Manajemen Konstruksi
PENGARUH TINDAKAN KOREKSI PADA PROSES PENGENDALIAN BIAYA BAHAN TERHADAP KINERJA BIAYA PROYEK DI LINGKUNGAN KODAM JAYA JAYAKARTA (110K) Mardiaman1, dan Gian Asnawi Siagian2 1
Dosen Kopertis wil III Jakarta dan Dosen Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa, Jl. TB Simatupang Jakarta Selatan Email :
[email protected] 2 Alumni Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa Jl. TB Simatupang Jakarta Selatan Email :
[email protected]
ABSTRAK Banyak faktor tindakan koreksi dan penyebab penyimpangan bahan yang mempengaruhi kinerja biaya bahan proyek di lingkungan Kodam jaya jayakarta. Pada faktor internal dilakukan pada tahap perencanaan bahan dengan jumlah 10 faktor, tahap pengadaan bahan sebanyak 10 faktori, tahap pelaksanaan dan pengendalian bahan sebanyak 15 faktori. Pada faktor eksternal sebanyak 4 faktori. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor tindakan koreksi yang berpengaruh terhadap kinerja biaya bahan dan mengelolanya sehingga meningkatkan kinerja biaya bahan. Metode penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang telah disusun, berisi persepsi mengenai variabel penyebab penyimpangan dan tindakan koreksi serta persentase biaya bahan proyek. Responden adalah perusahaan yang pernah mengerjakan proyek bernilai Rp 500 juta s/d 15 Milyar di Kodam Jaya Jayakarta mulai tahun 2010 s/d 2012. Jumlah proyek yang sijadikan sampel ada sebanyak 22 proyek. Setelah data dikumpulkan maka dilakukan analisis data dengan regresi linier berganda untuk mengetahui faktor penentu penyebab penyimpangan bahan yang berkorelsi dengan kinerja biaya bahan dan tindakan koreksi yang harus dilakukan adalah memasukkan bahan dalam perjanjian dengan supplier. Dari hasil analisa ini diperoleh variabel faktor keterlambatan pengiriman bahan ke lokasi proyek menjadi faktor yang perlu mendapatkan pengelolaan. Nilai persentase biaya bahan proyek berada pada rentang 46,61% s/d 68,19%. Simulasi Monte Carlo dilakukan untuk menentukan peluang besarnya kinerja biaya bahan sebelum dan sesudah tindakan koreksi. Diperoleh hasil terjadi peningkatan kinerja dengan menurunnya biaya bahan. Direkomendasikan supaya pengiriman bahan ke lokasi supaya dikelola dengan baik oleh kontraktor sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya. Kata kunci: pengaruh, tindakan koreksi, bahan, regresi linier berganda, simulasi monte carlo.
1. PENDAHULUAN Bahan merupakan sumberdaya proyek konstruksi yang mempengaruhi kinerja biaya dan waktu. Nilai persentase biaya material berubah ubah dari satu proyek ke proyek lainnya. Menurut Stukhart (1995), alokasi biaya pada proyek konstruksi berkisar 50% – 70 %. Bahan sangat penting mendapat perhatian karena nilainya mencapai lebih dari 50 % dari keseluruhan biaya konstruksi, sehingga penghematan pada biaya bahan akan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Ada berbagai faktor bahan yang berkaitan dengan kinerja biaya bahan. Besar kecilnya dipengatuhi oleh cara pengelolaan. Penyebab penyimpangan seharusnya diketahui sehingga dapa dilakukan tindakan koreksi untuk peningkatan kinerja. Selama ini proyek-proyek yang ada di Kodam Jaya Jayakarta belum pernah dilaksanakan penelitian tentang kinerja biaya proyek, khususnya yang dipengaruhi oleh sumber daya bahan. Sungguhpun demikian diyakini bahwa kinerja biaya proyek yang dilaksanakan di Kodam Jaya Jayakarta masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari pemakaian biaya bahan yang relatif masih tinggi sehingga membuat biaya pelaksanaan aktual (riel) masih belum efektif dan efisien. Nilai Persentase biaya bahan padai 5 (lima) proyek tahun anggaran 2012 disajikan pada Tabel 1.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 147
Manajemen Konstruksi
No.
