PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam
Disusun Oleh: ALI MURSIDI 043211108
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan oleh orang lain. Demikian pula skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 07 Juli 2010 Deklarator,
Ali Mursidi 043211108
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya skripsi ini saya persembahkan kepada: ؤAyahanda (Rifa’i) dan Ibunda (Sri Ana) tercinta yang senantiasa dengan tulus memberikan do’a restu, mencurahkan segala kasih sayang, bimbingan, perhatian, dan dukungan untukku dalam meniti langkah menuju ridho-Nya. ؤFrank Steve Wignall, best my friend yang jauh di sana, you always give me your motivation and financial suppor. ؤKakakku Rochayati dan Alm. Isrohanah dan adik Turmudhi yang telah mensuppotku baik moral, spiritual dan material. ؤSahabat-sahabat seperjuangan (Rosika, Hadi Rochman, Nasuka, Maskur) segalanya begitu indah dengan kasih sayang serta persahabatan kalian. ؤIbu Guru Siti Fadlilah, S.Ag, yang banyak sekali membantu penelitian ini. Apalah jadinya tanpa bantuan Bu Fadlil. ؤSD Islam Al Azhar 29 Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di sana. ؤSahabat-sahabat KI semua jurusan dan pembaca yang budiman.
ABSTRAK Ali Mursidi (Nim. 043211108). Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana pengelolaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang, (2) Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu metode observasi, interview dan dokumentasi. Data data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif analitik. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen dan sebagainya tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan atau realitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan yang dijalankan Komite Sekolah SDIA 29 dalam meningkatkan mutu pendidikan di SDI Al Azhar 29 Semarang, sudah cukup baik. Karena dalam prosesnya telah melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dilaksanakan dengan mengoptimalkan empat peran komite sekolah, yakni: Komite Sekolah bertindak sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaa kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; pendukung (supporting agency) baik yang berujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan mediator (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau mediator antara masyarakat dengan satuan pendidikan. Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 adalah; a) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah, b) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu-ibu, c) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan, d) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan ternama. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: a) Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah, b) Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya, c) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan tentang kependidikan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi, bagi komponen sekolah terutama bagi Komite Sekolah di lembaga pendidikan, sehingga dapat dijadikan bahan informasi dan masukan untuk meningkatkan pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
MOTTO
...ﻔﹸﺴِﻬﹺﻢﺎ ﺑﹺﺄﻧﺍ ﻣﻭﻴﹺّﺮﻐﻰٰ ﻳﺘﻡﹴ ﺣﺎ ﺑﹺﻘﹶﻮ ﻣﻴﹺّﺮﻐﺇﻥﱠ ﺍﷲَ ﻻ ﻳ... ِ ( اﻟﺮﻋﺪ:١١)
...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri... (QS. Ar-Ra’d : 11)1
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), hlm. 370.
KATA PENGANTAR اﻟﺮﺣﯿﻢ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﷲ ﺑﺴﻢ Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah (Rab al-Alamin), yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang”. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw. pembawa risalah kenabian yang telah menuntun ummat manusia menuju jalan yang diridhai Allah SWT. Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan atas pertolongan Allah yang dijelmakan melalui makhluk-Nya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H, Ibnu Hadjar, M. Ed., selaku Dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang beserta segenap stafnya. 2. Ismail SM, M. Ag., selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam (KI) dan Dr. Mustofa Rahman, M. Ag., selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam. 3. Fahrurrozi, M.Ag. selaku dosen pembimbing I dan Drs. Wahyudi, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini di tengah kesibukannya. 4. Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Nikmah Rahmawati, M.Si., selaku Kepala SD Islam Al Azhar 29 Semarang yang telah memberikan waktu, izin, dan data guna penyusunan skripsi ini. 6. Siti Fadlilah, S.Ag., selaku Wakasie Kurikulum SD Islam Al Azhar 29 Semarang, yang telah membantu memberikan waktu guna menyelesaikan penelitian ini. 7. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan baik moral maupun material kepada penulis, kakak-kakak dan adikku tersayang serta segenap keluarga
yang dengan tulus mendoakan dan memberikan bantuan secara moril maupun materiil kepada penulis. 8. Frank Steve wignall, Apalah jadiku tanpa bantuanmu. Kau adalah seorang bapak bagiku yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun financial. 9. Antok harianto, Temanku yang paling bandel. Tapi sangat banyak membantuku melalui dukungan moral, spiritual maupun bantuan yang lainnya. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan di Jurusan Kependidikan Islam (KI) 2004-2007 Fakultas Tarbiyah yang memberikan dorongan kepada penulis agar menyelesaikan studi ini. 11. Sedulur-sedulur musholaku, Hadi, Rosy, dan Nasuka yang selalu berbagi pengalaman baik suka maupun duka & yang telah memberi makna sebuah persahabatan dan kekeluargaan. 12. Rustam, Bapak Takmirku. Yang telah memberikan banyak bantuan berupa tempat panggenan dan tempat mendekatkan diri pada gusti Allah. 13. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan dan budi mereka selalu mendapat ridho dan rahmat dari Allah SWT. Seiring do’a dan ucapan terima kasih penulis mengharapkan tegur sapa, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca yang budiman. Penulis hanya bertawakkal kepada Allah, karena penulis sadar bahwa hanya kepada Allah-lah semuanya akan kembali. Wallahu A’lam bis Showab.
Semarang, 07 Juli 2010 Penulis
Ali Mursidi 043211108
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............. ..................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN DEKLARASI ......................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ………………………………... 1
B.
Penegasan Istilah ……………………………………….
C.
Perumusan Masalah ……………………………………. 7
D.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………………………... 8
E.
Telaah Pustaka …………………………………………. 8
F.
Metode Penelitian …………………………………...…. 10
6
PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN A. Pengelolaan Komite Sekolah ………………………………. 23 1. Konsep dasar pengelolaan ……………………………... 15 2. Konsep dasar Komite Sekolah ……………………........ 20 3. Pengelolaan Komite Sekolah…………………………… 23 B. Mutu Pendidikan …………………………………………... 30 1. Konsep mutu …………………………………………… 30 2. Faktor yang mempengaruhi mutu …………………….. 33 3. Pendidikan dan pelanggan …………………………….. 35 4. Konsep peningkatan mutu pendidikan ………………... 36
BAB III
PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG A.
Data Umum SD Islam Al Azhar 29 Semarang …………... 40 1. Profil sekolah ……………………………………….... 40 2. Sruktur oganisasi sekolah …………………………….. 41 3. Profil Komite Sekolah SDIA 29 ……………………... 41
B.
Temuan Data Penelitian 1. Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang ……... 43 2. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang ………………………… 52
BAB IV
ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH
DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG A. Analisis
tentang
pengelolaan
Komite
Sekolah
dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang …………………………………………………… 54 B. Analisis
tentang
Faktor
pendukung
dan
penghambat
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang …………… 60 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………… 64 B. Saran ………………………………………………………... 65 C. Penutup ……………………………………………………... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Visi Misi dan Tujuan SD Islam Al Azhar 29 Semarang................... I Lampiran 3 : Daftar Prestasi non Akademik siswa SDIA 29 Semarang.............. III Lampiran 4 : Daftar hasil wawancara dengan Pengurus Jam’iyyah..................... V Lampiran 8 : Foto-foto kegiatan Jam’iyyah...................................................... XIX Lampiran 9 : Surat Penunjukkan Pembimbing................................................... XX Lampiran 10 : Surat Ijin Riset............................................................................ XXI Lampiran 11 : Surat Keterangan Riset dari SDIA 29 Semarang...................... XXII Lampiran 12 : Biodata Penulis........................................................................ XXIII
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Indikator Peran Komite Sekolah …………………………………… 27 Tabel 2 : Program Kerja Jam’iyyah SDIA29 Th.2009-2011 ….………………. 44 Tabel 3 : Evalusi Program Kerja Jam’iyyah Tp.2009/2010 …………………… 50
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. 2 Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita?. Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. 3 Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya, 2
Ricky Ekaputra Foeh, “MPMBS”, http://pakguruonline.pendidikan.net/mpmbs1.html, akses: 07/04/2010. 3 Akbariz Rahmad, “Rendahnya Mutu Pendidikan Kita”, http://akbarizrahmads.blogspot.com/2010/03/rendahnya-kualitas-pendidikan-di.html? , akses: 07/04/2010.
dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educational production function
terlalu
memusatkan
pada
input
pendidikan
dan
kurang
memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi birokrasi di atasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, pada hal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, dan
sedang
dukungan-dukungan
lain
seperti
pemikiran,
moral
barang/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap
masyarakat
juga
mempertanggung
lemah. jawabkan
Sekolah hasil
tidak
mempunyai
pelaksanaan
beban
pendidikan
untuk kepada
masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder). Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan
reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.4 Salah
satu
wujud
aktualisasi
pelaksanaan
MPMBS
adalah
dibentuknya suatu badan yang mengganti keberadaan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Komite Sekolah melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Penggantian nama BP3 menjadi Komite Sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan
masyarakat
secara
penuh
dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan.5 Berdasarkan keputusan Mendiknas tersebut, Komite Sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di aturan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Untuk penamaan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masin-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, majlis madrasah, majlis sekolah, komite TK, atau nama-nama lain yang disepakati bersama.6 Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah yaitu (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) meningkatkan 4
Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet.II, hlm. 86. 5 Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet.I, hlm. 205. 6 http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, “Lampiran Kepmendiknas nomor: 044/U/2002”, Akses: 01/03/2010.
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.7 Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah. Pelibatan masyarakat dalam pendidikan ini dirasa sangat diperlukan, dan sekarang diharapkan tidak hanya dalam bentuk konsep dan wacana, tetapi lebih pada action di lapangan. Selama ini dalam realitasnya pelibatan masyarakat dalam pendidikan lebih pada tataran konsep, wacana, atau slogan. Masih jauh dari apa yang diharapkan. 8 Belajar dari berbagai pengalaman dan juga kenyataan-kenyataan di lapangan, ternyata mengimplementasikan konsep Komite Sekolah tidak mudah. Kesulitannya bukan bersumber pada tataran konsep yang kurang jelas, melainkan lebih-lebih oleh karena budaya berorganisasi di kalangan masyarakat belum berkembang, apalagi organisasi untuk mengurus lembaga pendidikan yang bersifat non profit ini. Sebagai tindak lanjut Surat Keputusan Mendiknas tentang Komite Sekolah itu telah dilakukan kegiatan sosialisasi
maupun
penyusunan
berbagai
pedoman
operasional
pelaksanaannya. Akan tetapi pada kenyataannya, organisasi semacam itu, yang benar-benar berhasil mampu melakukan peran dan fungsinya secara baik, jumlahnya amat kecil. Sudah menjadi sesuatu yang lazim, bahwa lembaga atau badan yang dibentuk oleh atau atas anjuran pemerintah pada kenyataannya hanya berjalan sebatas tataran formal belaka.9
7
Ibid. Nana Syaodih Sukmadinata dkk. Pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah (konsep, Prinsip, dan instrument), (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Ce.II, hlm.7. 9 Sri Renani Pantjastuti dkk., Komite Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet. I, hlm. 84. 8
Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya, Komite Sekolah harus menyusun program kerja atau sebuah perencanaan program atau dalam hal ini Komite Sekolah membutuhkan pengelolaan yang baik agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah program, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Melihat berbagai kenyataan di atas bahwa tidak sedikit Komite Sekolah yang belum dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, maka dalam hal ini peneliti akan meneliti sebuah lembaga yang telah mampu mengefektifkan Komite Sekolah sebagai badan mandiri yang membantu satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Salah satu contoh lembaga pendidikan yang telah mampu membentuk Komite Sekolah dengan mengefektifkan peran dan fungsinya adalah SD Islam Al Azhar 29 Semarang yang terletak di jalan RM Hadisoebeno Sosrowardoyo Km. 6 Boja. SD Islam Al Azhar 29 Semarang berdiri atas prakarsa Bapak H. Imam Syafi’i, SE.,MM. yang. berinisiatif untuk membantu pemerintah dengan menyelenggarakan sistem pendidikan terpadu sebagai bentuk kepedulian dan kontribusinya terhadap bangsa. Inisiatif tersebut diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan memberdayakan partisipasi masyarakat, sehingga SDM yang dihasilkan menjadi manusia beriman, berkualitas, mumpuni, dan siap membangun bangsa Indonesia. Komite Sekolah di SD Islam al Azhar 29 Semarang sangat berperan terhadap peningkatan mutu pendidikan di lembaga ini. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan Komite Sekolah di setiap pelaksanaan program kerja sekolah. Komite Sekolah selalu memberikan dukungan baik yang berupa tenaga, pemikiran maupun material. Komite Sekolah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang telah dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
karena Komite Sekolah di Lembaga ini dalam pembentukannya telah melalui proses dengan menggunakan prinsip Transparan, Akuntabel dan Demokratis. Selain itu Komite Sekolah mempunyai program kerja yang jelas untuk membantu dalam peningkatan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 10 Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa masih adanya Komite Sekolah di beberapa lembaga yang belum mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, tetapi mengapa Komite Sekolah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang telah mampu melaksanakan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengelolaan yang dilakukan oleh Komite Sekolah mulai dari penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program, sehingga dapat dinyatakan berperan dengan baik. Sejauh mana upaya komite membantu meningkatkan mutu pendidikan, dan faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.
B.
