ABSTRAK Effendi, Ni’am. 2016. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Perpustakaan Sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan . Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Moh. Miftachul Choiri, MA.
Kata Kunci : Peran Komite, Perpustakaan
Era otonomi pendidikan memberikan peluang yang besar kepada kepala sekolah untuk melibatkan komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Diantara upaya itu adalah meningkatkan mutu pendidikan komite sekolah bisa melakukan berbagai macam upaya, diantaranya adalah dengan melalui meningkatkan mutu perpustakaan sekolah. Sehingga munculah gagasan tentang penelitian ini ingin mengetahui peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan. (2) untuk mengetahui apa hambatan komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis penelitian studi kasus, dan teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kemudian analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles & Huberman yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data meliputi data reduction, data display dan conculsion. Berdasarkan analisis data di ditemukan. 1. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sebagai berikut: (a) sebagai badan pemberi pertimbangan dalam meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1, komite sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah, dan staf perpustakaan. (b) sebagai badan pemberi dukungan, komite sekolah dalam hal perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 yaitu memberikan usulan gedung perpustakaan yang layak serta fasilitas yang dibutuhkan peserta didik. (c) sebagai badan pengawas komite sekolah mempunyai andil, akan tetapi sejauh ini karena perpustakaan masih terkendala gedung dan anggaran maka dalam hal pengawasan perkembangan perpustakaan belum bisa optimal. 2. Hambatan yang ditemui komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah adalah anggaran dana, karena sejauh ini dari pemerintah belum ada bantuan khusus untuk operasional perpustakaan sekolah.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi keberadaan komite sekolah masih sangat kurang berperan aktif, sehingga kurangnya keterlibatan komite sekolah dalam hal mempertimbangkan dan sebagai pendukung menjadi salah satu penghambat terwujudnya visi dan misi sekolahan. Disisi lain komite masih sering dianggap sebagai stempel sekolah (dibawah komando kepala sekolah), serta hanya untuk memenuhi peraturan dalam penerimaan subsidi. Dan pembentukan komite sekolah belum sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan dalam SK Mendiknas. Sehingga dalam pelaksanaanya komite sekolah belum seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Padahal komite sekolah menjadi salah satu institusi ditingkat sekolah yang memegang peran penting agar terwujudnya peran dan fungsi yang diharapkan pemerintah itu sendiri. Berdasarkan pengamatan di MIN/ MIS Kabupaten Magetan, menunjukan ada beberapa persoalan diantaranya: (1) Proses pembentukan komite sekolah belum sesuai dengan peraturan SK Mendiknas. (2) Komite sekolah dibentuk dengan pola stigmatis yang diwarisi dari BP3. (3) Praktek pelakasanaan peran dan fungsi komite sekolah meniru gaya birokrat atau menjadi setempel ( dibawah komando kepala sekolah), serta hanya untuk memenuhi aturan dalam penerimaan bantuan atau subsidi (4) Komite sekolah dalam pengambilan keputusan suatu program sekolah belum optimal.1 Menurut guru yang sering berhubungan dengan masyarakat, secara non-formal sering meminta masukan dan pertimbangan dari komite sekolah untuk menyempurnakan program-program sekolah yang 1
Mukhibat, Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) (PONOROGO: STAIN Ponorogo PRESS, 2012), 4-5.
telah dirumuskan. Komite sekolah memberikan pertimbangan tentang program-program yang layak dan perlu mendapatkan prioritas dalam pelaksanaanya. Namun pemberian tanggapan dan persetujuan komite sekolah terhadap program sekolah
tersebut lebih
ditekankan pada perkiraan biaya dan kemampuan atau kesanggupan pihak orang tua peserta didik dalam mendukung pendanaan sebuah program.2 Pada saat ini perpustakaan sekolah masih belum mendapat perhatian sepenuhnya instansi terkait sehingga dampaknya terhadap proses mengajar belum terlihat. Kondisi perpustakaan sekolah masih bervarisasi, belum seragam antara sekolah yang satu dengan yang lain, sehingga perlu ada organisasi dan manajemen perpustakaan sekolah yang jelas. Menurut hasil pengamatan di lapangan (Sekolah Dasar) baik negeri maupun swasta, masih dirasakan kurangnya optimalisasi penggunaan perpustakaan sekolah. 3 Sehubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah, di negara kita Indonesia ini, masih banyak sekolahsekolah yang masih belum menyelenggarakan perpustakaan sekolah, baik SMA, SMP, lebih-lebih di SD dan TK, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Selain itu masalahnya yang kedua adalah banyaknya sekolah yang telah menyelenggarakan perpustakaan sekolah tetapi belum memiliki buku-buku yang memadai yang dapat memenuhi kebutuhan baik murid-murid sebagai sumber belajar maupun bagi guru-guru sebagai sumber mengajar. Sedangkan masalah ketiga adalah usaha pengelolaanya, di mana memang ada beberapa sekolah yang telah memiliki buku-buku yang cukup memadai tetapi kurang dikelola dengan sebaik-baiknya. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah mengapa kondisi perpustakaaan sekolah yang ada di Indonesia masih demikian?
