PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINKPAIR-SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh: ELPIANA X 7406020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINKPAIR-SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh: ELPIANA X 7406020
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Dra. Sri Witurachmi, M.M. NIP. 1954 06 14 1981 03 2 001
Pembimbing II
Muhtar, S.Pd, M.Si. NIP. 1966 12 31 1994 12 1 001
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Ketua
: Drs. Sukirman, M.M.
Sekretaris
: Laily Faiza Ulfa, S.E., M.M.
Anggota I
: Dra. Sri Witurachmi, M.M.
Anggota II
: Muhtar, S.Pd., M.Si.
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 1960 07 27 1987 02 1 001
1. __________
2. __________
3. __________
4. __________
Skripsi ini telah direvisi sesuai anjuran dan pengarahan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi Ketua
: Drs. Sukirman, M.M.
Sekretaris
: Laily Faiza Ulfa, S.E., M.M.
Anggota I
: Dra. Sri Witurachmi, M.M.
Anggota II
: Muhtar, S.Pd., M.Si.
1. __________
2. __________
3. __________
4. __________
ABSTRAK Elpiana. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS X AKUNTANSI 1 SMK NEGERI 1 PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran akuntansi kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten tahun ajaran 2009/2010, yang berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, dan (d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi, dan (d) refleksi. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi mata pelajaran akuntansi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (a) keaktifan siswa dalam bertanya menunjukkan peningkatan dari 21 siswa atau 52,5% pada siklus I menjadi 28 siswa atau 70% pada siklus II, (b) keaktifan siswa dalam menjawab menunjukkan peningkatan dari 22 siswa atau 55% pada siklus I menjadi 30 siswa atau 75% pada siklus II, (c) keaktifan siswa dalam diskusi kelompok menunjukkan peningkatan dari 28 siswa atau 70% pada siklus I menjadi 35 siswa atau 90% pada siklus II, (d) adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 38 siswa atau 95% pada siklus I menjadi 40 siswa atau 100% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa.
ABSTRACT Elpiana. THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) ON ACCOUNTING SUBJECT STUDENTS OF X ACCOUNTANCY 1 SMK 1 PEDAN KABUPATEN KLATEN IN 2009/2010 ACADEMIC YEAR. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2010. The objective of this study is to improving students learning result by the implementation of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) on accounting subject students of x accountancy 1 SMK 1 Pedan Kabupaten Klaten in 2009/2010 academic year. The research model used by researcher is Classroom Action Research. This study is conducted collaboratively among researcher, classroom teacher and involved the students participation. The subject of this study was the students of X accountancy 1 SMK 1 Pedan Kabupaten Klaten in 2009/ 2010 academic year, which consist of 40 students. The technique for collecting the data was: (a) observation, (b) interview, (c) test, and (d) documentations. The procedure of the research covers 4 steps such as: (a) planning the action, (b) action, (c) observation, and (d) reflection. From the research that was done, it can conclude that the improving of students achievement in learning accounting through applying cooperative learning model Think Pair Share (TPS). The things are reflected by some aspect, as follow: (a) the increasing of the students who active in giving questions from 21 students or equal as 52,5% at the first cycle become 28 students or equal as 70% at the second cycle, (b) the increasing of the students who active in giving answer from 22 students or equal as 50% at the first cycle become 30 students or equal as 75% at the second cycle, (c) the increasing of the students who active in giving group discussion from 28 students or equal as 70% at the first cycle become 35 students or equal as 90% at the second cycle, (d) the increasing of completeness students learning result from 38 students or equal as 95%% at the first cycle become 40 students or equal as 100% at the second cycle. Thus, it can be concluded that the implementation of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) can improve the students accounting learning result.
MOTTO Ilmu lebih baik dari harta, karena kita pasti akan sibuk menjaga harta itu, sedangkan ilmu akan memelihara kita. Harta habis bila dinafkahkan, sedangkan ilmu justru akan berkembang. Ilmu adalah kuasa, sedangkan harta dikuasai. ( Ali Bin Abi Thalib ) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Allah lah hendaknya kamu berharap. (QS.Alam Nasyrah: 6-8) Hari ini harus lebih baik dari hari kemaren dan Hari esok harus lebih baik dari hari ini (penulis)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk:
Ibu Bapak tercinta yang menjadi semangat dalam menopang langkahku dengan kasih sayang, doa, dan pengorbanannya yang tak pernah bertepi
Adik-adikku tersayang (De’ Linda dan De’ Risa), untukmu aku berjuang dan berusaha menjadi panutan yang baik
Saudara perjuangan (teman-teman Kost Cinta Damai) terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini
Sahabat-sahabat terbaikku di Solo dan Klaten, semoga persahabatan ini tak kan lekang oleh waktu
Teman-teman seperjuangan PAK ’06, semangat kawan, perjuangan kita belum usai
Almamater
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta dengan usaha keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis haturkan kepada: 1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.
2.
Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan ijin penyusunan skripsi ini.
3.
Drs. Sutaryadi, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Drs. Wahyu Adi,M.Pd., selaku Ketua BKK Pendidikan Akuntansi Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Dra. Sri Witurachmi, M.M., selaku Pembimbing I yang dengan arif dan bijak dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6.
Muhtar, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan arif dan bijak dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7.
Dosen Prodi Ekonomi BKK PAK yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.
8.
Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji penulis,
sehingga
penulis
dapat
melaksanakan
ujian
skripsi
guna
menyelesaikan studi di bangku kuliah. 9.
Ir. Marjono, selaku Kepala SMK Negeri 1 Pedan yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
10. Anis Farida, S.Pd., selaku guru Akuntansi SMK Negeri 1 Pedan yang telah membantu dan menyediakan waktu dalam penelitian. 11. Siswa kelas X Akuntansi 1, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
HALAMAN REVISI .....................................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
E. Manfaat Penelitian .......................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
7
1. Tinjauan Tentang Belajar .......................................................
7
a. Pengertian Belajar ............................................................
7
b. Tujuan Belajar .................................................................
8
c. Prinsip-prinsip Belajar .....................................................
9
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar …....………...
10
2. Tinjauan Tentang Pembelajaran .............................................
14
a. Pengertian Pembelajaran ...................................................
14
b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran .....................................
14
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ……………………..........
15
a. Pengertian Prestasi Belajar ……………………………...
15
b. Evaluasi Prestasi Belajar ………………………………..
16
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ..........
18
4. Hakikat Akuntansi …………………………………………..
19
a. Pengertian Mata Pelajaran Akuntansi ...............................
19
b. Prestasi Mata Pelajaran Akuntansi ...................................
19
5. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif ………………..
20
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ……………………
20
b. Unsur-unsur Cooperative Learning ……………………...
22
c. Tipe Cooperative Learning ……………………………....
26
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ………...........................
28
6. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share …………..
28
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) ………………………………………………
28
b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) ……………………………………………………..
29
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) …………………………………………
30
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) ………………………………….
31
B. Penelitian yang Relevan ..............................................................
32
C. Kerangka Pemikiran .....................................................................
33
D. Hipotesis Tindakan ......................................................................
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
36
1. Tempat Penelitian ....................................................................
36
2. Waktu Penelitian ......................................................................
36
3. Siklus Penelitian .......................................................................
37
B. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................
37
1. Subjek Penelitian .....................................................................
37
2. Objek Penelitian .......................................................................
37
C. Metode Penelitian .......................................................................
37
D. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
38
1. Observasi .................................................................................
38
2. Wawancara ..............................................................................
39
3. Dokumentasi ............................................................................
40
4. Teknik Evaluasi/ Tes ...............................................................
40
E. Prosedur Penelitian ......................................................................
41
1. Rancangan Siklus I ..................................................................
41
a. Perencanaan Tindakan ..........................................................
41
b. Pelaksanaan Tindakan ..........................................................
42
c. Observasi ..............................................................................
43
d. Refleksi ................................................................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..........................................................
46
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas X Ak 1 di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten .................................
48
C. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………….....
50
1. Siklus I .....................................................................................
51
a. Perencanaan Tindakan I .......................................................
51
b. Pelaksanaan Tindakan I ........................................................
52
c. Observas ..... ..........................................................................
54
d. Refleksi .................................................................................
56
2. Siklus 2 .....................................................................................
58
a. Perencanaan Tindakan II .....................................................
58
b. Pelaksanaan Tindakan ...........................................................
59
c. Observasi ..............................................................................
62
d. Refleksi ................................................................................
63
D. Pembahasan ..................................................................................
64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................
70
A. Simpulan ......................................................................................
70
B. Implikasi .......................................................................................
71
C. Saran .............................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
72
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Skema Kerangka Pemikiran ......................................................................
35
2.
Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ..............................................
44
3.
Grafik Prestasi Belajar Siswa ....................................................................
65
4.
Grafik Keaktifan Siswa .............................................................................
66
5.
Kegiatan Pembelajaran Sebelum PTK ......................................................
80
6.
Kegiatan Pembelajaran Sebelum PTK ......................................................
80
7.
Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ....................................................... 114
8.
Presentasi Materi oleh Guru Siklus I ........................................................ 115
9.
Siswa Berdiskusi secara Berpasangan pada Siklus I ................................. 115
10. Presentasi Hasil Diskusi Oleh Siswa pada Siklus I ................................... 116 11. Evaluasi Siklus I ........................................................................................ 116 12. Pembagian Kelompok Siswa pada Siklus II ............................................. 146 13. Presentasi Materi oleh Guru Siklus II ....................................................... 147 14. Siswa Berdiskusi secara Berpasangan pada Siklus II ............................... 147 15. Presentasi Hasil Diskusi Oleh Siswa pada Siklus II ................................. 148 16. Evaluasi Siklus II ...................................................................................... 148
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian .......................................
36
2.
Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ......................................................
42
3.
Hasil Tes Awal Kemampuan Siswa .........................................................
50
4.
Hasil Ulangan Harian Siklus I ..................................................................
56
5.
Hasil Ulangan Harian Siklus II .................................................................
63
6.
Ketuntasan Belajar Siswa .........................................................................
65
7.
Keaktifan Siswa ........................................................................................
66
8.
Daftar Siswa Kelas X Ak 1 SMK Negeri I Pedan ....................................
75
9.
Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X Ak 1 SMK Negeri I Pedan .................