Penegasan Istilah Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalahpahaman, maka penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah terkait dengan judul skripsi yang berjudul “Pengelolaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang.” 1. Pengelolaan Komite Sekolah Pengelolaan merupakan kata lain dari manajemen. Manajemen berasal dari bahasa inggris manage yang memiliki arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.11 Sedangkan Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
10 Wawancara dengan Siti Fadillah, S.Ag (Waka kurikulum SDIA 29 Semarang), tanggal 01 April 2010. 11 John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 372.
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah.12 Jadi pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu proses yang dilakukan oleh Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan dengan melakukan perencanaan dan pelaksanaan program. 2. Meningkatkan Meningkatkan
berarti
menaikkan
(derajat,
taraf,
dsb),
13
Mempertinggi; memperhebat; (produksi, dsb), mengangkat diri. Dalam hal ini adalah meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikan. 3. Mutu Pendidikan Kata Mutu berasal dari Bahasa Inggris "quality" yang berarti kualitas.14 Secara umum, mutu diartikan sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. 15 Sedangkan, pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia.16 Jadi, mutu pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan. Sedangkan mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome.
C.
Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah dan penegasan istilah seperti yang dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah : 12
http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, “Kepmendiknas nomor: 044/U/2002”, Akses: 01/03/2010. 13 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet.3, hlm.1060 14 John M. Echols dan Hasan Shadhily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1976, hlm. 327. 15 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan, terj. Yosal Irinatara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 75. 16 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi FF.duskatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 22.
1. Bagaimana pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang?
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah yang telah disusun di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis, penelitian ini memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan dalam bidang Kependidikan Islam (KI) dan juga menambah bahan pustaka bagi Fakultas Tarbiyah. 2. Secara praktis, penelitian ini bisa dijadikan bahan koreksi bagi Komite Sekolah dalam usahanya meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam al azhar 29 Semarang. Apakah sudah maksimal, atau harus masih perlu peningkatan lagi. Selain itu Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga-lembaga lain, agar lebih mengoptimalkan peran Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya.
E.
Telaah Pustaka Penelitian yang akan diangkat mengenai pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan masih tergolong sedikit diangkat di fakultas tarbiyah, khususnya di jurusan Kependidikan Islam. Tetapi ada beberapa karya peneliti yang telah lalu dapat dijadikan sebagai
bahan kajian pustaka. Kajian pustaka terhadap karya-karya terdahulu dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan guna membantu pembahasan penelitian di lapangan nanti. Beberapa karya yang dimaksud antara lain : 1. M. Subkhan Noer (2009), Skripsi dengan judul “Partisipasi Komite Sekolah terhadap Pengembangan Madrasah, (Studi Kasus di MAN Kendal)”. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa peran Komite Sekolah dalam mewujudkan pengembangan MAN Kendal adalah dengan membentuk Komite Sekolah yang terdiri dari beberapa unsure yang sangat urgen dalam pengembangan madrasah seperti pendidik, wiraswasta, birokrasi, kontraktor, dan masyarakat sekolah. Selain komite menjadi jembatan antara pihak madrasah dan masyarakat sekitar sekolah dalam rangka mewujudkan program pengembangan sekolah yang dilakukan dengan sistem kekeluargaan.17 2. Istik Lailiyah (2007), Skripsi berjudul “Peran Komite Sekolah Bagi Kehidupan Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Tawaran Kec.Kenduruan Kab.Tuban”. dalam skripsi ini dijelaskan bahwa peran Komite Sekolah yaitu sebagai pendukung, sebagai penghubung, sedangkan untuk peran Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan dan pengontrol belum terlaksana.18 Terdapat perbedaan antara skripsi yang akan peneliti tulis dengan skripsi-skripsi diatas. Skripsi-skripsi di atas hanya membahas tentang peran dan fungsi Komite Sekolah bagi kehidupan maupun pengembangan satuan pendidikan. Sedangkan Skripsi yang akan peneliti tulis membahas tentang pengelolaan atau manajemen Komite Sekolah untuk dapat melaksanakan peran dan fungsi secara optimal agar tujuan dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai yaitu membantu Satuan Pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 17
M. Subkhan Noer, “Partisipasi Komite Sekolah terhadap Pengembangan Madrasah, (Studi Kasus di MAN Kendal)”, Skripsi Sarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 67, t.d. 18 Istik Lailiyah, “Peran Komite Sekolah Bagi Kehidupan Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Tawaran Kec.Kenduruan Kab.Tuban”, Skripsi Sarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007), hlm.71, t.d.
F.
Metode Penelitian 1. Fokus Penelitian Untuk mempertajam penelitian, maka peneliti akan menetapkan fokus. Dalam menetapkan fokus ada empat alternatif yang dapat digunakan yaitu a) menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan informan; b) menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain; c) menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek; d) menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.19 Pada penelitian ini akan di fokuskan pada pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 2. Pendekatan Pendekatan
yang digunakan adalah pendekaan kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 20 Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian. 21 Adapun tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor pendukung dan penghambat
19
Sugiono, Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung, Alfabeta, 2006), hlm. 234. 20 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 6. 21 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 18.
pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Interview atau Wawancara Metode interview atau wawancara yaitu alat pengumpul data atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.22 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Dalam hal ini, penulis mengadakan wawancara langsung dengan ketua Komite Sekolah, waka Komite Sekolah, Sekretaris Komite sekolah, Kepala Sekolah, dan wakasi kurikulum SD Islam Al Azhar 29 Semarang. b. Observasi atau Pengamatan Observasi adalah metode yang metode yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidiki.23 Dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan mengenai pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al-Azhar 29 Semarang. Pengamatan ini penulis anggap suatu metode yang sangat membantu karena disamping bisa secara langsung mengetahui permasalahan
secara
akurat
juga
sangat
membantu
dalam
22 Suharsi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm 202. 23 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2000), Cet.II, hlm.. 158.
memberikan suatu analisis terhadap permasalahan yang terjadi pada pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. c. Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan dengan mencari data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. 24 Metode ini digunakan untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan untuk membantu menganalisis data-data primer. 4. Metode Analisis data a. Analisis data interaksi Analisis data yang digunakan adalah model analisis data interaksi, dalam hal ini komponen data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan) berinteraksi. 25 Data Colection Data Display
Data Reduction Conclusion: Drawing/verifying Gambar. Komponen dalam analis data (Interactive model)26
24
Ibid., hlm. 165. Sugiono, op.cit., hlm. 337. 26 Ibid,. hlm. 277. 25
Data yang diperoleh dari penelitian atau data colection yang masih bersifat komplek dan rumit direduksi, yaitu merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuang hal-hal yang tidak perlu. Data hasil penelitian ini yang harus direduksi meliputi data hasil wawancara, dokumentsi dan observasi yang berisi tentang pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi proramprogram. Data hasil reduksi disajikan atau di display ke dalam bentuk yang mudah dipahami, biasanya penyajianan ini dalam bentuk, naratif, table, grafik, pictogram. Kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan dalam analisis interaktif masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang konsisten pada saat peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel. b. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
27
Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan dibedakan menjadi 4 macam yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.28 1) Triangulasi dengan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Colombus, Cio USA, 1988), hlm. 330. 28 Lexy J. Moleong, Ibid, hlm.330-332.
2) Triangulasi dengan metode, yaitu metode pengecekan data dengan menggunakan strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 3) Triangulasi dengan penyidik, yaitu dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya
membantu
mengurangi
kemencengan
dalam
pengumpulan data. 4) Triangulasi dengan teori, yaitu teknik berdasarkan anggapan bahwa
fakta
tertentu
tidak
dapat
diperiksa
derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori saja. Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis maka penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing.
BAB II PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG A. Pengelolaan Komite Sekolah 1. Konsep Dasar Pengelolaan a. Pengertian Pengelolaan merupakan kata lain dari manajemen. Manajemen berasal dari bahasa inggris management, akar katanya adalah manage yang memiliki arti mengatur, mengurus, melaksanakan, mengelola.29 Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah managing atau pengelolaan, sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola.30 Manajemen menurut Houghton sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Ismat Mutowi dan Amin Ahmad Khasan dalam buku al Ushul al-Idaroyati littarbiyyah, bahwa:
ﻓﹾﻊﹺﺩ ﻭﺔﻗﹶﺎ ﺑﺍﻟﺮ ﻭﻪ ﺟﹺﻴﻮﻠﹶﻰ ﺍﻟﺘ ﻋﻄﹾﻠﹸﻖ ﻳﻱ ﺍﻟﱠﺬﻠﹶﺎﺡﻄ ﺍﻹِﺻﻲﺓﹶ ﻫﺍﺭﺇﹺﻥﱠ ﺍﻟﹾﺈﹺﺩ 31
ﺄﹶﺓﺸ ﺍﳌﹶﻨﻲﻞﹺ ﻓﻤ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﻌﻠﹶﺔﺎ ﻣﻯ ﺍﻟﻌﺍﻟﹾﻘﹸﻮ
Yang dimaksud dengan manajemen adalah suatu aktifitas yang melibatkan proses pengarahan, pengawasan, dan pengerahan segenap kemampuan untuk melakukan suatu aktifitas dalam suatu organisasi.
29
John M. Echols dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 372. 30 George R. Terry dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi aksara, 2003), Cet.VIII, hlm.1. 31 Ibrahim Ismat Mutowi dan Amin Ahmad Khasan, Al-Ushul Al-Idharoh Littarbiyah, (Riyad: Dar al-Syurq, 1998/1416 H), hlm. 8.
Henry L. Sisk mendefinisikan “Management is the coordination of all resources
through the processes of planning, organizing,
directing, and controlling in order to attain stated objectifies”.32 Manajemen adalah mengkoordinasikan semua sumber-sumber melalui proses-proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan di dalam ketertiban untuk tujuan. b. Fungsi-fungsi Manajemen 1) Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapaidan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, seefektif dan seedisien mungkin. Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa harus dikerjakan dan dan siapa yang mengerjakannya. 33 Perencanaan dan rencana sangat penting, karena: 1) tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada tujuan yang dicapai; 2) tanpa perencanaan dan rencana tidak ada pedoman pelaksanaan, sehingga
banyak
pemborosan;
3)
rencana
adalah
dasar
pengendalian, kerana tanpa adanya rencana pengendalian tidak dapat dilakukan; 4) tanpa adanya perencanaan dan rencana, berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen pun tidak ada.34 2) Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian ialah 1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; 2) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan; 3) penugasan tanggung jawab tertentu; 4) pendelegasian wewenang yang 32
Henry L. Sisk, Principles Of Management A Sistem Approach to the Management Process, (Chicago: Publishing Company, 1969), hlm. 10. 33 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet.VII, hlm.49. 34 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen:dasar penegrtian dan masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet.IV, hlm.91.
diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugastugasnya.
Pengertian
lain
tentang
pengorganisasian
ialah
pengaturan kerja sama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam
organisasi.
Pengorganisasian
merupakan
penyusunan
struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. 35 3) Penggerakan/Pelaksanaan (Actuating) Penggerakan merupakan aktualisasi dari perencanaan dan pengorganisasian
secara
konkrit.
Perencanaan
dan
pengorganisasian tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan tanpa adanya aktualisasi dalam bentuk kegiatan. Perencanaan bagaikan garis start dan penggerakan adalah bergeraknya mobil menuju tujuan yang diinginkan berupa garis finish, garis finish tidak akan dicapai tanpa adanya gerak mobil. Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan program, dibutuhkan suatu pengarahan dari pimpinan, agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja, berguna untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat efektif
dan
efisien.
