PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) MELALUI SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS
SKRIPSI Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh Tri Yudi Waluyo Pambudi 4301408025
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Hari
:
jumat
Tanggal
:
30 November 2012
Semarang,30November 2012 Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Woro Sumarni, M.Si
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd
NIP. 19650723 199303 2 001
NIP. 196601061990032002
ii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul:
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPS (THINK PAIR SHARE) MELALUI SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS Disusun oleh Nama
: Tri Yudi Waluyo Pambudi
NIM
: 4301408025
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 19 Desember 2012. Panitia Ujian Skripsi Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si NIP. 19631012 198803 1 001
Dra. Woro Sumarni, M.Si NIP. 19650723 199303 2 001
Penguji I
Prof. Drs. A. Binadja, Apt, Ph. D NIP. 19481226 197903 1 001
Penguji II/ Pembimbing II
Penguji III/ Pembimbing I
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd NIP. 19660106 199003 2 002
Dra. Woro Sumarni, M.Si NIP. 19650723 199303 2 001 iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri bukan plagiat karya dari orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,30November 2012
Tri Yudi Waluyo Pambudi
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S Al-Baqarah: 286). Siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya dengan ilmu tersebut menuju (HR. Muslim).
Persembahan: Ibu dan bapak tercinta yang telah memberi semangat, Kakak tercinta Eko Yudi Astuti dan semua keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat, Sahabat-sahabatku khususnya buat Ajeng Diasputri, Umi Rahmawati yang telah membantu dan memberi semangat, Teman-teman kos vila, imam, yudi, khoirul yang memberi semangat dan menghibur saya ketika galau. Teman-teman jurusan kimia angkatan 2008 yang akan selalu kurindukan
v
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TPS ( Think Pair Share) Melalui Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan Dengan Redoks”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, saran bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang. 4. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Sri Nurhayati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 7. Guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan selama penelitian ini.
vi
8. Staf TU dan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Tunjungan yang telah bekerja sama dengan baik. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi dalam dunia pendidikan dan bagi pembaca khususnya.
Semarang, 30 November 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
Yudi, Tri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair Share) Melalui Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan Dengan Redoks. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dra. Woro Sumarni, M.Si, Dosen Pembimbing II: Dra. Sri Nurhayati, M.Pd Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tps (Think Pair Share), Snowball Throwing, hasil belajar. Berdasakan observasi guru menerapkan model pembelajaran konvensional yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa, serta berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dimana sampel yang digunakan yaitu kelas X1 dan X2. Kelompok eksperimen (X2) menggunakan model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)melalui snowball throwing, sedangkan kelompok kontol (X1) menggunakan model pembelajaran kooperatif tps (think pair share)tanpa melalui snowball throwing. Berdasarkan data pretestdan post test terjadipeningkatan nilai kelas eksperimen51% dan pada kelas kontrol 48% dan melalui uji t diperoleh untuk kelas eksperimen 1,2 dan kelas kontrol 0,8 jadi dapat disimpulkan hasil belajar siswa kelas ekperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa kelas kontrol. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata hasil belajar, diperoleh thitung (4)> ttabel(1), maka disimpulkan rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. Pada uji ketuntasan belajar, secara klasikal jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan pada kelas eksperimen sebanyak 30 siswa sedangkan pada kelas control sebanyak 27 siswa yang berarti kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar dan kelompok kontrol belum mencapai ketuntasan belajar. Uji korelasi diperoleh harga koefisien biserial sebesar 0,579. Rata-rata nilai hasil belajar ranah afektif kelas eksperimen (83) lebih baik daripada kelas kontrol (75). Rata-rata nilai hasil belajar ranah psikomotorik kelas eksperimen (84) sama baiknya dengan nilai hasil belajar ranah psikomotorik kelas kontrol (72). Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tps ( think pair share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas x pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks dengan memberikan kontribusi sebesar 33,56%. Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah guru kimia hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tps (think pair
viii
share)melalui snowball throwingdalam proses pembelajaran sebagai variasi metode mengajar.
ix
ABSTRACT Yudi, Tri. 2012. The Impact from cooperativeTPS (Think Pair Share) learning Model aided by snowball throwing in Redox. Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dra. Woro Sumarni, Dosen Pembimbing II: Dra. Sri Nurhayati, M.Pd. Keywords: CooperativeTPS ( think pair share) Learning Model, snowball throwing In the research that has been done by researcher, the problem wanted to be analyzed was about WHETHER there was any impact fromcooperativeTPS (think pair share) Learning Model and snowball throwing, also how much was the impact howard the learning out comes. The population of this research involved students of X SMAN 1 Tunjungan 2011/2012. The sampels of population were selectedby using purposive sampling technique that took sample from X-1 and X2. Experiment group (X-2) usedcooperativeTPS (think pair share) learning Model aided by snowball throwing, mean while control group (X-1) used just cooperativeTPS (think pair share). By looking at the average of pretest and post test score improvment 51% experiment class and 48% for control class and analyzing result can be 1,2 for experiment class and 0,8 for control class concluded that the result of study from student, of experiment class is better than students of control class result. According to average differences of study result experiment, getting thitung (4)> ttabel (1), so that concluded the average result of study group experiment is better than control group. On completeness of study experiment, the percentage of completeness from experiment class iss 30 students, and control class is about 27 students that means that experiment class already reached the completeness of study and the otherhand control class didn‟t the correlation experiment is gotten coefficient biserial value is about 0,579. The average score in affective experiment class (83) is better than control class (75). The average score in psychomotor experiment class (84) same as well as the result of study in psychomotor control class (72). So that can be concluded that cooperativeTPS ( think pair share) learning Model aided by snowball throwing influences to result of study from students in Redox by giving the contribution 33,56% main subject.
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
PERNYATAAN ...............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................
1
a) Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1
b) Rumusan Masalah................................................................................ ...
6
c) Tujuan Penelitian ....................................................................................
7
d) Manfaat Penelitian .................................................................................
7
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA............................................................................
8
2.1 Belajar .....................................................................................................
8
2.2 Hasil Belajar ............................................................................................
8
2.3Model Pembelajaran Kooperatif TPS (Think-Pair-Share) ......................
10
2.4Snowball Throwing ..................................................................................
13
xi
2.5Pembelajaran Kimia Kompetensi Redoks ................................................
15
2.6Pembelajaran Kimia kooperatif TPS (Think-Pair-Share) melalui Snowball Throwing .......................................................................................
19
2.7Kerangka Berpikir ....................................................................................
21
2.8Hipotesis………………………...............................................................
24
BAB 3 METODE PENELITIAN.....................................................................
25
3.1 Penentuan Objek Penelitian ....................................................................
25
3.2 Metode Pengumpulan Data..................................................... ................
27
3.3 Prosedur Penelitian..................................................................................
27
3.4 Rancangan Eksperimen ...........................................................................
28
3.5 Perangkat Penelitian................................................ ................................
29
3.6 Instrumen Penelitian................................................................................
30
3.7 Analisis Instrumen Penelitian .................................................................
33
3.8 Metode Analisis Data ..............................................................................
40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................
50
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................
50
4.2 Pembahasan .............................................................................................
57
BAB 5 PENUTUP ...........................................................................................
72
5.1 Simpulan .................................................................................................
72
5.2 Saran ........................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
74
LAMPIRAN .....................................................................................................
76
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Silabus ............................................................................................ 76
Lampiran 2.
RPP Pertemuan1 Kelas Kontrol ..................................................... 78
Lampiran 3.
RPP Pertemuan2Kelas Kontrol ...................................................... 86
Lampiran 4.
RPP Pertemuan3Kelas Kontrol ...................................................... 92
Lampiran 5.
RPP Pertemuan4Kelas Kontrol ...................................................... 99
Lampiran 6.
RPP Pertemuan5Kelas Kontrol ...................................................... 107
Lampiran 7.
RPP Pertemuan1 Kelas Eksperimen .............................................. 118
Lampiran 8.
RPP Pertemuan2Kelas Eksperimen ............................................... 129
Lampiran 9.
RPP Pertemuan3Kelas Eksperimen ............................................... 135
Lampiran 10. RPP Pertemuan4Kelas Eksperimen ............................................... 142 Lampiran 11. RPP Pertemuan5Kelas Eksperimen ............................................... 151 Lampiran 12. Lembar Kerja Siswa Konsep Redoks ............................................. 162 Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Materi Pokok Redoks.............................. 173 Lampiran 14. Tes Soal Uji Coba .......................................................................... 175 Lampiran 15. Kunci dan Pembahasan Soal Uji Coba........................................... 186 Lampiran 16. Soal Post-Test ................................................................................ 193 Lampiran 17. Kunci dan Pembahasan Post-Test .................................................. 202 Lampiran 18. Panduan Observasi Aspek Afektif Siswa....................................... 207 Lampiran 19. Panduan Observasi Aspek Psikomotorik Siswa............................. 210 Lampiran 20. Data Nilai Mid Semester 2 Kelas X1-X5 ...................................... 213 Lampiran 21. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X1 ............. 214 xiii
Lampiran 22. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X2 ............. 215 Lampiran 23. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X3 ............. 217 Lampiran 24. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X4 ............. 218 Lampiran 25. Uji Normalitas Data Nilai Ujian Mid Semester Kelas X5 ............. 219 Lampiran 26. Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen .................................. 221 Lampiran 27. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ............................................ 222 Lampiran 28. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ...................................... 223 Lampiran 29. Uji Kesamaan Dua Varians Pretest ................................................ 224 Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes.............................................. 226 Lampiran 31. Data Nilai Post-Test... .................................................................... 228 Lampiran 32. Uji Normalitas Data Nilai Post-Test Kelas X1(Kontrol) ............... 229 Lampiran 33. Uji Normalitas Data Nilai Post-Test Kelas X2(Eksperimen) ............................................................................. 231 Lampiran 34. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ........................................... 232 Lampiran 35. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ..................................... 234 Lampiran 36. Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Post-Test .......................... 236 Lampiran 37. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Nilai Post-Test ....................... 238 Lampiran 38. Uji t Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif ...................... 240 Lampiran 39. Uji Hipotesis .................................................................................. 241 Lampiran 40. Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ..................................................... 242 Lampiran 41. Perhitungan Reliabilitas ................................................................. 243 Lampiran 42. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ............................................. 244 Lampiran 43. Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................................... 245
xiv
Lampiran 44. Perhitungan Validitas Butir Soal .................................................... 246 Lampiran 45. Hasil Analisis Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukarandan Reliabilitas Soal ..................................................... 248 Lampiran 46. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ................................. 250 Lampiran 47. Lembar Penilaian Afektif Kelas Kelas Kontrol ............................. 251 Lampiran 48. Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen ....................... 252 Lampiran 49. Lembar Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol ............................. 253 Lampiran 50. Tanggapan Siswa Kelas Kontrol .................................................... 254 Lampiran 51. Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen ............................................. 255 Lampiran 52. Pertanyaan yang dibuat oleh siswa ................................................ 256 Lampiran 53. Dokumentrasi Penelitian ................................................................ 271
xv
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian ........................................................... 25 Tabel 3.2 Rancangan Eksperimen ................................................................. 28 Tabel 3.3 Klasifikasi Taraf Kesukaran.......................................................... 38 Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembedaan Soal ................................................ 39 Tabel 3.5 Tingkat Hubungan Antar Variabel ................................................ 46 Tabel 3.6 Kriteria Nilai Afektif dan Psikomotorik ....................................... 48 Tabel 3.7 Kriteria Nilai Angket .................................................................... 49 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Populasi .......................... 50 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test ............................................. 51 Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ................................................. 52 Tabel 4.4 Perbedaan Dua Rata-Rata ............................................................. 52 Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar ............................................. 53 Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi.......................................................................... 54 Tabel 4.7 Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar ............................................... 55 Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif ............................ 56 Tabel 4.9 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik .................. 56
xvi
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Kerangka Berfikir.............................................................................................
23
Grafik 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa ...................................
61
Grafik 4.2 Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ..................................................
63
Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen............................................
63
Grafik 4.4 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif .......................................
64
Grafik 4.5 Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik .............................
66
Grafik 4.6 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing .....................................................................
68
Grafik 4.7 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)melalui snowball throwing ....................................................................
xvii
68
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Upaya perbaikan di bidang pendidikan telah dilaksanakan oleh berbagai
pihak. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, sarana prasarana, alat dan media pengajaran serta penilaian pendidikan. Perbaikan ini terjadi di semua jenjang pendidikan dan semua bidang studi. Oleh karena itu guru sebagai komponen pengajar dituntut memiliki pengetahuan yang luas, ketrampilan yang beragam serta sikap yang profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP, kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dinamakan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam KTSP, pembelajaran pada kelompok materi pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir, dan analisis siswa (Mulyasa, 2007: 98). Hal ini mengandung makna bahwa siswa tidak lagi sebagai penerima informasi yang pasif, melainkan menjadi siswa yang selalu aktif dan kreatif.
1
2
Berdasarkan tuntutan KTSP,
pembelajaran sains dilaksanakan dengan
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu berkompetisi di era globalisasi ini. Dengan sistem pembelajaran yang berdasarkan pada KTSP ini, diharapkan siswa dapat menyerap ilmu dengan melalui suatu proses penemuan langsung yang akan menumbuhkan keaktifan mereka. Oleh karena itu, pembelajaran sains yang masih menempatkan guru sebagai pusat dan siswa sebagai gelas kosong yang harus siap diisi sesuai dengan kemampuan guru, harus diganti dengan pembelajaran sains yang dilakukan dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Pembelajaran kimia juga tidak lepas dari tuntutan KTSP. Guru kimia dituntut dapat membelajarkan siswa dengan kegiatan-kegiatan bermakna yang dapat merangsang pemikiran siswa. Salah satunya adalah materi kimia itu sendiri. Redoks, misalnya yang dianggap sebagian besar siswa sebagai materi yang sulit. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa, sebagian mereka berpendapat bahwa materi Redoks susah dipahami, ada materi yang mudah dan juga ada yang sulit. Banyak hal yang dipelajari dalam pokok materi ini, diantaranya adalah mengetahui perubahan bilangan oksidasi, mengetahui reduktor dan oksidator dari suatu reaksi redoks. Hasil
studi
pendahuluan
yang
dilakukan
peneliti
di
SMANegeri1Tunjungan kelas Xdengan melakukan survei diperoleh data hasil belajar siswa kelas X untuk tahun ajaran 2010/2011 pada materi Redoks. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa ketuntasan klasikal siswa dalam menguasai materi Redoks adalah 55%, dan nilai kriteria ketuntasan minimal di 2
3
sekolah tersebut untuk mata pelajaran kimia adalah 67. Jadi dapat dikatakan nilai rata-rata siswa tidak mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah tersebut. Atas dasar hasil survei itu maka perlu upaya yang terus-menerus untuk mencari dan menemukan pendekatan pembelajaran kimia yang mampu memotivasi siswa untuk terus aktif dalam mengikuti pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Wawancara dengan guru mata pelajaran kimia dan beberapa siswa yang telah dilakukan di SMANegeri1Tunjungan, didapatkan bahwa selama ini pelaksanaan pembelajaran kimia di SMA tersebut masih didominasi oleh metode ceramah. Kegiatan praktikum yang dilakukan hanya untuk membuktikan materi yang diterima dari guru atau teori yang ada di buku/LKS. Selama ini pendidik hanya menyajikan prosedur-prosedur praktikum, kemudian siswa hanya menjalankan apa yang sudah tertulis pada prosedur praktikum. Akibatnya siswa menjadi cenderung pasif atau kurang aktif dalam bertindak maupun berfikir. Pembelajaran materi pokok Redoks merupakan salah satu bahan kajian kimia kelas X semester 2 SMA atau MA. Konsep serta fenomena materi pokok Redoks dapat diamati dan sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya petasan, kembang api, dan lain sebagainya. Namun, dalam materi pokok ini siswa sering kesulitan dalam membayangkan hal-hal yang dianggap abstrak. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih aktif sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi. Sedangkan siswa hanya sebagai subjek yang harus menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa memiliki banyak
4
pengetahuan tetapi tidak pernah dilatih untuk menemukan pengetahuan, tidak dilatih untuk menemukan konsep, sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran, serta cepat lupa dengan materi yang diajarkan. Keaktifan siswa dikatakan rendah karena kurangnya percobaan dalam pembelajaran sains, sehingga kurang adanya interaksi antara siswa dan guru dalam tanya jawab. Padahal dengan adanya pancingan-pancingan pertanyaan akan mendorong siswa untuk bersikap dan berfikir lebih aktif.
Masalah-masalah ini dapat diatasi dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Model pembelajaran Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca.
Adapun
kelebihan-kelebihan
Share)Triyanto,(2009:82)adalah:
model
pembelajaran
TPS
(Think
Pair
5
1.
Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
2.
Dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
3.
Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya.
4.
Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang disampaikan.
5.
Pengajaran menjadi lebih terpusat pada siswa.
6.
Siswa dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri. Selain dengan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share), peneliti juga menggunakan metodesnowball throwing. Snowball throwingmenurut Saminanto (2010:37) “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Metode snowball throwing memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar serta menuntut siswa mampu berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang muncul. Selain itu, dengan bantuan media pembelajaran snowball throwing diharapkan siswa lebih semangat, nyaman dan menyenangkan dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh
6
guru serta konsep – konsepnya dapat disampaikan dengan benar dan tepat pada sasarannya. Oleh karena itu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing, siswa diharapkan dapat membangun gagasan pengetahuan,konsep dari kompetensi yang berkaitan dengan Redoks. Hal ini mendorong peneliti menerapkan model pembelajaran yang dapat membantu mengatasi kesulitan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi yang berkaitan denganRedoks. Peneliti menerapkanmodel pembelajaran kooperatif Think-Pair-Sharemelaluisnowball throwing. Diharapkan dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi yang berkaitan denganredoks. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model
Pembelajaran
Kooperatif TPS ( THINK PAIR SHARE) Melalui Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Yang Berkaitan DenganRedoks”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
yang akan diangkat dalam studi ini sebagai berikut:
7
1. Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada
kompetensi yang berkaitan denganredoks? 2. Berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing
terhadap hasil belajar siswa kelas X pada
kompetensi yang berkaitan denganredoks? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks.
2.
Berapa besar kontribusi pengaruh model
pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberi informasi mengenai pengaruh hasil belajar kimia menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. 2. Sebagai pertimbangan guru mata pelajaran kimia dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar kimia. 3. Menambah wawasan bagi peneliti dan sebagai acuan untuk pengembangan penelitian berikutnya.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar juga memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia (Anni 2006:2). Sedangkan menurut Morgan et al. dalam (Anni 2006:2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Winkel dalam Darsono (2000:4) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adnya pengalaman. Perubahan tingkah laku ini menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. Misalnya, perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, ketrampilan, kebiasaan, ataupun sikap. Sedangkan yang dimaksud pengalaman adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya. 2.2 Hasil Belajar Dalam psikologi belajar, belajar merupakan suatu hal yang sangat penting, yang karena pentingnya, sebagian eksperimen diarahkan pada tercapainya pemahaman yang luas dan mendalam dari proses belajar manusia. Karena arti penting tersebutlah Tohrin (2005:58) mengemukakan pendapatnya “Belajar 8
9
merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan tingkah laku Tingkah laku yang dimaksud adalah dalam pengertian luas “yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik”(Tohrin, 2005:7) yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap, perubahan tersebut bersifat menetap dan diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Istilah ini juga sering disebut prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Nana Sudjana (1991) dalam Thohrin (2005: 151),”pencapaian pretasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspekaspek kognitif, afektif dan psikomotorik”. Menurut Tohrin (2005:7) ketiga aspek tersebut dapat dijabarkan sebagaimana berikut : Tingkah laku motorik adalah tingkah laku dalam bentuk gerakan, seperti berjalan, berlari, duduk, dan lain sebagainya. Tingkah laku kognitif adalah tingkah laku dalam bentuk bagaimana individu mengenal alam disekitarnya, seperti pengamatan, berpikir, mengingat, mencipta dan sebagainya. Tingkah laku afektif adalah tingkah laku dalam bentuk perasaan emosi, seperti senang, nikmat, gembira, sedih, cinta, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa sebagai
10
hasil baik berupa angka atau huruf maupun tindakannya yang merupakan hasil pengalaman dalam periode tertentu. Dalam pemberian nilai sebagai tolak ukur keberhasilan siswa hendaknya menyangkut tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik sehingga hasilnya merupakan perwujudan hasil belajar yang sebenarnya. Hasil belajar yang sebenarnya adalah kompleksisitas yang menyangkut berbagai pola tingkah laku sebagai hasil belajar. 2.3 Model pembelajaran kooperatif TPS ( Think-Pair-Share) Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah TPS (Think-Pair-Share). TPS (Think-Pair-Share)adalah sebuah strategi yang menumbuhkan partisipasi siswa di kelas. Siswa diajarkan menggunakan responsnya untuk menjawab pertanyaan. Komponen-komponen TPS (Think-Pair-Share): 1. Siswa mendengarkan ketika guru memberi pertanyaan. 2. Siswa diberi waktu berpikir untuk menjawab 3. Siswa kadang-kadang member isyarat untuk berpasangan dengan teman sebangkunya dan berdiskusi menjawab pertanyaan. 4. Akhirnya, siswa berbagi jawaban di grupnya. Manfaat TPS (Think-Pair-Share) bagi siswa adalah siswa mempunyai waktu berpikir sendiri menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan dijawab dan didiskusikan di depan kelas. Mereka berlatih mental untuk menjawab dan kadangkadang berdebat dengan siswa lainnya. Sebelum di presentasikan di depan kelas. Semua siswa mempunyai kesempatan berbagi pikran dengan siswa lainnya,
11
dengan demikian menambah pengetahuannya.TPS (Think-Pair-Share) adalah model pembelajaran kooperatif dan manfaat untuk siswa seperti dalam menerima kompetensi yang berkaitan dengan, dukungan kerabat, prestasi, penghargaan diri. Model pembelajaran kooperatif memiliki efek yang positif. Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa resitas dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelas secara keseluruhan. Pembelajaran Think-Pair-Share mempunyai struktur yang sederhana sebagai salah satu dasar dari perkembangan “kelas kooperatif”. Model Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain (Triyanto 2007: 61). Sebagai contoh, seorang guru memberikan latihan soal pada siswa. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk memikirkan secara lebih serius mengenai soal-soal tersebut. Kemudian, siswa diajak untuk mendiskusikan jawaban soal teesebut sewcara berpasangan. Dari hasil diskusi dengan pasangannya akan diperoleh suatu kesimpulan yang akan dikemukakan dan didiskusikan kembali dengan kelompok yang lebih besar (dalam hal ini adalah teman-teman dalam 1 kelas). Pelaksanaan pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah yang sederhana. Meskipun demikian langkah sederhana tersebut harus diperhatikan terutama menghindari kesalahan dalam kerja kelompok. Langkah-langkah dalam Model Think-Pair-Share dapat dijabarkan sebagai berikut:
12
a.
Langkah I : Berpikir (Thinking) Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu 1 menit berpikir sendiri menyelesaikan pertanyaan tersebut.
b.
Langkah II : Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama, jika suatu pertanyaan telah diajukan / penyampaian ide bersama jika suatu pertanyaan khusus telah diidentifikasikan. Biasanya guru mengizinkan berdiskusi selama 5 menit.
c.
Langkah III : Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah dibicarakan dengan pasangannya. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke yang pasangan lain, sehingga ¼ atau ½ dari pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah-langkah / alur pembelajaran model Think-Pair-Share sebagai
berikut: Langkah I : Guru menyampaikan pertanyaan. Aktivitas
: Guru melakukan apersepsi menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan kompetensi yang berkaitan dengan yang disampaikan.
13
Langkah II : Siswa berpikir secara individual. Aktivitas
:
Guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing. Langkah III :
Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing
dengan pasangannya. Aktivitas
: Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam kerja kelompok.
Langkah IV: Siswa berbagi jawaban mereka pada seluruh kelas Aktivitas
: Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individu dan kelompok di depan kelas.
Langkah V : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan Aktivitas
: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah didiskusikan.
2.4 Snowball Throwing Menurut Winata putra (dalam Sugandi, 2004: 84) model pembelajaran (models of teaching) adalah pola yang digunakan guru dalam menyususn
14
kurikulum,mengatur kompetensi yang berkaitan dengan pelajaran dan memberi petunjuk dalam setting pembelajaran. Lie (2004: 12) menyatakan bahwa sistem pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa dalam tugas-tugas terstruktur dalam sebuah tim/kelompok kecil. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan sederhana yang bias dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan yang dipelajarinya. Metode snowball throwing adalah metode yang digunakan untuk memperdalam satu topik. Metode ini biasa dilakukan dengan tujuan supaya melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Selanjutnya, membuat pertanyaan menggunakan kertas yang diremas – remas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar – lemparkan kepada siswa lain dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian siswa yang mendapat bola kertas langsung dibuka dan menjawab pertanyaan yang berada didalamnya.
