PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987 – 2009
Oleh
Wulan Anggraeni NIM: 106084002846
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. Nama
: Wulan Anggraeni
2. NIM
: 106084002846
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi
: PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Juni 2011 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 195706171985031002 2. Dr. Lukman, M.Si NIP. 196406072003021001 3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 196902032001121003 4. Pheni Chalid, SF, MA.Ph.D NIP. 1956050520001210012 5. Fitri Amalia. M. Si NIP. 198207102009122002
(_______________________ ) Ketua ( _______________________ ) Sekertaris ( _______________________ ) Penguji Ahli ( _______________________ ) Pembimbing I ( ________________________ ) Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Senin, 7 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa : 1. Nama
: Wulan Anggraeni
2. NIM
: 106084002846
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi
: PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 7 maret 2011 1. Dr. Lukman, M.Si NIP. 196406072003021001 2. Fitri Amalia, M.Si NIP. 198207102009122002 3. Pheni Chalid, SF, MA.Ph.D NIP. 1956050520001210012
( ________________________ ) Ketua ( _________________________ ) Sekertaris ( _________________________ ) Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Wulan Anggraeni
No. Induk Mahasiswa
: 106048002846
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya : 1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya 4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau ini kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 4 juni 2011
( Wulan Anggraeni)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
:
Wulan Anggraeni
2. Tempat & Tgl Lahir
:
Tangerang, 3 juli 1988
3. Alamat
:
Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
II.
4. Kebangsaan
:
Indonesia
5. Telepon
:
085714731734/ 021 7410341
6. Jenis Kelamin
:
Perempuan
7. Agama
:
Islam
PENDIDIKAN
Pendidikan Formal Tempat
Waktu
1. SD Negeri 2 Pondok Ranji
1994 – 2001
2. SMP Negeri 5 Ciputat
2001 – 2003
3. SMA Negeri 2 Ciputat
2003 – 2006
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta
2006 – 2011
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
i
Pendidikan Non Formal
Pelatihan/Seminar 1.
Waktu
Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi Juni 2007 Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Indonesia".
2.
Kursus Bahasa Inggris, Latansa BEC2
Maret 2006
3.
KKN di Desa Cimande, Bogor
Juli 2009 – Agustus 2009
4.
Pelatihan
SPSS.17,
UIN
Syarif Desember 2009
Hidayatullah
III.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
:
Muhammad Mujib
2. Tempat & Tgl Lahir
:
Surabaya, 10 Desember 1959
3. Alamat
:
Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
4. Telepon
:
021 7410341
3. Ibu
:
Siti Maisaroh
5. Tempat & Tgl Lahir
:
Jakarta, 6 juli 1960
6. Alamat
:
Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
7. Telepon
:
021 7410341
ii
ABSTRACT
The purpose of this research was aimed to know the influence of Labor Force Participation Rate (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), and Export to Gross Regional domestic Product (GRDP) in Jakarta. The dependent variable was the economic growth (GRDP), while the independent variables were the Labor force Participation Rate (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), and Exports. The data were used time series, 1987-2009 and the analytical method is used an with multiple regression. The results showed that the Foreign Investment (FDI) and Exports positively influenced and significant to the GRDP growth in Jakarta, with coefficient determination (R2), which is equal to 0,958513. It means that the GRDP of Jakarta respectively increased with the increase of the Foreign Investment and Exports, supported by sectors of industry and tax. While the Labour Force Participation Rate (LFPR) has not positive influenced to the growth of GRDP in Jakarta significantly.
Keywords: Gross Regional Domestic Product (GRDP), Labor force Participation Rat (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), Export.
iii
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap PDRB di DKI Jakarta. Variabel terikat yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi (PDRB), sedangkan variabel bebasnya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA) dan Ekspor. Data yang digunakan adalah time series yaitu periode 1987-2009. Analisa yang digunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta, dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,958513. Hal ini berarti bahwa PDRB DKI Jakarta akan semakin meningkat dengan meningkatnya Penanaman modal asing dan ekspor yang didorong oleh sektorsektor industri yang ada dan pendapatan pajak. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Kata kunci : Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman Modal Asing (PMA), dan Ekspor
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdu Lillahi Robbil ‘Alamin Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA) Dan Ekspor Terhadap PDRB Di DKI Jakarta Periode 1987-2009”. penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Mujib dan Ibu Tiaroh, sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Papa dan Mama. Amin.
2.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
v
4.
Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.
5.
Fitri Amalia, MS.i. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah banyak memberikan saran kepada penulis.
6.
Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, iesp for: Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi motivasi dan penguji seminar proposal yang luar biasa dan Ibu Lili yang begitu baik dan murah hati untuk memudahkan saya dalam urusan di akademik jurusan IESP.
7.
Aris, yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah menjadi sahabat dan teman terdekat dalam hidupku.
8.
Buat keluarga ku tercinta, keluarga besar H. Ayani Hasan, kakak-kakakku Mas Angga, Mas Ari, Mas Bayu yang sudah membantu dan mensupport ku dalam kuliah dan tidak lupa juga kepada adikku tercinta, Farhati Anggraeni yang sudah banyak membantuku.
9.
Anak-anak Atdeeeeuh IESP B, Rezi, Zaka, Anda, Ikel, Iwan, Awang dan semuanya yang selama ini telah mendukung dan memberi semangat selama berkuliah.
10. Rekan-rekan IESP angkatan 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis dalam catatan kehidupan penulis.
vi
11. Teman-teman IESP B, terima kasih untuk hari-hari yang indah yang tak terlupakan. 12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 13. Buat Febby dan Leny terima kasih banyak atas bantuan kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Jakarta, Juni 2011
WULAN ANGGRAENI penulis
vii
DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................
i
ABSTRACT..............................................................................................
iii
ABSTRAKSI ...........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................................
v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................................
11
C. Tujuan Penelitian ……………………… .............................................
12
D. Manfaat Penelitian ……………………… ...........................................
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
13
A. Pertumbuhan Ekonomi .........................................................................
13
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ....................................................
13
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi ................................................
14
3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi.......................................................
17
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik ...........................................
18
5. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).................................
20
viii
B. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........................................
25
1. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)...................
25
2. Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .....................
28
3. Teori Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ...........................
28
C. Investasi ................................................................................................
29
1. Pengertian Investasi ...........................................................................
29
2. Teori Investasi Harrod Domar ...........................................................
31
3. Penanaman Modal Asing (PMA).......................................................
33
4. Investasi Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi .........................
35
D. Ekspor ...................................................................................................
37
1. Pengertian Ekspor ..............................................................................
37
2. Teori Ekspor ......................................................................................
39
3. Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi ...................................................
41
E. Penelitian Sebelumnya ..........................................................................
42
F. Kerangka Pemikiran ..............................................................................
49
G. Hipotesis Penelitian ..............................................................................
52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................
54
ix
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
54
B. Metode Pengumpulan Sampel ..............................................................
54
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................
55
D. Metode Analisis Data............................................................................
56
1. Uji Stasioneritas ...............................................................................
57
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................
59
a. Uji Normalitas Data .....................................................................
59
b. Uji Autokorelasi ..........................................................................
59
c. Uji Heterokedastisitas ..................................................................
60
d. Uji Multikolinieritas ....................................................................
61
3. Uji Statistik ......................................................................................
62
a. Uji Signifikansi Individual (uji t - Statistik) ................................
62
b. Uji Signifikan Simultan (Uji F-Statistik).....................................
63
c. Uji Koefisien Determinasi ( R2)...................................................
64
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................
64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................
67
A. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................
67
x
1. Keadaan Geografis DKI Jakarta.......................................................
67
2. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ......
68
3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ..........
71
4. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) ............................
73
5. Perkembangan Ekspor ......................................................................
76
B. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi ..............................................
79
1. Uji Stasioneritas ..............................................................................
79
2. Uji Asumsi Klasik ...........................................................................
81
a. Hasil Uji Normalitas ...................................................................
81
b. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................
82
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................
82
d. Hasil Uji Multikolinearitas .........................................................
83
3. Hasil Uji Regresi Metode OLS .......................................................
85
4. Hasil Uji Statistik ............................................................................
85
a. Uji Parsial (Uji-t) ........................................................................
85
b. Uji F-statistik ..............................................................................
92
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)...................................................
92
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
94
A. Kesimpulan .......................................................................................
94
B. Implikasi ............................................................................................
96
C. Saran ..................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.1
Keterangan
Hal
Data PDRB DKI Jakarta Atas dasar harga konstan 2000 tahun 2005-2009…………………………………............
3
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut jenis kelamin Di DKI Jakarta 2005-2009……………....................................
5
Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) 2005-2009 Nilai Persetujuan pemerintah....................................................
8
1.4
Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009...............................
9
2.1
Penelitian Sebelumnya .............................................................
48
3.1
Variabel Penelitian ...................................................................
66
4.1
Hasil Uji Stasioner Tingkat Level …........................................
79
4.2
Hasil Uji Stasioner Tingkat First Different..............................
80
4.3
Hasil Uji Autokorelasi ….........................................................
82
4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................
83
4.5
Hasil Uji Multikolinieritas…....................................................
84
4.6
Hasil Olah data dengan Metode OLS.......................................
85
4.7
Hasil Uji t-Statistik ……...…...................................................
91
1.2
1.3
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Skema Angkatan Kerja.............................................................
26
2.2
Kerangka Pemikiran.................................................................
51
4.1
Perkembangan PDRB Berdasarkan Harga konstan 2000 periode 1987-2009.................................................................
69
Perkembangan TPAK (dalam persentase) periode 1987-2009...............................................................................
72
Perkembangan PMA (dalam Ribu US $) periode 1987-2009…............................................................................
74
Perkembangan EKSPOR (dalam Milyar US $) periode 1987-2009................................................................................
77
Hasil Uji Normalitas……………………................................
81
4.2
4.3
4.4
4.5
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
1
Data Penelitian .......................................................................
102
2
Hasil Data Setelah Diestimasi ................................................
104
3
Hasil Regresi Log Linier .......................................................
105
4
Hasil Uji Stasioner Tingkat Level .........................................
106
5
Hasil Uji Stasioner Tingkat First Different ............................
110
6
Hasil Uji Normalitas JB Test .................................................
114
7
Hasil Uji Autokorelasi ...........................................................
115
8
Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................
116
9
Hasil Uji Multkolinieritas .....................................................
117
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
dalam
jangka
panjang.
Pertumbuhan
ekonomi
mengukur
prestasi
dari
perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode keperiode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno (2004) dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan ekonomi (didaerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994 : 456). Adapun beberapa factor sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik yaitu, Ricardo, Malthus dan Stuart Mill dimana bahwa: 1. Tanah dan kekayaan alam lainnya. Kekayaan alam negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh,
1
dan jumlah atau jenis kekayaan barang tambang yang ada. Hal ini akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat hambatan dalam mengembangkanya, kekurangan modal, tenaga ahli dan pengetahuan hingga terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi. Untuk mengatasi hambatan yang ada, maka perlu adanya modal yang cukup, teknologi, teknik produksi dan tenaga-tenaga ahli secara efisien dan dapat menguntungkan. Peranan penanaman modal dan barang-barang pertanian untuk diekspor menjadi penggerak permulaan bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat mendorong maupun menghambat dalam perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja. 3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal bertambah jumlahnya, dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi. 4. Sistem sosial dan sikap masyarakat Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang cukup dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam membicarakan masalah-masalah pembangunan dinegara berkembang ahli ekonomi telah menunjukan bahwa
2
sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan. 5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan Sekitar pada tahun 1998 Indonesia mulai mengalami krisis dari dampak krisis dunia. Kerusuhan yang begitu hebat melanda Indonesia, dimana pada saat itu terjadi penjarahan hingga, perekonomian menurun drastis. Hal ini terjadi dijantung perekonomian Indonesia, tepatnya DKI Jakarta dan hal ini berujung pada krisis moneter yang menyebabkan morat maritnya perekonomian DKI Jakarta. PDRB saat itu mengalami kemerosotan yang drastis sekitar -17,49%. Hal ini tentunya membuat perekonomian Indonesia dan khususnya DKI Jakarta yang merupakan pusat perekonomina Indonesia mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi tetapi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 indonesia mengalami kebangkitan walaupun sedikit-demi sedikit. Kenapa demikian? Karena dengan memulai dari periode 1987 dimana Indonesia delapan tahun sebelum mengalami krisis dan berakhir pada periode 2009, dimana tiga belas tahun setelah mengalami krisis. Tabel 1.1 Data PDRB DKI Jakarta Atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2005-2009 Tahun Nilai PDRB Laju Pertumbuhan (Juta rupiah) (%) 2005 295.270.545,00 6,01 2006 312.826.713,00 5,95 2007 322.971.255,00 6,44 2008 353.539.057,00 6,22 2009 371.399.302,00 5,01 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka, 2010.
