561
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis niloticus), IKAN NILA MERAH (O. niloticus x O. mossambicus), IKAN NILA SRIKANDI (O. aureus x O. niloticus), DAN IKAN NILA BIRU (O. aureus ) PADA PEMELIHARAAN DI TAMBAK Adam Robisalmi, Priadi Setyawan, dan Bambang Gunadi Balai Penelitian Pemulian Ikan Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang, Jawa Barat 41256 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Ikan nila sifat eurihalin, sehingga dalam dapat dibudidayakan di perairan air tawar, payau dan KJA laut.. Dalam rangka peningkatan produksi ikan nila nasional diperlukan strain unggul yang mampu tumbuh cepat dan toleran terhadap salinitas tinggi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi performa pertumbuhan ikan nila yaitu ikan nila hitam (Oreochromis niloticus), ikan nila merah (O.niloticus x O. mossambicus), nila Srikandi (O. aureus x O. niloticus), dan nila biru (O.aureus). Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan, sintasan, dan rasio konversi pakan. Pembenihan dilakukan di kolam air tawar menggunakan metode pemijahan secara alami dengan rasio jantan dan betina 10 : 30. Pada hari ke-14 larva dipanen, dan didederkan di hapa berukuran 2x2x1 m3 dengan padat tebar 250 ekor/m2 selama 90 hari. Kegiatan pembesaran dilakukan di tambak bersalinitas 25-40 g/L menggunakan wadah berupa waring 3x5x1 m 3 selama 120 hari. Padat tebar yang digunakan adalah 10 ekor/m2 dengan pemberian pakan sebanyak 5-10% dari biomassa dengan frekuensi pemberian dua kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila Srikandi mempunyai pertumbuhan tertinggi dengan rerata bobot akhir sebesar 184,83 g, diikuti oleh ikan nila biru 162,64 g, nila merah 146,67 g dan terendah adalah ikan nila Nirwana 134,34 g. Nilai rasio konversi pakan terendah ditunjukkan nila srikandi yaitu 1,22 sedangkan konversi pakan tertinggi nila biru yaitu 2,06. Adapun nilai sintasan tertinggi diperlihatkan nila merah sebesar 81% dan terendah nila nirwana 71,50%. Berdasarkan data pertumbuhan dan sintasan, ikan nila Srikandi dapat dijadikan sebagai komoditas alternatif untuk budidaya ikan di tambak bersalinitas tinggi. KATA KUNCI:
pertumbuhan; ikan nila; salinitas; tambak
PENDAHULUAN Ikan nila merupakan salah satu komoditas yang telah banyak dibudidayakan di dunia karena memiliki keungulan cepat tumbuh dan mudah berkembang biak. Ikan nila pada umumnya dibudidayakan pada lingkungan perairan tawar seperti kolam dan karamba jaring apung. Selain itu, ikan ini juga mempunyai toleransi yang luas terhadap salinitas, hingga lebih tinggi dari 30 g/L. Oleh karena itu, ikan nila ini memiliki karakteristik yang cocok untuk dibudidayakan di perairan payau. Menurut Wohlfarth & Hulata (1981) dan Philippart & Ruwet (1982), secara umum ikan nila merupakan ikan eurihalin yakni dapat hidup pada rentang salinitas yang luas dari tawar sampai laut, meskipun hanya beberapa spesies ikan nila yang memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas dan berpotensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara luas di kawasan tambak dari salinitas sedang (20 g/ L) sampai salinitas tinggi >35 g/L (El-Sayed, 2006). Beberapa spesies ikan nila telah dibudidayakan di perairan payau dan KJA laut karena diketahui memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas tinggi, diantarnya ikan nila guineensis, Sarotherodon melanotheron, Tilapia zillii dan O. mossambicus yang dapat menoleransi kisaran salinitas hingga 120 g/ L (Trewavas,1982), sedangkan O. niloticus memiliki toleransi yang relatif rendah terhadap salinitas yakni berkisar 20-25 g/L (Watanabe et al., 1985). Sementra itu, O. aureus serta O. mossambicus memiliki toleransi yang lebih tinggi dan dapat dibudidayakan di perairan dengan salinitas hingga 44 g/L (Chervinski & Yashouv, 1971). Selain jenis-jenis ikan nila tersebut ada ikan nila yang diketahui memiliki pertumbuhan yang cepat di perairan payau, yaitu ikan nila merah hibrida, red tilapia, dan red florida (Watanabe et al.,1988; Pillay, 1991; Suresh & Lin, 1992).