15
Langkah-langkah menggunakan Snowball Throwing (Widodo 2008) sebagai berikut: 1.
Guru menyampaikan kompetensi yang berkaitan dengan yang akan disajikan
2.
Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua untuk memberikan penjelasan tentang kompetensi yang berkaitan dengan
3.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan kompetensi yang berkaitan dengan yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4.
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut kompetensi yang berkaitan dengan yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5.
Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6.
Setelah siswa dapat satu bala / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.
Evaluasi
8.
Penutupan
2.5 Pembelajaran Kimia Kompetensi Redoks Reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi secara bersamaan. Ada 3 konsep redoks : a.
Berdasarkan Pengikatan/oksigen
16
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengikat oksigen, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang melepaskan oksigen. Contoh: reaksi oksidasi : C(s) + O2(g) → CO2 (g) reaksi reduksi : Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(s) + 3CO2(g) b.
Konsep serah terima elektron Reaksi oksidasi adalah reakasi pelepasan elektron, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron. Contoh: reaksi oksidasi : Na(s) → Na+(aq) + ereaksi reduksi : S(s) + 2e- → S2-(aq)
c.
Konsep perubahan bilangan bilangan oksidasi Bilangan Oksidasi adalah muatan positif atau negatif yang terdapat pada
atom. Aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut: a. Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0 Contoh: H2, Br2, memiliki bilangan oksidasi = 0 b. Oksigen Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali: 1. Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1 2. Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =-1/ 2 3. Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2 c. Hidrogen
17
Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1 Contoh: dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1 Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1 d. Unsur golongan IA Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1 Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1 e. Unsur golongan IIA Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2 Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2 f.
Bilangan oksidasi molekul = 0
g.
Bilangan oksidasi ion = muatan ion Contoh: Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3
h. Unsur Halogen F bilangan oksidasi = 0, -1 Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7 Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7 I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7 Reaksi oksidasi adalah reaksi pertambahan bilangan oksidasi reaksi reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi
18
contoh:
Zn B.O Zn=0
+
CuSO4 B.O Cu= +2
ZnSO4
+
B.O Zn= +2
Cu B.O Cu=0
oksidasi
Tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan sebagai berikut. a. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida. Contoh: NaCl : natrium klorida MgO : magnesium oksida b. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama unsurnya. FeO : besi(II) oksida Fe2O3 : besi(III) oksida c. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation diikuti nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion tersebut
19
diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-at sesuai dengan jumlah bilangan oksidasi. Contoh: Na2CO3 : natrium karbonat KCrO4 : kalium kromat K2Cr2O7 : kalium dikromat HClO4 : asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7) 2.6 Pembelajaran Kimia model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share ) melalui snowball throwing Model pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share)adalah sebuah model pembelajaran kooperatif dan manfaat untuk siswa seperti dalam menerima kompetensi yang berkaitan dengan, dukungan kerabat, prestasi, penghargaan diri. Dalam proses KBM langkah-langkah menerapkan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share: a.
Langkah I : Berpikir (Thinking) Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri menyelesaikan pertanyaan tersebut.
b.
Langkah II : Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang permasalahan yang diberikan oleh guru.
20
c.
Langkah III : Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk mempresentasikan jawaban yang telah didiskusikan bersama kelompoknya di depan kelas. Sedangkan Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik
bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan sederhana yang bias dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran kimia peneliti menerapkan model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwingpada proses KBM berlangsung peneliti membuat kelompok berjumlah 8 dimana jumlah siswa adalah 32. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran kimia yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwingsebagai berikut: a.
Guru membentuk kelompok
b.
Masing-masing kelompok membuat pertanyaan yang di masukkan ke dalam kertas.
c.
Ketua kelompok memberikan kertas tersebut kepada kelompok lain
d.
Masing-masing kelompok mengerjakan soal yang ada di dalam kertas tersebut.
21
e.
Salah satu anggota kelompok mempresentasikan jawabannya di depan kelas.
2.7 Kerangka Berpikir Siswa dalam pembelajaran kompetensi yang berkaitan denganKimia SMA diharapkan memperoleh aspek-aspek yang harus dicapai dalam pembelajarannya yaitu pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah. Pada kenyataannya masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami dan mendalami kompetensi yang berkaitan dengan kimia. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi kurang baik, bahkan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Kompetensi yang berkaitan denganredoks merupakan kompetensi yang berkaitan dengan ,kimia yang membutuhkan konsentrasi dan pemahaman yang mendalam karena banyak konsep-konsep redoks yang sukar dipahami oleh siswa. Didukung dengan kenyataan bahwa banyak siswa yang kesulitan memahami kompetensi yang berkaitan dengan ini misal menentukan bilangan oksidasi. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh belum maksimal. Dari permasalahan ini, maka perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengoptimalkan belajar dan meningkatkan hasil belajar kimia. Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaranThink Pair Sharemelalui Snowball Throwing . Dengan menggunakan model pembelajaran yang baru, siswa lebih merasa tertarik untuk belajar karena model ini belum diterapkan disekolah. Siswa diajarkan untuk saling berbagi kepada teman sebangku untuk memecahkan suatu masalah, sehingga seberapa besar masalah yang diberikan guru siswa bersama sama memecahkannya. Selain menarik,mudah
22
dilakukan di dalam kelas, model ini juga melatih siswa untuk berani berpendapat, bertanggungjawab dan melatih sosialisasi dengan teman. Bahwa pekerjaan yang sulit akan terasa mudah bila dikerjakan bersama sama. Pada kelas eksperimen digunakan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingyang mana diberikan dengan pemberian bimbingan untuk berfikir dan berbagi dengan teman sebangku setelah guru memberikan pertanyaan maupun pernyataan mengenai kompetensi yang berkaitan denganredoks. Pada kelas kontrol digunakanmodel pembelajaran Think Pair Share tanpa bantuan Snowball Throwing. Dari kedua kegiatan pada masing-masing kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol diharapkan terjadi peningkatan pemahaman terhadap kompetensi yang berkaitan denganredoks sehingga hasil belajar yang diperoleh optimal. Selanjutnya hasil belajar dari kedua kelas tersebut dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh hasil belajar redoksantara siswa yang diajar denganmodel pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwingdengan siswa yang diajar denganmodelThink Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwing.
23
Diagram kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1Tunjungan masih didominasi oleh metode ceramah. Sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Pembelajaran Think-PairShare melalui pendekatan snowball throwing
Pembelajaran Think-PairShare tanpamelalui pendekatan snowball throwing
Diharapkan terjadi peningkatan pemahaman hasil Belajar (Kognitif, Afektif, Psikomotorik)
Diharapkan terjadi peningkatan pemahaman hasil Belajar (Kognitif, Afektif, Psikomotorik)
Dibandingkan
Hipotesis
Gambar kerangka berfikir
24
2.8 Hipotesis Hasil belajar kimia antara siswa yang diberi pemebelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share lebih baik daripada siswa yang tidak diberi treatment pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan. Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 2002:64). Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : H0
:
tidak ada pengaruh model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) melalui Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa kompetensi yang berkaitan dengan redoks.
Ha
: ada pengaruh model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) melalui Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa kompetensi yang berkaitan dengan redoks.
25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Penentuan Obyek Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMAN 1 Tunjungan Blora,pada bulan Maret 2012 3.1.2 Populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X SMAtahun 20011/2012 yang terbagi menjadi delapan kelas yaitu kelas X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7,X8 dengan perincian sesuai tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah populasi Penelitian No Kelas Jumlah Siswa 1
X1
32
2
X2
32
3
X3
32
4
X4
34
5
X5
32
6
X6
32
7
X7
32
8
X8
32
Jumlah
258
25
26
Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan Blora tahun ajaran 2011/2012 semester genap terdiri dari 2 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive cluster sampling, yaitu pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dari guru.Satu kelas bertindak sebagai kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwing, sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwing. 3.1.3 Variabel Penelitian a.
Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair
Sharemelalui Snowball Throwing dan model pembelajaran Think Pair Share tanpa melalui Snowball Throwing. b.
Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil kompetensi yang berkaitan
denganredoks kelas eksperimen dan kelas kontrol siswa kelas X SMA Negeri 1 Tunjungan tahun pelajaran 2011/2012. c.
Variabel Kontrol Dalam penelitian ini yang menjadi variabel kontrol yaitu guru, jumlah jam
pelajaran, kompetensi yang berkaitan dengan pelajaran, kurikulum yang berlaku, dan siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas yang sama.
27
3.1.4
Faktor yang diteliti Faktor yang diteliti adalah hasil belajar yang meliputi aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes objektif, hasil belajar afektif dan psikomotor diukur dengan lembar observasi. 3.2
Metode Pengumpulan Data
3.2.1.Metode Dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai namanama siswa anggota sampel dan hasil belajar. 3.2.2. Tes hasil belajar Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitifkompetensi yang berkaitan denganredoks siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah post tes. a)
Lembar observasi Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek
psikomotorik dan afektif. Validitas lembar observasi yang digunakan validitas konstruk dengan pertimbangan guru. 3.3
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan
tahap pelaksanaan penelitian. 1) Tahap persiapan a.
Observasi yang berkaitan dengan kompetensi yang mendukung penelitian
b.
Membuat kisi-kisi soal
c.
Menyusun instrumen penelitian
28
2) Tahap Uji Coba a.
Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas XI SMAN 1Tunjungan Blora.
b.
Memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba berupa validitas soal, daya beda soal, tingkat kesukaran soal yang digunakan untuk menentukan instrumen yang akan digunakan pada akhir penelitian.
3) Tahap pelaksanaan penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Sharemelalui Snowball Throwingpada kelas eksperimen dan menggunakan model pembelajaran Think Pair Sharetanpa melalui Snowball Throwingpada kelas kontrol. 3.4
Rancangan Eksperimen Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control group design, yaitu penelitian dengan melihat nilai post-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pola desain tersebut ditunjukkan oleh Tabel 3.2 berikut. E
X
01
K
Y
02
Keterangan: E
= Kelompok Eksperimen
K
= Kelompok Kontrol
01 dan 02` = X
post test
= pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif
TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing
29
Y
= pembelajaran model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share)tanpa melalui snowball throwing (Sugiyono 2008:75) 3.5
Perangkat Penelitian
3.5.1 Silabus Silabus yang digunakan pada penelitian ini merupakan silabus KTSP. Isi silabus terdapat pada lampiran1. 3.5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas.RPP ini terdapat pada lampiran2-11. 3.5.3 Bahan ajar Bahan ajar yang digunakan mata pelajaran kimia SMA kelas X semester 2 kompetensi yang berkaitan denganredoksdengan merujuk pada silabus dan kurikulum yang berlaku. 3.5.4 Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa digunakan untuk membelajarkan dan melatih kemampuan berpikir kreatif dalam mengkonstruk konsep / prosedur / cara yang berkaitan dengan redoks dan menyelesaikan soal redoks. Lembar kerja siswa digunakan di dalam kegiatan praktikum.Lembar kerja siswa digunakan pada kelas eksperimen dan kontrol. Lembar kerja siswaini terdapat pada lampiran12.
30
3.6
Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrumen penelitian meliputi lembar aspek afektif,
lembar aspek psikomotorik dan soal post test. Uraian tentang perangkat instrumen penelitian yang dimaksud sebagai berikut : 3.6.1 Lembar Pengamatan Aspek Afektif Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan aspek afektif dilakukan oleh empat observer. Lembar pengamatan aspek afektif kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol, terdiri atas enam aspek/ indikator meliputi: 1)Perhatian dalam mengikuti pelajaran 2)Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan 3) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan 4)Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas 5) Partisipasi/kerja sama 6) Kejujuran 7) Kemampuan menghargai pendapat teman 8) Kehadiran 9) Kerja sama dengan teman dalam praktikum 10) kelengkapan buku Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan. Kriteria yang menggambarkan rendahnya
31
nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sebaliknya kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 5.Lembar pengamatan aspek afektif ini terdapat pada lampiran18. 3.6.2 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai ketrampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada saat praktikum. Di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum meliputi: 1) Mempersiapkan alat dan bahan 2) Keterampilan menggunakan alat 3) Ketepatan melakukan prosedur praktikum 4) Ketepatan dalam melakukan pengamatan 5) Kebersihan ruang dan alat 6) Membuat Laporan praktikum Lembar pengamatan aspek psikomotorik ini terdapat pada lampiran 19. 3.6.3 Lembar Pengamatan Aspek Kognitif Tes hasil belajar kognitifdigunakan untuk mengukur dan menilai penguasaan siswa pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C4 (jenjang kemampuan analisis). Jumlah
32
soal 35 (berasal dari 50 buah soal yang diujicobakan) dengan waktu pengerjaan tes 90 menit. Langkah-langkah
penyusunan
soal
uji
coba
tes
hasil
belajar
kognitifsebagai berikut: 1.
Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah soal yang diujicobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.
2.
Menentukan tipe atau bentuk soal.
3.
Menentukan komposisi jenjang dari perangkat tes yang diuji cobakan, terdiri dari 50 butir soal yaitu: a.
Aspek pengetahuan (C1) terdapat 4 soal
b.
Aspek pemahaman (C2) terdapat 16soal
c.
Aspek penerapan (C3) terdapat 16soal
d.
Aspek analisis (C4) terdapat 14 soal
Soal uji coba ini terdapat pada lampiran14. 4. Menentukan kisi-kisi soal. kisi-kisi soal ini terdapat pada lampiran 13. 5. Menyusun butir-butir soal 6. Mengujicobakan soal 7. Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas. Setelah instrumen tersusun rapi, langkah selanjutnya melakukan konsultasi untuk instrumen seperti soal tes hasil belajar kognitif siswa, lembar observasi, dan angket kepada dosen pembimbing dan guru kolabolator sebagai ahli/ pakar di
33
bidang pendidikan (expert validity). Apabila sudah disetujui oleh dosen pembimbing dan guru pamong, instrumen tersebut dapat digunakan. 3.7 Analisis Instrumen Penelitian Tujuan uji coba untuk memperoleh butir tes yang mempunyai kategori baik dan bisa dipakai untuk penelitian. Analisis perangkat tes, untuk mengetahui validitas ,daya pembeda soal, indeks kesukaran soal dan reliabilitas. 3.7.1 Instrumen Tes Instrumen tes meliputi tes hasil belajar kognitif siswa (pilihan ganda). Tes hasil belajar kognitif yang berupa nilai objektif dihitung dengan perhitungan 1-0. Apabila jawaban siswa benar di beri 1 dan apabila salah di beri 0. 3.7.1.1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pengujian instrumen dilakukan dengan expert validity, yaitu validitas yang disesuaikan
dengan
kurikulum
dan
dikonsultasikan
dengan
dosen
pembimbing.Validitas soal selain dikonsultasi dengan ahli juga diujicobakan. Penelitian ini menggunakan dua macam validitas, yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal. a)
Validitas isi soal Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila kompetensi yang berkaitan dengannya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan
34
dosen pembimbing. b) Validitas butir soal untuk soal pilihan ganda Validitas butir soal adalah validitas yang menunjukkan bahwa butir tes dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal dalam mencapai keseluruhan skor. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir soal , rumus korelasipoint biseral: Rpbis =
x
Keterangan: Rpbis = koefisien korelasi biserial Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal Mt = rata-rata skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal St = Standar deviasi skor total n = jumlah siswa Setelah dihitung thit dibandingkan dengan ttabel dengan taraf signifikan 5%. Jika thit>ttabel maka butir soal dikatakan valid.(Suharsimi, 2006:79) Maka dari itu dihitung terlebih dahulu harga t-nya dengan rumus:
t
pbi
1
n
2 2 pbi
35
keterangan: t
= pbi
N
=
t (hitung) atau nilai t yang diperoleh melaui perhitungan =koefisien korelasi point biserial jumlah siswa
Kriteria : jika thitung> ttabel, maka butir soal valid Hasil analisis uji coba menunjukkan bahwa soal uji coba terdapat 39 butir soal yang valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 42,43, 44, 46, 47, 48, 49 dan 50. Soal-soal valid tersebut belum tentu dapat dipakai sebagai soal post test, karena selain valid, soal yang dijadikan sebagai soal post test juga harus memenuhi kriteria indeks kesukaran, daya pembeda, dan juga relibilitas c)
Validitas Angket Validitas angket pada umumnya merupakan validitas konstruk atau validitas bangun pengertian. Hal itu berarti guru dalam mengembangkan alat ukur berupa angket harus tahu konstruk, bangun pengertian, atau teori yang menjadi dasar pengembangan kisi-kisi angket. Konstruk suatu aspek dikenal sebagai variabel yang dapat dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian dijabarkan lagi menjadi indikator dan seterusnya indikator dituliskan menjadi butir pertanyaan atau pernyataan yang harus direspons oleh siswa yang diukur aspeknya. Validitas angket dapat diukur berdasarkan validitas konstruk dengan pertimbangan ahli, artinya guru dalam mengembangkan angket dapat meminta bantuan ahli yang relevan. Dalam hal ini dosen pembingbing I dan dosen pembimbing II dianggap sebagai ahli.
36
d) Validitas Lembar Observasi Validitas lembar observasi ditentukan atas bangun pengertian atau konstruk dari aspek yang diukur atau dinilai. Jika yang diukur keterampilan praktikum siswa untuk kompetensi yang berkaitan dengan redoks maka isi keterampilan praktikum, berupa gambaran dari setiap kegiatan yang diperlukan untuk praktikum redoks. Demikian juga jika yang dinilai aktivitas siswa maka isi lembar pengamatan harus sesuai dengan konstruksi atau teori aktivitas siswa. Validitas lembar observasi diukur dengan validitas konstruk dengan pertimbangan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. 3.7.1.2.
Reliabilitas Soal Uji Coba
Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Dalam penelitian ini, pengujian tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan reliabilitas internal, yakni perhitungan dilakukan berdasarkan data dari satu kali hasil pengetesan (Suharsimi, 2002:155). Perhitungan reliabelitas internal untuk instrumen ini menggunakan rumus KR-21, dengan rumus sebagai berikut: Reliabilitas = Keterangan: K = banyaknya butir soal M = rerata skor total Vt = Varians total
37
Kriteria suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11>rtabel (Suharsimi, 2006:188). Berdasarkan hasil analisis diperoleh data r11=0.929. Terletak pada interval 0.8-1.0 sehingga kriteria reliabilitas sangat tinggi. 3.7.1.3. Reliabilitas Lembar Observasi Reliabilitas lembar observasi diukur menggunakan kesepakatan pengamat dengan rumus 6Σb2 R11 = 1 - --------------N (N2 – 1) Keterangan: r11 = koefisien korelasi tata jenjang b
= beda peringkat antara pengamat satu dengan pengamat kedua
N
= jumlah subyek (Sudjana, 2002:455) Dalam hal ini skor masing-masing pengamat diubah menjadi peringkat dari
skor tertinggi (peringkat 1) dan seterusnya sampai peringkat terbesar (skor terendah). Jika ada siswa dengan skor yang sama, peringkatnya adalah peringkat reratanya. Beda peringkat (b) diukur dari perbedaan peringkat pengamat satu dengan pengamat kedua untuk siswa yang sama. Seterusnya dihitung jumlah b2, dan dimasukkan ke dalam rumus spearman. Jika harga r11> 0,7 maka lembar pengamatan sudah dinyatakan reliabel (Widodo,2009:62). 3.7.1.4. Indeks kesukaran soal Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah atau
38
tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi, 2003:207). Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut : IK
JB A JB B JS JS A B
Keterangan: IK = Indeks kesukaran JBa = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas JBb = Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah JSa = banyak siswa pada kelompok atas JSb = banyak siswa pada kelompok bawah Dengan interpretasi tingkat kesukaran butirnya dapat menggunakan tolak ukur seperti pada tabel 3.3. Tabel3.3. Klasifikasi Taraf Kesukaran Interval IK = 0,00 0,00 < IK < 0,30 0,30 < IK < 0,70 0,70 < IK < 1,00 IK = 1,00 (Suharsimi, 2006:210)
Kriteria Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah
Dari perhitungan tingkat kesukaran soal diperoleh hasil analisis soal untuk kategori „mudah‟ yakni nomor 4, 12, 25, 39, dan 45. Untuk kategori „sedang‟ yakni nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24,
39
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41,42, 43, 44, 46, 47, 49, dan 50. Dan untuk kategori „ sukar‟ yakni nomor 20, 48. 3.7.1.5.
Daya Beda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai (lower group). Soal dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika soal tersebut dijawab benar oleh kebanyakan siswa pandai dan dijawab salah oleh kebanyakan siswa kurang pandai (Suharsimi, 2003:211). Makin tinggi daya pembeda soal , makin baik pula kualitas soal tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
JB A JB B DP JS A Keterangan: DP
= daya pembeda soal
JBA = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada kelompok atas JBB = jumlah siswa yang menjawab benar pada butir soal pada
kelompok
bawah JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval DP ≤ 0,00 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 0,20 ≤ DP ≤ 0,40 0,40 ≤ DP ≤ 0,70 0,70 ≤ DP ≤ 1,00 (Suharsimi, 2006:218)
Kriteria Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik
Melalui hasil perhitungan daya pembeda soal maka diperoleh soal yang mempunyai daya beda „jelek‟ yaitunomor 4, 9, 16, 17, 20, 28, 32, 33, dan 36. Soal
40
yang mempunyai daya beda „cukup‟ yaitu nomor 21, 25, 41, 45, dan 48. Soal yang mempunyai daya beda „baik‟ yaitu nomor 3, 5, 8, 10 , 12, 14, 16, 18, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 34, 35, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 47, 49 dan 50. . Sedangkan Soal yang mempunyai daya beda „baik sekali‟ yaitu nomor 1, 2, 6,7, 11, 13, 15,19, 30, 31, 37, 38, dan 20. 3.7.2 Instrumen Non Tes Instrumen non tes menggunakan lembar observasi (lembar observasi aspek afektif, psikomotorik) dan angket. Untuk mengetahui validitas lembar observasi dan angket tidak diadakan ujicoba. Penyusunan instrumen lembar observasi dan angket yang dilakukan peneliti mengikuti validitas konstruk dengan persetujuan ahli yaitu dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Validitas konstruk merupakan salah satu validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk apabila instrumen tersebut disusun sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen (Suharsimi, 2007: 67) 3.8
Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian terdiri atas dua tahap yaitu tahap awal dan
tahap akhir. Tahap awal digunakan untuk mengetahui kondisi populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel dan tahap akhir digunakan untuk menguji efektifitas pembelajaran kimia. 3.8.1 Analisis Tahap Awal Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji normalitas, homogenitas dan analisis varians. Data yang digunakan untuk analisis tahap awal
41
yakni nilai tes kimia semester gasal kelas X SMAN 1 Tunjungan Bloratahun 2011/2012. 3.8.1.1. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat dengan rumus: χ2 = Keterangan: χ 2 = Chi kuadrat Oi = Hasil penelitian Ei = Hasil yang diharapkan K = banyaknya kelas Kriteria: Jika χ
2
hitung < χ
2
tabel dengan dk=k-3 dan α=5% maka data
berdistribusi normal. (Sudjana, 2002:273) 3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir Setelah dilakukan analisis tahap awal, maka dilaksanakan post test. Dari hasil tes tersebut diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 3.8.2.1. Analisis Data 3.8.2.1.1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya
42
apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah: Ho: data berdistribusi normal Ha: data tidak berdistribusi normal Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus: χ2 = Keterangan: χ 2 = Chi kuadrat Oi = Hasil penelitian Ei = Hasil yang diharapkan K = banyaknya kelas Kriteria: Jika χ
2
hitung < χ
2
tabel dengan dk=k-3 dan α=5% maka data
berdistribusi normal. (Sudjana, 2002:273). 3.8.2.1.2. Uji Kesamaan Varians Hipotesis yang diajukan yaitu: Ho : σ12 = σ22 Ha : σ12 ≠ σ22 Ho diterima apabila F ≤ F1/2α (nb-1):(nk-1) F= Kriteria pengujian : jika harga Fhitung< Ftabel , maka kedua kelompok mempunyai varians yang sama.(Sudjana, 2002:250)
43
3.8.2.1.3. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Uji perbedaan dua rata-rata data hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada hasil belajar kelompok kontrol. Hipotesis yang diajukan adalah: o Ho = Rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen sama dengan rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol (µ1=µ2) o Ha = Rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol (µ1>µ2) Pengajuan hipotesis: Jika σ12 = σ22 digunakan rumus t thitung =
dengan S = dk=n1+n2-2 Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut: o Ho diterima jika thitung< t(1-α)(n1+n2-2) . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. o Ha diterima jika thitung ≥ t(1-α)(n1+n2-2) . Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. (Sudjana, 2002:241)
44
Jika σ12 ≠ σ22 digunakan rumus t‟ t‟hitung =
(Sudjana, 2002:241) Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: o
Ho diterima jika t‟hitung<
. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia
kelompok eksperimen sama dengan nilai rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. o
Ha diterima jika thitung ≥
. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia
kelompok eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. Dengan w1 =
dan w2 =
t1 = t(1-1/2α)(n1-1) dan t2= t(1-1/2α)(n2-1) Keterangan: = Rata-rata post test kelompok eksperimen = Rata-rata post test kelompok kontrol n1 = Jumlah siswa kelompok eksperimen n2 = Jumlah siswa kelompok kontrol S1 = Simpangan baku kelompok eksperimen S2 = Simpangan baku kelompok kontrol S = Simpangan baku gabungan (Sudjana, 2002:243)
45
3.8.2.2. Analisis Data Tes Akhir 3.8.2.2.1. Uji Normalitas Data Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil belajar pada kompetensi yang berkaitan denganRedoks pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingdan kelompok kontrol yang menggunakan metode Think Pair Share tanpa melalui Snowball Throwing. Uji normalitas yang digunakan adalah uji chi-Kuadrat. 3.8.2.2.2. Uji Kesamaan Dua Varians Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians data atau tidak. Perhitungan uji ini sama seperti uji kesamaan dua varians pada analisis tes awal. 3.8.2.2.3.
Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Hipotesis penelitian diuji dengan uji kesamaan rata-rata agar dapat dibuktikan kebenarannya menggunakan uji t. Rumus yang digunakan untuk uji perbedaan dua rata-rata:
x1 x2 2 ;s 1 1 s n1 n2
t
Keterangan:
2
n1 1 s1 n2 1 s2 n1 n2 2
2
x1
=nilai rata-rata kelompok kontrol
x2
= nilai rata-rata kelompok eksperimen
2
=variansi data pada kelompok kontrol
s1
s2
2
= variansi data pada kelompok ekperimen
46
s2
=variansi gabungan.
n1
= banyak subyek pada kelompok kontrol
n2
= banyak subyek pada kelompok ekperimen (Sudjana, 2002: 239)
Derajad kebebasan (dk ) untuk tabel distribusi t yaitu (n1 + n2 -2) dengan peluang (1- ),
=5%. Kriteria yang digunakan yaitu jika thitung
ttabel, maka Ha
diterima. 3.8.3 Analisis terhadap Pengaruh Antar Variabel Rumus yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel: rb = Keterangan: rb = koefisien biserial = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol p = proporsi pengamatan pada kelompok eksperimen q = proporsi pengamatan pada kelompok kontrol u = Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q Sy = Simpangan baku dari kedua kelompok Tingkat hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.5 Tabel 3.5 Tingkat Hubungan Antar Variabel Interval Koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah
47
0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 (Sudjana, 2002:390)
Sedang Kuat Sangat kuat
3.8.4 Uji Ketuntasan Terhadap KKM Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa SMA N 1 Tunjungan Blorasudah mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal), makadilakukan uji ketuntasan terhadap KKM. Bila t berada pada daerah penolakan Ho maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar setelah perlakuan yakni sama atau lebih dari KKM. 3.8.5 Penentuan Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat, dalam hal ini pengaruh penerapan model pembelajaran Think Pair Share melalui Snowball Throwingterhadap hasil belajar. Rumus yang digunakan: KD = rb2 x 100% Keterangan: KD = Koefisien determinasi rb = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb koefisien biserial 3.8.6 Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pada analisis tahap akhir, digunakan data hasil belajar afektif dan psikomotorik. Analisis yang digunakan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik, baik kelompok kontrol maupun eksperimen. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan psikomotorik siswa:
48
Nilai =
x 100%
Kriteria rata-rata nilai afektif dan psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Kriteria nilai afektif dan psikomotorik Rata –rata nilai kelas
Kriteria
x
Sangat baik
60
x < 80
Baik
40
x < 60
Cukup
20
x < 40
Jelek
x < 20
Sangat jelek
(Depdiknas, 2003:15) Tiap aspek dari hasil belajar afektif dan psikomotorik kedua kelas dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap aspek dalam satu kelas tersebut. 3.8.7 Analisis Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran Pendapat siswa terhadap pembelajaran dilakukan dikelompok eksperimen dan kontrol dapat diukur dengan angket. Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dalam bentuk skala Likert, yaitu setiap pernyataan diikuti dengan respon yang menunjukkan tingkatan (Suharsimi, 2006: 180). Persamaan perhitungan masing-masing tanggapan dalam presentase yaitu : Presentase skor =
x 100
Kriteria rata-rata nilai angket dapat dilihat pada Tabel 3.7
49
Tabel 3.7 Kriteria nilai angket Rata-rata nilai kelas 84 < x ≤ 100 68 < x ≤ 84 52 < x ≤ 68 36 < x ≤ 52 x ≤ 36 (Suharsimi, 2006:212)
Kriteria Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
BAB IV HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
HASIL PENELITIAN
4.1.1. Hasil Analisis Tahap Awal Analisis tahap awal digunakan untuk melihat kondisi awal populasi sebagai pertimbangan dalam pengambilan sampel yang meliputi uji normalitas. Data yang digunakan untuk uji normalitas data populasi diambil dari nilai mid semester 2. Hasil perhitungan uji normalitas data populasi disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan uji Normalitas Data Populasi No. 1 2 3 4 5
Kelas X1 X2 X3 X4 X5
X2 hit 2 4 3 5 2
X2 Tabel 8 8 8 8 8
Kriteria Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal Berdistribusi normal
Keterangan: data selengkapnya disajikan pada Lampiran 21-25. 4.1.2. Hasil Analisis Tahap Akhir Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan sistem pembelajaran yang berbeda. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi, data hasil pos test aspek kognitif, data hasil observasi psikomotorik dan afektif, serta angket. Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai pos test siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan system pembelajaran yang berbeda antara
50
51
kelas ekperimen dan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen siswa diberlakukan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing, sedangkan pada kelas kontrol siswa diberlakukan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing. 4.1.3. Uji Normalitas Hasil perhitungan uji normalitas data pos test dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Hasil pretest dan post-test Kelas
Data
Eksperimen
Tes awal
1
8
Normal
Kontrol
Tes awal
1
8
Normal
Eksperimen
Tes akhir
7
8
Normal
Kontrol
Tes akhir
6
8
Normal
hitung
tabel
Kriteria
Perhitungan normalitas pretest pada lampiran 27-28, sedangkan normalitas posttest pada lampiran 32-33. 4.1.4. Uji Kesamaan Dua Varians Uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai tingkat varians yang sama serta untuk mengetahui apakah menggunakan rumus t atau t‟ untuk menghitung perbedaan rata-rata hasil belajar kimia, yang nantinya digunakan dalam uji hipotesis. Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians antara kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.3.
52
Tabel 4.3. Hasil Uji Kesamaan Dua VariansData pretest dan post-test Data
Fhitung
Ftabel
Kriteria
Pretest
1
2
Kedua kelas mempunyai varians yang sama
Posttest
1
2
Kedua kelas mempunyai varians yang sama
Berdasarkan Tabel 4.3 data pretest dan post-testdiperoleh harga F
hitung
= 1.
Berdasarkan Tabel, untuk taraf signifikan dk= (32-1:32-1) diketahui harga F Tabel 2. Harga F
hitung.
lebih kecil F Tabel maka dapat disimpulkan bahwa varians data
hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda. Karena antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen mempunyai varians yang sama, maka dalam uji hipotesis menggunakan rumus t untuk melihat perbedaan rata-rata hasil belajar.Perhitungan uji kesamaan dua varians pretest pada lampiran 29, sedangkan uji kesamaan dua varians post-test pada lampiran 36. 4.1.5. Uji Perbedaan Dua rata-rata (Uji Hipotesis) Uji perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Hasil uji perbedaan rata-rata hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Uji Perbedaan Dua Rata-ratadata pretest dan post-test Data
Thitung Ttabel
Kriteria
Pretest
2
2
Rata-rata kelas eksperimen sama kelas kontrol
Post-test
4
2
Rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
53
Berdasarkan hasil analisis tes awal, terlihat bahwa Thitung< Ttabel, yang dapat disimpulkan Ho diterima. yang berarti kedua kelas pada tes awal mempunyai rata-rata yang relatif sama.Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar, t
hitung
>t
Tabel
dengan dk= 62 dan α= 5% maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.Perhitungan uji perbedaan dua varians pretest pada lampiran 30, sedangkan uji perbedaan dua varians post-test pada lampiran 37. 4.1.6. Uji Peningkatan Hasil Belajar Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang signifikan setelah dilalukan proses pembelajaran. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Peningkatan
41
35
% Peningkatan
51%
48%
Dk
31
31
t hitung
1,3
0,9
t0,95
2,03
2,03
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa t hitung untuk masingmasing kelompok berada diantara –ttabel dan ttabel. Sehingga pada kedua kelompok tersebut, ada peningkatan hasil belajar pada kopetensi yang berkaitan dengan
54
redoks. Besarnya peningkatan diukur dari selisih post test dengan pretest, sehingga diperoleh 51% peningkatan untuk kelas X2 dan 48% untuk kelas X1. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 38. 4.1.7. Uji Hipotesis Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan. Uji hipotesis ini terdiri dari uji korelasi untuk mencari koefisien determinasi. Rumus yang digunakan, yaitu:
dan Koefisien determinasi: KD = 100% x rb2 Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Koefisien determinasi 0,5
34%
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa besarnya nilai
adalah 0,5,
sedangkan besarnya koefisien deteminasi adalah 34%. Hal ini berarti model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh sebesar 34% terhadap hasil belajar siswa. Perhitungan uji korelasi dapat dilihat pada Lampiran 39-40.
55
4.1.8. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan atau belum. Siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan apabila siswa dapat mencapai nilai 67. Hasil uji ketuntasan belajar dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.7. Hasil Uji Ketuntasan Hasil Belajar. Kelompok Kelas Eksperimen X2 Kontrol X1
t hitung 13 5
t table 2 2
∑ siswa yang tuntas Kriteria 30 siswa Tuntas 27 siswa Tuntas
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia kelompok eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar. Hal ini ditunjukan dengan t
hitung
> t
Tabel
(13> 2).
Sedangkan untuk kelompok kontrol telah
mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan dengan jumlah t
hitung
>t
Tabel
(5 > 2).
Perhitungan uji ketuntasan dapat dilihat pada Lampiran 34-35. 4.1.9. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui nilai afektif dan psikomotorik siswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Rumus yang digunakan, yaitu: Nilai =
x 100
Kriteria presentase skor yang digunakan adalah sebagi berikut: skor
=
Sangat Baik
60
skor < 80
=
Baik
40
skor < 60
=
Cukup
56
20
skor < 40
skor < 20
=
Jelek
=
Sangat Jelek
Tabel 4.8 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif Kelompok Eksperimen Kontrol
Kelas X2 X1
∑ skor 1290 1206
∑ Rata-rata nilai 83 75
Kriteria Sangat Baik Baik
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat, jumlah skor rata-rata hasil belajar afektif kelompok eksperimen sebesar 83. Karena skor
maka hasil belajar afektif
kelas ekperimen dikategorikan sangat baik. Sedangkan jumlah skor rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 75. Karena 60
skor < 80 maka hasil belajar afektif
kelas kontrol dikategorikan baik. Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar afektif siswa kelas kontrol. Hal ini juga terlihat dari Grafik 4.1 yang menunjukan hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih tinggi. Perhitungan analisis deskriptif hasil belajar afektif dapat dilihat pada Lampiran 46-47. Tabel 4.9 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik Kelompok Kelas Eksperimen X2 Kontrol X1
∑ skor 825 734
∑ Rata-rata nilai 84 72
Kriteria Sangat Baik Baik
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat jumlah skor rata-rata hasil belajar psikomotorik kelompok ekperimen sebesar 84. Karena skor ≥ 80 maka hasil belajar psikomotorik kelas ekperimen dikategorikan sangat baik. Sedangkan jumlah skor rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 72. Karena 60
skor <
80 maka hasil belajar psikomotorik kelas kontrol dikategorikan baik. Dari Tabel
57
diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar psikomotorik siswa kelas eksperimen lebih baikdaripada hasil belajar psikomotorik siswa kelas kontrol. Hal ini juga dapat dilihat pada Grafik 4.2. Perhitungan analisis deskriptif hasil belajar psikomotorik dapat dilihat pada Lampiran 48-49. 4.1.10. Analisis Data Angket Setelah pelaksanaan pembelajaran materi pokok redoks, semua siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diminta pendapatnya mengenai pembelajaran kimia menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
melalui snowball throwingdan pembelajaran kimia dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui snowball throwing dengan cara mengisi angket. Angket ini terdiri dari 8 pernyataan yang memuat minat siswa selama proses pembelajaran, manfaat yang diperoleh selama proses pembelajaran, dan respons siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari data yang diambil pada kelas kontrol, rata-rata siswa yang memilih SS= 12%, S= 34%, CS= 40%, KS= 14%, TS= 0%. Sedangkan pada kelas eksperimen, rata-rata siswa yang memilih SS= 30%, S= 52%, CS= 17%, KS= 1%, TS= 0%. Data selengkapkapnya disajikan pada lampiran 50-51 4.2.
PEMBAHASAN Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
terhadap lingkungannya yang disebabkan dari pengalaman yang terjadi pada diri suatu individu secara berulang-ulang. Dalam proses belajar, banyak yang mempengaruhi belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor inilah yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah hasil
58
akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati,dan dapat diukur (Suharsimi, 2002: 133). Faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar salah satunya yaitu model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik (guru). Banyak inovasi model pembelajaran yang dapat meningkat hasil belajar dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing. Pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing erat kaitannya dengan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru saat proses pembelajaran secara berkelompok.Menurut arti katanya, Think adalah Berpikir, Pair adalah Berpasangan, dan share adalah Berbagi. Pemecahan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan berkelompok dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman., membantu siswa dalam mengembangkan mengembangkan konsep, melatih peserta didik dalam membuat pertanyaan sendiri dan menjawab pertanyaan dari teman (Widodo 2008). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada
59
kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji tahap awal terlebih dahulu yang bertujuan menganalisis populasi. Pada uji tahap awal ini dilakukan uji normalitas. Karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, maka hanya melakukan uji normalitas saja pada analisis tahap awal. Teknik purposive sampling yaitu pengambilan kelas sebagai sampel dengan pertimbangan guru. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah hasil nilai mid semester siswa kelas X pada SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. Uji normalitas
dilakukan
untuk
mengetahui
kenormalan
data.
Berdasarkan
perhitungan uji normalitas yang dilakukan pada 5 kelas didapatkan X2hitung< X2Tabel maka dapat disimpulkan bahwa kelima kelas tersebut berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, peneliti memilih kelas X-1 sebagai kelas kontrol dan X-2 sebagai kelas eksperimen untuk pembandingnya. Peneliti melakukan pembelajaran yang mengacu pada pencapaian kompetensi dengan materi pokok redoks pada kedua kelas. Dimana siswa dikatakan telah mampu mencapai kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik apabila telah mencapai nilai ketuntasan 67. Alokasi waktu guru dalam mengajar kedua kelas sama yaitu 16 jam pelajaran dengan 8 kali pertemuan. Dimana 6 kali pertemuan untuk proses pembelajaran, 1 kali pertemuan untuk praktikum, dan 1 kali pertemuan untuk ulangan harian (post test). Selain itu, guru yang mengajar pun dibuat sama, yaitu peneliti. Setelah mendapatkan 2 kelas sampel, peneliti menerapkan 2 model pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas. Pada kelas eksperimen
60
diberlakukan model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing, sedangkan kelompok kontrol diberlakukan pembelajaran kimia model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing. Pada akhir pembelajaran dilakukan tes akhir dengan menggunakan soal-soal yang sama bagi kedua kelas. Nilai yang diperoleh dari tes inilah yang digunakan untuk menganalisis hipotesis dan selanjutnya dilakukan uji untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap hasil belajar siswa kelas X pada kompetensi yang berkaitan dengan redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing pada kelas eksperimen, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing kelompok pada kelas kontrol. Setelah diadakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diadakan post test untuk melihat hasil belajar siswa ranah kognitif. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai post test yang diperoleh siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen nilai rata-rata kelas sebesar 81, sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata kelas sebesar 74.
61
Uji normalitas data nilai tes akhir penelitian dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Pada perhitungan normalitas data, diperoleh data kedua kelompok sampel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukan oleh nilai X2hitungkelompok eksperimen sebesar 7 dan X2hitung kelompok kontrol sebesar 6 lebih kecil dari X2Tabel yang bernilai 8. Hasil analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam analisis selanjutnya, yaitu dengan menggunakan statistika parametrik. Untuk uji kesamaan dua varians, pada Tabel 4.3 diperoleh Fhitung = 1, sedangkan FTabel = 2. Karena F hitung< F Tabel maka Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelas sampel mempunyai varians yang sama. Selanjutnya pada Tabel 4.4 diperoleh thitung = 4 dan tTabel = 2. Karena t
hitung
berada pada daerah penolakan Ho, maka Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti bahwa ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ho yang diajukan yakni pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing tidak berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok redoks. Karena Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok redoks. Untuk mengetahui tercapainya tujuan yang kedua dilakukan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh t
hitung
= 4 sedangkan t
Tabel
= 2. Karena thitung>tTabel maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan kata lain, pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)
melalui
snowball
62
throwingmemberikan hasil belajar dalam aspek kognitif yang lebih baik daripada pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing. Adanya perbedaan rata-rata antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing, menunjukan beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing. Perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat digambarkan pada
Nilai Rata-rata
Grafik 4.1.
82 80 78 76 74 72 70
Rata-rata hasil belajar Rata-rata hasil belajar
Eksperimen
Kontrol
Kelas
Grafik 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar Kognitif Siswa Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share), antara lain: 1.
Meningkatkan hasil belajar siswa
2.
Meningkatkan keaktifan siswa
3.
Meningkatkan antusias siswa terhadap pembelajaran
63
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Redoks di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora. Maka digunakan uji korelasi untuk menguji hipotesis ini. Dari perhitungan uji korelasi diperoleh nilai rb sebesar 0,5. Dari nilai rb tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi, yaitu sebesar
34%. Dari penjelasan di atas, diperoleh hasil model pembelajaran
kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh positif sebesar 34% terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Redoks. Dari nilai koefisien determinasi yang diperoleh, model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing dikategorikan cukup berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Tidak terlalu kuatnya pengaruh yang ditimbulkan kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa hal selama proses pembelajaran, antara lain keterbatasan waktu penelitian yang mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran. Jam pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 1 Tunjungan Blora dalam seminggu hanya 1 kali pertemuan atau dengan kata lain hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu. Selain itu jam pelajaran kimia pada kelas eksperimen berlangsung setelah jam pelajaran olah raga mengakibatkan kekurangsiapan siswa pada awal menerima pelajaran. Berdasarkan perhitungan uji ketuntasan belajar, kelompok eksperimen telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen yang telah mencapai nilai ≥ 67 sebanyak 30 siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil perhitungan uji ketuntasan belajar. Dengan nilai thitung (13) > tTabel (2),
64
karena thitung berada di daerah penolakan Ho maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah perlakuan sudah mencapai ketuntasan belajar
( ≥ 67).
Sedangkan pada kelas kontrol juga telah mencapai ketuntasan belajar. dengan jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai ≥ 67 sebanyak 27 siswa. Hal ini juga dapat dilihat pada analisis uji ketuntasan belajar, dimana nilai thitung (5) > tTabel (2). Hal ini dapat dilihat pada Grafik 4.2 dan 4.3.
Grafik Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol Series1 0 Series1 0
Series1 0 Tidak tuntas 15,63 % Tuntas 84,38 %
Grafik 4.2 Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol
Grafik Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 0 Series10Series1 0 Series1 Tidak tuntas 6,25 % Tuntas 93,75 %
Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen
65
Adanya perbedaan ketuntasan ini, kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pengelolaan kelas, perbedaan minat dan antusias siswa terhapar proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, kejenuhan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang diberikan guru, dan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing siswa menjadi lebih aktif dalam proses KBM sehingga juga mempengaruhi hasil belajar. Serta ketuntasan kelas eksprimen lebih bagus daripada kelas kontrol. Analisis
deskriptif hasil
belajar
afektif
dan psikomotorik
telah
menunjukkan bahwa kedua kelompok sampel mendapatkan hasil yang masingmasing dapat dikriteriakan sangat baik dan baik. Untuk memperoleh data hasil belajar afektif dan psikomotorik, peneliti dibantu oleh observer dengan instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi kegiatan afektif dan psikomotorik. Pada lembar observasi afektif terdiri dari 10 aspek yang diamati, sedangkan pada lembar observasi psikomotorik terdiri dari 6 aspek yang diamati. Dari Tabel 4.7 dan dipertegas oleh Grafik 4.4, hasil afektif pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini terlihat pada rata-rata nilai untuk kelas eksperimen sebesar 83 dan pada kelas kontrol sebesar 75.
66
Grafik Hasil Belajar Afektif 6 5 4 3
kontrol
2
eksperimen
1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Grafik 4.4 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Afektif Dari Grafik 4.4 tersebut terlihat dalam beberapa aspek kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, seperti perhatian dalam mengikuti pelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyan, tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, kehadiran, dan kerjasama dengan teman dalam praktikum. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih kritis dalam menghadapi permasalahan yang diberikan guru, dan adanya snowball throwing membantu pelaksanaan pembelajaran membantu sisiwa memahami materi. Dengan snowball throwing siswa disuruh membuat pertanyaan dan kemudian menjawab pertanyaan dari teman. Karena terbiasa membuat pertanyaan maka kereaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai untuk analisis belajar psikomotorik didapat dari pengisian lembar observasi kegiatan psikomotorik. Penilaian lembar kegiatan psikomotorik
67
dilakukan ketika kegiatan praktikum redoks. Aspek yang diamati pada lembar kegiatan psikomotorik meliputi mempersiapkan alat dan bahan, keterampilan menggunakan alat, ketepatan melakukan prosedur praktikum, ketepatan dalam melakukan pengamatan, kebersihan ruang dan alat, serta membuat laporan praktikum. Hasil observasi psikomotorik menunjukkan rata-rata nilai untuk kelas eksperimen sebesar 84 dan pada kelas kontrol sebesar 72. Analisis yang digunakan sama pada analisis lembar observasi afektif. Dari Tabel 4.8 dan Grafik 4.5, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dari jumlah rata-rata prosentase skor kelas eksperimen dan kelas kontrol, keduanya dapat dikategorikan baik, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa psikomotorik kelas ekspeimen dan kontrol baik.
5
Grafik Hasil Belajar Psikomotorik
4.5 4 3.5 3 Eksperimen
2.5
Kontrol
2 1.5 1 0.5 0
1
2
3
4
5
Grafik 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Psikomotorik
6
68
Rendahnya ketuntasan yang diperoleh oleh peneliti kemungkinan disebabkan adanya hambatan-hambatan yang ditemui oleh peneliti saat penelitian berlangsung.Adapun beberapa hambatan pada saat proses pembelajaran antara lain: 1.
Kurangnya pengalaman guru dalam menangani siswa yang ribut di dalam kelas, sehingga siswa tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi.
2.
Suasana kelas yang ramai bila ada waktu luang, karena siswa lebih suka bergurau daripada belajar sendiri pada saat guru memberikan waktu luang pada siswa untuk berfikir atau mengerjakan soal.
3.
Kurangnya pengalaman guru dalam mengelola kelas dan mengelola waktu.
4.
