PENGARUH THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA Desi Anccillina1), Hadi Soekamto2), Sudarno Herlambang3) Prodi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Abstrac: The purpose of this research is to know the influence of Think Pair Share learning model with picture media to the student critical thinking ability of Geography subject in 11st grade of Social Science SMA Negeri 02 Batu. This research included into research type of Quasi Experiment with research subject of two classes, that are 11 st grade of Social Science 3 with the amount of student is 22 students as experimental class and 11st grade of Social Science 1 with the amount of student is 22 students as control class. Research instrument is test for pre-test and post-test. Analysis technique that used in this research is t test with independent samples t test that finished with the help of SPSS 16.0 for Windows.
Keywords: think pair and share (TPS), picture media and critical thinking ability Dewasa ini, pembelajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya telah menggunakan paradigma kontruktivistisme. Menurut Trianto (2007:26) teori pembelajaran kontruktivisme adalah siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturanaturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Berarti dalam konteks tersebut menekankan peran aktif siswa dalam membangun sendiri pengetahuan yang terdapat dalam dirinya, sedangkan guru memberikan kemudahan bagi siswa untuk memproses sendiri pengetahuan tersebut. Kegiatan siswa dalam mengkontruksi pemahamannya lebih mudah apabila siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain. Aplikasi dalam pembelajaran kontruktivisme adalah siswa belajar bersama dengan kolompok dan saling membantu. Aplikasi pembelajaran tersebut sesuai apabila menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang berkembang saat ini. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2011:201) bahwa pembelajaran kooperatif ini menggalakkan siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk 1
Mahasiswa alumni Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. E-mail:
[email protected] 2 Dosen Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang 3 Dosen Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang 1
2 terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan berpikir dan belajar secara berpasangan yaitu Think Pair Share (TPS). TPS merupakan suatu jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam pembelajaran (Trianto, 2011:61). Adapun langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran TPS yang dikemukakan oleh Arends (dalam Trianto, 2011:61) yakni berfikir (Thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Langkah kedua yakni berpasangan (Pairing) selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan yang telah mereka peroleh. Selanjutnya, pada langkah akhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, model TPS mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keungulan dari model pembelajaran TPS dapat digunakan sebagai acuan untuk dilakukannya penelitian. Menurut Laura (dalam Septriana & Handoyo, 2006:48) keunggulan model TPS yakni mudah untuk diterapkan pada berbagai tingkatan kemampuan berfikir dan dalam setiap kesempatan sehingga dapat diterapkan pada setiap jenjang pendidikan. Kelebihan lain, yakni mengoptimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan daya pikir siswa, siswa dapat meninjau dan memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda, akan tetapi tujuan dari jawaban menuju ke arah yang sama, selain itu melatih guru dalam merumuskan permasalahan yang sesuai dengan tingkat kognitif dan menimbulkan rasa penasaran siswa agar tertarik untuk mempelajari dan mencari solusinya (Alma, 2009:91). Kelemahan model pembelajaran TPS yaitu kesuksesan dan kesulitan dari kegiatan pembelajaran yang menggunakan TPS sangat tergantung pada kualitas permasalahan yang diajukan guru (Susilo, 2005:5). Permasalahan tersebut berkualitas apabila siswa dalam menjawab perlu adanya pemikiran yang mendalam. Proses berpikir secara mendalam terhadap permasalahan dapat melatih siswa untuk berpikir kritis. Berdasarkan kelemahan dari model TPS ini yang nantinya digunakan sebagai acuan untuk dilakukan modifikasi dalam penerapanya.
