PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIDIKAN DI SMAN 28 KABUPATEN TANGERANG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : Aziz Abdillah 1112018200022
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
ABSTRAK Aziz Abdillah. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang: Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak diberlakukannya desentralisasi pendidikan, memaksimalkan peran stakeholder sekolah dan masyarakat menjadi sangat penting dalam mendukung keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Bentuk aktualisasi desentralisasi pendidikan diwujudkan dengan adanya komite sekolah yang diharapkan dapat menjalankan perannya secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komite sekolah sebagai pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang. Dengan aspek yang di lihat yaitu peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan peran sebagai mediator, peran tersebut adalah sebagai bentuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan amanat yang tertuang pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan subjek penelitian komite sekolah dan informasi pendukung dari kepala sekolah dan guru. Berdasarkan hasil penelitian peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang terbilang cukup baik.
Kata Kunci : Komite Sekolah
i
ABSTRACT Aziz Abdillah. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang: Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Since the decentralization of education, to maximize the role of the school and community stakeholders are very important in supporting the success of the educational process at school. Actualization shape educational decentralization embodied by the school committee that is expected to perform its role in improving the quality pendidilkan maximum. This study aims to determine the role of the school committee in improving the quality of education at SMAN 28 Tangerang. With aspects in view, namely the role of the school committee as a conduit of consideration, support, control, and role as a mediator, that role is as a form of improving the quality of education in accordance with the mandate set out in the Decree of the Minister of National Education No. 044 / U / 2002 on April 2 2002. this research uses descriptive method with qualitative approach, the research subject and the school committee supporting information from principals and teachers. Based on the results of the school committee's role in improving the quality of education in SMA Tangerang is quite good.
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kita semua nikmat iman, Kesehatan, waktu,
kesempatan sehingga
sehingga saya bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dan tak lupa pula shalawat serta Salam mari kita panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW,
yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Maka Saya ucapkan terimakasih kepada, 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Semoga dalam kepemimpinan beliau Fakultas ini semakin terpercaya dan berhasil dalam mencetak calon penerus bangsa. Amin 2. Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Kepala Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan saya banyak masukan, support dan motivasi selama kuliah. 3. Bapak Prof. Dr. H. Husni Rahim selaku pembimping I, dan Bapak Dr. Zahruddin, Lc. M.Pd selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dengan baik, memberikan semangat, motivasi, support. Mudah-mudahan amal baik beliau mendapat balasan yang layak dari Allah SWT. Amin 4. Bapak Drs. Mu’arif SAM, M.Pd selaku dosen Penasehat Akademik saya, dan seluruh Dosen Manajemen Pendidikan yang telah memberikan begitu banyak ilmu pengetahuan selama saya kuliah. 5. Bapak Kepala sekolah Drs. Heru Prasusi M.Pd dan Bapak Madsoleh S.sos selaku ketua komite sekolah yang telah banyak membantu. 6. Dua insan tercinta yang telah melahirkan saya kedunia ini Ibunda Dedeh Nurmiasih (alm), dan Ayahanda Arsusi, yang menjadi Motivasi dan yang
vi
telah memberikan saya Pendidikan, bimbingan, nasehat, masukan, dan hal lainnya baik moril maupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik. Semoga amal baik beliau mendapat ganjaran yang setimpal dan di ampuni dosa-dosamya oleh Allah SWT. Amin 7. Vivi Afriani yang menjadi motivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Yang telah memberikan semangat, masukan dan support. Semoga tetap menjadi pribadi yang baik, dan semua niat baik kedepannya dapat dilancarkan. Amin 8. Power
Rangger
kawan-kawan
seperjuangan
Jurusan
Manajemen
Pendidikan Angkatan 2012 yang tak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan rasa terimakasih. Yang telah saling dukung, memberikan semangat, motivasi dan yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebersamaan ini tetap terjaga dan semoga ilmu pengetahuan yang telah di dapat dapat berguna bagi nusa dan bangsa. 9. Kawan-kawan HMI Manajemen pendidikan yang telah memberikan pengalaman dan ilmu pengetahuannya. Penulis sadar bahwa dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan , untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, untuk menjadi pedoman dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian. Demikian semoga Allah meridhoi apa yang telah, sedang dan akan kita lakukan. Amin
Jakarta, 25 Maret 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI Abstrak .......................................................................................................................... i Lembar Pernyataan...................................................................................................... iii Lembar Pengesahan Pembimbing skripsi ................................................................... iv Lembar Pengesahan Panitia Jurusan ............................................................................ v Kata Pengantar ............................................................................................................ vi Daftar Isi.................................................................................................................... viii Daftar Tabel ................................................................................................................ xi Daftar Lampiran ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 6 C. Batasan Masalah ...................................................................................................... 6 D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7 E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Mutu Pendidikan ........................................................................................ 9 1.Pengertian Mutu ................................................................................................... 9 2. Mutu Pendidikan ............................................................................................... 11 B.Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ................ 17
viii
C. Komite Sekolah ..................................................................................................... 22 1.Pengertian Komite Sekolah................................................................................ 22 2. Peran Komite Sekolah ....................................................................................... 27 D. Hubungan Sekolah Dengan Komite (Masyarakat) ................................................ 35 E. Penelitian Yang Relevan........................................................................................ 37 F. Kerangka Berfikir .................................................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian.................................................................................................. 40 B. Tempatdan Waktu Penelitian................................................................................. 40 C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 41 D. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 47 1. Sejarah Singkat SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang ................................... 47 2. Profil SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang .................................................. 48 B. Organisasi dan Peran Komite ................................................................................ 53 1. Organiasi Komite Sekolah ................................................................................ 53 2. PeranKomiteSekolah......................................................................................... 61 3. Indikator Kinerja Peran Komite ........................................................................ 68 C. Pembahasan ........................................................................................................... 72 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Pemberi Pertimbangan .................................... 74 2. Perankomite Sekolah Sebagai Pendukung ........................................................ 75
ix
3. Peran Komite Sekolah Sebagai Pengontrol....................................................... 77 4. Peran Komite Sekolah Sebaga Mediator........................................................... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................................ 85 B. Saran ...................................................................................................................... 86
Daftar Pustaka ................................................................................................................ Lampiran ........................................................................................................................
x
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Indikator Kinerja Komite Sekolah ............................................................. 31 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara ................................................................................. 44 Tabel 4.1 Fasilitas Utama ........................................................................................... 52 Tabel 4.2 Fasilitas Penunjang .................................................................................... 53 Tabel 4.3 Indikator Kinerja Peran Komite Sekolah ................................................... 69 Tabel 4.4 Nilai Akreditasi .......................................................................................... 74 Tabel 4.5 Jumlah Peserta Didik ................................................................................. 76 Tabel 4.6 Data Siswa Lulus PTN Tahun Pelajaran 2015/2016 .................................. 79
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 2 Surat Keterangan Lampiran 3 Wawancara Komite Lampiran 4 Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 5 Wawancara Guru Lampiran 6 Pedoman Wawancara Komite Lampiran 7 Kriteria Ketuntasan Miniman Lampiran 8 Data Tenaga Pendidik Lampiran 9 Data Guru Menurut Kebutuhan Mata Pelajaran Lampiran 10 Orang Tua Berdasarkan Pekerjaan 2016/2017 Lampiran 11 Data Tenaga Tata Usaha Lampiran 12 Lembar Uji Referensi Lampiran 13 Pengesahan Uji Referensi Lampiran 14 Wawancara Orang Tua Murid
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Perkembangan
ilmu
pengetahuan telah
membawa perubahan
dihampir
semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan
kecuali
dengan
upaya
penguasaan dan
peningkatan
ilmu
pengetahuan. Selain bermanfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut
juga
telah
membawa manusia ke dalam era persaingan global yang
semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global kita harus menyadari peran penting dunia
pendidikan. Oleh
karena
itu
meningkatan
mutu pendidikan
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Berbicara mengenai
mutu pendidikan,
sumber daya manusia memegang peran yang penting dalam proses meningkatan mutu pendidikan. meningkatan kualitas pendidikan
merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses meningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Meningkatan menentukan
kualitas
keberhasilan
pendidikan pembangunan
merupakan bangsa.
faktor Kualitas
utama
yang
pendidikan
memiliki arti bahwa lulusan pendidikan memiliki kemampuan yang sesuai, sehingga dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi pembangunan. mutu pendidikan
sering
diartikan
sebagai
karakteristik
jasa pendidikan yang
sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna pendidikan, yakni peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dalam menjaga
mutu
proses
tersebut,
1
diperlukan
adanya
quality
2
controll
yang
mengawasi
jalannya
proses
dan
segala komponen
pendukungnya yaitu masyarakat dan pemerintah. Pemerintahpun telah melakukan pendidikan
nasional,
antara
lain
peningkatan kompetensi guru, sarana
dan
prasarana
usaha
untuk
meningkatkan
mutu
melalui berbagai kebijakan, pelatihan dan
pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan
pendidikan,
dan
meningkatan
mutu manajemen
sekolah. Namun demikian, kenyataannya mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Meskipun di sebagian sekolah, terutama di perkotaan, sudah
berhasil
melakukan
peningkatan
mutu
pendidikan
sehingga
memberikan hasil yang sangat menggembirakan, namun sebagain besar lainnya justru masih sangat memprihatinkan. Pemberdayaan
masyarakat
merupakan
prasyarat
mutlak
yang harus
dipenuhi untuk keberhasilan setiap kegiatan pendidikan, karena masyarakat merupakan motor penggerak utama yang paling penting. Oleh karena itu, berkenaan
dengan
upaya
meningkatan
mutu
pendidikan pemerintah
sebenarnya telah mengeluarkan kebijakan yaitu otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan sebagai bentuk desentralisasi pendidikan, melahirkan konsep penting bagi penyelenggaraan pendidikan. Salah satunya konsep penting tersebut adalah Manajemen
Berbasis
Sekolah
(MBS)
yang
kemudian
melahirkan Komite
Sekolah sebagai perwujudan partisipasi masyarakat di dunia pendidikan. Dari kebijakan otonomi tersebut sekolah memiliki wewenang untuk pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Pengembangan
konsep
MBS
didesain
kemampuan sekolah dalam mengelola perubahan pendidikan tujuan
keseluruhan,
telah ditentukan oleh
untuk meningkatkan kaitannya
dengan
kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang pemerintah
dan
otoritas pendidikan. Pendidikan ini
3
menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru dan staf administrasi termasuk komite, orang tua dan masyarakat. Seluruh komponen sekolah harus pro aktif dan terlibat langsung dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap segenap sekolah
yang
bersangkutan dengan
didukung
kebijakan
oleh
pengelolaan
pengelolaan
sistem
informasi yang representatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan
sekolah
untuk
menyiapkan
pendidikan
yang
berkualitas/bermutu bagi masyarakat dan dapat memenuhi harapan dunia kerja. Dalam implementasi konsep MBS sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personil sekolah
di
dalam
kerangka
arah
dan
kebijakan
yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Yang aplikasinya dijalankan oleh sekolah bersama-sama komite dengan orang tua dan masyarakat. Salah satu wujud aktualisasi konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah dibentuklah suatu badan yang mengganti keberadaan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) yakni Menteri
Pendidikan
Komite
Sekolah
melalui
Keputusan
Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 April 20021.
Penggantian nama BP3 menjadi Komite
Sekolah
didasarkan
atas
perlunya
keterlibatan masyarakat secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dari konsep tersebut peningkatan mutu harus menyeluruh, berkesinambungan. Untuk
meningkatkan
mutu
fleksibel dan
penyelenggaraan pendidikan
di antaranya kebijakan pembentukan Komite Sekolah yang akhir-akhir ini menjadi agenda dalam dunia pendidikan di Indonesia. Mennurut Edward sallis “Organisasiorganisasi yang menganggap serius pencapaian mutu, menyadari sebagian besar rahasia mutu berakar dari mendengar dan merespon secara simpatik terhadaap
1
Undang-Undang SISDIKNAS, (Sinar Grafika:2003), hal. 109
4
kebutuhan dan keinginan para pelanggan dan klien”2, oleh karena itu keterlibatan masyarakat sangat penting sebagai sumber aspirasi dan tolak ukur pencapaaian mutu. Konsep ini cenderung disambut dan diapresiasi sebagai sebuah angin segar dalam
proses
perjalanan
penyelenggaraan
lembaga pendidikan dengan lebih
mengintensifkan pelibatan masyarakat hal tersebut muncul ketika pemerintah menerapkan system desentralisasi pendidikan.. Konsep Tersebut mendorong komite Sekolah kesatuan dan saling
melengkapi,
terhadap perumusan mutu di pendidikan yang
tiada
bahkan
dapat
dan
masyarakat
memberikan
suatu
menjadi warna
sekolah. Masyarakat merupakan sumber daya
bandingnya
bagi
satuan
pendidikan.
Di
sekolah
masyarakat dapat menjadi tumpuan atas peningkatan dan pelayanan mutu pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Tetapi yang
pada
masih
dewasa
ini
masih
mengesampingkan
banyak penyelenggaraan
pendidikan
partisipasi masyarakat, pengadaan tenaga
pendidik, sehingga penyelenggaraan pendidikan di masa sekarang ini menuntut adanya partisipasi masyarakat yang maksimal. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pada salah satu misinya dijelaskan agar memberdayakan penyelenggaraan berperan
dalam
perencanaan,
pendidikan
berbasis otonomi daerah, kemudian
peningkatan
pengawasan,
masyarakat
dan
mutu evaluasi
dalam
masyarakat
pelayanan pendidikan yang meliputi program pendidikan melalui dewan
pendidikan atau Komite Sekolah. Maka keberadaan Komite Sekolah harus menjadi kekuatan dan faktor pendorong terbentuknya mutu pendidikan. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila kepala sekolah mampu menggandeng Komite Sekolah dalam melaksanakan,
merencanakan,
mengembangkan serta menilai program-program sekolah.
Adanya pembentukan Komite Sekolah, masyarakat akan merasa memiliki sekolah. Karena komite sekolah berperan sebagai wadah dan tempat menyalurkan 2
Edward sallis, Total Quality management in Education, (Jogjakaarta: IRCiSoD, 2012), Cet. 16, hal. 31.
5
aspirasi masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. Tetapi dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap
tujuan
didirikannya
Komite
Sekolah
menyebabkan peran Komite
Sekolah hanya terpaku pada masalah pembangunan dan biaya pendidikan saja. Hal ini, mengakibatkan Komite Sekolah menjadi kurang respon terhadap berbagai program yang dihasilkan oleh sekolah karena terkadang komite jarang dilibatkan dalam penyusun program sekolah. Agar peran serta masyarakat dapat diberdayakan dan ditingkatkan, maka sekolah harus dapat membina kerja sama dengan orang tua dan masyarakat, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik serta warga sekolah. Gagasan untuk melibatkan masyarakat dalam konsep Komite Sekolah, merupakan suatu inisiatif dalam rangka memajukan sekolah, agar tidak ada persepsi yang menyatakan bahwa Komite Sekolah sebagai wakil orangtua siswa dan masyarakat hanya memberikan peran berupa materi. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya dalam pencapaian mutu pedidikaan komite sekolah harus menyusun program kerja atau sebuah perencanaan program atau dalam hal ini Komite Sekolah membutuhkan pengelolaan yang baik agar dapat
mewujudkan
tujuan-tujuan
yang
telah
direncanakan bersama sekolah. Pengelolaan Komite Sekolah merupakan suatu cara untuk mengatur sebuah program, pelaksanaan, dalam
dan evaluasi,
mulai
dengan
dari
perencanaan,
memanfaatkan
sumber
pengorganisasian, daya
yang
rangka memaksimalkan peran dan fungsi Komite Sekolah agar
ada
tujuan
dibentuknya Komite Sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien. Namun tidak sedikit Komite Sekolah yang belum dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik, seperti komite sekolah yang ada di SMAN 28 Kabupaten Tangerang berdasarkan hasil pengamatan peneliti masih belum maksimal dalam menjalankan perannya sebagai pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator. Contoh belum maksimalnya peran komite dalam melakukan koordinasi dengan orang
6
tua murid, komite juga kurang ikut serta dalam pengadaan tenaga pendidik di sekolah, belum maksimalnya koordinasi komite dengan sekolah, peran komite sekolah belum maksimal, dan adanya kesibukan lain komite sekolah yang menghambat kinerja. Berdasarkan permasalahan yang di paparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengelolaan yang dilakukan oleh Komite Sekolah dan upaya apa yang dilakukan komite untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan, dengan memfokuskan pada Peran Komite Sekolah dalam Meningkatan Mutu Pendidikan di SMAN 28 Kabupaten Tangerang.
