Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015
Hamidah Fajrin1, Prof.Dr.Soetarno Joyoatmojo2, Dra. Sri Wahyuni MM3
Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran pada mata pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan di SMK Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua siklus. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran SMK Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut terlihat dari kemampuan berpikir kritis siswa pada aspek memfokuskan masalah meningkat sebesar 29,03% (siklus I sebesar 64,52% dan siklus II 93,55%), pada aspek mempertimbangkan sumber atau teori meningkat sebesar 32,26% (siklus I 58,06% dan siklus II 90,32%), pada aspek mengidentifikasi masalah meningkat sebesar 35,49% (siklus I 58,06% dan siklus II 93,55%), pada aspek memberikan alternatif untuk pemecahan masalah meningkat sebesar 32,25% (siklus I 54,84% dan siklus II 87,09%), pada aspek menjelaskan alternatif pemecahan masalah meningkat sebesar 32,26% (siklus I 51,61% dan siklus II 83,87%), dan pada aspek membuat kesimpulan sederhana meningkat sebesar 22,58% (siklus I 74,19% dan siklus II 96,77%). Sebelum diterapkan model pembelajaran Think Pair Share nilai rata-rata kelas adalah 75,23 dengan presentase ketuntasan hasil belajar sebesar 47%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 77 dengan presentase ketuntasan hasil belajar sebesar 74,2%, sedangkan siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 83,38 dengan presentase ketuntasan hasil belajar sebesar 90,32%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan. Kata kunci: Think Pair Share, kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Konfirmasi Keputusan Pelanggan. Abstract The objective of this research is to improve the critical thinking ability and the learning achievement in Consumer-Based Decision Confirmation of the students in Grade X of Marketing Department of Vocational High School Batik 1 of Surakarta in Academic Year 2014/2015 through the application of the Cooperative Learning Model of the TPS type. This research used the classroom action research (CAR) with two cycles. The achievement of research shows that the cooperative learning model of the TPS type could improve the critical thinking ability and the learning achievement in the Consumer-Based Decision Confirmation subject matter of the students in Grade X of Marketing Department of Vocational High School Batik 1 of Surakarta in Academic Year as shown by the following: The critical thinking ability on the aspect of Focusing Problems increased as much as 29.03% (In Cycle I it was 64.52%, and in Cycle II it became 93.55%); the critical thinking ability on the aspect of Considering Sources or Theories increased as much as 32.26% (In Cycle I it was 58.06%, and in Cycle II it became 90.32%); the critical thinking ability on the aspect of Identifying Problems increased as much as 35.49% (In Cycle I it was 58.06%, and in Cycle II it became 93.55%); the critical thinking ability on the aspect of Giving Alternatives to Solve Problems increased as much as 32.25% (in Cycle I it was 54.84%, and in Cycle II it became 87.09%); the critical thinking ability on the aspect of Explaining Alternatives to Solve Problems increased as much as 32.26% (in Cycle I it was 51.61%, and in Cycle II it became 83.87%); and the critical thinking ability on the aspect of Drawing Conclusions increased as much as 22.58% ( in Cycle I it was 74.19%, and in Cycle II it became 96.77%). Furthermore, prior to the application of the cooperative learning model of the TPS type, class average score was 75.23 with learning completeness of 47%. Following the treatment, the score average score became 77 with the learning completeness of 74.2% in Cycle I and 83.38 with the learning completeness of 90.32% in Cycle II. Thus, the application of the cooperative learning model of the TPS type could improve the critical thinking ability and the learning achievement in the Consumer-Based Decision Confirmation subject matter. Keywords: Think Pair Share, critical thinking ability, learning achievement in the Consumer-Based Decision Confirmation subject matter
PENDAHULUAN Kemajuan dari suatu bangsa ditentukan oleh kualitas dari sumber
daya manusia. Meningkatkan sumber daya
manusia
yang
berkualitas,
cerdas, dan berkarakter kuat sangat
dibutuhkan adanya peran pendidikan.
paradigma pendidikan, dari pendidik
Oleh karena itu, peningkatan mutu
yang menjadi pusat pembelajaran
dan penataan pendidikan yang baik
menjadi
dapat
pembimbing,
dilakukan
pembaharuan dengan
dengan
pendidikan
sesuai
perkembangan
Pembaharuan
zaman.
