e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER APRESIASI SASTRA DI SMP NEGERI 3 SINGARAJA I Gusti Ayu Candra Puspita Dewi1, I Made Astika2, Gede Gunatama3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan (1) perencanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra, (2) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra, dan (3) kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pembina dan siswa yang terlibat dalam ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Data penelitian dikumpulkan melalui metode dokumentasi, observasi, dan wawancara Perencanaan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan esktrakurikuler berbentuk program kerja. Hal-hal yang direncanakan dalam program kerja, yaitu bentuk-bentuk kegiatan, tempat, sarana, dan waktu pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra dilakukan dengan lima bentuk kegiatan apresiasi, yaitu membaca puisi, membaca dongeng, menulis puisi, musikalisasi puisi, dan drama. Kendala yang dihadapi pembina dalam melaksanakan kegiatan apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja dikarenakan keterbatasan pengetahuan pembina dalam membimbing bentuk-bentuk apresiasi sastra tersebut. Secara umum, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra belum berjalan maksimal karena dari lima kegiatan, hanya satu kegiatan yang terlaksana dengan baik, yaitu membaca puisi. Kata kunci: apresiasi, sastra, ekstrakurikuler
ABSTRACT This study aimed to describe: (1) planning extracurricular activity literary appreciation, (2) the implementation of the extracurricular activities literary appreciation, and (3) constraints in literary appreciation activities. This study used a qualitative descriptive design. The subjects were coaches and students involved in extracurricular literary appreciation in SMP N 3 Singaraja. Data was collected by observation, interviews, and documentation methods. The results of this study are: The planning used in the implementation of extracurricular activities was in the form of work program. Things were planned in work program namely, literary appreciation extracurricular activities, places, facilities and timing of implementation. The implementation of extracurricular activities literary appreciation was done with five activity forms of appreciation those are, reading poetry, reading fairy tales, poetry writing, poems musical and drama. Constraints faced by supervisors in conducting literature appreciation in SMP N 3 Singaraja are choosing other forms of literature appreciation activities and carry out several activities, such as reading stories, writing poetry, m. It was due to the limited knowledge of coaches in guiding the forms of literary appreciation. In general, the implementation of extracurricular activities literary appreciation not running optimally because of the five activities, only one activity that is performing well, the reading of poetry. Keywords: appreciation, literature, extracurricular
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016
PENDAHULUAN Penghargaan merupakan proses menghargai dan menilai suatu objek. Salah satu objek yang pantas diberikan penghargan adalah karya sastra. Memberi penghargaan terhadap karya sastra disebut apresiasi sastra. Suroto (1989:157) menyatakan, “Apresiasi sastra merupakan penghargaan yang didasarkan pada pemahaman.”. Mengapresiasi sastra dapat dilaksanakan melalui kegiatan, seperti membaca, menyimak, mengevalusasi, dan menerapkan nilai moral yang terkandung di dalam karya sastra. Adanya nilai-nilai moral di dalam karya sastra menjadikan karya sastra penting untuk diajarkan di sekolahsekolah. Mata pelajaran yang menampung pengajaran apresiasi sastra di sekolah adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006, standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Dengan belajar sastra (apresiasi sastra) di sekolah, siswa dapat menjadikan peristiwa-peristiwa yang termuat dalam karya sastra sebagai refleksi dalam menjalani kehidupannya. Di sekolah pengajaran apresiasi sastra dibagi menjadi beberapa kegiatan, seperti mendengarkan, membaca, mengevaluasi, dan menganalisis unsur-unsur yang terkandung di dalam karya sastra. Pada jenjang SMP, pengajaran apresiasi sastra meliputi kegiatan menyimak dongeng, mengapresiasi pementasan drama, dan mengungkapkan kembali puisi dalam bentuk lain. Kegiatan menyimak dongeng dilaksanakan di Kelas VII. Dalam kegiatan apresiasi tersebut, terdapat kegiatan menghargai karya sastra dan prestasi orang lain dengan cara menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan,
