Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah
memiliki
arti
strategis
untuk
memacu
proram
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, juga untuk perluasan dan pemerataan pendidikan bagi setiap warga Negara.
Pengembangan
penyelenggaraan
SDM
pendidikan.
sangat
Oleh
karena
terkait itu
dengan
sebenarnya
kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun (Wajar 9 tahun) yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1994 patut dijadikan acuan dalam pengelolaan pendidikan ke depan bagi semua pemerintah daerah sejalan dengan kebijakan dasar dan menengah.
Investasi pendidikan itu sendiri sebagai upaya pengembangan SDM.
Dalam
rangka
desentralisasi
pendidikan
di
Indonesia,
Pemerintah Kabupaten dan Kota sangatlah dituntut memahami pendidikan sebagai kebutuhan pengembangan SDM dimaksud,
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
yang disesuaikan dengan potensi spesifik yang ada di wilayahnya. Selain itu, berbagai factor yang mempengaruhi. Pendidikan, seperti karakteristik guru, administrasi sekolah, sarana sekolah dan bahan pembelajaran, perlu diperhatikan. Diluncurkannya Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dalam Sistem Manajeman Sekolah, salah satu upaya adalah bagaimana mengakomodir peningkatan mutu sekolah melalui pengelolaan dan pengalokasian sumber financial secara tepat, efektif dan transparan.
Komite
Sekolah
umumnya
dibentuk
atas
dasar
Peraturan
Pemerintah, No 44/U/2002. Ketua dan Anggota Komite ditunjuk sesuai dengan mekanisme sekolah masing-masing antara lain ditunjuk atas dasar musyawarah orangtua/wali murid, ditunjuk langsung oleh rapat, poling dalam rapat sekolah dan pengurus disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah. Komite Sekolah yang berjalan selama ini penguatannya masih pada pengumpulan dana untuk peningkatan kegiatan operasional sekolah.
Komite sekolah yang dibentuk di sekolah sekolah ini diharapkan dapat bekerja sama dengan kepala sekolah dan menjadi partner, sehingga
program
kerja
komite,
kalender
sekolah
dapat
didiskusikan secara transparan, Program program selama ini Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
menunjukkan
kecenderungan
terfokus
pada
perbaikan
fisik
sekolah.
Aktivitas peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya nampak tidak mengacu pada program Diknas. Isu-isu penting belajar mengajar. Walaupun demikian dampak positif perencanaan bersama pengembangan program dapat dilihat di banyak sekolah. Dari jumlah komite sekolah yang diteliti umumnya kepengurusan terdiri atas 3 pengurus dengan beranggotakan 15 orang yang diwakili masing-masing dari dewan guru, masyarakat maupun tokoh lainnya yang peduli terhadap pendidikan.
Komite Sekolah pada wilayah sasaran di Propinsi Lampung (Kota Bandar Lampung, Tulang Bawang, Lampung Timur, Kota Metro, Lampung Selatan, Lampung barat, Lampung Barat, Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Pesawaran, kabupaten Way Kanan) sebagian besar kurang berperan seperti yang tertuang melalui SK Menteri 202 yaitu menjadi mitra bagi Kepala sekolah dan bekerjaama dengan sekolah dalam hal penimgkatan mutu sekolah. Namun pada sekolah sekolah yang terbatas SDM dan sebagian masyarakatnya terbatas dalam kemampuan berinteraksi, terbatas dalam pendidikan (sebagian masyarakat berkebun dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
petani), komite sekolah tidak berperan sebagaimana mestinya, terbatas hanya ketika sekolah memerlukan pungutan dana dan perlu dimusyawarahkan.