pendidikan
di
pendidik
yang
motivator,
berjalan secara efektif. permasalahan
yang
menciptakan dunia pendidikan yang
adalah
adaptif
berpartisipasi
dalam
pendapat
atau
dan
perkembangan zaman. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, berbagai upaya telah ditempuh,
pembaharuan
kurikulum,
pengembangan
dalam
seperti
model
pembelajaran,
perubahan
sistem penilaian dan lain-lain. Salah satu unsur yang sering dikaji dalam hubungannya dengan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta
didik
pembelajaran
adalah yang
pendidik
dalam
pembelajaran
di
model digunakan
sekolah.
kegiatan Masih
banyak kegiatan pembelajaran yang berpusat kepada pendidik, sehingga peserta didik cenderung kurang aktif di dalam kegiatan pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu dengan merubah
pembelajaran peserta
Selain itu,
muncul
proses
perubahan
dan
fasilitator agar pembelajaran dapat
Indonesia perlu dilakukan untuk
terhadap
menjadi
saat
berlangsung
didik
kurang
memberikan menjawab
permasalahan yang diajukan oleh guru. Akibatnya, banyak peserta didik lebih memilih pasif untuk tidak mengeluarkan terkait
pendapat
mereka
permasalahan
yang
ditemukan. Hal ini dapat dijadikan indikator bahwa daya analisis kritis siswa masih rendah. Banyak peserta didik yang masih menggunakan cara menghafal
dalam
pembelajaran
sehingga kemampuan berpikir kritis kurang
terlatih.
dikarenakan
Hal
penyampaian
tersebut materi
yang dilakukan oleh guru masih menggunakan model pembelajaran ceramah.
Banyak
guru
yang
beranggapan bahwa jika peserta didik
cenderung
diam
dan
mendengarkan berarti peserta didik telah
memahami
materi
yang
diajarkan
oleh
guru.
Pada
yang berkaitkan dengan pelajaran
kenyataannya, peserta didik menjadi
kepada
kurang
dipikirkan,
aktif
saat
proses
peserta
didik
selanjutnya
untuk pendidik
pembelajaran berlangsung. Hal ini
meminta peserta didik untuk mencari
mengakibatkan peserta didik tidak
pasangan
optimal dalam menyerap materi yang
permasalahan yang diajukan dan
disampaikan. Peserta didik juga tidak
akhirnya pendidik meminta setiap
mempunyai buku mata pelajaran
pasangan berbagi kepada seluruh
konfirmasi
kelas terkait jawaban atas pertanyaan
keputusan
pelanggan
sehingga harus mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini membuat
pembelajaran
tidak
dalam
memecahkan
yang diajukan. LANDASAN TEORI Pembelajaran
berjalan secara efektif. model
Pembelajaran pada hakekatnya
tepat
sangat
merupakan proses interaksi antara
dalam
rangka
guru dengan siswa, baik interaksi
mencapai tujuan pembelajaran yang
secara langsung seperti kegiatan
diinginkan oleh pendidik. Think Pair
tatap muka maupun secara tidak
Share merupakan salah satu tipe
langsung,
model pembelajaran kooperatif yang
menggunakan
dapat mendorong peserta didik untuk
pembelajaran (Rusman, 2012).
Penggunaan pembelajaran berperan
yang
penting
berperan aktif dalam proses diskusi kelompok
dan
dapat
saling
yaitu
dengan
berbagai
media
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
membantu antara satu sama lain dalam
menguasai
materi
Suyadi
pembelajaran yang diajarkan oleh
bahwa,
pendidik.
merupakan
Dalam
model
(2013)
menjelaskan
“Cooperative model
learning
pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe Think
dengan
menggunakan
Pair Share, pendidik mengajukan
pengelompokan
suatu permasalahan atau pertanyaan
(empat sampai enam peserta didik)
atau
sistem tim
kecil
dengan latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau
waktu
suku
berpikir sendiri jawaban atau
yang berbeda
(heterogen)”
beberapa
menit
Siswa
untuk
(hlm. 62). Menurut Sumarsih &
masalah.
membutuhkan
Sanjaya (2013) Think Pair Share is a
penjelasan bahwa berbicara atau
strategy designed to provide students
mengerjakan
with “food for thought” on a given
berpikir.
