbak. Pengaruhnya siswa menjadi lebih aktif, terutama saat tanya-jawab. Media pembelajaran juga bisa menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak bosan. Karena menarik, ingatan siswa juga lebih tahan lama mbak. 5. Setiap guru pasti pernah mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi mbak. Saya sendiri merasa kesulitan apabila materi tersebut sifatnya harus kontekstual. Contohnya misalnya pengenalan ciri hewan, seperti ular, tidak mungkin hewan tersebut bisa didatangkan secara langsung di kelas. 6. Materi yang sifatnya kontekstual tadi mbak, siswa mengalami kesulitan dalam materi bagian-bagian tubuh hewan karena sebagian siswa belum 166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Lalu usaha apa yang bapak lakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut?
pernah melihat secara langsung salah satu hewan yang disebutkan dalam buku cetak. 7. Saya mencoba mengenalkan siswa dengan segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan sekolah, yang disesuaikan dengan materi pembelajaran IPA. Misalnya, saya pernah mengajak siswa untuk melakukan pengamatan terbatas pada hewan, seperti ayam, yang dipelihara oleh sekolah untuk mengenalkan materi. Selain itu, saya juga sering memberikan kuis atau latihan soal untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadap materi.
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara untuk Siswa
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa Pertanyaan
Jawaban
1. Bagaimana pendapat kamu saat belajar IPA di kelas? 2. Apakah kamu senang dengan pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini? 3. Apakah bapak gurumu pernah menggunakan media pembelajaran saat belajar IPA? 4. Jika pernah, media apa yang digunakan saat belajar IPA? 5. Apakah kamu tertarik dengan media yang digunakan oleh bapak gurumu? 6. Apa kamu lebih mudah mengerti ketika belajar menggunakan media? Apa alasannya? 7. Apa kamu pernah mengalami kesulitan saat belajar IPA? 8. Materi apa yang kamu anggap sulit?
Sudah bagus bu, karena pelajarannya menyenangkan. Senang bu, karena sering diajak jalanjalan melihat pemandangan.
9. Apakah bapak guru membantu mengatasi kesulitan belajarmu?
Pernah sih bu, tapi jarang.
Waktu itu pernah dengan gambargambar hewan sama bunga bu. Tertarik bu, jadi lebih gampang belajarnya. Iya bu, soalnya jadi lebih gampang belajarnya. Kadang-kadang. Kalau disuruh menghafal nama bagian-bagian hewan, nama bagian tumbuhan, trus sama fungsi-fungsinya itu bu. Soalnya kadang aku nggak pernah lihat kayak apa bentuknya. Iya bu, biasanya sama pak Ifnu dikasih kuis terus kalau ada yang salah dikasih tau jawabannya.
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa SD Setara
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.4 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 Instrumen Tes Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh Ahli
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes Oleh Ahli
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa dalam Uji Empiris
210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas Reliabilitas Instrumen Tes
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed) 212
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .714
13
213
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.5 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes
214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest
219
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3.7 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest
220
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4 Validasi Produk Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa
227
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa
233
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli
235
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli
239
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Guru
243
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa
245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian
246
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
247
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 6.1 Dokumentasi
Gambar 1. Penjelasan Guru
Gambar 2. Siswa menggunakan media
Gambar 3. Siswa menggunakan puzzle
Gambar 4. Siswa menggunakan kartu
Gambar 5. Pengerjaan Posttest
248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 7.1 Album Media Bagian-Bagian Tubuh Katak
ALBUM PETUNJUK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK
Disusun Oleh: Margareta Aprilia Husadani 131134137
249
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih dan berkat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan album petunjuk penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak
berbasis metode
Montessori. Album petunjuk penggunaan media pembelajaran ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir skripsi dengan judul ”Pengembangan Media Pembelajaran IPA Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori”. Album petunjuk penggunaan media pembelajaran ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan beberapa pihak yang membantu dalam proses pembuatannya. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan album ini yaitu : 1.
Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang selalu menuntun setiap langkah dalam pembuatan album petunjuk penggunaan media pembelajaran materi bagianbagian tubuh katak berbasis metode Montessori.
2.
Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3.
Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M. A., yang mendampingi dan memberikan saran dalam penyempurnaan album.
4.
Para validator yang telah membantu dalam penilaian album petunjuk penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak.
250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Keluarga Besar SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang bersedia bekerjasama membantu sebagai tempat uji coba terbatas dan tempat penelitian.
6.
