PENGARUH PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, PENANAMAN MODAL ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 1985-2009
Di susun oleh Febrina Rizki Syaharani 1060 8400 2717
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa: 1. Nama
: Febrina Rizki Syaharani
2. NIM
: 1060 8400 2717
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 1985-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Juni 2011 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 19570617198503 1 002
(___________________) Ketua
2. Utami Baroroh, M. Si
(___________________) Sekretaris
3. Dr. Lukman, M. Si NIP. 196406072003021000
(___________________) Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D NIP. 195605052000121001
(___________________) Pembimbing I
5. Fitri Amalia, M. Si NIP.198207102009122002
(___________________) Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 07 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Febrina Rizki Syaharani
2. NIM
: 1060 8400 2717
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi
: Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1985-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 07 Maret 2011 1. Lukman M. Si NIP. 196406072003021000
(___________________) Ketua
2. Utami Baroroh, M. Si
(___________________) Sekretaris
3. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D NIP. 1956050520001210012
(___________________) Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Febrina Rizki Syaharani
NIM
: 106084002717
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 16 Juni 2011 Yang Menyatakan,
(Febrina Rizki Syaharani)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
:
Febrina Rizki Syaharani
2. Tempat & Tgl Lahir
:
Jakarta, 26 Februari 1988
3. Alamat
:
Komplek Marna Putra Jln. Danau Singkarak Blok B No.7 Jatibening Baru, Pondok Gede Bekasi.
II.
4. Kebangsaan
:
Indonesia
5. Telepon
:
0856 974 51700/ 021 8478251
6. Jenis Kelamin
:
Perempuan
7. Agama
:
Islam
PENDIDIKAN Pendidikan Formal
Tempat
Waktu
1. SD Swasta Pelita Alam
1994 – 2000
2. SMP Islam As-syafi’iyah 06 Bekasi
2000 – 2003
3. SMA Islam As-syafi’iyah 02 Bekasi 2003 – 2006 4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 2006 – 2011
i
Pendidkan Non Formal Pelatihan/Seminar Waktu 1. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di Juni 2007 Indonesia". 2. Peserta Training Motivation Lancar Kerja Sukses”.
”Kuliah Mei 2008
3. Seminar Ekonomi ”Dampak Kenaikan Juni 2008 BBM dari sudut pandang APBN”. 4. Pelatihan SPSS.17, UIN Syarif Desember 2009 Hidayatullah Juli 2009 – Agustus 5. KKN di Desa Situ Daun, Bogor 2009 6. Magang di Kementrian Kebudayaan dan Maret 2010-April Pariwisata 2010
III.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : H. Kusmantoro, ST 2. Tempat & Tgl Lahir
:
Yogyakarta, 08 November 1957
8. Alamat
:
Komplek Marna Putra Jln. Danau Singkarak Blok B No.7 Jatibening Baru, Pondok Gede Bekasi.
3. Telepon
:
021 8478251
4. Ibu
:
Ulfah Maryani
5. Tempat & Tgl Lahir
:
Tegal, 05 Maret 1963
9. Alamat
:
Komplek Marna Putra Jln. Danau Singkarak Blok B No.7 Jatibening Baru, Pondok Gede Bekasi.
6. Telepon
:
021 8478251
ii
ABSTRACT An economic growth is the improvement of economic activities to develop goods and services and increase social prosperity. This research was aimed to know how domestic and foreign investment, as well as foreign loan influence to economic growth in Indonesia. Data used in this research were time series of 1985—2009 period. In analyzing, the author used multiple regression in the program of Eviews 5.1. Simultaneously, the research showed that Domestic Direct Investment, Foreign Direct Investment, and foreign loan positive influenced to the economic growth in Indonesia with its value probability: F-statistic 0,000000. Partially, regression in the actual level (α = 5%) of Domestic Direct Investment resulted in significantly influenced in the economic growth with co-efficient 9,462474 and probability 0,0099 and foreign loan significantly influenced to the economic growth with coefficient 9,357007 and probability 0,0000. Otherwise, Foreign Direct Investment did not significantly influence to the economic growth as its co-efficiency is 2,18 and its probability is 0,7753. It means that the Domestic Direct Investment, the Foreign Direct Investment, and the foreign loan positively influenced to the economic growth in Indonesia although the Foreign Direct Investment did not significantly influence to the economic growth. The reason was the Foreign Direct Investment growth slowly because of complex processes for permission and worse coordination among interrelated ministries. Keywords: Economic Growth, Domestic Direct Investment, Foreign Direct Investment, and Foreign Loan.
iii
ABSTRAKSI
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi dalam negeri dan luar negeri serta utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan adalah time series yaitu periode 1985-2009. Untuk menganalisis penulis menggunakan metode analisis regresi berganda pada program Eviews 5.1. Secara simultan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PMDN, PMA, dan utang luar negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan nilai probabilitas F-statistik 0,000000. Secara parsial, hasil regresi pada taraf nyata (α = 5%) PMDN berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 9,462474 dan probabilitas 0,0099, utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 9,357007 dan probabilitas 0,0000. Sedangkan PMA berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien 2,18 dan probabilitas 0,7753.. Hal ini berarti PMDN, PMA dan utang luar negeri dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia meskipun PMA tidak terlalu memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan pengembangan PMA di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin dikarenakan birokrasi yang rumit dan kurangnya keterpaduan koordinasi antar departement terkait.
Kata kunci : pertumbuhan ekonomi, PMDN, PMA dan utang luar negeri
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1985-2009”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW sebagai tauladan terbaik bagi kelaurga, sahabat dan para
pengikutnya, yang telah membawa kita semua dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang terang benderang ini dengan adanya agama Islam (addinul islam) serta dengan ilmu pengetahuan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya besok di hari kiamat. Amin Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua saya yang tidak pernah henti-henti mengiringi langkahku dengan doanya yang penuh dengan keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan, serta dukungan baik materil maupun spiritual dalam
v
kebaikan dan keberhasilan untuk anak-anaknya sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Bapak dan Mamah. Amin. 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta. 4. Utami Baroroh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada setiap mahasiswa dan mahasiswi. 5. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis. 6. Fitri Amalia M.Si. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah banyak memberikan saran kepada penulis. 7. Seluruh Dosen FEB dan IESP atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan selama penulis melaksanakan perkuliahan. 8. Seluruh staf jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Khususnya ibu Lilih yang sangat baik hati dan sabar dalam membantu penulis mengurus segala urusan akademik. 9. Imam Chaerulsyah dan Irvan Aulia, adik-adikku tersayang yang telah memberikan semangat dan dukungan. Belajarlah yang rajin dan jangan pernah putus asa dalam meraih cita-citamu.
vi
10. Muhammad Iqbal yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan motivasi untuk
selalu
memberikan
semangat
menghadapi
kesulitan
dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kamu tetap semangat. 11. Sahabatku Istiqomah. Fatmi Ratna Ningsih, Asri Amaliya dan Dwi Suciayu yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena kalian telah menjadi sahabat terbaik yang menemani hari-hari ku selama lebih dari 4 tahun ini. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga sampai kapanpun. 12. Dwi Wahyuni dan Nurlaila Sofwan sahabatku dari kosan lama. Terimakasih karena selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis hingga terpacunya semangatku untuk segera lulus tahun ini. Semoga tali persahabatan terus terjalin. 13. Seluruh teman-teman kosan Pelangi yang banyak mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kalian sudah memberikan semangat dengan hiburan ocehan kalian. Semoga silaturahmi kita tidak berhenti sampai disini saja. 14. Rekan-rekan IESP 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis baik selama perkuliahan maupun diluar perkuliahan. 15. Teman-teman kkn green bean’09, terima kasih untuk hari-hari yang indah yang tak terlupakan di posko Situ Daun-Bogor. Semoga komunikasi dan tali silaturahmi tidak putus yang dikarenakan punya kesibukan masing-masing.
vii
16. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Jakarta, Juni 2011
FEBRINA RIZKI SYAHARANI Penulis
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................... iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB II
a. Identifikasi Masalah ..............................................................
1
b. Batasan Masalah....................................................................
7
c. Perumusan Masalah .............................................................
7
d. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..........................
9
LANDASAN TEORI A. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 11 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.................................. 11 2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi ................................... 13 3. Teori–Teori Pertumbuhan Ekonomi .............................. 19 a. Teori Harrod-Domar ................................................. 19 b. Teori Keynes ............................................................. 22
ix
B. Pengertian Investasi .............................................................. 24 1. Komponen-Komponen Pengeluaran Investasi ................ 25 2. Penanaman Modal Dalam Negeri ................................... 27 3. Penanaman Modal Asing ............................................... 31 C. Utang Luar Negeri................................................................. 35 1. Pengertian Utang Luar Negeri ....................................... 35 2. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri ................................ 36 3. Prinsip Dasar Penerimaan Utang Luar Negeri ................ 42 4. Mekanisme Penerimaan Utang Luar Negeri ................... 43 5. Biaya yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman ........ 46 6. Teori Utang luar Negeri .................................................. 47 7. Alasan dilakukannya Utang Luar Negeri ........................ 49 D. Hubungan Masing-Masing Variabel Independen terhadap Variabel Dependen ................................................................ 50 1. PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...................... 50 2. PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................... 51 3. Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 53 E. Penelitian Terdahulu ............................................................. 54 F. Kerangka Pemikiran .............................................................. 60 G. Hipotesis Penelitian............................................................... 63 BAB III
METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 64 B. Metode Pengumpulan Data ................................................... 65
x
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 66 D. Metode Analisis Data ........................................................... 66 1. Uji Stasioneritas ........................................................... 68 2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 69 a. Uji Normalitas .............................................................. 69 b. Uji Autokorelasi
............................................... 70
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 71 d. Uji Multikolinieritas
............................................... 71
3. Uji Statistik……………………………………………… 72 a. Uji Signifikansi Individual (Uji t-Statistik)…………… 72 b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Statistik)……………. 73 c. Koefisien Determinasi (R2)……………………………. 74 E. Operasional Variabel Penelitian ........................................... 74 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ................................................................ 78 1. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 78 2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)...................... 82 3. Penananaman Modal Asing (PMA) .................................. 84 4. Utang Luar Negeri ............................................................ 87 B. Analisis dan Pembahasan ...................................................... 89 1. Hasil Uji Stasioneritas
.................................................. 89
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................. 92 a. Hasil Uji Normalitas ................................................... 92
xi
b. Hasil Uji Autokorelasi.................................................. 93 c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ....................................... 93 d. Hasil Uji Multikolinieritas ........................................... 94 3. Hasil Uji Regresi Berganda
........................................ 92
4. Hasil uji Statistik .............................................................. 96 a. Hasil Uji Parsial (Uji t-Statistik) .................................. 96 b. Hasil Uji F-Statistik ..................................................... 101 c. Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 ........................................... 102 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 103 B. Implikasi ................................................................................ 105 C. Saran ...................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108 LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA, dan Utang Luar Negeri Tahun 1997-2000 ...........................................................
3
2.1
Penelitian Terdahulu ........................................................................... 62
3.1
Operasional Variabel .......................................................................... 77
4.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 .......................................... 80
4.2
Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level ................................................... 90
4.3
Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different ..................................... 91
4.4
Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 93
4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 94
4.6
Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Regresi Auxiliary ....................... 95
4.7
Hasil Olahan Data Denga Regresi Berganda ...................................... 96
4.8
Hasil Uji t-Statistik ............................................................................. 97
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Contoh Pinjaman Multilateral ........................................................ 37
2.2
Contoh Pinjaman Bilateral .............................................................. 37
2.3
Contoh Pinjaman Sindikasi ............................................................... 38
2.4
Kerangka Pemikiran ..........................................................................
4.1
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 ......................................... 81
4.2
Perkembangan PMDN Periode 1985-2009
4.3
Perkembangan PMA Periode 1985-2009 .......................................... 86
4.4
Perkembangan Utang Luar Negeri Periode 1985-2009..................... 88
4.5
Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 92
xiv
62
................................... 83
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Observasi Penelitian................................................................... 111
2
Hasil Uji Regresi OLS ........................................................................ 112
3
Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level ................................................... 113
4
Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different ..................................... 114
5
Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 115
6
Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 116
7
Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 117
8
Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 118
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1. Identifikasi Masalah Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu proses kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan tersebut mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) atau PNB (Produk Nasional Bruto) (Lincolin Arsyad, 2010: 11). Dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator kemajuan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini pada dasarnya
1
mengukur kemampuan suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejar ketertinggalan dengan negara lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negaranegara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunannya. Indonesia
sebenarnya
pernah
memiliki
suatu
kondisi
perekonomian yang cukup menjanjikan pada awal tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1986 sampai tahun 1989 terus mengalami peningkatan, yakni masing-masing 5,9% di
2
tahun 1986, kemudian 6,9% di tahun 1988 dan menjadi 7,5% di tahun 1989. Namun pada tahun 1990 sampai dengan enam tahun kedepan tingkat pertumbuhan ekonominya fluktuatif. Namun, pada satu titik tertentu, perekonomian Indonesia akhirnya runtuh oleh terjangan krisis ekonomi yang melanda secara global di seluruh dunia. Ini ditandai dengan tingginya angka inflasi, nilai kurs rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan kecilnya kesempatan kerja, dan ditambah lagi dengan semakin membesarnya jumlah utang luar negeri Indonesia akibat kurs rupiah yang semakin melemah. Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, PMDN, PMA dan Utang Luar Negeri Tahun 1997-2000 Tahun Pertumbuhan PMDN PMA ULN (%) 1997
4,7
119,755,500,000.0
154,038,225.0
269,049,000
1998
-13,1
60,748,500,000.0
108,790,912.5
573,538,725
1999
0,79
55,600,300,000.0
77,328,940.0
573,140,400
2000
4,92
88,294,400,000.0
146,638,466.0
782,462,655
Sumber: Badan Pusat Statistik Sejak krisis melanda pertengahan tahun 1997 menjadi guncangan besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Krisis moneter yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi tahun 1998 mengalami minus -13,1%. Laju pertumbuhan ekonomi seburuk ini lebih banyak dipengaruhi situasi nasional. Mulai tahun 1999 perekonomian nasional menunjukkan
3
proses pemulihan dengan pertumbuhan yang semakin membaik. Keadaan pertumbuhan ekonomi pada saat krisis juga diikuti pada penurunan nilai PMDN dan PMA serta meningkatnya utang luar negeri yang melonjak hebat. Hal ini diperkirakan bahwa keterpurukan ekonomi telah sampai batas terendah dan kembali ke suatu perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 1999 mulai positif meski hanya tercatat 0,79% setelah sebelumnya pada tahun 1998 mengalami penurunan yang sangat besar. Tanda-tanda awal proses pemulihan ekonomi telah mulai Nampak, stabilitas moneter mulai terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat, keadaan sosial politik yang sudah lebih membaik. Tingkat suatu pertumbuhan ekonomi ditentukan antar lain oleh kekuatan sektor penanaman modal asing, sektor bantuan luar negeri, dan sektor
penanaman
modal
dalam
negeri.
