ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA TERHADAP PDRB DI KOTA DEPOK PERIODE 2001-2010
Di susun oleh LAENI NAJIAH 1060 8400 3658
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA
: Laeni Najiah
Tempat/Tanggal Lahir
: Tegal, 22 Mei 1988
Alamat
: Jl.Baladewa Kiri No 6 RTOO5/RWOO4 Tanah Tinggi- Johar Baru Jakarta Pusat
Anak Ke
: anak ke 5 dari 6 bersaudara
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Single
Kewarganegaraan
: Indonesia
RIWAYAT PENDIDIKAN SDN 05 Jembayat- Tegal
1994-2000
SMP Manbaul Ulum Asshidiqiyah Jakarta 2000-2003 MAN Babakan Lebaksiu Tegal
2003-2006
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2006-2013
ORGANISASI PMII
PENGALAMAN KERJA Surveyor Lembaga Survei Nasional 2011 Panitia Amil Masjid Agung Al azhar 2011-2012 Freelancer Kompas Gramedia 2012
ABSTRAK
Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam pembentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumbuhan PDRB di Kota Depok. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan E-viws 5. Data sekunder yang digunakan adalah data time series periode tahun 2001-2010. Variabel independen terdiri dari Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan, serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, sedangkan variabel dependennya adalah PDRB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD), Dana perimbangan (DP) dan Tingkat partisipasi angkatan kerjan(TPAK) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Nilai R2 0.973734. Hal ini berarti 97,3734 persen di pengaruhi oleh varibel variabel independen dan sisanya 2,6266 di pengaruhi di luar model. Kata Kunci : PAD, Dana perimbangan, TPAK , PDRB
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya yang telah senantiasa memberikan nikmat yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan, serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman ketauhidan dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat kurikulum sarjana strata satu (S-1) program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, antara lain : 1. Agus zaeni ma’awi (Ayah) dan rosinah (mama) atas segala doa, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayangnya yang tak henti-hentinya di berikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEIS menjadi FEB 3.
Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), dan dosen pembimbing II yang telah memberikan
bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.. 4.
Utami Baroroh,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan bantuannya selama ini.
5. Pheni Chalid,SF,MA,Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih juga atas dorongan dan motivasi yang bapak berikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 6. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan bisnis 7. Kakak- kakak saya Amir Syaikhu, Siti Barkah, Ali Subhan,Elok Faiqoh, Serta adik saya Abdulloh syafei, Terimakasih atas semua dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Ponakan- ponakan saya tercinta Rossa Meilani, El-Mubarik, Kenziro, yang telah menjadi inspirasi dan pelipur lara 9. Kepada Awaludin Rizal terima kasih atas dukungan , kasih sayang, perhatian dan selalu memberi saya motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. 10. Anak – anak Jurusan IESP angkatan 2006 11. Buat seluruh teman – teman, anak Kost Chantiq serta anak iesp vera, zidney, febi, isty
12. Semua pihak yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala bantuan selama proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi. Wasalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta 21 Januari 2013
Laeni Najiah
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... ii ABSTRACT................................................................................................... .... iv ABSTRAK..........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DATAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .....................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
5
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................
6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .......................................
8
1. Proses Pertumbuhan Ekonomi................................. .......
9
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................... 11 3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ....................................... 16 B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................... 17 1. PDRB Pendekatan Produksi............................................ 18 2. PDRB Pendekatan Pendapatan ....................................... 18
3. PDRB Pendekatan Pengeluaran ...................................... 19 C. Keuangan Daerah ................................................................. 20 1. Penerimaan Daerah ........................................................ 21 2. Pengeluaran Daerah ....................................................... 28 D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........................ 28 E. Hubungan PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi................... 30 F. Hubungan
Dana
Perimbangan
dengan
Pertumbuhan
Ekonomi ................................................................................ 31 G. Hubungan TPAK dengan Pertumbuhan Ekonomi ................ 33 H. Penelitian Terdahulu ............................................................. 34 I. Kerangka Berfikir.................................................................. 40 J. Hipotesis................................................................................ 42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 45 B. Metode pengumpulan sampel ................................................ 45 C. Metode pengumpulan data operasional variabel ................... 46 D. Metode Analisis Data ............................................................ 47 1. Metode analisis.................................................................. 47 2. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 48 3. Pengujian Statistik...............................................................51 E. Operasional variabel ............................................................. . 52
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 55 B. Analisis Deskriptif .................................................................. 57
1. Perkembangan PDRB ....................................................... 58 2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah .......................... 60 3. Perkembangan Dana Perimbangan ................................... 62 4.Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ......... 64 C. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi ................................ 66 1. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................... 66 2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ......... 69 3. Hasil Uji Statistik ............................................................... 70 4. Interprestasi Ekonomi ........................................................ 74 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 78 B. Implikasi ................................................................................. 80 C. Saran ....................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan PDRB, PAD, Dana perimbangan dan TPAK ............. 4
2.1
Penelitian Terdahulu ............................................................................ 37
3.1
Operasional Variabel ............................................................................ 54
4.1
Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut harga konstan ........................................................................................ 59
4.2
Perkembangan PAD Kota Depok Tahun 2001-2010 ........................... 61
4.3
Perkembangan Dana perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010 .... 63
4.4
Perkembangan TPAK Kota Depok Tahun 2001-2010.......................... 64
4.5
Hasil uji Multikolineritas ...................................................................... 67
4.6
Hasil Uji Autokolerasi .......................................................................... 68
4.7
Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................. 68
4.8
Hasil Olah Data Dengan Metode OLS ................................................. 69
4.9
Hasil Uji t-Statistik ............................................................................... 71
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Fungsi Produksi neoklasik ..................................................................... 13
2.2
Kerangka Pemikiran ............................................................................... 42
4.1
PDRB Kota Depok Atas harga Konstan Tahun 2001-2010 .................. 59
4.2
Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Tahun 2001-2010 ....................... 61
4.3
Dana Perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010 ................................ 63
4.4
Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok Tahun 2001-2010 ................... 65
4.5
Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 66
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas stuktural sosial, sikap- sikap masyarakat
institusi
nasional
disamping
terus
mengejar
akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentas kemiskinan atau perubahan total suatu masyarakat/ penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan menuju lebih baik (Todaro, 2004:17). Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja antara pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi secara sempit dapat di artikan dengan meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah lepas dari peranan para pelaku ekonomi yakni pemerintah yang berperan sebagai instrumen kebijakan publik dan fiskal,swasta yang berperan dalam pengembangan investasi dan masyarakat itu sendiri yang berperan sebagai input
dari
faktor
produksi
dan
perekonomian.
1
jaminan
terciptanya
pasar
dalam
Salah satu
indicator yang sering digunakan untuk melihat adanya
gejala pertumbuhan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). karena didalamnya mencerminkan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dan dicapai oleh penduduk selama periode tertentu. Produk domestik regional bruto (PDRB) juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu daerah atau masyarakat. Tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal. Otonomi daerah
secara langsung dirasakan
oleh
pemerintah daerah tingkat II (Kabupaten/Kota). Setiap daerah di tuntut untuk dapat bisa dalam mencari sumber pembiayaan untuk pembangunan daerahnya. Salah satu sumber pembiayaan untuk pembangunan daerahnya yang pada akhirnya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yaitu dengan adanya sumber- sumber penerimaan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah dan dana perimbangan. Pengelolaan keuangan daerah di Indonesia dapat di telusuri dari skema keuangan pemerintah daerah yang tertuang secara resmi dalam Undangundang nomor 25 tahun 1999 dan di lengkapi dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000. Kini, peraturan tersebut telah disempurnakan sehingga penerimaan pemerintah daerah dapat disimak dalam UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004. Di sebutkan dalam peraturan tersebut bahwa sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan daerah.Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan.(Muluk, Khairul M.R, 2005: 146)
2
Analisis angkatan kerja dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena tingkat dan pola partisipasi
angkatan
kerja
cenderung
bergantung
pada
ketersediaan
kesempatan kerja dan perbedaan pada tuntutan memperoleh pendapatan antar kelompok penduduk. “modal pembangunan yang penting untuk meningkatkan pertumbuhn ekonomi daerah selain dari keuangan daerah adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang dibisa di lihat
dari Tingkat
partisipasi angkatan kerja. (Wiratno, 2008: 8) Kota Depok merupakan Kota hasil pemekaran dari Kota Bogor dan salah satu Kota diprovinsi Jawa Barat dengan tingkat penerimaan pendapatan asli daerah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kota lainnya diprovinsi Jawa Barat. Seiring dengan pembangunan di Kota Depok pula maka baik langsung maupun tak langsung Kota Depok telah menyediakan lapangan kerja baru untuk menyerap tenaga kerja yang ada. Tabel 1.1 PERKEMBANGAN PDRB, PAD, DANA PERIMBANGAN DAN TPAK DI KOTA DEPOK TAHUN 2005-2010 Tahun
PDRB
PAD
(Rp)
(Rp)
Dana perimbangan (Rp)
TPAK (%)
2005
4.750.034.100.000 64.060.869.669
415.229.467.888
46
2006
5.006.129.060.000
65.149.151.767
493.318.004.764
54
2007
5.422.760.390.000
75.457.361.734
504.052.499.829
61
2008
5.770.827.640.000
97.139.989.565
574.268.400.146
66
2009
6.129.569.620.000
96.889.185.310
618.381.753.387
63
2010
6.519.326.210.000
128.229.208.876
667.535.226.354
64
Sumber : Pemerintah Kota Depok
3
Dari data di atas terlihat bahwa pada tahun 2005-2010 PDRB Kota Depok mengalami peningkatan tiap tahunnya walaupun peningkatannya sangat minim, yaitu dari tahun 2005 sebesar Rp4.750.034.100.000 menjadi Rp 5.006.129.060.000 pada tahun 2006. Dan pada tahun- tahun berikutnya. Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) yang cukup tinggi yaitu dari tahun 20092010., yaitu pada tahun 2009 besarnya Rp 96.889.185.310 menjadi sebesar Rp 128.229.208,876 pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2008 nilainya sebesar Rp 97.139.989.565 mengalami penurunan yaitu
pada tahun 2009
menjadi 96.889.185.310. Ini menunjukan bahwa kontibusi PAD pada kota depok sangat rendah pada saat itu, dan sama halnya
dengan dana
perimbangan juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp 415.229.467.888, menjadi 618.381.753.387 pada tahun 2006. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
mengalami
peningkatan yang sangat minim yaitu pada tahun 2005 sebesar 46 % menjadi 54% . pada tahun 2008 sebesar 66% menurun menjadi 63% pada tahun 2009. Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan serta menggali sumbersumber penerimaan daerah maka pemerintah Kota Depok berusaha secara aktif untuk meningkatkan serta menggali sumber- sumber penerimaan daerah terutama penerimaan yang berasal dari daerahnya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari nilai pendapatan asli daerah. Peningkatan Pendapatan Asli daerah masih sangat minim di bandingkan dengan nilai dana perimbangan, Hal ini berarti penerimaan yang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan dalam
4
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDRB riil) lebih banyak dalam bentuk sumbangan dan bantuan pemerintah pusat. Salah satu kontribusi yang paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) diKota Depok
adalah adalah dari subsector
perdagangan dan jasa. Hal itu terlihat secara nyata dengan semakin banyaknya layanan sektor jasa dan perdagangan yang bermunculan di Kota Depok, seperti restauran, Mall, tempat-tempat usaha dan layanan jasa lainnya. Hal itu akan berdampak positif pula terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Depok.
