PERKEMBANGAN DAN EVALUASI KLASTER INDUSTRI AGRO 2012
Oleh :
Tim Tenaga Ahli Klaster Industri Agro Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pengembangan Klaster Industri Agro Hotel Salak The Heritage - Bogor Bogor,, 28 Juni 201 2013 3
PENGANTAR
PENGEMBANGAN 35 KLASTER INDUSTRI PRIOTITAS (TOP-DOWN POLICY)
1. Perangkat Lunak & Konten Multimedia 2. Fashion 3. Kerajinan & Barang Seni 1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam 3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri 5.Makanan Ringan
Elektronika & Telematika
IKM Tertentu 1. Industri Material Dasar (baja, semen, petrokimia, keramik) Basis Industri 2. Industri Permesinan (mesin listrik & peralatan listrik, Manufaktur mesin peralatan umum) 3. Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (tekstil & produk tekstil, alas kaki)
1. Elektronika 2. Telekomunikasi 3. Komputer dan Peralatannya
Industri Penunjang Industri Kreatif...
Fokus Alat Angkut 1.Kendaraan Bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian
Agro
1.Pengolahan Kelapa sawit 5. Gula 6. Hasil Tembakau 2.Kakao 7. Pengolahan 3.Pengolahan Kelapa 4.Pengolahan Kopi Buah
8. Furniture 9. Pengolahan Ikan 10. Kertas 11. Pengolahan Susu
Sumber : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian Perindustrian,, 2010
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO
TERCAPAINYA SASARAN PERTUMBUHAN INDUSTRI AGRO
KLASTER :
PENGEMBANGAN 11 KLASTER INDUSTRI AGRO
1. INDUSTRI KAKAO 2. INDUSTRI BUAH 3. INDUSTRI KELAPA 4. INDUSTRI TEMBAKAU 5. INDUSTRI KOPI 6. INDUSTRI GULA 7. INDUSTRI HASIL LAUT 8. INDUSTRI K.SAWIT 9. INDUSTRI KAYU 10. INDUSTRI PULP, KERTAS 11. INDUSTRI SUSU
RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN KLASTER
Sumber : Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian, 2010
MENINGKATNYA DAYA SAING INDUSTRI AGRO
LOKUS PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO
Kelapa Sawit Kelapa Sawit Kakao
Kelapa Sawit
Kakao
Kopi Kertas
Susu
Buah,
Furniture
Gula Tembakau
Kelapa
Hasil Laut
EVALUASI KASTER INDUS INDUSTRI AGRO
Empat Elemen Kunci dari Klaster Aglomerasi perusahaan; Nilai Tambah (value added) dan Mata Rantai Nilai (value chain); Jejaring Kerjasama; Infrastruktur Ekonomi.
Criteria for Identifying Industry Cluster No
Factor [Gov Guide to Cluster Base Eco. Development]
4 Elemen Klaster
1
Innovation
Rantai nilai
2
Entrepreneurship
Aglomerasi
3
Workforce skills and availability
Aglomerasi
4
Network
Jejaring kerjasama
5
External Connection
Jejaring kerjasama
6
Social Capital (Connection and Intermediaries)
Aglomerasi
7
Geographic concern (Proximity to suppliers)
Aglomerasi & Jejaring kerjasama
8
Specialized services
Aglomerasi, Jejaring kerjasama & Infrastruktur
9
R & D Capacity
Rantai Nilai, Jejaring Kerjasama dan Infrastruktur
Source: Diadaptasi dari Feser’s Introduction to Regional Industry Cluster Analysis
Elemen dan Indikator Penilaian Kinerja Klaster No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4
Elemen & Indikator A. Aglomerasi Perusahaan Jenis Champion Jumlah Wirausaha atau industri pengolahan (Selain Champion)
No 1 2
Indikator C. Jejaring Kerjasama Kerjasama Champion Kerjasama Wirausaha atau industri pengolahan (selain champion)
3
Kerjasama pemasok bahan baku utama
Jumlah pemasok bahan baku utama
4
Kerjasama pemasok bahan baku pendukung
Jumlah pemasok bahan baku pendukung Keberadaan Pokja dalam Pengembangan Klaster
5
Kerjasama lembaga pembiayaan Kerjasama institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan
Keberadaan Lembaga Pembiayaan Keberadaan institusi pendidikan, Lembaga pelatihan dan Lembaga penelitian Keberadaan Industri Jasa Terkait Keberadaan asosiasi B. Rantai Nilai Capaian hilirisasi Pemanfaatan teknologi Ketersediaan Peralatan dan Perlengkapan Teknologi Kualitas produk
6 7
Kerjasama industri jasa terkait (jasa pemasaran, Jasa angkutan, Jasa Pergudangan, Jasa Bongkar muat)
8
Kerjasama asosiasi
9
Kerjasama Pemasaran (Jaringan Pasar)
10
Peran Pokja dalam pengembangan klaster
11
Peran pemerintah dalam pengembangan klaster
12
Peran swasta dalam pengembangan klaster
1 2
D. Infrastruktur Aksesibilitas jalan Aksesibilitas transportasi (Pelabuhan/ Bandar Udara/Transportasi Darat)
3
Aksesibilitas listrik, Air dan Komunikasi
4
Aksesibilitas Lahan
5
Aksesibilitas Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Metode Analisis untuk Identifikasi Klaster Industri (1) No
Method
Advantages
Pitfalls
1
Expert Judgment
Very easy, low cost, detail contextual info
Not generalizable, it’s just judgment
2
Porter’s Diamond Approach
A very comprehensive, and clear view of related and supported firms, provides strong theoretical background
Too biased to qualitative view, may need a lot of time, Very difficult
3
Specialization indicators (LQs)
Very easy, inexpensive, Can supplement methods
Focuses on sectors, not clusdters
4
Competitive Shift (Shift-Share)
Easy, Providers shifting change of job demand
Need detailed STC level analysis, More difficult to calculate than LQ
5
Input-Output (trade and innovation I-O)
Only major source of data on interdependence in the U.S. Comprehensive and detailed, Key measure of interdependence (innovation I-O)
May be dated, Industry definitions imperfect, Neglects supporting institutions, Data not available in U.S (innovation I-O)
6
Graph theory/network analysis
Visualization aids interpretation and analysis
Methods, software still limited
7
Surveys (including correspondence analysis
Flexibility with collecting ideal data, upto-date
Costly, Difficult to implement property
Source: Refer to Feser’s Introduction to Regional Industry Cluster Analysis, 2001
Workforce skills and availability
Network
Social Capital
Geographic conce
√
√
√
√
√
√
Porter’s Diamond Approach
X
√
√
X
Specialization indicators (LQs)
√
Competitive Shift (Shift-Share)
√
Input-Output (trade and innovation I-O)
X
Graph theory/network analysis Surveys (including correspondence analysis)
X X
√
R & D Capacity
Etrepreneurship
Expert Judgment
Innovation
Method
Specialized services
Metode Analisis untuk Identifikasi Klaster Industri (2)
√
X X
X
Keterangan: √ Pengukuran Estimasi; x Pengukuran Kuantitatif Source: Refer to Feser’s Introduction to Regional Industry Cluster Analysis, 2001