Pertumbuhan
ekonomi
membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya membutuhkan dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seharusnya merupakan sumber pokok pembiayaan, terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri. Karena keterbatasan sumber daya domestik yang dimiliki sedangkan kebutuhan dana untuk pembangunan ekonomi sangat besar, maka untuk mengatasi kekurangan dana yang diperlukan dalam proses
4
pembangunan nasional sejak Pelita I hingga beberapa tahun belakangan ini, dilakukan pemasukan dana dari luar negeri, baik berupa utang luar negeri (ULN) maupun penanaman modal asing utamanya yang bersifat penanaman modal langsung (PMA) (Rustian Kamaluddin, 2007: 177). Peranan dana bantuan luar
negeri dan modal asing terhadap
kemajuan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara berkembang telah lama menjadi perdebatan hangat diantara kelompok–kelompok ekonomi dunia. Sekelompok ekonom pada tahun 1950-an dan 1960-an berpendapat dan meyakini bahwa banuan luar negeri mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara tanpa menimbulkan gangguan pada masa sesudahnya bagi negara–negara debitor tersebut (Rustian Kamaluddin, 2007: 103). Sebagaimana halnya dengan utang luar negeri dan Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Penanaman modal asing, diarahkan untuk menggantikan peranan dari utang luar negeri sebagai
sumber
pembiayaan
pertumbuhan
dan
pembangunan
perekonomian nasional. Peran modal asing dirasa semakin penting melihat kenyataan bahwa jumlah utang luar negeri Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Pada masa Orde Baru, modal asing, khususnya utang luar negeri, secara
faktual
ditempatkan
sebagai
sumber
utama
pembiayaan
pembangunan, meskipun secara normatif harus ditempatkan sebagai
5
sumber
tambahan.
Kenyataan
inilah
yang
menyebabkan
bahaya
tersembunyi, yang secara inheren melekat pada pola pembangunan yang didorong modal asing. Apabila posisi ketergantungan semakin besar, semakin besar pula resiko terkait yang harus dihadapi oleh sistem ekonomi global dalam bentuk ketergantungan terhadap modal asing, khususnya utang luar negeri. Utang luar negeri dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Tentunya jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga tidak menjadi beban yang berkepanjangan (Rustian Kamaluddin, 2007: 105). Meningkatnya
investasi
di
Indonesia
dimulai
dengan
ditetapkannya Undang - Undang No. 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang No. 11 Tahun 1070, dan Undang – Undang No. 6 Tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang No. 12 Tahun 1970. Dengan diberlakukanya undang – undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan Investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selam proses pembangunan di Indonesia. Berdasarkan hal – hal yang dikemukakakan diatas, penulis mencoba untuk membahas masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia
6
dalam hubungannya dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), penanaman modal asing (PMA), dan utang luar negeri dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, Dan Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 19852009”. 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada pertumbuhan ekonomi yang berada di Indonesia, investasi dan utang luar negeri. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2009. Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bisa diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Selain investasi, faktor utang luar negeri juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
B. Perumusan Masalah Perekonomian Indonesia yang tertinggal mendorong pemerintah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Di negara-negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia tidak mempunyai sumber dana yang
7
cukup
guna
membiayai
pembangunan
negaranya
yang
dikarenakan
terbatasnya akumulasi berupa kapital, untuk membangun perlu adanya investasi baik dari dalam negeri maupun investasi asing guna mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang dikehendaki. Selain mengandalkan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri, pemerintah juga mengandalkan sumber pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Salah satu alternatifnya adalah dengan mengusahakan bantuan luar negeri, misalnya dalam bentuk pinjaman atau utang luar negeri. Sumber dana eksternal dimanfaatkan oleh negara berkembang (Indonesia) sebagai dana tambahan disamping sumber dana dari dalam negeri. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka pertanyaan penelitian yang menjadi objek analisis penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
2. Seberapa besar pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia? 3. Seberapa besar pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia? 4. Seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing dan utang luar negeri secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan eknomi di Indonesia. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang luar negeri secara bersamasama terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak–pihak berikut ini : 1. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai hubungan penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang
9
luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan upaya menerapkan teori dan mencari jalan keluar mengenai permasalahan pertumbuhan ekonomi. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan data, serta masukan bagi perumus kebijakan dalam penetapan kebijakan mengenai penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, da utang negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pertumbuhan Ekonomi 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan terlihat adanya aspek dinamis dalam suatu perekonomian, yaitu terlihat bagaimana perekonomian suatu negara yang berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan dari kebijakan ekonomi makro. Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk suatu negara yang bersangkutan. Istilah pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik harus dibedakan dengan istilah perkembangan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik yang berupa peningkatan produksi barang dan jasa. Sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut tidak hanya pertumbuhan dalam produksi fisik barang dan jasa, melainkan juga kualitas barang dan jasa maupun kualitas faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa tersebut (Boediono, 1998: 5). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik
11
yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai pendapatan suatu daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan perhitungan didasarkan atas harga konstan. Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini (Prathama Rahardja, 2004: 118):
Dimana: Gt
= Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)
PDBRt
= Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)
PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya Jika interval waktunya lebih dari satu periode, maka penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan rumus sebagai berikut: PDBRt = PDBR0 (1 + r)t Dimana: PDBRt
= PDBR periode t
PDBR0
= PDBR periode awal
r
= Tingkat pertumbuhan
t
= Jarak periode 12
2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Indikator yang digunakan untuk menhitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan angka-angka pendapatan nasional, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB). Dalam praktek, angka PDB lebih lazim digunakan ketimbang PNB mengingat batas wilayah perhitungan PDB terbatas pada negara yang bersangkutan (domestik), karena dengan demikian kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik bisa dinilai efektivitasnya. Ada dua alasan mengapa angka-angka pendapatan nasional merupakan data dasar yang diperlukan guna menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertama, karena angka statistik tersebut diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai tambah bruto yang dhasilkan oleh aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan angka-angka tersebut mencerminkan peningkatan balas jasa. Kedua, angka-angka pendapatan nasional dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept). Artinya, angka pendapatan nasional hanya mencangkup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode tertentu , dan tidak mencangkup
nilai
produk
yang dihasilkan
pada
periode-periode
sebelumnya. Dengan digunakannya konsep aliran dalam erhitungan angka pendapatan nasional maka jumlah output yang dihasilkan dalam tiap-tiap periode dapat dibandingkan. (Hera Susanti et.all, 1995: 21).
13
Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu cara output, cara pendapatan, dan cara pengeluaran. Masing-masing cara melihat pendapatan nasional dari sudut pandang yang berbeda, tetapi hasilnya saling melengkapi. Berikut ini merupakan metode-metode penghitungan pendapatan nasional (Prathama Rahardja, 2004: 16): 1. Metode Output Menurut metode ini PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungannya adalah dengan membagi-bagi perekonomian jadi beberapa sektor produksi. Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output sluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain.atau bisa merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa
kali
lipat
dari
angka
yang
sebenarnya.
Untuk
menghindarkan hal tersebut maka dalam perhitungan PDB dengan metode output, yang dijumlahkan adalah nilai tanbah (value added) masing-masing sektor yaitu selisih antara nilai output dengan nilai input antara. Berikut rumusnya: NT = NO – NI Dimana: NT
= Nilai tambah
14
NO
= Nilai output
NI
= Nilai input antara
Dari rumus diatas dapat dikatakan bahwa proses produksi merupakan proses menciptakan atau meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB adalah:
PDB = Dimana: i
= Sektor produksi ke 1, 2, 3, …., n
2. Metode Pendapatan Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Hubugan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi yang digunakan digambarkan dalam funsi produksi sederhana di bawah ini: Q = f(L, K, U, E) Dimana: Q
= Output
L
= Tenaga kerja
K
= Barang modal
U
= Uang / finansial
E
= Kemampuan entrepreneur atau kewirausahaan
15
Fungsi
produksi
diatas
menunjukkan
bahwa
untuk
memproduksi output dibutuhkan input berupa tenaga kerja, barang modal dan uang / financial. Jumlah tenaga kerja, barang modal dan uang yang banyak tidak akan menghasilkan apa-apa jika tidak ada kemampuan entrepreneur. Kemampuan entrepreneur ini adalah kemampuandan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Balas jasa untuk tenaga kerja adala gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang / asset financial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut pendapatan nasional. Berikut ini rumusnya: PN = w + i + r + π Dimana: PN
= Pendapatan Nasional
w
= Upah / gaji
i
= Pendapatan bunga
r
= Pendapatan sewa
π
= Keuntungan
3. Metode Pengeluaran Menurut metode ini ada beberpa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:
16
1) Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun. 2) Konsumsi Pemerintah Perhitungan
konsumsi
pemerintah
adalah
pengeluaran-
pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah. Itulah sebabnya dalam perhitungan data statistik PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah nilainya lebihkecil dari pada pengeluaran yang tertera dalam anggaran pemerintah. 3) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Pembentukan
Modal
Tetap
Domestik
Bruto
(PMTDB)
merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan / meningkatkan nilai tambah. Termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik barang jadi maupun barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi produksi, akan lebih akurat bila yang dihitunga adalah investasi neto, yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan. Penghitungan PMTDB ini menunjukkan bahwa pendekatan pengeluaran, lebih
17
mempertimangkan barang-barang modal yang baru. Barangbarang modal tersebut merupakan output baru, Karen aitu harus dimasukkan dalam perhitungan PDB. 4) Ekspor Neto Ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari pada impor. Begitu juga sebaliknya. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia). Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah gabungan lima jenis pengeluaran tersebut: PDB = C + G + I + (X – M) Dimana: C
= Konsumsi rumah tangga
G
= Konsumsi pemerintah
I
= PMTDB
X
= Ekspor
M
= Impor
3. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana ketrkaitan antara faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Terdapat banyak teori pertumbuhan
18
ekonomi tetapi hanya dua yang dimasukkan dalam penelitian ini dikarenakan cukup untuk menerangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yaitu teori Harrod-Domar dan teori Keynes. a. Teori Harrod-Domar Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey D. Domar dan Roy F. Harrod. Teori ini merupakan pengembangan dari teori makro Keynes dengan memasukkan masalah-masalah ekonomi jangka panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang. Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu antara lain (Lincolin Arsyad, 2010: 83): 1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal-output (capitaloutput ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR). Menurut Horrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan sejumlah proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk mengganti barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan dan material) yang telah rusak. Namun demikian, untuk dapat meningkatkan laju perekonomian, 19
diperlukan pula investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Teori Harrod-Domar memandang bahwa ada hubungan ekonomis antara besarnya stok modal (K) dan tingkat output total (Y), maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut, hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Jika dianggap COR = k, rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang merupakan proporsi tetap dari output total dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan, maka dapat disusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana sebagai berikut : Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), dapat diturunkan persamaan sederhana sebagai berikut : 1. S = s.Y ............................................................................................... (1) 2. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan K maka : I = ∆K ................................................................................................ (2) Tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka: K K k atau k atau K k .Y ……………….…………. (3) Y Y
3. Karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (I), maka: S = I ................................................................................................... (4) Dari persamaan (1) diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (2) dan (3) diketahui I = ∆K = k.∆Y. Oleh karena itu, dapat dituliskan 20
identitas dari tabungan yang sama dengan investasi pada persamaan (3) sebagai berikut S = s.Y = ∆K = k.∆Y = I atau s.Y = k.∆Y …………..……..………. (5) Akhirnya di dapatkan: s …………...…………………………….………………….... (6) Y k
∆K/Y pada persamaan (6) menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan output). Persamaan (6), yang merupakan persamaan Harrod-Domar yang disederhanakan, menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output (∆K/Y) ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output (COR=k). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan. Sedangkan hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatf, semakin besar COR maka rendah tingkat pertumbuhan output. Logika ekonomi yang terkandung dalam persamaan diatas yaitu jika ingin tumbuh dengan pesat, maka perekonomian haruslah menabung dan menginvestasikan sejumlah proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestasikan, maka semakin cepat pula perekonomian tersebut akan tumbuh. Tetapi tingkat pertumbuhan yang nyata sebenarnya tergantung pada produktivitas dari investasi. Yang dimaksud
dengan produktivitas
investasi adalah
banyaknya output yang dihasilkan dari satu unit investasi, dapat diukur dengan kebalikan dari rasio modal-output (COR- atau k), karena rasio ini 21
(1/k) menggambarkan rasio output-modal atau rasio output investasi. Selanjutnya dengan mengalikan tingkat investasi baru yaitu s = I/Y dan tingkat produktivitasnya, 1/k, maka akan didapat tingkat pertumbuhan output total. Karena: s = S/Y dan 1/k dapat dituliskan dengan 1/(I/∆Y), maka s.1/k = I/Y.∆Y/I = ∆Y/Y c. Teori Keynes Menurut pandangan Keynes, volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif terdriri dari permintaan konsumsi dan permintaan investasi. Permintaan konsumsi tergantung pada kecenderungan untuk mengkonsumsi, akan tetapi tidak meningkat secepat kenaikan pendapatan. Kesenjangan antara pendapatan dan konsumsi dapat dijembatani oleh investasi. Jika volume investasi yang diperlukan tak terpenuhi maka harga permintaan agregat akan turun, lebih rendah daripada harga penawaran agregat. Akibatnya, pendapatan dan pekerjaan akan turun sampai kesenjangan tersebut terjembatani. Jadi perbedaan antara pekerjaan dan pendapatan ini sebagian besar akan tergantung pada investasi. Volume investasi tergantung pada efisiensi marginal dari modal dan suku bunga. Efisiensi marginal dari modal merupakan tingkat hasil yang diharapkan dari aktiva modal baru. Bilamana harapan laba tinggi, pengusaha menginvestasi lebih besar. Suku bunga, yang merupakan faktor lainnya
22
dari investasi, tergantung pada kuantitas. Sekarang investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan efisiensi marginal dari modal atau penurunan suku bunga. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan, dank arena pendapatan meningkat, muncul permintaan ang lebih banyak atas barang konsumsi, yang pada gilirannya menyebabkan kenaikkan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Proses ini cenderung menggumpal (kumulatif). Kenaikan investasi pada tingkat tertentu akan menyebabkan kenaikan
yang berlipat
pada pendapatan melalui
kecenderungan
berkonsumsi. Hubungan antara kenaikan investasi dan pendapatan ini oleh Keynes disebut multiplier K (pengali). Efek multiplier ini menperlihatkan hubungan yang tepat, bila investasi agregat naik, pendapatan akan meningkat yang besarnya adalah K kali keniakkan investasi tersebut. Rumusnya adalah Y KI dan 1-1/K mewakili kecenderungan marginal berkonsumsi turun, berkat adanya kenaikan pendapatan, maka diperlukan suntikan investasi dengan dosis besar guna memperoleh tingkat pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dalam perekonomian (Jhingan, 2004: 133).
B. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan
perlengkapan-perlengkapan
produksi
untuk
menambah
23
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian
(Sukirno,
1993:
107).
Investasi
tidak
hanya
untuk
memksimalkan output, tetapi untuk menentukan ditribusi tenahga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi. Investasi
swasta
di
Indonesia
dijamin
keberadaannya
sejak
dikeluarkannya Undang-undang No. 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri, yang kemudian dilengkapi dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 11 tahun 1970 tentang penanaman modal asing dan Undang-undang No.12 tahun 1970 tentang penanaman modal dalam negeri. Berdasarkan dari sumber kepemilikan modal, maka invetasi swasta dapat dibagi menjadi penanaman mdal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Investasi atau pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan mengganti dan untuk menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang kan digunkan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan. Penggunaan modal baik PMDN maupun PMA digunakan bagi usahausaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Investasi tersebut dilakukan secara langsung. Yakni melalui pembelian-pembelian obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh perusahaan serta deposito-deposito dan tabungan yang berjangka panjang sekurang-kurangnya satu tahun.
