ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN TENAGAKERJA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI KABUPATEN KARAWANG (PERIODE TAHUN 1996-2013)
ANNISA FITRA HAPSARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMIDAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan skripsi berjudul Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. . Bogor, Maret 2014 Annisa Fitra Hapsari NIM H14100006
ABSTRAK ANNISA FITRA HAPSARI. Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013). Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI. Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sarana untuk mencapai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh infrastruktur dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang pada tahun 1996-2013. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1996-2013 dengan menggunakan analisis regresi OLS melalui E-views 6. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam penelitian, diantaranya infrastruktur panjang jalan (JLN) dan listrik (LIST) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Sementara itu, infrastruktur air bersih (AIR) dan tenagakerja (TK) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.
Kata kunci: Penanaman Modal Asing (PMA), infrastruktur, tenagakerja, OLS
Kabupaten
Karawang,
ABSTRACT ANNISA FITRA HAPSARI. Analysis of Infrastructure and Labor Effect Againts Foreign Direct Investment in Karawang Regency: (Period 1996-2013). Supervised by MUHAMMAD FINDI ALEXANDI. The Foreign Direct Investment is one means to achieve the success of economic development in a region . This study aims to analyze the influence of infrastructure and labor against FDI in Karawang district in 1996-2013. This study uses time series data years 1996-2013. OLS regression analysis were employed by using E-views 6. The results of this study indicate that the independent variables used in the study, i.e. the long road infrastructure (JLN) and electricity (LIST) have negative and significant relationship to the growth of foreign direct investment in Karawang district . Meanwhile, water infrastructure (AIR) and labor (TK) have positive and significant effects on the growth of foreign direct investment in Karawang district.
Keywords: foreign investment, Karawang district, infrastructure, labor, OLS
ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN TENAGAKERJA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI KABUPATEN KARAWANG (PERIODE TAHUN 1996-2013)
ANNISA FITRA HAPSARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode Tahun 1996-2013) Nama : Annisa Fitra Hapsari NIM : H14100006
Disetujui oleh
Dr. Muhammad Findi A, M.E. Pembimbing
Diketahui oleh
Dedi Budiman Hakim, Ph. D. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang bejudul Analisis Pengaruh Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang (Periode tahun 19962013). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Dr. Muhammad Findi A., M.E. selaku dosen pemimbing yang secara sabar dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan memberikan masukan serta kritik membangun dalam penulisan skripsi ini 2. Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti sebagai dosen penguji utama dan Laely Dwi Arsyianti, M. Sc. sebagai dosen dari komisi pendidikan yang telah bersedia menguji penulis dan memberikan masukan untuk memperbaiki penyusunan skripsi ini. 3. Kedua orang tua tercinta penulis, Ir. Budi Susetyo, M.M. dan Endah Mahanani Lestari, S.Sos., serta adik yang paling saya sayangi Annura Ratri Ramadanti yang telah memberikan dukungan yang besar baik secara moril maupun materil serta memberikan perhatian, kasih sayang, doa yang tulus dan rela meluangkan waktunya untuk mendengarkan segala cerita suka duka selama ini. 4. Seluruh saudara tercinta yang berasal dari Magelang, Wonogiri, dan Tirtomoyo yang tidak dapat disebutkan satu persatu 5. Para pengajar dan staf Departemen Ilmu Ekonomi (IE) IPB, staf Badan Pusat Statistik (BPS), serta staf Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang telah membantu saya demi kelancaran proses penulisan skripsi saya ini. 6. Seluruh teman satu PS, diantaranya Dyah Ayu, Desty, Lia, dan Hilman. Terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan selama proses penulisan, seminar, hingga sidang. 7. Sahabat dan teman saya yang paling baik diantaranya Shintia, Linda, Romi, Rifqi, Dimas, Harlyn, Fani, Bella, dan Illi. Terimakasih sudah mewarnai hidup saya selama ini serta telah memberikan seluruh dukungan yang besar untuk saya. 8. Seluruh mahasiswa IE (ESP) 47 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya selama kurang lebih tiga tahun ini, senang dapat berkenalan dengan kalian semua. 9. Teman-teman seperjuangan saya, yaitu Adhlan dan Fahmi. Terimakasih atas bantuan dan semangat yang telah diberikan selama ini. Bogor, Maret 2014 Annisa Fitra Hapsari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang Perkembangan Infrastruktur dan Tenagakerja di Kabupaten Karawang Analisis Model Penelitian Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang Alternatif Kebijakan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 1 5 7 7 7 8 15 15 15 19 19 20 25 27 31 33 33 33 34 36 41
DAFTAR TABEL 1. 2.
Matriks korelasi 26 Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 27
DAFTAR GAMBAR 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Peringkat realisasi investasi PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menurut provinsi tahun 2010 – 2013 (US$) Total minat investasi PMA Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 -2013 Total realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang tahun 1996 -2013 Pertumbuhan tenagakerja di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang baik Perbandingan pertumbuhan infrastruktur ekonomi di Kabupaten Karawang tahun 2000–2013 Kerangka pemikiran Realisasi PMA di Kabupaten Karawang menurut sektor tahun 1996-2013 Persentase panjang jalan menurut kondisi di Kabupaten Karawang tahun 1996 – 2012 Jumlah energi listrik PLN yang terjual di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Akumulasi energi listrik PLN yang terjual menurut kelompok pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Volume air yang disalurkan PDAM di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Akumulasi volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Jumlah tenagakerja yang bekerja pada industri di Kabupaten Karawang Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang rusak Persentase penggunaan energi listrik PLN per-tahun oleh industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Perbandingan pasokan energi listrik PLN yang diterima dan dibutuhkan oleh industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
2 3 3 4 5 6 14 19 21 22 22 23 24 24 28 29 29
DAFTAR LAMPIRAN 1. Uji Normalitas – Residual Test – Histogram 2. Uji White pada persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 3. Uji LM pada persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 4. Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang dengan model Ordinary Least Square 5. Hasil perhitungan mean pada Persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang 6. Hasil perhitungan elastisitas variabel-variabel bebas pada Persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang
36 37 38
39 40
40
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di negaranya agar tidak tertinggal dengan pembangunan di negara–negara maju. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, ketersediaan sumber daya manusia, sumberdaya alam, pembentukan modal, serta teknologi. Masih tertinggalnya perekonomian Indonesia pada awal orde baru, mendorong pemerintah untuk mencari sumber pembiayaan pembangunan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai sumber pembiayaan untuk menutup keterbatasan pembiayaan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sumber penanaman modal dapat dilakukan melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Saat ini, dana pemerintah yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi di Indonesia sehingga peran PMA sangat diperlukan dan diharapkan dalam menggerakkan pembangunan ekonomi. Sumber ini dipilih karena dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan melakukan hutang kepada luar negeri yang harus mengembalikan kewajiban kepada pihak yang bersangkutan. Untuk menarik investasi di suatu negara, negara harus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang baik agar para investor tidak segan untuk menanamkan modalnya sebagai upaya untuk mendanai pembangunan ekonomi di negara tersebut. Menurut (Stern, 2002 dalam Kuncoro, 2006), iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa depan yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi. Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) (2008), ada sembilan indikator iklim investasi berdasarkan persepsi pelaku usaha yang mempengaruhi investasi di Indonesia, yaitu akses lahan usaha dan kepastian usaha, perizinan usaha, interaksi antara Pemda dan pelaku usaha, program pengembangan usaha swasta, kapasitas dan integritas Kepala Daerah, pajak daerah, retribusi daerah dan biaya transaksi lain, kebijakan infrastruktur daerah, keamanan dan penyelesaian konflik, dan kualitas peraturan daerah.
2
Gambar 1 Peringkat realisasi investasi PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menurut provinsi tahun 2010 – 2013 (US$) Sumber :
BPPMD, 2014.
Saat ini, Jawa Barat memiliki jumlah PMA terbesar di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 hingga tahun 2013 Provinsi Jawa Barat menempati posisi pertama dengan jumlah realisasi PMA terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi yang tinggi dalam mencapai pembangunan ekonomi. Salah satu kabupaten yang menarik untuk diteliti di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Karawang. Sejak dahulu, memang Kabupaten Karawang terkenal sebagai sentra produksi padi Jawa Barat. Namun saat ini, Kabupaten Karawang memiliki potensi lain sebagai kota industri. Kabupaten ini juga menunjukkan kemajuan yang pesat dalam hal PMA. Kabupaten Karawang memiliki keunggulan sebagai daerah yang menjadi pusat perhatian para investor asing yang ingin menanamkan modalnya. Kabupaten Karawang memiliki beberapa lokasi yang memang dijadikan sebagai kawasan industri diantaranya, Karawang International Industry City (KIIC), Kawasan Surya Cipta, Kawasan Bukit Indah City (BIC) yang berada di jalur Cikampek, Karawang. Kegiatan industri di Kabupaten Karawang berlokasi di bagian selatan yakni di Kecamatan Klari, Telukjambe, Karawang, Jatisari, Pangkalan, dan Cikampek. Adanya potensi industri yang baik di Kabupaten Karawang disebabkan oleh lokasi yang strategis karena berdekatan dengan Ibukota Jakarta serta menjadi gerbang menuju Ibukota Jakarta dengan adanya Gerbang Tol Cikampek. Selain itu, adanya rencana untuk pembangunan pelabuhan taraf internasional di Utara Karawang sebagai perluasan pelabuhan Tanjung Priuk Jakarta membuat Kabupaten Karawang menjadi suatu daerah yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor asing untuk berlomba-lomba menanamkan modalnya di daerah tersebut. Perkembangan Kabupaten Karawang yang berubah menjadi kota Industri mulai terlihat sejak tahun 1996. Pada tahun tersebut kontribusi industri-industri terhadap penambahan jumlah PMA mulai berjalan. Hal ini ditandai dengan mulai bertambahnya jumlak proyek-proyek industri secara perlahan di deerah tersebut
3
Gambar 2 Total minat investasi PMA Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota tahun 2010 -2013 Sumber:
BKPPMD, 2014 (diolah).
Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa terbuktinya Kabupaten Karawang yang beberapa tahun belakangan ini telah menjadi kota industri sekaligus sebagai pesaing utama Kabupaten Bekasi yang lebih dahulu terkenal menjadi kota industri bahkan pada tahun 2012 Kabupaten Karawang sempat menduduki peringkat pertama dari seluruh provinsi yang ada di Jawa Barat. Jika melihat dari trend pergerakannya, total minat investasi di Kabupaten Karawang dari tahun 2010 hingga 2013 mengalami peningkatan. Adanya penanaman modal asing di Kabupaten Karawang akan memberikan keuntungan bagi daerah yang bersangkutan diantaranya, dalam jangka panjang adanya PMA ini akan mampu meningkatkan tingkat keahlian pekerja lokal serta meningkatkan teknologi yang ada di daerah, khususnya teknologi yang digunakan untuk memajukan pembangunan ekonomi suatu daerah.
Gambar 3
Total realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber :
BKPM, 2014 (diolah).
Gambar 3 menunjukkan bahwa sejak tahun 1996 hingga tahun 2009 kondisi PMA di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi sebelum pada
4 akhirnya menunjukkan trend yang terus meningkat di tahun berikutnya. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar US$ 1,883,516.6 ribu seiring dengan kedudukan Kabupaten Karawang sebagai daerah yang memiliki jumlah minat investasi terbesar di Jawa Barat. Sedangkan, Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2001 yakni sebesar US$ 504,773.6 ribu Penurunan ini dapat terjadi salah satunya diakibatkan oleh beberapa perusahaan atau industri yang mengalami kebangkrutan akibat terbatasnya tenagakerja yang sesuai dengan standar. Terciptanya nilai PMA di suatu daerah, tentunya tidak terlepas dari aspek ketersediaan tenagakerja. Tenagakerja merupakan faktor penting dalam penciptaan pertumbuhan PMA yang baik karena tenagakerja merupakan salah satu modal fisik berupa modal sumberdaya manusia bagi industri untuk menghasilkan barang-barang produksi bernilai investasi. Menurut UNCTAD (2000), salah satu faktor yang mempengaruhi investasi asing adalah ketersediaan tenagakerja yang terdidik. Salah satu bentuk aktivitas penanaman modal asing adalah pendirian industri-industri baru, sehingga adanya pembangunan industri tersebut secara otomatis akan mampu menciptakan penyerapan tenagakerja. Jika jumlah tenagakerja yang terserap ke dalam industri mencukupi seluruh kebutuhan yang ada maka produks yang dihasilkan dapat optimal sehingga nilai PMA yang tercipta akan meningkat.
Gambar 4 Pertumbuhan tenagakerja di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013 Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
Gambar 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan tenagakerja di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1998 yang meningkat hingga 0.72 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada tahun 2000 yang mencapai 1.37 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikan, sejak tahun 2004 jumlah tenagakerja yang berada di Kabupaten Karawang menunjukkan trend rata-rata yang kembali meningkat dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 0.023031 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa saat ini tingkat tenagakerja di Kabupaten Karawang dalam kondisi yang cukup baik.
5
Gambar 5 Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang baik Sumber :
BPS, 2014 (diolah).
Salah satu hal yang turut membantu terciptanya kondisi PMA yang baik di suatu daerah adalah sarana infrastruktur. Infrastruktur merupakan salah satu modal yang dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan produksi di industri. Adanya infrastruktur yang memadai akan memudahkan aktivitas perekonomian yang berlangsung khususnya dalam hal distribusi barang dan jasa sehingga jumlah output yang mampu dihasilkan akan meningkat yang disertai pula dengan nilai PMA yang bertambah. Namun sayangnya, adanya peningkatan jumlah realisasi PMA di Kabupaten Karawang ternyata tidak disertai dengan ketersediaan infrastruktur yang baik. Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa keberadaan infrastruktur jalan yang tergolong baik kurang memadai di Kabupaten Karawang. Infrastruktur yang kurang tersedia ini sangat terlihat khususnya pada tahun 2007 karena di tahun tersebut terjadi penurunan yang besar dan terus berlanjut hingga tahun 2009. Selain itu, penurunan kondisi jalan juga sangat jelas terlihat pada tahun 2012 padahal pada tahun tersebut terjadi kenaikan PMA sangat besar.
Perumusan Masalah Salah satu komponen penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara yaitu pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang baik akan memudahkan akses perdagangan dan perekonomian di suatu daerah. Perkembangan infrastruktur yang baik akan menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut sehingga akan membuka akses yang besar dalam penerimaan sumber pendanaan daerah yang digunakan untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Sebagai contoh, jika kondisi jalan yang tersedia dalam kondisi memadai maka kegiatan bisnis dan usaha suatu masyarakat akan berkembang seiring dengan ketersediaan infrastruktur jalan yang semakin baik pula.
6
Gambar 6
Perbandingan pertumbuhan infrastruktur ekonomi di Kabupaten Karawang tahun 2000-2013
Sumber :
BPS, 2014 (diolah).
Berdasarkan Gambar 6 pertumbuhan infrastruktur di Karawang tidak selalu menunjukan peningkatan. Pertumbuhan listrik dan air bersih sempat menunjukkan pertumbuhan yang negatif pada tahun 2003 dan 2010. Hal ini dapat terjadi akibat pendanaan yang kurang terhadap pemenuhan kebutuhan listrik baru yang cukup besar dan PLN hanya mampu menjaga pasokan listrik yang telah ada untuk menjaga agar pemadaman listrik tidak terjadi. Namun, tidak berarti kebutuhan listrik yang ada dapat terpenuhi seluruhnya. Infrastruktur air bersih di Kabupaten Karawang juga mengalami penurunan pada tahun tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan air terhadap seluruh masyarakat akibat kenaikan penduduk yang cukup besar di tahun tersebut. Kenaikan penduduk ini disebabkan oleh migrasi penduduk yang berasal dari luar kota yang ingin bekerja di Kabupaten Karawang. Sedangkan, infrastruktur jalan tidak menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif ataupun negatif. Hal ini disebabkan tidak adanya pertambahan maupun pengurangan jumlah panjang jalan yang berarti sehingga tidak terlihat adanya perubahan pertumbuhan yang signifikan pada infrastruktur tersebut. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi umum perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang ? 2. Bagaimana perkembangan pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun ? 3. Bagaimana peran dari penyediaan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang?
7
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya : 1. Mengidentifikasi kondisi umum perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang. 2. Menganalisis perkembangan pembangunan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja di Kabupaten Karawang dari tahun ke tahun. 3. Menganalisis peran dari penyediaan infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur air bersih, dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang.
Manfaat Penelitian Di samping untuk menjawab permasalahan yang ada, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang bertujuan untuk pengembangan infrastruktur dan tenagakerja demi memajukan pertumbuhan PMA yang baik. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian – penelitian lebih lanjut. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan mengenai perkembangan infrastruktur dan tenagakerja yang ada di Kabupaten Karawang.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Kabupaten Karawang di Provinsi Jawa Barat dari tahun 1996 hingga 2013. Data yang dipakai merupakan data sekunder. Penggunaan data dalam penelitian ini dimulai sejak tahun 1996. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan potensi Kabupaten Karawang sebagai kota industri yang mulai terlihat pada tahun tersebut serta berdasarkan kelengkapan data yang memadai sejak tahun tersebut. Infrastruktur yang akan diteliti adalah infrastruktur ekonomi yang meliputi infrastruktur jalan berdasarkan kondisi jalan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi listrik PLN menurut klasifikasi yang disediakan oleh P.T. PLN Distribusi Jawa Barat cabang Karawang, ketersediaan air bersih yang disediakan oleh PDAM, serta ketersediaan tenagakerja yang diperoleh dari (BPS).