B. Perumusan Masalah Dengan adanya otonomi daerah di harapkan tiap – tiap daerah mampu menggali dan mengelola sumber- sumber penerimaan baik yang berasal dari pendapatan daerah yaitu melalui pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, hal ini dimaksudkan untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang lebih baik. Sedangkan Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang diharapkan bisa meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam menambah jumlah angkatan
kerja. Berbagai gambaran di atas maka Penulis ingin meneliti
mengenai
bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis memilih judul sebagai berikut: “Analisis Pengaruh PAD, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Terhadap Produk Domestik Regional
Bruto(PDRB) di Kota Depok periode tahun 2001- 2010”
5
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka berikut pertanyaan penelitiannya : 1. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB diKota Depok secara simultan. 2. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara parsial. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara simultan. 2. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara Parsial. D. Manfaat Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Instansi Pemerintah Sebagai bahan masukan agar pemerintah pusat khususnya pemerintah daerah lebih memperhatikan tentang kebijakan otonomi daerah. 2. Bagi dunia akademis Hasil penelitian dapat di pakai sebagai bahan referensi perpustakaan, untuk referensi perbandingan terhadap objek penelitian yang sama
6
khususnya tentang PAD,Dana Perimbangan, dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kota Depok. 3. Bagi penulis Bagaimana penulis dapat mempratekan pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan sekaligus mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang di teliti.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya peekembangan GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup masyarakat. (Asfia Murni,2006:173). Menurut Simon Kuznets dalam (Todaro,2000;144) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau di mungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada. Menurut Boediono,(1992:9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi meliputi 3 aspek yaitu : 1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu. 2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita dalam hal ini 2 aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk.ouput perkapita adalah output total di bagi jumlah penduduk 3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lima (5 tahun) mengalami kenaikan output.
8
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa suatu proses perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan atau pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi dari pada yang di capai pada waktu sebelumnya. Dengan kata lain perkembangan baru tercipta apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa- jasa yang di hasilkan bertambah besar pada tahun berikutnya. Sedangkan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami pertumbuhan perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan- kegiatan dari tahun ke tahun. 1. Proses Pertumbuhan Ekonomi Proses pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi disuatu Negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal, usaha, teknologi, dan sebagainya a. Faktor ekonomi Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Fakror-faktor produksi terdiri dari 1) Sumber Alam Tanah yang dapat di Tanami merupakan faktor yang paling berharga selain tanah, sumber daya alam yang penring lainnya antara lain minyak gas, hutan air, dan bahan- bahan mineral lainnya. 2) Akumulasi Modal Untuk pembentukan modal diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi yang mungkin berlangsung selama beberapa
9
puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat dibidang ekonomi. 3) Organisasi Organisasi
bersifat
melengkapi
dan
membantu
meningkatkan produktivitasnya. 4) Kemajuan teknologi Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu betkaitan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil teknik penelitian terbaru. 5) Pembagian kerja dan skala produksi Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduannya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. b. Faktor Non Ekonomi Faktor Non ekonomi bersama-sama saling mempengaruhi kemajuan perekonomian.oleh karena itu faktor nonekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor non ekonomi diantaranya: 1) Faktor sosial Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor ini menghasilkan perubahan pandangan dan harapan, struktur dan nilai nilai sosial.
10
2) Faktor sumber daya manusia Kualitas input tenaga kerja atau sunber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. 3) Faktor politik dam administrative Struktur politik dan adminuistratif yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi Negara terbelakang, administratif yang kuat, efesiensi, dan tidak korup, demeikina amat penting bagi pertumbuhan ekonomi. 2. Teori pertumbuhan ekonomi a. Pandangan Adam Smith Proses petumbuhan ekonomi menurut Adam Smith di bedakan menjadi dua aspek diantaranya yaitu : 1) Pertumbuhan output total Menurut Adam Smith
sumber daya alam yang tersedia
merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tesedia merupakan
batas
maksimum
bagi
pertumbuhan
ekonomi.
Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya alam tersebut digunakan secara penuh. Sumberdaya insan (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang sangat pasif dalam proses pertumbuhan output. Jumlah penduduk
11
akan menyesuaiakan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat. Stok modal merupkan unsur produksi yang sangat penting untuk menentukan tingkat output. 2) Pertumbuhan penduduk Jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tingi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pasa-pasan untuk hidup. Tingkat upah yang berlaku menurut Adam Smith di tentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan akan tenaga kerja akan ditenukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu laju pertumbuhan permintaan tenaga kerja di tentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output. b. Solow-Swam Pertumbuhan ekonomi neo klasik berkembang sejak tahun 1950-an.
Teori
ini
berkembang
berdasarkan
analisis-analisis
menegenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik.ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert sollow dan Trevir swan. (Arsyad,2010:61) Pandangan teori ini di dasarkan kepada anggapan yang mendasari analisi klasik yaitu perekonomian akan tetap mengalami
12
tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dalam teori ini rasio modal-output (capital-output ratio=COR) bisa berubah. Dengan kata lain jika lebih banyak modal yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Dengan adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Sifat teori pertumbuhan ini bisa di gambarkan oleh fungsi produksi sebagai berikut : Gambar 2.1 Fungsi Produksi Neoklasik
13
Dalam fungsi produksi demikian suatu tingkat output tertentu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. Misalnya untuk menciptakan output sebesar 11,kombinasi modal dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain (a)K3, dengan L3, (b) K2 dengan L2, dan (c)K1 dengan L1, dengan demikian meskipun jumlah modal berubah namun terdapat kemungkinan bahwa tingkat output tidak mengalami perubahan. Disamping itu, tingkat output tetap dapat mengalami perubahan meskipun jumlah modalnya konstan. Misalnya, meskipun jumlah modal diasumsikan tidak mengalami perubahan sebesar K3, namun jumlah output dapat dari I1 menjadi diperbesar I2 jika tenaga kerja yang digunakan bertambah dari L3 menjadi L4. Teori pertumbuhan neoklasik juga dapat disajikan kedalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass, dimana output merupakan fungsi
dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan
teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan dalam model solow-swam adalah skala pengembalian yang konstan(constan returns to scale), subsitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) bersifat sempurna, dan adanya produktivitas marginal yang semakin menurun (diminishing marginal productivity) dari tiap inputnya. Fungsi produksi Cobb-Douglass dapat digambarkan sebagai berikut : Qt = TtKtaLtb
14
Dimana: Qt adalah tingkat produksi pada tahun t. Tt adalah tingkat teknologi pada tahun t. Kt adalah skor barang modal pada tahun t. Lt adalah jumlah tenaga kerja pada tahun t. a adalah pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal. b adalah pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja c. Keynesian (Harrod- Domar) Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Keynesian mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja.Dalam teorinya pembentukan modal merupakan faktor penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh melalui akumulasi modal. Pembentukan modal tidak hanya di andang sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa tetapi juga aka meningkatkan permintaan efektif masyarakat.teori ini menunjukan bahwa jika oada suatu periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut akan mempunyai kemampuan yang lebih besardalam menghasilkan barang dan jasa. Teori ini juga mengganggap bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional ditentukan oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan
15
demikian meskipun kapasitas produksi bertambah, pendapatan nasional baru akan mengalami kenaikan hanya jika terjadi kenaikan pengeluaran masyarakat. 3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat mengukur
sejauh
mana
perkembangan
aktivitas
ekonomi
suatu
negara.Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi statistik perekonomian. Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat. Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2006: 19). Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan ada
atau
tidaknya
perkembangan
perekonomian
daerah.Dengan
menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai
keberhasilan
pembangunan
di
suatu
daerah,
yang
memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999: 15).
16
Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi
pertanian, pertambangan
dan penggalian,
industri
pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor. B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunujukan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga pada tahun tertentu. PDRB atas harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengeahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BPS, 2007:2). Angka-angka PDRB dapat di hitung dengan tiga pendekatan yaitu :
17
1. PDRB Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah /provinsi dalam periode tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit tersebut dikelompokan menjadi 9 lapangan usaha yaitu: a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, b. Pertambangan dan penggalian c. Industry pengelolaan d. Listrik, gas, dan Air bersih e. Konstruksi f. Perdagangan, hotel,dan restoran g. Pengankutan dan komunikasi h. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2. PDRB Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam prose produksi di suatu region dalam jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung dan lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung neto sedangkan
18
jumlah semua komponen pendapatan ini pers sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu, PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). 3. PDRB Pendekatan Pengeluaran Salah satu cara/pendekatan untuk mengetahui nilai PDRB dengan melihat sisi pengeluaran. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi 4 kelompok pengeluaran (Mankiw. 2000 ; 24) a. Konsumsi b. Investasi c. Pembelian pemerintah d. Ekspor bersih (NX) Jadi dengan menggunakan symbol Y untuk GDP menjadi : Y = (C + I +G +NX). Persamaan ini disebut national income account adentity. Persamaan ini menegaskan bahwa PDRB merupakan total pengeluaran dari konsumsi rumah tangga (C) Investasi perusahaan (I) pembelian pemerintah (G) dan Ekspor Neto (NX). Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang di beli rumah tangga. Konsumsi di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : antara lain barang tidak tahan lama dan barang tahan lama dan jasa (service). Konsumsi dalam perekonomian memegang peranan penting dalam pembentukan GDP, karena hampir 70% GDP berasal dari konsumsi. Investasi terdiri dari barang-barang yang di beli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga di bagi 3 kelompok 1.)investasi tetap bisnis
19
(Bussines Fixed Investment) 2.) investasi tetap residensi (Residential Fixed Investment) 3.) dan investasi persediaan (Inventory Investmen). Investasi tetap bisnis adalah peralatan dan struktur yang di beli perusahaan untuk penggunaan dalam produksi mendatang. Misalnya pembelian pabrik. Investasi tetap residensi adalah perumahan yang baru yang di beli seseorang untuk di tinggali atau untuk disewakan.sedangkan investasi persediaan adalah perubahan dalam kuantitas barang yang disimpan perusahaan di gudang termasuk bahan baku dan perlengkapan barang jadi dan barang setengah jadi. Investasi persediaan ini akan meningkatkan persedian barang perusahaan. Pembelian pemerintah (government purchases) adalah barang dan jasa yang di beli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah. Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang di ekspor ke negara lain di kurangi nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain yang merupakan cerminan neraca perdagangan suatu negara.