3
Pada perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi DKI Jakarta pada periode sebelumnya mengalami fluktuasi pertumbuhan ekonomi nasional dan perkembangan pertumbuhan pada Propinsi DKI Jakarta dimana pada tahun 2005 PDRB mengalami kenaikan sekitar 6,01 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit melambat 5,95 persen. Namun pada tahun 2007 dampak dari peningkatan harga tersebut mulai berkurang, perekonomian DKI tumbuh lebih cepat, yaitu 6,44 persen. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 perekonomian DKI Jakarta kembali melambat. Hal ini terjadi karena krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika dan menjalar ke Eropa dan sebagian negara Asia sedikit banyak turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama Jakarta, sehingga pada tahun 2009 PDRB mengalami penurunan sekitar 5,01 persen. ( BPS, 2010:18-21). Perannya sebagai ibu kota tidak hanya sekedar menjadi pusat pemerintahan, Jakarta berkembang menjadi pusat segala kegiatan, konsekuensinya sekitar 72 persen perekonomian Jakarta digerakkan oleh jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menciptakan nilai tambah sekitar 30 persen dari PDRB DKI Jakarta, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sekitar 20 persen. Sisanya, sekitar 22 persen disumbangkan oleh sektor jasa kemasyarakatan, jasa perorangan, dan jasa transportasi dan komunikasi. Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang
4
setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar angkatan kerja yang ada dapat diserap. Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya beli, sehinga permintaan akan meningkat (Todaro, 1997:63). Namun apabila Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. Tabel 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis kelamin di DKI jakarta 2005-2009 Tahun TPAK (%) 2005 63,08 2006 62,72 2007 61,04 2008 68,68 2009 66,60 Sumber data : sakernas BPS DKI jakarta, 2010
Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Daerah DKI Jakarta dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada pertengahan tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis 5
manejer, sehingga terjadi perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah tertentu, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari 2005 mengalami kenaikan sebesar 1,78 persen. Pada tabel 1.3 diatas memberikan gambaran bahwa perkembangan papada tahun 2005-2008 mengalami peningkatan dan penurunan yang relative pada tahun 2009, jumlah penduduk usia kerja di Jakarta yang masuk pasar kerja Jakarta, yang diukur dengan TPAK, setiap tahunnya rata-rata berjumlah 62,84 persen dari total penduduk bekerja (sekitar 4,2 juta jiwa). Setelah itu TPAK berangsur meningkat meskipun masih sangat berfluktuasi, dengan persentase tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 68,68 persen (sekitar 4,77 juta jiwa). (BPS, 2010:23). Melihat kondisi Jakarta yang sedimikian rupa maka peningkatan modal pada saat itu juga sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal dalam negeri serta penimgkatan volume perdagangan luar negeri melalui ekspor guna menambah cadangan devisa. Pada dasarnya Investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing.
6
Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan multinasional, lisensi, joint venture, dan lain-lain. Investasi oleh penduduk dalam negeri merupakan pengakuisisian surat-surat berharga luar negeri dan aset fisik. Investasi luar negeri dalam aset keuangan khususnya lembaga investasi dilakukan untuk mendiversifikasi resiko dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi daripada penghasilan yang diterima dengan investasi yang sebanding di dalam negeri. Investasi luar negeri langsung dalam bentuk fisik di dalam pabrik manufaktur yang baru dan cabang-cabang penjualan yang lebih bagi pengusaha multinasional. Kota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang paling padat dibandingkan dengan propinsi lainya diindonesia. Kepadatan penduduk kota Jakarta ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya dengan tujuan untuk menetap dijakarta untuk mencari nafkah. Hal ini disebabkan oleh produktifitas dijakarta sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi-propinsi lainya di Indonesia. Masyarakat pun beranggapan bahwa mencari uang atau mencari pekerjaan dijakarta lebih mudah karena lapangan pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan lapangan kerja yang ada dipropinsi lain di Indonesia, sehingga penduduk desa lebih banyak ingin mengadu nasib dijakarta dan itu semua
membuat
pendapatan
DKI Jakarta
meningkat
sehingga
tingkat
pertumbuhan ekonomi Jakarta saat ini ikut pula meningkat hal ini dikarenakan banyak factor, salah satunya adalah banyaknya investasi asing yang menanamkan modal dijakarta dan tingginya perkembangan ekspor dijakarta.
7
Tabel 1.3 Perkembangan penanaman modal asing (PMA) 2005-2009 Nilai persetujuan pemerintah Tahun PMA Proyek Investasi (Ribu US $) 2005 796 2.624.156 2006 801 2.635.281 2007 916 6.091.830 2008 434 9.927,8 2009 433 5.510,8 Sumber data: BPS, indicator ekonomi DKI Jakarta,2010
Berdasarkan tabel diatas, perkembangan penanaman modal asing (PMA) dalam kurun waktu 2005-2008 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 dimana bidang usaha jasa-jasa lainnya memberikan kontribusi yang besar sedangkan pada tahun 2006 nilai investasi yang disetujui sebesar 2.635.281 ribu US $. Tahun 2007 sebesar 6.091.830 ribu US $. Secara keseluruhan kurun waktu dari tahun 20052009 mengalami mengalami penurunan nilai investasi yang sangat berarti. Investasi di harapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta. Karena melihat perkembangan perekonomian Jakarta yang sangat tinggi dan merupakan ibu kota atau pusat perekonomian Indonesia, peran investasi dari luar
negeri (PMA) di harapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Jakarta, melihat investor-investor luar yang menanamkan modalnya di Jakarta, hal ini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Daerah DKI Jakarta. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musleh Jawas, 2008 menyatakan bahwa, Pengaruh investasi asing mempunyai arti penting terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor maka hal tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa Negara. Oleh karena 8
itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai penghasil devisa. Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri menjadi sangat penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan ekspor, tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan prasyarat bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi. Tabel 1.4 Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009 Tahun Nilai Ekspor Perubahan (%) ( Milyar US $) 2005 26.958.167.238 10,03 2006 29.809.517.841 10,58 2007 32.186.884.841 7,98 2008 36.090.170.062 12,13 2009 37.060.160.034 10,26 Sumber data : BPS, Ekspor DKI Jakarta, 2009
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, nilai ekspor DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan dimana nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2009 telah mencapai 37,06 milyar US $. Sedangkan pada tahun 2005 nilai ekspor baru mencapai 26,95 milyar US $. Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya bukan semata-mata akibat meningkatnya volume ekspor sebab pada saat terjadi penurunan volume ekspor, justru nilainya meningkat. Masalah terkait dalam meningkatkan pertumbuhan PDRB antara perekonomian tenaga kerja dimana melihat perkembangan ketenagakerjaan DKI jakarta yang merupakan tujuan utama bagi para pencari kerja pada tenaga kerja daerah akan menyebabkan meningkatnya pula urbanisasi dan peningkatan penawaran kesempatan tenaga kerja, sedangkan pada perdagangan internasional dimana investasi asing dan ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak 9
proses pemulihan ekonomi nasional. Dalam teori ekonomi makro (macro economi theory), hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan / atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuni Priadi Utomo mengenai ekspor mendorong pertumbuhan atau pertumbuhan mendorong ekspor mengatakan bahwa, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi indonesia. Ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan yang kemudian pandangan ini sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), investasi asing (PMA), dan ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya pada produk domestik regional bruto (PDRB). Dengan begitu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009 ”
10
B.
Rumusan Masalah Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
oleh pemerintah khususnya daerah/kota Jakarta menarik untuk dilihat. Salah satu indikator yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi adalah PDRB. Pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja, investasi asing dan ekspor merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya perkembangan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Data BPS yang ada menunjukan bahwa pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja, investasi asing dan ekspor ekonomi DKI Jakarta saat itu berpengaruh terhadap fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini sangat terlihat jelas dalam perkembangan dan permasalahan perekonomian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka pertanyaan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah : 1. Sejauh mana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap PDRB DKI Jakarta? 2. Sejauh mana pengaruh Investasi Asing (PMA) terhadap PDRB DKI Jakarta? 3. Sejauh mana pengaruh Ekspor terhadap PDRB DKI Jakarta? 4. Sejauh mana pengaruh TPAK, PMA, dan Ekspor secara bersama-sama terhadap PDRB DKI Jakarta?
11
C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap PDRB DKI Jakarta. b. Untuk menganalisis pengaruh Investasi Asing (PMA) terhadap PDRB DKI Jakarta. c. Untuk menganalisis pengaruh Ekspor terhadap PDRB DKI Jakarta. d. Untuk menganalisis pengaruh TPAK, PMA dan Ekspor secara bersama-sama terhadap PDRB DKI Jakarta.
D.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi input dan dasar pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang terjadi. b. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya. c. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan ilmu social Universitas Syarief Hidayatullah Jakarta (UIN).
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pertumbuhan Ekonomi 1.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad,2004:13) Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan
13
negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami penurunan.
2.
Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi Menurut
ekonom
Klasik,
Smith,
pertumbuhan
ekonomi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad, 2004: 94). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga : 1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian. 2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja. 3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output. Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sector-sektor
dalam
menggunakan
faktor-faktor
produksinya.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.
14
Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi, teori produksi klasik sederhana adalah : Q = f (K,L) Persamaan diatas secara sederhana menunjukan factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dari banyaknya berbagai factor yang ada, untuk analisis pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga dapat kita tulis dengan persamaan: Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT) Dimana : Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi Δ K = tingkat pertambahan barang modal Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja Δ T = tingkat pertambahan teknologi Dari persamaan diatas dapat dijelaskan beberapa factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rahardja,2004:125). a. Barang Modal Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus bertambah, penambahan stok barang modal dilakukan lewat investasi. Karena itu salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah menangani factor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi. Yang juga harus dingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika investasi neto lebih besar dari pada nol. Sebab,
15
jika investasi neto sama dengan nol, perekonomian hanya dapat berproduksi pada tingkat sebelumya. Akan lebih baik lagi, jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai peningkatan kualitas b. Tenaga kerja Sampai saat ini, tenaga kerja (TK) masih merupakan factor produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan TK akan terus meningkatkan output. Hal ini tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitanya dengan kemajuan teknologi produksi. Selama ada sineji antara TK dan teknologi, penambahan TK akan memacu pertumbuhan ekonomi. c. Teknologi Dapat dipastikan bahwa penggunaan teknologi yang tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan output. Namun apakah hal itu berarti makin baik ?, tujuan akhir pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat yang adil dan sejahtera. Kemajuan teknologi membuat kesempatan kerja bertambah maupun berkurang, hal itu sudah dibahas sebelumnya. Dengan penggunaan teknologi, manusia dapat memanfaatkan secara
16
optimal apa yang ada dalam diri dan lingkungannya. Bahkan kelebihan penggunaan teknologi tepat guna ditetankan dalam pemborosan penggunaan SDA atau energi proses produksi.
3.
Indikator Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting
guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara. ”pertumbuhan”
(growth)
tidak
identik
dengan
”pembangunan”
(development) Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas. Pendapatan nasional menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada suatu tahun tertentu. Sedangkan pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan ekonomi suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Gt = Dimana:
𝑌𝑟𝑡 −𝑌𝑟𝑡−1 𝑌𝑟𝑡−1
𝑥 100%
Gt
= tingkat pertumbuhan ekonomi
Yrt
= pendapatan nasional riil pada tahun t
Yrt-1
= pendapatan nasional riil pada tahun t-1. 17
Salah satu sasaran pembangunan ekonomi
daerah adalah
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakankebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya. 4.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow
Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni: Y = Aeμt . Kα . L1-α Y = Produk Domestik Bruto K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni
18
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni ; a. kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, yaitu melalui pertumbuhan dan kuantitas tenaga kerja. b. penambahan modal, yaitu melalui tabungan dan investasi. c. penyempurnaan teknologi, dimana kualitas teknologi canggih dan modern dapat meningkatkan pertumbuhan output. (Todaro,2000: 98). Teori pertumbuhan Neoklasik dapat disajikan dalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana output merupakan fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan adalah skala pengembalian yang konstan (constant returns to scale). (Arsyad, 2010 : 90) Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara berikut: Qt = Tt Kta Ltb Dimana ;
Qt
= tingkat produksi pada tahun t
Tt
= tingkat teknologi pada tahun t
Kt
= jumlah stok barang modal pada tahun t
Lt
= jumlah tenaga kerja pada tahun t
a
= pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal
b
= pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja
19
5.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu
jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Pengertian PDRB menurut Tarigan (2005:18-19) yaitu jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah
nilai
produksi
(output)
dikurangi
dengan
biaya
antara
(intermedicate cost). Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi). 1. Metode Langsung Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2004: 26). Seperti dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :
20
a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach) PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu
tertentu
(setahun). Perhitungan PDRB melalui
pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added). Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi adalah dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan dari sektor-sektor produktif. Rumusnya :
Y=
𝑃 .𝑄
Y = P1 . Q1 + P2 . Q2 + .... + Pn . Qn Ket :
P = harga produk dari sektor tertentu Q = Jumlah (volume) produk dari sektor itu
Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga
21
modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005:25). Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian; pertambangan dan penggalian; industry pengolahan; listrik,
gas
dan
air
minum;
bangunan
dan
konstruksi;
perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi.
b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang komponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2004:27). Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan yaitu ;
22
Rumusnya : Ket :
Y = Yw + YI + YR + YP
W = upah I = bunga R = sewa
c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach). PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2004:27). Cara perhitungan pendapatan menurut pendekatan Pengeluaran adalah dengan menjumlahkan semua pengeluaran. Rumusnya :
Y = C + I + G + (X-M)
Ket :
C
= pengeluaran konsumsi
I
= pengeluaran produsen (income)
G
= pengeluaran pemerintah
X-M
= pengeluaran luar negeri / ekspor neto (ekspor-
impor) 2. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang
23
lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor. Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut : a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
24
B.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 1.
Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Sukirno (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga
kerja yang terdapat dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan yang menggangur yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan keja adalah mereka yang masih sekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau menerima pendapatan. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja, yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang telah berusia 15-64 tahun keatas yng berpotensi memproduksi barang dan jasa. Besarnya angkatan kerja tergantung pada tingkat partisipasi angkatan kerja (labour force participation rate) yaitu berapa persen dari tenaga kerja yang akan menjadi angkatan kerja dan pengertian dari angkatan kerja itu sendiri adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Dan dalam konsep “Labour Force Participation Rate” angkatan kerja mempunyai refrensi waktu yang pasti misalnya satu minggu dan sebagainya. Menurut konsep ini berfokus kepada mereka yang bekerja.