Artinya, bahwa Komite sekolah pada wilayah wilayah tertentu belum berperan aktif, hal ini dikarenakan budaya, sosial, dan ekonomi yang menjadi pembatas pola pikir masyarakat tersebut. Lain halnya dengan Sekolah yang sudah memiliki SDM yang baik, sehingga
pola
pikir
dan
sebagian
program
komite
dapat
dilaksanakan dengan baik. Hasil survey dan pengamatan langsung bahwa belum ada kreatifitas maupun inovasi bagi komite sekolah untuk membuat dan membentuk kewirausahaan yang diperoleh dari potensi potensi wilayah dan melibatkan sekolah, sehingga paradigma komite sekolah hanya sebagai pengumpul dana masih menjadi penguat saat ini. Bahwa subetulnya jika siswa dilatih untuk bagaimana membuat kratifitas dan inovasi yang diintegrasikan dengan salah satu mata pelajaran tentu akan lebih terlihat peran komite dan keterlibatan masyarakat serta sekolah dalam hal kepedulian lingkungan dan membangun serta menciptakan perekonomian meskipun hanya sebatas gagasan dan contoh yang sederhana, Bukan mengajak berbisnis dengan siswa maupun guru, namun lebih
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
pada kepedulian lingkungan sosial dan ekonomi melalui bentuk bentuk atau konsep terkini. Dan yang menjadi pengarah adalah masyarakat yang memiliki ketrampilan, bisa jadi hasil karya siswa dapat dilombakan, dan dapat dijual sehingga memberikan apresiasi sendiri bagi siswa maupun komite yang menjadi mitra sekolah.
Komite sekolah dan anggota terpilih biasanya mengikuti apa yang dikatakan kepala sekolah bukan memiliki inisiatif dan umumnya sekolah sekolah dengan minimnya SDM tersebut berperan sebatas apa yang dibutuhkan dan apa yang dimusyawarahkan berkaitan dengan anaknya yang bersekolah di sekolah tersebut, karena sebagian anggota adalah para orang tua siswa/ wali murid tesebut.
2. Permasalahan
Apakah Komite Sekolah sudah berperan dan berfungsi dalam pelaksanaannya sesuai dengan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 dan Keputusan Mendiknas No.0 44/2002?
Apakah Komite Sekolah sebagai mitra sekolah dapat berperan meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
pendidikan
di
setiap
satuan
pendidikan
dengan
konsep
Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)?
3. Tujuan
1. Mendapatkan penemuan tentang profil
dan peran
Komite Sekolah yang diterapkan secara konsekuen 2. Untuk mengidentifikasi berbagai persoalan yang timbul mengenai pengembangan pelayanan pendidikan yag bermutu yang terjangka oleh seluruh lapisan masyarakat 3. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya Komite sekolah demi memajukan dunia pendidikan 4. Mendapatkan penemuan tentang cara-cara komite sekolah
dalam
menjalankan
peranannya
dalam
penyelenggaraan pendidikan dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) 5. Memperoleh penggambaran secara mendalam tentang ketercapaian
pelaksanaan
peran
komite
madrasah
dalam memberikan jaminan keterlibatan stakeholder pendidikan dalam mendukung proses pendidikan 6. Untuk
menyusun
rekomendasi
kebijakan pemerintah Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
mengenai
efektifitas
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
7. Untuk meningkatkan Akses dan Mutu Pendidikan di Propinsi Lampung.
4. Manfaat
a. Menambah
khasanah
ilmu
pengetahuan
terutama
tentang eksistensi komite sekolah dalam pelaksanaan MBS b. Memberikan
kontribusi/gagasan
eksistensi
madrasah/
sekolah dalam pelaksanaan MBS c. Sebagai bahan masukan pembuat kebijakan dalam eksistensi komite sekolah di tingkat satuan Pendidikan di Propinsi Lampung d. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang konsep dan manfaat dari pendidikan e. menjadikan studi ini sebagai bahan masukan bagi pebuat kebijakan dalam rangka meningkatkan akses pendidikan di Provinsi Lampung f. Memungkikan mudahnya akses informasi pendidikan
5. Ruang Lingkup
Lingkup wilayah sasaran adalah 11 kabupaten Kota di Propinsi Lampung :
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
a. kota Bandar Lampung b. Kabupaten Lampung Barat c. Kabupaten Lampung Timur d. Kabupaten Lampung Tengah e. Kabupaten Lampung Selatan f. Kabupaten Lampung Utara g. Kota Metro h. Kabupaten Tulang Bawang i.
Kabupaten Way Kanan
j.
Kabupaten Tanggamus
k. Kabupaten Pesawaran
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1 Pengertian Komite Sekolah
Komite
sekolah
dibentuk
Managemen
Berbasis
mempunyai
wewenang
Pengelolaan
sekolah
sebagai
Sekolah
ini
untuk
bagian
(MBS).
