PENGARUH TINDAKAN SUPERVISI DAN PELATIHAN AUDITOR TERHADAP PROFESIONALISME AUDITOR PEMULA
Nensitriyas Sulandari Universitas Negeri Yogyakarta
1. PENDAHULUAN Pengungkapan pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini semakin berkembang, seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat pula. Pengungkapan pelaporan keuangan perusahaan membutuhkan pengungkapan atas kondisi perusahaan yang sebenarnya. Oleh sebab itu, kebutuhan jasa akuntan publik dari waktu ke waktu semakin meningkat. Peran seorang auditor sangat dibutuhkan dalam hal ini, baik auditor senior ataupun pemula. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang auditor juga dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi. Profesionalisme auditor merupakan cerminan seberapa jauh seorang auditor dapat mengaplikasikan etika profesi yang harus dijalankan. Selain itu, juga tercermin pada penerapan berbagai ketrampilan dan skill yang optimal dalam menjalankan tugastugasnya. Auditor yang profesional akan mendapatkan kepercayaan publik sehingga keraguan hasil dalam audit dapat diminimalisir. Dalam Standar Pekerjaan Lapangan, PSA No.5 tahun 2001 (SA Seksi 311: 311.1) disebutkan bahwa “ Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”. Telaah studi AECC (Accounting Education Change Commission) dalam Ferdinan Kris Chandra (2006:19), AECC sebagai badan yang dibentuk untuk menangani pendidikan akuntansi dalam upaya mempertahankan profesi akuntan sebagai pilihan karir yang menarik di Amerika Serikat, menerbitkan Issue Statement No.4. Salah satu isi dari Issue Statement No. 4 adalah AECC Recommendations Early Work
1
Experience yang mendorong pemberdayaan akuntan melalui tindakan supervisi yang tepat akan menumbuhkan intrinsik motivation. Isi dari AECC Recommendations Early Work Experience adalah sejumlah rekomendasi
AECC
kepada
supervisor
akuntan
pemula
untuk
melaksanakan supervisi dengan tepat khususnya dalam tiga aspek utama tindakan supervisi sebagaimana yang disarankan oleh AECC, yaitu aspek kepemimpinan dan mentoring (Leadership and mentoring), kondisi kerja (Working Condition), dan penugasan (Assigment). Hierarki
struktur organisasi dalam KAP umumnya dapat
mendorong kompetensi seorang auditor. Individu pada tiap-tiap level karier mensupervisi dan me-review pekerjaan lainnya pada level karier di bawahnya dalam struktur organisasi. Seorang staf asisten yang baru disupervisi secara langsung oleh senior in charge, sedangkan senior in charge disupervisi oleh manajer dan partner. (Sukrisno Agoes dan Jan Hoesada, 2009:53). Menurut Arens, et al. (2008:37) “ Level dari auditor dimulai dari asisten staf, auditor senior atau penanggung jawab, manajer, dan partner”. Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 04 tahun 2001 (SA Seksi 210: 210.1) disebutkan dalam standar umum yang pertama bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Selanjutnya dalam PSA tersebut dikatakan bahwa dalam melaksanakan audit untuk sampai pada pernyataan pendapat, auditor senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formal auditor diperluas dengan pengalaman selanjutnya dalam praktek audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus melalui pelatihan teknis maupun pendidikan umum yang cukup. Asisten pemula yang baru masuk ke dalam karir auditor harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan supervisor yang memadai dan review kerja atas pekerjaannya dari atasan yang lebih berpengalaman. Sifat dan luasnya supervisi dan review
2
terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktik yang luas. Auditor independen yang memikul tanggung jawab akhir atas suatu perikatan, harus menggunakan pertimbangan matang dalam setiap tahap pelaksanaan supervisi dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada gilirannya, para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggung jawabnya menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing. Dalam PSA tersebut juga dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pelatihan seorang profesional mencakup pula kesadarannya yang terus menerus terhadap perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesi. Karyawan harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuanketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Pelatihan memberikan pada seseorang kemampuan yang baru, kemampuan untuk mengerjakan sendiri dengan lebih baik atau membantu yang memegang pekerjaan yang baru dan auditor mempunyai kebutuhan latihan-latihan yang berbeda (Sawyer, 1991). Dengan adanya pelatihan diharapkan dapat menumbuhkan motivasi kerja bagi seorang auditor dalam melaksanakan aktivitasnya. Pelatihan tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai kekeliruan. Para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui melalui program pelatihan ini. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa identifikasi perbedaan pengetahuan bisa membantu penugasan auditor menjadi lebih efektif dalam melaksanakan tugas yang sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan diketahui tingkat pengetahuan seorang auditor, hal ini akan memudahkan pemberian tugas dari auditor senior (partner). Tugas yang diberikan akan disesuaikan dengan pengetahuan dan pengalamannya. Misalnya
seorang
auditor
yang
berpengalaman
di
bidang
industri/manufaktur akan memberikan hasil yang lebih baik jika diberi
3
tugas pada bidang tersebut, dibandingkan dengan pemeriksaan yang dilakukan pada bidang yang belum dikenalnya. Selain memberikan hasil yang efektif dan efisienpun bisa dicapai karena auditor tersebut sudah mengenal seluk beluk bidang manufaktur, lingkup pemeriksaan dapat dipersempit namun tetap dapat mendeteksi kemungkinan adanya kekeliruan dan waktu pemeriksaan yang diperlukan akan lebih singkat. Dalam mendeteksi adanya kekeliruan dalam laporan keuangan yang diaudit tentu saja sangat dibutuhkan pengalaman, keahlian dan pengetahuan yang luas dari auditor itu sendiri. Dengan argumen tersebut dapat dikatakan kemampuan auditor senior akan berbeda dengan kemampuan auditor pemula dalam melakukan pemeriksaan terlebih dalam mendeteksi kekeliruan. Dengan kata lain, kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman, keahlian serta pengetahuan. Pengalaman dan pemahaman seorang auditor akan jenis dan karakteristik kekeliruan dan ketidakberesan akan sangat membantu dalam hal penyusunan dan pelaksanaan prosedur pemeriksaan. Dengan adanya tindakan supervisi untuk selalu mengontrol, membimbing, mengawasi, dan mengevaluasi kinerja dari auditor pemula serta pelatihan audit yang cukup maka diharapkan profesionalisme dari seorang auditor pemula tersebut dapat tumbuh seiring dengan pengalaman yang terus bertambah dari waktu ke waktu. Dari pemaparan di atas Maka penulis mengambil judul penelitian “ Pengaruh Tindakan Supervisi Dan Pelatihan Auditor Terhadap Profesionalisme Auditor Pemula”.
2. KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Dalam melaksanakan tugasnya agar sesuai dengan tujuan audit, maka seorang auditor pemula harus disupervisi dengan baik. Supervisi ini diatur dalam PSA No.5 tahun 2001 (SA Seksi 311: 311.1) yang mengharuskan bahwa, “ Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”.
4
Di bidang auditing, supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut dicapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten; tetap menjaga penyampaian informasi berkaitan dengan masalahmasalah penting yang dijumpai dalam audit; mereview pekerjaan; dan menyelesaikan perbedaan diantara staff auditor kantor akuntan. (Rosalina Kurniwati Tethool dan Rustiana, 2003:13). Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 04 tahun 2001 (SA Seksi 210: 210.1) disebutkan bahwa standar umum yang pertama adalah audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tehnis. Selanjutnya dalam PSA tersebut dikatakan bahwa dalam melaksanakan audit untuk sampai pada pernyataan pendapat, auditor senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formal auditor diperluas dengan pengalaman selanjutnya dalam praktek audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus melalui pelatihan teknis maupun pendidikan umum yang cukup. Asisten pemula yang baru masuk ke dalam karir auditor harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan supervisor yang memadai dan review kerja atas pekerjaannya dari atasan yang lebih berpengalaman. Dengan demikian untuk menjadi seorang auditor pemula yang profesional, tindakan supervisi dan pelatihan sangat diperlukan. Hipotesis dapat diuji dalam penelitian ini antara lain: Ha1: Tindakan Supervisi berpengaruh terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Ha2: Pelatihan Auditor berpengaruh terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Ha3: Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor berpengaruh terhadap Profesionalisme Auditor Pemula.