Pengarahan
yang
dilakukan
selama
melaksanakan tugas bagi orang-orang yang terlibat dimaksudkan untuk
mengingatkan
ataupun
penyelewengan atau penyimpangan.
meluruskan
apabila
terjadi
36
4) Pengawasan (Controlling) Pengawasan merupakan pengontrol kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Pengawasan diterapkan dalam fungsi manajemen, agar 35
Husaini Usman, lock.cit., hlm.141. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008), cet.IV, hlm.12. 36
pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan tidak melenceng dari perencanaannya, kalaupun ada penyimpangan-penyimpangan maka dilakukan perbaikan. Pengawasan adalah kegiatan untuk mengetahuli realisasi pelaku personel dalam organisasi, dan apakah tingkat pencapaian tujuan sesuai dengan yang dikehendaki, serta hasil pengawasan tersebut apakah dilakukan perbaikan. 37 Dalam kegiatan ini juga dilaporkan factor-faktor pendukung dan penghambat kerja, sehingga memudahkan usaha perbaikan. Jadi, pengawasan ini dilihat dari segi input, proses, output bahkan outcomenya telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum sesuai tujuan yang ditetapkan. 5) Penilaian (Evaluting) Evaluasi artinya menilai semua kegiatan untuk menemukan indikator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya. Dalam mengkaji masalah yang dihadapi, rumuskan solusi alternatif yang dapat
memperbaiki
kelemahan-kelemahan
yang
ada
dan
meningkatkan kualitas keberhasilan dimasa yang akan datang. Evaluasi sebagai fungsi manajemen merupakan aktifitas untuk meneliti dan mengetahui pelaksanaan yang telah dilakukan dalam proses keseluruhan organisasi mencapai hasil sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan, perbaikan dan pencarían solusi yang tepat dapat ditemukan dengan mudah.38 6) Penganggaran (Budgetting) Penganggaran
merupakan
rencana
detail
mengenai
perolehan dan penggunaan keuangan maupun sumber daya 37
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabet, 2000),
38
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), cet.I, hlm.124.
hlm. 59.
organisasi lainnya pada periode yang telah ditentukan. Anggaran merupakan representasi dari perencanaan masa depan organisasi yang disusun dalam bentuk laporan formal secara kuantitatif. Ada dua hal yang perlu dicermati berkaitan dengan anggaran, yaitu perencanaan dan pengontrolan biaya. Beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh organisasi yang melakukan penganggaran, antara lain: a) Anggaran mengomunikasikan rencana manajemen ke seluruh bagian di dalam organisasi; b) Anggaran akan memaksa manajer untuk memikirkan masa depan
organisasi
dan
merencanakan
bagaimana
cara
mencapainya; c) Proses penganggaran akan mengalokasikan sumber daya organisasi ke seluruh bagian organisasi secara efektif dan efisien; d) Prosese penganggaran akan meminimalisir terjadinya aktifitas yang kurang optimal; e) Anggaran akan mengoordinasi aktifitas-aktifitas di dalam organisasi dengan mengintegrasikan rencana di masing-masing bagian; f) Anggaran akan mendefinisikan tujuan dan sasaran yang akan menjadi benchmarks dalam mengevaluasi kinerja organisasi. 7) Motivasi (Motivating) Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bkerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja pegawai masing-masing. Manajer dapat memotivasi pegawainya dengan cara berbeda-beda sesuai dengan pola masing-masing yang paling menonjol. Bawahan perlu dimotivasi karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Motivasi yang timbul dari luar disebut
motivasi ekstrinsik. Di pihak lain, ada pula bawahan yang bekerja atas motivasi dari dirinya sendiri. Motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri disebut motivasi intrinsic. Motovasi intrinsic biasanya lebih bertahan lama dan efektif dibandingkan motivasi ekstrinsik.39 8) Pemberdayaan (Empowering) Pemberdayaan merupakan suatu istilah yang sering digunakan oleh pimpinan untuk mengoptimalkan fungsi dan peran warga yang dipimpinnya. Pemberdayaan merupakan pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan tentang pekerjaan
yang menjadi
tanggungjawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari manajer di atasnya. 40 Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan, tetapi melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguhsungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyususn pekerjaan yang memungkinkan para karyawan untuk
mengambil
keputusan
mengenai
perbaikan
proses
pekerjaannya dengan parameter yang ditetapkan dengan jelas. 41
2. Konsep dasar Komite Sekolah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 1 diterangkan bahwa Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.42 Kemudian pada pasal 56 ayat 3 diterangkan kembali 39
Husaini Usman, Manajemen teori Praktik & Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), ed.II., hlm.244. 40 Gunawan sudarmanto, “Optimalisasi pemberdayaan unsur-unsur terkait pengelolaan sekolah yang mandiri dan berkualitas” http://blog.unila.ac.id/radengunawans/ManajemenPendidikan.pdf, akses: 07/07/2010. 41 Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, TQM: Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi, 2003), Ed.V, hlm.18. 42 Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2006), hlm.8.
bahwa Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan. 43 Pemaparan lebih lanjut mengenai Komite Sekolah dijelaskan dalam Lampiran II Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002 Tanggal 2 April 2002, sebagai berikut.44 a. Pengertian, nama, dan ruang lingkup 1) Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah; 2) Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing- masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati. 3) Bp3, Komite Sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. b. Tujuan Komite Sekolah 1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; 2) Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
43
Ibid, hlm.37. http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf, Lampiran Kepmendiknas nomor: 044/U/2002, Akses: 01/03/2010. 44
3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. c. Peran dan fungsi Komite Sekolah Komite Sekolah berperan sebagai: 1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; 4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Komite Sekolah berfungsi sebagai berikut: 1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2) Melakukan
kerjasama
dengan
masyarakat
(perorangan/
organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: a) kebijakan dan program pendidikan; b) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); c) kriteria kinerja satuan pendidikan; d) kriteria tenaga kependidikan; e) kriteria fasilitas pendidikan; dan f) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
5) Mendorong
orangtua
dan
masyarakat
berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 6) Menggalang
dana
masyarakat
dalam
rangka
pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan d. Tata hubungan antar organisasi Tata hubungan antara Komite Sekolah dengan satuan pendidikan,
Dewan
Pendidikan,
dan
institusi
lain
yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan pendidikan dengan KomiteKomite Sekolah pada satuan pendidikan lain bersifat koordinatif. Komite Sekolah bukan lembaga birokrasi baru. kedudukan Komite Sekolah sama sekali tidak berada di bawah atau di atas kepala sekolah, melainkan sejajar. Komite Sekolah juga sama sekali bukan sebagai institusi pemerintah, yang harus membuat pertanggungjawaban kepada pemerintah pusat. atasan langsung Komite Sekolah tak lain adalah orang tua dan masyarakat. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang menjadi wadah peran serta orang tua dan masyarakat dalam membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekolah.45
3. Pengelolaan Komite Sekolah Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja, dengan
memanfaatkan
sumber
daya
yang
memaksimalkan peran dan fungsi Komite
ada
dalam
Sekolah agar
rangka tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. 45
Sri Renani Pantjastuti dkk., Komite Sekolah: Sejarah dn Prospeknya di Masa Depan, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet.I, hlm. 95.
Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut barangkali ada yang belum menyentuh substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah konsolidasi organisasi. Kegiatan lain adalah misalnya penyusunan Panduan Organisasi atau Penyusunan AD/ART atau melengkapi kelengkapan organisasi. 46 Komite Sekolah yang telah memenuhi syarat minimal sebagai sebuah organisasi, dapat melangkah lebih jauh dalam menjalankan roda organisasi, dan mulai menyentuh substansi mutu pendidikan. Dalam hal ini Komite Sekolah dapat memulai kegiatannya dengan berangkat dari upaya pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Berikut ini tahaptahap yang dapat dilakukan oleh Komite Sekolah.47 a. Identifikasi masalah. Setiap sekolah atau satuan pendidikan tentu memiliki masalah yang berbeda-beda. Langkah yang perlu dilakukan oleh Komite Sekolah dalam menjalankan roda organisasi adalan identifikasi masalah, baik masalah akademik, maupun masalah non-akademik. Dapat dipastikan bahwa akan banyak sekali masalah yang dapat diidentifikasi. b. Menentukan prioritas. Dari sekian banyak masalah yang berhasil diidentifikasi harus dipilih masalah yang akan menjadi prioritas, dikaitkan dengan ketersediaan personel, dana, dan penunjang. c. Analisis masalah. Guna mengetahui secara lebih mendalam tentang masalah yang terjadi, perlu dilakukan analisis masalah. Dalam masalah atau topik yang akan ditangani langkah-langkah yang perlu dilakkan adalah sebagai berikut: 46 Ngadino, Optimalisasi Peran Komite Sekolah, http://www.suarakomunitas.net/?lang=id&rid=21&id=2796. Akses: 07/04/2010. 47 Departemen Pendidikan Nasional, Modul 2: Peningkatan Kemampuan Organisasional komite sekolah, http://www.ziddu.com/download/5677996/modul2.doc.html, akses: 07/04/2010.
-
Lakukan identifikasi faktor-faktor penyebab masalah tersebut,
-
Buat daftar alternatif kemungkinan pemecahan masalah dan untung rugi masing-masing alternatif
-
Pilih alternatif terbaik berdasarkan kesepakatan bersama
-
Buat perencanaan untuk pemecahan masalah.
d. Perencanaan program Pelaksanaan Program dapat dilakukan dengan baik apabila dibuat rencana aksi yang baik. Berikut ini contoh sebuah rencana aksi yang dapat diacu. Topik
Kegiatan
Waktu
Sumberdaya
Penanggung
Indikator
Masalah
yang
yang
yang
jawab
keberhasilan
dapat
dibutuhkan
diperlukan
mengatasi
pemecahan masalah
masalah Masalah
1.
A
2.
Masalah
1.
B
2.
e. Pelaksanaan Program/Kegiatan Berdasarkan rencana aksi, penangggung jawab program kemudian melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun. f. Evaluasi program Selama berjalannya waktu dilalukan evaluasi secara periodik. Setelah tenggat waktu periode tertentu terlewati tetapi indikator kinerja masih di bawah target, perlu dilakukan analisis dan dibuat tindakan koreksi (corrective action). Dalam hal ini ada baiknya dilakukan siklus perencanaan : Planà Do à Check à Action, yang kini banyak dianut oleh berbagai organisasi dalam menjalankan progran dan kegiatan organisasinya.
Dalam
menjalankan
pengelolaan,
dibutuhkan
tenaga
yang
profesional agar setiap pekerjaan yang ada dapat terselesaikan dengan baik dan benar. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang berbunyi :
ﻪﻠﹶﻴﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﻋﻝﹸ ﺍﷲ ﺻﻮﺳﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻗﹶﺎﻝﹶﻪﻨ ﺍﷲ ﻋﻰﺿﺓﹶ ﺭﺮﻳﺮ ﺍﹶﺑﹺﻰ ﻫﻦﻋ )ﺔﹶ( ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺎﻋﺮﹺ ﺍﻟﺴﻈﺘ ﻓﹶﺎﻧﻪﻠﺮﹺ ﺍﹶﻫﻟﹶﻰ ﻏﹶﻴ ﺍﺮ ﺍﻻﹶﻣﺪﺳﺫﹶﺍ ﻭﺍ: ﻠﱠﻢﺳﻭ Dari abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasulullah saw telah bersabda : Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).48 Penyusunan program kerja Komite Sekolah perlu memperhatikan atau berdasarkan beberapa hal sebagai berikut. 49 1) Program kerja komite merupakan penjabaran operasional dari peran dan fungsi Komite Sekolah. Program kerja Komite Sekolah jangan sampai keluar dan harus tetap dalam koridor yang tertuang dalam peran dan fungsi Komite Sekolah. 2) Berdasarkan data dan informasi yang akurat yang diperoleh dari kondisi dan permasalahan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Proses penyusunan program kerja Komite Sekolah perlu mempertimbangkan masukan dan pertimbangan dari sekolah. 3) Sesuai dengan kaidah penyusunan program kerja pada umumya, program Komite Sekolah disusun menganut kaidah SMART (specific, measurable, achievable, dan time frame), yakni a) spesifik, b) dapat diukur keberhasilan dan taraf pencapaiannya, c) dapat dicapai dan dapat diperoleh, d) berorientasi pada hasil dan proses, e) dengan jadwal yang jelas. 4) Pelaksanaan
program
kerja
Komite
Sekolah
harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Salah satu prinsip Komite 48
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin Bardizbah alBukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1992), Juz I, hlm. 21. 49 Sri Renani Pantjastuti dkk., op.cit., hlm.100-101.
Sekolah adalah akuntabilitas. Oleh karena itu hasil pelaksanaan program kerja Komite Sekolah harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya kepada orang tua tetapi juga kepada masyarakat. Sekolah dan Komite Sekolah harus membuat laporan pertanggungjawaban secara periodic atau setiap akhir tahun pelajaran kepada orang tua siswa dan masyarakat. Secara lebih rinci, Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah dalam Hasbullah melukiskan beberapa indikator dari peran Komite Sekolah sebagai berikut.50 Tabel. 01 Indikator Peran Komite Sekolah Peran Komite Fungsi Sekolah manajemen Sebagai 1. Perencanaan advisory sekolah agency
Indikator Kinerja · · · · ·
2. Pelaksanaan program a. kurikulum b. PBM c. Penilaian
·
·
3. Pengadaan · sumber daya pendidikan (SDM, S/P, · Anggaran)
· 50
Identifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat; Memberikan masukan RAPBS; Menyelenggarakan rapat RAPBS; Memberikan pertimbangan perubahan RAPBS; Ikut mensahkan RAPBS bersama kepala sekolah. Memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan di sekolah; Memberikan masukan terhadap proses pembelajaran kepada guru-guru. Identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat; Memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah; Memberikan pertimbangan
Hasbullah, Otonomi Pendidikan : kebijakan otonomi daerah dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 96-98.
·
Sebagai badan 1. Sumber Daya pendukung (supporting agency)
·
· ·
· 2. Sarana dan · Prasarana · 3. Anggaran
· ·
·
·
Peran Komite Fungsi Sekolah manajemen Sebagai badan 1. Control pengontrol terhadap Perencanaan sekolah
tentang sarana dan prasarana yang dapat diadakan di sekolah; Memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan di sekolah. Pemantauan terhadap kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah; Mobilisasi guru sukarelawan di sekolah; Mobilisasi tenaga kependidikan non guru di sekolahan; Memantau kondisi sarana/prasarana di sekolah. Mobilisasi bantuan sarana/prasarana di sekolah; Evaluasi pelaksanaan dukungan. Memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah. Mobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah; Koordinasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah; Evaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.