24
Harrod dan Dommar memberikan peranan kunci kepada investasi terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua, investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan, 2004: 229).
1. Komponen – Komponen Pengeluaran Investasi Pengeluaran investasi dibedakan menjadi empat komponen yaitu (Sadono, 2005): 1) Investasi perusahaan–perusahaan swasta Investasi perusahaan–perusahaan merupakan komponen yang terbesar dari investasi dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu. Pengeluaran investasi ini yang terutama diperhatikan oleh ahli-ahli ekonomi dalam membuat analisis mengenai investasi. Pengeluaran investasi tersebut meliputi mendirikan bangunan industri, membeli mesin-mesin dan peralatan produksi lain, dan pengeluaran untuk menyediakan bahan mentah. Tujuan para pengusaha melakukan investasi ini adalah untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan produksi yan akan dilakukan di masa depan. 2) Investasi yang dilakukan oleh pemerintah Pemerintah juga melakukan investasi. Berbeda dengan investasi perusahaan yang bertujuan untuk mnecari keuntungan, 25
investasi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, investasi pemerintah dinamakan jiga investasi sosial. Investasi-invetasi tersebut meliputi pembangunan jalan raya, pelabuhan dan irigasi, mendirikan sekolah, rumah sakit, dan bendungan. Analisis untuk investasi tersebut bukanlah aspek yang dibahas secara mendalam dalam teori makro ekonomi. 3) Investasi untuk mendirikan tempat tinggal Pembanguan rumah-rumah tempat tinggal juga merupakan pembelanjaan yang digolongkan sebagai investasi. Hal ini dikarenakan rumah mempunyai sifat yang mendekati peralatan produksi perusahaan, yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya susut sama sekali, dan bangunan tersebut secara terus menerus menghasilkan jasa bagi pemilik atau penyewanya. 4) Investasi atas barang-barang inventaris Komponen yang paling kecil dari investasi adalah inventaris atau inventory, yaitu stok barang simpanan perusahaan. Barang-barang yang digolongkan sebagai inventaris meliputi bahan mentah yang belum diproses, dan barang yang sudah dihasilkan olehperusahaan tetapi masih dalam simpanan dan belum dijual ke pasran. Menyediakan barang-barang seperti itu mempunyai arti penting dalam menciptakan efisiensi dan kelancaran kegiatan perusahaan.
26
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Didalam neraca nasional atau struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaannya investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal tetap domestik (domestik fixed capital formation). Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat di dalam ekonomi meruakan faktor yang sangat krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi dalam negeri (sustainable development). Salah satu indikator keberhasilannya adalah tingkat pendapatan nasional per kapita atau laju pertumbuhan produk domestik (PDB) rata-rata per tahun yang tinggi dan stabil. Proses pembangunan ekonomi dalam negeri melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor ekonomi domestik untuk keperluan kegiatankegiatan tersebut, perlu dibangun pabrik-pabrik, gedung perkantoran, mesin dan alat-alat produksi. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang terampil, untuk pengadaan semua itu, termasuk fasilitas seperti gedung sekolah, perpustakaan, dan sebagainya untuk mendukung penyiapan smber daya manusia, diperlukan dana yang disebut dana investasi (Tambunan, 2000 dalam Eny dan Siti: 62). Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 6 pasal 1 Tahun 1968 pengertian penanaman modal dalam negeri adalah bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang
27
dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di indonesia, yang disisihkan guna menjalankan sesuatu usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini. Penanaman modal dalam negeri merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktu minimal 1 tahun. Menurut undang-undang tersebut pada pasal 3, perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan dua jenis perusahaan, yaitu perusahaan nasional dan perusahaan asing. Dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh Negara atau swasta nasional. Dalam setiap izin usaha yang diberikan kepada perusahaan asing yang menggunakan modal dalam negeri ditentukan jangka waktu berlakunya yang sudah diatur oleh pemerintah dan undang-undang. Sedangkan batas waktu dalam berusaha bagi perusahaan asing, baik perusahaan baru maupun perusahaan lama dibatasi antara 10 tahun dan 30 tahun. Jika jangka waktu usaha bagi perusahaan asing telah berakhir, maka warga Negara asing yang bersangkutan dapat
28
melanjutkan usahanya dengan mengalihkan modalnya ke bidang usaha lain yang batas waktu usahanya belum berakhir dan mengadakan usaha gabungan dengan perusahaan nasional. Setelah waktu berusaha untuk perusahaan asing berakhir, maka perusahaan atau modal yang dimiliki oleh warga Negara asing yang bersangkutan harus dialihkan kepada warga Negara Indonesia. Jika perusahaan asing telah diberi peringatan secara tertulis sekurang-kurangnya dua kali oleh instansi pemerintah yang berwenang, warga Negara asing yang tersebut dalam waktu satu tahun sejak berakhirnya jangka waktu usahanya, maka pemerintah atau instansi terkait berhak melakukan likuiditas terhadap perusahaan asing tersebut. Pemerintah berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan dan menyelenggarakan usaha-usaha, agar pada waktunya perrusahaanperusahaan nasional dapat menampung dan melakukan fungsi serta kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang batas waktunya telah berakhir. Dalam Undang-Undang No. 25 pasal 3 ayat 2 Tahun 2007, tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk: 1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional 2) Menciptakan lapangan kerja 3) Meningkatkan pemabangunan ekonomi berkelanjutan 4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional 5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
29
6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan 7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri 8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 juga menjelaskan bahwa pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, oral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdsarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kaspasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah. Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada penanaman modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007): 1) Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap umlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.
30
2) Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barangmodal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. 3) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan masuk atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu. 4) Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nialai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu. 5) Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat. 6) Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
3. Penanaman Modal Asing (PMA) PMA atau investasi asing merupakan invetasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Menurut Jhingan, pemasukan modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun modal overhead ekonomi dan dalam mencipatakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin tetapi jiga keterambilan teknik. Ia membuka daerah-
31
daerah terpencil dan mengarap sumber-sumber baru yang belum dimanfaatkan. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga ditanggung modal asing. Selanjutnya, modal asing mendorong pengusaha setempat untuk bekerja sama dengan perusahaan asing. Ia meniadakan problem neraca pembayaran dan menurunkan tekanan inflasi. Modal asing membnatu memodernisasi masyarakat dan memperkuat sektor Negara maupun sektor swasta. Penggunaan modal asing dengan demikian penting untuk mem[ercepat pembangunan eonomi Negara-negara terbelakang. Pengertian PMA dari tinjauan dan pembahasan UndangUndang Nomor 1 Tahun 1967 dan Nomor 11 Tahun 1970 tentang penanaman modal dan kredit luar negeri: 1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. 2. Alat-Alat untuk perusahaan, termasuk penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia. 3. Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan dalam UndangUndang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.
32
Pengertian PMA diatas adalah penggunaan dari modal asing untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Peranan PMA dalam pembangunan adalah : 1. Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. 2. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perubahan struktur produksi dan perdagangan. 3. Modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana. Untuk PMA dari segi ekonomi dianjurkan berada dalam keadaan sebagai berikut : 1. Pemilik modal asing mau menginvestasikan modalnya pada proyekproyek besar. 2. Pemerintah dalam menerima kredit PMA harus benar-benar menggunakan kredit untuk proyek-proyek yang bisa membangun tabungan dan capital lebih lanjut. Kreditur berkeinginan baik untuk mendidik dalam keahlian manajerial, teknik, dan finansial. Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan/atau modal negara. Modal asing swasta dapat mengambil bentuk penanaman modal asing langsung dan penanaman modal asing tidak langsung. Berikut penjelasannya (Jhingan, 2004: 483):
33
1) Penanaman Modal Asing Langsung Penanaman Modal Asing langsung merupakan perusahaan dari negra penanam modal secara de facto atau de jure melakukan pengawasan atas asset (aktiva) yang ditanam di negara pengimpor modal dengan cara investasi itu. Penanaman modal asing lansung dapat mengambil beberapa bentuk, yaitu: pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor modal; pembentukan suatu perusahaan dalam mana perusahaan dari negara penananm modal memiliki mayoritas saham; pembentukan suatu perusahaan di negara pengimpor yang sematamata dibiayai oleh perusahaan yang terletak di negara penanam modal; mendirikan suatu korporasi di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara penanam modal. 2) Penanaman Modal Asing Tidak Langsung Lebih dikenal sebagai investasi portfolio atau rentier yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya mempunyai hak atas deviden saja. Pada tahun-tahun terakhir ini telah berkembang investasi tidak langsung secara multilateral. Warga negara dri suatu negara membeli membeli surat-surat obligasi Internastional Bank for Reconstruction and Development (IBRD) 34
yang dilambangkan atau yang membiayai suatu proyek khusus di beberapa negara terbelakang.
C. Utang Luar Negeri 1. Pengertian Utang Luar Negeri Utang pada dasarnya adalah suatu alternatif yang dilakukan karena berbagai alasan yang rasional itu ada muatan urgensi dan ada pula muatan ekspansi. Muatan urgensi tersebut maksudnya ialah utang dipilih mungkin sebagai sumber pembiayaan Karena derajat urgensi kebutuhan yang membutuhkan penyelesaian segera. Sedangkan muatan ekspansi berarti utang dianggap dapat memberikan keuntungan. Dalam
Undang-undang
peraturan
Bank
Indonesia
Nomor:
10/7/PBI/2008 tentang pinjaman luar negeri perusahaan bukan bank, dinyatakan bahwa pinjaman luar negeri merupakan salah satu faktor penting yang dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap neraca pembayaran, kestabilan moneter dan kesinambungan pembangunan. Untuk mengurangi pengaruh negatif terhadap neraca pembayaran, kestabilan moneter dan kesinambungan pembangunan, maka pinjaman luar negeri perlu
dikelola
dengan
memperhatikan
prinsip
kehati-hatian
dan
kepentingan perekonomian nasional serta menjaga kepercayaan pasar keuangan internasional. Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan ketua Bapennas No. 185/KMK. 03/1995 dan No. KEP.
35
031/KET/1995 tanggal 5 Mei 1995 yang telah dirubah dengan SKB No. 459/KMK. 03/1999 dan No. KEP. 264/KET/09/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Pelaksanaan APBN, pengertian Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
2. Bentuk-Bentuk Utang Luar Negeri Bentuk utang luar negeri dapat dilihat dari sumber dan persyaratan, yaitu: a. Dilihat dari sumber dananya, utang luar negeri dapat dibedakan dalam: 1) Pinjaman Multilateral, yaitu pinjaman yang berasaal dari badan-badan internasional, misalnya World Bank, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB).
36
Gambar 2.1 Contoh Pinjaman Multilateral NEGARA
Loan Agreement
NEGARA NEGARA NEGARA
LEMBAGA INTERNATION AL
PENERIMA PINJAMAN
NEGARA Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia 2) Pinjaman Bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung dalam CGI maupun antar negara secara langsung (intergovernment). Gambar 2.2 Contoh Pinjaman Bilateral Loan Agreement
NEGARA PEMBERI PINJAMAN
NEGARA PENERIMA PINJAMAN
Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia
3) Pinjaman Sindikasi, yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) internasional. Pemberian pinjaman tersebut dikoordinir oleh satu bank/LKBB yang bertindak sebagai sindication leader. Pinjaman ini biasanya dalam jumlah besar
37
dan bersifat komersial (commercial loan), misalnya dengan tingkat suku bunga yang mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman yang dituangkan dalam loan agreement merupakan konsensus dan kesepakatan diantara para pemberi pinjaman. Gambar 2.3 Contoh Pinjaman Sindikasi MEMBER Sharing Dana
MEMBER SYNDICATION LEADER
NEGARA PENERIMA PINJAMAN
MEMBER Loan Agreement
MEMBER
Sumber: Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia b. Dilihat dari segi persyaratannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi: 1) Pinjaman lunak (Concessional Loan), yaitu pinjaman luar negeri dalam rangka pembiayaan proyek-proyek pembangunan. Pinjaman lunak biasanya diperoleh dari Negara-negara yang tergabung dalam kerangka CGI maupun non CGI. Pengertian concessional loan biasanya juga diartikan sebagai pinjamn yang diperoleh dari Official Development Assistance (ODA) baik yang bersifat bilateral yang bersifat bilayeral maupun multilateral. Berdasarkan Inpres No. 8 tahun
38
1984 pinjaman yang dapat diklasifikasikan pinjaman lunak harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a) Jangka waktu pengembalian pinjaman selama 25 tahun atau lebih b) Masa tenggang (grace period) pembayaran pokok pinjaman selama 7 sampai dengan 10 tahun c) Tingkat bunga pinjaman berkisar 2% sampai dengan 3% d) Dalam pinjaman yang diberikan terdapat unsure hibah (grant element) sebesar 25% atau lebih 2) Pinjaman setengah lunak (semi concessional loan), yaitu pinjaman yang penggunaannya hamper sama dengan penggunaan pinjaman lunak, namun persyaratannya lebih berat dari pinjaman lunak tetapi lebih ringan daripada pijaman komersial. Pinjaman semi lunak terdiri dari: (a) Fasilitas Kredit Ekspor (FKE), adalah pinjaman luar negeri yang disediakan oleh suatu badan pengembangan ekspor di luar negeri
kepada
Pemerintah
Indonesia
untuk
membiayai
pembelian barang modal bagi proyek tertentu. Fasilitas pinjaman
ini
dijamin
oleh
Pemerintah
negara
yang
bersangkutan atau lembaga yang ditunjuk. Pada umumnya FKE diberikan hanya sebesar 65% sampai dengan 90% dari keseluruhan nilai proyek yang dibiayai, sedangkan sisanya dibiayai dengan dana sendiri atau dana pendampingan oleh Pemerintah RI. Fasilitas Kredit Ekspor dapat dalam bentuk
39
Suppliers Credit atau Buyers Credit. Buyers Credit
adalah
injaman FKE yang diterima dari Bank komersial atau lembaga keuangan bukan bank luar negeri, dimana tujuan pinjaman tersebut adalah untuk pembelian barang dari Negara pemberi pinjaman. Sedangkan Supplier Credit adalah pinjaman FKE yang diterima pemerintah langsung dari pemasok barang di luar negeri kepada Pemerintah RI yang akan diberikan dalam bentuk barang dalam keperluan proyek. Dapat diartikan bahwa dalam supplier credit ini, pihak yang menerima pnjaman adalah pihak pemasok barang. (b) Purchase Installment Sale Agreement (PISA), yaitu pinjaman yang diberikan oleh perusahaan leasing untuk pembiayaan proyek pembangunan tertentu yang dituangkan dalam bentuk persetujuan jual beli dengan pembayaran angsuran. Besarnya pinjaman PISA adalah 100% dari nilai proyek. (c) Pinjaman Komersial (Commercial Loan), yaitu pinjaman yang diterima dengan syaratsyarat yang ditetapkan berdasarkan kondisi pasar uang dan pasar modal internasional. Pinjaman ini lazim pula disebut cash loan karena pinjaman diterima dalam bentuk uang tunai dan penggunaannya lebih fleksibel atau tidak mengikat. Jumlah pinjaman komersial umumnya berjumlah besar karena pemberi pinjaman berupa sindikasi yang anggotanya terdiri atas perbankan dan lembaga-lembaga
40
keuangan
internasional.
