PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan Kependidikan Islam
Oleh : MASHUDI NIM. 053311109
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan / Program Studi : Kependidikan Islam menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang,
Juni 2011
Saya yang menyatakan,
Mashudi NIM. 053311109
ii
KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul
: PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam. Semarang, 30 Juni 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Mufidah, M.Pd. NIP: 19690707 199703 2 001
Fahrurrozi, M.Ag. NIP: 19770816 200501 1 003
Penguji I,
Penguji II,
Dra. Ani Hidayati, M.Pd. NIP: 19611205 199303 2 001
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. NIP: 19780930 200312 1 001
Pembimbing I,
Dr. Musthofa, M.Ag. NIP: 19710403 199603 1 002
Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP: 19681212 199403 1 003
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang,
Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing I
Dr. Musthofa, M.Ag. NIP. 19710403 199603 1 002
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang,
Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: PELAKSANAAN MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG Nama : Mashudi NIM : 053311109 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag. NIP. 19681212 199403 1 003
v
ABSTRAK Judul Penulis NIM
: Pelaksanaan Manajemen Mutu Kegiatan Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang : Mashudi : 053311109
Skripsi ini mengkaji bagaimana pelaksanaan manajemen mutu yang diterapkan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Pembahasan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan akan tetapi tidak dikelola dengan maksimal dan selanjutnya kegiatan tersebut hanya akan menambah daftar masalah baru yang melingkupi sekolah. Padahal jika dipikir secara mendalam, kegiatan ekstrakurikuler merupakan ruh pendidikan kedua setelah intrakurikuler. Kedua jenis pembelajaran idealnya harus berjalan bersamaan. Dengan tujuan mengembangkan bakat, minat, dan potensi masing-masing anak. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah inspirasi bagi insan pengelola pendidikan yang lain. Rumusan masalah yang dimunculkan dalam penelitian yaitu pertama, bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Kedua, bagaimanakah ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Permasalahan tersebut dibahas menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hasil data akhir yang berupa uraian deskriptif. Metode pengumpulan data memakai teknik dokumentasi, observasi, wawancara (interview), dan triangulasi data. Adapun teknik analisis data menggunakan beberapa tahapan yaitu, reduksi data (merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dan membuang hal yang tidak perlu), display data (data hasil reduksi disajikan ke dalam bentuk naratif, tabel, grafik sehingga mudah dipahami), verifikasi data (penyimpulan hasil akhir data), dan interpretasi (meningkatkan pemahaman dengan berupaya mencari makna. Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan harus menjadi prioritas utama. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi bakat, potensi, dan minat dari masing-masing yang tentu berbeda. Pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstra di SD Islam alAzhar 29 Semarang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan diawali pada bulan Juni setiap menjelang tahun ajaran baru yang membahas jenis ekstra yang akan diselenggarakan selama satu tahun mendatang. Pelaksanaan dilakukan dengan pembagian koordinator guru ekstra, seleksi siswa peserta ekstra, menguikutsertakan siswa dalam lomba ataupun menyiapkan program sebagai sarana performance hasil belajar ekstra yang sudah dijalankan. Evaluasi dilangsungkan dengan menindaklanjuti masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan. Rumusan masalah ketercapaian prestasi di SD Islam al-Azhar 29 Semarang tidak perlu diragukan lagi. Bisa dikatakan setiap mengikuti lomba perwakilan dari SD ini selalu meraih piala. Prestasi yang telah diraih bahkan sudah mencapai tingkat nasional.
vi
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya Dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada sang revolusioner Muhammad Rasulullah SAW, yang dengan keteladanan, keberanian dan kesabarannya membawa risalah Islamiyah yang sampai sekarang telah mengangkat derajat manusia dan bisa kita rasakan buahnya. Skripsi
berjudul
“Pelaksanaan
Manajemen
Mutu
Kegiatan
Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang”. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S.1) pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Musthofa, M.Ag selaku dosen pembimbing I dan bapak Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Drs. H. Marasudin Siregar, sebagai wali studi penulis yang turut memberi masukan dan arahan selama belajar di kampus hijau. 4. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. 5. Ibu Nikmah Rahmawati, M.Si, selaku Kepala Sekolah SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 6. Ibu Siti Fadlillah, S.Ag, selaku Waka Kurikulum dan Ibu Novi Tri Retnani, S.Pd selaku Waka Kesiswaan beserta guru yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.
vii
7. Ayahanda Subadi dan Ibunda Sutiyah (Alm) tercinta yang rela ikhlas mendo’akan dan merestui penulis selama
menuntut
ilmu sehingga
memudahkan dalam menjalaninya, serta telah memberikan materi yang tiada henti tanpa mengharap balasan. 8. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang ikut membantu proses pembuatan skripsi ini. Penulis berdo’a semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak dapat pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan yang ideal, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan dalam berkarya dikemudian hari. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semuanya dan mendapat ridho dari-Nya. Amin. Amin Ya Rabbal ‘Alamiin.
Semarang, 09 Juni 2011 Penulis
Mashudi NIM.053311109
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................
ii
PENGESAHAN .......................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...........................................................................
iv
ABSTRAKSI ...........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .............................................................................
vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
ix
BAB I :
PENDAHULUAN ...................................................................
1
A. Latar Belakang....................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................
3
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...........................
4
BAB II : MANAJEMEN MUTU DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ........................................................
6
A. Kajian Pustaka ....................................................................
6
B. Kerangka Teoritik...............................................................
7
BAB III : METODE PENELITIAN........................................................
30
A. Jenis Penelitian ...................................................................
30
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................
30
C. Sumber Penelitian...............................................................
31
D. Fokus Penelitian .................................................................
31
E. Pengumpulan Data Penelitian .............................................
31
F. Analisis Data Penelitian ......................................................
35
BAB IV : MANAJEMEN MUTU EKSTRAKURIKULER DI SD ALAZHAR 29 BSB SEMARANG...............................................
36
A. Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ................................................
41
B. Ketercapaian Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang .............................
ix
57
BAB V : PENUTUP ..............................................................................
62
A. Simpulan ............................................................................
62
B. Saran ..................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kualitas kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan menjadi salah satu indikator kualitas pendidikan di dalamnya secara menyeluruh. Ekstrakurikuler seakan menjadi brand image bagi sekolah/madrasah yang akan meningkatkan bargaining price kepada calon peminatnya. Bahkan dalam sekolah-sekolah unggulan ekstrakurikuler mendapatkan prioritas utama dalam rangka mengangkat prestige sekolah yang dikelolanya. Adanya persaingan yang ketat di bidang ekstrakurikuler yang terjadi di dunia pendidikan belakangan ini menjadi bukti bahwa sekolah harus berusaha sedimikian rupa agar sekolah mampu mengelola kegiatan pendidikan secara baik dan bermutu tinggi. Bagaimana pengelola lembaga pendidikan mampu mengantarkan anak didiknya menjadi siswa berprestasi di banyak bidang dalam ajang lomba yang diadakan untuk tingkat para pelajar. Baik secara akademik maupun non akademik. Sekolah yang mampu menjadi juara dialah yang akan mendapatkan kepercayaan lebih banyak dari masyarakatnya. Fungsi ekstrakurikuler tidak saja menaikkan derajat gengsi sekolah di tengah-tengah pesaingnya. Keberadaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah perkumpulan siswa berdasarkan minat, bakat, dan kecenderungannya untuk beraktifitas dan berkreativitas di luar program kurikuler. Kegiatan ekstra di sini adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan sekolah namun pelaksanaannya di luar jam pelajaran yang tercantum dalam jadwal pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa misalnya, olah raga, kesenian, berbagai macam, keterampilan, kepramukaan, dan sebagainya.1 Ekstrakurikuler merupakan bagian pekerjaan dari manajemen kesiswaan di bawah koordinasi wakil kepala sekolah bagian kesiswaan (wakasis). 1
Tholib Kasan, Teori dan Apliaksi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press, 2005), hlm. 82.
1
2
Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa di suatu sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa baru, pembinaan siswa selama berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui suatu penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.2 Kegiatankegiatan kesiswaan dibedakan atas kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan yang dipandang sesuai dengan petunjuk kurikulum beserta penjabaran dan penafsirannya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dipandang tidak sesuai dengan dan atau bertentangan dengan “kemauan” kurikuler.3 Kegiatan ekstrakurikuler sangat bermanfaat bagi siswa khususnya untuk pembinaan kepemimpinan, keagamaan, kepekaan sosial, pendidikan bela negara, dan sebagainya.4 Kedua jenis pembelajaran ini secara bersamaan ikut menentukan kualitas outcome lembaga pendidikan. Boleh dikatakan hampir semua kegiatan di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu sangat penting untuk menciptakan kondisi agar siswa dapat mengembangkan diri secara optimal. Sebagai pemimpin pendidikan (kepala sekolah) memegang peranan penting dalam membangun kondisi yang demikian. Yaitu menyediakan fasilitas kegiatan pembelajaran kurikuler dan ekstrakurikuler dengan sebaik-baiknya demi terciptanya lulusan yang bermutu. Saat ini masih jarang sekolah yang menerapkan konsep manajemen mutu dalam kegiatan ekstrakurikuler. Biasanya sekolah hanya menyediakan layanan ekstrakurikuler akan tetapi tidak terurus dengan baik. Akibatnya program tersebut hanya menimbulkan permasalahan baru seperti besarnya anggaran yang harus dikeluarkan untuk membiayai kegiatan ekstrakurikuler siswa. Indikator baik tidaknya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah salah 2
W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran), (Malang: Elang Mas, 2007), hlm. 35. 3 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 60. 4 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 265.
3
satunya adanya prestasi lomba yang diraih dalam suatu kejuaraan. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang sudah seringkali menjadi pemenang dalam kejuaran di berbagai ajang lomba baik di tingkat Kota Semarang maupun di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan ekstra yang diselenggarakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB ini antara lain, futsal, beladiri, melukis, manari, theater, pramuka, qiro’aty, qiro’ah, tenis lapangan, drum band, in house radio (channel 29), cheerleader, kelas musik (seruling, gitar, drum, karawitan, rebana, paduan suara, angklung, pianika, dan keyboard), komputer, English habit, reading habit, swimming, field trip, dan seminar kids. Penelitian ini akan dilakukan di SD Islam al-Azhar tersebut yang membahas bagaimana penerapan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat mencetak siswa-siswa berprestasi di berbagai ajang kompetisi ekstrakurikuler sekolah.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang? 2. Bagaiamanakah
ketercapaian
pelaksanaan
manajemen
mutu
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah antara lain: a. Untuk
mengetahui
pelaksanaan
manajemen
mutu
kegiatan
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang b. Untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.
4
2. Manfaat Penelitian a. Teoritis Dalam kaca mata teoritis diharapkan akan memperkaya khazanah karya ilmiah bidang manajemen pendidikan Islam. Dan tentunya dapat menjadi bahan referensi yang akan mendukung maju kembangnya keilmuan di Indonesia. Selain sebagai bahan inspirasi bagi pengelola lembaga pendidikan Islam atau madrasah yang akan memajukan program pendidikannya di bidang ekstrakurikuler. b. Praktis Secara praktisnya dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak. Antara lain: 1) Bagi Sekolah Pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan dalam pengevaluasian/perbaikan program manajemen mutu ekstrakurikuler di dalamnya. Karena hasil penelitian akan memotret segala hal yang terjadi di dalam pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler. Baik nilai positif maupun nilai negatifnya. 2) Bagi Guru Yang dimaksud guru di sini utamanya adalah guru ekstrakurikuler. Dengan melihat hasil penelitian ini guru juga akan memahami secara betul-betul apa yang terjadi di dalam kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini. Sehingga mereka akan lebih mudah mengetahui perkembangan peserta didik yang mengikuti pembelajaran ekstrakurikuler. Dengan demikian mereka mengerti apa yang perlu diperbaiki dan apa yang perlu dipertahankan dalam kegiatan pembelajaran. 3) Bagi Siswa Manfaat yang akan didapatkan siswa yaitu mereka lebih bersemangat dalam melakukan pembelajaran ekstra karena merasa
5
bahwa keberadaanya (baca prestasinya) telah terangkum dengan baik dalam suatu karya penelitian ilmiah. Adanya peningkatan motivasi dari siswa nantinya akan memudahkan guru dalam membimbing siswa menjadi siswa yang berprestasi secara lebih meningkat lagi. 4) Bagi Orang Tua Orang tua mendapatkan gambaran kegiatan pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler di mana tempat puteranya bersekolah. Dengan demikian orang tua akan lebih mudah dalam memberikan bimbingan tambahan kepada puteranya berhubungan dengan materi ekstra di rumah. sehingga orang tua juga dapat melibat secara aktif dalam mensukseskan program pembelajaran ekstra sekolah.
6
BAB II MANAJEMEN MUTU KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
A. Kajian Pustaka Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti sebelumnya mencari hasil penelitian yang terdahulu sebagai bahan sumber masukan untuk merancang kerangkanya. Nana Syaodih Sukmadinata mengingatkan banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana sekolah, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihakpihak yang terkait dengan pendidikan.5 Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan. Dengan demikian konsep manajemen mutu harus dimengerti, dipahami dan diterapkan secara sinergis, efisien dan efektif dalam semua aktifitas lembaga pendidikan demi tecapainya tujuan, sasaran dan target produktivitas outcome sesuai kebijakan kepala sekolah. Berikut adalah karya penelitian yang berhubungan dengan topik manajemen mutu dalam pendidikan. 1. Penelitian yang dilakukan Utoyo Dimyati, mahasiswa Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, pada 2004 berjudul “Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu Madrasah (Studi Kasus di MA Banat NU Kudus)”. Beliau mengulas bagaimana lembaga mengelola komite sekolah sehingga akan menghasilkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Kedua, apa faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), (Ban dung: Refika Aditama, 2006), hlm. 8.
7
komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MA Banat NU Kudus ini.6 2. Penelitian Sugianto, mahasiswa Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2008 berjudul ”TQM dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di MAN Kendal)”. Penelitian ini membahas bagaimana penerapan TQM di madrasah tersebut, serta faktor pendukung dan penghambat terhadap penerapan TQM dan bagaimana kontribusi TQM terhadap prestasi atau kualitas MAN Kendal.7
3. Skripsi karya Asfaroni, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang dilakukan pada 2006 dengan judul ”Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MTs Infarul Ghoy Semarang Tahun Ajaran 2004/2005”. Asfaroni membahas penyusunan program peningkatan mutu, bentuk pelaksanaan manajemen, peningkatan mutu dan ketercapaian mutu PAI.8 Fokus kajian dari semua karya penelitian di atas adalah bidang manajemen
mutu dalam pendidikan.
Namun penelitian
yang
akan
dilaksanakan ini berbeda jauh dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan kajian pada bagaimana pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler dan bagaimana ketercapaian pelaksaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD al-Azhar 29 BSB Semarang.
B. Kerangka Teoritik 1. Konsep Dasar Manajemen Di dalam Kamus Oxford kata manajemen diartikan sebagai tipu daya, alat kebohongan. Manajemen berasal dari kata kerja to manage yang berarti memimpin (berusaha dan sebagainya), mengendalikan (rumah tangga, lembaga, pemerintah untuk mencapai tujuan seseorang atau 6
Utoyo Dimyati,”Manajemn Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu (Studi Kasus di MA Banat NU Kudus)”.Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2004). 7 Sugianto,”TQM dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus di MAN Kendal)”.Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008). 8 Asfaroni, ”Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di MTs Infarul Ghoy Semarang Tahun Ajaran 2004/2005” Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2009)
8
kelompok dan mempergunakan dengan tepat.9 Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen mengartikan kata tersebut sebagai proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fasilitas, dan informasi guna mencapai sasaran organisasi dengan cara efektif dan efisien.10 Dari definisi tersebut manajemen mengandung unsur-unsur yang antara lain kemampuan memengaruhi orang (pemimpin/yang dipimpin), melakukan pekerjaan, tujuan organisasi, kerjasama antara atasan dan bawahan, dan terbatasnya sumber daya.11 Keterbatasan sumber daya ini yang mengharuskan manajer untuk melakukan tindakan kreatif dan inovatif yang membutuhkan seni serta keterampilan. Tindakan tersebut yaitu mengelola sumber daya seoptimal mungkin sehingga tujuan organisasi mudah terealisasi. Kemampuan pengelolaan sumber daya inilah yang akan menjadi tugas dan kewajiban seorang manajer. Ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan dalam suatu kelompok seseorang.12 Yaitu pertama, untuk mencapai tujuan pribadi maupun tujuan organisasi. Karena secara mendasar orang-orang yang terlibat dalam suatu keorganisasian itu memiliki tujuan masingmasing yang disatukan dalam satu kesatuan visi suatu organisasi. Kedua, untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuantujuan, sasaran, dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak yang berkepentingan dalam anggota organisasi. Ketiga, untuk mencapai derajat 9
Sebagaimana dicatat Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm. 4. 10 Magdalene Lumbantoruan, B. Soewartoyo, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen, (Jakarta: Delta Pamungkas, 1997), hlm. 370. 11 Lebih lanjut Hasibuan merinci dasar-dasar manajemen yang antara lain, adanya kerja sama di antara sekelompok orang dalam ikatan formal, adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai, adanya pembagian tugas kerja dan tanggung jawab yang teratut, adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik, adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya human resource organization. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 2. 12 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2003), hlm. 6.
