i
PENGELOLAAN LANSKAP SEJARAH KOTA BUKITTINGGI UNTUK WISATA INTERPRETASI SEJARAH
WIDIA YULI SEVTIANI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengelolaan Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi untuk Wisata Interpretasi Sejarah” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2017 Widia Yuli Sevtiani NIM A44110039
iii
ABSTRAK WIDIA YULI SEVTIANI. Pengelolaan Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi untuk Wisata Interpretasi Sejarah. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR. Elemen-elemen lanskap sejarah kota Bukittinggi yang cukup dikenal karena merupakan objek wisata antara lain adalah Jam Gadang, Lobang Jepang, dan Benteng Fort de Kock. Selain situs-situs tersebut, masih banyak situs peninggalan lain yang kurang mendapatkan perhatian masyarakat dan pengunjung dikarenakan minimnya pengelolaan dan media untuk mengekspos keberadaan situs-situs tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang benda cagar budaya yang membentuk lanskap sejarah Kota Bukittinggi dan memberikan rekomendasi tindakan pelestarian lanskap sejarah untuk menguatkan karakterisitik kota Bukittinggi terutama dalam aspek wisata sejarah melalui kegiatan interpretasi. Penelitian ini menggunakan metode penelusuran sejarah dan survei lapang dengan pendekatan deskriptif dan spasial. Berdasarkan identifikasi terdapat 57 elemen yang berpotensi dan beberapa diantaranya telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Hasil analisis nilai signifikansi lanskap sejarah, terdapat 15 elemen peninggalan bernilai tinggi, 37 bernilai sedang, dan 5 elemen bernilai rendah. Rekomendasi yang diusulkan terbagi menjadi rekomendasi strategi umum pelestarian lanskap sejarah dan rekomendasi konsep pengembangan wisata interpretasi sejarah Kota Bukittinggi. Kata kunci : kota bukittinggi, pengelolaan lanskap sejarah, wisata interpretasi
ABSTRACT WIDIA YULI SEVTIANI. Historical Landscape Management of Bukittinggi City for Historical Interpretation Tourism. Supervised by ARIS MUNANDAR. The elements of the historical landscape of Bukittinggi City which is quite known as a tourist attraction are Jam Gadang, Lobang Jepang, and Fort de Kock Fort. Beside these sites, there are still many other heritage sites that get less public attention and visitors due to lack of management and media to expose the existence of these sites. The purpose of this research is to collect data about cultural heritage objects form the historical landscape of Bukittinggi City and provide a recommendation of historical landscape preservation to strengthen the characteristic of Bukittinggi City especially in historical tourism aspect through interpretation activity. This research uses historical tracing method and field survey by descriptive and spatial approach. Based on identification, there are 57 potentially elements and some of them have been designated as cultural heritage objects. The results of the historical landscape significance value analysis, there are 15 elements of high value relics, 37 medium values, and 5 elements of low value. The proposed recommendations are divided into recommendations of general strategy of historical landscape preservation and recommendation of tourism development concept of historical interpretation of Bukittinggi City. Keyword : bukittinggi city, historical landscape management, interpretation tourism
v
PENGELOLAAN LANSKAP SEJARAH KOTA BUKITTINGGI UNTUK WISATA INTERPRETASI SEJARAH
WIDIA YULI SEVTIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
vii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
xi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah konsep pengelolaan wisata sejarah, dengan judul “Pengelolaan Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi untuk Wisata Interpretasi Sejarah”. Terima kasih penulis ucapkan kepada : 1. Pak Aris selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini 2. Bapak Wahju Qamara dan Bu Prita selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini 3. Kedua orangtua saya dan adik saya yang sudah mendukung saya selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor 4. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, serta Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bukittinggi atas bantuannya dalam pengumpulan data selama penelitian. 5. Masyarakat dan pengunjung Kota Bukittinggi sekitarnya atas bantuan dan kesediaannya selama melakukan wawancara untuk pengumpulan data. 6. Bu Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama perkuliahan. 7. Teman-teman Arsitektur Lanskap IPB angkatan 48 atas pertemanan, bantuan, doa, dukungan dan motivasinya. 8. Teman-teman dan kakak-kakak Arsitektur Lanskap IPB angkatan 50, 49, dan 47 atas dukungannya. 9. Keluarga besar Arsitektur Lanskap (staf pengajar dan staf penunjang) atas ilmu, bimbingan dan bantuannya selama perkuliahan. 10. Seluruh pihak yang telah memberikan motivasi, saran dan nasehat yang membantu penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Kota Bukittinggi dan pihak yang terkait, serta dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian lain yang dilaksanakan pada masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2017 Widia Yuli Sevtiani
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota dan Mental Map Lanskap Sejarah Pengelolaan Lanskap Sejarah Pengembangan Lanskap Sejarah Sebagai Objek Wisata Interpretasi Sarana dan Prasarana Kegiatan Interpretasi METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Tahapan Penelitian Tahap Pengumpulan Data Tahap Pengolahan Data Tahap Penyajian Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kawasan Letak Geografis dan Batas Wilayah Hidrologi dan Iklim Aksesibilitas dan Sirkulasi Tanah dan Topografi Penduduk Kota Bukittinggi Sejarah Perkembangan Kota Bukittinggi Kota Bukittinggi sebagai Kota Pusaka dan Kota Wisata Identifikasi dan Analisis Karakter Lanskap Sejarah Identifikasi Elemen Fisik Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi Identifikasi Elemen Non Fisik Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi Analisis Persepsi Masyarakat dan Pengunjung sekitar Kawasan Kebijakan Pengelolaan dan Program yang Sudah Dilaksanakan Rekomendasi Tindakan Pengelolaan Lanskap Sejarah untuk Wisata Interpretasi Sejarah Rekomendasi Strategi Umum Pelestarian Lanskap Sejarah Rekomendasi Konsep Awal Wisata Interpretasi Sejarah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
xiii 1 1 2 2 2 3
4 4 4 5 5 6 7
8 8 8 8 9
9 10 13 14 14
14 14 15 15 15 16 17 18
18 32 38 42 43
43 45 50 50 50
51 53
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel pertimbangan dalam penelitian daya tarik wisata sejarah ........... 7 Tabel 2 Alat dan bahan ....................................................................................... 8 Tabel 3 Tabel pengumpulan data ........................................................................ 9 Tabel 4 Kriteria penilaian kondisi fisik dan lingkungan................................... 11 Tabel 5 Kriteria penilaian keaslian ................................................................... 11 Tabel 6 Kriteria penilaian keunikan.................................................................. 11 Tabel 7 Kriteria penilaian aspek interpretasi .................................................... 12 Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan ............. 22 Tabel 9 Nilai Signifikansi elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi ............... 34 Tabel 10 Tindakan pelestarian elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi ........ 43 Tabel 11 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi A ................... 47 Tabel 12 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi B ................... 48 Tabel 13 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi C ................... 48 Tabel 14 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi D ................... 49 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Proses pengelolaan ........................................................................... 2 Gambar 2 Kerangka penelitian ........................................................................... 3 Gambar 3 Lokasi Penelitian ................................................................................ 8 Gambar 4 Peta tata ruang lanskap Kota Bukittinggi......................................... 19 Gambar 5 Pola Vegetasi Kota Bukittinggi ....................................................... 21 Gambar 6 Susana Pasar di Kota Bukittinggi .................................................... 32 Gambar 7 Peringatan kelahiran Bung Hatta di Balai Pusataka Bung Hatta ..... 33 Gambar 8 Cultural Map .................................................................................... 37 Gambar 9 Diagram aspek pengetahuan masyarakat dan pengunjung .............. 39 Gambar 10 Diagram aspek pengelolaan lanskap sejarah.................................. 40 Gambar 11 Diagram aspek Wisata Sejarah ...................................................... 41 Gambar 12 Diagram aspek interpretasi ............................................................ 41 Gambar 13 Peta konsep wisata interpretasi sejarah Kota Bukittinggi .............. 45
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Bukittinggi sebagai kota yang telah dicanangkan sebagai kota pariwisata sejak 11 Maret 1984, memiliki berbagai macam objek daya tarik wisata mulai dari atraksi pemandangan alam, atraksi bangunan, atraksi peninggalan sejarah dan atraksi sosial budaya. Atraksi peninggalan sejarah yang dimiliki kota Bukittinggi pada umumnya berasal dari zaman kolonial dan beberapa dari zaman penjajahan jepang dan pasca kemerdekaan. Beberapa peninggalan sejarah yang bagi masyarakat dan wisatawan telah menjadi ikon bagi lanskap sejarah Kota Bukittinggi di antaranya adalah Jam Gadang, Lobang Jepang, dan Benteng Fort de Kock. Namun dari atraksi peninggalan sejarah tersebut, masih banyak peninggalan sejarah Kota Bukittinggi yang belum diekspos dan diperhatikan keberadaannya, padahal setiap peninggalan sejarah yang ada di Bukittinggi memiliki hubungan yang erat antara satu dengan lainnya karena memiliki cerita dan dapat saling dihubungkan untuk membentuk kronologi peristiwa penting di masa lampau. Pemerintah Kota Bukittinggi saat ini sudah mulai melakukan upaya pelestarian terhadap peninggalan-peninggalan sejarah yang ada. Hal ini terlihat dengan adanya peraturan pemerintah Kota Bukttinggi dalam melindungi, melestarikan, memanfaatkan dan mengembangkan warisan sejarah tersebut yang telah masuk ke dalam kategori Benda Cagar Budaya (BCB) secara umum dalam Perda No. 6 tahun 2011 tentang RTRW Kota Bukittinggi dan Peraturan Walikota Bukittinggi No. 02 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Cagar Budaya dan Peninggalan Sejarah di Kota Bukittinggi. Namun upaya pelestarian dari pemerintah tersebut belum memadai, karena masih adanya berbagai masalah yang sering dijumpai seperti penyalahgunaan pemakaian lokasi, kerusakan struktur bangunan, pelanggaran dan vandalisme pada situs-situ bersejarah sehingga mengancam keberadaan kualitas nilai dan fisik warisan sejarah yang ada. Penyebab permasalahan tersebut di antaranya adalah kurangnya pengawasan dan masih kurangnya perhatian dan kesadaran mengenai pentingnya menjaga dan memelihara setiap warisan sejarah dari pihak pemilik, masyarakat dan pengunjung. Di sisi lain perkembangan pembangunan Kota Bukittinggi yang menuju arah modernisasi juga mengancam upaya-upaya pelestarian terhadap benda cagar badaya dan situs peninggalan sejarah. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya untuk menunjang pengembangan elemen-elemen peninggalan sejarah yang ada di Kota Bukittinggi sebagai objek wisata dan upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat serta pengunjung mengenai nilai penting warisan sejarah agar dapat turut melindungi dan memelihara elemen-elemen peninggalan sejarah tersebut. Kegiatan interpretasi adalah salah satu program yang dapat dimasukkan pada konsep wisata sejarah untuk meningkatkan apresiasi masyarakat dan pengunjung terhadap nilai nilai elemen peninggalan sejarah. Oleh karena itu, sebagai upaya mendukung pelestarian peninggalan sejarah oleh pemerintah, diperlukan pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi untuk wisata interpretasi sejarah.
2
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi dan karakter lanskap sejarah Kota Bukittinggi sebagai objek wisata sejarah, mengkaji pemahaman masyarakat dan pengunjung mengenai peninggalan sejarah di Kota Bukittinggi dan mengusulkan konsep rekomendasi pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi untuk kegiatan wisata interpretasi sejarah. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dokumentasi objekobjek peninggalan sejarah di Kota Bukittinggi dan masukan bagi pemerintah untuk menunjang kegiatan pengelolaan lanskap sejarah skala kota yang berbasis wisata interpretasi sejarah. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup proses penyusunan kajian yang menghasilkan keluaran akhir berupa konsep pengelolaan lanskap sejarah kota Bukittinggi mulai dari tempat, bangunan dan situ-situs peninggalan sejarah sebagai objek interpretasi dalam wisata sejarah. Konsep ini disusun dalam bentuk uraian deskriptif dan spasial. Batasan wilayah yang diteliti meliputi objek peninggalan sejarah yang berada dalam wilayah administrasi kota Bukittinggi. Penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah dalam proses konservasi (pelestarian) menurut Goodchild (1990) dengan batasan tahap seperti tertera pada gambar berikut.
Gambar 1 Proses pengelolaan diadaptasi dari proses konservasi oleh Goodchild (1990)
3
Kerangka Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata sejarah. Selanjutnya dikaji permasalahan yang terdapat pada elemen lanskap sejarah yang ada dengan metode skoring dan evaluasi berdasarkan hasil penilaian tersebut. Rekomendasi pengelolaan disusun berdasarkan hasil analisis assessment serta persepsi dari masyarakat sekitar dan wisatawan Kota Bukittinggi. Secara keseluruhan kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2 Kerangka penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota dan Mental Map Eckbo (1964) menyatakan bahwa lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang merupakan cerminan dari kegiatan masyarakat setiap hari. Sementara itu pernyataan ini diperkuat oleh Simonds (1983) bahwa kota merupakan lanskap buatan manusia yang terjadi akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk kebutuhan hidupnya. Salah satu orientasi dari kota adalah bentuk dan pola-pola jalan yang ada dan dipakai sebagai pedoman untuk menentukan sistem transportasi. Elemen pembentuk ruang menurut Lynch (1960) terbagi menjadi lima, yaitu paths, edges, districts, nodes dan landmarks. Paths adalah jalan yang menjadi jalur sirkulasi suatu wilayah, contonya adalah jalan raya, rel kereta api, dan sungai. Edges adalah batas-batas suatu wilayah yang memberikan kejelasan luas suatu ruang. Districts adalah suatu luasan tertentu yang merupakan bagian dari pusatpusat aktivitas (use area) wilayah suatu kota. Nodes adalah pusat keramaian di suatu kota yang menjadi pusat aktivitas masyarakat kota, dapat berupa persimpangan jalan. Sementara Landmarks merupakan suatu bangunan yang mempunyai ciri khusu yang dapat menjadi mercu tanda suatu kota. Setiap elemen lanskap mental map tersebut dapat saling melengkapi satu sama lain membentuk kesatuan kelompok dan menimbulkan citra (image) seseorang terhadap lingkungan kota. Lanskap Sejarah Lanskap sejarah menurut Harris dan Dines (1998) dapat dinyatakan sebagai suatu bentukan lanskap pada masa lalu yang terdiri dari bukti-bukti fisik tentang keberadaan manusia pada suatu tempat. Lanskap sejarah juga memiliki fokus kepada lanskap budaya di antara kontribusi manusia terhadap keadaan awal suatu tempat. Nurisjah dan Pramukanto (1995) menyebutkan bahwa lanskap sejarah penting dilestarikan untuk memberikan suatu makna simbolis bagi peristiwa terdahulu. Lingkungan fisik yang tertata merupakan suatu penghubung antara peristiwa masa lalu yang mempengaruhi kita dengan peristiwa yang menentukan masa depan. Tanpa suatu kesan konteks fisik, maka pengetahuan kita mengenai peristiwa sejarah terbatas pada catatan lisan dan gambar-gambar grafis. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001), lanskap sejarah merupakan suatu kawasan geografis yang merupakan obyek atau susunan (setting) atas suatu kejadian atau peristiwa interaksi yang bersejarah dalam keberadaan dan kehidupan manusia. Suatu bentukan lanskap dikatakan memiliki nilai sejarah jika memiliki minimal satu kriteria umum, yaitu: 1. Etnografis merupakan produk khas suatu sistem ekonomi dan sosial suatu kelompok/suku masyarakat (etnik). Dua bentuk utama dari lanskap ini, yaitu lanskap pedesaan (rural landscape) dan lanskap perkotaan (urban landscape). 2. Associative merupakan suatu bentuk lanskap yang berasosiasi atau yang dapat dihubungkan dengan suatu peristiwa, personal, masyarakat, legenda, pelukis, estetika dan sebagainya.