Beberapa
pertimbangan
bagi
Pemerintah dalam menerima pinjaman komersial adalah mendukung penganekaragaman (diversifikasi) pinjaman atau memperluas sumber pinjaman yaitu memperoleh pinjaman dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, jumlah pinjaman relative lebih besar dan tata cara penarikannya lebih mudah, dan penggunaan dana tidak terikat pada satu proyek tertentu namun lebih fleksibel, baik untuk diinvestasikan kembali, untuk membiayai proyek atau untuk memperkuat cadangan devisa. Bentuk lain dari pinjaman komersial adalah penerbitan Surat Utang Negara (Notes) dan penerbitan Obligasi Pemerintah (Bonds). Notes dan Bonds adalah commercial papers yang diterbitkan oleh borrower dalam valuta tertentu dengan nilai tertentu yang merupakan bukti pengakuan hutang dan janji untuk membayar kembali pada saat yang telah ditentukan. Bukti pengakuan hutang ini dapat diperjual belikan di pasar internasional tertentu dan akan dilunasi kepada pemegang oleh borrower pada saat jatuh tempo. Bonds merupakan surat hutang berjangka waktu sampai dengan 30 tahun yang diterbitkan oleh suatu Negara atau badan usaha yang bunganya dapat bersifat tetap (fixed) atau mengambang (floating). Sedangkan Notes, atau biasanya dalam bentuk FRN (Fixed Rate Notes) adalah surat hutang dengan suku bunga mengambang yang berjangka waktu dari 5 tahun hingga 10 tahun.
41
3. Prinsip Dasar Penerimaan Utang Luar Negeri Dalam menerima utang dari luar negeri, Pemerintah menetapkan kebijakan yang ditetapkan sejalan dengan kebijakan umum dan dijadikan prinsip dasar dan pertimbangan dalam menerima setiap utang luar negeri. Prinsip dasar itu adalah: a. Utang yang diterima harus berjangka panjang dengan syarat-syarat yang ringan, yaitu syarat yang masih dapat dipenuhi secara normal dan wajar. b. Utang yang diterima tidak disertai dengan suatu ikatan politik apapun dan dilandasi azas yang saling menguntungkan secara wajar. c. Jumlah dan syarat pinjaman disesuaikan dengan batas kemampuan untuk membayar kembali dan tidak menimbulkan beban yang terlalu memberatkan terhadap neraca pembayaran. Indikator kemampuan membayar adalah rasio antara jumlah utang dan bunga pada satu periode dengan hasil ekspor pada periode yang sama atau disebut Debt-Service ratio (DSR). d. Penggunaan dan penarikan dana pinjaman tidak terlalu ketat dan lebih disukai jenis pinjaman yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. e. Sumber dana pinjaman harus jelas dan pihak kreditor dikenal mempunyai reputasi yang baik. f. Perlu adanya penganekaragaman (diversifikasi) sumber dan bentuk pinjaman, sehingga dapat meningkatkan borrowing capacity Indonesia. Hal ini dilakukan karena Indonesia tidak selamanya dapat memperoleh pinjaman bersifat lunak sehingga perlu dicari bentuk-bentuk pinjaman lain seperti fasilitas kredit ekspor dan pinjaman komersial serta mencari 42
sumber-sumber lain seperti dari bank-bank, non bank, corporate atau individual investor potensial yang diorganisir oleh Pemerintah negara kreditor. g. Penggunaan pinjaman diarahkan pada pembiayaan proyek-proyek yang member manfaat langsung bagi pengembangan industri dalam negeri serta mendorong perluasan lapangan kerja. h. Penggunaan pinjaman tidak dibatasi untuk impor barang/jasa dari negara pemberi pinjaman saja, tetapi hendaknya bebas digunakan untuk kepentingan impor dari Negara lain.
4. Mekanisme Penerimaan Utang Luar Negeri Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa utang luar negeri yang diterima adalah merupakan penerimaan sebagai pelengkap dalam membiayai pembangunan di luar penerimaan lain dalam bentuk penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Dengan kata lain, penerimaan utang luar negeri merupakan komponen PBN Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang proses penyusunannpa melibatkan seluruh departemen dan lembaga pemerintah non departemen serta parelemen (DPR). Demikian juga dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, pengelolaannya dilakukan secara bersama oleh instansi-instansi terkait di bawah koordinasi Menteri Koordinator Perekonomian yang antara lain terdiri atas Bappenas, Departemen Keuangan, Bank Indonesia dan Departemen Teknis terkait sebagai executing agency. Masing-masing instansi mengelola pinjaman ini sesuai dengan tahaptahap pelaksanaan pinjaman yang meliputi tahap pengusulan proyek, 43
pencairan pinjaman, penggunaan pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman. Pejabat yang ditunjuk (in charge) atas nama Pemerintah RI sebagai peminjam (borrower) adalah Menteri Keuangan, sedangkan yang bertindak sebagai pelaksana proyek (executing agency) adalah Departemen Teknis atau BUMN/BUMD yang membawahi proyek. a. Pengajuan Usulan Proyek yang Dibiayai Pinjaman Luar Negeri 1) Prosedur Pengusulan Proyek Utang Luar Negeri: a) Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen, mengusulkan proyek-proyek yang direncanakan untuk mencapai sasaran pembangunan (yang didukung oleh sumber Pinjaman/Hibah luar negeri), yang sebagian atau seluruh pembiayaannya berasal dari pinjaman/hibah luar negeri, kepada Kepala BAPPENAS. b) Untuk proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (BUMN/ BUMD) maka usulan proyek dikoordinasikan dan diajukan oleh Menteri/Ketua Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memberikan pembinaan teknis. Selanjutnya Bappenas melakukan penilaian terhadap proyekproyek yang diusulkan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a) Kesesuaian
dengan
kebijakan,
sasaran
dan
program
Pembangunan. b) Mempunyai prioritas tinggi dan layak untuk dibiayai dengan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).
44
c) Pertimbangan-pertimbangan lain yang sejalan dengan perkembangan kebijaka pembangunan nasional. Usulan proyek-proyek yang dinilai prioritas dan layak, dituangkan dalam Daftar Rencana Pinjaman/Hibah Luar Negeri (DRPHLN atau Blue Book/Buku Biru), yang disusun dan berlaku untuk 1 (satu) tahun. Buku biru terdiri dari dua bagian, yaitu: a) Bagian pertama berisi usulan bantuan proyek (project aid) yang umumnya
berupa
usulan
proyek
baru,
rehabilitasi
atau
peningkatan proyek yang sudah ada dan persiapan disain teknik proyek yang akan dibangun. b) Bagian kedua berisi usulan bantuan teknik (technical assistance) yang biasanya merupakan proyek-proyek penunjang yang luas pula cakupannya, seperti persiapan pra-studi, studi kelayakan, peningkatan keahlian tenaga-tenaga proyek dan pengadaan peralatan
dan
fasilitas
penunjang
lainnya
yang
dana
pembiayaannya dapat berupa hibah atau pinjaman. 2) Persyaratan Pengusulan Proyek Utang dan Hibah Luar Negeri Proyek-proyek yang dapat dibiayai dengan pinjaman/hibah luar negeri pada prinsipnya memiliki karakteristik yang terkait dengan strategi, kebijakan dan prosedur pemberi pinjaman/bantuan, jenis dan sifat pinjaman/bantuan itu sendiri, sifat dan besaran proyek, kompleksitas manajemen proyek, dan aspek-aspek yang harus diperkuat dalam penyiapan maupun pelaksanaan proyek.
45
5. Biaya yang Harus Ditanggung Penerima Pinjaman Terdapat beberapa biaya dan beban lainnya yang harus ditanggung oleh penerima pinjaman luar negeri baik atas beban PBN Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau beban Bank Indonesia. Beberapa jenis beban biaya tersebut adalah sebagai berikut: a. Bunga Pinjaman, merupakan biaya bunga atas fasilitas pinjaman luar negeri yang telah disediakan yang telah ditarik (disburshed loan). Besarnya bunga pinjaman telah ditetapkan dalam perjanjian pinjaman (loan agreement) tergantung pada jenis pinjaman, yaitu pinjaman lunak, semi lunak, komersial. b. Commitment Fee, yaitu fee yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman (lender) atas komitmen pinjaman yang telah diberikan dan telah dituangkan dalam loan agreement. Besarnya commitment fee dihitung berdasarkan plafond pinjaman yang belum ditarik (undisburshed loan). c. Agent Fee, adalah fee yang dibayarkan kepada agen yang ditunjuk oleh Pemerintah RI dalam rangka perolehan pinjaman sindikasi. Agen tersebut berfungsi sebagai penghubung antara Pemerintah RI dengan member dapam kredit sindikasi. (Direktorat Luar Negeri Bagian Ekspor dan Impor, 2005).
46
6. Teori Utang Luar Negeri Sumber keuangan dari luar berupa pinjaman luar negeri dapat memainkan peranan penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa devisa atau tabungan domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar negeri dua kesenjangan (two-gap model) ini mengatakan bahwa negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala berupa kterbatasan tabungan domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada, serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkan mengimpor barang-barang modal dan antara yang penting bagi usaha pembangunannya. Secara umum model ini berasumsi bahwa kekurangan atau kesenjangan (antara persediaan dan kebutuhan) tabungan (saving gap) serta kesenjangan devisa (foreign-exchange gap) itu tidak sama bobotnya, dan satu sama lain berdiri sendiri (artinya keduanya tidak saling menggantikan). Kekurangan tabungan tidaklah dapat digantikan oleh cadangan devisa dan sebaliknya, kekurangan devisa tidak pula dapat dipenuhi oleh tabungan dalam negeri. Secara matematis, model dua kesenjangan secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Kesenjangan tabungan Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan antara arus pemasukan modal (misalnya, selisih antara ekspor dan impor) dan dengan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk
47
investasi, dengan tingkat investasi domestik, yang dapat ditulis sebagai berikut: …………………………………………………….... (7) Dimana F adalah jumlah arus pemasukan modal. Seandainya nilai F ditambah sY lebih besar dari I, dan perekonomian itu tengah berada dalam kondisi full employment, maka bisa dipastikan bahwa tengah terjadi kesenjangan tabungan di Negara tersebut. 2. Kesenjangan devisa Jika setiap unit investasi yang dilakukan oleh Negara-negara berkembang menyebabkan kenaikan impor hingga sebesar m1, yakni pangsa impor marjinal (marginal impor share) di kebanyakan Negara berkembang, pangsanya ini berkisar dari 30 sampai dengan 60 persen dan kecenderungan marjinal terhadap impor (marginal propensity to import) akibat naiknya 1 unit PDB dengan parameter m2, maka kesenjangan devisa itu dapat dirumuskan sebagai berikut: …………………………………… (8) Simbol E melambangkan tingkat ekspor eksogen. Faktor F dalam kedua ketidaksamaan diatas merupakan faktor kritis dalam analisis. Jika F, E, dan Y diberikan nilai secara eksogen (ditentukan dari luar), maka salah satu dari kedua ketidaksamaan diatas yang akan menjadi faktor penghambat tingkat investasi akan tertekan menjadi lebih rendah oleh salah satu ketidaksamaan tersebut. Dengan demikian dari penerapan rumus tersebut setiap negara akan dapat diketahui masalah utamanya, apakah itu
48
kesenjangan tabungan atau kesenjangan devisa. Hal ini yang lebih penting menurut sudut analisis pinjaman luar negeri adalah bahwasannya dampak peningkatan arus modal akan lebih besar di Negara yang tengah mengalami kesenjangan devisa (persamaan 7) daripada
di Negara yang mengalami
kesenjangan tabungan (persamaan 8). Namun hal ini tidaklah bererti bahwa Negara-negara yang mengalami kesenjangan tabungan tidak membutuhkan pinjaman luar negeri. Model dua kesenjangan inihanya merupakan suatu metodologi yang bersifat garis besar untuk menentukan kebutuhan serta kemampuan relative dari masing-masing Negara berkembang dalam menggunakan pinjaman luar negerinya secara efektif (Michael P. Todaro, 1998: 169).
7. Alasan Dilakukanya Utang Luar Negeri Kegiatan untuk memberikan bantuan luar negeri oleh negara-negara maju kepada negara-negara yang sedang berkembang dilakukan dengan berbagai alasan, antara lain yaitu: a. Membantu negara-negara yang menerima bantuan untuk mempercepat pembangunan ekonominya. b. Membantu mengeratkan hubungan ekonomi dan politik diantara Negara yang menerima dan memberi bantuan. c. Membendung pengaruh ideology yang bertentangan dengan yang dianut oleh Negara pemberi bantuan.
49
Utang luar negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan , tetapi juga dibutuhkan dalam perekonomian suatu Negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan ekternal perekonomian suatu Negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu negara bisa saja tidak berutang sama sekali. Tetapi jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.
D. Hubungan Masing-Masing Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1. PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang
produksi,
untuk
menambah
kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang berasal dari investasi dalam negeri. Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi utama
50
yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan (Samuelson dan Nordhaus, 1993: 183). Jadi PMDN mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuahan ekonomi. Berdasarkan penelitian dari Danu Winoto dalam skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Ekspor Total dan Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia tahun 1970-2008, menjelaskan bahwa PMDN berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan nilai koefisien 0,995965. Artinya, jika PMDN naik 1% akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun sebesar 0,995965%. Sedangkan dalam jangka panjang PMDN mempunyai pengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan nilai koefisien sebesar 0,0000212. Artinya, PMDN dalam jangka panjang mempunyai pengaruh yang tidak terlalu besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dengan penjelasan bahwa setiap kenaikan PMDN sebesar 1% maka hanya menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0000212 % saja.
2. PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Penanaman modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara berkembang dalam memacu kenaikan pertumbuhan ekonomi, untuk menjaga dan
51
mempertahankan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan perubahan dan perombakan yang substansial dalam struktur produksi dan dalam mobilisasi sumber dana transformal struktural. Penanaman modal asing dapat mengisi kesenjangan antara persediaan tabungan, cadangan devisa, penerimaan pemerintah, dan keahlian manajerial yang terdapat di negara penerimanya dengan tingkat persediaan yang dibutuhkan untuk dapat mencapai target-target pertumbuhan dan pembangunan ekonominya. Maka, penanaman modal asing yang masuk akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Semakin besar modal asing yang masuk, semakin tinggi pertumbuhan ekonominya. Berdasarkan penelitian dari Musleh Jawas dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara Muslim periode 2004-2005. Penelitian ini menjelaskan hubungan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan. Dengan nilai koefisien sebesar -0,000495, artinya setiap kenaikan 1 juta USD penanaman modal asing, pertumbuhan ekonomi di Negara-negara muslim mengalami penurunan sebesar 0,000495 %. Hal ini dikarenakan di negara-negara muslim sebagian besar jumlah penanaman modal asing yang diinvestasikan belum dipergunakan secara maksimal.