3 Model pembelajaran TPS yang gunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi model pembelajaran dengan media pembelajaran. Menurut Rowntree (dalam Setyosari & Sihkabuden, 2005:19) terdapat enam fungsi media pembelajaran, yaitu: a) membangkitkan motivasi belajar; b) mengulang apa yang telah dipelajari; c) menyediakan stimulus belajar; d) mengaktifkan respon murid; e) memberikan umpan balik dengan segera, dan f) menggalakkan latihan yang serasi. Media yang digunakan dalam pembelajaran yakni gambar. Media gambar sangat efektif digunakan dalam pembelajran karena mempunyai keunggulan. Menurut Sadiman, dkk., (2010:31) keunggulan median gambar yaitu a) bersifat konkrit, gambar realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; b) gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, tidak semua benda, objek atau peristawa dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut; c) media/gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; d)media gambar/foto dapat memperjelas suatu masalah e) foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan perawatan khusus. Media yang digunakan adalah media gambar berwarna. Media gambar ini digunakan untuk mewakili sebuah permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran TPS. Permasalahan tersebut dikemas secara lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan. Siswa antusias dalam mencari informasi atau menemukan sebuah permasalahan dari gambar dan mentukan solusinya. Model pembelajaran TPS disertai media gambar merupakan model pembelajaran yang dapat membantu melatih sikap dan kemampuan berpikir siswa. Sikap dan kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan melalui langkahlangkah yang digunakan dalam model pembelajaran TPS disertai media gambar. Langkah-langkah tersebut memberikan siswa kesempatan lebih banyak waktu berpikir, merespon, dan saling membantu, serta didukung dengan gambar yang ditujukan untuk melatih kemampuan siswa memecahkan permasalahan dan mencari solusinya secara runtun. Pembelajaran tersebut berindikasi pada sikap dan pemberdayaan kemampuan berpikir siswa sehingga kemampuan berpikir kritis siswa berkembang secara signifikan.
4 Berpikir kritis yang dikemukakan oleh Glaser (dalam Fisher, 2008:3) yaitu a) suatu sikap mau berfikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; b) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan c) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berfikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Berpikir kritis yang dimaksud yaitu bepikir secara mendalam atau aktif. Sama sama mencari kebenaran-kebenaran atau alasan-alasan mengenai suatu pengetahuan sehingga dapat dipercaya. Indikator kemampuan berpikir kritis yang diadaptasi dari ennis terdiri dari enam kemampuan berpikir kritis yang meliputi merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, siswa melakukan evaluasi, memutuskan dan melaksanakannya. Kemampuan merumuskan masalah yaitu siswa dapat memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberi arah untuk memperoleh jawaban. Kemampuan memberikan argumen yaitu siswa memberikan argumen dengan alasan yang sesuai, menunjukkan permasalahan dan perbedaan, serta argumen yang diberikan utuh. Kemampuan melakukan deduksi yaitu siswa melakukan investigasi/pengumpulan data. Kemampuan melakukan evaluasi yaitu evaluasi deberikan berdasarkan fakta. Kemampuan memutuskan memilih kemungkinan solusi dan melaksanakan solusi tersebut. Indikator-indikator tersebut yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran TPS ini pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya untuk diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Masithoh (2010) menerangkan bahwa penerapan model TPS dan kemampuan akademik dengan strategi PBL berpanguruh terhadap keterampilan metakognitif, kemampuan berpikir, dan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 20 Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2010) dengan hasil penelitian bahwa menggunakan model pembelajaran TPS+PBMP dapat meningkatkan keterampilan metakognitif, kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran Biologi siswa kelas VIII SMPN 2 Singosari. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Umiadari (2011) menerangkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa secara
5 keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 15,9% . Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Penelitian lain yang dilakukan oleh Setyawan (2011) menerangkan bahwa hasil belajar Geografi siswa pada kelas eksperimen lebih besar 3,25 dari rata-rata hasil belajar Geografi siswa kelas kontrol. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011) menerangkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas VIII SMPN 1 Selorejo Blitar dengan hasil penelitian kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, yakni 42,75 untuk kelas eksperimen dan 36,86 untuk kelas kontrol. Hasil belajar geografi kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap prestasi, kemampuan metakognitif, berpikir, berpikir kritis, dan hasil belajar siswa. Penelitian
ini
mempunyai
kesamaan
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Esxperiment) yang sama halnya dengan jenis penelitian-penelitian yang sebelumnya. Penelitian ini menggunakan materi geografi sama halnya dengan materi yang digunakan oleh Setyawan dan Pratiwi. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini yakni materi yang digunakan oleh Masithoh, Hartanti, dan Umiadari adalah materi Biologi. Perbedaan lain, yakni lokasi yang dipilih oleh peneliti untuk dilakukannya penelitian di SMAN 02 Batu. Sedangkan pada penelitian Masithoh dilakukan di SMPN 20 Malang, penelitian Hartanti dilakukan di SMAN 2 Singosari, penelitian Umiadari dilakukan di SMAN 1 Batu, penelitian Setyawan dilakukan di MAN 1 Malang, dan penelitian Pratiwi dilakukan di SMPN 1 Selorejo. Lokasi penelitian ini mempunyai pengaruh terhadap karakteristik siswa yang diteliti. Lokasi penelitian berada di daerah Kota Batu dan sebagian besar siswa berasal dari daerah tersebut sehingga perbedaan karakteristik dilihat berdasarkan kondisi
daerah.
