Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 45-49
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA Jenni Vitriani1), Sri Elniati2), Muh. Subhan3) 1)
FMIPA UNP, e-mail:
[email protected] 2,3) )Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
Abstract This experimental research, was implemented in SMPN 13 Padang 8th grade academic year of 2013/2014. This research investigated students’ ability of mathematics comunication in classroom by applying the cooperative learning model types think pair share. This research shows that the average score of students’ mathematical comunication in experimental class is better than control class. Keywords - Kooperative learning model, types think pair share, students’ ability of mathematic comunication PENDAHULUAN Matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir tetapi matematika sebagai wahana komunikasi antar siswa dan guru dengan siswa. Semua orang diharapkan dapat menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasikan informasi maupun ide-ide yang diperolehnya. Hasil observasi yang dilakukan di SMPN 13 Padang pada tanggal 2 sampai 4 September 2013, terlihat bahwa dalam mengerjakan soal-soal latihan siswa langsung membuat jawaban akhir, mereka mengalami kesulitan dalam membuat model matematika atau menggambarkan, mengkomunikasikan informasi yang didapat dalam bahasa matematika. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih cenderung rendah. Berdasarkan hasil observasi tersebut, permasalahan penelitian ini adalah : Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMPN 13 Padang yang belajar dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional? Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar siswa mampu mengkomunikasikan ide dan gagasannya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMPN 13 Padang yang pembelajarannya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Think Pair Share (TPS) atau berpikir, berpasangan, dan berbagai merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Kelompok berpasangan ini mempunyai beberapa kelebihan seperti meningkatkan partisipasi anggota kelompok, lebih banyak memberikan kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, dan cepat membentuknya [1]. Pada model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share, siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kembali pengetahuannya secara lisan, tertulis, gambar maupun diagram. Pada model ini ada tiga tahapan pembelajaran, yaitu: Think (berpikir), Pair (berpasangan), Share (berbagi). Pada tahap Think, siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu yang diajukan oleh guru. Sedangkan pada tahap Pair, siswa mendiskusikan dengan pasangannya apa yang telah mereka pikirkan pada tahap Think. Dan pada tahap Share siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir yang cukup dari permasalahan yang
45
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 45-49 diberikan. Kemudian siswa secara berpasangan mendiskusikannya, dan berbagi dengan siswa lain dalam forum diskusi kelas. Pelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat menumbuhkan komunikasi yang efektif. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematika dapat meningkat. Komunikasi matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan [2]. Ini berarti dengan adanya komunikasi matematika guru dapat lebih memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep yang mereka pelajari. Komunikasi dalam pendidikan matematika dapat dikembangkan dengan cara memberi siswa berbagai kesempatan untuk mendengar, berbicara, menulis, membaca, dan menyajikan ide-ide matematika. Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik daripada belajar dengan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMP Negeri 13 Padang. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design [4]. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII1, VIII2, VII3, VIII4, VII5, VIII6, VIII7, VIII8, VIII9, SMPN 13 Padang tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (Independent Variable) adalah model Kooperatif tipe Think Pair Share pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, Variabel terikat (Dependent Variable) adalah kemampuan komunikasi matematika siswa setelah penerapan model Kooperatif tipe Think Pair Share dan pembelajaran konvensional. Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer diambil dari sampel melalui observasi, guna mengamati kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen. Data sekunder tentang nilai ujian tengah semester I matematika kelas VIII SMPN 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Prosedur penelitian yang dilakukan dibagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
yang mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Soal tes divalidasi terlebih dahulu, kemudian diujicobakan. Uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika telah dilaksanakan pada tanggal 27 November 2013. Pada SMPN 2 Bukittinggi kelas VIII2 yang berjumlah 39 orang. Dari hasil uji coba dapat disimpulkan bahwa soal layak digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa. Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan uji t [5]. HASIL DAN PEMBAHASAN Data tes akhir pada kelas sampel dianalisis sehingga diperoleh deskripsi statistik nilai dari kedua kelas yang dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1 HASIL TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Kelas Jumlah Siswa Nilai Maks Nilai Min Nilai Rata-rata Simpangan Baku ttabel thitung
Kelas Kelas Kontrol Eksperimen 30 29 100 100 58 52 81,5 74,8 12,3 11,2 1,68 2,20
Pada tabel 1, terlihat bahwa nilai maksimum kedua kelas sampel sama yaitu 100, sedangkan nilai minimum kelas eksperimen adalah 58, dan nilai minimum kelas kontrol adalah 52. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75. Standar deviasi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu standar deviasi kelas eksperimen adalah 12,3 sedangkan kelas kontrol 11,2, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa kelas kontrol. Data kemampuan komunikasi matematika siswa pada tes yang dilakukan, di análisis terhadap masingmasing item soal dengan indikator tes kemampuan komunikasi matematika. Tes kemampuan komunikasi matematika di analisis dengan menggunakan skor dan rubrik kemampuan komunikasi matematika dengan skala 0 sampai 4. Rata-rata skor yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.