8
TINJAUAN PUSTAKA Infrastruktur Menurut Gie (2002), infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital, sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, 1988). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, serta instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dalam sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat oleh Aschauer, 1989 dan Munnell, 1990 menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, adalah sebesar 60% (Dikun, 2003). The World Bank (1994) mengelompokkan infrastruktur ke dalam beberapa jenis, diantaranya : 1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya). 2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakkan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.
Tenagakerja Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, tenagakerja yaitu yaitu setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/ atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan, Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 2 tentang Ketenagakerjaan, tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenagakerja dan bukan tenagakerja.
9 Penduduk tergolong tenagakerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Menurut Dumairy (1997), yang tergolong sebagai tenagakerja adalah penduduk yang mempunyai umur dalam batas usia kerja. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenagakerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15–64 tahun. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa semua penduduk yang telah berumur 15 tahun keatas dapat digolongkan sebagai tenagakerja. Pemilihan umur 15 tahun sebagai batas umur minimal adalah berdasarkan kenyataan penduduk umur 15 tahun di Indonesia sudah bekerja atau mencari kerja terutama di desa-desa. Demikian juga Indonesia tidak menetapkan batasan umur maksimal tenagakerja karena belum adanya jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swata. Bagi golongan ini pun pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka yang telah mencapai umur pensiun masih tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenagakerja (Simanjuntak, 1998).
Definisi Penanaman Modal Asing (PMA) Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Penanaman modal ini bertujuan antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; menciptakan lapangan kerja; meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; mendorong perkembangan ekonomi kerakyatan; mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam maupun dari luar negeri; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, penanaman modal asing hanya meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. Sedangkan, pengertian modal asing dalam Undang-undang pasal 2 adalah : a. Alat pembayaran luar negeri yang bukan merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia namun tetap berdasarkan persetujuan pemerintah yang digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang b. asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia yang tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
10 c.
Bagian dari hasil perusahaan dimana berdasarkan Undang-undang, modal ini diperkenankan untuk ditransfer namun hanya dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Adapun modal asing dalam Undangundang ini tidak hanya berbentuk valuta asing melainkan alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia. Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam beberapa bentuk antara lain penanaman keuangan murni, usaha patungan, serta melalui anak perusahaan yang diatur sepenuhnya oleh pihak asing. Penanaman modal asing memiliki banyak manfaat bagi daerah dan masyarakat, diantaranya sebagai sumber pengetahuan, memberikan keuntungan, sebagai sumber modal, dan menciptakan suatu persaingan yang positif
Konsep Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rustiadi (2005), secara filosofis proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan paling tidak harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahaminya. Komponen yang paling hakiki tersebut yaitu kecukupan makanan (sustenance), memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Todaro (1998), juga mendefinisikan pembangunan merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dari struktur sosial sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan kemiskinan absolut. Sedangkan dalam arti sempit, Glasson (1977) mendefinisikan pembangunan wilayah yaitu kemampuan wilayah yang bersangkutan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan. Arsyad (1999) menjelaskan yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi daerah adalah apabila terjadi peningkatan pendapatan masyarakat di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tertentu. Pertambahan pendapatan tersebut di ukur dalam nilai rill atau di nyatakan dalam harga konstan. Djoyohadikusumo (1994) menjelaskan pertumbuhan ekonomi pada dasarnya terkait dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam satu daerah. Pembangunan disuatu daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah (region) tersebut tanpa melupakan tujuan pembangunan nasional. Kegagalan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan terjadi jika laju pertumbuhan ekonomi daerah meningkat, namun tingkat pendapatan masyarakat masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembangunan belum mampu menciptakan spread effect maupun trickling down effect yang mementingkan kebutuhan masyarakat.
11 Menurut Anwar (1992), kegiatan pembangunan seringkali bersifat eksploitasi dengan menggunakan teknologi yang padat modal dan kurang memanfaatkan tenagakerja setempat, sehingga manfaatnya bocor keluar wilayah. Lebih lanjut dikatakan, multiplier yang ditimbulkan kurang dapat ditangkap secara lokal dan regional, sehingga penduduk setempat seolah-olah (as if) menjadi penonton. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya disparitas terhadap pembangunan atau tingkat pertumbuhan suatu wilayah, sehingga kemampuan wilayah dalam mengelola barang dan jasa, baik dalam bentuk barang jadi maupun setengah jadi akan berbeda.
Konsep Hubungan Infrastruktur dan Tenagakerja Terhadap PMA Investasi merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Permintaan akan masuknya investasi ke suatu negara atau daerah dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah infrastruktur yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran distribusi output kepada konsumen. Pekerja akan mampu bekerja secara produktif jika mereka disediakan alat-alat yang memadai untuk melakukan suatu pekerjaan seperti memproduksi barang-barang. Peralatan dan infrastruktur yang di gunakan untuk menghasilkan barang dan jasa di sebut modal fisik. Menurut Todaro (2000), tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu negara adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenagakerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Todaro (2004), angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah tidak terbatas. Dalam keadaan demikian, peranan tenagakerja mengandung sifat elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenagakerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenagakerja. Jumlah tenagakerja yang besar dapat berarti menambah jumlah tenaga produktif. Dengan meningkatnya produktivitas tenagakerja diharapkan akan meningkatkan produksi. Produktivitas tenagakerja itu sendiri akan sangat berperan penting dalam perkembangan investasi khususnya sektor industri. Semakin tinggi produktivitas maka dampaknya akan semakin baik terhadap perkembangan investasi, begitu juga sebaliknya, tenagakerja yang tidak produktif akan mengakibatkan biaya produksi menjadi tinggi yang akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan, diantaranya penelitian Krismanti (2009) yang berjudul, “ Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia” yang menjelaskan mengenai pengaruh serta besarnya kontribusi infrastruktur sosial dan ekonomi terhadap produktivitas
12 ekonomi di Indonesia. Produktivitas ekonomi diperoleh koefisien dari output per tenagakerja yang diadopsi dari bentuk model pertumbuhan Solow, yang menghubungkan output dengan input faktor produksi. Kapital yang diteliti adalah investasi yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di Indonesia dan pada kurun waktu 13 tahun (1995–2007). Pendekatan dilakukan dengan model fixed effects menunjukkan hasil bahwa masing-masing infrastruktur yang meliputi panjang jalan, energi listrik yang terjual, air bersih yang disalurkan dan sarana kesehatan yang diwakili dengan data jumlah rumah sakit dan puskesmas memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas ekonomi dengan tingkat elastisitas yang berbeda-beda, yaitu infrastruktur sarana kesehatan sebesar 0,65, energi listrik 0,08, panjang jalan 0,07 dan air bersih 0,05. Sarana kesehatan yang merupakan bagian dalam modal manusia yang vital bagi pembangunan, mempunyai tingkat elastisitas yang paling besar memengaruhi produktivitas ekonomi dimana setiap kenaikan 1 persen infrastruktur kesehatan akan meningkatkan produktivitas ekonomi sebesar 0,65 persen. Penelitian Phytaloka (2010) yang berjudul “ Analisis Faktor–Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing dan Peluang Investasi (Studi Kasus: Kota Cimahi, Jawa Barat)” yang membahas mengenai faktor–faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di kota Cimahi serta kebijakan pemerintah yang dilakukan dalam mengatasi panjangnya rantai birokrasi sebagai salah satu penghambat bagi masuknya investasi di kota tersebut dan melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian di Kota Cimahi sehingga dapat diketahui sektor apa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode model analisis regresi linear berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Eviews 4.1 dan Minitab, dan analisis Shift Share dengan menggunakan Microsoft Excel. Variabel terikat yang digunakan dalam model ini adalah penanaman modal asing, sedangkan variabel bebasnya adalah infrastruktur, inflasi, PDRB, tenagakerja, dan dummy kebijakan satu pintu. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB Kota Cimahi mengalami peningkatan sebesar Rp 1,398,178.46 juta menunjukkan bahwa perekonomian Kota Cimahi mengalami pertumbuhan. Sektor yang mengalami perubahan paling besar adalah industri pengolahan dan sektor yang mengalami perubahan paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian. Penelitian Sari (2009) yang berjudul “Pengaruh pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal Kawasan Timur Indonesia” membahas tentang gambaran umum keragaan dan menganalisis pengaruh infrastruktur khususnya infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi 25 kabupaten tertinggal Kawasan Timur Indonesia (KTI). Penelitian menggunakan data sekunder berupa data panel 25 kabupaten tertinggal KTI untuk periode 3 tahun (2003, 2005 dan 2007). Teknik estimasi yang dilakukan adalah analisis regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (GLS). Hasil penelitian dengan menggunakan model fixed effect menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi (panjang jalan, jumlah keluarga pengguna telepon, jumlah keluarga pengguna listrik) dan infrastruktur sosial (jumlah sekolah) serta program P2IPDT yang dilakukan KNPDT berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga dapat membantu
13 kabupaten tertinggal menjadi suatu kabupaten yang terbuka dan mampu berinteraksi dengan “dunia luar” sehingga akses ke berbagai faktor produksi menjadi semakin mudah untuk dijangkau. Jurnal penelitian Wijayanti, Yusuf (2011) dengan judul “ Pengaruh Ketersediaan Tenagakerja, Infrastruktur, Pendapatan Perkapita, dan Suku Bunga Terhadap Investasi Industri Kota Semarang” membahas mengenai hubungan pengaruh tenagakerja, infrastruktur, pendapatan perkapita, dan suku bunga terhadap investasi industri di Kota Semarang. Penelitian menggunakan data sekunder (time series) untuk periode 1990-2009. Teknik estimasi yang dilakukan dengan metode Error Correction Model (ECM) dengan menggunakan E-views 6.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tenagakerja dan infrastruktur tidak berpengaruh terhadap investasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan, variabel pendapatan perkapita dan suku bunga berpengaruh terhadap investasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dari seluruh variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, pendapatan perkapita merupakan veriabel yang paling berpengaruh dominan terhadap investasi industri Kota Semarang dibandingkan variabel lainnya.