Pariwisata
merupakan sektor
utama
yang
mendukung
perekonomian Kota Batu dan perkembangan pariwisata dapat mepengaruhi kehidupan siswa sehari-hari. Perkembangan sarana dan prasarana, pembangunan
6 fasilitas untuk memajukan sektor pariwisata dan kondisi akibat perkembangan sektor pariwisata dapat mempengaruhi sikap dan pola pikir siswa. Karena keadaan yang demikian dapat membuat siswa kurang tertantang untuk berpikir sehingga siswa akan menampilkan kemampuan berpikir kritis yang rendah dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya, diharapkan dengan menggunakan
model
pembelajaran
TPS
dengan
media
gambar
dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS Negeri 02 Batu. Model pembelajaran TPS dengan media gambar penting diterapkan dalam pembelajaran, karena kemampuan berpikir kritis belum begitu diperhatikan. Siswa belum mampu berpikir kritis mengenai suatu permasalahan sehingga siswa kurang peka terhadap permasalahan disekitarnya. Padahal dalam kehidupan sehari-hari siswa dihadapkan dengan berbagai permasalahan dan siswa harus mampu memberikan solusi serta menerapkannya. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan model pembelajaran TPS dengan media gambar untuk melatih siswa berpikir kritis.
METODE Rancangan penelitian adalah eksperimen semu (Quasi Exsperiment). Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dengan media gambar sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajran ceramah dan diskusi kelompok besar. Desain penelitian eksperimen semu ini adalah pre-test dan post-test control group design bertujuan untuk mengetahui pengaruh TPS (Think Pair Share) dengan media gambar terhadap kemampuan berfikir kritis siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 02 Batu semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 4 kelas. Jumlah subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 2 kelas yang sengaja dipilih oleh peneliti yaitu kelas yang memiliki kemampuan setara dengan rata-rata nilai. Kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dengan cara menuliskan nama dua kelas pada kertas kemudian dipilih secara acak. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh kelas XI IPS 3 dengan jumlah 22 siswa sebagai kelas ekperimen dan kelas XI IPS 1 dengan jumlah 22 siswa sebagai kelas kontrol.
7 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah intrumen tes, meliputi prestest dan posttest. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini di uji coba terlebih dahulu dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Jenis tes yang digunakan adalah tes esai dengan jumlah 5 soal. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes awal (pretest) pada masing-masing kelas sebelum pembelajaran dilakukan. Setelah selesai pembelajaran dilakukan tes akhir (posttest). Analisis data penelitian ini menggunakan data kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari selisih antara posttet dan pretest (gain score). Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t untuk 2 sampel tidak berpasangan (Independent samples t test). Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk menguji hipotesis penelitian taraf signifikansi (α) 5 %. HASIL Kemampuan Berpikir Kritis Awal Kelas Kontrol Distribusi frekuensi data tentang kemampuan berpikir kritis awal kelas kontrol yang dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Awal Kelas Kontrol Nilai 75-78 71-74 67-70 63-66 59-62 55-58 Jumlah
Frekuensi 2 0 8 1 8 3 22
fkum 2 2 10 11 19 22
Persentase (%) 9,1 0 36,4 4,5 36,4 13,6 100
(%) kumulatif 9,1 9,1 45,6 50 86,4 100
Data yang terkumpul diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 75 dan nilai terendah adalah 55. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil perolehan kemampuan berpikir kritis awal (pretest) kelas kontrol, lebih dari seperempat (36,4%) dengan jumlah 8 siswa memperolah nilai 65 berjumlah 1 siswa dan 70 berjumlah 5 siswa. Selain itu, lebih dari seperempat (36,4%) dengan jumlah 8 siswa memperoleh nilai 60. Nilai rata-rata kemampuan awal kelas kontrol adalah 64,55, sedangkan modus dan median untuk kelas kontrol masing-masing yaitu 60 dan 61,5.