5
3. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor-kantor Akuntan Publik yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Solo. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 untuk proses pengambilan data dan dilanjutkan dengan analisis data pada bulan Juni 2011. Pada bulan Agustus 2011 digunakan untuk penyusunan laporan hasil penelitian.
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang diteliti, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Profesionalisme Auditor Pemula (Variabel Dependen) Profesionalisme Auditor Pemula adalah sikap atau semangat mempertahankan status profesi dan memelihara citra publik terhadapnya,
bertanggungjawab
terhadap
diri
sendiri
maupun
ketentuan hukum dan peraturan masyarakat, menekuni ilmu dan pekerjaan dalam bidang tersebut serta dipengaruhi oleh faktor- faktor pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, hubungan dengan sesama profesi. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur Profesionalisme Auditor dalam penelitian ini adalah pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, hubungan dengan sesama profesi. Instrumen ini yang dikembangkan oleh Hall R (1968) dalam Hastuti, et al (2003:1206). Setiap responden diminta untuk menjawab setiap pertanyaan dengan skala Likert dimodifikasi 4 (empat) poin, yaitu: angka 1 (Sangat Tidak Setuju), angka 2 (Tidak Setuju), angka 3 (Setuju) dan angka 4 (Sangat Setuju). 2) Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor (Variabel Independen) a.
Tindakan Supervisi Tindakan Supervisi adalah tindakan mengawasi dan
mengarahkan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh auditor
6
senior yang diukur dari sikap kepemimpinan dan mentoring, kondisi kerja, dan penugasan. Instrumen penelitian ini yang digunakan Ferdinan Kris Candra (2006). Instrumen ini sedikit dikembangkan oleh penulis agar lebih mudah diterima oleh responden. Instrumen yang digunakan adalah rincian saran-saran supervisi yang terdiri dari sikap kepemimpinan dan mentoring, kondisi kerja, dan penugasan, dimana dari rincian saran-saran tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut dalam kuesioner nantinya. Setiap responden diminta untuk menjawab setiap pertanyaan dengan skala Likert dimodifikasi 4 (empat) poin, yaitu: angka 1 (Sangat Tidak Setuju), angka 2 (Tidak Setuju), angka 3 (Setuju) dan angka 4 (Sangat Setuju). 3) Pelatihan Auditor Pelatihan auditor adalah kegiatan untuk memperbaiki prestasi baik formal atau informal untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan teknis auditor. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pendidikan formal, pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit, kesadarannya yang terus menerus terhadap perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesi, mempelajari dan memahami serta
menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan. Kuesioner yang digunakan mengacu pada Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 04 tahun 2001 (SA Seksi 210: 210.1-210.2). Setiap responden diminta untuk menjawab setiap pertanyaan dengan skala Likert 4 dimodifikasi (empat) poin, yaitu: angka 1 (Sangat Tidak Setuju), angka 2 (Tidak Setuju), , angka 3 (Setuju) dan angka 4 (Sangat Setuju).