76
10. Silabus .......................................................................................................
81
11. Daftar Nilai Evaluasi Siklus I ................................................................... 102 12. Lembar Observasi Siswa ........................................................................... 104 13. Lembar Observasi Guru ............................................................................ 106 14. Daftar Nilai Evaluasi Siklus II .................................................................. 135 15. Lembar Observasi Siswa .......................................................................... 137 16. Lembar Observasi Guru ............................................................................ 139 17. Pedoman Wawancara ................................................................................ 149
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Daftar Siswa Kelas X Ak 1 SMK Negeri I Pedan ....................................
75
2.
Daftar Nilai Awal Penelitian ....................................................................
76
3.
Catatan Lapangan 1 ..................................................................................
78
4.
Foto Awal Penelitian ................................................................................
80
5.
Silabus .......................................................................................................
81
6.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...............................................
84
7.
Soal Diskusi Siklus I .................................................................................
93
8.
Kunci Jawaban Diskusi Siklus I ...............................................................
94
9.
Soal Evaluasi Siklus I ...............................................................................
97
10. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ..............................................................
99
11. Daftar Nilai Evaluasi Siswa Siklus I ......................................................... 102 12. Lembar Observasi Siswa Siklus I ............................................................. 104 13. Lembar Observasi Guru Siklus I ............................................................... 106 14. Catatan Lapangan 2 ................................................................................... 109 15. Daftar Kelompok Diskusi Siklus I ............................................................ 114 16. Foto Penelitian Siklus I ............................................................................. 115 17. Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) Siklus II ................................ 117 18. Soal Diskusi Siklus II................................................................................ ` 126 19. Kunci Jawaban Diskusi Siklus I ................................................................ 127 20. Soal Evaluasi Siklus II .............................................................................. 130 21. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ..................................................... 132 22. Daftar Nilai Evaluasi Siklus II .................................................................. 135 23. Lembar Observasi Siswa Siklus II ............................................................ 137 24. Lembar Observasi Guru Siklus II ............................................................. 139 25. Catatan Lapangan 3 ................................................................................... 142 26. Daftar Kelompok Diskusi Siklus II ........................................................... 146 27. Foto Penelitian Siklus II ............................................................................ 147 28. Pedoman Wawancara ................................................................................ 149
29. Hasil Wawancara (Guru) .......................................................................... 151 30. Hasil Wawancara (Siswa) ......................................................................... 153
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci untuk memperbaiki kualitas SDM sehingga perbaikan kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Kebijakan di bidang pendidikan harus melakukan terobosan secara konsisten dan berkelanjutan. Indonesia harus melakukan strategi baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bangsa melalui pendidikan yang berkualitas sehingga diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang unggul, cerdas dan kompetitif. Perbaikan kualitas pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh oleh semua pihak baik pemerintah, guru, peserta didik, maupun orangtua siswa. Salah satu aspek penting yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah model pembelajaran. Model pembelajaran penting untuk diperhatikan karena dengan model pembelajaran yang tepat dapat membawa dampak positif dalam menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas dan hasil belajar yang optimal sehingga berujung pada perbaikan kualitas pendidikan yang lebih baik. Sejak Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disahkan, secara otomatis peran guru harus berubah sesuai tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan. Dalam pasal 20b disebutkan bahwa: ”Guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”. Berdasarkan pasal tersebut, guru perlu memiliki kreatifitas agar dapat membuat suasana kelas dan pembelajaran menjadi nyaman, menyenangkan, dan bermakna sehingga siswa merasa belajar merupakan sesuatu yang menarik dan ditunggu-tunggu. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten merupakan sekolah menengah kejuruan yang terletak di Jln. Bhayangkara, Pedan, Klaten.
SMK
Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten mempunyai tujuan untuk menciptakan lulusan
yang berorientasi ke dunia kerja. Lulusan SMK dapat terjun langsung ke dunia kerja dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama menuntut ilmu di bangku sekolah.
SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten
Klaten mempunyai empat jurusan yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, penjualan, dan teknik komputer & informatika. Bidang studi akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang penting karena dalam kehidupan sehari–hari manusia tidak lepas dari keuangan, perencanaan maupun untuk menentukan beberapa alternatife harus disesuaikan dengan uang yang dimiliki, seperti yang terdapat di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Bagi kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten, akuntansi merupakan mata pelajaran baru yang diajarkan di kelas X, karena pada tingkat SMP pelajaran tersebut belum diajarkan. Karena bidang studi akuntansi merupakan mata pelajaran baru bagi mereka, maka dimungkinkan mereka mengalami kesulitan dalam belajar akuntansi, dimana mereka harus benar-benar memahami konsep-konsep yang ada secara bertahap dan proses tersebut harus berjalan sedikit demi sedikit sedangkan akuntansi sendiri merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman yang sangat mendalam dan prosesnya secara bertahap dari materi ke materi berikutnya. Observasi peneliti menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata pelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten cenderung masih bersifat konvensional, guru memberi penjelasan dan siswa mencatat disertai tanya jawab seperlunya kemudian dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran masih sangat dominan. Penggunaan metode konvensional ini pembelajaran berpusat pada guru dan kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Dengan demikian, sulit bagi siswa untuk mengembangkan daya kreativitasnya secara optimal. Proses pembelajaran yang demikian membuat sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar ekonomi. Pada saat kegiatan pembelajaran akuntansi berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan, siswa kurang aktif, beberapa siswa tidak mau mengerjakan tugas
yang diberikan guru, dan sering terjadi siswa malah mengobrol sendiri dengan temannya. Selain itu masih terdapat beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal akuntansi yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar mereka pun menjadi rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata masih di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 69. Nilai KKM untuk mata pelajaran akuntansi kelas X adalah 70. Siswa yang mendapat nilai 70 ke atas sebesar 55% dari keseluruhan, sisanya 45% belum memenuhi KKM. Alternatif model pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar diantaranya adalah dengan menempatkan siswa secara kelompok-kelompok. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya, apalagi masih banyak siswa yang canggung untuk bertanya dengan guru. Selain itu dengan berkelompok siswa mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mempraktikkan sikap dan perilaku pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka. Ibrahim et al dalam Isjoni (2009: 64) mengibaratkan pembelajaran kooperatif bagaikan dua orang yang memikul balok. Balok akan dapat dipikul bersama-sama jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang tersebut berarti kegagalan keduanya. Demikian pula dengan tujuan yang akan tercapai apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersama-sama. Bagi mereka yang tidak suka dengan pelajaran akuntansi secara tidak langsung dituntut untuk belajar akuntansi dan untuk membantu temannya sehingga memotivasi belajar mereka. Hal ini akan berpengaruh pula pada prestasi belajar siswa. Semakin mereka mau belajar akuntansi maka akan semakin mudah bagi mereka untuk memahami konsep akuntansi sehingga prestasi belajar yang akan diperoleh cenderung meningkat. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Dalam menyelesaikan tugasnya, setiap anggota kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu materi pelajaran. Belajar dianggap belum selesai apabila seorang dari anggota kelompok belajar itu belum menguasai materi
pelajaran. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Oleh karena itu peneliti ingin mencoba dan menerapkan model pembelajaran kooperatif think pair share (berpikir berpasangan berbagi) pada SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten karena dengan model pembelajaran kooperatif think pair share siswa diberikan kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga siswa dapat lebih mantap dalam memahami materi. Model pembelajaran kooperatif think pair share merupakan pembelajaran yang merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, dan juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Model pembelajaran kooperatif think pair share (TPS) yang diterapkan di SMK Negeri 4 Klaten diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dan melatih siswa dalam menyelesaikan setiap persoalan atau kasus yang diberikan oleh guru sehingga akan tercapai hasil yang optimal. Dengan demikian dalam pembelajaran akuntansi tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru yang menerangkan di depan kelas, tetapi juga mencakup kegiatan diskusi kelompok pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalahmasalah sebagai berikut: 1. Apakah penyebab siswa kurang antusias dan kurang berminat terhadap mata pelajaran akuntansi? 2. Apakah prestasi belajar akuntansi siswa yang rendah disebabkan karena pembelajaran yang konvensional?
3. Mengapa partisipasi siswa dalam pembelajaran akuntansi cenderung kurang? 4. Apakah penerapan pembelajaran TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi siswa?
C. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: ”Apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share dapat
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten tahun ajaran 2009/2010?”.
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten tahun ajaran 2009/2010”.
E. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif ThinkPair-Share (TPS) terhadap peningkatan prestasi belajar. b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian di masa yang akan datang pada bidang permasalahan yang sejenis.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi akuntansi yang berdampak pada meningkatnya prestasi belajar. b. Bagi guru Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi peneliti Membekali peneliti sebagai calon guru untuk dapat menentukan metode mengajar yang tepat. d. Bagi sekolah. Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran di dalam kelas, peningkatan kualitas sekolah yang diteliti, dan bagi sekolah-sekolah lain.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Belajar a. Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Gagne dalam bukunya yang berjudul The Conditions of Learning sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2007: 84) menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” M. Dalyono (2009: 49) mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. Menurut Slameto (2010: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disebabkan karena adanya hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar sangatlah penting bagi kehidupan seorang manusia, karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses belajar dapat membantu manusia untuk menjadi lebih dewasa.
Belajar merupakan suatu perubahan, namun tidak setiap perubahan yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses belajar. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciriciri tertentu. Menurut Slameto (2010: 3), ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam mengajar adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Perubahan terjadi secara sadar. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
b. Tujuan Belajar Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi, dan sebagainya. M. Dalyono (2009: 49) berpendapat bahwa belajar mempunyai tujuan antara lain: 1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. 2) Belajar bertujuan untuk mengubah kebiasaan. 3) Belajar bertujuan untuk mengubah sikap. 4) Belajar bertujuan untuk mengubah keterampilan. 5) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita yang didambakan. Sehingga, tidak boleh lalai, jangan malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi manfaatkan waktu dengan seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.
c. Prinsip-Prinsip Belajar M. Dalyono (2009: 51) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar, antara lain: 1) Memahami tujuan 2) Memiliki kesiapan 3) Ulangan dan latihan 4) Memiliki kesungguhan 5) Kematangan jasmani dan rohani Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Kematangan jasmani dan rohani Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani maupun rohani yang sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani yaitu telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan sebagainya. 2) Memiliki kesiapan Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. 3) Memahami tujuan Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang yang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil. 4) Memiliki kesungguhan Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa dengan kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan dan banyak waktu maupun tenaga yang terbuang dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif.