9
efisiensi dan efektifitas. Suatu pekerjaan organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satunya yaitu efisiensi dan efektifitas.13 Dengan
demikian
manajemen
adalah
aktifitas-aktifitas
perencanaan, pengoganisasian, pengendalian (pengawasan), penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu lembaga sehingga akan menghasilkan suatu produk atau jasa secara efektif dan efisien. 2. Definisi Manajemen Mutu Pada dasarnya manajemen mutu dapat didefinisikan sebagai suatu cara
meningkatkan
performance
secara
terus-menerus
(continous
performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua SDM dan modal yang tersedia.14 Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Menurut Stephan Uselac, yang dimaksud mutu bukan hanya produk dan jasa saja, namun juga mencakup proses, lingkungan dan manusia. Jadi, mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, proses, lingkungan dan manusia untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan guna memenuhi kebutuhan pelanggan.15 Dengan begitu mutu yaitu totalitas bentuk atau karekteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuan untuk memberikan kepuasan dan pemenuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi. Lembaga atau institusi yang efektif membutuhkan strategi-strategi yang bertujuan dan kuat agar mampu meraih hasil yang kompetitif. Agar efektif institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi 13
Efisiensi adalah kemampuan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar atau melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Adapun efektifitas yaitu kemampuan untuk memilih tujuan dengan tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dengan kata lain melakukan pekerjaan dengan benar (doing things right). 14 Vincent Gaspersz, Total Quality Management, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 6 15 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm. 3
10
mutunya yang mencakup, misi yang jelas dan distingtif, fokus pelanggan yang jelas, strategi untuk mencapai misi, keterlibatan seluruh pelanggan baik
internal
maupun eksternal dalam
mengembangkan
strategi,
pemberdayaan staf dengan cara menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam memberi kontribusi maksimum pada institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif, dan penilaian atau evaluasi efektifitas institusi dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan pelanggan.16 ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan manajemen mutu sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengpenerapankannya melalui alat-alat seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu, dan peningkatan mutu. Tanggung jawab untuk manajemen mutu ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management), dan penerapannya harus melibatkan semua anggota organisasi. Sedangkan manajemen mutu menurut dalam buku Total Quality Management (TQM), merupakan sistem manajemen yang mengangkat mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.17 Meskipun manajemen mutu dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya manajemen mutu berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Konsep manajemen mutu lebih dikenal dengan istilah Total Quality Management (TQM). Konsep TQM pertama kali dikemukakan oleh Nancy Warren, seorang behavioral scientist di United States Navy.18 Istilah ini mengandung makna every process, every job, dan every person. Untuk
16
Edward Sallis, Total Quality Manajement in Education (Manajemen Mutu dalam Pendidikan),(Terj.) (Yogyakarta: Ircisod, 2008), hlm. 244. 17 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Op.Cit, hlm. 4 18 Ety Rochaety, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 97.
11
mendefinisikan TQM bisa didasarkan dengan dua sudut pandang. Aspek pertama menguraikan apa TQM. TQM disefinisikan sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus tas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi. Aspek kedua menyangkut cara mencapainya berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri dari:19 a. Fokus pada pelanggan (internal dan eksternal) b. Berorientasi pada kualitas c. Menggunakan pendekatan ilmiah d. Memiliki komitmen jangka panjang e. Pendidikan dan pelatihan f. Menerapkan kebebasan yang terkendali g. Memiliki kesatuan tujuan h. Dan melibatkan dan memberdayakan (empowering) karyawan. Secara hakikat implementasi TQM berujuan untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang tejadi dalam hasil yang dicapai dari aktifitas yang telah direncanakan dalam kegiatan manajemen. Dengan demikian manfaat yang diperoleh dari implementasi TQM yaitu antara lain:20 a. Mutu terjaga dengan baik b. Merupakan metode pencegahan menemukan secara dini kesalahan c. Mengurangi jumlah kesalahan d. Memperbaiki hubungan dengan pelanggan dan masyarakat stakeholder e. Sebagai tolok ukur tercapainya suatu visi dan misi f. Menunjukkan di mana letak kesalahan atau kekurangan Demikian uraian tentang manejemen mutu. Setiap kegiatan dalam manajerial suatu institusi mutu adalah salah satu agenda utama yang harus
19
Ibid. Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (QM in Education), (Semarang: Ghyyas Putra, 2009), hlm. 14. 20
12
terus ditingkatkan sehingga mencapai standar mutu21 yang maksimal. Begitupun untuk manajemen pendidikan. 3. Manajemen Mutu dalam Pendidikan Menghadapi era global negara-negara di dunia mendukung berlakunya pasar bebas dan persaingan di semua sektor. Adanya persaingan inilah yang menuntut adanya implementasi konsep total quality management (TQM) atau manajemen mutu untuk terus bertahan di tengah dinamika zaman. Tentu saja persaingan ini juga akan terjadi pada sektor pendidikan. Pendidikan di Indonesia merupakan salah satu aset pembangunan yang mempunyai potensi sangat besar dalam menghadapi era globalisasi tersebut. Di dalam lembaga pendidikan terdapat konsentrasi sumber daya, peralatan, intelektual, kreatifitas, dan inovasi lainnya. Persaingan yang terjadi adalah akibat tuntutan masyarakat yang menginginkan jasa pendidikan yang bermutu. Masyarakat mengharapkan proses pendidikan yang lebih berkualitas baik proses maupun outcome yang dihasilkan. Di lingkungan pendidikan Indonesia implementasi TQM dalam pengelolaan jasa pendidikan belum begitu meluas. Implementasi TQM di dunia pendidikan di Indonesia secara terkonsep dan terangterangan belum dilaksanakan. Pantaslah jika manajemen lulusan tidak berdaya saing tinggi dan keluaran yang dihasilkan tidak terdeteksi dengan baik. TQM dapat digunakan untuk menerapkan isu-isu strategi dalam paradigma baru pendidikan di Indonesia.22 Lembaga pendidikan dengan program studinya harus selalu mengevaluasi diri dengan penerapan TQM agar diterima oleh pasar dan keluaran yang dihasilkan mampu berdaya saing, bernilai guna serta mempunyai harga jual yang tinggi. Lembaga pendidikan dapat dikatakan ideal dan mampu dikenal serta diterima pasar kerja jika lembaga pendidikan tersebut mempunyai 21
Standar mutu adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai dasar pembanding kuantitas, kualitas, nilai, dan hasil karya yang ada. Dengan kata lain standar mutu adalah usaha meningkatkan hasil produksi yang lebih baik dan jam kerja yang lebih pendek dengan menentukan patokan berdasarkan perhitungan dan pengukuran tertentu. Standar mutu ini terdiri dari spesifikasi produk, bahan, dan kemampuan proses. Ibid, hlm. 17. 22 Suranto, Ibid., hlm. 25.
13
daya tarik, dapat dipertanggungjawabkan, mampu memberikan kebutuhan pasar, mempunyai nilai tambah, berinteraksi, serta bertindak aktif untuk berubah, sehingga mampu menghasilkan generasi yang berguna. Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana sekolah, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan.23 Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya mutu lulusan. Banyaknya masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak bermutu, program manajemen mutu menjadi suatu aspek manajemen pendidikan yang amat mendesak untuk dilaksanakan. Untuk melaksanakan program mutu diperlukan beberapa dasar yang kuat, yaitu sebagai berikut:24 a. Komitmen pada perubahan Pemimpin atau kelompok yang menerapkan program mutu harus memiliki komitmen atau tekad untuk berubah. Pada intinya peningkatan mutu adalah melakukan perubahan kea rah yang lebih baik dan lebih berbobot. Lazimnya perubahan tersebut menimbulkan rasa takut, sedangkan komitmen dapat menghilangkan rasa takut. b. Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada Banyak kegagalan dalam
melaksanakan perubahan karena
melakukan sesuatu sebelum sesuatu itu jelas. c. Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan
23
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 8. 24 Ibid., hlm. 8-9.
14
Hendaknya perubahan yang akan dilakukan berdasarkan visi tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah, dan peluang yang akan datang. d. Mempunyai rencana yang jelas Mengacu pada visi, sebuah tim menyusun rencana dengan jelas. Rencana menjadi pegangan dalam proses pelaksanaan program mutu. Pelaksanaan program mutu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Faktor ini akan selalu berubah sehingga rencan itu harus selalu di update sesuai dengan perubahan. Tidak ada program mutu yang stagnan. Program mutu pendidikan merefleksikan lingkungan pendidikan di mana pun ia berada. Semua dasar di atas menjadi penting bagi pengelola program mutu dalam suatu lembaga pendidikan. Selain mengetahui dasar-dasar tersebut ada juga beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan di antaranya yaitu:25 a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional dalam bidang manajemen pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan alat yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan dalam memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita. b. Kesulitan
yang
dihadapi
para
profesional
pendidikan
adalah
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu yang ada. c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar bekerja sama dengan sumber yang terbatas. Para profesional pendidikan
harus
membantu
siswa
dalam
mengembangkan
kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global. d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas, 25
Ibid., hlm. 10-11.
15
dan pimpinan kepala sekolah mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi. Uang tidak menjadi penentu dalam kebijakan peningkatan mutu. e. Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktifitas, dan kualitas pelayanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan yang baru atau model pembelajaran, pembimbingan, dan pelatihan untuk membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan masalah, dan mengembangkan program baru. f. Banyak profesional pendidikan kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan atau takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana mengatasi tuntutan baru. g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai secara langsung dalam pendidikan tetapi membutuhkan penyesuaian dan penyempurnaan. Budatya, lingkungan, dan proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan haris dibekali oleh program yang khusus dirancang untuk menunjang pendidikan. h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan kepala sekolah dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua, maupun masyarakat. Mutu bermanfaat bagi pendidikan karena akan meningkatkan pertanggungjawaban (responsibility) sekolah kepada masyarakat dan atau
16
pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada sekolah, menjamin mutu lulusannya, staf bekerja lebih profesional, dan meningkatkan persaingan yang sehat.26 Wilayah mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dikatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana pembelajaran yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non akademik siswa meraih angka tinggi. Outcome bermutu apabila lulusan cepat terserap dunia kerja, gaji wajar, dan semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas. Mutu sekolah adalah semua komponen yang berada dalam sistem pendidikan. Artinya sekolah tidak hanya dinilai dari hasil semata, melainkan sinergitas berbagai komponen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan bermutu. Maka dalam hal ini usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui beragam pilihan cara di bawah ini:27 a. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasinoal atau ujian daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes bakat, sertifikasi kompetensi, dan profil portofolio. b. Membentuk kelompok belajar sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kelompok atau kooperatif. c. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka sekolah pada jam-jam libur. d. Meningkatkan
pemahaman
dan
penghargaan
belajar
melalui
penguasaan materi dan penghargaan atas pencapaian prestasi akademik.
26
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 481. 27 Fandy Tjiptono dan A. Diana, Op.Cit., (Yogyakarta: Andi, 2003), hlm. 4-5.
17
e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kegiatan pembelajaran selain bidang akademik yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja, membuat daftar riwayat hidupnya, dan mengembangkan portofolio pencarian pekerjaan. Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat terlaksana tanpa pemberian kesempatan sebesar-besarnya pada sekolah yang merupakan ujung tombak terdepan untuk terlibat aktif secara mandiri mengambil keputusan tentang pendidikan. Sekolah harus menjadi bagian utama sedangkan masyarakat dituntut partisipasinya dalam peningkatan mutu yang telah menjadi komitmen sekolah demi kemajuan masyarakat di mana lembaga pendidikan itu berdiri.28 Peningkatan mutu hanya akan berhasil jika ditekankan adanya kemandirian dan kreatifitas sekolah. Proses pendidikan menyangkut berbagai hal di luar proses pembelajaran. Seperti misalnya, lingkungan sekolah yang aman dan tertib, misi dan target mutu yang ingin dicapai setiap tahunnya, kepemimpinan yang kuat, harapan yang tinggi dari warga sekolah untuk berprestasi, pengembangan diri, evaluasi terus menerus, komunikasi dan dukungan yang intensif dari pihak orang tua, masyarakat maupun komite sekolah sebagai wadah peran serta masyarakat. 4. Pengertian Ekstrakurikuler Yang dimaksud kegiatan ekstrakurikuler di sini ialah kegiatan pendidikan yang diaksanakan sekolah namun pelaksanaannya di luar jamjam resmi. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan pribadi siswa karena walaupun tidak secara langsung menuju kegiatan kurikuler yang berdampak pada pengajaran namun berdampak pengiring yang
kemungkinan
hasilnya
akan
berjangka
panjang.
Tujuan
estrakurikuler adalah agar siswa dapat memperkaya dan memperluas
28
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 51.
18
wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan nilai dan sikap demi untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.29 Program ekstra ini harus lebih ditujukan kepada kegiatan yang sifatnya kelompok sehingga kegiatan itupun didasarkan atas pilihan siswa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen ekstrakurikuler yaitu peningkatan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan, dorongan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa, penetapan waktu dan obyek kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, dan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat disediakan seperti pramuka, olahraga, dan sebagainya.30 Kegiatan
ekstrakurikuler
merupakan
salah
satu
program
manajemen pendidikan bidang manajemen peserta didik. Peserta didik menurut ketentuan umum pasal 1 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, jenis pendidikan tertentu. Dengan kata lain peserta didik adalah mereka yang sedang mengikuti program pendidikan pada suatu sekolah atau jenjang pendidikan tertentu. Adapun pengertian manajemen peserta didik (pupil personil administration) yaitu suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas maupun di luar kelas seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai matang di sekolah.31 Manajemen ini dimulai dari peserta didik masuk sekolah sampai ia lulus sekolah.
29
W. Mantja, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidika dan Pengajaran, (Malang: Elang Mas, 2007), hlm. 40. 30 Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press, 2007), hlm. 82. 31 Karwanto Abdullah, Bahan Mata Kuliah Manajemen Kesiswaan./Peserta Didik, Program Studi Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun Akademik 2008/2009.
19
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatankegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Sehingga proses pembelajarn bisa berlangsung lancar, tertib, teratur, dan memberikan konstribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Sedangkan fungsinya sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, segi aspirasi, segi kebutuhan, dan segi potensi yang perlu dikembangkan lainnya. 5. Jenis-jenis Ekstrakurikuler Proses pembelajaran (kegiatan kurikuler) pada suatu sekolah dibedakan atas dua jenis, yaitu kegiatan intrakurikuler dan kegiatan ko kurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang tercantum dalam jadwal pelajaran. Kegiatan ko kurikuler adalah kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal pelajajaran akan tetapi menunjang secara langsung
tehadap
kegiatan
intrakurikuler.
Sedangkan
kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang tidak tercantum dalam jadwal pelajaran tetapi menunjang secara tidak langsung tehadap kegiatan intra kurikuler. Sungguhpun menunjang secara tidak langsung tetapi efek jangka panjangnya terutam bagi pengembangan pribadi peserta didik secara utuh sangatlah penting. Kegiatan ekstrakurikuler (ekstra kelas) ini juga diklasifikasikan lagi menjadi dua macam. Yaitu kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan ko kurikuler.32 Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang diselenggarakan di luar jam sekolah yang biasanya dilaksanakan sore hari bagi sekolah yang masuk pagi dan dilaksanakan pada pagi hari bagi sekolah yang masuk sore. Seringkali kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa. Misalnya, olah raga, kesenian, berbagai macam keterampilan, dan kepramukaan. 32
Amir Daien, “Pengelolaan Kesiswaan”, dalam Hendyat Soetopo, Manajemen dan Organisasi Sekolah, (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm. 120.