25
Jadi mereka yang bukan pekerja (yaitu: penggangguran/pencari pekerjaan) dianggap sebagai kelompok residual. Gambar 2.1 Skema Angkatan Kerja Penduduk
Tenaga Kerja
Bukan Tenaga Kerja
Bukan Angkatan Kerja
Angkatan Kerja
Menganggur
Bekerja
Setengah Pengangguran
Sekolah
Mengurus Rumah tangga
Penerima Pendapatan
Bekerja Penuh
Sumber : Supas, Jakarta.
Dalam ilmu kependudukan (Demografi) orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-65 tahun. Tetapi tidak semua orang yang berusia 15-65 tahun dihitung sebagai angkatan kerja, yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15-65 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja,sedangkan yang tidak mencari kerja, masuk dalam rumah tangga dan sekolah. Pada Gambar 2.1 diatas terlihat bahwa jumlah penduduk satu Negara dapat dibedakan menjadi usia kerja (15-65 tahun) dan bukan usia
26
kerja. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah mereka yang mencari kerja atau bekerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan indicator yang dipergunakan dalam melihat perkembangan tingkat tenaga kerja di Indonesia. Tujuan menghitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) : Untuk memperoleh gambaran tentang persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Dilihat dari sisi kerja, TPAK yang rendah ditemui pada kelompok penduduk usia kerja wanita dan pada penduduk usia muda. Sedangkan dari sisi tingkat kemudahan atau kesulitan untuk mendapatkan kerja, nilai TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja dan sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2005, di Indonesia terdapat 155,5 juta penduduk usia kerja, sekitar 60,61 persen dari mereka berada di Pulau Jawa. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 angkatan kerja. Kenaikan TPAK antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang belum setabil, sehingga memberikan pengaruh
27
terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan membeirikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja.
2.
Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah Rasio antara jumlah angkatan kerja dengan pendudduk usia kerja, dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑃𝐴𝐾 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
x 100%
Angka TPAK tidak hanya dapat disajikan untuk menghitung TPAK dari seluruh penduduk usia kerja, namun dapat juga digunakan untuk menghitung TPAK penduduk usia kerja dengan spesifikasi yang lebih khusus seperti umur, jenis kelamin, atau tempat tinggal (desa,kota).
3.
Teori Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut
teori
Solow,
pertumbuhan
tergantung
kepada
pertambahan penyediaan factor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan modal akumulasi) dan tingkat kemajuan teknologi. Lebih dalam teori ini mengembangkan tentang rasio modal output yang dapat berubah-ubah. Dimana untuk menghasilkan sejumlah output tertentu,dapat menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja yang berbeda-beda. (Arsyad, 2010:89)
28
Kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efisiensi yang berbeda pula. Dengan kata lain, pada suatu kombinasi tertentu antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan otput yang optimal dan lebih efisiensi dibandingkan kombinasi lainnya sehingga dengan input yang kecil mampu menghasilan output yang optimal, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang positif. Dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu factor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDRB.
C.
Investasi 1.
Pengertian Investasi Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan” . Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sector produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer
29
berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah: a. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia; b. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya; c. Kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi
di
bidang
pengembangan
sumberdaya
manusia
akan
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan masyarakat
terus
menerus
investasi
meningkatkan
memungkinkan suatu
kegiatan
ekonomi
dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni ;
30
1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja; 2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; 3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
2.
Teori Investasi Harrod Domar Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan
ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitik beratkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah. (Arsyad, 2010:84) Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa: 1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan faktor-faktor produksi yang ada juga dimanfaatkan secara penuh (full utilization). 2. Perekonomian terdiri dari dua sektor : sektor Rumah Tangga dan Perusahaan. 3. Besarnya
tabungan
masyarakat
proporsional
dengan
besarnya
pendapatan nasional. 4. Kecenderungan menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital Output
Ratio=
COR)
dan
rasio
penambahan
modal-output
31
(Incremental Capital Output Ratio) dimana persamaanya sebagai berikut; COR = k sehingga, k =
𝐾 𝑌
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘 =
∆𝐾 ∆𝑌
𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐾 =
𝑘. ∆𝑌 Dimana; K = stok modal, Y = output total dan k = COR. Teori ini memiliki kelemahan yakni (MPS) kecendrungan menabung
dan
(ICOR)
ratio
pertambahan
modal-output
dalam
kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi. Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi
keuntungan
dari
investasi
komplementer
(complementary
investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah 32
berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung. Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing. Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.
3.
Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman modal asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang
berasal dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (Direct Investment) maupun investasi tidak langsung (Portofolio). (Suyatno, 2003;72) Untuk membangun suatu perekonomian harus memiliki Social Overhead Capital yaitu proyek-proyek raksasa yang
33
diperlukan untuk memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, rel kereta api, proyek irigasi dan bendungan, serta sarana kesehatan umum. Semua ini memerlukan investasi yang sangat besar yang cenderung bersifat sekaligus. Tidak ada seorang pun atau perusahaan kecil yang mampu membangun suatu sistem jalan raya. Tidak ada perusahaan yang bisa berharap mendapatkan laba jika dana yang diperlukan tidak mampu disediakan oleh pemerintah. Disinilah manfaat proyek investasi skala besar yang kesemuanya itu berasal dari luar negeri yang dapat menyebar ke seluruh perekonomian. 1. Investasi Langsung (Direct Investment) Investasi langsung (Direct Investment) merupakan investasi yang melibatkan pihak investor secara langsung dalam operasional usaha yang akan di laksanakan, sehingga dinamika usaha yang menyangkut kebijakan perusahaan yang di tetapkan, tujuan yang hendak di capai, tidak lepas dari pihak yang berkepentingan (investor asing). Investasi langsung, langsung di perjual belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market) dan pasar turunan (derivative market) 2. Investasi Tidak Langsung (Portofolio) Investasi
tidak
langsung
(portofolio)
merupakan
investasi
keuangan yang di lakukan di luar negeri. Investor membeli uang atau ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat finansial dari investasi tersebut. Bentuk investasi portofolio yang sering di temui adalah
34
pembelian obligasi/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen di perusahaan investasi.
4.
Investasi Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi Dalam pengertian investasi riel dibedakan antara investasi bruto
dan investasi netto, investasi swasta dan investasi pemerintah, serta investasi domestik dan investasi asing. Dua pasangan pengertian investasi riel yang terakhir jelas merupakan pembedaan dari segi pemiliknya saja yaitu apakah merupakan milik serta dilakukan pemerintah atau oleh swasta, dan merupakan milik serta dilakukan oleh orang asing atau oleh warga negara sendiri. Istilah investasi bruto swasta domestik menunjukkan investasi pada mesin-mesin, peralatan serta gedung-gedung yang habis dikonsumsi dalam proses produksi pada tahun berjalan ditambah dengan tambahan netto persediaan barang-barang kapital. Konsumsi pemakaian barang-barang kapital merupakan penyusutan. Jadi investasi bruto adalah investasi pengganti ditambah investasi bersih atau investasi tambahan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari investasi nettonya, bila investasi bruto melebihi penyusutan atau investasi penggantinya maka terdapat investasi netto dan perekonomian negara tersebut mengalami perluasan. Perekonomian suatu negara mengalami stagnasi atau penurunan bila investasi netto negatif atau dimana investasi bruto lebih kecil daripada investasi pengganti.
35
Dunia usaha mengadakan investasi didorong oleh pertimbangan ekspektasi keuntungan jangka panjang yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, pertumbuhan penduduk serta faktor-faktor lain. Investasi bervariasi secara langsung dengan pendapatan, hal ini karena investasi berhubungan dengan keuntungan, dan sebagian besar investasi dibiayai secara internal dari keuntungan perusahaan. Bila pendapatan naik, keuntungan juga naik dan demikian pula tingkat investasi. Bila tingkat pendapatan atau output rendah, ini berarti dunia usaha mempunyai cukup banyak kelebihan kapasitas produksi hingga tak ada dorongan membeli barang-barang kapital baru. Pengaruh investasi asing langsung terhadap pertumbuhan ekonomi merupakan arti penting bagi negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Sampai saat ini konsep pembangunan dengan menggunakan modal asing masih sering menimbulkan pendapat. Foreign Direct Investment (FDI) dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan melalui Penanaman Modal Asing (PMA), modal asing dapat memberikan kontribusi yang lebih baik kedalam proses pembangunan. Oleh karena itu, beberapa negara berkembang di Asia Timur, termasuk Indonesia, berusaha memberikan insentif kepada masuknya modal asing dalam bentuk FDI/ PMA ini. Disisi lain, negara pengekspor kapital juga memberikan insentif kepada sektor swasta berupa insentif pajak, jaminan dan asuransi atas investasi untuk mendorong FDI ke negara berkembang.
36
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus-menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Pengaruh dari peran ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian. Pertama, investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kepastian memproduksi dimasa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Perkembangan akan memberikan sumbangan penting ke atas kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita masyarakat (Sukirno,2000: 367).
D.
Ekspor 1.
Pengertian Ekspor Kegiatan
ekspor
adalah sistem perdagangan dengan
cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. (Hamdani, 2007:12), sedangkan menurut Priadi (2000:43) ekspor adalah sistem perdagangan
37
dengan cara mengeluarkan barang-barang dalam negeri keluar negeri untuk memenuhi ketentuan yang berlaku. Menurut Mankiw (2006:128) ekspor adalah penjualan berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri ke luar negeri. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. (Jhingan, 2000:448). Ekspor
maupun
impor
merupakan
faktor
penting
dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasarpasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu pertumbuhan dalam negeri membantu dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja. Ekspor dapat membantu pertumbuhan dalam negeri dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap
38
daerah/kota perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro dan Smith, 2004:28).
2.
Teori Ekspor a. Teori Hecksher-Ohlin Teori
modern
ini
dalam
perdagangan
internasional
dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dalam bukunya “ Interregional and International trade” yang didasarkan sebagian atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher, yang ditulisnya pada tahun 1919. Dengan demikian dikenal teori Hecksher-Ohlin. (Soelistyo dan Nopirin, 1977:54) Dalam model Hecksher-Ohlin yang sederhana ada beberapa anggapan yaitu; 1) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital. 2) Dua barang yang mempunyai “kepadatan” factor produksi yang tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih padat capital. 3) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua factor produksi yang berbeda. (Boediono, 2000:59).
39
Inti dari model Hecksher-Ohlin yang diuraikan diatas adalah suatu Negara lebih cenderung untuk mengekspor barang yang menggunakan lebih banyak factor produksi relative melimpah dinegara tersebut. b. Model “Dua Kesenjangan” (Two Gap) Model dua kesenjangan (Two Gap model) ini mengatakan bahwa Negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala berupa keterbatasan tabungan domestic yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada. Secara sederhana model dua kesenjangan sebagai berikut; 1) Kesenjangan tabungan. Dimulai dengan identitas hubungan antara arus pemasukan modal (misalnya, selisih antara ekspor dan impor) dan dengan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk investasi. 2) Kesenjangan devisa. Didalamnya terdapat perkembangan investasi yaitu antara impor dan ekspor, dalam hal ini tingkat ekspor eksogen, dimana arus modal, pendapatan dan ekspor secara eksogen (ditentukan dari luar). Maka salah satu dari kedua ketidaksamaan diatas yang akan menjadi factor penghambat tingkat investasi akan tertekan menjadi lebih rendah oleh salah satu ketidaksamaan tersebut. (Todaro, 1998:169-171).
40
3.
Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah
negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasajasa pada suatu tahun tertentu Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan
tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000:448). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktorfaktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja.
41
Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya (Todaro dan Smith, 2004:28 ). Ekspor mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi, artinya ketika ekspor mengalami kenaikan maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan dan sebaliknya apabila ekspor mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
E.
Penelitian Sebelumnya Prabowo Supranto (2004), dalam penelitiannya “Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 1986-2002”. Data yang digunakan dalam bentuk data tahunan tahun 1986-2002. Dan alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Variabel bebas yang digunakan adalah investasi asing, total nilai ekspor, jumlah tenaga kerja, tabungan domestik dan hutang luar negeri. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel investasi asing, total nilai ekpor, jumlah tenaga kerja, dan tabungan
domestik,
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan hutang luar negeri, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
42
Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2008), dengan judul ” Determinan Investasi di daerah: studi kasus propinsi di indonesia”. Dalam penelitian ini menggunakan data panel dan translog model, analisis regresi panel dan pendekatan ekonometri. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah market size (PDRB), indicator infrastruktur (listrik), indikator ketenagakerjaan (angkatan kerja dan upah minimum propinsi), indicator ekonomi (ekspor netto danlaju inflasi). Sedangkan variabel terikatnya adalah factor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam memilih lokasi tujuan untuk berinvestasi yaitu, PMA dan PMDN. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa variabel market size (PDRB) berpengaruh di daerah tetapi dengan arah yang negative, untuk indicator infrastruktur yaitu listrik terpasang tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi investasi, sedangkan indicator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan kerja yang berpengaruh dan negative, dan untuk indicator keterbukaan ekonomi yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap lokasi berinvestasi. Rahmad Bagiyo (2007) “ Analisis kausalitas antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”. Dari penelitian ini menunjukan bahwa pada periode 1979 Pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja saat itu mengalami kenaikan dan dimana angkatan kerja memulai pekerjaanya untuk menghasikan barang dan jasa yang bernilai ekonomis. Pada pertengahan tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis manejer, sehingga terjadi
43
perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah tertentu, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan, Namun pada tahun 2004 sampai 2005 perkembangan ketenagakerjaan mulai mngalami kenaikan yang berarti. Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati hubungan antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan produk domestic regional bruto didaerah khusus ibu kota Jakarta. Ingin diteliti apakah didaerah ibu kota jakarta telah terjadi mekanisme tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mendorong pertumbuhan PDRB ataukah pertumbuhan PDRB mendororng TPAK. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa TPAK tampaknya tidak terjadi motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi PDRB ibu kota Jakarta. Rus’an Nasrudin dan Nining I. Soesilo (2004) “Perkembangan Perbankan Indonesia: Analisis Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia dan Penyebab-penyebabnya dengan Data Panel 19831999”. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah regresi linier dengan pendekatan kuadrat terkecil (OLS) dengan teknik data panel. Variabel terikat yang dipakai adalah tingkat pertumbuhan ekonomi perkapita riil/PDRB harga konstan masing-masing daerah. Kemudian variabel bebas dalam model data panel ini adalah indicator perkembangan
44
perbankan yang didefinisikan dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen utama, kredit, asset dan dana pihak ketiga yang terhimpun. Dari hasil yang diperoleh bahwa factor penyebab beragamnya pengaruh perkembangan
perbankan
dan
pertumbuhan
ekonomi
pada
sisi
intermediasi pada kredit berpengaruh positif yang dipengaruhi oleh fungsi permintaan kredit yaitu factor penarikan investasi di suatu daerah dan du factor lainnya yaitu factor produksi yaitu biaya tenaga kerja dan ketersediaannya. Secara umum
indicator perbankan
menunjukkan
hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Yuni Priadi Utomo (2000) mengenai “Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor”. Sejak industrialisai Indonesia masih bersifat substitusi impor pada periode 1970-an, hingga Indonesia mulai beralih ke strategi promosi ekspor karena krisis harga minyak yang mencapai titik terendah pada agustus 1986, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (export led growth).