Pak Muhibat yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam proses pembuatan media pembelajaran.
7.
Teman-teman satu payung Montessori yang selalu memberikan saran yang mendukung
dalam
pembuatan
album
petunjuk
penggunaan
media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Selama pembuatan album media pembelajaran ini, peneliti mengalami beberapa kendala baik faktor dalam maupun faktor luar akan tetapi bukan menjadi alasan bagi peneliti untuk berputus asa dalam mengerjakan album media pembelajaran ini. Semoga album media pembelajaran ini bermanfaat bagi para pembaca. Peneliti memohon maaf apabila dalam penyajian album media pembelajaran ini ada beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian maupun isi.
Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti
Margareta Aprilia Husadani
251
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengenalan Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak terdiri dari enam komponen. Komponen tersebut terdiri dari papan replika bagian-bagian tubuh katak, papan puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak, kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle, dan kotak penyimpanan kartu materi. Komponen yang pertama adalah replika katak. Replika katak ini memiliki dua sisi, yaitu bagianbagian luar dan bagian-bagian dalam katak. Replika bagian-bagian luar tubuh katak berwarna dasar hijau dan terdapat bercak-bercak berwarna kuning sehingga terlihat menarik. Replika bagian-bagian dalam tubuh katak dibuat dengan bermacammacam warna dan berbentuk timbul untuk menunjukkan bagian-bagian organ dalam katak yang saling terhubung. Komponen yang kedua adalah papan puzzle bagian-bagian tubuh katak, yang memiliki ukuran 30cm x 40cm dengan ketebalan 1,5cm. Papan puzzle ini menampung dua bagian, yaitu puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak yang terletak pada bagian bawah dan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak yang terletak pada bagian atas. Puzzle bagianbagian dalam katak terbagi menjadi 7 bagian dengan 7 warna yang berbeda. Puzzle bagian-bagian luar katak berbentuk timbul, memiliki 4 bagian dengan warna dasar hijau. 252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komponen yang ketiga adalah kartu materi. Terdapat tiga macam kartu materi yang harus disusun, yaitu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, kartu nama bagian-bagian tubuh katak, dan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. Tiga macam kartu materi tersebut dibedakan berdasarkan warna pada bagian tepi, yaitu hijau pada kartu gambar, merah pada kartu nama, dan kuning pada kartu kegunaan. Selain itu, dilengkapi juga dengan kartu pengendali kesalahan sebagai kunci jawaban apabila siswa melakukan kesalahan saat menyusun kartu materi. Komponen
yang
keempat
adalah
kotak
penyimpanan replika bagian-bagian tubuh katak. Kotak penyimpanan replika berukuran 1 4 c m x 3 8 c m dengan tinggi 27cm. Kotak penyimpanan dilengkapi dengan tutup yang berfungsi sebagai tempat untuk melindungi media pembelajaran replika dari bentuk keras. Komponen yang kelima adalah kotak penyimpanan puzzle. Kotak penyimpanan dilengkapi dengan tutup
yang
melindungi
berfungsi media
sebagai
pembelajaran
tempat puzzle
untuk dari
benturan benda keras. Kotak penyimpanan puzzle berukuran 33cm x 42cm dengan tinggi 7,5cm.
253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Komponen
yang
keenam
adalah
kotak
penyimpanan kartu materi dengan ukuran 28cm x 20 cm dengan tinggi 10 cm. Kotak tersebut terbagi menjadi empat bagian, yaitu sebagai tempat meletakkan kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, kartu nama bagian-bagian tubuh katak, kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak, serta kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak.
254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PETUNJUK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK Materi Pembelajaran
Bagian-Bagian Tubuh Katak
Tujuan Langsung
Mengenal nama dan kegunaan bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak.
Tujuan Tidak Langsung
Memperlihatkan bentuk organ dalam tubuh katak.
Syarat
Siswa mengenal bagian-bagian tubuh hewan.
Usia
7-8 tahun 1. Replika bagian-bagian tubuh katak. 2. Puzzle bagian-bagian tubuh katak.
Media Pembelajaran 3. Kartu materi dan kartu pengendali kesalahan. 4. Kotak penyimpanan Puzzle (bentuk dan ukuran berbeda) Pengendali kesalahan Kartu materi (warna pada bagian tepi)
Persiapan Pertama 1.
Guru mengajak siswa untuk belajar bersama dengan berkata “ Hari ini kita akan mempelajari bagian-bagian tubuh katak. Mari belajar bersama dengan menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak bersama ibu!”.