serta menunjukkan kerelevansian isi dongeng dengan situasi kehidupan. Kemudian, kegiatan mengapresiasi pementasan drama yang dilaksanakan di Kelas VIII dengan melakukan evaluasi dan penghargaan terhadap unsur-unsur yang ada di dalam pementasan drama. Terakhir, yaitu kegiatan apresiasi sastra di Kelas IX dengan mengungkapkan kembali puisi dalam bentuk lain, yaitu mementaskan musikalisasi puisi. Tiga kegiatan apresiasi sastra tersebut merupakan standar kompetensi yang tercantum pada silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006. Untuk mencapai tujuan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dibutuhkan waktu yang tidak sedikit, mengingat apresiasi bukan hanya kegiatan menghargai, namun terlebih dahulu dibutuhkan proses pemahaman sebelum dapat menghargai dan menilai karya sastra. Seperti yang dinyatakan oleh Efendi (dalam Suroto, 1989:158) yakni, “Apresiasi terhadap karya sastra ialah upaya atau proses menikmati dan memahami suatu karya sastra secara kritis sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, dan kepekaan pikiran baik terhadap karya sastra.”. Ketersediaan waktu untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah lima jam pelajaran dalam satu minggu. Jika hanya memanfaatkan waktu dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia saja untuk melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra, maka waktu tersebut belum cukup. Apalagi masih ada materi-materi kebahasaan yang harus diselesaikan oleh guru dan siswa. Dalam konteks ini, kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra dapat dijadikan wadah untuk mengajak siswa mengenal sastra lebih dalam. Seperti yang dikatakan oleh Saputra (1998:7), “Kegiatan ko(-) dan ekstrakurikuler mempunyai potensi yang berarti dalam memenuhi kebutuhan anak didik”. Berkaitan dengan ekstrakurikuler, belum banyak sekolah menengah pertama,
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 khususnya di Singaraja, yang menyediakan ekstrakurikuler sebagai wadah kegiatan apresiasi sastra bagi siswa. Misalnya, di SMP Negeri 4 Singaraja. Di sekolah ini, sesungguhnya ekstrakurikuler apresiasi sastra sudah diprogramkan akan berjalan pada tahun 2015. Sampai saat ini, ekstrakurikuler apresiasi sastra di sekolah tersebut belum juga terlaksana karena tidak ada pembina. Padahal, beberapa siswa SMP Negeri 4 Singaraja sering mendapatkan juara dalam perlombaan membaca puisi. Seandainya terdapat sebuah wadah berupa ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 4 Singaraja, maka siswa yang memiliki kompetensi di bidang apresiasi sastra secara langsung akan berinteraksi dan membagi ilmunya kepada siswa lain sehingga terbentuklah generasi-generasi baru. Tidak adanya pembinaan yang berkelanjutan membuat pencapaian prestasi dalam bidang apresiasi satra di sekolah ini pasang surut. Sebagian besar sekolah enggan untuk mencari seorang pembina ekstrakurikuler apresiasi sastra dengan berbagai alasan, salah satunya pendanaan. Permasalahan pembina tersebut diatasi dengan menunjuk guru di sekolah terkait. Umumnya, pembina ekstrakulrikuler apresiasi sastra dilimpahkan kepada guru Bahasa Indonesia di masingmasing sekolah. Tentu, bagi guru Bahasa Indonesia yang memiliki kompetensi mumpuni dalam membina kegiatan apresiasi sastra, tidak akan menemukan banyak masalah ketika dilimpahkan tugas tambahan tersebut. Sebaliknya, bagi guru Bahasa Indoenesia yang belum mempuni dalam hal itu, tentu tambahan tugas sebagai pembina ekstrakurikuler apresiasi sastra akan menjadi beban. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada beberapa sekolah lainnya di Singaraja, juga didapatkan data yang sama bahwa banyak guru bahasa Indonesia yang belum mengetahui pola membina kegiatan apresiasi sastra di sekolah sehingga tidak diadakan ekstrakurikuler apresiasi sastra. Melihat permasalahan ini, peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang
pelaksanaan ekstrakurikuler apresiasi sastra. Hasil peneliti ini akan memberikan gambaran praktis tentang pelaksanaan ekstrakurikuler sastra di sebuah sokolah sehingga dapat dijadikan salah satu referensi untuk membina kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra. Pengadaan sumber-sumber praktis untuk membina ekstrakurikuler apresiasi sastra, sedikit tidaknya akan membantu penyelesaian permasalahan seperti di atas. Penelitian ini semakin penting keberadaannya karena, sepengetahuan penulis, penelitian tentang ekstrakurikuler apresiasi sastra di Singaraja belum pernah dilakukan. Sekolah yang dipilih sebagai subjek penelitian ini adalah SMP negeri 3 Singaraja. Di SMP Negeri 3 Singaraja, keterbatasan guru Bahasa Indonesia yang memiliki pengalaman mengapresiasi sastra tidak dijadikan hambatan oleh SMP Negeri 3 Singaraja untuk menyediakan wadah berupa ekstrakurikuler apresiasi sastra. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu pembina ekstrakurikuler apresiasi sastra SMP Negeri 3 Singaraja, Dra. Luh Mahyuni, ekstrakurikuler apresiasi sastra tersebut dilaksanakan setiap tahun. Tujuan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di sekolah ini, yaitu untuk menyalurkan minat siswa yang berkeinginan mendalami pengalaman dan pengetahuannya untuk mengapresiasi sastra. Hal tersebut dapat dilihat melalui keantusiasan pembina ekstrakurikuler apresiasi sastra untuk mengajak anggota ekstrakurikuler apresiasi sastra dalam mengikuti berbagai lomba tentang sastra. Lomba yang paling sering diikuti, yaitu lomba membaca puisi. Selain aktif mengikuti lomba, siswa yang merupakan anggota ekstrakurikuler apresiasi sastra sangat aktif melakukan kegiatan bersastra lainnya dalam mengisi acara di sekolah, seperti mementaskan drama. Dengan demikian, berlangsungnya ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja tersebut dapat menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan minat siswa dalam mengapresiasi sastra.