Dalam
mengelola
dijalankan
dari
dengan
penerapan
MBS,
sekolah
dirinya
sendiri.
asas
partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas. Artinya dalam pengelolaan sekolah, Dewan Pendidik, khususnya kepala sekolah bekerja sama dengan masyarakat sekolah. Oleh sebab itu diperlukan wadah yang bisa dipakai oleh masyarakat sekolah untuk mengemban amanat tersebut. Wadah tersebut adalah KOMITE SEKOLAH. Dasar hukum pembentukan
komite
sekolah
adalah
Kepmendiknas
Nomor
044/U/2002. Sejak Kepmendiknas tersebut diundangkan, sudah banyak komite sekolah yang didirikan.
Berbeda dengan badan-badan dan organisasi-organisasi sejenis sebelumnya, komite sekolah mempunyai kemandirian yang lebih
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
tinggi. Kita mengenal POM (Persatuan Orang tua Murid), BPOM (Badan Persatuan Orang tua Murid), BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara membantu
Pendidikan)
sekolah
dalam
sebagai
badan-badan
penyelenggaraan
yang
pendidikan
di
sekolah, khususnya di bidang pendanaan. Ketiga badan tersebut bersifat membantu sekolah. Dalam arti ‘baru bergerak’ apabila sekolah membutuhkan. Komite sekolah berbeda dari ketiga badan yang
mendahuluinya
tersebut.
Seperti
dijelaskan
dalam
Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, peran komite sekolah tidak sekedar membantu sekolah dalam penggalangan dana. Komite sekolah mempunyai peran yang jauh lebih luas, yaitu (1) penasehat; (2) pendukung; (3) pengontrol; dan (4) mediator. Untuk menjalankan peran yang demikian besar, komite sekolah dibuat mandiri. Komite sekolah mandiri, artinya tidak di bawah koordinasi kepala sekolah, melainkan bermitra dengan kepala sekolah dalam memajukan sekolahnya
Sampai tahun 1994 mitra sekolah hanya terbatas dengan orangtua peserta
didik
dalam
wadah
yang
disebut
dengan
POMG
(Persatuan OrangTua dan Guru), tahun 1994 sampai pertengahan 2002 dengan perluasan peran menjadi BP3 (Badan Pembantu
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Penyelenggaraan
Pendidikan)
yang
personilnya
terdiri
atas
orangtua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sejak tahun 2002 wadah tersebut bertambah peran dan fungsinya sekaligus perluasan personilnya yang terdiri atas orangtua dan masyarakat luas yang peduli terhadap pendidikan yang tidak hanya di sekitar sekolah. Perbedaan yang prinsip antara BP3 dengan
Komite
keanggotaan
Sekolah
serta
adalah
dalam
dalam
pemilihan
peran dan
dan
fungsi,
pembentukan
kepengurusan.
Meski sudah diundangkan cukup lama, dan banyak sekolah sudah membentuk komite sekolah, namun secara nasional gaung komite sekolah belum nyaring. Seperti diakui oleh Depdiknas (Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah, 2004), banyak komite sekolah yang belum mampu mengemban peran dan fungsi yang diamanatkan oleh peraturan perundangan yang ada. Hal ini disebabkan banyak faktor. Salah satu faktor penting yang menjadi penyebab adalah
kurang
sangat
berperannya terbatasnya
komite sosialisasi
sekolah tentang
diantaranya peraturan
perundang-undangan yang mengatur komite sekolah. Faktor lainnya adalah pelatihan-pelatihan bagi komite sekolah masih sangat kurang. (Modul 1 : 2006;13)
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
2.2 Pembentukan Komite Sekolah pembentukan komite sekolah/madrasah harus dilakukan secara transparan, transparan
akuntabel, artinya,
dan
bahwa
demokratis. Komite
Dilakukan
Sekolah/Madrasah
secara harus
dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas, mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel
adalah
bahwa
panitia
persiapan
hendaknya
menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu, pemilihan anggota komite dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara. Dengan proses seperti ini diharapkan anggota komite sekolah/madrasah yang terpilih benar-benar mewakili berbagai unsur yang ada di dalam masyarakat serta mampu melakukan pendidikan
peran
dan
secara
fungsinya untuk meningkatkan
optimal
sesuai
harapan
mutu
masyarakat.