Masalah lain yang menjadi kendala adalah waktu pembelajaran yang banyak berkurang akibat dari libur atau kegiatan untuk kelas 3 seperti try out dan UN. Meskipun guru sudah mengantisipasinya dengan memberikan tugas tentang materi pokok Redoks. Di akhir pertemuan, peneliti juga meminta siswa pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk mengisi angket. Angket ini digunakan untuk melihat minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Angket yang diberikan kepada kedua kelompok sampel dilihat peerbedaan dari tingkat minat siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing. Dari angket yang diisi oleh siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mereka yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think
69
Pair Share) melalui snowball throwing mempunyai minat yang lebih baik. Hal ini ditunjukan Grafik 4.6 dan 4.7. Secara umum, response siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing pada pelajarann kimia menunjukan response yang positif. Hal tersebut terlihat dari response positif siswa terhadap semua pernyataan dalam angket yang diberikan. Prosentase tiap Aspek
70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
1
2
3
4
5
6
Aspek yang diamati
7
8
Grafik 4.6 Angket model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing Prosentase Tiap Aspek
80.00
Sangat Setuju
60.00
Setuju
40.00
Cukup Setuju
20.00
Kurang Setuju Tidak Setuju
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
Aspek yang Diamati
Grafik 4.7 Angket Menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing lebih disenangi
70
oleh siswa dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing.Adanya perbedaan ini disebabkan karena selama proses pembelajaran guru memberikan motivasi pada siswa dan siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, suasana kelas dan cara mengajar guru yang dianggap siswa termasuk baru membuat siswa lebih tertantang dan tertarik. Besarnya minat siswa terhadap model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing menandakan bahwa proses pembelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa. Pembelajaran model pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)
melalui
snowball
throwingmenuntut siswa lebih aktif dalam memperoleh suatu konsep. Apabila siswa sudah terbiasa aktif untuk memperoleh suatu konsep, maka siswa tersebut akan lebih mandiri, sehingga apabila guru tidak hadir siswa akan terbiasa belajar sendiri. Pembelajaran
model
pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)adalah Model Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain (Triyanto 2007: 61). Adapun Manfaat TPS (Think-Pair-Share) bagi siswa adalah siswa mempunyai waktu berpikir sendiri menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan dijawab dan didiskusikan di depan kelas. Mereka berlatih mental untuk menjawab dan kadangkadang berdebat dengan siswa lainnya. Sebelum di presentasikan di depan kelas.. Sedangkan kelebihan yang dimiliki snowball throwing (Slamet Widodo 2008) adalah siswa menjsadi lebih memahami materi karena siswa membuat pertanyan sendiri dari materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga membuatnya
71
cocok untuk diterapkan bersama model pembelajaran Model Think-Pair-Share yaitu: 1.
Sebagai sarana bagi siswa yang dapat membantu siswa untuk memahami materi,
2.
Melalui snowball throwing siswa dapat mengukur sejauh mana pemahaman materi. Untuk kegiatan diskusi dapat terjalin interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya menyebabkan proses pembelajaran menjadi lebih dinamis. Sejalan dengan hal tersebut, interaksi multi arah akan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Setelah dilakukan analisis data postest terjadi peningkatan hasil belajar siswa, peningkatan kemampuan berfikir kritis, dan peningkatan keaktifan belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan melihat ketiga ranah belajar, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini hasil belajar kimia siswa yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing lebih baik daripada yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing pada materi pokok Redoks.
72
BAB V PENUTUP 5.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian,maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa kelas X - 2 SMA Negeri 1 Tunjungan yang diajar menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
TPS
(Think
Pair
Share)melalui snowball throwing berbeda dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair
Share) tanpa melalui snowball throwing. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai post-test untuk kelas eksperimen adalah 81 sedangkan untuk kelas kontrol adalah 74. 2.
Siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPS
(Think Pair Share) melalui snowball throwing mempunyai keaktifan lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) tanpa melalui snowball throwing, yang dibuktikan dengan hasil pengamatan aspek keaktifan siswa pada kelas eksperimen sebesar 83 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 75. 3.
Hasil observasi psikomotorik menunjukkan rata-rata nilai untuk kelas eksperimen sebesar 84 dan pada kelas kontrol sebesar 72.
72
73
5.2.
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini adalah : 1.
Guru kimia hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing dalam pembelajaran sebagai variasi metode mengajar.
2.
model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing tidak dijadikan sebagai metode utama, tetapi sebagai penunjang dalam pembelajaran kimia di kelas.
3.
Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada materi pembelajaran lain dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing sebagai pembanding hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anni, C.T., A. Rifa‟i, E. Purwanto, & D. Purnomo. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Bumi Aksara. . 2003. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta. . 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta. . 2007. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. Lie, A. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Bandung. Saminanto. 2010. Metode Pembelajaran Snowball-Throwing. Jurnal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. . 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, N. 1996. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. _________. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan V. Bandung: Sinar Baru Glasindo. _________. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
74
75
Sugandi, A. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UNNES Press. Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian (Cet. Ke-8). Bandung: CV ALFABERTA. Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Jogjakarta. Tohrin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka.
Inovatif
Berorientasi
. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Rineka Cipta. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Widodo, S. 2008. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya melalui Metode Snowball-throwing dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal. Tasikmalaya.
76
SILABUS Lampiran 1 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu
Kompetensi dasar 3.2. Menjelaskan perkembang an konsep reaksi oksidasireduksi dan hubunganny a dengan tata nama senyawa serta penerapanny a.
: SMA : KIMIA : X/2 : 3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-redukasi : 16 jam (2 jam untuk UH )
Materi Pembelajara Konsep oksidasi dan reduksi Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
Kegiatan Indikator Penilaian Pembelajaran bilangan oksidasi Membedakan konsep Jenis tagihan: atom unsur dalam oksidasi reduksi Tugas senyawa atau ion ditinjau dari individu dalam diskusi kelas. penggabungan dan Tugas Berlatih menentukan pelepasan oksigen, kelompok bilangan oksidasi, pelepasan dan kuis oksidator, reduktor, penerimaan elektron, Bentuk hasiloksidasi, dan serta peningkatan dan instrumen: hasil reduksi. penurunan bilangan Laporan Praktikum reaksi oksidasi. tertulis redoks (misal: Menentukan bilangan terjadinya reaksi oksidasi atom unsur redoks pada larutan dalam senyawa atau CuSO4 dengan ion dan menentukan logam besi (Fe) dan oksidator dan seng (Zn)) reduktor dalam reaksi redoks dan autoredoks. Praktikum reaksi redoks Mengamati
Alokasi Waktu 12 jam
Sumber/ bahan/alat Sumber Buku kimia Bahan Lembar kerja,
Nilai Karakter Jujur Aktif Mandir i
77
Kompetensi dasar
Materi Pembelajara
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
Nilai Karakter
terjadinya reaksi redoks pada larutan CuSO4 dengan logam besi (Fe) dan seng (Zn).
Tata nama menurut IUPAC
Aplikasi redoks dalam memecahkan masalah lingkungan
Menentukan penamaan senyawa biner (senyawa ion) yang terbentuk dari tabel kation dan anion serta memberi namanya dalam diskusi kelompok. Menemukan konsep redoks untuk memecahkan masalah lingkungan dalam diskusi kelompok dikelas
Memberi nama senyawa menurut IUPAC
2 jam
Mendeskripsikan konsep larutan elektrolit dan konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
2 jam
78
Lampiran 2 RENCANA PEMBELAJARAN KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:I
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. 1.
INDIKATOR Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
III. TUJUAN 1.
Siswa
dapat
membedakan
konsep
oksidasi-reduksi
ditinjau
dari
penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. 2.
79
IV. MATERI A. Konsep Reduksi-Oksidasi Reaksi redoks mengandung dua pengertian, yaitu reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu kimia. Reaksi reduksi oksidasi banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka, perkaratan besi, penyepuhan logam, fotosintesis dan lain-lain. Reaksi reduksi dan oksidasi berlangsung secara bersamaan yang biasa disebut reaksi redoks. 1.
Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen Pada mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari penggabungan
dan pelepasan oksigen. Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai
reaksi
penggabungan/pengikatan oksigen oleh suatu zat. Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat disebut reaksi reduksi. Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen Contoh reaksi oksidasi: a.
Reaksi pembakaran C(s) + O2(g) CO2(g)
b.
Perkaratan logam, misalnya besi 4 Al(s) + 3 O2(g) 2 Al2O3(s)
Contoh reaksi reduksi: a.
Reduksi bijih besi oleh karbon monoksida Fe2O3(s) + 3 CO(g) 2 Fe(s) + 3 CO2(g)
b.
Reaksi fotosintesis 6 CO2 (g)+ 6 H2O(l) C6H12O6(s) + 6 H2O(g
80
2.
Konsep Redoks Berdasarkan Serah Terima Elektron Pada reaksi Na(s) + S(s)
Na2S(s) tidak melibatkan gas oksigen, maka
konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen tidak dapat digunakan. Konsep redoks berkembang, bukan lagi pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan elektron. Oksidasi adalah pelepasan elektron Reduksi adalah penerimaan elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Contohnya pada pembentukan ion Na+. Na(s)
Na+(aq) + e-
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi. Contohnya pada pembentukan ion S2–. S(s) + 2e-
S2-(aq)
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi secara simultan, artinya jika suatu spesi melepas elektron berarti ada spesi lain yang menyerapnya. Hal itu berarti bahwa setiap oksidasi disertai reduksi. Reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi redoks. Reaksi natrium dengan sulfur di atas terdiri dari 2 setengah reaksi berikut. Reaksi oksidasi : 2 Na(s) Reaksi reduksi : S(s) + 2e–
2 Na+(aq) + 2e– S2–(aq)
Reaksi redoks : 2 Na(s) + S(s) 3.
2Na+(aq) + S2-(aq)
Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi Konsep reaksi redoks yang lebih universal yaitu konsep reaksi redoks
berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks yang sukar dijelaskan
81
dengan konsep oksigen dan konsep elektron dapat dengan mudah dijelaskan menggunakan konsep perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi adalah pertambahan bilangan oksidasi Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi Pada reaksi: Zn
CuSO4
+
B.O Zn=0
ZnSO4
B.O Cu= +2
+
B.O Zn= +2
Cu B.O Cu=0
oksidasi
reduksi
Setelah melepas 2 elektron bilangan oksidasi seng (Zn) naik dari 0 menjadi +2 (oksidasi), tembaga (Cu) setelah menangkap 2 elektron bilangan oksidasinya turun dari +2 menjadi 0 (reduksi). V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Metode
: Ceramah, tanya jawab
2. Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) tanpa
melalui snowball throwing. VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. 1.
Kegiatan Guru
Waktu
Kegiatan Awal a) Guru memberikan apersepsi dengan
5 menit
menunjukkan contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari. b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
3 menit 2 menit
82
2.
Kegiatan Inti Eksplorasi a) Siswa membaca sekilas tentang materi yang akan dipelajari. b) Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan tentang
5 menit 5 menit
sejauh mana menguasai materi yang akan dipelajari.
20 menit
c) Guru menjelaskan tentang perkembangan konsep redoks. Elaborasi
10 menit
a) Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru
10 menit
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Konfirmasi
10 menit
a) Guru membagikan latihan soal kepada siswa dan siswa mengerjakan latihan soal secara diskusi. b) Guru dan siswa membahas latihan soal secara
10 menit
bersama – sama. Penutup a) Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan
10 menit
dari materi yang telah dipelajari. b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: Tabel daftar harga bilangan oksidasi unsur.
Sumber Belajar : Lembar kerja siswa Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
83
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. VIII. PENILAIAN Penilaian siswa di ambil dari : Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik IX. EVALUASI 1. Latihan Soal 1. Kelompokkan konsep dibawah ini termasuk reduksi atau oksidasi a) Penerimaan elektron b) Pelepasan elektron c) Reaksi pelepasan oksigen d) Reaksi pengikatan oksigen e) Reaksi penurunan bilangan oksidasi
84
f) Reaksi kenaikan bilangan oksidasi 2. Nyatakan apakah proses berikut tergolong oksidasi, reduksi, atau redoks. Jelaskan berdasarkan konsep yang mendasarinya! a) 4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s) b) 6 CO2(g) + 6 H2O C6H12O6(aq) +6 O2(g) c) Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) +Cu(s) d) 2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e- Mn2O3(s) + 2 OH-(aq) Jawaban Latihan Soal 1. Pengelompokan reaksi berdasarkan konsepnya: Reaksi oksidasi
Reaksi Reduksi
Reaksi pengikatan oksigen
Reaksi pelepasan oksigen
Pelepasan elektron
Penerimaan elektron
Reaksi kenaikan bilangan
Reaksi penurunan bilangan
oksidasi
oksidasi
2. Penggolongan contoh reaksi berdasarkan konsepnya: a) 4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s) Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut melibatkan reaksi dengan oksigen. Reaksi tersebut dapat pula dikaitkan dengan konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi tersebut Na mengalami oksidasi (kenaikan bilangan oksidasi) dan O mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi). b) 6 CO2(g) + 6 H2O C6H12O6(aq) +6 O2(g) Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut menghasilkan produk dengan melepaskan oksigen. Selain itu konsep penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi juga dapat menjelaskan reaksi tersebut digolongkan reaksi redoks. Bilangan oksidasi C dalam senyawa CO2 berubah dari +4 menjadi 0 pada senyawa C6H12O6 (bilangan oksidasi 0 pada C6H12O6 merupakan jumlah keseluruhan
85
bilangan oksidasi dari keenam atom C pada senyawa tersebut). Hal ini berarti C mengalami reaksi reduksi. Sedangkan O mengalami oksidasi. Bilangan oksidasi O berubah dari -2 menjadi 0. c) Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) +Cu(s) Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi redoks berdasarkan konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi tersebut Zn mengalami oksidasi (kenaikan bilangan oksidasi) dan Cu mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi). d) 2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e- Mn2O3(s) + 2 OH-(aq) Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi reduksi berdasarkan konsep serah terima elektron dan kenaikan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi tersebut Mn mengalami penurunan bilangan oksidasi dengan mengikat 2 elektron.
86
Lampiran 3 RENCANA PEMBELAJARAN KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
pertemuan ke
I.
: II
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR 1.
Menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
III. TUJUAN 1.
Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
3.
Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi konproporsionasi.
87
IV. ANALISIS MATERI A. Bilangan Oksidasi (Biloks) Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu unsur merupakan bilangan bulat positif, negatif, dan nol yang diberikan kepada suatu unsur dalam membentuk senyawa. Aturan penentuan bilangan oksidasi: Aturan umum: 1. Bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas =0 2. Bilangan oksidasi ion monoatom = muatan ionnya 3. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral = 0. sedangkan jumlah bilangan oksidasi atom dalam ion poliatom = muatan ionnya Aturan untuk unsur-unsur golongan utama: 1. Bilangan oksidasi Fluorin (F) dalam senyawa = -1 2. Bilangan oksidasi Hidrogen (H) jika berikatan dengan nonlogam= +1 jika berikatan dengan logam =-1 3. Bilangan oksidasi Oksigen (O) dalam senyawanya =-2 kecuali dalam: senyawa fluorida (OF2)=+2 peroksida (H2O2, Na2O2)= -1 superoksida (KO2 , CsO2)=-½ 4. Bilangan oksidasi logam golongan IA =+1, dan bilangan oksidasi logam golongan IIA=+2 5. Bilangan oksidasi nonlogam dalam senyawa biner mempunyai bilangan oksidasi = muatan ionnya. Aturan bilangan oksidasi logam transisi: Bilangan oksidasi logam transisi dapat lebih dari 1
88
B.
Oksidator dan Reduktor Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi
reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya. Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi. V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN 1.
Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) tanpa
melalui snowball throwing. 2.
Metode
: Ceramah, tanya jawab
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No 1
Kegiatan guru
Waktu
Kegiatan Awal a) Guru mengkondisikan kelas sesuai
3 menit
dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
2
2 menit
Kegiatan Inti Eksplorasi a) Siswa membaca sekilas tentang materi
10 menit
yang akan dipelajari. b) Guru menerangkan tentang perkembangan penentuan biloks, penentuan oksidator dan reduktor dalam
20 menit
89
reaksi redoks. Elaborasi
10 menit
a) Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. b) Guru memberikan latihan soal, siswa
15 menit
berdiskusi sesuai kelompoknya Konfirmasi 20 menit a) Guru dan siswa membahas latihan soal secara bersama – sama. 3
Penutup a) Siswa dengan bimbingan guru menarik
10 menit
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar : a. Lembar kerja siswa b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. VIII. PENILAIAN Penilaian siswa di ambil dari : Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
90
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik IX. EVALUASI Soal Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Berapakah biloks dari N2? 2. Hitunglah biloks H dalam senyawa HCl dan LiH! 3. Hitunglah biloks O dalam senyawa H2O, Na2O2, dan KO2! 4. Hitunglah biloks Cr dalam senyawa Cr2O72-! 5. Pada reaksi berikut: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami...Cu disebut.. Kunci Jawaban 1. 0 2. +1, -1 3. -2, -1, -1/2
91
4. +6 5. Pada reaksi: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
92
Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: III
KOMPETENSI DASAR
4.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. III. TUJUAN 1. Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. 2. Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi konproporsionasi
93
IV. ANALISIS MATERI A. Oksidator dan Reduktor Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya. Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi. B. Reaksi Disproporsionasi dan Reaksi Konproporsionasi Apabila pereaksi mengalami reaksi oksidasi dan reduksi, maka reaksi ini disebut reaksi autoredoks/disproporsionasi. Contoh : 2Na2S2O3
+
2S+
4HCl
Biloks S= +2 biloks S= 0
2SO3 + 2H2O + NaCl
biloks S = +6
Reduksi Oksidasi Reaksi yang merupakan kebalikan dari reaksi autoredoks disebut reaksi konproporsionasi/anti autoredoks. Contoh : 2 H2S
+
biloksS= -2
SO2
3 S biloksS= +4
+
2H2O biloks S= 0
oksidasireduksi
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
94
1. Model :
Model
pembelajaran
TPS
(Think
Pair
melaluisnowball throwing. 2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan 1. Kegiatan Awal
Waktu 3 menit
a) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share).
2 menit
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2 Kegiatan inti Eksplorasi a) Guru menyampaikan materi tentang penentuan oksidator dan reduktor
15 menit
dalam reaksi redoks, serta reaksi disproporsionasi. Elaborasi a) Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. b) Guru memberikan latihan soal, siswa
10 menit 15 menit
berdiskusi sesuai kelompoknya Konfirmasi a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan jawaban maupun menjawab pertanyaan temannya.
20 menit
Share)tanpa
95
b) Guru memberikan penghargaan kepada
10 menit
kelompok yang aktif dalam pembelajaran. 3 Kegiatan Akhir a) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah
10 menit
dipelajari. b) Guru menutup pelajaran.
5 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar : a. Lembar kerja siswa b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. VIII. PENILAIAN Penilaian siswa di ambil dari : Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2.Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : -
96
Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 1 Ranah Psikomotorik Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik IX. EVALUASI Soal Pretest 1. Pada reaksi berikut: CuO + H2 → Cu + H2O Tentukan senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi! 2. Pada reaksi berikut: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami...Cu disebut.. 3. Cermati kedua reaksi dibawah ini. Apakah reaksi reaksi tersebut termasuk reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi. Serta berikan alasannya. a. I2+ 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq) b.MnO4 - + Mn2+ → MnO2
97
Kunci Jawaban Soal Pretest 1. CuO
+
H2 →
+2
Cu
+
0
H2O
0
Reduksi
+1
Oksidasi
Yang mengalami reduksi adalah Cu dalam CuO menjadi Cu Yang mengalami oksidasi adalah H dalam H2 menjadi H2O 2. Pada reaksi: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2 3. Menggolongkan jenis reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi a. I2(aq) + 6 OH-(aq) → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq) 0
reduksi
-1
+5
oksidasi Bilangan oksidasi I berubah dari 0 menjadi -1 dan +5. Karena reaktan yang sama mengalami oksidasi dan reduksi menghasilkan 2 produk yang berbeda maka reaksi tersebut merupakan reaksi disproporsionasi. b. MnO4 - + Mn2+ → 2 MnO2 +7
Reduksi
Oksidasi
+2
+4
98
Bilangan oksidasi Mn berubah dari +7 dan +2 menjadi +4. Karena hasil oksidasi dan reduksi merupakan 1 produk yang sama maka reaksi tersebut adalah reaksi konproporsionasi.
99
Lampiran 5 RENCANA PEMBELAJARAN KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: IV
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR 1.
Memberi nama senyawa menurut IUPAC.
III. TUJUAN 1.
Siswa dapat memberi nama senyawa menurut IUPAC.
IV. ANALISIS MATERI A.
TATA NAMA SENYAWA Pengetahuan tentang bilangan oksidasi digunakan untuk mengklasifikasikan
senyawa, termasuk mengetahui sifat suatu senyawa. Salah satu manfaat bilangan oksidasi yaitu untuk memberikan nama suatu senyawa yang bisa membentuk beberapa senyawa dengan unsur lain. Sebagai contoh, besi dapat membentuk dua
100
macam senyawa dengan oksigen, yaitu FeO dan Fe2O3. Untuk pemberian nama kedua senyawa tersebut akan mengalami kesulitan apabila tidak memperhatikan bilangan oksidasi, sebab keduanya merupakan senyawa yang bernama oksida. Penggolongan jenis anion dan kation sebagai berikut: Kation Monovalen
Kation polivalen
Nama
Ion ammonium
Cr2+
Ion kromium (II)
Li+
Ion Litium
Cr3+
Ion kromium (III)
Na+
Ion Natrium
Fe2+
Ion besi (II)
NH4+
+
Nama
3+
K
Ion Kalium
Fe
Ion besi (III)
Rb+
Ion Rubidium
Co2+
Ion kobalt (II)
Cs+
Ion Sesium
Co3+
Ion kobalt (III)
Be+
Ion Berilium
Cu+
Ion tembaga (I)
Mg2+
Ion Magnesium
Cu2+
Ion tembaga (II)
Ca2+
Ion Kalsium
Pb2+
Ion timbal (II)
2+
4+
Sr
Ion Stronsium
Pb
Ion timbal (IV)
Ba2+
Ion Barium
Sn2+
Ion timah (II)
Al3+
Ion Aluminium
Sn4+
Ion timah (IV)
Anion
Nama
Anion Poliatomik
Nama
F-
Ion flourida
CN-
Ion sianida
Cl-
Ion klorida
OH-
Ion hidroksida
Br-
Ion bromida
CO32-
Ion karbonat
I-
Ion iodida
NO2-
Ion nitrit
O2-
Ion oksida
NO3-
Ion nitrat
S2-
Ion sulfida
SO32-
Ion sulfit
2-
Ion sulfat
PO33-
Ion fosfit
PO43-
Ion fosfat
Monoatomik
SO4
101
AsO33-
Ion arsenit
AsO43-
Ion arsenat
SbO33-
Ion antimonit
SbO43-
Ion antimonat
ClO-
Ion hipoklorit
ClO2-
Ion klorit
-
Ion klorat
ClO3
ClO4-
Ion perklorat
MnO4-
Ion permanganat
MnO42-
Ion manganat
CrO42-
Ion kromat
Cr2O72-
Ion dikromat
1. Aturan Penulisan Rumus Kimia Ay+ + Bx-
AxBy
2. Aturan Penamaan senyawa biner logam-non logam Tata nama IUPAC: Menyebutkan ion positif + ion negatif diberi akhiran ida Beri angka romawi untuk unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Contoh: Na+ + S2- Na2S = Natrium sulfida
Nama unsur non logam + “ida”
Fe2+ + 2 Cl- FeCl2 = besi (II) klorida
102
Nama unsur logam + “ida” Rumus Kimia
Nama senyawa
Na2S
Natrium sulfida
MgO
Magnesium oksida
FeCl2
Besi(II) klorida
FeCl3
Besi(III) klorida
3. Senyawa Yang Tersusun Atas Non Logam dan Non Logam Awalan : 1 = mono
4 = tetra
7 = okta
2 = di
5 = penta
8 = nona
3 = tri
6 = heksa
9 = deka
a. Tata nama IUPAC Menuliskan awalan unsur nonlogam pertama kemudian menuliskan nama unsur nonlogam pertama diikuti awalan unsur nonlogam kedua, kemudian unsur nonlogam kedua ditambahkan akhiran ida. b. Penamaan berdasarkan sistem stock Nama nonlogam yang memiliki bilangan oksidasi positif ditulis lebih dahulu kemudian diikuti bilangan oksidasinya menggunakan angka romawi dalam kurung kemudian diikuti dengan nama nonlogam yang memiliki biloks negatif dengan menambah akhiran ida. Rumus kimia
Nama senyawa IUPAC
Nama Senyawa sistem Stock
N2 O
Dinitrogen monoksida
Nitrogen(I) oksida
NO
Nitrogen monoksida
Nitrogen(II) oksida
N2 O3
Dinitrogen trioksida
Nitrogen(III) oksida
NO2
Nitrogen dioksida
Nitrogen(IV) oksida
103
N2 O5
Dinitrogen
Nitrogen(V) oksida
pentaoksida PCl3
Fosfor triklorida
Fosfor(III) klorida
PCl5
Fosfor pentaklorida
Fosfor(V) klorida
4. Senyawa poliatom Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda. Cara penamaan nama kation disebutkan lebih dahulu kemudian diikuti nama anion. Jika kation mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, beri angka romawi setelah nama kation. Contoh :
Fe3+ + PO43- FePO4
(besi (III) fospat)
Rumus kimia
Nama senyawa
Mn(SO3)2
Mangan(IV) sulfit
PbSO4
Timbal(II) sulfat Kromium(III) perklorat
Cr(ClO4)3
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) tanpa
melalui snowball throwing. 2. Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No 1
Kegiatan guru
Waktu
Kegiatan Awal a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS (Think
3 menit
104
Pair Share). 2
2 menit
Kegiatan Inti Eksplorasi a) Siswa membaca sekilas tentang materi
5 menit
yang akan dipelajari b) Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan tentang sejauh mana menguasai materi
5 menit
yang akan dipelajari c) Guru menerangkan cara memberi nama senyawa menurut IUPAC.