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 Bentuk-bentuk apresiasi sastra yang dilakukan dalam ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja merupakan kegiatan apresiasi yang berpedoman pada standar kompetensi pembelajaran di kelas, seperti mengapresiasi dongeng yang merupakan salah satu materi pembelajaran di kelas VII, mengapresiasi drama yang merupakan materi pembelajaran di kelas VIII, dan mengapresiasi puisi yang merupakan materi pembelajaran di kelas IX. Hal tersebut bertujuan agar siswa yang mengikuti ekstrakurikuler mampu menerapkan pengalaman dan pengetahuannya yang didapatkan melalui ekstrakurikuler apresiasi sastra tersebut di dalam kelas. Umumnya, siswa yang mengikuti ekstrakurikuler apresiasi sastra di sekolah ini mendapat nilai yang lebih baik dibandingkan siswa yang tidak mengikuti ekstrakurikuler apresiasi sastra. Dengan demikian, ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja dapat membantu siswa untuk memaksimalkan pembelajaran sastra di kelas. Hal tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai pelaksanakaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di sekolah ini. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Apresiasi Sastra di SMP Negeri 3 Singaraja”. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif kualitatif. Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan (1) perencanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, (2) pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, dan (3) kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah pembina ekstrakurikuler apresiasi sastra dan siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, sedangkan objek
penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (1) metode observasi, dan (2) metode dokumentasi, dan (3) metode wawancara. Dalam penelitian ini, metode observasi nonpartisipatif adalah metode yang digunakan karena peneliti ingin melihat situasi pelaksanaan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja yang alami tanpa ada intervensi dari peneliti. Instrumen yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar observasi/catatan lapangan. Penelitian ini juga menggunakan metode wawancara dalam pengumpulan data. Metode wawancara yang digunakan adalah tidak terstruktur agar peneliti mendapatkan jawaban sesuai dengan yang diinginkan. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007:198) yang menyatakan, “Untuk mendapat informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat juga menggunakan wawancara tak terstruktur”. Metode wawancara ini dilakukan apabila sebuah kasus ketika observasi tidak dapat dipecahkan secara ilmiah dan memerlukan jawaban yang sebenarnya dari penutur itu sendiri. Sedangkan, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dokumendokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif menggunakan prosedur dengan model analisis Miles and Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2007:337) yang terdiri atas, pertama reduksi data (reduction data) yang dilakukan pemilihan hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari temannya serta polanya dan membuang yang tidak perlu. Kedua, penyajian data (data display) yang dilakukan dengan mengolah dan menganalisis data untuk memperoleh jawaban yang tepat yang sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penyajian ini, data mengenai perencanaan dan
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, serta kendala yang dihadapi selama pelaksanannya, yang telah direduksi, akan diuraikan sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan rumus pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Ketiga, penarikan simpulan/verifikasi (coclusion drawing), simpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh adanya data yang valid, maka pembuatan simpulan adalah jawaban dari permasalahan yang sesuai dengan keadaan dan apa adanya. Hasil kegiatan itu berupa simpulan sementara. Oleh sebab itu, sebelum menyusun laporan penelitian, dilakukan pengecekan kembali keseluruhan proses untuk mendapatkan hasil analisis dan simpulan yang meyakinkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian itu meliputi (1) Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, (2) Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, dan (3) Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Berikut dipaparkan hasil temuan yang telah diperoleh selama melaksanakan penelitian. Perencanaan kegiatan esktrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja dibuat dalam bentuk program kerja. Program kerja tersebut dibagi menjadi dua, yaitu “Program Kerja Semester Ganjil” dan “Program Kerja Semester Genap”. Berdasarkan hal-hal yang tertulis pada program kerja, didapatkan data bahwa pada semester ganjil ada tiga kegiatan, yaitu membaca puisi, membaca dongeng, dan menulis puisi, sedang pada semester genap, hanya ada dua kegiatan, yaitu musikalisasi puisi dan apresiasi drama. Untuk dapat mencapai kelima kegiatan tersebut, maka pembina merencanakan kegiatan khusus. Kegiatan khusus tersebut merupakan kegiatan yang dianggap mampu mendukung keberhasilan masing-masing