52
3. Utang Luar Negeri Dengan Pertumbuhan Ekonomi Utang luar negeri digunakan untuk memenuhi pembiayaan-pembiayaan pemerintah dan investasi dalam negeri, yaitu terletak pada peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan jumlah devisa dari pendapatan ekspor ditambah dengan utang luar negeri. Utang luar negeri juga dianggap dapat mempermudah dan mempercepat proses pembangunan, karena utang luar negeri dapat secara seketika meninkatkan persediaan tabungan. Tanpa utang luar negeri, maka negara berkembang yang bersangkutan harus menunggu sekian tahun untuk mengakumulasikan tabungan dalam negerinya. Pada akhirnya, nanti, diharapkan kebutuhan terhadap utang luar negeri akan menurun dengan sendirinya, setelah sumber-sumber daya dalam negerinya sudah cukup memadai
untuk
mendukung
suatu
proses
pembangunan
yang
berkesinambungan. Hal ini dapat diartikan bahwa utang luar negeri dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan
dalam
peningkatan
pertumbuhan
dan
pembangunan ekonomi. Maka kenaikan utang luar negeri dalam waktu tertentu dapat menaikkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan syarat utang luar negeri tersebut dapat diatur dengan baik, baik proses peminjamannya sampai dengan pengembaliannya. Berdasarkan jurnal ekonomi dari Nurlia Listiani dengan judul Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 1978-2004.
53
Penelitian ini menjelaskan bahwa utang luar negeri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan nilai koefisien sebesar 4,589. Artinya, jika terjadi kenaikan rasio utang luar negeri dari PDB sebesar 1% maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,589% dengan mengasumsikan faktor lainnya tetap (caterris paribus).
E. Penelitian Terdahulu Penelitian dari Istiqomah dan Bambang Kustituanto dengan judul ”peranan penanaman modal asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi”. Variabel yang digunakan adalah penanaman modal asing, bantuan luar negeri,tabungan domestik dan pertumbuhan ekonomi. Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Papanek (1973) dan Moosley (1980). Metode estimasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dengan model dinamis, yaitu dengan menggunakan uji model Error Correction Model (ECM). Berdsarkan hasil empiris diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan luar negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan dalam jangka panjang, Untuk variable investasi asing idak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Lalu untuk variable tabungan domestik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
54
Penelitian dari Lumadya Adi yang berjudul ”Pengaruh pertumbuhan utang luar negeri pemerintah dan swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1998”. Penelitian ini mengkaji secara empirik hubungan jangka pendek dan jangka panjang utang luar negeri pemerintah dan swasta terhadap pertumbuhan ekonomi . Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan analisis hasil empiris diperoleh kesimpulan bahwa: a. Utang luar negeri pemerintah dalam jangka panjang berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. b. Utang luar negeri swasta dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. c. Utang luar negeri pemerintah dalam jangka panjang berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. d. Utang luar negeri swasta dalam jangka panjang berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian dari Yonathan S. Hadi dengan judul “Analisis vector auto regression (VAR) terhadap korelasi antara pendapatan nasional dan investasi pemerintah di Indonesia, 1983/1984-1999/2000”. Variable ekonomi yang diamati, yakni produk domestik bruto (PDB) dan investasi saling mempengaruhi satu sama lain.Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mewakil pendapatan investasi, keduanya berdsarkan harga berlaku. Dengan menggunakan model VAR (Vector Auto Regression) dan dalam periode yang diamati, investasi
55
pemerintah di sektor fiskal, khususnya pengeluaran pembangunan rupiah ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian dari Hui-Lin Lin dan Wen-Bin Chuang dengan judul “FDI and Domestik investment in Taiwan: Endogenous Switching Model”. Data diperoleh dari Kementerian Ekonomi Biro Pembangunan Taiwan dalam runtun waktu tahun 1993-1995 dan 1997-1999. Dengan menggunakan model regresi endogen (Endogenous Switching Regression Model), dapat ditarik kesimpulan bahwa FDI berpengaruh positif terhadap investasi domestik pada perusahaan besar dan berpengaruh negatif pada perusahaan kecil di Taiwan. Penelitian dari Setyo Tri Wahyudi dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 19802004. Pendekatan kausalitas”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan mengggunakan data dari penanaman modal asing dan PDB pada tahun 1980–2004 dengan metode pendekatan kausalitas. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama pada tahun 1980-2004. Penelitian dari Nuzhat Falki dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Asing di Pakistan”. Variabel dalam penelitian ini yaitu Modal Dalam Negeri, Ekspor, dan Tingkat Tenaga Kerja. Dengan menggunakan data time series dari tahun 1980-2006. Model yang digunakan adalah model pertumbuhan endogen dan OLS (Ordinary Least Square). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
56
variabel modal dalam negeri dan tingkat tenaga kerja dalam jangka panjang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Kemudian variabel ekspor juga mempunyai pengaruh positif, akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Sedangkan penanaman modal asing memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, penanaman modal asing di Pakistan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Penelitian dari Fitri Amalia dengan judul “Analisis Hubungan Kausalitas Antara Investasi (Pemerintah, Swasta Asing dan Swasta Domestik) Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970-2005”. Model yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antara variabel-variabel yang menjadi objek penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan model Vector Auto Regression. Berdasarkan uji kausalitas bahwa secara signifikan tidak terdapat hubungan kausalitas antara investasi pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi secara signifikan mempengaruhi investasi asing sementara investasi asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak terdapat pengaruh
yang
signifikan
antara
investasi
swasta
domestik
dengan
pertumbuhan ekonomi, begitu sebaliknya pertumbuhan ekonomi belum mampu mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
57
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tahun
Peneliti
Judul
1999
Bambang Kustituanto dan Istikomah
2003
Lumadya Adi
Peranan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia tahun 1977-1996. Pengaruh Pertumbuhan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1975-1998.
2003
Yonathan S. Hadi
2007
Hui-Lin dan WenBin Chuang
2009
Setyo Tri Wahyudi
Metode Error Correction Model (ECM).
Hasil Investasi asing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Error Correction Model (ECM)
- Utang luar negeri Pemerintah jangka pendek dan jangka panjang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia - Utang luar negeri swasta dalam jangka pendek berpengaruh signifikan, sedangkan dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Analisis Vector Auto Analisis Investasi pemerintah Regression Terhadap Vector Auto di sektor fiskal tidak Korelasi Antara Regression berpengaruh signifikan Pendapatan Nasional (VAR). terhadap pertumbuhan dan Investasi ekonomi di Indonesia. Pemerintah di Indonesia 1983/19841999/2000 Penanaman Modal Model Teori FDI berpengaruh positif Asing dan Pertumbuhan terhadap investasi Penanaman Modal Endogen domestik pada Dalam Negeri di perusahaan besar dan Taiwan: berpengaruh negatif Menggunakan pada perusahaan kecil Model Endogen. di Taiwan. Periode 1993-1995 dan 1997-1999. Pengaruh Vector Auto Ada hubungan positif Penanaman Modal Regression antara penanaman Asing Langsung (VAR). modal asing dan Terhadap pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan di Indonesia terutama Ekonomi di pada tahun 1980-2004.
58
Indonesia 19802004: Pendekatan Kausalitas
2009
Nuzhat Falki
Pengaruh Penanaman Modal Asing di Pakistan.
Model Teori Petumbuhan Endogen dan OLS (Ordinary Least Square).
2010
Fitri Amalia
Analisis Hubungan Kausalitas Antara Investasi (Pemerintah, Swasta Asing dan Swasta Domestik) Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970-2005
Vector Auto Regression (VAR).
Dalam jangka panjang, variabel modal dalam negeri, dan tingkat buruh mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Untuk variabel ekspor mempunyai pengaruh positif akan tetapi tidak signifikan, sedangkan PMA mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Secara signifikan tidak terdapat hubungan kausalitas antara investasi pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi secara signifikan mempengaruhi investasi asing sementara investasi asing tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara investasi swasta domestik dengan pertumbuhan ekonomi, begitu sebaliknya pertumbuhan ekonomi belum mampu mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
59
F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2010: 15). Penelitian ini menganalisis pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel bebas yang terdiri dari penanaman modal dalam negeri, penanamn moda asing, dan utang luar negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
sebagai variabel terikatnya. Pertumbuhan ekonomi
membutuhkan peningkatan investasi yang pada gilirannya membutuhkan dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seharusnya merupakan sumber pokok pembiayaan, terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri yaitu penanaman modal dalam negeri. Menurut teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, untuk dapat meningkatkan laju perekonomian, diperlukan investasi sebagai tambahan stok modal. Jika ingin tumbuh dengan pesat, maka perekonomian haruslah menginvestasikan sejumlah proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak investasi, maka semakin cepat pula perekonomian akan tumbuh. Investasi dalam penelitian ini yaitu investasi asing (Penanaman Modal Asing) dan investasi dalam negeri (Penanaman Modal Dalam Negeri).
60
Disisi lain, utang luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dikarenakan utang luar negeri dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubingkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Tentunya jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga tidak menjadi beban yang berkepanjangan. Sumber keuangan dari luar berupa utang luar negeri dapat memainkan peranan penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa devisa atau tabungan domestik. Pendekatan inilah yang disebut sebagai analisis bantuan luar negeri dua kesenjangan (two-gap model). Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijelaskan dalam fungsi PDB dan dalam skema sebagai berikut:
PDB f PMDN, PMA,ULN
61
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Utang luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1985-2009 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Variabel ekonomi makro akan mempengaruhi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Perumusan Masalah 1.Menentukan bagaimana pengaruh PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi. 2.Menentukan bagaimana pengaruh PMA terhadap pertumbuhan ekonomi. 3.Menentukan bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Untuk mengetahui pengaruh PMA terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Untuk mengetahui pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi.
4.Menentukan pengaruh PMDN,PMA,dan Utang luar negeri secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi
4. Mengetahui bagaimana pengaruh PMDN, PMA, dan utang luar negeri secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi.
Variabel Independen: Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Asing (PMA)
Metode Analisis: Regresi Berganda
Variabel Dependen : Pertumbuhan Ekonomi
Hasil
Utang luar negeri Kesimpulan dan Implikasi
62
G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada masalah penelitian dan kerangka pemikiran maka secara umum dapat disusun hipotesis sebagai berikut: 1. H1 : β1 ≠ 0 Diduga Penanaman modal dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 2. H1 : β2 ≠ 0 Diduga Penanaman Modal Asing berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 3. H1 : β3 ≠ 0 Diduga utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 4. H1 : β1 ; β2 ; β3 ≠ 0 Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing dan Utang luar negeri berpengaruh signifikan secara bersamasama terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif. Dimana data
kuantitatif
adalah
data
yang
bersifat
numerik
atau
angka
(Lukman,2007:4). Penelitian ini menggunakan studi literature tentang pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, utang luar negeri
terhdap
pertumbuhan
ekonomi
di
Indonesia.
Penelitian
ini
menggunakan studi time series dari tahun 1985-2009. Serta pengolahan data dengan
menggunakan
metode
analisis
regresi
berganda
(multiplier
regression). Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari empat variabel yang terdiri dari satu variabel tidak bebas (Dependent Variabel) dan empat variabel bebas (Independent Variabel). Dependent variabel, yaitu: 1. Pertumbuhan ekonomi dilambangkan dengan “PDB” Independent variabel, yaitu: 1. Penanaman modal asing dilambangkan dengan “PMA” 2. Penanaman modal dalam negeri dilambangkan dengan “PMDN” 3. Utang luar negeri dilambangkan dengan “ULN”
64
B. Metode Pengumpulan Sampel Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro,2003:104). Sedangkan sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari sebuah populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi. Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105) : 1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dikendaki. 2. Sampel yang baik menidentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel. 3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh dalam pemilihan sampel dari pada harus melakukan sensus. 4. Sampel
yang
baik
memungkinkan
peneliti
menghitung
derajat
kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika. Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut (Kuncoro, 2003:108) : 1. Penentuan Populasi 2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel 3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel
65
4. Penentuan Desain sampel 5. Penentuan Jumlah Sampel 6. Pemilihan Sampel Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah PDB di Indonesia, Investasi, dan utang luar negeri. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Investasi PMA dan PMDN, serta utang luar negeri dengan data tahunan selama periode 1985-2009.
C. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah time series, yaitu proses pengumpulan data pada suatu obyek tertentu berdasarkan urutan waktu. Data yang dipergunakan merupakan data runtutan waktu 25 tahun dari tahun 1985–2009.
D. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut : PDB
= βo + β1PMDN + β2PMA + β3ULN +
Dimana : PDB
= Produk Domestik Bruto dalam miliar rupiah
66
PMA
= Penanaman Modal Asing (PMA) dalam miliar rupiah
PMDN
= Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam miliar rupiah
ULN
= Utang Luar Negeri (ULN) dalam miliar rupiah
β0
= Konstanta
β1, β2, β3
= Koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter
ε
= Eror term
Menurut Gujarati, setiap estimator regresi berganda harus memenuhi kriteria BLUE, yaitu : 1. Best adalah yang terbaik. 2. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. 3. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya. 4. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara pemerkira lain yang tidak bias. Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uji stasioneritas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan multikolinieritas, serta uji statistik yang meliputi uji signifikansi parameter
67
individu (uji statistik t), uji signifikansi simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (R2).
1. Uji Stasioneritas Menurut Nachrowi (2006: 339) sebagaimana diketahui bahwa data time series merupakan data sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil pada waktu yang berbeda. Setiap data ditampilkan secara berkala pada interval waktu tertentu, misalnya harian, triwulan, tahunan dan sebagainya. Dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun begitu pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai permasalahan yaitu salah satunya masalah autokorelasi. Autokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data tidak stasioner, sehingga bila data distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner menjadi stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan autokorelasi. Dengan kondisi seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa sangat banyak metode dalam membuat model-model ekonometrika dengan data time series yang mengharuskan kita menggunakan data yang stasioner. Jadi, dapatlah dimengerti mengapa stasioneritas menjadi masalah penting dalam analisis data time series. Sekumpulan data yang dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara
68
sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan. Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji formal yang dikenal dengan sebutan uji akar unit root atau uji unit root (uji ADF). Uji ini merupakan pengujian yang sangat populer, dan dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller yang disebut uji Augmented DickeyFuller (ADF) test (Nachrowi, 2006: 353). Suatu
data
dapat
dikatakan
sudah
stasioner
jika
nilai
probabilitasnya lebih kecil dari α = 5 persen atau 0,05. Dapat dilihat pula nilai absolut statistik t dengan nilai kritis menurut table MacKinnon di berbagai tingkat kepercayaan. Jika nilai absolut statistiknya lebih besar dibanding dengan nilai tingkat kepercayaan sesuai dengan tingkat kepercayaan yang dipilih, maka data sudah stasioner (Wing Wahyu Winarno, 2007: 10.6).
2. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.