5
3. Adjoining merupakan bentukan lanskap yang dijadikan sebagai bagian dari suatu unit tertentu, bagian monumen atau bagian struktur bangunan tertentu. Kawasan Kota Bukittinggi dapat dikatakan memiliki nilai sejarah karena memenuhi ketiga kategori tersebut. Kota Bukittinggi secara associative merupakan kota kelahiran Moh.Hatta, yaitu salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia sekaligus mantan wakil presiden Indonesia yang pertama. Kota Bukittinggi juga memiliki peran penting dalam peristiwa pasca kemerdekaan pada tahun 1948-1949, sebagai penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode22 dengan sebutan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia(PDRI) yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegarayang. Kota Bukittinggi secara Adjoining juga menyimpan berbagai macam artefak peninggalan masa penjajahan Belanda seperti Benteng For de Cock, Jam Gadang dan peninggalan masa penjajahan Jepang seperti Gua Jepang. Peninggalan-peninggalan tersebut menjadi salah satu ciri khas bagi lanskap kota Bukittinggi. Pengelolaan Lanskap Sejarah Pengelolaan (manajemen) lanskap adalah kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan, melindungi, dan memelihara segala elemen dalam lanskap yang lebih terfokus dengan perencanaan jangka panjang dan peraturan, organisasi tenaga kerja, dan peralatan, untuk mencapai pemeliharaan yang efektif (Wright, 1982). Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Dalam mempersiapkan suatu rencana pengelolaan lanskap, diperlukan proses survey dan perekaman data mengenai kondisi lanskap saat ini kemudian merumuskan kebutuhan lanskap (Parker dan Bryan 1989). Tindakan pelestarian yang dapat dilakukan sangat beragam. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001), dalam upaya pengelolaan untuk pelestarian lanskap tersebut, beberapa tindakan teknis yang umumnya digunakan adalah adaptive use (penggunaan adaptif), rekonstruksi, rehabilitasi, restorasi, stabilisasi, konservasi, interpretasi, periode setting (replikasi imitasi), release dan replacement. Dalam penelitian ini, salah satu tindakan teknis yang diterapkan untuk pelestarian lanskap sejarah, yaitu tindakan dalam bentuk interpretasi. Interpretasi merupakan usaha pelestarian yang mendasar untuk mempertahankan lanskap asli/alami secara terpadu dengan usaha-usaha yang juga dapat menampung kebutuhan dan kepentingan baru serta berbagai kondisi yang akan dihadapi masa ini dan yang akan datang. Pengembangan Lanskap Sejarah Sebagai Objek Wisata Salah satu potensi yang dimiliki oleh lanskap sejarah adalah dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Hal ini dikarenakan keunikan setiap kawasan lanskap sejarah yang tidak bisa didapatkan di kawasan lain. Keunikan itu antara
6
lain adalah keterkaitan pembentukan essential character setiap lanskap tersebut di masa lalu yang didasarkan pada suatu sistem periodik tertentu. Pengelolaan dan pemeliharaan yang baik pada lanskap sejarah dengan setiap peninggalan budayanya dapat menjadi aset yang bernilai tinggi untuk mendukung perekonomian kota/daerah tertutama bila dikembangkan sebagai kawasan wisata (cultural and historical type of tourism) (Nurisjah dan Pramukanto 2011). Peningkatan ekonomi ini sendiri dapat meningkatkan usaha pelestarian pada kawasan lanskap sejarah. Lebih rinci Mason (2003) menjelaskan dampak yang dapat ditimbulkan dalam suatu kegiatan wisata: 1. Dampak positif: a. wisata dapat memberi pengertian kepada seseorang bahwa dirinya harus melindungi lingkungan, lanskap, atau habitat satwa liar b. wisata dapat membangun kestabilan dari taman nasional atau suaka margasatwa c. wisata dapat membangun preservasi dari monumen/bangunan bersejarah d. wisata dapat memberikan pendapatan ekonomi dari tiket masuk 2. Dampak negatif: a. wisatawan sering membuang sampah sembarangan b. wisata dapat berkontribusi pada kemacetan karena terlalu banyak orang (overcrowding) c. wisata dapat menjadi penyebab polusi di lingkungan d. wisata dapat menyebabkan erosi karena injakan turis e. wisata dapat membuat hilangnya good view karena pembangunan bangunan yang tidak harmonis dengan arsitektur vernacular sekitarnya f. wisata dapat membuat kerusakan atau gangguan pada habitat satwa liar Interpretasi Interpretasi adalah kegiatan yang mengandung pendidikan dengan tujuan mengungkap makna dan hubungan keterkaitan objek melalui pengamatan langsung, media ilustrasi atau visual (Tilden 1957). Veverka (1998) berpendapat bahwa interpretasi adalah suatu proses komunikasi yang dirancang untuk mengungkapkan hubungan dan arti dari warisan budaya yang bersifat alami kepada pengunjung. Selain itu, interpretasi yang baik apabila dapat memberikan pengetahuan secara lengkap, mampu memenuhi keinginan pengunjung. Interpretasi sangat efektif karena memberikan lebih daripada informasi dan pengalaman lebih kepada pengunjung (Wearing & Neil 2000). Oleh karena itu media interpretasi harus meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan melindungi tempat bersejarah dan tempat alami. Keuntungan dari kegiatan interpretasi menurut Beckmann (1991) dalam Wearing dan Neil (2000) adalah: 1. Memberikan keuntungan dalam kegiatan promosi, karena interpretasi merupakan hubungan komunikasi antara masyarakat luas dengan staf pengelola, hal tersebut membuat interpretasi memiliki peranan dalam mewujudkan pengelolaan secara efektif.
7
2. Keuntungan interpretasi dalam kegiatan rekreasi adalah mampu membantu pengunjung dalam kegiatan rekreasinya mendapatkan pengalaman tentang sumberdaya alam yang tersedia, merubah perilaku kunjungan dan memberikan bantuan pengelolaan rekresai secara langsung. 3. Keuntungan interpretasi dalam kegiatan pendidikan adalah memberikan pengalaman secara umum kepada pengunjung dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya terhadap lingkungan. 4. Interpretasi sebagai manajemen pengelolaan konservasi karena mengatur kegiatan pengunjung, mengurangi dampak kunjungan dan meningkatkan perlindungan suatu kawasan. Obyek dan atraksi wisata merupakan andalan utama untuk mengembangkan kawasan wisata. Wisata harus direncanakan untuk memastikan bahwa wisatawan dapat dengan bebas memperkaya diri dengan mendapatkan sesuatu yang baru, petualangan, dan penghargaan terhadap diri sendiri dengan mencapai obyek yang diinginkan (Gunn 1993). Berikut ini adalah pertimbangan dalam penelitian daya tarik wisata sejarah dan budaya. Tabel 1 Tabel pertimbangan dalam penelitian daya tarik wisata sejarah Aspek Sejarah
Jenis Peninggalan Purbakala
Budaya
Adat Istiadat
Seni Bangunan
Pentas dan Pagelaran
Pameran Pekan Raya
Objek/Atraksi Wisata Bekas istana, tempat peribadatan , kota tua dan bangunan-bangunan purbakala, peninggalan sejarah, dongeng atau legenda. Pakaian, makanan dan tatacara hidup daerah, pesta rakyat, kerajinan tangan dan produk-produk lokal lainnya. Arsitektur setempat seperti candi, pura, masjid, gereja, industri, bangunan adat, dan sebagainya. Gamelan, musik, seni tari, pekan olahraga, kompetisi, pertandingan dan sebagainya. Pekan raya-pekan raya bersifat industri komersial.
Sarana dan Prasarana Kegiatan Interpretasi Untuk menunjang kegiatan interpretasi, diperlukan penyediaan media interpretasi berupa fasititas interpretasi yang dapat memberikan informasi mengenai sejarah kawasan Kota Bukittinggi secara lengkap dan menarik. Fasilitas interpretasi menurut Sharpe (1982) adalah media interpretasi yang berupa peralatan, metode, perlengkapan dimana pesan-pesan interpretasi dapat disampaikan kepada umum dengan baik. Ilustrasi media interpretasi memiliki bentuk yang bermacam-macam, salah satunya adalah dengan adanya pemandu, booklet, leaflet, brosur, peta wisata, pusat interpretasi, pameran, museum, galeri dan sebagainya.
8
METODE Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kota Bukittinggi, Nagari Agam, Sumatera Barat. Pengumpulan data lapang mulai dilakukan pada bulan Juni 2015, dilanjutkan dengan pengolahan data dan penyusunan hasil studi hingga bulan Mei 2017.
Gambar 3 Lokasi Penelitian Sumber : Google Maps 2016, BNPB 2015
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini diperlukan untuk keperluan persiapan, pengumpulan data, dan pengolahan data. Uraian alat dan bahan untuk setiap tahap kegiatan dapat diamati pada Tabel 2. Tabel 2 Alat dan bahan Alat dan Bahan
Fungsi
Alat Kamera digital GPS Alat tulis dan gambar Kertas Komputer
Mengambil gambar Menitikan lokasi Membantu menggambar dan mencatat data Mencatat dan menggambar Mengoperasikan berbagai software
Bahan Peta tutupan lahan Peta tata guna lahan Kuesioner
Menunjang data spasial Menunjang data spasial Mendapatkan data responden
Software pendukung Microsoft Office Word Microsoft Office Excel Adobe Photoshop Google Earth
Membuat laporan Membuat tabel, pengolahan angka, data statistik Mengolah grafis Mengambil visual peta
9
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik studi pustaka, survei lapang dan wawancara. Data yang dikumpulkan mencakup datadata kondisi umum lanskap berupa fisik dan non fisik, aspek kesejarahan, aspek wisata, aspek legal, aspek pengelolaan terkait dengan program kota pusaka, dan persepsi masyarakat. Tahapan Penelitian Tahap Pengumpulan Data Menurut Oetomo dan Suyanto (2005), teknik pengumpulan data secara kualitatif ada tiga macam, yaitu; penelaahan dokumen tertulis, wawancara mendalam dan terbuka, serta observasi langsung (survei lapang). Pada tahap ini data dan informasi yang terkait penelitian dikumpulkan untuk kemudian diolah sesuai dengan bahan kajian, seperti yang diuraikan pada Tabel 3. Tabel 3 Tabel pengumpulan data Jenis Data 1. Kondisi Umum a) Letak geografis b) Program dan rencana pemerintahan Kota c) Penduduk d) Aksesibilitas dan sirkulasi e) Tanah dan topografi 2. Aspek Kesejarahan a) Elemen dan lanskap sejarah
b) Sejarah Kota Bukittinggi c) Perubahan karakter lanskap sejarah 3. Aspek Sosial Budaya a) Aktivitas budaya b) Aktivitas ekonomi c) Persepsi masyarakat
Bentuk Data
Sumber Data
a) Peta kawasan dan batas wilayah b) Gambar dan deskripsi c) Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk d) Peta aksesibilitas menuju Bukittinggi dan elemen lanskap e) Jenis tanah dan topografi
a) Bappeda b) Dinas Tata Kota dan Dishub c) Bappeda
a) Filosofi dan deskripsi karakter elemen lanskap sejarah
a) BKP Kota Bukittinggi, Dinas Pariwisata, Studi pustaka dan Observasi lapang b) Studi putaka dan Wawancara dengan Ahli sejarah c) Observasi lapang, Studi pustaka
b) Sejarah terbentuknya daerah dan perkembangan Kota Bukittinggi c) Gambar dan deskripsi perubahan lanskap sejarah
a) Jenis aktivitas budaya yang masih ada b) Aktivitas ekonomi sosial masyarakat c) Persepsi masyarakat sekitar dan luar kawasan (pengunjung)
d) Observasi lapang e) BKP Kota Bukittinggi
Wawancara, Studi pustaka dan Observasi lapang
10
Tabel 3 Tabel pengumpulan data (lanjutan) Jenis Data 4. Aspek Pengelolaan a) Peraturan (Aspek Legal/RTRW)
b) Sistem pengelolaan dan pelestarian.
5. Aspek Wisata Interpretasi a) Sarana dan Prasarana b) Karakteristik Pengunjung
Bentuk Data
Sumber Data
a) Undang-undang, perda, peraturan pemerintah, surat keputusan
a) Studi pustaka, Bappeda Kota Bukittinggi
b) Sistem pengelolaan, langkah pelestariannya, intensitas waktu.
b) Wawancara dengan pengelola
a) Foto dan Deskriptif b) Diagram dan Deskriptif
a) Observasi lapang b) Kuisioner
Cara pengumpulan data meliputi observasi langsung, pengumpulan data sumber sekunder, penyebaran kuesioner, dan wawancara dengan narasumber. Rincian pengumpulan data adalah: a. observasi langsung meliputi pengambilan foto eksisting kondisi biofisik di lapangan; b. pengumpulan data sekunder terdiri dari pengumpulan peta umum lokasi penelitian, data biofisik, data pengunjung, data pengelolaan lokasi penelitian, serta data pendukung peraturan terkait; c. penyebaran kuesioner dengan metode randomized sampling kepada pengunjung sejumah 30 orang dan masyarakat sekitar sejumlah 30 orang; d. Wawancara dilakukan kepada narasumber penting yaitu tokoh masyarakat dan staf instansi pengelola Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan mengolah data hasil wawancara, hasil studi pustaka dan hasil survei lapang dalam bentuk tabular. Data yang telah ditabulasi dapat dianalisis perbandingan dan keterkaitan data satu sama lain secara kualitatif. Pada tahap analisis ini dilakukan penilaian keaslian dan keunikan menurut Harris dan Dines (1998) serta penilaian kondisi fisik dan lingkungan serta aspek interpretasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Kriteria penilaian dapat dilihat pada Tabel 4 sampai 7. Penilaian terhadap aspek tersebut dihitung dengan menggunakan metode skoring yang dikemukakan oleh Selamet (Selamet 1983 dalam Allindani 2007) dengan rumus interval kelas:
Keterangan: Tinggi = SMi + 2IK + 1 sampai Sma Sedang = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2 IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK Selanjutnya skor penilaian dijumlahkan dan hasil penilaian ketiga aspek tersebut menghasilkan sifat dari elemen-elemen lanskap sejarah yang menampilkan skor-skor dengan skala (Goodchild 1990):
11
Tabel 4 Kriteria penilaian kondisi fisik dan lingkungan No
Skor 2 (Sedang) Kondisi lanskap/elemen dalam keadaan baik (terawat baik)
Kriteria
1 (Rendah) 1 Kondisi Fisik Kondisi lanskap/elemen dalam keadaan yang rusak (tidak terawat) 2 Kondisi Lingkungan sekitar Lingkungan tidak mendukung keberadaan lanskap/elemen sehingga dapat menghilangkan karakternya Sumber: Harris and Dines (1998)
Lingkungan sekitar mendukung keberadaan lanskap/elemen namun karakter tidak terlihat menonjol
3 (Tinggi) Kondisi lanskap/elemen dalam keadaan sangat baik (terawat sangat baik) Lingkungan sekitar dapat mendukung keberadaan lanskap/elemen dan memperkuat karakter.
Tabel 5 Kriteria penilaian keaslian No
Kriteria
1 (Rendah) Mengalami perubahan penggunaan lahan > 50 %
1
Penggunaan Lahan
2
Elemen / Objek Lanskap
Elemen lanskap mengalami perubahan karakter, struktur dan elemen. Tidak mewakili karakter dan gaya masa lalu.