Performa pertumbuhan ikan nila nirwana ..... (Adam Robisalmi)
562
Sebagai upaya peningkatan produksi ikan nasional, perlu adanya pengembangan kawasan budidaya ikan nila ke arah perairan payau, bahkan laut. Namun dalam pengembangannya masih terkendala dengan masih rendahnya pertumbuhan dan tingginya mortalitas selama pemeliharaan di tambak. Kematian sering terjadi karena disebabkan oleh fluktuasi salinitas, terutama ketika terjadi perubahan musim dari penghujan menjadi kemarau. Pada saat musim hujan salinitas tambak pada umumnya berkisar dari 5-10 g/L sedangkan musim kemarau berkisar dari 20-50 g/L. Untuk Ada berbagai cara yang dapat di tempuh untuk menghasilkan ikan nila toleran terhadap salinitas, yaitu melalui persilangan yang menghasilkan ikan nila hibrids toleran salinitas, pembentukan varietas toleransi salinitas melalui seleksi, dan transgenik melalui gen yang mengekspresikan toleransi salinitas (Streelman & Kocher, 2002; Kamal & Mair, 2005). Program hibridisasi ikan nila diterapkan secara luas untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki karakter yang lebih menguntungkan, seperti pada hasil persilangan O.niloticus x O.aureus yang menunjukkan performa terbaik pada pemeliharaan di KJA air laut (Lahav & Ra’anan, 1997; Wohlfarth & Hulata, 1981). Program perakitan varietas ikan nila toleran salinitas telah dilakukan oleh Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi melalui metode hibridisasi dengan menghasilkan strain ikan nila Srikandi yang dirilis pada tahun 2012. Ikan tersebut mempunyai keunggulan tumbuh cepat dan toleran pada salinitas tinggi (30 g/L). Ikan nila unggul lainnya yang telah banyak dibudidayakan sampat saat ini diantaranya, ikan nila NIRWANA (Nila Ras Wanayasa) yang diketahui mempunyai performa pertumbuhan cepat di kolam air tawar, sedangkan ikan nila merah NIFI dan nila biru mempunyai toleransi yang tinggi terhadap salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan pertumbuhan empat strain unggul ikan nila yang dipelihara di perairan payau dengan fluktuasi salinitas tinggi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di BPPI Sukamandi dan tambak di Kabupaten Cirebon pada Tahun 2015. Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila Nirwana yang didatangkan dari BPBIAT Wanayasa, ikan nila biru (O.aureus) dan ikan nila merah NIFI (National Inland Fisheries Institute) berasal dari PT. CP Pabuaran, dan ikan nila Srikandi (O.aureus x niolicus) hasil pemuliaan BPPI Sukamandi. Proses pemijahan dan pendederan dilakukan di perairan tawar, sedangkan pembesaran dilakukan di air payau bersalinitas 25-40 g/L. Pemijahan pada masing-masing populasi dilakukan secara massal pada kolam 25 m 2 dengan perbandingan antara induk jantan dan betina 10:30. Proses pemijahan berlangsung selama 10-15 hari. Larva yang telah dihasilkan dari masing-masing hapa pemijahan selanjutnya dipelihara di kolam pendederan berukuran 400 m2 yang dimasukan kedalam hapa 2x2 m 2 dengan padat tebar sebanyak 250 ekor/m2. Selama pendederan, larva diberi pakan berprotein 40% dengan feeding rate sebanyak 15-20% dari biomassa. Frekuensi pemberian pakan pada larva dilakukan tiga kali sehari, yaitu pukul 08.00, 12.00, dan 16.00. Sebelum dilakukan penebaran di tambak?, benih terlebih dahulu diaklimatisasi terhadap salinitas sebesar 5-10 g/L per hari sampai salinitas yang mencapai 25 g/L. Kegiatan pembesaran di tambak menggunakan wadah berupa waring berukuran 5x3 m 2 dengan padat tebar 10 ekor/m2 pada masing-masing populasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan perlakuan perbedaaan strain yang diulang sebanyak tiga kali. Pakan yang diberikan selama pembesaran adalah pelet komersial berprotein 30-32%. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari, dengan jumlah pakan 5% dari biomassa. Kegiatan sampling pertumbuhan terhadap karakter panjang dan bobot dilakukan sebulan sekali. Parameter yang diamati dalam kegiatan ini adalah pertumbuhan mutlak panjang, bobot, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, koefisien keragaman dan sintasan. Data pertumbuhan dianalisis sidik ragam dengan bantuan program SPSS 17. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung parameter pertumbuhan: a) Pertumbuhan mutlak W = Wt - W0 L = Lt - L0