A.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas,
maka
dapat
diidentifikasikan
beberapa permasalahan yang muncul. Adapun masalah-masalah yang muncul sebagai berikut: 1. Koordinasi komite dengan orang tua murid belum optimal 2. Komite sekolah kurang ikut serta dalam perekrutan tenaga pendidik 3. Peran komite sekolah belum maksimal 4. Masih belum maksimalnya koordinasi komite dengan sekolah 5. Adanya Kesibukan lain komite sekolah yang menghambat kinerja.
B.
Batasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih mendalam, terfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. SMAN 28 Tangerang adalah sekolah yang sedang berkembang terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peran komite sekolah, Oleh karena itu, penulis memfokuskan Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatan Mutu Pendidikan Di SMAN 28 Kabupaten Tangerang.
7
C.
Rumusan Masalah Dengan adanya batasan masalah, maka dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan pokok adalah bagaimana “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatan Mutu Pendidikan Di SMAN 28 Kabupaten Tangerang?”
D.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini
bertujuan
untuk
mengetahui
Peran
Komite
Sekolah
dalam
Meningkatan Mutu Pendidikan di SMAN 28 Kabupaten Tangerang. 2.
Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat pemahaman mengenai Komite Sekolah antara lain : a.
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang peran komite sekolah dalam meningkatan mutu sekolah.
b.
Bagi jurusan manajemen pendidikan dan FITK , Hasil penelitian ini berkaitan dengan peran Komite Sekolah dalam penyelenggaraan sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai gambaran dan koleksi.
c.
Bagi SMAN 28 Kabupaten Tangerang, memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan pemahaman tentang kinerja komite sekolah agar berfungsi secara maksimal sebagai mitra sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah.
d.
Bagi Komite Sekolah SMAN 28 Kabupaten Tangerang, Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk kegiatan komite sekolah, selanjutnya agar bisa berperan lebih aktif dalam seluruh manajemen sekolah.
8
e.
Bagi Peneliti, menambah wawasan mengenai peran komite sekolah dalam meningkatan mutu pendidikan juga menjadi referensi bagi peneliti lain mengenai komite sekolah.
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Mutu Pendidikan 1. Pengertian Mutu Mutu erat kaitannya tentang penilaian seseorang terhadap sebuah produk barang atau jasa. Suatu barang yang bermutu pasti mempunyai manfaat lebih bagi seseorang yang telah menggunakannya dan sesuai dengan kebutuhaan atau harapan. Sedangkan jasa yang bermutu adalah pelayanan yang diberikan seseorang atau organisasi yang sangat memuaskan. Mutu adalah salah satu tujuan pencapaian bagi organisasi atau lembaga yang bergerak pada bidang perdagangan atau jasa, karena mutu bisa menjadi tolak ukur keberhasilan bagi organisasi atau lembaga. Namun pada kenyataannya pandangan setiap orang terhadap mutu dapat berbeda, hal ini karena mutu yang sifatnya relatif bisa berbeda pada setiap pandangan atau pemikiraan seseorang dan dapat berubah-ubah. Menurut Edward sallis yang mengatakan bahwa mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur, mutu menurut pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain.3 Penilaian terhadap mutu adalah bagaimana suatu produk atau jasa yang memenuhi kriteria atau standar. Menurut Dr. Juran yang dikutip oleh Jerome S. Arcaro barang atau jasa bisa dikatakan bermutu ketika sudah dinilai atau dirasakan oleh yang menggunakannyaa4. Dari pendapat tersebut sebuah mutu akan dapat dirasakan manfaatannya ketika sudah dialami atau digunakan.
3
Sallis Edward, Total Quality Management In Education, (Jogjakaarta: IRCiSoD, 2012)hal. 29. 4 Jerome S. Arcaro. Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007) Cet. IV hal.8 9
10
Namun langkah awal untuk mencapai mutu yang diinginkan pelanggan tidaklah semudah mendengarkan masukan atau keinginan dari pelanggan, karena sifat mutu yang dinamis dan relatif memerlukan langkah serius dalam mencapai sebuah mutu, karena mutu mempunyai sudut pandang dari berbagai unsure. Seperti yang diungkapkan oleh Goetsch dan Davis bahwa mutu sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi sebuah harapan.5 Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penilaian sebuah mutu tidak selalu berorientasi hasil tetapi bisa berupa proses atau komponen terkait dari suatu barang atau jasa. Lebih lanjut oleh Crosby yang yang dikutip oleh Engkoswara, berpendapat mutu adalah kesesuaian individual terhadap persyaratan/tuntutan.6 Dari beberapa pendapat diatas mempunyai kesamaan persepsi yaitu sifat mutu yang dinamis, relatif, karena pandangan setiap orang dapat berbeda dan dapat berubah-ubah. Mutu bukanlah sebuah konsep yang mudah didefinisikan sama persis oleh setiap orang, karena mutu mempunyai sifat relatif yang artinya sebuah persepsi tentang mutu akan berbeda pemikiran pada setiap orang terutama mutu yang berkaitan dengan bidang jasa yang dapat diartikan sangat beragam dan bisa saja mempunyai kriteria yang garis besarnya sama. Berikut kriteria yang bisa saja diharapkan oleh pelanggan : a. Melebihi dari yang dibayangkan dan diinginkan b. Kesesuaian antara keinginan dalam pemakaian c. Selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan terus menerus d. Dari awal tidak ada kesalahan e. Dapat membuat pelanggan merasa bangga
5 6
Engkoswara. Administrasi Pendidikan (Bandung, Afabeta, 2012) Cet. III hal. 304 Ibid., 305
11
f. Tidak ada kesalahan cacat atau rusak7 . 2. Mutu Pendidikan Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi masalah dalam bidang bisnis, tetapi juga dalam bidang lainnya seperti pemerintahan, layanan sosial, keamanan dan ketertiban, termasuk pendidikan, dan organisasi lainnnya yang menghasilkan barang atau jasa. Menurut Atchison dan Inston mengatakan organisasi adalah sistem yang dipolakan oleh orang atau sekelompok orang untuk melaksanakan tujuan atau untuk mencapai tujuan atau mencapai sasaran termasuk sekolah merupakan suatu organisasi dalam bidang pendidikan (dalam system sosial) atau institusi (dalam konteks antropologi sosial) yang bergerak dalam bidang jasa.8 Di dunia pendidikan mutu mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah, prestasi yang dicapai dari hasil pendidikan dapat berupa hasil tes kemampuan akademis dapat pula prestasi bidang lain seperti olah raga, seni atau keterampilan tertentu, bahkan prestasi sekolah bisa berupa sebuah kondisi yang dirasakaan dan dilihat langsung oleh penguna
seperti
kedisiplinan, keakraban, saling menghormati, dan kebersihan lingkungan sekolah. Mutu
secara
umum
adalah sebuah
gambaran
dan
karakteristik
menyeluruh yang menunjukan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Oleh karena itu pentingnya sebuah proses manajemen dalam penyelenggaraan pendidikan agar proses pencapaian mutu terrencana dan terorganisasi dengan baik. Karena pengertian mutu dalam
7 8
Ibid.,304
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta, A-Ruzz 2010) hal.70
12
konteks pendidikan kaitannya dengan input, proses, dan output.9 Yang tentu saja memerlukan sebuah perencanaan dan pengelolaan yang baik. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya sebuah proses, bisa berupa sumberdaya manusia, sarana prasarana dan harapan-harapan sebagai pedoman bagi berlangsunnya sebuah proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa dan komite) dan sumberdaya sarana prassarana (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.), Input perangkat lainnya meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang- undangan, deskripsi tugas, rencana, program dan Input harapan-harapan bisa berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang
ingin
dicapai
oleh sekolah maka sebuah kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, maka makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses dari sebuah pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lebih baik dalam satuan pendidikan. Proses yang dimaksud bisa berupa kelembagaan,
proses
pengambilan
keputusan,
proses
pengelolaan
proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan
proses monitoring dan evaluasi.
Proses
dikatakan
bermutu
jika
pengkoordinasian input sekolah (guru, siswa, kurikulum, dana, sarana prasarana dan sebagainya) dilakukan secara harmonis dan optimal. Seperti yang dikatakan oleh Sudjana mutu pendidikan merujuk pada kegiatan penanganan dari sebuah input pendidikan menjadi keluaran atau hasil yang berasal dari masukan dan umpan balik (respon) dan evaluasi karena pendidikan adalah sebuah sistem terbuka yang terdiri dari masukan keluaran 9
Mulyasa. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta, Bumi Aksara, 2013) Cet. III hal. 157
13
dan umpan balik secara internal dan eksternal sebagai bagian dari sistem sebuah proses mutu.10 Sehingga diharapkan akan terciptanya situasi
pembelajaran
yang
menyenangkan yang mampu mendorong motivasi dan minat belajar peserta didik, dan mampu memberdayakan peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan tersebut juga dapat melekat pada peserta
didik,
dihayati,
diamalkan
dalam
kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya). Output pendidikan merupakan hasil kinerja sekolah yang kaitannya dengan prestasi dari output
sekolah dari
sekolah
dapat
proses penyelenggaraan pendidikan. Mutu dilihat dari
efektivitasnya, produktivitas,
efesiensi, inovasi, motivasi kerja selama proses penyelenggaraan pendidikan. Output sekolah juga dikatakan berkualitas/bermutu jika prestasi prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi seperti hasil ulangan, lomba akademik atau ujian nasional dan kegiatan ekstrakurikuler. Tujuan dari sebuah peningkatan mutu pendidikan diharapkan terwujudnya institusi yang bermutu dalam aspek akademik (kualitas pembelajaran kualitas penelitian,
kualitas
pengabdian
masyarakat),
sarana
prasarana,
dan
administrasi dalam menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan potensi individu secara utuh (kecerdasan intelektual, emosional, dan motorik). Oleh karena itu peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan pelanggan seperti peserta didik dan masyarakat, karena kepuasan dan kebanggaan mereka sebagai penerima layanan harus menjadi acuan dalam proses peningkatan mutu, yang akan mampu mematangkan kualitas peserta didik dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan,
10
Idhoci Anwar, Administrasi Pendidikan Dan Manajemen Biaya Pendidikan. (Jakarta, Raja Grafindo Persada. 2013) Cet. I hal. 16
14
ketidakmampuan, buruknya akhlak dan keimanan11. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan nasional yang dikutip oleh Sri minarti yang berbunyi : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi arga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”12 Berdasarkan kutipan tersebut maka usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat penting agar tercipta suatu bangsa yang bermartabat oleh karena itu seluruh stakeholder harus dilibatkan demi terciptanya tujuan pendidikan nasional. Jerome S. Ascaro mengatakan bahwa mutu pendidikan akan meningkat bila administrator, guru, staf dan anggota dewan sekolah mengembangkan sikap baru yang terfokus pada kepemimpinan, kerja tim, kooperasi, akuntabilitas dan pengakuan.13 Lebih lanjut oleh Sri Minarti mengatakan bahwa menuju sekolah bermutu diawali dengan komitmen bersama terhadap mutu pendidikan oleh komite sekolah, administrator, guru, staf, siswa, dan orang tua dalam komunitas sekolah.14 Berdasarkan pendapat diatas bahwa stakeholder harus memahami peran dan fungsinya masing-masing terutama pemahaman tentang mutu dan sekolah yang efektif, karena sekolah yang bermutu akan mencerminkan sebuah proses manajemen dan karakter sekolah efektif.15 Berikut Yang perlu dpahami oleh semua stakeholder tentang sekolah efektif yang memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Proses Belajar Mengajar yang Keefektifannya Tinggi b. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian) 11
Dedy Mulyasana. Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing. (Bandung. Rosda. 2014) hal. 120 12 Sri Minarti. Manajemen Sekolah (Jogjakarta, Ar-ruzz Media. 2011) hal. 319 13 Arcaro Op. Cit. hal. 2 14 Minarti. Op. Cit. hal. 324 15 Rohiat. Manajemen Sekolah. (Bandung. Refika Aditama, 2010) Cet I hal. 57
15
c. Sekolah memiliki keterbukaan d. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat e. Pegelolaan Tenaga Kependidikan yang efektif f. Sekolah memiliki Budaya Mutu g. Memiliki Komunikasi yang baik h. Sekolah memiliki Akuntabilitas. i. Partisipasi yang Tinggi dari Warga dan Masyarakat 1) Ketercapaian ; Layanan sesuai dengan yang dijanjikan 2) Keterjaminan ; mampu menjamin kualitas layanan yang diberikan 3) Penampilan ; iklim sekolah yang kondusif 4) Perhatian ; memberikan perhatian penuh kepada peserta didik 5) Ketanggapan ; cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik16 j. Sekolah memiliki Kebersamaan yang kompak, Cerdas, dan Dinamis k. Sekolah Responsif dan antisipatif terhadap Kebutuhan l. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan. m. Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainbilitas Sekolah memiliki kemampuan menggali sumber dana dari masyarakat, dan tidak sepenuhnya menggantungkan subsidi dari pemerintah bagi sekolahsekolah negeri17. Tidak hanya itu sekolah yang bergerak di bidang jasa harus memahami karakteristik mutu yang harus dimiliki sekolah. Berikut adalah karakteristik dari kualitas jasa : a. Kinerja (Performa): Berkaitan dengan aspek fungsional sekolah misalnya kinerja guru dalam mengajar baik dalam pemberian penjelasan, rajin mengajar dan selalu menyiapkan bahan pelajaran. Pelayanan administrative dan edukatif sekolah baik yang ditandai hasil belajar yang tinggi, lulusan yang berkualitas. 16
17
Mulyasa Op., Cit. 156 Rohiat. Op., Cit. hal. 58
16
b. Tepat Waktu (Timeliness) Memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, pemberian ujian ulangan harus sesuai jadwal, pemberian kesempatan untuk guru yang ingin melakukan pelatihan. c. Handal (reliability) Pelayanan yang diberikan oleh sekolah selalu meningkat atau berkesinambungan dengan melakukan evaluasi diri dan menerima masukan dari luar khususnya orang tua murid. Meliputi pengajaran ,prestasi siswa, guru dan sekolah. d. Daya tahan (durability) Sekolah mampu mengatasi permasalahan yang ada pada kondisi apapun misalnya krisis moneter, dengan menggandeng semua stakeholder untuk bekerjasama dan bahu membahu. e. Kenyamanan (estetics) Penataan lingkungan sekolah yang baik akan membuat proses penyelenggaraan pendidikan yang kondusif misalnya penataan eksterior dan interior sekolah dan juga warga sekolah yang selalu berpenampilan rapih. f. Hubungan manusiawi (personal interface) Warga sekolah harus menjunjung tinggi moral dan profesionalisme dalam penyelenggaraan pendidikan contohnya saling menghormati antara warga sekolah atau dengan lingkungan luar sekolah. g. Akses dan penggunaan fasilitas yang mudah Sarana dan prasarana yang ada harus mudah di akses atau digunakan oleh peserta didik, karyawan atau guru sebagai bahan dalam mengajar, agar penyelenggaraan pendidikan tidak terhambat h. Mempunyai keunggulan.