X
Kriteria Penilaian untuk Elemen Aglomerasi No
Indikator Aglomerasi Perusahaan
1 Jenis Champion
2
Jumlah Wirausaha atau industri pengolahan (Selain Champion)
3 Jumlah pemasok bahan baku utama
4
Jumlah pemasok bahan baku pendukung
5
Keberadaan Pokja dalam Pengembangan Klaster
6 Keberadaan Lembaga Pembiayaan
Keberadaan institusi pendidikan, 7 Lembaga pelatihan dan Lembaga penelitian
8 Keberadaan Industri Jasa Terkait
9 Keberadaan asosiasi
Parameter
Kategori
Skala Besar, Menghasilkan Produk Akhir Skala Besar, Produk Antara atau Skala Sedang, Produk Akhir Skala Sedang, Produk Antara Skala Usaha dan Produk Akhir Skala Kecil, Produk Akhir Skala Kecil, Produk Antara Banyak Jumlah wirausaha relatif Sedang terhadap potensi Sedikit Banyak Jumlah pemasok bahan baku Sedang utama relatif terhadap potensi Sedikit Banyak Jumlah pemasok bahan baku Sedang pendukung terhadap potensi Sedikit Anggota dari Stakeholders (Pemerintah, Pengusaha, Asosiasi, Akademisi, Konsultan) Anggota hanya dari perwakilan 4 Stakeholders Anggota hanya dari perwakilan 3 Stakeholders Komposisi Anggota Anggota hanya dari perwakilan 2 Stakeholders Anggota hanya dari perwakilan 1 Stakeholders Lembaga pembiayaan dari 5 institusi (BUMN, Swasta, BUMD, Koperasi & BPR) Lembaga pembiayaan dari 4 institusi Lembaga pembiayaan dari 3 institusi Komposisi Anggota Lembaga pembiayaan dari 2 institusi Lembaga pembiayaan dari 1 institusi Institusi Pendidikan dari 3 institusi Pendidikan, lembaga Pelatihan dan lembaga Penelitian Komposisi Anggota
Institusi Pendidikan dari 2 institusi Institusi Pendidikan dari 1 institusi Tidak ada Institusi Industri jasa terkait terdiri dari 4 jenis industri jasa (jasa angkutan, bongkar muat, pergudangan dan pemasaran) Jumlah industri Jasa terkait Industri jasa terkait terdiri dari 3 jenis industri jasa relatif terhadap potensi Industri jasa terkait terdiri dari 2 jenis industri jasa Industri jasa terkait terdiri dari 1 jenis industri jasa Tidak ada Industri jasa terkait Asosiasi di tingkat hulu, produksi, dan perdagangan Asosiasi terdapat di 2 tingkatan Jumlah asosiasi di setiap aktor Asosiasi terdapat di 1 tingkatan Tidak ada asosiasi
Nilai 5 4 3 2 1 5 3-4 1-2 5 3-4 1-2 5 3-4 1-2 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2
Kriteria Penilaian untuk Elemen Rantai Nilai No
1
Indikator Rantai Nilai Capaian hilirisasi
2
Pemanfaatan teknologi
3
Ketersediaan Peralatan dan Perlengkapan Teknologi
4
Kualitas produk
Parameter Capaian produk turunan relatif Sudah sampai produk turunan akhir Baru sampai produk antara terhadap pohon industri Baru sampai bahan baku Pemanfaatan teknologi Sangat Baik Pemanfaatan teknologi Baik Pemanfaatan teknologi Cukup Hulu Pemanfaatan teknologi kurang Baik Pemanfaatan teknologi tidak baik Pemanfaatan teknologi Sangat Baik Pemanfaatan teknologi Baik Pemanfaatan teknologi Cukup Antara Pemanfaatan teknologi Kurang Baik Pemanfaatan teknologi tidak baik Pemanfaatan teknologi Sangat Baik Pemanfaatan teknologi Baik Pemanfaatan teknologi Cukup Hilir Pemanfaatan teknologi Kurang Baik Pemanfaatan teknologi tidak baik Tersedia sangat lengkap Tersedia lengkap Tersedia cukup lengkap Hulu Tersedia kurang lengkap Tidak tersedia Tersedia sangat lengkap Tersedia lengkap Tersedia cukup lengkap Antara Tersedia kurang lengkap Tidak tersedia Tersedia sangat lengkap Tersedia lengkap Tersedia cukup lengkap Hilir Tersedia kurang lengkap Tidak tersedia Kualitas produk sangat baik Kualitas produk baik Kualitas produk cukup Hulu Kualitas produk tidak baik Kualitas produk sangat tidak baik Kualitas produk sangat baik Kualitas produk baik Kualitas produk cukup Antara Kualitas produk tidak baik Kualitas produk sangat tidak baik Kualitas produk sangat baik Kualitas produk baik Kualitas produk cukup Hilir Kualitas produk tidak baik Kualitas produk sangat tidak baik
Kategori
Nilai 4-5 2-3 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Kriteria Penilaian untuk Elemen Jejaring Kerjasama (1) No
Indikator Jejaring Kerjasama
Parameter
Kuantitas Kerjasama 1
Kerjasama Champion Kualitas Kerjasama
Kuantitas Kerjasama 2
Kerjasama Wirausaha atau industri pengolahan (selain champion) Kualitas Kerjasama
Kuantitas Kerjasama 3
Kerjasama pemasok bahan baku utama Kualitas Kerjasama
Kuantitas Kerjasama 4
Kerjasama pemasok bahan baku pendukung Kualitas Kerjasama
Kuantitas Kerjasama 5
Kerjasama lembaga pembiayaan
Kualitas Kerjasama
Kuantitas Kerjasama 6
Kerjasama institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan Kualitas Kerjasama
Kategori Kerjasama sudah dengan semua anggota klaster Kerjasama dengan sebagian besar anggota klaster Kerjasama dengan sebagian kecil anggota klaster Kerjasama hanya dengan 1 anggota klaster Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Kerjasama sudah dengan semua anggota klaster Kerjasama dengan sebagian besar anggota klaster Kerjasama dengan sebagian kecil anggota klaster Kerjasama hanya dengan 1 anggota klaster Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Kerjasama sudah dengan semua anggota klaster Kerjasama dengan sebagian besar anggota klaster Kerjasama dengan sebagian kecil anggota klaster Kerjasama hanya dengan 1 anggota klaster Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Kerjasama sudah dengan semua anggota klaster Kerjasama dengan sebagian besar anggota klaster Kerjasama dengan sebagian kecil anggota klaster Kerjasama hanya dengan 1 anggota klaster Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Kerjasama dengan 4 Aktor (Champion, wirausaha atau industri pengolahan, pemasok bahan baku, industri jasa) Kerjasama dengan 3 Aktor Kerjasama dengan 2 Aktor Kerjasama dengan 1 Aktor Tidak ada kerjasama Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Kerjasama dengan 4 Aktor (Pemerintah, Champion, wirausaha atau industri pengolahan, pemasok bahan baku) Kerjasama dengan 3 Aktor Kerjasama dengan 2 Aktor Kerjasama dengan 1 Aktor Tidak ada kerjasama Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik
Nilai 5 4 3 1-2 5 4 3 2 1 5 4 3 1-2 5 4 3 2 1 5 4 3 1-2 5 4 3 2 1 5 4 3 1-2 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Kriteria Penilaian untuk Elemen Jejaring Kerjasama (2) No