563
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
di mana: W = bobot (g) L = panjang (cm) Wt = bobot akhir (g) Wo = bobot awal (g) Lt = panjang akhir (cm) Lo = panjang awal (cm) b) Koefisien keragaman (CV) dihitung dengan menggunakan rumus Singh & Chaudary (1977):
CV
SD x 100 x
di mana: SD = standar deviasi X = rataan populasi c) Laju pertumbuhan spesifik (specific growth rate, SGR)
ln Wt - ln Wo x 100 t
SGR di mana: t = waktu pemeliharaan (hari)
d) Rasio konversi pakan (Feed convertion ratio, FCR)
FCR
F Wt - Wo
e) Sintasan (Survival Rate, SR) dihitung menggunakan rumus :
SR
Nt x 100 No
di mana: Nt = jumlah ikan saat akhir pemeliharaan No = jumlah ikan saat awal pemeliharaan HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan data hasil penelitian, terlihat bahwa pola pertumbuhan bobot keempat strain ikan nila mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya masa pemeliharaan (Gambar 1). Secara keseluruhan diketahui keempat strain ikan nila mampu tumbuh dan berkembang pada perairan payau. Pada awal masa pemeliharaan sampai bulan kedua pola pertambahan bobot realtif sama, namun perbedaan pertumbuhan terlihat saat masa pemeliharaan bulan ketiga dan nampak lebih jelas di akhir pemeliharaan. Adanya perbedaan pertumbuhan ini terjadi karena faktor lingkungan yaitu salinitas. Kondisi salinitas tambak pada dua bulan pertama pemeliharaan berkisar 20-25 g/L, sedangkan bulan ketiga dan keempat meningkat menjadi 25-40 g/L. Fluktuasi ini akan menyebabkan kemampuan ikan untuk beradaptasi terhadap lingkungan dengan melakukan proses osmoregulasi yang berbeda-beda, tergantung kondisi dari individu ikan itu sendiri. Pada saat terjadi peningkatan salinitas, hal ini akan berbanding lurus dengan meningkatnya tekanan osmotik perairan. Diduga tekanan osmotik pada perairan dengan salinitas 25 g/L mendekati tekanan osmotik darah ikan (perlu dukungan referensi atau bahkan harusnya diukur sendiri), sehingga
Performa pertumbuhan ikan nila nirwana ..... (Adam Robisalmi) 200
Bobot (g)
160
blue tilapia
red tilapia
Srikandi
Nirwana
564
120 80 40 0
0
1
2
3
4
Waktu pemeliharaan (bulan)
Gambar 1. Pola pertumbuhan bobot ikan nila selama pemeliharaan 120 hari di tambak. Kalo makalah tidak dibuat dalam warna, sebaiknya bentuk garis dibedakan antar- strain kandungan ionik media mendekati konsentrasi ionik darah ikan dan menyebabkan kebutuhan energi untuk osmoregulasi lebih kecil, sedangkan untuk pertumbuhan tersedia dalam jumlah yang lebih besar. Namun saat kondisi salinitas lebih tinggi akan menyebabkan gangguan poses osmoregulasi yang menyebabkan pertumbuhan terhambat, khususnya pada strain Nirwana yang mempunyai pertumbuhan paling rendah dibandingkan ketiga strain lainnya. Menurut D’Cotta et al. (2006), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi fisiologis ikan dalam adaptasi lingkungan, yaitu waktu terhadap toleransi salinitas dan proses yang lebih lambat pada adaptasi salinitas. Namun beberapa spesies ikan nila yang dipelihara di air laut menunjukkan performa pertumbuhan yang lebih baik atau sama dengan spesies ikan nila yang dipelihara di air tawar (Suresh & Lin 1992). Selain faktor salinitas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang berasal dari internal dan eksternal. Dalam penelitian ini ikan cenderung tidak makan ketika terjadi perubahan musim dan suhu yang tidak stabil. Selama pemelihraan terjadi hujan dan panas secara tidak menentu. Hal ini mempengaruhi daya adaptasi ikan terhadap perubahan lingkungan sehingga menyebabkan adanya variasi pertumbuhan antar strain. Selain itu umur dan ukuran ikan juga dapat berpengaruh pada toleransi