Indikator Kinerja ·
· · · ·
Pengawasan terhadap proses pengambilan keputusan di sekolah; Penilaian terhadap kualitas kebijakan di sekolah; Pengawasan terhadap proses perencanaan di sekolah; Pengawasan terhadap kualitas perencanaan sekolah; Pengawasan terhadap kualitas
2. Kontrol terhadap pelaksanaan program sekolah
· · ·
·
·
3. Kontrol terhadap output pendidikan
· · · ·
Mediator Agency
1. Perencanaan
·
· ·
2. Pelaksanaan program
·
·
·
·
program sekolah. Pengawasan terhadap organisasi sekolah; Pengawasan terhadap penjadwalan program sekolah; Pengawasan terhadap alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah; Pengawasan terhadap sumber daya pelaksana program sekolah; Pengawasan terhadap partisipasi sekolah terhadap program sekolah. penilaian terhadap hasil Ujian Nasional; penilaian terhadap angka partisipasi sekolah; penilaian terhadap angka mengulang sekolah; penilaian terhadap angka bertahan di sekolah. Menjadi penghubung antara KS dengan masyarakat, KS dengan Dewan Pendidikan, serta KS dengan sekolah; Identifikasi aspirasi pendidikan dalam masyarakat; Membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah. Sosialisasi kebijakan dan program pendidikan sekolah terhadap pendidikan masyarakat; Memfasilitasi berbagai masukan terhadap kebijakan program terhadap sekolah; Menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program pendidikan; Mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyarakat terhadap instansi terkait dalam bidang
3. Sumber daya
· · ·
·
pendidikan di sekolah. Identifikasi kondisi sumber daya di sekolah; Identifikasi sumber daya masyarakat; Mobilisasi bantuan masyarakat untuk pendidikan di sekolah; Koordinasi bantuan masyarakat.
Sumber: Hasbullah, Otonomi Pendidikan, hlm. 96-98. Apabila Komite Sekolah sudah dapat melaksanakan keempat perannya tersebut secara baik, diasumsikan bahwa Komite Sekolah tersebut dapat memberikan dampak terhadap kinerja sistem pendidikan yang ada. Dengan kata lain, keberadaan dan peran Komite Sekolah perlu menyentuh
berbagai
indicator
kinerja
dalam
kaitannya
dengan
keberhasilan sistem pendidikan persekolahan dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal.51 Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja, dengan
memanfaatkan
sumber
daya
yang
memaksimalkan peran dan fungsi Komite
ada
dalam
Sekolah agar
rangka tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan Komite Sekolah merupakan penjabaran dari peran dan fungsi Komite Sekolah yang telah disebutkan di atas. Jika dalam pengelolaan Komite Sekolah telah mampu melaksanakan Peran dan Fungsinya sebagai Komite Sekolah, maka dapat dikatakan pengelolaan itu telah berjalan secara efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan tujuan Komite Sekolah yang telah diatur dalam Undang-Undang yakni Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/U/2002.
51
Ibid., hlm. 99.
B. Mutu Pendidikan 1. Konsep Mutu Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.52 Sebagai suatu konsep yang absolut, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik dan benar; merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk-produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. 53 Mutu dalam pengertian relatif bukanlah suatu sebutan untuk suatu produk atau jasa, tetapi pernyataan bahwa suatu produk atau jasa telah memenuhi persyaratan atau kriteria, atau spesifikasi yang ditetapkan. Produk atau jasa tersebut tidak harus terbaik, tetapi telah memenuhi standar yang ditetapkan. Mutu dalam pengertian relatif memiliki dua aspek. Pertama mutu diukur dan dinilai berdasarkan persyaratan kriteria dan spesifikasi (standar-standar) yang telah ditetapkan lebih dulu. Kedua, konsep ini mengakomodasi keinginan konsumen atau pelanggan, sebab di dalam penetapan standar produk dan atau jasa yang akan dihasilkan memperhatikan
52
syarat-syarat
yang
dikehendaki
pelanggan,
dan
Edward Sallis, Total Quality Management In Education, terjemahan Dr. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, M.Ag dan (Yogyakarta: IRCISOD, 2006), hlm.29. 53 Ibid., hlm. 51.
perubahan-perubahan standar antara lain juga didasarkan atas keinginan konsumen/pelanggan, bukan semata-mata kehendak produsen.54 Kata “Mutu” berasal dari Bahasa Inggris “quality” yang berarti kualitas.55 Quality is the totality of features and other characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs.56 Definisi tentang mutu sangat beragam dengan sudut pandang yang berbeda namun memiliki hakekat yang sama. Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Berikut ini definisi-definisi tersebut :
a. Juran
menyebutkan
bahwa
mutu
produk
adalah
kecocokan
penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. b. Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. c. Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar. d. Feigenbaum mendefinisikan mutu
adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya. e. Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. 57 Mutu adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan 54
Umaidi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, (Ciputat: Pusat Kajian Manajemen mutu pendidikan, 2004), Ed.I, Hlm.162-163 55 John M. Echols dan Hasan Shadhily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1976., hlm. 327. 56 Glossary Terms, http://www.qaproject.org/methods/resglossary.html, Akses:13/05/2010 57 Rita H., Definisi Mutu, http://weblog-pendidikan.blogspot.com/2009/08/definisimutu.html, Akses: 13/04/2010.
yang akan atau yang tersirat. Lebih luas lagi Mutu adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan hubungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.58 Dari beberapa definisi mutu di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa: a. Mutu meliputi usaha memenuhi kebutuhan atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggan. b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).
Sedangkan mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non akademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas. Mutu bermanfaat bagi dunia pendidikan karena 1) meningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah, 2) menjamin mutu lulusannya, 3) bekerja lebih professional, dan 4) meningkatkan persaingan yang sehat.59
2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Mutu tidak terjadi begitu saja, ia harus direncanakan. Mutu harus menjadi bagian penting dari strategi institusi, dan harus didekati secara sistematis 58
dengan
menggunakan
proses
perencanaan
strategis.
Abu Choir, “Manajemen Mutu Terpadu”, Modul Mata Kuliah Jurusan Kependidikan Islam, (Fakultas tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang), hlm.1., t.d. 59 Husaini Usman, Op.Cit., hlm.481.
Perencanaan strategis merupakan salah satu bagian penting dari Total Quality Management (TQM). Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sebuah institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu. Bahwa sebuah visi strategis yang kuat merupakan salah satu faktor kesuksesan yang penting bagi institusi manapun.60 Edward Sallis mengatakan bahwa Total Quality Management is a philosophy of continuous improvement, which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present and future customers needs, wants, and expectations.61 TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. Mutu sekolah adalah mutu semua komponen yang dalam sistem pendidikan, artinya efektivitas sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata, tetapi sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bermutu,62 Maka usaha-usaha untuk peningkatan kualitas pendidikan melalui beberapa cara, seperti : a. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional atau ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi dan profil portofolio. b. Membentuk
kelompok
sebaya
untuk
meningkatkan
gairah
pembelajaran melalui belajar secara kooperatif. c. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur.
60
Edward Sallis, op.cit., hlm. 211. Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page, 1993),
61
hlm. 34. 62
Aan Komariah dan Cepi Triatna, , Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),, hlm. 31.
d. Meningkatkan
pemahaman
dan
penghargaan
belajar
melalui
penguasaan materi dan penghargaan atas pencapaian prestasi akademik. e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursuskursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja, membuat daftar riwayat hidupnya dan mengembangkan portofolio pencarian Pekerjaan. TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Namun pendekatan
TQM
hanya
dapat
dicapai
dengan
memperhatikan
karakteristiknya, yaitu: a) fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal, b) memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, c) mengggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, d) memiliki komitmen jangka panjang, e) membutuhkan kerja sama tim (teamwork), f) memperbaiki proses secara berkesinambungan, g) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, h) memberikan kebebasan yang terkendali, i) memiliki kesatuan tujuan, j) adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. 63
3. Pendidikan dan Pelanggan Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita/institusi untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada performansi kita/institusi. Beberapa definisi tentang pelanggan yaitu: a. Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang tergantung padanya. b. Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.
63
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Op.Cit.,, hlm.4-5.
c. Tidak ada seorangpun yang pernah menang beradu argumentasi dengan pelanggan. d. Pelanggan adalah orang teramat penting yang harus dipuaskan. 64 Institusi pendidikan adalah sebagai pemberi jasa. Jasa-jasa ini meliputi pemberian beasiswa, penilaian dan bimbingan bagi para pelajar, para orang tua, dan para sponsor mereka. Para pelanggan terdiri dari bermacam-macam golongan dan perlu diidentifikasi. Pelanggan utama yaitu pelajar yang secara langsung menerima jasa. Pelanggan kedua yaitu orang tua, gubernur atau sponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsung secara individu maupun institusi. Pelanggan ketiga yaitu pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung, seperti pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.65 Gagasan lebih lengkap diungkapkan Lewis &Smith dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia dalam buku Total Quality Management, keduanya mengajukan kerangka identifikasi pelanggan pada tiga perspektif, yaitu pelanggan internal (akademik dan administratif), pelanggan eksternal langsung, pelanggan eksternal tidak langsung. Pelanggan internal akademik meliputi siswa/murid, staf pengajar, program dan
departemen/unit-unit
yang
mempengaruhi
program
tertentu
(kurikulum, kesiswaan, humas dan keuangan). Pelanggan internal administrasi meliputi mahasiswa, karyawan dan unit, departemen atau bagian yang mempengaruhi suatu pelayanan atas aktifitas (ITU, service cleaning, dll). Pelanggan eksternal langsung terdiri atas employers siswa/murid dan sekolah atau lembaga lain yang menjadi penerima siswa/murid untuk studi lanjut atau jasa yang lain. Sedangkan pelanggan eksternal tidak langsung meliputi legislature bodies, masyarakat yang dilayani, BAN, alumni, keputusan dan operasi lembaga pendidikan. 66
64 Vincent Gaspers, Total Quality Management, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet.1, hlm.33. 65 Edward Sallies, loc. cit, hlm. 68. 66 Fandi Tjiptono dan Anastasia Diana, Loc.Cit., hlm. 38.
4. Konsep Peningkatan Mutu Pendidikan a. Peningkatan mutu pendidikan Pada era otonomi daerah, berbagai tantangan untuk pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan mengharuskan adanya reorientasi dan perbaikan sistem manajemen penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan konsepsi school based management dan community based education merupakan suatu keharusan. Manajemen berbasis sekolah atau MBS merupakan konsep manajemen sekolah yang memberikan kewenangan, kepercayaan, dan tanggung jawab yang luas bagi sekolah berdasarkan profesionalisme untuk menata organisasi sekolah, mencari, mengembankan dan mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia, serta memperbaiki kinerja sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah yang bersangkutan. 67 Dalam MBS sekolah dapat merencanakan, menetapkan, dan melaksanakan sendiri kebijakan, program, dan kegiatan sekolah, sepanjang untuk memajukan institusi sekolah dan meningkatkan mutu pendidikannya. Oleh karena itu, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini kemudian dikenal dengan nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Sudah barang tentu sekolah tidak dapat melakukannya sendiri. Sekolah harus dapat menjalin dan bekerja sama dengan semua stakeholder pendidikan.68 Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (a) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (b) sekolah memilik misi dan target mutu yang ingin dicapai, (c) sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat, (d) adanya harapan yang tinggi dari personel 67 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.51. 68 Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), cet.I, hlm.30.
sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (e) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (f) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (g) adanya
komunikasi
dan
dukungan
intensif
dari
orang
tua
murid/masyarakat.69 b. Prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut. 1) Peningkatan
mutu
pendidikan
menuntut
kepemimpinan
professional dalam bidang pendidikan. 2) Menghadapi
“kegagalan
sistem”
yang
mencegah
dari
pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada. 3) Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. 4) Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan. 5) Profesional di bidang pendidikan harus berani melakukan perubahan dan tahu bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru. 6) Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan. 7) Sistem pengukuran. Dengan pengukuran dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat.
69
Umaedi, Manajemen Peningkatan http://www.ssep.net/director.html., Akses: 01/03/2010.
Mutu
Berbasis
Sekolah,
8) Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-program singkat. 70 Peningkatan mutu pendidikan, tidak dapat terlaksana tanpa pemberian
kesempatan
sebesar-besarnya
pada
sekolah
yang
merupakan ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu yang telah menjadi komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat.71 Peningkatan mutu hanya akan berhasil jikalau ditekankan adanya kemandirian dan kreativitas sekolah. Proses pendidikan menyangkut berbagai hal diluar proses pembelajaran, seperti misalnya lingkungan sekolah yang aman dan tertib, misi dan target mutu yang ingin dicapai setiap tahunnya, kepemimpinan yang kuat, harapan yang tinggi dari warga sekolah untuk berprestasi, pengembangan diri, evaluasi yang terus menerus, komunikasi dan dukungan intensif dari pihak orang tua, masyarakat maupun komite sekolah sebagai wadah peran serta masyarakat.
70
Nana Syaodih Sukmadinata dkk., Pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah (konsep, Prinsip, dan instrument), (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Ce.II, hlm.10-11. 71 Hasbullah, Op.Cit., hlm.51
BAB III PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG
C.
Data Umum SD Islam Al Azhar 29 Semarang 1. Profil Sekolah Nama Sekolah
: SD Islam Al Azhar 29 Semarang
Alamat
: Jl. R.M Hadisoebeno Sosrowardoyo Km.6 Mijen Semarang (024) 70779510
Nama yayasan
: YP HIMSYA
Ketau Pembina
: H. Imam Syafi’I, SE. MM
Yayasan Status Sekolah
: Swasta
Nama Kepala
: Nikmah Rahmawati, M.Si.