Berdasarkan berbagai pengalaman di banyak sekolah/madrasah, apabila
komite
sekolah/madrasah
dipilih
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
secara
transparan,
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
partisipatif, dan demokratis, maka kinerja komite sekolah/madrasah lebih bagus daripada komite yang dipilih melalui penunjukan.
Pada saat ini, secara formal hampir seluruh sekolah/madrasah di pelosok tanah air telah membentuk komite sekolah/madrasah. Pada kenyataannya keterwakilan keanggotaan komite sekolah/ madrasah masih belum luas. Kebanyakan dari mereka berasal dari orang terpandang, tokoh setempat, guru, maupun pensiunan guru. Di samping itu masih sangat jarang perempuan yang menjadi anggota komite sekolah/madrasah. Dalam kepengurusan komite sekolah/madrasah, kalaupun menjadi pengurus komite biasanya mereka dipilih atau memposisikan diri sebagai sekretaris atau bendahara.
Selain
itu
unsur-unsur
anggota
komite
sekolah/
madrasah sebagian besar belum mengacu kepada ketentuan yang ada. Dalam proses pembentukannyapun belum sepenuhnya sesuai dengan harapan dan ketentuan yang ada.
Dasar
hukum
utama
Undang-Undang
pembentukan
No.
25
tahun
Komite 2000
Sekolah
tentang
adalah Program
Pembangunan Nasional (Propenas). Rumusan Propenas tentang pembentukan Keputusan merupakan
Komite
Menteri acuan
Sekolah
Pendidikan utama
kemudian
diperjelas
Nasional
No.044/2002
pembentukan
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Komite
dalam yang
Sekolah.
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Disebutkan sebagai acuan karena pembentukan Komite Sekolah di berbagai satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan disesuaikan denga kondisi masing-masing satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan. ( Modul 1 : 2006 : 5)
2.3 Peran dan Fungsi
Komite Sekolah secara umum berperan sebagai :
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. 2. Pendukung
(supporting
agency)
baik
yang
berwujud
financial, pemikiran maupun sumbangsih/tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas
penyelenggaraan
dan
keluaran
pendidikan di satuan pendidikan. 4. Mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan
Dalam menjalankan perannannya, secara umum Komite Sekolah memiliki fungsi sebagai berikut :
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu 2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuham
pendidikan
yang
ditujukan
oleh
masyarakat. 4. Memberikan masukan, pertimbangan
dan rekomendasi
kepada satuan pendidikan dalam hal : a. Kebijakan dan program pendidikan b. Penyusunan Rencana
Anggaran dan Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS) c. Kriteria kinerja satuan pendidikan d. Kriteria tenaga kependidikan e. Kriteria fasilitas kependidikan dan f. Hal– hal lain yang terkait dengan pendidikan
5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna
mendukung
pemerataan pendidikan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
peningkatan
mutu
dan
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan 7. Melakukan evaluasi dan pengawasa terhadap kebijakan, program pemerinatah, penyelenggaraan/pelaksanaan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Modul 1 : 2006;1314).
2.4 Meningkatkan peningkatan mutu pendidikan dan peran Komite Sekolah.
2.4.1 Program kerja Komite Sekolah Sebagai sebuah organisasi yang memiliki kepengurusan, struktur organisasi, job description, AD/ART. Dan fasilitas penunjang, maka komite sekolah dalam memutarkan roda organisasi adalah dengan konsolidasi organisasi. Organisasi yang baik adalah organisasi yang dapat memiliki kesamaan visi. Salah satu tujuan akhir dari keberadaan Komite Sekolah di setiap satuan pendidikan atau kelompok adalah untuk meningkatkan
mutu
pendidikan
di
satuan
pendidikan
tersebut. Ada prinsip yang harus dipegang oleh semua anggota Komite Sekolah yaitu Komite Sekolah tidak mengambil peran
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
satuan pendidikan, tidak juga mengambil peran pemerintah atau birokrasi. Meningkatkan peningkatan mutu pendidikan melalui peran komite sekolah dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang menjadi prioritas utama bidang akademik siswa maupun guru demikian pula dengan non akademik Meningkatkan peningkatan mutu pendidikan dapat dengan mengikuti berbagai kegiatan ilmiah bagi siswa serta guru dan komite
sekolah
dapat
berpartisipasi
dalam
kontribusi
pendanaan jika Sekolah belum mencukupi finansialnya.