salinitas ikan nila, yang mana menunjukkan bahwa ukuran ikan lebih berpengaruh dalam daya adaptasi terhadap salinitas tinggi dibandingkan umur ikan. Menurut Villegas (1990); Dunham (2004) Faktor lingkungan ini akan mempengaruhi penampilan fenotifik suatu individu dan populasi ikan yang kita pelihara. Hasil analisis pertumbuhan mutlak panjang dan bobot serta koefisien keragaman keempat strain ikan nila di akhir pemeliharaan disajikan pada Tabel 1. Secara umum nilai pertumbuhan panjang dari semua strain relatif hampir sama. Perbedaan selisih panjang dan bobot ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor saat pemeliharaan diantaranya respons terhadap pakan dan lingkungan dalam hal ini salinitas. Nilai koefisien keragaman pada karakter bobot cenderung mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding karakter panjang. Ikan nila srikandi mempunyai nilai koefisien keragaman karakter panjang dan bobot yang terendah. Hal ini menunjukkan bahwa ikan nila tersebut memiliki panjang dan bobot yang lebih seragam dibanding strain lainnya. Pada Tabel 1 diketahui bahwa pertumbuhan panjang dan bobot ikan nila srikandi menunjukkan nilai yang tertinggi dibanding ketiga strain lainnya, sedangkan pertumbuhan panjang dan bobot terendah terdapat pada strain nirwana. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan nila srikandi yang merupakan hasil hibridisasi memiliki keunggulan berupa pertumbuhan yang lebih baik dibanding ikan nila strain murni selama pemeliharaan di tambak karena mewarisi gen ketahanan salinitas dan pertumbuhan dari tetuanya. Menurut Wohfarth et al. (1990); Eknath et al.(1993) yang melaporkan bahwa ikan nila hasil persilangan O. niloticus x O. aureus menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibanding kedua tetuanya dan persilangan kedua strain ini merupakan kandidat yang potensial
565
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
Tabel 1. Rerata panjang, bobot, pertumbuhan dan koefisien variasi empat strain ikan nila selama 120 pemeliharaan di tambak Parameter Panjang awal (cm) Bobot awal (g) Panjang akhir (cm) Bobot akhir (g)
Strain Nila biru
Nila merah
4,54±0,44
Srikandi
4,64±0,33
Nirwana
4,67±0,43
5,25±0,69
2,08±0,67
2,55±0,65
2,34±0,61
2,66±0,98
20,66±1,86
19,77±1,85
21,85±0,57
19,87±1,65
Pertambahan panjang
164,72±37,24 149,22±45,17 187,16±32,35 137,00±34,36 16,12±1,35 a 15,13±1,40 a 17,17±1,21 a 14,62±1,07 a
Pertambahan bobot(g)
162,64±15,33 ab 146,67±10,20 a 184,83±35,51 b 134,34±10,77 a
Koefisien Variasi Panjang (%) Koefisien Variasi Bobot(%) Laju pertumbuhan spesifik (%bobot/hari)
8,99
9,37
2,63
6,21
22,61 3,52±2,06 a
30,27 3,21±1,72 a
17,28 3,59±1,24 a
25,08 3,28±1,74 a
*nilai dengan huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05)
untuk dibudidayakan (Hulata et al., 1993). Ditambahkan Noor (2000), hasil persilangan ikan yang tidak memiliki kekerabatan famili pada karakter tertentu cenderung akan menampilkan keragaan yang lebih baik dari pada rataan tetuanya.Berdasarkan analisis statistik pada karakter pertumbuhan panjang antar strain menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) sedangkan pada karakter pertambahan bobot terjadi perbedaan antar populasi ikan nila. Perbedaan yang nyata ditunjukkan antara pertambahan bobot ikan nila srikandi dibandingkan dengan nila merah dan nirwana (P<0,05) sedangkan dengan nila biru nampak tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada penelitian ini nilai pertambahan bobot empat strain ikan nila yang dipelihara selama 150 hari berkisar dari134,34-184,83. Hasil ini selaras dengan peneltian Siddiqui & Al Harbi (1995) melaporkan bobot ikan nila hibrid mempunyai bobot tertinggi sebesar 327 g dibanding O.niloticus 293 g, red tilapia 264 g, O.aureus 234 g dan O.mossambicus 168 g setelah masa pemeliharaan 392 hari. Ditambahkan Tayamen et al. (2004) pertumbuhan ikan nila hasil persilangan O.spilurus xO. aureus mempunyai pertambahan bobot sebesar 101,34± 