2
Ibid., 116. M.T. Sumantri, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA , 2008), 1. 3
Jawaban yang sering terungkap adalah bahwa yang menyebabkan kondisi tersebut adalah biaya atau anggaran itu merupakan salah satu faktor saja yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Namun faktor yang lain justru sangat menentukan adalah faktor tekad yang bulat, dalam arti kegigihan untuk berusaha membangun perpustakaan sekolah.4 Komite sekolah itu sendiri merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan dengan sekolah maupun lembaga pemerintahan yang lainya. Komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS).5 Peran komite sekolah belum seperti yang diharapkan sesuai tujuan, yang ada antara lain: (1) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasioanal dan program pendidikan di satuan pendidikan. (2) Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyrakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. (3) Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan yang bermutu di satuan pendidikan.6 Dan secara riil komite sekolah adalah bertujuan untuk membantu murid-murid yang tidak mampu agar tetap bersekolah dengan menggiatkan bantuan dari masyrakat, pengusaha, subsidi silang, dan sumber-sumber lain yang ada di masyrakat. Intinya adanya komite sekolah bertujuan tidak membebani masyarakat dengan pungutan-pungutan yang selama ini sangat memberatkan dan mematikan semangat dan keinginan anak-anak untuk bersekolah.7
4
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 15. Sri Renani. Et, al, komite sekolah : Sejarah Dan Prospeknya Dimasa Depan (Yogyakarta: HIKAYAT PUBLISHING, 2008),80-81. 6 Ibid., 81. 7 Mukhibat, Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) ..., 36-37. 5
Sampai saat ini peran dan fungsi komite sekolah masih belum bisa seperti ketentuan pemerintah yang tercantum pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, dimana salah satu ketentuanya berbunyi: “pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyrakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan mutu layanan pendidikan.”8 Menurut Tilaar bahwa tujuan, hasil, strategi, kegiatan, dan harapan yang ingin dicapai oleh komite sekolah yaitu: 1) Tujuannya membangun kemitraan yang efektif antar sekolah, masyarakat, pemerintah daerah, LSM, dan kerja sama antar sekolah yang akan mendorong partisipasi masyarakat. 2) Hasil yang diharapkan agar mekanisme sekolah, masyarakat dalam hubungan saling menguntungkan, terbentuk dan berfungsi secara efektif. Selain itu hasil yang diharapkan agar pengambilan keputusan dapat dilaksanakan secara kolektif oleh komite sekolah. 3) Strateginya adalah memperkuat komite sekolah dalam rangka meningkatkat partisipasi masyarakat melalui pemilihan anggota komite sekolah secara demokrasi dan mengembangkan pedoman yang jelas tentang bagaimana seharusnya sekolah yang baik. 4) Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya, mengadakan pertemuan dengan pihak terkait untuk mendapatkan persetujuan. 5) Harapanya adalah komite sekolah mengadakan kegiatan pembinaan, sebab tanpa pembinaan sistematis tidak akan ada peningkatan mutu sekolah yang berkelanjutan dengan motto penguat “ tidak ada hari tanpa mutu dan tiada hari tanpa pembinaan.”9 Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sekolah, tampaknya telah banyak diteliti di Amerika Serikat. Diantaranya penelitian J.L. Epstein menunjukan bahwa keterlibatan
8 9
368-369.
Sri Renani. Et, al, komite sekolah : Sejarah Dan Prospeknya Dimasa Depan...., 1. H. A. R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, ed. Mambaul Ngadhimah (Jakarta: Indonesiatera, 2003),
masyarakat/ komite sekolah dan orang tua ternyata mampu meningkatkan prestasi dan ketrampilan anak dari tahun ke tahun.10 Berangkat dari latar belakang di atas peneliti berupaya membahas lebih dalam terkait PERAN
KOMITE
PERPUSTAKAAN
SEKOLAH
SEKOLAH
DI
DALAM SD
NEGERI
MENINGKATKAN NGLOPANG
1
MUTU PARANG
MAGETAN.
B. Fokus Penelitian Sesuai dengan judul penelitian di atas maka peneliti memfokuskan pada peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD NEGERI NGLOPANG I PARANG MAGETAN. Dan difokuskan pada keterlibatan dan upaya-upaya apa yang dilakukan komite sekolah dalam meningkatkan perpustkaan sekolah serta hambatanya. C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah diatas penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan ? 2. Apa hambatan komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan ? D. Tujuan Penelitian 10
J.L. Epstein, effects on student Achievement of Teachers Practices for parent Involment. In S. Silvern (ed) Literacy Through Family, comunity, and school Interaction , ed. Mambaul Ngadhimah (Greenwich, CT: JAI Press, 1988).
Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti merumuskan tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan ? 2. Untuk mengetahui apa hambatan komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SDN Nglopang 1 Parang Magetan ?
BAB II KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori 1. Komite Sekolah a) Pengertian Komite Sekolah Komite sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainya. Komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS).11 b) Unsur Komite Sekolah Menurut Nanang Fattah, komite sekolah adalah lembaga/badan khusus yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh unsur-unsur pendidikan ditingkat sekolah sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sesuai dengan keputusan Mendiknas Nomor: 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, sebagai berikut: pasal 1 ayat (2) bahwa setiap satuan pendidikan dapat dibentuk komite sekoolah atas dasar prakarsa masyarakat satuan pendidikan dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Komiite sekolah berkedudukan di sekolah yang berperan mendampingi kepala sekolah dalam mengambil kebijakan dan sekaligus mengontrol pelaksanaanya. Sebelum muncul nama komite sekolah pada tahun 1950an-1970an untuk membantu pelayanan sekolah kususnya yang negeri dan untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat maka di bentuklah suatu organisasi yang dikenal dengan 11