C. Keuangan Daerah Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi fiscal terjadi perubahan dalam prinsip- prinsip pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output, menggunakan konsep nilai uang (value for money) dengan prinsip tata pemerintahan yang baik. Pendekatan anggaran kinerja adalah suatu system anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja output dari perencanaan alokasi biaya (input) yang telah di tetapkan (PP Nomor 105 tahun
20
2000, pasal8)
kinerja mencerminkan efesiensi dan efektifitas pelayanan
public dan harus berpihak pada kepentingan publik. Pengelolaan keungan daerah pada dasarnya menyangkut 2 aspek analisis yang saling terkait satu dengan lainnya yang terdiri dari : a. Analisis penerimaan yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber- sumber pendapatan yang potensial dan biaya – biaya dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. b. Analisis pengeluaran yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya- biaya dari suatu pelayanan public dan faktor yang menyebabkan biaya tersebut meningkat. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
Penyelenggara
pemerintah
daerah
sebagai
sub-
system
pemerintahan Negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggra pemerintahan dan pelayanan masyarakat sebagai daerah otonom. (Bratakusumah dan Solihin, 2001:168) 1. Penerimaan Daerah Sumber-sumber penerimaan keuangan
daerah dapat meliputi
pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan pinjaman daerah. (Pheni Chalid, 2005:14)
21
a. Pendapatan Asli Daerah Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah , peningkatan pendapatan asli daerah selalu di upayakan karena merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai penyelenggara pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber pendapatan asli dari dari daerah, bukan merupakan pemberian bantuan, hibah, penyertaan modal dan sebagainya. PAD bertujuan untuk untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. 1) Pajak daerah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku,
yang digunakan
untuk
membiayai penyelenggarakan Pemda dan pembangunan daerah. Dari sudut pandang kewenangan pemungutan, pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah ditingkat provinsi (pajak provinsi), dan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/Kota. (Pheni Chalid,2005:26) Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1) dan (2) yang menjadi pajak daerah provinsi meliputi: a) Pajak Kendaran Bermotor (PKB) dan
22
b) Pajak kendaraan diatas air Bea Milik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PPKB) d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air Yang termasuk pajak daerah Kabupaten / Kota meliputi : a) Pajak Hotel b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame e) Pajak Penerangan Jalan f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g) Pajak Parkir 2) Retribusi Daerah Retribusi
daerah
adalah
pungutan
daerah
sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dengan demikian retribusi merupakan pemasukan yang berasal dari usaha Pemda untuk menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan warga masyarakat baik invidu maupun badan atau koorporasi dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan ke kas daerah. Retribusi daerah di golongkan menjadi tiga yaitu; Jenis retribusi umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah
23
provinsi dan daerah kabupaten kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan jenis retribusi
jasa
usaha
untuk
daerah
provinsi
dan
daerah
kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan jasa pelayanan yang diberikan oleh masing- masing daerah yang bersangkutan. 3) Hasil kekayaan yang dipisahkan Sumber PAD lainnya yang yang sangat penting selain pajak daerah dan retribusi daerah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD. BUMD merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani masayarakat dan merupakan salah satu sumber penerimaaan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaaan kekayaan yang dipisahkan antara lain sperti bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.(HAW.Wijaya, 2002:110) 4) Lain- lain pendapatan asli daerah yang sah. Lain- lain pendapatan asli darah yang sah yang dapat digunakan untuk membiayai belanja daerah dapat di upayakan oleh daerah dengan cara- cara yang tidak memnyalahi aturan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi : a) Hasil penjualan daerah yang tidak dipisahkan. b) Jasa giro c) Pendapatan bunga d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
24
e) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan barang dan/ jasa oleh daerah. b. Dana Perimbangan Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.(HAW,Wijaya.2005,:33) Dana perimbangan dalam UU No.25 Tahun 1999 dan UU No.33/2004 adalah terdiri (a) Dana Bagi Hasil (b) Dana Alokasi Umum (c) Dana Alokasi Umum (Pheni Chalid, 2005:14) Selain itu dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan pusat dan daerah serta untuk mengurangi keseimbangan pendanaan pemerintahan antar daerah diperlukan adanya dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan daerah antar daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah lainnya, dalam mencapai tujuan bangsa. Dana perimbangan meliputi : 1) Dana Bagi Hasil (DBH) DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentasi untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH Bersumber dari Pajak dan Sumber Daya Alam (SDA). Dana bagi hasil dari pajak meliputi pajak bumi dan
25
bangunan, penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pajak penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya alam berasal
dari
kehutanan,
pertambangan
umum,
perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, (UU No.33 Th.53 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan pemerintah daerah pasal 11 tentang bagi hasil :273) 2) Dana Alokasi Umum (DAU) DAU Bertujuan untuk pemerataan kemampuan daerah termasuk jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat dan merupakan satu kesatuan dengna penerimaan umum APBD. DAU digunakan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang penggunaannya di tetapkan oleh daerah.(HAW. Wijaya 2005,:33) DAU untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten ditetapk masing-masing 10% dan 90% dari DAU. DAU bagi masingmasing provinsi dan kabupaten di hitung berdasarkan perkalian dari jumlah DAU bagi seluruh bobot daerah, dengan bobot seluruh daerah diseluruh Indonesia (Bratakusumah dan Solihin, 2001:183) Mekanisme perhitungan DAU
dildalam pertimbangan
otonomi daerah dilakukan pertama kali secretariat bidang
26
perimbangan keuangan pusat dan daerah (DPOD). Selanjutnya DPOP merekomendasikan hasil perhitungan tersebut kepada presiden untuk disah kan melalui keputusan presiden (Kepres) sebelum disampaiakan kepada presiden, sebelumnya DPOP berkonsultasi dengan DPR. Penyaluran DAU dilakukan oleh menteri Keuangan melaui ditjen anggaran secara berkala setiap bulan 1/12 dari total DAU perdaerah. 3) Dana Alokasi Khusus (DAK) DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau prioritas nasional. DAK digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis panjang yaitu 3 tahun. (HAW, Wijaya. 2005,3435) Criteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD.Kriteria khusus ditetpkan dengan memperhatiakan peratura perundang- undanagn dan karakteristik daerah. Sedangkan criteria teknis ditetapkan oleh kementrian Negara / departemen teknis. Tidak semua pembiayaan kegiatan khusus dialokasikan dari DAK., namun daerah yang bersangkutan wajib menyediakan dana sekurang kurangnya 10 %
27
dari DAK yang dialokasikan dari APBD.
Dana tersebut di
istilahkan dana pendamping. Kecuali bagi daerah yang memiliki kemampuan fiscal yang tidak memadai, maka tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan dana pendamping. c. Pinjaman Daerah Pinjaman daerah merupakan mekanisme yang di berikan kepda daerah dalam rangka mencari pos keuangan daerah di luar anggaran pendapatan daerah (APBD).Pemerintah daerah dapat memperoleh pinjaman daerah setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat.Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang memegang peranan penting terutama pembangunan infra struktur. Pinjaman daerah bisa berbentuk pinjaman dari dalam negeri atau luar negeri. (Pheni Chalid, 2005:29) 2. Pengeluaran Daerah Pengeluaran daerah terdiri dari belanja aparatur, belanja publik serta belanja bagi hasil dan bantuan keuangan.
D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja
yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh
sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar- benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja.Semakin besar jumlah
28
penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Secara singkat TPAK adalah jumlah angkatan kerja di bagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi : 1. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga Hubungan antara TPAK dan jumlah penduduk yang masih bersekolah
adalah
semakin
besar
jumlah
penduduk
yang
bersekolah,semakin kecil jumalah angkatan kerja yang berarti semakin kecil TPAK. 2. Tingkat umur Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang tidak begiu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan umumnya mereka bersekolah. 3. Tingkat upah Kaitan antara tingkat upah dengan TPAK adalah melalui kenyataan bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja. 4. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.
29
5. Kegiatan ekonomi Kegiatan ekonomi berhubungan dengan TPAK karena program pembangunan di satu pihak menurut keterlibatan lebih banyak orang, dilain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan- harapan baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah kegiatan ekonomi semakin besar TPAK.
E. Hubungan PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara pada suatu waktu tertentu. Pendapatan perkapita menunjukan kemampuan untuk membayar pengeluarannya termasuk membayar pajak. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka akan mempunyai pengaruh positif dalam penerimaan pajak, sehingga pendapatan asli daerah juga mengalami peningkatan. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah, sehingga kemampuan masyarakat untuk membayar pajak meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori Keynes menerangkan bahwa permintaan agregat akan menentukan tingkat kegiatan perekonomian. Menurut Keynes jika pada suatu periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa yang akan datang perekonomian akan mempunyai kemampuan lebih besar dalam menghasilkan barang dan jasa.
30
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah , jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki daerah meningkat pula, sehingga pemerintah daerah akan lebih berinisiatif untuk lebih menggali potensi – potensi daerah – daerah yang dimiliki. Salah satunya memberi proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan. Dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerintah daerah akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
F. Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan ekonomi Menurut Todaro (Amin, Pujiati,2007:5) terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya adalah : akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia,
pertumbuhan
penduduk
beberapa
tahun
selanjutnya
akan
memperbanyak jumlah akumulasi capital kemajuan teknologi. Desentralisasi merupakan bagian dari strategi setiap institusi yang berkehendak untuk tidak mati dalam persaingan global. Demikian pula bagi sebuah Negara. Desentralisasi menjadikannya terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang terintegrasi dan menjadi sebuah makhluk organik yang bergerak efesien mengatasi tantangan global. Desentralisasi merupakan sistem pengolahan yang berkelebihan dengan sentralisasi. Jika sentralisasi adalah pemusatan
pengelolaan,
maka
desentralisasi
adalah
pembagian
dan
pelimpahan wewenang.
31
Menurut Prawisetoto (Amin, Pujiati, 2007:5-6) desentralisasi fiscal adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian keputusan dibidang fiskal yang meliputi aspek penerimaan (tax assignment) maupun aspek pengeluaran (expenditure assignment). Desentralisasi fiscal ini dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam penyediaan barang dan jasa public (public goods/public service). Menurut Oates (Hadi Sasana, 2009:106-107) desentralisasi fiscal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik. Desentralisasi fiscal akan menyebabkan meningkatnya efisiensi ekonomi yang kemudian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi. Perbelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah lebih memacu pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan pemerintah pusat. Menurutnya
daerah
memiliki
pembelanjaan sehingga
lebih
kelebihan
dalam
membuat
anggaran
efisien dengan memuaskan kebutuhan
masyarakat karena lebih mengetahui keadaannya. Sumber sumber penerimaan daerah dalam desentralisasi fiscal selain dari pendapatan asli daerah bisa kita lihat dari dana perimbangan yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Dana bagi hasil (DBH) 2. Dana alokasi umum (DAU) dan Dana alokasi khusus (DAK) . DBH bersumber dari pajak dan sumber daya alam (SDA), sedangkan DAU
digunakan
untuk
membiayai
pengeluaran
daerah
sehingga
penyelengaraan pelayanan kepada masyarakat terjamin. Sedangkan DAK yang
32
dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau prioritas nasional. Dapat disimpulkan bahwa selain dari sisi pengeluaran, implikasi desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi penerimaan juga penting untuk dilihat. Dana perimbangan merupakan sisi penerimaan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dimana penerimaan akan terhimpun menjadi modal. Selanjutnya melalui modal tersebut maka daerah akan melakukannya untuk belanja pembangunan sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat.
G. Hubungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan pertumbuhan Ekonomi. Menurut Teori Sollow-Swan Pertumbuhan ekonomi ekonomi bergantung kepada kesediaan faktorfaktor produksinya yaitu penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal, serta tingkat kemajuan teknologi. Teori ini mengemukakan tentang rasio modaloutput yang dapat berubah-ubah. Dimana untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, dapat menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja yang berbedabeda. (Arsyad, 2010:89) Kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efesiensi yang berbeda pula. Dengan kata lain, pada suatu kombinasi tertentu antara jumlah modal
33
dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan output yang optimal dan lebih efisiensi dibandingkan kombinasi lainnya sehingga dengan input yang kecil mampu menghasilkan output yang optimal, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang positif. Dari penjelasan kombinasi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa menurut Sollow –Swan, modal dan tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki peranan yang cukup penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga
semakin
banyak
masyarakat
yang
produktif,
maka
akan
menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDRB. Begitupun pada pendapatan perkapita. Meningkatnya TPAK meningkat
pula
pendapatan
perkapita
dan
suatu daerah, berarti
tingkat
konsumsi
yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
H. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian pertama berupa tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara”.tesis ini di tulis oleh Novita Linda Sitompul pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB sumatera utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS (Ordinary Least Square) dengan data time series tahunan dari 1984-2005 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Pengujian satistik meliputi uji t, uji f, dan R2 square (koefesien
34
determinasi)
serta
uji
asumsi
klasik
yaitu
multikolinieritas,
heteroskedasitas dan autokorelasi. Hasil analisis data menunujukan bahwa investasi PMDN, investasi PMA,dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada kondisi perekonomian (dummyvariable) bahwa kondisi sebelum krisis dan sesudah krisis tidak menunujukan perbedaan yang signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara. 2. Penelitian kedua
berupa jurnal yang berjudul “Analisis Pertumbuhan
ekonomi di karasedinan semarang Era desentralisasi fiscal 2002-2006” yang di tulis oleh Amin pujiati. Variabelnya meliputi PDRB, PAD, dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU) dan Tenaga Kerja. Metode analisis yang digunakan adalah Data panel yaitu gabungan gabungan antara data time series dengan cross section dari tahun 2002-2006. Objek yang diteliti adalah 6 wilayah karasediana Semarang. Hasil dari penelitian tersebut bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal dalam proses pertumbuhan ekonomi, DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi DAU berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Penelitian ketiga yang berupa jurnal yang berjudul “ Kajian Tentang Keuangan Daerah Kota Medan di Era Otonomi Daerah 2001-2005”. Yang ditulis oleh Paidi Hidayat dan Sirojuzilan tahun 2006.
Penelitian ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana derajat otonomi fiscal atau kemampuan keuangan emerintah kota medan di era otonomi daerah.
35
Variable yang di teliti adalah PDRB, PAD, Dana Perimbangan, dan Angkatan Kerja.
Penelitian ini menggunakan menggunakan data time
series. Metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary least Square) dari hasil estimasi diperoleh nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,9911 yang artinya secara keseluruhan variable bebas mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi di kota medan sebesar 99,11 persen. Dari pengujian menunujukan bahwa variable PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota medan. Sedangkan dana perimbangan dikota medan memiliki hasil secara signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. Dan angkatan kerja memberikan pengarug positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. 4. Penelitian keempat yang berupa jurnal yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah” yang ditulis oleh Wiratno Bagus Suryono penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pendapatan asli daerah, tingkat investasi dan tenaga kerja terhadap terhadap PDRB jawa tengah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan data rentan waktu 15 tahun mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2008.
Hasil
analisa data menunjukkan bahwa model penelitian ini lolos uji asumsi klasik dengan R-square model sebesar 0,958. PAD, Tingkat Investasi, Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan terhadap PDRB Jawa tengah. Koefisien PAD sebesar 0,812. Adanya pengaruh yang positif antara Tingkat Investasi dengan PDRB Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien tingkat
36
investasi 0,036. Adanya pengaruh yang positif antara Tenaga Kerja dengan PDRB Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien 0,924 Tenaga Kerja. 5. Penelitian yang kelima
berupa jurnal yang berjudul “Analisis kinerja
keuangan kabupaten/kota pemekaran di Sumatera Utara” yang di tulis oleh Paidi Hidayat dkk,. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kinerja keuangan kabupaten/kota pemekaran di sumatera utara dilihat dari aspek pendapatan asli setelah otonomi daerah dan bagaimana peta kemampuan keuangan kabupaten/kota dengan metode kuadran. penelitian ini mengkaji kinerja kemapuan keuangan dengan metode analisis pertumbuhan (growth), analisis peranan (share) dan metode analisis kuadran.Pertumbuhan PAD kabupaten/kota pemekaran di sumatera Utara meningkat sebesar 55,47% per tahun. Dari ketujuh kabupaten/kota tersebut secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positif dan relative cukup tinggi hingga rata- rata tumbuh sebesar 192,81%pertahun dan di ikuti oleh kabupaten Mandailing Natal sebesar 59,04%. Sedangkan pertumbuhan PAD yang relatif cukup rendah adalah kabupaten Humbang Hasundutan dengan rata- rata tumbuh sebesar 12,77% pertahun.
37
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO
PENELITI
VARIABEL
METODOLOGI
HASIL
1
Novita Linda Sitompul
Dependen: PDRB Independen: PMA,PMDN,da n Tenaga kerja
OLS (Ordinary Least Square) dengan data time series tahunan dari 1984-2005
Dependen: PDRB Independen: PAD,DBH, DAU
analisis yang digunakan adalah Data panel yaitu gabungan gabungan antara data time series dengan cross section
Investasi PMDN, investasi PMA,dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada kondisi perekonomian (dummy variable) bahwa kondisi sebelum krisis dan sesudah krisis tidak menunujukan perbedaan yang signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara. PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal dalam prose pertumbuhan ekonomi, DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi DAU berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi. nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,9911 yang artinya secara keseluruhan variable bebas mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi di kota medan sebesar 99,11 persen. Dari pengujian menunujukan bahwa
2
3
Amin pujiati.
Paidi Hidayat Dependent: dan Sirojuzilan PDRB Independen: PAD,Dana perimbangan, Angkatan Kerja
Penelitian ini menggunakan data time series .metode yang digunakan adalah OLS( Ordinary least Square) .
38
4
Wiratno Bagus Suryono
5
Paidi Hidayat,Wahyu Ario Pratomo, dan D. Agus Harjito
variable PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota medan. Sedangkan dana perimbangan dikota medan memiliki hasil secara signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. Dan angkatan kerja memberikan pengarug positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. Dependen: Penelitian ini nilai koefesien determinasi PDRB menggunakan (R2) sebesar Independen: analisis linier 83,89916 PAD, Tingkat berganda dengan yang artinya secara Investasi, metode keseluruhan variabel PAD, Tenaga Kerja OLS(Ordinary Tingkat Investasi, dan least Square) Tenaga Kerja secara bersama- sama berpengaruh terhadap PDRB Dependen regional autonomy, Independen orijinal regional income(PAD)
Penelitian ini menggunakan data time series, penelitian ini mengkaji kinerja kemapuan keuangan dengan metode analisis pertumbuhan(gro wth), analisis peranan (share)
Pertumbuhan PAD kabupaten/kota pemekaran di sumatera Utara meningkat sebesar 55,47%per tahun. Dari ketujuh kabupaten/kota tersebut secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positif dan relative cukup tinggi hingga rata- rata tumbuh
39
dan metode sebesar 192,81%pertahun analisis kuadran dan di ikuti oleh kabupaten Mandailing Natal sebesar 59,04%. Sedangkan pertumbuhan PAD yang relatif cukup rendah adalah kabupaten Humbang Hasundutan dengan rata- rata tumbuh sebesar 12,77% pertahun. Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut peneliti memakai PDRB sebagai variable dependen.Sedangkan PAD, Dana perimbangan dan TPAK sebagai variable independen.
I. Kerangka Berfikir Penelitian ini menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic regional bruto di Kota Depok pada tahun 2001 sampai dengan 2010 . Menurut undang – undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan tolak ukur pemberdayaan daerah untuk lebih mandiri dalam mengembangkan potensi daerahnya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan asli daerah merupakan ukuran potensi daerah yang dapat memberikan kontribusi yang sangat penting bagi pembangunan daerah agar terwujud pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka produk domestic regional bruto di pengaruhi oleh pendapatan asli daerah (PAD) diformulasikan sebagai berikut :
40
Y=f(X1)……………………………………………………………(2.1) Dimana Y produk domestic regional bruto dan X1 adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan menurut Menurut oates (Hadi Sasana, 2009:106-107) Peranan Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dalam desentralisasi fiscal
akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, dan
kesejahteraan masyarakat. Karena pemerintah daerah akan lebih efesien dalam memproduksi dan penyediaan barang- barang public. Menurutnya daerah memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih efesien dengan memuaskan kebutuhan masrakat karena lebih mengetahui keadaannya. Dengan mengamsumsikan
bahwa produk domestic regional bruto
dapat pula di pengaruhi oleh dana perimbangan (DP), sehingga hubungan dana perimbangan terhadap pdrb adalah apabila dana perimbangan meningkat maka produk domestic regional akan mengalami peningkatan pula sehingga persamaan (2.1) menjadi Y=f(X1,X2)……………………………………………………………(2.2) Dimana Y adalah Produk Domestic Regional Bruto (PDRB)
dan X1
Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan X2 Dana Perimbangan (DP) Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan potensi daerah dari segi sumber daya manusia bisa dilihat dari partisipasi angkatan kerja.
41
Menurut teori Solow pertumbuhan ekonomi bergantung kepada kesediaan faktor-faktor produksinya yaitu penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal serta tingkat kemajuan teknologi. Dalam teori Solow tersebut bahwa modal dan tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki peranan penting yang cukup penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain tingkat partisipasi angkatan kerja adalah salah satu factor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian,sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang dapat mempengaruhi PDRB. Dengan mengamsumsikan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat pula di pengaruhi oleh Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), sehingga hubungan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic regional bruto adalah apabila tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat maka produk domestic regional bruto juga akan mengalami peningkatan pula sehingga persamaan (2.2) menjadi: Y=f(X1,X2,X3)……………………………………………………(2.3) Dimana Y adalah Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dan X1 Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan X2 Dana Perimbangan (DP) serta X3 Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1
42
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
PAD
DANA PERIMBANGAN
PDRB
TPAK
J. Hipotesis Penelitian Dalam jurnalnya, Hadi Sasana (2009:106) menjelaskan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan
dapat mempengaruhi meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Karena pendapatan asli daerah dan dana perimbangan merupakan salah satu aspek dalam otonomi daerah dan desentralisasi fiscal dari segi pengelolaan keuangan. . Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang “perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah di dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah pusat dan daerah di laksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentralisasi, dan pembantuan.” Sumber- sumber penerimaan yang di gunakan untuk pendanaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan desentralisasi fiskal terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Dalam jurnalnya, Wiratno (2008: 8) menjelaskan bahwa “modal pembangunan yang penting untuk meningkatkan pertumbuhn ekonomi daerah
43
selain dari keuangan daerah adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang dibisa di lihat dari Tingkat partisipasi angkatan kerja. Melihat beberapa penelitian telah menunjukan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan merupakan memiliki peranan sangat penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan asli daerah menunjukan tingkat kemandirian suatu daerah, sedangkan untuk dana perimbangan semakin banyak dana perimbangan yang di terima dari pusat berarti menunjukan bahwa daerah tersebut belum mandiri dan masih tergantung dengan pemerintah pusat. Berdasarkan kerangka berfikir diatas dan teori serta penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian maka di buat hipotesis sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB secara Simultan 2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB secara Parsial.
44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari empat variabel yang terdiri dari satu variabel tidak bebas (Dependent Variabel) dan tiga variabel bebas (Independent Variabel). Penelitian ini menggunakan variable yang terdiri sebagai berikut: 1. Variable dependen : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2. Variabel Independen : Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana Perimbangan (DP) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (kuncoro, 2003:134). Sedangkan sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi. Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105) 1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti mengambil keputusan yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang di kehendaki. 2. Sampel yang baik mengindentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel.
45
3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh dalam pemilihan sampel darpada harus melakukan sensus. 4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti
menghitung derajat
kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika. Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut (kuncoro, 2003:108): 1. Penentuan populasi 2. Penentuan unit pemilihan sampel 3. Penentuan kerangka pemilihan sampel 4.