7
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Umum Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan 45 kuesioner di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Solo dengan tingkat pengembalian 77,78%. Hal ini berarti bahwa dari kuesioner yang disebar, 35 yang berhasil dikumpulkan dengan pengisian lengkap, namun 1 kuesioner harus dibuang karena pengisian dilakukan oleh auditor yang tidak sesuai dengan kriteria penelitian. Kuesioner ini didistribusikan di KAP Yogyakarta sebanyak 5 KAP, dan KAP di Solo sebanyak 2 KAP. Terdapat 2 KAP di Yogyakarta yang kuesionernya tidak kembali, dikarenakan kesibukan dari responden yang tidak dapat mengisi kuesioner penelitian ini. Distribusi Kuesioner No
Nama KAP
Kuesioner
Kuesioner
yang disebar
yang kembali
Yogyakarta 1
KAP Drs. Henry & Sugeng (Pusat)
10
10
2
KAP Doli, Bambang, Sudarmadji &
10
10
Dadang 3
KAP Hadiono
5
5
4
KAP Bismar, Muntalib & Yunus
5
-
KAP.Dra. Suhartati & Rekan (Cab)
5
-
6
KAP Dr. Payamta, CPA
5
5
7
KAP Wartono
5
5
45
35
(Cab) 5 Solo
Total Sumber: www.iapi.or.id
Responden tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan umur responden, jenis kelamin, jenjang pendidikan, jabatan serta lama bekerja. 8
Berikut ini disajikan tabel demografi responden berdasarkan umur responden: Demografi Responden Berdasarkan Umur Responden Umur
Jumlah
No
Responden
Auditor
Persentase
1
20-25 thn
21
61,8%
2
26-30 thn
13
38,2%
Sumber: Data Primer yang Diolah Selanjutnya disajikan tabel demografi responden berdasarkan jenis kelamin: Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
14 Responden
41,18%
2
Wanita
20 Responden
58,82%
Sumber: Data Primer yang Diolah Selanjutnya data demografi responden berdasarkan jenjang pendidikan: Demografi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan No
Jenjang Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
Diploma
1 Responden
2,94%
2
S1
33 Responden
97,06%
Sumber: Data Primer yang Diolah Selanjutnya disajikan data demografi responden berdasarkan jabatan: Demografi Responden Berdasarkan Jabatan No
Jabatan
Jumlah
Persentase
1
Magang
2
5,88%
2
Auditor Yunior
11
32,35%
3
Staf Auditor
21
61,76%
Sumber: Data Primer yang Diolah
9
Selanjutnya disajikan data demografi responden berdasarkan lama bekerja: Demografi Responden Berdasarkan Lama Kerja No
Lama Kerja
Jumlah
Persentase
1
1 Tahun
8
23,53%
2
2 Tahun
6
17,65%
3
3 Tahun
10
29,41%
4
>3 tahun
10
29,41%
Sumber: Data Primer yang Diolah
4.2 Uji Hipotesis 1). Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Profesionalisme Auditor Pemula Hasil Analisis R Square X1-Y
Model 1
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
R .405
Adjusted R
a
.164
.138
5.23405
a. Predictors: (Constant), TindknSupervisi
Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil Analisis Nilai Signifikansi X1-Y
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B (Constant) TindknSupervisi
33.034
8.607
.312
.125
Beta
t
.405
Sig.
3.838
.001
2.504
.018
a. Dependent Variable: ProfAuditrPemula
Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil dari uji t pada tabel menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2.504 dengan probabilitas 0,018. Nilai t tabel sebesar 2,0345 10
dengan probabilitas 0,05. Jadi nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2.504>2,0345) dengan probalilitas lebih kecil dari 0,05. Hasil regresi dari pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu Tindakan Supervisi berpengaruh terhadap Profesionalisme Auditor Pemula diterima. Dilihat dari R square pada tabel 27 menunjukkan nilai R sebesar 0,405, R square menunjukkan 0,164 (16,4%) dimana 16,4% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Tindakan Supervisi, sisanya sebesar 83,6% (100-16,4%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dianalisis dalam uji hipotesis ini. Persamaan regresinya sebagai berikut: Y= 33,034+ 0,312X1 Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai X1 sebesar satu satuan maka nilai Y sebesar 33,034+ 0,312 satuan. 2). Pengaruh Pelatihan Auditor terhadap Profesionalisme Auditor Pemula Hasil Analisis R Square X2-Y
Model 1
R Square
R .381
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.145
.118
5.29265
a. Predictors: (Constant), PlthnAuditor
Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil Analisis Nilai Signifikansi X2-Y
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B (Constant) PlthnAuditor
34.060
8.807
.552
.237
a. Dependent Variable: ProfAuditrPemula
11
Beta
t
.381
Sig.