8 Kemampuan Berpikir Kritis Awal Kelas Eksperimen Distribusi frekuensi tentang kemampuan berpikir kritis awal siswa kelas eksperimen disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Awal Kelas Eksperimen Persentase (%) (%) kumulatif Nilai Frekuensi fkum 70-73 3 3 13,6 13,6 66-69 0 3 0 13,6 62-65 9 12 40,9 54,5 58-61 5 17 22,7 77,3 54-57 4 21 18,2 95,5 50-53 1 22 4,5 100 22 100 Jumlah
Data yang terkumpul diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 70 dan nilai terendah adalah 50. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil perolehan kemampuan berpikir kritis siswa (pretest) kelas ekperimen dengan perolehan lebih dari seperempat (40,9%) dengan jumlah 9 siswa memperoleh nilai 65. Nilai ratarata kemampuan awal kelas eksperimen adalah 62,05, sedangkan modus dan median untuk kelas eksperimen masing-masing yaitu 65. Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Kelas Kontrol Distribusi frekuensi data tentang kemampuan berpikir kritis akhir kelas kontrol yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Kelas Kontrol Persentase (%) (%) kumulatif Nilai Frekuensi fkum 85≤ x 5 5 22,7 22,7 80-84 7 12 31,8 54,5 75-79 5 17 22,7 77,3 70-74 2 19 9,1 86,4 65-69 2 21 9,1 95,5 60-64 1 22 4,5 100 22 100 Jumlah
Data yang terkumpul diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 60. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil perolehan kemampuan berpikir akhir siswa (posttest) kelas kontrol, dengan perolehan lebih dari seperempat (31,8%) dengan jumlah 7 siswa memperoleh nilai 80. Nilai rata-
9 rata kemampuan berpikir kritis akhir kelas kontrol adalah 77,95, sedangkan modus dan median untuk kelas kontrol masing-masing yaitu 80. Kemampuan Berikir Kritis Akhir Kelas Eksperimen Distribusi frekuensi data tentang kemampuan berpikir kritis akhir siswa kelas eksperimen disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4 Distribusi Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Kelas Eksperimen Nilai 90-93 86-89 82-85 78-81 74-77 70-73 Jumlah
Frekuensi 4 0 5 7 3 3 22
fkum 4 4 9 16 19 22
Persentase (%) 18,2 0 22,7 31,8 13,6 13,6 100
(%) kumulatif 18,2 18,2 40,9 72,7 86,4 100
Data yang terkumpul diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 70. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil perolehan kemampuan berpikir kritis akhir siswa (posttest) kelas ekperimen, dengan perolehan lebih seperempat (31,8%) dengan jumlah 7 siswa memperoleh nilai 80. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis akhir kelas eksperimen adalah 80,91, sedangkan modus dan median untuk kelas eksperiemn masing-masing yaitu 80. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat sebagai berikut. Uji Prasyarat Uji prasyarat meliputi dua uji yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil normalitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS 16 for Windows didapatkan hasil sig. kelas eksperimen adalah 0,089 dan sig. kelas kontrol adalah 0,173. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol mempunyai probabilitas lebih besar dari 0,05 atau dengan kata lain bahwa data kemampuan berpikir kritis kelas kontrol berdistribusi normal, sedangkan untuk kelas eksperimen mempunyai nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,05 atau dengan kata lain data kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen berditribusi normal.
10 Uji homogenitas adalah suatu uji prasyarat yang berfungsi untuk mengetahui kehomogenitasan data penelitian. Data yang digunakan dalam uji homogenitas dalam penelitian ini adalah data kemampuan berpikir kritis siswa (gain score). Hasil uji homogenitas yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 for Windows didapatkan hasil adalah 0.385. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa kelas kontrol dan eksperimen mempunyai probabilitas lebih besar dari 0,05 atau dengan kata lain bahwa data kemampuan berpikir kritis kelas kontrol dan eksperimen mempunyai varian yang sama atau homogen. Uji Hipotesis Hasil dari perhitungan dengan menggunakan uji t untuk 2 sampel tidak berpasangan (Independent Samples Test) disajikan pada Tabel 7 sebagai berikut. Tabel 7 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
NILAI
Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
F
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
.770
.385
3.011
42
.004
3.011
41.112
.004
Beradasarkan analisis uji t terdapat kemampuan berpikir kritis siswa didapatkan bahwa nilai (sig 2 tailed) adalah 0,004, dari hasil tersebut maka nilai probalitas < 0.05 dengan kata lain H0 ditolak dan rata-rata kemampuan berpikir kritis (gain score) kelas eksperimen (18,86) lebih besar daripada kelas kontrol (13,42) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengeruh model pembelajaran Think Pair Share dengan media gambar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi SMA Negeri 02 Batu. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran TPS menggunakan media gambar lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah dan diskusi kelompok besar.