5) Ulangan dan latihan Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, suatu keberhasilan dan kegagalan merupakan suatu masalah yang selalu akan dihadapi oleh subjek belajar. Keberhasilan dan kegagalan ini sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Muhibbin Syah (2008: 132) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materimateri pelajaran. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Faktor Internal a) Faktor Fisik Faktor fisik adalah faktor yang berkenaan dengan keadaan fisik anak yang pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar siswa. Faktor fisik meliputi: usia, kesehatan tubuh, kelainan atau cacat tubuh, kemalangan, panca indera, dan keadaan lain yang berhubungan dengan fisik. b) Faktor Psikologis (1) Minat Minat adalah suatu rasa suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat berupa kekuatan yang berasal dari dalam yang menyebabkan seseorang
menaruh perubahan pada objek tertentu. Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang dapat menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada yang lainnya, dapat pula ditunjukkan dengan partisipasi dalam suatu aktivitas, maka minat dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga prestasi yang dicapai siswa akan meningkat. (2) Bakat Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa, karena apabila seseorang belajar pada bidang yang sesuai bakatnya akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Hasil belajar yang dicapai bisa lebih tinggi jika bahan yang dipakai sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh siswa karena siswa merasa senang dan lebih giat dalam belajar. (3) Motivasi Motivasi adalah keadaan seseorang dimana pribadi seseorang yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong individu untuk belajar, peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Dengan motivasi yang kuat, seseorang akan berusaha untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. (4) Konsentrasi Dalam proses belajar konsentrasi sangat diperlukan, sehingga segala informasi yang disampaikan sepenuhnya dapat dipahami. Seorang siswa belajar, tetapi perhatiannyatidak dikonsentrasikan pada hal yang dipelajari, maka hasilnya dapat berkurang. (5) Kepercayaan Diri Sendiri Kepercayaan diri yang dimiliki akan mampu mendorong semangat dalam mengikuti proses belajar. Kepercayaan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang sama dengan temannya, akan mampu
meningkatkan pencapaian hasil belajar sehingga prestasi belajar meningkat pula. (6) Intelegensi atau Tingkat Kecerdasan Intelegensi atau tingkat kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan proses belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Siswa yag mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajarnya, hal ini disebabkan belajar adalah suatu proses yang sangat kompleks dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang mempunyai kondisi intelegensi normal akan dapat berhasil dalam belajarnya jika kondisi yang diciptakan mendukung proses belajar dengan baik. (7) Ingatan Seseorang apabila mempunyai daya ingat yang baik dapat dengan mudah mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan dialami dengan baik pula, sedangkan seseorang yang mempunyai daya ingat yang buruk akan mudah melupakan sesuatu yang telah dipelajari dan dialami. 2) Faktor Eksternal a)
Faktor Sosial (1) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga, terdiri dari orang tua, kakak, adik, dan kerabat keluarga. Cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan keluarga dapat memberi dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. (2) Lingkungan Sekolah Lingkugan sekolah, berupa hubungan antar teman, kemampuan profesional guru mengajar, suasana kelas dan kondisi sekolah dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa, sikap guru dalam memberi bimbingan yang baik dalam belajar akan memotivasi siswa dalam belajar. (3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat meliputi masyarakat dan teman bergaul akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Belajar kelompok di masyarakat akam mampu meningkatkan hasil belajar siswa. b) Faktor Non-Sosial Berupa lingkungan sekitar yang bukan manusia, diantaranya cuaca, fasilitas, kebisingan suara ataupun sampai bahan pelajaran. Faktorfaktor tersebut juga menentukan keberhasilan siswa dalam belajar sehingga harus diatur sedemikian rupa agar membantu dan mendukung anak dalam proses belajar secara maksimal. 3) Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning) Pendekatan belajar dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan sedang (analitic dan deep), pendekatan rendah (reproductive dan surface).
2. Tinjauan Tentang Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Driscoll dalam Robert E. Slavin (2008: 179) menyatakan bahwa “Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Namun bukan perubahan yang disebabkan oleh perkembangan (seperti tumbuh makin tinggi) tetapi karena si pebelajar merasakan dan mengalami sendiri pembelajaran melalui pengalamannya”. Mulyasa
dalam
bukunya
yang
berjudul
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Rohmadi dan Slamet
Subiyantoro (2009: 64) menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”. Sedangkan menurut Damyati dan Mujiono (2002: 247), “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Dimyati dan Mujiono (1999: 286) menerangkan bahwa hakekat pembelajaran diantaranya adalah: a. Kegiatan yang dimaksud untuk membelajarkan pebelajar. b. Program pembelajaran yang dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu sistem. c. Kegiatan yang dimaksud untuk memberikan pengalaman belajar kepada pebelajar. d. Kegiatan yang mengarahkan pebelajar ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. e. Kegiatan yang melibatkan komponen-komponen tujuan, isi pelajaran, sistem penyajian dan sistem evaluasi dalam realisasinya. Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang oleh guru secara terprogram untuk menghasilkan perubahan tingkah laku pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran Dalam kegiatan belajar mengajar terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Nana Sudjana (2009: 22) proses belajar mengajar terdiri dari empat unsur utama, antara lain: 1) Tujuan. 2) Bahan. 3) Metode dan alat. 4) Penilaian.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Tujuan, yaitu sebagai arah dari proses belajar-mengajar pada hakekatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya. 2) Bahan, yaitu seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. 3) Metode dan alat, yaitu cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. 4) Penilaian, yaitu upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) berpendapat bahwa “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 787) “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Zaenal Arifin (1990:_3) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengajar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan penilaian terhadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai akibat dari aktivitas belajar yang dinyatakan dalam simbul, angka, huruf atau kode. b. Evaluasi Prestasi Belajar Evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa. Melalui evaluasi dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah pembelajaran. Muhibbin Syah (2008: 143-145) mengemukakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Pre test dan post test Evaluasi prasyarat Evaluasi diagnostik Evaluasi formatif Evaluasi sumatif UAN
Berdasarkan jenis-jenis evaluasi tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Pre test dan post test Kegiatan pretest dilakukan guru secararutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi saraf pengetahua siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrument tertulis. Post test adalah kebalikan dari pre test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan cukup dengan menggunakan
instrument sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya sangat terbatas. 2) Evaluasi prasyarat Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. 3) Evaluasi diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrument evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan. 4) Evaluasi formatif Evaluasi jenis ini kurang lebih sama dengan Ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit atau kesulitan) kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar itu digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan). 5) Evaluasi sumatif Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan Ulangan Umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya digunakan sebagai bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. 6) UAN UAN (Ujian Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
Namun, UAN yang mulai diberlakukan pada tahun 2002 itu dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu yakni SD/MI (Madrasah IbtiDaiyah), dan seterusnya. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 130) menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor internal terdiri dari dua macam yaitu: a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. b) Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. (2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c) Faktor budaya seperti adat istiadat, faktor kematangan fisik maupun psikis 2) Yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok b) Ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
4. Hakikat Akuntansi a. Pengertian Mata Pelajaran Akuntansi Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accounting) “Akuntansi
adalah
merupakan
seni
pencatatan,
penggolongan,
dan
pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirka hasil-hasilnya”.
Akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusa dan tanggung jawab dibidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi Perusahaan), pemerintah (Akuntansi Pemerintah), serta organisasi masyarakat lainnya (akuntansi Publik). 1) Fungsi dan Tujuan a) Fungsi mata pelajaran Akuntansi Fungsi mata pelajaran Akuntansi di SMK dan MA adalah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntasi Keuangan (SAK). b) Tujuan mata pelajaran Akuntansi Tujuan mata pelajaran Akuntansi di SMK dan MA adalah membekali tamatan SMK dan MA dalam berbagai kompetensi dasar agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur Akuntansi dengan benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa. b. Prestasi Mata Pelajaran Akuntansi Prestasi merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa. Prestasi mata pelajaran Akuntansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir penyajian materi akuntansi yang diberikan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), serta dari penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Prestasi belajar ini dapat diketahui dari tes yang diberikan pada tiap akhir siklus pelaksanaan tindakan. Guru mengamati atau melakukan observasi terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Nilai atau skor yang paling berpengaruh pada
penelitian ini adalah nilai evaluasi yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus pelaksanaan tindakan.
5. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif bukanlah model baru dalam Proses Belajar Mengajar, karena sesungguhnya pembelajaran kooperatif telah dilaksanakan oleh guru dengan terprogram dalam satuan pelajarannya (SP) yaitu pada langkah-langkah pembelajaran, akan tetapi guru tidak mengetahui bahkan sering kali dalam proses pembelajaran tidak dapat dilaksanakan sesuai program karena faktor intern dan ekstern yang terjadi saat jalannya proses belajar mengajar, dan guru akan mengubah model pembelajaran tersebut, misalnya menggunakan model pembelajaran tradisional dimana guru mendominasi kelas atau dengan model ceramah, tanya jawab atau pengerjaan soal-soal sebagai latihan. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Slavin (2009: 4) menyatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Johnson & Johnson dalam bukunya Isjoni (2009: 17) mengemukakan bahwa “Cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”. Sejalan dengan pengertian tersebut Isjoni (2009: 11) mengemukakan bahwa: Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya cooperative learning diharapkan siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan dan masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab untuk memperoleh hasil yang telah ditargetkan dalam kelompok serta kerja siswa dapat lebih terarah karena tiap siswa sudah mempunyai peran masing-masing berkaitan dengan tugas yang telah diberikan. Bebarapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
kooperatif
adalah
model
pembelajaran
dengan
setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pebelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Unsur-unsur Cooperative Learning Kerja kelompok belum tentu identik dengan cooperative learning. Hal demikian tergantung bagaimana proses belajar yang terjadi dalam kelompok. Roger dan David Johson (Lie, 2008: 31-37) mengatakan untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsure cooperative learning yang diterapkan antara lain: 1) 2) 3) 4) 5)
Evaluasi proses kelompok. Tanggung jawab perseorangan. Tatap muka. Komunikasi antar anggota. Saling ketergantungan positif.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1) Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Dengan demikian siswa yang mempunyai kemampuan yang kurang begitu baik terpacu untuk memberikan sumbangan nilai yang baik. 2) Tanggung jawab perseorangan. Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3) Tatap muka. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang telah dialaminya.