Indikator Jejaring Kerjasama
Parameter
Kuantitas Kerjasama 7
Kerjasama industri jasa terkait (jasa pemasaran, Jasa angkutan, Jasa Pergudangan, Jasa Bongkar muat) Kualitas Kerjasama
Kuantitas Kerjasama 8
Kerjasama asosiasi Kualitas Kerjasama
Orientasi Pasar 9
Kerjasama Pemasaran (Jaringan Pasar) Kualitas Kerjasama
10
Peran Pokja dalam pengembangan klaster
Aktivitas Pokja
11
Peran pemerintah dalam pengembangan klaster
Kebijakan, Fasilitasi
12
Peran swasta dalam pengembangan klaster
Fasilitas
Kategori Kerjasama dengan 4 Aktor (Champion, wirausaha atau industri pengolahan, pemasok bahan baku, lembaga pembiayaan) Kerjasama dengan 3 Aktor Kerjasama dengan 2 Aktor Kerjasama dengan 1 Aktor Tidak ada kerjasama Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Kerjasama dengan 3 Aktor (Champion, wirausaha atau industri pengolahan, pemasok bahan baku) Kerjasama dengan 2 Aktor Kerjasama dengan 1 Aktor Tidak ada kerjasama Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Pasar Ekspor dan domestik Pasar Ekspor Pasar domestik Kerjasama sangat baik Kerjasama baik Kerjasama cukup Kerjasama kurang baik Kerjasama tidak baik Aktif, Dapat mendukung keberlanjutan klaster, optimal Aktif, Dapat mendukung keberlanjutan klaster, tetapi belum optimal Aktif, Kurang mendukung Aktif, Dapat mendukung keberlanjutan klaster, optimal Aktif, Dapat mendukung keberlanjutan klaster, tetapi belum optimal Aktif, Kurang mendukung Aktif, Dapat mendukung keberlanjutan klaster, optimal Aktif, Dapat mendukung keberlanjutan klaster, tetapi belum optimal Aktif, Kurang mendukung
Nilai 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 1 5 4 3 2 1 4-5 3 1-2 5 4 3 2 1 5 3-4 1-2 5 3-4 1-2 5 3-4 1-2
Kriteria Penilaian untuk Elemen Infrastruktur No
Indikator Infrastruktur
1 Aksesibilitas jalan
2
Parameter
Aksesibilitas
Aksesibilitas transportasi (Pelabuhan/ Aksesibilitas Bandar Udara/Transportasi Darat)
3 Aksesibilitas listrik, Air dan Komunikasi Aksesibilitas
4 Aksesibilitas Lahan
5
Aksesibilitas Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Aksesibilitas
Kesesuaian institusi Litbang
Kategori Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Ada institusi litbang, sesuai kebutuhan, optimal Ada institusi litbang, sesuai kebutuhan, belum optimal Ada institusi litbang, kurang sesuai kebutuhan Ada institusi litbang, tidak sesuai kebutuhan Tidak ada institusi litbang
Nilai 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Kerangka/Konsep Evaluasi Klaster Industri Agro Tiga Dimensi Pengukuran Linkage
Geography
Time
1. Linkage: Innovation, labor, input [value chain] 2. Geography: Localized, non-localized 3. Time: Transforming, Embrionic, Mature & Star Source: Refer to Feser’s Introduction to Regional Industry Cluster Analysis, 2001 [Diadaptasi]
Peta Posisi Klaster Industri Agro
Mature
Star
Rataan
Kinerja Klaster
5
Transforming 0
Embrionic Rataan Potensi Pengembangan
10
Perbandingan Perkembangan Klaster Industri Agro Tahun 2012 Kelapa Sawit Riau Hasil Laut Maluku
4.500
Kelapa Sawit Sumut
4.000 3.500
Kelapa Sulut
Kelapa Sawit Kaltim
3.000 2.500 2.000 1.500
Kakao Sulteng
Kopi Lampung
1.000 0.500 -
Kakao Sulsel
Kertas Jabar
Tembakau NTB
Buah Jabar
Gula Jatim
Furniture Jateng Susu Jateng
Nilai Eksisting Tahun 2012
Nilai Sebelum Terbentuknya Klaster
Perbandingan Perkembangan Klaster Industri Agro Tahun 2012 No
Klaster
Nilai Sebelum Nilai Eksisting Tahun 2012 Terbentuknya Klaster
Perubahan
1
Kelapa Sawit Riau
4,040
3,537
0,503
2
Kelapa Sawit Sumut
3,531
3,237
0,294
3
Kelapa Sawit Kaltim
2,678
2,446
0,232
4
Kopi Lampung
2,718
2,367
0,350
5
Kertas Jabar
2,831
2,559
0,271
6
Buah Jabar
2,898
2,458
0,441
7
Furniture Jateng
3,904
3,435
0,469
8
Susu Jateng
2,780
2,435
0,345
9
Gula Jatim
3,215
2,898
0,317
10
Tembakau NTB
3,407
3,090
0,316
11
Kakao Sulsel
3,322
2,814
0,508
12
Kakao Sulteng
-
2,531
-
13
Kelapa Sulut
3,124
2,678
0,446
14
Hasil Laut Maluku
2,915
2,542
0,373
Perkembangan Elemen lemen--Elemen Klaster Industri Agro Tahun 2012 Aglomerasi
Elemen Klaster
Nilai Max
5 4.5 4 3.5
Aglomerasi Rantai Nilai Jejaring Kerjasama Infrastruktur
5 5 5 5
Nilai Eksisting Tahun 2012 3,52 3,12 3,06 3,31
3 2.5 2 1.5 1 0.5
Infrastruktur
0
Rantai Nilai
Jejaring Kerjasama Nilai Max
Nilai Rata-rata Eksisting Tahun 2012
Nilai Sebelum Terbentuknya Klaster
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster 3,13 2,86 2,62 3,13
Perubahan 0,39 0,26 0,44 0,18
Peta Posisi Klaster Industri Agro MATURE
TRANSFORMING
STAR
EMBRIONIC
Peta Posisi Klaster Industri Agro Berdasarkan hasil evaluasi, klaster industri yang menempati posisi transforming adalah klaster industri pengolahan buah di Jawa Barat. Pada posisi tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah meningkatkan kinerja klaster serta mencari alternatif sumber bahan baku dari luar klaster. Klaster industri pada posisi embrionic adalah klaster industri pengolahan kakao Sulteng, klaster industri pengolahan kelapa sawit Kaltim, klaster industri pengolahan kopi Lampung, klaster industri pengolahan susu Jawa Tengah, klaster industri kertas Jawa Barat, serta klaster industri hasil laut Maluku. Pada posisi tersebut langkah yang harus dilakukan adalah meningkatkan kinerja, sehingga diharapkan dimasa mendatang posisi klaster dapat berada pada posisi Star.
Peta Posisi Klaster Industri Agro Klaster industri pada posisi mature adalah klaster industri pengolahan berbasis tebu (gula), klaster industri hasil tembakau serta klaster industri furniture. Pada posisi ini langkah yang harus dilakukan adalah meningkatkan potensi pengembangan. Misalnya peningkatan rantai nilai untuk klaster industri berbasis tebu (gula) dan industri hasil tembakau, serta mencari alterntaif sumber bahan baku bagi industri furniture. Klaster industri pada posisi Star, adalah klaster industri pengolahan kakao Sulsel, klaster industri pengolahan kelapa sawit Riau dan klaster industri pengolahan kelapa sawit Sumut. Pada posisi di atas, langkah yang harus dilakukan adalah meningkatkan kinerja klaster secara lebih optimal sehingga seluruh potensi pengembangan dapat dimanfaatkan secara optimal.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HASIL KELAPA SAWIT RIAU