2.4.2 Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS )
Adalah salah satu cara pengelolaan sekolah yang pada saat ini sedang digalakkan Pemerintah, sebagai konsekuensi kebijakan desentralisasi yang melimpahkan sebagian besar kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah di berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Adalah sebuah system pengelolaan yang memmberikan kewenangan yang luas kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri. Pemberian kewenangan yang luas tersebut merupakan realisasi pelaksanaan konsep desentralisasi di
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
bidang pendidikan di tingkat terdepan yaitu sekolah. Kewenangan yang luas ini diberikan tetap dalam kerangka kebijakan pendiikan nasional yang ada, sehingga sekolah tidak berkembang semaunya sendiri. MBS menekankan agar pihak sekolah mengikutsertakan masyarakat secara intensif dan ekstensif sesuai dengan peran dan potensi masing– masing. KERANGKA PIKIR
KEPALA SEKOLAH
Komite Sekolah Sekolahomunitas Sosial
Pemerataan
Orang Tua
Perluasan Akses Masyarakat
Peningkatan Mutu Pendidikan
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Umum
Dukungan dan peranserta masyarakat yang lebih optimal sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di masingmasing sekolah/madrasah. Pemerintah telah menyediakan wadah bagi masyarakat untuk berperanserta dalam peningkatan mutu sekolah/madrasah. Wadah tersebut adalah KOMITE SEKOLAH/ MADRASAH. Berbeda dengan wadah-wadah sejenis sebelumnya, Komite Sekolah/Madrasah tidak berada dalam subordinasi kepala sekolah/madrasah. Komite Sekolah/Madrasah adalah wadah yang independen, wadah yang setara dengan dewan pendidik. Dengan sifatnya yang independen tersebut komite sekolah/ madrasah mempunyai peluang yang lebih besar untuk menjadi wadah aspirasi masyarakat dalam memajukan sekolah/madrasah. Sebagai wadah yang independen, Komite Sekolah/Madrasah memerlukan organisasi yang baik. Komite Sekolah/Madrasah harus mempunyai sistim di dalam dirinya yang mengatur hubungan di dalam dan hubungan komite sekolah/madrasah dengan pihak luar.
Oleh
sebab
itu
Komite
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Sekolah/Madrasah
harus
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
mengembangkan
struktur
organisasi,
anggaran
dasar
dan
anggaran rumah tangga. Komite Sekolah/Madrasah juga perlu mempunyai program kerja sebagai pegangan untuk menjalankan mandatnya.
Kegiatan “Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung” menggunakan metodologi analisa SWOT. Analisa SWOT adalah analisis yang mengedepankan pendekantan
Strange
(kelebihan),
wekness
(kekurangan),
Opportunity (peluang), dan Tratment (Pendekatan). Dengan analisis ini diharapkan akan memperjelas potensi dan kelayakan program-pogram sekolah yang digulirkan ke masyarakat. Sehingga program-program tersebut benar-benar sesuai dengan potensi peserta didik, potensi wilayah, dan faktor penunjang lainya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3.2
:
Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian dari studi ini adalah Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung dengan
menggunakan
Metode
penelitian
pustaka
yang
digunakan adalah melalui Modul I, II, III tentang Komite Sekolah. 3.3
Waktu Penelitian
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, bahwa Kegiatan Studi Tentang Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Propinsi Lampung dilaksanakan selama kurun waktu 120 hari kalender (3 bulan). Adapun jadwal pelaksanan terbagi 3 tahap, yaitu: 1.
Persiapan,
meliputi
pembuatan
KAK,
Administrasi,
penjadwalan, penetuan lokasi, inventaris data dasar lokasi, dan sosialisasi kegiatan. 2.
Pelaksanaan, meliputi koordinasi dengan stake holder, survei lokasi, pengumpulan data, pengolahan data.
3.
Finishing, meliputi seminar, pembuatan laporan akhir, evaluasi kegiatan.