bukan
bagian
topics enabling them to formulate
2) Langkah2: Berpasangan (Pairing)
individual ideas and share these
Selanjutnya guru meminta siswa
ideas with another student. (Think
untuk
Pair Share adalah strategi yang
mendiskusikan apa yang telah
dirancang untuk memberikan para
mereka peroleh. Interaksi selama
siswa
untuk
beberapa waktu yang disediakan
berpikir" dengan diberikan topik
dapat menyatukan jawaban jika
yang memungkinkan mereka untuk
suatu pertanyaan yang diajukan
merumuskan ide-ide individual dan
atau menyatukan gagasan apabila
berbagi ide-ide ini dengan siswa lain.
suatu
Menurut
model
diidentifikasi. Secara normal guru
pembelajaran kooperatif tipe Think
memberi waktu tidak lebih dari 4
Pair
atau 5 menit untuk berpasangan.
dengan
"makanan
Trianto
Share
(2009)
(TPS)
pembelajaran
adalah
kooperatif
jenis yang
berpasangan
masalah
dan
khusus
yang
3) Langkah 3: Berbagi (Sharing)
dirancang untuk mempengaruhi pola
Pada langkah akhir, guru meminta
interaksi
Langkah-langkah
pasangan-pasangan untuk berbagi
dalam pembelajaran kooperatif tipe
dengan keseluruhan kelas yang
think pair share, yaitu sebagai
telah meraka bicarakan. Hal ini
berikut:
efektif untuk berkeliling ruangan
siswa.
1) Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru
mengajukan
suatu
pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta
siswa
menggunakan
dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sebagian kesempatan
sampai
pasangan untuk
sekitar mendapat
melaporkan
(Tjokrodihardjo dalam Trianto, 2009).
Keunggulan pembelajaran
ini,
dari
model
yaitu
mampu
3) Peserta
didik
mengidentifikasi isu yang ada
mengoptimalkan partisipasi siswa
(memberikan
sehingga siswa aktif saat proses
penyebab
pembelajaran
masalah).
berlangsung
(Lie,
2004).
dapat
penjelasan terjadinya
suatu
4) Peserta didik dapat memberikan alternatif-alternatif
Berpikir Kritis
untuk
memecahkan masalah.
Berpikir kritis menurut Glaser
5) Menjelaskan alternatif pemecahan
adalah “(1) suatu sikap mau berpikir
masalah yang dipilih, berdasarkan
secara mendalam tentang masalah-
teori yang relevan.
masalah dan hal-hal yang berada dalam
jangkauan
pengalaman
seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode penalaran
pemeriksaan
yang
logis;
dan
6) Peserta didik mampu menjelaskan permasalahan
dan
membuat
kesimpulan sederhana.
dan (3)
Hasil Belajar
semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut (Fisher,
2009:
3)”.
Indikator
kemampuan berpikir kritis digunakan
dalam
yang
penelitian
ini
antara lain sebagai berikut:
merangsang peserta didik berpikir lebih tinggi terkait permasalahan
“Hasil
belajar
kemampuan-kemampuan
adalah yang
dimiliki siswa setelah menerima belajarnya,
siswa
memperoleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar pada materi belajar” (hlm. 22). Diawali dengan siswa mengalami proses belajar, mencapai
yang ditemukan. 2) Peserta didik mempertimbangkan sumber atau teori yang digunakan sesuai
bahwa,
pengalaman
1) Memfokuskan pertanyaan untuk
apakah
Sudjana (2011) berpendapat
dengan
permasalahan tersebut atau tidak.
hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar, yang semua itu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
afektif
psikomotorik.
dan
ranah
Dalam penelitian ini untuk melakukan penilaian hasil belajar siswa,
yaitu
penilaian
dengan
tes
dan
melakukan non
tes.