Sekolah Sistem Belajar
: 72
Program keagamaan73
72 73
Bimbingan akhlakulkarimah
-
Program belajar mandiri
-
Remedial and enrichment program
-
Pembelajaran komputer sejak dini
-
Pembiasaan Bahasa Inggris sejak dini
: -
Hafalan Juz ‘Amma
-
Metode Qiro’ati
-
Amaliyah Romadlon
-
Do’a Harian
-
Shalat Dhuha
-
Tadarus Harian
-
Infaq Shadaqah
-
Peringatan Hari Besar Islam
Profil SD Islam Al Azhar 29 Semarang Leaflet Penerimaan Murid Baru SD Islam Al Azhar 29 Semarang
2. Struktur Organisasi SD Islam Al Azhar 29 Semarang
YP HIMSYA Jam’iyyah/Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Kasie Kurikulum
Koord. IT
Koord. B.ingg
Koord. Keagamaa n
Bendahara BOS, BPP
Office Girl
Claening servis
Kasie Kesiswaan
Koord. OR
Guru Kelas / Wali Kelas
Guru Pendamping
Koord. IPA
Tata Usaha
Keuangan
Guru Bidang
Security
Koord. PSB
Guru Ekstra
Driver
Penjaga Malam
Keterangan: Garis Komando : Garis koordinasi :
3. Profil Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 a. Nama Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang bernama Jam’iyyatul Walidin, yang kemudian disebut dengan Jam’iyyah SDI Al Azhar 29. 74 Penamaan ini berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Pusat. Kepengurusan Jam’iyyah masa jabatan 2009/2011 dilantik pada tanggal 3 November 2009.75
74
Pedoman Dasar Jam’iyyatul Walidin SDI Al Azhar 29 Semarang Wawancara dengan Ibu Sri Gati Wahyuni,Wakil Ketua Jam’iyyah, pada tanggal 3 Juni 2010, pukul. 10.00 wib, di ruang PSB 75
b. Tujuan Jam’iyyatul Walidin SDI Al Azhar 29 Tujuan dibentuknya Jam’iyyah adalah untuk mewadahi peran serta masyarakat khususnya wali murid, dalam rangka meningkatkan
mutu,
efisiensi
dan
efektifitas
pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan. Kemudian dalam melaksanakan tugasnya
Jam’iyyah
“Bergandengan
SDIA
tangan
29
mempunyai
meraih
prestasi,
motto,
yaitu:
mengedepankan
kepentingan bersama, untuk kemajuan anak-anak Al azhar 29 Semarang”. 76 c. Pengurus Jam’iyyah SDI Al Azhar 29 periode Th. 2009/201177
Ketua
: Risa Wahyuningsih, SH
Wakil Ketua
: Sri Gati wahyuni
Sekretaris I
: Hartalya Eva Rachmanti
Sekretaris II
: Emi Susilowati
Bendara I
: Sri Harnowo
Bendara II
: Marhamah
Sie. Dana
: Silvana Woro, Dewi Ernawati, Ir. Wasis Gunawan
Sie. Dakwah
: Hj. Tuti Munawati, Noneng Sumirat Sri Rahayu
Sie. Sosial
: Jumiati, Jane Handriyani Ratih Dwi Suci
Sie. Pendidikan Sie. Humas
: Evy Juliastuti, Sri Wahyuni Yuni Ika Widiastuti : Rismayasih, Yuli Nur Hayati Nining
76
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal 12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen. 77 Buletin Zahara, Edisi Januari 2010/Muharram 1431 H, hlm.22
D.
Pengelolaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja, dengan
memanfaatkan
sumber
daya
yang
memaksimalkan peran dan fungsi Komite
ada
dalam
Sekolah agar
rangka tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam melaksankan perannya sebagai advisory agency, supporting agency, controlling agency, dan mediator agency, Komite Sekolah (Jam’iyyah) SD Islam Al Azhar 29 Semarang menyusun beberapa program kerja yang dapat membantu SD Islam Al Azhar 29 Semarang meningkatkan mutu pendidikannya. Program kegiatan tahunan Jam’iyyah, dibuat menyesuaikan dengan program kegiatan sekolah dan berdasarkan Pedoman Dasar Jam’iyyaul Walidin. 1. Perencanaan Perencanaan program kerja/program kegiatan tahunan yang dilakukan Jam’iyyah merupakan program kerja/program kegiatan yang dihasilkan melalui rapat pengurus Jam’iyyah di awal tahun kepengurusannya. Dalam proses perencanaan tiap-tiap pengurus menentukan program kegiatan yang akan dilakukan dalam setahun kedepan.78 Proses perencanaan program Jam’iyyah, dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya adalah mengidentifikasi kebutuhan berdasarkan program kerja SDI Al Azhar 29 Semarang, membuat rencana sementara, kemudian menentukan prioritas terhadap rencanarencana sementara dan selanjutnya menentukan rencana. Kemudian rencana yang telah disusun, dikoordinasikan terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah, agar program kegiatan Jam’iyyah selaras dengan 78
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal 12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
program kegiatan sekolah.79 Adapun program kerja Jam’iyyah Periode 2009/2011 adalah: Tabel. 02 Program kerja Jam’iyyah SDIA 29 Th. 2009-201180 No. 1
Kegiatan
waktu
Mengusulkan pembangunan kolam renang dan poliklinik
2 memonitor RPS dan RAPBS
tiap 3 bulan sekali
3
mengontrol penggunaan dana Sebulan BOS dan dana BPP sekali
4
Kunjungan kepada guru, Kondisional karyawan bila sakit, melahirkan dll. pembuatan ID card siswa baru Agustus
5 6
7
8 9
10
11
12 79
Januari
Penanggung Jawab Waka. Jam’iyyah Ketua/ sekretaris bendahara Ketua/ sekretaris bendahara Sie. Sosial
Sie. Dana
memberi uang saku peserta lomba olimpiade dan uji kompetensi Al Azhar seIndonesia memberi kenang-kenangan kepada wali murid kelas 6 dan guru kelas pada saat acara Akhirussanah membuat album kenangan untuk kelas 6 membantu pendanaan kegiatan field trip
Maret
Sie. Pendidikan/ sie. dana
Juni
Sie. Social/ sie. dana
Juni
Sie. humas
2 x setahun
membantu pendanaan dalam kegiatan peringatan PHBI dan PHBN ikut serta dalam setiap kegiatan kelas dan kegiatan sekolah
Sesuai jadwal
Sie. Dana/ sie. pendidikan Sie. Dana/ sie. Social/ sie. humas Sie. Pendidikan/ semua pengurus Ketua/ sie
melaksanakan
Sesuai jadwal sekolah
pembinaan 2x setahun
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal 12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen. 80 Panduan Program kerja Jam’iyyatul Walidin SDIA 29, Periode 2009/2011
13
14
15 16
17 18 19
20 21
pengurus dan anggota Jam’iyyah pendampingan kepada wali murid dalam kegiatan konsultasi kesulitan belajar murid pengajian rutin sebulan sekali untuk guru dan wali murid
Sesuai jadwal sekolah Sebulan sekali
pengajian Qiro’ati setiap hari Setap hari sabtu untuk wali murid sabtu pemeriksaan gigi, mata dan April, THT untuk murid Agustus, Februari mengikuti rapat penyusunan Juli RPS dan RAPBS ikut mengesahkan RAPBS Juli mengikuti acara open house wali murid dengan kepala sekolah menerbitkan bulletin Zahara Al Azhar 29 News Memberikan THR untuk guru dan karyawan
Agustus
Juni dan Januari Agustus
pendidikan/ sie. humas Sie. pendidikan
Sie. dakwah
Sie. dakwah Sie. sosial
Ketua jam’iyyah Ketua jam’iyyah Ketua/ semua pengurus Sie. humas Sie. dana
Sumber: Dokumen Program Kerja Jam’iyyah SDIA 29
Program kegiatan di atas akan dilaksanakan dalam masa kepengurusan Jam’iyyah periode 2009-2011. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan secara rutin, secara periodik, dan 2 kali dalam setahun. Jadi tidak menutup kemungkinan kegiatan yang telah terlaksana pada Tahun Pelajaran 2009/2010, juga akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Selain program-program yang telah ditentukan dalam rencana, ada juga program kerja yang sifatnya insidental atau tak terduga, hal ini dikarenakan program kegiatan Jam’iyyah menyesuaikan juga dengan kegiatan sekolah. 81
81
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal 12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
2. Pengorganisasian Pengorganisasian
yang
dilakukan
Jam’iyyah
SDIA
29
merupakan pengaturan kerja bersama. Yakni membagi tiap-tiap pengurus kepada sebuah tanggung jawab program kerja seperti yang telah
tercantum
dalam
rencana
kerja.
Tetapi
sebenarnya
pengorganisasian tidak hanya mencakup suber daya manusia, tetapi juga suber daya keuangan, karena dalam setiap pelaksanaan kegiatan tentu membutuhkan pendanaan. Tetapi dalam rencana program kerja Jam’iyyah SDIA 29 tidak mencantumkan dana yang dibutuhkan, meskipun
sebenarnya
Jam’iyyah
pengorganisasian dalam hal keuangan.
SDIA
29
tetap
melakukan
82
3. Pelaksanaan Pelaksanaan program kerja Jam’iyyah merupakan realisasi dari program kerja yang telah direncanakan sebelumnya. Kemudian masing-masing penanggungjawab kegiatan melaksanakan programprogram tersebut bersama-sama dengan pengurus lain. Pelaksanaan kegiatan Jam’iyyah merupakan penjabaran dari rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketua Jam’iyyah merupakan penanggungjawab utama, maka dalam pelaksanaan, Ketua Jam’iyyah berkewajiban memberikan pengarahan dan motivasi terhadap pengurus yang akan/sedang melaksanakan tanggung jawabnya. Pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja berguna untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur kerja, dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat efektif dan efisien. Program kerja Jam’iyyah SDIA 29 Semarang yang telah terlaksana, sebagai berikut:
82
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih (ketua Jam’iyyah SDIA 29), pada tanggal 12 Juni, pukul 11.30-13.00, di kediamannya Jl.Kalimas A-7 Mijen.
1) Memberikan kenang-kenangan kepada Bu An dari Al azhar Pusat untuk kunjungan ke Al Azhar 29 Semarang, Rp.114.000,- pada tanggal 25 November 2009 2) Pembinaan Pengurus anggota Jam’iyyah oleh Ibu Nikmah Rahmawati, M.S.I, terlaksana pada tanggal 5 Desember 2009 3) Santunan kepada Panti Asuhan pada peringatan 1 Muharram, pada tanggal 17 Desember 2009. Santunan diberikan kepada Panti Asuhan Qosim Al Hadi Wonolopo Mijen, Panti Asuhan Al Hikmah Polaman, Panti Asuhan Al Fathoni Tambakaji dengan santunan
berupa
sembako,
barang-barang,
dan
uang
Rp.
7.439.000,- (dana non kas) 4) Penerbitan bulletin Zahara Al Azhar 29 News edisi Januari 2010/ Muharram 1431 H, pada tanggal 6 Januari dengan dana Rp.500.000,5) Bantuan penyediaan Snack untuk anak-anak Al Azhar dalam peringatan 1 Muharram pada tanggal 9 Januari 2010, Rp. 87.600,6) Mengusulkan pembangunan Kolam Renang dan Klinik telah terlaksana pada tanggal 16 Januari 2010, pada saat acara pembinaan Jam’iyyah oleh kepala sekolah 7) Pendampingan dalam kegiatan field trip kelas 4 di Pabrik Roti DRYANA pada tanggal 11 februari 2010 8) Pendampingan dalam kegiatan field trip kelas 1 di GIANT Central City, pada tanggal 18 februari 2010 9) Pendampingan kepada wali murid dalam kegiatan konsultasi kesulitan belajar peserta didik telah terlaksana pada tanggal 20 Februari 2010 10) Memberi uang saku pada peserta lomba Olimpiade dan Uji Kompetensi Al Azhar se-Indonesia pada tanggal 1 Maret 2010, dengan dana sebesar Rp. 2.400.000,11) Pendampingan dalam kegiatan field trip kelas 5 di Pabrik Genteng Meteseh, pada tanggal 11 Maret 2010
12) Pencarian sponsorship untuk kegiatan lomba-lomba dalam peringatan Maulid Nabi SAW, pada tanggal 18 Maret 2010 13) Menjenguk Istrinya Bapak Imam Syafi,I yang sedang sakit pada tanggal 22 Maret 2010, berupa parcel buah Rp. 100.000,14) Dana kepanitiaan dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad pada tanggal 27 Maret 2010, Rp. 400.000,15) Membeli karangan bunga duka cita untuk keluarga bapak H. Imam syafi’I pada tanggal 28 Maret 2003, Rp. 200.000,16) Pemeriksaan kesehatan mata untuk murid Al Azhar bekerja sama dengan SEMARANG EYE CENTRE, dilaksanakan pada tanggal 1 April 2010. Menghabiskan dana Rp. 1.450.000,17) Pendampingan dalam kegiatan pelatihan Dokter Kecil SDI Al Azhar 29, pada tanggal 3 Mei 2010 18) Bantuan dana untuk wisuda kelas (baju, toga, samir, plakat, buku kenangan kelas 6), pada tanggal 17 Juni 2010, Rp. 1.900.000,19) Membantu biaya konsumsi dan fee pembicara pada acara Akhirussanah SDIA 29, dan memberikan kenang-kenangan untuk wali murid kelas 6, pada tanggal 19 Juni 2010. Dengan anggaran dana Rp. 5.000.000,20) Penerbitan bulletin Zahara Al Azhar 29 News Edisi Juni 2010/ Rajab 1431 H pada 21 Juni 2010 dengan dana Rp. 500.000,21) Controlling penggunaan dana BOS dan dana BPP dilaksanakan setiap bulan sekali. Jika penggunaan sudah benar maka ketua Jam’iyyah melakukan penandatanganan. 22) Monitoring RPS dan RAPBS dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Monitoring dilakukan ketua Jam’iyyah bersama sekretaris dan bendahara. Selain untuk menciptakan kondisi transparan dan akuntabel juga untuk melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah tentang program kerja sekolah mendatang. 23) Pengajian rutin sebulan sekali untuk guru dan wali murid telah terlaksana setiap hari sabtu, yakni minggu kedua.