11 Hal tersebut karena siswa kelas ekperimen mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran sehingga siswa mendapatkan pengalaman yang berbeda saat pembelajaran berlangsung. Siswa kelas eksperimen mengalami pengalaman dan aktivitas belajar yang berbeda dengan merapkan model pembelajaran TPS dengan media gambar, sedangkan kelas kontrol tidak mengalami perubahan pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan kelas kontrol hanya menerapakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan diskusi kelompok besar. Pengalaman dan aktivitas belajar yang berbeda tersebut menyebabkan kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kondisi ini terjadi karena model TPS dengan media gambar memilki tahapan-tahapan dalam pembelajaran, sedangakan kelas kontrol tidak terdapat tahapan-tahapan yang perlu diterapkan dalam pembelajaran. Tahapan-tahapan tersebut, yaitu (1) tahap Think melatih siswa berpikir secara mandiri, (2) tahap Pair mengoptimalkan kerjasama dengan pasangan, dan (3) selanjutnya pada tahap Share melatih siswa untuk percaya diri menyampaikan pendapat dan mempertahankan pendapatnya. Tahapan-tahapan model pembelajaran TPS dengan media gambar pada kelas ekperimen berlangsung setelah guru membagi keseluruhan jumlah siswa dikelas menjadi empat kelompok besar. Setiap siswa dalam kelompok besar dibagikan gambar denga tema yang berbeda-beda berdasarkan kelompoknya. Kemudian guru memberikan waktu agar setiap siswa mengamati gambar tersebut dan mulai mengkontruksi pengetahuannya terkait gambar. Tujuan dari penggunaan gambar sebagai media dalam penerapan model pembelajaran TPS ini agar siswa lebih mudah dalam memahaminya materi. Melalui gambar yang bersifat konkrit dan menarik siswa tidak merasa bosan. Termotivasi untuk ikut serta secara aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Rowntree (dalam Setyosari & Sihkabuden, 2005:19) menyatakan terdapat fungsi media pembelajaran, yaitu: a) membangkitkan motivasi belajar; b) mengulang apa yang telah dipelajari; c) menyediakan stimulus belajar; d) mengaktifkan respon murid; e) memberikan umpan balik dengan segera, dan f) menggalakkan latihan yang serasi. Selajutnya, guru menayangkan pertanyaan untuk dipikirkan oleh masing-masing siswa. Pertanyaan tersebut untuk melatih proses
12 berpikir siswa secara runtun. Kondisi tersebut sebagai awal sebelum tahapan TPS dengan media gambar diterapkan. Kondisi belajar di kelas eksperimen pada tahap Think melatih siswa berpikir mandiri. Tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menggali informasi dan pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu terhadap gambar seri yang diajukan oleh guru. Siswa mengamati gambar tersebut, kemudian menjawab pertanyaan yang ditayangkan oleh guru tanpa mendapat bantuan dari teman. Tahap Pair dalam pembelajaran yaitu siswa berpikir secara berpasangan. Siswa melakukan diskusi dengan teman pasangannya. Siswa bertukar pendapat mengenai jawaban mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan gambar seri yang sebelumnya telah dipikrkan secara individu. Pada proses diskusi ini masing-masing pasangan saling membantu untuk melengkapi jawaban. Hal tersebut mendukung pernyataan yang diungkapkan oleh Lie (2005:57) bahwa model TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja dengan siswa lain dalam pembelajaran. Kondisi belajar berikutnya yaitu pada tahap Share, yaitu siswa membagikan jawaban pada kelompok. Tahap sharing ini berlangsung dalam dua langkah. Pertama yakni sharing terbatas, dimana setiap pasangan membagikan jawaban kepada pasangan lainnya dalam kelompok besar sebelum jawaban dibagikankan di depan kelas. Setiap pasangan bergantian membagikan jawaban dalam kelompok besar sehingga siswa dapat mendapatkan informasi yang lebih luas dalam diskusi kelompok besar. Selanjutnya, langkah kedua yakni, sharing kelas (presentasi) yang dilakukan dengan menunjuk salah satu pasangan sebagai perwakilan kelopok besar. Setiap pasangan dari masing-masing kelopok besar membagikan jawaban di depan kelas dan mencoba mempertahankan jawaban tersebut dari pasangan yang tidak tidak presentasi. Siswa yang tidak presentasi diberikan hak untuk berpendapat. Jadi siswa mendapatkan informasi yang lebih luas lagi karena dalam sharing kelas lebih banyak pendapat yang dikemukakan. Tahapan-tahapan yang telah diterapakan dalam
pembelajaran
kelas
ekperimen tersebut sesuai dengan tahapan model pembelajaran TPS yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004), kunandar (2008), yaitu pada langkah (1) berpikir (Thinking), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan
13 pelajaran dan siswa diberikan waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Langkah (2) berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai informasi yang telah dipikirkan sebelumnya. Langkah (3) berbagi (Sharing), yakni guru meminta pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai informasi telah mereka diskusikan. Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut, tentunyan terdapat keunggulan dari model TPS dengan media gambar yang dapat membantu siswa melatih kemampuan berpikirnya sehingga siswa dapat mempunyai kemampuan berpikir kritis. Keunggulan-keunggulan tersebut terlihat dalam pelaksanaan model TPS dengan mediagambar. Keunggulan pembelajaran TPS dengan media gambar pada tahap Think, yakni siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat mengembangkan informasi atau pengetahuan yang dimilikinya secara kreatif sebelum mereka mendapatkan informasi dari teman. Keunggulan pada tahap Pair, yakni dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam berdiskusi karena anggota setiap kelompok terdiri dari dua orang sehingga kerjasama dan keterlibatan siswa dalam bekerjasama kelompok dapat berjalan secara optimal. Siswa dapat bertukar pendapat dengan pasangannya sehingga siswa dapat mengembangkan dan menyempurnakan jawabannya. Dengan adanya kerjasama kelompok yang optimal diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disajikan oleh guru. Keunggulan lain, yakni dari tahap Share dapat melatih keberanian siswa untuk berpendapat. Pada tahap ini kelompok yang maju membacakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru, sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan, sanggahan, atau pertanyaan. Siswa dilatih untuk mengemukakan jawabannya untuk teman lainnya sehingga siswa tidak cenderung pasif dalam pembelajaran. Setiap pasangan mendapatkan kesempatan atau berbagi dengan pasangan lainnya maka lebih dapat membantu melatih rasa percaya diri siswa untuk belajar mengutarakan pendapat. Selian itu, siswa dilatih untuk mempertahankan pendapatnya atas jawaban yang telah mereka sampaikan. Keunggulan-keunggulan yang telah diuraikan dari tahap Pair dan Share tersebut, sesuai dengan pernyataan Aryanti (dalam Arianti, 2011:9) bahwa
14 ”pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap dan nilai”. Sikap dan nilai yang dilmiliki siswa dikembangkan dan dilatih melalui kegiatan kelompok. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan kelompok, munculnya keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan. Dengan demikian, siswa lebih percayadiri dalam menjawab soal/pertanyaan yang diajukan oleh guru nantinya. Berdasarkan keunggulan-keunggulan dari penerapan TPS dengan media gambar, dapat disimpulkan bahwa TPS dengan media gambar merupakan pembelajaran yang inovatif, efektif, dan aktif untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa sampai kemampuan berpikir kritis sesuai pernyataan Laura (dalam Septriana & Handoyo, 2006:47) bahwa ”salah satu keunggulan dari TPS adalah mudah untuk diterapkan pada berbagai tingkat kemampuan berfikir dan dalam setiap kesempatan”. Keunggulan-keunggulan model pembelajaran inilah yang memberikan siswa pengalaman dan aktivitas belajar yang berbeda sehingga siswa mengalami kondisi belajar yang berbeda. Kondisi pembelajaran dengan model pembelajaran TPS dengan media gambar dapat meningkatkan kemamampuan berpikir kritis siswa karena didukung dengan soal yang diberikan oleh guru berupa gambar seri. Melalui media gambar inilah siswa diberikan motivasi untuk berpikir menggali informasi dan mengembangkan informasi tersebut untuk menjawab pertanyaan dari guru, serta siswa dilatih untuk berpikir secara runtun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Alma (2009:91) menyatakan bahwa keunggulan model pembelajaran TPS adalah.(a) Mengoptimalkan partisipasi siswa mengeluarkan pendapat, (b) meningkatkan pengetahuan, (c) meningkatkan daya pikir siswa, (d) siswa dapat meninjau dan memecahkan permasalahan dari sudut pandang yang berbeda, namun menuju kearah jawaban yang sama, (e) melatih guru untuk merumuskan permasalahan pada awal pelajaran, yang memberikan makna bagi siswa dan menimbulkan rasa penasaran siswa, sehingga siswa tertarik mencari solusi. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model TPS dengan media gambar tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen. Hal tersebut dikarenakan model TPS melibatkan siswa berpikir individu, mengutarakan pendapat dan berbagi pendapat,