Inti
dari
sinergi
ini
adalah
menghargai
perbedaan,
memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak didapatkan begitu saja terjadi dalam sekejab, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4) Komunikasi antar anggota. Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka. 5) Evaluasi proses kelompok. Perlu disediakannya waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. c. Tipe Cooperative Learning Slavin (2008: 10) membedakan pembelajaran kooperatif menjadi beberapa tipe, yakni sebagai berikut: 1) Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa/PTS) a) Student Team-Achievement Division (STAD) b) Teams Games-Tournament (TGT) c) Jigsaw d) Team Accelerated Instruction (TAI) e) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 2) Structure Duadic Methods (Metode Struktur Berpasangan) 3) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks) 4) Learning Together (Belajar Bersama) 5) Group Investigation (Kelompok Investigasi) Berdasarkan jenis metode pembelajaran kooperatif tersebut, dapat penulis uraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa/PTS) Metode Student Team Learning (Pembelajaran Tim Siswa atau PTS) adalah teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan diteliti oleh John Hopkins University. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Tiga konsep penting bagi semua metode PTS adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Ada lima prinsip dalam metode PTS telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. a)
Student Team-Achievement Division (STAD). Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatka sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas.
b) Teams Games-Tournament (TGT). TGT pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti STAD, tetapi
menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai matematika terakhir yang sama. c)
Jigsaw II Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978). Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti dalam STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Penghitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam STAD.
d) Team Accelerated Instruction (TAI). TAI sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan member sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. Tetapi metode STAD maupun TGT menggunakan pola pengajaran tunggal untuk satu kelas, sementara TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Selain itu, STAD dan TGT dapat diaplikasikan pada hampir semua mata pelajaran dan tingkat kelas, sementara TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas
3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum siap menerima materi aljabar lengkap). e)
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Madden, Slavin, & Steven, 1986). Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan atau tidak menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas membaca tradisional. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata.
2) Group Investigation (Kelompok Investigasi) Group Investigation, yang dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan-kelas yang umum di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif (Sharan and Sharan, 1992). Dalam metode ini, para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topic-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan atau menampilkan penemuan kelompoknya di hadapan seluruh kelas. 3) Learning Together (Belajar Bersama) David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Johnson and
Johnson), 1987; Johnson, Johnson & Smith, 1991). Metode yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima kelompok dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. 4) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks) Elizabeth Cohen (1986) dan rekan-rekannya di Universitas Stanford telah melakukan penelitian terhadap pembelajaran kooperatif yang menekankan pada penggunaan proyek berorientasi penemuan, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah, matematika, dan ilmu sosial. Fokus utama dari Complex Instruction adalah pada membangun respek terhadap semua kemampuan yang dimiliki para siswa, dan guru menunjukkan bagaimana setiap siswa mempunyai kelebihan dalam sesuatu yang akan membantu keberhasilan kelompok. Complex Instruction secara khusus digunakan dalam pendidikan dengan menggunakan dua bahasa dan dalam kelas heterogen yang menggunakan bahasasiswa-siswa minoritas, dimana materi pelajaran sering kali disampaikan dalam bahasa Inggris maupun Spanyol. 5) Structure Duadic Methods (Metode Struktur Berpasangan) Sementara metode-metode pembelajaran kooperatif melibatkan kelompok beranggotakan sekitar empat orang yang memiliki kebebasan tertentu dalam menentukan bagaimana mereka akan bekerja sama, ada peningkatan bagian penelitian dengan metode yang berstruktur lebih tinggi di mana dua orang murid saling mengajarkan. Tradisi kerja laboratorium sudah ada sejak lama, penelitian telah menunjukkan bagaimana pembelajaran materi berpasangan, di mana siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks, dapat menjadi sangat efektif dalam meningkatkan pembelajaran siswa (Danserau, 1998).
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim,dkk dalam bukunya Isjoni (2009: 27-28), yaitu: 1) Hasil belajar akademik. Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial. Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial. 6. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat variasi dari beberapa model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari sekumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif, yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments/TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Number Head Together (NHT). (Trianto, 2007: 49). Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Menurut Trianto (2007: 61), “Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”. Strategi Think Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pembelajaran Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Model ini mengajarkan kepada para siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. (Trianto, 2007: 61). Sesuai yang dikutip Arrends dalam Trianto (2007: 61) menyatakan bahwa, think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa semua diskusi memerlukan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Pembelajaran Think Pair Share memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Dalam strategi ini guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga guru menyajikan satu materi dalam waktu pembahasan yang relatif singkat. Setelah itu giliran siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan. b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Think Pair Share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland yaitu bertujuan memperkenankan siswa untuk berpikir sebelum berbagi diantara pasangan atau kelompoknya atau dengan seluruh anggota kelas. Para siswa sering berharap dapat berbagi ide dalam pasangan atau kelompoknya dan kemudian menyajikannya ke seluruh anggota kelas. Strategi membuat para siswa berusaha menyajikan ide mereka dalam sebuah dialog yang saling mendukung. Berpikir dan berbicara mengenai sebuah ide juga dapat mempermudah siswa dalam merumuskan pemikiran mereka dan mempertajam ide-idenya saat mereka saling mendengar. Pada tahap akhir, siswa yang mempunyai kepercayaan diri memperoleh kesempatan untuk berbagi ide atau jawaban dengan pasangannya, sementara siswa yang belum percaya diri mempunyai kesempatan untuk mendengarkan dari pasangannya.
c. Tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pertama: Thinking (berpikir) Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2) Tahap Kedua: Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi yang diharapkan dapat berbagi jawaban dari pertanyaan atau ide bila persoalan telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3) Tahap Ketiga: Sharing (berbagi) Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi pada seluruh kelas. Hal ini akan efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai kurang lebih seperempat pasangan memiliki kesempatan untuk presentasi. Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair Share adalah: Langkah ke 1
: Guru menyampaikan pertanyaan.
Aktifitas
: Guru melakukan apersepsi, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2
: Siswa berpikir secara individual.
Aktifitas
: Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memikirkan jawaban dari suatu permasalahan yang telah disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta setiap siswa untuk menuliskan jawaban atau hasil pemikiranya.
Langkah ke 3
: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangannya.
Aktifitas
: Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam
kerja
kelompoknya.
Pelaksanaan
model
ini
dapat
dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok. Langkah ke 4
: Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas.
Aktifitas
: Siswa
mempresentasikan
jawaban
atau
pemecahan
masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Langkah ke 5
: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Aktifitas
: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
Dalam tahapan Thinking, Pairing dan Sharing inilah, kemampuan siswa dalam berkomunikasi yang meliputi kemampuan mendengar, berbicara, membaca maupun menuliskan gagasan atau pendapatnya ketika pembelajaran berlangsung akan terlihat. Adanya pemberian masalah dilakukan untuk melihat penguasaan dan pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajarinya. d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Anita Lie (2008: 46) mengemukakan bahwa, pada model kelompok berpasangan memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) Meningkatkan partisipasi. 2) Cocok untuk tugas sederhana. 3) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok. 4) Interaksi lebih mudah. 5) Lebih mudah dan cepat membentuknya.
Model Think Pair Share ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasinya kepada orang lain. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri. Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik.
Menurut Anita Lie (2008: 46), model kelompok berpasangan juga memiliki beberapa kelemahan antara lain: 1)
Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitori.
2)
Lebih sedikit ide yang muncul.
3)
Jika ada perselisihan tidak ada penengah.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan Think Pair Share (TPS) ini sangat sistematis sehingga waktu yang diberikan kepada siswa untuk berpikir sudah cukup dan memungkinkan siswa dapat memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Penelitian Yang Relevan Nurla Amri Fahrida (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Peningkatan
Prestasi
Belajar Mata Pelajaran
Ekonomi
Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Bagi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan prestasi belajar Ekonomi siswa. Prestasi belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian prestasi belajar siswa berada di atas standar batas tuntas nilai Ekonomi yaitu 62. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata kelas siswa adalah 50 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata kelas menjadi 62,4 pada siklus I dan 68,76 pada siklus II. Pada siklus I sebanyak 15 siswa (50%) mendapat nilai di atas 62 dari 75% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 68,76 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 24 siswa (80%) sudah mencapai nilai di atas 62 dari 75% target yang direncanakan. Rosmaini S., Evi Suryawati dan Mariani N. L. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pendekatan Struktural Think–Pair–Share ( TPS ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN
20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003”. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat Daya serap siswa 74,85% (Katagori baik), Ketuntasan belajar siswa 90,48% (Katagori tuntas). 2. Aktivitas siswa meningkat rata-rata 69,27% (Katagori baik). 3. Penerapan pendekatan Struktural TPS dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Nana Septriana dan Budi Handoyo (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Penerapan Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi”. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa setelah penerapan TPS dalam pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase keberhasilan tindakan sebesar 65,68% dalam kategori sedang, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85,29% dalam kategori baik. Prestasi belajar siswa setelah penerapan TPS juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 71,76 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 64,71% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 76,03% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 79,41%.
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir yang digunakan dalam penelitian, digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah mempunyai landasan teori yang mendukung judul penelitian. Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Konsep-konsep dalam Akuntansi itu tersusun mulai dari yang mendasar atau mudah sampai pada yang paling sukar. Oleh karena itu, penguasaan materi dasar dengan baik merupakan pondasi awal untuk melanjutkan materi selanjutnya. Seberapa baik dan tepat materi akuntansi yang ditetapkan belum tentu akan menjamin tercapainya pendidikan akuntansi yang dirumuskan. Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan. Pada umumnya, guru dalam proses belajar mengajar selalu menggunakan metode konvensional misalnya metode ceramah, sehingga siswa kurang berpartisipasi dalam proses balajar mengajar dan tidak menjamin semua siswa memahami materi yang disampaikan. Hal itu menyebabkan pencapaian prestasi siswa kurang maksimal. Oleh karena itu, guru harus lebih bervariasi
dalam
menggunakan
metode
pembelajaran
misalnya
model
pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Think Pair Share (Berpikir Berpasangan Berbagi). Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu dari model kooperatif yang menggunakan struktur kelompok berpasangan. Meskipun termasuk dalam model kooperatif, struktur ini memberikan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir individu. Selain itu model pembelajaran Think Pair Share (TPS) juga memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, berpasangan, dan berbagi sehingga kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok dapat berkembang, sedangkan dalam pembelajaran konvensional menekankan pembelajaran secara individu dengan guru sebagai pusat kegiatan. Penyajian masalah dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang kontekstual melatih para siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep akuntansi. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Belajar Mengajar
Permasalahan yang dihadapi; 1. Metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran akuntansi 2. Siswa kurang berpartisipasi saat KBM berlangsung di kelas
Prestasi belajar akuntansi siswa kurang maksimal
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Peningkatan prestasi belajar siswa
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten Pada Mata Pelajaran Akuntansi Tahun Pelajaran 2009/2010”.