Aglomerasi Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - RIAU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Keberadaan institusi pendidikan, pelatihan dan penelitian 2. Keberadaan pokja dalam pengembangan klaster 3. Keberadaan industri jasa terkait
Rantai Nilai Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - RIAU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk antara 3. Capaian hilirisasi
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - RIAU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas kerjasama industri pengolahan 2. Peran swasta dalam pengembangan klaster 3. Kuantitas kerjasama Champion 4. Kualitas kerjasama Champion
Infrastruktur Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - RIAU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas jalan
Pertumbuhan Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - RIAU Elemen Klaster Aglomerasi 5.00
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
4,22
3,67
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
4,10
4,10
5
4,05
3,48
Infrastruktur
5
3,20
2,00
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
4,040
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
3,537 0,503
Jejaring Kerjasama
Kelapa Sawit Riau Nilai Max
Kelapa Sawit Riau Nilai Eksisting
Kelapa Sawit Riau Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster IHKS RIAU Pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit telah mampu meningkatkan rantai nilai dan nilai tambah, meskipun masih belum banyak. Peningkatan hilirisasi produk telah terjadi, akan tetapi masih pada produkproduk tertentu dan masih dalam volume yang kecil. Peningkatan kinerja klaster industri pengolahan kelapa sawit yang terbesar berada pada elemen infrastruktur dan jejaring kerjasama. Oleh karena itu, ke depannya pengembangan klaster industri kelapa sawit Dumai-Pelintung harus didorong agar mampu menciptakan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) yang semakin panjang melalui program hilirisasi, serta peningkatan skala industri dengan menarik para investor agar menanamkan modalnya baik di Dumai maupun di Pelintung. Keberadaan Wilmar Group yang dianggap sebagi industri champion di Klaster industri saat ini belum mampu dimanfaatkan peranannya secara optimal, karena kepentingan status lahan yang berbeda. Ke depan seyogyanya pemerintah daerah maupun pusat dapat menjalin dan memfasilitasi kerjasama yang baik dengan Wilmar Group, sehingga dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mengembangkan klaster industri pengolahan kelapa sawit di Dumai dan Pelintung tersebut.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HASIL KELAPA SAWIT SUMUT
Aglomerasi Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - SUMUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jenis Champion Skala Besar, Produk Antara 2. Jumlah pemasok bahan baku utama
Rantai Nilai Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - SUMUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk antara 3. Kualitas produk hilir 4. Capaian hilirisasi baru sampai pada produk antara
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - SUMUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas kerjasama industri pengolahan 2. Kuantitas kerjasama champion 3. Kualitas kerjasama champion 4. Kuantitas kerjasama industri pengolahan
Infrastruktur Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - SUMUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas lahan : mengalami penurunan dikarenakan adanya hambatan terkait RTRW pada lahan 2. Aksesibilitas transportasi
Pertumbuhan Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - SUMUT Elemen Klaster Aglomerasi 5.00 4.50
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,89
3,56
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
4,00
3,90
5
3,24
2,90
Infrastruktur
5
3,40
3,00
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50
Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
3,531
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
3,237 0,294
Jejaring Kerjasama Kelapa Sawit SUMUT Nilai Max
Kelapa Sawit SUMUT Nilai Eksisting
Kelapa Sawit SUMUT Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster IHKS SUMUT Pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit belum mampu meningkatkan rantai nilai dan nilai tambah seperti yang diharapkan Peningkatan elemen rantai nilai kinerjanya paling kecil jika dibanding dengan elemen-elemen yang lainnya. Peningkatan terbesar justru berada pada elemen infrastruktur dan jejaring kerjasama. Oleh karena itu, pengembangan klaster industri kelapa sawit Sei Mangkei harus didorong agar mampu menciptakan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) yang semakin panjang. Pengembangan klaster industri juga harus semakin fokus untuk mendorong terciptanya jejaring kerjasama yang semakin banyak dan semakin baik antar pelaku klaster, sehingga ketersediaan bahan baku utama dan pendukung, serta industri jasa terkait semakin berkembang.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HASIL KELAPA SAWIT KALTIM
Aglomerasi Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - KALTIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jenis Champion menarik perusahaan hilir kelapa sawit yang bisa dijadikan champion 2. Jumlah pemasok bahan baku utama
Rantai Nilai Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - KALTIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Capaian hilirisasi 2. Kualitas produk hilir (belum ada produk hilir)
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - KALTIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama champion 2. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 3. Peran swasta dalam pengembangan klaster
Infrastruktur Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - KALTIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas jalan 2. Aksesibilitas transportasi 3. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster Industri Hasil Kelapa Sawit - KALTIM Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi 5.00
Aglomerasi
5
2,78
2,33
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,50
2,50
5
2,81
2,57
Infrastruktur
5
2,20
1,80
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50
Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
2,678
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,446 0,232
Jejaring Kerjasama Kelapa Sawit KALTIM Nilai Max
Kelapa Sawit KALTIM Nilai Eksisting
Kelapa Sawit KALTIM Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster IHKS KALTIM Klaster industri pengolahan kelapa sawit Maloy pada saat ini baru mampu menarik keinginan berpartisipasi dari institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan sebagai salah satu indikator pada elemen aglomerasi, serta meningkatkan aksesibilitas jalan transportasi meskipun belum signifikan. Penciptaan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) belum terjadi pada klaster industri pengolahan kelapa sawit Maloy. Oleh karena itu, ke depan pengembangan klaster industri Maloy harus semakin didorong untuk dapat menarik industri inti yang dapat dijadikan champion, serta fokus untuk mendorong terciptanya jejaring kerjasama yang semakin banyak dan semakin baik antar pelaku klaster. Percepatan pembangunan infrastruktur harus dilakukan agar dapat menarik investor guna keberjalanan klaster industri pengolahan kelapa swait tersebut.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KOPI LAMPUNG
Aglomerasi Klaster Industri Pengolahan Kopi - LAMPUNG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jenis champion 2. Keberadaan pokja dalam pengembangan klaster 3. Jumlah industri pengolahan 4. Jumlah pemasok bahan baku pendukung
Rantai Nilai Klaster Industri Pengolahan Kopi - LAMPUNG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk antara 3. Kualitas produk hilir
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Pengolahan Kopi - LAMPUNG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama champion 2. Kualitas kerjasama champion 3. Kualitas kerjasama industri pengolahan 4. Kualitas kerjasama pemasok bahan baku utama 5. Peran swasta dalam pengembangan klaster
Infrastruktur Klaster Industri Pengolahan Kopi - LAMPUNG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas jalan 2. Aksesibilitas transportasi 3. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster Industri Pengolahan Kopi LAMPUNG Tahun Berdiri Klaster : 2007
Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi 5
Aglomerasi
5
2,89
2,56
4.5
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,90
2,40
5
2,48
2,14
Infrastruktur
5
3,20
3,20
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Infrastruktur
0
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
2,718
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,367 0,350
Jejaring Kerjasama
Kopi LAMPUNG Nilai Max
Kopi LAMPUNG Nilai Eksisting
Kopi LAMPUNG Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi Lampung Pengembangan klaster industri pengolahan kopi baru dapat menciptakan terjadinya peningkatan aglomerasi melalui keterlibatan institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan. Pada rantai nilai, pengembangan klaster industri baru dapat meningkatkan nilai tambah yang masih terbatas. Begitu juga jejaring kerjasama, telah mengalami peningkatan meskipun baru pada aktor tertentu. Oleh karena itu, pengembangan klaster pengolahan kopi di Lampung Barat harus didorong agar mampu menarik investor agar mau berinvestasi pada pengolahan kopi di Lampung, sehingga klaster dapat berkembang cepat dan lebih baik. Selain itu, klaster juga harus didorong agar mampu menciptakan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) yang semakin panjang melalui hilirisasi serta peningkatan skala industri. Klaster harus semakin fokus untuk mendorong terciptanya jejaring kerjasama yang semakin banyak dan semakin baik antar pelaku klaster sehingga ketersediaan bahan baku utama dan pendukung serta industri jasa terkait semakin berkembang dan lebih jauh klaster mampu menjadi pendorong bagi perkembangan ekonomi wilayah.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERTAS JABAR
Aglomerasi Klaster Industri Kertas - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jumlah pemasok bahan baku utama 2. Jumlah industri pengolahan 3. Keberadaan lembaga pembiayaan
Rantai Nilai Klaster Industri Kertas - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk antara 2. Pemanfaatan teknologi di antara
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Kertas - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Peran swasta dalam pengembangan klaster 2. Orientasi pasar kerjasama pemasaran 3. Kuantitas kerjasama champion 4. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 5. Kualitas kerjasama industri pengolahan 6. Kuantitas kerjasama pemasaran 7. Peran pokja dalam pengembangan klaster
Infrastruktur Klaster Industri Kertas - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: TIDAK ADA
Pertumbuhan Klaster Kertas JABAR Elemen Klaster Aglomerasi 5.00
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,33
2,89
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,00
1,90
5
2,90
2,67
Infrastruktur
5
3,60
3,20
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50
Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
2,831
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,559 0,271
Jejaring Kerjasama Kertas JABAR Nilai Max
Kertas JABAR Nilai Eksisting
Kertas JABAR Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Kertas Jabar Pengembangan klaster industri kertas baru dapat menciptakan terjadinya peningkatan aglomerasi melalui keterlibatan institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan. Begitu juga jejaring kerjasama, peningkatan baru terlihat dari adanya keterlibatan institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan. Oleh karena itu ke depan, hal penting yang harus didorong adalah bagaimana klaster industri kertas mampu mendorong terciptanya jejaring kerjasama yang semakin banyak dan semakin baik antar pelaku klaster, sehingga ketersediaan bahan baku utama dan pendukung, serta industri jasa terkait semakin berkembang dan mampu memperkuat ekonomi wilayah.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH JABAR
Aglomerasi Klaster Industri Pengolahan Buah - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jenis champion 2. Jumlah industri pengolahan 3. Jumlah pemasok bahan baku utama