20 menit
Elaborasi a) Siswa mencatat materi ini
20 menit
b) Guru membagikan soal untuk berdiskusi dengan kelompoknya
15 menit
Konfirmasi Guru dan siswa membahas latihan soal secara bersama – sama. 3
15 menit
Penutup a) Siswa dengan bimbingan guru menarik
5 menit
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. b) Guru menutup pelajaran
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: tabel daftar harga bilangan oksidasi unsur-unsur
Sumber Belajar : Lembar kerja siswa Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
105
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. VIII. PENILAIAN Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotorik IX. EVALUASI Tugas Diskusi 1. Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut! a) HNO2 b) K2CrO7 c) AlBr3 d) HF e) HClO4 2. Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut! a) Besi(III) oksida
106
b) Natrium fosfat c) Dikloro heptaoksida d) Kalium kromat e) Asam sulfit Kunci Jawaban 1. Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut! a) Asam nitrit b) Kalium dikromat c) Aluminium bromida d) Hidrogen fluorida e) Asam perklorat 2. Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut! a) Fe2O3 b) Na3PO4 c) Cl2O7 d) K2CrO4 e) H2SO3
107
Lampiran 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS KONTROL Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:V
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II.
INDIKATOR Menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
III. TUJUAN Siswa dapat menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.
108
IV. MATERI A. Aplikasi Reaksi Redoks 1. Baterai biasa atau Sel kering Baterai biasa disebut juga sebagai sel kering sel leclanche dibuat dari wadah seng yang berfungsi sebagai anoda (elekktroda negatif) dan batang grafit/karbon sebagai katoda (elektroda positif). Sebagai elektrolit digunakan campuran berbentuk pasta yang terdiri atas MnO2, NH4Cl, dan air. Reaksi yang berlangsung di setiap elektroda sebagai berikut: Anoda : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 eKatoda : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq) Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l) 2. Sel aki (accumulator) Aki disebut juga sebagai sel timbal (sel Pb) karena terdiri atas rangkaian lempeng timbal. Sel ini dapat diisi ulang (distrum) dengan arus listrik. Sebagai anoda digunakan Pb dan sebagai katoda digunakan lempeng PbO2. Adapun elektrolit yang digunakan H2SO4 30%. Reaksi sel yang berlangsung di kedua elektrodanya sebagai berikut: Anoda : Pb (s) Pb2+ (aq) + 2 eKatoda : PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e- Pb2+ (aq) + 2 H2O (l) Pb(s) + PbO2(s) + 4 H+ (aq) 2 Pb2+ (aq) + 2 H2O(l) 3. Pengolahan air kotor Pengolahan air limbah dengan menggunakan lumpur aktif pertama kali dikembangkan di Inggris. Dinamakan lumpur aktif karena melibatkan produksi mikroorganisme yang merupakan biomassa aktif untuk mereduksi limbah organik secara aerob (membutuhkan oksigen). Pada bagian berikut dibahas mengenai tahap pengolahan limbah dengan cara lumpur aktif (activated sludge process). Dengan bantuan mikroorganisme,
109
bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi secara enzimatis menjadi CO2, H2O, NO3-, SO42-, PO43-. Mikroorganisme dapat digunakan untuk membentuk lumpur aktif diantaranya: a) Bakteri : Alcaligenes, Flavobacterium, dan Pseudomonas. b) Jamur : Vorticella, Opercularia, dan Paramecium. Proses pengolahan air limbah dengan lumpur aktif meliputi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Pengambilan/penambahan lumpur aktif ke dalam tangki aerasi. 2. Proses aerasi campuran lumpur aktif dan air limbah. 3. Pengadukan untuk membantu kontak antara mikroorganisme dari lumpur aktif denganbahan organik. 4. Proses sedimentasi (pengendapan) untuk memisahkan lumpur aktif dan air bersih. 5. Diperoleh lumpur aktif yang dikembalikan ke proses awal. Lumpur aktif yang berlebih dapat dibuang atau digunakan lagi. Pengolahan limbah menggunakan lumpur aktif, dimanfaatkan untuk mengolah limbah yang tercemar agar menghasilkan air jernih yang dimanfaatkan sehari-hari. V. MODEL DAN METODE PENDEKATAN 1. Model : Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)tanpa melalui snowball throwing. 2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No 1
Kegiatan guru
Waktu
Kegiatan Awal a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran b) Guru mengingatkan siswa tentang materi pertemuan yang lalu. Lalu menanyakan
2 menit 4 menit
110
aplikasi redoks dalam kehidupan seharihari. c) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS (Think Pair
4 menit
Share). 2
Kegiatan Inti. Eksplorasi a) Siswa membaca sekilas tentang materi
10 menit
yang akan dipelajari b) Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan tentang sejauh mana menguasai materi
10 menit
yang akan dipelajari c) Guru menjelaskan tentang aplikasi reaksi redoks terhadap kehidupan sehari-hari.
20 menit
Elaborasi a. Siswa mencatat materi yang dijelaskan oleh
5 menit
guru. b. Guru membagikan soal untuk berdiskusi dengan kelompoknya
10 menit
Konfirmasi Guru dan siswa membahas latihan soal secara
15 menit
bersama – sama. 3
Penutup a) Guru memberikan tugas rumah b) Siswa dengan bimbingan guru menarik
2 menit
111
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari c) Guru menutup pelajaran
5 menit 3 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar : a. Lembar kerja siswa b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. VIII. PENILAIAN Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: -
2. Ranah Afektif Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi kelompok Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi hasil diskusi kelompok Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotor
112
IX. EVALUASI Lembar Diskusi Lembar diskusi ini berjumlah 4 lembar. 1 lembar diskusi di gunakan untuk 2 kelompok. Lembar diskusi ini berisi aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari. Diskusikan dengan anggota kelompokmu. Jawablah pertanyaan yang ada di dalam kartu!
Reaksi Redoks pada Baterai Biasa atau Sel Kering Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... ............................................................................................................................. .. Kegunaan : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
Reaksi Redoks pada Aki (Accumulator) Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... Kegunaan : ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
113
Reaksi Redoks pada Pengolahan Limbah dengan Lumpur Aktif Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... ...................................................................................................................................... ........................................................................................................................
Reaksi Fotosintesis Kegunaan : ............................................................................................................................... Reduksi : ...................................................................................................................................... ........................................................................................................................ Oksidasi : ...............................................................................................................................
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. .... Tugas Rumah Kegunaan : 1. Jelaskan proses korosi yang terjadi pada logam! Sebutkan langkah-langkah ............................................................................................................................... untuk mencegah proses korosi pada besi!
........................................................................................................................................
2. Beberapa buah-buahan dan sayuran bisa berubah warna menjadi kecoklatan ...................................................................................................................... jika dipotong. Berdasarkan konsep redoks jelaskan mengapa hal itu bisa ...............................................................................................................................
terjadi! Sebutkan cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
114
Kunci Jawaban Kartu Diskusi
Reaksi Redoks pada Baterai Biasa atau Sel Kering
Oksidasi : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 eReduksi : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq) Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l) Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Serah terima elektron 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan: Baterai banyak digunakan sebagai sumber energi. Misalnya mainan, senter, jam dinding dan lain-lain.
115
Reaksi Redoks pada Aki (Accumulator)
Oksidasi :Pb (s) Pb2+ (aq) + 2 eReduksi :PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e- Pb2+ (aq) + 2 H2O (l)
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Serah terima elektron 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan aplikasi: Penggunaan aki pada umumnya adalah digunakan sebagai sumber energi pada kendaraan bermotor, mobil alat setrum ikan dll.
Reaksi Fotosintesis
6CO2 + 6H2O C6H12O6 Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Reaksi dengan oksigen 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan aplikasi: Daun dan batang tanaman digunakan untuk memproduksi glukosa.
116
Reaksi Redoks pada Pengolahan Limbah dengan Lumpur Aktif
-
Oksidasi :bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi menjadi CO2, H2O, NO3 ,
SO42-, PO43Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Reaksi dengan oksigen 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan : Pengolahan limbah dg lumpur aktif digunakan untuk menghasilkan air jernih dari limbah cair.
Kunci Jawaban Tugas Rumah 1. Mudah tidaknya logam berkarat tergantung dari keaktifan logam itu, Makin aktif logam makin mudah berkarat. Akan tetapi, beberapa logam seperti seng dan aluminium yang sebenarnya lebih aktif daripada besi, ternyata tahan karat (lebih awet). Pada
peristiwa
perkaratan
(korosi),
logam
mengalami
oksidasi,
Sedangkan oksigen mengalami reduksi. Misalnya saja pada peristiwa perkaratan besi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O => berwarna coklat-merah. Reaksi yang terjadi pada perkaratan besi: Oksidasi
: Fe(s)→ Fe2+(aq) +2 e
Reduksi
: O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e → 4 OH-
117
Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3.xH2O, yaitu karat besi. Cara pencegahan korosi dapat dilakukan dengan: a. Logam perlu dilapisi cat atau minyak b. Logam dilapisi dengan logam yang kurang mulia (logam pelindung). Logam pelindung ini akan teroksidasi terlebih dulu. Contoh logam pelindung besi adalah Zn, Al, dan Mg. c. Pembuatan aliasi. Paduan logam menyebabkan logam tahan terhadap karat. Contohnya stainless steel (larutan padat dari Fe, Cr, dan Ni) d. Logam disimpan di tempat yang lebih kering dan bersih, tidak lembab, apalagi terendam air. 2. Sayur-sayuran dan buah-buahan pada kulit umumnya mengandung enzim PPO (polyphenol Oxsidase). Pencoklatan pada buah apel dan buah lain setelah dikupas disebabkan oleh pengaruh aktivitas enzim Polyphenol Oxidase (PPO), yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna coklat. Karena teroksidasi, buah dan sayuran akan berwarna coklat dan lebih cepat busuk. Untuk mencegah buah-buah dan sayur teroksidasi dapat dilakukan dengan cara membungkus buah dan sayuran segar dalam plastik kedap udara agar terhindar dari kontak langsung dengan udara bebas sehingga sayuran akan lebih tahan lama. Selain itu dapat dilakukan pula dengan menghambat cara kerja enzim PPO yaitu dengan pemanasan dan pengasaman agar aktifitas enzim tersebut terhambat. Caranya adalah dengan merendam buah atau sayur dalam air panas kemudian dilumuri / direndam dalam larutan asam.
118
Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: SMA Negeri 1 Tunjungan
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:I
KOMPETENSI DASAR
4.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II.
INDIKATOR Membedakan konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
III. TUJUAN Siswa
dapat
membedakan
konsep
oksidasi-reduksi
ditinjau
dari
penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.
119
IV. MATERI A. Konsep Reduksi-Oksidasi Reaksi redoks mengandung dua pengertian, yaitu reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pengertian reaksi oksidasi dan reaksi reduksi berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu kimia. Reaksi reduksi oksidasi banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya reaksi pembakaran, pembuatan cuka, perkaratan besi, fotosintesis dan lain-lain. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara bersamaan yang biasa disebut reaksi redoks. B. Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen Pada mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen. Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai
reaksi
penggabungan/pengikatan oksigen oleh suatu zat. Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat disebut reaksi reduksi. Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen Contoh reaksi oksidasi: a.
Reaksi pembakaran C(s) + O2(g) CO2(g)
b.
Perkaratan logam, misalnya besi 4 Al(s) + 3 O2(g) 2Al2O3(s)
Contoh reaksi reduksi: a.
Reduksi bijih besi oleh karbon monoksida Fe2O3(s) + 3 CO(g) 2 Fe(s) + 3 CO2(g)
120
b.
Reaksi fotosintesis 6 CO2 (g)+ 6 H2O(l) C6H12O6(s) + 6 H2O(g)
C. Konsep Redoks Berdasarkan Serah Terima Elektron Pada reaksi Na(s) + S(s)
Na2S(s) tidak melibatkan gas oksigen, maka
konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen tidak dapat digunakan. Konsep redoks berkembang, bukan lagi pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan elektron. Oksidasi adalah pelepasan elektron Reduksi adalah penerimaan elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron. Contohnya pada pembentukan ion Mg2+. Mg(s)
Mg2+(aq) + 2e-
Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi. Contohnya pada pembentukan ion Cl–. Cl2(s) + 2e-
2Cl-(aq)
Pelepasan dan penangkapan elektron terjadi secara simultan, artinya jika suatu spesi melepas elektron berarti ada spesi lain yang menyerapnya. Hal itu berarti bahwa setiap oksidasi disertai reduksi. Reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi redoks. Reaksi natrium dengan sulfur di atas terdiri dari 2 setengah reaksi berikut. Reaksi oksidasi : Mg(s)
Mg2+(aq) + 2e–
Reaksi reduksi : Cl2(s) + 2e–
2Cl–(aq)
Reaksi redoks : Mg(s) + Cl2(s)
Mg2+(aq) + Cl-(aq)
121
D. Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi Konsep reaksi redoks yang lebih universal yaitu konsep reaksi redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks yang sukar dijelaskan dengan konsep oksigen dan konsep elektron dapat dengan mudah dijelaskan menggunakan konsep perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi adalah pertambahan bilangan oksidasi Reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi Pada reaksi: Zn
CuSO4
+
B.O Zn=0
B.O Cu= +2
ZnSO4
+
B.O Zn= +2
Cu B.O Cu=0
oksidasi
reduksi
Setelah melepas 2 elektron bilangan oksidasi seng (Zn) naik dari 0 menjadi +2 (oksidasi), tembaga (Cu) setelah menangkap 2 elektron bilangan oksidasinya turun dari +2 menjadi 0 (reduksi). V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN 1.
Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) melalui
snowball throwing. 2.
Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan
Waktu
1. Kegiatan Awal a) Guru memberikan apersepsi dengan menunjukkan contoh reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.
5 menit
122
Contoh: reaksi yang terjadi pada kembang api a) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS (Think
3 menit
Pair Share). b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2
menit
2. Kegiatan inti Eksplorasi a)
15 menit
Guru menjelaskan tentangperkembangan konsep redoks.
b)
Setiap kelompok diberi tugas untuk
10 menit
mendiskusikan kembali konsep redoks dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share). Elaborasi Melalui pendekatan snowball throwing
20 menit
bimbingan antarteman, setiap kelompok mencoba untuk menyelesaikan soal yang di dalam kertas dari kelompok lain. Guru membantu jika dalam kelompok tersebut tidak ada yang bisa memecahkan soal. Konfirmasi 15 menit Guru bersama dengan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan.
123
3 Kegiatan Akhir a) Siswa mengerjakan 4 soal yang diberikan oleh guru tanpa bantuan
15 menit
temannya, hasil tes ini sebagai alat ukur kemampuan siswa memahami materi. b) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah
3 menit
dipelajari. c) Guru menutup pelajaran. 2 menit VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1.
Media
: LCD proyektor
2.
Sumber Belajar : Lembar kerja siswa Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
VIII. PENILAIAN Penilaian siswa di ambil dari : Aspek yang dinilai: 2. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 3. Ranah Afektif Prosedur
: Observasi langsung
124
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik IX. EVALUASI Latihan Soal 1 (Diskusi Kelompok) Petunjuk : 1. Lengkapilah titik-titik tersebut dengan oksidasi atau reduksi! 2. Untuk soal b, d, dan f tentukanlah konsep reaksi redoks yang ada pada reaksi tersebut! Contoh : Reaksi yang disertai dengan pelepasan oksigen. (reaksi reduksi)
C(s) + O2(g)
CO2(g)
(reaksi oksidasi)
Konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen a. Reaksi yang disertai dengan pengikatan oksigen (............................) b. HgO(s)
Hg(l) + O2(g)
(............................)
Konsep ............................................ c. Reaksi yang disertai dengan pelepasan elektron (............................) d. F + e
F-
(............................)
Konsep ........................................... e. Reaksi yang diikuti dengan penambahan bilangan oksidasi (........................)
125
f. 2Al
3H2SO4
+
B.O Al=0
B.O H= +1
Al2(SO4)3 B.O Al= +3
+
3H2
B.O H=0
............ .............
Konsep .............................................................
Latihan Soal 2 (Tes Individu) 1.
Jelaskan reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari konsep bilangan oksidasi!
2. Tentukanlah reaksi di bawah ini termasuk reaksi oksidasi atau reduksi! a. C6H12O6(aq) + 6 O2 CO2(g) + 2 H2O(g) b. Fe2O3(s) + 3 CO(g) 2 Fe(s) + 3 CO2(g) 3. Reaksi di bawah ini merupakan reaksi redoks pembentukan CaS. lengkapilah titik-titik di bawah ini! Reaksi ............ : Ca(s)
Ca2+(aq) + 2e–
Reaksi reduksi : S(s) + ..... Reaksi redoks : Ca(s) + S(s)
...... (aq) Ca2+(aq) + S2-(aq)
4. Jelaskan reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau dari konsep pengikatan dan pelepasan oksigen! Tugas Rumah 1. Nyatakan apakah proses berikut tergolong oksidasi, reduksi, atau redoks. Jelaskan berdasarkan konsep yang mendasarinya! a)
4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s)
b)
6 CO2(g) + 6 H2O C6H12O6(aq) + 6 O2(g)
c)
Zn + Cu2+ Zn2+ +Cu
d)
2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e- Mn2O3(s) + 2 OH-(aq)
2. Jawablah pertanyaan di bawah ini! a) Berapakah biloks dari Cl2? b) Hitunglah biloks H dalam senyawa H2O dan LiH!
126
c) Hitunglah biloks S dalam senyawa SO42-! Kunci Jawaban Latihan Soal 1 (Diskusi Kelompok) Petunjuk : 1. Lengkapilah titik-titik tersebut dengan oksidasi atau reduksi! 2. Untuk soal b, d, dan f tentukanlah konsep reaksi redoks yang ada pada reaksi tersebut! Contoh : Reaksi yang disertai dengan pelepasan oksigen. (reaksi reduksi)
C(s) + O2(g)
CO2(g)
(reaksi oksidasi)
Konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen a. Reaksi yang disertai dengan pengikatan oksigen (oksidasi) b. HgO(s)
Hg(l) + O2(g)
(reduksi)
Konsep pelepasan dan pengikatan oksigen c. Reaksi yang disertai dengan pelepasan elektron (oksidasi) d. F + e
F-
(reduksi)
Konsep serah terima elektron e. Reaksi yang diikuti dengan penambahan bilangan oksidasi (oksidasi) f. 2Al B.O Al=0
+
3H2SO4 B.O H= +1
oksidasi reduksi
Konsep perubahan biloks
Al2(SO4)3 B.O Al= +3
+
3H2
B.O H=0
127
Latihan Soal 2 (Tes Individu) 1. Reduksi adalah reaksi yang disertai dengan penurunan bilangan oksidasi. Oksidasi adalah reaksi yang disertai dengan penambahan bilangan oksidasi. 2. Reaksi: a. C6H12O6(aq) + 6 O2 CO2(g) + 2 H2O(g)
(reaksi oksidasi)
b. Fe2O3(s) + 3 CO(g) 2 Fe(s) + 3 CO2(g)
(reaksi reduksi)
3. Reaksi di bawah ini merupakan reaksi redoks pembentukan CaS. lengkapilah titik-titik di bawah ini! Reaksi oksidasi : Ca(s)
Ca2+(aq) + 2e–
Reaksi reduksi : S(s) + 2e `Reaksi redoks : Na(s) + S(s)
S2-(aq) CaS(s)
4. Reduksi adalah reaksi yang disertai dengan pelepasan oksigen. Oksidasi adalah reaksi yang disertai dengan pengikatan oksigen. Tugas Rumah 1. Penggolongan contoh reaksi berdasarkan konsepnya: a)
4 Na(s) + O2(g) 2 Na2O(s) Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut melibatkan reaksi dengan oksigen. Reaksi tersebut dapat pula dikaitkan dengan konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi tersebut Na mengalami oksidasi (kenaikan bilangan oksidasi) dan O mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi).
b)
6 CO2(g) + 6 H2O C6H12O6(aq) +6 O2(g) Termasuk reaksi redoks berdasarkan konsep pelepasan dan pengikatan oksigen. Karena dalam reaksi tersebut menghasilkan produk dengan melepaskan oksigen. Selain itu konsep penurunan
128
dan kenaikan bilangan oksidasi juga dapat menjelaskan reaksi tersebut digolongkan reaksi redoks. Bilangan oksidasi C dalam senyawa CO2 berubah dari +4 menjadi 0 pada senyawa C6H12O6 (bilangan oksidasi 0 pada C6H12O6 merupakan jumlah keseluruhan bilangan oksidasi dari keenam atom C pada senyawa tersebut). Hal ini berarti C mengalami reaksi reduksi. Sedangkan O mengalami oksidasi. Bilangan oksidasi O berubah dari -2 menjadi 0. c)
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) +Cu(s) Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi redoks berdasarkan konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi tersebut Zn mengalami oksidasi (kenaikan bilangan oksidasi) dan Cu mengalami reduksi (penurunan bilangan oksidasi).
d)
2 MnO2(s) + H2O(l) + 2 e- Mn2O3(s) + 2 OH-(aq) Reaksi tersebut dapat digolongkan reaksi reduksi berdasarkan konsep serah terima elektron dan kenaikan penurunan bilangan oksidasi karena dalam reaksi tersebut Mn mengalami penurunan bilangan oksidasi dengan mengikat 2 elektron.
2. a. 0 b. +1, -1 c. +6
.
129
Lampiran 8 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
pertemuan ke
: II
I. KOMPETENSI DASAR 5.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR 1.
Menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
III. TUJUAN 1.
Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion.
2.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
3.
Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi konproporsionasi.
130
IV. MATERI A. Bilangan Oksidasi (Biloks) Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi suatu unsur merupakan bilangan bulat positif, negatif, dan nol yang diberikan kepada suatu unsur dalam membentuk senyawa. Aturan penentuan bilangan oksidasi: Aturan umum: 1. Bilangan oksidasi atom dalam unsur bebas =0 2. Bilangan oksidasi ion monoatom = muatan ionnya 3. Jumlah bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa netral = 0. sedangkan jumlah bilangan oksidasi atom dalam ion poliatom = muatan ionnya Aturan untuk unsur-unsur golongan utama: 1. Bilangan oksidasi Fluorin (F) dalam senyawa = -1 2. Bilangan oksidasi Hidrogen (H) jika berikatan dengan nonlogam= +1 jika berikatan dengan logam =-1 3. Bilangan oksidasi Oksigen (O) dalam senyawanya =-2 kecuali dalam: senyawa fluorida(OF2)=+2 peroksida (H2O2, Na2O2)= -1 superoksida (KO2 , CsO2)=-½ 4. Bilangan oksidasi logam golongan IA =+1, dan bilangan oksidasi logam golongan IIA=+2 5. Bilangan oksidasi nonlogam dalam senyawa biner mempunyai bilangan oksidasi = muatan ionnya. Aturan bilangan oksidasi logam transisi: Bilangan oksidasi logam transisi dapat lebih dari 1 B. Oksidator dan Reduktor
131
Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya. Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi. V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)melalui
snowball throwing. 2. Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan
Waktu
1. Kegiatan Awal a) Guru memberikan pretest mengenai penentuan biloks selama 10 menit. b) Guru mengkondisikan kelas sesuai
15 menit 3 menit
dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share).
2 menit
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti Eksplorasi a) Guru menerangkan tentang penentuan bilangan oksidasi atom dalam senyawa
15 menit
atau ion dan penentuan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks b) Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan penentuan biloks dan tanya jawab.
15 menit
132
Elaborasi a) Melalui pendekatan snowball throwing bimbingan antarteman, setiap siswa mencoba untuk menyelesaikan soal yang
20 menit
di dalam kertas dari kelompok lain. Guru membantu jika dalam kelompok tersebut tidak ada yang bisa memecahkan soal. Konfirmasi a)
Guru memberikan kesempatan kepada
10 menit
siswa untuk menyampaikan jawaban maupun menjawab pertanyaan temannya. b) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam
5 menit
pembelajaran.
3. Kegiatan Akhir a) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi penentuan bilangan oksidasi atom dalam senyawa atau ion dan penentuan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks yang telah dipelajari. b) Guru menutup pelajaran.
5 menit
133
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar : a.
Lembar kerja siswa
b.
Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
c.
Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
VIII. PENILAIAN Penilaian siswa di ambil dari : Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik
134
IX. EVALUASI Soal Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1. Berapakah biloks dari N2? 2. Hitunglah biloks H dalam senyawa HCl dan LiH! 3. Hitunglah biloks O dalam senyawa H2O, Na2O2, dan KO2! 4. Hitunglah biloks Cr dalam senyawa Cr2O72-! 5. Pada reaksi berikut: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami...Cu disebut.. Kunci Jawaban 1. 0 2. +1, -1 3. -2, -1, -1/2 4. +6 5. Pada reaksi: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2
135
Lampiran 9 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: III
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks. III. TUJUAN 1.
