PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SURFAKTAN COCOAMYDOPROPYL BETAINE TERHADAP UJI SIFAT FISIK SABUN MANDI CAIR EKSTRAK BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) Agustina Wulandari, Sutaryono, Nurul Hidayati Program Studi DIII Farmasi STIKes Muhammadiyah Klaten
INTISARI Buah pepaya matang mengandung antioksidan yaitu vitamin C dan senyawa fenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan pepaya mentah. Antioksidan dapat digunakan sebagai salah satu bahan tambahan dalam pembuatan sabun mandi cair. Sabun mandi cair mempunyai zat aktif yang sangat penting yaitu surfaktan sebagai penghasil busa. Salah satu contoh surfaktan sekunder yaitu Cocoamydopropyl betaine. Surfaktan Cocoamydopropyl betaine memiliki sifat pembusa, pembasah, dan pengemulsi yang baik, terutama dengan keberadaan surfaktan anionik dalam sabun cair. Tujuan formulasi ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi Cocoamydopropyl betaine terhadap sifat fisik sabun cair ekstrak buah pepaya. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian eksperimental. Ekstrak dibuat dengan maserasi buah pepaya menggunakan pelarut metanol selama 5 hari. Ekstrak kemudian dibuat sabun mandi cair dalam 3 formula, dengan masing-masing formula memiliki variasi konsentrasi Cocoamydopropyl betaine 7 %, 10%, 13%. Sabun cair yang telah dibuat kemudian dilakukan uji sifat fisik meliputi uji organoleptis, bobot jenis, viskositas, dan ketahanan busa. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik analisis varian (ANOVA) satu jalan denga tingkat kepercayaan 95% . Hasil penelitian menunjukan bahwa Cocoamydopropyl betaine berpengaruh terhadap sifat fisik sabun mandi cair ekstrak buah pepaya dengan nilai signifikasi ANOVA < 0,05. Dari ketiga formula, formula II memiliki bobot jenis 1,073 g/ml dan viskositas 2,01 cps yang memenuhi standar, dan memiliki ketahanan busa yang baik yaitu 94,6 %. Kata Kunci : Ekstrak Buah Pepaya, Sabun Cair, Cocoamydopropyl Betaine. Uji sifat fisik
PENDAHULUAN Sifat fisik sabun cair sangat berpengaruh terhadap kualitas sabun cair. Salah satu sifat fisik sabun cair yang sangat berpengaruh yaitu kekentalan sabun mandi cair. Kekentalan dari sediaan sabun cair juga perlu diperhatikan, yakni berkaitan dengan penggunaanya, antara lain penuangannya dari kemasan yang biasa berupa botol namun tidak mudah tumpah di tangan, serta ketika pengisian,pengemasan dan penyimpanan produk. Surfaktan Cocoamydopropyl betaine yang digunakan dalam penelitian ini diketahui kompatibel dengan surfaktan lain baik anionik, kationik, maupun nonionik. Selain itu surfaktan ini memiliki potensi iritasi pada mata dan kulit yang sangat rendah pada uji keamanan pada hewan. Penggunaan surfaktan biasanya berpengaruh pada kekentalan produk sabun cair. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat sediaan sabun mandi cair dari ekstrak buah pepaya (Carica papaya L.) sebagai antioksidan dengan variasi konsentrasi dari surfaktan. Dalam penelitian ini diformulasikan bahan-bahan yang sesuai untuk menghasilkan sabun cair dan dilakukan pengamatan terhadap uji sifat fisik sabun mandi cair yang dibuat yaitu uji organoleptis, bobot jenis, viskositas, dan uji ketahanan busa.