3
Aksesibilitas dan sirkulasi
Akses dan sirkulasi menuju elemen mengalami perubahan karakteristik
Skor 2 (Sedang) Mengalami perubahan penggunaan lahan 25-50 % Elemen lanskap mengalami perubahan karakter, struktur dan elemen, namun masih mewakili karakter dan gaya masa lalu Akses dan sirkulasi menuju elemen mengalami perubahan, namun masih mempertahankan karakteristiknya
3(Tinggi) Tidak mengalami perubahan penggunaan lahan atau berubah < 25 % Elemen lanskap tidak mengalami perubahan karakter, sruktur, dan elemen. Sangat mewakili karakter dan gaya masa lalu. Akses dan sirkulasi menuju elemen tetap, relatif tidak mengalami perubahan dan karakteristiknya masih asli
Sumber: Harris and Dines (1998)
Tabel 6 Kriteria penilaian keunikan No
Kriteria
1
Asosiasi Kesejarahan
2
Integritas
1 (Rendah) Lanskap/ elemen tidak memiliki hubungan kesejarahan Karakter, struktur dan fungsi elemen tidak menyatu dan tidak harmonis dengan lingkungan sekitarnya
Skor 2 (Sedang) Lanskap/elemen memiliki hubungan kesejarahan yang lemah Karakter, struktur dan fungsi elemen cukup menyatu dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya
3 (Tinggi) Lanskap/elemen memiliki hubungan kesejarahan yang kuat Karakter, struktur dan fungsi elemen menyatu dan harmonis dengan lingkungan sekitarnya
12
3
Kelangkaan
Karakter dan struktur elemen bersifat umum dan dapat dijumpai di tempat lain dengan mudah serta tidak memiliki nilai sejarah
4
Kualitas Estetik
Karakter dan struktur elemen tidakmemiliki estetika/gaya arsitektur yang dapat menunjukkan kekhasannya pada masa lalu
Karakter dan struktur elemen bersifat khas namun dapat dijumpai di tempat-tempat tertentu dan memiliki nilai sejarah. Karakter dan struktur elemen masih memiliki estetika/gaya arsitektur yang dapat menunjukkan kekhasannya pada masa lalu
Karakter dan struktur elemen bersifat khas dan jarang dijumpai di tempat-tempat lain dan memiliki nilai sejarah.
Karakter dan struktur elemen memiliki estetika/gaya arsitektur yang khas pada hampir semua bagian , termasuk detail ornamennya.
Sumber: Harris and Dines (1998)
Informasi mengenai perubahan karakter elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi, perubahan aksesibilitas dan sirkulasi, serta keunikannya, diperoleh setelah melakukan survei langsung di setiap elemen lanskap kemudian dilakukan wawancara dengan narasumber untuk mengetahui kondisi dan karakter elemen pada zaman dahulu. Dari hasil itu, kemudian elemen lanskap yang terdapat di Kota Bukittinggi dapat dikelompokkan berdasarkan skor rendah, sedang dan tinggi. Tabel 7 Kriteria penilaian aspek interpretasi No
Kriteria
1 (Rendah) Objek yang nilai edukatifnya sangat rendah, contohnya: objek sejarah yang beralih fungsi atau kurang bersifat publik
1
Nilai Edukatif
2
Sarana dan prasarana*
Tidak ada sarana dan prasarana yang ditemukan di sepanjang jalur.
3
Jalur objek interpretasi
Jalur tidak pernah dilalui pengunjung karena objek tidak disukai pengunjung
Skor 2 (Sedang) Objek yang juga mempunyai nilai edukatif, tapi lebih bersifat pasif, contohnya: tugu, monumen, patung, objek wisata yang mempunyai atraksi wisata temporal, dan lainlain.
Sarana prasarana <4 jenis diatas
3(Tinggi) Objek yang mempunyai nilai edukatif yaitu menunjukkan gambaran kegiatan manusia di masa lalu di tempat itu dan menyisakan buktibukti yang asli. Bisa mencakup teknologi, arkeologi, filosofi, adat istiadat, selera dan kegunaan sebagaimana halnya juga teknik atau bahan-bahan tertentu Sarana prasarana pada jalur setidaknya terdiri dari papan informasi, papan interpretasi, tanda petunjuk arah dan shelter Jalur sering dilalui pengunjung karena terdapat objek yang disukai
Jalur jarang dilalui pengunjung karena kurang menyukai objek yang terdapat pada jalur Sumber : *Sharpe (1982) , MBRS (2005), *Veverka (1998) dan Iqbal (2010) dengan penyesuaian
13
Informasi aspek interpretasi diperoleh melalui survei langsung di kawasan tempat elemen lanskap sejarah berada, kemudian dilakukan penilaian berdasarkan kesesuaian keadaan objek dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tahap Penyajian Hasil Pada tahap ini dilakukan penyusunan data secara deskriptif dan spasial. Objek-objek bersejarah akan dipetakan dan hasil akhir penelitian berupa rekomendasi konsep pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi dengan pengintegrasian elemen-elemen sejarah bernilai penting untuk menjadi obyekobyek wisata dengan cara pengembangan jalur interpretasi dan juga rekomendasi konsep wisata sejarah.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kawasan Letak Geografis dan Batas Wilayah Secara geografis Kota Bukittinggi membentang antara 100°20' - 100°25' BT dan antara 00°16' - 00° 20' LS. Letak geografis ini cukup strategis, terutama bila dikaitkan dengan posisi sentral Kota Bukittinggi terhadap lintasan regional antar ibukota Propinsi, seperti lintasan dari Padang ke Medan, dan lintasan dari Padang ke Pekanbaru. Persimpangan lintasan antar ibukota Propinsi ini tepat berada di Kota Bukittinggi. Luas Kota Bukittinggi sendiri adalah ± 25,239 Km2 (2.523,90 ha) atau 0,06 % dari luas Propinsi Sumatera Barat. Secara administrasi Kota Bukittinggi berbatasan dengan beberapa wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Agam : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Gadut dan Kapau; Kecamatan Tilatang Kamang; Kabupaten Agam; 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Banuhampu; Kecamatan Banuhampu Sungai Pua; Kabupaten Agam; 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Sianok, Guguk, dan Koto V Gadang; Kecamatan IV Koto; Kabupaten Agam; 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Tanjung Alam, Ampang Gadang; Kecamatan IV Angkat Candung Kabupaten Agam. Wilayah administrasi Kota Bukittinggi terbagi menjadi tiga kecamatan, meliputi 24 kelurahan. Kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi adalah sebagai berikut: 1. Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan; 2. Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha) atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan; 3. Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau 24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan. Hidrologi dan Iklim Kota Bukittinggi terletak di dalam dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Masanghulu yang berada di bagian Barat dan mengalir ke arah Samudera Indonesia, dan DAS Batang Agam yang mengalir ke arah bagian Timur. Kota Bukittinggi merupakan kota yang berudara sejuk, temperatur udara berkisar maksimum 24,9 derajat Celsius dan minimum 16,1 derajat Celsius. Kelembaban udara berkisar maksimum 90,8 % dan minimum 82,0 %. Tekanan udara berkisar antara 22 cm Hg - 25 cm Hg. Data curah hujan di Kota Bukittinggi menunjukkan bahwa kota ini mengalami musim penghujan pada akhir tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan angka curah hujan sebesar 330,50 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 11,10 mm.
15
Tipologi hidrologi wilayah Bukittinggi merupakan tipologi wilayah aliran pada dataran tinggi. Mayoritas merupakan daerah hulu sungai (up stream) dengan, aliran air yang relatif deras. Selain itu kondisi kelerengan Kota Bukittinggi yang banyak membentuk aliran-aliran air (raven) menyebabkan banyak terjadi penyusupan air melalui aliran bawah tanah. Aksesibilitas dan Sirkulasi Jaringan jalan arteri yang menghubungkan kota-kota sekitar dengan Kota Bukittinggi relatif baik, sehingga pola aksesibilitas kota terhadap daerah hinterlandnya menjadi cukup tinggi. Beberapa bagian jalan yang sering mengalami kemacetan adalah karena jalan sempit dan banyak aktifitas yang terjadi di jalan tersebut. Arah sirkulasi jalan ini ada yang berupa jalan satu arah dan ada yang berupa jalan dua arah. Bagian kiri dan kanan jalan umumnya terdapat trotoar yang disediakan untuk pejalan kaki. Trotoar yang disediakan cukup lebar untuk pejalan kaki normal yakni dengan lebar 1,4 meter. Di beberapa bagian jalan trotoar ini mengalami kerusakan sehinga dapat mengurangi kenyamanan pengguna jalan. Tanah dan Topografi Kota Bukittinggi terletak pada ketinggian antara 756 – 960 meter diatas permukaan laut. Kemiringan lahan atau lereng wilayah Kota Bukittinggi sangat bervariasi, klasifikasi topografi dapat di bagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal. Lahan yang memiliki kemiringan relatif rendah/datar di Kota Bukittinggi yaitu 74,98 % dari luas Kota Bukittinggi tersebar di seluruh wilayah kota. Lokasi lahan ini terdapat sebagian besar di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh bagian Barat, kemudian Kecamatan Guguk Panjang bagian Barat dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur, keadaan lahan relatif datar dengan kemiringan lahan antara 0-15 % yaitu seluas 1.900,18 ha. Wilayah yang berbukit terletak di sekitar wilayah Kelurahan Benteng Pasar Atas, Kelurahan Campago Ipuh, Kelurahan Kubu Gulai Bancah, dan Kelurahan Pulai Anak Air Sedangkan daerah perbukitan tersebar antara bagian datar dengan landai seperti lokasi Benteng yang berada ditengah kota dan di bagian tengah sampai utara dengan kemiringan > 40 % yaitu seluas 387,05 ha yang terkenal dengan sebutan Ngarai Sianok. Struktur tanah di Kota Bukittinggi umumnya terdiri dari tufa gunung berapi, bahan Aluvial, Litosol, Podsolik, Batuan Beku, dan Batuan Endapan. Berdasarkan kemiringan lahan tersebut, kawasan yang potensial untuk pengembangan kawasan permukiman atau kegiatan fisik kota ± 74,98 % atau 1.900,18 ha dan wilayah Kota Bukittinggi. Penduduk Kota Bukittinggi Berdasarkan karakteristik distribusi penduduk tahun 2005, maka terlihat ketidakseimbangan persebaran penduduk di masing-masing kelurahan dalam wilayah Kota Bukittinggi. Tingkat kepadatan tinggi untuk standar perkotaan terlihat di beberapa kelurahan. Berdasarkan kategori kepadatan perkotaan, maka tingkat kepadatan tinggi antara 201-400 jiwa/Ha terdapat di kelurahan-kelurahan
16
Tarok Dipo, Aur Tajungkang Tangah Sawah di Kec. Guguk Panjang, sedangkan di Kec. Mandiangin Koto Selayan terdapat di Kelurahan Puhun Tembok, kemudian di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh terdapat di Kelurahan Sapiran. Karakter kepadatan Kota Bukittinggi masih menggambarkan karakter perkembangan kepadatan kota menengah , sementara untuk wilayah-wilayah pedesaan sekitar kota masih mencerminkan pola kepadatan perdesaan. Sejarah Perkembangan Kota Bukittinggi Bukittinggi memiliki sejarah panjang dalam perkembangan kotanya. Perkembangan kota Bukittinggi ke dalam bentuk kota yang sekarang, tidak terlepas dari perkembangan latar belakang sejarah baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya. Terbentuknya pusat-pusat kegiatan yang ada di kawasan pusat kota saat ini juga dapat ditelusuri melalui jejak-jejak sejarahnya dalam berbagai bentuk benda cagar budaya baik fisik (Wongso, 2001). Sejarah Kota Bukittinggi ini dimulai sejak zaman Pemerintah Belanda. Pada tahun 1925/1926, Kapten Bauer mendirikan benteng diatas Bukit Jirek yang sekarang dikenal dengan benteng Fort De Kock. Sejarah kehidupan ketatanegaraan pemerintah daerah Kota Bukitttinggi pun dimulai dengan dibentuknya Gemeente Fort De Kock yang berubah menjadi Sudsgemeeente Fort De kock yang masuk dalam Staatsblad no.358 th. 1938. Bukittinggi oleh Belanda selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan, dari apa yang dinamakan Gemetelyk Resort berdasarkan Stbl tahun 1828. Belanda telah mendirikan kubu pertahanannya tahun 1825, yang sampai sekarang kubu pertahanan tersebut masih dikenal dengan Benteng " Fort De Kock ". Kota ini telah digunakan juga oleh Belanda sebagai tempat peristirahatan opsir-opsir yang berada di wilayah jajahannya di timur ini. Oleh pemerintah Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian Pemerintah militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand karena disini berkedudukan komandan Militer ke 25. Kemudian pada zaman pendudukan Jepang kehidupan pemerintah daerah Bukittinggi berlanjut dengan nama “Bukittinggi Shi Yaku Sho”, saat itu wilayah pemerintahannya lebih luas dari wilayah penjajahan Belanda disamping mencakup Kurai Lima Jorong juga meliputi nagari-nagari Sianok, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, Bukit Batabuah (sekarang masuk wilayah Kabupaten Agam). Walikota Bukittinggi saat pemerintahan Jepang yang terakhir adalah Kolonel Sito Ochiro. Pada saat itu Bukittinggi juga merupakan tempat kedudukan Komandemen Militer se Sumatera dimana komandonya bernama Saiko Sikikan Kakka yaitu Jendral Kabaya Shi. Pada zaman perjuangan kemerdekaan RI Bukittinggi berperan sebagai kota perjuangan dari bulan Desember 1948 sampai bulan Juni 1949 Bukitttinggi ditunjuk sebagai ibukota RI setelah Yogyakarta jatuh. Pemerintah Pemerintah Penggganti (perpu) UU No.4 th. 1950 menetapkan Bukittinggi sebagai ibukota propinsi Sumatera Tengah yang meliputi Sumatera Barat, Jambi dan Riau, dan sebagai Kota Besar berdasarkan UU no.9 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah. Setelah keresidenan Sumatera Barat dikembangkan menjadi Propinsi Sumatera Barat, maka Bukittinggi ditunjuk sebagai Ibu Kota Propinsinya, semenjak tahun 1958 secara de facto Ibukota Propinsi telah pindah ke Padang
17
namun secara de yure barulah tahun 1978 Bukittinggi tidak lagi menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Barat, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1979 yang memindahkan Ibukota Propinsi Sumatera Barat ke Padang. Sekarang ini Bukittinggi berstatus sebagai kota madya Daerah Tingkat II sesuai dengan undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok Pemerintah di Daerah yang telah disempurnakan dengan UU No. 22/99 menjadi Kota Bukittinggi. Seperti pada daerah perbukitan yang sekarang berfungsi sebagai Pasar Atas Bukittinggi, Jam Gadang, Benteng Fort de Kock, Istana Negara dan Kebun Binatang. Daerahdaerah ini merupakan daerah awal yang memiliki tingkat perkembangan fisikspasial yang tinggi sebagai daerah perdagangan dan akomodasi pariwisata. Perkembangan Pasar Atas Bukittinggi berawal dari kesepakatan para ninik mamak Nagari Kurai yang diadakan di bawah pohon beringin besar di Bukit Kubangan Kabau pada 1820 (Mangiang, 1988 dalam Sati, 1990). Bukit ini dinamakan dengan Bukit Tertinggi atau Bukittinggi, yang lama kelamaan berkembang menjadi suatu pasar, sehingga akhirnya diberikan nama Pasar Kurai (pasar orang Kurai) atau Pasar Atas Bukit Tinggi. Di sebelah timur terdiri dari blok-blok bangunan berjajar yang dinamakan dengan ‘belakang pasar’ yang dibangun pada tahun 1917 (berdasarkan yang tertera pada salah satu bangunannya). Jalan diantara deretan blok bangunan ini dikenal dengan nama Jalan Saudagar dan Jalan Kumango, yaitu tempat menjual barang-barang kelontong. Deretan blok bangunan peninggalan Belanda ini masih bertahan sampai sekarang. Beberapa diantaranya sudah roboh dan mengalami kerusakan. Deretan bangunan los ini merupakan satu-satunya peninggalan fisik yang dapat menceritakan tentang bagaimana kejayaan / kondisi Pasar Atas Bukittinggi yang terkenal dengan sebutan Pakan Kurai – Pakan Urang Agam (Pasar Kurai – pasar orang Kabupaten Agam). Letak Los Saudagar berada dalam rangkaian potensi sejarah dan budaya yang ada di sekitarnya seperti Pasar Atas, Jenjang 40, Taman Jam Gadang, Gedung Istana Bung Hatta, daerah Pecinan, Kebun Binatang Kinantan, dan Benteng Fort de Kock. Potensi-potenasi ini belum termanfaatkan secara optimal guna meningkatkan kualitas fungsional dan visual dari kawasan Pasar Atas dan sekitarnya. Kota Bukittinggi sebagai Kota Pusaka dan Kota Wisata Berdasarkan undang-undang No. 11 Tahun 2010, benda cagar budaya perlu dilestarikan sebagai suatu warisan masa lalu yang memiliki nilai bagi perkembangan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, termasuk Kota Bukittinggi yang memiliki sejumlah Benda Cagar Budaya (BCB). Pemerintah Kota Bukttinggi dalam melindungi, melestarikan, memanfaatkan dan mengembangkan BCB ini secara umum telah ditetapkan dalan Perda No. 6 tahun 2011 tentang RTRW Kota Bukittinggi dan Peraturan Walikota Bukittinggi No. 02 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Cagar Budaya dan Peninggalan Sejarah di Kota Bukittinggi. Awal perkembangan Kota Bukittinggi dimulai di Guguak Panjang. Bangunan pemerintahan, pasar, dan tempat rekreasi dibangun berdekatan. Pada tahun 1880-an terjadi perluasan wilayah ke daerah Birugo untuk mendirikan komplek militer. seiring perkembangan waktu, dari peralihan kekuasaan ke
18
Pemerintah Jepang sampai zaman Pemerintahan Republik Indonesia, sejumlah bangunan didirikan, dihitung mundur 50 tahun kebelakang dari tahun 2015, maka bangunan yang didirikan pada tahun 1962 termasuk kategori Benda Cagar Budaya, dimana kemudian lokasi sebaran BCB tersebut akhirnya menjadi kawasan pusat Kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi kemudian berkomitmen untuk ikut menata dan melestarikan benda dan warisan sejarah Kota Bukittinggi dengan ikut bekerjasama dan ikut serta dalam Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) yang difasilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) serta Kementerian lainnya. Sementara itu berdasarkan Buku RIPPDA Kota Bukittinggi, UU No. 32 Tahun 2004, kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dalam sektor pariwisata terbatas hanya pada promosi pariwisata. Oleh sebab itu pengelolaan objek wisata telah menjadi kewenangan Daerah Kota atau kabupaten masing-masing. Kota Bukittinggi memiliki banyak objek wisata yang menarik dan potensial untuk dipasarkan, sehingga diperlukan suatu penataan dan pengembangan objek dan daya tarik wisata, yang meliputi seluruh aspek yang berkaitan dengan pengembangan kepariwisataan Kota Bukittinggi.