45
Dipilihnya strategi industrialisasi promosi ekspor pada hakekatnya dilandasi keyakinan bahwa ekspor akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (export led growth atau export as an angine of growth), padahal dari hasil berbagai penelitian tentang pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian empiris mengenai apakah mekanisme export led grotwh memang telah terjadi di Indonesia. Apabila mekanisme export led growth ternyata tidak terbukti, berati peralihan strategi industrialisasi tersebut adalah sia-sia. Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati hubungan antara ekspor dan pendapatan nasional di Indonesia. Ingin diteliti apakah di Indonesia telah terjadi mekanisme ekspor mendorong pertumbuhan ataukah pertumbuhan mendororng ekspor. Hasil analisis tersebut memperlihatkan bahwa mekanisme export led growth ataupun growth led export ternyata tidak terjadi di Indonesia. Ekspor tampaknya menjadi motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nushiwat, Munter, (2010) “ Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi A Re-Pemeriksaan atas hubungan kausalitas di Enam Negara 1981-2005 ” Pada penelitian ini dikatakan bahwa, dalam banyak kasusu, kausalitas berlangsung dari pertumbuhan ekonomi ke ekspor pertumbuhan. Untuk mendudkung argument ini, dimulai dengan memeriksa bukti mengenai kausalitas dalam studi empiris yang dilakukan pada subjek ini, dalam
46
penelitian ini menguji secara empiris dengan arah sebab-akibat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Alat analisis yang digunakan adalah metode uji kausalitas Granger pada data time series dari enam negara (Brasil, India, Indonesia, Korea Selatan, Meksiko dan Thailand). Hasil dari pengujian mengungkapkan bahwa ekspor saling mempengaruhi yaitu, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ekspor dan ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Svetlana Ledyaeva dan Mikael Linden, (2006) “ Investasi Asing Langsung dan Pertumbuhan Ekonomi: Bukti Empiris dari daerah Rusia. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah model Solow-Swan Neoklasik yang ditentukan untuk menentukan dampak FDI terhadap pertumbuhan per kapita di 74 wilayah Rusia selama periode 1996-2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model data panel dalam estimasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada FDI umum (komponen investasi terkait) tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Rusia pada periode yang dianalisis. Daerah pertumbuhan menjelaskan berawal dari tingkat perkembangan ekonomi, krisis keuangan 1998, investasi domestic, dan ekspor. Namun beberapa bukti FDI berpengaruh positif terhadap agregat pendapatan yang lebih tinggi. Hasil lain yang menarik adalah ketersediaan sumber daya alam yang merangsang pertumbuhan wilayah, sedangkan daerah miskin tidak signifikan. FDI memainkan peranan penting dalam proses pertumbuhan baru wilayah Rusia.
47
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya No. 1.
2.
3.
Peneliti
Tahun Judul Peneliti Yuni Priadi 2000 Ekspor Utomo mendorong pertumbuhan atau pertumbuhan mendorong ekspor Prabowo 2004 Analisis FaktorSupranto faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 1986-2002 Rus’an 2004 “Perkembangan Nasrudin dan Perbankan Nining I. Indonesia: Soesilo Analisis Dampak terhadap terhadap pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Regional Indonesia dan Penyebabpenyebabnya dengan Data Panel 1983-1999”.
4.
Svetlana Ledyaeva dan Mikael Linden
2006
5.
Rahmad Bagiyo
2007
Metode
Hasil
Kausalitas Granger
sifnifikan antara ekspor dan PDB, sebaliknya juga begitu.
Regresi berganda dan OLS.
Variable investasi asing, total nilai ekspor, jumlah tenaga kerja dan tabungan domestic berpengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi. OLS Variabel terikat adalah dengan tingkat pertumbuhan teknik ekonomi perkapita data panel. riil/PDRB harga konstan masing-masing daerah. variabel bebas adalah indicator perkembangan perbankan yang didefinisikan dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen utama, kredit, asset dan dana pihak ketiga yang terhimpun. Secara umum indicator perbankan menunjukkan hubungan positif Data panel FDI berpengaruh positif terhadap agregat pendapatan dan daerah miskin tidak signifikan
Investasi Asing Langsung dan Pertumbuhan Ekonomi: Bukti Empiris daerah Rusia. Analisis kausalitas Kausalitas antara tingkat Granger partisipasi angkatan kerja dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”
TPAK tidak signifikan terhadap PDRB, sebaliknya pun begitu, PDRB tidak signifikan terhadap TPAK.
48
6.
Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin
2008
Determinan Investasi di daerah: studi kasus propinsi di indonesia”
Kausalitas Granger
7.
Nushiwat, Munter
2010
Ekspor dan Kausalitas Pertumbuhan Granger Ekonomi A RePemeriksaan atas hubungan kausalitas di Enam Negara 1981-2005
Variabel market size (PDRB) berpengaruh negative, untuk indicator infrastruktur yaitu listrik tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi investasi, sedangkan indicator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan kerja yang berpengaruh dan negative, untuk indicator keterbukaan ekonomi yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap lokasi berinvestasi. Variabel Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi saling mempengaruhi
Sumber : Berbagai Jurnal
F.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2010:26). Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka pemikiran penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Variabel bebas yang terdiri dari Tingkat pertisipasi angkatan kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), Ekspor DKI Jakarta
49
(sebagai variable bebas) berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB (sebagai variabel terikatnya). Tingkat Partisipasi Angkatan kerja merupakan indikator yang dipergunakan untuk melihat perkembangan tingkat tenaga kerja di DKI Jakarta. Tujuan menghitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) untuk memperoleh gambaran tentang persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Nilai TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja dan sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia begitu juga dapat menambah pendapatan nasional akan pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Di sisi lain, investasi Asing pada penanaman modal asing (PMA) juga berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan PDRB. Peran investasi dari luar negeri (PMA) di harapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Jakarta, meningkatnyan PMA akan mendorong pertumbuhan
ekonomi
karena
kenaikan
PMA
dapat
memacu
perekonomian terutama bagi sektor-sektor yang ada, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik, diharapkan investor-investor asing dapat bertahan
dalam
berinvestasi
menanamkan
modalnya.
Selain
itu
perkembangan ekspor juga membantu dalam meningkatkan perekonomian wilayah Jakarta, hal ini menyebabkan meningkatnya devisa dan pendapatan pajak, dan dapat mendorong pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang digambarkan dalam skema adalah sebagai berikut :
50
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor Terhadap PDRB di DKI Jakarta periode 1987-2009 Latar Belakang PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. PDRB menjadi perhatian penting karena merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Dimana apabila naik turunya PDRB akan berdampak terhadap variable makro ekonomi lainnya.
Perumusan Masalah 1.Sejauh mana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap PDRB. 2.Sejauh mana pengaruh Investasi Asing ( PMA) terhadap PDRB. 3.Sejauh mana pengaruh Ekspor terhadap PDRB. 4.Sejauh mana pengaruh TPAK, PMA, dan Ekspor secara bersama-sama terhadap PDRB.
Tujuan 1. Menganalisis bagaimana pengaruh TPAK terhadap PDRB. 2. Menganalisis bagaimana pengaruh PMA terhadap PDRB. 3. Menganalisis bagaimana pengaruh Ekspor terhadap PDRB. 4. Menganalisis bagaimana pengaruh TPAK, PMA dan Ekspor secara bersama-sama terhadap PDRB.
Variabel Dependen : PDRB Metode Analisis : Model Regresi Berganda Hasil
Variabel Independn : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penanaman Modal Asing (PMA) Ekspor (EXP)
Kesimpulan dan Implikasi
51
G.
Hipotesis Penelitian: Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) diduga berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Ha:β1≠0 Diduga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Ho:β1=0 Diduga
Tingkat
Partisipasi
Angkatan
Kerja
tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. 2. Investasi Asing (PMA) diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Ha:β2≠0 Diduga Investasi Asing berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Ho:β2=0 Diduga Investasi Asing tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. 3. Ekspor diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Ha:β3≠0 Diduga
Ekspor
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Ho:β3=0 Diduga Ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
52
4.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor diduga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Ha:β1, β2, β3 ≠0
Diduga
Tingkat
Partisipasi
Angkatan
Kerja,
Investasi Asing dan Ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Ho:β1, β2, β3 =0
Diduga
Tingkat
Partisipasi
Angkatan
Kerja,
Investasi Asing dan Ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data kuantitatif. Dimana data kuantitatif adalah data yang bersifat numerik atau angka (Lukman,2007:4). Penelitian ini menggunakan studi literature tentang pengaruh PDRB, TPAK, PMA, dan Ekspor di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi time series dari tahun 1987-2009. Serta pengolahan data dengan menggunakan metode regresi berganda dan alat pengolahan data menggunakan eviews 5.
B. Metode Pengumpulan Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,2003:104). Sedangkan sampling ,adalah proses memilih sejumlah elemen dari sebuah populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi. Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105) : 1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dikendaki.
54
2. Sampel yang baik menidentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel. 3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh dalam pemilihan sampel dari pada harus melakukan sensus. 4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika. Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut (Kuncoro, 2003:108) : 1. Penentuan Populasi 2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel 3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel 4. Penentuan Desain sampel 5. Penentuan Jumlah Sampel 6. Pemilihan Sampel
C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari data-data statistik yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta.
55
D. Metode Analisis Data Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda dan secara umum model regresi berganda sebagai berikut :
Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian di transformasikan kedalam bentuk persamaan logaritma natural, persamaannya adalah sebagai berikut :
LogPDRB = α + β1LogTPAK + β2LogPMA + β3LogEXP + μi Dimana : LPDRB
: Produk Domestik Regional Bruto
TPAK
: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
LPMA
: Penanaman Modal Asing
LEXP
: Ekspor
α
: Intercept / Konstan
i
: Observasi ke i
μ
: Kesalahan yang disebabkan oleh faktor acak
β1, β2, β3,
: Parameter Elastisitas
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variable independen dengan variable dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variable independen dengan variable
dependen
apakah
masing-masing
variable
independen 56
berhubungan positif atau negative dan untuk memperediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro, 2003:216). Menurut Widarjono, 2007:23-25, metode OLS adalah metode mencari nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Model dasar dari persamaan estimasi OLS akan dikembangkan menjadi model dinamis dan menaksir variabel dependen berdasarkan Regresi. Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uiji stasioneritas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas, juga uji statistik yang meiliputi uji signifikansi parameter individu (uji statistik t), uji sinifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (R2).