Kerangka Pemikiran Investasi di suatu daerah merupakan suatu hal yang penting dalam memajukan perekonomian dan pembangunan suatu negara. Investasi dapat digolongkan menjadi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Jumlah investasi yang ditanamkan di Kabupeten Karawang sangat terkait dengan kondisi infrastruktur yang terdiri dari infrastruktur ekonomi dan sosial. Kurang memadainya infrastruktur di suatu daerah akan menyebabkan para investor enggan untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. Namun sebaliknya, jika suatu daerah memiliki infrastruktur yang baik dan memadai maka jumlah investor yang datang untuk menanamkan modalnya akan terus bertambah sehingga jumlah investasi daerah tersebut akan meningkat. Adanya potensi investasi yang baik di suatu daerah juga dipengaruhi oleh faktor tenagakerja. Adanya peningkatan jumlah investasi yang ditanam oleh investor disebabkan oleh meningkatnya produktifitas tenagakerja yang ada di daerah tersebut. Salah satu teori yang terkait dengan infrastruktur adalah Model Harod Domar. Model ini menyatakan bahwa pertumbuhan dari GNP ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio capital output nasional (k). Infrastruktur masuk kedalam kategori capital stock (K). Sehingga, adanya peningkatan terhadap infrastruktur akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan lain yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi adalah Model Neoklasik Solow. Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung dari beberapa faktor diantaranya, peningkatan dari kuantitas dan kualitas pekerja (labor), kenaikan dalam kapital (tabungan dan investasi), dan peningkatan dalam teknologi. Kedua teori tersebut terkait dengan pertumbuhan PMA karena antara infrastruktur, tenagakerja, dan investasi memiliki hubungan komlemen input dimana ketika modal meningkat maka jumlah labor akan bertambah dan nilai PMA akan mengalami peningkatan.
14 Dalam penelitian ini difokuskan pada PMA, infrastruktur ekonomi yang terdiri dari infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih, serta tenagakerja yang berada di Kabupaten Karawang. Adanya peningkatan pada infrastruktur serta jumlah tenagakerja akan memberikan pengaruh yang postif terhadap PMA yang ada di daerah tersebut. Peningkatan PMA secara otomatis akan meningkatkan sumber pembiayaan daerah yang digunakan untuk memperbaiki pembangunan ekonomi baik secara lokal maupun nasional. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 7 berikut
Gambar 7 Kerangka pemikiran Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak dimasukkan kedalam penelitian
Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan teori yang tertera pada pendahuluan, diantaranya: 1. 2.
Pertambahan jumlah panjang jalan berpengaruh positif terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Energi listrik yang terjual kepada industri berpengaruh positif terhadap PMA di Kabupaten Karawang karena semakin banyak energi listrik yang dikonsumsi oleh industri maka ketersediaan akses daerah terhadap energi listrik dapat membantu meningkatkan pembangunan ekonomi baik secara
15
3.
4.
lokal maupun nasional melalui peningkatan jumlah PMA yang ada di daerah tersebut. Jumlah volume air bersih yang disalurkan kepada industri berpengaruh positif PMA di Kabupaten Karawang karena adanya ketersediaan akses air bersih akan meningkatkan pembangunan ekonomi baik secara lokal maupun nasional melalui peningkatan jumlah PMA yang ada di daerah tersebut. Jumlah tenagakerja yang tersedia berpengaruh positif terhadap nilai PMA di Kabupaten Karawang karena semakin banyak jumlah tenagakerja yang bekerja di Industri Kabupaten Karawang maka akan meningkatkan jumlah barang yang akan dihasilkan sebagai salah satu bentuk penciptaan PMA di daerah tersebut serta kebutuhan industri akan modal sumberdaya manusia akan terpenuhi.
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder time series tahunan periode 1996 hingga 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, data Penanaman Modal Asing (PMA) yang diperoleh dari Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), panjang jalan (km) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Konsumsi listrik menurut klasifikasi yang disediakan oleh P.T. PLN diperoleh dari BPS, ketersediaan air bersih yang disediakan oleh PDAM diperoleh dari BPS, jumlah tenagakerja yang bekerja di industri Kabupaten Karawang yang diperoleh dari BPS.
Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penanaman Modal Asing (PMA) yang akan dianalisis dengan teknik Ordinary Least Square (OLS). Dengan teknik itu diharapkan dapat diketahui mengenai pengaruh infrastruktur yang terdiri dari panjang jalan (km), Energi listrik (kWh), dan air bersih (m³), serta jumlah tenagakerja (jiwa) terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6. Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan meramal suatu variabel. Menurut Gujarati (2003), analisis regresi berganda merupakan studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata–rata populasi atau nilai rata–rata variabel terikat berdasarkan variabel bebas yang diketahui.
16
Model Penelitian Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan empat variabel bebas untuk menganalisis pengaruh ketersediaan infrastruktur terhadap penanaman modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang periode 1996 hingga 2013. Variabel terikat yang diamati adalah penanaman modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang dengan variabel bebasnya adalah infrastruktur jalan (km), energi listrik yang terjual (kWh), air bersih yang tersalurkan (m³), serta jumlah tenagakerja (jiwa). Model yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan persamaan berikut : Yt = a0 + b1LNt + b2lLISTt + b3AIRt +b4TK+ ut Dimana = Penanaman modal asing (PMA) di Kabupaten Karawang (US$ Yt Ribu) JLN = jumlah panjang jalan (km) LIST = jumlah energi listrik yang terjual (kWh) AIR = jumlah air bersih yang tersalurkan (m³) TK = jumlah tenagakerja (jiwa) a0 = konstanta (intercept) b1, b2, b3, b4 = parameter yang diduga (jalan, listrik, air bersih, dan tenagakerja) t = indeks waktu ( 1996 -2013) ut = error term
Definisi Operasional Variabel Menurut Gujarati (2003), analisis regresi berganda merupakan studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata–rata populasi atau nilai rata–rata variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui. Adapun variabel yang diteliti memiliki definisi operasional variabel diantaranya sebagai berikut : Penanaman Modal Asing (PMA) adalah penanaman modal asing secara 1. langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan undang– undang di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung akan menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Variabel yang digunakan dalam PMA ini adalah realisasi nilai penanaman modal asing dengan satuan harga yang digunakan adalah US dollar. 2. Panjang Jalan merupakan salah satu proxy dari infrastruktur. Panjang jalan tergolong kedalam infrastruktur ekonomi. Satuan yang dipakai dalam panjang jalan merupakan satuan jarak km. 3. Energi listrik merupakan salah satu proxy dari infrastruktur. Energi listrik tergolong kedalam infrastruktur ekonomi. Satuan yang dipakai dalam enrgi listrik adalah kWh.
17 4.
5.
Air bersih merupakan salah satu proxy infrastruktur. Air bersih yang digunakan merupakan air yang dipakai masyarakat untuk keperluan hidupnya yang disediakan oleh PDAM. Air bersih tergolong kedalam infrastruktur ekonomi. Satuan yang dipakai dalam air bersih adalah m³. Tenagakerja merupakan penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku adalah 15 tahun. Variabel tenagakerja yang digunakan adalah tenagakerja yang bekerja di industri yang berada di Kabupaten Karawang dengan satuan yang digunakan adalah jiwa.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan syarat statistik yang harus dipenuhi analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Selain itu, untuk mendapatkan model regresi linear berganda yang baik harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai jika memenuhi kriteria berikut : 1. b1 dan b2 merupakan penaksir linear dimana penaksir tersebut merupakan fungsi linear dari variabel acak Y 2. Kedua penaksir tidak bias yakni, E(b1)= B1 dan E(b2)= B2. Jika penerapannya dilakukan secara berulang – ulang, maka secara rata – rata b1 dan b2 akan sama dengan nilai B1 dan B2. 3. E(σ2) = σ2, yang artinya varians kesalahan dari OLS tidak bias. Jika penerapannya dilakukan secara berulang–ulang, maka nilai taksiran dari varians kesalahan akan tepat sama dengan nilai varians yang sebenarnya b1 dan b2 merupakan penaksir yang efisien, yang artinya var (b1) lebih kecil 4. daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B1 dan var (b2) lebih kecil daripada varians penaksir linear tak bias lainnya untuk B2. Dengan demikian, penaksiran B1 dan B2 dengan OLS sebenarnya akan lebih tepat dibandingkan metode lainnya walaupun memberikan penaksir tak bias juga dari parameter yang sebenarnya.