Pengukuran pada ranah kognitif, dapat dilakukan tes secara tertulis kepada siswa. Dalam menilai ranah afektifnya, dapat dilakukan dengan pengamatan
terhadap
aspek
responding (memberikan
respon),
yakni yang diamati dari kemampuan berpikir kritis siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam menilai dapat
ranah
psikomotoriknya,
dilakukan
dengan
menilai
ketelitian dan ketepatan siswa dalam menjawab soal yang sudah diberikan.
penilaian
Nurhadi
otentik
adalah
(2004) proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang pencapaian
perkembangan
dan
pembelajaran
yang
dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai
teknik
yang
dapat
mengungkapkan, membuktikan, dan menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
dari
yang meliputi: 1) Penilaian Kinerja Penilaian
pembelajaran
sudah
tercapai.Menurut Sudarwan (2013)
otentik
sebisa
mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur dari
proyek/tugas
mereka
yang
gunakan
akan untuk
menentukan
kriteria
penyelesaiannya.
Cara
untuk
merekam hasil penilaian berbasis kinerja yaitu sebagai berikut: a) Daftar cek (checklist), b) Catatan
Penilaian Otentik Menurut
jenis-jenis penialaian otentik yaitu
anekdot/narasi
(anecdotal/narative records), c) Skala penilaian (rating scale), dan d) Memori atau ingatan (memory approach) 2) Penilaian Sikap Penilaian Sikap (penilaian afektif)
yaitu
penilaian
yang
dilakukan guru terhadap sikap dari peserta didik. Penilaian sikap berkaitan dengan minat, moral, tanggung
jawab,
disiplin,
kejujuran,
dapat
bekerjasama,
Penilaian
portofolio
rendah hati, menghargai pendapat
merupakan
orang lain, dan kontrol diri.
kumpulan hasil karya peserta
Suwandi
didik
(2009)
menyebutkan
penilaian
yang
atas
menunjukkan
beberapa objek sikap yang perlu
kemajuan dan dihargai sebagai
dinilai dalam proses pembelajaran
hasil
yaitu:
pembelajaran. Ada tiga hal yang
a) Sikap
terhadap
materi
pelajaran
c) Sikap
terhadap
proses
pembelajaran d) Sikap yang berkaitan dengan atau
norma
yang
berhubungan
dengan
suatu
materi pelajaran
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta menurut
tertentu.
proses
perlu diperhatikan guru dalam
periode/waktu
Penyelesaian
tugas
dimaksud berupa investigasi yang dilakukan
oleh
mulai
dari
a) Keterampilan
peserta
didik
dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan
data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
3) Penilaian Proyek
didik
selama
penilaian proyek:
b) Sikap terhadap guru
nilai
kerja
peserta
perencanaan,
pengumpulan pengorganisasian,
data, pengolahan,
analisis, dan penyajian data. 4) Penilaian Portofolio
didik,
b) Kesesuaian materi pelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. c) Keaslian
sebuah
proyek
pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Keterkaitan
antara
Model
Pembelajaran Think Pair Share dengan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik
antara lain: a) Kegiatan
pembelajaran
menggunakan pembelajaran
Adanya diskusi kelompok akan mendorong peserta didik menjadi aktif
yang digunakan dalam penelitian ini
dalam
yang model
kooperatif
tipe
Think Pair Share. b) Pengukuran kemampuan berpikir
menyampaikan
kritis dan hasil belajar peserta
pendapatnya, menanggapi pendapat
didik dengan menerapkan model
dari
pembelajaran
temannya
dan
bekerjasama dengan
baik
mampu dalam
kooperatif
tipe
Think Pair Share.
kelompoknya. Model pembelajaran ini juga mampu meningkatkan cara
Sumber data merupakan suatu
berpikir siswa dan akan melatih
sumber
peserta didik untuk berpikir secara
memperoleh data yang diperlukan,
kritis
dalam memilih data, peneliti harus
untuk
memecahkan
yang
digunakan
permasalahan yang diberikan oleh
benar-benar
guru.
peningkatan
kelengkapan informasi yang akan
kemampuan berpikir kritis peserta
dikumpulkan dan juga validitas dari
didik juga akan mengingkatkan hasil
data yang diambil. Sumber data
belajar peserta didik.
dalam penelitian ini adalah informan,
Adanya
tempat
METODE PENELITIAN
Sedangkan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi,
penelitian adalah kelas X Pemasaran
metode wawancara, dokumentasi,
SMK Batik 1 Surakarta dengan
dan tes.
siswa
31
(PTK).
penelitian,
Subyek
jumlah
Kelas
lokasi
mengenai
peristiwa, dan dokumen atau arsip.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
atau
berpikir
untuk
anak
dimana
terdapat 2 peserta didik laki-laki dan 29 peserta didik perempuan. Objek
Dalam
penelitian
ini,
menggunakan dua teknik tringulasi yaitu tringulasi data dan tringulasi
metode.