kegiatan apresiasi sastra yang sudah direncanakan. Selain merancang perencanaan kegiatan, dilakukan pula perencanaan tempat pelaksanaan ekstrakurikuler apresiasi sastra tersebut. Pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler apresiasi sastra dilaksanakan hanya pada satu tempat, baik membaca puisi, membaca dongeng, menulis puisi, musikalisasi puisi, dan drama. Tempat yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra tersebut adalah aula sekolah. Hal selanjutnya yang direncanakan dalam program kerja ektrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja adalah sarana yang digunakan dalam pelaksnaan kegiatan ektrakurikuler apresiasi sastra. Sarana biasanya merupakan media yang mampu mendukung pelaksanaan sebuah kegiatan. Begitu pula sarana yang direncanakan untuk pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Terdapat dua media yang paling sering digunakan karena dianggap efektif bagi pembina, media tersebut adalah video dan beberapa properti sesuai kebutuhan kegiatan yang dilakukan. Video yang dimanfaatkan untuk membantu dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler, yaitu video membaca puisi, video membaca dongeng, video drama, dan video musikalisasi puisi. Kemudian, untuk penggunaan properti hanya dimanfaatkan untuk kegiatan bermain drama saja. Properti yang dimaksud adalah kostum serta alat-alat yang mendukung permainan sebuah drama. Demikianlah data-data yang diperoleh mengenai perencanaan kegiatan ektrakurikuler apreisasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Perencanaan tersebut disusun oleh pembina secara tertulis berbentuk program kerja. perencanaan kegiatan tersebut tidak selalu diperbaharuisetiap tahun. Pembina selalu menggunakan program kerja yang sama karena pemilihan kegiatan ektrakurikuler berpatokan pada materi apresiasi sastra di kelas yang dijadikan standar kompetensi pembelajaran. Perubahan akan dilakukan jika terdapat materi apresiasi sastra baru
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 yang dimuat dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Pemilihan kegiatan ekstrakurikuler dengan cara tersebut diharapkan mampu melengkapi kekurangan-kekurangan pembelajaran apresiasi sastra yang terjadi di dalam kelas. Data mengenai pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja diperoleh dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pelaksanaan kegiatan merupakan penerapan dari program kerja yang telah disusun.Berpedoman pada sebuah program kerja, dalam dua semester pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra memiliki perbedaan kegiatan. Kegiatan ektrakurikuler apresiasi sastra dilaksanakan setiap hari Jumat. Terdapat lima kegiatan yang dilaksanakan pada ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja, yaitu membaca puisi, membaca dongeng, menulis puisi, musikalisasi puisi, dan bermain drama. Kegiatan membaca puisi dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Pada semester ganjil, bentuk-bentuk kegiatan apresiasi sastra yang dilaksanakan, yaitu membaca puisi, membacadongeng, dan menulis puisi, sedangkan pada semester genap, bentukbentuk kegiatan apresiasi sastra yang dilaksanakan yaitu, membaca naskah drama, bermain peran, dan memusikalisasikan puisi. Pada pertemuan pertama, pembina mengajak siswa berdiskusi seputar pembacaan puisi. Kegiatan ini dilangsungkan sama dengan kegiatan di kelas pada umumnya, hanya saja suasananya lebih santai. Selanjutnya, barulah siswa diajak untuk menonton beberapa video pembacaan puisi yang berbeda-beda. Selain menonton video, pembina menyuruh siswa untuk mengomentari pembacaan-pembacaan pada video yang mereka tonton. Pada pertemuan kedua, pembina mengajak seluruh siswa untuk berlatih vokal, artikulasi, dan ekspresi. Untuk melatih ekspresi siswa, pembina menggunakan alat
bantu berupa kertas warna-warni. Kertas tersebut diberi nama “Kertas Ekspresi”. “Kertas Ekspresi” terdiri atas lima warna, yaitu kuning, putih, hitam, merah, hijau, dan biru. Masing-masing warna tersebutmewakili masing-masing bentuk ekspresi, seperti sedih, gembira, takut, marah, terkejut, dan malu. Pada akhir pelaksanaan kegiatan membaca puisi dilakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi tersebut dilakukan agar tidak terjadi kendala yang sama di pertemuan-pertemuan selanjutnya. pada pelaksanaan kegiatan apresiasi puisi pada pertemuan ketiga dapat dikatakan setingkat lebih sulit karena kegiatan yang dilaksanakan setingkat lebih tinggi dari kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya, yaitu mulai berlatih membaca sebuah puisi. Hal pertama yang dilaksanakan oleh pembina adalah membagikan puisi kepada siswa. Setelah masing-masing siswa mendapatkan puisi dengan judul yang sama, pembina mengajak siswa untuk memaknai puisi tersebut dengan cara membaca di dalam hati. Setelah siswa memahami puisi, siswa dipersilakan untuk membaca puisi dengan vokal dan artikulasi yang dilaksanakan secara masal. Setelah itu, pembina mengajak siswa untuk berkumpul dan memberi evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Selanjutnya, pembina mengajak siswa untuk menonton sebuah video pembacaan puisi agar siswa memiliki banyak referensi dalam memilih gaya pembacaan puisi mengingat gaya pembacaan puisi yang dilakukan oleh siswa belum bervariasi, khususnya pada siswa kelas VII. Pada pertemuan keempat, pembina mengajak siswa untuk menunjukkan hasil dari berlatih puisi selama dua minggu atau dua kali pertemuan. Kegiatan diawali dengan latihan pembacaan secara individu, baik itu pemanasan atau pun pembacaan puisi. Setelah masingmasing siswa tampil membaca puisi, pembina mengajak siswa untuk memberikan tanggapan dan kritik berkaitan dengan penampilan dari teman-temannya.