1. Uji Stasioneritas Menurut Nachrowi (2006:339-340) sebagai mana diketahui bahwa data time series merupakan data sekumpulan nilai suatau variable yang diambil pada waktu yang berbeda. Setiap data ditampilkan secara
57
berkala pada interval waktu tertentu, misalnya : harian, triwulan, tahunan, dan sebagainya. Dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik begitu pentingnya data tersebut, ternyata data time series “menyimpan” berbagai permasalahan yaitu salah satunya masalah atokorelasi. Autokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data distasionerkan maka Autokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi adat untuk membuat data yang tidak stasioner menjadi stasioner sama dengan tranformasi data untuk menghilangkan otokorelasi. Dengan kondisi seperti diatas, maka dapat diduga bahwa sangat banyak metode dalam membuat model-model ekonometrika dengan data time series yang mengharuskan kita menggunakan data yang stasioner. Jadi, dapatlah mengerti mengapa stasioneritas menjadi masalah penting dalam analisis data time series. Sekumpulan data yang dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan. Uji Unit Root Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji formal yang dikenal dengan sebutan uji akar unit root atau “Uji Unit Root (uji
58
ADF)” uji ini merupakan pengujian yang sangat popular, dan dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller yang disebut Uji Augented Dickey-Fuller (ADF) test. (Nachrowi, 2006:353).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variable yang akan digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya : dengan uji jarque-bera atau Histrogram Normality Test. Suatu variable dikatakan normal jika korelogram pada gambar
menunjukan
bahwa
residual
berdistribusi
normal
(Winarno,Wing Wahyu, 2007:816). Hal ini ditunjukan oleh : a. Kurva yang mengikuti bentuk lonceng. b. Nilai statistic jarque-bera memiliki probabilitas yang jauh lebih besar dari pada 0,05 atau 5 %
b. UJi Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan kesalahan penggangu dari periode tertentu (μt) berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya (μt-1). Dalam keadaan ini kesalahan
59
pengganggu telah bebas, tetapi satu sama lain berhubungan. Apabila kesalahan penggangu dari suatu periode (waktu t) berkorelasi
dengan
kesalahan-kesalahan
penggangu
periode
sebelumnya (waktu t-i), maka terjadi kasus korelasi serial sederhana atau disebut autokorelasi tingkat pertama. Pengujian terhadap autokorelasi dapat diuji breuschh-Godfrey nama lain dari uji BG ini adlah uji langrange multiplier (LM test atau pengganda langrange). Apabila probabilitas kesalahan (dalam LM test) lebih kecil dari
= 5 % maka terdapat autokorelasi dan
apabila probabilitas kesalahan lebih besar dari
= 5 % maka
tidak terdapat autokorelasi, (Winarno,Wing Wahyu, 2007:527)
c. Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu tidak memilki varian yang sama (Winarno, Wing,Wahyu 2007:5.8). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas adalah dengan uji white. Asumsi yang digunakan ialah jika nilai χ2 hitung (Obs*R-Squared) < χ2 tabel atau variabel penggangu dan persamaan regresi mempunyai varian yang sama maka uji white test tidak memiliki masalah heterokedastisitas. Atau dapat diketahui dengan melihat nilai probablity, jika nilai probability Obs*R-Sqauared > 0,05 atau α 5%, maka tidak terdapat masalah heterokedastisitas.
60
d. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikoleniaritas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variable dependen dan satu variable independen), (Winarno, Wing Wahyu, 2007:51). Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antara variabel independen. Kondisi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut, yaitu : 1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan. 2) Dengan
menghitung
koefisien
korelasi
antarvariabel
independen. Apabila koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas. 3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel, sebagai variabel dependen dan variabel independen lain tetap diperlakukan sebagai variabel independen. Pengujian Multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan metode deteksi Klien, yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi model regresi aslinya. Jika koefisien determinasi auxiliary lebih besar dari 61
koefisien determinasi model regresi aslinya, maka terjadi permasalahan multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam model penelitian (Widarjono, 2007:117).
3. Uji Statistik Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji t, Uji F dan Koefisien Determinasi (R2). a. Uji Siginifikansi Individual (Uji t-Statistik) Uji t digunakan untuk menguji hubungan regresi secara parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat signifikan setiap variable bebas terhadap variable terikatnya dalam model regresi.
Jika t statistik < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variable independen terhadap variable dependen.
Jika t statistik > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada pengaruh antara variable independen terhadap variable dependen. Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan tertentu adalah
5% yang artinya tingkat kesalahan suatu variable adala 5% atau 0,05 sedangkan tingkat keyakinannya adalah 95% atau 0,95. Jadi
62
apabila tingkat kesalahan suatu variable > 5% atau 0,05 berarti variable tersebut tidak signifikan dan begitu sebaliknya. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Stastik) Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Widarjono,2007:73). Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut : 1) Jika F-hitung < F tabel, maka Ho diterima yang berarti secara bersama-sama
variabel
independen
secara
signifikan
tidak
dipengaruhi variabel dependen. 2) Jika F-hitung > F tabel, maka Ha ditolak yang berarti secara bersama-sama
variabel
independen
secara
signifikan
mempengaruhi variabel dependen. Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai Ftabel dengan F-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersamasama mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219).
63
2
c. Koefisien Determinasi R (Goodness Of Fit) Koefisien Determinasi adalah kemampuan model dalam menjelaskan hubungan antar variabel (Winarno, 2007:4.5). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, semakin angka mendekati satu maka semakin baik garis regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya, sebaliknya semakin angka mendekati nol maka kita mempunyai garis regresi yang kurang baik. Koefisisen determinasi merupakan konsep statistik, sehingga sebuah garis regresi baik jika nilai R2 tinggi (Widarjono, 2007:29).
E. Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel penelitian yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya. Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel Dependen Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (Lukman, 2007 : 5). a. Pertumbuhan PDRB Menggunakan data tentang pertumbuhan PDRB Propinsi DKI Jakarta atas dasar harga konstan 2000. Data yang digunakan adalah data tahun 1987 - 2009 dinyatakan dalam juta rupiah.
64
Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2000:17) :
Ket: = Pertumbuhan ekonomi periode t = PDRB riil periode t (berdasarkan harga konstan 2000) (Rp) = PDRB satu periode sebelumnya
2. Variabel Independen Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007 : 5). a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Adalah tingkat patisipasi angkatan kerja (TPAK) di propinsi DKI Jakarta, yang dinyatakan dengan kelompok usia 15-64 tahun keatas dinyatakan dalam bentuk persentase. b. Penanaman Modal Asing (PMA) Adalah penanaman modal asing (PMA) di Propinsi DKI Jakarta, yang dinyatakan dalam bentuk Ribu US $ per tahun. c. Ekspor Adalah jumlah keseluruhan ekspor barang dan jasa ke luar wilayah pabean DKI Jakarta. Data operasional yang digunakan 65
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan dalam bentuk miliyar US $ per tahun.
No. 1.
2.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian Variabel Definisi Satuan Variabel Dependent PDRB adalah seluruh nilai Juta Rupiah - Pertumbuhan barang dan jasa akhir yang Ekonomi dihasilkan seluruh unit ekonomi (PDRB) disuatu wilayah Variabel Independent - Gambaran persentase Persentase - Tingkat angkatan kerja dan partisipasi penduduk usia kerja. angkatan kerja (TPAK) - Penanaman modal asing Ribu US $ - Investasi Asing /arus modal yang (PMA) berasal dari luar negeri yang mengalir ke sector swasta yang disetujui oleh pemerintah. Milyar US $ - Ekspor - Ekspor adalah perdagangan barang dan jasa dari dalam negeri keluar negeri.
66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Keadaan Geografis DKI Jakarta Propinsi DKI Jakarta berada dibagian barat Indonesia. Propinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administrative, yaitu: kota administrasi Jakarta pusat dan luas 47,90 km2 , Jakarta utara dengan luas 142,20 km2 ; Jakarta barat dengan lus 126,15 km2 ; Jakarta selatan dengan luas 145,73 km2 dan kota administrasi Jakarta timur dengan luas 187,73 km, serta kabupaten administatif kepulauan seribu dengan luas 11,81 km2. Disebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 sungai dan 2 kanal. Sedangkan potensi wilayah Jakarta dengan kondisi georgafis lautan yang lebih luas dari daratan memiliki potensi sumber daya laut yang cukup besar,yaitu berupa sumber daya mineral dan hasil laut sumber daya mineral yang dihasilkan, tepatnya pulau pabelokan, kepulauan seribu, berupa minyak bumi dan gas mulai dieksploitasi sejak tahun 2000 dengan rata-rata kapasitas produksi sekitar 4 juta barel per tahun. Perannya sebagai ibu kota Negara indonesia, Jakarta tidak hanya sekedar menjadi pusat pemerintahan. pada perjalananya, Jakarta berkembang menjadi pusat segala kegiatan, antara lain kegiatan ekonomi, budaya, pendidikan, dan hiburan. Sebagai konsekuensinya, sekitar 72 persen perekonomian Jakarta
67
digerakkan oleh sektor jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Dominasi sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan membuat perekonomian DKI jakarta rentan terhadap gejolak yang timbul di sektor keuangan (moneter maupun fiskal). Oleh karenanya, pada saat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 jakarta menjadi daerah yang paling merasakan dampaknya. Dan menurut komponen penggunaan, nilai tambah di jakarta tercipta karena konsumsi masyarakat yang didorong pembentukan modal dan permintaan luar jakarta (ekspor neto). Dari sisi pertumbuhan ekonomi, selama delapan tahun terakhir perekonomian DKI Jakarta perlahan terus menunjukkan kecenderungan meningkat.
2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB adalah indicator yang lazim digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian suatu wilayah dalam tingkat propinsi / kabupaten dan PDB untuk tingkat nasional. Dalam penelitian ini, PDRB yang digunakan adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, yaitu semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang ada diwilayah tersebut. Dalam perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2009 nilai PDRB memiliki peran yang cukup berpengaruh, sehingga menciptakan nilai tambah sekitar 16 persen dari PDRB DKI Jakarta. Bila dilihat menurut PDRB, sekitar 50 persen nilai tambah di Jakarta tercipta karena konsumsi masyarakat. Sementara yang didorong oleh pembentukan modal tetap bruto
68
sekitar 33 persen, dan yang disebabkan oleh permintaan luar Jakarta (ekspor neto) sekitar 30 persen. Fluktuasi laju perkembangan PDRB DKI Jakarta dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.1 Perkembangan PDRB Berdasarkan Harga konstan 2000 Periode 1987-2009
Sumber : Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
Berdasarkan pada gambar 4.1 dikatakan bahwa perkembangan PDRB mengalami peningkatan tiap tahunnya dimulai dari tahun 1987 PDRB terus mengalami kenaikan hingga pada tahun 1997 pendapatan produk regional bruto mencapai angka Rp. 265.529.501,00 namun pada tahun 1998 jakarta mengalami krisis moneter sehingga terjadi penurunan nilai PDRB pada tahun tersebut menjadi Rp. 219.089.230,00. Pertumbuhan ekonomi pun turun sekitar -17,49 persen dan tahun-tahun berikutnya Jakarta mengalami penurunan yaitu pada tahun 1999 jakarta hanya tumbuh sekitar -0,29 persen
69
namun dari sisi pertumbuhan ekonomi, selama delapan tahun terahir perekonomian
DKI
Jakarta
secara
perlahan
terus
menunjukan
kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,5 persen per tahun. Perkembanganya berangsur-angsur dapat terlihat pada tahun 2005-2009,
PDRB
mengalami
kenaikan
nilai,
tahun
2005
Rp.295.270.545,00 pertumbuhan ekonomi pun terlihat jelas, ekonomi tumbuh sekitar 6,01 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit melambat 5,95 persen. Namun pada tahun 2007 dampak dari peningkatan harga tersebut mulai berkurang, perekonomian DKI tumbuh lebih cepat, yaitu 6,44 persen. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 perekonomian DKI Jakarta kembali melambat. Hal ini terjadi karena krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika dan menjalar ke Eropa dan sebagian negara Asia sedikit banyak turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama Jakarta, sehingga pada tahun 2009 PDRB mengalami penurunan sekitar 5,01 persen. Krisis ekonomi tersebut terjadi disektor keuangan, dalam hal ini pasar modal. Namun pada sisi perdagangan, menurunnya kinerja perekonomian di negara-negara tujuan ekspor produk DKI Jakarta telah ikut menurunkan produksi sejumlah sektor.
70
3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tenaga kerja diperlukan dalam kegiatan pembangunan suatu wilayah, karena tenaga kerja merupakan penggerak dan pelaksana pembangunan ekonomi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki keinginan untuk berusaha merupakan modal utama bagi pembangunan yang aktif terhadap perekonomian. Semakin banyak tenaga kerja yang bekerja, semakin tinggi tingkat kebutuhanya pula akan konsumsi, sehingga baik langsung maupun tidak langsung, berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB. Tetapi pada Negara berkembang seperti Indonesia pada umumnya memiliki jumlah penduduk yang padat dan memiliki kota besar, terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja masih terganjal oleh hal-hal dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih besar dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, ditambah lagi dengan imigran dari daerah yang lebih terpencil yang ingin mengadu nasib di kota besar seperti Jakarta, sehingga masih banyak angkatan kerja yang tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dikarenakan kurangnya ketersediaan lapangan kerja, terkecuali jika mereka dapat berwiraswasta tetapi hal itu pun terkadang terbatas oleh dan usaha yang dibutuhkan. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi dapat diukur dengan menghitung proporsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja atau proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Ukuran ini biasanya disebut dengan Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK,
71
maka semakin besar keterlibatan penduduk dalam pasar kerja, baik mencari pekejaan maupun bekerja. Gambar 4.2 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (dalam Persentase) Periode 1987-2009
Sumber : Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
Pada grafik 4.2 terlihat bahwa nilai TPAK mengalami fluktuasi pada pada setiap tahunnya, pergerakan yang meningkat dari tahun 1987 – 1997, hal ini didukung oleh keadaan ekonomi yang membaik saat itu. Perkembangan tenaga kerja pada masa orde baru tersebut juga dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi yang pada saat itu terus membaik, sehingga angka tenaga kerja yang bekerja pada saat itu mulai teserap oleh perkembangan ekonomi, dari peranan pemerintah yang terus mendukung perkembangan tenaga kerja di Jakarta lebih dari 60 persen penduduk usia kerja (15 tahun keatas ) di DKI Jakarta, masuk dalam kategori angkatan 72
kerja. Hal ini terlihat dari indicator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan gambaran persentase penduduk 15 tahun ke atas yang termasuk dalam angkatan kerja. Dalam tahun 1996 persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja mengalami kenaikan sekitar 57,90 persen dan pada tahun 1997 TPAK mengalami kenaikan menjadi 59,20 persen namun pada tahun-tahun berikutnya Jakarta mulai mengalami penurunan angka persentase penduduk usia kerja, yaitu pada tahun 1998 angka TPAK turun menjadi 58,16 dan mengalami perkembangan yang berfluktuasi pada tahun 2005-2009. Hal ini disebabkan oleh tejadinya krisis ekonomi yang dialami oleh indonesia pada saat itu, sehingga berdampak pula terhadap DKI Jakarta, dimana Jakarta merupakan ibu kota indonesia yang sebagian besar pusat perekonomian indonesia. Sedangkan pada tahun 2005 Jakarta mengalami kenaikan angka TPAK sekitar 63,08 persen dan mengalami turun naik hingga pada tahun 2009 TPAK menempati angka sekitar 66,60 persen. Keadaan ini dipacu oleh kurang stabilnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta saat itu.
4. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman modal asing adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam modal tersebut (Widjaya, 2000:25).
73
Gambar 4.3 Perkembangan Penanaman Modal Asing (dalam Ribu US $) Periode 1987-2009
Sumber: Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
DKI Jakarta dihadapkan pada tantangan untuk memicu penanaman modal baru, dan mempertahankan penanam modal yang berasal dari luar negeri (PMA). Investasi sangat diperlukan untuk menunjang dan melengkapi roda perekonomian serta mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Untuk menarik investasi dari luar negeri, khususnya DKI Jakarta sangat dibutuhkan guna berkembangnya pembangunan yang sudah ada. Pada gambar 4.3 terlihat bahwa, telah terjadi peningkatan positif dari tahun 1987 sampai dengan tahun 1995. Keadaan ini menunjukkan bahwa Jakarta merupakan pusatnya kota besar dalam perekonomian indonesia yang
74
masih diminati oleh asing. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi stabilitas ekonomi, politik dan keamanan DKI Jakarta. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1998, PMA mengalami penurunan yaitu menjadi. 703.916,00 ribu US $ Hal ini sebagai dampak dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini juga membuat keluarnya beberapa perusahaan asing seperti nike dan sony yang memindahkan penanaman modalnya ke negara lain. PMA menunjukkan pergerakan yang kurang baik, jika dibandingkan dengan pergerakan PMA sebelum krisis. Pergerakan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 1999 PMA masih tetap pada kisaran angka yaitu 777.547,00 ribu US $. Pada dua tahun berikutnya nilai PMA kembali meningkat, bahkan mencapai 1.234.428,52 ribu US $ dan pada tahun 2003 menginjak angka 5.395.705,00 ribu US $. Hal ini di sebabkan sudah mulai pulihnya kepercayaan pada perekonomian DKI Jakarta. meningkatnya investasi ini juga ditandai dengan meningkatnya impor bahan baku dan barang modal pada tahun tersebut. Tetapi pada tahun 2004 nilai PMA kembali menurun menjadi 1.867.972,00 ribu US $ hal ini disebabkan kondisi perekonomian Jakarta yang dianggap masih tidak stabil. Selain itu ada indikasi beralihnya minat investor asing dari sektor industri ke bidang perdagangan.
Pada tahun
selanjutnya nilai PMA terus mengalami pergerakan yang fluktuatif yang cenderung positif dan mengalami peningkatan yang cukup positif di tahun 2007 yaitu mencapai 6.091.830,00 ribu US $ Hal ini didorong oleh permintaan minat investor untuk berinvestasi di Jakarta. Tetapi pada dua
75
tahun berikunya yaitu tahun 2008 dan 2009, PMA kembali mengalami penurunan hal ini disebabkan sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda Amerika dan beberapa negara eropa lainnya. Penanaman modal asing (PMA), menurun sebesar 44,5 persen dibanding tahun 2008, dari 9,93 ribu US $ menjadi 5,51 ribu US $ pada tahun 2009.
5. Perkembangan Ekspor Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. (Jhingan, 2000:448). Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumbersumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.
76
Gambar 4.4 Perkembangan Ekspor (dalam Milyar US $) Periode 1987-2009
Sumber : Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
Pada gambar 4.4 diatas menjelaskan bahwa selama kurun waktu 11 tahun terakhir, nilai ekspor diatas menggambarkan bahwa wilayah DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan dalam kegiatan ekspor yang selama ini telah dijalankan yaitu, pada tahun dasawarsa „70an merupakan dasawarsa panen devisa ekspor. Dasawarsa „80an, sebaliknya merupakan dasawarsa pailit devisa di Indonesia saat itu. Penerimaan ekspor agaknya membaik kembali dalam dasawarsa „90an. Pada Jakarta sendiri penerimaan ekspor pada tahun-tahun 1987-88-89 meningkat, namun pada kenaikan-kenaikan yang ada masih belum mampu menutup penurunan-penurunan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, nilai ekspor sekitar 2.426.282.898 milyar US $ itulah sebabnya secara keseluruhan sepanjang kurun waktu 1980-1989 77
penerimaan ekspor berkembang negatif dan pada tahun berikutnya terus mengalami peningkatan yaitu, pada tahun 1998 nilai ekspor mencapai 17.729575474 milyar US $. Namun pada tahun 1999 dan 2001 nilai ekspor mengalami penurunan yaitu, sekitar 13,83 persen dan 7,56 persen. Dimana nilai ekspor pada tahun 1999 15.278.037.741 milyar US $ dan tahun 2001 19.798.812.260 milyar US $. Hal ini dipacu oleh pengaruh kinerja ekspor yang bersifat eksternal yaitu, lingkungan ekonomi internasional. Ekspor tentu saja tidak luput dari dinamika atau gejolak perekonomian dunia pada umumnya. Dampak krisis moneter yang melanda Indonesia begitu terasa imbasnya pada ibu kota Jakarta yang sebagai pusat perekonomian saat itu. Sehingga jika dibandingkan antara nilai ekspor tahun 2008 dengan tahun 1991 maka peningkatan ekspor mencapai 5 kali lipat. Nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2008 telah mencapai 36.090.170.062 milyar US $, sementara untuk tahun 1991 nilainya baru mencapai 7.609.660.652 milyar US $. Peningkatan nilai ekspor ini bukan semata-mata akibat meningkatnya nilai volume ekspor, sebab pada saat terjadi penurunan volume ekspor, justru nilainya meningkat. Hal ini merupakan akibat dari jenis barang yang berbeda, ataupun makin murahnya produk Indonesia di luar negeri akibat depresiasi rupiah.
78
B. Analisis dan Pembahasan 1. Hasil Uji Stasioneritas Uji stasioner adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat apakah data yang dihasilkan terjadi ketidakstasioneran atau tidak. (Winarno, Wing, Wahyu 2007:10.2) Tujuan uji stasioneritas ini adalah agar meanya stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresinya yang diperoleh adalah regresi semu. Tingkatan-tingkatan dalam pengujian stasioner ini mulai dari tingkat level, first different, dan second defferent. Adapun tahap-tahap untuk melakukan uji stasioner apakah data yang ada merupakan data yang sudah stasioner atau belum, adalah sebagai berikut:
Level Tingkat level ini merupakan uji stasioner tingkat paling pertama yang dilakukan untuk menguji variable-variabel yang ada, Apakah sudah stasioner atau belum. Berikut ini adalah table hasil pengujian stasioner tingkat level. Tabel 4.1 Hasil Uji Stasioner Tingkat Level Variabel LPDRB LTPAK LPMA LEXP
t-statistik 0,1493858 0,1136464 0,2146840 0,4049361
Prob 0,5179 0,6821 0,2300 0,0054
Keterangan Tidak stasioner Tidak stasioner Tidak stasioner Stasioner
Dari hasil stasioner tingkat level diatas kita lihat bahwa variable PDRB, TPAK, dan PMA masih adanya variable yang tidak stasioner, maka dilakukan uji stasioner tahap selanjutnya sampai semuavariabel yang ada
79
benar-benar stasioner. Untuk menguji tahap selanjutnya yaitu dilakukan uji stasioner tahap First Different.
First Different Tingkat first different ini merupakan tingkatan yang kedua yang dilakukan karena pada pengujian tingkat level masih ada variable yang tidak stasioner. Berikut adalah hasil pengujian stasioner tingkat first different : Tabel 4.2 Hasil Uji stasioner Tingkat First Different Variabel LPDRB LTPAK LPMA LEXP
t-statistik 0,3135647 0,5210527 0,5482602 0,3824426
Prob 0,0391 0,0004 0,0003 0,0096
Keterangan Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner
Dari hasil stasioner tingkat first different diatas kita lihat bahwa semua variable benar-benar sudah stasioner, tidak ada lagi yang tidak stasioner sehingga tidak perlu dilakukan uji stasioner tahap selanjutnya yaitu second different.
80
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model peneltian, variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai statistiknya sebesar 0,218892 yang lebih kecil dari nilai X2 tabel 0,05 df=(n-k) 21- 4=17 sebesar 27.58711 Selain itu nilai probabilitas lebih besar dari α=5 persen yaitu: 0,896330 atau 8,9 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan normalitas.
81
b. Hasil Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Identifikasi ada tidaknya permaslahan autokorelasi dilakukan menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.838861
Probability
0.451501
Obs*R-squared
2.112528
Probability
0.347753
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared adalah 0,347753. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5 persen atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan autokorelasi.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.4.
82
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test: F-statistic
0.673814
Probability
0.718544
Obs*R-squared
7.462988
Probability
0.589032
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.4 menujukkan bahwa, nilai Obs*R-squared adalah 7.462988 nilai ini lebih kecil dari χ2 tabel yaitu 27.58711. Selain itu nilai probabilitas Obs*R-squared adalah 0.589032. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5 persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa dalam
model
penelitian
ini
tidak
terdapat
permasalahan
heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model terdapat hubungan linier antara variabel independen dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau seluruh variabel bebas dari suatu model regresi. Akibat yang ditimbulkan ialah terdapat kesulitan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
83
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary Variabel
Koefisien R2
LPDRB=f(LTPAK,LPMA,LEXP)
0,958513
LTPAK=f(LPMA,LEXP)
0,844526
LPMA=f(LEXP,LTPAK)
0,419471
LEXP=f(LTPAK,LPMA)
0,875453
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.6, uji multikolinieritas dengan regresi auxiliary dapat menunjukkan koefisian determinasi regresi auxiliary masing-masing variabel. Hasil uji dengan regresi auxiliary menunjukkan bahwa R2LTPAK = 0,844526, R2LPMA = 0,419471, dan R2LEXP = 0,875453. Semua nilai koefisien determinasi tersebut harus lebih kecil dari koefisien determinasi untuk regresi aslinya (R2 = 0,958513). Dari hasil tersebut diketahui bahwa R-squared yang dihasilkan dari regresi auxiliary lebih kecil dari regresi model utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.
84
2. Hasil Uji Regresi Metode OLS Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS untuk model persamaan LogPDRB = α + β1LogTPAK + β2LogPMA + β3LogEXP + μi adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Olah Data Dengan Metode OLS Dependent Variable: LPDRB Method: Least Squares Date: 01/06/08 Time: 12:33 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LTPAK LPMA LEXP C
0.587415 0.066493 0.297912 8.932592
0.279952 0.026990 0.065948 0.565971
2.098272 2.463607 4.517383 15.78276
0.0511 0.0247 0.0003 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.958513 0.951192 0.074277 0.093790 27.02007 1.395784
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
19.14720 0.336208 -2.192388 -1.993431 130.9229 0.000000
Sumber: Data sekunder yang diolah
3. Hasil Uji Statistik a. Uji Parsial (Uji-t) Uji t statistik dapat dilakukan dengan uji satu sisi (one tail test), dengan α = 5%. Jika t-tabel < t-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi
85
jika t-tabel > t-hitung berarti Ho diterima, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7 Hasil Uji t-Statistik Variabel
Probabilitas
t-hitung
t-tabel
Keterangan
LTPAK
0,0511
2.098272
1.739
Tidak Signifikan
LPMA
0,0247
2.463607
1.739
Signifikan
LEXP
0,0003
4.517383
1.739
Signifikan
Sumber : data diolah dengan Eviews 5.0
1) Uji t-statistik terhadap variabel TPAK Hipotesis pengaruh variabel TPAK terhadap variabel
PDRB
adalah : Ha : β1 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho : β1 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung β1 = 2,098272 sedangkan t-tabel = 1.739 [df = n-k (21-4=17), α = 0,05], sehingga dapat disimpulkan t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh ialah (2,098272 > 1,739).
86
Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , sehingga Ho diterima maka dapat disimpulkan variabel β1 positif dan tidak signifikan terhadap PDRB. Nilai Prob. t-statistik TPAK adalah 0,0511. Nilai ini lebih besar dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak HA dan menerima Ho. Hal ini menunjukkan bahwa variabel TPAK secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. Ini dikarenakan bahwa adanya penambahan tingkat partisispasi angkatan kerja di DKI Jakarta yang disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi penduduk besarbesaran dari desa ke kota. Hal tersebut terjadi karena masyarakat desa ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dikota Jakarta, namun keadaan ini mengakibatkan tenaga kerja yang berada di DKI Jakarta meningkat. Pada dasarnya di dalam TPAK itu sendiri merupakan orang yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan, tetapi pada kenyataannya Jakarta saat ini banyak orang yang sedang mencari pekerjaan meningkat namun lapangan pekerjaan di wilayah DKI Jakarta masih kurang memadai. Oleh karena itu pada nilai TPAK tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Sehingga pengaruh TPAK nilainya masih relative rendah terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Rahmad Bagiyo (2007) yang berjudul “ Analisis kausalitas antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”.