Menggunakan
tringulasi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
data karena dalam penelitian ini
yang bertujuan untuk meningkatkan
menggunakan sumber data yaitu
kemampuan berpikir kritis peserta
guru dan siswa
yang dianggap
didik.
memiliki
sudut
pandang
dengan
berbeda,
sedangkan
metode
yang
tringulasi
digunakan
membandingkan wawancara
dengan
dari
hasil
hasil
dari
ini
menerapkan
pembelajaran
untuk
data
Penelitian
dilakukan dua
siklus
dengan
model
pembelajaran yang sama pada setiap siklusnya.
Setiap
siklus
yang
diterapkan pada proses pembelajaran
observasi secara langsung.
mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis
Peningkatan
HASIL PENELITIAN
peserta
kemampuan
didik. berpikir
kritis peserta didik dapat dilihat Model pembelajaran kooperatif
sebagai berikut:
tipe think pair share merupakan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 120 100 80
93,55
96,77
93,55
90,32
87,09
83,87 74,19
64,52
60
58,06
58,06
54,84
Pra Siklus 51,61
Siklus I Siklus II
40 20
6,45
9,68
9,68 0
0
0
0 Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6
Gambar 1 Grafik Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siklus
Penerapan model pembelajaran
hal itu dapat dilihat pada aspek
kooperatif tipe think pair share
memfokuskan masalah meningkat
terbukti
sebesar 29,03% (siklus I sebesar
dapat
meningkatkan
kemampuan berpikir kritis didik.
Pada
berpikir
aspek
kritis
peserta
64,52% dan siklus II 93,55%), pada
kemampuan
aspek mempertimbangkan sumber
siklus
aspek
atau teori meningkat sebesar 32,26%
memfokuskan masalah meningkat
(siklus I 58,06% dan siklus II
sebesar
90,32%),
58,07%
I
(presentase
pra
pada
aspek
siklus sebesar 6,45% dan siklus I
mengidentifikasi masalah meningkat
sebesar
sebesar 35,49% (siklus I 58,06% dan
64,52%),
mempertimbangkan
pada sumber
aspek atau
siklus
II
93,55%),
pada
teori meningkat sebesar 48,38%
memberikan
(presentase pra siklus 9,68% dan
pemecahan
siklus
sebesar 32,25% (siklus I 54,84% dan
I
58,06%),
pada
aspek
masalah
meningkat
siklus
sebesar 58,06% (pra siklus 0% dan
menjelaskan alternatif pemecahan
siklus
aspek
masalah meningkat sebesar 32,26%
untuk
(siklus I 51,61% dan siklus II
meningkat
83,87%), dan pada aspek membuat
58,06%),
memberikan pemecahan
pada
alternatif masalah
87,09%),
untuk
mengidentifikasi masalah meningkat
I
II
alternatif
aspek
aspek
sebesar 54,84% (pra siklus 0% dan
kesimpulan
siklus
sebesar 22,58% (siklus I 74,19% dan
I
54,84%),
pada
aspek
menjelaskan alternatif pemecahan masalah meningkat sebesar 51,61% (pra siklus 0% dan siklus I 51,61%), dan pada aspek membuat kesimpulan sederhana meningkat sebesar 64,51% (pra siklus 9,68% dan siklus I 74,19%). Pada siklus II juga mengalami peningkatan dibandingkan siklus I,
sederhana
pada
meningkat
siklus II 96,77%). Pada
peserta
didik
yang
memiliki ketrampilan berpikir kritis yang tinggi dengan menggunakan model pembelajaran TPS juga dapat meningkatkan hasil belajar. Berikut ini adalah gambar grafik peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Hasil Belajar Siswa 100
90,32 74,2
80 60
47
53 Tidak Tuntas
40
Tuntas
25,8
20
9,68
0 Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 2 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Tiap Siklus
Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui
bahwa
tertulis
menerapkan
model
kooperatif tipe think pair share
pembelajaran kooperatif tipe think
terbukti dapat meningkatkan hasil
pair share dengan nilai rata-rata
belajar.