Siswa dapat menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
2.
Siswa dapat membedakan antara reaksi disproporsionasi dengan reaksi konproporsionasi
136
IV. ANALISIS MATERI A. Oksidator dan Reduktor Dalam suatu reaksi redoks selalu terjadi reaksi oksidasi sekaligus reaksi reduksi. Tentu ada zat yang menyebabkan zat lain teroksidasi dan sebaliknya. Pereduksi (reduktor) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Pereduksi (reduktor) itu sendiri mengalami reaksi oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Pengoksidasi (oksidator) itu sendiri mengalami reaksi reduksi. B. Reaksi Disproporsionasi dan Reaksi Konproporsionasi Apabila pereaksi mengalami reaksi oksidasi dan reduksi, maka reaksi ini disebut reaksi autoredoks/disproporsionasi. Contoh : 2Na2S2O3
+
2S+
4HCl
Biloks S= +2 biloks S= 0
2SO3 + 2H2O + NaCl
biloks S = +6
Reduksi Oksidasi Reaksi yang merupakan kebalikan dari reaksi autoredoks disebut reaksi konproporsionasi/anti autoredoks. Contoh : 2 H2S
+
biloksS= -2
SO2
3 S biloksS= +4
+
2H2O biloks S= 0
oksidasireduksi
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
137
1. Model : Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)melaluisnowball throwing. 2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan 1.KegiatanAwal
Waktu 10 menit
a) Guru memberikan pretest mengenaipenentuan biloks selama 10 menit Soal Pretest 1. Pada reaksi berikut: CuO + H2 → Cu + H2O Tentukan senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi! 2
Pada reaksi berikut:
Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami...Cu disebut.. 3.
Cermati kedua reaksi dibawah ini. Apakah reaksi reaksi tersebut termasuk reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi. Serta berikan alasannya. a. I2+ 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq) b. MnO4 - + Mn2+ → MnO2
b) Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS
3 menit
(Think Pair Share). c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti Eksplorasi a) Guru menyampaikan materi tentang penentuan oksidator dan
2 menit
138
reduktor dalam reaksi redoks, serta reaksi disproporsionasi. b) Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikanpenentuan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks, serta reaksi disproporsionasi.
15 menit 2 menit
c) Guru bersama dengan siswa mendiskusikan kembali yang telah dipelajari siswa melalui diskusi dan tanya jawab.
13 meni
Elaborasi a) Melalui pendekatan snowball throwing bimbingan antarteman setiap kelompok mencoba untuk menyelesaikan soal yang telah di dapat di dalam kertas dari kelompok lain. Guru membantu jika
20 menit
dalam kelompok tersebut tidak ada yang bisa memecahkan soal. Konfirmasi a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan jawaban maupun menjawab pertanyaan temannya.
15 menit
b) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran.
2.
Kegiatan Akhir a) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b) Guru menutup pelajaran.
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar : a. Lembar kerja siswa b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X.
5menit
5 menit
139
Jakarta : Erlangga. VIII. PENILAIAN Penilaian siswa di ambil dari : Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2.Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3 Ranah Psikomotorik Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Psikomotorik IX.
EVALUASI
Soal Pretest 1.
Pada reaksi berikut: CuO + H2 → Cu + H2O
Tentukan senyawa yang mengalami oksidasi dan reduksi. 2.
Pada reaksi berikut: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
140
Bilangan oksidasi Cu berubah dari... menjadi...Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami...Cu disebut.. 3.
Cermati kedua reaksi dibawah ini. Apakah reaksi reaksi tersebut termasuk reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi. Serta berikan alasannya. a. I2+ 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq) b.MnO4 - + Mn2+ → MnO2
Kunci Jawaban Soal Pretest 1. CuO
+
H2 →
+2
Cu
0
+
H2O
0
Reduksi
+1
Oksidasi
Yang mengalami reduksi adalah Cu dalam CuO menjadi Cu Yang mengalami oksidasi adalah H dalam H2 menjadi H2O 2. Pada reaksi: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2 3. Menggolongkan jenis reaksi disproporsionasi atau konproporsionasi a. I2(aq) + 6 OH-(aq) → I-(aq) + IO3-(aq) + 3 H2O(aq) 0
reduksi
-1
+5
Bilangan oksidasi I berubah dari 0 menjadi -1 dan +5. Karena reaktan yang sama mengalami oksidasi dan reduksi menghasilkan 2 produk yang berbeda maka reaksi tersebut merupakan reaksi disproporsionasi.
141
b. MnO4 - + Mn2+ → 2 MnO2 +7
Reduksi
+2
+4
Oksidasi
Bilangan oksidasi Mn berubah dari +7 dan +2 menjadi +4. Karena hasil oksidasi dan reduksi merupakan 1 produk yang sama maka reaksi tersebut adalah reaksi konproporsionasi.
142
Lampiran 10 RENCANA PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
: IV
KOMPETENSI DASAR
4.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR 1. Memberi nama senyawa menurut IUPAC. III. TUJUAN 1. Siswa dapat memberi nama senyawa menurut IUPAC. IV. ANALISIS MATERI A. TATA NAMA SENYAWA Pengetahuan tentang bilangan oksidasi digunakan untuk mengklasifikasikan senyawa, termasuk mengetahui sifat suatu senyawa. Salah satu manfaat bilangan oksidasi yaitu untuk memberikan nama suatu senyawa yang bisa membentuk beberapa senyawa dengan unsur lain. Sebagai contoh, besi dapat membentuk dua
143
macam senyawa dengan oksigen, yaitu FeO dan Fe2O3. Untuk pemberian nama kedua senyawa tersebut akan mengalami kesulitan apabila tidak memperhatikan bilangan oksidasi, sebab keduanya merupakan senyawa yang bernama oksida. Penggolongan jenis anion dan kation sebagai berikut: Kation Monovalen
Kation polivalen
Nama
Ion ammonium
Cr2+
Ion kromium (II)
Li+
Ion Litium
Cr3+
Ion kromium (III)
Na+
Ion Natrium
Fe2+
Ion besi (II)
K+
Ion Kalium
Fe3+
Ion besi (III)
Rb+
Ion Rubidium
Co2+
Ion kobalt (II)
Cs+
Ion Sesium
Co3+
Ion kobalt (III)
NH4+
+
Be
Nama
+
Ion Berilium
Cu
Ion tembaga (I)
Mg2+
Ion Magnesium
Cu2+
Ion tembaga (II)
Ca2+
Ion Kalsium
Pb2+
Ion timbal (II)
Sr2+
Ion Stronsium
Pb4+
Ion timbal (IV)
Ba2+
Ion Barium
Sn2+
Ion timah (II)
Al3+
Ion Aluminium
Sn4+
Ion timah (IV)
Anion
Nama
Anion Poliatomik
Nama
F-
Ion flourida
CN-
Ion sianida
Cl-
Ion klorida
OH-
Ion hidroksida
Br-
Ion bromida
CO32-
Ion karbonat
I-
Ion iodida
NO2-
Ion nitrit
O2-
Ion oksida
NO3-
Ion nitrat
S2-
Ion sulfida
SO32-
Ion sulfit
2-
Ion sulfat
PO33-
Ion fosfit
PO43-
Ion fosfat
Monoatomik
SO4
144
AsO33-
Ion arsenit
AsO43-
Ion arsenat
SbO33-
Ion antimonit
SbO43-
Ion antimonat
ClO-
Ion hipoklorit
ClO2-
Ion klorit
-
Ion klorat
ClO3
ClO4-
Ion perklorat
MnO4-
Ion permanganat
MnO42-
Ion manganat
CrO42-
Ion kromat
Cr2O72-
Ion dikromat
Aturan Penulisan Rumus Kimia Ay+ + Bx-
AxBy
2. Aturan Penamaan senyawa biner logam-non logam Tata nama IUPAC: Menyebutkan ion positif + ion negatif diberi akhiran ida Beri angka romawi untuk unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. Contoh: Na+ + S2- Na2S = Natrium sulfida
Nama unsur non logam + “ida”
Fe2+ + 2 Cl- FeCl2 = besi (II) klorida
145
Nama unsur logam + “ida” Nama unsur logam + “ida” Rumus Kimia
Nama senyawa
Na2S
Natrium sulfida
MgO
Magnesium oksida
FeCl2
Besi(II) klorida
FeCl3
Besi(III) klorida
3. Senyawa Yang Tersusun Atas Non Logam dan Non Logam Awalan : 1 = mono
4 = tetra
7 = okta
2 = di
5 = penta
8 = nona
3 = tri
6 = heksa
9 = deka
a. Tata nama IUPAC Menuliskan awalan unsur nonlogam pertama kemudian menuliskan nama unsur nonlogam pertama diikuti awalan unsur nonlogam kedua, kemudian unsur nonlogam kedua ditambahkan akhiran ida. b. Penamaan berdasarkan sistem stock Nama nonlogam yang memiliki bilangan oksidasi positif ditulis lebih dahulu kemudian diikuti bilangan oksidasinya menggunakan angka romawi dalam kurung kemudian diikuti dengan nama nonlogam yang memiliki biloks negatif dengan menambahkan akhiran ida. Rumus kimia
Nama senyawa IUPAC
Nama Senyawa sistem Stock
N2 O
Dinitrogen monoksida
Nitrogen(I) oksida
NO
Nitrogen monoksida
Nitrogen(II) oksida
N2 O3
Dinitrogen trioksida
Nitrogen(III) oksida
NO2
Nitrogen dioksida
Nitrogen(IV) oksida
N2O5
Dinitrogen
Nitrogen(V) oksida
146
pentaoksida PCl3
Fosfor triklorida
Fosfor(III) klorida
PCl5
Fosfor pentaklorida
Fosfor(V) klorida
4. Senyawa poliatom Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda. Cara penamaan nama kation disebutkan lebih dahulu kemudian diikuti nama anion. Jika kation mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, beri angka romawi setelah nama kation. Contoh :
Fe3+ + PO43- FePO4
(besi (III) fospat)
Rumus kimia
Nama senyawa
Mn(SO3)2
Mangan(IV) sulfit
PbSO4
Timbal(II) sulfat Kromium(III) perklorat
Cr(ClO4)3
V.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN 1.
Model
: Model pembelajaran TPS (Think Pair Share)melalui
snowball throwing. 2.
Metode
: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Awal a) Guru
mengkondisikan
kelas
sesuai
dengan model pembelajaran TPS (Think
3 menit
147
Pair Share. b) Guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
2 menit
2 Kegiatan inti Eksplorasi a) Guru menjelaskan mengenai tata cara
15 menit
pemberian nama menurut IUPAC. b) Guru menyediakan kartu anion dan
20 menit
kation bagi setiap kelompok. Setiap individu dalam kelompok diminta untuk menuliskan 5 senyawa disertai nama IUPAC senyawa tersebut. Senyawa yang ditulis tidak boleh sama dengan teman sekelompoknya. c) Setiap individu dalam kelompok diminta untuk
saling
mengecek
15 menit
jawaban
temannya. Guru membantu jika ada kesulitan. Elaborasi 20 menit a) Melalui pendekatan snowball throwing bimbingan antarteman, setiap siswa mencoba untuk menyelesaikan soal yang di dalam kertas dari kelompok lain. Guru membantu jika dalam kelompok tersebut tidak ada yang bisa memecahkan soal.
Konfirmasi
148
a) Guru memberikan kesempatan kepada
10 menit
kelompok/siswa untuk menyampaikan jawaban maupun menjawab pertanyaan 2 menit
temannya. b) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang
aktif
dalam
dengan
siswa
pembelajaran. 3 Kegiatan Akhir a) Guru
bersama
menyimpulkan
materi
yang
telah
4
menit
dipelajari. b) Guru menutup pelajaran VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LKS
Sumber Belajar : a. Lembar kerja siswa b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. VIII. PENILAIAN Aspek yang dinilai: 1.
Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2.
Ranah Afektif Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3.
Ranah Psikomotorik Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : -
149
Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotorik IX. EVALUASI Latihan Soal (Diskusi) 1.
2.
Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut! a)
HNO2
b)
K2CrO7
c)
AlBr3
d)
HF
e)
HClO4
Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut! a)
Besi(III) oksida
b)
Natrium fosfat
c)
Dikloro heptaoksida
d)
Kalium kromat
e)
Asam sulfit
kunci jawaban 1.
Berilah nama IUPAC untuk senyawa berikut! a) Asam nitrit b) Kalium dikromat c) Aluminium bromida d) Hidrogen fluorida e) Asam perklorat
2.
Tuliskan rumus kimia dari senyawa berikut!
150
a) Fe2O3 b) Na3PO4 c) Cl2O7 d) K2CrO4 e) H2SO3
151
Lampiran 11 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN Satuan Pendidikan
: Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Materi Pokok
: Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
Standar Kompetensi
: Memahami sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi-reduksi
Pertemuan ke
I.
:V
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. II. INDIKATOR Menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan. III. TUJUAN Siswa dapat menjelaskan aplikasi konsep redoks dalam memecahkan masalah lingkungan. IV. MATERI A. Aplikasi Reaksi Redoks 1.
Baterai biasa atau Sel kering
Baterai biasa disebut juga sebagai sel kering sel leclanche dibuat dari wadah seng yang berfungsi sebagai anoda (elekktroda negatif) dan batang grafit/karbon sebagai katoda (elektroda
152
positif). Sebagai elektrolit digunakan campuran berbentuk pasta yang terdiri atas MnO2, NH4Cl, dan air. Reaksi yang berlangsung di setiap elektroda sebagai berikut: Anoda : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 eKatoda : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq) Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l) 2.
Sel aki (accumulator) Aki disebut juga sebagai sel timbal (sel Pb) karena terdiri atas rangkaian lempeng timbal.
Sel ini dapat diisi ulang (distrum) dengan arus listrik. Sebagai anoda digunakan Pb dan sebagai katoda digunakan lempeng PbO2. Adapun elektrolit yang digunakan H2SO4 30%. Reaksi sel yang berlangsung di kedua elektrodanya sebagai berikut: Anoda : Pb (s) Pb2+ (aq) + 2 eKatoda : PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e- Pb2+ (aq) + 2 H2O (l) Pb(s) + PbO2(s) + 4 H+ (aq) 2 Pb2+ (aq) + 2 H2O(l) 3.
Pengolahan air kotor Pengolahan air limbah dengan menggunakan lumpur aktif pertama kali dikembangkan di
Inggris. Dinamakan lumpur aktif karena melibatkan produksi mikroorganisme yang merupakan biomassa aktif untuk mereduksi limbah organik secara aerob (membutuhkan oksigen). Pada bagian berikut dibahas mengenai tahap pengolahan limbah dengan cara lumpur aktif (activated sludge process). Dengan bantuan mikroorganisme, bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi secara enzimatis menjadi CO2, H2O, NO3-, SO42-, PO43-. Mikroorganisme dapat digunakan untuk membentuk lumpur aktif diantaranya: a) Bakteri : Alcaligenes, Flavobacterium, dan Pseudomonas. b) Jamur : Vorticella, Opercularia, dan Paramecium. Proses pengolahan air limbah dengan lumpur aktif meliputi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Pengambilan/penambahan lumpur aktif ke dalam tangki aerasi.
153
2. Proses aerasi campuran lumpur aktif dan air limbah. 3. Pengadukan untuk membantu kontak antara mikroorganisme dari lumpur aktif denganbahan organik. 4. Proses sedimentasi (pengendapan) untuk memisahkan lumpur aktif dan air bersih. 5 Diperoleh lumpur aktif yang dikembalikan ke proses awal. Lumpur aktif yang berlebih dapat dibuang atau digunakan lagi. Pengolahan limbah menggunakan lumpur aktif, dimanfaatkan untuk mengolah limbah yang tercemar agar menghasilkan air jernih yang dimanfaatkan sehari-hari. V.
MODEL DAN METODE PENDEKATAN 1. Model : Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing. 2. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi
VI. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Kegiatan 1 Kegiatan Awal a. Guru mengkondisikan kelas sesuai dengan model pembelajaran TPS (Think Pair Share. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2 Kegiatan inti Eksplorasi Siswa mendengarkan penjelasan mengenai aplikasi redoks dalam memecahkan persoalan lingkungan.
Waktu
3 menit 2 menit
10 menit
Elaborasi a) Melalui pendekatan snowball throwing bimbingan antarteman, setiap 2 kelompok diminta untuk membahas aplikasi redoks yang tertulis di dalam kartu. b) 8 kelompok dengan aplikasi yang berbeda diminta untuk presentasi di depan kelas. Konfirmasi
20 menit
10 menit
154
a) Setiap kelompok diminta untuk membahas tema yang mereka peroleh di depan kelas. Guru membantu jika siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. b) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran. 3Kegiatan Akhir a. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Guru memberikan tugas rumah. c. Guru menutup pelajaran.
20 menit
10 menit
5 menit 3 menit 2 menit
VII. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR Media
: LCD proyektor
Sumber Belajar : a. Lembar kerja siswa b. Purba, Michael. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga. c. Sudarmo, Unggul.2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. VIII. PENILAIAN Aspek yang dinilai: 1. Ranah Kognitif Prosedur
: Tes tertulis
Jenis Tagihan : Latihan soal Bentuk tagihan: 2. Ranah Afektif Prosedur
: Observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi kelompok Bentuk tagihan: Lembar Observasi Aspek Afektif 3. Ranah Psikomotorik
155
Prosedur
: observasi langsung
Jenis Tagihan : Presentasi hasil diskusi kelompok Bentuk tagihan: Lembar observasi aspek psikomotorik IX. EVALUASI Lembar Diskusi Lembar diskusi ini berjumlah 4 lembar. 1 lembar diskusi di gunakan untuk 2 kelompok. Lembar diskusi ini berisi aplikasi redoks dalam kehidupan sehari-hari. Diskusikan dengan anggota kelompokmu. Jawablah pertanyaan yang ada di dalam kartu!
Reaksi Redoks pada Baterai Biasa atau Sel Kering Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... ............................................................................................................................. .. Kegunaan : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
156
Reaksi Redoks pada Aki (Accumulator)
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... Kegunaan : ............................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ..................................................................................................................... ...............................................................................................................................
Reaksi Redoks pada Pengolahan Limbah dengan Lumpur Aktif Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... ...................................................................................................................................... ........................................................................................................................ Kegunaan : ............................................................................................................................... ...................................................................................................................................... ........................................................................................................................ ...............................................................................................................................
157
Reaksi Fotosintesis
Reduksi
:
Oksidasi
:
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep .......................................................... .................................................................................................................................. ............................................................................................................................ Kegunaan : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................................. .................................................................................................................
Tugas............................................................................................................................... Rumah 1. Jelaskan proses korosi yang terjadi pada logam! Sebutkan langkah-langkah untuk mencegah proses korosi pada besi! 2. Beberapa buah-buahan dan sayuran bisa berubah warna menjadi kecoklatan jika dipotong. Berdasarkan konsep redoks jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi! Sebutkan cara yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
158
Kunci Jawaban Kartu Diskusi
Reaksi Redoks pada Baterai Biasa atau Sel Kering
Oksidasi : Zn (s) Zn2+ (aq) + 2 eReduksi : 2 MnO2 (s) + 2 NH4+ (aq) Mn2O3 (s) + 2 NH3 (aq) + H2O (l) Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 3. Serah terima elektron 4. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan: Baterai banyak digunakan sebagai sumber energi. Misalnya mainan, senter, jam dinding dan lain-lain.
159
Reaksi Redoks pada Pengolahan Limbah dengan Lumpur Aktif
Oksidasi :bahan organik (C, O, H, N, S, dan P) dioksidasi menjadi CO2, H2O, NO3, SO42-, PO43Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Reaksi dengan oksigen 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan : Pengolahan limbah dg lumpur aktif digunakan untuk menghasilkan air jernih dari limbah cair.
Reaksi Redoks pada Aki (Accumulator)
Oksidasi :Pb (s) Pb2+ (aq) + 2 eReduksi :PbO2 (s) + 4 H+ (aq) + 2 e- Pb2+ (aq) + 2 H2O (l)
Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Serah terima elektron 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan aplikasi: Penggunaan aki pada umumnya adalah digunakan sebagai sumber energi pada kendaraan bermotor, mobil alat setrum ikan dll.
160
Reaksi Fotosintesis
6CO2 + 6H2O C6H12O6 Merupakan aplikasi redoks dengan konsep: 1. Reaksi dengan oksigen 2. Kenaikan dan penurunan B.O Kegunaan aplikasi: Daun dan batang tanaman digunakan untuk memproduksi glukosa.
Kunci Jawaban Tugas Rumah 1.
Mudah tidaknya logam berkarat tergantung dari keaktifan logam itu, Makin aktif logam makin mudah berkarat. Akan tetapi, beberapa logam seperti seng dan aluminium yang sebenarnya lebih aktif daripada besi, ternyata tahan karat (lebih awet). Pada
peristiwa
perkaratan
(korosi),
logam
mengalami
oksidasi,
Sedangkan oksigen mengalami reduksi. Misalnya saja pada peristiwa perkaratan besi. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O => berwarna coklat-merah. Reaksi yang terjadi pada perkaratan besi: Oksidasi
: Fe(s)→ Fe2+(aq) +2 e
Reduksi
: O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e → 4 OH-
161
Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi Fe2O3.xH2O, yaitu karat besi. Cara pencegahan korosi dapat dilakukan dengan: a.
Logam perlu dilapisi cat atau minyak
b.
Logam dilapisi dengan logam yang kurang mulia (logam pelindung). Logam pelindung ini akan teroksidasi terlebih dulu. Contoh logam pelindung besi adalah Zn, Al, dan Mg.
c. Pembuatan aliasi. Paduan logam menyebabkan logam tahan terhadap karat. Contohnya stainless steel (larutan padat dari Fe, Cr, dan Ni) d. Logam disimpan di tempat yang lebih kering dan bersih, tidak lembab, apalagi terendam air. 2.
Sayur-sayuran dan buah-buahan pada kulit umumnya mengandung enzim PPO (polyphenol Oxsidase). Pencoklatan pada buah apel dan buah lain setelah dikupas disebabkan oleh pengaruh aktivitas enzim Polyphenol Oxidase (PPO), yang dengan bantuan oksigen akan mengubah gugus monophenol menjadi O-hidroksi phenol, yang selanjutnya diubah lagi menjadi O-kuinon. Gugus O-kuinon inilah yang membentuk warna coklat. Karena teroksidasi, buah dan sayuran akan berwarna coklat dan lebih cepat busuk. Untuk mencegah buah-buah dan sayur teroksidasi dapat dilakukan dengan cara membungkus buah dan sayuran segar dalam plastik kedap udara agar terhindar dari kontak langsung dengan udara bebas sehingga sayuran akan lebih tahan lama. Selain itu dapat dilakukan pula dengan menghambat cara kerja enzim PPO yaitu dengan pemanasan dan pengasaman agar aktifitas enzim tersebut terhambat. Caranya adalah dengan merendam buah atau sayur dalam air panas kemudian dilumuri / direndam dalam larutan asam.
162
Lampiran 12
Lembar Kerja Siswa
KONSEP REDOKS
Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
163
KONSEP REDOKS A. Reaksi Oksidasi–Reduksi Reaksi kimia tidak pernah lepas dari berbagai fenomena alam yang ada di sekitar kita. Sebagai contoh, keberadaan oksigen dalam udara sesungguhnya merupakan lingkaran proses kimia yang dilakukan oleh tumbuhan dan manusia dengan bantuan matahari. Tumbuhan memanfaatkan CO2 yang dibuang manusia untuk proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis tersebut menghasilkan O2 yang dihirup oleh manusia. Manusia mengeluarkan CO2 dan dimanfaatkan oleh tumbuhan, begitu seterusnya membentuk sebuah siklus. Selain yang bersifat alamiah, reaksi oksidasi dan reduksi juga terjadi dalam berbagai industri yang menghasilkan bahan-bahan yang dimanfaatkan manusia. Industri pelapisan logam adalah salah satu contoh industri yang memanfaatkan prinsip reaksi redoks. 1. Perkembangan Konsep Reaksi Redoks Pengetahuan manusia mengenai reaksi redoks senantiasa berkembang. Perkembangan konsep reaksi redoks menghasilkan dua konsep, klasik dan modern. Awalnya, reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom oksigen dan hidrogen. Oksidasi merupakan proses terjadinya penangkapan oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi adalah proses terjadinya pelepasan oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu proses terjadinya penangkap hidrogen. Oleh karena itu, teori klasik mengatakan bahwa oksidasi adalah proses penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen. Di sisi lain, reduksi adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen. Seiring dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami perkembangan. Muncullah teori yang lebih modern yang hingga saat ini masih dipakai. Dalam teori ini disebutkan bahwa: a. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif. b. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih negatif.