20
Sedangkan kegiatan ko kurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Misalnya mempelajari buku-buku pelajaran tertentu, mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan dapat juga berbentuk melakukan kegiatan beberapa hari di luar sekolah. Dalam kegiatan ko kurikuler jenis ini para siswa melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan partisipasi (pengabdian) masyarakat. Seperti contoh, memperbaiki jalan yang rusak, membantu melakukan penghijauan, mengajar membaca dan menulis kepada warga masyarakat, melatih berbagai macam keterampilan sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. 6. Tujuan Ekstrakurikuler Dengan memperhatikan kegiatan ko kurikuler dan ekstrakurikuler maka betapa besar fungsi dan maknanya kegiatan tersebut bagi siswa. Miller, Mayer, dan Patrick sebagaimana dikutip Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang dalam “Manajemen dan Organisasi Sekolah”, menunjukkan berbagai macam fungsi kegiatan ekstra ini. Mereka menunjukkan bahwa kegiatan ekstra mampu memberi sumbangan yang berarti bagi siswa, bagi pengembangan kurikulum, dan bagi peningkatan efektifitas adiministrasi dan bagi masyarakat. Secara lebih merinci mereka menyebutkan sebagai berikut:33 a. Contributions to students 1) To provide opportunities for the pursuit of established intersets and the developmen of new interset (Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan minat dan menemukan minat-minat baru). 2) To educate citizenship through experiences and insight that stress leadership, fellowship, cooperation, and independent action (Menanamkan rasa tanggung warga negara melalui pengalamanpengalaman dan pandangan-pandangan, terutama pengalaman kepemimpinan, kesetiakawanan, kerjasama, kegiatan-kegiatan mandiri. . 33
Ibid., hlm. 122-125.
21
3) To develop school spirit and morale (Meningkatkan semangat dan moral sekolah). 4) To provide opportunities for satisfying the gragarious urge of children and youth (Memberi kesempatan kepada anak-anak dan remaja untuk mendapatkan kepuasan dalam kerjasama bersama kelompok). 5) To encourage moral and spiritual development (Mengembangkan aspek moral dan spiritual anak). 6) To strengthen the mental and physical health of student Meningkatkan kekuatan mental dan jasmani).. 7) To provide for a well rounded of student (Mengenal secara lebih baik). 8) To widen student contants (Memperluas hubungan dan pergaulan). 9) To provide opportunities for student to exercise thaeir creative capacities more fully (Memberi kesempatan kepada mereka untuk berlatih mengembangkan kemampuan kreatifitasnya secara lebih baik). b. Contributions ti curriculum improvment 1) To suplement or enrich classroom experiences (Untuk melengkapi dan memperkaya pengalaman kelas). 2) To explore new learning experiences which may ultimately be incorporated into the curriculum (Untuk menggali pengalamanpengalaman belajar baru yang mungkin dapat dipadukan secara tepat dalam kurikulum). 3) To provide additional opportunity for individual and group guidance
(Untuk
memberikan
kesempatan
tambahan
bagi
bimbingan individu atau bimbingan kelompok). 4) To motivate calkssroom intructions (Untuk memotivasi pengajaran kelas).
22
c. Contributions to more effective school administration 1) To foster more effective teamwork between students, faculty, and adminstrative and supervisory personnel (Untuk meningkatkan efektifitas kerja sama antara para siswa, guru, staf administrasi, dan supervisi). 2) To integrate more closely the several diviosions of the school (Untuk lebih mempersatupadukan berbagai bagian dalam sekolah). 3) To provide less restricted opportunities designed to assist youth in the worth-while utilization of the spare time (Untuk memberikan sedikit pengetahuan dalam rangka membantu para remaja dalam menggunakan waktu senggangnya). 4) To enable teachers better understand the forces that motivate pupils as raect as they to many of the problematic situation with which they are confronted (Untuk memberi kesempatan yang lebih baik kepada guru agar lebih memahami kekuatan-kekuatan yang dapat memotivasi para siswa dalam memberikan respon terhadap berbagai situasi problematik yang mereka hadapi). d. Contributions to community relations 1) To promote better school and community relations (Untuk meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat secara lebih baik). 2) To encourage greater community interest in and supprt of the school (Untuk mendorong perhatian masyarakat yang lebih besar dari masyarakat dalam membantu sekolah). Demikianlah betapa besar fungsi dan arti kegiatan ekstrakurikuler dalam menuju tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tentu hal ini dapat terwujud manakala pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, khususnya pengaturan siswa, peningkatan disiplin siswa, dan semua para petugas. Kita menyadari bahwa mengatur siswa di luar kelas biasanya lebih sulit daripada mengatur mereka di dalam kelas. Apabila kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak tentulah hal ini
23
memerlukan peningkatan administrasi yang lebih tinggi. Kepekaan para pengelola
khususnya
penanggungjawab
pengaturan
siswa
sangat
diperlukan. Kepala sekolah sebagai manajer harus melakukan hal-hal berikut: 34 a. Mengidentifikasi kegiatan ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan di sekolah. b. Menunjuk koordinator untuk setiap kegiatan. c. Meminta setiap koordinator untuk menyusun program kerja yang akan menjadi bagian dari rencana kegiatan sekolah. d. Memonitor pelaksanaannya. 7. Manajemen Mutu dalam Ekstrakurikuler Dalam pengembangan mutu pendidikan kepala sekolah perlu memerhatikan segala sisi garapan manajemen dalam lembaga. Sebagai kepala sekolah tentu ia bertanggung jawab atas semua kegiatan manajemen pendidikan yang dilakukan dalam lembaganya. Manajemen pendidikan didefinisikan sebagai segala aktivitas dalam mengatur, mengkoordinasikan, dan memanfaatkan sumber daya organisasi bagi pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.35 Efektif mengacu kepada perbandingan hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Efisien mengacu kepada perbandingan hasil yang dicapai dengan biaya, tenaga, dan sumber sarana prasarana yang digunakan. Sekolah sebagai suatu unit organisasi pendidikan merupakan wadah kerja sama kelompok orang (guru, staf, kepala sekolah, dan siswa) untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Pencapaian tujuan sekolah baik 34
Syafaruddin, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 265. Dari segi proses manajemen bidang apapun hampir tidak berbeda karena senantiasa dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan pengawasan. Yang membedakan antara manajemen bidang satu dengan bidang lainnya adalah aspek substansinya atau bidang garapannya. Jadi yang membedakan antara manajemen pendidikan dengan manajemen ekonomi atau layanan publik yang lain yaitu bukan pada prosesnya melainkan pada aspek substansinya. Dalam hal ini yang menjadi substansi manajemen pendidikan yaitu manajemen kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, manajemen tenaga kependidikan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan, dan manajemen partisipasi masyarakat. Karwanto Abdullah, “Ruang Lingkup dan Topik-topik Umum untuk Penelitian Manajemen Pendidikan”, (Semarang: IAIN Walisongo, 6 September 2005), hlm. 4. 35
24
secara kuantitas dan kualitas sangat tergantung pada orang-orang yang terhimpun di dalam lembaga (sekolah) itu. Utamanya adalah peran pokok yang dimainkan kepala sekolah melalui kepemimpinannya dengan membangun dan mempertahankan semangat kerja yang positif dan tinggi. Dengan
kata
lain
kepala
sekolah
dituntut
untuk
menjalankan
kepemimpinan yang mampu menciptakan semangat kerja guru dan staf lain yang tinggi. Kaitannya
dengan
dimensi
kepemimpinan
kepala
sekolah,
hendaknya kepala sekolah menjadi pemimpin yang efektif bagi siswanya, para guru, masyarakat dan orang tua siswa. Kegiatan peran kepala sekolah kepada pembinaan siswa ini mencakup pengembangan potensi-potensi dasar setiap siswa, membantu siswa agar memiliki kehidupan yang lebih baik, dan mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, emosional, dan fisik.36
Peran
semacam
inilah
yang
melatarbelakangi
adanya
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan. Sehingga keragaman potensi alamiah yang dimiliki oleh setiap siswa dapat dikembangkan secara maksimal berdasarkan bakat dan minat masingmasing dari siswa. Di dalam sekolah unggulan kegiatan ekstrakurikuler ini mendapatkan tempat prioritas utama pengembangan potensi peserta didik. Sehingga ia menyediakan segala jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan oleh guru-guru yang berbeda. Untuk
mengoptimalkan
program
mutu
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler harus menganut pada asas-asas konsep mutu yang pada awalnya dikembangkan dalam organisasi non pendidikan, seperti perusahaan pabrikasi atau perusahaan yang berorientasi pada hasil produk. Sejatinya antara lembaga pendidikan dengan organisasi pabrikasi memiliki kesamaan yaitu untuk meningkatkan hasil produk. Bedanya dalam lembaga pendidikan yang menjadi bahan dasar (input) adalah manusia dan hasil akhir berupa produk manusia pula (hasil keluaran/outcome). Menurut
36
W. Mantja, Op.Cit., hlm. 50.
25
pendapat Philip Crosby ada beberapa langkah yang harus digulirkan untuk mensukseskan program mutu. Yaitu antara lain:37 a. Komitmen Manajemen (Management Commitment) Hal ini adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin penting yang disepakati oleh semua para ahli mutu. Komitmen ini harus dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu, yang harus singkat, jelas, dan dapat dicapai. b. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team) Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan program yang akan diimplementasikan melalui organisasi. Karena setiap bagian organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan dan kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tugas utama dari tim peningkatan mutu adalah untuk menentukan bagaimana menspesifikan kegagalan dan peningkatan mutu. c. Pengukuran Mutu (Quality Measurement) Hal ini dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian saat ini atau yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentuk-bentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dengan organisasi layanan. Bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan pemeriksaan, data statistik, dan data umpan balik dari pelanggan. d. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality) Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya pembongkaran,
biaya
inspeksi,
dan
biaya
pemeriksaan.
Mengidentifikasi biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal yang penting untuk dilakukan. e. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness) Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan 37
Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 113-118.
26
untuk
mengimplementasikan
program
yang
dicanangkan
Tim
Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team). Hal ini memerlukan pertemuan atau rapat yang teratur antara pihak manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan
masalah-masalah spesifik dan
bertujuan mengatasinya. Informasi tentang program peningkatan mutu harus dikomunikasikan. Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang konstan. f. Kegiatan Perbaikan (Correction Actions) Para pengawas harus bekerja sama dengan staf untuk memperbaiki mutu yang rendah. Metode yang sistematis diperlukan untuk mengatasi masalah. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu bisa digunakan dengan aturan Paretto bahwa 20 persen yang berkaitan dengan proses menyebabkan munculnya 80 persen masalah.38 g. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defact Planning) Program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim Peningkatan
Mutu
yang
juga
bertanggung
jawab
terhadap
implementasinya. Seluruh staf harus menandatangi kontrak formal untuk mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka. h. Menekankan perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training) Pelatihan ini penting bagi manajer agar mereka memahami peranan mereka dalam proses peningkatan mutu. Pelatihan ini juga bisa dilakukan melalui program pelatihan formal. Ini krusial bagi para staf yang melaksanakan peranan manajemen menengah. 38
Alat dalam TQM ada tujuh macam yang biasa digunakan. Pertama, Checshit. Yaitu alat yang digunakan untuk mengelompokkan data secara sederhana, pengisiannya dengan angka dan tanda yang berkonsentrasi pada karakteristik yang diamati. Kedua, Diagram Pencar yang digunakan untuk mengetahui hubungan penyebab atau karakteristik suatu mutu yang diamati. Ketiga, Histogram yaitu alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui distribusi atau penyebaran data yang ada. Keempat, Diagram Paretto atau yang digunakan untuk memisahkan unsur penting dengan unsur yang tidak penting dari penyebab terbesar penyebab masalah. Kelima, Diagram Sebab Akibat yaitu alat yang diterapkan untuk mengetahui faktor penyebab masalah. Keenam, Stratifikasi atau alat untuk mengelompokkan kumpulan data sebab-sebab kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama. Ketujuh, Grafik pengendali yaitu alat yang dipakai berupa tampilan data yang berupa grafik garis yang mencantumkan batas maksimum dan batas minimum. Selengkapnya cari keterangan dalam Suranto, Op.Cit., hlm. 48-53.
27
i.
Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defacts Day) Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa cacat. Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta untuk menyoroti dan merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan Komitmen Manajemen metode tersebut.
j.
Penyusunan Tujuan (Goal Setting) Begitu kontrak kerja untuk melakukan tanpa cacat dibuat dan ideide tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat maka sangat penting untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju oleh tim harus spesifik dan terukur.
k. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal) Langkah
ini
harus
dimaksudkan
agar
para
staf
dapat
mengkomunikasikan kepada manejemen tentang situasi-situasi tertentu yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam periode waktu tertentu. l.
Pengakuan (Recognition) Penting untuk memberikan apresiasi kepada mereka yang berpartispasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu. Tidak semua orang bekerja karena menginginkan uang semata. Oleh karena itu penghargaan tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan, bisa dengan berupa hadiah atau sertifikat. Yang utama adalah pengakuan bukan uang.
m. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Council) Ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan yaitu mengikutsertakan para staf tenaga profesional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik. Bagian dari peran Dewan Mutu adalah mengawasi efektifitas program dan menjamin bahwa proses peningkatan mutu tersebut terus berlanjut.
28
n. Lakukan Lagi (Do it Over Again) Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi. Lembaga pendidikan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, atau Perguruan Tinggi) merupakan salah satu sarana formal, wadah penyiapan dan pembekalan bagi generasi yang akan datang dalam penempaan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan pembelajaran harus dilangsungkan dengan konsisten dan loyalitas yang tinggi bagi setiap pengemban pelaksana proses belajar mengajar. Peningkatan mutu selalu dicanangkan dan dilaksanakan secara terus menerus (countinous improvement) untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan bermutu tinggi. Evaluasi harus dilakukan secara dini sebagai langkah perbaikan untuk menuju hal yang diinginkan lembaga secara bersama.39 Karena itu setiap lembaga harus melakukan evaluasi, baik evaluasi manajemen, evaluasi kinerja, maupun evaluasi positioning program studi yang dikelola. Evaluasi sebagai langkah perbaikan dilaksanakan dari lapisan manajemen yang paling bawah sampai manajemen yang teratas. Evaluasi secara menyeluruh akan menghasilkan tujuan yang optimal. Perbaikan secara totalitas yang terdiri dari perbaikan dan peningkatan hasil outputnya melalui perbaikan input yang berupa mutu sumber daya manusia, metode pembelajaran, alat fasilitas penunjang, informasi yang lengkap, manajemen yang canggih dan optimal, pengajar yang bermutu, lembaga penelitian dan pengembangan (Puslitbang) dan 39
Sebagai sebuah pendekatan TQM mencari sebuah perubahan permanen dalam tujuan organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktikkan TQM akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya. Untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seorang manajer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatantingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam kerangka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi yang sudah diketahui. Edward Sallis, Op.Cit., hlm. 76.
29
pengabdian yang terpadu, kegiatan proses belajar mengajar yang terintegrasi, metode pembelajaran yang akurat, motivasi pembelajaran yang tinggi, sistematis dan berkonsep ilmiah, serta lingkungan belajar yang kondusif. Dalam menciptakan tujuan yang optimal dalam meningkatkan mutu pendidikan salah satu cara evaluasi yang dilakukan adalah mengevaluasi permasalahan dari setiap program studi yang dikelola. Dalam hal manajemen mutu dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maka yang menjadi tekanan utama dalam evaluasi adalah bagaimana pengelolaan kegiatan ekstra ini diperbaiki seoptimal mungkin sehingga keluaran yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diarapkan dari adanya pengembangan kegiatan ekstra di sekolah ini. Pembelajaran yang baik dengan penerapan TQM yaitu untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Terdapat lima komponen dalam pencapaian mutu pembelajaran di sekolah. Di mana lima komponen itu saling berinteraksi yang sinergis dalam pencapaian mutu. Komponen tersebut yakni evaluasi diri, otonomi, transparansi, akuntabilitas, dan akreditasi.