15 serta didukung dengan gambar seri bertujuan mempermudah siswa dalam berpikir secara runtun untuk menyelesaikan permasalahan. Siswa dilatih untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran mulai dari menemukan permasalahan, mencari faktor penyebabnya, pengaruh dari permasalahan, mencari solusi untuk permasalahan, dan memilih alternatif solusi. Keterlibatan siswa untuk berpikir secara runtun dalam pembelajaran bertujan untuk melatih siswa berpikir kritis dan rmembantu memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kemampuan berpikir kritis siswa lebih baik maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini memiliki kendala dalam penerapannya, yakni (1) merumuskan permasalahan yang berkualitas, (2) siswa hanya bekerja dengan pasangan yang terdiri dari dua orang sehingga kurang mendapat sudut pandang pendapat yang beragam. Informasi yang diperoleh siswa ketika melaksanakan diskusi terbatas dan lebih sedikit. (3) Keterbatasan waktu dalam pembelajaran, serta (4) penyesuaian siswa dengan model yang diterapkan. Merumuskan permasalahan dalam pembelajaran model TPS harus mengarah pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis sehingga rumusan masalah tersebut harus berkualitas. Pertanyaan berkualitas apabila siswa menjawab perlu pemikiran yang mendalam untuk menjawabnya. Hal tersebut sesuai dengan kelemahan model TPS yang diungkapkan oleh Susilo (2005:5) yang menyatakan bahwa kesulitan dan kesuksesan dari kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada kualitas pertanyaan yang diajukan oleh guru. Oleh karena itu, guru perlu merumuskan permasalahan yang berkualitas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hal tersebut, guru menggunakan gambar sebagai media untuk mewakili sebuah permasalahan dan mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan secara mendalam. Kendala dalam pelaksanaannya terdapat pada tahap berpasangan. Siswa hanya mendapatkan informasi hanya terbatas. Namun, kendala ini dapat diatasi pada tahap Share. Pada tahap tersebut, siswa saling berbagi untuk mendapatkan informasi yang beragam. Kendala lain, keterbatasan waktu dalam pelaksanaannnya,
16 sehingga guru harus memperhitungkan waktu dengan tepat agar semua tahap dapat terlaksanakan dalam pembelajaran dengan efektif. Selain hal tersebut, kendala yang dialami yaitu siswa belum mengenal model pembalajaran yang dilakukan sehingga guru perlu mengarahkan siswa sebelum menerapkannya agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Berbeda halnya dengan kondisi pembelajaran kelas kontrol, yaitu siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah dan diskusi kelompok besar). Penerapan metode ceramah menyebabkan siswa cenderung memperoleh informasi atau pengetahuan dari guru saja sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa sangat terbatas dan siswa merasa bosan karena aktivitas berpusat pada guru. Selain itu, pada saat penerapan diskusi kelompok besar yang beranggotakan 4-5 orang menyebabkan kerjasama kelompok tidak optimal. Hal tersebut karena siswa tertentu saja yang aktif, sedangkan sebagian anggota kelompok hanya diam dan bergantung pada teman yang aktif sehingga kemampuan siswa dalam menggali informasi hanya terbatas pada sejumlah siswa yang aktif saja. Dengan demikian banyak siswa yang kurang terlibat dalam pembelajaran sehingga minat siswa dalam pelajaran Geografi rendah dan nilai yang diperoleh siswa rendah. Tahap berbagi pada kelompok besar yang maju didepan kelas merupakan diskusi kelompok besar yang beranggotakan 5-6siswa. Jumlah kelompok besar yang besar ini menyebabkan peran aktif siswa dalam pembelajaran tidak dapat optimal. Hal tersebut karena hanya sebagian anggota yang aktif dalam menyampaikan pendapat pendapat di depan kelas. Anggota kelompok yang aktif semakin memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menjawab soal/pertanyaan yang diajukan oleh guru, berbeda dengan anggota kelompok yang tidak aktif. Dengan demikian keaktifan siswa dalam pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami dan menerima materi yang disajikan oleh guru. Penelitian-penelitian tentang
model TPS
telah banyak
dilakukan
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2010) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran TPS+PBMP dapat meningkatkan keterampilan metakognitif,