3.3
Penelitian Lapangan Metode
penelitian
lapangan
yang
digunakan
adalah
dengan menyebarkan angket kepada responden 3.4
Sumber Data 3.4.1 Data Primer Data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian. Sumber data diperoleh melalui angket yang dibagikan kepada Kepala Sekolah, Ketua serta anggota komite maupun Guru yang terlibat dalam kegiatan/struktur organisasi Komite Sekolah khususnya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
3.4.2 Data Sekunder Data Sekunder dalam penelitian ini adalah buku panduan Komite Sekolah dengan literatur yang relevan serta internet. Pada tahapan ini dilakukan kajian atas penelitian bidang pendidikan yang pernah dilakukan di provinsi Lampung baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu juga dilakukan
pendalaman
atas
data
pelayanan
pendidikan
bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,dan efektifitas kebijakan pemerintah dalam pemerataan pendidikan dilampung sebagai pedoman awal dalam melakukan kajian. Data dalam data sekunder adalah Modul I, II, II tentang Pemberdayaan Komite Sekolah
3.5.
Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara Dilakukan dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Komite Sekolah Dewan Guru 3.6.
Observasi lapangan
Observasi
lapangan
di
wlayah
studi,
termasuk
ploting
permasalah aktual dilapangan (dibantu tim teknis/ aparatur terkait). Bahan yang digunakan adalah peta dasar dan peta tematik tertentu (sebagai bahan rechek dan revisi di lapangan).
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
3.7.
Dokumentasi
Diperoleh langsung dari data melalui pengisian angket 3.8.
Angket
Diberikan
dan diisi oleh Komite Sekolah, Kepala Sekolah dan
Dewan Guru
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Komite Sekolah
Prinsip Pembentukan Komite Sekolah atas dasar Undang-Undang No.25 Tahun 2000 serta dijabarkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.044/U/2002 yang merupakan acuan utama pembentukan Komite Sekolah pada umumnya sudah dilaksanakan di berbagai Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah. Pembentukan kepengurusan atas dasar : a. Ditunjuk langsung dalam rapat/pertemuan b. Poling dalam rapat/pertemuan c. Musyawarah dengan walimurid
Sebagian besar komite mempunyai pengurus 3 orang dengan jumlah anggota 20 orang. Anggota dan kepengurusan yang telah dibentuk umumnya dari kalangan masyarakat atau orangtua/wali murid yang peduli pendidikan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Program- program yang dikembangkan dalam setiap pertemuan kecenderungan hanya difokuskan pada perbaikan kondisi fisik sekolah.
Pengetahuan mengenai pendidikan yang nampak dari tugas sehari-hari di dalam bidang pendidikan dan pengalaman sebagai anggota BP3 kelihatannya tidak menjadi faktor utama untuk menjadi
pengurus.
Kelihatannya
pengurus
dipilih
karena
ketrampilan-ketrampilan mereka dan jaringan hubungan yang mereka miliki.
Kendala yang paling menonjol adalah usaha sekolah untuk mendanai program yang berani terutama karena perencanaan dilakukan lebih dahulu dan baru dicarikan dananya. Misalnya ada peluang untuk wirausaha hal mana semua dikelola sekolah bersama siswa, namun sebagian dewan guru menyatakan bahwa siswa tidak dididik untuk wiraswasta, padahal kreatifitas dan pengembangan soft skill sejak dini membawa siswa lebih memiliki toleransi dan menghargai hasil karya dan memperoleh apresiasi.
Komite Sekolah mendukung perawatan dan pengembangan sekolah
dengan
dana
dan
mendorong
masyarakat
membantu langsung dengan bahan dan tenaga.
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
untuk
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Hanya peran “mediator“ yang menjadi efektif dalam perannya Komite dengan Sekolah. Bahkan pengumpulan dana, suatu kegiatan yang memerlukan pemikiran dan tenaga dari komite tidak dianggap sebagai tanda keefektifan komite oleh sebagian responden.
Sebagian besar responden mengharapkan komite sekolah yang ideal di masa yang akan datang mempunyai peran yang lebih besar daripada peranannya sekarang
Lingkungan kerja dan anggota yang berkualitas sangat penting sehingga komite dapat bekerja secara efektif bersama-sama dengan sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu belajar mengajar.
4.2 Peran Komite Sekolah dan
Meningkatkan peningkatan mutu
pendidikan
Faktor yang paling dapat menentukan mutu pendidikan di sekolah adalah
Kepala
Sekolah.