Identifikasi dan Analisis Karakter Lanskap Sejarah Identifikasi Karakteristik Elemen Fisik Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi Identifikasi elemen fisik dilakukan untuk melihat kondisi fisik kawasan terutama sisa-sisa peninggalan sejarah di kawasan kota Bukittinggi. 1. Pola lanskap Kota Bukittinggi memiliki karakteristik lanskap yang menonjol pada lanskap pemukiman dan lanskap area hijau. Lanskap pemukiman di kota ini terbentuk pola cluster/sub zona, sedangkan pola lanskap area hijau berupa jalur hijau jalan dan ruang terbuka hijau (RTH). Perkembangan pola lanskapnya sendiri menyerupai pola radial. 2. Pola sirkulasi dan jaringan jalan Pola sirkulasi di kota Bukittinggi adalah pola radial kosentris dengan jenis jalan arteri dan jalan kolektif. Pola radial kosentris di sini adalah jaringan jalan yang menyerupai melingkar (ring) mengelilingi sistem pusat kota Bukittinggi sebagai titik pusat yang merupakan gabungan dari ruas Jalan Rivai, Jalan Pemuda, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Panorama. Sementara itu berdasarkan data daftar induk jaringan jalan Kota Bukittinggi dari Dinas Pekerjaan Umum yang termasuk klasifikasi jaringan jalan yang digunakan sebagai jalan pariwisata adalah Jalan Yos Sudarso, Jalan Benteng, Jalan Dr. Rivai, Jalan Panorama, Jalan Dr. Setia Budi, Jalan Teungku Nan Receh, Jalan Minangkabau, Jalan Cindua Mato, Jalan M. Syafei, Jalan Guru Nawawi, Jalan Batang Agam, Jalan Batang Ombili, Jalan Dipenogoro, Jalan P alan Panorama Baru, dan Jalan Tentara Pelajar. Intensitas lalu lintas di jalan-jalan tersebut tidak begitu padat, akan tetapi ada beberapa bagian jalan yang sering terjadi kemacetan dikarenakan jalan tersebut relatif sempit dan banyak aktifitas di sepanjang jalan
19
3. Tata ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi tahun 2010-2030 membentuk kawasan strategis kabupaten/kota sebagai wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap pertanahan dan keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota ini merupakan rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Penataan ruang kawasan strategis dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang wilayah. terdiri dari kawasan strategis perumahan, kawasan strategis wisata, kawasan strategis perdagangan dan jasa, dll. Berdasarkan RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030, pembagian dan penjelasan lebih lanjut tentang Kawasan Strategis Kota Bukittinggi, sebagai berikut:
Gambar 4 Peta tata ruang lanskap Kota Bukittinggi Sumber: BAPPEDA Kota BUkittinggi
20
a. Kawasan Ngarai Sianok dan Sempadan Ngarai Sianok Kawasan ini menjadi kawasan khusus karena rawan bencana longsor dan gempa bumi dengan tingkat kerawanan cukup tinggi. Kondisi ini sudah ditunjukkan oleh kejadian gempa beberapa waktu terakhir dimana longsornya Ngarai sangat membahayakan bagi kegiatan budidaya yang ada di sempadannya. Penetapan kawasan ini sebagai kawasan khusus dan strategis agar pengelolaan dan kebijakan yang diambil untuk kawasan ini dapat menjadi prioritas. b. Kawasan Jam Gadang dan sekitarnya Kawasan Jam Gadang dan sekitarnya merupakan landmark dari Kota Bukittinggi. Citra kawasan ini perlu dipertahankan sebagai upaya utama mempertahankan fungsi sebagai kota wisata. Saat in kawasan ini merupakan simpul berbagai kegiatan di Kota Bukittinggi, simpul pergerakan, serta mengemban berbagai fungsi kota utama. Dengan upaya segregasi fungsi kota, dimana beberapa fungsi utama seperti fungsi pusat perdagangan dipindahkan ke pusat primer Simpang Aur, fungsi pusat prasarana wisata dipindahkan ke kawasan Panorama Baru, sehingga citra Kota Wisata dapat difokuskan di kawasan ini. c. Kawasan Bersejarah di Koridor Jalan Sudirman dan Sekitarnya Bangunan maupun lingkungan/kawasan bersejarah merupakan salah satu potensi peninggalan sejarah yang mencirikan kota Bukittinggi. Upaya mempertahankan kawasan Kawasan Kota bersejarah di koridor Jalan Sudirman dan sekitarnya adalah untuk menjaga citra Kota Bukittinggi yang tetap memiliki nilai sejarah dan kekhasan tersendiri. d. Kawasan Pusat Pelayanan Kota Aur Kuning, Koridor By Pass, Koridor Jalan Soekarno Hatta dan Kawasan Gulai Bancah Pengembangan pusat primer baru di Daerah Simpang Aur dan Pakan Labuah merupakan upaya utama untuk menarik perkembangan kota ke arah tenggara sebagai daerah pengembangan baru perkotaan. Kawasan ini dijadikan sebagai kawasan strategis dalam upaya mendorong pertumbuhannya agar dapat lebih berperan dalam menarik perkembangan kota. Upaya ini berpengaruh secara keseluruhan ke Kota Bukittinggi karena bagian dari upaya memisahkan berbagai fungsi kota yang menumpuk di kawasan Jam Gadang dan sekitarnya, serta berpengaruh pada penyebaran kawasan pemukiman yang semakin padat di kawasan pusat kota. e. Kawasan Panorama Baru dan Sekitarnya Sebutan bagi kawasan Panorama Baru merujuk pada kawasan yang difokuskan pengembangannya untuk ruang terbuka hijau dengan taman kota dan kegiatan wisata baik sebagai objek wisata maupun sebagai kawasan sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata. Pengembangan kawasan ini juga dimaksudkan untuk pengembangan klaster wisata baru sebagaimana yang diamanatkan dalam RIPPDA Kota Bukittinggi, dan pengembangan kawasan strategis.
21
4. Struktur bangunan dan Penggunaan tapak Karakteristik bangunan yang memiliki ciri khas di kawasan wisata kota Bukittinggi adalah bangunan bergaya arsitektur minang dan kolonial. Beberapa bangunan memiliki ciri khas arsitektur china berupa “ruko” (rumah toko) dan terdapat tempat ibadah hindu di kawasan khusus “kampuang cino''. Sebagian besar bangunan lain dengan gaya arsitektur modern dan minimalis mendominasi di kawasan pemukiman. Jarak antara bangunan dengan trotoar pada umumnya tidak begitu dekat karena adanya pekarangan dan pembatas berupa pagar. Kondisi ini dapat dikatakan cukup baik untuk kegiatan wisata dan interpretasi 5. Jenis dan Pola Vegetasi Pada umumnya sepanjang jalan di Kota Bukittinggi didominasi vegetasi peneduh dan pengarah dengan pola linear mengikuti jalan, sedangkan untuk beberapa kawasan taman akan dijumpai pula jenis vegetasi ground cover dan estetika. Selain itu untuk kawasan RTH seperti di ngarai sianok, jenis vegetasi yang ditemukan akan lebih beragam mulai dari tanaman merambat, semak, perdu, pohon sedang sampai pohon tinggi.
Gambar 5 Pola Vegetasi Kota Bukittinggi
6. Elemen peninggalan sejarah dan Benda Cagar Budaya (BCB) Berdasarkan pendapataan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi pada tahun 2013, terdapat 42 BCB yang tersebar di Kota Bukittinggi khususnya pada kawasan Guguk Panjang. Sebagian besar bangunan yang terdata ada yang berfungsi sebagai atraksi wisata, tempat peribadatan, rumah tinggal, kantor, pertokoan, dan sekolah. Dari 42 elemen yang teridentifikasi, 28 diantaranya sudah terdata sebagai BCB. Sementara itu masih ditemukan 15 elemen yang berpotensi sebagai BCB namun belum diidentifikasi karena faktor usia yang belum melewati 50 tahun sehingga secara keseluruhan elemen peninggalan sejarah yang ditemui berjumlah 57. Hasil identifikasi lengkap dari elemen peninggalan sejarah di Kota Bukittinggi disajikan pada tabel 8 berikut.