Uji Ekonometrika Untuk menguji asumsi klasik di beberapa pengujian diantarnya : 1.
2.
dalam suatu penelitian, dilakukan
Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk melihat error term terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini dapat dilihat melalui Jarque– Bera Test (J-B) atau melihat dari plot sisaan. Jika nilai probabilitas pada (J-B) > taraf nyata α, maka error term dalam model yang digunakan terdistribusi secara normal. Sedangkan, jika nilai probabilitas pada (J-B) < taraf nyata α,maka error term dalam model yang digunakan tidak terdistribusi secara normal Uji Multikolinearitas
18
3.
4.
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Menurut Gujarati (2006), adanya multikolinearitas dapat tetlihat melalui : a. Nilai R-squared yang tinggi namun sedikit rasio yang signifikan b. Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya c. Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel bebas sebagai salah satu variabel terikat dan variabel bebas lainnya tetap diberlakukan sebagai variabel bebas. Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa model yang digunakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Masalah ini terjadi jika variansi dari suatu error tidak bersifat konstan (tetap). Cara yang dilakukan untuk mendeteksi masalah ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji White. Heteroskedastisitas terjadi dalam suatu model jika nilai statistik white lebih besar dari tabel χ2. Uji Autokorelasi Suatu model terindikasi telah terjadi autokorelasi jika antara suatu pengamatan dengan pengamatan lainnya memiliki keterikatan. Untuk mendeteksi adanya masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang nantinya akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-Godfrey dilakukan dengan meregresi residual. Bila nilai probability (P-value) lebih kecil dari taraf nyata, maka model yang digunakan mengandung autokorelasi.
Uji Kriteria Statistik Untuk mengevaluasi model berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pengujian diantaranya, a. Koefisien Determinasi (R2) Menurut Gujarati (1999), Nilai koefisien determinasi (R2) dapat mengukur ukuran kesesuaian (goodness of fit) secara keseluruhan dari suatu model, yang menunjukkan seberapa cocok garis regresi yang ditaksir terhadap nilai Y sebenarnya. R2 digunakan untuk menjelaskan seberapa besar suatu variabel bebas dalam suatu model dapat menjelaskan variabel terikat suatu penelitian. Nilai R2 berkisar dari nol sampai satu (0 ≤ R2 ≤1). Semakin mendekati nilai satu maka model akan semakin baik. Uji F-statistic b. Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama–sama. Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman variabel terikat Hipotesis pengujian ini adalah : H0 = β1= β2= ... = βk (tidak ada pengaruh) H1 = minimal ada satu βj yang ≠ 0 (ada pengaruh) Dikatakan tolak H0 jika Fhit > Fα(k,n-k-1) yang artinya paling tidak terdapat satu variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh terhadap
19
c.
variabel tak bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit < Fα(k,n-k-1) yang artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Uji t-statistik Uji-t digunakan untuk melihat faktor–faktor yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian ini adalah : H0 = βj = 0 H1 = βj ≠ 0 Jika nilai t-statistik > t α/2(n – k -1) maka dikatakan tolak H0 yang artinya dengan tingkat keyakinan 1-α dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-i secara parsial mempengaruhi variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di suatu daerahnya. PMA digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk menutup keterbatasan pendanaan yang diperuntukkan bagi pembangunan suatu daerah.
Gambar 8
Realisasi PMA di Kabupaten Karawang menurut sektor tahun 19962013
Sumber:
BKPM,2014 (diolah).
Besarnya nilai PMA tidak terlepas dari peran sektor yang turut serta dalam membentuk nilai tersebut. Berdasarkan Gambar 8 dapat terlihat besarnya PMA
20 yang dihasilkan dari tiap sektor di Kabupaten Karawang sejak tahun 1996 hingga 2013. Gambar tersebut menyatakan bahwa sektor yang paling tinggi dalam menghasilkan PMA adalah sektor industri alat angkutan dan transportasi. Hal ini terlihat sejak tahun 2001 hingga 2013, sektor ini menjadi sektor unggulan sebagai sumber penghasil PMA terbesar di daerah tersebut. Namun demikian, sektor lain seperti industri karet dan industri listrik, air, dan gas sempat menjadi sektor utama pada tahun 2000 dan 2005 untuk masing-masing sektor. Sedangkan, sektor industri jasa dan industri konstruksi memiliki kontribusi yang paling rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Walaupun demikian, sektor yang memiliki kontribusi yang rendah tetap berperan terhadap pertumbuhan realisasi PMA di suatu daerah serta berperan dalam mendorong sektor-sektor lain untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya karena pada dasarnya, seluruh sektor yang ada saling berkaitan antara satu sektor dengan yang lain.
Perkembangan Infrastruktur dan Tenagakerja di Kabupaten Karawang
Infrastruktur Jalan Jalan merupakan infrastruktur utama dalam menggerakan roda perekonomian demi terwujudnya pembangunan ekonomi di suatu daerah mengingat fungsi jalan yang berperan penting untuk memperlancar distribusi barang, jasa, serta mobilitas penduduk. Ketersediaan infrastruktur jalan merupakan prasyarat mutlak bagi masuknya investasi di suatu daerah. Di Kabupaten Karawang salah satu peranan infrastruktur jalan adalah sebagai akses untuk memperlancar distribusi barang investasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Penyaluran barang investasi melalui jalur darat akan selalu ada dalam setiap proses distribusi suatu barang. Apapun barang yang akan di distribusikan ke suatu tempat tidak mungkin dapat lepas dari penggunaan jalur darat walaupun dengan persentase yang kecil. Sehingga adanya akses jalan yang baik sangat dibutuhkan untuk dapat memperlancar proses distribusi tersebut. Dalam penelitian ini, ketersediaan jalan ditunjukan dengan nilai panjang jalan menurut kondisi baik, sedang, rusak, dan rusak berat.
21
Gambar 9 Persentase panjang jalan menurut kondisi di Kabupaten Karawang tahun 1996-2012 Sumber:
BPS, 2013 (diolah).
Pada Gambar 9 terlihat bahwa beberapa tahun belakangan ini, kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Karawang menunjukkan penurunan kualitas. Hal ini dapat terlihat jelas sejak tahun 2008 karena pada tahun tersebut peningkatan jumlah jalan dalam kondisi yang rusak mulai terlihat. Padahal pada tahun sebelumnya kondisi infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten Karawang sudah berada dalam kondisi yang stabil, yakni pada tahun 2004 hingga 2007. Kondisi jalan yang baik tentunya akan mampu meningkatkan efisiensi dalam kegiatan investasi di suatu daerah. Sedangkan, adanya kondisi jalan yang rusak akan menghambat proses distribusi barang dan jasa yang pada akhirnya akan mengganggu keberlangsungan kegiatan investasi di daerah tersebut. Oleh karena itu, adanya masalah peningkatan jumlah kondisi jalan rusak yang diakibatkan oleh usia jalan yang sudah tua serta kurangnya pemeliharaan terhadap jalan tersebut perlu diperhatikan upaya penyelesaiannya agar kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung dapat berjalan lancar.
Infrastruktur Listrik Listrik merupakan suatu energi yang menjadi kebutuhan penting bagi kehidupan manusia baik untuk kebutuhan rutin sehari-hari maupun untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi. Selain dibutuhkan dalah kehidupan seharihari, energi listrik juga dibutuhkan oleh berbagai sektor industri yang digunakan untuk menjalankan aktivitas produksinya sebagai upaya peningkatan jumlah realisasi PMA di suatu daerah. Salah satu perusahaan yang memiliki kontribusi besar terhadap penyediaan listrik negara adalah P.T. PLN.
22
Gambar 10
Jumlah energi listrik PLN yang terjual di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
Pada Gambar 10 menunjukan bahwa kebutuhan listrik di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Peningkatan yang paling pesat terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar 1,236,106,996 kWh atau dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 59,774,373 kWh dari tahun sebelumnya. Peningkatan yang pesat ini disebabkan karena peningkatan penggunaan listrik yang cukup besar oleh sektor bisnis yakni sebesar 69,479,659 kWh yang meningkat sebesar 51,315,053 kWh atau meningkat sebesar 73.86 % dari tahun sebelumnya.