Penentuan desaign sampel
5.
penentuan jumlah sampel
6.
pemilihan sampel
C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. (Azwar, 2001:91). Data yang di gunakan meliputi : PDRB, Pendapatan asli daerah, Dana Perimbangan dan Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Sedangkan jenis data yang digunakan adalah time series dari periode 2001 - 2010.Sumber data di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
46
Mengingat keterbatasan data yang diperoleh maka untuk memudahkan penelitian seluruh data sekunder tahunan diinterpolasi menjadi data kuartalan dengan menggunakan metode interpolasi sebagai berikut (Insukindro,1996:1-6, dalam Paidi Hidayat). Q1
=
¼ [Yt-4,5/12 (Yt-Yt-1)]
Q2
=
¼ [Yt-1,5/12 (Yt-Yt-1)]
Q3
=
¼ [Yt + 1,5/12 (Yt-Yt-1)]
Q4
=
¼ [Yt + 4,5/12 (Yt-Yt-1)]
Dimana Q1,Q2,Q3,danQ4 adalah
data kuartalan yang di cari,
sedangkan Yt dan Yt-1 adalah data tahunan yang bersangkutan dan sebelumnya.
D. Metode Analis Data 1. Metode Analis Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, secara umum berdasarkan pada kerangka berfikir maka digunakan model regresi berganda dan secara umumdi gambarkan dalam persamaan sebagai berikut : PDRB = βo + β1PAD + β2DP + β3TPAK + Untuk menstandarkan data serta di gunakan untuk koefesien yang sudah elastis model diatas kemudian di transformasikan kedalam bentuk persamaan logaritma natural, persamaannya adalah sebagai berikut : LnPDRB
= βo + β1LnPAD + β2LnDP + β3TPAK +
47
Dimana : LnPDRB =
Produk Domestik Regional Bruto dalam miliar rupiah
LnPAD =
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam miliar rupiah
LnDP
=
Dana Perimbangan (DP) dalam miliar rupiah
TPAK
=
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dalam persen
β0
=
Konstanta
β1, β2, β3 =
Koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter
ε
Eror term
=
2. Uji Asumsi klasik Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat- sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan cukup apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya. Uji asumssi klasik terdiri dari : a. Uji Normalitas Uji asumsi Klasik yang pertama adalah uji normalitas, dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan melihat Jarque-Bera test yang merupakan asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual OLS). Uji stasitistik dari J-B menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Dengan formula sebagai berikut:
48
Dimana S=koefisien skewness dan K=koefisien kurtosis. Jika variabel didistribusikan secara normal maka koefisien S=O dan K=3ini. Jika residual berdistribusi normal maka nilai statistik J-B akan sama dengan nol: (Gujarati, 2007:166) 1. Uji hipotesis H0 : data tidak normal Ha : data normal 2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono, 2007:54) a. Jika probability JBtest lebih besar α 5% = data berdistribusi normal (tolak H0, terima Ha) b. Jika probability JBtest lebih kecil α 5% = data tidak berdistribusi normal (terima H0, tolak Ha) b. Multikolinearitas Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan di antara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks korelasi (Correlation Matriks). Indikasi awal adanya masalah multikolinearitas dalam model adalah mempuyai standard error besar dan nilai statistik t yang
49
rendah. (Widarjono, 2007:113) Penyembuhan multikolinearitas ada dua, yaitu memperbaiki model supaya terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model mengandung multikolinearitas. (Widarjono, 2007:119) Jika
kita
tetap
membiarkan
model
kita
terdapat
multikolinearitas, maka hal tersebut akan menyulitkan kita untuk memperoleh estimator dengan standar error yang kecil. Masalah multikolinearitas timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Cara menghilangkan multikolinearitas yaitu dengan cara menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linear kuat, mentransformasi variabel dan menambahkan jumlah data. (Widarjono, 2007:120) Apabila
pengujian
multikolinearitas
dilakukan
dengan
menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8, itu menandakan bahwa terjadi multikolinearitas yang serius. Jika terjadi multikolinearitas yang serius, maka akan berakibat buruk, karena hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar estimator yang besar. (Gujarati, 2006:68&71) 1. Uji hipotesis Ho : tidak ada multikolineritas Ha : ada multikolineritas 2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono, 2007:54)
50
a.. Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya < 0,8) = Tidak terdapat multikolineritas (tolak Ha terima Ho) b. Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya > 0,8) = Terdapat multikolineritas.( tolak Ho terima Ha) c. Heteroskedatisitas Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu tidak memilki varian yang sama (Winarno, 2007:5.8). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas adalah dengan uji white.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedatisitas. Dari hasil uji White Heteroskedastisity kriteria untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas (Winarno, 2007: 5.14). 1. Uji Hipotesis H0 = tidak ada Heteroskedastisitas Ha= ada Heteroskedastisitas 2. Pada output Eviews5.0 adalah sebagai berikut: Bila Prob Obs*R- square < 0,05, = Maka terdapat heteroskedasitisitas (tolak Ho, terima Ha) Bila
Prob
Obs*R-
square
>
0,05,=
Maka
tidak
terdapat
heteroskedasitas ( tolak Ha, terima Ho)
51
d. Autokorelasi Autokorelasi
adalah
suatu
keadaan
dimana
kesalahan
pengganggu dari periode tertentu (µ) berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya (µ). Pada kondisi ini, kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain saling berpengaruh. Bila kesalahan pengganggu periode t dengan t-1 berkorelasi, maka terjadi kasus korelasi serial sederhana tingkat pertama
(first order
autocorrelation). Dengan adanya penyakit autokorelasi dalam suatu model persamaan ekonometrik akan mengakibatkan uji statistik menjadi tidak tepat dan interval kepercayaan menjadi bisa(biased convidence intervals). Untuk menguji ada tidaknya penyakit autokorelasi dalam model persamaan penelitian ini, digunakan LM-test. Kriteria pengujian ada tidaknya autokorelasi dengan LM test adalah sebagai berikut : 1. Uji hipotesis Ho : tidak ada autokolerasi Ha : ada autokolerasi 2. Pada output Eviews5.0 adalah sebagai berikut: Bila Prob Obs*R-square < 0,05, maka terdapat autokorelasi (tolak Ho, terima Ha) Bila Prob Obs*R- square > 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. (tolak Ho, terima Ha)
52
3. Pengujian statistik Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap variabel dependen.Uji statistic meliputi Uji F, Uji t, dan koefesien determinasi. a. Uji signifikansi Simultan ( uji-F) Dilakukan untuk menguji pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersamaan. Pengujian ini bertujuan mendeteksi apakah semua variabel independen secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Apabila nilai F-statistic lebih besar dari F-table, maka variabelvariabel bebas secara signifikan, sebaliknya apabila F-statistic lebih kecil dari F-tabel, maka variabel-variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak bebas secara statistic. (Kuncoro, 2003:219) b. Uji Parsial (uji-t) Bertujuan untuk menetapkan signifikansi pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai dari tstatistik lebih dari t-tabel, maka variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas, sebaliknya apabila nilai tstatistik lebih kecil dari t-tabel, maka variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas. c Koefisien Determinasi (R2) Koefesien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel depennya. Nilai koefesien
53
determinasi adalah antara nol dan satu nilai R2yang kecil berati kemampuan variabel-variabel indenpenden dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel depennya (Kuncoro, 2003:220).
E. Operasional Variabel 1. Variabel Dependen : Produk Domestik Regional Bruto (Y) Variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto (Y). Variabel ini di ukur berdasarkan PDRB atas harga konstan Kota Depok di BPS ( Badan Pusat Statistik). 2. Variabel Independen a. Pendapatan Asli Daerah (X1) Variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (X1). Variabel ini diukur berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendatan dan Belanja Daerah Kota Depok tahunan di BPS (Badan Pusat Statistik). Dengan menggunakan satuan dalam rupiah. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan yang merupakan hasil pajak, hasil retribusi daerah, hasil laba perusahan milik daerah dan juga pendapatan lainnya yang sah. b. Dana Perimbangan (X2) Variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dana Perimbangan (X2). Variabel ini diukur berdasarkan Laporan Realisasi
54
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Depok tahunan di BPS (Badan Pusat Statistik). Dengan menggunakan satuan dalam rupiah. Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik (Wijaya ,HAW.2005:33) c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (X3) Variabel independen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (X3).Variabel
ini di ukur
berdasarkan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Depok tahunan di BPS (Badan Pusat Statistik). Dengan menggunakan persen . Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar-benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja.Penelitian ini menggunakan data dari jumlah angkatan kerja yang bekerja di bagi dengan jumlah penduduk usia kerja
dalam kelompok yang sama
dalam kuartalan di nyatakan dalam satuan persen. TABEL 3.1 Operasional Variabel No 1
Variabel Produk Domestik
Simbol Y
Sumber Data
Data
BPS
Kuartalan
55
2 3 4
Regional Bruto (PDRB) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan (DP) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
X1
BPS
Kuartalan
X2
BPS
Kuartalan
X3
BPS
Kuartalan
56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Kota Depok bermula dari sebuah kecamatan yang berada dilingkungan kewedana (pembantu bupati) wilayah Parung kabupaten Bogor, kemudian pada tahun
1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas
maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI) serta meningkatnya perdagangan dan jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan perarturan pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 maret 1982 oleh menteri dalam Negeri (H.Amir machmud) yang terdiri dari 3(tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) desa yaitu (www.depok.go.id) 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) desa yaitu Desa Depok, Desa Depok Jaya, Desa pancoran Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan jaya , Desa Rangkapan Jaya Baru. 2. Kecamatan Beiji, terdiri dari 5(lima) desa yaitu: Desa keiji,Desa kemiri muka, Desa Pondok Cina , Desa Tanah Baru, Desa Kukusan. 3. Kecamatan Sukmajaya terdiri dari 6 (enam) Desa yaitu : Desa Mekarjaya, Desa sukma Jaya, Desa Sukmaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.
57
Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disis lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama – sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan
perkembangan
tesebut,
dan
mengusulkannya
kepada
Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan Undang – undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok. Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan pelantikan pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok. Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu : 1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung. 2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu : Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung,
58
Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih. 3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol. 4. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman , Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.
B. Analisis Deskriptif Penelitian ini menganlisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic regional bruto. Data yang digunakan rentang waktu analisis mulai tahun 20012010 Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak (software)computer eviews 5.0 dengan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Maka oleh karena itu, perlu dilihat perkembangan secara umum dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, tingkat partisipasi angkatan kerja dan Produk domestik regional bruto.
59
1. Analisa deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Depok Salah satu hal penting dalam pembangunan dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam konteks pertumbuhan ekonomi daerah hal tersebut juga tidak jauh beda. Setiap daerah tentunya menginginkan dan menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sasaran dalam pembangunan daerahnya Produk domestic regional bruto menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu.PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan yaitu produksi, penggunaan, dan pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sector ekonomi,komponen penggunaan dan sumber pendapatan. PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sector- sector ekonomi atas berbagai
aktivitas produksinya.
Sedangkan dari sisi penggunaan
menjelaskan tentang pengunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah/ gaji surplus usaha,penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang diperoleh. PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan.