BAB III METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten yang beralamat di Jln. Bhayangkara, Pedan, Klaten khususnya di kelas X Akuntansi 1. Adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian di lokasi ini adalah: 1) Menurut pendapat beberapa siswa kelas X Akuntansi 1 pembelajaran akuntansi yang dilakukan saat ini kurang menarik dan hasilnya belum maksimal. 2) Secara khusus, di kelas X Akuntansi 1 belum pernah dilaksanakan penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. 2. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah dari proses persiapan sampai dengan penyusunan laporan penelitian. Untuk lebih jelasnya, dapat dipaparkan jadwal penelitian dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Keterangan
1 2 3 4 5
Pengajuan judul dan mini proposal Penyusunan proposal Ijin penelitian Perencanaan Tindakan Implementansi Tindakan Siklus I dan Siklus II Penyusunan laporan penelitian
6
Tahun 2009 Des Jan
Feb
Tahun 2010 Maret April
Mei Juni
3. Siklus Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS). Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran akuntansi yaitu Anis Farida, S.Pd.
B. Subjek Dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi 40 siswa perempuan. 2. Objek Penelitian Dalam Peneitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang menjadi objek penelitian adalah: a. Suasana belajar saat berlangsung proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). b. Prestasi belajar siswa.
C. Metode Penelitian Jenis Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) yang mengandung pengertian suatu kegiatan penelitian yang dilakukan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 58), pengertian dari PTK adalah ”Penelitian tindakan (action researcs) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya”. Komponen dalam sebuah kelas yang dapat dikaji melalui PTK antara lain siswa, guru, materi pelajaran, peralatan, hasil pembelajaran, lingkungan, dan pengelolaan (Suharsimi Arikunto, 2009: 58). Penelitian Tindakan Kelas berbeda dengan penelitian lainnya, PTK memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
a. Inkuiri Reflektif. Kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). b. Kolaboratif. Kegiatan penelitian tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti dari luar kelas, tetapi peneliti harus berkolaborasi dengan guru, kolaborasi ini hanya bersifat basa basi tetapi harus ada dalam seluruh proses penelitian tindakan kelas. c. Reflektif. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil tindakan. (Suharsimi Arikunto, 2009: 110) Tujuan penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2009: 61) sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. b. Untuk meningkatkan profesionalinalisme pendidik dan tenaga kependidikan. c. Untuk menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah. Berdasarkan definisi tersebut, penelitian tindakan kelas dapat diartikan suatu bentuk penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: 1. Observasi Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 220), observasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan nonpartisipatif. a. Observasi partisipatif (participatory observation). Menurut Iskandar (2009: 68), dalam observasi partisipatif, peneliti dituntut untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan atau aktivitas-
aktivitas subjek yang sesuai dengan tema atau fokus masalah yang dijadikan objek penelitian. b. Observasi nonpartisipatif (nonparticipatory) Peneliti hanya bersifat sebagai pengamat, tidak ikut serta dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan peneliti bersifat nonpartisipatif, peneliti hanya sebagai pengamat saja, tidak ikut serta dalam proses pembelajaran yang diamati. Data yang dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), serta hasil kuis siswa yang dilakukan dalam proses evaluasi. 2. Wawancara Wawancara atau interview dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008: 216). Iskandar (2009: 72) mengklasifikasikan wawancara dalam 2 bentuk yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. a. Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah yang akan diteliti. b. Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden. Dalam penelitian ini, peneliti memakai bentuk wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan persiapan terlebih dahulu. Wawancara yang dilakukan peneliti berfokus pada siswa dan guru. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan mengenai kesulitan yang dialami dalam pembelajaran mata pelajaran Akuntansi serta faktor-faktor penyebabnya. Serta untuk mengetahui tanggapan dan harapan siswa mengenai model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bahan-bahan yang berkaitan dengan hasil yang sedang diteliti, baik dari sumber dokumen maupun dari buku-buku. Teknik ini untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa dokumen sekolah, catatan-catatan, daftar hadir siswa, hasil karya siswa, dsb. 4. Teknik Evaluasi/ Tes Menurut Iskandar (2009: 233), tes/evaluasi adalah alat ukur yang berupa petannyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang dimiliki seseorang. Tes yang biasa digunakan dalam dunia pendidikan dibedakan menjadi tes hasil belajar (achievement test) dan tes psikologis (psychological test). Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah tes hasil belajar, yaitu mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 224), tes hasil belajar dibedakan menjadi 4, yaitu tes diagnostik, tes penempatan, tas formatif, dan tes sumatif. a. Tes diagnostik ditujukan untuk mengukur/mendiagnosis kelemahan atau kekurangan siswa dan digunakan untuk memberikan perbaikan. b. Tes penempatan ditujukan untuk mengukur penguasaan/keunggulan siswa, digunakan untuk menempatkan siswa sesuai dengan tingkat penguasaan atau keunggulannya. c. Tes formatif mengukur tingkat penguasaan siswa dan posisinya baik antar teman satu kelas maupun dalam penguasaan target materi. d. Tes sumatif digunakan untuk perbaikan program atau proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes formatif yaitu tes yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru, dengan menggunakan butir-butir soal atau instrumen soal yang mengukur hasil belajar sesuai dengan bidang mata pelajaran yang diteliti yaitu bidang studi akuntansi. .
E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal hingga akhir. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan prestasi pembelajaran akuntansi pada kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Klaten dengan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Setiap tindakan peningkatan prestasi pembelajaran dirancang ke dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan tindakan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi tindakan; dan (4) Refleksi tindakan untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus. 1. Rancangan Siklus I a. Perencanaan tindakan Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah ditentukan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas meliputi: 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). 2) Menyusun lembar observasi untuk guru dan siswa dengan tujuan agar dapat mengamati kondisi belajar di kelas pada saat metode Think Pair Share (TPS) diterapkan. 3) Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan penemuan hasil refleksi. 4) Mempersiapkan lembar kerja siswa. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran, baik pre tes, kuis, dan tes akhir. 6) Menetapkan indikator ketercapaian.
Tabel 2. Indikator Ketercapain Belajar Siswa Aspek yang diukur
Persentase target capaian
Cara mengukur
70%
Diamati saat pembelajaran dengan
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/
menggunakan lembar observasi
ide selama pembelajaran
dan dihitung dari jumlah siswa
berlangsung
yang mengajukan pertanyaan atau ide selama kegiatan pembelajaran berlangsung
Partisipasi siswa dalam
70%
menjawab pertanyaan
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dihitung dari jumlah siswa yang menjawab pertanyaan selama pembelajaran berlangsung
Interaksi antar siswa
70%
Diamati saat pembelajaran dengan
dalam kelompok
menggunakan lembar observasi
kooperatif
(sosiogram)
oleh
peneliti
dan
dihitung dari jumlah siswa yang berinteraksi (berbagi informasi, berbagi tafsiran, negosiasi makna) dalam diskusi kelompok Ketuntasan hasil belajar
80%
(standar nilai 70)
Dihitung dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas, untuk siswa yang mendapat nilai 70
dianggap
telah
ketuntasan belajar. Sumber: Observasi awal tindakan kelas b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam rangka pemecahan masalah sebagaimana
yang
telah
direncanakan.
Keseluruhan
tindakan
yang
dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi
mencapai
belajar siswa mata pelajaran Akuntansi yang sebelumnya dirasakan kurang menarik dan kurang maksimal. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran Akuntansi. Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan untuk mengefektifkan proses pembelajaran, mengaktifkan siswa, meningkatkan minat belajar siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan yang dilakukan berupa pembelajaran mata pelajaran Akuntansi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pelaksanaan tindakan ini merupakan implementasi dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. c. Observasi Bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan dari penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
Observasi merupakan
proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Tujuan dari observasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Peneliti bertugas sebagai pengamat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Fokus pengamatan ditekankan pada implementasi pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) terhadap kualitas pembelajaran secara menyeluruh yang meliputi: kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar dan pencapaian prestasi belajar siswa. d. Refleksi Dilakukan dengan menganalisis atau data hasil observasi dan interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang memerlukan perbaikan dan bagian mana yang sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam melakukan refleksi, peneliti harus bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator mengadakan diskusi untuk penentuan langkah-langkah untuk memperbaiki permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan.
Setelah itu, ditarik kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat menentukan langkah berikutnya. Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Perencanaan Tindakan I
Pengamatan / Pengumpulan Data I
Refleksi I
Pelaksanaan Tindakan I
Perencanaan Tindakan II
Pengamatan / Pengumpulan Data II
Refleksi II
Pelaksanaan Tindakan II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 2. Bagan Posedur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2009: 74)
2. Rancangan Siklus II Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut, dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran akuntansi perusahaan jasa, termasuk tahap pelaksanaan, observasi dan interprestasi dan refleksi juga mengacu pada siklus sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten yang dulu bernama SMEA Negeri Pedan Kabupaten Klaten disesuaikan pada 25 Januari 1968 dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.32/UKK.3/68, tanggal 1 Januari 1968. Sejak dimulainya kurikulum 1994 dalam perjalanannya sekolah ini telah mengalami perubahan nama dari SMEA, SMKTA, dan sekarang bernama SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Dalam perkembangannya SMK Negeri 1 Pedan telah mengalami perpindahan lokasi antara lain: 1. Tahun 1968 – 1969 berlokasi di Desa Selan, Kecamatan Pedan 2. Tahun 1970 – 1973 berlokasi di Desa Gombang, Kecamatan Cawas 3. Tahun 1974 – Sekarang berlokasi di Desa Sobayan, Kecamatan Pedan Lokasi sangat strategis karena dekat dengan pasar, berada di pusat kota Pedan, hubungan lalu lintas dan komunikasi sangat lancar. Disamping itu untuk menunjang kelancaran kebutuhan sarana dan prasarana sekolah sangat mudah diperoleh. Selama dalam perjalanannya SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten telah mengalami pergantian pimpinan beberapa kali diantaranya: 1. Tahun 1969 – 1971
: Aryo Suparno
2. Tahun 1971 – 1977
: Soetarno, BA
3. Tahun 1977 – 1978
: Soerono, BA
4. Tahun 1978 – 1987
: Drs. Indrato
5. Tahun 1987 – 1991
: Drs. Soemarno
6. Tahun 1991 – 1992
: Drs. Ig. Surono
7. Tahun 1992 – 1999
: Drs. Rusmadi WY
8. Tahun 1999 – 2004
: Dra. Tien Suhartinah
9. Tahun 2004 – 2009
: Drs. Purwanto
10. Tahun 2009 – sekarang: Ir. Marjono SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten dikenal sebagai SMK Bisnis Manajemen yang didalamnya dikaji program keahlian: a. Akuntansi b. Administrasi Perkantoran c. Penjualan d. Teknik Komputer dan Informatika Kurikulum yang digunakan di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten adalah Kurikulum Edisi 2004 dan yang terakhir yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Para pendiri SMK Negeri 1 Pedan Klaten: 1. Dharmadi, BA 2. Suharlan, BA 3. Soeradi Marhaentiyoso, BA 2. Visi dan Misi a. VISI Menghasilkan tamatan di tingkat menengah yang mampu bekerja untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan baik saat ini maupun di masa yang akan datang sejalan dengan era globalisasi. b. MISI 1) Menyiapkan kurikulum implementatif dengan mengoptimalkan peran serta masyarakat khususnya Dunia Usaha atau Dunia Industri dan Unit Produksi. 2) Membangun sikap adaptif, inovatif, dan penerapan pelayanan prima serta memiliki komitmen tinggi. 3) Mengembangkan program diklat dan evaluasi serta sertifikasi profesi dengan peralatan yang terstandar. 4) Meningkatkan sumber daya kependidikan sehingga dapat mempunyai kompetensi berstandar nasional/internasional. 5) Menerapkan Sistem Manajemen ISO.