Sri Renani. et,al , Komite Sekolah : Sejarah Dan Prospeknya Dimasa Depan ..., 80-81
Persatuan Orang Tua Murid Dan Guru (POMG). Berdasarkan Keputusan Mendiknas pasal 3 Nomor 044/U/2002 itu pula telah muncul dua model dalam pembentukan komite sekolah pertama, dengan proses pembubaran POMG dengan pembentukan kepala sekolah, kedua tidak mengaitkan antara pembentukan komite sekolah dengan pembubaran POMG, dengan alasan kerena setelah ada keputusan tersebut secara otomatis POMG dinyatakan tidak berlaku.12 c) Tujuan Dan Peran Komite Sekolah Komite sekolah dibentuk dengan tujuan untuk mengupayakan jalinan antara orang tua
dan sekolah, dapat bersama-sama mengantisipasi dan mengarahkan serta
meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak di usia sekolah, pendidikan diharapkan akan menjadi tanggung jawab bersama mulai keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Secara riil Komite Sekolah mempunyai tujuan yang mulai yaitu membantu murid-murid yang tidak mampu agar tetap bersekolah dengan mengingatkan bantuan
dari
masyarakat, pengusaha, dan sumber-sumber yang ada di masyarakat. Intinya Komite Sekolah bertujuan tidak membebani masyarakat dengan pungutan-pungutan
yang
selama ini memberatkan dan mematikan semangat dan keinginan anak-anak untuk sekolah. Menurut Depdiknas tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah untuk: (a) Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan. (b) Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta aktif dari seluruh lapisan masyrakat dalam penyelengaraan pendidikan. (c) Menciptakan
Tim Depdiknas,” Acuan Operasional Dan Indikator Kinerja Komite Sekolah Depdiknas, “dalam Manajemen Berbasis Sekolah,ed. Mambaul Ngadhimah (PONOROGO: STAIN Ponorogo PRESS, 2012), 32-33. 12
suasana dan kondisi transparan dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di daerah kabupaten/kota dan satuan pendidikan.13 Menurut Tilaar bahwa tujuan, hasil, strategi, kegiatan, dan harapan yang ingin dicapai oleh Komite Sekolah yaitu: 1) Tujuannya adalah membangun kemitraan yang efektif antar sekolah, masyarakat, pemerintah daerah, LSM, dan kerjasama antar sekolah yang akan mendorong partisipasi masyarakat. 2) Hasil yang diharapkan agar sekolah mandiri, yang menghubungkan sekolah dengan Komite Sekolah, masyarakat dalam hubungan saling menguntungkan, terbentuk dan fungsi efektif. 3) Harapannya adalah komite sekolah bersama sekolah mengadakan kegiatan pembinaan, sebab tanpa sistem sistematis tidak akan ada mutu sekolah yang berkelanjutan dengan motto penguat “ tiada hari tanpa mutu dan tiada hari tanpa pembinaan.14 Peran Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
a) Pemberi Pertimbangan ( advisory agency ) Komite sekolah memiliki peran sebagai advisory agency, badan yang memberikan pertimbangan kepada sekolah atau yayasan. Idealnya, sekolah dan yayasan pendidikan harus meminta pertimbangan kepada komite sekolah dalam merumuskan kebijkan, program, dan kegiatan sekolah, termasuk juga dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang bersifat khas. Tetapi ada beberapa visi, misi, dan tujuan sekolah yang harus dirumuskan dengan komite sekolah, seperti program unggulan apa saja yang ingin ditetapkan oleh sekolah.
13 14
Mukhibat, Manajemen Berbasis Sekolah(MBS)..., 36-38. Mukhibat, Manajemen Berbasis Sekolah(MBS)..., 37-38
b) Pemberi Dukungan (supporting agency) Komite sekolah memiliki peran sebagai pendukung, badan yang memberikan dukungan dana, tenaga, dan pikiran. Jika dahulu peran BP3 lebih sebgai pendukung dan, maka penekanan peran komite sekolah seharusnya bukan aspek dana saja melainkan aspek lainnya, terutama berupa gagasan dalam rangka penyelenggaraan dan peningkatan mutu peningkatan. c) Melakukan Pengawasan (controlling agency) Komite Sekolah memiliki peran sebagai pengawas , yaitu badan yang melaksanakan pengawasan sosial kepala sekolah. Pengawasan ini tidak sebagai pengawasan institusional sebagaimana yang telah dilakukan oleh lembaga ataupun pengawas seperti inspektorat, atau badan pemeriksa keuangan, maupun badan pengawas preventif, seperti sekolah menyusun RAPBS, atau ketika sekolah memyusun laporan pertanggungjawban kepada masyarakat. d) Mediator Komite sekolah memiliki peran sebagai mediator antara sekolah dengan orang tua dan masyrakat. Keberadaan komite sekolah dilembaga pendidikan swasta akan menjadi pengikat antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Dengan demikian deharapkan akan menjadi kunci keberhasilan upaya peningkatan pendidikan.15
2. Perpustakaan Sekolah a) Pengertian Perpustakaan Ada berbagai pengertian perpustakaan yang telah dibicarakan dalam berbagai sumber, namun secara umum perpustakaan sebagai suatu institusi yang 15
Sri Renani.et, al, Komite Sekolah : Sejarah Dan Prospeknya Dimasa Depan ...,81-83
didalamnya tercakup unsur koleksi (informasi), pengolahan, penyimpanan, dan pemakai. Pengertian perpustakaan saat ini bukanlah gedung atau objek keepers melainkan sebuah sumber pengetahuan (mallinger, 2003). Untuk memahami perpustakaan secara menyeluruh bukan hanya dilihat dari gedung atau fisik tempat menyimpan buku semata, tetapi harus dipahami sebagai sebuah sistem secara utuh didalamnya terdapat unsur tempat, koleksi yang disusun berdasarkan sistem tertentu, serta pengelola dan pemakai. Pengertian perpustakaan secara sederhana adalah suatu unit kerja memiliki sumber daya manusia, ruang khusus, dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis perpustakaannya. Sedangkan perpustakaan menurut menpan No. 18 Tahun 1988 adalah suatu unit kerja yang sekurang-kurangnya mempunnyai koleksi 1000 judul bahan pustaka atau 2500 ekslembar dan dibentuk dengan keputusan pejabat yang berwenang.16 b) Fungsi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan karyawan dari suatu sekolah tertentu. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah. Oleh karena itu fungsi perpustakaan sekolah adalah ( Tri Septiyantoro, 2003): a. Sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, yaitu membantu program pendidikan dan pengajaran sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam kurikulum.
16
1.2.