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 Pelaksanaan kegiatan membaca dongeng dilaksanakan hanya dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, pelaksanaan kegiatan membaca dongeng tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan kegiatan membaca puisi karena keduanya sama-sama kegiatan membaca. Pelaksanaan kegiatan pada hari pertama adalah memperkenalkan sebuah dongeng dan berlatih vokal, artikulasi, sertaekspresi. Cara dan pola pembina melatih vokal, artikulasi, dan ekspresi kepada siswa pun sama seperti saat kegiatan membaca puisi. Tidak hanya itu, pembina juga mengajak siswa untuk menonton video pembacaan dongeng sama seperti saat kegiatan membaca puisi. Pada pertemuan kedua, siswa melakukan pembacaan dongeng menggunakan alat peraga. Setelah kegiatan membaca dongeng, pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra selanjutnya merupakan kegiatan yang setingkat lebih sulit karena berkaitan dengan kegiatan produksi. Kegiatan tersebut adalah menulis puisi. Awal kegiatan menulis puisi ini adalah memberi pembinaan terkait bahasa puisi. Pembina menyampaikan kepada siswa bahwa bahasa dalam puisi berbeda dengan bahasa yang ada dalam buku teks. Setelah menjelaskan unsur pembangun puisi secara fisik, pembina menjelaskan pula kepada siswa bahwa puisi dapat dibangun dengan dukungan dari unsur batin seorang penulis. Pelaksanaan kegiatan pada hari pertama hanya dilakukan untuk memberi informasi mengenai gaya bahasa dalam menulis puisi. Tidak ada pembinaan mengenai teknik dan langkah-langkah menulis puisi kepada siswa. Pada pertemuan kedua, kegiatan yang dilakukan adalah menulis puisi., Pembina membagikan sebuah kertas yangdigunakan oleh siswa untuk menulis sebuah puisi. Pembina memperlihatkan beberapa buah gambar terkait dengan sungai yang masih bersih dan sungai yang tercemar limbah dan sampah oleh manusia. Hasil dari pelaksanaan kegiatan menulis puisi tersebut hampir seluruhnya memiliki makna mengenai kemarahan atau
kesedihan sebuah sungai. Hasil dari penulisan puisi siswa tentulah tudak beragam. Ketidakberagaman tersebut dikarenakan pembina tidak memberikan kebebasan terhadap tema penulisan puisi. Kegiatan memusikalisasikan puisi ini merupakan kegiatan apresiasi sastra yang paling baru dilaksanakan pada ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja. Pelaksanaan kegiatan musikalisasi puisi dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Kegiatan musikalisasi puisi dilaksanakan pada awal semester genap.Pada hari pertama dilaksakan penelitian ini, pembina hanya memberikan penjelasan terkait musikalisasi puisi serta memperkenalkan musikalisasi puisi melalui pemutaran video dan album musikalisasi puisi. Melalui video tersebut, pembina dapat memberikan pengetahuan kepada siswa terkait musikalisasi puisi. Pelaksanaan kegiatan musikalisasi puisi pada hari pertama hanya sebatas memperkenalkan muskalisasi puisi kepada siswa. Kamudian, pada hari kedua kegiatan musikalisasi puisi dilaksankan di ruang musik bersama siswa yang mengikuti ekstrakurikuler musik. Hal pertama yang pembina lakukan adalah membagi siswa menjadi tiga kelompok, setelah seluruh siswa mendapatkan kelompok lengkap dengan pemain musik, pembina memberi pengarahan kepada seluruh siswa terkait langkah-langkah dalam menciptakan sebuah musikalisasi puisi. Pelaksanaan kegiatan drama tersebut dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama siswa diajak kembali berlatih vokal, artikulasi, dan penjiwaan. Peminaan tersebut sama dengan pola pembinaan yang dilaksanakan pada saat kegiatan membaca puisi. Pembina membagikan sebuah naskah kepada siswa. Naskah yang diberikan oleh pembina bukanlah naskah drama yang ditulis oleh penulis naskah drama terkenal. Naskah drama yang digunakan merupakan naskah drama yang terdapat di dalam buku pelajaran siswa. Setelah pembagian naskah, pembina melanjutkan kegiatan
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 dengan membaca naskah drama. Pembacaan naskah drama tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memahami alur cerita dan mengenali tokoh-tokoh dan unsur-unsur lain yang ada di dalam naskah tersebut. Pada hari kedua, kegiatan yang dilakukan adalah mengahafalkan naskah drama. Kegiatan hari kedua hanya digunakan untuk menghafal naskah. Kegiatan mengahafal naskah dilakukan secara mandiri oleh siswa. Pertemuan ketiga langsung dimulai dengan bermain drama. Masing-masing kelompok sudah melaksanakan latihan drama di luar kegiatan ekstrakurikuler sehungga pembina memutuskan agar siswa langsung saja menampilkan pemenatasan dramanya. Setelah seluruh kelompok mementaskan drama dan memberikan evaluasi, pembina menyatakan bahwa kegiatan drama tersebut dilaksanakan sampai akhir Mei karena hasilnya akan dipentaskan pada acara ulang tahun sekolah berupa drama musikal. Mulai saat itu, ekstrakurikuler yang dilaksanakan setiap hari Jumat akan diisi dengan latihan drama musikal. Dalam proses pembuatannya, drama musikal ini berlangsung setiap pertemuan ekstrakurikuler. Tidak ada istilah sutradara dalam kegiatan ini. Namun, sesungguhnya, dalam kegiatan tersebut pembina sendiri merupakan sutradara karena terlihat pembina yang melatih dan memberikan pengarahan kepada siswa. Selain itu, pembina dibantu oleh seorang siswa yang memiliki kemampuan untuk menari. Siswa tersebut yang membantu menciptakan gerakan untuk penari yang menjadi unsur dalam pementasan drama musikal. Berikut pemaparan pembina terkait kegiatan tersebut. Pementasan drama musikal tersebut dilakukan di wantilan sekolah untuk mengisi acara pada acara ulang tahun SMP Negeri 3 Singaraja. Pementasan tersebut diikuti oleh 18 siswa yang menjadi anggota ekstrakurikuler apresiasi sastra. Sebagian siswa ditunjuk untuk menari dan empat orang siswa ditunjuk sebagai aktor drama musikal tersebut. Cerita drama musikal