Pekerjaan
Tabel 1 Perbandingan biaya bahan terhadap nilai proyek Lokasi Nilai Proyek Nilai Bahan
% Bahan
TA
1
Rehab RTLH Yon Arhanud 10
Bintaro
510.167.460
348.664.460
68,34
2010
2
Rehab RTLH Yonkav 9/BU
Serpong
192.501.850
131.556.850
68,34
2010
3
Rehab RTLH Yonif 202/Tajimalela
Bekasi
563.301.850
83.006.850
67,99
2010
4
Perbaikan RTLH Yon Armed 7
Bekasi
476.710.800
325.709.800
68,32
2010
T. Priok
257.378.800
175.896.000
68,34
2010
5 Perbaikan RTLH Yon Arhanud 6 Sumber : Zidam Jaya
Dari ilustrasi biaya bahan di atas, persentase bahani berada pada interval 67,99 % sampai dengan 68,34 %, berada di atas nilai sumber daya bahan yang umum dilaksanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab penyimpangan dan tindakan koreksi yang dilakukan yang memberikan pengaruh terhadap kinerja biaya proyek pada pekerjaan-pekerjaan yang ada di lingkungan Kodam Jaya/Jayakarta. Manfaat Penelitian adalah Memberikan masukan pada kontraktor konstruksi, khususnya pada kontraktor yang menangani proyek di lingkungan Kodam Jaya/Jayakarta .
2.
KAJIAN TEORI
Biaya konstruksi terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri atas : a. Biaya bahan bangunan, b. Upah Buruh/tenaga kerja dan c. Biaya Peralatan. Biaya Tak Langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya tak langsung meliputi : a. Biaya overhead, b. Biaya tak terduga, dan c. Keuntungan.
Pengendalian biaya bahan Dalam proses pengendalian menjamin bahan tidak terbuang dan tidak terjadi pencurian dan pengiriman bahan tepat waktu harus diperhatikan. David (1995) mengemukakan pengendalian biaya bahan dilakukan dengan mengendalikan bahan itu sendiri. Langkah-lahkah pengendalian: 1. Membuat daftar permintaan bahan 2. Membuat jadwal pengiriman dan penyediaan supplier dengan program pengiriman, 3. Memeriksa penerimaan dan menandai pengiriman. 4. Merencanakan dan menyiapkan tempat penyimpanan. 5. Memelihara bahan. 6. Pendistribusian bahan di lapangan. 7. Melakukan pengendalian bahan di lapangan. 8. Menyediakan Bahan yang berlaku. 9. Jumlah bahan sisa dapat dipertanggungjawabkan. 10. Hubungan dan timbal balik dengan manajer lapangan QS dan estimator. Unsur-unsur dasar dari pengendalian proyek yang adaptif Menurut (Badiru, and Kovach. 2012): a. Secara terus-menerus melakukan pelacakan dan pelaporan b. Memodifikasi pelaksanaan proyek karena adanya perubahan tujuan c. Melakukan perencanaan ulang untuk menghadapi perkembangan baru d. Mengevaluasi pencapaian riil dibandingkan dengan pencapaian rencana e. Mendokumentasikan keberhasilan dan kegagalan proyek sebagai panduan di masa depan Untuk mengatasi keterlambatan bahan yang terjadi dari pemasok utama maka perlu dicari pemasok cadangan. Daftar prioritas pemasok disusun supaya dapat digunakan selanjutnya. Untuk mengetahui kualitas pemasok bisa dilihat dari karakteristik pola kebiasaan, pola pengiriman, cara penggantian atas barang yang rusak. Sekalipun sudah dipergunakan prosedur terbaik, namun permasalahan juga timbul. Kadang-kadang terjadi perubahan rencana kontraktor yang kritis, dimana bahan harus dipercepat lagi penyerahannya dari tanggal yang sudah disetujui sebelumnya. Keterlambatan lain mungkin timbul dari pihak pemasok, kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain-lain. Bila suatu bahan tidak dapat diperoleh lagi atau menjadi sangat mahal, maka spesialis pengadaan harus mengetahui tempat memperoleh bahan pengganti yang dapat memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya. Pengiriman bahan sangat penting sehingga kontraktor membutuhkan satu bagian pengiriman untuk menjamin bahwa bahan yang benar diserahkan pada waktu dan tempat yang sesuai. Kegagalan dalam hal tersebut menyebabkan keterlambatan pekerjaan yang pada akhirnnya menyebabkan pembaangunan tidak efisien dan efektif. Bahan yang dipasok oleh kontraktor melalui surat permintaan pembelian harus diperiksa pada saat diserahkan.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 148