60
Tabel 4.1 Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut harga Konstan PDRB (Rp) 3.694.722.330.000 3.920.232.260.000 4.166.626.320.000 4.440.876.830.000 4.750.034.100.000 5.006.129.060.000 5.422.760.390.000 5.770.827.640.000 6.129.569.620.000 6.519.326.210.000
Q1 904.423.497.188 958.916.509.063 1.018.557.136.875 1.084.508.222.188 1.158.525.030.938 1.227.523.362.500 1.316.630.910.313 1.410.075.605.313 1.498.760.344.375 1.593.291.872.188
Q2 917.261.554.063 973.010.879.688 1.033.956.765.625 1.101.648.879.063 1.177.847.360.313 1.243.529.297.500 1.342.670.368.438 1.431.829.808.438 1.521.181.718.125 1.617.651.659.063
Q3 930.099.610.938 987.105.250.313 1.049.356.394.375 1.118.789.535.938 1.197.169.689.688 1.259.535.232.500 1.368.709.826.563 1.453.584.011.563 1.543.603.091.875 1.642.011.445.938
Q4 942.937.667.813 1.001.199.620.938 1.064.756.023.125 1.135.930.192.813 1.216.492.019.063 1.275.541.167.500 1.394.749.284.688 1.475.338.214.688 1.566.024.465.625 1.666.371.232.813
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali
Gambar 4.1 Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut harga Konstan
PDRB 7E+12 6E+12 5E+12 Rupiah
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
4E+12
Tahun
3E+12
PDRB (Rp)
2E+12 1E+12 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali Berdasarkan gambar dan tabel 4.1di atas dapat diketahui bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam kurun waktu 10tahun setiap tahunnya
memiliki pergerakan yang signifikan, dimana PDRB
selalu menglami peningkatan tiap tahunnya. Terlihat pada tahun 2001
61
yaitu sebesar Rp 3.694.722.330.000 mengalami peningkatan pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 3.920.232.260.000. Begitupun untuk tahun – tahun berikutnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah merupakan salah satu indikator makro untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah. Dengan demikian peningkatan dalam
nilai
PDRB
diKota
Depok
mencerminkan
keberhasilan
pembangunan dan perekonomian diKota Depok, sehingga seharusnya hal ini dapat memicu peningkatan PAD terutama dari penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. 2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kota Depok Sebagai salah satu ukuran potensial fiscal daerah , pendapatan asli daerah merupakan salah satu hal penting dala upaya penggalian potensi daerah. Pentingnya hal tersebut tercermin dari semakin gencarnya tiap-tiap daerah dalam hal penggalian potensi tersebut guna menggali besarnya nilai PAD, terlebih setelah di berlakukannya kebijakan otonomi daerah guna peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Secara umum PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungutberdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang -undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan.
62
Tabel 4.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Tahun 20012010 TAHUN
PAD (Rp)
Q1(Rp)
Q2 (Rp)
Q3 (Rp)
Q4 (Rp)
2001
41.174.809.473
7.694.782.730
9.427.395.822
11.160.008.914
12.892.622.006
2002
31.101.240.410
8.719.707.202
8.090.109.136
7.460.511.069
6.830.913.003
2003
41.165.629.524
9.347.870.902
9.976.895.221
10.605.919.541
11.234.943.860
2004
43.702.436.417
10.687.783.458
10.846.333.889
11.004.884.320
11.163.434.750
2005
64.060.869.669
14.106.614.300
15.379.016.378
16.651.418.456
17.923.820.535
2006
65.149.151.767
16.185.261.495
16.253.279.126
16.321.296.757
16.389.314.388
2007
75.457.361.734
17.897.945.745
18.542.208.871
19.186.471.996
19.830.735.122
2008
97.139.989.565
22.252.251.032
23.607.415.272
24.962.579.511
26.317.743.750
2009
96.889.185.310
24.245.809.226
24.230.133.961
24.214.458.695
24.198.783.429
2010
128.229.208.876
29.119.175.010
31.077.926.483
33.036.677.955
34.995.429.428
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali Gambar 4.2 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Tahun 2001- 2010
PAD 1.4E+11 1.2E+11
Rupiah
1E+11 8E+10
TAHUN
6E+10
PAD (Rp)
4E+10 2E+10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali Pada tabel dan gambar 4.2 menggambarkan Pendapatan Asli Daerah untuk Kota Depok memiliki pergerakan yang tidakmerata. Terlihat pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp 41.174.809.473 mengalami penurunan pada
63
tahun 2002 menjadi sebesar Rp31.101.240.410. Penurunan ini karenakan berkurangnya penerimaan dari komponen pajak daerah, selain itu
di
indikasikan sebagian pendapatan yang seharusnya sudah masuk ke dalam kas pemda tetapi belum dapat di tagih sehingga mengakibatkan penurunan pada tahun yang bersangkutan. Sedangakan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang sangat drastis 96.889.185.310
meningkat
pada
dari tahun 2009 yaitu sebesar Rp tahun
2010
yaitu
sebesar
Rp
128.229.208.876. peningkatan tersebut akibat dari kontribusi komponen lain – lain pendapatan asli daerah yang sah yang sangat tinggi pada tahun 2010 . peningkatan dari luar pajak daerah dan retribusi daerah di harapkan dapat membantu peningkatan PAD di Kota Depok. Pendapatan asli daerah di harapkan menjadmi sumber pendapatan utama bagi pemerintah daerah Kota Depok dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah. 3. Perkembangan Dana Perimbangan Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik. (HAW, Wijaya. 2005, 33) Selain itu dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan pusat dan daerah serta untuk
mengurangi
keseimbangan
pendanaan
pemerintahan
antar
daerah.diperlukan adanya dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan daerah antar daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah lainnya, dalam mencapai tujuan bangsa.
64
Tabel 4.3 Perkembangan dana perimbangan Kota Depok Tahun2001-2010
TAHUN 2001
Dana Perimbangan (Rp) 152.865.995.315
Q1 (Rp) 31.498.841.427
Q2(Rp) 35.977.279.695
Q3(Rp) 40.455.717.963
Q4 (Rp) 44.934.156.230
2002
214.680.219.663
47.874.971.383
51.738.360.405
55.601.749.427
59.465.138.448
2003
315.103.996.476
69.361.270.043
75.637.756.094
81.914.242.144
88.190.728.195
2004
336.595.143.047
82.133.990.771
83.477.187.431
84.820.384.092
86.163.580.753
2005
415.229.467.888
96.435.399.018
101.350.044.321
106.264.689.623
111.179.334.926
2006
493.318.004.764
116.008.700.859
120.889.234.414
125.769.767.968
130.650.301.523
2007
504.052.499.829
125.006.766.045
125.677.671.986
126.348.577.928
127.019.483.870
2008
574.268.400.146
136.984.359.382
141.372.853.152
145.761.346.921
150.149.840.691
2009
618.381.753.387
150.459.811.480
153.216.896.058
155.973.980.636
158.731.065.213
2010
667.535.226.354
162.275.668.498
165.347.760.558
168.419.852.619
171.491.944.679
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali Gambar 4.3 Perkembangan dana perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010
Dana Perimbangan 8E+11 7E+11
Rupiah
6E+11 5E+11
TAHUN
4E+11 Dana Perimbangan (Rp)
3E+11 2E+11 1E+11 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Sumber : BPS Kota Depok, diolah kembali Gambar 4.3 memperlihatkan pertumbuhan dana perimbangan pada tahun 2002 sebesar Rp 214.680.219.663 meningkat menjadi sebesar Rp 336.595.143.047.Pada tahun 2004.Pada tahun – tahun berikutnya juga
65
mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Peningkatan tersebut
menunjukan bahwa kota Depok dalam menjalankan pemerintahan dan perekonomiannya masih sangat tergantung pada transfer dana pemerintah pusat. 4. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja
yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai
berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja(15 tahun ke atas) benar- benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja.semakin besar jumlah penduduk
usia kerja akan menyebabkan
semakin besarnya angkatan kerja. Secara singkat TPAK adalah jumlah angkatan kerja di bagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama. Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok Tahun 2001-2010 Tahun TPAK (%) 2001 40 2002 40 2003 43 2004 45 2005 46 2006 54 2007 61 2008 66 2009 63 2010 64
Q1 (%) 9,7 10,1 10,4 11 11,4 12,7 14,6 16,1 16,1 15,9
Q2 (%) 9,9 10,1 10,6 11,1 11,5 13,2 15,1 16,4 16 15,9
Q3 (%) Q4(%) 10,2 10,4 10,1 10,1 10,7 11,4 11,3 11,4 11,5 11,6 13,7 14,2 15,6 16 16,7 17,1 15,8 15,6 16 16
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali
66
Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok Tahun 2001-2010
TPAK 70 60
persen
50 40 Series1
30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber :BPS Kota Depok, diolah kembali Tabel dan gambar 4.4 memperlihatkan pergerakan tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota depok mengalami peningkatan sangat minim, yaitu pada tahun 2005 yitu sebesar 46% hanya meningkat 54% pada tahun 2006. Pada tahun 2007 sebesar 61% naik hanya 5% pada tahun 2008 menjadi 66%. Perkembangan TPAK sebagimana di lihat dari tabel di atas, pada dasarnya menunjukan pertumbuhan alami dari jumlah penduduk usia kerja yang juga di ikuti dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja baik yang telah memasuki dunia kerja maupun yang mencari pekerjaan. Menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja biasanya dapat di sebabkan berbagai hal seperti turunnya jumlah penduduk usia kerja maupun mencari pekerjaan yang tidak tersedia. Dalam hal ini tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi.
67
C. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi 1. Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Pengujian normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data pada penelitian ini bersifat normal atau tidak. Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas 7 Series: Residuals Sample 2001Q1 2010Q4 Observations 40
6 5 4 3 2 1 0 -0.06
-0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.13e-15 -0.005847 0.054481 -0.056972 0.030194 0.225870 1.941595
Jarque-Bera Probability
2.207152 0.331683
0.06
Sumber : menggunakan eviews 5 Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan histogram normality test. Maka berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa uji statistic JB, nilai statistiknya sebesar 2.207152 dengan probabilitas lebih besar dari α = 5 persen
yaitu 0.331683 sehingga dapat di
nyatakan bahwa data berdistribusi normal. b. Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas berfungsi untuk apakah ditemukan adanya
kolerasi
antar
variable
independen.
Ada
tidaknya
68
multikolinieritas dapat di lihat dari koefesien kolerasi masing – masing variable bebas, jika koefesien kolerasi di antara masing – masing variable bebas dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas. Berikut ini uji multikolinieritas dengan menggunakan matriks. Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas PDRB PAD DP TPAK
PDRB 1.000000 0.955575 0.949606 0.950201
PAD 0.955575 1.000000 0.885603 0.922930
DP 0.949606 0.885603 1.000000 0.880692
TPAK 0.950201 0.922930 0.880692 1.000000
Sumber : data menggunakan eviews 5 Berdasarkan tabel 4.2 correlation matrix, menunjukan bahwa korelasi antar variabel independen LNPAD,LNDP,dan TPAK adalah > 0,80 sehingga dapat di simpulkan bahwa model ini multikolinieritas.
Multikolinieritasdapat
di
abaikan
terdapat karena
estimatornya masih bersifat BLUE (Wahyu, 2009:5.7). Sifat BLUE tidak berpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antrvariabel independen. Namun harus di ketahui bahwa multikolinieritas akan menyebabkan standar eror yang besar. c. Autokolerasi Uji autokolerasi berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan pengganggu dari periode tertentu (µt)berkolerasi dengan kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya( µ-1). Pada kondisi ini kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain saling berhubungan. (Hamja,2008:117)
69
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokolerasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
2.432751 5.177602
Obs*R-squared
Probability
0.0995 0.0751
Probability
Sumber : data menggunakan eviews 5 Berdasarkan pada tabel 4.6 maka nilai probabilitas Obs*R-square sebesar 0,0751 lebih besar dari α 5% (0,05). Hal ini menunjukan bahwa model ini sudah tidak terdapat autokolerasi. d. Heterokedasitas Model uji heteroskedasitas berfungsi untuk menguji apakah varian dari dua observasi dalam penelitian sama(homogen) untuk semua variable
terikat dengan variable bebas sehingga hasil
estimasinya tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan heteroskedasitas di lakukan melalui Uji White Heteroskedascity Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
2.195108 11.41041
Probability Probability
0.068448 0.076491
Sumber : data menggunakan eviews 5 Berdasarkan tabel 4.7 model ini
tidak terdapat
adanya
heteroskedastisitas, karena nilai probability Obs*R-square sebesar 0.076491
lebih besar dari α 5% (0,05). Maka model ini bersifat
homoskedasitas.