17
Misalnya sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang baik sehingga lulusannya diterima di universitas yang bermutu, mempunyai keunggulan dalam ekstrakurikuler atau teknologi informasi atau prestasi lain seperti karya ilmiah atau diluar akademik. i. Memiliki standar tertentu Sekolah memiliki standar pelayanan minimal (SPM), atau sudah memenuhi ISO 9001:2000. j. Konsistensi Sekolah harus konsisten dalam pencapaian mutu terus melakukan perbaikan melalui evaluasi diri, dan konsisten dalam melakukan pelayanan pendidikan kepada pengguna.18
B. Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Kebijakan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970-an oleh beberapa negara yaitu Inggris, Newzealand dan negara yang pertama menerapkannya adalah Amerika Serikat sebagai agenda pembangunan pendidikannya19 baru pada ahun 1990-an konsep MBS di adopsi oleh Negara-negara asia. Secara historisnya Pemerintah indonesia telah mengeluarkan kebijakan desentralisasi sejak tahun 1999 berdasarkan undang-undang No. 22 tahun 1999 dan di sempurnakan menjadi undang-undang No. 33 tahun 2004.20 Desentralisasi ini melahirkan otonomi daerah lebih menyeluruh khususnya dalam dunia pendidikan otonomi tersebut telah melahirkan kebijakan yang
18
Husaini Usman. Manajemen Teori, Praktek, Dan Riset Pendidikan. (Jakarta. Bumi Aksara. 2014) ed. 4 Cet. 2 hal.544-546 19 Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta, Bumi Aksara, 2013) Cet. I hal. 51 20 Ibid., hal. 3
18
kemudian dikenal dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS).21 Menurut Eman Suparman manajemen berbasis sekolah dapat di definisikan penyerasian sumberdaya sekolah yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah guna mencapai mutu atau tujuan pendidikan dengan melibatkan seluruh stakeholder.22 Manajemen berbasis sekolah pada prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah dan masyarakat, menghindarkan format sentralisasi yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi manajemen. 23 Dari konsep MBS standar mutu dapat dirumuskan melalui hasil keputusan bersama yang melibatkan stakeholder sehingga tercipta standar mutu pada satuan pendidikan. Namun karena mutu pendidikan bersifat relatif dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang oleh karena itu disetiap satuan pendidikan mempunyai kebijakan standar mutu yang berbeda karena mempunyai sudut pandang yang berbeda pula. 2. Tujuan MBS Tujuan manajemen berbasis sekolah pada umumnya adalah, membuat seluruh stakeholder bekerja sesuai dengan peran dan tangung jawabnya dalam pencapian tujuan sekolah yang mengandung makna mendasar, karena kepentingan dan aspirasai stakeholder (terutama orang tua dan masyarakat) adalah terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, untuk kepentingan prestasi peserta didik.24 Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat implementasi MBS memiliki tujuan sebagai berikut :
21
Ibid, hal. 10-11 Mulyono. Op. Cit., hal. 239 23 Yoyon Bahtiar, Kebijakan pembaruan pendidikan. (Jakarta, Rajagraindo Persada, 2011) Cet. I hal. 159 24 Mulyono. Op. Cit., hal. 243 22
19
a. Meningkatkan Mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola daan memberdayakan sumber daya yang tersedia b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan penndidikan melalui pengambilan keputusan bersama c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah d. Meningkatkan kompetisi sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.25 Oleh karena itu dalam pelaksanaanya perlu ada pimpinan dari para professional pendidikan, juga ditunjang oleh konsep manajemen yang baik. Menurut Dury dan Levin yang dikutip oleh engkoswara dan Aan komariah keberadaan MBS pendidikan dapat dikelola secara baik yaitu mencapai kualitas, produktivitas, efektivitas, dan efisiensi dan memberikan kepercayaan kepada sekolah bahwa mereka paling menguasai dan memiliki kemampuan untuk mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. 26 Dari pendapat tersebut juga memiliki makna bahwa setiap stakeholder sekolah harus berkomitmen, bekerjasama, dan memiliki rasa budaya mutu/rasa memiliki terhadap sekolah. Dalam
peningkatan
mutu
dengan
mengunaakan
konsep/model
manajemen berbasis sekolah akan lebih efektif ketika dalam proses pelaksanaannya mempunyai sasaran yang jelas, agar setiap progress yang dilakukan terarah dan mempunyai tujuan, menurut Nanang Fattah sasaran Mutu Pendidikan adalah: a.
Kelembagaan (Satuan pendidikan/program pendidikan)
b.
Proses
penyelenggaraan
satuan/program
pendidikan
formal,
nonformal, informal c.
25
Produk atau Lulusan (siswa/peserta didik).27
Ibid., hal. 244 Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan (Bandung, Alfabeta. 2012 ) Cet. III hal. 294 27 Nanang Fattah, Sistem Penjaminan. (Bandung, Rosda. 2014) hal.9 26
20
3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah Eman Suparman mengatakan beberapa manfaat yang bisa didapat dari penerapan MBS, yaitu: a.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya disbanding dengan lembaga-lembaga lain
b.
Dengan demikian, sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan lembaganya
c.
Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang akan dikembangkan dikembangkan serta didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
d.
Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masingmasing kepadaa pemerinah, orang tua peserta didika, dan masyarakat pada umumnya sehingga sekolah akan berupayasemaksimal mungkin unuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
e.
Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.28
4. Landasan hukum Manajemen Berbasis Sekolah Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah disempurnakan pada
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 yang
menandakan era sentralis telah berakhir dan sistem pemerintah telah berubah menjadi desentralisasi atau otonomi. Pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
pasal 13 ayat (1)
yang menyebutkan secara jelas bahwa
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial yang 28
Mulyono. Op. Cit., hal.245
21
menjadi kewenangan pemerintah provinsi, dan pada pasal 14 ayat (1) yang menjadi kewenangan wajib pemerintah daerah kabupaten/kota meliputi penyelenggaraan pendidikan, dan fungsi tugas pemerintah kabupaten/kota dalam bidang pendidikan telah dijelaskan pada PP No. 38 Tahun 2007 yang isinya meliputi bidang : a. Kebijakan; b. Pembiayaan; c. Kurikulum; d. Sarana dan prasarana; e. Pendidik dan tenaga kependidikan; f.
Pengendalian mutu pendidikan.
Berikut juga adalah beberapa landasan hukum dari manajemen berbasis sekolah : a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB XIV tentang Pengelolaan Pendidikan bagian kesatu, pasal 51 ayat 1 yang berbunyi “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah” b. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional tahun 2000-2004 pada Bab VII tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat c. Keputusan menteri pendidikan nasional nomor 044/U/2002 tentang pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah d. Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis sekolah e. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, khsusnya standar pengelolaan sekolah, yaitu manajemen berbasis sekolah.
22
C. Komite Sekolah 1. Pengertian Komite Sekolah Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Secara umum kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami perbedaan yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan
peran
serta
masyarakat
dalam
mendukung
dan
mewujudkan mutu pendidikan. Berdasarkan UU SISDIKNAS No. 044/U/2002 Lampiran II, Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan
mutu,
pemerataan,
dan
efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan internal sekolah maupun pendidikan di luar sekolah. Pembentukkan Komite Sekolah telah ditetapkan dalam keputusan Mendiknas No.044/U/2002 diharapkan sasaran yang akan dicapai dalam perbaikan mutu pada program pembinaan pendidikan dasar dan menengah diantaranya agar terwujudnya
manajemen
pendidikan
yang
berbasis
sekolah/ masyarakat dengan mengenalkan konsep dan pemberdayaan Komite Sekolah di setiap sekolah. Tujuan
dibentuknya
Komite
Sekolah
sebagai
suatu
organisasi
masyarakat sekolah adalah sebagai berikut: a.
b. c.
29
Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.29
Unddang- Unddang SISDIKNAS, Op. Cit.hal.112
23
Dari kutipan diatas keberadaan komite sekolah diharapkan dapat mengakomodir aspirasi masyarakat dan menyadarkan masyarakan atas peran serta dalam penyelenggaraan pendidikan dan terciptanya kondisi transparan dan akuntable dan demokratis. Peningkatan partisipasi dimaksudkan terciptanya lingkungan yang terbuka dan demokratis, dimana warga sekolah (karyawan, staf, guru, siswa) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, usahawan, dan sebagainya)
dapat
terlibat
langsung
dalam
proses
penyelenggaraan
pendidikan. Berikut adalah organisasi keanggotaan komite sekolah terdiri dari : a. Organisasi Komite 1) Unsur masyarakat dapat berasal dari: orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha/industry, organisasi profesi tenaga kependidikan. 2) Unsur komite guru, yayasan atau lembaga penyelenggaraan pendidikan, badan pertimbangan desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota komite sekolah (maksimal 3 orang) 3) Anggota komite sekolah sekurang-kurangnya berjumlah Sembilan orang. b. Kepengurusan komite sekolah 1) Pengurus,
sekurang
kurang-kurangnyaterdiri
atas:
ketua,
sekretaris, bendahara. 2) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota 3) Ketua bukan berasal dari kepala sekolah. c. Anggaran dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) 1) Komite sekolah wajib memiliki AD dan ART 2) Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat: Nama dan Tempat kedudukan; Dasar, tujuan dan kegiatan; Keanggotaan dan kepengurusan; Hak dan Kewajiban
24
Anggota dan pengurus; Keuangan; Mekanisme kerja dan rapatrapat; Perubahan AD dan ART, Serta Pembubaran organisasi.30
Berikut Contoh struktur organisasi satu komite untuk satuan pendidikan : KETUA
BENDAHARA
NARA SUMBER
SEKRETARIS
ANGGOTA
Keterangan : Hubungan Instruksi Hubungan Koordinatif Gambar : 2.1 Contoh struktur organisasi satu komite sekolah untuk satuan pendidikan.31
30 31
Mulyasa Op., Cit. 129-130 Unddang- Unddang SISDIKNAS, Op. Cit.hal.128
25
Contoh struktur organisasi satu komite untuk beberapa satuan pendidikan :
KETUA WAKIL KETUA
BENDAHARA
NARA SUMBER
SEKRETARIS
ANGGOTA
Gambar : 2.2 Contoh struktur organisasi satu komite sekolah untuk beberapa satuan pendidikan.32
Keterangan : Hubungan Instruksi Hubungan Koordinatif Pada dasarnya posisi komite sekolah berada ditengah – tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat dan kalangan swasta disatu pihak dengan pihak sekolah sebagai institusi, kepala sekolah, dinas pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah dipihak lainnya. Peran komite sekolah diharapkan mampu menjembatani kepentingan keduanya.
32
Ibid.,
26
Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut: a.
Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
b.
Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
c. Menampung
dan
menganalisis
aspirasi,
ide,
tuntutan,
dan
berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat. d. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:
1) kebijakan dan program pendidikan 2) Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS) 3) Kriteria kinerja satuan pendidikan 4) Kriteria tenaga kependidikan 5) Kriteria fasilitas pendidikan, dan 6) Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
f. Melakukan
evaluasi
dan
pengawasan
terhadap
kebijakan,
program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.33 Komite sekolah dapat menjalankan fungsinya sebagai mitra dari kepala sekolah dalam mengadakan sumber daya pendidikan dalam rangka melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitas bagi guru – guru dan siswa untuk belajar sebanyak mungkin sehingga pembelajaran semakin efektif. Adanya 33
Unddang- Unddang SISDIKNAS, Op. Cit.hal.122-123
sinergi
antara
komite
27
sekolah bersama
dengan antar
sekolah menyebabkan
lahirnya
tanggung
jawab
sekolah dan masyarakat dalam membangun pendidikan.
Sehingga masyarakat dapat menyalurkan berbagai ide dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan didaerahnya. Dengan pemberdayaan komite sekolah secara optimal, termasuk dalam mengawasi penggunaan keuangan, transparasi penggunaan alokasi dana pendidikan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan secara lebih inovatif juga akan semakin memungkinkan, disebabkan lahirnya ide-ide cemerlang dan kreatif semua stakeholder pendidikan. 2. Peran Komite Sekolah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Namun sampai saat ini lebih banyak bersifat slogan dan masih jauh dari harapan yang sebenarnya. Bisa dikatakan tanggung jawab stakeholder masih belum optimal, terutama peran serta masyarakat
yang
sampai
saat
ini
masih dirasakan belum banyak
diberdayakan. Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada BAB XV pasal 54 dikemukakan : a.
b.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian nutu pelayanan pendidikan Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan34
Secara lebih spesifik, pada pasal 56 disebutkan bahwa di masyarakat ada
dewan pendidikan dan komite sekolah atau komite madrasah yang
berperan sebagai berikut :
34
Ibid hal. 27
28
a. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah. b. Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten atau kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis. c. Komite sekolah atau madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.35 Untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka digulirkan konsep komite sekolah sebagaimana dikemukakan diatas. Berdasarkan Keputusan Mendiknas No. 044/2002, keberadaan komite sekolah secara kontekstual berperan sebagai berikut : a. Pemberi pertimbangan (advisory agency). Dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan. Komite sekolah juga ikut berperan dalam mengidentifikasi sumberdaya di sekolah dan program dalam penyelenggaraan pendidikan. Komite sekolah juga berperan sebagai penasehat yang berperan penting dalam memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses pengelolaan sekolah termasuk proses pembelajaran. b. Pendukung (supporting agency). Dalam perannya sebagai pendukung, baik finansial, pemikiran,
maupun
tenaga
dalam
yang
berwujud
penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan dalam meningkatan mutu pendidikan.
35
Ibid hal. 28
29
c. Pengontrol (controlling agency). Peranan komite sekolah sebagai pengontrol adalah dalam rangka transparansi
dan akuntabilitas
penyelenggaraan
dan
keluaran
pendidikan di satuan pendidikan. Beberapa fungsi controlling yang dapat dilakukan oleh komite sekolah antara lain melakukan control terhadap keputusan dan perencanaan pendidikan di sekolah agar menghasilkan kualitas kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan. d. Mediator (Mediator Agency). Berbagai persoalan yang sering dirasakan oleh orang tua siswa menjadi salah satu alasan kehadiran komite sekolah sebagai penghubung atau mediator dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sehingga kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah dapat bersifat transparan dan akuntable 36 Lebih lanjut oleh Djam’an Satori yang dikutip oleh Mulyono mengatakan komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah, hal-hal tersebut meliputi : a. Penyusunan
perencanaan
strategi
sekolah,
yaitu
strategi
pengembangan sekolah dalam perspektif 3-4 tahun mendatang. Dalam dokumen ini juga dibahas visi dan misi sekolah, analisis posisi untuk mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi kajian isu-isu strategi sekolah perumusan program-program, cara pengendalian dan evaluasinya. b. Penyusunan perencanaan tahunan sekolah, yang merupakan elaborasi dari perencanaan strategi sekolah. Dalam perencanaan tahunan ini yang dibahas adalah program-program operasional yang merupakan 36
Ibid hal. 113
30
implementasi program prioritas yang dirumuskan dalam perencanaan strategi sekolah yang disertai perencanaan anggarannya. c. Mengadakan pertemuan untuk menampung dan membahas berbagai kebutuhan, masalah, aspirasi serta ide ide yang disampaikan oleh anggota komite sekolah. Hal-hal tersebut merupakan refleksi kepedulian para stakeholder sekolah terhadap berbagai aspek kehidupan sekolah yang ditunjukan pada upaya-upaya perbaikan, kemajuan dan pengembangan sekolah. d. Memikirkan upaya-upaya untuk memajukan sekolah, terutama yang menyangkut kelengkapan fasilitas sekolah, fasilitasi pendidikan, pengadaan
biaya
pendidikan
bagi
pengembangan
keunggulan
kompetitif dan komparatif sekolah sesuai dengan aspirasi stakeholder sekolah, dimaksudkan agar sekolah setidak-tidaknya memenuhi standart pelayanan minimum e. Mendorong sekolah untuk melakukan internal monitoring dan melaporkan hasilnya untuk dibahas dalam forum komite sekolah. f. Membahas
hasil-hasil
test
standar
yang
dilakukan
oleh
lembaga/institusi eksternal dalam upaya menjaga jaminan mutu serta memelihara kondisi pembelajaran sekolah sesuai dengan tuntutan standart minimum kompetensi siswa. g. Membahas laporan tahunan sekolah sehingga memperoleh penerimaan komite sekolah. Laporan tahunan sekolah tersebut selanjutnya disampaikan kepada kepala dinas pendidikan nasional kabupaten/kota. Review sekolah merupakan kegiatan penting untuk mengetahui keunggulan
suatu
sekolah
disertai
analisis
kondisi-kondisi
pendukungnya, atau sebaliknya untuk mengetahui kelemahankelemahan
sekolah
disertai
analisis-analisis
factor-faktor
penyebabnya. Revie sekolah merupakan media untuk saling belajar antar sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya masing-masing.
31
h. Memantau kinerja sekolah, yang meliputi manajemen sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, mutu belajar-mengajar termasuk kinerja mengajar guru, hasil belajar siswa, disiplin dan tata tertib sekolah,
prestasi
sekolah,
baik
dalam
aspek
intra
maupun
ekstrakurikuler.37 Berikut ini adalah tabel indikator kerja komite sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikian yang bisa menjadi acuan kerja bagi komite sekolah dan sekolah untuk penilaian kinerja komitenya : Tabel 2.1 Indikator Kinerja Komite Sekolah PERAN KOMITE SEKOLAH Badan Pertimbangan (advisory agency)
37
FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN 1. Perencanaan Sekolah
INDICATOR KERJA a. indentifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakat b. Memberikan masukan untuk penyusunan RAPBS c. Menyelenggarakan rapat RAPBS d. Memberikan pertimbangan perubahan RAPBS e. Ikut mengesahkan RAPBS bersama kepala sekolah
2. Pelaksanaan Program a. Kurikulum b. PBM c. Penilaian.
a. Memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan b. Memberikan masukan terhadap proses pembelajaran kepada para guru
3. Pengelolaan sumber daya Pendidikan
a. Identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat b. Memberikan pertimbangan
Mulyono Op., Cit. hal. 258-260
32
a. SDM b. Sarana Prasarana c. Anggaran.
c.
d.
Badan Pendukung (supporting agency)
1. Pengelolaan Sumber Daya
a. b.
c.
2. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
3. Pengelolaan Anggaran
tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah Memberikan pertimbangan tentang sarana prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah Memberikan pertimbangan tentang anggaran yang dapat dimanfaatkan disekolah Memantau Kondisi ketenagaan pendidikan sekolah Mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di sekolah Mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan guru di sekolah.
a. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah b. Mobilisasi bantuan sarana dan prasarana sekolah c. Mengkoordinasi dukungan sarana prasarana sekolah d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah a. Memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah b. Memobilisasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah c. Mengkoordinasi dukungan terhadap anggaran pendidikan di sekolah d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.
33
Badan Pengontrol (controlling agency).
1. Mengontrol Perencanaan pendidikan di sekolah.
a. Mengontrol proses pengambilan keputusan di sekolah b. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah c. Mengontrol proses perencanaan pendidikan di sekolah d. Pengawasan
terhadap
kualitas
perencanaan sekolah e. Pengawasan
terhadap
kualitas
program sekolah.
2. Memantau pelaksanaan program sekolah
a.
Memantau organisasi sekolah
b.
Memantau penjadwalan program sekolah
c.
Memantau alokasi anggaran untuk pelaksanaan program sekolah
d.
memantau
sumber
daya
pelaksanaan program sekola e.
Memantau partisipasi stakeholder pendidikan
dalam
pelaksanaan program sekolah. 3. Memantau Output pendidikan
a. Memantau hasil ujian akhir b. Memantau
angka
partisipasi
angka
mengulang
sekolah c. Memantau sekolah d. Memantau angka bertahan di sekolah
34
Badan Mediator atau Penghubung (Mediator Agency)
1. Perencanaan
a. Menjadi penghubung antara komite sekoolah dengan masyarakat, komite sekolah dengan sekolah, dan komite sekolah dengan dewan pendidikan b. Mengidentifikasi aspirasi masyarakat dan perencanaan pendidikan c. Membuat usulan kebijakan dan program pendidikan kepada sekolah. a.
Mensosialisasikan kebijakan dan program
sekolah
kepada
masyarakat. 2. Pelaksanaan program
b.
Memfasilitasi berbagai masukan kebijakan
program
terhadap
sekolah c.
menampung
pengaduan
dan
keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah d.
Mengkomunikasikan
pengaduan
dan keluhan masyrakat erhadap sekolah
3. Pengelolaan sumber daya pendidikan 38
a. Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah b. Mengidentifikasi sumber-sumber daya masyarakat c. Memobilisasi bantuan masyarakat d. Mengkoordinasi bantuan 38 masyarakat.
Engkoswara & Aan Komariah. Op., Cit. hal. 300-303
35
D. Hubungan Sekolah dengan Komite (Masyarakat) Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat karena sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial yang mengambil siswanya dari masyarakat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan masyarakat
merupakan
salah
satu
sekolah
dan
komponen penting dalam keseluruhan
penyelenggaraan pendidikan. Kindred leslie yang di kutip oleh Piet mengatakan hubungan sekolah dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang kebutuhan dari praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama para anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.39 Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang diwadahi
dalam
organisasi
komite
sekolah
diharapkan
mampu
mengoptimalkan peran serta orang tua murid dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan. Lebih lanjut oleh Wahjosumijo tujuan pokok pengembangan
hubungan
efektif
dengan
masyarakat
adalah
untuk
memungkinkan orang tua dan warga wilayah berpartisipasi aktif dan penuh arti di dalam kegiatan sekolah40 Maka dari pendapat tersebut menekankan komunikasi antara sekolah dan masyarakat sangat diperlukan. Seperti yang dikatakan oleh Kindred Leslie yang dikutip oleh Mulyono menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang kebutuhan dari praktik
39
Piet Ssahertiaan. Dimensi-Dimensi Adminstrasi Pendiikan Di Sekolah. (Surabaya. Usaha Nasional. 1994) Cet. I hal.233 40 Wahjosuidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta. Rajagrafindo Persada, 2010) Cet. I hal. 334
36
pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama para anggota masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.41 Adanya komunikasi yang baik diharapkan akan terciptanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah yang saling bersinergis. Menurut Syaiful Sagala hal tersebut akan mampu
mengoptimalkan
peran orang tua dan masyarakat dalam
memajukan program pendidikan dan menciptakan proses pengajaran dan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.42 Agar peserta didik menjadi manusia yang berpendidikan dan produktif. berikut beberapa hasil yang diharapkan dengan tercipaya hubungan yang harmonis : 1.
Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah.
2.
Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya, dan
3.
Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi
anak
Karena hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari mayarakat terutama dukungan moral dan financial. Oleh karena itu pentingnya peningkatan intensitas dan eksistensi hubungan sekolah dengan masyarakat. Menurut Mulyasa hubungan sekolah dan masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut : 1. 2. 3. 41
Memajukan mutu pembelajaran dan pertumbuhan anak Memperkokoh tujuan serta meningkatkan mutu hidup dan penghidupan masyarakat Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah.43
Mulyono Op., Cit. hal 208 Syaiful Sagala. Kemampuan profeesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. (Bandung. Alfabeta 2013), Cet. 4 hal. 251 43 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni. Education Management. (Jakarta. Grafindo, 2009) Ed. 1 hal. 168 42
37
E. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang serupa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Windi Retno Bintari NIM 09108241031 yang berjudul Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di SD Negeri Megulung Lor Kecamatan Piuruh Kabupaten Purwerejo. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif yang memaparkan peran komite sekolah di tingkat sekolah dasar sebagai objek penelitiannya. Subjek penelitianya adalah komite sekolah dan sumber informasi lainnya diperoleh Kepala Sekolah, perwakilan guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan studi dokimentasi. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa SDN megulung Lor termasuk dalam kategori baik. Perbedaan penelitian yang dilakukan Windi dengan penelitian yang sedang peneliti teliti adalah objek yang di teliti pada tingkat Sekolah Dasar. 2. Penelitian yang serupa lainnya yaitu dilakukan oleh Hari Muswen NIM 107018203474 Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah FITK yang berjudul Peran Komite Sekolah dalam peningkatan sarana prasarana Pendidikan di SMP Darussalam Ciputat Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kualitatif yang memaparkan peran komite sekolah dalam mengembangkan sarana prasarana di SMP Darussalam Ciputat. Hasil penelitian ini lebih banyak dari dokumentasi dan interview dengan responden Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Tata Usaha, dan Wakasek Kurikulum. Kesimpulan dari penelitian ini belum optimalnya kinerja Komite Sekolah. Perbedaan penelitian yang dilakukan Haris dengan penelitian yang sedang peneliti teliti adalah Objek penelitiannya pada tingkat SMP dan focus penelitiannya pada peningkatan sarana prasarana. 3. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dede Evah Hudoefah NIM 107018201085 Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah FITK yang berjudul Peran Komite Madrasah Dalam Mendukung Pencapaian Kinerja Kepala Madrasah Di MI Miftahul Anwar Tapos Depok. Penelitian ini
38
untuk mendeskripssikan peran komite dalam pencapaian kinerja kepala madrasah dengan pendekaan deskriptif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa peran komite sekolah dala mendukung kinerja kepala madrasah
MI Miftahul Anwar Tapos Depok
belum sepenuhnya berjalan baik. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu focus penelitian yang mendeskripsikan peran komite dalam mendukung kinerja kepala sekolah, dan objek penelitian pada tingkat satuan pendidikaan MI.
F. Kerangka Berfikir Berdasarkan pengamatan kondisi nyata dilapangan, terdapat komite yang belum melaksanakan perannya secara maksimal, baik sebagai pemberi pertimbangan, pendukung,pengontrol dan mediator. Hal ini di sebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya pemahaman terhadap peran komite, kesibukan lain dari anggota, rendahnya partisipasi masyarakat, sampai lemahnya kinerja komite. Penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan peran komite sekolah yang ada di SMAN Negeri 28 Kabupaten Tangerang. Yang bertujuan untuk mengetahui peran-peran yang dilakukan komite dan dampak yang dihasilkan terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
1. Masih banyaknya komite sekolah yang belum aktif menjalankan perannya. 2. Lemahnya kinerja komite sekolah di SMAN 28 Kab. Tangerang. 3. Rendahnya pasrtisipasi masyarakat.
Kondisi Nyata
INPUT
1. Masih kurangnya sekolah dalam memberdayakan keberadaan komite. 2. Komite sekolah yang belum maksimal dalam menjalankan perannya
Masalah
1. Pembentukan organisasi Komite sekolah yang lebih efektif. 2. Pemilihan anggota komite yang memiliki kompetensi
Strategi
Dalan proses ini berbagai permasalahan akan timbul dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan dapat diatasi dengan berbagai cara yang dirumuskan bersama-sama antara sekolah, Komite, dan masyarakat.
PROSES
sekolah
Negeri Kab. Tangerang
SMA
28
mutu pendidikan di
dalam meningkatkan
kepada
kontribusinya
dalam memberikan
terlibat secara penuh
efektif , dan dapat
komite sekolah yang
Terbentuknya
Output
OUTPUT
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan peneliti yaitu mengenai “Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatan Mutu Pendidikan Di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang”. Peneliti kualitatif
karena
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak
berkenaan dengan angka – angka tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan peran komite sekolah dalam peningkatkan mutu pendidikan di SMAN 28 Kabupaten Tangerang. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan
pada analisis
deskriptif, digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dengan peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengambilan data secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.44 Lebih lanjut Menurut Nana Syaodih penelitian kualitatif adalah mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.45
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 28 Kabupaten Tangerang yang akan dilaksanakan
44 45
pada
bulan
September
2015
sampai
Maret
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.9 Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda 2006) Cet. II hal.60 40
2017.
41
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian KEGIATAN
Tahun 2015 Sept Okt Nov Des-
2016 Sep- Des-
2017 JanMaret
Pengajuan judul Semprop dan Pengesahan Proposal Bimbingan dengan dosen pembimbing Wawancara dan pengumpulan data Penelitian ke Sekolah Analisis data Penyajian data
C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data maka cara yang digunakan peneliti ialah datanprimer dan data sekunder yang ada di SMA Negeri 28 Kab. Tangerang. Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh di sekolah sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari luar sekolah. 1. Data Primer a. Studi Dokumen Studi dokumen adalah untuk mencari informasi dari data-data yang ada untuk menguatkan hasil observasi dan pengamatan. Bentuk dokumennya bisa berupa gambar, catatan tertulis yang diarsipkan oleh sekolah, media cetak dan internet yang terkait dengan peran komite sekolah dalam peningkatkan mutu pendidikan di SMAN 28 Kabupaten Tangerang.
42
b. Interview ( Wawancara) Menurut Esterberg yang dikutip oleh Sugiyono Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.46 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden SMAN 28 Kabupaten Tangerang (Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Guru dan Orang Tua Murid) diberi pertnyaan terkait dengan peran komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. c. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak menggunakan perkataan atau tidak disertai dengan komunikasi lisan. Pada umumnya teknik observasi melibatkan panca indra pengliatan terhadap data visual, ataupun indra lain seperti pendengaran, sentuhan, serta penciuman.47 Bisa berupa kegiatan rapat rutin sekolah, proses pembelajaran, keadaan lingkungan sekolah, dan kegiatan lainnya. Namun dalam pengamatan penelitian di SMAN 28 Kabupaten Tangerang peneliti tidak melibatkan diri dalam objek yang diamati. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh diluar dari objek penelitian, yang sifatnya sebagai pendukung dari data sekunder. Bisa berupa teori yang 46
Sugiyono Op., Cit. hal 231 Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2006), h.199 47
43
diperoleh dari buku, jurnal, e-book, artikel dan data pendukung lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
D. Teknik Analisis Data Kegiatan mengumpulkan data responden yaitu komite, kepala sekolah, dan perwakilan guru dan data lainnya, maka peneliti melakukan teknik analisis data sebagai berikut : 1. Kategorisasi Dilakukan untuk mengumpulkan data berdasarkan kategori tertentu bisa berupa data yang berkaitan langsung dengan pokok penelitian atau data pelengkap yang berasal dari sekolah dan data-data baru yang bisa muncul pada saat penelitian. Kategorisasi harus sesuai dengan masalah penelitian sehingga dapat mencapai tujuan penelitian dalam memecahkan masalah.48 2. Reduksi data Reduksi data dilakukan untuk merangkum data yang telah diperoleh dan memilah data pokok penelitian yang akan memfokuskan pada hal-hal penting dari penelitian sehingga data yang didapat lebih jelas 3. Validasi Validasi dilakukan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh dengan keadaan lapangan yang sebenarnya. 4. Triangulasi Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai cara seperti observasi, wawancara, dokumen, dan data pendukung lain (Data Sekunder).49 Teknik ini untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan
48 49
Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung. Pustaka Setia, 2011) hal. 190 Sugiyono Op., Cit. hal 241
44
yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data pada sumber data yang sama yang diperoleh di SMAN 28 Kabupaten Tangerang. 5.
Penyajian data Sekumpulan informasi berdasarkan hasil wawancara dan dari berbagai sumber data yang terkait dengan penelitian yang dapat ditarik kesimpulannya. Penyajian data dengan metode kualitatif deskriptif dengan metode ini diharapkan data yang diperoleh akan terorganisasi sehingga data yag telah tersaji mudah dipahami.
6. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan diharapkan dapat menemukan hal-hal baru dari penelitian yang dilakukan serta menjadi acuan bagi SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang.
a. Kisi-Kisi Wawancara Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Variable
Dimensi
A. Komite
1. Sebagai
Sekolah
pemberi
Indikator Badan
1. Komite rapat
sekolah RAPBS
menyelenggarakan dengan
stakeholder
sekolah. Pertimbangan (Advisory Agency)
2. Komite
sekolah
melakukan
pertimbangan
terhadap
sekolah
akan
yang
kebijakan
diambil
dan
pertimbangan perubahan RAPBS. 3. Memberikan masukan terhadap proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah
45
2. Sebagai
badan
1. Memantau
kondisi
tenaga
pendukung
kependidikan dan kependidikan non
(Supporting
guru di sekolah.
Agency)
2. Melakukan prasarana
dukungan dan
evaluasi
sarana
dan
pengadaan
sarana prasarana. 3. Komite sekolah memantau keadaan anggaran pendidikan di sekolah 4. Komite sekolah melakukan dukungan anggaran di sekolah 3. Sebagai
badan
1. Komite sekolah mengawasi proses
pengontrol
pengambilan
(Controlling
pelaksanaan program di sekolah.
Agency)
2. Komite
sekolah
penyelenggaraan
keputusan
memantau pendidikan
dan
proses di
sekolah. 3. Komite sekolah memantau prestasi sekolah.
46
4.Sebagai
Mediator
1.
(Mediator Agency)
Komite sekolah menjadi penghubung antara
sekolah dan masyarakat
terutama orang
tua
mengidentifikasi
siswa
sumber
dan daya
masyarakat. 2.
Komite sekolah menampung aspirasi masyarakat dan masukan terhadap program sekolah.
3.
Komite
sekolah
kebijakan dan
mensosialisasikan program
sekolah
kepada mayarakat. B. Kepala Sekolah
1. Pandangan terhadap
1. Pandangan terhadap kinerja komite kinerja
komite sekolah
sekolah
sebagai
pemberi
pertimbangan, pendukung, pengontrol dan sebagai mediator.
C. Guru
1. Pandangan
1. Pandangan terhadap kinerja komite
Dan
terhadap
Orang
komite sekolah
Tua Murid
kinerja
sekolah
sebagai
pemberi
pertimbangan, pendukung, pengontrol dan sebagai mediator.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang adalah sekolah berkembang yang didirikan
atas
lingkungan
kecamatan
cisauk,
kabupaten
tangerang.