22
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan Tahun didirikan
Status Cagar Budaya
No
Elemen lanskap
1
Taman Makam Pahlawan
Masa pasca kemerdek aan
Taman Makam Pahlawan
Mandiangin KS, Gulai Bancah, Jl. Kusuma Bhakti [f]
DKP Bukittinggi
-
2
Balai Pustaka Bung Hatta
1976 / 2000
Perpustakaa n umum dan koleksi
Mandiangin KS, Gulai Bancah, Jl. Kusuma Bhakti [f]
DKP Bukittinggi
-
3
Makam Tuangku Syech Imam Jirek
Masa colonial
Makam
Mandiangin KS, Kubu Gulai Bancah, Jl. Veteran [f]
Masyarakat sekitar
Sudah ditetapkan sebagai BCB
4
Cerobong Asap
1928
Cerobong tidak terpakai
Mandiangin KS, Campago Ipuh, Jl. H. Miskin 101 B [f]
DKP BUkittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Fungsi
Keterangan [f]: letak lokasi pada Kawasan Non Strategis
Lokasi
Pengelola
23
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) Status Cagar Budaya
No
Elemen lanskap
Tahun didirikan
5
Eks Akademi Perawat
Masa colonial
Kantor pelayanan terpadu
Mandiangin KS, Puhun Tembok, Jl. Veteran 96 [f]
Instansi terkait
-
6
Mesjid Surau Gadang (Masjid Jami’)
1830
Mesjid
Mandiangin KS, Campago Ipuh, Jl. H. Miskin [f]
Masyarakat sekitar
Sudah ditetapkan sebagai BCB
7
Rumah Gadang Angku Palo
1929
Tempat tinggal
Mandiangin KS, Pulau Anak Air, Jl. Manunggal Karya [f]
Masyarakat sekitar
Sudah ditetapkan sebagai BCB
8
Lubang Jepang Kasiak
1943
Situs peninggalan
Mandiangin KS, Pulau Anak Air [f]
DKP Bukittinggi
-
9
Rumah Tinggal Jl. Veteran 97
Masa colonial
Rumah tinggal
Mandiangin KS, Kubu Gulai Bancah, Jl. Veteran [f]
Pemilik Rumah
-
10
Villa Merdeka
1922
Penginapan
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. A. Rivai 20 [f]
Pemilik Rumah
-
Fungsi
Keterangan [f]: letak lokasi pada Kawasan Non Strategis
Lokasi
Pengelola
24
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) No
Elemen lanskap
Tahun didirikan
11
Rumah Dinas Peternakan
Masa colonial
12
Rumah Adat Baanjuang
13
Benteng Fort de Kock
14
Jembatan Limpapeh
15
Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai 8
16
Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai 40/48
Fungsi
Lokasi
Status Cagar Budaya
Pengelola
Rumah dinas
Guguk Panjang, Kayu Kubu, Jl. A. Rivai [a]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Rumah gadang koleksi
Mandiangin KS, Pulau Anak Air, Jl. Manunggal Karya [c]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Area wisata
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl.Benteng [c]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Jembatan
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. A. Yani [c]
DKP Bukittinggi
-
Masa colonial
Rumah tinggal
Guguk Panjang, Kayu Kubu, Jl. A. Rivai 8 [f]
Pemilik Rumah
-
Masa colonial
Rumah tinggal
Guguk Panjang, Kayu Kubu, Jl. A. Rivai 40/48 [f]
Pemilik Rumah
-
1935
1825
Masa pasca kemerdek aan
Keterangan letak lokasi [a]: Kawasan strategis ngarai Sianok; [c]: Kawasan strategis Jam Gadang [f]: Kawasan Non Strategis
25
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) Status Cagar Budaya
No
Elemen lanskap
Tahun didirikan
17
Toko Souvenir
Masa colonial
Toko souvenir tradisional
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. A. Yani 85 [c]
Pemilik
-
18
Rumah Kelahiran Bung Hatta
1990
Museum Rumah Bung Hatta
Guguk Panjang, Aur Tajungkang TS, Jl. SoekarnoHatta 37 [c]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
19
Jenjang 40
1908
Jenjang
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. Perintis Kemerdekaan [c]
DKP Bukittinggi
-
20
Jembatan Aua Tajungkang
1908
Jembatan
Guguk Panjang, Aur Tajungkang TS, Jl. Perintis Kemerdekaan [c]
Tidak ada
-
21
Mesjid Jamik Taluak
1952
Mesjid
Aur Birugo, Bingkudu [f]
Masyarakat sekitar
22
Lembaga Pemasyarakatan Bukittinggi
Masa colonial
Bangunan terbengkalai
Guguk Panjang, Aur Tajungkang TS, Jl. P. Kemerdekaan [c]
Masyarakat sekitar
Fungsi
Lokasi
Pengelola
Keterangan letak lokasi [c]: Kawasan strategis Jam Gadang [f]: Kawasan Non Strategis
Sudah ditetapkan sebagai BCB
26
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) No
Elemen lanskap
Tahun didirikan
23
Los Saudagar
1858
24
Jam Gadang
25
Fungsi
Status Cagar Budaya
Lokasi
Pengelola
Pasar
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. Kumango [c]
Masyarakat sekitar
Sudah ditetapkan sebagai BCB
1926
Landmark
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. A. Yani [c]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Jenjang Seribu
1943
Jenjang
Guguk Panjang, Kayu Kubu, Jl. Bukit Apit [a]
DKP Bukittinggi
-
26
Rumah Tinggal Jl. Mandiangin 38
Masa kolonial
Rumah tinggal
Mandiangin KS, Jl. Mandiangin No.38 [a]
Pemilik Rumah
-
27
Rumah Tinggal Jl. Mandiangin 22
Masa kolonial
Rumah tinggal
Mandiangin KS, Jl. Mandiangin No.22 [a]
Pemilik Rumah
-
28
Bangunan SMP 3 & SMP 4 (Eks SMP 2)
1945
SMP
Guguk Panjang, Kayu Kubu, Jl. Panorama [a]
Instansi terkait
Sudah ditetapkan sebagai BCB
27
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) No
Elemen lanskap
29
Museum Tri Dharma
30
Gua Jepang Panorama (Lobang Jepang)
31
Tahun didirikan
1947
Fungsi
Lokasi
Status Cagar Budaya
Pengelola
Museum
Guguk Panjang, Kayu Kubu, Jl. Panorama No.24 [a]
DKP Bukittinggi
-
1943
Objek Wisata
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Panorama [a]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Wisma Cipta Sari
Masa kolonial
Rumah inap kodim
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Panorama 20 [a]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
32
SD Negeri 14 Bukit Cangang
1930
Sekolah
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Panorama 12A [a]
Instansi terkait
-
33
Wisma Anggrek
Masa kolonial
Rumah inap kodim
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. A. Yani [a]
Pemilik Rumah
Sudah ditetapkan sebagai BCB
34
Istana Bung Hatta
1961
Rumah tamu negara
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Istana 1 [f]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Keterangan letak lokasi [a]: Kawasan strategis ngarai Sianok; [f]: Kawasan Non Strategis
28
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) Status Cagar Budaya
Elemen lanskap
Tahun didirikan
35
Tugu Pahlawan Tak Dikenal
Pasca Kemerde kaan
Tugu
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Istana [c]
DKP Bukittinggi
-
36
Eks Bank BNI 46Bukittinggi
Masa colonial
Rumah Kepala Bank BNI
Guguk Panjang, Benteng Pasar Atas, Jl. A. Yani 128 [a]
Pemilik
Sudah ditetapkan sebagai BCB
37
Toko Sulaman Silungkang
Masa kolonial
Tempat percetakan
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Panorama 5 [a]
Pemilik
-
38
Tugu Polwan
Pasca Kemerde kaan
Monumen
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Sudirman [f]
DKP Bukittinggi
-
39
Studio Foto Agam
Masa kolonial
Studio, Toko
Guguk Panjang , Bukit Cangang, Jl. Surdirman [f]
Tidak ada
-
40
Bangunan SMP 1
1980
SMP
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Sudirman [f]
Instansi terkait
Sudah ditetapkan sebagai BCB
No
Fungsi
Lokasi
Pengelola
Keterangan letak lokasi [a]: Kawasan strategis ngarai Sianok; [c]: Kawasan strategis Jam Gadang [f]: Kawasan Non Strategis
29
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) Status Cagar Budaya
Elemen lanskap
Tahun didirikan
41
Rumah Bekas Kepala Stasiun
Masa kolonial
Mess Karyawan
Guguk Panjang, Tarok Dipo, Jl. Supratman [c]
Tidak ada
Sudah ditetapkan sebagai BCB
42
Hotel Centrum (Pos & Giro)
1900
Bangunan tidak terpakai
Guguk Panjang, Tarok Dipo, Jl. Sudirman [f]
Pemilik
-
43
Gereja Katolik
1920
Gereja
Guguk Panjang, Bukit Cangang, Jl. Sudirman [f]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
44
Rumah Keluarga Amiroeddin
Masa kolonial
Rumah Tinggal
Guguk Panjang, Tarok Dipo, Jl. G. Nawawi [d]
Pemilik Rumah
-
45
Gereja Protestan
1901
Gereja
Guguk Panjang, Tarok Dipo, Jl. M. Syafei 12 [d]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
46
Rumah Keluarga Dr. Erman
Masa kolonial
Rumah Sakit Madina
Guguak Panjang, Tarok Dipok, Jl. M. Syafei [f]
Pemilik Rumah
-
No
Fungsi
Lokasi
Pengelola
30
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) Status Cagar Budaya
No
Elemen lanskap
Tahun didirikan
47
Rumah Sakit Tentara
1870
Rumah Sakit Tentara
Guguk Panjang, Birugo, Jl. Sudirman [d]
Instansi terkait
-
48
Denzibang 5/1 Bukit Barisan
1882
Asrama perwira TNI
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [d]
DKP Bukittinggi
-
49
Villa Oepang-Oepang
Masa kolonial
Penginapan
Guguk Panjang, Tarok Dipo, Jl. Sumoharjo [d]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
50
Komplek Kantor Kodim 03/04 Agam
1862
Kantor Kodim, Gudang, Rumah dinas
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [d]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
51
Tugu Peringatan Mangopoh
1908
Tugu
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [d]
DKP Bukittinggi
Sudah ditetapkan sebagai BCB
52
Bangunan Sekolah Rajo (SMU Negeri 2 Bukittinggi)
1873
SMA
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [d]
Instansi terkait
Sudah ditetapkan sebagai BCB
Fungsi
Keterangan letak lokasi [d]: Kawasan strategis Kota Lama
Lokasi
Pengelola
31
Tabel 8 Identifikasi situs peninggalan sejarah dan status pengelolaan (lanjutan) Status Cagar Budaya
Elemen lanskap
Tahun didirikan
53
Kantor Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
1856
Kantor Depdikbud
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [a]
Instansi terkait
Sudah ditetapkan sebagai BCB
54
TK Bhayanghari
1872
TK
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [d]
Instansi terkait
-
55
Komplek Kantor Polres Agam (Polres Bukittinggi)
1872
Kantor Polres
Aur Birugo XIII, Sapiran, Jl. Sudirman [d]
Instansi terkait
Sudah ditetapkan sebagai BCB
56
Bangunan SMP II
1945
SMP
Guguk Panjang, Jl. Bung Tomo [f]
Instansi terkait
-
57
Batu Kurai Limo Jorong
Situs
Aur Birugo XIII, Parit Antang, Jl. Kurai [e]
Masyarakat sekitar
Sudah ditetapkan sebagai BCB
No
Masa kolonial
Fungsi
Lokasi
Pengelola
Keterangan letak lokasi [a]: Kawasan strategis ngarai Sianok; [d]: Kawasan strategis Kota Lama; [e]: Kawasan strategis Pusat Pelayanan Primer Baru [f]: Kawasan Non Strategis
Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa elemen-elemen peninggalan sejarah yang ada di Kota Bukittinggi sebagian besar berasal dari zaman kolonial, yaitu sejumlah 44 elemen yang ditemukan, sementara peninggalan elemen lanskap sejarah zaman jepang ditemukan sebanyak 6 elemen dan 7 elemen lainnya berasal dari zaman pasca kemerdekaan. Data ini dapat dipertimbangkan untuk menyusun tema interpretasi dalam konsep wisata sejarah.
32
Identifikasi Karakteristik Elemen Non Fisik Lanskap Sejarah Kota Bukittinggi 1. Kegiatan Perekonomian Bukittinggi latar belakang sejarah sebagai kawasan perniagaan, kegiatan ekonomi utama kota ini adalah perdagangan dan industri kecil. Kegiatan perdagangan yang berupa pasar terdiri dari 3 buah yaitu Pasar Atas (27.705 m2), Pasar Bawah (23.189 m2), dan Pasar Simpang Aur (26.120 m2). Skala pasar tersebut untuk pelayanan kota dan pelayanan regional. Selain pasar, untuk kegiatan perdagangan dikembangkan pula fasilitas lain berupa pertokoan yang dikonsentrasikan di jalan utama (menyatu dengan perkantoran swasta atau jasa komersial lainnya) berupa ruko (rumah toko). Sementara itu kegiatan industri yang ada saat ini di Bukittinggi adalah industri kecil rumah tangga yang umumnya tersebar di kawasan perumahan. Kegiatan industri yang menunjang kegiatan wisata Kota Bukittinggi sebagai sektor unggulan kota di antaranya adalah jenis industri kerajinan dan cinderamata.
Gambar 6 Susana Pasar di Kota Bukittinggi 2. Kegiatan Tradisi dan Kebudayaan Kota Bukittinggi mempnyai kesenian, adat dan budaya yang dapat dijadikan sebagai suatu event/kegiatan kepariwisatawan. Selain menjadi daya tarik wisata,kesenian dan adat budaya setempat ini perlu dilestarikan agar keberadaanya sebagai salah satu identitas Kota Bikittinggi dapat terus diakui dan dijunjung tinggi masyarakat Kota Bukittinggi. Beberapa adat kebudayaan ini juga merupakan bagian dan bentuk peninggalan non fisik dari sejarah perkembangan lanskap Kota Bukittinggi. 1. Pagelaran Seni Tradisional Medan Nan Balinduang Pagelaran seni tradisional Bukittinggi yang diadakan di Medan Nan Balinduang, gedung pertunjukan yang terletak di Jalan Lenggogeni Kota Bukittinggi (belakang Bank BNI atau di bawah Tugu Pahlawan Tak Dikenal) ini adalah sarana bagi anak dan remaja Kota Bukittinggi dalam mengembangkan bakatnya di bidang kesenian. Pada gedung ini diadakan pertunjukan kesenian khas Minangkabau yang pertunjukannya diisi oleh beberapa kelompok kesenian yang ada di Kota Bukittinggi. Sanggar-sanggar yang mengisi pertunjukan kesenian tersebut antara lain adalah: Sanggar Puti limo Jurai; Sanggar Ganto Minang; Sanggar Gastarana; Sanggar Saayun Salangkah; dan Sanggar Sakato.
33
Adapun kesenian yang biasanya ditampilkan adalah; musik tradisi, musik kolaborasi atau tari tradisi. Pertunjukan diadakan setiap Sabtu Malam dengan dikenakan biaya masuk kepada para pengunjung yang hendak menonton. Kegiatan ini ramai dikunjungi oleh tamu mancanegara maupun wisatawan domestik. 2. Kegiatan Pedati Kegiatan ini merupakan kegiatan budaya multi etnis yang ada di Kota Bukittinggi dengan tujuan menyalurkan persatuan berbagai suku yang ada di Kota Bukittinggi melalui pendekatan kebudayaan. Selain itu kegiatan ini juga menampilakan atraksi budaya nusantara dan negara-negara tetangga. 3. Festival Silek Sumarak Festival ini diadakan setiap tanggal 6 Desember sampai 9 Desember tiap tahunnya di Lapang Kantin Bukittinggi dan dilanjutkan di Gedung Sporthall Ateh Ngarai Kota Bukittinggi. 4. Festival Muharam Kegiatan ini adalah kegiatan agama yang selalu dilakukan pada setiap tanggal 1 Muharam. Kegiatan ini selalu dipertahan oleh pemerintah Kota Bukittinggi sesuai dengan visi kota bukittinggi yang berlandaskan agama. 5. Peringatan Kelahiran Bung Hatta Peringatan Hari Kelahiran Bung Hatta sudah menjadi salah satu kalender resmi periwisata Bukittinggi. Kegiatan ini dilakukans secara rutin setiap 12 Agustus sejak 15 tahun yang lalu. Acara memperingati kelahiran Bung Hatta ini dilakukan dengan mengadakan sejumlah pagelaran kesenian tradisi, pembacaan puisi tentang bung hatta, lomba lukis, fototgrafi dan lain-lain.
Gambar 7 Suasana peringatan kelahiran Bung Hatta di Balai Pusataka Bung Hatta 6. Peringatan Hari Jadi Kota Bukittinggi Hari jadi Kota Bukittinggi jatuh pada tanggal 22 Desember 1784 didasarkan perubahan nama pasar sebagai pusat keramaian kota yang semula bernama “Bukik Kubangan Kabau” (karena dahulunya tempat ini dijadikan sebagai tempat menggembala kerbau) menjadi “Bukik nan Tatinggi”, yang kemudian manjadi disebut Bukittinggi. Kegiatan ini adalah sebagai bentuk mengenang sejarah terbentuknya Kota Bukittinggi. 7. Pemilihan Duta Wisata Pemilihan Duta Wisata merupakan agenda tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwasata Kota Bukittinggi yang dimulai setiap tanggal 11 sampai 18 Mei tiap tahunnya. Dengan diadakannya acara pemilihan duta wisata ini diharapkan oleh pemerintah akan menumbuhkan minat pemuda-pemudi untuk mencintai kepariwisataan.