3.868
.001
2.330
.026
Hasil analisis uji t pada tabel menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2,330 dengan probabilitas 0,017. Nilai t tabel sebesar 2,0345 dengan probabilitas 0,05. Jadi, nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,330 >2,0345) dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Hasil analisis regresi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hipotesis kedua yaitu Pelatihan Auditor berpengaruh terhadap Profesionalisme Auditor Pemula diterima. Hal ini juga dapat dilihat pada tabel, nilai R sebesar 0,381. R square menunjukkan 0,145 (14,5%) dimana 14,5% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Pelatihan Auditor. Nilai signifikansi Pelatihan Auditor terhadap Profesionalisme Auditor Pemula adalah 0,026 yang berarti kurang dari 0,05, sehingga model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Profesionalisme Auditor Pemula. Persamaan regresi yang diperoleh dari tabel di atas adalah: Y = 34,060 + 0,552 X2 Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai X2 sebesar satu satuan Maka nilai Y sebesar 34,060 + 0,552 satuan. 3). Pengaruh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor terhadap Profesionalisme Auditor Pemula Hasil Analisis R Square X1,X2-Y
Model 1
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
R .532
Adjusted R
a
.283
.236
4.92588
a. Predictors: (Constant), PlthnAuditor, TindknSupervisi
Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil Analisis Nilai Signifikansi X1,X2-Y
Sum of Squares
Model 1
Regression
Mean Square
Df
296.277
2
12
148.138
F 6.105
Sig. .006
a
Residual Total
752.194
31
1048.471
33
24.264
a. Predictors: (Constant), PlthnAuditor, TindknSupervisi b. Dependent Variable: ProfAuditrPemula
Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil Analisis Regresi Linear Berganda X1,X2-Y
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
B (Constant)
16.202
10.993
TindknSupervisi
.287
.118
PlthnAuditor
.502
.221
Beta
T
Sig.
1.474
.151
.372
2.438
.021
.346
2.265
.031
a. Dependent Variable: ProfAuditrPemula
Sumber: Data Primer yang Diolah Hasil analisis uji F pada tabel menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 6,105 dengan probabilitas 0,006. Nilai F tabel sebesar 3,320 dengan probabilitas 0,05. Jadi nilai F hitung lebih besar dari F tabel (6,105>3,320) dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,006<0,05). Hasil analisis regresi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yaitu Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor berpengaruh terhadap Profesionalisme Auditor Pemula diterima. Hal ini dapat juga dilihat pada tabel 31, nilai R sebesar 0.532. R square menunjukkan 0,283 (28,3%) dimana 28,3% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor. Nilai signifikansi pengaruh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor kurang dari 0,05. Sehingga model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Profesionalisme Auditor Pemula. Persamaan Regresi yang diperoleh dari tabel di atas adalah Y = 16,202 + 0,287 X1 + 0,502 X2
13
5. PEMBAHASAN 1). Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Hipotesis
pertama
menyatakan
bahwa
Tindakan
Supervisi
berpengaruh positif signifikan terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa nilai t hitung sebesar 2.504 dengan probabilitas 0,018. Nilai t tabel sebesar 2,0345 dengan probabilitas 0,05. Jadi nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2.504>2,0345) dengan probalilitas lebih kecil dari 0,05. Dilihat dari R square pada tabel menunjukkan nilai R sebesar 0,405, R square menunjukkan 0,164 (16,4%) dimana 16,4% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Tindakan Supervisi. Positif signifikan berarti jika Tindakan Supervisi tinggi, maka Profesionalisme Auditor Pemula juga tinggi. Sebaliknya, apabila Tindakan Supervisi rendah, maka Profesionalisme Auditor Pemula juga rendah. Para auditor pemula di suatu Kantor Akuntan Publik dengan tindakan supervisi yang baik, dimana tindakan supervisi mencakup sikap kepemimpinan dan mentoring yang baik, menciptakan kondisi kerja yang kondusif, serta penugasan yang menantang dan menstimulir terselesainya suatu tugas, maka Profesionalisme Auditor Pemula akan dapat terbentuk. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hani Tri Hardewi dimana aspek Tindakan Supervisi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Auditor Pemula Di Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Wilayah Yogyakarta”. 2). Pengaruh Pelatihan Auditor terhadap Profesionalisme Auditor Pemula Hipotesis kedua menyatakan bahwa Pelatihan Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa t hitung sebesar 2,330 dengan probabilitas 0,017. Nilai t tabel sebesar 2,0345 dengan probabilitas 0,05. Jadi, nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,330>2,0345) dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Nilai R sebesar 0,381. R square menunjukkan 0,145 (14,5%) dimana 14,5% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Pelatihan