Keberadaan sekolah ini sangat beralasan melihat lingkungan yang belum memiliki sekolah negeri khususnya Sekolah Menengah Atas di lingkungan Kecamatan Cisauk dan wajib belajar 9 tahun. Pada bulan juni 2007 SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang secara resmi berdiri, dan disambut secara baik oleh masyarakat berkat sosialisasi kerja tim tentang keberadaan sekolah ini, yang ditandai oleh dimulainya dengan 3 rombongan belajar yang walaupun pada saat itu masih menginduk di SMP Negeri 1 Cisauk karena belum tersedianya gedung sendiri. Namun hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi sekolah karena banyak lulusan SMP Negeri 1 Cisauk yang meneruskan jenjang pendidikannya di Negeri 28 Kabupaten Tangerang. Kepala sekolah pertama SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang yang pada saat itu masih berstatus Plt yaitu Bapak Drs. Sudjana, M.Pd yang menjabat selama 2 tahun lamanya yang kemudian pada tahun 2008 dilanjutkan oleh Dra. Widayati Wardani, M. Pd menjabat sebagai kepala
47
sekolah yang ke-2 dan jabatannya berakhir pada November 2014 yang ditandai dilaksanakannya serah terima jabatan Kepala sekola dari Dra. Widayati Wardani, M. Pd kepada Drs. Susanto yang menjadi tonggak kepemimpinan di SMA Negeri 28 kabupaten Tangerang hingga sekarang. 2. Profil SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang termasuk sekolah berkembang yang menggunakan kurikulum KTSP, dengan perkembangan cukup signifikan dilihat dari prestasi yang diraih dan gedung sekolah yang secara resmi ditempati di Jl. Raya Cisauk-LAPAN, Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang pada bulan Juni 2010 yang sekarang menjadi alamat tetap. Berikut adalah identitas berdirinya SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang :
50
Naungan
: Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan
No. SK. Pendirian
: 421/kep.314-Huk/2007
Tgl SK. Pendirian
: 1997-06-16
No. SK. Operasional
: 421/Kep.314-Huk/2007
Tgl SK. Operasional
: 1997-06-19
Akreditasi
:A
No. SK. Akreditasi
: 83/BAP-S/M-SK/X/2015
Tanggal SK. Akreditasi
: 31-10-2015
No. Sertifikasi ISO
: Belum Bersertifikat50
Berdasarkan dokumen sekolah yang di publish di dapo.dikdasmen.kemendikbud.go.id 48
a. Visi dan Misi VISI : “Terwujud Sekolah yang unggul dalam akhlaq mulia, prestasi, dan mandiri, serta berwawasan lingkungan” Motto :
“ GAINING SUCCESS EVERYDAY”51
MISI : 1) Menanamkan pendidikan karakter berbudi pekerti luhur,berkepribadian nasional dan berpikir global yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, 2) Menjunjung tinggi peraturan dan tata tertib sekolah, 3) Memfasilitasi kegiatan keagamaan dalam meningkatkan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 4) Melakukan penilaian aplikasi sikap mulia dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah 5) Menanamkan sikap cinta NKRI melalui kegiatan bela bangsa. 6) Mengutamakan
sikap
kekeluargaan
dan
kepedulian
dalam
bermasyarakat 7) Menciptakan proses pembelajaran yang optimal dan menyenangkan, baik didalam maupun diluar kelas 8) Berusaha keras, disiplin, kreatif , inovatif, dan bertanggungjawab dalam mewujudkan prestasi belajar. 9) Melakukan pendampingan dan bimbingan belajar yang berkelanjutan
51
Data diperoleh dari soft file profil sekolah dan web sekolah www.sman28kabtangerang.sch.id 49
10) Meningkatkan semangat berkompetisi yang sehat, kreatif dan
inovatif
dalam bidang akademik, seni dan olahraga 11) Meraih juara dalam olimpiade sains, sastra, seni, dan olahraga di tingkat nasional. 12) Menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti pendidikan lanjutan dan mampu bersaing di era globalisasi. 13) Membekali berbagai ketrampilan yang siap pakai 14) Menjalin kerja sama dengan orang tua, masyarakat lingkungan sekolah dan lembaga terkait (stakeholder) atas dasar manajemen berbasis sekolah 15) Menciptakan lingkungan sekolah yang asri dan nyaman untuk belajar. 16) Membiasakan hidup bersih dan sehat 17) Menjaga
kualitas
lingkungan
melalui
kegiatan
penghijauan
berkesinambungan yang berbasis pelestarian keragaman makhluk hidup. 18) Melakukan daur ulang limbah lingkungan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis.52 b. Tujuan Sekolah Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 1) Menciptakan
dan
menyelenggarakan
proses
pendidikan
yang
berorientasi pada target pencapaian efektifitas proses pembelajaran berdasarkan konsep MBS.
52
Data diperoleh dari papan informasi sekolah dan web sekolah www.sman28kabtangerang.sch.id 50
2) Mewujudkan
sistem
kepemimpinan
yang
kuat
dalam
mengakomodasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. 3) Mengelola tenaga kependidikan secara efektif berdasarkan analisis kebutuhan,perencanaan, pengembangan, evaluasi kerja, hubungan kerja, imbal jasa yang memadai. 4) Penanaman budaya mutu kepada seluruh warga sekolah yang berdasarkan ketrampilan/ skill dan profesionalisme.Menciptakan sistem kebersamaan melalui teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis dalam rangka menghasilkan output pendidikan yang tinggi. 5) Menciptakan sikap kemandirian secara kelembagaan melalui peningkatan sumber daya yang memadai 6) Mengembangkan dan meningkatkan partisipasi seluruh warga sekolah dan masyarakat dengan dilandasi sikap tanggungjawab dan dedikasi. 7) Menciptakan dan mengembangkan sistem pengelolaan yang transparan dalam mengambil keputusan, pengelolaan anggaran dan sebagainya. 8) Memprogram peningkatan mutu, kualitas output siswa dalam bidang akademik dan non akademik secara berkelanjutan ( sustainabilitas). 9) Memprioritaskan pelayanan pendidikan kepada siswa dalam rangka meminimalisir angka dropout. 10) Memberi rasa kepuasan bagi seluruh warga sekolah ( guru dan staf ) sesuai tugas dan kewenangannya 11) Mengembangkan sistem seleksi penerimaan siswa baru dan melakukan pembinaan pada calon siswa.53 53
Data diperoleh dari web sekolah www.sman28kab-tangerang.sch.id 51
c. Kondisi Fisik Dan Lingkungan Sekolah SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang bertempat di samping Jalan Raya Cisauk – LAPAN, Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang, di lingkungan dekat sekolah dilewati angkutan publik, terdapat juga perumahan Serpong Garden, akses yang dekat ke BSD City, Stasiun Cisauk, dan sebentar lagi akan dibangun apartemen yang berdekatan dengan sekolah. Sekolah memiliki luas bangunan 1221 m2 berdiri diatas tanah seluas 10.155 m2. Lingkungan sekolah yang luas sangat memungkinkan untuk mengembangkan sarana prasarana dan menciptakan lingkungan yang nyaman. status kepemilikan tanah adalah Pemerintah daerah Kabupaen Tangerang dan hak guna SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang. Berikut adalah fasilitas di sekolah : Tabel 4.1 Fasilitas Utama54 Kondisi No
Fasilitas Utama
Jumlah Baik
1
Ruang kelas
23
2
Laboratorium IPA
1
3
Ruang Komputer
1
4
Perpustakaan
1
5
Masjid
1
6
Ruang Tata Usaha
1
7
Ruang guru
1
8
Ruang kepala sekolah
1
54
Kurang Baik
√ √ √ √ √ √ √ √
Data diperoleh dari arsip yang diterima peneliti yang berisi profil sekolah dalam bentuk soft file 52
Tabel 4.2 Fasillitas Penunjang55 Kondisi No
Fasilitas Pendukung
Jumlah Baik
1
Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
1
2
Ruang Bimbingan Konseling
1
3
Koperasi
1
4
Kantin
1
5
Ruang Serba Guna (aula)
1
6
Lapangan Olahraga
2
7
Ruang Osis
1
8
Ruang PMR
1
Kurang Baik
√ √ √ √ √ √ √ √
B. Organisasi Dan Peran Komite 1. Organiasi Komite Sekolah
Berdasarkan Keputusan Kemendiknas Nomor 044/U/2002 tentang komite sekolah. Dari keputusan tersebut sekolah menyadari pentinganya peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Maka dari itu tahun 2007 dibentuklah komite SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang yang perannya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Berikut alur pembentukannya : a. Panitia pembentukan komite mengadakan forum sosilisasi kepada masyarakat (termasuk komite sekolah yang sudah ada) tenang komie sekolah.
55
Data diperoleh dari arsip yang diterima peneliti yang berisi profile sekolah dalam bentuk soft file 53
b. Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat c. Menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat d. Mengumumkan calon angota berdasarkan usulan dari masyarakat/orang tua murid e. Menyusun nama-nama anggota terpilih. f. Panitia Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota komite sekolah. Yang akan di pilih oleh sekolah dan orang tua murid. g. Menyampaikan nama pengurus dan anggota komite sekolah kepada kepala satuan pendidikan. h. Panitia persiapan dinyatakan bubar setelah komite sekolah terbentuk. Panitia pembentukan komite sekolah berasal dari sekolah dan masyarakat, yaitu terdiri dari guru, staf TU, dan orang tua murid. Alur pembentukan komite sekolah SMAN 28 Kab. Tangerang
berdasarkan standar dari
keputusan mendiknas No. 044/U/2002. Berikut petikan wawancara dengan ketua komite sekolah “Pembentukannya sudah lama sejak sekolah berdiri. Pemilihannya melalui prosedur sesuai perundang-undangan. Pada akhirnya saya di percaya sebagai ketua komite.”
54
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Komite56 KETUA H. Madsoleh S.Sos
BENDAHARA Abdul Hakim S.Pd
PENASEHAT H. Ali Shodiqin
SEKRETARIS Shinta Nurcahyani S.Pd
ANGGOTA 1. Agus Supriyatna S.Pd 2. Muhammad Endang 3. Ade Kurniawan
Berikut program kerja komite bersama sekolah tahun 2016/2017 a. Membangun ruang pengolahan data b. Merenovasi kantin siswa c. Perbaikan dan pengecatan lapangan olahraga d. Pengembangan jaringan infrastruktur LAN e. Pengembangan Sistem Informasi Sekolah (SIS) f. Melengkapi sarana prasarana perpustakan dan lab komputer g. Membangun kanopi parkiran h. Memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi dan siswa kurang mampu Berikut adalah Kerja sama dengan lembaga penelitian pemerintah dan perusahaan yang ada disekitar lingkungan bertujuan memacu motivasi dan prestasi siswa dan menambah pengetahuan, sehingga mempunyai peran yang berarti dalam era globalisasi yang terjadi dilingkungan masyarakat Cisauk.
56
Berdasarkan arsip sekolah yang peneliti terima yang berisi profil sekolah dalam bentuk soft file 55
Pada tiap tengah semester I, SMAN 28 Kabupaten Tangerang telah melakukan kunjungan ilmiah di : a. PT. LG Indonesia b. LAPAN ( Lembaga Antariksa dan Penerbangan Antariksa Nasional ) c. Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian ( BPMP ) d. PUSPIPTEK – Serpong e. Kawasan Industri kota Kabupaten Tangerang f. Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta57
Berdasarkan kepmendiknas No. 044/U/2002 komite sekolah memiliki peran sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan mediator. Keberadaan komite sekolah mempunyai kedudukan sebagai mitra sekolah yang kontribusinya diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan mutu pendidikan di SMA Negeri 28 kab. Tangerang. Berikut petikan wawancara dengan komite “komite dan sekolah mempunyai hubungan sebagai mitra kerja, yang sudah seharusnya ikut serta
dalam proses pengembangan
pendidikan di sekolah”. Disamping itu setiap anggota komite mempunyai tugas menurut jabatannya. Berikut adalah tugas menurut jabatannya : Ketua Komite58 : a. Bersama – sama pengurus lain dan anggota menyusun rencana program kerja komite sekolah b. Mengesahkan rencana program kerja komite sekolah c. Melaksanakan keputusan hasil musyawarah yang ditetapkan oleh anggota melalui rapat – rapat d. Mengundang rapat rutin komite sekolah kepada kepala sekolah e. Mengkomunikasikan hasil rapat komite sekolah kepada kepala sekolah f. Mengundang rapat pihak sekolah atas undangan kepala sekolah 57
Berdasarkan arsip yang peneliti terima dari sekolah yang berisi profil sekolah dalam bentuk soft file 58 Berdasarkan arsip pedoman yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file 56
g. Menghadiri rapat dinas sekolah atas undangan kepala sekolah h. Menerima klarifikasi sumber pembiayaan sekolah yang berasal pemerintahan dan kebutuhan sekolah i. Menerima klarifikasi persoalan yang dihadapi sekolah j. Memberikan
edaran,
himbauan dan
atau
bentuk
lain kepada
stakeholders k. Mengesahkan segala keputusan komite sekolah dan atau keputusan bersama dengan sekolah, melalui penandatanganan. l. Mengadakan pertanggungjawaban keuangan yang ditipkan masyarakat kepada sekolah m. Mengesahkan pemberian penghargaan komite sekolah kepada kepala sekolah, guru, staf TU yang berprestasi n. Memberikan perintah kepada bendahara untuk mengeluarkan / memberikan sejumlah dana atas pengajuan sekolah o. Memberikan sanksi kepada anggota pengurus yang tidak dapat menunaikan tugas dengan baik p. Mengevaluasi program kerja komite sekolah Sekretaris Komite59 : a. Membuat agenda kerja bersama – sama ketua dan bidang yang ada b. Menyusun administrasi ( anggota, sarana dan prasarana, serta hal yang dianggap penting) c. Membuat dan mengedarkan undangan rapat – rapat dibantu oleh staf yang ditunjuk d. Membuat laporan – laporan kepada pihak yang terkait e. Membuat notulen rapat – rapat f. Mengagendakan surat masuk dan keluar. Bendahara Komite60 59
Berdasarkan arsip pedoman yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file 57
a. Menerima, membukukan, mengamankan dana yang diperoleh dari bantuan masyarakat setelah memperoleh pengesahan komite sekolah b. Mengeluarkan dan membukukannya pengeluaran dana kepada sekolah atas persetujuan komite sekolah c. Melaporkan keadaan keuangan kepada anggota komite sekolah dan masyarakat atas persetujuan ketua komite sekolah Berikut adalah tugas dari anggota komite terdiri dari tiga orang yaitu Agus supriyatna bertugas dalam bidang sumber daya manusia, dan bidang layanan pendidikan. Muhammad Endang bertugas sebagai bidang sarana dan prasarana, dan Ade kurniawan bertugas sebagai bidang usaha. Berikut tugas menurut bidang Bidang SDM a. Bersama – sama pihak sekolah menganalisa potensi sumber daya sekolah, pada lingkup kewilayahan, sosial ekonomi masyarakat, instansi diwilayah setempat. b. Mengklarifikasi hasil analisis masyarakat sekolah menyangkut SDM dan bentuk lain yang dianggap sebagai potensi yang diduga kuat dapat membantu sekolah c. Mendaftar dan memetakan potensi yang diduga kuat dapat membantu sekolah d. Melaksanakan penarikan dana dan menyerahkan kepada pengelola dana masyarakat e. Melaksanakan pemikiran, ide dan gagasan masyarakat untuk dijadikan bahan pertimbangan kebijakan komite sekolah untuk kepentingan sekolah
60
Berdasarkan arsip pedoman yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file 58
f. Melaksanakan penarikan SDM kependidikan yang dianggap strategis dan dibayar oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah Bidang Kualitas Layanan Pendidikan61 : a. Bersama – sama sekolah menyusun standar pelayanan pendidikan, seperti jumlah guru, fasilitas / sarana dan prasarana, kurikulum dan ekstrakurikuler b. Bersama – sama sekolah menyusun target pencapaian hasil belajar siswa, harian semester dan akhir tahun dan ujian nasional c. Bersama – sama sekolah menetapkan salah satu unggulan prestasi sekolah baik yang bersifat akademis maupun non akademis d. Bersama – sma sekolah mengangkat tenaga ahli yang dapat membantu peningkatan kualitas pendidikan e. Mengundang pengawas sekolah untuk melakukan dialog dan tindak lanjut hasil pengawasan profesional yang dapat dijadikan bahan pertimbangan komite sekolah f. Bersama – sama komite sekolah lain melakukan kolaborasi sistem pengendalian kualitas pelayanan sekolah. Bidang Sarana dan Prasarana62 : a. Bersama – sama dengan pengurus lain menyusun program kerja komite sekolah b. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua komite atau hasil keputusan musyawarah komite sekolah c. Mengidentifikasi kebutuhan sarana prasarana d. Membantu sekolah dalam pengadaan sarana prasarana e. Mengkoordinasikan dukungan sarana prasarana Bidang Usaha63 : 61 62
Berdasarkan arsip pedoman yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file Berdasarkan arsip pedoman yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file 59
a. Bersama – sama dengan pengurus lain menyusun program kerja komite sekolah b. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua komite atau hasil keputusan musyawarah komite sekolah c. Memberikan saran terobosan cara mencari sumber dana sekolah d. Ikut membantu memberikan, mencarikan informasi yang dapat mendukung rencana dan program sekolah e. Mencari melaksanakan kerjasama dengan pihak luar sekolah Pembiayaan untuk kas komite dilakukan dengan prinsip gotong royong yang berasal dari anggota komite sendiri dan orang tua murid. Berikut petikan wawancara dengan komite saat ditanya pembiayaan komite, “dana yang diperoleh hasil dari gotong royong yang berasal dari komite sendiri dan orang tua siswa, ada juga dari pihak swasta”64. Oleh karena itu diharapkan komite dapat lebih aktif dalam pencarian dana unuk pengembangan pendidikan di SMA Negeri 28 Kab. Tangerang. Tidak hanya itu, menurut Kepmendiknas No. 044/U/2002 yang terdapat di BAB II
komite sekolah memiliki peran sebagai pemberi pertimbangan,
sebagai pendukung, sebagai pengonrol dan sebagai mediator. Melalui pertimbangan komite sekolah melakukan pemberian masukan terhadap pengelolaan pendidikan contohnya seperti pertimbangan terhadap program sekolah yang akan dilakukan dan tentang rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah. Sebagai pendukung komite sekolah memberi dukungan moril dan materil. Dukungan moril berupa motivasi contohnya motivasi kepada guru terhadap proses pembelajaran, sedangkan dukungan materil berupa dana untuk pengembangan pendidikan contohnya kegiatan perlombaan tingkat sederajat 63
Berdasarkan arsip pedoman yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB 64
60
dan provinsi. Komite sekolah sebagai pengontrol melakukan kontrol terhadap kebijakan atau keputusan yang akan diambil oleh sekolah, hal ini bertujuan agar kebijakan dan keputusan tersebut harus sesuai dengan visi misi sekolah, tujuan sekolah, efektif dan efisien yang akan berdampak pada proses dan output pendidikan di SMAN 28 Kab. Tangerang. Sedangkan peran komite sebagai mediator diiharapkan dapat menjadi penghubung yag baik dan aktif antara sekolah dengan orang tua murid, komite sekolah dengan sekolah, sekolah dan internal sekolah sendiri. Dari peran-peran tersebut diharapkan akan membantu sekolah dalam pengembangan pendidikan terutama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 2. Peran Komite Sekolah Berikut
gambaran
peran
komite
sekolah
sebagai
pertimbangan,
pendukung, pengontrol dan mediator yang ada di SMAN 28 Kab. Tangerang : a.