34
Analisis Nilai Signifikansi Lanskap Sejarah dan Aspek Wisata Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh 57 elemen potensial peninggalan sejarah Kota Bukittinggi. Kemudian terdapat empat penilaian yang digunakan dalam analisis, yaitu penilaian keaslian, keunikan, kondisi fisik dan lingkungan, serta aspek interpretasi. Hasil penilaian berdasarkan observasi langsung menunjukkan bahwa elemen peninggalan sejarah yang terdapat di Kota Bukittinggi sebagian besar dalam kondisi signifikansi lanskap sejarah dan aspek wisata yang sedang, yaitu sejumlah 37 elemen. Hanya terdapat 5 elemen peninggalan sejarah yang mendapatkan hasil total signifikansi rendah dan 15 elemen lainnya memiliki hasil signifikansi yang baik. Elemen peninggalan sejarah bernilai signifikansi yang tinggi secara keseluruhan di antaranya adalah Taman Makam Pahlawan, Balai Pustaka Bung Hatta, Rumah Adat Bannjuang, Benteng Fort De Kock, Rumah Kelahiran Bung Hatta, Jam Gadang, Istana Bung Hatta, Tugu Pahlawan Tak Dikenal, Museum Tri Dharma, Gua Jepang, Rumah Sakit Tentara, Denzibang, Kantor Kodim, Tugu Peringatan Mangopoh, dan Kantor Polres Agam. Di antara elemen tersebut Taman Makam Pahlawan dan Museum Tri Dharma belum memiliki usia yang lebih dari 50 tahun sehingga belum tercatat sebagai salah satu Benda Cagar Budaya. Tabel 9 Nilai Signifikansi elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Elemen Lanskap Sejarah Taman Makam Pahlawan Balai Pustaka Bung Hatta Makam Tuangku Syech Imam Jirek Cerobong Asap Eks Akademi Perawat Mesjid Surau Gadang (Masjid Jami’) Rumah Gadang Angku Palo Lubang Jepang Kasiak Rumah Tinggal Jl. Veteran 97 Villa Merdeka Rumah Dinas Peternakan Rumah Adat Baanjuang Benteng Fort de Kock Jembatan Limpapeh Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai 8 Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai 40/48 Toko Souvenir Rumah Kelahiran Bung Hatta Jenjang 40
Total Skor Kondisi
Total Skor Keaslian
Total Skor Keunikan
Total Skor Aspek Interpretasi
6
8
10
8
32
Tinggi
6
6
9
9
30
Tinggi
4
7
9
6
26
Sedang
4 4
8 5
9 7
6 6
27 22
Sedang Sedang
4
7
8
6
25
Sedang
4
6
8
5
23
Sedang
3
7
11
5
26
Sedang
5
7
8
3
23
Sedang
4
8
10
6
28
Sedang
4
7
7
5
23
Sedang
6
9
11
8
34
Tinggi
5 6
8 8
12 8
9 6
34 28
Tinggi Sedang
4
7
8
3
22
Sedang
3
7
8
3
21
Sedang
4
6
5
4
19
Rendah
6
9
11
9
35
Tinggi
5
7
8
6
26
Sedang
Total Skor
Kategori
35
Tabel 9 Nilai Signifikansi elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi (lanjutan) No 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
53
Elemen Lanskap Sejarah Jembatan Aua Tajungkang Mesjid jamik Taluak Lembaga Pemasyarakatan Bukittinggi Los Saudagar Jam Gadang Jenjang Seribu Rumah Tinggal Jl. Mandiangin 38 Rumah Tinggal Jl. Mandiangin 38 Bangunan SMP 3 & SMP 4 (Eks SMP 2) Museum Tri Dharma Gua Jepang Panorama (Lobang Jepang) Wisma Cipta Sari SD Negeri 14 Bukit Cangang Wisma Anggrek Istana Bung Hatta Tugu Pahlawan Tak Dikenal Eks Bank BNI 46 Bukittinggi Toko Sulaman Silungkang Tugu Polwan Studio Foto Agam Bangunan SMP 1 Rumah Bekas Kepala Stasiun Hotel Centrum (Pos & Giro) Gereja Katolik Rumah Keluarga Amiroeddin Gereja Protestan Rumah Keluarga Dr. Erman Rumah Sakit Tentara Denzibang 5/1 Bukit Barisan Villa Oepang-Oepang Komplek Kantor Kodim 03/04 Agam Tugu Peringatan Mangopoh Bangunan Sekolah Rajo (SMU Negeri 2 Bukittinggi) Bangunan Kantor Depdikbud (Bangunan Kantor Disdikpora Kota Bukittinggi)
Total Skor Kondisi
Total Skor Keaslian
Total Skor Keunikan
Total Skor Aspek Interpretasi
Total Skor
3
3
7
4
17
Rendah
6
7
7
6
26
Sedang
4
8
8
6
26
Sedang
4 5 6
5 7 6
8 10 9
5 9 6
22 31 27
Sedang Tinggi Sedang
4
8
8
3
23
Sedang
4
8
8
3
23
Sedang
4
5
7
6
22
Sedang
6
9
10
9
34
Tinggi
6
7
12
9
34
Tinggi
5
7
10
6
28
Sedang
4
7
6
5
22
Sedang
5 5
7 7
10 10
6 9
28 31
Sedang Tinggi
5
8
12
8
33
Tinggi
4
4
5
3
16
Rendah
4
5
6
3
18
Rendah
5 4 4
7 6 8
9 6 7
6 5 6
27 21 25
Sedang Sedang Sedang
3
7
9
4
23
Sedang
4
5
7
5
21
Sedang
6
8
7
6
27
Sedang
4
7
7
3
21
Sedang
4
8
7
6
25
Sedang
4
4
5
3
16
Rendah
5
8
10
6
29
Tinggi
6
9
10
6
31
Tinggi
4
7
7
6
24
Sedang
6
9
9
6
30
Tinggi
4
9
11
7
31
Tinggi
4
8
8
6
26
Sedang
4
6
5
6
21
Sedang
Kategori
36
Tabel 9 Nilai Signifikansi elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi (lanjutan) No 54
Elemen Lanskap Sejarah
Total Skor Kondisi 4
Total Skor Keaslian 6
TK Bhayanghari Komplek Kantor 55 Polres Agam (Polres 5 9 Bukittinggi) 56 Bangunan SMP II 4 6 Batu Kurai Limo 57 4 7 Jorong Keterangan: 0- 19: rendah; 20-28: sedang; 29-36: tinggi
Total Skor Keunikan 7
Total Skor Aspek Interpretasi 5
9
Total Skor
Kategori
22
Sedang
6
29
Tinggi
8
6
24
Sedang
11
6
28
Sedang
Cultural Map Hasil klasifikasi berdasarkan penilaian elemen-elemen lanskap sejarah tersebut menghasilkan susunan suatu cultural map atau peta budaya lanskap Kota Bukittinggi yang memuat informasi persebaran objek-objek lanskap sejarah. Berdasarkan hasil mapping pda gambar 7 terlihat bahwa sebagian besar lokasi benda cagar budaya terdapat di sekitar sistem pusat pelayanan kota, yaitu kawasan Jam Gadang, sementara situs-situs lainnya tersebar di kawasan kota lama dan kawasan pemukiman. Penitikan keberadaan elemen lanskap sejarah berdasarkan kategori hasil penilaian dibedakan dengan warna hijau untuk kategori tinggi, warna biru untuk kategori sedang dan warna merah untuk kategori rendah. Elemen peninggalan sejarah dalam kondisi sedang sampai sangat tidak baik umumnya terletak pada daerah pemukiman tanpa adanya tanda interpretasi sehingga luput dari perhatian masyarakat terutama pengunjung. Elemen-elemen peninggalan sejarah yang berada di kawasan strategis ngarai sianok/ kawasan bencana terdapat sejumlah 13 elemen. Situs dan Bangunan Cagar Budaya yang terdapat di kawasan ini perlu mendapat pengawasan dan perlindungan yang khusus. Kawasan strategis Jam Gadang memiliki total 11 elemen lanskap sejarah. Kawsan strategis ini akan diarahkan untuk pengembangan wisata sehingga elemen-elemen tersebut perlu dioptimalkan fungsi atraksi wisatanya terutama untuk kegiatan interpretasi. Elemen lanksap sejarah yang memiliki nilai signifikansi rendah di kawasan ini yaitu peninggalan toko souvenir dan jembatan aua tajungkng perlu mendapatkan tindakan revitalisasi untuk menguatkan kembali karakter lanskapnya. Selanjutnya kawasan strategis Kota Lama yang akan diarahkan untuk pengembangan potensi peninggalan sejarah memiliki 9 elemen peninggalan elemen sejarah sementara kawasan non strategis memiliki 23 elemen peninggalan sejarah. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, rencana pola ruang kawasan non strategis perlu untuk dikembangkan seperti halnya kawasan strategis Kota Lama. Elemen-elemen peninggalan sejarah yang terdapat pada kawasan ini pada umumnya berasal dari kronologi yang sama sebagai peninggalan pembangunan kawasan pertahanan militer dan adminitrasi tata kota pada zaman belanda sehingga memiliki nilai unity yang kuat. Beberapa bangunan telah mengalami pengalihan fungi dan tanpa adanya tanda/signage di antaranya adalah Rumah bekas Kepala Stasiun dan Rumah Kelurga Dr. Eman. Kedua elemen ini perlu dilakukan tindakan revitalisasi intensif untuk mengembalikan karakter lanskapnya.
37
Gambar 8 Cultural Map Kota Bukittinggi diolah dari: BAPPEDA Kota Bukittinggi
38
Analisis Persepsi Masyarakat dan Pengunjung sekitar Kawasan Masyarakat merupakan komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan lanskap bersejarah. Penilaian terhadap pentingnya keberadaan lanskap sejarah kota Bukittinggi dilakukan berdasarkan persepsi masyarakat dengan menggunakan metode . Penilaian persepsi dilakukan terhadap 4 aspek yaitu aspek aset Kota Pusaka, aspek penguatan karakter lanskap sejarah, aspek wisata sejarah, dan aspek interpretasi sejarah. Wawancara terhadap masyarakat dan pengunjung ini dilakukan untuk dapat mengetahui persepsi dan keinginan mereka mengenai lanskap sejarah Kota Bukittinggi. Jumah responden yang dipilih untuk menjawab kuisioner adalah sejumlah 30 orang dari kelompok masyarakat yang bermukim di Kota Bukittinggi dan 30 orang dari kelompok pengunjung yang berwisata di Kota Bukittinggi, sehingga jumlah keseluruhan responden adalah 60 orang. Responden yang terdiri dari masyarakat Kota Bukittinggi dan pengunjung terdiri dari 30 laki-laki dan 30 perempuan. Sebanyak 17 orang dengan kategori umur 15-20 tahun, 24 orang dengan kategori umur 21-30, 11 orang dengan kategori umur 31-40 dan 8 orang dengan kategori umur 51-60. Umumnya responden masih pelajar dan mahasiswa sebanyak 31 orang, selain itu koreponden yang telah bekerja sebagai guru, dosen dan peneliti terdiri dari 5 orang. Responden yang bekerja sebagai pegawai, freelance dan magang sebanyak 11, sementara pemilik usaha dan swasta sebanyak 10 orang. Selain itu 2 orang responden berstatus PNS dan 1 orang responden sebagai Ibu Rumah Tangga. Pendidikan terakhir para responden rata-rata adalah lulusan SMP sebanyak 14 orang, lulusan SMA sebanyak 14 orang, 12 orang lulusan SMK, 3 orang lulusan D3 dan sebanyak 14 orang lulusan sarjana. Hasil kuisioner mengenai pengetahuan masyarakat dan pengunjung tentang istilah cagar budaya terbilang kurang karena hanya sampai 40% yang mengetahui istilah tersebut sementara 48% lainnya ragu-ragu dan 12% lainnya sama sekali tidak tahu. Hal ini dikarenakan meski masyarakat Kota Bukittinggi telah familiar dan erat dengan berbagai adat dan kebudayaan namun untuk istilah cagar budaya sendiri masih terdengar asing untuk sebagian masyarakat. Selanjutnya hasil kuisioner untuk pengetahuan masyarakat dan pengunjung mengenai sejarah Kota Bukittinggi juga dapat dikatakan kurang, yaitu sebanyak 32% menjawab tahu, 38% lainnya ragu-ragu dan 30% menjawab tidak tahu. Akan tetapi setelah diberi pengertian mengenai arti cagar budaya, pengetahuan masyarakat dan pengunjung mengenai cagar wisata yang menjadi objek wisata menunjukkan sebanyak 59% responden tahu dan dapat menyebutkan beberapa contoh objek wisata tersebut, sementara 34% lainnya ragu-ragu dan 7% responden menyatakan tidak tahu. Adapun pengetahuan para responden mengenai penetapan Kota Bukittinggi sebagai Kota Pusaka, sebanyak 62% telah mengetahui hal tersebut, 20% responden menyatakan ragu-ragu dan 18% lainnya tidak tahu.
39
Gambar 9 Diagram aspek pengetahuan masyarakat dan pengunjung Selanjutnya untuk aspek pengelolaan, yang ditunjukkan pada Gambar 9, hasil mayoritas pilihan masyarakat dan pengunjung pada kondisi pengelolaan yang ada sat ini adalah 41% untuk sedang dan 32% memilih baik. Responden pada umumnya memilih bentuk pemanfaatan lanskap sejarah sebagai objek wisata sebanyak 21, 35% dan dimanfaatkan sesuai fungsi aslinya sebanyak 20, 3%. Hasil mayoritas untuk pemanfaatan sebagai objek wisata ini diiringi dengan hasil sangat pentingnya mengetahui sejarah setiap peninggalan sejarah tersebut sebanyak 60%. Responden juga menyatakan bahwa pertanggung-jawaban pengelolaan berada pada pihak pemerintah sebanyak 65%, masyarakat 20,33% dan swasta sebanyak 3% dengan menjelaskan bahwa ketiga pihak ini sebaiknya saling bekerja-sama.
40
Gambar 10 Diagram aspek pengelolaan lanskap sejarah Hasil kuisioner untuk aspek wisata sejarah dan interpretasi menunjukkan bahwa responden pada umumnya bertujuan ke Bukittinggi untuk wisata Karena daya Ttrik utama yang dimilikinya yaitu pemandangan alam, baru kemudian nilai sejarah yang terdapat di Kota Bukittinggi. Responden sebanyak 67% menyatakan berminat jika di Kota Bukittinggi diterapkan program wisata sejarah. Hasil rinci dari aspek ini dapat dilihat pada Gambar 10. Pada umumnya, sumber pengetahuan sejarah yang dimiliki responden berasal dari sekolah, keluarga dan media elektronik. Responden menyatakan mereka memilih papan interpretasi sebagai media paling efisien untuk memperoleh informasi sejarah dari suatu objek peninggalan sejarah. Hasil mayoritas kedua adalah media interpretasi berupa brosur dan pamflet, untuk memperoleh informasi yang lebih detail. Selanjutnya untuk keadaan kondisi fasilitas wisata yang tersedia di kawasan wisata Kota Bukittinggi, sebanyak 50% responden memilih cukup lengkap dan 36 % kurang lengkap. Responden menambahkan bahwa fasilitas berupa tanda petunjuk dan media interpretasi sebaiknya lebih dilengkapi lagi. Selain itu fasilitas wisata dan utilitas yang diperlukan pengunjung masih belum dikelola dengan baik karena masih adanya tindakan vandalism. Hasil rinci dari aspek interpretasi ini dapat dilihat pada Gambar 11.
41
Gambar 11 Diagram aspek Wisata Sejarah
Gambar 12 Diagram aspek interpretasi
42
Kebijakan Pengelolaan dan Program yang Sudah Dilaksanakan Keikutsertaan Kota Bukittinggi sebagai anggota jaringan Kota Pusaka Indonesia mulai tahun 2013 telah menetapkan visi yang akan diwujudkan, yaitu “Terwujudnya Tata Kelola dan Pemeliharaan Cagar Budaya Sebagai Penunjang Kepariwisataan Kota Bukittinggi”. Untuk mewujudkan visi tersebut, ada 3 misi yang akan dilakukan dan ingin dicapai yaitu: 1. Menginventarisasi dan identifikasi peninggalan sejarah, benda cagar budaya dan kekayaan budaya lainnya yang lengkap, valid dan otentik; 2. Memelihara benda cagar budaya dengan rehabilitasi, revitalisasi ataupun restorasi; 3. Mempromosikan keunggulan benda cagar budaya, peninggalan sejarah dan kekayaan budaya lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan Program Pembangunan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) Bukittinggi ini, berpedoman ketentuan atau dasar UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Adapun kebijakan sehubungan dengan P3KP Kota Pusaka Bukittinggi adalah: 1. Penelusuran dokumen dan bukti sejarah; 2. Pelestarian kawasan lindung dimana letak aset pusaka berada; 3. Perlindungan terhadap Kota Pusaka dalam rangka konservasi warisan budaya; 4. Sosialisasi arti penting aset pusaka, sehingga dapat dipromosikan sebagai objek tujuan wisata pusaka, sebagai alternatif lain dari tujuan wisata yang sudah dikenal sebelumnya. Pelaksanaan kebijakan ini masih minim untuk sosialisasi arti penting asset pusaka, sehingga kendala pengelolaan yang umum ditemui di lapang adalah kurangnya partisipasi dan pengawasan masyarakat dan pengunjung untuk turut menjaga kelestarian elemen peninggalan sejarah yang ada. Sementara itu untuk penulusuran dokumen dan bukti sejarah masih harus dilanjutkan Karena masih ada beberapa elemen peningalan sejarah yang tidak tercatat dalam dokumentasi benda cagar budaya yang dimiliki Kota Bukittinggi. Aset pusaka yang dimaksud dalam kebijakan tersebut termasuk untuk elemen peninggalan sejarah non fisik. Beberapa kegiatan kebudayaan yang bersifat rutin telah berada dalam pengawasan dan bimbingan Dinas Pariwisata Kota Bukittinggi.