Rantai Nilai Klaster Industri Pengolahan Buah - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk antara 3. Kualitas produk hilir
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Pengolahan Buah - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 2. Orientasi pasar kerjasama pemasaran 3. Peran swasta dalam pengembangan klaster
Infrastruktur Klaster Industri Pengolahan Buah - JABAR
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas lahan
Pertumbuhan Klaster Industri Pengolahan Buah JABAR Tahun Berdiri Klaster : 2006
Elemen Klaster
Aglomerasi 5 4.5 4 3.5 3 2.5
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,33
3,00
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,60
2,30
5
2,76
2,19
Infrastruktur
5
3,80
4,00
2 1.5 1 0.5 Infrastruktur
0
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
2,898
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,458 0,441
Jejaring Kerjasama Buah JABAR Nilai Max
Buah JABAR Nilai Eksisting
Buah JABAR Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah Jabar Terjadi peningkatan aglomerasi dan jejaring kerjasama melalui keberadaan dan keterlibatan institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan. Pada elemen aglomerasi dan jejaring kerjasama yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana klaster industri pengolahan buah di Jawa barat dapat menarik perusahaan besar agar mau menjadi champion dan menjalin kerjasama dengan industri rumah tangga yang menghasilkan produk antara berupa puree. Persaingan ketersediaan bahan baku antara yang digunakan untuk konsumsi buah segar dan untuk produk akhir berupa selai buah, jelly, sirop dan makanan dari buah dapat menjadi hambatan dalam pengembangan klaster industri.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FURNITURE JATENG
Aglomerasi Klaster Industri Furniture - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jumlah pemasok bahan baku utama Meningkatkan peran dan fungsi terminal kayu
Rantai Nilai Klaster Industri Furniture - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu Mempercepat dan peningkatan jumlah dan jenis bahan baku yang tersertifikasi 2. Kualitas produk antara
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Furniture - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama champion 2. Kualitas kerjasama champion 3. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 4. Kualitas kerjasama pemasok bahan baku utama
Infrastruktur Klaster Industri Furniture - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas lahan
Pertumbuhan Klaster Furniture JATENG
Tahun Berdiri Klaster : 2006
Elemen Klaster Aglomerasi 5 4.5 4 3.5 3
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
4,11
4,00
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
4,30
4,20
5
3,71
2,95
Infrastruktur
5
3,60
3,60
2.5 2 1.5 1 0.5 Infrastruktur
0
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
3,904
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
3,435 0,469
Jejaring Kerjasama Furniture JATENG Nilai Max
Furniture JATENG Nilai Eksisting
Furniture JATENG Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Furniture Jateng Pengembangan klaster industri furniture telah mampu meningkatkan jejaring kerjsama antar aktor/pelaku industri furniture. Pada elemen rantai nilai (value chain), penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi di kalster furniture sudah sampai pada produk paling akhir, sehingga yang perlu dilakukan tinggal bagaimana mempertahankan kualitas dari produk. Agar klaster furniture tetap tumbuh, maka yang mendesak untuk dilakukan adalah mencari alternatif sumber bahan baku utama. Pengembangan jejaring kerjasama dengan pemasok bahan baku dari berbagai daerah perlu dilakukan, sehingga ketersediaan bahan baku utama dan terus terjamin.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU JATENG
Aglomerasi Klaster Industri Pengolahan Susu - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jumlah industri pengolahan 2. Jumlah pemasok bahan baku pendukung
Rantai Nilai Klaster Industri Pengolahan Susu - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk antara 3. Capaian hilirisasi
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Pengolahan Susu - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas kerjasama champion 2. Kuantitas kerjasama industi pengolahan 3. Kualitas kerjasama industri pengolahan 4. Kualitas kerjasama bahan baku utama 5. Orientasi pasar kerjasama pemasaran 6. Kuantitas kerjasama pemasaran 7. Peran swasta dalam pengembangan klaster
Infrastruktur Klaster Industri Pengolahan Susu - JATENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas lahan
Pertumbuhan Klaster Industri Pengolahan Susu JATENG Aglomera si 5
Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
4.5 4 3.5 3
Aglomerasi
5
3,56
3,00
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,50
2,40
5
2,48
2,05
Infrastruktur
5
3,60
3,60
2.5 2 1.5 1 0.5 Infrastruk tur
Susu JATENG Nilai Max
0
Susu JATENG Nilai Eksisting Jejaring
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
2,780
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,435 0,345
Susu JATENG Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu Jateng Kinerja pada elemen-elemen klaster industri pengolahan susu Jawa Tengah baru mampu menarik keberadaan institusi pendidikan, penelitian dan pelatihan sebagai salah satu indikator pada elemen aglomerasi serta meningkatkan jejaring kerjasama pada beberapa indikator. Di lain pihak, penciptaan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) belum meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, ke depan pengembangan klaster harus semakin didorong untuk dapat menarik industri inti yang dapat dijadikan champion serta fokus untuk mendorong terciptanya jejaring kerjasama yang semakin banyak dan semakin baik antar pelaku klaster.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI BERBASIS TEBU JATIM
Aglomerasi Klaster Industri Berbasis Tebu - JATIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jumlah industri pengolahan 2. Jenis champion
Rantai Nilai Klaster Industri Berbasis Tebu - JATIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk hilir 3. Ketersediaan peralatan dan perlengkapan teknologi hilir