30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian maka diperlukan suatu metode. Sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang akan diteliti. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana langkah-langkah penerapan manajemen mutu yang dilakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Dengan hasil penelitian yang berupa uraian kata-kata deskriptif. Untuk itu peneliti memakai metode kualitatif. Jenis kualitatif didefisinikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.40 Peneliti memilih metode kualitatif karena dengan metode ini semua data yang behubungan dengan manajemen mutu di SD Islam al-Azhar BSB Semarang ini bisa digali dengan tuntas. Diharapkan melalui pendekatan kualitatif peneliti mampu mendeskripsikan data secara akurat serta telah melalui tahap saturate. Sehingga hasil penelitian ini betul-betul menjawab semua rumusan permasalahan yang diajukan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Penelitian akan diadakan selama satu bulan. Yaitu sejak tanggal 02 Mei s/d 01 Juni 2011 waktu penelitian terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan pertama digunakan untuk survey pendahuluan. Kedua, proses pencarian data di lapangan. Ketiga, tahapan pelaporan atau penulisan hasil penelitian. Berikutnya waktu dipakai untuk proses pembimbingan oleh dosen skripsi dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian (Ujian Munaqosah).
40
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 5.
31
C. Sumber Penelitian Yang menjadi sumber penelitian di sini yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator ekstrakurikuler, dan guru atau pelatih ekstrakurikuler yang ada di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Dari kepala sekolah akan dihasilkan data bagaimana sistem koordinasi antara semua pihak yang bertugas melaksanakan
program
ekstarkurikuler.
Bagaimana
kepala
sekolah
mengendalikan orang-orang yang terlibat di sekolahan sehingga mengarah pada manajemen mutu. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan bertugas memberikan data seputar proses pengkoordinasian antara koordinator ekstra, guru ekstra, dan siswa. Sedangkan dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum akan diungkap bagaimana proses perumusan struktur kurikulum ekstra. Dari koordinator ekstra akan dihasilkan data hubungannya dengan kegiatan pengawasan di lapangan saat pembelajaran berlangsung bersama siswa. Peneliti mencarai data dari guru ekstra yang berupa bagaimana proses manajemen pembelajaran ekstra. Mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini.
D. Fokus Penelitian Peneliti memfokuskan penelitian pada pelaksanaan manajemen mutu ekstrakurikuler
yang
dilakukan
dan
ketercapaian
manajemen
mutu
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Fokus pertama akan membahas bagaimana kegiatan perencanaan mutu, pelaksanaan mutu, dan evaluasi manajemen pelaksanaan mutu yang dijalankan.
E. Pengumpulan Data Penelitian Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian ialah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
32
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik yang peneliti pakai yaitu
antara
lain,
teknik
observasi,
wawancara,
dokumentasi,
dan
triangulasi/gabungan data. 1. Interview (wawancara) Wawancara berarti proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan yang mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung iniformasi-informasi atau keterangan dari responden. Dengan kata lain wawancara adalah suatu metode untuk memperoleh fakta atau informasi dari responden secara lisan. Interview atau wawancara juga diartikan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini peneliti sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi peneliti melakukan interview kepada orang-orang yang terlibat di dalam kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Wawancara dalam penelitian ini berlangsung dari alur umum ke khusus sehingga harus melewati beberapa tahapan. Wawancara tahap pertama bertujuan memberikan deskripsi dan orientasi awal perihal masalah atau subjek yang dikaji. Tema-tema yang muncul pada tahap ini kemudian diperdalam, dikonfirmasikan pada tahap wawancara berikutnya. Demikian seterusnya hingga mencapai derajat saturate. Wawancara dilakukan bersama pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler. Pihak-pihak tersebut di antaranya: kepala sekolah, guru ekstra, siswa, dan pihak orang tua wali siswa. Dari kepala sekolah peneliti menginginkan data tentang bagaimana pengaturan perencanaan program ekstrakurikuler, bagaimana job description, dan bagaimana proses pengawasan program yang dilakukan. Bersama guru ekstra
peneliti
mengupas
data
bagaimana
pelaksanaan
program
ekstrakurikuler dijalankan. Diharapkan data yang diperoleh dari guru ekstra ini menambah informasi tentang pelaksanaan manajemen mutu
33
kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar ini. Kepada siswa peneliti mencari data bagaimana kesan dan pesan mereka terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Dari orang tua siswa peneliti mewawancarai tentang pendapat mereka tentang kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan anaknya di sekolah ini. Data yang diburu dengan teknik wawancara ini pada dasarnya untuk mengkonfirmasi data yang didapat pada saat peneliti melakukan observasi. Keterangan atau informasi dari semua responden ini kemudian dikomparasikan dan disimpulkan. Selanjutnya data tersebut dipaparkan dalam laporan data penelitian. Peneliti akan mengemukakan pertanyaan tentang tahapan-tahapan manajemen mutu apa saja yang dilakukan di sekolah dan faktor-faktor pendukung dan penghambat serta solusi yang ditemukan
dalam
melakukan
manajemen
mutu
untuk
kegiatan
ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Informasi seputar tahapan manajemen mutu dan penghambat serta solusi ini dibutuhkan untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian. 2. Observasi Metode observasi yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan fungsi pancaindera yakni indera penglihatan sebagai alat bantu utamanya untuk melakukan pengamatan langsung.41 Adapun observasi yang lazim digunakan dalam studi kualitatif adalah observasi partisipatif (observasi berperan serta).42 Dalam praktiknya di lapangan peneliti mengamati bagaimana para guru ekstra mengkondisikan siswanya saat akan memulai pembelajaran
ekstrakurikuler,
bagaimana
pengelolaan siswa
yang
dilakukan dalam kelas, dan bagaimana guru mendisiplinkan siswa saat pembelajaran ekstrakurikuler berlangsung. Diharapkan dengan teknik observasi ini peneliti betul-betul bisa mengamati secara langsung manajemen mutu itu diaplikasikan di SD Islam al-Azhar 29 BSB 41
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 229. Agus Salim dan Ali Formen, “Pengantar Berpikir Kualitatif (Menuju Objektifitas Penelitian Sosial di Indonesia)” dalam Teori dan Paradigma, (Yogyakarta: UNY Press, 2004), hlm. 14. 42
34
Semarang. Hasil data dari observasi kemudian dipertegas lagi dengan teknik wawancara. Dengan begitu peneliti mendapatkan data baik secara mengamati langsung dan mendengarkan informasi melalui teknik wawancara. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.43 Dokumen merupakan catatan peristiwa lampau. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode
observasi
dan
wawancara
dalam
penelitian
kualitatif.44 Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan point-point pokok pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler, fasilitas pendukung dan penghambat serta solusi pemecahan yang diterapkan dalam pelaksanaan manajemen mutu yang dilakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Data dokumen yang dibutuhkan dari penelitian ini antara lain arsip data kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler yang meliputi program kerja, sirkulasi keuangan, prestasi yang diperoleh, struktur kepengurusan, keuangan, dan data peserta kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang terletak di daerah perumahan elit ini. Melalui arsip program kerja peneliti menganalisis apakah program kerja yang dirumuskan itu sudah mencapai kesuksesan, artinya berhasil dijalankan. Dari data sirkulasi keuangan peneliti berusaha menaksir biaya yang mesti dibutuhkan untuk pelaksanaan manajemen mutu. Struktur kepengurusan menyediakan data siapa saja pihak yang mesti terlibat dalam proses manajerial mutu. Data peserta kegiatan ekstrakurikuler digunakan
43
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. hlm. 231. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 82. 44
35
untuk
mendapatkan
siapa
saja
yang
tergabung
dalam kegiatan
ekstrakurikuler ini. Data yang diperoleh melalui dokumentasi berupa jejak rekam atau sekilas kegiatan ekstrakurikuler yang pernah dijalankan di SD ini pada waktu lampau. Data tersebut kemudian dijadikan dasar untuk memetakan tahapan-tahapan
manajemen
mutu
yang
dilakukan
di
kegiatan
ekstrakurikuler SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. 4. Triangulasi Data Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.45 Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai
pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Dalam pelaksanaannya peneliti akan melakukan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara dengan kepala madrasah dalam konteks pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler yang di lakukan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cek dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa penelitian untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen mutu di sekolah lembaga penelitian ini. Triangulasi dibutuhkan untuk memastikan bahwa data sudah valid. Antara data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara itu sudah sama. Dengan kata lain triangulasi data bertujuan untuk menghindari adanya informasi yang saling berseberangan satu sama lain. Setelah peneliti mendapatkan data dengan keempat teknik di atas kemudian peneliti mensistematisasikan ke dalam beberapa catatan hasil penelitian untuk selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan penelitian.
F. Analisis Data Penelitian
45
Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm. 330.
36
Analisis data dalam sebuah penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena dengan analisis inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir dalam penelitian. Analisis data merupakan proses mencari dan menata data dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Data yang terkumpul yang masih bersifat rumit dan kompleks direduksi (merangkum dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting, dan membuang hal yang tidak perlu. Data hasil reduksi disajikan (display data) ke dalam bentuk naratif, table, grafik sehingga mudah dipahami. Setelah itu baru menyimpulkan dan verifikasi data. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (interpretasi).46 Model analisis data penelitian dapat ditunjukkan dengan gambar berikut: Gambar 3.1 Model Analisis Data Data Collection Data Reduction
Data Display Conclusion s/Verifying
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 338. Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dalam hal ini peneliti menggunakan metode analisis yang disebut analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip Lexy J. Moleong analisis data kualitatif dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,
46
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 338-345.
37
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.47 Penelitian ini juga bersifat deskriptif, yang mana penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bekerja dengan cara berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek apa adanya atau dapat dikatakan sesuai dengan fakta.48 Oleh karena itu, dalam analisis data ini peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan bagaimana inovasi manajemen madrasah yang di lakukan oleh SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan pengumpulan data. Peneliti dalam hal ini akan menyusun secara sistematis data-data yang diperoleh dari hasil observasi, interview, dokumentasi, dan triangulasi data kemudian dilanjutkan dengan mendeskripsikan dan menginterpretasikan bagaimana pelaksanaan manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam analisis data ini yaitu mengumpulkan semua data yang didapat
melalui teknik
pengumpulan data di atas. Selanjutnya mengolah dan memilah-milah data yang akan dicantumkan dalam laporan penelitian. Setelah semua data diolah dan ditulis baru kemudian dicarikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hasil perolehan data lapangan yang didukung oleh referensi ilmiah yang tertuang dalam bab II.
47
Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 248. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 157. 48
38
BAB IV MANAJEMEN MUTU EKSTRAKURIKULER DI SD ISLAM AL-AZHAR 29 BSB SEMARANG
C. Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang Dalam mengembangkan kualitas ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang Kepala Sekolah, Nikmah Rachmawati, mengakui perlunya sinergisasi yang intensif antarberbagai komponen lembaga. Komponen itu antara lain pihak Yayasan HIMSYA, Kepala Sekolah, Bagian Kesiswaan, Bagian Kurikulum, Koordinator Ekstrakurikuler (di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang setiap jenis kegiatan ekstra telah ditetapkan seorang koordinator yang bertugas mengelola program kerja ekstra masing-masing, mengabsen kehadiran siswa, mendampingi saat kegiatan pembelajaran ekstra berlangsung, membantu proses penilaian hasil belajar ekstra siswa, dan menyampaikan hasil nilai tersebut ke bagian kurikulum), Guru Ekstra, dan peserta didik kegiatan ektra itu sendiri. Untuk mengoptimalkan kinerja dari masing-masing pihak di atas kepala sekolah memiliki strategi-strategi yang handal untuk mengantisipasi dan mencairkan setiap permasalahan yang terjadi (problem solving) dalam kegiatan ekstrakurikuler. Menurut penuturan beliau, “Kunci keberhasilan suatu manajemen organisasi terletak pada komunikasi yang harmonis antarberbagai elemen yang bekerja di organisasi tersebut. Dan yang tidak kalah penting lagi selain komunikasi yaitu adanya gambaran visi ke depan yang jelas, apa yang harus dilakukan, tujuan apa yang hendak dicapai, indikator target kerja, apa yang harus dihindari, dan fungsi pemberdayaan dari setiap lini baik yang berada di bawah maupun yang di atas.”49 Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB ini antara lain, futsal, beladiri, melukis, manari, theater, pramuka, qiro’aty, qiro’ah, tenis lapangan, drum band, in house radio (channel 29), 49
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada 2 Mei 2011 di ruang kepala.
39
cheerleader, kelas musik (seruling, gitar, drum, karawitan, rebana, paduan suara, angklung, pianika, dan keyboard), komputer, English habit, reading habit, swimming, field trip, dan seminar kids. Masih berdasarkan penuturan kepala sekolah, “Kerberhasilan manajemen mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini tidak serta merta dihasilkan oleh satu atau dua orang saja. Akan tetapi ini merupakan hasil kerja tim yang berkarya dan berkreatifitas untuk memajukan program ekstra yang selama ini dijalankan. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang berhasil menjuarai berbagai ajang lomba baik di tingkat kecamatan bahkan di tingkat nasional menjadi upah atas segala jerih payah yang telah kami usahakan sepanjang ini.” Kegiatan pengelolaan organisasi membutuhkan tahapan-tahapan yang sistematis untuk memudahkan setiap langkah yang harus dijalankan. Tahapan kerja yang semrawut mengakibatkan hasil kerja yang berantakan pula. Demikian halnya adanya ketertiban dalam bekerja menjadi salah satu indikator keberhasilan secara administrasi maupun di lapangan. Ada beberapa langkah yang dijalankan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang untuk mengembangkan mutu kegiatan pembelajaran ekstrakurikulernya. 1. Perencanaan Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang Setiap menjelang tahun pelajaran baru SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang mengadakan rapat kerja awal tahun yang biasanya diadakan pada bulan Juli. Rapat ini membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan terkait kegiatan ekstrakurikuler untuk satu tahun ke depan. Hal-hal yang terkait tersebut antara lain, penentuan jenis-jenis program ekstrakurikuler, berapa kuota siswa yang harus dicapai (sebagai syarat minimal dibukanya satu jenis ekstra. Syarat jumlah minimal peserta untuk satu program ekstra yaitu 10 anak), siapa yang akan menjadi koordinator, jadwal ekstra, dan pengelompokkan siswa. Semua permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan ekstra akan dibahas di rapat kerja awal tahun ini. Seperti yang dikemukakan bagian kesiswaan, Novita Tri Retnani, dalam kegiatan pengelolaan manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang diperlukan beberapa pertimbangan sebelum
40
program itu betul-betul dilaksanakan oleh koordinator ekstra bersama guru ekstra.50 Pertimbangan itu antara lain, jumlah siswa yang meminati mengikuti satu cabang ekstra, jumlah cabang ekstra yang akan dibelajarkan selama satu tahun mendatang, dan spesifikasi kemampuan di bidang jenis ekstra tertentu guru ekstra, kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah berkaitan dengan jenis kegiatan ekstra yang menunjang keberhasilan manajemen ekstra, dan prospek cabang ekstra ke depan apakah nantinya ada kejuaran yang melombakan jenis ekstra tersebut. Pertimbangan yang terakhir itu karena tujuan akhir dari kegiatan ekstra di SD ini adalah menghasilkan prestasi lomba di luar sekolah. Selanjutnya baru sekolah bisa memutuskan program ekstra selama setahun mendatang. Hal lain yang dipertimbangkan dalam kegiatan perencanaan ini yaitu pemilihan guru ekstra yang tepat (guru yang benar-benar menguasai kompetensi ekstra), seleksi siswa yang tepat (siswa yang memiliki potensi, bakat, serta minat terhadap salah satu ekstra), dan prospek adanya lomba antarsekolah. Untuk menyikapi hal ini sekolah akhirnya mengagendakan beberapa program yang akan menfasilitasi kemungkinan tidak adanya ajang lomba dari jenis ekstra yang dibelajarkan, yaitu dengan menampilkan ekstra pada saat sekolah menggelar kegiatan intern. Seperti pada peringatan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) seperti pada saat memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan RI, Hari Kartini, Hari Kebangkitan Nasional, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya. Atau pada saat sekolah membuat program PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) misalnya, Peringatan Maulid Nabi, Peringatan Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW, Nuzulul Qur’an, dan lain-lain. . Secara umum tahapan yang dilalui dalam kegiatan perencanaan ini, pertama rapat kerja awal tahun selanjutnya dilakukan tindak lanjut dari hasil rapat tersebut. Follow up dibahas intern oleh koordinasi antara kepala 50
Kelas Nuh.