METODE PENELITIAN Uji Kualitatif Uji sifat fisik yang meliputi uji organoleptis, bobot jenis, viskositas, dan uji ketahanan busa. Uji Kuantitatif Dari data hasil uji viskositas dan uji bobot jenis dari sabun cair ekstrak buah pepaya (Carica Papaya L.) akan diuji dengan One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas dan bobot jenis dari variasi formula sabun cair yang dibuat. Alat
: Alat-alat gelas kualitas farmasetis (pyrex), pisau, talenan, timbangan analitik,
cawan porselin, tabung reaksi, pipet tetes, oven, viskosimeter Rion Japan seri VT 04, termometer, maserasi. Bahan : Buah pepaya, metanol, Sodyum Lauryl Sulfate, cococamydopropyl betaine, gliserin, natrium klorida, fragrance, aquadest. Pembuatan Ekstrak Buah pepaya : Simplisia kering buah pepaya di ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol selama 5 hari. Formula sabun mandi cair Formula sabun mandi cair dibuat 3 variasi konsentrasi Cocoamydopropyl betaine dengan formulasi sebagai berikut :
Tabel 1. Formula sabun mandi cair
Bahan
variasi formula pengembangan sabun cair formula I formula II formula III 10 g 10 g 10 g
sodium lauryl sulfate cocamydopropyl betaine 5g natrium klorida 3g Gliserin 9g Fragrance 1g ekstrak buah pepaya 5g Aquadest ad 70 ml Cara Pembuatan Sabun Mandi Cair
7g 3g 9g 1g 5g ad 70 ml
9g 3g 9g 1g 5g ad 70 ml
Aquadest dipanaskan sampai 50º C, masukan ke dalam beaker glass sebanyak 40 ml, sodium lauryl sulfate dimasukan ke dalam beaker glass tersebut sambil diaduk dengan magnetic stirrer setelah itu tambahkan Natrium klorida, gliserin, Cocoamydopropyl betaine, secara berturut-turut diaduk sampai membentuk larutan yang homogeny. Setelah itu ekstrak buah pepaya ditambahkan, aduk ad homogen. Setelah dingin ditambahkan fragrance . Uji Sifat Fisik Sabun Mandi Cair 1. Organoleptis Sediaan yang sudah jadi, dituang dalam beaker glass. Diamati secara visual, meliputi warna, bau, konsistensi sabun cair. 2. Bobot Jenis Ditimbang piknometer kering+tutup. Isi piknometer dengan sabun cair sampai penuh, lalu direndam dalam es hingga suhunya turun 2ºC di bawah suhu percobaan.
Piknometer ditutup, suhu dinaikkan hingga suhu percobaan. Mestinya bagian sabun cair tumpah karena pemuaian. Lalu sabun cair yang menempel di piknometer dibersihkan. Piknometer ditimbang kembali beserta isinya. 3. Viskositas Uji viskositas menggunakan Viskometer Rion Japan VT 04.Sabun cair diletakkan dibawah alat, lalu pasang rotor.Alat dihidupkan.Dibaca nilai viskositas yang muncul. Diambil nilai yang stabil. 4. Ketahanan busa Dilarutkan 0,3 gram sediaan dalam 30 ml aquadest. 10 ml larutan dimasukan kedalam tabun reaksi berskala melalui dinding. Tabung reaksi ditutup kemudian dikocok. Tinggi busa yang terbentuk dicatat pada menit ke-0 dan ke-5. Nilai ketahanan busa diperoleh dari selisih tinggi busa pada menit ke-0 dan ke-5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tanaman Dilakukan determinasi di Laboratorium Sistemik Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dari hasil determinasi menunjukan bahwa tanaman yang digunakan dalam formulasi ini benar merupakan tanaman pepaya (Carica papaya L.)
Hasil Ekstraksi Buah Pepaya Dari 250 gram simplisia kering buah pepaya diekstraksi dengan maserasi menggunakan larutan penyari metanol sebanyak 1 liter, diperoleh ekstrak sebanyak 141 gram dan hasil rendemen ekstrak buah pepaya sebesar 56,4 % b/b. Uji Sifat Fisik Sabun Mandi Cair 1. Organoleptis Pengujian organoleptis meliputi pengujian terhadap warna, bau, dan konsistensi dari sediaan sabun mandi cair. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kualitas produk. Hal ini dikarenakan bau, warna, dan konsistensi dapat mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk yang akan dibeli. Hasil pengujian dapat dilihat dalam tabel
Tabel. 2 Hasil Pengujian Organoleptis Sabun Mandi Cair Ekstrak Buah Pepaya
Formula
Warna
I Coklat II Coklat III Coklat Sumber : Data Primer, 2016
Hasil pengamatan bau Aroma mawar Aroma mawar Aroma mawar
Konsistensi Kental Cukup kental Cair
Berdasarkan tabel 2 sabun mandi cair berwarna coklat. Syarat sabun cair yang baik menurut SNI yaitu harus mudah dituang dan tidak begitu kental. Dari ketiga formula tersebut formula yang paling baik yaitu formula II.