70
2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) Berikut ini adalah hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) untuk model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB = βo + β1PAD + β2DP + β3TPAK+ Tabel 4.8 Hasil Olah Data Dengan Metode OLS Dependent Variable: LNPDRB Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:41 Sample: 2001Q1 2010Q4 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPAD
0.139090
0.031556
4.407735
0.0001
LNDP
0.156485
0.024753
6.321994
0.0000
TPAK
0.021303
0.005462
3.900076
0.0004
C
20.33134
0.689224
29.49886
0.0000
R-squared
0.973734
F-statistic
444.8704
Prob(F-statistic)
0.000000
Sumber : data menggunakan eviews 5 Persamaan regresi linier berganda untuk tabel 4.8 di atas adalah LNPDRB=20.33134 +0.139090LNPAD+0.156485LNDP+0.021303TPAK 3. Uji Statistik a. Uji F- statistic Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X terhadap variabel
71
Y secara srentak. Dengan cara membandingkan antar F- hitung dengan F-tabel. F tabel = (α : k-1, n-k), α = 0,05 (4-1= 3; 40-4 = 36). Hasil perhitungan yang di dapat adalah F- hitung = 444.8704 sedangkan F- tabel = 2.87 (α = 0,05 ; 3 ; 36), dari hasil perbandingan menunjukkan nilai F hitung > F tabel maka variabel PAD, DP dan TPAK secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel PDRB pada tingkat kepercayaan 95 persen. Selain itu, nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa variabel independen(PD, DP dan TPAK) bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (PDRB). b. Uji Parsial (Uji-t) Bertujuan untuk menetapkan signifikansi pengaruh setiap variable independen terhadap variable dependen. Jika t-tabel < t-hitung berarti hal ini menunjukan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t-tabel > t-hitung berarti, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.9 Hasil Uji t-Statistik Variabel
Probabilitas
t-hitung
t-tabel
Keterangan
LNPAD
0.0001
4.407735
1.68830
Signifikan
LNDP
0.0000
6.321994
1.68830
Signifikan
TPAK
0.0004
3.900076
1.68830
Signifikan
Sumber : data menggunakan eviews 5
72
1) Uji t-statistik terhadap variabel (PAD) Pada variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X1 = 4.407735 sedangkan ttabel = 1.68830 [df = n-k (40-4), α = 0,005], sehingga dapat disimpulkan t-hitung >t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah (4.407735 > 1.68830) Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , sehinggadisimpulkan variabel X1 berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Nilai Prob. t-statistik Pendapatan Asli Daerah adalah 0.0001 Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah secara individual berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Nilai koefisien variabel Pendapatan Asli Daerah adalah 0.139090 persen sehingga dapat diartikan jika PAD mengalami kenaikan sebesar satu persen pada setiap kuartalnya maka Produk Domesti Bruto akan naik sebesar 0.139090 persen 2) Uji t-statistik terhadap variabel Dana Perimbangan (DP) Pada
variabel
Independen
Dana
Perimbangan
Hasil
perhitungan yang didapat adalah t-hitung X2 = 6.321994 sedangkan t-tabel = 1.68830[df = n-k (40-4=36), α = 0,05], sehingga dapat disimpulakan t-hitung > t-tabel, dan hasilnya dapat diperoleh adalah (6.321994 > 1,68830)
73
Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel, sehinggga dapat disimpulkan variabel X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap produk domestic regional bruto (PDRB) Nilai Prob. t-statistik DP adalah 0,0056 Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Dana Perimbangan secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Produk Domestik Regional Bruto. Nilai koefisien variabel DP adalah 0.156485 sehingga dapat diartikan jika Dana Perimbangan mengalami kenaikan sebesar satu persen pada setiap kuartalnya maka Produk Domestik Regional Bruto akan naik sebesar 0.156485persen. 3) Uji t-statistik terhadap variabel TPAK Pada variabel Independen Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X3 = 3.900076 sedangkan t-tabel = 1,68830 [df = n-k (40-4=36), α = 0,05], sehingga dapat disimpulkan t-hitung < t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah (3.900076> 1,68830). Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , sehingga dapat disimpulkan variabel X3 berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai Prob. t-statistik TPAK adalah0,0004. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel TPAK secara individual berpengaruh
signifikan terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
74
Nilai koefisien variabel TPAK adalah 0.021303,sehingga dapat diartikan jika TPAK mengalami kenaikan sebesar satu persen setiap kuartalnya maka PDRB akan naik sebesar 0.021303persen. c. Koefisien Determinasi (R2) Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi R2 dalam regresi sebesar 0.973734 . Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat menjelaskan sebesar 97.3734persen terhadap permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya sebesar 8,3455persen dipengaruhi oleh variabel diluar model ini. 4. Interprestasi Ekonomi a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dari hasil pengujian hipotesis
menunjukan bahwa variabel
pendapatan asli daerah terhadap PDRB mempunyai pengaruh signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Kota Depok sebagai wilayah provinsi Jawa Barat merupakan Kota yang baru berubah statusnya dari kota administrative dalam naungan Kabupaten Bogor menjadi setingkat Kabupaten atau tingkat II sejak diberlakukannya otonomi daerah tahun 1999. Seiring dengan adanya pelaksanaan otonomi derah, tentunya pemerintah Kota Depok berupaya untuk mewujudkan tercapainya masyarakat Kota Depok yang sejahtera. Hal ini dikarenakan otonomi daerah telah memberikan ruang gerak yang lebih
75
luas kepada daerah dalam menggali potensi yang ada pada daerahnya sehingga
memungkinkan
untuk
mandiri
dalam
pembangunan di daerahnya sendiri. Kota depok
membiayai
merupakan kota
wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa. Semakin banyaknya industri
perdagangan di Kota Depok maka
semakin banyak pula perolehan pajak yang diperoleh sehingga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian ini sejalan dengan teori Keynes yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,karena berkaitan dengan peranan APBD dan APBN yang dilakukan untuk meningkatkan PAD setiap daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian paidi Hidayat dan Sirojuzilan (2006), Amin Pujiati (2006), Romey Linda Hutapea (2006) dimana semua peneltian tersebut menjelaskan bahwa PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. b. Dana perimbangan (DP) Hasil pengujian hipotesis regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel Dana Perimbangan (DP) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Kontribusi dari masing- masing komponen penerimaan dalam total APBD Kota Depok bahwa
76
penyumbang terbesar dalam penerimaan APBD
adalah dana
perimbangan. Sehingga mengindikasikan pelaksanaan otonomi derah di Kota Depok dalam pemerintahannya masih sangat tergantung dana dari pusat. Sesuai pendapat Bahl dan Oates (Hadi Sasana, 2009:106-107) yang mengemukakan penting
dalam
bahwa peranan dana perimbangan sangat
pelaksanaan
desentralisasi.
Khususnya
dalam
desentralisasi fiscal dana perimbangan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, dan kesejaheraan masyarakat, karena pemerintah daerah lebih efesien dalam produksi dan penyediaan barang- barang publik. c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Hasil regresi tersebut menunjukan bahwa variabel TPAK mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Hal ini membuktikan bahwa jumlah penduduk usia kerja suatu daerah merupakan potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sejalan
dengan
teori
Solow yang mengemukakan bahwa
kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efesiensi yang berbeda pula. Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah salah satu factor
yang
mempengaruhi
besaran
output
suatu
kegiatan
perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif , maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi
77
PDRB begitupun pada pendapatan perkapita, meningkatnya TPAK di suatu daerah , berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional. Bertambahnya jumlah penduduk usia kerja yang berarti bertambahnya angkatan kerja, serta di imbangi dengan tingginya produktivitas kerja maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Paidi
Hidayat dan Sirojuzilan (2006), yang menyatakan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh terhadap PDRB kota Medan.
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, penulis memperoleh beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut : 1. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja secara bersama – sama mampu menjelaskan pengaruh pada PDRB Kota Depok dengan probabilitas F -statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) . Besarnya R-squared pada hasil regresi PDRB adalah sebesar 0.973734 Hal ini berarti 97,3734 persen perubahan PDRB dapat di jelaskan oleh variabel independen yaitu pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan (DP), dan tingkst partisipasi angkatan kerja (TPAK).
Sedangkan sisanya 2,6266 dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model yang digunakan. 2. Hasil Pengujian secara parsial menunjukan bahwa : a. Variabel Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap PDRB Kota Depok dengan nilai probabilitasnya 0,0001. Nilai ini lebih kecil dari
0,05. Meningkatnya pendapatan asli daerah akan
menyebabkan tingginya PDRB. b. Variabel dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB Kota Depok dengan nilai koefesien sebesar 0.156485
79
dan signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0.0000. Hal ini berarti jika dana perimbangan naik 1 persen akan mengakibatkan kenaikan 0.156485 persen. Kontribusi terbesar dalam anggaran APBD Kota Depok adalah dana perimbangan
sehingga
tingginya dana
perimbangan menunjukkan dalam pelaksanaan otonomi daerah masih tergantung dengan pemerintah pusat..Peranan dana perimbangan sangat penting dalam pelaksanaan desentralisasi. c. Variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) berpengaruh signifikan terhadap PDRB Kota Depok dengan nilai probabilitasnya yaitu sebesar 0,0004 dengan tingkat alpha 0,05. Hal ini disebabkan Bertambahnya jumlah penduduk usia kerja yang berarti bertambahnya angkatan kerja, serta di imbangi dengan tingginya produktivitas kerja maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Depok.
B. Implikasi Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kota Depok adalah pemerintah daerah harus meningkatkan kemandirian dalam mengatur otonomi daerah agar tidak bergantung pada pemerintah pusat. Terutama dalam stuktur keuangan pemerintah daerah.
80
C. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan , saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan PAD Pemerintah Kota Depok perlu menggali potensi- potensi yang ada, dan memaksimalkan potensi yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mempermudah pelayanan public dalam pembayaran pajak daerah sehingga pajak daerah dapat terserap maksimal, melaksanakan investasi pada usaha – usaha yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan yang terakhir adalah meminta bagi hasil pajak daerah seperti pajak cukai yang seluruhnya merupakan penerimaan pusat 2. Dengan meningkatnya dana perimbangan itu berarti peta kemampuan keuangan Kota Depok mengindikasikan bahwa daerah terebut masih tergantung dengan pemerintah pusat. 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sumber daya lokal yang perlu ditingkatkan lagi. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tumbuh tiap tahunnya dengn pembekalan pendidikan, dan keterampilan melalui pelatihan sehingga mampu bersaing dipasar kerja.