Peran komite sekolah dalam memberikan pertimbangan Peran
komite
sebagai
pemberi
pertimbangan dengan bentuk
pelaksanaannya seperti memberikan masukan terhadap proses pengelolaan pendidikan
di
sekolah,
memberikan
masukan
terhadap proses
pembelajaran kepada guru – guru. Selain itu komite sekolah harus memberikan pertimbangan terhadap penyediaan dan penggunaan sarana dan prasarana
yang
memberikan
dibutuhkan
pertimbangan
oleh terhadap
sekolah.
Komite
penggunaan
dan
sekolah
juga
pemanfaatan
anggaran atau dana yang diperoleh sekolah, memberikan masukan tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), menyelenggarakan rapat rancangan anggaran pendapatan dan belanja sekolah ( RAPBS),
pertimbangan perubahan dan ikut mengesahkan
RAPBS bersama kepala sekolah, memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik yang dapat di perbantukan di sekolah, pertimbangan pengelolaan pendidikan seperti pelaksanaan program dan kurikulum. 61
Namun pada kenyataannya tidak semua peran itu dilakukan komite sekolah, salah satunya seperti komite sekolah yang ada di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang.
Komite
sekolah lebih terlihat berperan
dalam
pemberi pertimbangan dalam hal sarana dan prasarana saja karena bisa dilihat bentuk hasilnya. “ keberadaan komite sekolah disini sebenarnya sudah cukup baik, walaupun komite sekolah jarang sekali melakukan kunjungan atau koordinasi untuk melakukan perannya, namun tetap ada tanggung jawabnya, misalnya perannya sebagai pemberi pertimbangan, komite sekolah memberikan pertimbangan dalam hal sarana dan prasarana, pengadaan lahan dan musolah bentuk dari kontribusi komite, dalam hal pertimbangan lain komite sekolah masih kurang berperan, seperti proses pembelajaran dan pengadaan tenaga pendidik. Kalo untuk penyusunan RAPBS beliau (komie sekolah) juga memberikan masukan dan pertimbangan.”65 “jika dibilang sejauh mana, sekolah ini adalah sekolah berkembang yang masih perlu penataan, dalam prosessnya tentu peran stakeholder sangat diperlukan terutama peran komite sekolah dalam memberikan masukan ideidenya dalam memberikan pertimbangan terhadap apa saja yang akan dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan. Kinerja Komite sekolah saya anggap sudah cukup baik, keberadaan komite sekolah memang jarang ada disekolah karena kesibukan diluar, dan kami sebagai pihak sekolah sangat memahami itu, terlebih sesekali masih melakukan koordinasi ke saya, contoh nyata dari komite yaitu ikut mensukseskan keberadaan lahan yang sekarang ditempati sekolah, dan beberapa fasilitas disekolah ini juga berkat kontribusi komite sekolah dan orang tua murid namun memang kalo untuk pertimbangan dan masukan dalam proses pendidikan lain masih kurang. kalo untuk penyusunan RAPBS komite juga menyampaikan masukan dan pendapatnya “66 “Setiap rapat pasi ditanyakan keluhan, pendapat dan masukan masukan terkait program danpembinaan siswa”67 65
Hasil wawancara dengan Bapak Murdoyoko guru kimia yang mempunyai hubungan baik dengan ketua komite sekolah dan menjadi penghubung peneliti dengan komite. Dilakukan di sekolah 13 Desember 2016. Pukul 08:00-09:00 WIB. 66 Hasil wawancara dengan kepala sekolah Bapak Heru Prasusi pada tanggal 17 januari 2017 di Sekolah Pukul 11:00-11:30 WIB. 67 Hasil wawancara dengan orang tua murid Ahmad Sofian pada 14 April 2017 di kediaman beliau.. 62
Pernyataan diatas telah memberikan gambaran atas kinerja komite sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsinya dalam peningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang. Keberadaannya memang tidak selalu berada di sekolah tapi bebeapa kontribusi komite dalam melakukan perannya masih terlihat, hanya saja untuk memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses pendidikan lain seperti proses pembelajaran, tenaga pendidikan, dan kurikulum masih kurang. Berikut rangkuman petikan wawancara komite : “ Dalam penyusunan (RAPBS) saya ikut, juga dalam memberikan masukan dan pendapat, yang dilibatkan pastinya kepala sekolah, wakasek, kepala tata usaha dan guru. Untuk perubahan (RAPBS) komite selau meyetujui. Mengenai anggaran teruama yang dari pemerintah saya ikut mempertimbankannya dan pengalokasiannya. Persoalan tenaga pendidik, kurikulum memang tidak begitu terlibat karena cukup sulit untuk terlibat sepenuhnya karena komite juga punya kesibukan diluar, tapi komite selalu berusaha menempatkan diri karena itu tanggung jawab saya sebagai komite sekolah. “68 Pernyataan dari petikan wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa peran komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dilihat dari teori dari Engkoswara dan Aan komariah mengenai peran apa saja yang seharusnya dilakukan komite sebagai pertimbangan.
Pada kenyataannya
belum sepenuhnya terlaksana seperti pertimbangan terhadap tenaga pendidik dan kurikulum. Diharapkan komite sekolah dapat bekerja lebih maksimal dalam menjalankan perannya sebagai pertimbangan. b.
Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung Bentuk dukungan komite sekolah bisa berupa materil dan moril. Moril
seperti pemantauan dan masukan atau motivasi terhadap kondisi dari pada
68
Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah Bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB. 63
tenaga pendidik atau guru, dan non pendidik dalam hal ini adalah staf karyawan merupakan dukungan yang harus diberikan komite sekolah, selain itu dukungan yang diberikan juga berupa pemantauan (Melihat kondisi fisik) kondisi
sarana
dan
prasarana
yang
ada
di
sekolah.
Melakukan koordinasi dukungan sarana dan prasrana di sekolah, memantau kondisi anggaran pendidikan sekolah, dan mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran dan program sekolah. Dukungan materil bisa berupa pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi, dalam bentuk buku unuk perpustakaan, dukungan dana untuk kegiatan siswa misalnya perlombaan atau olimpiade.
Namun pada kenyataanya tidak semua peran komite
dilakukaan. Berikut rangkuman petikan wawancaranya : “ Dukungan yang diberikan oleh komite sekolah sebagai perannya dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam bentuk materiil, materiil di sini dalam bentuk barang misalnya membantu dalam proses pengadaan tanah sekolah dan masjid yang saya tau, membantu dalam pengadaan sarana prasarana lainnya seperti lapangan olahraga, setau saya itu, non materilnya berupa masukan atau pendapat.kurang lebih seperti itu yang saya ketahui.”69 “ Menurut pendapat saya dan sejauh pengamatan saya komite sekolah sudah ikut mendukung program sekolah dan usaha sekolah dalam meningkatkan mutu, contoh dukungannya dalam bentuk materiil seperti membantu para siswa jika ada perlombaan tingkat daerah dan nasional atau kegiataan di sekolah. terkadang memberikan beberapa saran atau masukan ketika bertemu di sekolah walaupun tidak sedang rapat saja dan jarang sekali melakukan koordinasi. Walau demikian hal kecil tersebut saya rasa wujud dari peran komite demi tercapainya tujuan sekolah dan tercapainya mutu yang lebih baik lagi, hanya saja peran dan fungsinya memang belum secara menyeluruh dan koordinasi dalam proses pendidikan masih kurang.”70 Begitulah
petikan
wawancara
yang
dilakukan
di
sekolah,
menggambarkan kinerja komite yang sebenarnya mengarah kearah yang 69
Hasil wawancara dengan Bapak Murdoyoko guru kimia yang mempunyai hubungan baik dengan ketua komite sekolah dan menjadi penghubung peneliti dengan komite. Dilakukan di sekolah 13 Desember 2016. Pukul 08:00-09:00 WIB. 70 Hasil wawancara dengan kepala sekolah Bapak Heru Prasusi pada tanggal 17 januari 2017 di Sekolah Pukul 11:00-11:30 WIB. 64
lebih baik untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan bentuk dukungan yang sudah terlihat yaitu pengadaan sarana prasarana sumbangsih dalam bentuk pemikiran seperti masukan dan pendapat, namun belum mencakup pada tahap proses pembelajaran. Berikut adalah petikan wawancara komite yang dirangkum oleh peneliti: “ untuk memantau tenaga pendidik secara penuh sih tidak, saya lebih mempercayakan itu kepada sekolah, tapi sesekali memberikan masukan motivasi terhadap tenaga pendidik. Dalam hal memantau kondisi sarana prasarana tidak sepenuhnya dilakukan, tapi kalo untuk dukungan pengadaan sarana prasarana komite berusaha ikut terlibat dukungannya yang diberikan dalam bentuk dana yang nantinya akan di alokasikan lagi untuk menambah sarana prasarana. Untuk masalah anggaran, Untuk memantau sih tidak, tapi komite menerima laporan anggaran komite ikut mempertimbangkan dan pengalokasiannya. Biasanya untuk mencari dukungan terutama dana, komite akan melakukan rapat koordinasi jika pengadaannya dalam jumlah besar,dan LSM yang mau bekerja sama. “ 71 Petikan wawancara tersebut menggambarkan bahwa peran komite sekolah dalam melakukan dukungan belum dilakukan secara maksimal. Berdasarkan wawancara tersebut komite masih kurang memantau keadaan anggaran sekolah, namun ketika rapat mengenai anggaran komite tetap memberikan masukan. Diharapkan komite dapat berperan secara maksimal dalam melakukan perannya sebagai pendukung, seperti melihat konditi tenaga pendidik apakah perlu ditambah atau tidak, dan melakukan evaluasi terhadap pengadaan sarana prasarana. c.
Peran Komite Sekolah Sebagai Pengontrol Peran komite sebagai pengontrol perwujudannya adalah dalam bentuk
pengawasan terhadap proses pengambilan keputusan disekolah, melakukan penilaian terhadap kualitas kebijakan yang diambil sekolah, melakukan 71
Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah Bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB. 65
pengawasan terhadap proses dan kualitas perencanaan dan program sekolah, melakukan pengawasan terhadap organisasi sekolah, Memantau penjadwalan dan sumber daya pelaksana program, melakukan alokasi anggaran untuk pelaksanaan program
pengawasan
sekolah
dan
terhadap melakukan
pengawasan terhadap partisipasi stakeholder sekolah pada program sekolah, memantau keadaan peserta didik seperti hasil kenaikan kelas, ujian nasional, seperti itulah peran yang seharusnya dilakukan oleh komite sekolah. Berikut rangkuman petikan wawancara : “ kontrol yang seharusnya dilakukan oleh komite sekolah ini dalam proses pengambilan keputusan disekolah, selain itu juga melakukan pengawasan terhadap proses dan kualitas perencanaan dan program sekolah dan melakukan pengawasan terhadap organisasi sekolah juga anggaran sekolah. Namun tidak dapat dipungkiri belum semua peran iu dilakukan, seringnya memberikan pengarahan, masukan dan pendapatnya sebagai salah satu bentuk kontrol yang dilakukan komite. Karena beliau(Ketua Komite) sesekali masih suka menyempatkan diri untuk hadir rapat atau agenda sekolah lain. Dan menanyakan program atau kegiatan yang sedang atau akan dilakukan.”72 “ iya komite sekolah kadang melakukan kontrol mulai dari sudah terlaksananya atau belum program sekolah, kontrol yang dilakukan oleh komite sekolah pada penggunaan anggaran atau alokasi dana sekolah yang berasal dari pemerintah daerah.”73 “setiap kebijakan atau keputusan yang akan diambil oleh sekolah selalu dikomunikasikan ke komite. kontrol yang komite lakukan misalnya penggunaan anggaran dan alokasinya. Terkait kontrol terhadap keputusan atau kebijakan yang akan diambil oleh sekolah komite selalu memberikan masukan agar sesuai dengan RAPBS dan sejalan dengan visi misi sekolah.”74 Dari petikan wawancara diatas telah memberikan
gambaran kinerja
komite sekolah sebagai pengontrol sudah baik. Tetapi masih ada peran kontrol 72
Hasil wawancara dengan kepala sekolah Bapak Heru Prasusi pada tanggal 17 januari 2017 di Sekolah Pukul 11:00-11:30 WIB. 73 Hasil wawancara dengan Bapak Murdoyoko guru kimia yang mempunyai hubungan baik dengan ketua komite sekolah dan menjadi penghubung peneliti dengan komite. Dilakukan di sekolah 13 Desember 2016. Pukul 08:00-09:00 WIB. 74 Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah Bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB 66
yang belum dilakukan komite seperti memantau organisasi sekolah, memantau angka mengulang dan bertahan siswa. Selain
itu
komite
sekolah
juga
berperan
dalam
rangka usaha
transparansi anggaran yang di dapat dari pemerintah yaitu dana Bantuan Operasional Sekolah, bentuk transparansinya yaitu di sampaikan pada saat rapat dengan orang tua murid setiap awal dan akhir tahun ajaran. Bentuk kontrol yang dilakukan meberikan kritik jika ada penggunaan anggaran yang tidak efektif dan efisien terhadap penggunaan dana dan pengalokasiaannya agar penggunaannya
lebih
dapat
dipertanggungjawabkan.
Penggunaan
dana baik yang berasal dari donatur maupun pemerintah dapat benarbenar
efektif
dan
termonitor
alokasinya
apakah
sesuai
dengan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). d.
Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator Peran komite sebagai mediator wujudnya
berupa penghubung antara
kepala sekolah dengan masyarakat atau tokoh masyarakat, kepala sekolah dengan dewan pendidikan serta kepala sekolah dengan sekolah itu sendiri dalam hal ini guru, staf karyawan serta murid, selain itu komite juga ikut serta dalam membuat masukan kebijakan, keputusan dan beberapa program pendidikan kepada sekolah. Berikut
hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan kepala sekolah, guru dan komite : “sejauh ini komite sekolah berperan menjadi penampung aspirasi masyarakat dalam hal ini berupa pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program pendidikan dan beberapa kali menyampaikannya keluhan tersebut ke sekolah. Komite sekolah juga menjadi penghubung antara sekolah dengan sekolah, komite sekolah sebagai mediator juga mengadakan diskusi antara pihak sekolah dengan perwakilan wali murid terkait anggaran dan agenda sekolah. Hanya saja intensitas koordinasinya saja yang kurang.”75
75
Hasil wawancara dengan kepala sekolah Bapak Heru Prasusi pada tanggal 17 januari 2017 di Sekolah Pukul 11:00-11:30 WIB. 67
“Mediator itu dengan kata lain bisa dikatakan sebagai penghubung, sejauh ini komite sekolah masih bisa menjadi penghubung antara sekolah dengan wali murid dan antara sekolah dengan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi. dilakukan rapat bersama untuk membahas masalah yang tentunya berhubungan dengan kegiatan dan kebijakan sekolah.”76 “Menjadi mediator antara orang tua murid sudah cukup berperan, Saya sebagai orang tua murid selalu mendapat undangan rapat. Namun yang hadir saat rapat bisa dibilang hanya setengahnya saja.”77 “ selama ini yang komite lakukan sebagai mediator, melakukan kominkasi koordinasi dengan sekolah, orang tua murid dan masyarakat. Kalo komite sekolah dengan sekolah 3-6 bulan sekali dan komite dengan orang tua siswa dilakukan pada awal dan akhir tahun ajaran. Orang tua kalau kebanyakan rapat biasanya bosan..“78 Peran yang dilakukan komite sebagai mediator terlihat baik. Hanya saja masih ada kinerja yang belum dilakukan komite sebagai mediator yaitu menjadi penghubung dengan dewan pendidikan dan mengidentifikasi sumber daya yang ada di sekolah. 3. Indikator Kinerja Peran Komite Dari hasil wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan didapatkan kinerja apa saja yang telah dan belum dilaksanakan oleh komite. Yaitu perannya sebagai pertimbangan, sebagai pendukung, sebagai pengontrol dan sebagai mediator. Sebagai pemberi pertimbangan ada kinerja yang belum dilaksanakan oleh komite yaitu, mengidentifikasi sumber daya pendidikan di masyarakat, menyelenggarakan RAPBS, dan identifikasi potensi sumber daya pendidikan 76
Hasil wawancara dengan Bapak Murdoyoko guru kimia yang mempunyai hubungan baik dengan ketua komite sekolah dan menjadi penghubung peneliti dengan komite. Dilakukan di sekolah 13 Desember 2016. Pukul 08:00-09:00 WIB. 77 Hasil wawancara dengan orang tua murid Ahmad Sofian pada 14 April 2017 di kediaman beliau.. 78 Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB 68
di masyarakat. Peran sebagai pendukung kinerja yang belum dilaksanakan yaitu memaantau tenaga pendidik, mobilisasi guru sukarelawan,mengevaluasi dukungan sarana prasarana dan memantau kondisi anggaran sekolah. Peran sebagai pengontrol kinerja yang belum dilaksanakan yaitu memantau organisasi sekolah dan memantau angka mengulang dan bertahan di sekolah. Dan peran komite sebagai mediator kinerja yang belum dilakukan yaitu menjadi penghubung antara komite dengan dewan pendidikan dan mengidentifikasi sumber daya masyarakat. Berikut adalah tabel indikator kinerja peran komite sekolah berdasarkan hasil observasi peneliti dan wawancara : Tabel 4.3 Indikator kinerja peran komite sekolah Peran komite Sekolah Sebagai pemberi Pertimbangan
Indikator Kinerja
Y
T
√
f. indentifikasi sumber daya pendidikan dalam masyarakan g. Memberikan masukan untuk penyusunan RAPBS
√ √
h. Menyelenggarakan rapat RAPBS i. Memberikan pertimbangan perubahan RAPBS j. Ikut mengesahkan RAPBS bersama kepala
√ √
sekolah k. Memberikan
masukan
terhadap
proses
√
pengelolaan pendidikan l. Memberikan
masukan
terhadap
proses
√
pembelajaran kepada para guru m. Identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat
69
√
n. Memberikan
pertimbangan
tentang
sarana
√
prasarana yang dapat diperbantukan di sekolah pendidikan
√
untuk
√
f. Mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk
√
Sebagai
d. Memantau
Pendukung
sekolah e. Mobilisasi
Kondisi
ketenagaan
guru
sukarelawan
menanggulangi kekurangan guru di sekolah
mengisi kekurangan guru di sekolah. g. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang
√
ada di sekolah
√
h. Mobilisasi bantuan sarana dan prasarana sekolah
√
i. Mengkoordinasi dukungan sarana prasarana sekolah j. Mengevaluasi pelaksanaan dan prasarana k. Memantau
√
pendidikan
√
sekolah
kondisi
sekolah l. Memobilisasi
dukungan sarana
anggaran
di
anggaran
√
m. Mengkoordinasi dukungan terhadap anggaran
√
dukungan
terhadap
pendidikan di sekolah
pendidikan di sekolah n. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di
√
sekolah. Sebagai Pengontrol
f. Mengontrol proses pengambilan keputusan di
√
sekolah g. Mengontrol kualitas kebijakan di sekolah
√
h. Mengontrol proses perencanaan pendidikan di
√
sekolah 70
i. Pengawasan
terhadap
kualitas
perencanaan
sekolah j. Pengawasan terhadap kualitas program sekolah.
√ √ √
k. Memantau organisasi sekolah
√ m. Memantau alokasi anggaran untuk pelaksanaan √ l. Memantau penjadwalan program sekolah
Sebagai Mediator/Pen ghubung
program sekolah n. Memantau partisipasi stakeholder pendidikan
√
dalam pelaksanaan program sekolah o. Meantau hasil ujian akhir
√
p. Memantau angka partisipasi sekolah
√
q. Memantau angka mengulang sekolah
√
r. Memantau angka bertahan di sekolah
√
a. Menjadi penghubung antara komite sekolah
√
dengan masyarakat, komite sekolah dengan sekolah
√
b. Penghubung antara komite sekolah dengan dewan pendidikan c. Mengidentifikasi aspirasi perencanaan pendidikan
dan
√
program
√
masyarakat
d. Membuat usulan kebijakan pendidikan kepada sekolah.
dan
e. Mensosialisasikan kebijakan dan sekolah kepada masyarakat.
program
√
f. Memfasilitasi berbagai masukan program terhadap sekolah
kebijakan
√
g. menampung pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program sekolah
√
h. Mengkomunikasikan pengaduan dan keluhan masyrakat erhadap sekolah
√
71
√
i. Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah j. Mengidentifikasi masyarakat
sumber-sumber
daya √
k. Memobilisasi bantuan masyarakat
√
l. Mengkoordinasi bantuan masyarakat
√
Dari indikator kinerja tersebut diharapkan komite agar berperan secara maksimal dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol dan sebagai mediator. karena bukan tidak mungkin dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMAN 28 Kabupaten Tangerang akan lebih baik lagi jika dilakukan dengan maksimal bersama sekolah. Oleh karena itu sekolah dan komite harus saling bekerja sama dalam meningkatkan mutu pendidikan.
C. Pembahasan Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002). Sebagian besar kehadiran komite sekolah sejauh ini masih dianggap sebagai formalitas
semata,
itu
semua
karena
kurangnya
pengetahuan
secara mendalam tentang fungsi dan peran komite sekolah oleh orang tua murid di satuan pendidikan. Masih banyak orang beranggapan bahwa komite sekolah memiliki peran yang hanya bertugas sebagai pengumpul dana
bantuan
pendidikan
saja.
Dalam
era
otonomi yang melahirkan
desentralisasi pendidikan, ruang gerak dari para guru dan kepala sekolah lebih luas termasuk dalam mengelola anggaran pendidikan di sekolah. Dengan adanya keleluasaan gerak kepala sekolah mengelola anggaran tersebut menyebabkan 72
peranan komite sekolah menjadi besar, sebab keputusan yang berkaitan dengan penyelengggaraan pendidikan di satuan pendidikan selalu melibatkan semua pihak sesuai standar pengelolaan pendidikan yaitu manajemen berbasis sekolah. Kenyataan yang ada di lapangan mengenai peran komite sekolah tidak semuanya benar-benar dijalankan atau belum terlaksana dengan baik sesuai peran yang dikemukakan oleh Engkoswara dan Aan Komariah. Terutama komite sekolah yang
ada
di
sekolah
negeri
yang seharusnyaa lebih mengetahui
fungsinya dan peran sertanya dalam meningkatkan mutu pendidikan kurang begitu terlihat. Seperti
komite
sekolah
yang
ada
di
SMA Negeri 28 Kabupaten
Tangerang, yang merupakan salah satu sekolah negeri yang dijadikan tempat penelitian. Dari hasil observasi dan wawancara dapat diketahui
bahwa
keberadaan komite sekolah masih kurang menjalankan perannya memang benar adanya. Hal itu terjadi karena komite sekolah masih belum melakukan fungsi dan apa saja yang menjadi perannya secara keseluruhan di sekolah, kurang berperannya komite sekolah juga dikarenakan
kesibukan lain dari
komite sekolah. Meskipun demikian komite sekolah tetap harus menjalankan perannya sebagaimana tercantum dalam Keputusan Mendiknas No. 044/2002 dan teori yang dikemukakan oleh para ahli contohnya dari Engkoswara dan Aan Komariah dan teori lainnya yang tercantum di BAB II. Dari hasil wawancara
dapat
diketahui
bahwa kinerja
komite
sekolah masih kurang
dalam
menjalankan seluruh peran dan fungsinya sebagai bentuk dalam meningkatkan mutu pendidikan. Namun demikian peran yang sudah dilakukan komite sudah cukup baik dalam mendukung proses pendidikan di sekolah bisa dilihat dari prestasi sekolah.
73
1. Peran Komite Sekolah Sebagai Pemberi Pertimbangan Peran
komite
sekolah
sebagai
pemberi
pertimbangan,
pelaksanaannya sejauh pengamatan peneliti dalam bentuk pemberian masukan dalam hal sarana dan prarana, pengelolaan pendidikan, memberikan masukan terkait RAPBS, meberikan masukan seperti pelaksanaan program atau kegiatan sekolah. Salah satu bentuk nyata yaitu saat proses akreditasi sekolah, komite dan sekolah saling bekerjasama. Bentuk kerjasama komite yaitu memberikan masukan dan dukungan menyiapkan dokumen pendukung agar memperoleh hasil memuaskan, berikut hasil penilaiiannya yang diambil dari data sekolah Tabel 4.4 Nilai Akreditasi79 No Aspek 1 Standar Isi 2 Standar Proses 3 Standar Kelulusan
Nilai 88.89 88.89 90
4
Standar Tenaga Pendidik
88.75
5
Standar Sarana Prasarana
88.75
6
Standar Pengelolaan
86.25
7
Standar Pembiayaan
87.5
8
Standar Penilaian
88.16
9
Nilai Akhir
88.48
10
Terakreditasi
A
Tabel tersebut menunjukan hasil baik walaupun peran dan kinerja komite belum maksimal, akan berbeda hasilnya jika komite berperan secara maksimal sesuai teori dari Engkoswara & Aan Komariah, Djam’an Satori yang dikutip oleh Mulyono dan Keputusan Mendiknas No. 044/2002 sebagai landasan
79
Berdasarkan data di WEB dapo.dikdasmen.kemendikbud.go.id 74
hukum. Disamping itu dari kinerja komite sekolah yang sebenarnya masih ada bentuk pertimbangan lain yang harusnya diberikan perhatian juga oleh komite sekolah yaitu masih kurangya memberikan pertimbangan tentang tenaga kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah, memberikan pertimbangan terkait kurikulum dan proses pembelajaran. Masih berperannya disebabkan
komite oleh
sekolah
dalam
kurang
melakukan perann tersebut
kesibukan diluar sekolah dan kurangnya komunikaasi
secara intensif dengan sekolah.
Pernyataan ini di perkuat oleh pernyataan
dari komite sendiri, inilah petikan wawancara komite yang dirangkum oleh peneliti “kurikulum saya emang tidak begitu terlibat karena cukup sulit untuk terlibat sepenuhnya karena saya juga punya kesibukan di luar, tapi selalu berusaha menempatkan diri karena itu tanggungjawab komite sekolah”80. 2. Peran komite Sekolah Sebagai Pendukung Selain itu peran komite sebagai pendukung sekolah baik dalam pencapaian tujuan sekolah dan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dukungan yang diberikan komite sekolah berupa materil dalam bentuk sarana yang belum ada disekolah dan dibutuhkan oleh sekolah seperti penyediaan sarana untuk kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. koordinasi
dukungan
Melakukan
dana dari orang tua murid ke sekolah,
dan
mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran sekolah. Peran lain komite sekolah dalam meningkatkan mutu disekolah SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang memberikan dukungan sarana seperti lahan yang ditempati sekolah, masjid, pemberian keringanan biaya pendidikan kepada siswa kurang mampu, dan dukungan materil terhadap kegiatan yang diikuti sekolah seperti perlombaan antar sekolah sampai tingkat Provinsi berdasarkan dokumen yang peneliti terima dari pihak sekolah. Mutu sekolah 80
Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah Bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB 75
di lihat dengan prestasi yang diraih peserta didik dalam bidang akademik dan non akademik. Dari prestasi yang di peroleh oleh siswa akan menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya di SMAN 28 Kab. Tangerang Dilihat jumlah peminat bagi lulusan sekolah menengah pertama yang melanjutkan di SMA Negeri 28 Kab. Tangerang cukup baik untuk tahun ajaran ini saja total 869 peserta didik. Terbukti dengan banyaknya calon peserta didik baru Tahun pelajaran 2016/2017. Dengan menggunakan sistem 1. Test seleksi prestasi sekolah, pendaftar yang diundang dan memenuhi persyaratan ( peringkat 1-10 ) sejumlah 218 calon siswa & yang dinyatakan diterima 18 siswa. 2. Test seleksi Reguler dengan menggunakan Nilai Akhir ( NS + NUN ), pendaftar 672 siswa dan yang terseleksi dan diterima 360 siswa ( 9 Rombel ). Rencana Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 360 siswa ( 9 Rombel ).81 Berikut tabelnya : Tabel 4.5 Jumlah Peserta Didik82 Kelas
Jurusan
12
Awal L P
Masuk L P
Keluar L P
Jumlah L P
Ket
9
9
211 138
211 138 349
IPA
4
4
48
99
48
99
IPS
4
4
50
110
50
110 160
IPA
3
3
35
68
35
68
103
IPS
3
3
31
79
31
79
110
23
23
375 494
10 11
Rubel Rombel
Jumlah
375 494
147
869
Bentuk dukungan lain yang diharapkan sekolah terhadap peran komite dalam meningkatkan mutu misalnya saja pemberian 81
82
dukungan
materil
Data diperoleh dari web sekolah www.sman28kab-tangerang.sch.id Berdasarkan arsip profil sekolah yang peneliti terima dari sekolah dalam bentuk soft file 76
berupa penambahan seperangkat komputer untuk mempermudah peserta didik,
pembelian buku untuk melengkapi koleksi perpustakaan sehingga
siswa lebih mudah dalam studi pustaka. pemberian penghargaan kepada siswa berprestasi dalam hal ini berupa pemberian beasiswa. Selain itu dukungan yang masih kurang yaitu terhadap tenaga pendidikan, seperti melihat kondisi tenaga pendidik dan melihat potensi tenaga pendidik di masyarakat yang dapat di perbantukan di sekolah. 3. Peran Komite Sekolah Sebagai Pengontrol Peran
komite
sebagai
pengontrol
ditunjukan
dalam
bentuk
pengawasan terhadap proses pengambilan keputusan disekolah, melakukan kontrol terhadap kualitas kebijakan yang diambil sekolah, melakukan pengawasan terhadap proses dan kualitas perencanaan dan program sekolah, dan
melakukan
pada program sekolah.