Kepala
Sekolah
yang
baik
sering
memantau kelas, menemukan kesalahan guru dan memberitahu kepada
guru
pengamatan
cara kami
meningkatkan tidak
kinerjanya.
sepenuhnya
Kepala
melakukan itu, bahkan lebih banyak tidak di tempat. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Namun Sekolah
dari tidak
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Kepala sekolah yang baik harus mempunyai komitmen untuk mengembangkan sekolahnya dengan kinerja yang demokratis, namun kenyataannya berbeda. Lebih banyak memutuskan dan bekerja sendiri. Akan lebih baik memberi peluang bagi guru dan komite sekolah untuk mengembangkan gagasan atau ide bagi peningkatan mutu sekolah. Sehingga lebih terbuka, dan menjadi mitra dalam mewujudkan sekolah yang berprestasi.
Sebagian
Kepala
sekolah
memberikan
keterbukaan
dalam
berpendapat baik untuk guru dan komite sekolah, sehingga ketika pengambilan keputusan semua merasa memiliki dan merasa beertanggung
jawab
dalam
pengembangan
sekolah
yang
berkualitas
Namun kendala yang masih dirasakan adalah waktu pertemuan dengan komite sekolah terbatas, disebabkan karena sebagian masyarakat bertani dan berkebun.
Disamping itu hanya pengurus yang memiliki tanggung jawab dan memiliki peran pun hanya sewaktu-waktu jika dibutuhkan saja. Konsep Manajemen Peningkatan mutu berbasis sekolah dalam system manajemen sekolah, Komite sekolah sebagai organisasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
mitra sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya turut serta mengembangkan pendidikan di sekolah.
Namun sebagian sekolah yang dikunjungi, belum sepenuhnya melaksanakan manajemen tersebut, mengingat SDM terbatas dan kualifikasi yang masih belum memenuhi kuota. Padahal Komite Sekolah itu sendiri harus dapat menjadi organisasi yang benarbenar dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa dari masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di sekolah.
Jika pola bekerja Plan Do Check Action (PDCA) dipahami kepala sekolah dan guru, maka dapat meningkatkan peningkatan mutu sekolah itu sendiri
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
1 Pembentukan Komite baik dari kepengurusan maupun peran
dan
fungsinya
masih
mefokuskan
pada
pemungutan dana bagi pengembangan kondisi fisik sekolah
2. Manajemen berbasis Sekolah belum sepenuhnya diterapkan dalam komite sekolah, padahal komite sekolah adalah mitra sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah
3
Pola pikir, budaya, social dan ekonomi membentuk
pola pikir anggota dan pengurus komite sekolah dalam peranan dan fungsinya
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
4. .Meningkatkan peningkatan mutu guru dan siswa difokuskan
pada
pelatihan
pemberdayaan
penggunaan tekhnologi, itupun sesuai kebutuhan.
5.2 Rekomendasi
1. Peran
dan
fungsi
difokuskan pada
Komite
sekolah
sebaiknya
tidak
pengembangan kondisi fisik sekolah
melalui pertemuan-pertemuan, namun lebih kepada pengembangan
kualifikasi
siswa
dan
guru
bidang
akademik. 2. Agar lebih matang dalam perencanaan maka program program
Komite
monitoring,
sekolah
koordinasi
harus
dengan
dievaluasi sekolah
dan
begitu
di
juga
sebaliknya, sehingga kemitraan yang selama ini jadi acuan dapat memberikan kualitas/ mutu sekolah itu sendiri 3. Manajemen Berbasis Sekolah hendaknya dapat terus dilaksanakan karena akan memberikan dampak bagi pengembangan peningkatan mutu sekolah
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
DAFTAR PUSTAKA
. Modul Komite 1, 2, 3. 2006 .Depdiknas. Jakarta
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
BAB V DAFTAR ISI
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
PENGISIAN ANGKET OLEH KEPALA SEKOLAH DAN WAKIL
Lokasi Sekolah Dasar Negeri Sukapura Kec. Sumber Jaya – Lampung Barat
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009
Final Report Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung
Kegiatan Belajar Sekolah Dasar NegeriSukapura Kec. Sumber Jaya – Lampung Barat
Kegiatan Extrakulikuer di SMP N 01 Way Tenong – Lampung Barat
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Lampung 2009