Mengembangkan
kemampuan
anak
menggunakan
sumber
Purwono. Sri Suharmini, Perpustakaan Dan Kepustakaan Indonesia (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008),
informasi. Bagi guru, perpustkaan merupakan tempat untuk membantu guru dalam mengajar dan memperluas pengetahuan. b. Membantu siswa untuk memperjelas dan memperluas pengetahuan pada setiap bidang studi. Oleh karena itu, perpustakaan dapat dijadikan sebagai semacam Laboratorium yang sesuai dengan tujuan yang terdapat dalam kurikulum. c. Mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri. d. Membantu siswa untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya. e. Membiasakan siswa untuk mencari informasi di perpustakaan. f. Merupakan tempat untuk mendapatkan bahan rekreasi sehat, melalui bukubuku bacaan yang sesuai dengan umur dan tingkat kecerdasan siswa. g. Memperluas kesempatan belajar bagi para siswa. Sedangkan fungsi perpustakaan menurut sumber yang lain, pada umunya perpustakaan umunya sebagai berikut: 1. Penyimpanan bahan pustaka. 2. Pendidikan seumur hidup. 3. Sebagai mencari informasi. 4. Rekreasi kultural. c) Pembiayaan Perpustakaan Peningkatan mutu perpustakaan tidak akan lepas dari pembiayaan demi mencukupi sarana prasarana demi terwujudnya fungsi perpustakaan itu sendiri. Sumber keuangan merupakan bagian pokok dari semua itu. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa uang adalah merupakan daya penggerak untuk melaksanakan
suatu kegiatan. Terutama dalam hal pendidikan dan pelaksanaan perpustakaan. Faktor uang memegang peranan penting karena untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perpustakaan. Disini peranan komite sekolah sangat berperan dalam hal keuangan demi terwujudnya dan tercukupi masalah pembiayaan. Sumber keuangan atau pembiayaan, misalnya: melalui donatur, komite sekolah, melalui SPP, melalui sistem sponsor, wakaf, jariyah ataupun sumbangan dari muridmurid yang telah tamat atau murid yang baru masuk. Dari pembiayaan tersebut akan untuk menuhi kebutuhan atau sarana prasarana perpustakaan. d) Indikator Mutu Perpustakaan Adapun perpustakaan yang dikatakan bermutu yaitu mempunyai visi, misi, peran, tugas, dan fungsi yang jelas dan di dukung dengan sarana prasarana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Perabot Perlengkapan a. Almari penitipan tas dan rak pameran. b. Pintu kontrol. c. Tempat peminjaman. d. Almari katalog. e. Meja layanan rujukan. f. Rak koleksi majalah dan surat kabar. g. Rak koleksi buku. h. Meja komputer. i. Meja dan kursi baca.
j. Meja/kursi untuk petugas. 2. Peralatan Perpustakaan a. Mesin ketik. b. Komputer. c. Printer. d. Alat baca bahan mikro. e. Alat pemutar vidio dan audio. f. Alat pemutar VCD dan DVD. g. Proyektor. h. Mesin fotokopi. i. Pesawat telpon dan faximili. j. Mesin potong kertas. k. Mesin jahit. l. Alat pres. m. Alat perekat. n.
Mesin pencetak.17 Demi terwujudnya fungsi dan peran perpustakaan tersebut, maka
haruslah terpenuhi semua kebutuhan, peralatan serta perabot perpustakaan tersebut. Sehingga mutu perpustakaan akan sepunuhnya terwijud seiring dengan keadaan dan tersedianya sarana prasarana perpustakaan, sehingga proses pendidikan akan menjadi lebih optimal. 3. Hubungan Komite Sekolah Dengan Peningkatan Mutu perpustakaan
17
2.40-2.46
Abdul Rahman Saleh. Rita Komalasari, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),
Salah satu syarat penting dalam penyelenggaraan perpustakaan anggaran yang memadai18. Tanpa anggaran yang pasti, perjalanan perpustakaan akan tersendat-sendat. Anggaran erat hubungannya dengan perencanaan lembaga, karena seluruh sumber daya dan kegiatan akan memerlukan anggaran untuk mencapai
tujuan
perpustakaan
atau
informasi
(Bryson,
1990:
345).
Penganggaran adalah suatu rencana yang membuat penerimaan dan pengeluaran yang sudah dinyatakan dalam jumplah uang. Disini komite sekolah mempunyai peran yang sangat penting, yaitu sebagai supporting aggency ( pemberi dukungan), badan pemberi dukungan berupa dana, tenaga, dan pikiran. Jika dulu komite sekolah hanya bertitik berat pada dana, sekarang komite sekolah juga harus memberikan gagasan dalam rangka penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.19 Peningkatan mutu pendidikan itu sendiri bisa melalui beberapa cara, salah satunya adalah penyelenggaran perpustakaan, karena melalui perpustakaan diharapkan peserta didik dapat memperlancar pencapaian tujuan proses belajar disekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya tingginya prestasi peserta didik, tetapi lebih jauh lagi, antara lain peserta didik mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, terbiasa belajar mandiri, mempunyai tanggung jawab, mengikuti perkembangan IPTEK.20
B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Disamping memanfaatkan berbagai teori yang relevan dengan bahasan ini, penulis juga melakukan telaah terhadap hasil penelitian terdahulu. Yakni, penelitian 18
Laza H S, Manajemen Perpustakaan (Yogyakarta: Gama Media, 2005), 290. Sri Renani.et, al, Komite Sekolah : Sejarah Dan Prospeknya Dimasa Depan ...,82. 20 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 5.
19
yang dilakukan Farida Setyaningrum, 2011, “ PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYEDIAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN PAKEM DI MI
MA’ARIF
POLOREJO
TAHUN
PELAJARAN
2009/2010”.
Dengan
kesimpulan: 1) Peran komite sekolah dalam persiapan pelaksanaan PAKEM di MI Ma’arif Poloreje adalah sebagai pendukung penyedia sarana prasarana dan sebagai jembatan pembelajaran antara sekolah dan masyarakat. 2) Peran komite sekolah dalam persiapan pelaksanaan PAKEM di MI Ma’arif Poloreje adalah sebagai stakeholder, mitra kerja, motivator, fasilitator, supervisor, kontrolling, dan mediator. 3) Hambatan komite sekolah dalam persiapan pelaksanaan PAKEM di MI Ma’arif Poloreje adalah kurangnya koordinasi baik dari segi personil maupun program dari komite sekolah sehingga diperlukan adanya kerja sama antara anggota komite dan penyusun program kerja baik jangka pendek ataupun jangka panjang, sehingga komite mempunyai pijakan melangkah. Dan masih ada anggota komite yang kurang paham tentang PAKEM. Perbedaan telaah pustaka dengan penelitian ini sangatlah jelas, telaah diatas meneliti tentang peran Komite Sekolah dalam penyediaan sarana prasarana pembelajaran PAKEM, sedangkan penelitian ini adalah peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah. Iin
Yutanti,
MENINGKATKAN
2010,” MUTU
PERAN
KOMITE
PENDIDIKAN
DI
SEKOLAH
SDN
BAJANG
DALAM TAHUN
2008/2009”. Dengan kesimpulan: 1) Komite Sekolah di SDN BAJANG sudah berperan sesuai dengan apa yang ada dalam Keputusan Mentri Pendidika Nasional Nomor
004/U/20202 yaitu berperan sebagai advisory agency, supportiing, controlling agency, mediator. 2) Dalam meningkatkan mutu Pendidikan Komite Sekolah
berperan sebagai pendukung baik secara materiil maupun non materiil. Perbedaan telaah pustaka dengan penelitian ini sangatlah jelas, telaah pustaka diatas meneliti tentang peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, sedangkan penelitian ini adalah peran Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah. Berangkat dari latar belakang di atas peneliti berupaya membahas lebih dalam terkait PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SD NEGERI NGLOPANG 1 PARANG MAGETAN.