69
Pengujian
normalitas
ini
menggunakan
normality
histogram
(Insukindro, 2003:61). Uji Jarque-Bera atau J–B test adalah uji menggunakan hasil estimasi residual dan chisquare probability distributsi. Jika nilai J – B hitung < nilai X2 tabel, maka hipotesis tersebut menyatakan residual residual berdistribusi normal. Atau dengan nilai statistik JB didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan derajat kebebasan (df) 2. Jika nilai probabilitas statistik JB lebih besar dari α = 5 persen maka tidak terjadi permasalahan normalitas. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu. Karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi data masa sebelumnya. Jika data yang di analisis mengandung autokorelasi maka menyebabkan estimator bersifat BLUE, tidak lagi BLUE. Dapat dilakukan dengan cara yaitu menggunakan Uji BreuschGodfrey, yang biasa disebut dengan uji LM (Langrange Multiplier). Adapun langkah pengujiannya dengan membandingkan Obs*R2 dengan X2 pada derajat kebebasan dan derajat keyakinan tertentu. Jika Obs*R2 < X2 tabel maka Ho di tolak (ada autokorelasi) atau jika nilai probability > 0,05 atau α=5 persen, maka tidak ada autokorelasi (Winarno, 2007:5.25).
70
c. Uji Heteroskedasitisitas Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu tidak memilki varian yang sama (Winarno, 2007:5.8). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas adalah dengan uji white. Asumsi yang digunakan ialah jika nilai χ2 hitung (Obs*R-Squared) < χ2 tabel atau variabel penggangu dan persamaan regresi mempunyai varian yang sama maka uji white test tidak memiliki masalah heterokedastisitas. Atau dapat diketahui dengan melihat nilai probablity, jika nilai probability Obs*R-Sqauared > 0,05 atau α 5%, maka tidak terdapat masalah heterokedastisitas. d. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antara variabel independen. Kondisi terjadinya multikolinearitas dapat ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut, yaitu : 1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan. 2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas. 3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel, sebagai variabel dependen dan variabel independen lain tetap diperlakukan sebagai variabel independen.
71
Pengujian Multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan metode deteksi Klien, yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi model regresi aslinya. Jika koefisien determinasi auxiliary lebih besar dari koefisien determinasi model regresi aslinya, maka terjadi permasalahan multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam model penelitian.
2. Uji Statistik Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji t, Uji F dan Koefisien Determinasi (R2). a. Uji Siginifikansi Individual (Uji t-Statistik) Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di bandingkan dengan nilai t tabel. Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untuk α = 0,05 dan derajat n – k. Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut : H1 : βi ≠ 0 (Diduga variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen)
72
Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219). b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Stastik) Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut : 1) Jika F-hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersamasama variabel independen secara signifikan tidak dipengaruhi variabel dependen. 2) Jika F-hitung > F tabel, maka H1 ditolak yang berarti secara bersamasama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen yang berarti menolak H0 dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
73
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219). c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien
Determinasi
adalah
kemampuan
model
dalam
menjelaskan hubungan antar variabel (Winarno, 2007:4.5). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, semakin angka mendekati satu maka semakin baik garis regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya, sebaliknya semakin angka mendekati nol maka kita mempunyai garis regresi yang kurang baik. Koefisisen determinasi merupakan konsep statistik, sehingga sebuah garis regresi baik jika nilai R2 tinggi.
E. Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel penelitian yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya. Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel Terikat (Dependen Variabel) Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (Lukman, 2007 : 5). Besar efeknya diamati dari ada tidaknya, timbul hilangnya, membesar mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada variabel lain termasud. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi.
74
2. Variabel Bebas (Independen Variabel) Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007 : 5). Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variable yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain : a. Penanaman Modal Dalam Negeri (X1) b. Penanaman Modal Asing (X2) c. Utang Luar Negeri (X3) Berdasarkan model yang digunakan dalam penelitian ini, maka definisi variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 3. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonmian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Data pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur melalui pertambahan dari produk domestik bruto riil (PDB riil) dengan harga konstan tahun 2000. PDB yang digunakan dinyatakan dalam miliar rupiah dan data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam 25 tahun runtun waktu dari tahun 1985–2009. 4. Penananman Modal Dalam Negeri (PMDN), adalah penanaman modal dalam negeri yang disetujui oleh pemerintah menurut lokasi di Indonesia setiap tahunnya. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang digunakan
75
dinyatakan dalam miliar rupiah dan data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam runtutan waktu 25 tahun dari tahun 1985–2009. 5. Penanaman Modal Asing (PMA), adalah penanaman modal asing yang disetujui oleh pemerintah menurut sektor lokasi di Indonesia setiap tahunnya. Penanaman modal asing (PMA) yang digunakan dinyatakan dalam miliar rupiah dan dirubah ke dalam bentuk miliar rupiah. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam 25 tahun runtun waktu dari tahun 1985–2009. 6. Utang Luar Negeri (ULN), adalah utang pemerintah dan utang swasta, dimana utang pemerintah dijamin oleh pemerintah dan utang swasta tidak dijamin oleh pemerintah. Utang luar negeri yang digunakan dinyatakan dalam juta USD dan dirubah ke dalam bentuk miliar rupiah. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam runtun waktu 25 tahun dari tahun 1985-2009. Penjelasan operasional variabel dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
76
Tabel 3.1 Operasional Variabel Variabel Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan atau kenaikan output (PDB) dalam jangka panjang dalam kurun waktu 1 tahun. Data yang digunakan adalah PDB atas harga konstan dengan tahun dasar tahun 2000. Dari tahun 1985-2009. Penanaman Modal Asing Investasi yang dilakukan oleh para (PMA) pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Data yang digunakan adalah Penanaman Modal Asing yang disetujui pemerintah menurut lokasi dari tahun 1985-2009. Penanaman Modal Dalam Penanaman modal yang dilakukan Negeri (PMDN) di dalam negeri oleh pihak domestik atau dalam negeri. Data yang digunakan adalah Penanaman Modal Dalam Negeri yang disetujui pemerintah menurut lokasi dari tahun 1985-2009. Utang Luar Negeri Pinjaman luar negeri yang (ULN) diberikan oleh pemerintah negaranegara maju atau badan-badan internasional. Data yang digunakan adalah total utang luar negeri pemerintah dan swasta dari tahun 1985-2009.
Satuan Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
77
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Penelitian ini menganalisis pengaruh penanaman modal asing (PMA), penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rentan waktu analisis mulai tahun 1985 sampai dengan tahun 2009. Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peerangkat lunak (software) komputer Eviews 5 dengan metode analisis regresi berganda. Maka dari itu, perlu dilihat bagaimana gambaran perkembangan secara umum dari pertumbuhan ekonomi, penanaman modal asing, penanaman modal dalam negeri, dan utang luar negeri. 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tetentu. Pertumbuhan ekonomi suatu
negara
yang
terus
menunjukkan
78
peningkatan,
maka
itu
menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang kecil dan menigkat tiap tahunnya belum tentu bias dikatakan telah berhasil dalam membangun perekonomian negaranya. Masih banyak lagi kondisikondisi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang berbeda. Salah satu target dari trilogi pembangunan adalah menigkatkan pendapatan nasional yang tinggi, yaitu dilihat dari perkembangan dana Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk warga negara dalam negeri maupun warga negara asing yang bermukim di negara yang bersangkutan). Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun, yang
pada
umumnya
mengalami
perkembangan
seiring
dengan
peningkatan aktivitas perekonomian. Kondisi perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 25 tahun tersebut disajikan dalam tabel dan gambar grafik berikut ini:
79
Tabel 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009 No.
Tahun
PDB (Miliar Rp)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
1.
1985
660,358.9
8,8
2.
1986
686,722.6
5,8
3.
1987
779,031.9
4,9
4.
1988
823,689.8
5,7
5.
1989
886,221.6
7,5
6.
1990
948,756.9
7,4
7.
1991
1,011,537.7
6,6
8.
1992
1,081,248.5
6,1
9.
1993
1,151,490.1
6,5
10.
1994
1,237,618.0
7,5
11
1995
1,238,312.2
8,1
12.
1996
1,444,873.3
7,8
13.
1997
1,512,780.6
4,7
14.
1998
1,314,202.1
-13,1
15.
1999
1,324,599.1
0,79
16.
2000
1,389,770.3
4,92
17.
2001
1,442,984.6
3,44
18.
2002
1,504,380.6
3,66
19.
2003
1,572,159.3
4,10
20.
2004
1,656,516.8
5,1
21.
2005
1,750,815.2
5,6
22.
2006
1,847,126.7
5,5
23.
2007
1,964,327.3
6,3
24.
2008
2,082,315.9
6,1
25.
2009
2,176,975.5
4,5
Sumber: Statistik Indonesia BPS 80
Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1985-2009
Persen
Tahun 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Statistik Indonesia BPS Dalam tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat setiap tahunnya, namun ada juga yang mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. Hal tersebut terutama didorong oleh peningkatan konsumsi swasta dan pemerintah, yaitu dengan dipulihkannya kegiatan di sektor industri, pengolahan, sektor jasa, sektor listrik, (gas dan air minum) serta berlanjutnya kegiatan yang dapat menaikkan kenaikkan produksi sektor pertanian. Meskipun demikian, proses perbaikkan ekonomi masih berjalan secara lambat terutama pada gejolak sosial dan politik dalam negeri yang menyebabkan pertumbuhan cenderung melambat. Pada tahun 1998 indonesia terkena krisis ekonomi akibat nilai tukar rupiah yang sangat fluktuatif, sehingga perekonomian Indonesia sempat mengalami pertumbuhan yang negatif. Hal itu dikarenakan nilai tukar rupiah yang anjlok dan kondisi politik yang buruk sehingga dunia usaha pun menjadi
81
lesu dan akibatnya perekonomian juga sulit tumbuh. Pertumbuhan ekonomi yang negatif tersebut sebesar -13,1%. Namun setahun kemudian mulai ada pertumbuhan ekonomi yang positif walaupun kurang dari 1%. Perekonomian tumbuh sebesar 0,79% dan tahun-tahun berikutnya perekonomian tumbuh positif sebesar 4,92%. Pada tahun 2007 telah tumbuh sebesar 6,3%. Hal ini terjadi karena stabilitas makro ekonomi dan politik yang cukup terjaga kestabilannya, selain itu juga disebabkan oleh meningkatnya ekspor terutama ekspor non migas. Namun
angka
pertumbuhan
ekonomi
tahun
2009
menurun
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang berada di kisaran 6,1 persen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan ini diantaranya adalah tekanan pelemahan permintaan global yang berdampak pada penurunan pertumbuhan ekspor dan investasi.
2. Penanaman Moadal Dalam Negeri Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanam modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi suatu Negara. Oleh karena itu PMDN mempunyai peran penting sebagai alternatif sumber dana dalam negeri yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
82
Investasi merupakan masalah yang krusial dalam pembahasan pemulihan perekonomian Indonesia. keterpurukan Indonesia dalam krisis ekonomi yang berlarut-larut merupakan slah satu akibat dari ketidak mampuan pemerintah untuk mengembalikan tingkat investasi seperti sebelum krisis. Gambar 4.2 Perkembangan PMDN Periode 1985-2009
PMDN Dalam Miliar Rp
200,000,000,000.0 150,000,000,000.0 100,000,000,000.0 PMDN
50,000,000,000.0
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
0.0
Sumber: Statistik Indonesia BPS Perkembangan PMDN di Indonesia pada tahun 1985-2009 dapat dilihat pada Gambar 4.2 yang dimana sejak tahun 1992 cenderung mengalami peningkatan yang luar biasa sampai tahun 1997 hingga mencapai angka Rp 119.755.500.000
akibat
dari
membaiknya
perekonomian
saat
itu.
Perkembangan sejak awal orde baru tidak dapat dilepaskan dari berbagai kebijakan pemerintah yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya investasi di Indonesia. Kebijakan tersebut diantaranya adalah kebijakan subsidi suku bunga melalui penyaluran berbagai skim kredit likuiditas, dilepaskannya pagu kredit perbankan, deregulasi di pasar modal. Sejak diterapkannya berbagai kebijakan tersebut, sumber-sumber pembiayaan
83
investasi menjadi lebih beragam karena tidak terkonsentrasi pada pinjaman utang luar negeri saja. Pada tahun 1998 dan 1999 PMDN mengalami penurunan dengan nilai sebesar Rp 60.748.500.000 menurun menjadi Rp 55.600.300.000. Penurunan pada tahun tersebut akibat dari krisis moneter yang melanda Indonesia. Semakin memburuknya kegiatan investasi tidak terlepas dari masalah tingginya resiko investasi yang meperburuk daya saing perekonomian seperti masalah perburuhan, implementasi otonomi daerah yang terkait dengan investasi, ketidakpastian hukum serta kondisi keamanan di Indonesia. Setelah krisis ekonomi, keadaan ekonomi berangsur membaik. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya PMDN dari tahun 2005 sampai tahun 2007 sebesar Rp 188.516.400.000. Akan tetapi pada tahun 2008 PMDN mengalami penurunan yang cukup tajam hingga mencapai Rp 20.359.900.000. Menrunnya PMDN pada tersebut diakibatkan karena krisis ekonomi di Amerika yang berakibat pada lesunya minat para investor dalam negeri. Kemudian pada tahun 2009 kembali meningkat sebesar Rp 37.799.900.000.
3. Penanaman Modal Asing Sumber pembiayaan penanaman modal asing oleh sebagian pengamat, merupakan
sumber
pembiayaan
luar
negeri
yang
paling
potensial
dibandingkan dengan sumber lain. Penanaman modal asing lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya penanaman modal asing
84
disuatu Negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relative kecil dan lebih profitable. (Panayotou, 1998 dalam Sarwedi, 2002: 18). Negara berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal ekonomi yg secara langsung diperlukan untuk lebih mempermudah investasi. Peranan investasi ini setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat memacu
pemerataan
dan
pertumbuhan
ekonomi,
serta
memperluas
kesempatan tenaga kerja. Dalam upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan memberikan prosedur yang sederhana dan terkendali, sarana dan prasarana yang menunjang, serta peraturan yang konsisten, sehingga terjamin kepastian berusaha dan keamanan untuk berinvestasi. Langkah-langkah tersebut telah dirintis oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi, debirokratisasi, dan disentralisasi dalam bidang investasi.
85
Gambar 4.3 Perkembangan PMA Periode 1985-2009
PMA 250,000,000.0
Dalam Miliar Rp
200,000,000.0 150,000,000.0 100,000,000.0
PMA
50,000,000.0
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
0.0
Sumber: Statistik Indonesia BPS Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan yang positif dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1997. Peningkatan investasi asing ini terjadi akibat pangsa pasar Indonesia yang besar dan faktor produksi terutama tenaga kerja yang murah. Akan tetapi yang menjadi penarik utama investasi asing masuk ke Indonesia adalah karena kestabilan politik, ekonomi dan keamanan Indonesia. Keadaan ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara yang masih diminati oleh para investor asing. Meskipun demikian, saat ini memang sedang terjadi kecenderungan penurunan tingkat penanaman modal yang masuk ke Indonesia sejak krisis ekonomi pada tahun 1998. Hal ini dapat dilihat dari hengkangnya beberapa perusahaan asing besar seperti Sony dan Nike yang memindahlan penanam modalnya ke Malaysia dan Vietnam. Pada tahun 1998 jumlah PMA mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar Rp 108.790.912.500 bila dibandingkan dengan tahun
86
sebelumnya yaitu sebesar Rp154.038.225.000. Penurunan ini terus terjadi hingga tahun 1999. Pada dua tahun berikutnya PMA mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 156.456.560.000. hal ini disebabkan kembali pulihnya kepercayaan perekonomian Indonesia. Keadaan perekonomian Indonesia yang masih labil menyebakan keadaan tidak stabil terhadap jumlah PMA dari tahun 2002 yaitu sebesar Rp 87.284.796.000. Keadaan tersebut terus berlangsung hingga pada tahun 2005 sampai tahun 2007 PMA terus menunjukkan peningkatannya. Akan tetapi pada dua tahun berikutnya yaitu tahun 2008 dan 2009 PMA kembali mengalami penurunan yang disebabkan dari dampak krisis ekonomi yang melanda Amerika dan beberapa Negara Eropa lainnya.