81
DAFTAR PUSTAKA Ajija, Shochrul R,(2011) “Cara Cerdas Menguasai Eviews.” Salemba Empat Jakarta Arsyad, Lincolin.(2010). ”Ekonomi Pembangunan “. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta.2010 Asfia, Murni.(2006) ”Ekonomi Makro.” Yogyakarta, PT.Reflika Aditama Azwar,Saifudin.(2001)”Metode Penelitian”. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, Bahar, Ujang,(2009) ” Otonomi Daerah Terhadap Pinjaman Luar Negeri: Antara Teori dan Praktik”. PT.Indeks,Jakarta Boediono.(1992) ”Teori Pertumbuhan Ekonomi “. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi no.4”.yogyakarta :BPFE BPS,”Kota Depok Dalam Angka 2000-2011”. BPS. 2007, “ Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kota Depok “. Jakarta Bratakusumah dan Solihin (2002),”Otonomi Penyelenggara Pemerintah Daerah”. Gramedia Pustaka, Jakarta Chalid, Pheni. 2005, “ Keuangan Daerah Investasi dan Desentralisasi “. Kemitraan.Jakarta Gregory.N, Mankiw.(2003) ”Teori Makroekonomi Edisi Kelima”. Jakarta, Erlangga Gujarati, Damodar .(1999) ”Ekonometrika Dasar”. Jakarta, Erlangga. Hidayat, Paidi dan Sirojuzilan, (2006) “Kajian Tentang Keuangan Daerah Kota Medan Era Otonomi Daerah Periode 2001-2005”. Jurnal Perencanaan dan pengembangan Wilayah,Vol2,No.1 Agustus Hadi, Sasana,(2009). “Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap Kinerja Ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah”. Jurnal Ekonomi Pembangunan vol10 No.1 Juni Hamja, Yahya. (2008), “Modul Ekonometrik” Jakarta Inskurindo.(2003) ”Model Pelatihan Ekonometrika”UGM Jhingan .(2000) ”Ekonomi Pembangunan dan perencanaan“. Rajawali Press, Jakarta,
82
Kuncoro, Mudrajad.(2003) ”Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.” Erlangga, Jakarta Nahrowi, Djalal, dan Usman Harding.(2006) ” Pendekatan populasi dan praktis ekonometrika untuk analisis keuangan.” Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta Prawirosetoto,Yuwonono,(2002) “Desentralisasi Fiskal di Indonesia“ Jurnal Ekonomi dan Bisnis,” vol2 agustus Jakarta : Unika Atmajaya Pujiati, Amin,(2007).” Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kareasidenan Semarang Era Desentralisasi Fiskal”. Jurnal Ekonomi Pembangunan hal61-70 Saragih, Juli Panglima.(2003) ”Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi.” Penerbit Ghalia Indonesia. Sukirno,Sadono.(2008) ”Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Suparmoko (2002).”Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.” ANDI, Yogyakarta Suryono,Bagus .’Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi, dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah”. Fakultas Ekonomi UniversitasDiponegoro. Sitompul, Novita linda. (2007) “Analisis Pengaruh Investas dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatra Utara.” Universitas Sumatra Utara Santosa, prabayu budi dan Retno Puji. “Analisis Pendapatan Daerah dan factorfactor yang mempengaruhinya “. Todaro, Michael (2000)” Ekonomi Pembangunan Edisi ke 6” Erlangga, Jakarta Widarjono, Agus.(2007) ” Ekonometrika :Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”. Yogyakarta : Ekonosia FEUII Winaryo, Wing, Wahyu.(2007) ”Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews.” Sekolah Tinggi Ilmu Menejemen YKPN :Yogyakarta, Wijaya, HAW. (2005) “ Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia” Jakarta : PT Raja Grafindo Persada .
82
DATA MENTAH Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
PDRB (Rp) 3.489.313.420.000 3.694.722.330.000 3.920.232.260.000 4.166.626.320.000 4.440.876.830.000 4.750.034.100.000 5.006.129.060.000 5.422.760.390.000 5.770.827.640.000 6.129.569.620.000 6.519.326.210.000
PAD (Rp) 13.453.000.000 41.174.809.473 31.101.240.410 41.165.629.524 43.702.436.417 64.060.869.669 65.149.151.767 75.457.361.734 97.139.989.565 96.889.185.310 128.229.208.876
Dana perimbangan (Rp) 81.210.983.033 152.865.995.315 214.680.219.663 315.103.996.476 336.595.143.047 415.229.467.888 493.318.004.764 504.052.499.829 574.268.400.146 618.381.753.387 667.535.226.354
TPAK (%) 37 40 40 43 45 46 54 61 66 63 64
DATA SEBELUM DI ESTIMASI TAHUN
KUARTAL
PDRB
PAD
DP
TPAK
2001
q1
904.423.497.188
7.694.782.730
31.498.841.427
9.7
q2
917.261.554.063
9.427.395.822
35.977.279.695
9.9
q3
930.099.610.938
11.160.008.914
40.455.717.963
10.2
q4
942.937.667.813
12.892.622.006
44.934.156.230
10.4
q1
958.916.509.063
8.719.707.202
47.874.971.383
10.1
q2
973.010.879.688
8.090.109.136
51.738.360.405
10.1
q3
987.105.250.313
7.460.511.069
55.601.749.427
10.1
q4
1.001.199.620.938
6.830.913.003
59.465.138.448
10.1
q1
1.018.557.136.875
9.347.870.902
69.361.270.043
10.4
q2
1.033.956.765.625
9.976.895.221
75.637.756.094
10.6
q3
1.049.356.394.375
10.605.919.541
81.914.242.144
10.7
q4
1.064.756.023.125
11.234.943.860
88.190.728.195
11.4
q1
1.084.508.222.188
10.687.783.458
82.133.990.771
11.0
q2
1.101.648.879.063
10.846.333.889
83.477.187.431
11.1
q3
1.118.789.535.938
11.004.884.320
84.820.384.092
11.3
q4
1.135.930.192.813
11.163.434.750
86.163.580.753
11.4
q1
1.158.525.030.938
14.106.614.300
96.435.399.018
11.4
q2
1.177.847.360.313
15.379.016.378
101.350.044.321
11.5
q3
1.197.169.689.688
16.651.418.456
106.264.689.623
11.5
q4
1.216.492.019.063
17.923.820.535
111.179.334.926
11.6
q1
1.227.523.362.500
16.185.261.495
116.008.700.859
12.7
q2
1.243.529.297.500
16.253.279.126
120.889.234.414
13.2
q3
1.259.535.232.500
16.321.296.757
125.769.767.968
13.7
q4
1.275.541.167.500
16.389.314.388
130.650.301.523
14.2
q1
1.316.630.910.313
17.897.945.745
125.006.766.045
14.6
q2
1.342.670.368.438
18.542.208.871
125.677.671.986
15.1
q3
1.368.709.826.563
19.186.471.996
126.348.577.928
15.6
q4
1.394.749.284.688
19.830.735.122
127.019.483.870
16.0
q1
1.410.075.605.313
22.252.251.032
136.984.359.382
16.1
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
q2
1.431.829.808.438
23.607.415.272
141.372.853.152
16.4
q3
1.453.584.011.563
24.962.579.511
145.761.346.921
16.7
q4
1.475.338.214.688
26.317.743.750
150.149.840.691
17.1
q1
1.498.760.344.375
24.245.809.226
150.459.811.480
16.1
q2
1.521.181.718.125
24.230.133.961
153.216.896.058
16.0
q3
1.543.603.091.875
24.214.458.695
155.973.980.636
15.8
q4
1.566.024.465.625
24.198.783.429
158.731.065.213
15.6
q1
1.593.291.872.188
29.119.175.010
162.275.668.498
15.9
q2
1.617.651.659.063
31.077.926.483
165.347.760.558
15.9
q3
1.642.011.445.938
33.036.677.955
168.419.852.619
16.0
q4
1.666.371.232.813
34.995.429.428
171.491.944.679
16.0
DATA SETELAH DI ESTIMASI
LNPDRB LNPAD LNDP TPAK 27.53 22.76 24.17 9.7 27.54 22.97 24.31 9.9 27.56 23.14 24.42 10.2 27.57 23.28 24.53 10.4 27.59 22.89 24.59 10.1 27.60 22.81 24.67 10.1 27.62 22.73 24.74 10.1 27.63 22.64 24.81 10.1 27.65 22.96 24.96 10.4 27.66 23.02 25.05 10.6 27.68 23.08 25.13 10.7 27.69 23.14 25.20 11.4 27.71 23.09 25.13 11 27.73 23.11 25.15 11.1 27.74 23.12 25.16 11.3 27.76 23.14 25.18 11.4 27.78 23.37 25.29 11.4 27.79 23.46 25.34 11.5 27.81 23.54 25.39 11.5 27.83 23.61 25.43 11.6 27.84 23.51 25.48 12.7 27.85 23.51 25.52 13.2 27.86 23.52 25.56 13.7 27.87 23.52 25.60 14.2 27.91 23.61 25.55 14.6 27.93 23.64 25.56 15.1 27.94 23.68 25.56 15.6 27.96 23.71 25.57 16 27.97 23.83 25.64 16.1 27.99 23.88 25.67 16.4 28.01 23.94 25.71 16.7 28.02 23.99 25.73 17.1 28.04 23.91 25.74 16.1 28.05 23.91 25.76 16 28.07 23.91 25.77 15.8 28.08 23.91 25.79 15.6 28.10 24.09 25.81 15.9 28.11 24.16 25.83 15.9 28.13 24.22 25.85 16 28.14 24.28 25.87 16
Regres ols Dependent Variable: LNPDRB Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:41 Sample: 2001Q1 2010Q4 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPAD LNDP TPAK C
0.139090 0.156485 0.021303 20.33134
0.031556 0.024753 0.005462 0.689224
4.407735 6.321994 3.900076 29.49886
0.0001 0.0000 0.0004 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.973734 0.971546 0.031427 0.035556 83.75276 0.562463
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
27.83370 0.186308 -3.987638 -3.818750 444.8704 0.000000
Heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
2.195108 11.41041
Probability Probability
0.068448 0.076491
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:43 Sample: 2001Q1 2010Q4 Included observations: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNPAD LNPAD^2 LNDP LNDP^2 TPAK TPAK^2
1.635286 -0.108401 0.002318 -0.029418 0.000569 0.001857 -6.63E-05
0.750326 0.056991 0.001227 0.079413 0.001611 0.002250 7.84E-05
2.179434 -1.902054 1.889215 -0.370438 0.352961 0.825623 -0.845451
0.0365 0.0659 0.0677 0.7134 0.7264 0.4149 0.4039
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.285260 0.155308 0.000803 2.13E-05 232.1834 2.125136
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.000889 0.000874 -11.25917 -10.96362 2.195108 0.068448
Autokolerasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
2.432751 5.177602
0.0995 0.0751
Probability Probability
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:44 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNPAD LNDP TPAK C RESID(-1) RESID(-2)
-0.022618 0.002321 0.003690 0.424364 0.824232 -0.136968
0.025578 0.018012 0.004361 0.542244 0.167822 0.188771
-0.884275 0.128845 0.846131 0.782607 4.911354 -0.725577
0.3828 0.8982 0.4034 0.4393 0.0000 0.4731
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.502767 0.429644 0.022803 0.017680 97.72668 1.799138
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
6.13E-15 0.030194 -4.586334 -4.333002 6.875674 0.000157
Multikolineritas
PDRB PAD DP TPAK
PDRB 1.000000 0.955575 0.949606 0.950201
PAD 0.955575 1.000000 0.885603 0.922930
DP 0.949606 0.885603 1.000000 0.880692
TPAK 0.950201 0.922930 0.880692 1.000000
Uji normalitas
7 Series: Residuals Sample 2001Q1 2010Q4 Observations 40
6 5 4 3 2 1 0 -0.06
-0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.13e-15 -0.005847 0.054481 -0.056972 0.030194 0.225870 1.941595
Jarque-Bera Probability
2.207152 0.331683