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi Kelas X Akuntansi 1 di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan identifikasi masalah (observasi awal) dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Observasi awal dilakukan pada Pebruari 2010 di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Hasil dari identifikasi masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ditinjau dari Segi Siswa a. Sarana dan prasarana pembelajaran kurang memadai (terbatasnya buku paket untuk siswa). Dalam pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten ini didukung dengan buku paket yang mana masingmasing siswa berhak meminjam buku yang tersedia di perpustakaan sekolah. Namun, kenyataan yang terjadi adalah tidak semua siswa bisa mendapatkan buku tersebut. Hal itu dikarenakan jumlah buku yang tersedia sangat terbatas, sehingga siswa terpaksa memggunakan satu buku untuk dua orang. Keterbatasan tersebut berdampak pada terhambatnya proses belajar siswa (baik belajar dirumah maupun di sekolah). b. Siswa kurang berminat terhadap pelajaran akuntansi. Kejenuhan siswa pada pembelajaran akuntansi salah satunya disebabkan karena penggunaan metode ceramah yang terus-menerus oleh guru, siswa hanya diminta untuk mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, serta mengerjakan apa yang diperintahkan guru, sehingga siswa menjadi bosan dan mengabaikan mata pelajaran akuntansi. Dampaknya, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru karena selain pemahaman siswa kurang, dalam mata pelajaran akuntansi melibatkan perhitungan dan berkaitan dengan kejadian sehari-hari. Hal tersebut dapat diatasi apabila siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan aktif mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas dan bertanya pada saat mereka mengalami kesulitan.
c. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran akuntansi yang biasa dilakukan. Siswa cenderung tidak mempergunakan kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi. Siswa cenderung malu untuk mengungkapkan pendapatnya jika diadakan tanya jawab. Mereka memilih diam tidak bertanya meskipun sebenarnya mereka belum paham mengenai materi yang sedang dibahas. Sebagian siswa juga masih malu untuk maju ke depan kelas jika diminta guru untuk menjelaskan kembali apa yang mereka terima setelah mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa cenderung bermasalah dalam menuangkan ide, gagasan, dan kreatifitas. Mereka cenderung tidak mempunyai kesempatan untuk berkreasi. d. Siswa lebih tertarik pada kebebasan dan keleluasaan dalam belajar. Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan peneliti pada saat survei awal, bahwa sebagian besar siswa SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten kelas X Akuntansi 1, mereka lebih senang belajar dengan serius tetapi santai, dalam artian mereka belajar dengan serius, namun dalam pembelajaran mereka menghendaki keleluasaan (tidak ada paksaan/rileks). Mereka lebih senang bertanya kepada teman daripada guru tentang materi yang belum mereka pahami. Misalnya, saat guru menerangkan materi mereka tidak mengerti dan mereka malas untuk mengikuti pelajaran dan memilih bertanya kepada teman saat pelajaran telah selesai dari pada memperhatikan guru pada saat menerangkan materi
sehingga suasana
kelas menjadi gaduh karena siswa membuat kesibukan sendiri-sendiri. 2. Ditinjau dari Segi Guru a. Guru merasa kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Pada saat pembelajaran akuntansi, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias terhadap mata pelajaran akuntansi. Siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan pada saat pembelajaran akuntansi berlangsung. Guru sudah mencoba melakukan
upaya guna membangkitkan minat siswa dengan memberikan pendekatan secara langsung dan dengan memotivasi serta menegur siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini belum mampu membangkitkan semangat dan minat belajar siswa. b. Hasil belajar yang tercermin dari prestasi siswa belum menunjukkan hasil yang maksimal. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar akuntansi SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten dapat dikatakan rendah, karena dalam pemgamatan yang dilakukan peneliti pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten, dari hasil pekerjaan siswa menunjukkan rata-rata nilai yang mereka peroleh adalah 69. Rata-rata tersebut masih dibawah KKM yang telah ditetapkan sekolah untuk pelajaran akuntansi yaitu 70, serta siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas adalah 22 siswa (55%) dari 40 siswa dan hal itu mengindikasikan bahwa pembelajaran akuntansi yang selama ini dilakukan belum mencapai hasil yang optimal. C. Deskripsi Hasil Penelitian Sebagai data awal peneliti mengambil nilai ulangan harian terakhir yang diperoleh siswa untuk mengetahui kemampuan siswa serta dijadikan tes awal siswa sebelum kita masuk pada siklus pertama yang mana tes tersebut dalam bentuk soal esay diperoleh hasil seperti tercantum dalam tabel berikut: Tabel 3. hasil tes awal kemampuan siswa Nilai
Jumlah anak
Persentase
85-89
1
2,5
80-84
3
7,5
75-79
3
7,5
70-74
15
37,5
65-69
9
22,5
60-64
9
22,5
Jumlah
40
100
Sumber: Nilai ulangan harian terakhir sebelum penelitian tindakan kelas
Hasil tes awal pada tabel 6 di atas tergambar bahwa dari 40 siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten, 18 siswa atau 45% belum mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan yaitu nilai 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi belum optimal. Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. 1. Siklus I Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus pertama melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). a. Perencanaan Tindakan I 1) Menyiapkan Perangkat Pembelajaran Peneliti bersama guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dilengkapi dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan siklus pertama akan dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut: Pertemuan I, Senin, 8 Maret 2010 Kegiatan: a) Salam pembuka, mengabsen siswa dan apersepsi. b) Sosialisasi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). c) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu. d) Penjelasan materi diselingi tanya jawab siswa. e) Evaluasi proses pembelajaran dan penutup. Pertemuan II, Selasa, 9 Maret 2010 Kegiatan: a) Salam pembuka dan mengabsen siswa. b) Pembentukan kelompok. c) Diskusi kelompok. d) Presentasi tiap kelompok.
e) Evaluasi dari guru. f) Penutup. Pertemuan III, 12 Maret 2010 Kegiatan: a) Salam pembuka dan mengabsen siswa. b) Pembagian soal kuis. c) Pengerjaan kuis individu oleh siswa. d) Pengumpulan kuis. e) Penutup. 2) Menyiapkan Instrument. Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang meliputi lembar observasi mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk mencatat hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran. 3) Menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan scenario pembelajaran. 5) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan pertama dilakukan selama 3 kali pertemuan, di ruang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi pada pelaksanaan tindakan pertama ini adalah pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system). Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system), kemudian pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan presentasi
dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus pertama. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: Pertemuan ke-1 (Siklus I), Senin, 8 Maret 2010 1) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi. 2) Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kebingungan selama proses pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi. 3) Guru memberikan penjelasan materi tentang pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system). 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa. 5) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga siswa-siswa disuruh belajar dan mempersiapkan diri. 6) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas. 7) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan ke-2 (Siklus II), Selasa, 9 Maret 2010 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). 2) Guru menyuruh siswa untuk merapikan tempat duduk dan menyuruh siswa agar berpasangan. 3) Guru memberikan soal/permasalahan kepada setiap kelompok untuk didiskusikan. 4) Guru menyuruh masing-masing siswa agar memikirkan sendiri dahulu mengenai jawabannya sebelum didiskusikan dengan temannya sekitar 15 menit.
5) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya mengenai permasalahan yang diajukan tadi sekitar 30 menit. 6) Setelah setelah berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingi tanya jawab dengan siswa sekitar 5 menit. Demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan presentasi. 7) Guru memberikan evaluasi tentang jalannya diskusi tadi serta memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas. 8) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan kuis individu sehingga siswa disuruh untuk mempersiapkan diri. 9) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan ke-3 (Siklus III), 12 Maret 2010 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen siswa. 2) Guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan kuis atas materi yang telah dibahas. 3) Guru dan peneliti membagikan soal kuis berupa soal essay dan menyuruh siswa untuk segera mengerjakannya. 4) Guru dan peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan tujuan agar siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak bekerja sama dengan temannya. 5) Setelah waktu habis, guru dan peneliti meminta lembar jawab soal dari kuis yang telah dikerjakan. 6) Guru mengulas sedikit jawaban dari soal kuis yang telah dikerjakan tadi, agar siswa mengetahui letak kesalahannya. 7) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan berikutnya. 8) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. c. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peniliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pada waktu kegiatan observasi berlangsung, kegiatan guru adalah sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan. Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam diskusi dan presentasi di depan kelas. Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS): 1) Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama pembelajaran berlangsung sebanyak 21 siswa (52,5%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan lainnya masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan maupun idenya. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa belajar dengan model pembelajaran konvensional, sehingga mereka lebih banyak mendengarkan dan sedikit bertanya maupun berpendapat. 2) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebanyak 22 siswa (55%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan lainnya masih belum berani untuk menjawab pertanyaan. Hal ini disebabkan siswa masih malu untuk mengungkapkan jawabannya serta takut apabila jawaban mereka salah. 3) Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi sebanyak 28 siswa (70%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan yang lainnya hanya menunggu dan melihat temannya menyelesaikan tugas. 4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa yang sudah mampu mengerjakan soal esai pencatatan dana kas kecil dengan
sistem dana tetap (imprest fund system) serta mendapat nilai > 70 sebanyak 38 siswa (95%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan lainnya belum sempurna dalam menyelesaikan soal yang diberikan, hal ini disebabkan mereka masih belum paham dalam pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system) serta pembuatan jurnalnya. Hasil ini ditunjukkan tabel di bawah ini: Tabel 4. Hasil ulangan harian siklus pertama Nilai
Jumlah anak
Persentase
95-100
2
5
90-94
12
30
85-89
13
32,5
80-84
11
27,5
75-79
-
-
70-74
-
-
65-69
2
5
Jumlah
40
100
Sumber: Nilai ulangan atau kuis pada siklus pertama d. Refleksi Refleksi dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan apa yang telah dihasilkan pada proses tindakan dihubungkan dengan penyelesaian permasalahan yang ditargetkan pada siklus tersebut. Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan dan kelemahan yang terjadi. Setelah pertemuan ke-3 yaitu setelah dilaksanakannya kuis individu, peneliti baru dapat ,melakukan refleksi secara keseluruhan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), rata-rata kelas adalah 69 namun setelah diterapkannya metode ini, ratarata kelas menjadi 87. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar
ketuntasan 70 sebanyak 38 siswa dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Dengan kata lain, salah satu indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai, yaitu 95 % siswa memperoleh nilai diatas 70 dari 80% target yang direncanakan. Tetapi pada siklus I ini keaktifan siswa belum dapat mancapai target yang direncanakan yaitu 70%, sehingga peneliti ingin menerapkan lagi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) agar model pembelajaran ini terbukti dapat membantu meningkatkan prestasi siswa serta meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan dari hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa kelemahan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Kelemahan pada siklus I diantaranya sebagai berikut: 1) Segi Guru a) Guru kurang mengontrol pada saat proses belajar mengajar sehingga siswa masih ada yang ramai pada saat awal pembelajaran dan masih bingung dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). b) Guru kurang menguasai kelas, hal ini terlihat dari posisi guru menjelaskan yang selalu berada di depan kelas sehingga siswa yang bagian belakang kurang diperhatikan. Hal ini berdampak pada siswa yang duduk di bagian belakang kelas kurang memperhatikan penjelasan guru dan cenderung mengobrol dengan teman sebelah. c) Guru kurang memperhatikan kondisi siswa setelah adanya kuis sehingga suasana menjadi ramai dan kurang terfokus. 2) Segi Siswa a) Dalam diskusi kelompok ada beberapa siswa yang cenderung masih pasif dan malu berpendapat, ada juga yang mengantuk sehingga ada beberapa kelompok yang mengerjakan sendiri tanpa berdiskusi dengan teman sebangkunya. b) Siswa masih belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya di depan kelas karena kurang percaya diri.
Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang dapat dilakukan adalah: 1) Guru meningkatkan kontrol dan penguasaan kelas untuk meningkatkan disiplin kelas serta lebih tegas lagi dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan. 2) Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan mudah berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta mengemukakan pendapatnya.
2. Siklus II Penerapan pembelajaran akuntansi pada siklus pertama melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). a. Perencanaan Tindakan II 1) Menyiapkan Perangkat Pembelajaran Peneliti bersama guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, kemudian peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan siklus kedua akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang direncanakan adalah sebagai berikut: Pertemuan I, Senin, 15 Maret 2010 Kegiatan: a) Salam pembuka, mengabsen siswa dan apersepsi. b) Sosialisasi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). c) Pengulangan sedikit materi yang terdahulu. d) Penjelasan materi diselingi tanya jawab siswa. e) Evaluasi proses pembelajaran dan penutup. Pertemuan II, Selasa, 19 Maret 2010 Kegiatan: a) Salam pembuka dan mengabsen siswa. b) Pembentukan kelompok.
c) Diskusi kelompok. d) Presentasi tiap kelompok. e) Evaluasi dari guru. f) Penutup. Pertemuan III, 29 Maret 2010 Kegiatan: a) Salam pembuka dan mengabsen siswa. b) Pembagian soal kuis. c) Pengerjaan kuis individu oleh siswa. d) Pengumpulan kuis. e) Penutup. 2) Menyiapkan Instrument. Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar observasi mengenai model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk mencatat hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran. 3) Menyiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran. 5) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan kedua dilakukan selama 3 kali pertemuan, di ruang kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45 menit yang sesuai dengan skenario pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Materi pada pelaksanaan tindakan kedua ini adalah pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System). Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan materi tentang pencatatan dana kas
kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System), kemudian pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk melaksanakan diskusi dan presentasi dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus kedua. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: Pertemuan ke-1 (Siklus II), Senin, 15 Maret 2010 1) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi. 2) Guru memberitahukan bahwa akan dicoba lagi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kebingungan selama proses pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi. 3) Guru memberikan penjelasan materi tentang pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System). 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa. 5) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan diskusi tentang materi yang telah dibahas dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga siswa-siswa disuruh belajar dan mempersiapkan diri. 6) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas. 7) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan ke-2 (Siklus II), Selasa, 19 Maret 2010 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). 2) Guru mengulas sedikit materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. 3) Guru menyuruh siswa untuk merapikan tempat duduk dan menyuruh siswa agar berpasangan.
4) Guru memberikan soal atau permasalahan kepada setiap kelompok untuk didiskusikan. 5) Guru menyuruh masing-masing siswa agar memikirkan sendiri dahulu mengenai jawabannya sebelum didiskusikan dengan temannya sekitar 15 menit. 6) Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya mengenai permasalahan yang diajukan tadi sekitar 30 menit. 7) Setelah setelah berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingi tanya jawab dengan siswa sekitar 5 menit. Demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan presentasi. 8) Guru memberikan evaluasi tentang jalannya diskusi tadi serta memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas. 9) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan kuis individu sehingga siswa disuruh untuk mempersiapkan diri. 10) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan ke-3 (Siklus II), 29 Maret 2010 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen siswa. 2) Guru menyuruh siswa untuk mempersiapkan diri untuk mengerjakan kuis atas materi yang telah dibahas. 3) Guru dan peneliti membagikan soal kuis berupa soal essay dan menyuruh siswa untuk segera mengerjakannya. 4) Guru dan peneliti mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis dengan tujuan agar siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak bekerja sama dengan temannya. 5) Setelah waktu habis, guru dan peneliti meminta lembar jawab soal dari kuis yang telah dikerjakan. 6) Guru mengulas sedikit jawaban dari soal kuis yang telah dikerjakan tadi, agar siswa mengetahui letak kesalahannya. 7) Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan
berikutnya. 8) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. c. Observasi Observasi atau pemngamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pada tahap ini peniliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran dengan adanya model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pada waktu kegiatan observasi berlangsung, kegiatan guru adalah sebagai pemantau pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Guru memberi bantuan atau penjelasan pada siswa atau kelompok yang kurang paham terhadap tugas yang harus mereka kerjakan. Selain itu guru juga melakukan penilaian terhadap siswa yang aktif dalam diskusi dan presentasi di depan kelas. Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS): 1) Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama pembelajaran berlangsung sebanyak 28 siswa (70%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan lainnya masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan maupun idenya. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa belajar dengan model pembelajaran konvensional, sehingga mereka lebih banyak mendengarkan dan sedikit bertanya maupun berpendapat. 2) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebanyak 30 siswa (75%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa, sedangkan lainnya masih belum berani untuk menjawab pertanyaan. Hal ini disebabkan siswa masih malu untuk mengungkapkan jawabannya serta takut apabila jawaban mereka salah.
3) Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi sebanyak 36 siswa (90%), sedangkan yang lainnya hanya menunggu dan melihat temannya menyelesaikan tugas. 4) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa siswa yang sudah mampu mengerjakan soal esai pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation fund system) serta mendapat nilai > 70 sebanyak 40 siswa (100%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa. Hal ini disebabkan siswa telah memahami cara pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation fund system). Hasil ini ditunjukkan tabel di bawah ini: Tabel 5. Hasil ulangan harian siklus kedua Nilai
Jumlah anak
Persentase
95-100
11
27,5
90-94
20
50
85-89
3
7,5
80-84
5
12,5
75-79
1
2,5
Jumlah
40
100
Sumber: Nilai ulangan atau kuis pada siklus kedua d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) karena siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) menjadi lebih efektif. Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata kelas hanya sebesar 69. Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) nilai rata-rata kelas naik menjadi 87 pada
siklus I dan 92 pada siklus II. Pada siklus II sebanyak 100% siswa dinyatakan tuntas, karena pencapaian prsetasi belajar siswa diatas standar batas tuntas nilai, yaitu 70. Kondisi ini lebih baik dari siklus I yaitu 95% siswa yang dinyatakan tuntas. Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang direncanakan yaitu 70%. Dengan demikian, semua indikator ketercapaian pada siklus II telah tercapai. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada siklus II dinilai telah berhasil dan dianggap sudah memuaskan sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1) Guru sudah bisa menguasai kelas sehingga ketika mengajar perhatiannya bisa tersebar pada seluruh bagian kelas. 2) Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak perlu dan jauh lebih bersemangat saat diskusi dan presentasi berlangsung, meskipun ada beberapa siswa yang masih pasif saat pembelajaran berlangsung. Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan adalah : 1) Guru lebih kreatif dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. 2) Guru harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan terhadap beberapa siswa yang masih pasif dalam proses pembelajaran. 3) Guru harus lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran pada saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.