Berdasarkan studi wawancara dengan bagian kesiswaan pada 3 Mei 2011 di Ruang
41
sekolah dengan kesiswaan. Berikutnya melibatkan bagian kurikulum untuk menentukan siapa koordinator dari masing-masing cabang ekstra yang akan digalakkan satu tahun ke depan itu. Setelah koordinator dari masingmasing
jenis
ekstra
terpilih
kemudian
setiap
koordinator
akan
berkoordinasi dengan guru atau tenaga pengajar ekstra untuk membahas program atau strategi yang akan dilaksanakan selama setahun mendatang. Koordinasi antara koordinator ekstra dengan guru ekstra menghasilkan perencanaan pembelajaran ekstra yang berbentuk silabus, prota, dan promes. Silabus yang disusun untuk kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar ini tidak berbeda jauh dengan silabus yang digunakan untuk setiap mata pembelajaran utama (intrakurikuler). Yaitu terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, kegiatan, indokator, alokasi waktu, dan teknik evaluasi. Silabus ini dibuat oleh setiap guru ekstra dan diserahkan kepada bagian kurikulum untuk selanjutnya disampaikan kepada kepala sekolah untuk disahkan. Di samping silabus guru ekstra juga wajib melampirkan prota dan promes sebagai acuan waktu kegiatan pembelajaran ekstra. Di sinilah bedanya manajemen ekatra di SD Islam al-Azhar dengan sekolah yang lain. Karena biasanya kegiatan ekstra di lembaga lain seakan tidak terurus dan programnya tidak tertata dengan rapi seperti halnya yang dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Dalam kegiatan pembelajaran semua guru mempersiapkan silabus, buku prestasi, buku pendamping, lembar absensi kehadiran siswa, kartu kendali.51 Selain hal-hal yang telah disebutkan tadi perangkat lain yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan qiroa’ty dibutuhkan tape recorder (alat audio) maka sekolah menyiapkan itu. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang berusaha menyediakan perangkat pembelajaran sekiranya memang betul-betul dibutuhkan. 51
Berdasarkan hasil studi wawancara dengan salah satu koordinator jenis cabang ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang pada 3 Mei 2011.
42
Di antara pihak yang terlibat dalam kegiatan perencanaan manajemen mutu ini yaitu pihak yayasan yang diwakili kepala sekolah, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, guru pengajar, dan semua staf serta karyawan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Kegiatan perencanaan mutu dilakukan setiap tahun menjelang pembukaan tahun pelajaran baru yaitu pada bulan Juli. 2. Pelaksanaan Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang Pelaksanaan manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang pertama kali dilakukan pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS). Kegiatan MOS juga bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai cabang ekstra kepada siswa baru dan juga diperuntukkan untuk menarik minat siswa baru untuk mengikuti kegiatan ekstra yang akan diselenggarakan. Dengan kata lain sebagai upaya penjaringan minat dan bakat siswa baru. Dalam kegiatan MOS ini semua siswa kelas I-VI wajib mengikuti. Tidak hanya siswa baru saja. Karena di lembaga ini ada jenis-jenis kegiatan ekstra yang ditawarkan oleh sekolah. Ada yang jenis ekstra wajib, ekstra pilihan, dan ekstra mandiri. Untuk ekstra wajib setiap siswa diharuskan mengikuti tanpa terkecuali. Sedangkan untuk yang pilihan siswa bebas memilih kegiatan apa yang mereka kuasai dan mereka minati. Adapun yang mandiri ini siswa boleh memilih atau tidak. Karena ekstra mandiri semua biaya dibebankan kepada wali murid. Berbeda dengan ekstra wajib dan pilihan, semua biaya ditanggung oleh pihak sekolah. Berikut adalah daftar ekstrakurikuler yang dijalankan di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang.52
52
Berdasarkan Studi Dokumentasi Program Kerja Ekstrakurikuler SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
43
Tabel 4.2 Daftar Ekstrakurikuler No. 1.
Kelompok Ekstra Ekstra Pilihan
Jenis Ekskul Menari
Beladiri/Silat
Pildacil
Bentuk dan Tujuan Kegiatan Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, minat, dan menyediakan wadah bagi kreatifitas anak didik. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Melakukan latihan rutin sesuai jadwal b. Mempersiapkan setiap murid untuk mengikuti perlombaan setiap saat c. Mempersiapkan setiap murid untuk tampil dalam pertunjukan-pertunjukan yang diadakan sekolah Latihan jurus dan ketahanan fisik. Adapun kegiatannya yaitu: a. Melakukan latihan rutin sesuai dengan jadwal b. Mempersiapkan setiap murid peserta ekskul bela diri untuk mengikuti perlombaan Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, minat, anak dalam bidang keagamaan, keberanian diri untuk audiensi dan berdiplomasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Melakukan latihan rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan b. Mengikutsertakan murid untuk mengikuti perlombaan di berbagai tingkat baik kecamatan sampai dengan nasional dengan target juara c. Mempersiapkan murid untuk tampil dalam berbagai jenis pertunjukan yang diadakan di sekolah
Jadwal Rabu
Rabu
Rabu
44
Melukis
Drama/Theatre
Futsal
Qiro’ah/Tilawa h
d. Mengikusertakan murid untuk tampil di berbagai acara di luar sekolah Menstimulasi dan mengembangkan bakat dan minat anak di bidang seni lukis. Kegiatan yang dilaksanakan yaitu: a. Melakukan pembelajaran melukis sesuai dengan jadwal dengan tema yang bervariasi b. Setiap selesai melukis hasil lukisan dipajang di lingkungan sekolah c. Mempersiapkan setiap murid untuk mengikuti perlombaan mewarnai di berbagai event di tingkat kecamatan dan kota Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak di bidang seni acting dan melatih kepercayaan diri. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai dengan jadwal b. Mempersiapkan murid-murid untuk tampil dalam pertunjukan yang diadakan oleh sekolah yang mengakomodasikan semua jenis elstrakurikuler Latihan menendang, membawa, dan mengoper bola. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai dengan jadwal b. Mempersiapkan murid untuk mengikuti lomba Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak dalam bidang seni membaca al-Qur’an. Kegiatan yang dilakukan: a. Melakukan latihan rutin sesuai dengan jadwal b. Mempersiapkan murid-murid untuk tampil di setiap kegiatan
Rabu
Rabu
Rabu
Rabu
45
2.
3.
4.
Ekstra Wajib
Ekstra Mandiri
Kelas Musik
baik PHBI/PHBN atau kegiatan lainnya baik yang berskala kecil maupun besar c. Mempersiapkan murid untuk mengikuti perlombaan di berbagai event Pramuka/Kepan PU, PUK, Latihan baris berbaris, duan latihan ketangkasan, dan permainan siaga (life skill) Qiro’ati Menstimulasi dan mengembangkan potensi, bakat, dan minat anak dalam membaca al-Qur’an Tenis Lapangan Menstimulasi dan mengembangkan potensi, minat, dan bakat anak dalam bermain olah raga tenis lapangan B. Inggris Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam berbahasa Inggris Drum Band Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam bermain drum band Jaritmatika Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam berhitung dan ilmu Matematika Rebana a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik rebana b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri Pianika a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat dan musik pianika b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri Keyboard a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik keyboard
Kamis
SeninJumat
Sabtu, 09.0011.00 Jumat, 14.0016.00 Sabtu, 09.0011.00 Sabtu, 09.0011.00 Selasa
Selasa
Selasa
46
Angklung
Seruling
Bass
Gitar
Gamelan
Drum Band
b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik angklung b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik seruling b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik bass b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik gitar b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik gamelan b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik drum band b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Selasa
Selasa
Selasa
Selasa
Sabtu
47
Drum
a. Menstimulasi dan mengembangkan bakat, minat, dan bakat dalam menggunakan alat musik drum b. Menciptakan lagu dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Selasa
Setelah masa sosialisasi ekstra (MOS) berakhir koordinator ekstra dan guru ekstra melakukan koordinasi untuk menentukan siswa yang akan mengikuti program ekstra ini. Yang menjadi perhatian di sini yaitu ketika ingin menentukan siswa yang akan menjalani kegiatan ekstra pilihan. Kira-kira siapa yang layak dan tidak layak. Berpotensi atau tidak berpotensi. Untuk menyikapinya sekolah melakukan penyebaran angket kepada orang tua. Angket ini berisi pertanyaan seputar keinginan orang tua dan anak untuk mengikuti kegiatan ekstra apa yang akan dipilih. Setelah angket disebarkan dan diisi orang tua tahap berikutnya mengadakan penyaringan siswa atau seleksi berdasarkan minat dan bakat potensi siswa masingmasing. Dan setelah itu pihak sekolah kembali bermusyawarah bersama orang tua yang bertujuan menyampaikan hasil kesepakatan guru ekstra tentang keputusan siapa saja yang berpotensi dan tidak betrpotensi untuk mengikuti program ekstra-ekstra tertentu. Jenis ekstra yang peminatnya kurang dari 10 anak maka akan ditiadakan kecuali cabang tilawah karena memang jenis ekstra ini membutuhkan bakat seni yang tinggi dan tidak semua siswa bisa mengikuti.53 Dalam pelaksanaan manajemen mutu ekstra kepala sekolah berkoordinasi dengan kesiswaan, kesiswaan berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra bekerja sama dengan guru pengajar untuk mengatasi pembelajaran ekstra bersama siswa di lapangan. Kepala sekolah meminta pertanggungjawaban melalui bagian kesiswaan, bagian kesiswaan nantinya berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan 53
Berdasarkan hasil studi wawancara dengan bagian kurikulum pada 3 Mei 2011.
48
koordinator ekstra meminta laporan kegiatan dari guru ekstra. Pengawasan dilakukan semacam ini. Menurut bagian kesiswaan, pada saat pelaksanaan manajemen mutu ini sekolah juga melibatkan pihak luar sekolah untuk ikut andil dalam penjaminan mutu ekstra yang diadakan sekolah. Bagian kesiswaan akan menampung semua komplain permasalahan yang berasal dari orang tua siswa misalnya. Sekolah membebaskan stakeholder untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif. Dalam menindaklanjuti kritik dan saran ini bagian kesiswaan akan berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk memecahkan permasalahan yang tejadi. Tidak ada kritik dan saran yang tidak ditindaklanjuti. Semua akan dibahas secara tuntas. Pelaksanaan pembelajaran ekstra dari setiap guru ekstra berbedabeda. Jadi setiap guru bertanggung jawab penuh atas kegiatan pembelajaran ekstra yang diampunya masing-masing. Begitu juga dengan metode pembelajaran yang dipakai. Intinya semua guru ekstra tidak diperkenankan untuk melaksanakan dengan metode yang monoton. Sekolah telah memiliki segala fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk semua jenis kegiatan ekstra. Di sini tergantung guru memberikan materi kepada siswa. Makannya guru ekstra dituntut sekreatif mungkin dalam merencanakan kegiatan pembelajaran maupun pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas semuanya berada di tanggung jawab guru ekstra bagaimana ia menjalankan tugasnya dengan baik. Pihak sekolah hanya menyediakan fasilitas pembelajaran untuk memudahkan serta meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Ketika ditanya persoalan kendala yang tejadi dalam kegiatan manajemen pembelajaran ekstra ini kepala sekolah menuturkan, “Kendala yang sering terjadi yaitu banyaknya siswa yang ingin berpindah pilihan ekstra.” Menurutnya, “Biasanya anak terpengaruh dengan prestasi temannya di bidang ekstra yang lain. Hal ini akan mempersulit administrasi karena berkaitan dengan pengisian nilai raport. Setiap nilai
49
raport akan dimasukkan ke dalam buku raport sebagai bahan pelaporan kepada orang tua. Berikutnya bila terjadi guru ekstra yang berhalangan hadir untuk mengajar. Jika yang terjadi demikian maka koordinator yang akan mengisi kekosongan guru itu.” Menyikapi kendala di atas kepala sekolah akhirnya menentukan kebijakan baru yaitu siswa tidak diperkenankan berpindah cabang jenis ekstra yang lain kecuali pada awal semester atau akhir semester. 3. Evaluasi Manajemen Mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang Evaluasi dilakukan dengan sebelumnya diawali dengan proses pengawasan dari berbagai pihak di lembaga. Pengawasan manajemen mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan. Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali laporan itu diberikan kepada kepala sekolah. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi.54 Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan yang berbentuk peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan tidak bisa diberikan ampun maka diadakan open house (berkunjung ke rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anaknya kepada orang tua). Dalam kunjungan itu guru memberikan informasi yang berkaitan dengan anaknya. Baik hal-hal yang positif anak maupun sisi negatif anak. Kunjungan ini sekaligus meminta bantuan kerja sama antara sekolah 54
Berdasarkan hasil studi wawancara dengan kepala sekolah pada 2 Mei 2011.
50
dengan pihak orang tua untuk ikut terlibat dalam pengembangan program ekstra yang dicanangkan oleh sekolah. Setidaknya dengan adanya kunjungan ini orang tua lebih mengetahui perkembangan kualitas anak selama mengikuti kegiatan ekstra di sekolah bersama teman yang lainnya. Permintaan pihak sekolah kepada orang tua biasanya untuk bisa ikut andil dalam pengawasan pendidikan anak selama berada di lingkungan keluarga. Partisipasi orang tua diharapkan akan memberikan bimbingan tambahan terkait materi pembelajaran ekstra. Penjaminan mutu yang dilakukan di SD ini yaitu dengan cara pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan. Dalam hal ini koordinasi dilakukan setiap saat. Hal yang sering digunakan untuk melakukan pengawasan yaitu melalui SMS (pesan singkat) atau berbicara langsung melalui handphone. Kepala sekolah mengawasi kinerja bagian kesiswaan, bagian kesiswaan meminta laporan dari koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta pertanggungjawaban dari guru ekstra.55 Teknik evaluasi pembelajaran ekstra yang diterapkan bervariasi. Ini menyesuaikan dengan jenis item yang akan dievaluasi. Biasanya penilaian yang sering dilakukan di sekolah ini yaitu penilaian yang sifatnya praktikum. Jarang sekali yang menggunakan teknik untuk mengukur ranah kognitif karena pada dasarnya pembelajaran ekstra ini di luar jam pelajaran sekolah dan bertujuan mengembangkan bakat dan minat siswa masing-masing. Kegiatan evaluasi diselenggarakan setelah selesai melakukan pembelajaran per indikator. Setiap akhir pertemuan guru ekstra mesti melakukan evaluasi.56 Kegiatan penilaian ekstra di sekolah yang berada di perumahan elite ini seperti pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler umumnya. Jadi ada aspek penilaian pengamatan harian, keaktifan, absensi, dan nilai akhir. Berbeda dengan sekolah yang lain, di SD Islam al-Azhar siswa menerima raport yang berisi hasil penilaian khusus kegiatan ekstrakurikuler. Di 55 56
Ibid. Berdasarkan hasil studi wawancara dengan guru ekstra pada 2 Mei 2011.
51
sinilah keunggulan kegiatan ekstra di SD Islam al-Azhar. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat siswa untuk berlatih mengasah bakatnya sehingga menjadi siswa berprestasi baik di tingkat intern sekolah maupun pada saat mengikuti kejuaraan umum bertanding dengan sekolahsekolah yang lain.57 Proses kegiatan manajemen dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang secara kontinyu ini diharapkan akan mampu menghasilkan prestasi baik yang berupa fisik (piala atau piagam) atau performance dalam kegiatan intern sekolah. Pada akhir tindak penilaian ini guru ekstra, koordinator ekstra, bagian kesiswaan, bagian kurikulum, dan kepala sekolah melakukan koordinasi lagi untuk mengevaluasi program ekstra selama setahun. Penilaian ini didasarkan dari detail perencanaan yang berisi target, indikator keberhasilan dari setiap jenis ekstra yang diagendakan, dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang sekolah.