BAB III Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif,21 dengan karakteristik-karakteristik (a) penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci. Sedangkan instrumen lain
sebagai instrumen
penunjang, (b) penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar-gambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen dan rekaman lainnya. Dan dalam memahami fenomena, peneliti berusaha melakukan analisis sekaya mungkin mendekati bentuk data yang telah direkam, (c) dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian kualitatif lebih memperhatikan aktifitas-aktifitas nyata sehari-hari, prosedur-prosedur dan interaksi yang terjadi, (d) analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, (e) makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, institusi atau masyarakat, dalam penelitian kasus akan
21
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), 3.
dilakukan penggalian data secara mendalam dan menganalisis intensif faktor-faktor yang terlibat di dalamnya.22 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data yang mana informan mengetahui bahwa peneliti melakukan penelitian agar mempermudah dalam melakukan pengumpulan data. Adapun instrumen yang lain hanya sebagai penunjang 3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan karena Komite Sekolah dalam penyediaan dan keikutsertaan dalam dunia pendidikan khususnya mengembangkan mutu perpustakaan kurang berperan aktif.
4.
Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis, foto, dan statistic adalah sumber tambahan. Data akan dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi yang mana datadata tersebut berisi tentang keadaan lingkungan SD, bagaimana pengelolaan pendidikan di SD tersebut. Selebihnya wawancara dengan Kepala Sekolah dan Komite Sekolah, serta Staf perpustakaan. 22
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan , (Surabaya: SIC, 2001), 24.
5.
Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakan wawancara antara lain adalah (a) menkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain (b) merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu (c) memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang (d) memferifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, (e) memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.23 Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam, artinya metode yang selaras dengan perspektif interaksionalisme simbolik, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya,24 untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena-fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah 3 informan, yaitu diambil secara purposive, yaitu: 1) Komite Sekolah SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan. 2) Kepala Sekolah SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan. 3) Pengurus Perpustakaan atau Staf yang berkaitan di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan. b. Observasi
23 24
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif), 135. Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 183.
Observasi adalah sebagai aktivitas untuk memperhatikan sesuatu dengan menggunakan alat indra, yaitu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.25 Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi atau pengamatan digunakan dalam penitian ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku, dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Dengan teknik ini , peneliti mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari objek penelitian karakteristik fisiksituasi sosial, dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif (deskriptive observations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya denan melakukan obsevasi selektif (selective observations). Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam
25
107.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 2 , (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat “catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”. Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, “jantungnya adalah catatan lapangan”. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran dari fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat. Format rekaman hasil observasi (pengamatan)catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. c. Teknik Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan yang lain metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah.26 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.27 Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan “dokumen”
digunakan untuk
mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk
26 27
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan , 80. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&R, (Bandung: Alfabeta, 2007), 240.
tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini sebab; pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu: kedua, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam mereflesikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun depan, dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya; keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format rekaman dokumentasi. 6.
Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.28 Adapun tahap dalam analisis data yang dilakukan pene;iti lakukan adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
28
Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 91
Data yang diperoleh dari lapangan datanya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.29 Reduksi
data
merujuk
pada
proses
pemilihan,
pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi dan pentransfortasian “data mentah” yang terjadi catatan lapangan tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif.30 b. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif, penyaji data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan, antara kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.31
c. Penarikan/verifikasi kesimpulan Kesimpulan awal yang masih dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan 29
Sugiyono, Memahami....., 92 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: grafindo Persada, 2011), 129 31 Sugiyono, Memahami....., 95 30
pada tahap awal, didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan
mengumpulkan
data,
maka
kesimpulan
yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yan kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.32
Koleksi Data
Reduksi Data
32
Sugiyono, Memahami....., 99
Penyajian Data
Penarika/ verifikasi
Gambar 1.1 Komponen dalam analisis data menurut Miles dan Huberman33 7.
Pengecekan Kredebilitas Data Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negative, dan pengecekan anggota. Dalam penelitian ini, uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan : a) Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrument itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Maka perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data dikumpulkan. Maksud dan tujuan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian adalah: (a) dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun responden dan selain itu dapat membangun kepercayaan subyek, (b) dengan terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang, peneliti dapat mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data, pertama-tama dan yang terpenting adalah distorsi pribadi.
33
Sugiyono, Memahami....., 92
b) Pengamatan Yang Tekun Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi kalau perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. c) Triangulasi Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan pemanfaatan sumber dan penyidik. Teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang dengan situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan, teknik triangulasi dengan penyidik,
artinya dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data. d) Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan maksud: (a) untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. 8.
Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penilisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah (1) tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian, (2) tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dari persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data, (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian.34
34
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif), 178.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Umum 1. Profil SD negeri 1 Nglopang Parang Magetan. a. Nama Sekolah
: SD Negeri Nglopang 1
b. NPSN
: 20509215
c. Status Sekolah
: Negeri
d. Status Kepemilikan
: Lainya
e. SK izin Operasioanal
:
f. Tanggal SK
: 01-01-1910
g. Desa/ Kelurahan
: Nglopang
h. Alamat
: Rt. 05/ rw, 03
i. Kecamatan
: Parang
j. Kabupaten
: Magetan
k. Propinsi
: Jawa Timur
l. Kode Pos
: 63371
m. Lintang
:-7.7786000
n. Bujur
: 111. 3301000
o. SK pendirian Sekolah
:
:
p. Tanggal SK
: 07-01-1947
q. Rekening BOS
: 0302444706
r. Nama Bank
: Bank Jatim
s. Nomor Sekolahan
:0815560332235
t. Jumplah siswa dalam 3 tahun terakhir36 Kelas
Jumplah Siswa 2012/2013
2013/2014
2014/2015
I
10
11
7
II
11
10
11
II
8
11
10
IV
8
8
11
V
5
8
8
VI
13
5
8
Jumplah
56
53
55
2. Letak Geografis SD Negeri 1 Nglopang Kecamatan Parang Magetan SD
Negeri 1 Nglopang
kecamatan Parang Magetan beralamat di Desa
Nglopang Kec. Parang Kab. Magetan. Secara geografis SD Negeri 1 Nglopang adalah: Terletak tepat di depan Balai Desa Nglopang.