D. Pembahasan Hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Hal tersebut dapat dilihat dari table berikut ini: Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa Kriteria
Jumlah Siswa
Persentase
Sebelum
Siklus
Siklus
Sebelum
Siklus I
Siklus
Penerapan
I
II
Penerapan
Tuntas
22
38
40
55%
95%
100%
Tidak
18
2
0
45 %
5%
0%
II
Tuntas (Sumber: data primer yang diolah, 2010) Peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik prestasi belajar siswa Berdasarkan grafik dan tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan siswa mengalami peningkatan. Sebelum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan 70 sebanyak 22 siswa sebesar 55% dengan nilai rata-rata kelas siswa 69 tetapi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) menjadi 38 siswa pada siklus I sebesar 95% dan 40 siswa pada siklus II sebesar 100%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 87, sebanyak 38 siswa (95%) mendapat nilai di atas 70 dari 80% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai
rata-rata kelas 92, sebanyak 40 siswa (100%) sudah mencapai nilai di atas 70 dari 80% target yang direncanakan, sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran akuntansi, selain dapat meningkatkan prestasi belajar siswa juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 7. Keaktifan Siswa Jumlah Siswa Aspek
Persentase
Siklus
Siklus
Siklus
Siklus
I
II
I
II
21
28
52,5%
70%
22
30
55%
75%
28
36
70%
90%
Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan/ ide selama pembelajaran berlangsung Partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan Interaksi antar siswa dalam kelompok kooperatif (Sumber: data primer yang diolah, 2010) Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4. Grafik keaktifan siswa pada siklus II dan siklus II
Grafik di atas memberikan informasi bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) maka keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran akuntansi mengalami peningkatan antara lain: 1. Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama proses belajar mengajar yaitu sebanyak 21 siswa (52,5%) pada siklus I menjadi 28 siswa (70%) pada siklus II dari 70 % target yang direncanakan. 2. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu 22 siswa (55%) pada siklus I menjadi 30 siswa (75%) pada siklus II dari 70 % target yang direncanakan. 3. Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi yaitu 30 siswa (70%) pada siklus I menjadi 36 siswa (90%) pada siklus II dari 70 % target yang direncanakan. Dalam penelitian ini keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Demikian pula pada prestasi siswa yang juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Sehingga peniliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) mampu meningkatkan keaktifan siswa. Dengan adanya peningkatan tingkat keaktifan siswa, hal ini juga menyebabkan terjadinya peningkatan pada prestasi siswa. Semakin tinggi tingkat keaktifan siswa, maka semakin tinggi pula nilai atau prestasi belajar yang diperoleh siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Adapun deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Berdasarkan hasil survey tersebut, peneliti menemukan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi kelas X Akuntansi 1 masih kurang optimal. Hal tersebut disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional (model ceramah dan tanya jawab). Guru juga belum menggunakan
model pembelajaran kooperatif sehingga menimbulkan beberapa permasalahan dalam pembelajaran yaitu siswa kurang merespon, bila diberi pertanyaan asal menjawab dan siswa kurang percaya diri. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru mata pelajaran Akuntansi untuk mencari solusi dan mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Pada siklus I peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Materi yang dibahas adalah pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund system). Setelah perangkat siap, peneliti mendiskusikannya dengan guru. Dalam penelitian ini peneliti sebagai pelaksana pembelajaran. Siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada siklus I berjalan cukup lancar, siswa pun dapat ikut berpartisipasi di dalam KBM meskipun ada beberapa siswa yang ramai dan kurang memperhatikan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan yaitu siswa belum dapat bekerja sama secara optimal dengan teman sebangkunya. Selain itu, siswa juga belum berani mengemukakan pendapatnya di depan teman-teman dan guru. Prestasi belajar siswa pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) tetapi peneliti ingin menerapkan lagi model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) agar keaktifan siswa dapat ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran akuntansi pada siklus I. Materi pembelajaran siklus II adalah pencatatan dana kas kecil dengan sistem dana tidak tetap (Fluctuation Fund System). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus II siswa terlihat semakin aktif dan kelemahan pada siklus I sudah teratasi pada siklus II. Siswa sebelumnya masih kurang aktif dalam berdiskusi dan malu untuk mengemukakan pendapatnya sekarang mulai berani untuk bertanya dan memberikan pendapatnya kepada teman maupun guru.
Berdasarkan kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa, dapat diketahui bahwa siswa merasa lebih memahami materi pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). Siswa juga mengungkapkan bahwa prestasi belajar mereka mengalami peningkatan. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru diperoleh keterangan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat. Berdasarkan data siklus I dan siklus II diperoleh prestasi belajar yang selalu mengalami peningkatan. Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran akuntnasi. Hal ini terbukti pada peningkatan peran serta siswa pada pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar antara lain: 1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center) sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi kelompok, presentasi, dan tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam kelompok belajar. 2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan siswa sehingga membuat siswa nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat dari semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami peningkatan. 3. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang dipelajari sehingga pembelajaran efektif dapat tercapai. 4. Penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian prestasi belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 70. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS).
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Berdasarkan analisa hasil penelitian tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar pada siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Peningkatan prestasi belajar tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya antara lain: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS). 2. Guru mengadakan diskusi kelompok untuk membahas lembar kegiatan untuk meningkatkan kerjasama antar siswa. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu sebelum mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara terarah dan terprogram. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (berpikir berpasangan berbagi) terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pedan Kabupaten Klaten. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut ini: 4. Siswa semakin aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa mengajukan pertanyaan atau ide selama proses pembelajaran dari 21 siswa pada siklus I sebesar 52,5% menjadi 28 siswa pada siklus II sebesar 70%. 5. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan
siswa menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran dari 22 siswa pada siklus I sebesar 55% menjadi 30 siswa pada siklus II sebesar 75%. 6. Siswa yang aktif dan berperan dalam kelompoknya pada saat diskusi. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan keaktifan siswa saat berdiskusi dalam kelompoknya dari 30 siswa pada siklus I sebesar 70% menjadi 36 siswa pada siklus II sebesar 90%. 7. Adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 38 siswa pada siklus I sebesar 95% menjadi 40 siswa pada siklus II sebesar 100%. Kondisi-kondisi tersebut diatas, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Guru mampu mengelola kelas dengan baik. Hal tersebut terefleksi dari (1) kemampuan guru dalam memotivasi siswa untuk ikut aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang berlangsung, (2) posisi guru sudah tidak lagi terpaku kelas bagian depan tetapi sudah mampu berotasi sehingga dapat memantau siswa yang berada di bagian belakang, (3) guru sudah dapat meningkatkan minat dan semangat siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar maupun pada saat kegiatan diskusi berlangsung. 2. Guru menyadari perlunya melakukan suatu evaluasi terhadap proses pembelajaran, agar segala kelemahan yang ada dapat teratasi dengan baik, dan tidak terulang dalam proses pembelajaran berikutnya.
B. Implikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyanpaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat belajar atau motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Akuntansi. Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan secara maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Apabila guru memiliki kemampuan baik, maka guru dapat menyampaikan materi dengan baik.
Materi tersebut akan diterima siswa dengan baik apabila siswa juga mempunyai minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif dan efisien. Penelitian ini memberikan gambaran secara jelas bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran Akuntansi dapat meningkatkan prestasi belajar Akuntansi. Bagi guru bidang studi Akuntansi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Disamping itu dapat menjadikan siswa lebih aktif dan menghapus pandangan siswa terhadap pembelajaran yang membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan dalam mengajak siswa untuk berkomunikasi dengan baik, sehingga siswa menjadi tidak malu untuk bertanya atau maju ke depan kelas untuk menyampaikan pendapatnya.
C. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Diharapkan guru untuk terus mengembangkan minat serta semangat siswa selama proses pembelajaran berlangsung agar siswa menemukan dan mengembangkan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. b. Guru perlu menambah wawasannya tentang metode-metode pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. c. Guru hendaknya mampu memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
d. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sebaiknya guru meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif yang mendukung proses pembelajaran. e. Guru hendaknya mampu mengkaji permasalahan yang timbul saat proses pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran di kelas dapat tercapai dan berdampak positif pada peningkatan hasil prestasi belajar siswa. 2. Bagi Siswa a. Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh setiap siswa untuk bekerja sama dalam satu kelompok untuk memecahkan masalah dan saling mengajari satu sama lain. b. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kemampuan berdiskusi maupun bersosialisasi dengan siswa lain dan saling membantu terhadap siswa lain. 3. Bagi Peneliti a. Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian yang sejenis dengan penyempurnaan dalam berbagai hal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi yakni nilai yang diperoleh siswa menjadi lebih tinggi. b. Peneliti sebagai calon guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi pembelajaran yang diinginkan siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan. 4. Bagi Sekolah a. Perlu adanya sosialisasi model PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dan pembelajaran kooperatif kepada guru-guru agar mereka dapat menerapkannya di dalam kelas sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton.
b. Melengkapi perpustakaan dengan pengadaan buku-buku model pembelajaran kooperatif maupun inovatif agar guru-guru bisa membacanya sehingga pengetahuan mereka bertambah dan akhirnya bisa diterapkan di kelas. c. Mengadakan evaluasi tentang cara mengajar guru yaitu dengan menyebarkan angket kepada siswa, supaya sekolah mengetahui metode mengajar guru, sehingga bisa diberitahukan kepada guru tentang metode atau cara mengajarnya selama ini agar guru bisa memperbaikinya jika ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Anita, Lie. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo. ________. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Arends, Richard L. 2008. Learning to teach. Yogjakarta: Pustaka Belajar. Depdikbud. 1996. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. __________________ . 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press. Handayani, Nanik Tri. 2009. Eksperimentasi Pengajaran Matematika Dengan Metode TPS (Think Pair Share) Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Isjoni.2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Drs. M. Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhammad Rohmadi dan Slamet Subiyantoro. 2009. Model-Model Pembelajaran Bahasa, Sastra, Dan Seni. Surakarta: Yuma Pustaka Surakarta. Nana Sudjana, DR. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Septriana dan Budi Handoyo. 2007. Penerapan Think Pair Share (TPS) dalam Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi. Malang : FKIP UM. (On Line) (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-2-no-1-budihandoyo.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2010) Ngalim Purwanto. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rosmaini S., Evi Suryawati dan Mariani N. L. 2004. Penerapan Pendekatan Struktural Think–Pair–Share ( TPS ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Kelas I.7 SLTPN 20 Pekanbaru Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hewan TA. 2002/2003. Skripsi. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau. (On Line) (http://jurnalbiogenesis.files.wordpress.com/2004/09/vol-1-no-1rosmaini.pdf, diakses tanggal 21 Januari 2010) Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Penerjemah: Nurulita. Bandung : Nusa Media. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sutratinah Tirtonegoro. 2006. Anak Supernormal dan Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syaiful Bahri Djamarah, Drs. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Yuliana, Elis Muddah. 2009. Penggunaan Metode Kooperatif Model Think-PairShare untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa pada Pokok Bahasan Unsur Fisik Wilayah Indonesia Kelas VIII B di MTs Negeri I Pacitan_Tahun_Ajaran_2007/2008. Skripsi. Surakarta : FKIP UNS. Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Yrama Widya.