17 kemampuan berpikir kritis, dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran Biologi siswa kelas VIII SMPN 2 Singosari. Syarifa (2011) menerangkan bahwa Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Penelitian dilakukan oleh Setyawan (2011) menerangkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas XI MAN 1 Malang. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011) menerangkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TPS berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas VIII SMPN 1 Selorejo Blitar dengan hasil penelitian kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan teori dan temuan penelitian-penelitian sebelumnya diakitkan dengan penelitian ini hasilnya sangat relevan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori dan temuan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa model pembelajaran TPS dengan media gambar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS SMA Negeri 02 Batu. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas ekperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvnsional dengan metode ceramah dan diskusi kelompok besar.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Think Pair Share dengan media gambar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 02 Batu. Saran yang dapat diberikan oleh penulis bagi sekolah yakni sekolah disarankan untuk memberikan informasi mengenai model pembelajaran Think Pair Share dengan media gambar sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan, dengan cara yaitu sekolah mendatangkan para pembicara yang berkompetensi dalam penerapan model tersebut untuk membahas model Think Pair Share dengan media gambar dan berbagai model pembelajaran yang efektif serta inovatif sehingga guru mempunyai pengatahuan mengenai berbagai model pembelajaran.
18 Bagi guru bidang studi geografi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan media gambar sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran secara benar. Bagi peneliti lanjut yang ingin meneliti model Think Pair Share dengan media gambar disarankan perlu menambah variabelvariabel lain selain kemampuan berpikir kritis siswa, seperti keaktifan siswa, minat siswa, motivasi siswa, pemahaman konsep, dan lain-lain sebagai variabel terikatnya dan melakukan penelitian di sekolah selain SMA Negeri 02 Batu.
RUJUKAN Alma, Buchori., dkk. 2009. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. Arianti, Peni. 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 8 Surakarta, Jurnal Pendidikan Biologi, (Online), (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bio/article/download/45/33), diakses 14 Januari 2013. Fisher, Alec. 2008. Berfikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hartanti, Tri Asih Wahyu. 2010. Pengaruh strategi Pembelajaran TPS (think pair share) dan TPS (think pair share) yang Dipadu PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) terhadap Kemampuan Berfikir Kritis, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMPN 2 Singosari. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM. Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dab Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo. Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning: Memperaktikkan Cooperative learning Di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Masithoh, Dewi. 2010. Pengaruh Penerapan Metode Think Pair Share (TPS) dan Kemampuan Akademik Terhadap Ketrampilan Metakognitif, Kemampuan Berpikir dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Malang yang Diajar dengan Strategi Problem Based learning (PBL). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Grasindo. Pratiwi, Husnul Hotimah Lutfi. 20011. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar IPS Geografi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Selorejo Blitar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Geografi FIS UM. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Sadiman, Arief., dkk. 2010. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan, dan pemanfaatanntanya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Septriana, Nina & Handoyo, Budi. 2006. Penerapan (TPS) dalam pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi, Jurnal Pendidikan Inovatif, (Online), Vol 2, No 1,
19 (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-2-no-1-budi-handoyo.pdf), diakses 14 Januari 2013. Setiyawan, Wahyu. 2011. Pengaruh Penerapan Model Think Pair Share terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI MAN Malang I. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Geografi FIS UM. Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas. Susilo, H.2005. Pembelajran Kooperatif TPS sebagai Strategi Pemberdayaan Berpikir Dan Pembelajaran IPA Biologi. Malang: Makalah diujikan dalam rangka pelatihan Pemberdayaan Berpikir pada IPA Biologi. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Umiadari, Denny Syarifa. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir melalui Pertanyaan dengan Metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.