46
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 45-49 TABEL 2 DISTRIBUSI NILAI RATA-RATA TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS SAMPEL
Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 3,38 3,09 2 3,3 3,08 3 2,83 1,9 Keterangan: Indikator 1:Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar. Indikator 2 : Melakukan manipulasi matematika. Indikator 3 : Memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. Tabel 2 memperlihatkan bahwa kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa pada kelas kontrol. Pada indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar (indikator 1), ratarata nilai tes siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan selisih sebesar 0,29. Untuk indikator melakukan manipulasi matematika (indikator 2), rata-rata nilai tes siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan selisih sebesar 0,22. Indikator memberikan alasan atau bukti terhadap solusi (indikator 3), rata-rata nilai tes siswa kelas eksperimen untuk indikator 3 lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan selisih sebesar 0,93. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa pada kelas kontrol. Dengan demikian, untuk setiap indikator kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang diterapkan di kelas eksperimen, siswa dilatih untuk saling bertukar ide dengan siswa lainnya melalui diskusi kelompok. Siswa dikatakan memiliki kemampuan komunikasi matematika yang baik jika dalam pembelajaran mereka dapat menunjukkan indikatorindikator komunikasi matematika. Pada penelitian ini terdapat tiga indikator komunikasi matematika, yaitu: a. Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar. Kemampuan komunikasi matematika siswa untuk indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar skor rata-
rata siswa kelas eksperimen untuk indikator 1 adalah 3,38 sedangkan siswa kelas kontrol adalah 3,09. Hal ini berarti siswa kelas eksperimen lebih baik dalam menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar dari masalah yang diajukan. Pada kelas eksperimen kebanyakan siswa bisa menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar. Sedangkan pada kelas kontrol siswa cenderung tidak bisa menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar yang sesuai dengan keterangan yang diberikan soal. Untuk jawaban indikator 1 pada kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Salah Satu Jawaban Siswa Kelas Eksperimen untuk Indikator 1 Pada gambar 1 terlihat bahwa siswa kelas eksperimen mampu untuk menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar dengan baik. Siswa pada kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi untuk indikator 1 karena dalam pembelajaran digunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share. Selama pembelajaran dengan model Kooperatif tipe Think Pair Share ada 3 tahap yang akan dilakukan yaitu, tahap (Think) pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan, tahap (Pair) siswa mendiskusikan hasil jawaban yang telah mereka temukan tadi dengan pasangannya. Kemudian pada tahap (Share) beberapa pasangan akan diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Kegiatan diskusi ini menyebabkan kemampuan komunikasi matematika siswa menjadi lebih baik. Sedangkan pada kelas kontrol latihan yang diberikan kepada siswa dikerjakan secara individu. Disinilah model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share mengambil peranan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika untuk indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar, melakukan manipulasi matematika, memberikan alasan
47
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 45-49 atau bukti terhadap solusi, menarik kesimpulan dari pernyataan. Hal ini sesuai dengan kutipan menurut The Intended Learning Outcomes (dalam Armiati, 2009:2), komunikasi matematika yaitu kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara koheren kepada teman, guru, dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan. Dari kutipan dapat diketahui bahwa siswa yang mampu berkomunikasi adalah siswa yang dapat menyatakan kembali pengetahuannya secara lisan, tertulis, gambar maupun diagram. Berbeda dengan kelas eksperimen, siswa pada kelas kontrol cenderung tidak mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar dari masalah yang diberikan. Ini dapat dilihat dari jawaban siswa pada gambar 2.