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
Pemeriksaan secara periodik terhadap bahan yang disimpan harus diadakan agar memperkuat catatan petugas gudang dan tindakan yang tepat dilakukan bila jumlah bahan yang disimpan tidak sesuai dengan catatan. Pada hasil penelitian (Kamaruzzaman, 2012) telah didapatkan urutan rangking yang menjadi faktor penghambat penyelesaian proyek konstruksi jalan beton di Kota Pontianak. Faktor utama adalah 1) faktor sosial dan budaya, 2) faktor bahan dan 3) faktor cuaca. Faktor bahan terdiri dari kenaikan harga bahan, kelangkaan bahan dan kekurangan bahan. Penelitian ini menegaskan bahwa kelangkaan dan kekurangan bahan sebagai penyebab keterlambatan proyek.
Penyebab keterlambatan proyek Faktor keterlambatan pengiriman bahan merupakan peringkat kedua terbesar penyebab keterlambatan proyek dari faktor bahan. (Suyatno, 2010) menemukan bahwa kesalahan pengelolaan bahan menjadi sumber ke lima utama penyebab keterlambatan pelaksanaan konstruksi. Item ini dianggap sangat berpengaruh oleh responden karena kesalahan pengelolaan bahan akan berdampak langsung berupa kekacauan operasi konstruksi. Keterlambatan akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun kedua-duanya. Pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan. Obrein JJ (1976), menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan kerugian bagi kontraktor, yaitu keterlambatan penyelesaian proyek beranti naiknya overhead karena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta hannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain. Ada berbagai Faktor-faktor bahan yang menyebabkan keterlambatan proyek yaitu : Keterlambatan pengiriman barang. Kekurangan bahan konstruksi. Kualitas bahan yang kurang baik. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan. Perubahan bahan pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi. Kelangkaan karena kekhususan. Ketidaktepatan waktu pemesanan. Pengiriman bahan. Penyimpanan bahan. Pengangkutan dan pemeliharaan. Kelalaian yang dilakukan oleh site managemen. Kesalahan pengukuran bahan saat diterima. Kerusakan bahan di gudang. Bahan tidak sesuai spek. Penggunaan bahan boros. Kesalahan metode pelaksanaan. Pencurian bahan. Kalah nego harga bahan dengan supplier. Kelemahan dalam pasal surat perjanjian pembelia. Alternatif sumber bahan kurang. Kurangnya pengetauan tentang bahan/bahan. Jumlah pembelian bahan. Lokasi pembelian bahan. Sementara A. Huja (1994) menyebutkan bahwa penyebab utama terjadinya penyimpangan biaya bahan yaitu : Pengiriman bahan. Pemborosan penggunaan bahan. Pencurian bahan. Ketidak akuratan jumlah pengiriman bahan Waktu yang kurang tepat.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 149
Manajemen Konstruksi
Kenaikan biaya transportasi. Peningkatan biaya pemeliharaan bahan. Pemilihan bahan yang kurang tepat. Meningkatnya biaya penyimpanan. Tidak adanya prioritas dalam pembelian bahan. Terlambatnya pembayaran bahan. Kebijakan yang kurang tepat dalam pembelian. Adanya kenaikan harga bahan. Terlambat/kekurangan bahan/bahan waktu pelaksanaan. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan. Pemakaian bahan/bahan yang salah. Pemakaian bahan/bahan yang diimpor. Pencurian bahan/bahan. Kerusakan bahan. Produksi bahan di luar lokasi proyek.