14
Auditor. Nilai signifikansi Pelatihan Auditor terhadap Profesionalisme Auditor Pemula adalah 0,026 yang berarti kurang dari 0,05. Positif siginifikan berarti jika Pelatihan Auditor tinggi, maka Profesionalisme Auditor Pemula juga tinggi. Sebaliknya, apabila Pelatihan Auditor rendah, maka Profesionalisme Auditor Pemula juga rendah. Para auditor pemula di Kantor Akuntan Publik yang Profesional hendaknya harus juga mengikuti pelatihan bagi auditor. Pelatihan Auditor ini dapat berupa seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai kekeliruan. Dengan mengikuti kegiatan pelatihan diatas Profesionalisme Auditor Pemula akan terbentuk. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sriyono (2004) yang berjudul “ Pengaruh Tindakan Supervisii, Pelatihan Profesional Audit, Kultur Organisasi dan Personality Terhadap Kreativitas Auditor BPK-RI Dalam Rangka Mendukung Terwujudnya Pemerintah Yang Baik (Good Public Governance). Dimana aspek Pelatihan Profesional Audit berpengaruh positif signifikan terhadap Kreativitas Auditor BPK-RI. 3).
Pengaruh
Tindakan
Supervisi
dan
Pelatihan
Auditor
terhadap
Profesionalisme Auditor Pemula Hipotesis ketiga menyatakan bahwa Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Hal ini dapat dilihat dari tabel bahwa hasil analisis uji F pada tabel
menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 6,105 dengan
probabilitas 0,006. Nilai F tabel sebesar 3,320 dengan probabilitas 0,05. Jadi nilai F hitung lebih besar dari F tabel (6,105>3,320) dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,006<0,05). Nilai R sebesar 0.532. R square menunjukkan 0,283 (28,3%) dimana 28,3% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor. Nilai signifikansi pengaruh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor kurang dari 0,05.
15
Positif signifikan berati jika Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor tinggi, maka Profesionalisme Auditor Pemula juga tinggi. Sebaliknya, apabila Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor rendah, maka Profesionalisme Auditor Pemula juga rendah. Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor tinggi berdampak pada Profesionalisme dari para auditor pemula di Kantor Akuntan Publik. Profesionalisme Auditor Pemula dapat tercermin dengan pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi.
6.
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tindakan
Supervisi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Profesionalisme Auditor Pemua. Hal ini dapat dilihat dari t hitung sebesar 2.504 dengan probabilitas 0,018. Nilai t tabel sebesar 2,0345 dengan probabilitas 0,05. Jadi nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2.504>2,0345) dengan probalilitas lebih kecil dari 0,05. Dilihat dari R square pada tabel 27 menunjukkan nilai R sebesar 0,405, R square menunjukkan
0,164 (16,4%)
dimana 16,4% Profesionalisme
Auditor Pemula dipengaruhi oleh Tindakan Supervisi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa
Tindakan
Supervisi
berpengaruh
positif
signifikan terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. 2. Pelatihan
Auditor
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Profesionalisme Auditor Pemula. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar 2,330 dengan probabilitas 0,017. Nilai t tabel sebesar 2,0345 dengan probabilitas 0,05. Jadi, nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,330>2,0345) dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05. Nilai R sebesar 0,381. R square menunjukkan 0,145 (14,5%) dimana 14,5% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Pelatihan
16
Auditor.
Nilai
signifikansi
Pelatihan
Auditor
terhadap
Profesionalisme Auditor Pemula adalah 0,026 yang berarti kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pelatihan Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. 3. Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor berpengaruh positif signifikan terhadap Profesionalisme Auditor Pemula. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 6,105 dengan probabilitas 0,006. Nilai F tabel sebesar 3,320 dengan probabilitas 0,05. Jadi nilai F hitung lebih besar dari F tabel (6,105>3,320)
dengan
probabilitas
lebih
kecil
dari
0,05
(0,006<0,05). Nilai R sebesar 0.532. R square menunjukkan 0,283 (28,3%) dimana 28,3% Profesionalisme Auditor Pemula dipengaruhi oleh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor. Nilai signifikansi pengaruh Tindakan Supervisi dan Pelatihan Auditor kurang dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa Tindakan Supervisi dan Pelatihan
Auditor
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
Profesionalisme Auditor Pemula.