41,65 setelah 120 hari pemeliharaan di tambak bersalinitas 7-30 g/L. Hasil penelitian lainnya pada ikan nila merah dengan padat tebar 200 ekor yang dipelihara di keramba jaring apung laut selama 126 hari mempunyai pertumbuhan bobot mutlak sebesar 234 g (Balcazar et al., 2004). Berbeda dengan nilai pertambahan bobot, nilai laju pertumbuhan spesifik empat strain ikan nila memiliki yang hasilnya tidak berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 1). Hasil ini menunjukkan bahwa keempat strain ikan nil dapat tumbuh dengan baik selama pemelihraan di tambak. Nilai SGR dari keempat strain ikan nila ini berkisar dari 3,21-3,59%bobot/hari. Hasil ini sama dengan penelitian Essa & Haroun (1998) yang melaporkan nilai laju pertumbuhan pada ikan nila hasil persilangan O.niloticus x O.aureus adalah sebesar 4,88 %bobot/hari, sedangkan pada O.niloticus sebesar 3,98 %bobot/hari, pada O.aureus 3,82 %bobot/hari dan pada red tilapia 3,73%bobot/hari. Nilai konversi pakan pada penelitian ini berkisar dari 1,24-2,06 (Gambar 2). Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui nilai rasio konversi pakan antara nila srikandi dengan nila biru memiliki perbedaan nyata namun tidak berbeda bila dibandingkan dengan konversi pakan nila merah dan nirwana. Hasil ini menunjukkan pakan yang dicerna oleh ikan nila srikandi, nirwana dan nila merah yang dipelihara di tambak tergolong optimal dan efisien dalam pemanfaatan pakan, sedangkan nila biru tidak efisien kerena jumlah pakan yang diceerna tidak bisa teramanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan. Menurut Watanabe et al. (1990) dan Balcazar et al.(2004) ikan nila merah yang dipelihara di keramba air laut mempunyai konversi pakan berkisar dari 1,71-2,02, sedangkan bila dibandingkan dengan strain ikan nila biru yang dipelihara di tambak bersalinitas 25 g/L pada fase benih mempunyai rasio konversi pakan berkisar dari 1,23-2,04 (Robisalmi et al., 2012). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ikan nila hibrida memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada salinitas yang lebih tinggi, hal ini berimplikasi pada daya cerna terhadap pakan
Performa pertumbuhan ikan nila nirwana ..... (Adam Robisalmi)
566
untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi sehingga memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Menurut Liao & Chang (1983) salinitas tinggi akan mengganggu pertumbuhan karena laju konsumsi pakan 2,5
Konversi pakan
2 1,5 1 0,5 0 Nila biru
Nila merah
Srikandi
Nirwana
Strain
Gambar 2. Konversi pakan empat strain ikan nila selama 120 hari pemeliharaan di tambak menurun, hal ini berdampak pula pada meningkatnya rasio konversi pakan yang menyebabkan pakan tidak efisien. Hasil penelitian Watanabe et al,(2006) menunjukkan bahwa ikan nila merah hibrida dari O.mossambicus × O.hornorum memiliki daya toleransi yang tinggi sehingga menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar dan efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik di air laut dibandingkan dengan anakan hasil persilangan dari O. niloticus. Selama pembesaran di tambak terjadi mortalitas pada semua strain ikan nila seiring dengan tejadinya kenaikan salinitas tambak. Nilai sintasan pada akhir pemeliharaan berkisar 71,50-81,00% (Gambar 3). Nilai ini menunjukkan bahwa keempat strain ikan nila masih bisa beradaptasi pada level salinitas yang lebih tinggi hingga mencapai 40 g/L. Siddiqui & Al Harbi (1995) melaporkan sintasan beberapa strain ikan nila hasil pembesaran yaitu mencapai 80% pada nila hibrid, 74% pada O.niloticus ,72% pada O.aureus, 61% pada O.mossambicus dan 70% pada nila merah. Ditambahkan McGeachin et al. (1987) menyatakan bahwa ikan nila biru yang dipelihara di air laut (salinitas 36 g/L) menunjukkan 90 80
Sintasan
70 60 50 40 30 20 10 0
Nila biru
Nila merah
Srikandi
Nirwana
Strain
Gambar 3. Sintasan empat strain ikan nila pada akhir pemeliharaan di tambak
567