Tindakan koreksi Dalam suatu proyek, pelaksanaan manajemen yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan. Salah satu fungsi manajemen tersebut adalah pengendalian yang salah satunya dilakukan dengan tindakan koreksi. Pengendalian merupakan pengukuran dan koreksi terhadap kerja staf untuk menjamin bahwa apa yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan perencanaan. Teori lain menyatakan bahwa tindakan pencegahan dan perbaikan harus dilakukan apabila terjadi penyimpangan atau ketidak sesuaian untuk mencapai kinerja sesuai rencana mutu yang ditetapkan (Permen PU no.4 tahun 2009 tentang Sitem Manajemen Mutu). Tindakan koreksi adalah tindakan pengendalian proyek dengan menganalisa kinerja proyek yang telah menyimpang dari rencana semula dan melakukan koreksi atas penyimpangan yang terjadi agar terhindar dari kerugian yang lebih besar dan bisa dikembangkan menjadi referensi untuk proyek-proyek pada masa mendatang. Dalam meyakinkan keberhasilan suatu proyek dan juga pencapaian perbaikan secara menerus dibutuhan pengendalian yang efektif dan efisien. Konsep siklus pengendalian rencanakan (plan), laksanakan (do), periksa (check) dan koreksi (act) dapat ditetapkan dengan sederhanan ketika membuat tujuan proyek dan kemudian menentukan metode pencapaian yang tepat dengan menetapkan tujuan (plan), melaksanakan rencana (do), memeriksa dampak pelaksanaan dengan membandingkan hasil ril dengan rencana (check) mengambil tindakan koreksi yang tepat (act).
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada proyek di satuan-satuan Kodam Jaya / Jayakarta dimulai pada Mei 2013 sampai dengan Agustus 2013. Proyek-proyek yang menjadi obyek penelitian ini sebanyak 22 adalah proyek di lingkungan Kodam Jaya Jayakarta yang dilaksanakan pada jangka waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dengan nilai proyek antara Rp. 500.000.000.00,- (lima ratus juta Rupiah) sampai dengan Rp. 15.000.000.000.00,- (Lima belas milyard Rupiah). Pengumpulan hasil jawaban pertanyaan dalam kuesioner tentang hubungan antara variabel bebas (X) penyebab penyimpangan dan kinerja biaya sebelum dilakukan tindakan koreksi dan setelah dilakukan tindakan koreksi seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Variabel Penyebab penyimpangan dan Tindakan Koreksi yang diberikan. Variabel Penyebab penyimpangan
Tindakan Koreksi yang diberikan
Var Tahap Perencanaan Material AX1.
Kesalahan dalam mengestimasi dan merencanakan anggaran biaya untuk material.
Review rencana anggaran material)
AX2.
Gambar dan spesifikasi yang kurang jelas.
Change Order harus diback up gambar yang jelas)
AX3.
Kesalahan dalam memprediksi kondisi lapangan, cuaca dan kejadian yang akan datang
Pengajuan addendum/amandemen
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 150
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
AX4. AX5. AX6. AX7. AX8. AX9. AX10.
Klausul-klausul sub kontrak yang kurang lengkap Keterlambatan keluar Surat Perintah Mulai Kerja kepada sub kontraktor Kelemahan penyelesaian sengketa antara pihakpihak tertentu Koordinasi antar fungsi pada organisasi proyek yang kurang Peningkatan biaya koordinasi birokrasi Perubahan kebijakan perusahaan dalam pembelian material Jadwal pengiriman material yang kurang akurat dan teliti
Perjelas klausul sub kontrak Percepat pengeluaran SPMK kepada sub kontraktor Perjelas isi kontrak penyelesaian perselisihan Hidupkan koordinasi yang baik Terapkan skala prioritas Review ulang program pembelian material Review jadwal pengiriman
Tahap Pengadaan Material BX1. BX2. BX3.