164
Teori ini masih dipakai hingga saat ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak hanya dilihat dari penangkapan oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang sebagai proses perpindahan elektron dari zat yang satu ke zat yang lain. 2. Bilangan Oksidasi Dalam reaksi oksidasi reduksi modern, keberadaan bilangan oksidasi yang dimiliki suatu zat sangat penting. Bilangan oksidasi adalah muatan listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion. Aturan penentuan bilangan oksidasi sebagai berikut: a. Unsur bebas, memiliki bilangan oksidasi = 0 Contoh: H2, Br2, memiliki bilangan oksidasi = 0 b. Oksigen Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali: a. Dalam peroksida (H2O2) bilangan oksidasi O = –1 b. Dalam superoksida (H2O4) bilangan oksidasi O =-1/ 2 c. Dalam OF2 bilangan oksidasi O = +2 c. Hidrogen Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1 Contoh: dalam H2O, bilangan oksidasi H = 1 Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1 d. Unsur golongan IA Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1 Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1 e. Unsur golongan IIA Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2 Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2 f. Bilangan oksidasi molekul = 0 g. Bilangan oksidasi ion = muatan ion Contoh: Al3+ memiliki bilangan oksidasi = +3 h. Unsur Halogen F bilangan oksidasi = 0, -1 Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7 Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7 I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7
165
3. Reaksi Redoks Ditinjau dari Perubahan Bilangan Oksidasi Berdasarkan pengertian bilangan oksidasi dan aturan penentuan bilangan oksidasi, konsep reaksi redoks dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami oksidasi merupakan reduktor. Contoh: Fe(s) → F2+ (aq) + 2e– 0 +2 Zn(s) → Zn2+(aq)+ 2e– 0+2 b. Reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami reduksi merupakan oksidator. Contoh: I2(g) + 2e-→ 2I-(aq) 0 -1 Cu2+ (g) + 2e– → Cu(s) +2 0 Catatan: a. Jumlah muatan di kanan dan kiri harus sama. b. Jika dalam suatu reaksi tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi, reaksi tersebut bukan reaksi redoks. TUGAS MANDIRI Jawablah pertanyaan beikut! 1.
Pengertian Reaksi Oksidasi dan reduksi a. Jelaskan pengertian oksidasi dan reduksi berdasarkan: i.
Konsep pengikatan/ pelepasan oksigen
Oksidasi:......................................................................................................... Reduksi:.......................................................................................................... ii.
Konsep serah terima elektron
Oksidasi: ...................................................................................................... Reduksi: ........................................................................................................ iii. Konsep perubahan bilangan Oksidasi Oksidasi: .......................................................................................................
166 Reduksi: .........................................................................................................
Pengikatan/oksigen Sumber oksigen pada reaksi oksidasi disebut oksidator Zat yang menarik oksigen pada reaksi reduksi disebut reduktor
2.
Tentukan Oksidator dan reduktor pada reaksi berikut:
a. Reaksi oksidasi 4Fe(s) + 3O2(g)
2Fe2O3(s)
Reduksi / Oksidator:........................................................
b. Reaksi reduksi CuO(s)+ H2(g)
Cu(s) + H2O(g)
Oksidasi / Reduktor:........................................................
c. Ag2O(s) + C(s)
2Ag(s) + CO(g)
Reduksi / Oksidator : …………………………………. Oksidasi / Reduktor : …………………………………..
d. CuO(s) + H2(g)
Cu(s) + H2O(g)
Reduksi / Oksidator : …………………………………. Oksidasi / Reduktor : …………………………………..
Serah terima elektron Oksidator: menangkap elektron, mengalami reduksi Reduktor: melepas elektron, mengalami oksidasi
3.
Tentukan Oksidator dan reduktor pada reaksi berikut: a. Ca + S Reaksi Oksidasi
Ca2++ S2: Ca
… + 2e-
167 Reaksi Reduksi
: … + 2e-
Oksidator
: …………..
Reduktor
: …………..
b. 2 Ag + Cl2
2 AgCl
Reaksi Oksidasi
:…
Reaksi Reduksi
: … + 2e-
Oksidator
: ……
Reduktor
: ……
c. 2H+ + O2-
S2-
2Ag+ + … Cl2
H2O
Reaksi Oksidasi
:…
Reaksi Reduksi
:…+…
Oksidator
: ……
Reduktor
: ……
d. 2Na(s) + Cl2(g)
…+… …
2NaCl(aq)
Reaksi Oksidasi
:…
Reaksi Reduksi
:…+…
Oksidator
: .............
Reduktor
: ..........
…+…
Perubahan Bilangan Oksidasi Oksidasi: pertambahan bilangan oksidasi Reduksi: penurunan bilangan oksidasi Oksidator: mengalami reduksi
…
168 Soal: 4.
Tentukan Oksidator dan Reduktor reaksi berikut: a. N2(g) + 3H2(g)
2NH3(g)
....................................................................... Oksidator
: ...............
Reduktor
: ...............
b. 2Na(s) + H2(g)
2NaH(s)
............................................................................. Oksidator
:................
Reduktor
:................
c. Na + H2O
NaOH + H2
............................................................................. Oksidator
:................
Reduktor
:................
d. SiCl4 + 2Mg
Si + 2MgCl2
............................................................................. Oksidator
:................
Reduktor
:................
Belajar di rumah 1. Jelaskan pengertian reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan okigen! 2. Jelaskan pengertian reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan electron! 3. Jelaskan pengertian reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari perubahan bilangan oksidasi! 4. Jelaskan yang dimaksud dengan bilangan oksidasi! 5. Tentukan oksidator dan reduktor serta hasil oksidasi dan reduksi dari reaksi berikut ini! a. C2H4(g) + 3O2(g)
2CO2(g) + 2H2O(l)
b. 4 Al3+(aq) + 6 O2-(aq)
4 Al(s) + 3 O2(g)
169 c. 2 Fe2O3 + 3 C 4 Fe + 3 CO2
170
4. T atanama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi Tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan sebagai berikut. a. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida. Contoh: NaCl : natrium klorida MgO : magnesium oksida Al2S3 : aluminium sulfida K2S : kalium sulfida b. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama unsurnya. FeO : besi(II) oksida Fe2O3 : besi(III) oksida SnCl2 : timah(II) klorida SnCl4 : timah(IV) klorida c. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation diikuti nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion tersebut diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-atsesuai dengan jumlah bilangan oksidasi. Contoh: Na2CO3 : natrium karbonat KCrO4 : kalium kromat K2Cr2O7 : kalium dikromat HClO : asam hipoklorit (bilangan oksidasi Cl=+1) HClO2 : asam klorit (bilangan oksidasi Cl=+3) HClO3 : asam klorat (bilangan oksidasi Cl=+5) HClO4 : asam perklorat (bilangan oksidasi Cl=+7)
171 Soal Latihan: 1. Tuliskan nama IUPAC senyawa-senyawa berikut: a. SnO b. Cu2O c. Al2(SO4)3 d. HgCl2 e. MgO f.
Cl2O3
g. P2O5 h. SO2 i.
SO3
j.
Fe2S
2. Tuliskan rumus kimia dari nama senyawa di bawah in: a. Tembaga (II) sulfat b. Karbon dioksida c. Raksa (II) klorida d. Natrium fosfat
172
5. Penerapan Reaksi Redoks Konsep reaksi redoks banyak digunakan dalam proses industri. Beberapa industri yang sering menggunakan reaksi redoks di antaranya sebagai berikut. a. Industri pelapisan logam Industri pelapisan logam adalah industri pelapisan logam dengan unsurunsur lain yang meningkatkan kualitas logam tersebut. Sebagai contoh pelapisan besi dengan seng atau krom untuk menjaga besi dari perkaratan, melapisi tembaga dengan emas. b. Industri pengolahan logam Bijih-bijih logam umumnya terdapat dalam bentuk senyawa oksida, sulfida, dan karbonat. Bijih-bijih sulfida dan karbonat diubah terlebih dahulu menjadi oksida melalui pemanggangan. Setelah itu bijih oksida direduksi menjadi logam. Contoh: Besi diperoleh dengan cara mereduksi bijih besi Fe2O3 dengan reduktor kokas (C) dalam tanur tinggi. C akan teroksidasi menjadi CO dan CO akan mereduksi Fe2O3 menjadi Fe. 2C + O2→ 2CO Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2 c. Industri aki dan baterai Aki dan baterai merupakan sumber energi listrik searah yang bekerja menggunakan prinsip reaksi redoks. Reaksi yang terjadi pada aki: Pb(s) + PbO2(s)+ 4H+(aq)+ 2SO42-(aq)→ 2PbSO4(s)+ 2H2O(l ) Reaksi yang terjadi pada baterai: Zn(s)+ 2MnO2(s)+2NH4+(aq)→ Zn2+(aq)+ Mn2O3(s)+2NH3(aq)+ H2O(l )
173
Lampiran 13 KISI-KISI SOAL –SOAL UJI COBA MATERI POKOK REDOKS Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi redoks dan hubungannya dengan tatanama senyawa serta penerapannya
Indikator 1. Siswa dapat memahami konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pelepasan dan pengikatan oksigen. 2. Siswa dapat memahami konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari pelepasan dan pengikatan elektron. 3. Siswa dapat memahami konsep oksidasi-reduksi ditinjau dari kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi. 4. Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi dari suatu senyawa atau ion.
5. Siswa dapat menentukan peristiwa oksidasi atau reduksi dalam suatu reaksi redoks. 6. Siswa dapat menentukan senyawa sebagai oksidator, reduktor, dan hasil oksidasi.
7. Siswa dapat menentukan persamaan reaksi yang
C1 1,2
Jenjang dan penyebaran C2 C3 C4
5
3
4,6,7 9 10,13 12 20 22 33
11 18 19 50 37 38
15 16 47
24,32 21
29 23
14 30 31 34 35 25 28
39
36 40 41
8
174
termasuk reaksi redoks dan reaksi yang bukan redoks serta dapat menjelaskan reaksi autoredoks
26 27 42
8. Siswa dapat menyebutkan tatanama senyawa dan rumus kimia dengan prinsip bilangan oksidasi. 9. Siswa dapat menyebutkan contoh reaksi oksidasiredusi dalam kehidupan sehari-hari. 10. Siswa dapat menjelaskan proses penanganan air limbah dengan proses lumpur aktif.
Jumlah soal Total prosentasi soal
43 44 45 46 17
48 49
4 8%
16 32%
16 32%
14 28%
175
Lampiran 14 TESSOAL UJICOBA Mata Pelajaran
: Kimia
Materi pokok
: Redoks
Kelas/Semester
: X/Genap
Petunjuk umum: 1. 2. 3. 4. 5.
Berdoalah sebelum mengerjakan Tulislah nama, kelas, dan nomor urut pada lembar jawaban yang tersedia Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu Kerjakan pada lembar jawaban yang tersedia Sifat closed book
Petunjuk khusus : Pilihlah satu jawaban yan g paling tepat dengan cara member tanda silang (X) di antara jawaban a, b, c, d, atau e pada lembar jawaban yang tersedia 1. Diketahui : 1) Kenaikan biloks 2) Penurunan biloks 3) Pelepasan elekron 4) Penangkapan elektron 5) Pengikatan oksigen 6) Pelepasan oksigen Pernyataan di atas yang benar mengenai reaksi oksidasi adalah... A. 1, 3, dan 5 D. 2, 3, dan 5 B. 1, 3, dan 6 E. 2, 4, dan 6 C. 1, 4, dan 6 2. Berdasarkan konsep perkembangan reaksi redoks,reaksi reduksi adalah… A. Penerimaan proton B. Penangkapan elektron C. Kenaikan biloks
176
D. Pengikatan oksigen E. Pelepasan oksigen 3. Yang dimaksud dengan bilangan oksidasi adalah… A. Jumlah dari muatan dalam senyawa B. Jumlah atom dalam senyawa atau ion yang mengalami reaksi redoks C. Nilai muatan atom dalam suatu molekul atau ion D. Jumlah muatan dari senyawa yang mengalami redoks E. Perbandingan antara peningkatan muatan dan penurunan muatan dalam reaksi redoks 4. Dalam ion H2P2O72-bilangan oksidasi P adalah... A. +5 D. +4 B. +2 E. +3 C. +6 5. Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim akhir-akhir ini karena menaiknya kadar CO2 di udara yang salah satunya dapat disebabkan karena pembakaran gas alam metana. Persamaan redoksnya : CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + H2O(g). Dari reaksi tersebut, senyawa/zat yang mengalami reduksi adalah… A. CH4 D. O2 B. CO2 E. CH4 dan CO2 C. H2O 6. Pada aturan penentuan bilangan oksidasi, biloks H dalam senyawanya +1 tetapi terdapat pengecualian. Contoh pengecualian dimana biloks H = -1 terdapat dalam senyawa… A. HF D. H2S B. H2O E. LiOH C. AlH3 7. Seperti halnya H, biloks O yang seharusnya -2 juga memiliki pengecualian. Senyawa di bawah ini yang memiliki bilangan oksidasi O = -1 adalah… A. F2O D. CaO B. H2O2 E. H2O C. Na2O 8. Diketahui reaksi aliran gas NH3 dalam air sebagai berikut: NH3(g) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq) Berdasarkan reaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa… A. Gas NH3 mengalami oksidasi B. Gas NH3 mengalami reduksi C. Pelarutan gasNH3 bukan termasuk reaksi redoks D. Pelarutan gas NH3 terjadi reaksi autoredoks E. Air mengalami proses reduksi dan oksidasi karena gas NH3 9. Fluor (F) adalah unsure yang paling elektronegatif dan membutuhkan 1 elektron. Tingkat oksidasi F dalam senyawa F2O adalah…
177
A. -2 C. 0 E. +2 B. -1 D. +1 10. Fe memiliki lebih dari 1 bilangan oksidasi. Biloks Fe pada Fe, FeS, Fe2O3 berturut-turut adalah… A. 0, +1, +2 B. +2, +3, +6 C. 0, +3, +2 D. +1, +2, +3 E. 0, +2, +3 11. Belerang (S) dengan bilangan oksidasi yang sama terdapat dalam senyawa … A. SO2, Na2S2O3, NaHSO4 D. NaHSO4, SO3, H2S2O7 B. H2S, H2SO4, CaSO4 E. Na2S2O3, H2S2O7, H2S C. Na2S2O3, SO3, Na2S 12. Diketahui reaksi sebagai berikut : I2 + 6OH- → I- + IO3- + 3H2O Dari reaksi di atas, bilangan atom I berubah dari… A. 0 menjadi -1 dan +5 D. -1 menjadi -1 dan -5 B. 0 menjadi +4 dan -1 E. -1 menjadi +1 dan +5 C. 0 menjadi +3 dan -1 13. Reaksi di bawah ini yang mengalami perubahan bilangan oksidasi sebanyak 6 adalah… A. NO3- → NO D. S2O3- → S4O6B. SbO43- → SbO33E. ClO3- → ClC. SO4- → SO2 14. Pada persamaan reaksi oksidasi-reduksi berikut ini : Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g) Yang bertindak sebagai oksidator adalah… A. Logam magnesium D. Hydrogen B. Asam klorida E. Besi (II) sulfat C. Magnesium klorida 15. Diketahui beberapa senyawa: 1. Mo2O3, 2. MgMoO3, 3. Mo2O5, 4. Na2MoO4 Bilangan oksidasi yang dimiliki oleh molibden dalam senyawa di atas berturut-turut adalah… A. +2, +3, +4, +5 D. +2, +4 +5, +6 B. +3, +4, +5, +6 E. +2, +3, +5, +6 C. +2, +3, +4, +6 16. Pada reaksi redoks berikut akan terjadi …. 4KMnO4(aq) + 6H2SO4(aq) → 2K2SO4(aq) + 4MnSO4(aq) + 5O2(g) + 6H2O(l) Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah... A. Penurunan bilangan oksidasi Mn dari +7 menjadi +2 B. Penurunan bilangan oksidasi Mn dari +7 menjadi +4
178
C. kenaikan bilangan oksidasi S dari +4 menjadi +6 D. Penurunan bilangan oksidasi Mn sebanyak 12 satuan E. Termasuk reaksi autoredoks 17. Di bawah ini yang bukan merupakan contoh peristiwa oksidasi reduksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah… A. Penyepuhan emas B. Korosi C. Pengisian aki D. Reaksi batu baterai E. Pematrian aluminium 18. Bilangan oksidasi brom tertinggi dalam senyawa dibawah ini adalah… A. HBrO D. HBrO3 B. Br2 E. HBrO4 C. HBr 19. Bilangan oksidasi sulfur yang paling rendah terdapat dalam senyawa… A. SO2 D. SO3 B. S2O3 E. H2S C. S4O6 20. Pada reaksi berikut : Cl2 + 2KI → 2 KCl + I2 Bilangan oksidasi Cl berubah dari…dan mengalami peristiwa… A. 0 menjadi +1, reduksi D. -1 menjadi +1,oksidasi B. 0 menjadi -1, oksidasi E. -1 menjadi 0, reduksi C. 0 menjadi -1, reduksi 21. MnO2 + 4HCl → MnCl2 + Cl2 + H2O Dari reaksi di atas, peristiwa reduksi terjadi pada A. HCl menjadi Cl2 B. HCl menjadi MnCl2 C. HCl menjadi H2O D. MnO2 menjadi MnCl2 E. MnO2 menjadi H2O 22. Diketahui reaksi berikut: 2 AgClO3 → 2AgCl + 3O2 Dari reaksi di atas, khlor mengalami… A. Penambahan biloks sebanyak 4 B. Penurunan biloks sebanyak 4 C. Penambahan biloks sebanyak 6 D. Penurunan biloks sebanyak 6 E. Penurunan biloks sebanyak 3 23. Diketahui reaksi sebagai berikut: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O
179
Dalam reaksi di atas yang bertindak sebagai reduktor adalah… A. Cu B. HNO3 C. Cu(NO3)2 D. NO2 E. H2O 24. Reaksi yang menunjukan adanya sulfur mengalami reduksi terjadi pada… A. 2S + 3O2 → 2SO3 B. H2S + 3/2 O2 → SO2 + H2O C. SO3- + NO3- +2H+ → SO4- + NO + H2O D. 2S2O3- + I2 → S4O6- + 2IE. SO2 + 2H2 → S + 2H2O 25. Diantara reaksi di bawah ini yang tergolong reaksi redoks adalah… A. ZnCO3 → ZnO + CO2 B. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl C. Ag+ + Cl- → AgCl D. Na+ + Br-→ NaBr E. Cu2O + CO → 2Cu + CO2 26. Diantara reaksi di bawah ini yang bukan termasuk dalam reaksi redoks adalah… A. H2 + Cl2 → 2HCl B. 2Ag + Cl2 → 2AgCl C. SnCl2 + I2 + 2HCl → SnCl2 + 2HI D. Cu2O + CO → 2Cu + CO E. Cu2O + 2HCl → CuCl2 + H2O 27. Diketahui: 1. ZnCO3 → ZnO + CO2 3. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl 2. Zn + 2HCl → ZnCl2 + H2 4. 2Ag + Cl2 → 2AgCl Dari reaksi di atas yang termasuk reaksi redoks adalah… A. 1 dan 3 C. 1, 2 dan 3 E. 1, 2, 3, dan 4 B. 2 dan 4 D. 4 28. Reaksi berikut yang termasuk reaksi redoks adalah… A. Na2O + H2O → 2NaOH B. SO3 + H2O → H2SO4 C. CaO + CO2 → CaCO3 D. Cu + 4HNO3 → Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O E. HCl + NH3 → NH4Cl 29. Sifat oksidator dan reduktor dinyatakan sebagai berikut: 1. Mengalami oksidasi 2. Mengalami reduksi
180
3. Mengalami kenaikan biloks 4. Mengalami penurunan biloks
5. Menarik elektron 6. Melepas electron
Pernyataan yang benar mengenai sifat oksidator adalah… A. 2, 4, 5 B. 1, 3, 6 C. 1, 3, 5 D. 2, 3, 6 E. 1, 4, 6 30. Diketahui : 2Ag+ + Zn → 2Ag + Zn2Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah… A. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor B. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor C. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator D. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator E. Zn2- sebagai reduktor dan Ag+ oksidator 31. Diantara spesi yang digaris bawahi di bawah ini yang merupakn oksidator adalah… A. 2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+ B. 2I- + Cl2 → I2 + 2ClC. Sn2+ + 2Fe3+ → Sn4+ + 2Fe2+ D. 5I- + IO3- + 6H+ →3I2 + 3H2O E. Fe + 2H+ → Fe2+ + H2 32. Reaksi yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada... A. 2S(s) + 3O2(g)→ 2SO3(g) B. H2S(g) + O2(g)→ SO2(g) + H2O(l) C. SO32-(aq) + NO3-(aq) + 2H+→ SO42-(aq) + NO(g) + H2O(l) D. 2KClO3(s) + 3S(s)→ 2KCl(s) + 2SO2(g) E. SO2(g) + 2H2(g)→ S(s) + 2H2O(l) 33. Diketahui reaksi: I2(aq) + 6OH- → I-(aq) + IO3-(aq) + 3H2O(l) Bilangan oksidasi I berubah dari... A. 0 menjadi +5 dan -1 B. 0 menjadi +4 dan -1 C. 0 menjadi +3 dan -1 D. +1 menjadi -5 dan -1 E. -1 menjadi +5 dan +1 34. Di antara spesi di bawah ini yan di garis bawah ysng merupakan oksidator adalah... A. 2Ag+(aq)+ Cu(s)→ 2Ag(s) + Cu2+(aq) B. 2I-(aq)+ Cl2(g) → I2(aq) + 2Cl-(aq)
181
C. Sn2+(aq) + 2Fe3+(aq)→Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq) D. 5I-(aq)+ IO3-(aq) + 6H+(aq)→ 3I2(aq) + 3H2O(l) E. Fe(s) + 2H+(aq)→ Fe2+(aq) + H2(g) 35. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + CuI. Zat yang merupakan hasil oksidasi pada reaksi tersebut adalah... A. CuSO4 B. KI C. K2SO4 D. I2 E. CuI 36. Diketahui : 5I- + IO3- + 6H+ → 3I2 + 3H2O 1. IO3- berfungsi sebagai oksidator 2. H+berfungsi sebagai reduktor 3. I pada IO3- memiliki bilangan oksidasi +6 4. I- bertindak sebagai pereduksi Pernyataan yang benar adalah... A. 2 dan 3 B. 1 dan 4 C. 1 dan 3 D. 3 dan 4 E. 1 dan 2 37. Bilangan okisdasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada MnO42- adalah... A. CrO B. CrCl3 C. Cr2O72D. Cr2(SO4)3 E. Cr(NO3)2 38. Diketahui reaksi: 3MnO42- + 4H+→ 2MnO4- + MnO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Mn berubah dari... A. -2 menjadi -1 dan 0 B. -2 menjadi -1 dan +4 C. +6 menjadi +7 dan 0 D. +6 menjadi +7dan +4 E. +8 menjadi +7 dan +4 39. Pada reaksi: Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O. Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah...