2.
Guru mengarahkan siswa untuk mengambil media pembelajaran replika bagian-bagian tubuh katak dari tempat penyimpanan, dengan berkata “Mari bantu ibu membawa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak ke meja kerja!”.
255
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.
Guru mengarahkan siswa dalam membawa media pembelajaran bagianbagian tubuh katak ke meja kerja.
4.
Siswa mengambil media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dari tempat penyimpanan.
5.
Siswa meletakkan media pembelajaran bagian-bagian katak di atas meja/karpet.
6.
Guru mengarahkan siswa untuk duduk di samping kirinya.
7.
Guru membuka papan replika bagian-bagian tubuh katak.
256
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latihan Pertama 8.
Guru mengenalkan bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan replika, dengan berkata “Bagian yang berwarna hijau dan terdapat bercak kuning ini adalah bagian-bagian luar tubuh katak”.
9.
Guru mengenalkan bagian kepala pada replika dengan berkata “bagian yang terdapat mata dan mulut ini adalah bagian kepala” sambil menunjuk bagian menggunakan telunjuk tangan.
10. Guru mengenalkan bagian kaki depan pada replika dengan berkata “bagian yang memiliki tiga selaput ini adalah bagian kaki depan” sambil menunjuk bagian menggunakan telunjuk tangan.
257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Guru mengenalkan bagian kaki belakang pada replika dengan berkata “bagian yang terdapat empat selaput ini adalah bagian kaki belakang” sambil menunjuk bagian menggunakan telunjuk tangan. 12. Guru mengenalkan bagian badan pada replika dengan berkata “bagian yang menghubungkan kaki dengan kepala adalah bagian badan” sambil menunjuk bagian menggunakan telunjuk tangan.
13. Guru bertanya kepada siswa “mana kepala?”. 14. Guru bertanya kepada siswa “mana kaki depan?”. 15. Guru bertanya kepada siswa “mana kaki belakang?”. 16. Guru bertanya kepada siswa “mana badan?”. 17. Guru mengenalkan bagian-bagian dalam tubuh katak menggunakan replika, dengan berkata “bagian yang berbentuk timbul ini adalah bagian-bagian dalam tubuh katak”. 18. Guru mengenalkan bagian esofagus pada replika dengan berkata “bagian yang menonjol dan terdapat di dalam mulut ini adalah bagian esofagus” sambil meraba bagian esofagus. 258
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19. Guru mengenalkan bagian lambung pada replika dengan berkata “bagian yang tersembunyi dan berwarna hijau ini adalah lambung” sambil meraba bagian dan menyebutkan nama bagian lambung. 20. Guru mengenalkan bagian hati pada replika dengan berkata “bagian yang berwarna merah marun ini adalah hati” sambil meraba bagian hati. 21. Guru mengenalkan bagian usus kecil pada replika dengan berkata “bagian yang berbentuk seperti ular dan berwarna hijau ini adalah usus kecil” sambil meraba bagian usus kecil.
22. Guru mengenalkan bagian jantung pada replika dengan berkata “bagian yang merah dan berotot ini adalah jantung” sambil meraba bagian jantung.
259
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23. Guru mengenalkan bagian usus besar pada replika dengan berkata “bagian yang ini berada di bagian belakang dan besar ini adalah usus besar” sambil meraba bagian usus besar. 24. Guru mengenalkan bagian paru-paru pada replika dengan berkata “bagian yang berwarna biru ini adalah paru-paru” sambil meraba bagian paru-paru.
25. Guru bertanya kepada siswa “mana esofagus?”. 26. Guru bertanya kepada siswa “mana lambung?”. 27. Guru bertanya kepada siswa “mana hati?”. 28. Guru bertanya kepada siswa “mana usus halus?”. 29. Guru bertanya kepada siswa “mana usus besar?”. 30. Guru bertanya kepada siswa “mana jantung?”. 31. Guru bertanya kepada siswa “mana paru-paru?”. Latihan kedua 32. Guru mengenalkan media pembelajaran puzzle bagian-bagian tubuh katak, dengan berkata “ini adalah puzzle bagian-bagian tubuh katak. Pada puzzle bagian-bagian tubuh katak ini terdapat dua macam bagian, yaitu bagian260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bagian dalam tubuh katak dan bagian-bagian luar tubuh katak. Mari membantu ibu untuk mengeluarkan bagian-bagian puzzle dari papan”.