Kesulitan dalam pengada-an material Pemesanan material kpd supplier dilakukan lebih awal sebelum mulai. Kualitas dan kuantitas material yang dibeli tidak sesuai dengan pesanan
Masukkan Kesulitan dlm perjanjian dgan supplier Masukkan dalam perjanjian dengan supplier masukkan dalam perjanjian dengan supplier
XB4.
Terlambat pengiriman material ke lokasi
Masukkan dalam perjanjian dengan supplier
BX5.
Perubahan kondisi bahan selama proses pengiriman
Masukkan dalam perjanjian dengan supplier
BX6.
Aksesibilitas selama proses pengiriman kurang baik
Koordinasikan dengan para pihak
BX7.
Penyimpangan mutu material dari spesifikasi
Laksanakan uji qualitas sesuai spesifikasi
BX8.
Penyimpangan biaya pengiriman
Biaya kirim ditentukan dengan ekspedisi sesuai dengan dana tersedia
BX9.
Tingkat kerusakan material di gudang tinggi
Tingkatkan pemeliharaan material di gudang
BX10.
Menumpuknya material di lokasi
Atur ulang pengiriman material dan rencana kerja
Tahap Pelaksanaan dan Pengendalian Material CX1.
Kesalahan dalam menerapkan standar metode konstruksi untuk melakukan suatu pekerjaan
Awasi penerapan standar metode konstruksi
CX2.
Kesalahan dalam penerapan gambar kerja lapangan
Awasi penerapan gambar kerja
CX3.
Penyimpangan prosedur kerja
Awasi pelaksanaan prosedur kerja
CX4.
Penyimpangan spesifikasi teknis
Awasi pemasangan agar sesuai spek
CX5.
Pemborosan pemakaian material di lokasi
Awasi pemakaian material
CX6. CX7.
Penggunaan dan pemotongan bentuk material tidak efisien Pemasangan/pemindahan/penanganan material kurang hati – hati
Penggunaan rencana pemakaian bahan yang jelas Terapkan kehati-hatian
CX8.
Perbaikan pekerjaan / Rework
terapkan pengawasan melekat
CX9.
Terjadinya percepatan jadwal
pastikan biaya percepatan termurah
CX10.
Intervensi pemilik pada tahap pelaksanaan
Perjelas dalam kontrak kerja
CX11.
Penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi di lapangan kurang maksimal
Harus ada SOP rapat koordinasi
CX12.
sistem informasi (MIS-IT) kurang baik
Adakan pelatihan IT
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 151
Manajemen Konstruksi
CX13.
Admin/system dokumentasi perusahaan lemah
Terapkan administrasi dan dokumentasi yang baik
CX14.
Sistem evaluasi / pengambilan keputusan tidak tepat
Terapkan reward and punishment
CX15.
pengawasan material di lokasi proyek tidak baik
Terapkan sistem security and safety di lapangan
FAKTOR EKSTERNAL DX1.
Kehilangan/pencurian material
DX2.
Perubahan kondisi erekonomian
DX3.
Terjadinya Force majeur pada masa konstruksi.
DX4.
Kondisi cuaca yang tidak baik
4.
Terapkan sistem security and safety di lapangan Usulkan kepada owner agar masuk dalam klausul kontrak Usulkan kepada owner agar masuk dalam klausul kontrak Pengajuan addendum
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai persentase proyek pada 22 proyek di Kodam Jaya memiliki rentang dari 46,61% s/d 68,19%. Nilai ini diperoleh dari hasil bagi biaya material dengan biaya total proyek.