Gambar 2. Salah Satu Jawaban Siswa Kelas Kontrol untuk Indikator 1 b. Melakukan manipulasi matematika. Kemampuan komunikasi matematika siswa untuk indikator melakukan manipulasi matematika (indikator 2) dari tabel 2 terlihat bahwa nilai ratarata siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa dikelas kontrol yang belum paham. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari jawaban siswa kelas ekperimen pada gambar 3.
Gambar 4. Salah Satu Jawaban Siswa Kelas Kontrol untuk Indikator 2 Pada gambar 4 terlihat siswa belum mampu melakukan manipulasi matematika dengan benar, masih ada kesalahan yang dilakukan oleh siswa dikelas kontrol dalam menjawab soal. Dari gambar 3 dan gambar 4 dapat disimpulkan bahwa kemampuan melakukan manipulasi matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari kemampuan siswa kelas kontrol. c. Memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. Kemampuan komunikasi matematika siswa khususnya pada indikator memberikan alasan atau bukti terhadap solusi dari tabel tersebut (indikator 3) diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen untuk indikator 3 lebih tinggi dari pada siswa kelas kontrol. Untuk indikato 3 jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Salah Satu Jawaban Siswa Kelas Eksperimen untuk Indikator 3 Pada gambar 5 terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen cenderung mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar, pernyataan secara tertulis, dan gambar tersebut dapat bermanfaat untuk memperjelas agar siswa dapat memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. Untuk jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 3. Salah Satu Jawaban Siswa Kelas Eksperimen untuk Indikator 2 Pada gambar 3 terlihat siswa mampu melakukan manipulasi matematika dengan baik dan benar. Untuk jawaban kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 6. Salah Satu Jawaban Eksperimen untuk Indikator 3
Siswa
Kelas
Pada gambar 6 terlihat bahwa dalam menjawab soal siswa cenderung terhenti pada gambar yang diperolehnya kemudian terbentur
48
Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 45-49 dalam memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. Berdasarkan jawaban siswa kelas sampel diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share indikator-indikator komunikasi matematika berikut (1) menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar, (2) melakukan manipulasi matematika, (3) memberikan alasan atau bukti terhadap solusi, syarat perlu dan syarat cukup. Berdasarkan distribusi skor tes kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen dapat dilihat bahwa siswa kelas eksperimen nilainya di atas KKM yaitu berjumlah 24 orang dari 30 orang total siswa kelas VIII.5 [6]. Sedangkan kelas kontrol nilai yang diatas KKM ada 13 orang dari 29 orang total siswa kelas VIII.7 [6]. Dari skor yang diperoleh oleh siswa dapat diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini diperoleh berdasarkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Dalam penelitian ini masih terdapat kendala yang dihadapi, yaitu pada waktu akan memulai pelajaraan, keadaaan kelas agak ribut sehingga membutuhkan waktu untuk membuat kondisi kelas tenang dan siswa siap untuk belajar. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014 yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari jawaban tes akhir. Hasil analisis tes kemampuan komunikasi matematika menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan beberapa hal yaitu Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Penelitian ini masih terbatas pada kemampuan komunikasi matematika siswa. Oleh karena itu, diharapkan kepada rekan peneliti selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian dengan variabel serta pokok bahasan lain. Saran untuk kendala waktu bagi peneliti yang berminat untuk menerapkan model kooperatif tipe think pair share agar dapat mengontrol kondisi kelas agar memenuhi fase-fase pada model ini. DAFTAR RUJUKAN [1] Anita Lie. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. [2] Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Disajikan dalam Semnas Matematika UNPAR. Bandung. [3] Muslim, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press. [4] Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. [5] Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. [6] Vitriani, Jenni. 2014. Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 13 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi pada Universitas Negeri Padang.
49