24) Pengajian Qiro’ati setiap hari sabtu juga telah terlaksana dengan cukup baik. 83 Dalam pelaksanaan kegiatan, penanggungjawab kegiatan melaksanakan kegiatannya sesuai waktu yang ditentukan, karena sebagian besar dari kegiatan tersebut menyesuaikan kegiatan sekolah dan sesuai kalender akademik SDIA 29. Selain itu dalam setiap pelaksanaan kegiatan, penanggungjawab kegiatan juga melibatkan pengurus lain untuk membantu mensukseskan kegiatannya jika kegiatan tersebut tergolong kegiatan besar, bahkan tidak menutup kemungkinan juga melibatkan wali murid jika memang diperlukan. 4. Evaluasi Evaluasi program kerja Jam’iyyah dimaksudkan untuk menilai semua kegiatan, kemudian menemukan indikator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran kegiatan yang dilakukan Jam’iyyah sudah sesuai dengan apa yang direncanakan, dan untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai dalam jangka waktu tertentu. Selain itu tindakan evaluasi juga untuk mengetahui kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh anggota lembaga sehingga dapat dicarikan jalan pemecahannya. Evaluasi program kerja Jam’iyyah SD Islam Al Azhar 29 Semarang, dilaksanakan secara periodik, yaitu sebulan sekali pada saat rapat bulanan. Dengan melakukan evaluasi, dapat diketahui efektivitas setiap kegiatan organisasi serta dapat diketahui kelemahan dan kelebihan selama berlangsungnya proses manajemen. Kelemahan yang ada dapat ditanggulangi dan kelebihannya dapat dipertahankan. Selain itu, dapat diketahui apakah rangkaian seluruh kegiatan dalam organisasi telah sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Evaluasi program kerja Jam’iyyah tahun 2009/2010, sebagai berikut: 83
Daftar Kegiatan Jam’iyyah yang telah terlaksana Tp.2009/2010 dan Laporan Keuangan Jam’iyyah periode 2009-2010
Tabel. 03 Evaluasi Program Kerja Jam’iyyah TP.2009/201084 No . 1 2 3 4
5 6
7
8 9 10
11 12 13
14
15 16 84
Kegiatan Mengusulkan pembangunan kolam renang dan poliklinik memonitor RPS dan RAPBS mengontrol penggunaan dana BOS dan dana BPP Kunjungan kepada guru, karyawan bila sakit, melahirkan dll. pembuatan ID card siswa baru memberi uang saku peserta lomba olimpiade dan uji kompetensi Al Azhar seIndonesia memberi kenang-kenangan kepada wali murid kelas 6 dan guru kelas pada saat acara Akhirussanah membuat album kenangan untuk kelas 6 membantu pendanaan kegiatan field trip membantu pendanaan dalam kegiatan peringatan PHBI dan PHBN ikut serta dalam setiap kegiatan kelas dan kegiatan sekolah melaksanakan pembinaan pengurus dan anggota Jam’iyyah pendampingan kepada wali murid dalam kegiatan konsultasi kesulitan belajar murid pengajian rutin sebulan sekali untuk guru dan wali murid pengajian Qiro’ati setiap hari sabtu untuk wali murid pemeriksaan gigi, mata dan THT
Penilaian Pelaksanaan Trlksn Tidak Lancar Tp.2010/ Lancar 2011 √ √ √ √ √ √
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √
Rancangan laporan evaluasi program kerja Jam’iyyah periode 2009-2010
17 18 19 20 21
untuk murid mengikuti rapat penyusunan RPS dan RAPBS ikut mengesahkan RAPBS mengikuti acara open house wali murid dengan kepala sekolah menerbitkan bulletin Zahara Al Azhar 29 News Memberikan THR untuk guru dan karyawan
√ √ √ √ √
Catatan: - Kegiatan yang lancar agar terus ditingkatkan - Kegiatan yang kurang lancar agar lebih ditingkatkan dan dicari solusi bersama dalam rapat pengurus. - Kegiatan yang belum terlaksana, akan dilaksanakan tahun depan
Sumber: Laporan Evaluasi Jamiyyah periode 2009-2010
dan
laporan
keuangan
Selain evaluasi program kerja secara intern, juga dilakukan evalusi kinerja Jam’iyyah yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun, dan evaluasi ini melibatkan badan pembina pusat yaitu dari Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Jakarta. Dalam evaluasi ini dilakukan pembinanaan-pembinaan dari Al Azhar Pusat mengenai peran Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Dan kegiatan ini merupakan momen yang sangat penting, karena pengurus Jam’iyyah dapat
mengetahui
kekurangan
dan
kelemahannya
selama
melaksanakan program kerjanya. Evaluasi dan pembinaan Jam’iyyah dari Al Azhar Pusat ini dimanfaatkan dengan baik, selain sebagai wahana evaluasi diri juga sebagai bahan diskusi antara jam’iyyah dengan Al Azhar Pusat, kemudian evaluasi dan pembinaan ini menghasilkan wawasan baru bagi Jam’iyyah agar di masa mendatang Jam’iyyah dapat lebih baik menjalankan roda organisasinya dan dapat lebih baik dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai Komite Sekolah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 85
85
Wawancara dengan Ibu Risa wahyuningsih, S.H, Ketua Jam’iyyah, pada tanggal 3 Juni 2010, pukul. 10.00 wib, di ruang PSB
E.
Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Dalam melaksanakan kepengurusan Jam’iyyah, tentu saja tidak luput dari berbagai hal yang dapat menghambat program kerja Jam’iyyah. Tetapi dibalik hambatan-hambatan tersebut ada berbagai faktor pendukung yang dapat memperlancar pengurus Jam’iyyah dalam melaksanakan roda organisasinya dan melaksanakan program-program kerjanya. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan komite sekolah (Jam’iyyah) dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang, sebagai berikut:86 a. Faktor pendukung a) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang terhadap keberadaan Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Besarnya dukungan ini akan memperlancar setiap kegiatan-kegiatan Jam’iyyah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. b) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu- ibu, hal ini akan memudahkan sosialisasi dengan masyarakat khususnya wali murid. Selain itu biasanya ibu-ibu lebih mudah dalam mengadakan pertemuanpertemuan dan membentuk network seperti pengajian rutin. c) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan, meskipun tidak semuanya dari kalangan pendidikan, paling tidak orang yang berpendidikan mempunyai wawasan yang lebih luas dan lebih kreatif dalam menemukan ide-ide. d) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan ternama, sehingga mudah mencari sponsorship untuk pendanaan program kegiatan Jam’iyyah maupun program kegiatan sekolah. 86
Ibid.
b. Faktor penghambat a) Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah, sehingga dalam rapat tidak dapat dipastikan semuanya dapat hadir. Padahal rapat-rapat tersebut membahas tentang program kerja yang akan dilaksanakan maupun yang telah terlaksana. Jika yang bersangkutan tidak hadir, maka akan menghambat jalannya kegiatan yang akan dilaksanakan. b) Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya.
Hal
ini
jelas
menghambat
organisasi
dalam
melaksanakan program kerjanya. Akibatnya tanggung jawab yang seharusnya dipikul, akan membebani pengurus yang lain, yang seharusnya tidak memikul tanggung jawab tersebut. Padahal tiaptiap pengurus Jam’iyyah sudah mempunyai tanggung jawab masing-masing. c) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan tentang kependidikan. Hal ini mempengaruhi cara pandang
dan
cara
berfikir
melaksanakan tanggung jawabnya.
pengurus
Jam’iyyah
dalam
BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG
A.
Analisis Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang atau yang juga disebut Jam’iyyah SDIA 29, telah melakukan sebuah proses pengelolaan dalam menjalankan roda organisasinya. Pengelolaan dilakukan untuk mengatur sumber daya manusia, maupun sumber daya dana yang ada, dalam mewujudkan tujuan yang diinginkan yakni meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Pengelolaan
Komite
Sekolah
dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan, dilaksanakan dengan mengoptimalkan empat peran komite sekolah, yakni: 1. Komite Sekolah bertindak sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaa kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2. Pendukung (supporting agency) baik yang berujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan 4. Mediator (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau mediator antara masyarakat dengan satuan pendidikan. Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah organisasi, mulai dari perencanaan program kerja, pengorganisasian, pelaksanaan program kerja, dan evaluasi program kerja,
dengan
memanfaatkan
sumber
daya
yang
memaksimalkan peran dan fungsi Komite
ada
dalam
rangka
Sekolah agar tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien 1. Perencanaan Perencanaan
program
kerja
Komite
Sekolah
dalam
meringkatkan mutu pendidikan harus berkiblat pada keempat perannya. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, seefektif dan seefisien mungkin. Komite Sekolah sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, minimal memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan. Supaya masukan tersebut sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan, diperlukan informasiinformasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Mengadakan pendataan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan sumberdaya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah. b. Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah. c. Menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis kepada sekolah. d. Memberikan
pertimbangan
kepada
sekolah
dalam
rangka
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). e. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatan mutu pembelajaran. f. Memberikan
pertimbangan
kepada
sekolah
untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM). g. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan di sekolah.
h. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam penyusunan RAPBS. Perencanaan dalam hal sebagai pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelengaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders di lingkungan sekolah. b. Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu. c. Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan komitmennya
bagi upaya peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah. d. Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, seperti; mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha/industri dalam penyediaan sarana/prasarana serta biaya pendidikan untuk masyarakat tidak mampu, dan ikut memotivasi masyarakat untuk melaksanakan kebijakan pendidikan sekolah. Perencanaan Komite Sekolah sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal melakukan evaluasi
dan
pengawasan
terhadap
kebijakan,
program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan. Dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar siswa di sekolahnya. b. Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat berbagai hal yang menjadi keberhasilan belajar siswa.
Komite Sekolah
menyampaikan hasil kajian pelaksanaan
program sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program
sekolah.
Menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
bantuan masyrakat baik berupa materi, maupun non materi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Perencanaan program kerja komite sekolah sebagai mediator antara
pemerintah
(eksekutif)
dengan
masyarakat
di
satuan
pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti : a. Melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan, organisasi pemerintah dan kemasyarakatan untuk penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang bermutu. b. Membina hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan seluruh stakeholders pendidikan di sekitar sekolah. c. Mengadakan penjajagan tentang kemungkinan untuk dapat mengadakan kerjasama dengan lembaga lain di luar sekolah untuk memajukan mutu pembelajaran di sekolah. d. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, dalam bentuk: menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan, saran dan ide kreatif dari stakeholder pendidikan di sekitar sekolah; menyampaikan laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang hasil pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan di daerah sekitar sekolahnya. Perencanaan sangat penting dilakukan, karena tanpa adanya rencana berarti tidak ada tujuan yang dicapai, adanya rencana tidak ada pedoman pelaksanaan, sehingga banyak pemborosan, dan rencana merupakan dasar pengendalian, kerana tanpa adanya rencana pengendalian tidak dapat dilakukan. Jika rencana program kerja Komite Sekolah sudah mencakup keempat peran tersebut di atas, maka dapat dikatakan perencananaan
Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Satuan Pendidikan sudah baik, tinggal bagaimana pelaksanaannya nanti, apakah dapat dilaksanakan sesuai rencana atau justru sebaliknya. Karena semua itu tergantung bagaimana Komite Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, maupun sumber daya keuangan, dan lingkungan sosial ekonomi yang mendukungnya. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan tindakan penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, penugasan tanggung jawab tertentu, dan pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugastugasnya. Pengorganisasian juga merupakan pengaturan kerja sama sumber daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi. Dalam melaksanakan pengorganisasian, Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang mengatur sumber daya manusia dan sumber daya finansial ke dalam pembagian kerja. Hal ini berarti proses pendelegasian wewenang dan tanggung jawab telah dilakukan Komite Sekolah. Dalam proses pengorganisasian ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengorganisasian, yaitu : a. pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi b. pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan c. pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan realisasi rencana program kerja dalam bentuk kegiatan yang nyata. Dalam melaksanakan perannya sebagai advisory agency, supporting agency, controlling agency dan mediator
agency, komite sekolah dapat melaksanakan kegiatan yang terangkum dalam tujuh fungsi komite sekolah yang dapat membantu peningkatan mutu di satuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu b. Melakukan
kerjasama
dengan
masyarakat
(perorangan/
organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: 1) kebijakan dan program pendidikan 2) Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS) 3) kriteria kinerja satuan pendidikan 4) kriteria tenaga kependidikan 5) kriteria fasilitas pendidikan 6) dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; e. Mendorong
orangtua
dan
masyarakat
berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; f. Menggalang
dana
masyarakat
dalam
rangka
pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Dalam proses pelaksanaan program kerja, ketua Komite Sekolah SDIA 29 bertindak sebagai pengarah dan pemberi motivasi agar pelaksanaan program kerja dapat berjalan dengan lancar. Pengarahan dalam proses pelaksanaan sangat penting, karena pengarahan yang dilakukan sebelum memulai bekerja, berguna untuk menekankan hal-hal yang perlu ditangani, urutan prioritas, prosedur
kerja dan lain-lainnya agar pelaksanaan pekerjaan dapat efektif dan efisien. Pengarahan yang dilakukan selama melaksanakan tugas bagi orang-orang yang terlibat dimaksudkan untuk mengingatkan ataupun meluruskan apabila terjadi penyelewengan atau penyimpangan. 4. Evaluasi Evaluasi program kerja Komite Sekolah SDIA 29, dilakukan untuk menilai semua kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu evaluasi
juga
dilakukan
untuk
menemukan
indikator
yang
menyebabkan sukses atau gagalnya suatu kegiatan Komite Sekolah dalam pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian dalam kegiatan Komite Sekolah berikutnya. Evaluasi yang harus dilakukan adalah evaluasi tentang seberapa jauh Komite Sekolah telah melaksanakan keempat perannya tersebut. Kemudian hasil dari evalusi tersebut dapat dijadikan umpan balik dalam merencanakan kegiatan yang akan datang. Dalam melaksakan evalusi program kerja Komite Sekolah harus dilakukan oleh seluruh pengurus Komite Sekolah, agar permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan program kerja dapat diketahui. Dengan mengetahui kesalahan-kesalahan atau kekurangankekurangan, perbaikan dan pencarían solusi yang tepat dapat ditemukan dengan mudah. Pencarian solusi akan lebih mudah jika dilakukan bersama-sama.