4. Utang Luar Negeri Pada dasarnya, dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Negara berkembang seperti di Indonesia, akumulasi utang luar ngeri merupakan suatu gejala umum yang wajar. Hal tersebut disebabkan tabungan dalam negeri yang rendah sehingga tidak mungkin dilakukannya investasi yang memadai, sehingga jalan alternative lainnya adalah dengan menarik dana atau pinjaman dari luar negeri. Utang luar negeri mulai berkembang di Indonesia sejak pemerintah Indonesia menganut system devisa bebas. Sejak 1971, sistem devisa bebas mulai diterapkan di Indonesia. pemerintah tidak lagi membatasi modal yang akan dibawa masuk atau ke luar negeri.
87
Gambar 4.4 Perkembangan Utang Luar Negeri Periode 1985-2009
2,000,000,000.0 1,500,000,000.0 1,000,000,000.0 500,000,000.0 0.0 2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
Utang Luar Negeri 1985
Dalam Miliar Rp
Utang Luar Negeri
Sumber: Statistik Indonesia BPS Utang luar negeri pada dasarnya memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga merupakan salah satu penyebab utama keterpurukan perekonomian Indonesia. ini disebabkan karena semakin besarnya beban utang luar negeri Indonesia baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta asing yang harus ditanggung. Tanpa adanya keringanan utang, terutama berupa penghapusan sebagian beban utang luar negeri, Indonesia diramalkan akan terjerumus ke dalam krisis yang lebih besar. Dalam gambar grafik 4.3 dapat dilihat bahwa perkembangan utang luar negeri Indonesia dari tahun 1985-2009 mengalami peningkatan secara terus menerus. Peningkatan ini terus berlangsung hingga menjadi lonjakan tajam dari jumlah utang luar negeri sebesar Rp 140.660.588.000 menjadi Rp 269.049.000.000 pada tahun 1996-1997, hal ini disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Pada tiga tahun berikutnya yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2002 utang luar negeri mengalami penurunan yaitu pada tahun
88
2002 sebesar Rp 700.967.520.000, lalu kemudian kembali mengalami peningkatan pada tahun 2003 hingga tahun 2009. Utang luar negeri yang sedemikian banyak pada tahun anggaran tersebut digunakan untuk menutupi defisit anggaran yang besar, akibat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang menyebabkan pengeluaran total pemerintah meningkat. Setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menyebabkan pemerintah kembali harus menjadi penggerak utama untuk menyelamatkan perekonomian nasional yang terancam kebangkrutan, menggantikan peranan sektor swasta yang merosot setelah beberapa tahun sebelum krisis sempat mendominasi perekonomian Indonesia. Sehingga pemerintah membutuhkan tambahan dana yang besar untuk membiayai peningkatan pengeluarannya.
B. Analisis dan pembahasan 1. Hasil Uji Stasioneritas Uji stasioneritas adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat apakah data yang dihasilkan terjadi ketidakstasioneran atau tidak. Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresinya yang diperoleh adalah regresi semu. Tingkatantingkatan dalam pengujian stasioner ini mulai dari tingkat level, first different, dan second different. Tahap-tahap untuk melakukan uji stasioner apakah data yang ada merupakan data yang sudah stasioner atau belum adalah sebagai berikut:
89
a. Level Tingkat level ini merupakan uji stasioner tingkat paling pertama yang dilakukan untuk menguji variabel-variabel yang ada, apakah sudah stasioner atau belum. Berikut ini adalah table hasil uji Augmented Dickey-Fuller test tahap level. Tabel 4.2 Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller Test Tahap Level Variabel Prob Test Nilai Kritis Ket Statistik
5%
PDB
0,9843
0,531778
-2,991878
Tidak Stasioner
PMDN
0,2222
-2,167624
-2,991878
Tidak Stasioner
PMA
0,2918
-1,981907
-3,012363
Tidak Stasioner
ULN
0,9975
1,250601
-2,991878
Tidak Stasioner
Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel PDB, PMDN, PMA, dan ULN lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5 persen atau 0,05 (Prob > 0,05) dan nilai absolute test statistik lebih kecil dari nilai kritis 5% (ADF test statistik < nilai kritis 5%). Pada variabel PDB dan ULN nilai absolute test statistik lebih besar dari nilai kritis 5% (ADF test statistik > nilai kritis 5%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tersebut belum stasioner, maka perlu dilakukan uji stasioneritas pada tahap selanjutnya, yaitu first different. b. First Different Tingkat first different merupakan tingkat kedua yang dilakukan karena pada tahap pertama masih ada variabel yang tidak
90
stasioner. Berikut ini hasil uji Augmented Dickey-Fuller test tahap first different: Tabel 4.3 Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller Tahap First Different Variabel Prob Test Nilai Kritis Ket Statistik
5%
PDB
0,0037
-4,194851
-2,998064
Stasioner
PMDN
0,0010
-4,748684
-2,998064
Stasioner
PMA
0,0000
-6,965665
-3,004861
Stasioner
ULN
0,0007
-4,940980
-2,998064
Stasioner
Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada variabel PDB, PMDN, PMA, dan ULN lebih kecil dari derajat kesalahan (α) = 5 persen atau 0,05 (Prob < 0,05) dan nilai absolute test statistik pada masingmasing variabel lebih besar dari nilai kritis 5% (ADF test statistik > nilai kritis 5%) . Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tersebut sudah stasioner, maka tidak perlu dilakukan uji stasioneritas pada tahap selanjutnya, yaitu second different.
91
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas 6 Series: Residuals Sample 1985 2009 Observations 25
5 4 3 2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2.44e-11 -23444.47 255062.2 -234827.1 114836.5 0.418273 2.776296
Jarque-Bera Probability
0.781098 0.676685
1 0 -200000
0
200000
Sumber: Data sekunder yang diolah Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model penelitian, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai statistiknya sebesar 0,781098 yang lebih kecil dari nilai X2 tabel 0,05 df=(n-k) 254=21 sebesar 32,67057. Selain itu nilai probabilitas lebih besar dari α=5 persen yaitu: 0,676685 atau 67,6 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan normalitas.
92
b. Hasil Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah penelitian terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Identifikasi
ada
tidaknya
permaslahan
autokorelasi
dilakukan
menggunakan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistik Obs*Rsquared
1.522288
Probability
0.243665
3.452750
Probability
0.177928
Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared adalah 0,177928. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5 persen atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan autokorelasi.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.5.
93
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistik Obs*Rsquared
2.945861
Probability
0.031266
15.96663
Probability
0.067582
Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.5 menujukkan bahwa, nilai Obs*R-squared adalah 15,96663 nilai ini lebih kecil dari χ2 tabel yaitu 32,67057. Selain itu nilai probabilitas Obs*R-squared adalah 0,067582. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5 persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa dalam
model
penelitian
ini
tidak
terdapat
permasalahan
heteroskedastisitas. d. Hasil Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model terdapat hubungan linier antara variabel independen dalam suatu
model
regresi.
Suatu
model
regresi
dikatakan
terkena
multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau seluruh variabel bebas dari suatu model regresi. Akibat yang ditimbulkan ialah terdapat kesulitan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
94
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Dengan Regresi Auxiliary Variabel
Koefisien R2
PDB=f(PMDN, PMA ULN)
0,927465
PMDN=f(PMA, ULN)
0,418509
PMA=f(PMDN, ULN)
0,488337
ULN=f(PMA, PMDN)
0,168961
Sumber: Data sekunder yang diolah Dari table 4.6 uji multikolinieritas dengan regresi auxiliary dapat menunjukkan koefisien determinasi regresi auxiliary masing-masing variabel. Hasil uji dengan menggunakan regresi auxiliary menunjukkan bahwa R2
PMDN
= 0,418509, R2
PMA
= 0,488337, dan R2
ULN
= 0,168961.
Semua nilai koefisien determinasi tersebut harus lebih kecil dari koefisien determinasi untuk regresi aslinya (R2 = 0,927465).dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa R-squared yang dihasilkan dari regresi auxiliary lebih kecil dari regresi model utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak tedapat permasalahan multikolinieritas.
3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dengan model persamaan PDB = α + β1PMDN + β2PMA + β3ULN + ε adalah sebagai berikut: PDB = 477538,7 + 9,46 PMDN + 0,000000218 PMA + 9,35 ULN
95
Tabel 4.7 Hasil Olahan Regresi Berganda Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:29 Sample: 1985 2009 Included observations: 25 Variable Coefficient PMDN PMA ULN C
9.462474 2.18E-07 9.357007 477538.7
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.927465 0.917102 122765.4 3.16E+11 -326.2448 1.268957
Std. Error
t-Statistik
Prob.
3.338382 7.53E-07 0.688799 59639.37
2.834449 0.289174 13.58453 8.007106
0.0099 0.7753 0.0000 0.0000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistik Prob(F-statistik)
1339553. 426387.7 26.41958 26.61460 89.50451 0.000000
Sumber: Data sekunder yang diolah
4. Hasil Uji Statistik a. Uji Parsial (Uji-t) Uji statistik dapat dilakukan dengan uji satu sisi (one tail test), dengan α = 5%. Jika t-tabel < t-hitung berarti H0 ditolak atau variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi jika t-tabel > t-hitung berarti H0 diterima, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
96
Tabel 4.8 Hasil Uji t-Statistik Variabel
Probabilitas
t-hitung
t-tabel
Keterangan
PMDN
0,0099
2,834449
1,720
Signifikan
PMA
0,7753
0,289174
1,720
Tidak Signifikan
ULN
0,0000
13,58453
1,720
Signifikan
Sumber: Data diolah dengan Eviews 5.0 1) Uji t-statistik terhadap variabel investasi (PMDN) Hipotesis
pengaruh
variabel
investasi
(PMDN)
terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah: H1 : β1 ≠ 0, maka variabel independen penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X1 = 2,834449 sedangkan t-tabel = 1,720 [df = n-k (25-4), α = 0,005], sehingga dapat disimpulkan t-hitung > t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah (2,834449 > 1,720). Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , sehingga H0 ditolak maka dapat disimpulkan variabel X1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai Prob. t-statistik penanaman modal dalam negeri adalah 0,0099. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan bahwa variabel penanaman modal dalam negeri secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
97
Nilai koefisien variabel penanaman modal dalam negeri adalah 9,462474 sehingga dapat diartikan jika penanaman modal dalam negeri mengalami kenaikan sebesar satu miliar maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 9,462474 miliar. Penanaman modal dalam negeri dapat memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan PMDN menghimpun akumulasi modal yaitu dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif di indonesia, maka output potensial akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. 2) Uji t-statistik terhadap variabel Investasi (PMA) Hipotesis pengaruh variabel Invetasi (PMA) terhadap variabel pertumbuhan ekonomi adalah : H1 : β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X2 = 0,289174 sedangkan t-tabel = 1,720 [df = n-k (25-4=21), α = 0,05], hasil seharusnya adalah t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh adalah 0,289174 < 1,720. Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug < t tabel , maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan variabel X2 positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
98
Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,7753. Nilai ini lebih besar dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H1 dan menerima H0. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara individual berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien variabel PMA adalah 0,000000218 sehingga dapat diartikan jika PMA mengalami kenaikan sebesar satu miliar maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,000000218 miliar. Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia sehingga rencana alih teknolgi belum terlaksana dengan baik, serta terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi asing oleh Negara maju maupun Negara berkembang. Penanaman modal asing berpengaruh tidak signifikan juga disebabkan oleh beberapa faktor (Bambang Kustituanto dan Istikomah, 1999: 9): 1) Risk country yaitu pasar domestik yang kecil sehinga menyebabkan rate if return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja terampil, dan teknologi. 2) Pengembangan penanaman modal asing di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi yang berbelit-belit serta kurangnya keterpaduan koordinasi antar departemen yang terkait.
99
3) Masih minimnya informasi tentang sumber-sumber dana dari sektor perbankan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan proyek. 3) Uji t-statistik terhadap variabel Utang Luar Negeri / ULN Hipotesis pengaruh variabel ULN variabel terhadap pertumbuhan ekonomi adalah : H1 : β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung X3 = 13,58453 sedangkan t-tabel = 1,720 [df = n-k (25-4=22), α = 0,05], sehingga dapat disimpulkan t-hitung > t-tabel, dan hasil yang diperoleh ialah (13,58453 > 1,720). Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , sehingga H0 menolak maka dapat disimpulkan variabel X3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.. Nilai Prob. t-statistik ULN adalah 0,0000. Nilai ini lebih kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H0 dan menerima H1. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel ULN secara individual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien variabel ULN adalah 9,357007 sehingga dapat diartikan jika ULN mengalami kenaikan sebesar satu miliar maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 9,357007 miliar.
100
Utang luar negeri dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan pemerintah masih sangat bergantung kepada pinjaman tersebut yang digunakan untuk investasi di bidang infrastruktur dan pengembangan sarana publik serta membantu pembiayaan pembangunan ekonomi di Indonesia, dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi, penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya akumulai utang luar negeri yang sangat besar.
b. Uji F-Statistik Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel dependen, atau melihat pengaruh variabel independen secara bersamasama. Dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel. F tabel = (α : k-1, n-k), α = 0,05 (4-1= 3; 25-4 = 21). Hasil Perhitungan yang didapat adalah F hitung = 89,50451, sedangkan F tabel = 3,072467 (α = 0,05 ; 3 ; 21), Dari hasil perbandingan antara F hitung dan F tabel, menunjukkan nilai F hitung > F tabel maka Ho di tolak dan Ha diterima. Dengan kata lain variabel PMDN, PMA, dan
101
ULN secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan ekonomi pada tingkat kepercayaan 95 persen. Selain itu, nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) yang berarti menolak H0 dan menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (PMDN, PMA dan ULN) bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (pertumbuhan ekonomi).
c. Koefisien Determinasi (R2) Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi R2 dalam regresi sebesar 0,927465. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat menjelaskan sebesar 92,7465 persen terhadap permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya sebesar 7,2535 persen dipengaruhi oleh variabael diluar model ini.
