PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA A. Pendahuluan Keluarga cichlidae terdiri dari 600 jenis, salah satunya adalah ikan nila (Oreochromis sp). Ikan ini merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat popouler di masyarakat, karena mempunyai banyak keunggulan untuk dikembangkan diantaranya adalah sangan toleran terhadap kondisi kualitas air yang relatif kurang baik, kemampuan konversi pakan yang sangat efesien sehingga relatif cepat, dapat dipelihara dengan kepadatan yang relatif tinggi. Disamping keunggulan tersebut, kekurangan dari sifat ikan nola ini adalah sedikitnya telur yang dihasilkan setiap kali pemijahan. Masalah ini dapat diatasi dengan dilakukan pemijahan secara massal. Untuk mendapatkan kualitas telur yang baik, maka dilakukan pemilihan induk dengan kriteria tertentu. Dalam kegiatan produksi ikan nila yang perlu diperhatikan adalah faktor efisiensi, yaitu apabila seluruh fasilitas dapat dioperasikan secara optimal sesuai dengan rencana berdasarkan pada permintaan pasar, baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Ikan nila berasal dari benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke indonesia pada tahun 1969. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub Kelas : Acanthopterigii Suku : Cichlidae Marga : Oreochromis Spesies : Oreochromis sp C. Ciri-ciri ikan Nila Badan memanjang, bentuk tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatif kecil, garis linealateralis terputus dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus D.XIV. 12:C:U.I.5.P.12 dan A.III.9. Nila banyak ditemukan diperairan yang tenang, seperti danau, rawa dan waduk. Toleransi terhadap lingkungan tinggi, dapat hidup pada salinitas 0-29 permil, suhu 14380C dab pH 5-11. Nila termasuk ikan omnivora dan sangat menyenangi pakan alami berupa Rotifera, Daphnia sp, Moina sp, Benthos, Ferifiton, dan Fitoplankton. Disamping itu, bisa juga diberi pakan tambahan seprti pellet, dedak dan lain-lain.
Nila termasuk ikan yang dapat memijah sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur 6-8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200-400 gram dapat menghasilkan anak 5001.000 ekor.
D. Pengelolaan induk Pengeloaan induk dalam usaha pembenihan mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan, karena induk merupakan salah satu faktor utama yang akan menentukan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilakn. Pengelolaan induk dilakukan atas dasar sifat induk dan kebutuhan induk agar mampu hidup dan berkembangbiak secara optimal. Ruang lingkup pengelolaan induk dengan mengacu pada ketercapaian efisiensi suatu usaha pembenihan ikan dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu pengadaan induk, pemeliharaan calon induk, dan peningkatan mutu induk atau mempertahankan mutu induk. 1. Pengadaan induk Untuk dapat mencapai efisiensi suatu usaha pembenihan, dalam pengadaan induk ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu kuantitas calon induk dan kuantitas calon induk. a. Kuantitas induk (jumlah induk) Perhitungan untuk menentukan berapa jumlah induk yang harus tersedia dalam suatu unit pembenihan, agar dapat menghasilkan benih sesuai dengan peluang atau pangsa pasar yang ada, maka dalam menghitung jumlah induk harus mempertimbangkan 4 aspek yaitu : 1. Skala usaha, yaitu satuan unit usaha terkecil dalam pembenihan ikan nila yang secara ekonomis masih mampu memberikan efisiensi dan keuntungan yang optimal. 2. Kuantitas dan kontinuitas produksi, yaitu banyaknya produk (benih) yang harus dihasilakn sesuai kriteria yang ditentukan dalam periode dan interval waktu tertentu secara terus menerus sesuai dengan target yang telah ditentukan. 3. Produktifitas induk, yaitu kemampuan induk betina dari setiap pemijahan untuk menghasilkan benih ikan nila sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 4. Mortalitas induk, yaitu persentase jumlah induk yang hilang selama pemeliharaan (umur produktif) baik yang disebabkan oleh kematian/hilang atau sesuatu hal sehingga induk tersebut tidak berproduksi untuk menghasilkan telur.