B.
Analisis Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Setiap proses kerja akan berhasil jika dipengaruhi faktor-faktor pendukung. Tetapi proses kerja tersebut bisa juga kurang berhasil secara efektif dan efisien, atau bahkan tidak berhasil sama sekali jika faktor penghambat lebih besar daripada faktor pendukung. Demikian halnya
Komite Sekolah SDIA 29 Semarang dalam menjalankan program kerjanya tentu tidak lupt dari faktor pendukung dan faktor penghambat. 1. Faktor pendukung e) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang terhadap keberadaan Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Besarnya dukungan ini akan memperlancar setiap kegiatan-kegiatan Jam’iyyah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Karena tanpa dukungan baik berupa pemikiran, tenaga maupun dana dari berbagai pihak, mustahil kegiatan-kegiatan Komite Sekolah dapat berjalan sesuai rencana. f) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu-ibu. Kaum Ibu biasanya sangat paham dengan keperluan anak-anaknya, menerima laporan langsung dari anak-anaknya tentang peristiwa di sekolah setiap hari, dan mereka mempunyai
jaringan
yang
kuat.
Ibu-ibu
dengan
mudah
bersosialisasi dan membentuk network semacam kelompok pengajian atau arisan. Ini yang menjadikan motivasi dan intensitas pertemuan mereka tinggi, sehingga menghasilkan ide-ide segar untuk kemajuan mutu di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. g) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan, meskipun tidak semuanya dari kalangan pendidikan. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi, lebih mudah untuk diajak berfikir, atau memecahkan suatu permasalahan. Tentu saja latar belakang ini mempengaruhi kinerja Komite Sekolah. h) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan ternama, sehingga mudah mencari sponsorship untuk pendanaan program kegiatan Jam’iyyah maupun program kegiatan sekolah. Murid-murid Al azhar 29 adalah berasal dari keluarga menengah ke atas. Mata pencaharian orang tuanya sebagian adalah pengusaha, atau karyawan yang mempunyai jabatan tinggi di
sebuah perusahaan. Sehingga dalam setiap penggalian dana, Pengurus Jam’iyyah mendapat bantuan dari wali murid yang berpotensi ini. Inilah fungsi dari membina hubungan baik dengan semua steakholder pendidikan di SDIA 29 semarang. 2. Faktor penghambat a. Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah cukup menghambat proses kerja Jam’iyyah. Kesibukan ini berimbas kepada pertemuan rutin atau dalam mensosialisasikan program kerja selanjutnya. Karena kehadiran pengurus Jam’iyyah dalam rapat-rapat sangat penting, karena rapat-rapat tersebut membahas tentang program kerja yang akan dilaksanakan maupun yang telah terlaksana. Jika yang bersangkutan tidak hadir, maka akan menghambat jalannya kegiatan yang akan dilaksanakan. b. Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya.
Hal
ini
jelas
menghambat
organisasi
dalam
melaksanakan program kerjanya. Akibatnya tanggung jawab yang seharusnya dipikul, akan membebani pengurus yang lain, yang seharusnya tidak memikul tanggung jawab tersebut. Padahal tiaptiap pengurus Jam’iyyah sudah mempunyai tanggung jawab masing-masing. Jika sudah demikian, maka program kerja bisa saja tidak berjalan. c. Kurangnya wawasan tentang organisasi Komite Sekolah, dan wawasan tentang kependidikan. Hal ini mempengaruhi cara pandang
dan
cara
berfikir
pengurus
Jam’iyyah
dalam
melaksanakan tanggung jawabnya. Seperti dalam program kerja Jam’iyyah di atas, ada banyak kegiatan yang kurang menyentuh proses pembelajaran. Padahal proses pembelajaran merupakan kunci dihasilkannya output yang berkualitas. Hal ini lebih dikarenakan
karena
kurangnya
pengetahuan
dalam
bidang
pendidikan. Adanya Pengurus yang tidak melaksanakan tugasnya
juga
dipengaruhi
kurangnya
wawasan
dalam
bidang
keorganisasian, khususnya organisasi Komite Sekolah. Faktor
pendukung
pengelolaan
komite
sekolah
dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SDI Al Azhar 29 harus terus diberdayakan, melalui selalu menjalin hubungan yang harmonis terhadap stakeholder pendidikan khususnya wali murid. Kemudian faktor penghambat yang ada dapat diminimalisir, dengan melakukan pembinaanpembinaan terhadap Komite Sekolah dalam hal wawasan keorganisasian Komite Sekolah dan wawasan dalam bidang pendidikan. Baik mengikuti seminar-seminar pendidikan ataupun mengadakan pelatihan-pelatihan keorganisasian.
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Setelah penulis mengkaji dan mengadakan analisis tentang pengelolaan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 1. Pengelolaan yang dijalankan Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang dalam meningkatkan mutu pendidikan, sudah cukup baik. Karena
dalam
prosesnya
telah
melalui
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Proses perencanaan program kerja Komite Sekolah SDIA 29 diwujudkan dalam bentuk rencana, pengorganisasian yang dilakukan Komite Sekolah SDIA 29 dimaksudkan untuk mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota ke dalam program-program tertentu, pelaksanaan program kerja Komite Sekolah SDIA 29 telah sesuai rencana yang ditetapkan, dan evaluasi dilakukan untuk menilai program kerja yang telah terlaksana apakah sudah sesuai dengan rencana. Kemudian dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang juga sudah cukup baik, Pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan
mutu
pendidikan,
dilaksanakan
dengan
mengoptimalkan empat peran komite sekolah, yakni: Komite Sekolah bertindak sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaa kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; pendukung (supporting agency) baik yang berujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi
dan
akuntabilitas
penyelenggaraan
dan
keluaran
pendidikan di satuan pendidikan; dan mediator (mediator agency) antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan atau mediator antara masyarakat dengan satuan pendidikan.
2. Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang adalah; a) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah, b) Pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 didominasi oleh kaum ibu-ibu, c) Pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 adalah orangorang yang berpendidikan, d) Pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 mempunyai network diperusahaan-perusahaan ternama. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: a) Kesibukan pribadi dari masingmasing pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29, b) Masih adanya pengurus Komite Sekolah SDI Al Azhar 29 yang tidak melaksanakan tugasnya, c) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan tentang kependidikan. Faktor pendukung pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang lebih banyak dari pada faktor penghambatnya. Hal ini dapat dimanfaatkan pengurus Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang dalam mengoptimalkan perannya sebagai lembaga mandiri dalam mewujudkan tujuannya, yakni menciptakan suasana dan
kondisi
transparan,
akuntabel,
dan
demokratis
dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
B.
Saran-saran Agar dapat terus meningkatkan pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Azhar 29 Semarang, penulis merasa perlu menyampaikan saran-saran, sebagai berikut: 1. Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang harus lebih banyak lagi membuat program kerja yang berkaitan dengan perannya sebagai pengontrol (controlling agency), dan sebagai mediator (mediator agency). Dalam hal ini program kerja yang berhubungan dengan proses pembelajaran di kelas.
2. Komite Sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang, harus lebih sering melakukan
pembangunan
dalam
tubuh
organisasinya.
Seperti
mengadakan pelatihan keorganisasian untuk pengurus dan anggota Komite Sekolah, mengikuti seminar-seminar pendidikan, dan lain sebagainya, yang dapat meningkatkan kinerja Komite Sekolah sebagai lembaga independen dalam bidang pendidikan.
C.
Penutup Alhamdulillah, berkat karunia dan pertolongan Allah SWT, yang didasari dengan niat dan kesungguhan hati akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang” dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu demi kesempurnaan dan perbaikan dalam penelitian ini kritik dan saran yang bersifat konstruktif, sangatlah penulis harapkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan, terj. Yosal Irinatara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2008. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Bafadal, Ibrahim, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet.II. Choir, Abu, “Manajemen Mutu Terpadu”, Modul Mata Kuliah Jurusan Kependidikan Islam, (Fakultas tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang), t.d. Departemen Pendidikan Nasional, ”Modul 2: Peningkatan Kemampuan Organisasional komite sekolah”, http://www.ziddu.com/download/5677996/ modul2.doc.html, akses: 07/04/2010. Depdiknas, “Kepmendiknas nomor: 044/U/2002”, http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/docs/dok_16.pdf , Akses: 01/03/2010. Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Depag RI, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi FF.duskatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Echols, John M. dan Hasan Shadaly, Kamaus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, 1992. Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet.VII. Foeh, Ricky Ekaputra, “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah,”, http://pakguruonline.pendidikan.net/mpmbs1.html, akses: 07/04/2010. Glossary
Terms, http://www.qaproject.org/methods/resglossary.html, Akses:13/05/2010.
Hasbullah, Otonomi Pendidikan : kebijakan otonomi daerah dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006. Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen:dasar penegrtian dan masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, cet.IV. Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, cet.I. Hutagalung, Rita., “Definisi Mutu”, http://weblog-pendidikan.blogspot.com/ 2009/08/definisimutu.html, Akses: 13/04/2010. Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutb alIlmiyah, 1992, Juz I. Komariah, Aan dan Cepi Triatna, , Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Lailiyah, Istik, Peran Komite Sekolah Bagi Kehidupan Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Tawaran Kec.Kenduruan Kab.Tuban, Skripsi Sarjana IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007.t.d. Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rieneka Cipta, 2000, Cet.II. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Mutowi, Ibrahim Ismat dan Amin Ahmad Khasan, Al-Ushul Al-Idharoh Littarbiyah, Riyad: Dar al-Syurq, 1998/1416 H. Ngadino, “Optimalisasi Peran Komite Sekolah”, http://www.suarakomunitas.net/ ?lang=id&rid=21&id=2796, Akses: 07/04/2010. Noer, M. Subkhan, “Partisipasi Komite Sekolah terhadap Pengembangan Madrasah, (Studi Kasus di MAN Kendal)”, Skripsi Sarjana IAIN Walisongo Semarang, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.t.d. Pantjastuti, Sri Renani, dkk., Komite Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, , Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, Cet.III.
Rahmad, Akbariz, “Rendahnya Mutu Pendidikan Kita http://akbarizrahmads.blogspot.com/rendahnya-kualitas .html, akses: 07/04/2010. Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabet, 2000. Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, London: Kogan Page, 1993. ___________, Total Quality Management In Education, terjemahan Dr. Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, M.Ag dan Yogyakarta: IRCISOD, 2006. Sisk, Henry L., Principles Of Management A Sistem Approach to the Management Process, (Chicago: Publishing Company, 1969), hlm. 10. Sudarmanto,
Gunawan, “Optimalisasi pemberdayaan unsur-unsur terkait pengelolaan sekolah yang mandiri dan berkualitas” http://blog.unila.ac.id/radengunawans/Manajemen-Pendidikan.pdf, akses: 07/07/2010.
Sugiono, Metode Penelitian, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung, Alfabeta, 2006. Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. Pengendalian mutu pendidikan sekolah menengah (konsep, Prinsip, dan instrument), Bandung: PT Refika Aditama, 2008, Ce.II. Suparlan, Membangun Sekolah Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008, cet.I. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. Terry, George R. dan Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Bumi aksara, 2003, Cet.VIII. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, TQM: Total Quality Management, Yogyakarta: Andi, 2003, Ed.V. Umaedi,
“Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis http://www.ssep.net/director.html, Akses: 01/03/2010.
Sekolah,
________, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah, Ciputat: Pusat Kajian Manajemen mutu pendidikan, 2004, Ed.I. Usman, Husaini, Manajemen teori Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, ed.II. Vincent Gaspers, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet.1.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
DATA DIRI Nama Tempat / Tanggal lahir Jenis Kelamin
: Ali Mursidi : Kendal / 05 April 1983 : Laki-laki
Alamat Asal
: Tanjunganom rt.01/ rw.I Rowosari- Kendal
Agama Kewarganegaraan Status / Pekerjaan
: Islam : Indonesia : Mahasiswa IAIN
Fakultas/Jurusan
: Tarbiyah/ Kependidikan Islam
Tinggi/berat badan
: 161/52
Golongan Darah
: AB
Walisongo Semarang
Nama Orang Tua
II.
a. Ayah b. Ibu c. Pekerjaan Anak ke
: Rifai : Srianah : Tani : Empat dari enam bersaudara
No. Telp.