43
Rekomendasi Tindakan Pengelolaan Lanskap Sejarah untuk Wisata Interpretasi Sejarah Rekomendasi Strategi Umum Pelestarian Lanskap Sejarah Berdasarkan hasil analisis dari nilai signifikansi sejarah, diperlukan suatu rancangan rekomendasi pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi untuk wisata interpretasi sejarah. Untuk lanskap sejarah Kota Bukittinggi diperlukan tindakan pengelolaan sesuai dengan kekurangan pada penilaian masing-masing karakteristik lanskap sejarah. Elemen-elemen lanskap sejarah dengan kategori tinggi dipertahankan keberadaan fisik dan nilainya dengan konsep preservasi. Sementara itu elemen lanskap sejarah berkategori sedang diberikan tindakan konservasi. Nilai sedang didapatkan karena masih adanya kekurangan dalam hal integrasi sejarah, keaslian, dan ada tidak adanya fasilitas interpretasi di kawasan tepat elemen lanskap sejarah tersebut. Selanjutnya konsep rehabilitasi diterapkan untuk peninggalanpeninggalan sejarah yang sudah benar-benar tidak terawat dan kehilangan karakteristik aslinya. Seluruh peninggalan sejarah ini sebagai objek interpretasi dapat dimanfaatkan sebagi pengetahuan bagi pengunjung untuk mengetahui kronologi peristiwa yang pernah terjadi di Kota Bukittinggi pada masa lampau. Tabel 10 Tindakan pelestarian elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi No 1
Pendekatan Preservasi
Elemen/objek lanskap sejarah Denzibang 5/1 Bukit Barisan Komplek Kantor Kodim 03/04 Agam Tugu Peringatan Mangopoh Bangunan SMP 1 Istana Bung Hatta Jam Gadang Gua Jepang Panorama (Lobang Jepang) Benteng Fort de Kock Rumah Kelahiran Bung Hatta Balai Pustaka Bung Hatta Taman Makam Pahlawan Rumah Adat Baanjuang Museum Tri Dharma Tugu Pahlawan Tak Dikenal Rumah Sakit Tentara
Keterangan Elemen/objek berupa komplek kantor, tugu dan bangunan peninggalan sejarah dimana keadaan tapak tetap dipertahankan seperti kondisi awal tanpa melakukan penambahan maupun merusaknya. Peninggalan berupa makam memiliki nilai kesakralan yang tinggi serta fungsinya pun sama sehingga kondisi awal tetap dipertahankan, meminimalisir perusakan serta melakukan pemeliharaan yang intensif sehingga karakteristik nya pun masih terjaga dengan baik dan tetap bernilai filosofis tinggi
44
Tabel 10 Tindakan pelestarian elemen lanskap sejarah Kota Bukittinggi (lanjutan) No 2
3
Pendekatan Elemen/objek lanskap sejarah Konservasi Bangunan Sekolah Rajo (SMU Negeri 2 Bukittinggi) Bangunan Kantor Depdikbud (Bangunan Kantor Disdikpora Kota Bukittinggi) Bangunan SMP 1 Gereja Katolik Rumah Bekas Kepala Stasiun Gereja Protestan Villa Oepang-Oepang Studio Foto Agam Hotel Centrum (Pos & Giro) SD Negeri 14 Bukit Cangang Wisma Anggrek Wisma Cipta Sari Rumah Keluarga Amiroeddin Villa Merdeka Rumah Dinas Peternakan Makam Tuangku Syech Imam Jirek Eks Akademi Perawat Bangunan SMP 3 & SMP 4 (Eks SMP 2) Cerobong Asap Mesjid Surau Gadang (Masjid Jami’) Rumah Gadang Angku Palo Lembaga Pemasyarakatan Bukittinggi Batu Kurai Limo Jorong Jembatan Limpapeh Jenjang Seribu Jembatan Aua Tajungkang Tugu Polwan Los Saudagar Bangunan SMP II Lubang Jepang Kasiak Mesjid jamik Taluak TK Bhayanghari Rumah Tinggal Jl. Mandiangin 22 Rumah Tinggal Jl. Mandiangin 38 Rumah Tinggal Jl. Veteran 97 Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai 8 Rumah Tinggal Jl. Dr. A. Rivai 40/48 Rehablitasi Toko Sulaman Silungkang Toko Souvenir Eks Bank BNI 46 Bukittinggi Jembatan Aua Tajungkang Rumah Keluarga Dr. Erman
Keterangan Karakteristik situs dipertahankan dengan menonjolkan nilai-nilai kesejarahan sebagai nilai khas namun tetap melibatkan sedikit penambahan dan pengurangan dengan campur tangan manusia sebagai salah satu upaya untuk mencegah bertambahnya kerusakan Pemberian identitas penanda situs sejarah untuk membentuk karakter sejarah sehingga terjaga kelestariannya Karakteristik situs yang terletak berdekatan dalam satu kecamatan yang mempunyai keterkaitan/hubungan antar situs cukup tinggi dipertahankan dengan menyesuaikan kondisi sekitar tanpa menghilangkan nilainilai sejarahnya
Perbaikan lanskap ke arah standar modern tetapi tetap mempertahankan karakter sejarah dengan cara menjadikan rumah model kolonial yang masih tersisa ini sebagai representasi rumah peninggalan belanda
45
Rekomendasi Konsep Awal Wisata Interpretasi Sejarah Lanskap sejarah Kota Bukittinggi terbentuk dari berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau yang saling berkaitan begitu juga dengan peninggalan sejarahnya. Kesatuan elemen lanskap sejarah yang ada ini perlu diperkuat dengan suatu konsep pengelolaan yang menyatukan karakter lanskap tersebut melalui program wisata interpretasi sejarah. Gambar 12 menunjukkan peta konsep wisata interpretasi sejarah untuk Kota Bukittinggi.
Gambar 13 Peta konsep wisata interpretasi sejarah Kota Bukittinggi
46
Konsep awal peta wisata interpretasi sejarah Kota Bukittinggi tersebut disusun dengan memerhatikan hasil total nilai signifikansi lanskap sejarah. Elemen lanskap sejarah dengan total nilai signifikansi tertinggi paling berpotensi untuk menjadi objek wisata sejarah utama. Tema wisata interpretasi sejarah dapat ditawarkan pada konsep ini adalah tema kolonial dengan elemen lanskap sejarah utama terdiri dari Benteng Fort de Kock, Tugu Peringatan Mangaopoh, Rumah Kelahiran Bung Hatta, Rumah Adat Baanjuang, dan Jam Gadang. Objek utama wisata sejarah dengan tema masa penjajahan Jepang terdiri Museum Tri Dharma dan Gua Jepang, sementara itu objek utama wisata sejarah dengan tema pasca kemerdekaan terdiri dari Taman Makan Pahlawan, Balai Pustaka Bung Hatta, Tugu Pahlawan Tak Dikenal, dan Istana Bung Hatta. Elemen peninggalan lanskap sejarah lainnya dapat menjadi objek interpretasi sebagai pendukung kegiatan wisata sejarah. Elemen peninggalan sejarah dengan nilai signifikansi tinggi telah memiliki kondisi fisik dan integrasi sejarah serta aspek wisata yang baik sehingga lokasi elemen sejarah ini berada dapat dijadikan ruang objek wisata. Penjelasan lebih lanjut mengenai konsep wisata sejarah tersebut dijelaskan melalui pendekatan aktivitas yang terdiri dari konsep ruang wisata, aksesibilitas dan sirulasi, fasilitas wisata dan aktivitas wisata (Maulidya 2011) sebagai berikut 1. Konsep Ruang Wisata Hasil komposit zona daya tarik utama wisata sejarah dan pendukungnya membentuk suatu Ruang wisata. Pada gambar 12 setip zona interpretasi adalah ruang objek wisata dengan node utama yang menghubungkan setiap zona tersebut sebagai ruang transisi. Ruang penerimaan sebaiknya terletak pada bagian terdepan dari tapak sebagai ruang penyambutan para pengunjung. Dalam konsep ini maka ruang pelayanan berada di sekitar jalur akses masuk dari Padang dan Agam serta jalur akses masuk dari Medan dan Payakumbuh. Selain itu ruang pelayanan diperlukan untuk konsep wisata sejarah Kota Bukittinggi sebagai penunjang fasilitas wisata dan pengelolaan kawasan wisata. Lokasi yang sesuai untuk ruang pelayanan adalah di sekitar ruang objek wisata utama. 2. Konsep Sirkulasi Penghubung antar ruang wisata, objek wisata sejarah dan fasilitas interpretasi yang ada adalah fungsi utama sirkulasi. Konsep sirkulasi yang untuk wisata interpretasi sejarah Kota Bukittinggi terdiri dari akses masuk dan keluar, jalur interpretasi utama sebagai sirkulasi primer, dan jalur interpretasi untuk objek interpretasi pendukung sebagai sirkulasi sekunder. Jalur masuk dan keluar untuk konsep wisata sejarah ini dapat diakses dari Medan, Payakumbuh, Agam dan Padang. Sirkulasi primer ditunjukkan sebagai node utama pada Gambar 12 sedangkan sirkulasi sekunder ditunjukkan sebagai node penunjang. 3. Konsep Fasilitas Setiap ruang wisata sejarah memerlukan fasilitas wisata. Adapun fasilitas wisata untuk kegiatan interpretasi yang diperlukan pada ruang wisata sejarah Kota Bukittinggi di antaranya adalah: • Pusat Informasi • Papan informasi dan Name Sign • Tempat registrasi masuk objek wisata sejarah • Pemandu wisata • Kendaraan
47
4. Konsep kegiatan interpretasi dengan Touring Plan Wisata sejarah interpretasi memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman memahami peristiwa bersejarah di Kota Bukittinggi. Kelancaran program wisata sejarah akan dapat tercapai dengan disusunnya jalur sirkulasi berupa touring plan yang menghubungkan setiap objek interpretasi dalam suatu kesatuan tema. Berikut ini rekomendasi konsep touring plan yang dibagi menjadi 4 tema berdasarkan hasil identifikasi elemen lanskap sejarah yaitu jalur interpretasi untuk periode sejarah masa kolonial, jalur interpretasi sejarah masa penjajahan jepang, jalur interpretasi masa pasca kemerdekaan Indonesia dan jalur interpretasi sejarah kebudayaan Minangkabau. Masing-masing jalur wisata sejarah dapat dilakukan dalam sehari karena letak objek-objek interpretasi yang cukup berdekatan dan Kota Bukittinggi adalah kota yang cukup kecil. Tabel 11 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi A Tema: Periode Sejarah Masa Kolonial Rute objek utama: Rumah Kelahiran Bung Hatta- Benteng Fort De Kock- Jam GadangDenzibang 5/1 Bukit Barisan Objek Aktivitas Tindakan pengelolaan Ruang Parkir kendaraan Pengontrolan berkala kondisi Penerimaan fisik dan daya dukung area parkir Ruang Persiapan melalukan wisata sejarah Evaluasi kualitas pelayanan Pelayanan dengan mencari informasi umum dan pembaharuan informasi mengenai objek yang akan dikunjungi Rumah Wisata sejarah mengenai kisah Bung Preservasi terhadap objekKelahiran Hatta dan tokoh sejarah berkaitan objek dan feature rumah Bung Hatta semasa hidup; mengabadikan yang dipajang peninggalan sejarah dalam foto Benteng Fort Interpretasi latar belakang Perawatan ruitin kondisi fisik De Kocak dibangunnya Benteng Fort de Kock; dan kebersihan lingkungan pengamatan elemen fisik benteng dan sekitar sekitarnya; Ruang Kunjungan elemen peninggalan Pemeliharaan kondisi fisik penunjang sejarah sekitar: Jenjang 40, Wisma secara berkala dan wisata sejarah Cipta Sari, Rumah Dinas Peternakan, pelengkapan tanda Rumah Bekas Kepala Stasiun interpretasi Jam Gadang Interpretasi latar belakang Penguatan dan penerapan dibangunnya Jam Gadang; menikmati hukum sangsi untuk tindakan pemandangan Kota dari ats Jam vandalism di sekitar Gadang; berfoto kawasan, pemeliharaan rutin Ruang Kunjungan elemen peninggalan Pemeliharaan kondisi fisik penunjang sejarah sekitar: Rumah Sakit Tentara, secara berkala dan wisata sejarah Komplek Kodim, Komplek Kantor pelengkapan tanda Polres interpretasi Denzibang 5/1 Pengamatan karakteristik bangunan Perawatan ruitin kondisi fisik peninggalan zaman Belanda dan kebersihan lingkungan sekitar Los Saudagar Membeli souvenir dan cinderamata; Perawatan ruitin kondisi fisik membeli oleh-oleh makanan ringan dan kebersihan lingkungan khas Aceh; menikmati makanan khas sekitar Aceh; beristirahat; menikmati suasana.
48
Tabel 12 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi B Tema: Periode Sejarah Masa Penjajahan Jepang Rute objek utama: Museum Tri Dharma- Gua Jepang Objek Aktivitas Museum Tri Pengamatan dan observasi benda dan Dharma nilai sejarah pada museum; melihat objek sejarah; dokumantasidnegan foto Gua Jepang Wisata sejarah; Interpretasi objek; pengamatan elemen fisik gua jepang; dokumentasi Ruang penunjang wisata sejarah
Kunjungan elemen peninggalan sejarah sekitar: Gua Jepang Kasiak, Jenjang Saribu
Pasar Atas
Belanja souvenir dan cinderamata
Tindakan pengelolaan Pengawasan benda-benda antikagar selalu lengkap dan terlindung, Pemeliharaan dan pengawasan fasilitas pendukung wisata agar tidak rusak oleh vandalism Pengawasan terhadap fasilitas pendukung wisata agar tidak rusak oleh vandalism Pemeliharaan kebersihan
Tabel 13 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi C Tema: Periode Sejarah Masa Pasca Kemerdekaan Rute objek utama: Taman Makam Pahlawan- Balai Pustaka Bung Hatta- Tugu Pahlawan Tak Dikenal- Istana Bung Hatta Objek Aktivitas Tindakan pengelolaan Ruang Parkir kendaraan Pengontrolan berkala Penerimaan kondisi fisik dan daya dukung area parkir Ruang Persiapan melalukan wisata sejarah Evaluasi kualitas pelayanan Pelayanan dengan mencari informasi umum dan pemeliharaan fasilitas mengenai objek yang akan dikunjungi interpretasi Taman Makam Wisata sejarah; melihat objek wisata; Pembaharuan informasi Pahlawan berfoto pada objek tersebut dan nama pahlawan yang berziarah dimakamkan, pemeliharaan kebersihan secara rutin Balai Pustaka Wisata sejarah tentang latar belakang Preservasi dan Bung Hatta perpustakaan kembar poklamator; mempertahankan kinerja memanfaatkan jasa pustaka; pengelolaan yang sudah berjalan Ruang Kunjungan elemen peninggalan Pemeliharaan kondisi fisik penunjang sejarah sekitar: secara berkala dan wisata sejarah pelengkapan tanda interpretasi Tugu Pahlawan Wisata sejarah; observasi fisik tugu, Pengawasan terhadap Tak Dikenal berfoto; menikmati suasana di sekitar aktivitas vandalism Taman Tugu. pemeliharaan fasilitas interpretasi Istana Bung Melihat objek wisata sejarah; berfoto; Pemeliharaan kondisi fisik Hatta menikmati suasana dan lingkungan Pasar Atas Belanja souvenir dan cinderamata Pemeliharaan kebersihan
49
Tabel 14 Konsep touring plan wisata sejarah Kota Bukittinggi D Tema: Sejarah Kebudayaan Minangkabau Rute objek utama: Rumah Adat Baanjuang Objek Aktivitas Ruang Penerimaan
Parkir kendaraan
Ruang Pelayanan
Persiapan melalukan wisata sejarah dengan mencari informasi umum mengenai objek yang akan dikunjungi Observasi, pengenalan nilai budaya dari objek peninggalan adat minangkabau; mempelajari sejarah suku dan budaya Minangkabau; memperlajari sejarah terbentuknya Kota Bukittinggi; berfotofoto; menikmati suasana rumah adat Kunjungan elemen peninggalan sejarah sekitar Rumah Gadang Angku Palo, Sanggar di bawah Jam Gadang Hadir kegiatan/event budaya terkait sejarah Minangkabau; menikmati, mengenal dan menyaksikan nilai budaya dari atraksi seni; mempelajari dan memahami kebudayaan yang dipentaskan tersebut; berfoto-foto; menikmati suasana Istirahat; Belanja cinderamata/ hasil kerajinan adat minangkabau
Rumah Adat Baanjuang
Ruang penunjang wisata sejarah Peninggalan sejarah non fisik
Pasar Aur Kuning
Tindakan pengelolaan Pengontrolan berkala kondisi fisik dan daya dukung area parkir Evaluasi kualitas pelayanan dan pembaharuan informasi Perawatan rutin objekobjek seni dan adat budaya yang dipamerkan dalam museum Rumah Adat Baanjuang Pemeliharaan dan perawatan objek secara berkala Pembaharuan informasi mengenai keberlangsungan kegiatan melalui media yang efektif Pemeliharaan kebersihan lingkungan
Keempat konsep touring plan ini dapat dilakukan secara mandiri atau dengan bantuan guide tour. Khusus untuk konsep touring plan D, pengunjung harus menyesuaikan kunjungan dengan jadwal event yang akan dikunjungi. Meskipun secara keseluruhan setiap objek dapat dikunjungi dengan total lama kunjungan hanya satu hari namun untuk pengunjung yang berencana melakukan wisata selama lebih dari 2 hari disediakan ruang pelayanan berupa hotel dan wisma yang dapat mudah ditemui di kawasan strategis pusat pelayanan kota, sehingga waktu kunjungan yang ada dapat dimanfaatkan untuk menikmati wisata jenis lain seperti wisata alam dan wisata kuliner.