tersebut mengenai persahabatan seorang laki-laki dan gadis remaja. Data mengenai kendala-kendala dalam pelaksanaan ekstrakurikuler diperoleh melalui metode observasi dan wawancara. Dari kelima kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra yang telah dilaksanakan, kendala yang sangat jelas terlihat yaitu pada pelaksanaan kegiatan musikalisasi puisi dan pelaksanaan kegiatan drama. Kendala yang disebabkan karena tidak tersedianya pembina yang berpotensi dan berpengalaman di bidang sastra terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan musikalisasi puisi. pembina tidak memberi pengetahuan apappun selain memperlihatkan video dan meperdengarkan rekaman musikalisasi puisi sebagai salah satu usahan untuk memperkenalkan dan menjelaskan sebuah musikalisasi puisi kepada siswa. Hal tersebut dilaksanakan selama pertemuan pertama. Kemudian, pada pertemuan kedua pembina mengajak anggota ekstrakurikuler musik untuk bekerjasama membuat sebuah musikalisasi puisi. Selain itu, ketersediaan waktu dalam membuat musikalisasi puisi tidak diperhitungkan oleh pembina. Padahal, untuk dapat menciptakan musikalisasi puisi, dibutuhkan waktu yang cukup lama. Kendala selanjutnya terjadi saat pelaksanaan kegiatan drama, yaitu saat kegiatan bermain naskah drama. Kendala tersebut adalah tidak dibentuknya sebuah tim kerja atau organisasi pementasan. Tim kerja atau organisasi pementasan tersebut dibentuk hanya pada saat pembina mempersiapkan pementasan drama musikal, namun tetap belum dapat dikatakan maksimal. Pembina juga sama sekali tidak memberikan pembinaan berupa teori dan praktek terkait bermain drama kepada siswa. Selain itu, naskah drama yang diapresiasi hanyalah naskah drama yang terdapat di buku pelajaran. Hal tersebut juga dikarenakan pembina tidak pernah berusahan mencari naskah diluar buku pelajaran untuk diapresiasi pada kegiatan drama tersebut. Seluruh masalah tersebut terjadi karena pembina tidak
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat memaksimalkan kegiatan drama. Pembahasan Perencanaan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja secara keseluruhan ditulis dalam program kerja. Program kerja tersebut dibagi menjadi dua, yaitu program kerja semester ganjil dan program kerja semester genap. Program kerja ini disusun oleh pembina sebelum memulai kegiatan. Hal ini senada dengan Harjanto (2005:2) yang menyatakan, “Perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan tersebut mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana harus pergi.”. Dengan demikian, apa yang dilakukan pembina sangat tepat karena program kerja merupakan langkah awal yang wajib ada dalam sebuah organisasi atau kelompok agar kegiatan menjadi terarah. Berdasarkan hasil penelitian, pada program kerja yang disusun oleh pembina tersebut sudah dipaparkan mengenai kegitan-kegiatan yang akan dilaksanakan, tempat pelaksanaan kegiatan, sarana atau media yang dimanfaatkan dalam sebuah kegiatan, dan waktu pelaksanaan kegiatan. Namun, belum dimuat secara eksplisit mengenai tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Padahal, tujuan sangat pentimg dalam sebuah kegiatan. Sesungguhnya, secara tidak langsung pembina sudah menyatakan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra, secara umum, adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan lebih kepada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler apresiasi sastra dan untuk memaksimalkan pembelajaran apresiasi sastra dikelas yang belum terjangkau. Dengan demikian, dalam program kerja ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja mestinya ditulis tujuan secara umum dan tujuan masing-masing kegiatan secara rinci.
Kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam program kerja ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja merupakan bentuk-bentuk apresiasi sastra yang dimuat dalam materi pemlajaran Bahasa Indonesia di kelas. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa pembina tidak memperbaharui program kerja karena kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya sama. Perubahan akan terjadi, jika adanya perubahan materi pelajaran apresiasi sastra di kelas. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, terdapat juga kekurangan-kekurang dalam pelaksanaan program kerja tersebut. Berdasarkan pembahaasan di atas, dapat simpulkan bahwa ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja sudah memiliki perencanaan dalam bentuk program kerja. Hanya saja, program kerja yang dibuat masih memiliki beberapa kekurangan, yakni belum tercantumnya tujuan kegiatan secara eksplisit, program kerja tidak pernah diperbaharui tiap tahunnya, dan tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler masih bias dengan tujuan pembelajaran di kelas. Setelah merancang sebuah program kerja, dilanjutkan dengan pelaksanaannya. Berdasarkan data pada hasil penelitian, pelaksanaan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja meliputi lima kegiatan, yiatu: (1) membaca puisi, (2) membaca dongeng (3) menulis puisi (4) musikalisasi puisi, (5) drama. Pelaksanaan kegiatan membaca puisi sudah dilakukan secara maksimal. Hal ini dibuktikan oleh kemampuan membaca puisi masing-masing siswa yang mengikuti ekstrakurikuler apresiasi sastra sudah memenuhi kriteria dasar membaca puisi, baik dari segi vokal, intonasi, jeda, artikulasi, maupun ekspresi. Senada dengan Ismawati (2013:66) yang mengatakan, “Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam membaca puisi, yakni (1) pengucapan dan pelafalan, (2) intonasi, (3) ekspresi wajah atau mimik, dan (4) volume suara.”. Melatih hal-hal tersebut membuat siswa terbiasa membaca puisi dengan teknik dan cara yang benar,