pengawasan
terhadap
partisipasi
sekolah
Selain itu komite sekolah juga berperan serta
dalam rangka transparansi penggunaan alokasi dana pendidikan termasuk dalam mengawasi penggunaan dana bantuan dari pusat yang mengalir ke sekolah agar lebih dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan dana baik yang berasal dari donatur maupun pemerintah dapat benar-benar efektif dan termonitor alokasinya, apakah sesuai dengan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) . Peran yang dilakukan komite sebagai pengontrol di sekolah sudah cukup baik seperti memberikan masukan dan kontrol terhadap pengambilan keputusan, ikut serta dalam perencanaan RAPBS, kontrol terhadap penggunaan anggaran dan pengalokasiannya, memantau penjadwalan pelaksanaan dan partisipasi stakeholder sekolah terhadap kegiatan atau program sekolah sekolah dan memantau output sekolah seperti hasil ujian nasional dan minat siswa melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tingi di bangku perkuliahan. Seperti pernyataan yang dikatakan oleh komite, berikut
77
adalah rekap data prestasi siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan petikan wawancaranya saat ditanyakan perannya terhadap kontrol pengambilan keputusan dan kualitas kebijakan terhadap proses perencanaan pendidikan “iya setiap kebijakan atau keputusan yang akan diambil oleh sekolah selalu dikomunikasikan ke komite. Terkait kontrol terhadap keputusan atau kebijakan yang akan diambil oleh sekolah juga selalu memberikan masukan agar sesuai dengan RAPBS dan sejalan dengan visi misi sekolah. untuk mengontrol setiap proses perencanaan keseluruhan memang masih belum.”83 Dampak dari kontrol komite terhadap kualitas keputusan, kebijakan dan kualitas program sekolah agar sesuai visi, misi dan tujuan sekolah agar menghasilkan output yang kompetitif menghasilkan hasil cukup baik. Di Tahun Pelajaran 2015/2016, 37% Siswa (75 dari 208 siswa) SMAN 28 Kab. Tangerang di terima di Perguruan Tinggi Negeri di berbagai Perguruan Tinggi Negeri Baik Melalui jalur SBMPTN, Raport maupun jalur Mandiri. Universitas Sriwijaya (1 Orang). Universitas sultan Ageng Tirtayasa (9 Orang). Universitas negeri Lampung (3 Orang). UPN Veteran (10 Orang). Universitas Sebelas Maret (1 Orang). Universitas Indonesia (2 Orang). UIN SMH Banten (10 Orang). Poltek Negeri Jakarta (2 Orang). Poltekkes Jakarta 1 (5 Orang). Poltekkes Jakarta 2 (7 Orang). Poltekkes Jakarta 3 (1 Orang). Univ. Singaperbangsa Karawang (1 Orang). Universitas Sudirman (2 Orang). Univ. Syiah Kuala Aceh (1 orang). UNJ (1 Orang). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (9 Orang). UPI Serang (1 Orang). Universitas Diponogoro (1 Orang). Univ. Nusa Cendana NTT (1 Orang). Univ. Negeri Semarang (2 Orang). Univ. Negri Yogyakarta (1 Orang). UNDALAS Padang (1 Orang). Berikut adalah data nama siswa dan jurusannya :
83
Hasil wawancara dengan ketua komite sekolah Bapak Madsoleh pada tanggal 31 Januari 2017 di kediaman beliau Pada pukul 16:30-17:30 WIB 78
Tabel 4.6 Data Siswa SMA Negeri 28 Kab. Tangerang Lulus PTN Tahun Pelajaran 2015 / 201684 NO
84
NAMA
1
Bunga Dwi Shafira
2
Djasmine Satia Haningrum
3
Ulil Albab Mu'min
4
Puspita Cahyani Putri
5
Yeni Rosandi
6
Ahmad Rahmadani
7
Prebiestian Taupik Yahya
8
Ardita Pramesti Aprilia
9
Bunga Novitasari
10
Cikal Rivaldi
11
Esa Mukti Aji
12
Indah Rizky Pratiwi
13
M. Ramantyo Nugroho
14
Nurul Ersa Latifa
15
Ryan Alfian
PTN Universitas Sriwijaya Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Universitas Negeri Lampung UPN VETERAN Jakarta Universitas Negeri Lampung Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Universitas Sebelas Maret UPN VETERAN Jakarta UPN VETERAN Jakarta UPN VETERAN Jakarta UPN VETERAN Jakarta UPN VETERAN Jakarta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa UPN VETERAN Jakarta Universitas Negeri Jakarta
Data diperoleh dari web sekolah www.sman28kab-tangerang.sch.id 79
JURUSAN Kesehatan Masyarakat Pendidikan IPA Matematika Murni Teknik Informatika Ilmu Komputer Ilmu Hukum Desain Tekstil Hukum Akutansi Manajemen Manajemen Akutansi Ilmu Hukum Komunikasi Pendidikan Luar Sekolah
UPN VETERAN Jakarta Universitas Indonesia
16
Syafiera Pabeleka
17
Syasya Syakhrazad
18
Fathul Rizkoh
UIN SMH Banten
19
M. Zuhri
UIN SMH Banten
Ilmu Filsafat Komunikasi dan Penyiaran Islam Perbankan Syariah
20
Haryani Puteri Larastika
UIN SMH Banten
Perbankan Syariah
21
Nuruliyani Safitri
UIN SMH Banten
22
Novia Ayuningtyas
UIN SMH Banten
23
Rita Novianti
UIN SMH Banten
24
Farhanah Ikrimah
UIN SMH Banten
25
Amelia Julia
UIN SMH Banten
26
Umi Umayah
UIN SMH Banten
27 28 29 30 31 32 33 34 35
Amaul Janah Alutfi Wibowo Aldy Firmawan Ayu Khalifah Chiara Anindya Eliza Rozak Fifi Novianti Nurdiastuti Annisa Gusvira
Hukum Tata Negara Bimbingan Konseling Islam Ekonomi Syariah Komunikasi dan Penyiaran Islam Perbankan Syariah Komunikasi dan Penyiaran Islam PGMI Akuntansi Keuangan Kontruksi Gedung D3 Keperawatan D3 Keperawatan D3 Kebidanan D3 Kebidanan D3 Kebidanan D3 Teknik Gigi
36
Afrida Maula Rahmawati
37 38 39
Fauziah Nurharyani Tirta Wirya Hilma Rufaida
40
Angga Zaini Yusuf
41
M. Hanif
42
Diah Ratna Anggraeni
43
Potreo Ramiya Azani
UIN SMH Banten Poltek Negeri Jakarta Poltek Negeri Jakarta Poltekkes Jakarta 1 Poltekkes Jakarta 1 Poltekkes Jakarta 1 Poltekkes Jakarta 1 Poltekkes Jakarta 1 Poltekkes Jakarta 2 Poltekkes Jakarta 2 Poltekkes Jakarta 2 Poltekkes Jakarta 2 Poltekkes Jakarta 3 Univ. Singaperbangsa Karawang Universitas Negeri Lampung Universitas Soedirman Universitas Syiah Kuala Aceh 80
Komunikasi
D3 Teknik Radiodiagnosti & Radioterapi
D3 Gizi D4 Radiologi D3 Kebidanan Komunikasi Kehutanan Matematika Pend. Geografi
D3 Administrasi Perkantoran Fisika Murni Keperawatan
44
Aulia Rizka
Universitas Indonesia
45 46
Aang Firdaus Hanifah Eka
UIN Jakarta UPN Veteran Jakarta
47
Indah Sundari
UIN Jakarta
Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia
48
Nabillah
UPI Serang
PGPAUD
49
Wahyu Diva
Ilmu Perpustakaan
50
Mitha
51
Karina Eka Maulita
52 53 54 55
Florencia Jovi Adelia Azhari Lulu Mukaromah Dwima Trisna Wulandari
Universitas Diponogoro Universitas Nusa Cendana NTT Universitas Negeri Semarang UIN Jakarta UIN Jakarta UIN Jakarta UIN Jakarta
56
Topan Fathur Rachman
UIN Jakarta
57
Novita Sari Puarada
UIN Jakarta
58
Helvina Prihartanti Pratiwi
UIN Jakarta
59
Ahad Afandi
UIN Jakarta
60
Aldio Agung Kurniawan
61
Rayi Ihza Amirul Amin
62
Lu'lu Farhatul Amaniyah
63
Faradila Juniani Pratiwi
64
Ade Nurfitriani
65 66
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Poltekkes Jakarta 2
Pend. Geografi Pend Sastra dan Bahasa Indonesia Agrobisnis Psikologi Pend. Fisika Ilmu Perpustakaan Komunikasi dan Penyiaran Islam Pengembangan Masyarakat Islam Komunikasi dan Penyiaran Islam Komunikasi dan Penyiaran Islam Perikanan Teknik Elektro Perbankan Syariah D3 Teknik Gigi
Devira Choirunissa Prila Hasdela
Univ Negeri Yogyakarta UNDALAS Padang Poltekkes Jakarta 2
S1. Kebidanan D3 Teknik Gigi
67
Erica Trie Ananda
Poltekkes Jakarta 2
D3 Teknik Gigi
68
Elisabeth Setiawati
Universitas Soedirman
Agrobisnis
81
Sastra Inggris
71 72
Regita Anggraeni Putri Irama Lintang Nanda Ayuningtyas Liza Selvi Putri M. Deva Sutarno
73
Linda Puspitasari
74
Ilham Fauzi
75
Ferdianti Fitri Asih
69 70
Politeknik Negeri Jakarta Universitas Negeri Semarang Poltekkes Bandung UPN Veteran Jakarta Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Terjemah Bahasa Inggris Pendidikan Sastra dan Bahasa Jepang
D3 Kebidanan Manajemen D3 Marketing Ilmu Pemerintahan Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia
Hasil tersebut bukan tidak mungkin akan lebih baik jika peran komite dilakukan secara maksimal. Karena dalam
perannya
komite masih ada
yang belum dilaksanakan oleh komite sekolah. Seperti masih kurangnya kontrol terhadap tenaga pendidik terutama kualitas guru honorer, dalam persoalan anggaran komite
sekolah
lebih banyak melakukan kontrol
terhadap penggunan dana yang berasal dari pemerintah pusat seperti dana bantuan operasional sekolah, sedangkan penggunaan dana yang berasal dari orang tua murid komite sekolah kurang melakukan kontrol. Dalam hal ini peneliti beranggapan anggaran yang berasal dari orang tua tidak terlalu banyak, yang berarti komite sekolah masih kurang berperan aktif meningkatkan partisipaasi orang tua murid dan masyarakat. 4. Peran Komite Sekolah Sebagai Mediator Peran komite sebagai mediator menurut Engkoswara dan Aan komariah wujudnya berupa penghubung antara kepala sekolah dengan masyarakat, kepala sekolah dengan dewan pendidikan serta kepala sekolah dengan sekolah itu sendiri dalam hal ini Guru, staf karyawan dan murid, selain itu komite juga ikut serta dalam membuat usulan kebijakan dan beberapa program pendidikan kepada sekolah. Menjadi penampung aspirasi masyarakat
82
dalam hal ini berupa pengaduan dan keluhan terhadap kebijakan dan program pendidikan dan menyampaikannya keluhan tersebut kepada sekolah.
Dengan adanya peran komite sekolah sebagai mediator antara
sekolah dengan masyarakat maka akan mempermudah masyarakat dalam menyalurkan apa saja yang menjadi aspirasi mereka, dan apa yang menjadi aspirasi dari masyarakat dapat dijadikan masukan untuk sekolah sehingga sekolah dapat mengoreksi apa saja kekurangan yang ada disekolah dan secara bersama – sama dengan masyarakat. Namun untuk komite dengan dewan pendidikan masih belum.
Oleh
karena itu komite di sekolah di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang masih belum melakukan perannya secara keseluruhan, karena belum menjadi penghubung antara komite dengan dewan pendidikan melakukan komunikasi secara intensif dengan orangtua murid masyarakat dan sekolah karena pertemuan komite sekolah hanya satu tahun sekali atau pas awal dan akhir tahun ajaran, dalam hal ini bentuknya seperti rapat antara orang tua murid, sekolah, dan komite. Kurang berperannya komite sekolah tentunya akan mempunyai dampak terhadap perkembangan mutu dari
sekolah tersebut, sekolah terhambat
dalam meningkatkan mutu pendidikan karena sekolah harus sendiri
usaha
apa
yang
harus
dilakukan
berpikir
dalam meningkatkan mutu
dan dalam mewujudkan tujuan dari sekolah tersebut. Seharusnya komite sekolah, sekolah dan masyarakat harus
dapat
berjalan
bersama-sama
dalam meningkatkan mutu pendidikan dan tujuan sekolah. Kalau komite sekolah bisa menjalankan perannya
secara
tanggung jawab
perannya
lebih
mudah
dalam menjalankan dalam meningkatkn
tersebut.
83
mutu
keseluruhan maka
dan
lebih
sekolah
akan
pendidikan
sekolah
Sebenarnya Komite sekolah di SMA Negeri 28 Kab. Tangerang sudah cukup baik. Namun ada beberapa peran yang belum dilakukan oleh komite menyebabkan
kurang berperannya komite sekolah secara aktif 85
mendukung segala sesuatu yang
dilakukan
sekolah
dalam
tentu mempunyai
dampak tersendiri, sekolah tidak mendapat masukan dari komite sekolah untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan, tidak ada yang mengevaluasi jalannya kegiatan disekolah jadi sekolah akan berjalan statis tidak ada kemajuan. Tidak adanya peningkatan mutu dari suatu sekolah menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan
anaknya,
itu
salah satu dampak dari kurangnya mutu pendidikan disekolah. Akan berbeda cerita jika komite sekolah benar-benar ikut serta dalam menjalankan perannya di sekolah, maka jelas akan ada perbedaan yang besar. Karena keberadaan komite sekolah yang ada di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang belum melakukan perannya secara keseluruhan berdasarkan amanat Keputusan Mendiknas No. 044/2002 dan teori dari Engkoswara dan Aan Komariah dan teori pendukung lainnya yang tercantum pada BAB II. Jika komite sekolah berperan aktif maka akan ada peningkatan mutu pendidikan disekolah, karena sekolah akan dipantau atau dicek terus oleh komite sekolah. Jika komite sekolah dan sekolah
berjalan secara
bersama-sama dan benar-benar aktif dalam menjalankan perannya dan tanggungjawabnya masing-masing maka mutu dari sekolah SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang akan mengalami peningkatan kearah yang lebih baik dan apa yang menjadi visi misi dari sekolah bisa terwujud dengan baik.
85
Maksud belum berperan secara aktif disini adalah komite sekolah belum melaksanakan perannya secara keseluruhan berdasarkan keputusan Mendiknas No. 044/2002 dan teori yang dikemukakan oleh Engkoswara dan Aan Komariah. 84
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan.
Penulis
dapat
menarik kesimpulan sebagai pernyataan singkat yang diharapkan akan dapat memberikan jawaban dan masukan atas masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 28 Kabupaten Tangerang yang sebenarnya dalam kondisi berperan cukup baik. Berikut peran yang belum dilaksanakan : 1. Sebagai pertimbangan (indentifikasi sumber daya pendidikan
dalam
masyarakan, Menyelenggarakan rapat RAPBS, Identifikasi potensi sumber daya pendidikan dalam masyarakat). 2. Sebagai Pendukung (Memantau Kondisi ketenagaan pendidikan sekolah, Mobilisasi
guru
sukarelawan
dan
non
tenaga
pendidik
untuk
menanggulangi kekurangan guru di sekolah, Evaluasi dukungan sarana prasarana, memantau kondisi anggaran). 3. Sebagai Pengontrol (Memantau organisasi sekolah, Memantau angka mengulang dan bertahan siswa di sekolah). 4. Sebagai Mediator (Penghubung antara komite sekolah dengan dewan pendidikan, Mengidentifikasi kondisi sumber daya di sekolah). maksimalnya koordinasi dengan masyarakat dan orang tua murid.
85
Belum
86
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran – saran kepada pihak –pihak yang berkaitan dengan peran komite sekolah dalam peningkatkan mutu pendidikan. Seharusnya komite sekolah 1.
Lebih memahami dan meningkatkan lagi apa yang menjadi tugas dan perannya sesuai amanat berdasarkan keputusan Mendiknas No. 044/2002.
2.
Sekolah, komite sekolah serta masyarakat dalam hal ini
adalah
orang
dalam
tua
murid
bisa
lebih saling
bekerja
sama
meningkatkan mutu pendidikan. 3.
Lebih sering melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
dialog
secara berkala dan berkesinambungan. 4.
Membicarakan masalah yang dihadapi sekolah baik masalah sarana dan prasarana, kebijakan, penggunaan dana dan pencarian solusinya.
87
Daftar Pustaka Anwar
Idhoci, Administrasi
Pendidikan
Dan
Manajemen Biaya
Pendidikan. (Jakarta, Rajagrafindo Persada. 2013) Cet. I Arcaro Jerome S, Pendidikan Berbasis Mutu, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007) Cet. Iv Bachtiar Yoyon, Kebijakan Pembaruan Pendidikan. (Jakarta, Rajagraindo Persada, 2011) Cet. I Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,2006) Engkoswara. Administrasi Pendidikan (Bandung, Afabeta, 2012) Cet. III Engkoswara
&
Aan Komariah. Administrasi Pendidikan
(Bandung,
Alfabeta. 2012 ) Cet. III Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung. Pustaka Setia, 2011) Minarti Sri. Manajemen Sekolah (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media. 2011) Mulyasa. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta, Bumi Aksara, 2013) Cet. Iii Mulyono,
Manajemen
Administrasi
&
Organisasi
Pendidikan
(Jogjakarta, A-Ruzz 2010) Mulyasana Dedy. Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing. (Bandung. Rosda. 2014)
Rivai Veithzal Dan Murni Sylviana.
Education Management. (Jakarta.
Grafindo, 2009) Ed. 1 Rohiat. Manajemen Sekolah. (Bandung. Refika Aditama, 2010) Cet I Sagala Syaiful. Kemampuan Profeesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. (Bandung. Alfabeta 2013) Cet. 4 Sahertian Piet. Dimensi-Dimensi Adminstrasi Pendiikan Di Sekolah. (Surabaya. Usaha Nasional. 1994) Cet. I Sallis Edward, Total Quality Management In Education, (Jogjakaarta: Ircisod, 2012)
88
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009) Suryadi. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah (Bandung, Sarana Panca Karya Nusa. 2009) Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta, Bumi Aksara, 2013) Cet. I Syaodih Nana. Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosda 2006) Cet. II Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sinar Grafika:2003) Usman Husaini. Manajementeori, Praktek, Dan Riset Pendidikan. (Jakarta. Bumi Aksara. 2014) Ed. 4 Cet. 2 Wahjosuidjo. Persada, 2010) Cet. I
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah (Jakarta.
Rajagrafindo