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
pertumbuhan yang baik dengan mortalitas yang rendah. Nugon (2003) melaporkan bahwa juvenil ikan nila biru dan ikan nila merah florida masih menunjukkan sintasan yang baik pada salinitas 20 g/L sebesar 80% sedangkan sintasan ikan nila biru pada salinitas 35 g/L menurun hingga mencapai 54%. Agius (2001) melaporkan bahwa O.spilurus yang dipelihara pada salinitas 37-38 g/L mempunyai bobot 450-500 g setelah dipelihara selama lima bulan dengan tingkat mortalitas sebesar 2%. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ikan nila srikandi mempunyai performa terbaik dengan pertumbuhan yang tinggi dan nilai konversi pakan yang rendah, sedangkan nilai sintasan terbaik ditunjukkan ikan nila merah NIFI. DAFTAR ACUAN Agius,C. (2001). Commercial Culture Of Oreochromis spilurus in open sea cages. Proceedings of the Tilapia 2001 International Technical and Trade Conference on Tilapia. Indofish.Malaysia.p.132135. Balcazar, J.L., Aníbal, A., Geovanny, G., & Walter, P. (2004). Culture Of Hybrid Red Tilapia (O.mossambicus xO. niloticus) In Marine Cages : Effect Of Stocking Density On Survival and Growth. Proceedings 6th International Symposium on Tilapia in Aquaculture Philippine. Philippine. Chervinski, J., & Yashouv, A. (1971). Preliminary experiments on the growth of Tilapia aurea Steindachner (Pisces, Cichlidae) in seawater ponds. Bamidgeh 23:125-129. D’Cotta, E., Pepey, M., Tine, N., Ouattara, J.F., Baroiller, E., Bezault, J.D., Durand, F., Bonhomme, G., Charmatier, P., Morissens, J.P., Poivey, & Chevassus, B. (2006). Adaptation to extreme salinity varations in tilapias. Symposium COA/INRA. Scientific Cooperation in Agriculture, Tainan (Taiwan R.O.C.), November 7-10, 2006. p. 275-280. Dunham, R.A. (2004). Aquaculture and Fisheries Biotechnology Genetic Approaches.CABI publishing, Wallingford ,UK. Jumlah halaman? Eknath, A.E., Tayamen, M.M., Paladade Vera, MS., Danting, J.C., Reyes, R.A., Dionisio, E.E., Capili, J.B., Bolivar, H.L., Abella, T.A., Circa, A.V., Bentsen, H.B., Gjerde, B., Gjedrem, T., & Pullin, R.S.V. (1993). Genetic improvement of farmed tilapias: the growth performance of eight strains of Oreochromis niloticus tested in different farm environments. Aquaculture, 111: 171-188 El-Sayed, A.F.M. (2006). Tilapia Culture In Salt Water: Environmental Requirements, nutritional Implications and Economic potentials. VII Simposium Internationa De Nutricions. Mexico. p 96106. Essa, M.A., & Mary, R.Haroun. (1998). Cross Breeding Ezsperiments On Some Important Fish es Of Family Cichlidae (Genus Oreochromis) and Evaluation of Their Hybrids. Egypt J. Aquat BioL & Fish., Vol.2. No. 3:43-61. Hulata, G., Wohlfarth, G.W., Karplus, I., Shroeder, S.H., Halevy, A., Rothbard, S., Cohen, S., Israel, I., & Kavessa, M. (1993). Evaluation of Oreochromis niloticus X 0. mreus hybrid progeny of different geographical isolates reared under varying management regimes. Aquaculture, 115: 253-271. Kamal, A.H.Md.M., & Mair, G.C. (2005). Salinity tolerance in superior genotypes of tilapia, Oreochromis mossambicus and their hybrids. Aquaculture 247:189-201. Lahav, E., & Ra’anan, Z. (1997). Salinity tolerance of genetically produced tilapia (Oreochromis) hybrids. Isr. J. Aquaculture - Bamidgeh 49:160-165. Liao, I.C., & Chang, S.L. (1983). Studies on the feasibility of red tilapia culture in saline water, p. 524533. In L. Fishelson and Z. Yaron (comps.) Proceedings of the international symposium on tilapia in aquaculture. Tel Aviv University, Tel Aviv, Israel McGeachin,R.B.,Wicklund,R.I.,Olla,B.L., & Winton,J.R. (1987). Growth of Tilapia aurea in seawater cages. Journal of the World Aquaculture Society 24, 451-458. Noor, R.R. (2004). Genetika ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. 199 hal. Nugon, R.W. (2003). Salinity tolerance of juvenile of four varieties of tilapia. Thesis. The School of Renewable Natural Resources. Lousiana State University. 69 pp.