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 terutama untuk membaca nyaring atau teknik, mengingat membaca nyaring (membaca teknik) bukan kegiatan yang hanya melibatkan diri sendiri, seperti membaca dalam hati, melainkan sudah melibatkan orang lain sehingga dibutuhkan cara-cara tertentu untuk mengomunikasikan teks puisi. Dalam melatih pembacaan puisi, pembina terlihat sangat menguasai materi sehingga dalam penerapannya dapat dilakukan secara maksimal. Bentuk apresiasi prosa dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja sangat sedikit dilakukan. Apresiasi prosa hanya dilaksanakan dalam satu bentuk, yaitu membaca dongeng. Padahal, dalam teori terdapat lebih dari satu bentuk apresiasi yang dapat dilakukan terhadap prosa. Suroto (1989) menjelaskan bahwa ada beberapa bentuk apresiasi prosa, yakni: membaca prosa, menganalisis prosa, memberi tanggapan terhadap prosa, dan mengubah prosa ke dalam bentuk lainnya, seperti membuat sinopsis dan resensi. Dalam pelaksanaan kegiatan membaca dongeng, siswa mengalami permasalahan dalam membedakan jenis suara masingmasing tokoh. Sehingga secara keseluruhan terjadi ketimpangan pembacaan antara masing-masing siswa. Ada siswa bisa membaca secara maksimal dan ada juga siswa yang sangat kurang dalam membaca dongeng. Namun, pembina tidak melakukan pelatihan secara intens terhadap siswa yang belum mampu membaca dongeng dengan baik tersebut karena kekurangan waktu. Kegiatan ini hanya dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Kegiatan menulis puisi juga dilakukan dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, pembina memberikan materi mengenai unsur-unsur pembentuk puisi dan pada pertemuan kedua pembina menugaskan siswa untuk menulis puisi dengan memanfaatkan gambar sungai tercemar. Pelaksanaan kegiatan ini sama dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas sehingga siswa tidak memperoleh
pengalaman baru dalam menulis puisi. Alangkah lebih baik bila guru mengganti kegiatan pemberian materi tersebut dengan kegiatan lainnya, seperti berbagi proses kreatif membuat puisi ala masing-masing siswa, melihat contoh-contoh puisi para sastrawan Indonesia, maupun kegaiatan lainnya yang mendukung kegiatan menulis puisi. Senada dengan Endraswara (2008:105) yang menyatakan, “Sesungguhnya aktivitas yang harus dilakukan dalam rangka menulis puisi begitu beragam, antara lain mulai dari mendapatkan inspirasi, berimajinasi, mengekspresikan ide, mengekspresikan karya sastra, meresepsi, hingga merefleksikan berbagai hal yang didapat dari lingkungan alamnya dan yang tercermin dalam karya sastra yang bersangkutan.”. Dengan demikian, berkaitan dengan waktu pelaksanaan, agar maksimal, pembina bisa menangulangi hal ini dengan cara tidak mengkhususkan pembinaan menulis puisi, namun terselip juga pada kegiatan-kegiatan lainnya. Artinya, kegiatan menulis puisi ini dilakukan selama pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, sampai anggota melahirkan produk jadi. Kegiatan selanjutnya, yaitu kegiatan memusikalisasikan puisi. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam konteks ini, musikalisasi puisi bukan digunakan sebagai hasil dari penciptakaan karya, melainkan sebagai alternatif untuk memaknai sebuah puisi sehingga siswa lebih mudah memahami, menghayati, dan menghargai puisi. Hemat peneliti, jika musikalisasi puisi hanya dimanfaatkan sebagai alternatif dalam memaknai puisi saja, pembina bisa memperdengarkan rekaman atau video sebuah musikalisasi puisi kepada siswa sehingga tidak perlu mengadakan penciptaan sebuah musikalisasi puisi untuk dapat memahami arti atau makna sebuah puisi. Seperti pernyataan Hamdy (2015:154) yakni, “Konsep musikalisasi puisi adalah sebagai media apresiasi sastra, khususnya puisi, nyaris digunakan oleh berbagai kelompok
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 musikalisasi puisi. Terutama kelompok atau grup yang berada di lingkungan sekolah.”. Walaupun dalam pelaksanaannya, kegiatan ini mengalami kendala karena semua anggota tidak bisa bermain musik, penciptaan musikalisasi puisi tetap berjalan. Hal ini ditangulangi melalui kolaborasi dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler musik. Kegiatan esktrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja yang terakhir adalah drama. Kosasih (2012:141) menyatakan, “Apresiasi drama dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pemahaman naskah drama, mementaskan drama, dan mengidentifikasi pementasan drama.”. Dalam pelaksanannya, apresiasi drama dilakukan ke dalam dua bentuk, yaitu membaca naskah drama (secara tidak langsung sudah mengidentifikasi naskah drama) dan bermain peran dalam pementasan drama. Rendra (2013:87) menyatakan, “Pemain drama harus bisa memerankan tokoh tersebut secara utuh. Semakin utuh peran yang dibawakan, maka akan terlihat semakin hidup. Untuk dapat membawakan peran tersebut secara utuh, pemain harus mempelajari pikiran, watak, perasaan, keadaan dan sifatnya.”. Selain memahami naskah drama, ada pula pelaksanaan mementaskan naskah yang telah dibaca oleh siswa. diketahui dalam pementasan naskah drama tersebut, siswa telah menggunakan properti untuk mendukung pementasan yang mereka lakukan. Selain properti, tata busana, dan tata rias juga digunakan untuk melengkapi karakter mereka dalam bemain peran. Rendra (2013:89) menyatakan, “Di samping unsur pemain dan unsur jalan cerita, terdapat sebuah unsur yang mampu mengikat penonton di dalam pertunjukan sandiwara. Unsur tersebut merupakan unsur perabotan yang terdiri atas tata rias, tata pakaian, tata panggung, tata lampu, tata effek, tata peralatan pemain, dan tata peralatan panggung.”. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di