D. Ketercapaian Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Prestasi bidang ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar sudah tidak diragukan lagi. Pencapaian prestasi yang telah diraih bahkan telah sampai pada tingkat nasional. Perolehan prestasi puncak ini mengindikasikan kualitas manajemen mutu yang digerakkan di sekolah yang berada di daerah Mijen Semarang ini. Kemenangan dalam ajang lomba tidak saja dialami oleh siswanya akan tetapi banyak juga sebagian guru yang menyabet gelar juara pada saat lomba antarguru. Misalnya saja ketika mengikuti lomba pembuatan alat peraga pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Semarang, salah satu delegasi sekolah ini mendapatkan gelar juara I. Delegasi guru pada waktu itu diwakili Khoirul Umam. Kegiatan lomba tingkat Kota Semarang yang digelar antarguru ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010.
57
Berdasarkan hasil studi wawancara dengan kepala sekolah pada 3 Mei 2011.
52
Selain prestasi yang diperoleh Khoirul Umam, Endah Wulandari juga berhasil memenangkan tropi juara III untuk cabang lomba Storytelling. Yaitu lomba bercerita dalam bahasa Inggris. Lomba bercerita ini diselenggarakan oleh Penerbit Erlangga Kota Semarang. Menurut penuturan kepala sekolah, pengikutsertaan guru dalam berbagai ajang lomba dijadikan penyemangat bagi siswa secara umum untuk bisa mengikuti jejak gurunya dalam meraih penghargaan dalam berbagai kejuaraan. Sehingga hal ini akan menjadi cambuk penyemangat bagi siswa dan siswa akhirnya temotivasi secara terus menerus untuk bisa berprestasi serta membawa nama baik lembaga dengan memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan ekstrakurikuler. Berikut adalah catatan prestasi yang telah diraih oleh siswa di bidang kegiatan ekstrakurikuler.58 Prestasi selama setahun ke belakang ini menjadi bukti bahwa SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang memang betul-betul mampu dan berhasil mengelola fungsi manajemen mutu ekstrakurikuler. Bisa dikatakan setiap mengikuti lomba wakil siswa dari SD ini selalu mendapatkan gelar juara. Baik itu di tingkat kecamatan Mijen, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, maupun pada tingkat nasional. Akibat dari pencapaian prestasi ini kepala sekolah pernah mendapatkan penghargaan kepala sekolah berprestasi se-Kota Semarang pada tahun 2010. Tabel 4.3 Catatan Prestasi SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang tahun 2010/2011 No. Bulan Prestasi Lomba Tingkat 1. Januari 2010 Juara I Strorytelling Kota Semarang 2. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Kupu- Kecamatan Mijen kupu 3. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Bebas Kecamatan Mijen 4. Februari 2010 Juara I Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 5. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Bebas Kecamatan Mijen 6. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 7. Februari 2010 Juara 2 Renang Gaya Dada Kecamatan Mijen 8. Februari 2010 Juara 3 Fashion Show Kota Semarang 9. Februari 2010 Juara Harapan 3 Fashion Show Kota Semarang 10. Februari 2010 Juara 3 Storytelling Kota Semarang 11 Februari 2010 Juara I Galang Manunggal Kota Semarang 58
Semarang.
Berdasarkan Studi Dokumen Prestasi tahun 2010-2011 SD Islam al-Azhar 29 BSB
53
12. 13. 14. 15.
Februari 2010 Februari 2010 Februari 2010 Februari 2010
Juara 3 Juara 3 Juara 2 Juara Harapan 2
16.
Februari 2010
Juara I
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Februari 2010 Februari 2010 April 2010 April 2010 April 2010 April 2010 April 2010 April 2010 April 2010 Juni 2010 Agustus 2010 Agustus 2010 Agustus 2010 Oktober 2010 November 2010 November 2010 Desember 2010 Maret 2011
Juara 3 Semifinal Juara I Juara I Juara I Juara Harapan 2 Juara 3 Juara 2 Tropi Walikota Juara I Juara I Juara 3 Juara I Juara I Juara 3 Harapan 2 10 Besar Juara 2
35.
Maret 2011
Juara I
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Maret 2011 Maret 2011 Maret 2011 Maret 2011 Maret 2011 Maret 2011 Maret 2011
Juara 3 Juara 2 Juara 3 Juara 3 Juara I Juara I Juara I
43.
Maret 2011
Juara I
Galang Manunggal Pesta Siaga (Pa) Pesta Siaga (Pi) Olimpiade dan Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang PKn/B.Indonesia Olimpiade dan Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Dai Cilik Futsal Olimpiade Sains Melukis Puisi Pidato Festival Seni Pidato Fashion Show Storytelling Futsal Spelling Bee Spelling Bee Storytelling Rebana Mapel B. Inggris Mapel B. Inggris Cipta Baca Puisi Olimpiade da Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Komputer Olimpiade da Uji Kompetensi al-Azhar se-Indonesia Bidang Dai Cilik Pesta Siaga (Pa) Pesta Siaga (Pi) Pesta Siaga Futsal POPDA Cabang Silat POPDA Cab. Renang Olimpiade Sains Matematika Olimpiade Sains IPA
Kota Semarang Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen Nasional
Nasional
Kota Semarang Kota Semarang Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang Kota Semarang Kota Semarang Kota Semarang Kota Semarang Kota Semarang Kota Semarang Kota Semarang Kecamatan Mijen Provinsi Jateng Provinsi Jateng Provinsi Jateng Nasional
Nasional
Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen Kota Semarang Kota Semarang Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen Kecamatan Mijen
54
44. 45.
Mei 2011 Mei 2011
Juara 2 Juara 2
Kempo Dokter Kecil
Kota Semarang Kecamatan Mijen
Data prestasi di atas ini hanya sebagian dari pencapaian yang dilakukan di luar sekolah. SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang seringkali menggelar kegiatan intern sekolah untuk memfasilitasi hasil dari pembelajaran ekstranya. Seperti misalnya inagurasi musik. Semua cabang ekstra kelas secara bersamaan menampilkan hasil belajarnya.
E. Pembahasan Untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang komprehensif peneliti sekiranya perlu membahas perihal strategi manajemen mutu yang dilakukan SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang dihubungkan dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab II. Dalam hal ini peneliti akan mengkomparasikan teori yang telah diungkapkan oleh Philip Crosby. Menurut pendapat Philip Crosby ada beberapa langkah yang harus digulirkan untuk mensukseskan program mutu. Yaitu antara lain: 1. Komitmen Manajemen (Management Commitment) Seperti yang telah diterangkan dalam bab II komitmen manajemen adalah hal yang krusial menuju sukses dan merupakan poin penting yang disepakati
oleh
semua
para
ahli
mutu.
Komitmen
ini
harus
dikomunikasikan dalam sebuah statemen kebijakan mutu, yang harus singkat, jelas, dan dapat dicapai. Dalam mengaplikasikan konsep komitmen ini kepala sekolah tidak enggan untuk mengintruksikan perintah kepada para bawahan agar program berjalan dengan sukses. Dalam menyampaikan perintahnya kepala sekolah langsung terjun ke lapangan sekaligus melakukan kontrol atau supervisi kepada petugas yang bertanggung jawab dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kepala sekolah memberikan saran maupun kritik sehubungan dengan jalannya kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler. Langkah yang dilakukan kepala sekolah pada saat tejun di lapangan dengan terlebih dahulu bertanya kepada siswa
55
ataupun guru ekstra yang bertugas terkait problem ataupun kemajuan yang dicapai selama pembelajaran berlangsung. 2. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team) Tim peningkatan mutu memiliki tugas mengatur dan mengarahkan program yang akan diimplementasikan melalui organisasi. Karena setiap bagian organisasi menjadi kontributor potensial bagi kerusakan dan kegagalan mutu maka setiap bagian organisasi harus berpartisipasi dalam upaya peningkatan mutu. Tugas utama dari tim peningkatan mutu adalah untuk menentukan bagaimana menspesifikan kegagalan dan peningkatan mutu. Tim peningkatan mutu di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang ini terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, dan koordinator ekstra. Tim ini juga melibatkan orang tua dan komite sekolah. Mereka bertugas mewakili menyalurkan aspirasi dari orang tua sedangkan komite sekolah mewakili suara dari warga masyarakat. 3. Pengukuran Mutu (Quality Measurement) Pengukuran mutu dibutuhkan untuk mengukur ketidaksesuaian saat ini atau yang akan muncul dengan cara evaluasi dan perbaikan. Bentukbentuk pengukuran ini berbeda antara organisasi produksi dengan organisasi layanan. Bentuk-bentuk tersebut bergantung pada data inspeksi, laporan pemeriksaan, data statistik, dan data umpan balik dari pelanggan. Pengukuran dilakukan secara kontinyu. Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi. Pelaporan ini dijalankan guna mengukur ketercapaian keberhasilan program perencanaan yang dilakukan. Pihak yang memberikan laporan disertakan dalam bentuk tertulis yang berisi data dan dokumen kegiatan ekstrakurikuler. Misalnya jumlah permasalahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu. Selain itu pihak
56
manajemen sekolah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada orang tua atau siapapun juga untuk menyampaikan komplain serta kritik atau saran kepada sekolah dalam rangka meningkatkan mutu ekstra di sekolah. 4. Mengukur Biaya Mutu (The Cost of Quality) Biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang, biaya pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan. Mengidentifikasi biaya mutu dan memberikan perhatian yang lebih terhadapnya adalah hal yang penting untuk dilakukan. SD Islam al-Azhar membutuhkan biaya yang sangat tinggi demi meningkatkan kualitas pembelajaran ekstra. Dalam mensiasati besarnya anggaran yang diperlukan pihak sekolah memungut biaya tambahan bagi jenis ekstra tertentu dan membebankan biaya sepenuhnya kepada orang tua jika anaknya menghendaki mengikuti pembelajaran jenis ekstra mandiri. 5. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness) Yaitu langkah untuk menumbuhkan kesadaran setiap orang dalam organisasi tentang biaya mutu (The Cost of Quality) dan keharusan untuk mengimplementasikan program yang dicanangkan Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvment Team). Hal ini memerlukan pertemuan atau rapat yang teratur antara pihak manajemen dan karyawan untuk mendiskusikan masalah-masalah spesifik dan bertujuan mengatasinya. Informasi tentang program peningkatan mutu harus dikomunikasikan. Kesadaran mutu harus menjadi kunci dasar dan dihubungkan dengan urutan peristiwa yang konstan. SD Islam al-Azhar mengadakan rapat secara rutin setiap satu pekan sekali. Rapat ini membahas permasalahan yang muncul selama pembelajaran ekstra. Permasalahan yang dibahas di sini merupakan kumpulan permasalahan yang dirasakan guru ekstra, siswa, orang tua, maupun pihak lain yang tidak terikat. Setelah mengadakan rapat kemudian menghasilkan kesepakatan atau solusi permasalahan maka tugas guru ekstra yang menyelesaikannya di kelas ekstra jika masalah yang terungkap itu berkait dengan kegiatan pembelajaran. Dan jika masalah yang muncul
57
yaitu permasalahan sarana prasarana maka wakil kepala sekolah bidang sarpras yang bertanggung jawab. 6. Kegiatan Perbaikan (Correction Actions) Para pengawas harus bekerja sama dengan staf untuk memperbaiki mutu yang rendah. Metode yang sistematis diperlukan untuk mengatasi masalah. Untuk menentukan masalah mana yang harus ditangani terlebih dahulu bisa digunakan dengan aturan Paretto bahwa 20 persen yang berkaitan dengan proses menyebabkan munculnya 80 persen masalah. Dalam melakukan tindakan perbaikan menurut kepala sekolah dilakukan lebih ditekankan pada proses pembelajaran ekstra. pembelajaran
berlangsung
kepala
sekolah
Saat
seringkali
proses
melakukan
monitoring untuk menilai apakah proses pembelajaran itu berjalan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Ketika proses itu dinilai melenceng dari perencanaan yang telah ditentukan oleh guru ekstra yang
bersangkutan
maka
kepala
sekolah
segera
menegur
dan
memerintahkan kepada guru yang bersangkutan untuk mengikuti petunjuk pelaksanaan yang tertera pada perangkat pembelajaran yang telah dibuatnya sendiri. Menurut kepala sekolah dengan teknik perbaikan yang ditekankan pada proses ini maka kemungkinan kegagalan pada hasil yang dicapai akan dapat diminimalisir. Karena apapun hasil yang telah diraih dari suatu kegiatan berhubungan dengan proses selama pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam tindakan perbaikan ini kepala sekolah mengakui bahwa setiap permasalahan yang terjadi harus diselesaikan sesegera mungkin karena satu masalah, meskipun itu kecil, akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi dan akan berdampak pada kegagalan program secara keseluruhan. Untuk itu SD Islam al-Azhar selalu melakukan perbaikan secara kontinyu dan ditekankan pada aspek proses. 7. Perencanaan Tanpa Cacat (Zero Defact Planning) Program tanpa cacat harus diperkenalkan dan dipimpin oleh Tim Peningkatan
Mutu
yang
juga
bertanggung
jawab
terhadap
58
implementasinya. Seluruh staf harus menandatangi kontrak formal untuk mewujudkan tanpa cacat dalam tugas dan kerja mereka. Menyikapi hal demikian kepala sekolah SD Islam al-Azhar selalu meminta konsep perencanaan pembelajaran ekstra ketika akan memulai pelaksanaan pembelajaran. Dalam perencanaan kepala sekolah berhak merevisi atau melakukan koreksi pada apa yang telah direncanakan oleh guru. Selain melakukan perbaikan pada aspek proses kepala sekolah pun melakukan tindakan perbaikan pada kegiatan perencanaan. Menurutnya, hal ini karena konsep perencanaan menjadi pedoman pelaksanaan yang harus ditaati oleh guru ekstra pada tindakan pelaksanaan. Ketika perencanaan yang disusun sudah menunjukkan ketidaklayakan maka dapat dipastikan proses pelaksanaan pun akan demikian. Pada intinya kepala sekolah berkeinginan tidak terjadi kecacatan program baik pada pelaksanaan maupun perencanaan. Kepala sekolah menuturkan, “Ketika fungsi manajemen dilakukan dengan sempurna maka akan mencapai hasil yang sempurna pula.” Demikian penjelasan kepala sekolah perihal perencanaan tanpa cacat. 8. Menekankan perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training) Pelatihan ini penting bagi manajer agar mereka memahami peranan mereka dalam proses peningkatan mutu. Pelatihan ini juga bisa dilakukan melalui program pelatihan formal. Ini krusial bagi para staf yang melaksanakan peranan manajemen menengah. Para guru seringkali diikutkan pelatihan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Sebagai contoh seorang guru yang dikirim untuk mengikuti pelatihan jaritmatika dengan tujuan guru tersebut mampu memberikan pembelajaran secara sempurna kepada peserta didik. Kegiatan pelatihan ini meskipun tidak dilakukan secara rutin akan tetapi dilihat dari tingkat kebutuhan akan keterampilan dari seorang guru. 9. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defacts Day) Ini adalah kegiatan sehari penuh yang memperkenalkan ide tanpa cacat. Pada dasarnya ini adalah sebuah pesta untuk menyoroti dan
59
merayakan penerapan metode tanpa cacat dan untuk menekankan Komitmen Manajemen metode tersebut. 10. Penyusunan Tujuan (Goal Setting) Begitu kontrak kerja untuk melakukan tanpa cacat dibuat dan ide-ide tersebut telah diluncurkan dalam hari tanpa cacat maka sangat penting untuk merencanakan aksi yang lengkap. Tujuan yang hendak dituju oleh tim harus spesifik dan terukur. Secara eksplisit kepala sekolah selalu memperhatikan tujuan yang diinginkan dari suatu kegiatan. Untuk membuat perencanaan yang dapat dikatakan spesifik dan terukur ini kepala sekolah selalu memerintahkan agar tujuan yang hendak diraih itu mengandung bilangan matematis. Sebagai contoh, pada tahun 2012 besok prestasi yang diraih dalam berbagai ajang lomba harus meningkat 20% dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011. Atau dengan bahasa prestasi yang dicapai sebagai juara I harus meningkat 35% dari total perolehan juara I pada tahun yang lalu. Seperti itulah kiat kepala sekolah SD Islam al-Azhar dalam melakukan perumusan tujuan yang harus diraih. 11. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error-Cause Removal) Langkah
ini
harus
dimaksudkan
agar
para
staf
dapat
mengkomunikasikan kepada manejemen tentang situasi-situasi tertentu yang mempersulit implementasi metode tanpa cacat. Hal ini dapat diraih dengan mendesain sebuah bentuk standar yang sesuai dengan garis manajemen. Semua bentuk tersebut harus menerima jawaban dalam periode waktu tertentu. Setelah memperbaiki tahap perencanaan, proses, dan perumusan tujuan yang spesifik dan terukur tadi, tugas kepala SD Islam al-Azhar berikutnya yaitu menghapus setiap kegagalan yang terjadi dari masing-masing tahap di atas. Hal ini dilakukan dengan cara memperbaiki secara kontinyu dan berkelanjutan. 12. Pengakuan (Recognition) Penting
untuk
memberikan
apresiasi
kepada
mereka
yang
berpartisipasi dalam latihan-latihan peningkatan mutu. Tidak semua orang bekerja karena menginginkan uang semata. Oleh karena itu penghargaan
60
tersebut harus dihubungkan dengan rancangan tujuan, bisa dengan berupa hadiah atau sertifikat. Yang utama adalah pengakuan bukan uang. Recognition yang biasa diberikan kepala sekolah kepada pihak yang ikut andil dalam kegiatan ekstra ini berupa pujian yang dilakukan pada saat upacara misalnya. Bentuk konkretnya yaitu ketika siswa memperoleh prestasi maka pada saat upacara bendera kepala sekolah mengumumkan kepada semua siswa dan guru ekstra yang telibat dalam proses pemenangan tersebut diberikan kesempatan untuk maju di depan siswa untuk menerima piala dari siswa dan kemudian piala tersebut diberikan kepada kepala sekolah oleh guru ekstra tersebut. Dengan cara semacam ini guru ekstra secara tidak langsung merasa jerih payah selama ia melatih ekstra itu betul-betul dihargai meskipun tidak secara materi (uang). 13. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Council) Ini adalah sebuah struktur institusional yang juga dianjurkan yaitu mengikutsertakan para staf tenaga profesional mutu untuk menentukan bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik. Bagian dari peran Dewan Mutu adalah mengawasi efektifitas program dan menjamin bahwa proses peningkatan mutu tersebut terus berlanjut. Dewan mutu di SD Islam al-Azhar ini terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, dan koordinator ekstra. Tugas mereka yaitu antara lain melakukan pengawasan atau penjaminan mutu. 14. Lakukan Lagi (Do it Over Again) Program mutu adalah proses yang tidak pernah berakhir. Ketika tujuan program telah tercapai maka program tersebut harus dimulai lagi. SD Islam al-Azhar tidak pernah merasa kapok ketika terjadi kegagalan pada kegiatan ekstra yang dicanangkan. Mereka selalu antusias untuk selalu memperbaiki keadaan dengan mengevaluasi diri selama proses berjalan. Ketika telah selesai melakukan evaluasi kemudian melakukan rencana tindak lanjut untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Dan melakukan perencanaan yang lebih matang. Dan begitu seterusnya.