Gambar 11
Akumulasi energi listrik PLN yang terjual menurut kelompok pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11, lebih dari setengah energi listrik yang terjual dimanfaatkan untuk keperluan industri untuk melakukan berbagai aktivitas produksi. Sedangkan, rumah tangga menempati posisi kedua sebagai
23 pelanggan yang juga memanfaatkan energi listrik yang tersedia. Hal ini membuktikan mengenai seberapa pentingnya peranan energi listrik yang digunakan oleh industri terhadap aktivitas ekonomi yang ada sekaligus aktivitas yang berkaitan dengan realisasi PMA yang ada di Kabupaten Karawang.
Infrastruktur Air Bersih Air Bersih merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan seluruh masyarakat. Penyaluran penyediaan air bersih harus terus ditingkatkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih bagi seluruh kalangan masyarakat. Untuk melihat ketersediaan infrastruktur penyediaan air bersih yang berada di Kabupaten Karawang, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Karawang.
Gambar 12
Volume air yang disalurkan PDAM di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
Kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Karawang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada Gambar 12 dapat terlihat bahwa sejak tahun 2005 hingga 2013 terjadi peningkatan volume air yang disalurkan oleh PDAM. Dalam kurun waktu sejak 1996 hingga 2013, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar 1,069,482 m3. Adanya peningkatan volume air yang disalurkan disebabkan oleh adanya peningkatan kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Karawang serta adanya peningkatan jumlah penduduk di daerah tersebut.
24
Gambar 13
Akumulasi volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
Dari Gambar 13 dapat terlihat bahwa berdasarkan jenis pelanggan, jumlah air bersih yang disalurkan oleh PDAM paling besar dimanfaatkan oleh rumah tangga yakni sebesar 92%. Hal ini disebabkan banyaknya aktivitas rumah tangga yang cenderung memanfaatkan penggunaan air bersih dalam kapasitas yang besar, seperti kebutuhan untuk mencuci dan memasak.
Tenagakerja Tenagakerja merupakan suatu faktor penting di dalam beragam proses yang berlangsung di industri. Tenagakerja merupakan salah satu input dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang bernilai investasi serta untuk mengatur sarana produksi untuk mengahasilkan barang tersebut.
TK (Jiwa)
200000 150000 100000 50000
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
0
Tahun
G ambar 14
Jumlah tenagakerja yang bekerja pada industri di Kabupaten Karawang
Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
25 Pada Gambar 14 terlihat bahwa pada tahun 2000 telah terjadi penurunan jumlah tenagakerja yang cukup pesat. Penurunan ini terjadi hingga mencapai 101, 928 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, mulai tahun 2003 jumlah tenagakerja yang bekerja di industri mengalami peningkatan secara perlahan, walaupun sempat terjadi penurunan kembali pada tahun 2012. Adanya pertumbuhan tenagakerja yang sempat mengalami fluktuasi tidak terlalu mengkhawatirkan karena kondisi keberadaan tenagakerja sampai saat ini masih di dalam kategori yang aman dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 0.02 persen. Analisis Model Penelitian
Uji Kriteria Ekonometrika Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peran infrastruktur dan tenagakerja terhadap PMA di Kabupaten Karawang dengan menggunakan data time series. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa variabel bebas, diantaranya panjang jalan (JLN), jumlah energi listrik yang terjual (LIST), volume air bersih yang disalurkan (AIR), dan jumlah tenagakerja yang bekerja di industri (TK). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Untuk mendapatkan model regresi linear berganda yang baik maka model tersebut harus memenuhi kriteria BLUE ( Best Linear Unbiased Estimator). Sehingga, dilakukanlah uji kriteria ekonometrika untuk menguji asumsi klasik seperti normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa model tersebut telah memenuhi kriteria BLUE. Uji Normalitas 1. Dari hasil pengujian, dapat terlihat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.216672. Nilai probabilitas tersebut lebih besar dibandingkan taraf nyata lima persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menolak H0 atau residual error terdistribusi normal di dalam model. 2. Uji Multikolinearitas Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai masing- masing matriks korelasi antar variabel bebas. Suatu data dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinearitas jika nilai korelasi antar variabel bebas lebih kecil dari 0.8 (rule of thumb). Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa nilai masing-masing koefisien korelasi antar peubah bebas tidak lebih besar dari 0.8 yang berarti model yang digunakan terbebas dari masalah multikolinearitas atau tidak ada hubungan linear antara peubah bebasnya.
26 Tabel 1 Matriks korelasi JLN LIST JLN 1.000000 -0.103549 LIST -0.103549 1.000000 AIR -0.275745 -0.158847 TK 0.208942 0.278022 3.
4.
AIR -0.275745 -0.158847 1.000000 -0.235742
TK 0.208942 0.278022 -0.235742 1.000000
Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan salah satunya dengan White. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai probability f (stat) sebesar 0.8808 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa model tersebut terbebas dari masalah heteroskedastisitas yang berarti variansi dari error bersifat konstan. Uji Autokorelasi Pengujian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji LM. Dari hasil estimasi diketahui nilai probability f (stat) sebesar 0.0777 atau lebih besar dibandingkan taraf nyata 5 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebet terbebas dari masalah autokorelasi.
Uji Kriteria Statistik Untuk menguji validitas dari suatu model penelitian serta mengaluasi model berdasarkan kriteria statistik dapat dilakukan pengujian berikut: Uji Koefisien Determinasi (R2) 1. Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel – variabel bebas dalam model yang dapat menjelaskan variabel terikat yang digunakan di dalam penelitian. Pada model ini, nilai R2 yang muncul sebesar 0.999304, sehingga dapat dikatakan bahwa 99,93 persen perubahan pada variabel terikat (PMA Kabupaten Karawang) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat di dalam model dan sisanya sebesar 0.07 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 2. Uji F-statistic Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi variabel bebas dalam memengaruhi variabel terikat yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai probabilitas F-statistic (0.000000) atau lebih kecil dari taraf nyata lima persen. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pada model yang dipilih paling tidak terdapat minimal satu variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Uji t-statistic 3. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa nilai probabilitas dari variabel jalan, listrik, air bersih, dan tenagakerja lebih kecil dari taraf nyata lima persen dengan masing-masing nilai sebesar 0.0037, 0.0000, 0.0000, dan 0.0042. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa semua variabel bebas
27 yang digunakan dalam penelitian berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.
Tabel 2 Hasil estimasi pada persamaan persamaan Peran Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang
Variabel
Koef
Std-error t-statistic
Prob
JLN
-0.128586
0.035860
-3.585799
0.0037
LIST
-0.000265
1.30E-05
-20.34806
0.0000
AIR
2.193469
0.346717
6.326392
0.0000
TK
1.892839
0.536594
3.527510
0.0042
C -12531.64 45836.60 -0.273398 R- squared 0.999304 Keterangan: *signifikan pada taraf nyata 5%
0.7892
Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan di dalam model berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang pada taraf nyata lima persen. Pengaruh masing-masing infrastruktur tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
Infrastruktur Jalan Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa panjang jalan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar -0.128586, yang artinya penambahan panjang jalan sebesar satu Kilometer (km) akan menurunkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang sebesar US$ 0.128586 ribu (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa pertumbuhan infrastruktur jalan akan mampu meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Adanya perbedaan hasil yang didapat dengan hipotesis awal disebabkan oleh kondisi jalan yang rusak di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini panjang jalan di kabupaten tersebut yang menjadi
28 tanggung jawab pemerintah sebesar 1500 km. Dalam jumlah tersebut, setiap tahunnya selalu terdapat upaya perbaikan akibat kondisi jalan yang memburuk. Kondisi jalan yang rusak ini sering ditemui di beberapa titik diantarnya akses menuju Gerbang Tol Karawang Timur, Jalan Interchange Karawang Barat, Jalan Perumnas Teluk Jambe, Jalan Peruri, Jalan By Pass Karawang, dan Jalan Lingkar By Pass.
Gambar 15
Panjang jalan di Kabupaten Karawang menurut kondisi yang rusak
Sumber :
BPS, 2014 (diolah).
Pada Gambar 15 terlihat bahwa pada tahun 1996 hingga 2012 kondisi jalan dalam kondisi rusak di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya hal tersebut merupakan salah satu alasan terjadinya hubungan yang negatif antara penambahan panjang jalan dengan PMA di daerah tersebut. Adanya kerusakan jalan ini juga diperparah akibat banjir yang sempat terjadi beberapa bulan terakhir ini. Adanya jalan yang berlubang membuat timbulnya kemacetan akibat kendaraan yang melewati jalan ini khususnya kendaraan roda empat serta truk-truk besar yang membawa barang–barang industri yang bernilai investasi harus berjalan perlahan. Adanya hal demikian, menyebabkan terhambatnya aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Sehingga, dari hasil penelitian yang diperoleht tidak diragukan bahwa adanya penambahan jalan justru akan menurunkan jumlah PMA di Kabupaten Karawang.
Infrastruktur Listrik Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa energi listrik yang terjual kepada industri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur listrik sebesar -0.000265, yang artinya kenaikan jumlah energi listrik yang terjual kepada industri sebesar satu kWh akan menurunkan pertumbuhan PMA Karawang sebesar US$ 0.000265 ribu (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
29 awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah energi listrik yang terjual kepada industri akan meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang.