SMP Negeri 3 Singaraja belum berjalan maksimal. Walaupun sudah melaksanakan ketiga bentuk kegiatan apresiasi sastra, yakni apresiasi puisi, apresiasi prosa, dan apresiasi drama, dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan, hanya kegiatan membaca puisilah yang terlaksanakan dengan baik. Hal itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan pembina dalam membimbing bentuk-bentuk apresiasi sastra lainnya sehingga dalam pelaksanaannya ditemukan beberapa kendala. PENUTUP Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja dibuat secara tertulis dalam format program kerja. Program kerja tersebut dibagi menjadi dua, yaitu program kerja semester ganjil dan program kerja semester genap. Secara keseluruhan, dalam setahun, ada lima kegiatan yang dilakukan, yaitu (1) membaca puisi, (2) membaca dongeng (3) menulis puisi (4) musikalisasi puisi, (5) drama. Pemilihan kegiatan-kegiatan tersebut, didasarkan pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Hanya saja, program kerja yang dibuat masih memiliki beberapa kekurangan, yakni belum tercantumnya tujuan kegiatan secara eksplisit, program kerja tidak pernah diperbaharui tiap tahunnya, dan tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler masih bias dengan tujuan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singraja meliputi lima kegiatan: (1) membaca puisi, (2) membaca dongeng (3) menulis puisi (4) musikalisasi puisi, (5) drama. Walaupun sudah melaksanakan ketiga bentuk kegiatan apresiasi sastra, yakni apresiasi puisi, apresiasi prosa, dan apresiasi drama, dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan, hanya kegiatan membaca puisilah yang terlaksanakan dengan baik. Hal itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan pembina dalam membimbing bentuk-bentuk apresiasi sastra lainnya. Secara umum, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
e-Journal JPBSI Universitas Pendidikan Ganesha Volume : Vol: 4 No: 2 Tahun:2016 apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja belum berjalan maksimal. Kendala yang dihadapi pembina selama melaksanakan kegiatan apresiasi sastra di SMP Negeri 3 Singaraja secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua. Pertama, pemilihan bentuk-bentuk kegiatan apresiasi sastra. Dalam hal ini pembina memilih lima bentuk apresiasi sastra sebagai kegiatan dalam ekstrakurikuler. Lima kegiatan yang telah dilaksanakan ini perlu dipikirkan kembali dalam pelaksanaan selanjutnya, berkaitan dengan keefektifannya dan ketercapaian tujuannya. Kedua, pelaksanaan berbagai bentuk kegiatan, seperti membaca dongeng, menulis puisi, musikalisasi puisi, dan drama. Seluruh kegiatan ini cendrung pelaksanaannya sama dengan pembelajaran di kelas. Dalam melaksanakan kegaiatan menulis puisi waktu yang disediakan sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan siswa untuk melakukan berbagai tahap menulis puisi. Selanjutnya, pada kegiatan membuat musikalisasi puisi mengalami kendala, yaitu tidak ada anggota yang bisa bermain musik. Terakhir, yaitu kegiatan bermain drama. Pelaksanaan terkendala karena pembina tidak membentuk organisasi pertunjukan. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, ada tiga saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini. Pertama, saran untuk guru Bahasa Indonesia, yaitu (1) guru pelajaran Bahasa Indonesia dapat mengatasi masalah kegiatan apresiasi sastra di kelas dengan membentuk kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra, (2) jika belum mengetahui cara membina ekstrakurikuler apresiasi sastra, guru dapat menjadikan kegiatan ekstrakurikuler apresiasi sastra di SMP negeri 3 Singaraja, khususnya proses kegiatan membaca puisi sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Kedua, saran untuk pembina ekstrakurikuler apresiasi sastra, yaitu (1) pembina harus memperbaiki program kerja ekstrakurikuler apresiasi sastra. Dalam program kerja sebaiknya dicantumkan tujuan pelaksanaan kegiatan, baik tujuan secara umum dan
khusus, (2) mengingat pelaksanaan ekstrakurikuler berbeda dengan proses belajar mengajar di kelas, pembina harus memiliki strategi yang berbeda agar suasana dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak sama dengan suasana pada proses belajar mengajar di kelas. Selain itu, keahlian dan pengalaman tersebut penting dimiliki oleh pembina agar tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler tercapai secara maksimal. Ketiga, saran untuk peneliti lain, yaitu penelitian ini hanya meneliti kegiatan apresiasi sastra yang dilaksanakan pada ekstrakurikuler sehingga penelitian mengenai kegiatan apresiasi sastra di kelas, seperti puisi, prosa, dan drama, penting dilaksanakan, mengingat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, baik pada SMP maupun SMA, dimuat materi mengenai apresiasi sastra. Dengan demikian, disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan terkait pelaksanaan kegiatan apresiasi sastra yang belum dikaji dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Harjanto. 2005. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ismawati. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak. Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Irama Widya. Rendra. 2013. Seni Drama untuk Remaja. Bandung: Pustaka Jaya. Salad, Hamdy. 2015. Panduan Wacanadan Apresiasi Musikalisasi Puisi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Saputra, Yudha M. 1998. Pengembangan Kegiatan Ko- dan Ekstrakurikuler. Bandung: Depdikbud Direjendikti. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suroto. 1989. Teoridan Bimbingan: Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.