61
Demikian paparan data penelitian diulas dalam Bab III ini. Masih banyak sisi unik manajemen mutu ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang belum tergali dengan baik. Untuk itu perlu kiranya hasil penelitian bisa lebih disempurnakan dengan mengadakan penelitian lanjutan pada waktu yang akan datang. Sehingga ilmu manajerial mutu ekstra lebih komprehensif lagi dibahas. Demikian pembahasan hasil penelitian manajemen mutu kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang yang tertuang dalam bab IV.
62
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SD Islam al-Azhar 29 BSB ini dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam al-Azhar 29 BSB dimulai terbagi menjadi 3 tahap. Pertama, perencanaan yang dilakukan dalam rapat kerja tahunan. Rapat diselenggarakan pada bulan Juni menjelang awal tahun pelajaran baru. Rapat ini bahas jenis ekstrakurikuler yang akan dijalankan selama satu tahun ke depan, jadwal pelaksanaan, penunjukkan koordinator ekstra, pemilihan guru ekstra, dan seleksi siswa peserta ekstra. Kedua, pelaksanaan manajemen mutu. Dalam kegiatan pelaksanaan ini kepala sekolah berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Bidang
kesiswaan
selanjutnya
berkoordinasi
dengan
koordinator yang membawahi para guru ekstra. Guru ekstra di sini bertindak sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran ekstra selama di kelas. Ketiga, evaluasi manajemen mutu. Guru ekstra melaporkan hasil kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler kepada koordinator ekstra setiap satu pekan sekali. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian kesiswaan setiap satu bulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi. Menindaklanjuti evaluasi tersebut jika terjadi kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan
63
tidak bisa diberikan ampun maka diadakan visit home (berkunjung ke rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anak). 2. Ketercapaian mutu yang dialami SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang sangatlah menakjubkan. Boleh dikatakan setiap mengikuti event perlombaan perwakilan SD ini selalu mendapatkan prestasi juara. Yang pernah mendapatkan juara tidak saja dari pihak siswa akan tetapi guru pun tidak pernah ketinggalan memperoleh juara ketika mengikuti kejuaraan antarguru. Kepala sekolah pernah meraih penghargaan kepala sekolah teladan di tingkat kota Semarang. Untuk menyikapi jenis-jenis ekstra yang tidak dilombakan di tingkat umum sekolah ini menggelar program yang khusus untuk memfasilitasi ajang aktualisasi ekstra bagi siswanya. Seperti contoh inagurasi musik yang diseenggarakan setiap akhir tahun. Kegiatan inagurasi musik ini menampilkan semua program ekstrakurikuler cabang kelas musik yang dilaksanakan di sekolah. Di samping itu pada kesempatan yang lain pihak sekolah menampilkan ekstra yang tidak doilombakan bersamaan dengan program intern sekolah. Misalnya pada saat kegiatan PHBN atau PHBI. Semua ini ditujukan untuk mendidik siswa dalam mengaktualisasikan bakat, minat, dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
B. Saran 1. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah sebaiknya memberikan pelatihan yang intensif kepada guru ekstra sehingga kompetensi keahlian mereka di bidang ekstra yang diampu semakin berkualitas. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para guru ekstra mampu memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi peningkatan mutu ekstra di SD Islam al-Azhar 29 BSB Semarang. Selain itu kepala sekolah juga perlu memperbanyak program kegiatan yang selanjutnya menyediakan siswa untuk menampilkan hasil pembelajaran ekstrakurikuler yang ditekuni di sekolah.
64
2. Bagi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Sebaiknya wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menguasai beberapa bidang ekstrakurikuler sehingga secara tidak langsung dapat memberikan pembimbingan prima dalam kegiatan ekstrakurikuler. Di samping itu, peran sesungguhnya dari bidang kesiswaan yaitu bertanggung jawab mengelola semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bakat, minat, dan potensi masing-masing siswa. Dengan demikian program kesiswaan akan mengalami peningkatan mutu dan mampu bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan yang lain. 3. Bagi Guru Ekstra Saran yang bisa disampaikan kepada guru ekstra yaitu perlunya menjaga kedisplinan dalam memberikan pembelajaran ekstra kepada siswanya. Penggunaan metode pembelajaran ekstrakurikuler juga penting untuk diperhatikan untuk menghindari kebosanan siswa dalam mengikuti pembelajaran ekstra mengingat jam pelajaran ekstra ini di luar jam pelajaran utama. Metode pembelajaran yang kreatif dan variatif bisa menjadi solusi untuk tetap memompa semangat dan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran ekstrakurikuler. Motivasi berprestasi bagi siswa peserta ekstrakurikuler yang diberikan oleh guru menjadi penentu keberhasilan siswa baik dalam ajang lomba maupun ketika perform pada suatu acara non kompetitif. 4. Bagi Siswa Siswa harus tetap bersemangat dalam mengasah bakat, minat, dan potensinya melalui kegiatan ekstrakurikuler yang difasilitasi sekolah. Siswa juga harus meminta dukungan dari orang tua sehubungan dengan kegiatan ekstra yang diikuti di sekolah. Dukungan orang tua siswa tentu menjadi penyemangat dalam meraih prestasi. Bimbingan dari guru ekstra dan bimbingan tambahan orang tua harus berjalan bersamaan dalam rangka membentuk kualitas pribadi siswa sesuai dengan kemampuan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya.
65
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Karwanto, “Ruang Lingkup dan Topik-topik Umum untuk Penelitian Manajemen Pendidikan”, Semarang: IAIN Walisongo, 6 September 2005. Arcaro, Jerome S., Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan (Terj.), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Daien, Amir, “Pengelolaan Kesiswaan”, dalam Hendyat Soetopo, Manajemen dan Organisasi Sekolah, Malang: IKIP Malang, 1989. Gaspersz, Vincent, Total Quality Management, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1999. Hadiwiardjo dan Wibisono, Memasuki Pasar Internasional dengan ISO 9000 (Sistem Manajemen Mutu), Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996. Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA, 2003. Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Indranata, Iskandar, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO 9001:2000, Bandung: Alfabeta, 2006. Iwa Sukiswa, Dasar-dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm. 4. Kasan, Tholib, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, Jakarta: Studia Press, 2007. Lumbantoruan, Magdalene, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen, Jakarta: Delta Pamungkas, 1997. Mantja, W., Profesionalisasi Tenaga Kependidikan (Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran), Malang: Elang Mas, 2007.
66
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi), Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Rochaety, Eti, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2006. S, Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Salim, Agus dan Formen, Ali, “Pengantar Berpikir Kualitatif (Menuju Objektifitas Penelitian Sosial di Indonesia)” dalam Teori dan Paradigma, Yogyakarta: UNY Press, 2004. Sallis, Edward, Total Quality Manajemen in Education (Terj.), Yogyakarta: IRCiSoD, 2008. Subagyo, Joko, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sugian O, Syahu, Kamus Manajemen (Mutu), Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008). Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005. ________, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip, dan Instrumen), Bandung: Refika Aditama, 2006. Suranto, Manajemen Mutu dalam Pendidikan (QM in Education), Semarang: Ghyyas Putra, 2009. Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.
67
Tjiptono, Fandy, Total Quality Management (TQM) edisi revisi, Yogyakarta: Andi Offset, 2003. Usman, Husaini, Manajemen Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
68
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Mashudi
Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 04 Maret 1985 Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Tegalrejo RT:01/III Desa Rajek Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan
Pendidikan Formal. 1. SD Negeri Rajek Godong Drobogan
Tahun 1998
2. SMPN 1 Dempet Demak
Tahun 2001
3. MA YATPI Godong Grobogan
Tahun 2005
4. IAIN Walisongo Semarang / Fakultas Tarbiyah
Tahun 2011
Semarang,
MASHUDI NIM. 053311109
69
Transkip Hasil Wawancara Nama Jabatan Tanggal Jam Tempat Tema No. 1. a.
b.
: Nikmah Rahmawati, M.Si. : Kepala SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang : 2 Mei 2011 : 09.00 – 11.00 : Kantor Kepala SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang : Pelaksanaan Manajemen Mutu Ekstrakurikuler Pertanyaan
Jawaban
Perencanaan Manajemen Mutu Bagaimanakah kegiatan Setiap menjelang tahun pelajaran perencanaan manajemen mutu baru kami mengadakan rapat kerja ekstrakurikuler awal tahun yang biasanya diadakan pada bulan Juli. Rapat ini membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan terkait kegiatan ekstrakurikuler untuk satu tahun ke depan. Hal-hal yang terkait tersebut antara lain, penentuan jenis-jenis program ekstrakurikuler, berapa kuota siswa yang harus dicapai (sebagai syarat minimal dibukanya satu jenis ekstra-Peneliti), siapa yang akan menjadi koordinator, jadwal ekstra, dan pengelompokkan siswa. Semua permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan ekstra akan dibahas di rapat kerja awal tahun ini. Tahapan perencanaan manajemen Secara umum tahapan yang dilalui, mutu ekstrakurikuler pertama rapat kerja awal tahun selanjutnya dilakukan tindak lanjut dari hasil rapat tersebut. Follow up dibahas intern oleh koordinasi antara Kepala Sekolah dengan Kesiswaan. Berikutnya melibatkan bagian Kurikulum untuk menentukan siapa koordinator dari masing-masing cabang ekstra yang akan digalakkan satu tahun ke depan itu. Setelah koordinator dari masing-masing jenis ekstra terpilih kemudian setiap koordinator akan berkoordinasi dengan guru atau tenaga pengajar
70
c.
d.
2. a.
b.
ekstra untuk membahas program atau strategi yang akan dilaksanakan selama setahun mendatang. Koordinasi antara koordinator ekstra dengan guru ekstra menghasilkan perencanaan pembelajaran ekstra yang berbentuk silabus. Siapa saja yang terlibat dalam Pihak yayasan yang diwakili kepala kegiatan perencanaan mutu sekolah, bidang kesiswaan, guru ekstrakurikuler pengajar, dan semua staf serta karyawan di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang. Kapan kegiatan perencanaan Kegiatan perencanaan mutu mutu ekstrakurikuler dilakukan setiap tahun menjelang pembukaan tahun pelajaran baru yaitu pada bulan Juli. Pelaksanaan Manajemen Mutu Bagaimanakah kegiatan Pelaksanaan manajemen di sini pelaksanaan manajemen mutu pertama kali dilakukan pada saat ekstrakurikuler Masa Orientasi Siswa (MOS). MOS ini juga bertujuan untuk mensosialisasikan berbagai cabang ekstra kepada siswa baru dan juga diperuntukkan untuk menarik minat siswa baru untuk mengikuti kegiatan ekstra yang akan diselenggarakan. Dengan kata lain sebagai upaya penjaringan minat dan bakat siswa baru. Karena di lembaga ini ada jenis-jenis kegiatan ekstra yang ditawarkan oleh sekolah. Ada yang wajib, pilihan dan mandiri. Untuk ekstra wajib setiap siswa diharuskan mengikuti tanpa terkecuali. Sedangkan untuk yang pilihan siswa bebas memilih kegiatan apa yang mereka kuasai dan mereka minati. Adapun yang mandiri ini siswa boleh memilih atau tidak. Karena ekstra mandiri semua biaya dibebankan kepada wali murid. Berbeda dengan ekstra wajib dan pilihan, semua biaya ditanggung olh pihak sekolah. Tahapan pelaksanaan manajemen Setelah masa sosialisasi ekstra mutu ekstrakurikuler (MOS) berakhir koordinator ekstra
71
c.
d.
dan guru ekstra melakukan koordinasi untuk menentukan siswa yang akan mengikuti program ekstra ini. Yang menjadi perhatian di sini yaitu ketika ingin menentukan siswa yang akan menjalani kegiatan ekstra pilihan. Kira-kira siapa yang layak dan tidak layak. Berpotensi atau tidak berpotensi. Untuk menyikapi ini sekolah melakukan penyebaran angket ke orang tua. Angket ini berisi pertanyaan seputar keinginan orang tua dan anak untuk mengikuti kegiatan ekstra apa yang akan dipilih. Setelah angket disebarkan dan diisi orang tua tahap berikutnya mengadakan penyaringan siswa atau seleksi berdasarkan minat dan bakat potensi siswa masing-masing. Dan setelah itu pihak sekolah kembali bermusyawarah bersama orang tua yang bertujuan menyampaikan hasil kesepakatan guru ekstra tentang keputusan siapa saja yang berpotensi dan tidak betrpotensi untuk mengikuti program ekstra-ekstra tertentu. Jenis ekstra yang peminatnya kurang dari 10 anak maka akan ditiadakan kecuali cabang tilawah karena memang jenis ekstra ini membutuhkan bakat seni yang tinggi dan tidak semua siswa bisa mengikuti. Siapa saja yang terlibat dalam Kepala sekolah berkoordinasi kegiatan pelaksanaan manajemen dengan kesiswaan, kesiswaan mutu ekstrakurikuler berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra bekerja sama dengan guru pengajar untuk mengatasi pembelajaran ekstra bersama siswa di lapangan. Sumber dana manajemen mutu Sementara ini kami masih ekstrakurikuler menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sebagai sumber pendanaan utama. Kecuali untuk jenis ekstra mandiri karena biayanya dibebankan kepada orang
72
e.
Bagaimanakah pengawasan manajemen mutu ekstrakurikuler
f.
Bagaimanakah proses penjaminan mutu
g.
Siapa yang bertugas melakukan pengawasan
h.