33. Guru mengenalkan kegunaan bagian-bagian dalam tubuh katak menggunakan puzzle dengan berkata “ini adalah bagian jantung.
Kegunaan jantung pada katak adalah untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh,” sambil meraba bagian jantung. 34. Guru memasang puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak pada papan puzzle. 35. Guru bertanya kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian dalam tubuh katak, misalnya “apa kegunaan bagian esofagus?”.
261
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36. Guru mengenalkan kegunaan bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan puzzle dan berkata, misalnya “ini adalah bagian badan. Kegunaan badan pada katak adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam katak,” sambil meraba bagian badan.
37. Guru memasang puzzle bagian-bagian luar tubuh katak pada papan puzzle. 38. Guru bertanya kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian luar tubuh katak dengan berkata misalnya, “apa kegunaan bagian kaki belakang katak?”.
262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39. Setelah guru menjelaskan beberapa kegunaan bagian-bagian tubuh katak, guru menawarkan kepada siswa untuk menyusun puzzle bagian-bagian tubuh katak dengan berkata, “apakah kamu mau mencoba?”. 40. Siswa melanjutkan memasang puzzle bagian-bagian tubuh katak. Latihan Ketiga 41. Guru mengeluarkan kartu materi dari kotak penyimpanan dan meletakkannya di atas karpet/meja.
42. Guru mengambil salah satu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak dan berkata, misalnya “ini adalah kartu gambar badan katak”.
263
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43. Guru meletakkan salah satu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. 44. Guru mencari salah satu kartu nama bagian-bagian tubuh katak berdasarkan kartu gambar bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil dengan berkata, “ini adalah kartu nama badan katak”.
45. Guru meletakkan salah satu kartu nama bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. Kartu nama tersebut diletakkan di bawah kartu gambar salah satu bagian-bagian tubuh katak yang sudah diletakkan sebelumnya. 264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46. Guru mencari salah satu kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak berdasarkan kartu gambar dan kartu nama bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil dengan berkata, “ini adalah kartu kegunaan badan katak”.
47. Guru meletakkan salah satu kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. Kartu nama tersebut diletakkan di bawah kartu gambar dan kartu nama salah satu bagianbagian tubuh katak yang sudah diletakkan sebelumnya.
48. Guru kemudian memeriksa kebenaran kartu materi yang telah disusun menggunakan kartu pengendali kesalahan.
265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49. Apabila salah satu kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan yang disusun sudah cocok, kartu materi tersebut diletakkan di kotak penyimpanan dan dilanjutkan untuk menyusun kartu materi yang lain. 50. Apabila salah satu kartu materi yang disusun tidak cocok, maka kartu materi disusun ulang lagi dan diganti sesuai dengan pasangannya. 51. Guru menawarkan kepada siswa untuk menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak dengan berkata, “apakah kamu mau mencoba?”. 52. Siswa melanjutkan menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Penutup 53. Guru memberikan kesimpulan dengan berkata, “ hari ini, kita telah belajar mengenai bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak”. Jika kamu ingin belajar, kamu bisa mengambil media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak pada rak/lemari penyimpanan. 54. Guru meminta siswa untuk mengembalikan media pembelajaran bagianbagian tubuh katak dengan berkata, “mari bantu ibu mengembalikan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak!”. 266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55. Siswa mengembalikan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak ke rak/lemari penyimpanan.
56. Siswa membereskan tempat kerja.
267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8.1 Foto Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori
Replika bagian-bagian tubuh katak (tampak samping kiri dan kanan)
Puzzle bagian-bagian tubuh katak
Kartu materi bagian-bagian tubuh katak
268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9.1 Curriculum Vitae CURRICULUM VITAE Margareta Aprilia Husadani merupakan anak pertama dari pasangan Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani. Lahir di kabupaten Wonogiri pada tanggal 23 April 1995. Pendidikan awal dimulai dari SD Kanisius Serenan I Giriwoyo pada tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma. Berikut ini daftar kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Sanata Dharma. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
Nama Kegiatan Inisiasi Universitas Sanata Dharma English Club Program Inisiasi Fakultas (INFISA) Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD) Week-end Moral Story Telling and Writing Contest PGSD Festival Paduan Suara Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah V Yogyakarta Pesparawi Mahasiswa Tingkat Nasional X
Tahun 2013 2013-2015 2013 2013
Peran Peserta Peserta Peserta Peserta
2014
Peserta
2014 2015
Peserta Panitia
2015
Peserta
2016
Peserta
269