87
Mengatakan bahwa TPAK tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB DKI Jakarta. 2) Uji t-statistik terhadap variabel Investasi (PMA) Hipotesis pengaruh variabel Invetasi (PMA) terhadap variabel PDRB adalah : Ha : β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho : β2 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung β2 = 2,463607 sedangkan t-tabel = 1,739 [df = n-k (21-4=17), α = 0,05], sehingga dapat disimpulkan bahwa t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh (2,463607 > 1,739). Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan variabel β2
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDRB. Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,0247. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan menerima HA. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PDRB. Nilai koefisien variabel PMA adalah 0,066493 sehingga dapat diartikan jika PMA mengalami kenaikan sebesar satu persen maka nilai PDRB akan naik sebesar 0,066493 persen. Hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa
88
koefisien PMA (Penanaman Modal Asing) memiliki pengaruh yang posistif dengan PDRB. Dapat diartikan jika PMA mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) akan terdepresiasi atau naik sebesar persen. 0,066493. Hal ini menujukkan bahwa saat nilai PMA meningkat maka pendapatan domestik regional bruto (PDRB) akan terdepresiasi. Terjadinya hubungan positif antara PMA dengan PDRB. Hal ini dikarenakan, PMA dapat meningkatkan pendapatan wilayah Jakarta yang salah satu caranya yaitu dengan kebijakan memperluas sektorsektor yang bisa dimasuki oleh investor asing. Dengan adanya PMA akan membawa dampak positif bagi ibu kota yang meliputi adanya transfer teknologi, kesempatan untuk memicu tenaga kerja dan pertumbuhan industri barang dan jasa yang cepat, sehingga dengan masuknya investasi asing industri lokal dapat menyerap dan mengaplikasikan kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi untuk ikut ambil bagian dalam perdagangan internasional, dengan begitu investor-investor
asing
dapat
menanamkan
modalnya
untuk
pembangunan wilayah yang ada dijakarta, sehingga hal ini dapat menyebabkan pendapatan bruto DKI Jakarta meningkat secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta. Dengan begitu dari penghasilan PMA dan investor yang ada, PMA dapat meningkatkan pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Hal ini juga dapat mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainya, misalnya sektor industri
89
tekstil serta sektor perdagangan dan reparasi. Sektor pertambangan, dan sektor industri kendaraan bermotor juga mengalami laju pertumbuhan yang baik. 3) Uji t-statistik terhadap variabel EXP Hipotesis pengaruh variabel EXP terhadap variabel PDRB adalah : Ha : β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho : β3 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung β3 = 4,517383 sedangkan t-tabel = 1,739 [df = n-k (21-4=17), α = 0,05], sehingga dapat disimpulkan t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh (4,517383 > 1,739). Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t-tabel , maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan variabel β3 positif dan signifikan terhadap PDRB. Selain itu, nilai Prob. t-statistik EXP adalah 0,0003. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan menerima HA. Hal ini menunjukkan bahwa variabel EXP secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PDRB. Berdasarkan hasil regresi, nilai koefisien variabel EXP sebesar 0,291972 sehingga dapat diartikan jika EXP mengalami kenaikan
90
sebesar satu persen maka nilai PDRB akan naik sebesar 0,291972 persen. Hal ini berarti bahwa Ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana melihat dari pertumbuhan PDRB. Bahwa apabila nilai ekspor naik, maka akan mempengaruhi nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Hal ini disebabkan dari hasil ekspor produk barang dan jasa keluar negeri yang dapat menyebabkan peningkatan terhadap pendapatan pajak, Bea cukai, dan pertumbuhan pendapatan di wilayah sekitar. Dimana ini merupakan pergerakan ekspor
dalam
pertumbuhan
Jakarta,
naiknya
ekspor
dapat
mengakibatkan sektor-sektor lain berkembang, pengiriman industri ekspor dapat meningkatnya pendapatan pajak dan usaha-usaha terkait dalam perdagangan luar negeri, disisi lain juga dapat menyerap SDM yang ada seperti halnya, tenaga kerja buruh dalam sektor industri di sekitar wilayah DKI Jakarta. Selama ini beranggapan ekspor hanya berpengaruh secara eksternal dalam perkembangan pembangunan dan pertumbuhan yang ada, namun kenyataan tersebut salah, bahwa ekspor dapat menjadi motor penggerak akan kemajuan pembangunan dalam wilayah yang pertumbuhanya pesat. Dengan begitu, Ekspor dapat mengendalikan pergerakan perekonomian pada saat itu.
91
b. Uji F-statistik Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel dependen, atau melihat pengaruh variabel independen secara bersamasama. Dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. F tabel = (α : k-1, n-k), α = 0,05 (4-1= 3; 21-4 = 17). Hasil Perhitungan yang didapat adalah F hitung = 130,9229, sedangkan F tabel = 3,20 (α = 0,05 ; 4 ; 16), Dari hasil perbandingan antara F hitung dan F tabel, menunjukkan nilai F hitung > F tabel maka Ho di tolak dan HA diterima. Dengan kata lain variabel TPAK, PMA, dan
EXP
secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
variabel
Pertumbuhan PDRB pada tingkat kepercayaan 95 persen. Selain itu, nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) yang berarti menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (TPAK, PMA, dan EXP) secara bersama–sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (PDRB).
c. Koefisien Determinasi (R2) Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi R2 dalam regresi sebesar 0.958513. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat menjelaskan sebesar
92
95,8513 persen terhadap permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya sebesar 4,1478 persen dipengaruhi oleh variabel diluar model ini.
93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), investasi asing (PMA), dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi PDRB di DKI Jakarta selama periode 1987-2009. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian secara individu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi PDRB dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) bernilai positif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan adanya penambahan tingkat partisipasi angkatan kerja di DKI Jakarta yang disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi penduduk daerah ke kota, sehingga mengakibatkan tenaga kerja yang berada di DKI Jakarta meningkat tajam. Dalam TPAK dikatakan bahwa ada orang yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan, namun disini orang yang sedang mencari pekerjaan lebih banyak dan meningkat. Oleh karena itu pada nilai TPAK tidak berpengaruh secara singnifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
94
b. Hasil Pengujian ini menunjukkan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDRB. Jadi saat terjadi kenaikan nilai PMA maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan terhadap wilayah tersebut. Dimana sektor industri barang dan jasa meningkat, begitu juga dengan pajak, sektor-sektor ekonomi dan usaha terkait lainya. Hal ini karena PMA merupakan masih tujuan investor asing dalam menanamkan modalnya di Jakarta, sehingga berpengaruh lansung terhadap nilai pertumbuhan PDRB. c. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ekspor mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB Jakarta. Jadi apabila nilai ekspor naik, maka akan mempengaruhi nilai pertumbuhan PDRB Jakarta. Hal ini disebabkan karena hasil ekspor dari produk barang dan jasa akan keluar negeri dapat menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan pendapatan wilayah sekitar yaitu, pergerakan ekspor akan menjadi motor penggerak pertumbuhan DKI Jakarta. Dimana dapat menyerap SDM seperti buruh dan mendorong usaha-usaha terkait di sekitar wilayah Jakarta. 2. Berdasarkan hasil regresi penelitian pada masing-masing uji individual variabel menunjukan bahwa pada variabel TPAK tidak berpengaruh secara signifikan. Sedangkan pada variabel PMA dan Ekspor, masing-masing berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB di DKI Jakarta.
95
3. Variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman Modal Asing (PMA), dan Ekspor secara bersama–sama mampu menjelaskan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan probability F-statistik PDRB = 0,000000 atau lebih kecil dari α = 5 persen. Nilai koefisien konstanta adalah 8,932592 berarti bila semua variabel independen naik satu persen secara rata-rata maka pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB akan mengalami kenaikan sebesar 8,932592 persen. 4. Besarnya R-squared pada hasil estimasi model PDRB adalah sebesar 0,95851. Hal ini berarti 95,851 persen perubahan PDRB secara bersamasama dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model yaitu TPAK, PMA dan Ekspor. Sedangkan sisanya sebesar 4,1487 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model yang digunakan.
B. Implikasi Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman Modal Asing (PMA) dan Ekspor terhadap PDRB adalah dimana pemerintah harus
menjaga
perkembangan
pertumbuhan
ekonomi
dengan
terus
memperhatikan kebijakan yang ada seperti halnya menekan tingginya tingkat urbanisasi dan memperhatikan penyerapan kesempatan tenaga kerja. kinerja dan pelayanan dengan memudahkan dan menyediakan sarana dan prasarana
96
untuk sektor-sektor usaha yang ada guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi PDRB.
C. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menemukan bahwa peningkatan PMA akan menghasikan kenaikan pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Hal ini disebabkan karena PMA masih mengandalkan investor asing yang menanamkan modalnya dalam proses produksinya. Untuk itu pemerintah perlu mendorong PMA yang lebih menguntungkan bagi perekonomian DKI Jakarta, dengan menjaga biaya input yang kompetitif, peningkatan sumber daya manusia, peningkatan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau infrastruktur, sistem keamanan dan kestabilan ekonomi Jakarta. 2. Dengan ditemukannya bahwa bila ekspor meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat, maka kebijakan yang dapat diambil adalah dengan menjaga kestabilan ekspor yang terjadi di masyarakat, sehingga pengaturan akan bea masuk dan pajak dapat menstabilkan nilai pendapatan akan ekspor. Sehingga pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB akan berada dalam keadaan stabil dan pertumbuhan ekonomi akan terus tumbuh. 3. Dalam penelitian selanjutnya, perlu adanya penambahan variabel makro ekonomi lain yang kemungkinan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
97
terhadap PDRB agar model estimasi dapat lebih dipercaya dan mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
98
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi ke 5, STIM YKPN, Yogyakarta, 2010. Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi ke 4, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2004. Badan Pusat Statistik. Indikator ekonomi. BPS, DKI Jakarta, 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 1989. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2000. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2002. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2008. Badan Pusat Statistik. Pendapatan Nasional Indonesia. BPS, Jakarta, 2004. Bagiyo, Rahmad. “ Analisis kausalitas antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”. Skripsi sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007. Boediono. “Ekonomi Internasional”, pengantar ilmu ekonomi internasional No.3, Edisi 1, Yogyakarta, 2000. Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta, 1997. Hamid, Abdul MS, “Buku Panduan Penulisan Skripsi” Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2010. Hamdani, “Seluk beluk perdagangan ekspor-impor”. BUSHINDO: Jakarta, 2007. Jamzani Sodik, Didi Nuryadin “ Determinan investasi di daerah: studi kasus propinsi di Indonesia”. Jurnal ekonomi pembangunan kajian ekonomi negara berkembanga hal: 223-233, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta. 2008. Jhingan. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Rajawali Press, Jakarta, 2000. Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga, Jakarta: 2003.
99
Mankiw, Greogory. N. “ Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi ke 3. Salemba empat, Jakarta, 2006. Mulyadi S. Ekonomi SDM dalam perspektif pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Hakim, Abdul (2000) , Statistik Induktif, Ekonisia, Yogyakarta, 2003. Nachrowi, Djalal, Nachrowi dan Usman, Harding. “ Pendekatan Populasi dan Praktis ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta, 2006. Nushiwat, Munter. “Exports and Economic Growth A RE-Examination of the Causality Relation in six Countries 1981-2005”. Applied Econometrics and International Development,Vol. 8-2 , 2010. Priadi. “Perdagangan Internasional “ BUSHINDO: Jakarta. 2000. Rahardja, Prathama. Teori Ekonomi Makro : suatu pengantar, edisi kedua, Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Rus’an
Nasrudin, Nining I. Soeslio. “Perkembangan Perbankan Indonesia:Analisis Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia dan Penyebab-penyebabnya dengan Data Panel 1983-1999”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.IV No. 01, hal 137-155 Departemen Ilmu Ekonomi FEUI. Jakarta, 2004.
Rustiono, Deddy, SE. “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.” Tesis sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, 2008. Soelistyo MBA dan Nopirin MA, “ Teori Perdagangan Internasional ” Jakarta, 1977. Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, edisi kedua, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan” ,Edisi ke 2, Kencana, Jakarta, 2007. Supranto, Prabowo. dalam penelitiannya “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 1986-2002”. skripsi sarjana ( tidak dipublikasikan ). 2004.
100
Svetlana, Ledyaeva and Mikael, Linden. “Foreign Direct Investment and Ekonomic Growth: Empirical evidence from Russian regions”. Bofit Discussion Papers, 2006. Tarigan, Robinson. “M.R.P Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Edisi revisi, 2005. . Todaro, Michael p., ”Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi ke 7, Erlangga, Jakarta, 1998. Utomo, Yuni Priadi, Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor, Jurnal Manajemen, Vol.1, No.1, UII, Yogyakarta, 2000. Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”. Yogyakarta : Ekonisia FE UII. 2007. Winarno, Wing, Wahyu. “ Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews”, sekolah tinggi ilmu manajemen YKPN : Yogyakarta, 2007.