50
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan sebanyak 57 elemen peninggalan lanskap sejarah Kota Bukittinggi dengan 28 di antaranya telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Hasil identifikasi juga menghasilkan cultural map yang memetakan persebaran situ-situs cagar budaya tersebut. Peta tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi benda cagar budaya terdapat di sekitar sistem pusat pelayanan kota, yaitu kawasan Jam Gadang, sementara situs-situs lainnya tersebar di kawasan kota lama dan kawasan pemukiman. Kondisi pengelolaan yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar benda cagar budaya telah diatur untuk berada dalam pengawasan pemerintah, tetapi hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa masih ada masalah terkait pengelolaan yang mengancam kondisi fisik dan nilai situs-situs yang ada berupa tindakan vandalism dari pengunjung dan masyarakat. Untuk menguatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dan pengunjung disusun tindakan lanjut pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi berupa rekomendasi untuk aspek interpretasi sejarah. Elemen-elemen dengan nilai signifikansi sejarah yang tinggi diperkuat keberadaannya dengan melengkapi media interpretasi yang diperlukan dan dipetakan dalam sebuah rencana jalur interpretasi sesuai dengan tema yang dimiliki tiap situs untuk memudahkan masayarakat dan pengunjung memahami peristiwa-peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Kota Bukittinggi.
Saran Identitas Kota Bukittinggi sebagai Kota Pusaka yang memiliki berbagai macam elemen lanskap sejarah sekaligus Kota Wisata sangat penting untuk dipertahankan. Konsep pengelolaan yang direkomendasikan pada studi ini memerlukan penanganan yang khusus dari pihak pengawas dan pengelola baik itu dari pihak pemerintah, masyarakat dan pengusaha. Selain itu agar pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi untuk wisata interpretasi sejarah semakin baik perlu adanya paket wisata, kajian mengenai daya dukung potensi sumberdaya, dan pembuatan program khusus untuk menanggulangi vandalism serta menjalin kerjasama dengan pengusaha.
51
DAFTAR PUSTAKA Allindani. 2007. Studi Potensi Lanskap Bersejarah Untuk Pengembangan WisataSejarah di Kota Mataram [Skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Arifin HS dan Arifin NHS. 2005. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya. [BAPPEDA]. 2015. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bukttinggi Tahun 20102030: Peta Penetapan Kawasan Strategis Kota Bukittinggi. Bukittinggi: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi. David F. 2005. Strategic Management. Di dalam ; Dewi BK, editor. Nature of Strategy Analysis and Choice. Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. New York: McGraw-Hill Book Co Goodchild PH. 1990. Some PrincipIes for The Conservation of Historic Landscape. ICOMOS (UK): Historic Gardens and Landscape Comittee. Gunn AC. 1993. Tourism Planning (Basic, Concepts, Cases). Philadelphia: Taylor & Francis. ____________. Vacationscape: Developing Tourist Areas. Washington DC: Taylor & Francis. Harris CW and Dines NT. 1998. Time Saver Standarts for Landscape Architecture. New York : McGraw Hill Book Inc. Iqbal M. 2010. Perencanaan Lanskap Jalur Interpretasi Wisata Sejarah Budaya Jalan Slamet Riyadi Kota Surakarta[Skripsi]. Bogor : Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Lynch K. 1960. The Image of the City. Cambridge : Mass. M.I.T. Press. [MBRS] Project for The Conservation and Sustainable Use of The Mesoamerican Barrier Reef System. 2005. Environmetal Interpretation Manual for Protected Areas in the Mesoamerican Barrier Reef System Region. Belize (US) Maulidya S. 2011. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Sejarah Pusat Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh [Skripsi]. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mason P. 2003. Tourism Impacts, Planning and Management. Great Britain: Elsevier Butterworth-Heinemann. Nurisjah S. dan Pramukanto Q. 1995. Perencanaan Lanskap (Penuntun Praktikum). Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB (Tidak Dipublikasikan). Bogor. _____________________________. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Penanian, Fakultas Penanian, lnstitut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). Bogor. Oetomo D, Suyanto B (ed). 2005. Metode Penelitian Sosial. Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Parker J dan Bryan P. 1989. Landscape Management and Maintenance. Great Britain: Gower Publishing Company. Porteous, JD. 1977. Enviromenf and Behaviour. Canada : Addison-Wesley Publishing Co.
52
Sharpe GW. 1982. Interpreting The Environment. New York : John Wiley and Sons. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York : McGraw-Hill Book Co., Inc. Tilden F. 1957. Interpreting our Heritage. New York (US): The University of North Carolina Press. Van Dyke S. 1990. From Line To Design (Design Graphic Commmication). Indiana : PDA Publisher Corp. Veverka JA. 1998. Herittage Tourism Services and "Edutainment" Planning and Design. www.heritageinterp.com (diakses pada 20 Februari 2015). Wearing S, Neil J. 2000. Ecotourism: Impacts, Potentials and Possibilities. Planta Tree. United Kingdom: British Library. Wongso, Jonny. 2011. Perkembangan Pola Ruang Kota Bukittinggi Dari "Koto Jolang" ke Kotamadya. Yogyakarta: Master of Engineering, Architectural Engineering, Graduate Studies Program of Gadjah Mada University. Wright T. 1982. Large Gardens and Park Maintenance, Management, and Design. Great Britain: Technical Book Division.
53
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Juli 1994 di Bukittinggi, Sumatera Barat, dari pasangan Hamzah Muharam Juniadi dan Tresna Dewi Mulia Rezeki sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SDN 1 Cihampelas pada tahun 1999 sampai tahun 2005. Di tingkat berikutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bukittinggi sampai tahun 2008. Jenjang pendidikan selanjutnya dihabiskan di SMAN 1 Bukittinggi sampai tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur SBMPTN Undangan dan kemudian bergabung di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian pada tahun 2012. Selama masa studi, penulis pernah aktif sebagai pengurus Divisi III Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2012-2013. Pada tahun yang sama penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota Badan Pengawas sampai tahun 2014. Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitian, diantaranya kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen (MPD) pada tahun 2013 dan Masa Perkenalan Mahasiswa (MPF) pada tahun 2014.
Lampiran 1 Kuesioner Persepsi Masyarakat di Kota Bukittinggi
LEMBAR KUESIONER Dengan hormat, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam membantu pengumpulan data penelitian yang sedang saya lakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan baik dan benar. Penelitian ini berjudul “Pengelolaan Lanskap Sejarah Bukitinggi untuk Wisata Interpretasi Sejarah”. Atas kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/Saudari saya ucapkan terima kasih. Widia Yuli Sevtiani/A44110039 Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Data Pribadi Responden Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Umur : a. <18 thn b. 18-25 thn
c. 31-40 thn d. 41-50 thn
Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b.Guru/Dosen/Peneliti c. Pegawai/PNS/magang d. Wirausaha e. Lainnya……………….
Asal : a. Dalam wilayah Sumbar, sebutkan....... b. Di luar wilayah Sumbar, sebutkan...... Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah d.SMA b. SD e. D3 c. SMP f.Sarjana (S1,S2,S3) Berapa lama melakukan kegiatan wisata di kawasan ini : a. 1 hari c. >4hari b. 2-4 hari
Pertanyaan I. Aspek Aset Pusaka Apakah Anda mengetahui tentang sejarah Kota Bukittinggi? a. Tahu b. Sedikit ragu-ragu c. Tidak tahu Apakah Anda mengetahui tentang cagar budaya? a. Tahu b. Sedikit ragu-ragu c. Tidak tahu Apakah anda mengetahui bahwa kawasan/objek wisata ini merupakan cagar budaya? a. Tahu b. Sedikit ragu-ragu c. Tidak tahu II. Aspek Penguatan Lanskap Sejarah Bagaimanakah kondisi pengelolaan lanskap di Kota Bukittinggi menurut anda? a. Sangat Baik b Baik c. Sedang d. Kurang Baik e. Tidak BaikApa bentuk pemanfaatan lanskap sejarah yang terbaik menurut anda? a. Dimanfaatkan oleh masyarakat untuk aktivitas sesuai fungsinya
b. Dimanfaatkan untuk objek wisata sejarah c. Dijadikan sebagai identitas kawasan/kota d. Dipertahankan apa adanya Seberapa penting mengetahui sejarah mengenai situs cagar budaya menurut anda? a. Sangat penting b Cukup penting c. Tidak penting Siapakah yang paling berperan penting dalam pertanggung-jawaban pengelolaan situs cagar budaya yang ada di Kota Bukittinggi menurut anda? a. Masyarakat b. Pemerintah c. Swasta/Pengusaha Apa bentuk kontribusi yang akan anda lakukan untuk mendukung pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi? a. Finansial b Pikiran c. Tenaga III. Aspek Interpretasi Sejarah Darimanakah anda mengetahui sumber sejarah mengenai Kota Bukittinggi dan situs cagar budayanya? a. Keluarga b. Sekolah c. Teman d. Media Elektronik e. Media cetak Apa media interpretasi yang paling efisien untuk mengekspos sejarah situs cagar budaya menurut anda? a. Papan informasi b. Brosur/pamflet c. Poster/spanduk d. Tour guide Bagaimana kondisi fasilitas wisata yang ada saat ini menurut anda? a. Sangat lengkap b. Lengkap c. Cukup lengkap d. Kurang lengkap e. Tidak lengkap .. *Terima Kasih atas Kerja samanya*
Lampiran 2 Kuesioner Persepsi Masyarakat di luar Kawasan Kota Bukittinggi
LEMBAR KUESIONER Dengan hormat, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam membantu pengumpulan data penelitian yang sedang saya lakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan baik dan benar. Penelitian ini berjudul “Pengelolaan Lanskap Sejarah Bukitinggi untuk Wisata Interpretasi Sejarah”. Atas kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/Saudari saya ucapkan terima kasih. Widia Yuli Sevtiani/A44110039 Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Data Pribadi Responden Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Umur : a. <18 thn b. 18-25 thn
c. 31-40 thn d. 41-50 thn
Asal : a. Dalam wilayah Sumbar, sebutkan....... b. Di luar wilayah Sumbar, sebutkan......
Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b.Guru/Dosen/Peneliti c. Pegawai/PNS/magang d. Wirausaha e. Lainnya……………….
Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah d.SMA b. SD e. D3 c. SMP f.Sarjana (S1,S2,S3)
Berapa lama melakukan kegiatan wisata di kawasan ini : a. 1 hari c. >4hari b. 2-4 hari Pertanyaan I. Aspek Aset Pusaka Apakah Anda mengetahui tentang sejarah Kota Bukittinggi? a. Tahu b. Sedikit ragu-ragu c. Tidak tahu Apakah Anda mengetahui tentang cagar budaya? a. Tahu b. Sedikit ragu-ragu c. Tidak tahu Apakah anda mengetahui bahwa kawasan/objek wisata ini merupakan cagar budaya? a. Tahu b. Sedikit ragu-ragu c. Tidak tahu II. Aspek Penguatan Lanskap Sejarah Bagaimanakah kondisi pengelolaan lanskap di Kota Bukittinggi menurut anda?
a. Sangat Baik b Baik c. Sedang d. Kurang Baik e. Tidak Baik Apa bentuk pemanfaatan lanskap sejarah yang terbaik menurut anda? a. Dimanfaatkan oleh masyarakat untuk aktivitas sesuai fungsinya b. Dimanfaatkan untuk objek wisata sejarah c. Dijadikan sebagai identitas kawasan/kota d. Dipertahankan apa adanya Seberapa penting mengetahui sejarah mengenai situs cagar budaya menurut anda? a. Sangat penting b Cukup penting c. Tidak penting Siapakah yang paling berperan penting dalam pertanggung-jawaban pengelolaan situs cagar budaya yang ada di Kota Bukittinggi menurut anda? a. Masyarakat b. Pemerintah c. Swasta/Pengusaha Apa bentuk kontribusi yang akan anda lakukan untuk mendukung pengelolaan lanskap sejarah Kota Bukittinggi? a. Finansial b Pikiran c. Tenaga III. Aspek Wisata Apa tujuan anda berwisata ke Bukittinggi? a. Wisata b. Studi c. Berniaga d. Lainnya Apa daya tarik lanskap yang ada pada Kota Bukittinggi menurut anda? a. Pemandangan b. Nilai sejarah c. Arsitektural d. Budaya Apakah anda berminat dengan wisata sejarah? a. Berminat b. Agak berminat c. Tidak berminat III. Aspek Interpretasi Sejarah Darimanakah anda mengetahui sumber sejarah mengenai Kota Bukittinggi dan situs cagar budayanya? a. Keluarga b. Sekolah c. Teman d. Media Elektronik e. Media cetak Apa media interpretasi yang paling efisien untuk mengekspos sejarah situs cagar budaya menurut anda? a. Papan informasi b. Brosur/pamflet c. Poster/spanduk d. Tour guide Bagaimana kondisi fasilitas wisata yang ada saat ini menurut anda? a. Sangat lengkap b. Lengkap c. Cukup lengkap d. Kurang lengkap e. Tidak lengkap Apakah media interpretasi paling efisien menurut anda? a. Papan Informasi b. Brosur/Pamflet c. Poster/Spanduk d. Tour guide Bagaimanakah kondisi fasilitas wisata di kota Bukittinggi menurut anda? a. Sangat Lengkap b. Lengkap c. Cukup lengkap d. Kurang lengkap e. Tidak lengkap Transportasi apa yang anda gunakan untuk mengunjungi tempat wisata di Bukittinggi? a. Mobil b. Motor c. Jalan kaki Bagaimanakah aksesibilitas menuju kawasan objek wisata menurut anda? a. Sangat mudah b. Mudah c. Cukup mudah d. Agak sulit e. Sangat sulit
*Terima Kasih atas Kerja samanya*
Lampiran 3 Data identitas responden ampiran 3 Data Identitas K