Dari aspek tersebut diatas secara praktis jumlah induk ikan nila pada suatu areal/kolam pemijahan ditentukan oleh induk jantan dan ukuran induk. Hal ini disebabkan sifat ikan nila memijah adalah dimana induk jantan akan membuat suatu daerah teritorial yang tidak boleh diganggu ikan lain. Dengan demikian jumlah ikan betina umumnya lebih banyak dari pada iakn jantan agar mudah memberi kesempatan pada jantan untuk dapat menemukan betina yang matang gonad. b. Kualitas induk (mutu induk) Kualitas induk yang dimaksud disini adalah kemampuan induk dalam menghasilkan benih (jumlah dan kualitasnya), yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu kemampuan induk menghasilkan sejumlah telur, tingkat pertumbuhan larva, tingkat/daya hidup larva (survival rate) dan kemampuan adaptasi larva terhadap lingkingan. Induk induk yang memenuhi kreteria tersebut dapat diupayakan melalui beberapa cara yaitu : 1. Persilangan antar strain (Hybrida) Persilangan antar strain dapat dilakukan sendiri, akan tetapi membutuhkan pengetahuan, pengmalaman, sumber induk yang berbeda dan waktu yang relatif lama. Cara lain yang dapat ditempuh adalah mendapatkan induk hybrid pusatpusat pengadaan induk yang direkomendasikan oleh pemerintah dan bersertifikat. 2. Seleksi calon induk secara individu Induk yang baik secara alami dapat dihasilkan melalui seleksi secara ketat dan tepat terhadap sekelompok ikan, pengalaman menunjukan bahwa untuk mendapatkan induk 50 ekor yang sesuai kriteria diperlukan 2.000 ekor calon induk. Seleksi calon induk meliputi beberapa kriteria yaitu : Tingkat pertumbuhan ikan, calon induk mempunyai tingkat pertumbuhan yang paling cepat diantara ikan. Warna ikan nila yang masih mempunyai tingkat kemurnian yang baik dapat di identifikasi dengan adanya warna garis hitam tegas dan jelas terletak secara horizontal dibagian tubuh ikan. Bentuk badan melebar, mata relatif besar, dan sisik teratur. Konversi pakannya baik, yang dapat di identifikasikan dengan pertumbuhan bobot badan > 70% dari jumlah pakan yang diberikan 3-5% perhari dari bobot ikan.
Waktu matang gonad induk berumur 7-8 bulan, dengan berat badan ratarata 300 gram per ekor untuk dan 250-300 gram per ekor untuk betina. Produktifitas dalam menghasilkan telur cukup tinggi (induk dengan panjang badan 6 cm dapat menghasilakn 200 telur, sedang induk yang panjang badannya 20 cm menghasilkan 1.500 butir telur).
Setelah mengetahui tanda-tanda calon induk yang baik, selanjutnya kita harus mampu menbedakan induk jantan dan induk betina.
CIRI-CIRI INDUK BETINA Dagu relatif kecil berwarna putih Sirip dada berwarna hitam dan pendek Perut melebar berwarna putih Bila perut diurut dari dada ke genitalia keluar cairan bening
CIRI-CIRI INDUK JANTAN Dagu menonjol berwarna merah Sirip dada berwarna coklat kemerahan dan relatif panjang Perut pipih warna hitam Bila perut diurut dari dada ke genitalia tidak keluar cairan
2. Pemeliharaan calon induk Seleksi calon induk dari suatu kelompok ikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus sampai beberapa generasi, maka akan diperoleh calon induk yang benarbenar baik (terutama) dilihat dari pertumbuhan ikan yang relatif paling cepat. Kemudian calon induk tersebut dipelihara sampai menjadi induk matang gonad dengan kepadatan 5 ekor/m2. Metode pemeliharaan calon induk dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan persyaratan hidup yang dibutuhkan ikan. Ikan nila mempunyai kebiasaan makan omnivora, hidup tumbuh secara optimal pada suhu 20300C, pH air 5-11, oksigen >5 ppm dan kandunhan NH3 >1 ppm. Pemeliharaan calon induk agar diperoleh induk yang baik adalah kolam pemeliharaan calon induk sebaiknya dibuat dengan konstruksi dinding tembok agar tidak bocor, tinggi 1 meter, dasar berlumpur yang dibagian tengah dilengkapi kemalir, pintu pemasukan dan pintu pengeluaran serta pengurasan air. Tata letak pintu pemasukan dan pengeluaran serta pengurasan diatur sedemikian rupa agar sirkulasi air kolam pemeliharaan dan sanitasinya dapat terkondisi dengan baik.