2. Bobot Jenis Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dan bobot air, dalam piknometer (Anonim, 1995). SNI menyebutkan bahwa bobot jenis untuk sediaan sabun cair yaitu 1,01-1,10. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel.3 Hasil Pengujian Bobot Jenis Sabun Mandi Cair Ekstrak Buah Pepaya
Bobot Jenis Formula 1 Formula 2 I 1,080 1,076 II 1,084 1,072 III 1,080 1,072 X ± SD 1,081 ± 0,002 1,073 ± 0,002 Sumber : Data Primer, 2016
Repetisi
Formula 3 1,068 1,064 1,068 1,066 ± 0,002
Berdasarkan tabel 3 dari ketiga formulasi mempunyai bobot jenis yang memenuhi standar SNI. 3. Viskositas Viskositas merupakan salah satu parameter yang menunjukan sifat fisik sediaan sabun cair dan dapat mempengaruhi kemudahan sediaan untuk mengalir. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengujian Viskositas Sabun Mandi Cair Ekstrak Buah Pepaya
Repetisi 1 2 3
Formula I 3,0 3,05 3,20
Viskositas (cps) Formula II 2,00 2,10 1,95
Formula III 1,25 1,10 1,20
X ± SD 3,083 ± 0,10 2,01 ± 0,07 Sumber : Data Primer, 2016
1,183 ± 0,07
Berdasarkan tabel 4, formula III memiliki nilai viskositas yang terlalu rendah dan tidak memenuhi standar sabun mandi cair yang baik menurut SNI yaitu 1,4667-5,200 cps. Dengan viskositas yang terlalu rendah sabun cair akan terlalu mudah untuk mengalir sehingga sabun cair mudah tumpah, sebaliknya jika nilai viskositas terlalu tinggi sabun cair akan sulit untuk dituang. 4. Ketahanan Busa Tujuan uji ketahanan busa ini adalah untuk mengetahui ketahanan tinggi busa yang diukur dalam tabung reaksi berskala dengan rentang waktu tertentu dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa.. Hasil pengujian ketahahan busa dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengujian Ketahanan Busa Sabun Mandi Cair Ekstrak Buah Pepaya
Repetisi 1 2 3 X ± SD
Ketahanan Busa (%) Formula I Formula II 92 96 92 93 90 95 91,3 ± 0,011 94,6 ± 0,015
Formula III 96 94 96 95,3 ± 0,011
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 5. hasil pengujian dari ketiga formula tidak ada yang memenuhi standar, karena standar sabun cair yang baik dalam 5 menit yaitu busa harus dapat bertahan 60-70% (Dragon, et all., 1969). Semua formula memiliki ketahanan busa yang lebih dari 90 %, hal ini mungkin dikarenakan pengocokan yang tidak stabil karena hanya menggunakan pengocokan manual. Tetapi presentase diatas 70% masih
dikatakan baik karena dapat mempertahankan gelembung agar tidak pecah. Penambahan Cocoamydopropyl betaine berpengaruh terhadap stabilitas busa yang dihasilkan, karena Cocoamydopropyl betaine memiliki sifat pembusa yang baik. Semakin banyak Cocoamydopropyl betaine maka semakin lama pula busa akan bertahan.