70,2 dan presentase ketuntasan hasil
peningkatan nilai tes tertulis peserta
belajar
didik pada siklus dengan nilai rata-
sebelum
nilai
Sistem pembelajaran dengan
penerapan
sebesar
53%.
Hal
ini
model
Hal
ini
pembelajaran
terbukti
dari
menunjukkan bahwa hasil belajar
rata sebesar 77 dan
peserta didik kelas X Pemasaran
ketuntasan
khususnya mata pelajaran konfirmasi
74,2%, sedangkan untuk hasil tes
keputusan pelanggan masih rendah
tertulis pada siklus II mengalami
karena masih banyak peserta didik
peningkatan dibandingkan siklus I
yang memperoleh nilai dibawah
yaitu
KKM yaitu 75. Masih rendahnya
presentase ketuntasan hasil belajar
hasil belajar disebabkan oleh peserta
sebesar 90,32%.
nilai
hasil
presentase
belajar
rata-rata
sebesar
83,38
dan
didik yang kurang berpartisipasi dalam
mengikuti
pembelajaran.
proses
Berdasarkan data siklus I dan siklus
II
diperoleh
data
yang
menunjukkan bahwa hasil belajar
peserta
didik
selalu
mengalami
dapat meningkatkan kemampuan
peningkatan. Hal ini terbukti pada
berpikir kritis peserta didik dan
peningkatan
hasil belajar.
kemampuan
berpikir
kritis peserta didik dan hasil belajar yang
ditemui
selama
proses
pembelajaran dengan menggunakan
PENUTUP Simpulan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, yaitu:
Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan penelitian, maka dapat
a. Peserta didik lebih aktif dalam
disimpulkan bahwa penerapan model
proses pembelajaran baik dalam
pembelajaran kooperatif tipe think
bertanya, mengeluarkan pendapat,
pair
diskusi kelompok, memecahkan
meningkatkan kemampuan berpikir
masalah, mendengarkan materi,
kritis peserta didik dalam proses
dan
pembelajaran. Peserta didik menjadi
mempresentasikan
hasil
diskusi kelompok.
lebih
share
aktif
(TPS)
dalam
dapat
memfokuskan
b. Suasana belajar dikelas menjadi
masalah, mempertimbangkan sumber
lebih menyenangkan dan tidak
atau teori, mampu mengidentikasi
monoton sehingga peserta didik
masalah,
lebih antusias mengikuti proses
alternatif pemecahan masalah yang
pembelajaran.
dipilh,
c. Adanya diskusi kelompok dapat melatih
peserta
didik
bertanggungjawab mempelajari
bahan
mampu
dan
kesimpulan
memberikan
mampu sederhana.
membuat Hal
itu
untuk
ditunjukkan dengan perilaku peserta
untuk
didik
yang
lebih
aktif
dalam
bersama
menyampaikan pendapat, bertanya,
kelompok, sehingga pengetahuan
dan mampu bekerjasama dengan
peserta didik bertambah sehingga
anggota
akan
untuk
model ini juda dapat meningkatkan
memahami materi yang dipelajari.
hasil belajar peserta didik. Sebelum
d. Penerapan model pembelajaran
penerapan model kooperatif tipe
kooperatif tipe think pair share
think pair share, nilai rata-rata kelas
memudahkan
kelompoknya.
Penerapan
75,23 dan presentase ketuntasan hasil
model pembelajaran kooperatif tipe
belajar sebesar 47%.
TPS dapat merangsang peserta didik untuk berpikir kritis. Saran
Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Siswa tidak lagi menjadi obyek
belajar peserta didik. Hal ini dapat
dalam
digunakan
melainkan
sebagai
pertimbangan
pembelajaran, sebagai
subyek
bagi guru untuk menerapkan model
pembelajaran.
pembelajaran tersebut dalam proses
menjadikan guru sebagai satu-
pembelajaran dikelas. Peserta didik
satunya
mampu memfokuskan masalah atau
sehingga
soal yang diberikan oleh guru dengan
memperoleh
menggunakan berbagai sumber atau
mengenai materi pembelajaran
teori untuk menjawab soal tersebut.