E. Pengelolaan kolam Kolam sebagai wadah pemeliharaan induk/calon induk sebaiknya mempunyai persyaratan yang sesuai dengan lingkungan yang layak bagi kehidupan induk. Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan kolam ini adalah : 1. Persiapan wadah Wadah mempunyai pematang kokoh dan tidak bocor, pintu pemasukan serta pintu pengeluaran yang dipasang saringan. Adanya saringan air ini baik pada pintu pemasukan maupun pada pintu pengeluaran adalah untuk menghindari masuknya ikan liar, terutama ikan predator yang dapat mengganggu proses pemijahan bahkan dapat memangsa induk maupun larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dengan cara membalik tanah bagian dasar kolam yang dilanjutkan dengan pengapuran dan pemupukan. Pengolahan dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan dasar dan perairan kolam sebagai stok pakan alami bagi calon induk. Pemberian kapur selain dapat membunuh hama dan parasit ikan juga dapat menaikan pH dasar kolam. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan fitoplankton sebagai makanan zooplankton maupun ikan. Pemupukan dasar kolam dapat digunakan pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk buatan. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk kedasar kolam dan dilanjutkan dengan pemupukan susulan setelah 15 hari dengan cara memberikan pupuk yang dibungkus dari karung plastik yang diberi lubang kecil-kecil sehingga pupuk akan terurai secara perlahan. 2. Pengairan Pengairan dimaksudkan untuk menjaga kondisi lingkungan bagi induk sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan yaitu perairan subur, cukup tersedia oksigen terlarut (>5 ppm), CO2 (<10 ppm), NH3 (<1 ppm). Untuk mendapatkan lingkungan yang demikian, maka air kolam harus terus menerus mengalir sehingga tidak ada lagi penimbunan kotoran air akibat dari sisa pakan atau sampah lainnya. 3. Pengendalian gulma air Tanaman yang dapat mengganggu lingkungan hidup ikan terutama antara lain adalah eceng gondok dan kiambang (atau sebangsanya), bila populasinya banyak sampai menutupi permukaan air, maka proses difusi oksigen kedalam air dan proses fotosintesis phytoplankton dapat terganggu, sehingga oksigen terlarut akan menurun. Pengendalian gulma air ini dapat dilakukan dengan cara memberi saringan pada pintu pemasukan air dan pengendalian gulma secara mekanis, yaitu dengan cara mengambil/mencabut gulma yang ada dikolam.
F. Pemberian pakan Pemberian pakan tambahan dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan pakan induk selain pakan alami yang ada diperairan. Hal ini mengingat bahwa calon induk perlu kondisi optimal dan untuk persiapan masa pemijahan, karena induk nila tidak akan makan selama mengerami telur dan mengasuh larva. Mengingat makan nila adalah omnivora, maka pakan tambahan yang dapat diberikan adalah dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet (pakan buatan). Dosis pemberian pakan dapat diberikan 3-6% perhari dari total bobot ikan yang dipelihara. Pemberian pakan diberikan setiap hari secara bertahap disesuaikan dengan tingkat kandungan oksigen terlarut dalam air, sebab kandungan oksigen terlarut kolam korelasinya positif dengan nafsu makan ikan, yaitu semakin tinggi kandungan oksigen dalam air semakin tinggi pula nafsu makan ikan.