Gambar 16
Persentase penggunaan energi listrik PLN per-tahun oleh industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber:
BPS, 2014 ( diolah).
Pada Gambar 16 terlihat bahwa sejak tahun 2004, industri yang berada di Kabupaten Karawang hanya menggunakan persentase yang sangat sedikit terhadap energi listrik yang disediakan oleh PLN. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar industri yang berada di Kabupaten Karawang telah menggunakan pembangkit listrik pribadi untuk memenuhi segala keperluan akan energi listrik tersebut. Pada umumnya, industri yang berada di Kabupaten Karawang menggunakan energi alternatif seperti bahan bakar minyak (BBM), batubara, dan gas sebagai bahan bakar untuk menjalankan pembangkit listrik milik industri tersebut.
Gambar 17
Perbandingan pasokan energi listrik PLN yang diterima dan dibutuhkan oleh industri di Kabupaten Karawang tahun 1996-2013
Sumber:
BPS, 2014 (diolah).
30 Gambar 17 menunjukkan bahwa pada tahun 1998 hingga 2004 energi listrik yang disediakan oleh PLN tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan industri yang ada di Kabupaten Karawang. Sebelum pada akhirnya, sejak tahun 2009 kebutuhan akan energi listrik dapat disiasati oleh industri melalui penggunaan pembangkit listrik pribadi yang telah efektif sehingga ketergantungan industri terhadap pasokan listrik PLN telah berkurang dan kebutuhan listrik yang diperlukan dapat terpenuhi. Dengan demikian, adanya ketidakmampuan industri ketika belum memiliki pembangkit listrik pribadi yang efektif dan hanya bergantung terhadap energi listrik yang disediakan oleh PLN menyebabkan kebutuhan industri akan energi listrik tidak mampu tercukupi sehingga hubungan antara pasokan energi listrik yang hanya disediakan oleh PLN dengan PMA yang berada di Kabupaten Karawang memiliki hubungan yang negatif.
Infrastruktur Air Bersih Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah air bersih yang disalurkan kepada industri memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel infrastruktur air bersih sebesar 2.193469, yang artinya kenaikan jumlah air bersih yang tersalurkan kepada industri sebesar satu m3 akan menaikkan pertumbuhan PMA Kabupaten Karawang sebesar US$ 2.193469 ribu (cateris paribus) . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah air bersih yang disalurkan kepada industri akan meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Jumlah volume air bersih yang tersalurkan kepada industri menunjukkan jumlah air bersih yang dikonsumsi oleh industri yang berada di Kabupaten Karawang. Semakin besar jumlah air bersih yang digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu industri terhadap ketersediaan air bersih. Dalam penelitian ini, air bersih yang digunakan adalah air bersih yang disalurkan oleh PDAM kepada industri yang berada di Kabupaten Karawang.
Tenagakerja Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa jumlah tenagakerja yang bekerja di industri Kabupaten Karawang memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel tenagakerja sebesar 1.892839, yang artinya kenaikan jumlah tenagakerja yang bekerja di industri sebesar satu jiwa akan menaikkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang sebesar US$ 1.892839 ribu (cateris paribus) . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah tenagakerja yang bekerja di industri akan mampu meningkatkan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Banyaknya jumlah tenagakerja yang bekerja di industri menunjukkan kemampuan suatu industri dalam memenuhi modal fisik berupa modal
31 sumberdaya manusia. Semakin banyak jumlah tenagakerja yang bekerja di industri maka menggambarkan sejauh mana kemampuan suatu industri dalam memenuhi kebutuhan akan modal sumberdaya manusia untuk menjalani proses produksi yang dapat membantu untuk menambah nilai realisasi PMA di Kabupaten Karawang. Pengaruh dari keempat variabel bebas yang diteliti terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang menunjukkan bahwa infratruktur air dan tenagakerja berpengaruh positif terhadap PMA. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur di suatu daerah akan mampu meningkatkan kemampuan ekonomi daerahnya. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenagakerja, penambahan modal dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000). Sedangkan, infrastruktur jalan dan listrik berpengaruh negatif terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut Todaro (2006), pengembangan infrastruktur merupakan salah satu faktor yang menentukan pembangunan ekonomi. Dari keempat infrastruktur yang dibahas di dalam penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa ketersediaan infrastruktur air bersih memiliki pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang jika dibandingkan dengan infrastruktur lainnya. Hal ini terlihat dari nilai elastisitas infrastruktur air bersih yang nilainya lebih besar dibandingkan nilai elastisitas tenagakerja yang keduanya memiliki hubungan yang positif terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Alternatif Kebijakan Peran dari penyediaan infrastruktur dan tenagakerja di Kabupaten Karawang akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan PMA. Sehingga, pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan yang handal dalam hal pengembangan infrastruktur dan tenagakerja agar pertumbuhan PMA di daerah tersebut dapat terus meningkat. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran penyediaan infrastruktur dan tenagakerja terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang, diperoleh bahwa seluruh infrastruktur yang digunakan didalam penelitian diantaranya, jalan, listrik, dan air bersih, serta tenagakerja berpengaruh signifikan terhadap PMA di Kabupaten Karawang. Infrastruktur air bersih memiliki pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Oleh karena itu, perlu peningkatan pengadaan air bersih khususnya terhadap industri baik dari segi kualitas maupun kuantitas karena air bersih dijadikan industri sebagai sarana pendukung untuk menghasilkan produksi yang maksimal demi terciptanya peningkatan jumlah PMA serta agar kebutuhan industri yang diperlukan dapat terpenuhi seluruhnya tanpa terkecuali. Untuk infrastruktur jalan, infratruktur tersebut memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan PMA akibat kondisi jalan dalam keadaan rusak di Kabupaten Karawang memiliki trend yang meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga, pemerintah harus membuat kebijakan serta tindakan untuk memperbaiki kondisi jalan rusak serta tidak memperparah kondisi jalan yang
32 telah ada sebelumnya. Kebijakan yang dapat dibuat diantaranya, penegakkan peraturan yang telah dibuat mengenai penetapan aturan mengenai beban maksimal kendaraan yang dapat melewati jalan tersebut mengingat banyaknya jumlah kendaraan termasuk truk besar pembawa barang-barang industri melewati jalan tersebut dengan beban bawaan yang melebihi batas yang telah ditetapkan. Dengan menetapkan aturan demikian, kondisi jalan yang ada akan dapat dipertahankan dalam kondisi yang baik. Selain itu, dengan melakukan suatu tindakan seperti melakukan perbaikan jalan yang telah rusak mengingat banyak terdapat jalan berlubang di beberapa titik utama di Kabupaten Karawang dengan melakukan pergantian jalan aspal yang telah rusak dengan tidak hanya melakukan tambal sulam semata melainkan diganti dengan jalan beton. Pergantian konstruksi jalan ini dilakukan karena beton dinilai lebih tahan dengan beban kendaraan yang berat serta lebih tahan genangan air atau banjir serta biaya perawatan yang lebih murah sedangkan upaya perbaikan dengan tambal sulam tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Kondisi jalan yang baik tentunya akan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan jalan dan akan menurunkan biaya produksi. Selain itu, adanya penambahan panjang jalan juga mampu meningkatkan akses antar wilayah industri serta memperlancar aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Namun, adanya penambahan panjang jalan tetap harus memperhatikan kualitas jalan yang akan ditambah karena tidak akan ada artinya adanya penambahan panjang jalan semata tanpa disertai dengan kualitas yang baik terhadap jalan tersebut. Infrastruktur listrik yang disediakan oleh PLN memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Hal ini diakibatkan oleh pasokan listrik PLN yang tidak akan mampu mencukupi seluruh kebutuhan industri jika tidak dibantu oleh alternatif pembangkit listrik pribadi milik industri. Oleh karena itu, perlu dibuat serta dikembangkan energi terbarukan seperti sumber listrik berbahan dasar tenaga surya, angin, serta bahan bakar yang berasal dari limbah seperti limbah pabrik dan limbah nabati. Dengan demikian, seluruh kebutuhan industri akan energi listrik dapat terjamin dan tidak akan lagi merasa khawatir dan bergantung kepada energi listrik PLN yang memiliki pasokan yang terbatas serta terhadap energi yang tidak dapat diperbarui. Untuk modal tenagakerja, modal ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PMA di Kabupaten Karawang. Oleh karena itu, perlu peningkatan pengadaan tenagakerja bagi industri khususnya dalam hal kualitas. Peningkatan kualitas tenagakerja dapat dilakukan melalui pemberian pelatihan bagi tenagakerja yang baru serta melakukan perekrutan tenagakerja yang memang memenuhi standar perusahaan dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan oleh industri tersebut. Peningkatan kualitas serta penerapan standar bagi tenagakerja penting untuk dilakukan karena tenagakerja merupakan salah satu modal fisik yang mutlak diperlukan dan utama untuk menciptakan hasil produksi yang tidak hanya melimpah melainkan dengan hasil yang berkualitas.