dari berbagai sumber seperti
Berbagai sumber yang digunakan
buku paket, internet, LKS, dll.
dapat menambah pengetahuan pada peserta
didik
sehingga
mengidentikasi memecahkan
masalah,
Siswa
pusat
tidak
informasi
siswa
dapat informasi
b. Siswa lebih aktif dalam proses
mampu
pembelajaran melalui kegiatan
masalah,
diskusi dan tanya jawab saat
dan
menjelaskan alternatif pemecahan
presentasi. c. Pembelajaran
koperatif
tipe
masalah yang dipilih. Selain itu,
TPS dapat dimanfaatkan untuk
peserta
mampu
mengembangkan kemampuan
menjelaskan jawaban dengan baik
siswa secara sosial, seperti
dan mampu membuat kesimpulan
kerjasama,
sederhana. Langkah-langkah dalam
memecahkan
didik
juga
kekompakan, masalah,
dan
saling
bertukar
pendapat
dengan
anggota
kelompok
yang lain. d. Siswa lebih melatih diri untuk berkomunikasi di depan umum atau dengan teman lainnya misalnya
menjelaskan
hasil
diskusi dengan idenya sendiri. 2. Bagi Guru
a. Sekolah
dapat
memberikan
pelatihan
kepada
mengenai
penerapan
pembelajaran
yang
model inovatif
didalam kelas. b. Sekolah meningkatkan sarana dan
prasarana
untuk
mempermudah
siswa
memperoleh
a. Guru dapat menciptakan model
guru
mengenai
informasi materi
pelajaran
pembelajaran yang berpusat
seperti: memperbaiki fasilitas
pada peserta didik agar peserta
free hostpot dan menyediakan
didik
berbagai buku di perpustakaan
lebih
aktif
menyampaikan
dalam
pendapatnya
dan suasana kelas menjadi menyenangkan.
yang
inovatif
berkaitan
motivasi
dapat
memberikan
dan
memfasilitasi
guru untuk mengikuti pelatihan
seperti: model pembelajaran
atau
kooperatif
berhubungan
dalam
proses
pembelajaran di dalam kelas. c. Guru
dapat
memberikan
motivasi bagi peserta didik yang
kurang
pembelajaran
aktif
dalam dengan
dengan
pelajaran. c. Sekolah
b. Guru dapat menerapkan model pembelajaran
yang
seminar
yang
dengan
model
pembelajaran inovatif diluar lingkungan sekolah. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian diharapkan
selanjutnya mampu
menjelaskan bahwa penilaian
menyempurnakan
tidah hanya berdasarkan hasil
yang terdapat didalam penelitian
tes tetapi juga keaktifan siswa
ini agar lebih bervariatif dan
dalam proses pembelajaran.
inovatif, disarankanuntuk menggu
3. Bagi Sekolah
kekurangan
nakan tema yang sama dengan
diterapkan
pada
materi
yang
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil
berbeda.
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT
Remaja
Rosdakaya. DAFTAR PUSTAKA
Sumarsih & Sanjaya, D. (2013). TPS
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah
Pengantar.
Benyamin
as an Effective Technique to Enhance
Terj.
Hadinata.
Achievement
Jakarta: Erlangga. Lie,
A.
(2004).
Learning:
Learning
106-113.
Kelas.
Suyadi.
(2013).
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004.
Pendidikan
Bandung:
PT
Remaja Rosdakarya.
Gramedia Suwandi, S. (2009). Model Assesmen
Widyasarana Indonesia.
dalam (2012).
Strategi
Pembelajaran Karakter.
Rusman.
Writing
di
Jakarta: PT Gransindo.
PT
on
Language Teaching, 6 (12),
Mempraktekkan
Ruang-Ruang
Jakarta:
Students’
Descriptive Text. English
Cooperative
Cooperative
the
Belajar
Pembelajaran
Dan
Berbasis
Computer: Mengembangkan Profesionalisme Abad 21. Bandung : Alfabeta. Sudarwan. (2013). Asesmen Otentik, Makalah Pada Workshop Kurikulum. Jakarta.
Pembelajaran.
Panitia
Sertifikasi
Guru
Rayon
13
UNS
FKIP
Surakarta. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.