35 36
Lihat Transkip Dokumentasi 01/D/-28-III/2016 Lihat Transkip Dokumentasi 02/D/-28-III/2016
Di depan sekolahan juga ada warung, yanng mana tempat biasanya anak-anak membeli jajan/ makanan. Dikelilingi perumahan penduduk.37 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi dalam lembaga mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan adanya struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing orang terlibat didalam suatu lembaga tertentu dapat terorganisir. Struktur orrganisasi tersebut tersusun atas satu kesatuan komponen yang saling membantu.38 4. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Visi Sekolahan: “MEMBENTUK MANUSIA YANG SANTUN, TERAMPIL, MANDIRI, CERAS SERTA BERWAWASAN PADA IMTAQ”. Misi Sekolahan: “TERBENTUKNYA MANUSIA YANG SANTUN, TERAMPIL, MANDIRI, CERDAS SERTA BERDAYA SAING DENGAN ERA GLOBALISASI”. Tujuan Sekolah: a. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil pembelajaran dan kegiatan pembiasaan. b. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk bakal melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. c. Dapat menyiapkan insan yang terampil dan mandiri hasil dari kegiatan ekstrakurikuler (Pramuka). d. Menjadi sekolah populer dan penggerak lingkungan masyarakat sekitar.
37 38
Lihat Transkip Observasi 01/O/-23-III/2016 Lihat Transkip Dokumentasi 03/D/-28-III/2016
e. Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.39 5. Daftar Sarana prasarana Keadaan sarana dan prasarana pendidikan secara keselururuhan di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan adalah cukup memadai dan dalam keadaan baik yang pada akhirnya akan membantu keberhasila dan memperlancar proses belajar mengajar.40 6. Keadaan Murid Pada tahun pelajaran 2014/2015, jumlah peserta didik di SD Negeri Nglopsng 1 Parang Magetan dari kelas I sampai kelas VI berjumlah 55. Kelas I berjumlah 7, kelas II berjumah 11, kelas III berjumlah 10, kelas IV berjumah 11, kelas V berjumlah 8, kelas VI berjumlah 8.41 7. Keadaan Guru Di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan, jumlah keseluruhan guru 9 guru. Dari jumlah tersebut 5 guru sudah menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Sedangkan 4 guru masih berstatus GTT. Untuk penjaga dan sekaligus tukang kebun 1 orang. dan untuk tenaga kerja khususnya guru adalah Sarjana (S-1), dan untuk penjaga adalah SMP.42 8. Data Perpustakaan Sekolah a. Ruang Perpustakaan Perpustakaan SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan dibangun pada , dengan luas bangunan 7x8 meter. Kondisi ruangnya masih bersih tetapi kurang
39
Lihat Transkip Dokumentasi 04/D/-29-III/2016 Lihat Transkip Observasi 02/O/-23-III/2016 41 Lihat Transkip Dokumentasi 05/D/-29-III/2016 42 Lihat Transkip Dokumentasi 06/D/-30-III/2016
40
dijaga kebersihannya. Ada ventilasi udaranya, serta penerangan yang cukup. Rak buku masih kurang tersedia atau masih kurang sehingga bukunya masih berantakan. Perabot perpustakaan atau inventaris barang perpustakaan antara lain yaitu meja dan kursi petugas, meja dan kursi tempat membaca siswa, almari, rak buku. Sarana dan prasarana tersebut membantu memperlancar penyelanggaraan perpustakaan.43 b. Koleksi Perpustakaan Perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan belum menyadari bahwa sebagai salah satu sumber belajar siswa, karena sekolahan
belum
menyediakan buku-buku yang dibutuhkan oleh siswa. Buku-buku diperpustakaan ini kebanyakan adalah buku cerita dan buku-buku pelajaran, akan tetapi ketersediaan buku sangat kurang dikarenakan dana atau anggaran sekolah dalam pembelian buku.44
c. Struktur Organisasi Untuk mengelola perpustakaan, kepala sekolah mengangkat petugas perpustakaan dan membentuk organisasi perpustakaan. Tujuanya adalah agar penyelengaraan perpustakaan sekolah berjalan dengan baik. Adapun
struktur
organisasi perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan adalah sebagai berikut.45 d. Jumlah Pengunjung 43
Lihat Transkip Observasi 03/O/-23-III/2016 Lihat Transkip Observasi 04/O/-28-III/2016 45 Lihat Transkip Dokumentasi 07/D/-30-III/2016 44
Jumlah pengunjung di perpustakaan SD Negeri Nglopang 1 parang magetan adalah 15 rata-rata dalam sebulan. Akan tetapi jika akan akreditas setiap anak
atau setiap kelas digilir untuk mengunjungi perpustakaan. Kurangnya
pengunjung perpustakaan itu sendiri dikarenakan mungkin karena tempatnya atau buku yang ada kurang menarik minat anak.46
B. Paparan Data Khusus 1.
Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatan Mutu Perpustakaan SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan Baik atau tidaknya perpustakaan itu tergantung bagaimana kinerjnya. Artinya, apakah perpustakaan itu profesional dalam pengelolaanya, loyal dalam pencapaian visi dan misinya, dan sebagainya, sehingga perpustakaan itu benar-benar menjadi pusat informasi. Oleh sebab itu, perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan perlu adanya perhatian khusus agar perpustaanya bisa menjadi pusat informasi dan sebagai salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran di sekolah.