Performa pertumbuhan ikan nila nirwana ..... (Adam Robisalmi)
568
Philippart, J.C., & Ruwet, J.C. (1982). Ecology and distribution of tilapias. In: Pullin, R.S.V., LoweMcConnell, R.H. (Eds.), The Biology and Culture of Tilapias. ICLARM Conference Proceedings 7, International Center for Living Aquatic Resources Management, pp. 15–59. Pillay, T.V.R. (1991). Tilapias. Aquaculture—Principles and Practices, Chap. 19, pp. 360–376 Robisalmi, A., Setyawan, P., Dewi, S.P.S., & Listiyowati, N. (2012). Keragaan pertumbuhan 24 famili benih ikan nila biru (Oreochromis aureus) pada tambak bersalinitas 25-30 ppt. Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012. Siddiqui, A.Q., & Ahmed H. Al-Harbi. (1995). Evaluation of three species of tilapia, red tilapia and a hybrid tilapia as culture species in Saudi Arabia. Aquculture 138. p.145-157. Streelman, J.T., & Kocher, T.D. (2002). Microsatellite variation associated with prolactin expression and growth of salt-challenged tilapia. Physiol. Genom. 9:1–4. Suresh, A.V., & Lin, C.K. (1992). Tilapia culture in saline water: a review. Aquaculture 106:201-226. Tayamen, T., Abella, A., Reyes, R.A., Ma. Danting, J.C., Mendoza, A.M., Marquez, E.B., Salguet, A.C., Apaga, M.M., & Gonzales R.C. (2004). Development Of Tilapia For Saline Watehe Philippines. Nueva Ecija, Philippines. Trewavas, E. (1982). Tilapias: Taxonomy and Speciation. p. 3-13. In: Pullin, R.S.V.P. and McConnell, R.H. Lowe (eds.). The biology and culture of tilapias. ICLARM, Manila, Philippines. 432 pp. Villegas, C.T. (1990). Growth and survival of Oreochromis niloticus, O. mossambicus,and their F1 hybrids at various salinities. Proceedings of the Second Asian Fisheries Society. Manila, Philippines. 507510. Watanabe, W.O., Kuo, C.M., & Huang, M.C. (1985). The Ontogeny of Salinity tolerance in the tilapias Oreochromis aureus, O.niloticus and an O. mossambicus x O. niloticus hybrid, spawned and reared in freshwater. Aquaculture, 47(4): halaman? Watanabe, W.O., Ellingson, L.J., Wicklund, R.I., & Olla, B.L. (1988). The effects of salinity on growth, food consumption and conversion in juvenile, monosex male Florida red tilapia. In: R.S.V. Pullin, T. Bhukaswan, K. Tonguthai and J.L. Maclean (Editors), The Second International Symposium on Tilapia in Aquaculture. ICLARM Conference Proceedings IS. Department of Fisheries, Bangkok, Thailand, and International Center for Living Aquatic Resources Management, Philippines, pp. 515-523. Watanabe, W.O., Fitzsimmons, K., & Yi, Y. (2006). Farming tilapia in saline water. In “Tilapia: Biology, Culture and Nutrition” (Eds. ). The Haworth Press, Inc. Wohlfarth,G.W., & Hulata, G. (1981). Applied genetics to tilapias.ICLARM Studies and Reviews 6.Manila.Philippines. 26 p. Wohlfarth, G.W., Hulata, G., & Halevy, A. (1990). Growth, survival and sex ratio of some tilapia species and interspecific hybrids. In: H. Rosenthal and S. Sarig (Editors), Research in Modem Aquaculture. European Aquaculture Society Special Publication 11, pp. 87-101.
569
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016
DISKUSI Nama Penanya: Wartono Hadie Pertanyaan: Lebih enak mana ? Tanggapan: Rasa lenih enak di payau, untuk tekstur lebih baik nila hitan dan nila srikandi dibanding nila merah