: 085290009885
PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN FORMAL 1. SD Negeri Tanjung Anom 2. SMP NU 09 Rowosari 3. Madrasah Aliyah Negeri Kendal 4. IAIN Walisongo Semarang
Lulus Th. 1995 Lulus Th. 1998 Lulus Th. 2002 Lulus Th. 2010
B. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. kursus Komputer Microsoft word Tahun 2002 2. Kursus Teknisi Komputer 2009 3. Teater Semut Kendal 4. Racana Walisongo Semarang
Semarang, 07 Juli 2010 Hormat saya,
Ali Mursidi
LAMPIRAN
VISI MISI DAN TUJUAN SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG
VISI Sekolah unggulan yang berbasis IPTEK dan keIslaman tanpa meninggalkan culture Jawa dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak
MISI Menjadikan SD Islam Al Azhar 29 Semarang sebagai sekolah unggulan Melahirkan cendekiawan muslim yang mampu berbahasa Inggris dan Arab Menghasilkan generasi yang santun dan berkompeten dalam IMTAQ, IPTEK dan budaya Jawa. Menciptakan pembelajaran yang melayani dan dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak meliputi: kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis logis, kecerdasan kinestatik, kecerdasan spasial, kecerdasan lingkungan, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal.
TUJUAN ü Menghasilkan peserta didik yang taat beribadah dan bersikap santun dalam tutur kata dan perilaku ü Menghasilkan peserta didik yang aktif, inovatif, inisiatif dan kreatif ü Menghasilkan peserta didik yang unggul dalam pencapaian kompetensi ü Menghasilkan peserta didik yang menguasai seni ü Menghasilkan peserta didik yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi (information technology and communication/ICT) ü Menghasilkan peserta didik yang mengauasai kemampuan berbahasa asing ü Mewujudkan peserta didik yang mandiri ü Mampu berkompetensi dalam dunia global
Daftar Prestasi Non Akademik Siswa SD Islam Al Azhar 29 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010
No. 1.
2.
3.
Nama
Juara
Qanisha agara
Febri Dwi Avianto
/ penyelenggara
Tingkat
Story Telling
Kota
/SMP Maria Regina
Semarang
I
Renang gaya Kupu-kupu
Kec. Mijen
I
Renang gaya bebas
I
Renang gaya dada
II
Renang gaya bebas
I
Hanif Sefa A
Jenis Lomba
Kec. Mijen
4.
Rochmat Rizky
II
Renang gaya dada
Kec. Mijen
5.
Zafnatia
II
Renang gaya dada
Kec. Mijen
6.
Anisha kurnia
Fashion Show
Kota
/Aneka Jaya
Semarang
Story Telling
Kota
/Pemkot Semarang
Semarang
Pionerring / LGM
Kota
SMPN 1 Semarang
Semarang
7.
8.
III
Qanisha agara
I
Pramuka Penggalang Putri
I
Harapan LGM I 9.
Pramuka
siaga
Putri 10.
Pramuka
Siaga
Putra 11.
12.
Qanisha agara
Febri Dwi Avianto
II
III
I
Harapan II
/ SMPN 1 Semarang Pesta Siaga
Kec. Mijen
/Kwaran Mijen Pesta Siaga
Kec. Mijen
/Kwaran Mijen Story Telling
Kota
/Pemkot Semarang
Semarang
Mapel IPS/ Olimpiade Nasional dan Uji Kompetensi Al Azhar se-Indonesia
13.
M. Furqon P.K
Da’I Kecil/ Olimpiade Nasional I
dan Uji Kompetensi Al Azhar se-Indonesia
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Tim Cheerleader
Tim Futsal
III
III
Akbar Azis Saputra
Ellena Salsabila
M. Furqon P.K.
Ellena Salsabila
I
I
I
21.
M. Furqon P.K.
Fayyaza Amara
zahia
futsal anak marimas 2010
Semarang
Futsal/ lomba futsal anak Kota marimas 2010
Semarang
Lomba Lukis / UPTD Kec. Mijen kec. Mijen Lomba
Baca
Puisi
/ Kec. Mijen
UPTD kec. Mijen Lomba Pidato / UPTD Kec. Mijen kec. Mijen
Harapan Lomba baca puisi festifal Diknas Kota I
20.
Pom pom girl/ lomba Kota
III
II
seni Lomba
Semarang Pidato
seni Fashion
festifal Diknas Kota Semarang
Show
casual/ DP mall
busan Kota Semarang
PANDUAN WAWANCARA Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SD Islam Al Azhar 29 Semarang Kepada Kepala SDIA 29 Semarang 2. Bagaimana Ibu memaknai Mutu Pendidikan? Jawab: Mutu adalah kualitas atau nilai kebaikan suatu hal. Mutu berkaitan dengan produk yang dapat berupa barang atau jasa. Mutu Pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang mencakup input, proses, output dan outcome. 3. Bagaimana strategi peningkatan mutu di SDIA 29 Semarang? Jawab: Dalam meningkatkan mutu input, SD Islam Al Azhar 29 Semarang melakukan seleksi terhadap calon peserta didik dengan melakukan observasi dengan alat-alat observasi yang memadahi. Observasi tersebut mencakup semua bidang, antara lain; a) Baca tulis, b) Berhitung, c) Pengetahuan umum, d) Pengetahuan agama, e) Membaca huruf hija’iyah, f) Motorik kasar, g) Motorik halus, h) Test psikologi. - Langkah yang ditempuh untuk menigkatkan kualitas proses pembelajaran adalah: 1. Memberikan supervisi pada guru, baik supervise dari kepala sekolah, UPTD ataupun Yayasan Pesantren Al Azhar Jakarta secara terprogram. 2. Memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru, antara lain: a) pelatihan pembuatan alat peraga pendidikan b) pelatihan pembuatan pidato elektronik c) pelatihan Bahasa Inggris 2 kali seminggu d) pelatihan mengaji qiro’ati/al Qur’an e) pelatihan KTSP dari Al Azhar Jakarta f) pelatihan pembelajaran PAIKEMB tingkat Nasional di Yayasan Pesantren Al Azhar Jakarta Pusat. g) Penambahan APP (alat peraga pendidikan) dan fasilitas pendukung pembelajaran/sarana dan prasarana, seperti ruang AVA (audio visual aid), ruang musik, laboratorium IPA dan dalam perencanaan adalah pembuatan kolam renang untuk anak (peserta didik). - Untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dan memupuk tingkat kepercayaan masyarakat terhadap SD Islam Al Azhar 29 Semarang, maka ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya adalah; a) Remidial Teaching ang Remidial Test, b) tambahan jam belajar untuk persiapan UASBN dan UAS secara terprogram, c) bimbingan individual bagi anak yang belum mencapai rata-rata. - Dalam mempersiapkan outcome agar diterima di SMP favorit, SD Islam Al Azhar 29 Semarang mengadakan bimbingan secara berkala dan
terprogram kepada peserta didik yang akan melnjutkan ke SMP favorit, mulai dari pendaftaran, pemberkasan dan bimbingan test seleksi masuk SMP favorit. Kepada Komite Sekolah di SDIA 29 Semarang 4. Apa nama Komite Sekolah di SDIA 29 Semarang? Jawab: Komite Sekolah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang bernama Jam’iyyatul Walidin, yang kemudian disebut dengan Jam’iyyah. Penamaan ini berdasarkan pada aturan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Pesantren Islam Al Azhar Pusat. Jam’iyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang 5. Apa Tujuan dibentuknya Komite Sekolah di SDIA 29 Semarang? Jawab: Jam’iyyah SDIA 29 Semarang bertujuan untuk mewadahi peran serta masyarakat khususnya wali murid, dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Motto Jam’iyyah SDIA 29 yaitu: “Bergandengan tangan meraih prestasi, mengedepankan kepentingan bersama, untuk kemajuan anak-anak Al azhar 29 Semarang” 6. Kenapa Jam’iyyah SDIA 29 Semarang keanggotaannya di dominasi oleh kaum ibu-ibu? Jawab: Alasan Jam’iyyah dipercayakan kepada ibu-ibu adalah, karena mereka sangat paham dengan keperluan anak-anaknya, menerima laporan langsung dari anak-anaknya tentang peristiwa di sekolah setiap hari, dan mereka punya jaringan yang kuat. Ibu-ibu dengan mudah bersosialisasi dan membentuk network semacam kelompok pengajian atau arisan. Ini yang menjadikan motivasi dan intensitas pertemuan mereka tinggi, sehingga menghasilkan ide-ide segar untuk kemajuan mutu di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 7. Bagaimana upaya Jam’iyyah dalam membantu SDIA 29 meningkatkan mutu pendidikannya? Jawab: Upaya yang dilakukan Jam’iyyah adalah dengan membuat program kerja. Dan program kerja tersebut merupakan penjabaran dari peran dan fungsi komite sekolah yaitu sebagai pemberi pertimbangan kepada pihak sekolah ,pendukung baik berupa tenaga, fikiran, maupun dana, pengontrol penggunaan dana BOS dan BPP, dan lain sebagainya dan sebagai mediator antara masyarakat dengan sekolah.
8. Bagaimana Jam’iyyah menentukan program kerja, membagi tanggung jawab kepada anggotanya, melaksanakan program kerjanya, dan mengevaluasi program kerjanya? Jawab: Proses perencanaan program Jam’iyyah, dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan berdasarkan program kerja SDI Al Azhar 29 Semarang, membuat rencana sementara, kemudian menentukan prioritas terhadap rencana-rencana sementara dan selanjutnya menentukan rencana. Kemudian rencana yang telah disusun, dikoordinasikan terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah, agar program kegiatan Jam’iyyah selaras dengan program kegiatan sekolah. Program yang dilaksanakan dalam masa kepengurusan Jam’iyyah periode 2009-2011, Ada beberapa kegiatan yang dilakukan secara rutin, secara periodik, dan 2 kali dalam setahun. Jadi tidak menutup kemungkinan kegiatan yang telah terlaksana pada Tahun Pelajaran 2009/2010, juga akan dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2010/2011. Selain program-program yang telah ditentukan dalam rencana, ada juga program kerja yang sifatnya insidental atau tak terduga, hal ini dikarenakan program kegiatan Jam’iyyah menyesuaikan juga dengan kegiatan sekolah Pengorganisasian yang dilakukan oleh Jam’iyyah SDI Al Azhar 29 Semarang merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada pengurus Jam’iyyah yang telah terbentuk. Pengorganisasian ini bertujuan untuk meringankan kinerja pengurus Jam’iyyah dalam melaksanakan program kerjanya, agar program kerja yang telah direncanakan tidak dipikul sendiri oleh Ketua Jam’iyyah. Pelaksanaan program kerja Jam’iyyah merupakan penjabaran dari program kerja umum dan program kerja khusus yang telah dijabarkan diatas. Dalam pelaksanaan program kerja, seksie-seksi yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disusun. setiap seksi mempunyai program kerja tersendiri. Dan program-program ini tidak melenceng tujuan awal maupun menyalahi program kerja sekolah. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran kegiatan yang dilakukan Jam’iyyah sudah sesuai dengan apa yang direncanakan, dan untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai dalam jangka waktu tertentu. Selain itu tindakan evaluasi juga untuk mengetahui kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan oleh anggota lembaga sehingga dapat dicarikan jalan pemecahannya. Evaluasi program kerja Jam’iyyah dimaksudkan untuk menilai semua kegiatan, apa yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran kegiatan yang dilakukan Jam’iyyah sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Evaluasi program kerja Jam’iyyah SD Islam Al Azhar 29 Semarang, dilaksanakan secara periodik, yaitu sebulan sekali pada saat rapat bulanan. Selain evaluasi program kerja secara intern, juga dilakukan evalusi kinerja Jam’iyyah yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun, dan evaluasi ini melibatkan badan pembina pusat yaitu dari Yayasan Pesantren Islam Al
Azhar Jakarta. Dalam evaluasi ini dilakukan pembinanaan-pembinaan dari Al Azhar Pusat mengenai peran Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. 6. Apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. Jawab: a. Faktor pendukung i) Besarnya dukungan dari wali murid, dewan guru dan kepala sekolah SD Islam Al Azhar 29 Semarang terhadap keberadaan Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang. j) Pengurus Jam’iyyah di SD Islam Al Azhar 29 Semarang didominasi oleh kaum ibu- ibu, hal ini akan memudahkan sosialisasi dengan masyarakat khususnya wali murid. k) Pengurus Jam’iyyah adalah orang-orang yang berpendidikan, meskipun tidak semuanya dari kalangan pendidkan l) Pengurus Jam’iyyah mempunyai network diperusahaan-perusahaan ternama. b. Faktor penghambat m) Kesibukan pribadi dari masing-masing pengurus Jami’yyah, sehingga dalam rapat tidak dapat dipastikan semuanya dapat hadir. n) Masih adanya pengurus Jam’iyyah yang tidak melaksanakan tugasnya. Hal ini jelas menghambat organisasi dalam melksanakan program kerjanya. o) Kurangnya wawasan tentang organisasi komite sekolah, dan wawasan tentang kependidikan.
FOTO-FOTO JAM’IYYAH SDI AL AZHAR 29 BSB
Pengurus Jam’iyyah 2009/2010
Santunan ke Panti Asuhan
Konsultasi kesulitan belajar siswa
Bimbingan kpd Anggota Jam’iyyah
Supporting dlm acara lomba maulid
Pendampingan Field Trip