Analisa faktor Analisa faktor variabel penyebab penyimpangan menghasilkan faktor sebanyak 29 variabel untuk empat prinsipal komponen yaitu faktor dengan nilai lebih besar dari 0,7 ( > 0,7) seperti CX1, AX1, BX9, AX6, AX9, BX5 DX4, CX10, AX10, BX4, BX8, CX8, AX5, BX3, AX8, CX13, CX14, CX4, CX3, BX10, CX5, CX12, BX7, AX7, dan CX6. Selamjutnya untuk faktor setelah tindakan koreksi dilakukan diperoleh 29 variabel empat prinsipal komponen yaitu faktor dengan nilai lebih besar dari 0,7 (> 0,7) yaitu: DX1, CX6, AX4, BX4, DX3, CX2, CX7, DX4, DX2, BX7, CX12, CX8, AX8, CX15, BX2, AX6, BX5, BX1, BX8, CX10, CX4, BX9, CX14, AX9, AX3, AX2, BX6, CX1 dan CX9
Analisa korelasi Faktor-faktor yang mempunyai korelasi untuk penyebab penyimpangan adalah B.X4 dan AX8 dengan nilai korelasi masing-masing sebesar (-0.505) dan (-0.463). Nilai korelasi ini cukup kecil berada di bawah 50%. Korelasi bernilai negatif menyatakan bahwa persentase biaya bahan diharapkan akan menurun dengan diketahuinya faktor penyimpangan. Setelah dilakukan analisa regresi linier terhadap faktor-faktor yang berkorelasi diperoleh persamaan korelasi sebagai berikut. Y = 5,701 – 0,737 BX4 ................................................................................................................. (1) Persamaan di atas menyatakan bahwa variabel BX4 yang merupakan faktor penentu penyimpangan biaya yang mempengaruhi kinerja biaya bahan. Koefisien konstanta dan koefisien BX4 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Koefisien Korelasi Penyebab Penyimpangan Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model 1
(Constant) BX4
B 5,701 -,737
SE ,843 ,282
t
Sig.
6,767 -2,617
,000 ,016
Beta -,505
Sumber Hasil olahan data Sementara persamaan regresi linier setelah tindakan koreksi dilakukan terhadap faktor-faktor yang berkorelasi diperoleh adalah: Y = 5,949 – 0,649BX4 ..................................................................................................................... (2) Dimana BX4 adalah rindakan koreksi memasukkan bahan dalam perjanjian dengan supplier.Persamaan di atas menyatakan bahwa variabel tindakan koreksi memasukkan bahan dalam perjanjian dengan supplier (BX4) supaya pengiriman bahan ke lokasi tidak terlambat. Jadi dengan mengidentifikasi Keterlambatan dalam pengiriman bahan ke lokasi (B.X4) dan mengambil tindakan koreksi maka akan meningkatkan kinerja biaya bahan dan tentunya akan meningkatkan kinerja biaya proyek secara keseluruhan. Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 152
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi
Simulasi Monte Carlo Tahap simulasi dilakukan untuk melihat besar probabilitas model regresi linier yang diperoleh menggunakan simulasi Monte carlo dengan perangkat lunak Cristall Ball. Crystal Ball adalah software yang bekerja pada lingkungan microsoft excel yang berfungsi sebagai program untuk menjalankan simulasi Monte Carlo tersebut. Dasar dari simulasi Monte Carlo adalah percobaan elemen kemungkinan dengan menggunakan sampel random (acak). Simulasi ini mengambil nilai distribusi yang merupakan hasil fitting test sebagai model variabel acak kemudian diiterasi sebanyak 3000 kali untuk mendapatkan nilai probabilitas dari range (selang) Y. sebagai contoh tindakan koreksi BX4 dengan model persamaan Y = 5,701 – 0,737 BX4 untuk variabel ‘Penyebab Penyimpangan’ sebelum tindakan koreksi dan Y = 5,949 – 0,649BX4 untuk variabel setelahn tindakan koreksi’. Berdasarkan hasil simulasi terhadap data responden untuk variabel BX4 untuk penyebab penyimpangan bahan dan setelah tindakan koreksi seperti pada Gambar 1. Simulasi model akan menghasilkan grafik kumulatif antara kinerja biaya (Y) pada sumbu horizontal dan probabilitas serta frekuensi Y pada sumbu vertical. Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa dengan probabilitas yang sama sebesar 60% diperoleh kinerja biaya ± 3,62 sebelum dilakukan tindakan koreksi dan ±3,67 setelah dilakukan tindakan koreksi. Sehingga ada kenaikan kinerja setelah perlakukan tindakan koreksi.