46
Lihat Transkip Dokumentasi 08/D/-31-III/2016
Mutu
perpustakaan
merupakan
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
penyelenggaraan perpustakaan sekolah, khusunya dalam hal fisik atau bangunan. Disini komite sekolah sangatlah mempunyai peran yang utama dan di dalam tugasnya komite sekolah dalam mengelola perpustakaan dibantu langsung oleh kepala sekolah dan kepala sekolah mengangkat petugas perpustakaan, yang mana petugas itu dipilih langsung oleh kepala sekolah itu sendiri dan petugas perpustakaan itu juga dibantu oleh beberapa orang lainya. Hal ini sebagaimana hasil wawancara dengan bapak SY , kepala sekolah di SD Negeri Nglopang 1.47
“Petugas perpustakaan itu yang memilih kepala sekolah sendiri dan kebetulan kepala sekolahnya adalah saya, dan yang saya pilih sebagai petugas perpustakaan adalah Bapak Alek Condra susanto sebagai kepala perpustakaan dan juga beliau sebagai guru penjaskes” Seperti yang telah disampaikan bapak AL, bahwa perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 di bantu oleh oleh dua orang petugas, sebagai pelaksana layanan teknis dan tata usaha. yakni Ibu RAS dan Ibu N. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan bapak AL48. “Untuk mengelola perpustakaan ini saya dibantu dengan Ibu RAS dan Ibu N, akan tetapi ini semua seperti simbolis,karena dalam kerjanya kurang berperan atau kuarang membantu layaknya seperti tugasnya” Seperti yang disampaiakan oleh bapak P W, perpustakan,
komite
sekolah
turut
diikut
dalam
sertakan
hal dalam
yang
mengenai
pengembangan
perpustakaan, khusunya pendanaan. Karena dana adalah salah satu hal pokok yang
47 48
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 01/W/07-III/2016 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 03/W/16-III/2016
menunjang kinerja perpustakaaan/ mutu perpustakaan. Hal tersebut disampaikan langsung oleh bapak PW.49 “IYA dilibatkan. Sejauh ini kami selaku komite sekolah ini mengusahakan pembangunan gedung, dan rencana kedepan dukungan yang kami berikan adalah memberikan fasilatas kepada anak didik agar gemar membaca” Bapak AL juga menyatakan hal yang sama yang berkaitan dengan gedung. SD Negeri Nglopang 1 belum mempunyai gedung khusus, perpustakaan yang sekarang itu merupakan kelas yang tidak dipakai dan dijadikan tempat penyimpanan buku/perpustakaan. Akan tetapi jika akreditas atau peninjauan gedung itulah yang dijadikan sebagai perpustakaan. Hal tersebut disampaikan langsung oleh apak AL.50 “Memang untuk gedung itu sendiri SD Negeri Nglopang 1 belum mempunyai gedung khusus. Cuman ada gedung/kelas kosong yang tak terpakai dan dijadikan sebagai tempat penyimpanan buku/perpus. Akan tetapi jika akreditas gedung itulah yang samapai sekarang dijadikan perpustakaan” Agar perpustakaan dapat berfungsi dengan baik diperlukanlah biaya yang cukup. Perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 ini belum mempunyai anggaran khusus atau dana khusus untuk pengelolaan perpustakaan, baik itu dana BOS atau dari wali murid. Hal tersebut disampaikan oleh bapak SY.51 “Perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 belum mempunyai atau belum mendapat bantuan khusus untuk pembiayaan perpustakaan baik itu dari pemerintah atau BOS dan juga dari wali murid” Hal serupa juga disampaiakan oleh bapak AL yang mana bahwa SD Negeri Nglopang 1 Buku-bukunya belum mencukupi kebutuhan guru dan murid, itu semua karena belum mempunyai atau belum mendapatkan bantuan seperti SD SD yang
49
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/W/-23-III/2016 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 03/W/16-III/2016 51 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 01/W/07-III/2016 50
lain, diantaranya bantuan mengenai perpustakaan sekolah itu sendiri. Hal tersebut disampaikan langsung oleh bapak AL.52 “Belum mencukupi karena keterbatasan buku, semua itu karena SD Negeri Nglopang 1 belum mendapatkan bantuan khusus, seperti SD lainya” Minat baca siswa masih sangat berkurang, ini terlihat dari jumlah siswa yang berkunjung ke perpustakaan, para siswa lebih senang untuk membeli makanan dari pada membaca diperpustakaan. Hal ini disampaikan oleh bapak AL.53 “Jumplah anak yang masih sedikit rata-rata hanya 15-20 anak dalam satu bulan” Akan tetapi jika pada saat akreditasi setiap kelas atau setiap istirahat anakanak digillir untuk membaca ke perpus atau untuk meminjam buku di perpustakaan. Hal tersebut juga disampaikan oleh bapak AL.54 “Untuk menumbuhkan minat baca, setiap anak/kelas jam istirahat diharapkan ke perpustakaan, untuk meminjam buku atau membaca buku. Pada saat menjelang akreditasi setiap kelas digilir ke perpusnya, karena faktor tempat dan jumpalah buku yang ada” Gedung atau ruangan merupakan tempat yang harus disediakan oleh pihak sekolah atau instansi yang berkaitan, sehingga penyelenggaraan perpustakaan itu sendiri akan mudah dalam pengelolaannya. SD Negeri Nglopang 1 ini untuk sampai saat ini belum menyadari betapa pentingnya keberadaan perpustakaan itu sendiri, sudah ada gedung. Tetapi awalnya gedung itu adalah kelas kosong yang setelahnya dijadikan perpustakaan. Hal tersebut disampaikan langsung oleh bapak Komite sekolah bapak AL.55
52
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 04/W/-23-III/2016 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 03/W/16-III/2016 54 Lihat Transkrip Wawa ncara Nomor 03/W/16-III/2016 53
55
Lihat Transkrip Wawa ncara Nomor 03/W/16-III/2016