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Berbasis Tebu - JATIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 2. Orientasi pasar kerjasama pemasaran 3. Kuantitas kerjasama champion
Infrastruktur Klaster Industri Berbasis Tebu - JATIM
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas lahan 2. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster Industri Berbasis Tebu – JATIM Elemen Klaster Aglomerasi 5 4.5 4 3.5 3 2.5
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,67
3,44
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
3,20
3,10
5
2,90
2,57
Infrastruktur
5
3,40
3,40
2 1.5 1 0.5 Infrastruktur
0
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
3,215
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,898 0,317
Jejaring Kerjasama Gula JATIM Nilai Max
Gula JATIM Nilai Eksisting
Gula JATIM Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Berbasis Tebu Jatim Kinerja klaster industri pengolahan gula baru mampu meningkatkan aglomerasi serta jejaring kerjasama. Peningkatan aglomerasi dipengaruhi oleh keterlibatan pokja sebagai fasilitator pengembangan klaster, sementara untuk aktor/pelaku industri gula tidak mengalami penambahan. Pada jejaring kerjasama, peningkatan lebih banyak dipengaruhi oleh industri inti, asosiasi, pemasok bahan baku dan keterlibatan pemerintah, sedangkan pengaruh dari keterlibatan industri pendukung dan indstri terkait belum ada. Pada elemen rantai nilai (value chain), penciptaan nilai tambah melalui hilirisasi di klaster industri gula baru sudah sampai pada produk paling akhir, tetapi masih berupa produk gula padat dan cair, belum sampai kepada bioetanol ataupun produk hasil samping industri gula. Agar klaster industri gula dapat tumbuh dengan lebih baik, pengembangan jejaring kerjasama, serta penciptaan rantai nilai yang semakin panjang harus dilakukan.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HASIL TEMBAKAU NTB
Aglomerasi Klaster Industri Hasil Tembakau - NTB
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jumlah industri pengolahan 2. Keberadaan institusi pendidikan, pelatihan dan penelitian
Rantai Nilai Klaster Industri Hasil Tembakau - NTB
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hilir [IKM Rokok]
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Hasil Tembakau - NTB
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 2. Kualitas kerjasama industri pengolahan 3. Kuantitas kerjasama pemasok bahan baku utama 4. Orientasi pasar kerjasama pemasaran 5. Kuantitas kerjasama pemasaran 6. Peran swasta dalam klaster [hilirisasi]
Infrastruktur Klaster Industri Hasil Tembakau - NTB
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster Industri Hasil Tembakau NTB Aglomerasi 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50
Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,44
3,11
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
3,30
3,30
5
3,33
2,86
Infrastruktur
5
3,60
3,60
2.00 1.50 1.00 0.50 Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksitsing 2012
3,407
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
3,090 0,316
Jejaring Kerjasama Tembakau NTB Nilai Max
Tembakau NTB Nilai Eksisting
Tembakau NTB Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Hasil Tembakau NTB Kinerja pada elemen-elemen klaster industri hasil tembakau, telah terjadi peningkatan aglomerasi melalui penambahan lembaga pembiayaan dan peningkatan jejaring kerjasama antar pelaku klaster baik industri inti, pendukung, maupun industri terkait. Begitu juga pada elemen rantai nilai telah terjadi peningkatan melalui capaian hilirisasi meskipun masih sangat terbatas. Ke depannya, pengembangan klaster industri hasil tembakau harus didorong agar mampu menciptakan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) yang semakin panjang melalui hilirisasi baik pada perusahaan champion, maupun industri skala rumah tangga.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO SULSEL
Aglomerasi Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULSEL
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jenis Champion 2. Jumlah industri pengolahan 3. Jumlah pemasok bahan baku utama
Rantai Nilai Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULSEL
Prioritas pengembangan klaster: 1. Pemanfaatan teknologi di hulu 2. Pemanfaatan teknologi di hilir 3. Kualitas produk hulu
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULSEL
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas kerjasama champion 2. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 3. Kualitas kerjasama industri pengolahan
Infrastruktur Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULSEL
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas jalan 2. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster Industri Pengolahan Kakao SULSEL Tahun Berdiri Klaster : 2006 Aglomerasi 5.00
Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,56
3,00
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,90
2,50
5
3,38
2,90
Infrastruktur
5
3,40
3,40
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
3,322
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,814 0,508
Jejaring Kerjasama
Kakao SULSEL Nilai Max
Kakao SULSEL Nilai Eksisting
Kakao SULSEL Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kakao Sulsel Pengembangan klaster industri pengolahan kakao di Sulawesi Selatan telah mampu meningkatkan aglomerasi, rantai nilai dan jejaring kerjasama. Peningkatan aglomerasi terjadi melalui peningkatan jenis champion dan peningkatan jumlah industri pengolahan. Pada elemen rantai nilai, peningkatan terjadi melalui peningkatan capaian hilirisasi dan peningkatan kualitas produk akhir, sementara pada jejaring kerjasama peningkatan terjadi terutama karena peningkatan jejaring kerjasama pada champion. Yang harus menjadi perhatian dan fokus dari pengembangan klaster ke depan, adalah bagaimana klaster harus dapat menarik perusahaan berskala besar agar mau menjadi champion dan menjalin kerjasama dengan aktor klaster lain, baik itu industri pengolahan, industri pendukung dan industri terkait. Pada sektor hulu upaya untuk menggalakkan fermentasi harus terus dilakukan, hal ini misalkan dapat dilakukan dengan memberikan insentif bagi petani dengan memberikan harga yang lebih tinggi untuk kakao yang dijual dengan fermentasi, seiring dengan itu dapat juga ditetapkan peraturan gubernur yang melarang eksportir untuk membeli kakao yang belum terfermentasi.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO SULTENG