Gambar 1. Grafik hubungan tindakan koreksi dan kinerja biaya proyek
Pembahasan Pada hasil analisa regresi liner antara variabel bebas penyebab penyimpangan biaya dan variabel terikat kinerja biaya bahan diperoleh variabel Keterlambatan dalam pengiriman bahan ke lokasi (B.X4) yang perlu mendapatkan perhatian utama dalam pelaksanaan proyek di lingjungan Kodam jaya. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan koreksi dengan cara memasukkan bahan dalam perjanjian dengan supplier. Keterlambatan lain mungkin timbul dari pihak pemasok atau kontraktor, atau pada proses pengiriman dan lain-lain. Tugas dari ekspeditur profesional yang berpengalaman adalah menentukan cara yang efektif dalam menjaga agar pengadaan barang tetap sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan pengaruh kerugian sekecil mungkin. Bila suatu bahan tidak dapat diperoleh lagi atau menjadi sangat mahal, maka spesialis pengadaan harus mengetahui tempat memperoleh bahan pengganti (substitusi) yang akan dapat memenuhi atau melampaui persyaratan aslinya. Berdasarkan hasil temuan-temuan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai pengelolaan bahan bahwa keterlambatan pengiriman bahan ke lokasi proyek akan dapat menambah biaya penyelesaian proyek. Keterlambatan pengiriman bahan disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebab pengiriman bahan ke lokasi proyek terhambat sering terjadi di proyek kodam jaya. Kontraktor sering tidak dapat mendatangkan bahan secara tepat waktu. Lambatnya penyedia bahan proyek mengirimkan bahan karena kontaktor sering membayar bahan proyek terlambat kepada penyedia bahan (supplier). Ada unsur kesengajaan pada suppler tidak mengirim bahan dengan cepat agar kontraktor tepat bayar bahan yang telah dipesan.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
K - 153
Manajemen Konstruksi
Pengiriman bahan ke lokasi proyek sering terganggu karena masalah tidak dijadwalkannya permintaan bahan secara tepat waktu karena target waktu pemakaian bahan menyimpang dari rencana yang telah disusun. Progres proyek tidak sesuai dengan rencana sehingga pemesanan sering berubah ubah tidak teratur sehingga mengganggu pengiriman bahan ke lokasi
5. KESIMPULAN a. Faktor yang paling signifikan dari penyimpangan bahan yang mempengaruhi kinerja biaya bahan adalah ‘keterlambatan pengiriman bahan ke lokasi proyek’. b. Tindakan koreksi yang diambil adalah memasukkan bahan dalam perjanjian dengan supplier dengan memindahkan tanggung jawab pengiriman bahan ke proyek ke supplier. c. Besar persentase nilai proyek berada pada rentang 46,61% s/d 68,19%.
DAFTAR PUSTAKA Alin Veronika (2002), Rekomendasi tindakan koreksi manajemen bahan dalam pengendalian biaya proyek dengan menggunakan expert , Tesis. Alin, Bambang, Yusuf dan Ismeth (2005), Jurnal teknik Sipil UI, Vol 12 no, 3. A, Huja, (1995). Project Management Techniques in planning and controlling Construction Project, New York, Jhon Wiley and Sons. Badiru, Y.A.B; and Kovach, T. (2012). Statistical Techniques for Project Control. CRC PressTaylor & Francis Group6000 Broken Sound Parkway NW. David, P; dan Paul, (1995). “Organizational productivity-A case study of Bahans Management in UK construction”, Jurnal Construction Management, Januari. Kamaruzzaman, F. (2012). “Studi Keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi” . Jurnal Teknik Sipil Untan / Vol. 12 No. 2 – Desember. Kerzner, dan Harold. (1995). Project Management. Fifth Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Obrien, J.J., (1996), CPM in Contruction Management, Cahner Books Internasional, Boston. Stukhart G. (1989). “Construction Bahan Quality Management”, ASCE Journal of performance of construsted Fasilities Vol 3 No.2 May. Suyatno, (2010). Analisis Faktor penyebab keterlambatan penyelesain proyek gedung . (Tesis) Program pasca sarjana Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
K - 154
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013