6.2 Saran 1. Bagi Kantor Akuntan Publik Perlunya tindakan supervisi dari unsur pimpinan khususnya dapat mengawasi pekerjaa hingga selesai dan dapat menyerahkan tugas sesuai dengan kesiapan dan kemampuan para auditor pemula. Supervisi dalam bentuk mentoring dan juga pelatihan secara kontinyu dapat menumbuhkan motivasi kerja sehingga dapat mencapai kinerja yang diharapkan selanjutnya profesionalisme agar terbentuk seiring dengan tindakan supervisi dan pelatihan tersebut. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
17
Menambahkan jumlah sampel dari penelitian ini, supaya hasilnya lebih baik serta dalam mengambil data harus lebih diperhatikan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. (2003). Auditing 1. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Al. Haryono Jusup. (2001). Auditing ( Pengauditan). Yogyakarta: STIE YKPN. Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Edisi Keduabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga. Anita Kusuma Dewi. (2010). Pengaruh Profesionalisme Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan ( Studi Empiris pada Auditor di KAP Kota Yogyakarta). Skripsi. FISE.UNY. Arens dan Loebbecke. (2002). Auditing Pendekatan Terpadu. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Ferdinan Kris Chandra.(2006). Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kinerja Auditor Internal Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening. Tesis. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Galih Anindita Kurniawan. (2007). “ Pengaruh Kode Etik, Standar Profesional Akuntan Publik, Standar Pengetahuan Mutu Profesionalisme Auditor Terhadap Mutu Auditing, dalam Praktik Audit”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran”.
Hani Tri Hardewi.( 2010). Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Pemula di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
18
Hastuti, Dwi, Stefani Lily Indarto dan Clara Susilawati. (2003). “ Hubungan antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari. Jakarta: Salemba Empat. Imam Ghozali. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ismani, Sukanti dan Sukirno. (2008). Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Akuntansi, FISE,UNY. Iqbal Hasan, M. (2003). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 ( statistik Inferensial). Jakarta: Bumi Aksara. Mulyadi. (2002). Auditing. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Munawir. ( 1999). Auditing Modern. Buku 1. Yogyakarta: BPFE. Nurvitria Mei Wulandari. (2010). Pengaruh Kompetensi dan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Kualitas Audit ( Studi Kasus pada Inspektorat Kabupaten Magelang dan Inspektorat Kabupaten Sleman). Skrpsi. FISE.UNY Rolf P. Lynton dan Udai Pareek. (1998). Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman. Rosalina Kurniwati Tethool dan Rustiana. (2003). Dampak Interaksi Tindakan Supervisi Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Auditor: Studi Empiris Di KAP Yogyakarta, Semarang Dan Solo. Kinerja.Vol.7 No.1: Hal 12-20. Sawyer, Lawrence B. Dittenhofer, Mortimer A & Scheiner, James H . (2005). Sawyer’s Internal Auditing-Audit Internal Sawyer. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Sriyono. ( 2004). Pengaruh Tindakan Supervisi, Pelatihan Profesional Audit, Kultur Organisasional, Dan Personality Terhadap Kreativitas Auditor BPK-RI Dalam Rangka Mendukung Terwujudnya Pemerintahan Yang Baik (Good Public Governance). Tesis. Magister Sains Ilmu-Ilmu Akuntansi UGM.
19
Sugiyono.(2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukrisno Agoes dan Jan Hoesada. (2009). Bunga Rampai Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Syamsul Hadi. (2007). Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Pemula. Skripsi. Jurusan Akuntansi UII. Wahid Sulaiman. (2004). Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus dan Pemecahan. Yogyakarta: Penerbit Andi. www.iapi.or.id www.inparametric.com
20