33
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan mengenai peran infrastruktur dan tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi PMA di Kabupaten Karawang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Khususnya sejak tahun 2009 hingga 2013 terjadi peningkatan PMA yang sangat pesat di Kabupaten Karawang. Pembangunan infrastruktur jalan mengalami penurunan kualitas yang ditandai dengan meningkatnya jumlah jalan dalam kondisi yang rusak (km). Pada infrastruktur listrik sempat terjadi fluktuasi akibat penggunaan energi listrik yang sangat besar pada tahun 2002. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan penggunaan energi listrik (kWh) oleh sektor bisnis. Sementara itu, infrastruktur air bersih mengalami peningkatan volume air bersih yang disalurkan (m3) kepada masyarakat dari tahun ke tahun. Selain itu, jumlah tenagakerja yang bekerja di industri yang berada di Kabupaten Karawang mengalami fluktuasi namun masih dalam batas yang aman dengan rata- rata laju pertumbuhan sebesar 0.02 persen. Infrastruktur yang digunakan di dalam penelitian diantaranya, infrastruktur jalan dan listrik berpengaruh negatif terhadap PMA. Sedangkan infrastruktur air dan tenagakerja berpengaruh positif terhadap PMA. Infrastruktur air bersih lebih berperan dibandingkan tenagakerja terhadap pertumbuhan PMA sebesar 0.658867 persen. Sedangkan, peran tenagakerja hanya sebesar 0.590167 persen. Sementara itu, Infrastruktur listrik lebih berperan terhadap penurunan PMA dibandingkan dengan infrastruktur jalan sebesar 0.15989 persen. Sedangkan, peran infrastruktur jalan sebesar 0.05888 persen.
Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat diberikan diantaranya: 1. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan infrastruktur yang ada di Karawang karena peran infrastruktur sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan PMA. Perhatian ini dapat ditunjukkan dengan pengalokasian dana secara tepat agar penyediaan infrastruktur yang ada dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat termasuk dengan industri yang ada di dalamnya. 2. Ketersediaan air bersih memiliki pengaruh yang paling besar terhadap peningkatan pertumbuhan PMA. Sehingga, pemerintah harus menjamin ketersediaan air bersih yang dapat menjangkau seluruh industri yang berada di Kabupaten Karawang serta melakukan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas dari air bersih yang disalurkan.
34 3. Ketersediaan pasokan energi listrik harus selalu tersedia di seluruh industri yang berada di Kabupaten Karawang. Oleh karena itu, Pemerintah perlu melakukan suatu upaya untuk menjadikan energi terbarukan sebagai bahan dasar pembangkit listrik bagi industri yang ada mengingat tidak ada tambahan pasokan energi listrik yang berasal dari PLN sementara terdapat kebutuhan industri yang besar terhadap energi listrik. 4. Pemerintah harus melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah panjang jalan di Kabupaten Karawang dengan diiringi oleh perbaikan terhadap jalan yang telah rusak demi terciptanya kelancaran dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung sehingga mampu menciptakan PMA yang tinggi di Kabupaten Karawang. Selain itu, melakukan upaya perawatan dan pemeliharaan secara berkala terhadap jalan yang telah ada agar tetap berada dalam kondisi yang baik. 5. Upaya peningkatan kualitas tenagakerja yang bekerja di industri harus ditingkatkan dengan melakukan pelatihan bagi tenagakerja baru serta melakukan perekrutan tenagakerja yang didasari oleh penilaian berdasarkan standar minimum yang telah ditetapkan oleh industri yang berada di Kabupaten Karawang.
DAFTAR PUSTAKA Anwar A. 1992. Beberapa Konsepsi Sumber daya Alam Bagi Penentuan Kebijaksanaan Ekonomi Kearah Pembangunan Berkelanjutan. Bahan Kuliah Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta (ID): BPFE. [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2014. PMA Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BKPM. [BKPPMD] Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah. Total Minat Investasi PMA Jawa Barat Menurut Kabupaten/Kota. Berbagai Tahun Publikasi. Jakarta (ID): BKPPMD. [BPPMD] Badan perizinan dan Penanaman Modal Daerah. Total Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA). Berbagai tahun Publikasi. Jakarta (ID): BPPMD Karawang. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Daerah Dalam Angka, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BPS Kabupaten Karawang. Dikun S. 2003. Infrastruktur Indonesia: Sebelum, Selama,dan pasca krisis. Jakarta (ID): BAPPENAS. Djoyohadikusumo S, 1994, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LPES. Dumairy.1997.Perekonomian Indonesia.Jakarta:Erlangga Gie Kwik Kian. 2002. Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Dan Permukiman. Materi kuliah, disampaikan pada studium general Institut Teknologi Bandung. Glasson J. 1977, Pengantar Perencanaan Regional, Jakarta (ID): LPFE-UI.
35 Grigg, Neil S. 1988. Infrastructure Engineering ang Management. New York: A Wiley-Interscience Publication. Grigg N.S. 2000. Where are We in Infrastructure Education? Public Works Management and Policy, 4(1): 257-260 Gujarati DN. 1999. Dasar-Dasar Ekonometrika. Sumarno Zain [Penerjemah], Jakarta (ID): Erlangga. Gujarati DN. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika Ed Ke-6. Julius A Mulyadi [Penerjemah], Jakarta (ID): Erlangga. Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Ed Ke-3. Julius A Mulyadi [Penerjemah], Jakarta (ID): Erlangga. [KPPOD] Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah. 2008. Pemeringkatan Iklim Investasi 33 Provinsi di Indonesia 2008. Jakarta (ID): [penerbit tidak diketahui]. Krismanti. 2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kuncoro M. 2006, Ekonomi Pembangunan Edisi ke-4, Yogyakarta:UPP AMP YKPN. Lesty. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing dan Peluang Investasi (Studi kasus: Kota Cimahi, Jawa Barat). [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rustiadi, et.al. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bahan Kuliah Tata Ruang. Program Studi PWD, Pasca Sarjana IPB. Bogor. Sari. 2009. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal Kawasan Timur Indonesia. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simanjuntak, 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta:FEUI. The World Bank.1994. World Bank Development Report 1994 : Infrastuktur for Development. Jakarta (ID): Oxford Press University Todaro MP. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Haris Munandar [penerjemah], Jakarta (ID): Erlangga. Todaro MP. 2000. Ekonomi Untuk Negara Berkembang Jilid 2. Jakarta: Bumi Aksara. Todaro MP. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Ed-8. Jakarta: Erlangga. Todaro MP, Stephen CS. 2006. Pembangunan Ekonomi Ed Ke-9 . Haris Munandar [penerjemah]. Jakata (ID): Erlangga. [UNCTAD] United Nations Conference on Trade and Development. 2000. World Investrment Report 2000. New York anf Geneva: United Nations Conference on Trade and Investment. Wahyuni K.2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia. [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wijayanti, Yusuf (2011). Pengaruh Ketersediaan Tenagakerja, Infrastruktur, Pendapatan Perkapita, dan Suku Bunga Terhadap Investasi Industri Kota Semarang. [jurnal]. Semarang: FEUNDIP.
36
Lampiran 1
Uji Normalitas – Residual Test – Histogram
6
Series: Standardized Residuals Sample 1 17 Observations 17
5
4
3
2
1
0 -3000
-2000
-1000
0
1000
2000
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-336.7577 2.835080 1793.411 -2860.412 1222.932 -0.124674 2.506324
Jarque-Bera Probability
0.216672 0.897326
37
Lampiran 2
Uji White pada persamaan Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang
38
Lampiran 3
Uji LM pada persamaan Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang
39
Lampiran 4
Hasil estimasi pada persamaan-persamaan Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang dengan model Ordinary Least Square
40
Lampiran 5
Hasil perhitungan mean Pada Persamaan Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang
Lampiran 6
Hasil perhitungan elastisitas variabel-variabel bebas Pada Persamaan Peran Infrastruktur dan Tenagakerja terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten Karawang
41
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Annisa Fitra Hapsari lahir pada tanggal 23 Maret 1993 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ir. Budi Susetyo, M.M. dan Endah Mahanani Lestari, S.Sos. Pendidikan yang ditempuh penulis antara lain, Sekolah Dasar pada tahun 1999-2005 di SD Negeri Tonjong II Kabupaten Bogor, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2005-2008 di SMP Negeri 1 Bojonggede Kabupaten Bogor, Sekolah Menengah Atas tahun 20082010 di SMA PLUS YPHB Kota Bogor. Setelah lulus penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan diantaranya sebagai pengurus Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Pembangunan (HIPOTESA) Divisi Discussion and Analysis periode 2012-2013. Penulis juga aktif ikut berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh fakultas, departemen maupun BEM KM IPB, yakni panitia acara Bogor Art Festival (BAFEST) 2012, IPB Art Contest (IAC) 2012, dan Gebyar Nusantara (GENUS) 2012.