Aglomerasi Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULTENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jenis champion 2. Jumlah pemasok bahan baku utama 3. Jumlah industri pengolahan
Rantai Nilai Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULTENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk hilir 3. Capaian hilirisasi
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULTENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama champion 2. Kualitas kerjasama champion 3. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 4. Kualitas kerjasama industri pengolahan
Infrastruktur Klaster Industri Pengolahan Kakao - SULTENG
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas jalan 2. Aksesibilitas transportasi 3. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster industri Pengolahan Kakao SULTENG Tahun Berdiri Klaster : 2011 Aglomerasi 5
Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
2,78
-
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
2,10
-
5
2,57
-
Infrastruktur
5
3,20
-
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5
Infrastruktu r
Rantai Nilai
0
Nilai Eksisting 2012 Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan Jejaring Kerjasama
Kakao SULTENG Nilai Max
Kakao SULTENG Nilai Eksisting
2,531 -
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kakao Sulteng Kinerja pada elemen-elemen klaster industri kakao Sulteng menunjukkan bahwa nilai tertinggi berada pada elemen aglomerasi dan infastruktur. Dari nilai kedua elemen tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan klaster industri pengolahan kakao di Sulteng sudah tepat, karena modal awal berupa infrastruktur dan aglomerasi sudah terbentuk, meskipun perlu perbaikan dan peningkatan.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SULUT
Aglomerasi Klaster Industri Pengolahan Kelapa - SULUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Jumlah industri pengolahan 2. Jenis champion
Rantai Nilai Klaster Industri Pengolahan Kelapa - SULUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Capaian hilirisasi 2. Ketersediaan peralatan & perlengkapan teknologi hulu 3. Kualitas produk hilir
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Pengolahan Kelapa - SULUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 2. Kualitas kerjasama pemasok bahan baku utama 3. Kuantitas kerjasama champion 4. Kualitas kerjasama champion
Infrastruktur Klaster Industri Pengolahan Kelapa - SULUT
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas lahan 2. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster industri Pengolahan Kelapa SULUT Tahun Berdiri Klaster : 2006
Elemen Klaster
Aglomerasi 5 4.5 4 3.5 3 2.5
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,67
3,44
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
3,00
2,40
5
3,00
2,57
Infrastruktur
5
3,00
2,80
2 1.5 1 0.5 Infrastruktur
0
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
3,124
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,706 0,416
Jejaring Kerjasama Kelapa Sulut Nilai Ideal
Kelapa Sulut Nilai Eksisting
Kelapa Sulut Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sulut Pengembangan klaster industri pengolahan kelapa di Sulawesi Utara telah mampu meningkatkan aglomerasi, rantai nilai dan nilai tambah, meskipun masih belum maksimal. Oleh karena itu, ke depan pengembangan klaster industri pengolahan kelapa harus didorong agar mampu menciptakan rantai nilai (value chain) dan nilai tambah (value added) yang semakin panjang melalui hilirisasi. Selain itu, pengembangan klaster juga harus semakin fokus untuk mendorong terciptanya jejaring kerjasama yang semakin banyak dan semakin baik antar pelaku klaster, sehingga jejaring kerjasama dapat meliputi seluruh aktor klaster industri pengolahan kelapa.
PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HASIL LAUT MALUKU
Aglomerasi Klaster Industri Hasil Laut - MALUKU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Keberadaan industri jasa terkait 2. Jumlah industri pengolahan 3. Keberadaan lembaga pembiayaan 4. Keberadaan institusi pendidikan, pelatihan dan penelitian
Rantai Nilai Klaster Industri Hasil Laut - MALUKU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kualitas produk hulu 2. Kualitas produk antara
Jejaring Kerjasama Klaster Industri Hasil Laut - MALUKU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Kuantitas kerjasama champion 2. Kuantitas kerjasama industri pengolahan 3. Kualitas kerjasama industri pengolahan 4. Kuantitas kerjasama pemasok bahan baku utama 5. Peran swasta dalam klaster
Infrastruktur Klaster Industri Hasil Laut - MALUKU
Prioritas pengembangan klaster: 1. Aksesibilitas litbang
Pertumbuhan Klaster Industri Hasil Laut MALUKU Tahun Berdiri Klaster : 2006 Aglomerasi 5.00 4.50
Elemen Klaster
Nilai Nilai Sebelum Nilai Max Eksisting Terbentuk Tahun 2012 Klaster
Aglomerasi
5
3,22
3,00
Rantai Nilai Jejaring Kerjasama
5
3,20
2,90
5
2,62
2,29
Infrastruktur
5
3,00
3,00
4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 Infrastruktur
-
Rantai Nilai
Nilai Eksisting 2012
2,915
Nilai Sebelum Terbentuk Klaster Perubahan
2,542 0,373
Jejaring Kerjasama Hasil Laut Maluku Nilai Max
Hasil Laut Maluku Nilai Eksisting
Hasil Laut Maluku Nilai Sebelum Terbentuk Klaster
Kesimpulan Evaluasi Pengembangan Klaster Industri Hasil Laut Maluku Pengembangan klaster industri hasil laut di Maluku Utara telah meningkatkan aglomerasi, rantai nilai dan nilai tambah, meskipun masih belum maksimal. Peningkatan rantai nilai yang terjadi pada klaster industri hasil laut juga lebih disebabkan oleh peningkatan pemanfaatan dan ketersediaan teknologi bukan karena peningkatan capaian hilirisasi. Di lain pihak, peningkatan jejaring kerjasama baru terjadi pada industri inti, belum mampu menyentuh industri pendukung dan terkait.