KESIMPULAN 1. Dari hasil analisis bivariat semua uji sifat fisik sabun cair diketahui adanya perbedaan atau adanya pengaruh antara variasi konsentrasi Cocoamydopropyl betaine dengan uji sifat fisik sediaan sabun mandi cair ekatrak buah pepaya ( Carica papaya L.) dengan nilai signifikasi : a. Bobot jenis = 0,001 < 0,005 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara variasi konsentrasi surfaktan dengan bobot jenis. b. Viskositas = 0,000 < 0,005 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara variasi konsentrasi surfaktan dengan viskositas. c. Ketahanan busa = 0,019 < 0,005 yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara variasi konsentrasi surfaktan dengan ketahanan busa. 2. Dari ketiga formula variasi konsentrasi surfaktan Cocoamydopropyl betaine, formula yang paling baik yaitu formula II. DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Deni. Wiwik Sri Rahmides, dan Masril Malik, 2012, Formulasi Sabun Cair Ektrak Batang Nanas (Ananas comosus. L) untuk mengatasi jamur Candida albicans. Anief, Moh., 1997. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press : Jogyakarta. Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta Anonim, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI. Jakarta. Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta Anwar , Agoes., 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika. Apriyani Diniah 2013, Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dengan Cocamid Dea Sebagai Surfaktan. Ari, Wibisana. dan Budiyono. 2004. Pembuatan Sabun Cair Dengan Bahan Dasar Alkil Benzen Sulfonat. Buchmann, S., 2001, Main Cosmetics Vehicles, In Barel, A,O., Paye, M., Maibach., H.I., 3rd Ed, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker, Inc., New York, Pp. 485-491. Christiani Maria Verita Vita, 2015, Formulasi Sabun Cair Transparan Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia Galanga) : Pengaruh Cocoamydopropyl Betaine Dan Gelatin Terhadap Sifat Fisik Sediaan. Depkes RI, 2000. Parameter Standar Mutu Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta. Djatmiko, Hertami, 1985. Pepaya. Jakarta : CV Yasaguna Djuanda A, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FK-UI, Jakarta. Effendi, Supli,. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan, Bandung. Ertel. K., 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care Product, Taylor & Francis Group, New York, pp 35-36. Febrianti, Dwi Rizki., 2013, Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk Purut (Citrus histryx DC.) dengan Kokamidopropil Betaine Sebagai Surfaktan. Ghaim, J.B., And Volz, E.D., 2001, Skin Cleansing Bars, In Barel, A,O., Paye, M., Maibach., H.I., 3rd Ed, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker, Inc., New York, Pp. 485-491.
Guertechin, O., 2001, Clasifications of Surfactan, in Barel, A.O., Paye, M., Maibach., H. I., 3rd Ed, Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker, Inc., New York, Pp. 440-441. Jealani, 2009, Ensiklopedia Kosmetika Nabati, Bandung, Penerbit Pustaka Populer, Obor Karyani B.D, 2001. Buku Pintar Terapi Pepaya, Jakarta : Ladang Pustaka dan Intimedia Kumar V., Abbas A.K., Fausta N., Mitcheel R, 2010. Robbins Basic Pathology. 8th edition. Philadelphia : W.B Saunders Company. Kuncahyo, Ilham dan Sunardi.(2007). Uji Antioksidan Ekstrak Belimbimg Wuluh (Averrhoa blimbi L) terhadap 1,1-diphenyl-2-picryldrazil (DPPH). Prosiding Seminar Nasional Teknologi ISSN 1978-1997. Yogyakarta Marelli de Souza, L., Ferreira, K.S., Chaves, J.B.P., dan Teixeira, S.L. (2008). LAsorbic Acid, Beta Carotenen And Lycopen Content in Papaya Fruit (Carica papaya L.) With or Without Physioilogical Skin Freckle. Journal Sciagric. Mayawati, Eva., Liza Pratiwi , Bambang Wijianto, 2013, Uji Efektivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica Papaya L.) Dalam Formulasi Krim Terhadap Dpph (2, 2-Diphenyl-1-Picrylhydrazil) Nurhikmah, I.(2006). Studi Kasus Fisika Pangan Pada Pengolahan Minyak Kelapa Dengan Penambahan Antioksidan BHT Dan Bubuk Jambu Mete. Skrispsi. Bogor: Institusi Pertanian Bogor. Prajapati, R. R., and Bhagwat, S. S., 2012, Effect of Foam Boosters on Krafft temperatute, Journal of Chemical & engineering Data, 57, 871-872 Rieger, M.M., 2000, Harry’s Cosmetology, 8th Edition, Chemical Publishing Co. Inc., New York, P.641. Rukmana. dan Rahmat. 1996. Nenas Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisus. Sinko, P.J, and Singh, Y., 2006, martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6th editions, Lipincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 469487 Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta Surtining, 2005. Cantik Dengan Bahan Alami. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Syarifudin, 1992. Anfis Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Wibisana, Ari dan Budiyono. 2004. Pembuatan Sabun Cair Dengan Bahan Dasar Alkil Benzen Sulfonat. (http://www.angelfire.com, diakses Oktober 2015). Zikriana Adiwarsa, Siti Nurtiah, Sri Maryana dkk, 2014. Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin C, vitamin B, dan vitamin K dengan menggunakan metode tertentu. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.