101
Lampiran 1 : Data Penelitian (Data Mentah) OBS
PDRB
TPAK
PMA
EXP
1987
107,599,284
42.32
501,291
2,426,282,898
1988
115,115,165
43.10
390,758
3,394,072,948
1989
125,886,202
43.20
557,307
4,614,581,866
1990
136,676,610
44.60
1,250,799
5,793,457,911
1991
147,335,207
45.82
759,770
7,609,660,652
1992
160,050,023
47.30
1,090,996
10,638,899,769
1993
173,540,509
47.80
1,166,727
11,947,516,628
1994
211,929,189
48.10
1,355,937
12,870,545,871
1995
231,567,708
48.60
1,918,702
13,939,283,868
1996
252,629,225
57.90
3,752,123
15,574,726,734
1997
265,529,501
59.20
847,169
17,450,894,752
1998
219,089,230
58.16
703,916
17,729,575,474
1999
218,458,107
60.19
777,547
15,278,037,714
2000
227,924,124
61.64
1,188,670
21,418,543,499
2001
238,673,940
61.65
313,475
19,798,812,260
2002
250,348,044
60.83
1,234,429
19,959,587,089
2003
263,624,242
60.45
5,395,705
20,454,440,187
2004
278,524,823
61.93
1,867,972
24,501,221,918
2005
295,270,545
63.08
2,624,156
26,958,167,238
2006
312,826,713
62.72
2,635,281
29,809,517,655
2007
332,971,255
61.04
6,091,830
32,186,884,841
2008
353,539,057
68.68
9,927
36,090,170,062
2009
371,399,302
66.60
5,510
37,060,160,034
102
Keterangan : PDRB
: Produk Domestik Regional Bruto (Rp)
TPAK
: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Persentase)
PMA
: Penanaman Modal Asing (US $)
EXP
: Ekspor (US $)
103
Lampiran 2 : Hasil Data Setelah Diestimasi obs
LPDRB
LTPAK
LPMA
LEXP
1987
18.49392455 3.745259788 13.12494205 21.60962625
1988
18.56144362 3.763522997 12.87584372
21.9452965
1989
18.6508889
22.2524871
1990
18.73312818 3.797733859 14.03929311 22.47999517
1991
18.80822087 3.824720677 13.54077103 22.75268442
1992
18.89099697 3.856510295
1993
18.97192161 3.867025639 13.96971295 23.20378928
1994
19.17176276 3.873282177 14.12000329 23.27820727
1995
19.26038286 3.883623531 14.46715947 23.35797687
1996
19.34743346 4.058717385 15.13783237 23.46891536
1997
19.39723651 4.080921542 13.64965548 23.58265676
1998
19.20498965 4.063197833 13.46441431 23.59850001
1999
19.20210482 4.097506226 13.56389937 23.44968219
2000
19.24452334
4.12131101
13.98834559
2001
19.29060891
4.12147323
12.65547489 23.70888779
2002
19.33836268 4.108083088 14.02611907 23.71697542
2003
19.39003532 4.101816577 15.50111382 23.74146582
2004
19.44501774 4.126004715 14.44036391 23.92198883
2005
19.5034026
2006
19.56115996 4.138680376 14.78450038 24.11809356
2007
19.62356672 4.111529387 15.62245909
2008
19.68350452 4.229458036 14.56575432 24.30928637
2009
19.73278833 4.198704578 13.37565743 24.33580838
3.765840495 13.23087153
13.9026016
23.08778291
23.7875229
4.144403762 14.78026988 24.01755214
24.1948249
104
Lampiran 3 : Hasil Uji Regresi Log Linier
Dependent Variable: LPDRB Method: Least Squares Date: 01/06/08 Time: 12:33 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LTPAK
0.587415
0.279952
2.098272
0.0511
LPMA
0.066493
0.026990
2.463607
0.0247
LEXP
0.297912
0.065948
4.517383
0.0003
C
8.932592
0.565971
15.78276
0.0000
R-squared
0.958513
Mean dependent var
19.14720
Adjusted R-squared
0.951192
S.D. dependent var
0.336208
S.E. of regression
0.074277
Akaike info criterion
-2.192388
Sum squared resid
0.093790
Schwarz criterion
-1.993431
Log likelihood
27.02007
F-statistic
130.9229
Durbin-Watson stat
1.395784
Prob(F-statistic)
0.000000
105
Lampiran 4 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level : PDRB,TPAK, PMA, EXP Null Hypothesis: LPDRB has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-1.493858
0.5179
Test critical values:
1% level
-3.769597
5% level
-3.004861
10% level
-2.642242
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LPDRB) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:13 Sample (adjusted): 1988 2009 Included observations: 22 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LPDRB(-1)
-0.060345
0.040395
-1.493858
0.1508
C
1.213215
0.774562
1.566325
0.1330
R-squared
0.100380
Mean dependent var
0.056312
Adjusted R-squared
0.055399
S.D. dependent var
0.066179
S.E. of regression
0.064319
Akaike info criterion
-2.563400
Sum squared resid
0.082740
Schwarz criterion
-2.464214
Log likelihood
30.19740
F-statistic
2.231611
Durbin-Watson stat
1.427793
Prob(F-statistic)
0.150823
106
Null Hypothesis: LTPAK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-1.136464
0.6821
Test critical values:
1% level
-3.769597
5% level
-3.004861
10% level
-2.642242
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LTPAK) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:22 Sample (adjusted): 1988 2009 Included observations: 22 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LTPAK(-1)
-0.072285
0.063605
-1.136464
0.2692
C
0.309358
0.254260
1.216701
0.2379
R-squared
0.060660
Mean dependent var
0.020611
Adjusted R-squared
0.013693
S.D. dependent var
0.045763
S.E. of regression
0.045449
Akaike info criterion
-3.257959
Sum squared resid
0.041312
Schwarz criterion
-3.158773
Log likelihood
37.83754
F-statistic
1.291549
Durbin-Watson stat
2.310477
Prob(F-statistic)
0.269197
107
Null Hypothesis: LPMA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-2.146840
0.2300
Test critical values:
1% level
-3.808546
5% level
-3.020686
10% level
-2.650413
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LPMA) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:29 Sample (adjusted): 1988 2007 Included observations: 20 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LPMA(-1)
-0.478738
0.222996
-2.146840
0.0457
C
6.809566
3.117894
2.184027
0.0424
R-squared
0.203854
Mean dependent var
0.124876
Adjusted R-squared
0.159624
S.D. dependent var
0.785373
S.E. of regression
0.719967
Akaike info criterion
2.275417
Sum squared resid
9.330346
Schwarz criterion
2.374990
F-statistic
4.608920
Prob(F-statistic)
0.045681
Log likelihood Durbin-Watson stat
-20.75417 1.954117
108
Null Hypothesis: LEXP has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-4.049361
0.0054
Test critical values:
1% level
-3.769597
5% level
-3.004861
10% level
-2.642242
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LEXP) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:32 Sample (adjusted): 1988 2009 Included observations: 22 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LEXP(-1)
-0.122732
0.030309
-4.049361
0.0006
C
2.989053
0.707882
4.222531
0.0004
R-squared
0.450509
Mean dependent var
0.123917
Adjusted R-squared
0.423034
S.D. dependent var
0.133298
S.E. of regression
0.101251
Akaike info criterion
-1.655918
Sum squared resid
0.205036
Schwarz criterion
-1.556733
Log likelihood
20.21510
F-statistic
16.39732
Durbin-Watson stat
2.380854
Prob(F-statistic)
0.000627
109
Lampiran 5 : Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Different : PDRB, TPAK, PMA, EXP Null Hypothesis: D(LPDRB) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.135647
0.0391
Test critical values:
1% level
-3.788030
5% level
-3.012363
10% level
-2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LPDRB,2) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:14 Sample (adjusted): 1989 2009 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LPDRB(-1))
-0.681598
0.217371
-3.135647
0.0054
C
0.037742
0.018933
1.993500
0.0608
R-squared
0.341017
Mean dependent var
-0.000868
Adjusted R-squared
0.306333
S.D. dependent var
0.079128
S.E. of regression
0.065903
Akaike info criterion
-2.510863
Sum squared resid
0.082522
Schwarz criterion
-2.411385
Log likelihood
28.36406
F-statistic
9.832285
Durbin-Watson stat
1.985180
Prob(F-statistic)
0.005444
110
Null Hypothesis: D(LTPAK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-5.210527
0.0004
Test critical values:
1% level
-3.788030
5% level
-3.012363
10% level
-2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LTPAK,2) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:24 Sample (adjusted): 1989 2009 Included observations: 21 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LTPAK(-1))
-1.209150
0.232059
-5.210527
0.0000
C
0.025545
0.011590
2.204150
0.0400
R-squared
0.588295
Mean dependent var
-0.002334
Adjusted R-squared
0.566627
S.D. dependent var
0.071565
S.E. of regression
0.047112
Akaike info criterion
-3.182198
Sum squared resid
0.042171
Schwarz criterion
-3.082720
Log likelihood
35.41308
F-statistic
27.14960
Durbin-Watson stat
2.060552
Prob(F-statistic)
0.000050
111
Null Hypothesis: D(LPMA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-5.482602
0.0003
Test critical values:
1% level
-3.831511
5% level
-3.029970
10% level
-2.655194
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LPMA,2) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:30 Sample (adjusted): 1989 2007 Included observations: 19 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LPMA(-1))
-1.294620
0.236132
-5.482602
0.0000
C
0.170292
0.182338
0.933939
0.3634
R-squared
0.638751
Mean dependent var
0.057214
Adjusted R-squared
0.617501
S.D. dependent var
1.276855
S.E. of regression
0.789690
Akaike info criterion
2.464949
Sum squared resid
10.60138
Schwarz criterion
2.564363
F-statistic
30.05892
Prob(F-statistic)
0.000040
Log likelihood Durbin-Watson stat
-21.41701 2.180170
112
Null Hypothesis: D(LEXP) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.824426
0.0092
Test critical values:
1% level
-3.788030
5% level
-3.012363
10% level
-2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LEXP,2) Method: Least Squares Date: 05/22/11 Time: 10:33 Sample (adjusted): 1989 2009 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LEXP(-1))
-0.815543
0.213246
-3.824426
0.0011
C
0.090121
0.039217
2.297987
0.0331
R-squared
0.434965
Mean dependent var
-0.014721
Adjusted R-squared
0.405226
S.D. dependent var
0.166639
S.E. of regression
0.128515
Akaike info criterion
-1.175151
Sum squared resid
0.313805
Schwarz criterion
-1.075673
Log likelihood
14.33909
F-statistic
14.62623
Durbin-Watson stat
2.217978
Prob(F-statistic)
0.001144
113
Lampiran 6 : Hasil Uji Normalitas JB Test
114
Lampiran 7 : Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.838861
Probability
0.451501
Obs*R-squared
2.112528
Probability
0.347753
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 01/06/08 Time: 12:35 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LTPAK
-0.137728
0.333445
-0.413046
0.6854
LPMA
-0.015090
0.029652
-0.508916
0.6182
LEXP
0.038190
0.078781
0.484760
0.6348
C
-0.128636
0.592862
-0.216975
0.8312
RESID(-1)
0.337633
0.274994
1.227781
0.2384
RESID(-2)
0.055655
0.293442
0.189662
0.8521
R-squared
0.100597
Mean dependent var
4.26E-16
-0.199205
S.D. dependent var
0.068480
S.E. of regression
0.074991
Akaike info criterion
-2.107935
Sum squared resid
0.084355
Schwarz criterion
-1.809500
Log likelihood
28.13332
F-statistic
0.335544
Durbin-Watson stat
1.844419
Prob(F-statistic)
0.883522
Adjusted R-squared
115
Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test: F-statistic
0.673814
Probability
0.718544
Obs*R-squared
7.462988
Probability
0.589032
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/06/08 Time: 12:35 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
-3.255589
3.405718
-0.955918
0.3597
LTPAK
2.205131
2.370117
0.930389
0.3721
LTPAK^2
-0.107830
0.828199
-0.130198
0.8988
LTPAK*LPMA
-0.040512
0.081803
-0.495242
0.6302
LTPAK*LEXP
-0.033882
0.249309
-0.135904
0.8944
LPMA
0.076712
0.156203
0.491104
0.6330
LPMA^2
-0.002712
0.002845
-0.953397
0.3609
LPMA*LEXP
0.006952
0.018673
0.372284
0.7168
LEXP
-0.141564
0.307806
-0.459913
0.6545
LEXP^2
0.003840
0.026093
0.147163
0.8857
R-squared
0.355380
Mean dependent var
0.004466
-0.172036
S.D. dependent var
0.005874
S.E. of regression
0.006359
Akaike info criterion
-6.972067
Sum squared resid
0.000445
Schwarz criterion
-6.474676
Log likelihood
83.20671
F-statistic
0.673814
Durbin-Watson stat
2.839267
Prob(F-statistic)
0.718544
Adjusted R-squared
116
Lampiran 9 : Hasil Uji Multikolinearitas
Dependent Variable: LTPAK Method: Least Squares Date: 01/08/08 Time: 12:28 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LPMA
-0.027597
0.021773
-1.267460
0.2211
LEXP
0.211099
0.024642
8.566664
0.0000
C
-0.547447
0.458710
-1.193448
0.2482
R-squared
0.844526
Mean dependent var
3.983389
Adjusted R-squared
0.827251
S.D. dependent var
0.150462
S.E. of regression
0.062537
Akaike info criterion
-2.574564
Sum squared resid
0.070395
Schwarz criterion
-2.425347
Log likelihood
30.03292
F-statistic
48.88736
Durbin-Watson stat
0.733386
Prob(F-statistic)
0.000000
117
Dependent Variable: LPMA Method: Least Squares Date: 01/08/08 Time: 12:28 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LEXP
1.256774
0.493898
2.544606
0.0203
LTPAK
-2.969033
2.342506
-1.267460
0.2211
C
-3.412357
4.876717
-0.699724
0.4930
R-squared
0.419471
Mean dependent var
14.04217
Adjusted R-squared
0.354968
S.D. dependent var
0.807652
S.E. of regression
0.648657
Akaike info criterion
2.103738
Sum squared resid
7.573602
Schwarz criterion
2.252955
F-statistic
6.503111
Prob(F-statistic)
0.007489
Log likelihood Durbin-Watson stat
-19.08925 1.652098
118
Dependent Variable: LEXP Method: Least Squares Date: 01/08/08 Time: 12:29 Sample (adjusted): 1987 2007 Included observations: 21 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LTPAK
3.804081
0.444056
8.566664
0.0000
LPMA
0.210504
0.082726
2.544606
0.0203
C
5.189737
1.611054
3.221330
0.0047
R-squared
0.875453
Mean dependent var
23.29881
Adjusted R-squared
0.861614
S.D. dependent var
0.713626
S.E. of regression
0.265471
Akaike info criterion
0.316939
Sum squared resid
1.268545
Schwarz criterion
0.466157
F-statistic
63.26162
Prob(F-statistic)
0.000000
Log likelihood Durbin-Watson stat
-0.327861 0.996266
119