102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi selama periode 1985-2009. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti jika penanaman modal dalam negeri naik 1%, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 9,462474 persen. Jadi adanya kenaikan penanaman modal dalam negeri akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat. Investasi domestik atau penanaman modal dalam negeri merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara khususnya Indonesia
dalam
melakukan
pembangunan
ekonominya
guna
mengurangi konsumsi masyarakat terhadap produk-produk asing yang dapat mengurangi tingkat tabungan yang tercipta pada masa yang akan datang. 2. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa probabilitas tingkat signifikansi pada variabel Penanaman Modal Asing (PMA) adalah sebesar 0,7753 dengan tingkat kepercayaan 95 persen, hal ini berarti Penanaman Modal Asing (PMA) mempunyai pengaruh yang tidak
103
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. (1). Risk country yaitu pasar domestik yang kecil sehinga menyebabkan rate if return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja terampil, dan teknologi. (2). Pengembangan penanaman modal asing di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi yang berbelit-belit serta kurangnya keterpaduan koordinasi antar departemen yang terkait. (3). Masih minimnya informasi tentang sumber-sumber dana dari sektor perbankan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan proyek. (4). Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia sehingga rencana alih teknolgi belum terlaksana dengan baik, serta terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi asing oleh negara maju maupun negara berkembang. 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Utang Luar Negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien regresi variabel utang luar negeri yaitu sebesar 9,357007 dan signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen yang ditunjukkan dengan probabilitas tingkat signifikan sebesar 0,0000. Hal ini berarti jika utang luar negeri naik 1%, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 9,357007 persen. Hal ini dapat dikarenakan pemerintah Indonesia masih sangat membutuhkan utang luar negeri dari beberapa negara guna menambah dana dalam pembangunan ekonomi dan mendorong laju pertumbuhan ekonominya. Tetapi,
104
penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya akumulai utang luar negeri yang sangat besar. 4. Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Utang luar negeri secara bersama-sama mampu menjelaskan pengaruh pada pertumbuhan ekonomi dengan probabilitas Fstatistiknnya 0,000000 atau lebih kecil dari α = 5 persen. Nilai koefisien konstanta 477538,7, berarti bila semua variabel naik satu persen secara rata-rata maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan sebesar 477538,7 persen. Besarnya R-squared pada hasil regresi pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,927465. Hal ini berarti 92,7465 persen perubahan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam model ini yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), dan Utang luar negeri. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model yang digunakan.
B. Implikasi Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing, dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pemerintah harus
105
meningkatkan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan menjaga kestabilan utang luar negeri dengan kebijakan-kebijakan yang dimilikinya agar tidak semakin meningkat.
C. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Upaya penarikan investasi baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing di Indonesia perlu ditingkatkan. Oleh karena itu perlu diupayakan iklim investasi yang kondusif seperti penyederhanaan proses pengurusan izin-izin dan adanya keterpaduan koordinasi antar departemen melalui pemotongan jalur birokrasi. Perlu juga menciptakan stabilitas ekonomi makro yang mantap melalui program-program reformasi, deregulasi, dan debirokratisasi di seluruh aspek pembangnan ekonomi. Dengan upaya tersebut diharapkan dapat lebih menarik investor untuk menanamkan modalnya. Dan peningkatan sumber daya manusia yang handal dibidangnya, agar dapat mengimbangi kemajuan teknologi, perkembangan globalisasi, sistem persaingan usaha yang sehat dan lain sebagainya. Sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya. 2. Pemerintah harus lebih mempertegas Undang-Undang yang berlaku, khususnya peraturan mengenai arus investasi asing maupun utang luar 106
negeri member kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, akan lebih baik jika Indonesia dapat meningkatkan investasi berdasarkan potensi yang ada di Indonesia sendiri. 3. Pengelolaan utang luar negeri harus dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, yaitu melalui penerapan Undang-Undang Surat Utang Negara (SUN).
guna
memberikan
alternatif
penting
bagi
pembiayaan
pembangunan di masa depan. 4. Dalam penelitian selanjutnya, perlu adanya penambahan variabel makroekonomi lain yang kemungkinan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi agar model estimasi dapat lebih dipercaya dan mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
107
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin. 2010. “Ekonomi Pembangunan.” Edisi Kelima.UPP STIM YKPN Yogyakarta Badan Pusat Statistik. “Indikator Ekonomi”, Beberapa edisi. BPS Jakarta. Badan Pusat Statistik. “Statistik Indonesia”, Beberapa edisi. BPS Jakarta. Bambang Kustituanto dan Istiqomah. 1999 “Peranan Penanaman Modal Asing Trehadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Universitas Gadjah Mada. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.14, No. 2, Hal. 1-13 Boediono. 1998, “Teori Pertumbuhan Ekonomi”. BPFE, Yogyakarta Danu Winoto. 2009. “Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Ekspor Total dan Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Tahun 1970-2008)”. Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Fitri Amalia. 2010. “Analisis Hubungan Kausalitas Antara Investasi (Pemerintah, Swasta Asing dan Swasta Domestik) Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1970-2005”. Jurnal Statistik. Vol. 1, No. 1, Agustus. Hal. 17-34 Hamid, Abdul. 2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. UIN: Jakarta Hera Susanti, et. all. 2000. “Indikator-indikator Makroekonomi”. Erlangga: Jakarta Hui-Lin Lin And Wen-Bin Chuang. 2007. FDI And Domestik Investment In Taiwan : An Endogenous Switching Model. Journal The Developing Economies, XLV-4. Hal. 465-90 Humas Direktorat Djendral Padjak. Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Asing (Sebagaimana Telah diubah dan Ditambah Dengan Undang-Undang No.11 dan No.12 Tahun 1970). Insukindro. 2003. “Modul Pelatihan Ekonometrika”. Yogyakarta: UGM. Jhingan, M.L. 2004. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Edisi 1 cetakan Ke-10. PT. Grafindo Persada: Jakarta Kamaludin, Rustian. 2007. “Beberapa Aspek Pembangunan Perekonomian Daerah dan Hubungan Keuangan Luar Negeri”, Edisi kedua. Universitas Trisakti: Jakarta
108
Kuncoro, Mudrajad. 2003. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga: Jakarta Lukman. 2007. Modul I Praktikum Statistik Lab. Alat Analisis Kuantitatif. Semester Ganjil Tahun Akademik 2007/2008. Jakarta : UIN. Lumadya Adi. 2003. “Pengaruh Pertumbuhan Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 1975-1998 (Pendekatan Error Correction Model)”. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3. Hal. 309-322 Musleh Jawas. 2008. “Pengaruh Penanaman Modal Asing Dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-negarra Muslim: 2004-2005” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta Nachrowi, Djalal, Nachrowi dan Usman, Harding. 2006. “Pendekatan Populasi dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta Nurlia Listiani. “Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Dari: http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/.../8508/8508.p df. Nuzhat Falki. 2009. “Impact of Foreign Direct Investment on Economic Growth in Pakistan”. International Review of Bussiness Research Papers. Vol. 5, No. 5. Hal. 110-120 Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2004. “ Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar”, Edisi kedua. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus (Terj), 1993. “Makro Ekonomi”, Erlangga: Jakarta Sanuri-DLN/Eksim. 2005. “Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (Loan Agreement hingga Restrukturisasi)”. Direktorat Luar Negeri Bagian Ekspor Dan Impor. Bank Indonesia. Dari: http://ptlnkompak.150cm.com/artikel/pinjamanluarnegeri.pdf. Sarwedi, 2002. “Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4, No. 1. Hal. 17-35 Setyo Tri Wahyudi. 2009 “The Impact Of Foreign Direct Investment On Ekonomic Growth In Indonesia 1980-2004 : A Causality Approach”. Journal of Indonesian Economy And Bussines. Vol. 24, No 3. Hal. 311327
109
Setyowati, Eni dan Siti Fatimah. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri di Jawa Tengah 1980-2002”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 1, Juni. Hal. 62-84 Sukirno, Sadono. 2003 ”Pengantar Teori Eonomi Makro”. Grafindo Persada: Jakarta Sukirno, Sadono.2006 “Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan”, Cetakan kedua. Kencana Prenada Media Group: Jakarta Todaro, Michael P. Dan Stephen C. Smith. 1993. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. Edisi Kedelapan. Erlangga: Jakarta Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrik dan Statistika dengan Eviews”. UPP STIM YKPM: Yogyakarta Yonathan S. Hadi. 2003 Analisi Vector Auto Regression (VAR) Terhadap Korelasi Antara Pendapatan Nasional dan Investasi Pemerintah di Indonesia 1983/1984-1999/2000. Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol. 6, No.2. Hal. 107-121
110
Lampiran 1: Data Observasi Penelitian
Obs 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
ER 1,114.0 1,282.0 1,643.8 1,685.7 1,795.0 1,901.0 1,992.0 2,062.0 2,110.0 2,200.0 2,308.0 2,383.0 4,650.0 8,025.0 7,100.0 9,595.0 10,400.0 8,940.0 8,465.0 9,290.0 9,830.0 9,020.0 9,419.0 10,950.0 9,400.0
PDB 660,358.9 686,722.6 779,031.9 823,689.8 886,221.6 948,756.9 1,011,537.7 1,081,248.5 1,151,490.1 1,237,618.0 1,238,312.2 1,444,873.3 1,512,780.6 1,314,202.1 1,324,599.1 1,389,770.3 1,442,984.6 1,504,380.6 1,572,159.3 1,656,516.8 1,750,815.2 1,847,126.7 1,964,327.3 2,082,315.9 2,176,975.5
PMDN 3,749,700,000.0 4,416,700,000.0 1,026,500,000.0 14,915,900,000.0 19,593,900,000.0 56,510,500,000.0 41,077,900,000.0 29,450,400,000.0 39,450,400,000.0 53,289,100,000.0 69,853,000,000.0 100,715,200,000.0 119,755,500,000.0 60,748,500,000.0 55,600,300,000.0 88,294,400,000.0 58,636,000,000.0 25,262,400,000.0 48,484,800,000.0 36,747,600,000.0 50,577,400,000.0 162,767,200,000.0 188,516,400,000.0 20,359,900,000.0 37,799,900,000.0
PMA 956,926.0 1,059,060.2 2,394,852.2 7,475,236.7 8,470,246.0 16,635,841.1 17,485,776,0 21,286,438.4 17,179,198.0 52,193,460.0 92,123,127.6 71,326,526.2 154,038,225.0 108,790,912.5 77,328,940.0 146,638,466.0 156,456,560.0 87,284,796.0 111,798,948.0 95,476,117.0 133,484,519.0 141,245,082.0 225,926,959.7 162,841,830.0 101,662,880.0
ULN 32,123,304 43,871,322 64,535,588 69,840,237 73,713,470 86,461,282 89,640,000 109,871,608 121,371,420 140,113,600 148,660,588 140,660,588 269,049,000 573,538,725 573,140,400 782,462,655 742,320,800 700,967,520 733,551,505 812,800,680 1,322,174,320 1,196,349,660 1,329,774,420 1,698,126,000 1,624,987,400
Ket: ER: Nilai Tukar (Rp/Dollar AS) PDB: Produk Domestik Bruto (Miliar Rp) PMDN: Penanaman Modal Dalam Negeri (Miliar Rp) PMA: Penanaman Modal Asing (Miliar Rp) ULN: Utang Luar Negeri (Miliar Rp)
111
Lampiran 2: Hasil Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:29 Sample: 1985 2009 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PMDN PMA ULN C
9.462474 2.18E-07 9.357007 477538.7
3.338382 7.53E-07 0.688799 59639.37
2.834449 0.289174 13.58453 8.007106
0.0099 0.7753 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.927465 0.917102 122765.4 3.16E+11 -326.2448 1.268957
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1339553. 426387.7 26.41958 26.61460 89.50451 0.000000
112
Lampiran 3: Hasil Uji Stasioneritas Tahap Level
1.
PDB
Null Hypothesis: PDB has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
0.531778 -3.737853 -2.991878 -2.635542
0.9843
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2.
PMDN
Null Hypothesis: PMDN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.167624 -3.737853 -2.991878 -2.635542
0.2222
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
113
3.
PMA
Null Hypothesis: PMA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.981907 -3.788030 -3.012363 -2.646119
0.2918
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4.
Utang Luar Negeri (ULN)
Null Hypothesis: ULN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
1.250601 -3.737853 -2.991878 -2.635542
0.9975
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
114
Lampiran 4: Hasil Uji Stasioneritas Tahap First Different
1. PDB
Null Hypothesis: D(PDB) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.194851 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.0037
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. PMDN Null Hypothesis: D(PMDN) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.748684 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.0010
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
115
3. PMA Null Hypothesis: D(PMA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.965665 -3.769597 -3.004861 -2.642242
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. Utang Luar Negeri (ULN) Null Hypothesis: D(ULN) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.940980 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.0007
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
116
Lampiran 5: Hasil Uji Normalitas
6 Series: Residuals Sample 1985 2009 Observations 25
5 4 3 2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2.44e-11 -23444.47 255062.2 -234827.1 114836.5 0.418273 2.776296
Jarque-Bera Probability
0.781098 0.676685
1 0 -200000
0
200000
117
Lampiran 6: Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
2.945861 15.96663
Probability Probability
0.031266 0.067582
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:35 Sample: 1985 2009 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PMDN PMDN^2 PMDN*PMA PMDN*ULN PMA PMA^2 PMA*ULN ULN ULN^2
-5.57E+10 -1769187. 90.98471 1.34E-05 -31.62629 -0.779276 1.08E-12 2.07E-06 2478079. -9.969097
2.16E+10 3220188. 49.85124 1.88E-05 29.07612 0.552523 4.13E-12 5.11E-06 705501.0 2.801621
-2.581327 -0.549405 1.825124 0.716718 -1.087707 -1.410394 0.262122 0.404323 3.512510 -3.558332
0.0209 0.5908 0.0880 0.4846 0.2939 0.1788 0.7968 0.6917 0.0031 0.0029
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.638665 0.421864 1.31E+10 2.57E+21 -611.4734 1.817608
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.27E+10 1.72E+10 49.71787 50.20542 2.945861 0.031266
118
Lampiran 7: Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.522288 3.452750
Probability Probability
0.243665 0.177928
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:36 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PMDN PMA ULN C RESID(-1) RESID(-2)
-0.591777 2.88E-07 -0.246232 10674.18 0.406922 -0.087569
3.329238 7.57E-07 0.698894 58832.14 0.235330 0.236112
-0.177752 0.380192 -0.352317 0.181435 1.729159 -0.370880
0.8608 0.7080 0.7285 0.8579 0.1000 0.7148
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.138110 -0.088703 119821.5 2.73E+11 -324.3870 1.978847
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-2.44E-11 114836.5 26.43096 26.72349 0.608915 0.694165
119
Lampiran 8: Hasil Multikolinieritas
1. PMDN Dependent Variable: PMDN Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:44 Sample: 1985 2009 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PMA ULN C
1.40E-07 -0.009736 6649.415
3.77E-08 0.043940 3535.114
3.716448 -0.221572 1.880962
0.0012 0.8267 0.0733
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.418509 0.365646 7840.225 1.35E+09 -258.0511 0.908737
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
13676.80 9843.797 20.88409 21.03035 7.916879 0.002570
2. PMA Dependent Variable: PMA Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:45 Sample: 1985 2009 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PMDN ULN C
2752552. 319474.9 -6.74E+09
740640.7 182685.1 1.68E+10
3.716448 1.748774 -0.400852
0.0012 0.0943 0.6924
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.488337 0.441822 3.47E+10 2.66E+22 -640.6614 1.602015
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
5.55E+10 4.65E+10 51.49291 51.63918 10.49853 0.000629
120
3. Utang Luar Negeri (ULN) Dependent Variable: ULN Method: Least Squares Date: 05/06/11 Time: 18:45 Sample: 1985 2009 Included observations: 25 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PMA PMDN C
3.82E-07 -0.228699 58926.51
2.18E-07 1.032163 13525.33
1.748774 -0.221572 4.356754
0.0943 0.8267 0.0003
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.168961 0.093412 37998.99 3.18E+10 -297.5084 0.379837
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
77002.00 39908.65 24.04067 24.18694 2.236438 0.130568
121