“Kurang lebih 8Th, akan tetapi sementara ini kegiatan perpustakaan SD Negeri Nglopang 1 vakum, karena kurangnya sarana dan prasarana serta gedung yang memadai/ bahkan belum ada. Tetapi ada kelas kosong yang dijadikan perpustakaan” 2. Hambatan Dalam Meningkatkan Mutu Perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan Kita ketahui bahwa komite sekolah adalah salah satu badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataaan dan pengelolaan pendidikan disatuan pendidikan. Baik pendidikan pra sekolah, ataupun jalur pendidikan sekolah. Komite sekolah juga merupakan badan kemitraan dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat (orang tua peserta didik). Menurut bapak PW selaku komite sekolah SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan, dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu perpustakaan di SD Negeri Nglopang 1 ini sebagai berikut.56 “Sebagai badan pemberi pertimbangan, bagaimana peran bapak dalam meningkatkan sarana dan prasarana di SD Negeri Nglopang 1, Bekerja sama dengan kepala sekolah, dan staf lainya didalam meningkatkan sarpras. Khususnya dalam hal ini tentang mutu dan sarpras perpustakaan”
Untuk pengembangan perpustakaan komite sekolah selalu dikaitkan, akan tetapi karena keadaan dan bantuan dari pemerintah yang belum ada untuk SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan ini masih kurang mempunyai inisiataif atau gagasan bagaimana cara mengembangkan dan bagaimana cara membuat sekolah ini atau pendidikan di sekolah ini maju karena dengan salah satunya terselenggaranya
56
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/W/-23-III/2016
perpustakaan sekolah itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh bapak PW, bahkan sesuai dengan keadaan yang ada.57 “Komite sekolah selalu dilibtakan dalam hal pembangunan atau yang lain,akan tetapi terkendala karena anggaran dan gedung, sehingga. komite sekolah belum sepenuhnya optimal dalam menjalankan tugasnya” Sebagai badan pemberi dukungan komite sekolah SD Negeri Nglopang 1 ini mempunyai suatu pemikiran atau harapan dikemudian hari akan terwujudnya gedung khusus perpustakaan dan sarana prasarana yang lengkap demi terwujudnya pendidikan yang bermutu. Hal ini sesuia dengan apa yang disampaikan oleh bapak PW.58 “Sejauh ini kami selaku komite sekolah ini mengusahakan pembangunan gedung perpustakaan, dan rencana kedepan dukungan yang kami berikan adalah memberikan fasilatas kepada anak didik agar gemar membaca” Hambatan-hambatan yang ditemui yaitu dana/ anggaran yang tersedia. Khusunya dalam hal perpustakaan.
Karena bantuan yang mengenai dengan
perpustakaan itu sendiri belum ada. Hal ini disampaikan oleh bapak PW. 59 “DANA, pendanaan atau bantuan dari pemerintah yang minim, bahkan belum ada bantuan khusus untuk perpustakaan itu sendiri” Dari penjelasan-penjelasan yang bapak PW bahwasanya peran komite sekolah di pedesaan belum sepenuhya seperti apa
yang diharapkan oleh pemerintah,
sehinggga keberadaan komite sekolah hanyalah dianggap sebagai badan yang hanya menangani tentang penyaluran bantuan-bantuan saja.
57
Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/W/-23-III/2016 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/W/-23-III/2016 59 Lihat Transkrip Wawancara Nomor 05/W/-23-III/2016
58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan a. Sebagai Badan Pemberi Pertimbangan Bekerja sama dengan kepala sekolah, dan staf perpustakaan di dalam meningkatkan mutu perpustakaan. b. Sebagai Badan Pemberi Pendukung Komite sekolah mengusulkan
pembangunan gedung perpustakaan, serta
fasilas yang di butuhkan peserta didik. c. Sebagai Badan Pengawas Komite sekolah sejauh ini belum bisa optimal karena belum adanya gedung perpustakaan. 2. Hambatan komite sekolah dalam meningkatkan mutu perpustakaan sekolah di SD Negeri Nglopang 1 Parang Magetan a. Anggaran dana, karena sejauh ini dari pemerintah belum ada bantuan khusus
untuk operasional perpustakaan sekolah. B. Saran-Saran
1. Bagi kepala sekolah sebaiknya memperhatikan hal-hal yang bisa meningkatkan mutu pendidikan, ada banyak hal yang bisa membantu meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan adanya terselenggaranya perpustakaan. Dan sebaiknya perpustakaan mendapatkan perhatian agar dampak yang muncul bisa dapat di rasakan. 2. Bagi komite sekolah sebaiknya lebih kreatif lagi dalam menjalankan peranya. Khususnya dalam hal pendanaan atau mengalokasikan dana demi terwujudnya sarana dan prasarana yang memadai, yang bisa menunjang presatasi peserta didik khususnya melalui terselenggaranya perpustakaan sekolah. 3. Kepala perpustakaan sebaiknya bisa menjadikan perpustakaan sebagai tempat bermain dan belajar anak, agar anak merasa senang dan tidak bosan. 4. Bagi peneliti yang berniat di bidang yang sama, dengan segala kekurangan dan
keterbatasan, hasil penelitian ini merupakan informasi yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, diharapkan sekiranya peneliti menguji aspek yang lain sehingga dapat melengkapi keilmuan dibidang yang sama.
DAFTAR PUSTAKA A Huberman, Miles. Analisa data Kualitatif. Jakarta: UI-Press, 1992. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi 2. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data . Jakarta: grafindo Persada, 2011. Epstein, J.L. effects on student Achievement of Teachers Practices for parent Involment . In S. Silvern (ed) Literacy Through Family, comunity, and school Interaction , ed. Mambaul
Ngadhimah. Greenwich, CT: JAI Press, 1988. H S, Laza. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media, 2005. Malik, Umar. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000.
Mukhibat. Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) (PONOROGO: STAIN Ponorogo PRESS, 2012. Mulyana, Dedi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003.
Purwono. Suharmini, Sri. Perpustakaan Dan Kepustakaan Indonesia . Jakarta:Universitas Terbuka, 2008. Rahman, Abdul. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.
Rahayuningsih, F. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Renani, Sri. Et, al. Sejarah Dan Prospeknya Dimasa Depan. Yogyakarta: HIKAYAT PUBLISHING, 2008. Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC, 2001. Sumantri, M.T. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2008.
Saleh, Abdul Rahman. Komala, Sari. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&R. Bandung: Alfabeta,
2007.
Tilaar, H. A. R. Kekuasaan dan Pendidikan, ed. Mambaul Ngadhimah. Jakarta: Indonesiatera, 2003.