Kendala atau hambatan manajemen mutu ekstrakurikuler
tua siswa yang mengikuti. Akan tetapi untuk tahun berikutnya tidak lagi menggunakan dana BOS karena menurut peraturan yang baru dana BOS tidak diperkenankan digunakan untuk membiayai kegiatan ekstra. Kepala sekolah meminta pertanggungjawaban melalui bagian kesiswaan, bagian kesiswaan nantinya berkoordinasi dengan koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta laporan kegiatan dari guru ekstra. Pengawasan dilakukan semacam ini. Penjaminan dilakukan dengan cara pengawasan secara kontinyu dan berkelanjutan. Dalam hal ini koordinasi dilakukan setiap saat. Hal yang sering digunakan untuk melakukan pengawasan yaitu melalui SMS (pesan singkat) atau berbicara langsung melalui handphone. Kepala sekolah mengawasi kinerja bagian kesiswaan, bagian kesiswaan meminta laporan dari koordinator ekstra, dan koordinator ekstra meminta pertanggungjawaban dari guru ekstra. Banyaknya siswa yang ingin berpindah pilihan ekstra. Biasanya anak terpengaruh dengan prestasi temannya di bidang ekstra yang lain. Hal ini akan mempersulit administrasi karena berkaitan dengan pengisian nilai raport. Setiap nilai raport akan dimasukkan ke dalam buku raport sebagai bahan pelaporan kepada orang tua. Berikutnya bila terjadi guru ekstra yang berhalangan hadir untuk mengajar. Jika yang terjadi demikian maka koordinator yang akan mengisi kekosongan guru itu.
73
3. a. b.
c.
d.
Evaluasi Manajemen Mutu Bagaimanakah kegiatan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler Kapan diadakan evaluasi manajemen mutu ekstrakurikuler
Evaluasi dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan. Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan Koordinator Ekstra Guru Ekstra Siswa. Setiap pekan sekali guru ekstra menyampaikan laporan kepada koordinator ekstra. Koordinator ekstra memberikan laporan kepada bagian kesiswaan sebulan sekali. Kepala sekolah menerima laporan dari bagian kesiswaan setiap akhir tahun. Satu tahun sekali. Namun pada saat-saat tertentu ada juga pelaporan secara mendadak (laporan insidental) jika ditemui hal-hal yang sulit diatasi. Bagaimana follow up dari hasil Menindaklanjuti evaluasi tersebut evaluasi jika terjadi kekurangoptimalan kinerja biasanya dilakukan secara teguran lisan yang berbentuk peringatan. Akan tetapi kita tidak serta merta menegur melainkan lebih mementingkan pencarian opsi solusi untuk memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Adapun permasalahan yang terjadi siswa dipecahkan dengan cara pemberian sanksi edukatif. Jika dimungkinkan tidak bisa diberikan ampun maka diadakan open house (berkunjung ke rumah siswa untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi pada anak.
74
Transkip Hasil Wawancara Nama Jabatan Tanggal Jam Tempat Semarang Tema No. 1. a.
b.
2.
a.
b.
c.
: Siti Fadlilah, S.Ag. : Guru Ekstrakurikuler : 2 Mei 2011 : 11.00 – 12.00 WIB. : Ruang Kelas II Nuh SD Islam Al-Azhar 29 BSB : Manajemen Pembelajaran Ekstrakurikuler
Pertanyaan Perencanaan pembelajaran
Jawaban
Apa saja yang perlu dipersiapkan Kita mempersiapkan silabus, buku dalam kegiatan pembelajaran? prestasi, buku pendamping, lembar absensi kehadiran siswa, kartu kendali. Perangkat pembelajaran apa saja Selain hal-hal yang telah disebutkan yang dibutuhkan? tadi kita menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan qiroa’ty kita membutuhkan tape recorder (alat audio) maka sekolah menyiapkan itu. Pokoknya kita berusaha menyediakan perangkat pembelajaran sekiranya memang betul-betul dibutuhkan. Pelaksanaan pembelajaran Bagaimana proses pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran ekstra dari pembelajaran ekstra di SD Islam setiap guru ekstra berbeda-beda. Jadi Al-Azhar 29 BSB Semarang? setiap guru bertanggung jawab penuh atas kegiatan pembelajaran ekstra yang diampunya masing-masing. Metode pembelajaran Begitu juga dengan metode ekstrakurikuler yang digunakan? pembelajaran yang dipakai. Intinya semua guru ekstra tidak diperkenankan untuk melaksanakan dengan metode yang monoton. Media pembelajaran yang dipakai? Sekolah telah memiliki segala fasilitas pendidikan yang diperlukan untuk semua jenis kegiatan ekstra. Di sini tergantung guru memberikan materi kepada siswa. Makannya guru ekstra dituntut sekreatif mungkin dalam merencanakan kegiatan pembelajaran maupun pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran di kelas semuanya berada di tanggung
75
jawab guru ekstra bagaimana ia menjalankan tugasnya dengan baik. Pihak sekolah hanya menyediakan fasilitas pembelajaran untuk memudahkan serta meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang. 3.
Evaluasi pembelajaran Bagaimana pembelajaran dilakukan?
a.
b.
c.
teknik evaluasi Teknik evaluasi yang diterapkan ekstrakurikuler bervariasi. Ini menyesuaikan dengan jenis item yang akan dievaluasi. Biasanya penilaian yang sering dilakukan di sekolah ini yaitu penilaian yang sifatnya praktikum. Jarang sekali yang menggunakan teknik untuk mengukur ranah kognitif karena pada dasarnya pembelajaran ekstra ini di luar jam pelajaran sekolah dan bertujuan mengembangkan bakat dan minat siswa masing-masing. Kapan diadakan kegiatan evaluasi Kegiatan evaluasi diselenggarakan diterapkan? setelah selesai melakukan pembelajaran per indikator. Setiap akhir pertemuan guru ekstra mesti melakukan evaluasi. Bagaimana rencana tindak lanjut? Seperti pada kegiatan pembelajaran intrakurikuler umumnya. Jadi ada aspek penilaian pengamatan harian, keaktifan, absensi, dan nilai akhir. Berbeda dengan sekolah yang lain, di SD al-Azhar siswa menerima raport yang berisi hasil penilaian khusus kegiatan ekstrakurikuler. Di sinilah keunggulan kegiatan ekstra di SD alAzhar. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan semangat siswa untuk berlatih mengasah bakatnya sehingga menjadi siswa berprestasi baik di tingkat intern sekolah maupun pada saat mengikuti kejuaraan umum bertanding dengan sekolah-sekolah yang lain.
76
Transkip Hasil Wawancara Nama Jabatan Tanggal Jam Tempat Tema No.
1.
2.
3.
4.
5.
: Faiz Chaeroni : Siswa Kelas V Sulaeman : 2 Mei 2011 : 12.30 – 13.00 WIB. : Halaman Sekolah : Kesan dan Pesan Mengikuti Kegiatan Ekstra
Pertanyaan Apakah Anda merasa senang dengan kegiatan pembelajaran ekstra yang ditekuni? Mengapa demikian? Hal apa yang memotivasi Anda mengikuti kegiatan ekstra di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang?
Hasil apa yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra selama ini di SD Islam AlAzhar 29 BSB Semarang?
Dalam bentuk apa orang tua Anda memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran ekstra ini?
Berikan kritik dan saran kepada sekolah untuk kegiatan pembelajaran ekstra di sekolah ini sehingga akan meningkatkan hasil pembelajaran secara optimal atau lebih baik lagi?
Jawaban Saya senang. Karena saya bisa mendapatkan piala saat berlomba. Orang tua saya juga semakin sayang kepada saya karena telah menang lomba. Orang tua saya selalu memberikan semangat yang penuh kepada saya untuk mengikuti kegiatan ekstra yang dilakukan di sekolah. Mereka berpesan agar saya harus menjadi yang terbaik saat lomba maupun pada saat pentas. Saya memiliki banyak teman. Saya juga semakin bisa menghargai waktu luang untuk selalu belajar. Dan yang penting saya menjadi percaya diri dan bangga kepada diri sendiri sehingga tidak pernah merasa minder jika harus pentas di depan banyak orang. Orang tua saya memberikan hadiah jika saya berhasil mendapatkan prestasi pada saat lomba. Saya bebas memilih hadiah yang akan diberikan. Orang tua saya juga selalu membimbing saya ketika di rumah. Tidak ada kritik. Baik semua. Gurunya juga baik-baik tidak ada yang galak.
77
Transkip Hasil Wawancara Nama Jabatan Tanggal Jam Tempat Tema No.
1.
2.
3.
4.
5.
: Wilda Saniyah : Siswa Kelas IV Ibrohim : 2 Mei 2011 : 12.30-13.00 WIB. : Halaman Sekolah : Kesan dan Pesan Mengikuti Kegiatan Ekstra
Pertanyaan Apakah Anda merasa senang dengan kegiatan pembelajaran ekstra yang ditekuni? Mengapa demikian?
Jawaban Senang meskipun sedikit capek karena harus belajar terus dari pagi sampai sore. Saya senang karena bisa mengasah bakat saya sehingga menjadi siswa yang berprestasi dan membanggakan orang tua. Hal apa yang memotivasi Anda Saya ingin menjadi yang terbaik dan mengikuti kegiatan ekstra di SD dikenal banyak orang. Saya ingin Islam Al-Azhar 29 BSB tenar seperti artis. Semarang? Hasil apa yang dirasakan setelah Saya bisa menjadi diri sendiri dan mengikuti kegiatan pembelajaran terkenal karena prestasi. Saya ekstra selama ini di SD Islam Al- semakin termotivasi untuk meraih Azhar 29 BSB Semarang? penghargaan yang lebih tinggi lagi setelah besar nanti. Dalam bentuk apa orang tua Anda Permintaan saya yang berhubungan memberikan dukungan untuk dengan kegiatan ekstrakurikuler mengikuti kegiatan pembelajaran selalu dituruti. Jika saya butuh ekstra ini? peralatan atau biaya orang tua saya selalu memberi. Pokoknya beliau mengharapkan saya menjadi yang terbaik dan lebih baik lagi. Itulah yang membuat saya selalu terpacu untuk meraih prestasi yang gemilang. Berikan kritik dan saran kepada Saya berharap sekolah bisa sekolah untuk kegiatan memperbanyak kegiatan lomba dan pembelajaran ekstra di sekolah ini kegiatan yang akan menyediakan sehingga akan meningkatkan hasil waktu dan tempat untuk kami dalam pembelajaran secara optimal atau menampilkan hasil belajar ekstra lebih baik lagi? selama ini. Ketika akan lomba atau tampil di depan orang banyak semangat saya semakin kuat untuk terus berlatih dan belajar ekstra.
78
Transkip Hasil Wawancara Nama Jabatan Tanggal Jam Tempat Tema No.
: Novi Tri Retnani, S.Pd. : Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan : 3 Mei 2011 : 09.00-10.30 WIB. : Ruang Guru : Koordinasi Manajemen Mutu Ekstrakurikuler
Pertanyaan Bagaimana langkah-langkah Ibu dalam mengelola kegiatan ekstrakurikuler sehingga mengarah kepada peningkatan mutu?
1.
Strategi unik apa yang Ibu terapkan dalam meraih pencapaian mutu yang tinggi?
2.
Bagaimana koordinasi antara kepala sekolah, wakil kepala bidang kesiswaan, guru ekstrakurikuler, orang tua, dan siswa dalam meningkatkan mutu kegiatan ekstrakurikuler? 3.
Jawaban Kita menyediakan banyak cabang jenis ekstra yang sekiranya dapat memberikan wadah bagi kreatifitas siswa. Meski jumlahnya banyak tapi kita tidak mengabaikan mutu. Pola manajemen yang teratur dan tertib menjadi rahasia penting dalam menjalankan manajerial mutu di ekstra yang kita kembangkan. Setiap ada ajang lomba kita selalu mengikutsertakan perwakilan. Dan kita selalu menyiapkan dengan sebaikbaiknya sehingga mampu meraih kemenangan. Jika tidak ada cabang yang dilombakan kita memfasilitasi siswa melalui kegiatan intern sekolah dengan harapan motivasi semangat belajar dan berlatih mereka tidak kendor. Misalkan pada acara PHBN/PHBI yang diselenggarakan oleh sekolah. Yang pasti kita berkoordinasi secara terus menerus. Komunikasi yang intensif antara kepala sekolah, kesiswaan, koordinator ekstra, dan guru ekstra yang menjadi kekuatan kami dalam mengelola manajemen mutu ekstrakurikuler di SD Islam AlAzhar 29 BSB Semarang ini. Dari adanya komunikasi itulah kami mengerti setiap permasalahan atau problem yang setiap saat bisa muncul. Di samping itu kita bekerja secara sistematis tidak semrawut. Dan kita memahami peran dan tanggung jawab masing-masing dari semua pihak yang
79
4.
5.
terlibat dalam manajemen mutu ekstrakurikuler. Dalam mengambil keputusan pun harus hati-hati. Satu keputusan yang salah akan berdampak buruk pada kualitas yang kita harapkan. Bagaimana langkah perbaikan Perbaikan secara kontinyu. Kita secara berkelanjutan dalam membebaskan siapa pun untuk mengoptimalkan mutu ekstra ini? memberikan kritik dan saran demi ketercapaian mutu ekstrakurikuler. Kita selalu mencari masukan dari orang tua siswa. Semua saran kami tampung untuk kemudian ditindaklanjuti dalam pembahasan pada rapat. Tidak ada saran yang tidak kami tampung dan tidak ditindaklanjuti. Hal pokok inilah yang semestinya dilakukan untuk mengelola kualitas sehingga tetap menjadi yang terbaik dan bermutu. Tanpa mutu yang memadai kita tidak mungkin mampu meraih berbagai ajang perlombaan. Apa saja harapan Ibu dari kegiatan Harapan saya ke depan setiap lulusan manajemen mutu ekstrakurikuler? yang telah dididik dan dibimbing dalam kegiatan ekstra bisa melanjutkan prestasinya sehingga bakat yang siswa miliki tidak terbengkelai. Berikutnya jangan sampai lulusan SD Islam AlAzhar 29 BSB Semarang ini melupakan nama baik lembaga yang telah menggembleng mereka sejak kecil. Kalau bisa nama almamater SD al-Azhar jangan sampai dilepas. Saya juga meminta pihak pemerintah atau siapapun yang berkapasitas menggelar acara perlombaan sehingga dapat memfasilitsi jenis-jenis ekstra yang kita galakkan. Karena banyak cabang ekstra kami yang tidak dilombakan di kejuaraan umum. Dengan demikian maka SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang akan tetap bersemangat untuk mensukseskan program yang bertujuan mengembangkan bakat, minat, dan potensi generasi anak bangsa ini.
80
Transkip Hasil Wawancara Nama Jabatan Tanggal Jam Tempat Tema No.
1.
2.
: Tri Setiowati : Orang Tua : 3 Mei 2011 : 12.00-12.30. : Masjid Utama SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang : Harapan Orang Tua dari Kegiatan Ekstrakurikuler
Pertanyaan Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan ekstrakurikuler di SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini?
Dukungan apa yang Anda berikan kepada sekolah terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler?
Bagaimana cara Anda memberikan bimbingan tambahan kepada anak sehubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dijalankan?
3.
4.
Harapan Anda ke depan untuk kemajuan mutu kegiatan ekstrakurikuler SD Islam Al-Azhar 29 BSB Semarang ini?
Jawaban Saya kira cukup baik dan sudah dikelola dengan maksimal. Jumlah cabang yang bervariasi ini akan menjadi wahana bagi siswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi siswa yang juga beraneka. Kita selalu mendukung semua kegiatan ekstra yang dilaksanakan di SD ini. Menurut saya tanpa dukungan penuh dari pihak orang tua mustakhil program ini akan berjalan lancar. Setiap kali ada kesempatan berkumpul dan bercengkerama dengan anak saya memberikan pertanyaan seputar kegiatan ekstra yang sedang ia tekuni di sekolah. Seringkali saya meminta anak untuk menunjukkan hasil pembelajaran ekstra di depan anggota keluarga yang lain. Saya tidak pernah memaksa keterampilan yang ingin anak kuasai. Saya membebaskan anak untuk ikut jenis ekstra apapun yang penting ia bisa enjoy menikmati setiap kegiatan ekstra yang dilakukan. Sebaiknya sekolah menyediakan jenis ekstra yang berhubungan dengan kegiatan menghafal alQuran. Saya menginginkan anak saya menjadi anak yang mampu menghafal al-Quran.