182
A. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi +1 B. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi -1 C. NaOH mengalami reaksi reduksi D. Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi E. Klor berfungsi mengoksidasi NaOH 40. Diketahui: 2H2S + SO2 →2H2O + 3S 1. Bilangan oksidasi S pada H2S adalah -2 2. Oksigen dalam H2O adalah okisdator 3. H2S adalah reduktor 4. Oksigen dalam H2O adalah reduktor Pernyataan yang benar adalah... A. 1, 2. dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 41. Cu + 4HNO3 → Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O 1. Cu sebagai reduktor 2. Cu sebagai pereduksi 3. HNO3 mengalami reduksi 4. NO2 merupakan hasil oksidasi Pernyataan yang benar adalah... A. 1 dan 3 B. 2 dan 4 C. 1, 2, dan3 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 42. 3Br2 + 6NaOH → 5NaBr +NaBrO3 + 3H2O 1. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi +5 2. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi -1 3. Br2 berfungsi sebagai reduktor dan oksidator 4. Merupakan autoredoks Pernyataan yang benar adalah... A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4
183
D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 43. Garam adalah senyawa yang mengandung ion logam yang bermutan positif dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Sebagai contohnya adalah senyawa magnesium klorat yang mempunyai rumus... A. Mg(ClO3)2 B. MgClO C. Mg(ClO2)2 D. Mg(ClO3)3 E. MgClO4 44. Cara pembuatan unsur silikon di bidang industri adalah dengan mereduksi pasir (SiO2) dengan karbon dengan tanur listrik yang bersuhu 3000ᵒC. Persamaan redoksnya adalah... SiO2(s) + 2S(s) → Si(s) + 2CO(g). Nama IUPAC dari senyawa SiO2 dari reaksi di atas yang paling tepat adalah... A. Silikon (IV) oksida B. Silikon (II) oksida C. Timah (IV) oksida D. Timah (II) okisda E. Timbel (II) oksida 45. Rumus kimiia dari besi (III) sulfat adalah... A. BeSO4 B. Be2(SO4)3 C. FeSO4 D. Fe3(SO4)2 E. Fe2(SO4)3 46. Aktivitas pertanian dengan obat-obatan menyebabkan peningkatan konsentrasi gas metana (CH4) dan N2O. Penamaan IUPAC dari N2Oyang paling tepat adalah... A. Nitrogen (I) oksida B. Nitrogen (II) oksida C. Nitrogen (III) oksida D. Nitrogen (IV) oksida E. Nitrogen (V) oksida 47. Perhatikan reaksi redoks di bawah ini: Cr2O3 + 2Al → Al2O3 +2Cr Dari reaksi di atas dapat dikatakan bahwa… A. Biloks krom turun dari _3 menjadi +2 B. Atom oksigen mengalami oksidasi C. Logam aluminium adalah reduktor
184
D. Krom adalah hasil oksidasi E. Al2O3 adalah hasil reduksi 48. Dalam proses pengolahan air limbah dengan “lumpur aktif” (activated sludge) berikut: 1. Merupakan proses aerobik 2. Terjadi peristiwa oksidasi dengan oksigen 3. Kaya dengan bakteri aerob 4. Terjadi peristiwa reduksi Pernyataan yang benar adalah… A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 49. Proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah: 1. Proses penambahan nitrogen 2. Proses penambahan oksigen 3. Proses penekanan bakteri 4. Proses pertumbuhan bakteri Pernyataan yang benar adalah… A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 50. Sebagian dari daur Nitrogen di alam adalah sebagai berikut : (1) N2 NO (2)
(4) NO3-
NO2 (3)
Urutan bilangan oksidasi N berturut-berturut adalah ....
185
A. +1, +2, +3, +6 B. 0, +1, +2, +3 C. 0, +2, +4, +5
D. +1, +2, +4, +5 E. +1, +3, +5, +6
186
Lampiran 15 Kunci dan Pembahasan Soal Uji Coba 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
A Pembahasan Oksidasi adalah reaksi pengikatan atau penggabungan oksigen Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron Oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi. B Pembahasan: Reaksi reduksi adalahpenangkapan elektron C Pembahasan: Bilangan oksidasi adalah Nilai muatan atom dalam suatu molekul atau ion A Pembahasan: Jumlah bilangan oksidasi ion = muatan ion (2 x BO H ) + (2 x BO P ) + ( 7 x BO O ) = -2 { 2 x (+1)} + {2x BO P } + { 7 x (-2) } = -2 (+2) + {2x BO P } + (-14) = -2 {2x BO P } = +10 BO P = +5 D Pembahasan: Reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan biloks. Pada O2 menjadi H2O mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi -2. C Pembahasan: Pada aturan penentuan biloks atom dalam senyawa, biloks H = -1 terjadi pada senyawa hidrida/berikatan dengan logam. B Pembahasan: Biloks O = -1 terjadi pada senyawa peroksida, seperti H2O2. C Pembahasan: Reaksi tersebut tidak menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan biloks. Jadi, reaksi tersebut bukan reaksi redoks. B Pembahasan:
187
Karena F lebih elektronegatif daripada O maka biloks F = -1. 10. E Pembahasan: Biloks Fe = 0 karena unsure bebas. Biloks Fe pada FeS = +2 BO Fe + BO S = 0 BO Fe + (-2) = 0 BO Fe = +2 Biloks Fe pada Fe2O3 = +3 2 BO Fe + 3 BO O = 0 2 BO Fe + 3 (-2) = 0 BO Fe = +3 11. D Pembahasan: Biloks S pada senyawa NaHSO4, SO3, dan H2S2O7 adalah sama yaitu +6. 12. A Pembahasan: I2 + 6OH- → I- + IO3- + 3H2O 0 -1 +5
13. E Pembahasan: Terjadi perubahan biloks Cl pada ClO3– menjadi -5 dan menjadi -1 pada Cl-. 14. B Pembahasan: Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi (penurunan biloks). Terjadi perubahan biloks H pada HCl +1 turun menjadi 0 pada H2. 15. B a) Mo2O3 +3 -2 +6 -6 = 0 b) MgMoO3 +2 +4 -2 +2 +4 -6 = 0 c) Mo2O5 +5 -2 +10 -10 = 0
188
d) Na2MoO4 +1 +6 -2 +2 +6 -8 = 0
16. A Pembahasan: Terjadi perubahan biloks Mn pada KMnO4 dari +7 menjadi +2 pada MnSO4. 17. E Pembahasan: Sudah jelas 18. E Pembahasan: Biloks Br pada HBrO, Br2, HBr, HBrO3, HBrO4 berturut-turut adalah +1, 0, -1, +5, +7. Jadi biloks tertinggi terdapat pada HBrO4. 19. E Pembahasan: Biloks S pada SO2, S2O3, S4O6, SO3,H2S berturut-turutadalah +4, +2, +3, +6, -2. Jadi biloks S terendah terdapat dalam H2S. 20. C Pembahasan: Karena terjadi penurunan biloks dari 0 menjadi -1 maka termasuk reaksi reduksi. 21. D Pembahasan: Terjadi penurunan biloks pada biloks Mn dalam MnO2 dari +4 menjadi +2 pada MnCl2. 22. D Pembahasan: Terjadi penurunan biloks dari +5 menjadi -1 sehingga perubahan biloks yang terjadi sebanyak 6. 23. A Pembahasan: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2 24. E Pembahasan: Terjadi penurunan biloks S pada reaksi E dari +4 menjadi 0. 25. E Pembahasan:
189
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Reduksi: Cu2O → CuO Oksidasi: CO → CO2 E Pembahasan: Tidak terjadi perubahan biloks. B Pembahasan: Pada pernyataan no 2 dan 4 terjadi perubahan biloks. D Pembahasan: Terjadi perubahan biloks pada option D. A Pembahasan: Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi, oksidator yang mengalami penurunan biloks dan menarik elektron. D Pembahasan: Zn adalah zat yang mengalami kenaikan biloks sehingga disebut reduktor. Sedangkan Ag+ adalah zat yang mengalami penurunan biloks sehingga disebut oksidator. A Pembahasan: Terjadi penurunan biloks dari Ag+ yaitu +1 menjadi 0 pada Ag.
32. E Pembahasan: SO2(g) + 2H2(g) → S(s) + 2H2O(l) +4 0 . reduksi 33. A Pembahasan: I2(aq) + 6OH- → I-(aq)+ IO3-(aq) + 0 -1 +5
3H2O(l)
. 34. A Pembahasan: Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi.
190
2Ag+(aq)+ Cu(s) → 2Ag(s) + Cu2+(aq) +1
0
reduksi
35. D Pembahasan: Karena tejadi kenaikan biloks I pada KI dari -1 menjadi 0 pada I2. Jadi, I2 dikatakan sebagai zat hasil oksidasi. 36. B Pembahasan: Termasuk reasi autoredoks, diman IO3- berfungsi sebagai oksidator karena mengalami penurunan biloks dari +5 menjadi 0. Sedangkan I- bertindak sebagai pereduksi/reduktor karena mengalami kenaikan biloks dari -1 menjadi 0. 37. C Pembahasan: Karena biloks Mn pada MnO42- adalah +6. Jadi biloks Cr = +6 pada Cr2O7238. D Pembahasan: 3MnO42- + 4H+ → 2MnO4- + MnO2 + 2H2O +6 +7 +4
39. D Pembahasan: Cl2 berfungsi sebagai oksidator dan reduktor sehingga Cl2 dikatakan mengalami reaksi disproporsionasi atau reaksi autoredoks.
191
40. B Pembahasan: Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana terjadi kenaikan biloks S pada H2S menjadi S yaitu dari -2 menjadi 0 dan dari SO2 menjadi S yaitu dari +4 menjadi 0. Jadi H2S bertindak sebagai reduktor. 41. C Pambahasan: Pernyataan 1, 2, 3 benar tetapi 4 salah karena NO2 zat hasil reduksi. 42. E Pembahasan: Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana Br2 bertindak sebagai okisdator sekaligus reduktor. Biloks Br2 berubah dari 0 menjadi +5 dan -1. 43. C Pembahasan: Mg2+ + ClO2 → Mg(ClO2)2 44. A Pembahasan: Silikon dalam senyawa tersebut mempunyai biloks +4. 45. E Pemabahasan: Fe3+ + SO4 → Fe2(SO4)3 46. A Pembahasan: Dinitrogenmonooksida 47. C Pembahasan: Cr2O3 + 2Al → Al2O3 +2Cr Logam aluminium adalah reduktor 48. A Pembahasan: Dalam lumpur aktif terjadi peristiwa oksidasi dengan oksigen. Karena membutuhkan oksigen sehingga prosesnya berlangsung secara aerob dan akan kaya bakteri aerob. 49. C Pembahasan: Dalam lumpur aktif terjadi peristiwa oksidasi dengan oksigen sehingga kadar oksigen akan meningkat, hal ini juga berpengaruh terhadap proses pertumbuhan bakteri aerob 50. C
192
Pembahasan: Biloks N pada N2 yaitu 0 Biloks N pada NO yaitu +2 Biloks N pada NO2 yaitu +4 Biloks N pada NO3- yaitu +5
193
Lampiran 16 SOAL POST TES Mata Pelajaran
: Kimia
Materi pokok
: Redoks
Kelas/Semester
: X/Genap
waktu
: 75 menit
Petunjuk umum: 1. 2. 3. 4. 5.
Berdoalah sebelum mengerjakan Tulislah nama, kelas, dan nomor urut pada lembar jawaban yang tersedia Kerjakan soal yang dianggap mudah terlebih dahulu Kerjakan pada lembar jawaban yang tersedia Sifat closed book
Petunjuk khusus : Pilihlah satu jawaban yan g paling tepat dengan cara member tanda silang (X) di antara jawaban a, b, c, d, atau e pada lembar jawaban yang tersedia 1.
Diketahui : 1) Kenaikan biloks 2) Penurunan biloks 3) Pelepasan elekron 4) Penangkapan elektron 5) Pengikatan oksigen 6) Pelepasan oksigen Pernyataan di atas yang benar mengenai reaksi oksidasi adalah...
194 A. 1, 3, dan 5 B. 1, 3, dan 6 C. 1, 4, dan 6 D. 2, 3, dan 5 E. 2, 4, dan 6 2. Bilangan oksidasi sulfur yang paling rendah terdapat dalam senyawa… A. SO2 D. SO3 B. S2O3 E. H2S C. S4O6 3. MnO2 + 4HCl → MnCl2 + Cl2 + H2O Dari reaksi di atas, peristiwa reduksi terjadi pada A. HCl menjadi Cl2 B. HCl menjadi MnCl2 C. HCl menjadi H2O D. MnO2 menjadi MnCl2 E. MnO2 menjadi H2O 4. Diketahui reaksi berikut: 2 AgClO3 → 2AgCl + 3O2 Dari reaksi di atas, khlor mengalami… A. Penambahan biloks sebanyak 4 B. Penurunan biloks sebanyak 4 C. Penambahan biloks sebanyak 6 D. Penurunan biloks sebanyak 6 E. Penurunan biloks sebanyak 3 5. Diketahui reaksi sebagai berikut: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Dalam reaksi di atas yang bertindak sebagai reduktor adalah… A. Cu B. HNO3 C. Cu(NO3)2 D. NO2 E. H2O 6. Reaksi yang menunjukan adanya sulfur mengalami reduksi terjadi pada… A. 2S + 3O2 → 2SO3 B. H2S + 3/2 O2 → SO2 + H2O C. SO3- + NO3- +2H+ → SO4- + NO + H2O D. 2S2O3- + I2 → S4O6- + 2IE. SO2 + 2H2 → S + 2H2O
195 7. Diantara reaksi di bawah ini yang tergolong reaksi redoks adalah… A. ZnCO3 → ZnO + CO2 B. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl C. Ag+ + Cl- → AgCl D. Na+ + Br-→ NaBr E. Cu2O + CO → 2Cu + CO2 8. Diantara reaksi di bawah ini yang bukan termasuk dalam reaksi redoks adalah… A. H2 + Cl2 → 2HCl B. 2Ag + Cl2 → 2AgCl C. SnCl2 + I2 + 2HCl → SnCl2 + 2HI D. Cu2O + CO → 2Cu + CO E. Cu2O + 2HCl → CuCl2 + H2O 9. Diketahui: 1. ZnCO3 → ZnO + CO2 3. BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl 2. Zn + 2HCl → ZnCl2 + H2 4. 2Ag + Cl2 → 2AgCl Dari reaksi di atas yang termasuk reaksi redoks adalah… A. 1 dan 3 B. 2 dan 4 C. 1, 2 dan 3
D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4
10. Sifat oksidator dan reduktor dinyatakan sebagai berikut: 1. Mengalami oksidasi 5. Menarik elektron 2. Mengalami reduksi 6. Melepas electron 3. Mengalami kenaikan biloks 4. Mengalami penurunan biloks Pernyataan yang benar mengenai sifat oksidator adalah… A. 2, 4, 5 B. 1, 3, 6 C. 1, 3, 5 D. 2, 3, 6 E. 1, 4, 6 11. Diketahui : 2Ag+ + Zn → 2Ag + Zn2Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah… A. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor B. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor C. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator D. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator
196 E. Zn2- sebagai reduktor dan Ag+ oksidator 12. Diantara spesi yang digaris bawahi di bawah ini yang merupakn oksidator adalah… A. 2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+ B. 2I- + Cl2 → I2 + 2ClC. Sn2+ + 2Fe3+ → Sn4+ + 2Fe2+ D. 5I- + IO3- + 6H+ →3I2 + 3H2O E. Fe + 2H+ → Fe2+ + H2 13. Di antara spesi di bawah ini yan di garis bawah ysng merupakan oksidator adalah... A. 2Ag+(aq)+ Cu(s)→ 2Ag(s) + Cu2+(aq) B. 2I-(aq)+ Cl2(g) → I2(aq) + 2Cl-(aq) C. Sn2+(aq) + 2Fe3+(aq)→Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq) D. 5I-(aq)+ IO3-(aq) + 6H+(aq)→ 3I2(aq) + 3H2O(l) E. Fe(s) + 2H+(aq)→ Fe2+(aq) + H2(g) 14. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + CuI. Zat yang merupakan hasil oksidasi pada reaksi tersebut adalah... A. CuSO4 B. KI C. K2SO4 D. I2 E. CuI 15. Bilangan okisdasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada MnO42- adalah... A. CrO B. CrCl3 C. Cr2O72D. Cr2(SO4)3 E. Cr(NO3)2 16. Diketahui reaksi: 3MnO42- + 4H+→ 2MnO4- + MnO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Mn berubah dari... A. -2 menjadi -1 dan 0 B. -2 menjadi -1 dan +4 C. +6 menjadi +7 dan 0 D. +6 menjadi +7dan +4 E. +8 menjadi +7 dan +4 17. Pada reaksi: Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O. Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah... A. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi +1 B. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi -1
197 C. NaOH mengalami reaksi reduksi D. Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi E. Klor berfungsi mengoksidasi NaOH 18. Diketahui: 2H2S + SO2 →2H2O + 3S 1. Bilangan oksidasi S pada H2S adalah -2 2. Oksigen dalam H2O adalah okisdator 3. H2S adalah reduktor 4. Oksigen dalam H2O adalah reduktor Pernyataan yang benar adalah... A. 1, 2. dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 19. Aktivitas pertanian dengan obat-obatan menyebabkan peningkatan konsentrasi gas metana (CH4) dan N2O. Penamaan IUPAC dari N2Oyang paling tepat adalah... A. Dinitrogenmonooksida B. Nitrogen (II) oksida C. Nitrogen (III) oksida D. Nitrogen (IV) oksida E. Nitrogen (V) oksida 20. 3Br2 + 6NaOH → 5NaBr +NaBrO3 + 3H2O 1. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi +5 2. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi -1 3. Br2 berfungsi sebagai reduktor dan oksidator 4. Merupakan autoredoks Pernyataan yang benar adalah... A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 21. Garam adalah senyaw yang mengandung ion logam yang bermutan positif dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Sebagai contohnya adalah senyawa magnesium klorat yang mempunyai rumus... A. Mg(ClO3)2 B. MgClO
198 C. Mg(ClO2)2 D. Mg(ClO3)3 E. MgClO4 22. Cara pembuatan unsur silikon di bidang industri adalah dengan mereduksi pasir (SiO2) dengan karbon dengan tanur listrik yang bersuhu 3000ᵒC. Persamaan redoksnya adalah... SiO2(s) + 2S(s) → Si(s) + 2CO(g). Nama IUPAC dari senyawa SiO2 dari reaksi di atas yang paling tepat adalah... A. Silikon (IV) oksida B. Silikon (II) oksida C. Timah (IV) oksida D. Timah (II) okisda E. Timbel (II) oksida 23. Sifat oksidator dan reduktor dinyatakan sebagai berikut: 1. Mengalami oksidasi 4. Mengalami penurunan biloks 2. Mengalami reduksi 5. Menarik elektron 3. Mengalami kenaikan biloks 6. Melepas electron Pernyataan yang benar mengenai sifat oksidator adalah… A. 2, 4, 5 B. 1, 3, 6 C. 1, 3, 5 D. 2, 3, 6 E. 1, 4, 6 24. Diketahui : 2Ag+ + Zn → 2Ag + Zn2Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah… A. Zn sebagai oksidator dan Ag reduktor B. Zn sebagai oksidator dan Ag+ reduktor C. Zn sebagai reduktor dan Ag oksidator D. Zn sebagai reduktor dan Ag+ oksidator E. Zn2- sebagai reduktor dan Ag+ oksidator 25. Diantara spesi yang digaris bawahi di bawah ini yang merupakn oksidator adalah… A. 2Ag+ + Cu → 2Ag + Cu2+ B. 2I- + Cl2 → I2 + 2ClC. Sn2+ + 2Fe3+ → Sn4+ + 2Fe2+ D. 5I- + IO3- + 6H+ →3I2 + 3H2O E. Fe + 2H+ → Fe2+ + H2 26. Di antara spesi di bawah ini yan di garis bawah ysng merupakan oksidator adalah... A. 2Ag+(aq)+ Cu(s)→ 2Ag(s) + Cu2+(aq) B. 2I-(aq)+ Cl2(g) → I2(aq) + 2Cl-(aq)
199
C. Sn2+(aq) + 2Fe3+(aq)→Sn4+(aq) + 2Fe2+(aq) D. 5I-(aq)+ IO3-(aq) + 6H+(aq)→ 3I2(aq) + 3H2O(l) E. Fe(s) + 2H+(aq)→ Fe2+(aq) + H2(g) 27. CuSO4 + 4KI → 2K2SO4 + I2 + CuI. Zat yang merupakan hasil oksidasi pada reaksi tersebut adalah... A. CuSO4 B. KI C. K2SO4 D. I2 E. CuI 28. Bilangan okisdasi atom Cr yang sama dengan bilangan oksidasi Mn yang terdapat pada MnO42- adalah... A. CrO B. CrCl3 C. Cr2O72D. Cr2(SO4)3 E. Cr(NO3)2 29. Diketahui reaksi: 3MnO42- + 4H+→ 2MnO4- + MnO2 + 2H2O Bilangan oksidasi Mn berubah dari... A. -2 menjadi -1 dan 0 B. -2 menjadi -1 dan +4 C. +6 menjadi +7 dan 0 D. +6 menjadi +7dan +4 E. +8 menjadi +7 dan +4 30. Pada reaksi: Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O. Pernyataan yang benar menurut reaksi di atas adalah... A. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi +1 B. Bilangan oksidasi klor dari 0 menjadi -1 C. NaOH mengalami reaksi reduksi D. Cl2 mengalami reaksi disproporsionasi E. Klor berfungsi mengoksidasi NaOH 31. Diketahui: 2H2S + SO2 →2H2O + 3S 1. Bilangan oksidasi S pada H2S adalah -2 2. Oksigen dalam H2O adalah okisdator 3. H2S adalah reduktor 4. Oksigen dalam H2O adalah reduktor Pernyataan yang benar adalah...
200
A. 1, 2. dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 32. Aktivitas pertanian dengan obat-obatan menyebabkan peningkatan konsentrasi gas metana (CH4) dan N2O. Penamaan IUPAC dari N2Oyang paling tepat adalah... A. Dinitrogenmonooksida B. Nitrogen (II) oksida C. Nitrogen (III) oksida D. Nitrogen (IV) oksida E. Nitrogen (V) oksida 33. 3Br2 + 6NaOH → 5NaBr +NaBrO3 + 3H2O 1. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi +5 2. Bilangan okisdasi brom naik dari 0 menjadi -1 3. Br2 berfungsi sebagai reduktor dan oksidator 4. Merupakan autoredoks Pernyataan yang benar adalah... A. 1, 2, dan 3 B. 1 dan 3 C. 2 dan 4 D. 4 E. 1, 2, 3, dan 4 34. Garam adalah senyaw yang mengandung ion logam yang bermutan positif dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Sebagai contohnya adalah senyawa magnesium klorat yang mempunyai rumus... A. Mg(ClO3)2 B. MgClO C. Mg(ClO2)2 D. Mg(ClO3)3 E. MgClO4 35. Cara pembuatan unsur silikon di bidang industri adalah dengan mereduksi pasir (SiO2) dengan karbon dengan tanur listrik yang bersuhu 3000ᵒC. Persamaan redoksnya adalah... SiO2(s) + 2S(s) → Si(s) + 2CO(g). Nama IUPAC dari senyawa SiO2 dari reaksi di atas yang paling tepat adalah... A. Silikon (IV) oksida B. Silikon (II) oksida C. Timah (IV) oksida
201
D. Timah (II) okisda E. Timbel (II) oksida
202
Lampiran 17 Kunci dan Pembahasan Post Test 1. A Pembahasan Oksidasi adalah reaksi pengikatan atau penggabungan oksigen Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron Oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi. 2. B Pembahasan: Reaksi reduksi adalahpenangkapan elektron 3. C Pembahasan: Bilangan oksidasi adalah Nilai muatan atom dalam suatu molekul atau ion 4. D Pembahasan: Reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan biloks. Pada O2 menjadi H2O mengalami penurunan biloks dari 0 menjadi -2. 5. C Pembahasan: Pada aturan penentuan biloks atom dalam senyawa, biloks H = -1 terjadi pada senyawa hidrida/berikatan dengan logam. 6. B Pembahasan: Biloks O = -1 terjadi pada senyawa peroksida, seperti H2O2. 7. C Pembahasan: Reaksi tersebut tidak menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan biloks. Jadi, reaksi tersebut bukan reaksi redoks. 8. E Pembahasan: Biloks Fe = 0 karena unsure bebas. Biloks Fe pada FeS = +2 BO Fe + BO S = 0 BO Fe + (-2) = 0 BO Fe = +2 Biloks Fe pada Fe2O3 = +3 2 BO Fe + 3 BO O = 0 2 BO Fe + 3 (-2) = 0
203
BO Fe = +3 9. D Pembahasan: Biloks S pada senyawa NaHSO4, SO3, dan H2S2O7 adalah sama yaitu +6. 10. A Pembahasan: I2 + 6OH- → I- + IO3- + 3H2O 0 -1 +5
11. E Pembahasan: Terjadi perubahan biloks Cl pada ClO3– menjadi -5 dan menjadi -1 pada Cl-. 12. B Pembahasan: Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi (penurunan biloks). Terjadi perubahan biloks H pada HCl +1 turun menjadi 0 pada H2. 13. B a) Mo2O3 +3 -2 +6 -6 = 0 b) MgMoO3 +2 +4 -2 +2 +4 -6 = 0 c) Mo2O5 +5 -2 +10 -10 = 0 d) Na2MoO4 +1 +6 -2 +2 +6 -8 = 0
204
14. E Pembahasan: Biloks Br pada HBrO, Br2, HBr, HBrO3, HBrO4 berturut-turut adalah +1, 0, -1, +5, +7. Jadi biloks tertinggi terdapat pada HBrO4. 15. E Pembahasan: Biloks S pada SO2, S2O3, S4O6, SO3,H2S berturut-turutadalah +4, +2, +3, +6, -2. Jadi biloks S terendah terdapat dalam H2S. 16. D Pembahasan: Terjadi penurunan biloks pada biloks Mn dalam MnO2 dari +4 menjadi +2 pada MnCl2. 17. D Pembahasan: Terjadi penurunan biloks dari +5 menjadi -1 sehingga perubahan biloks yang terjadi sebanyak 6. 18. A Pembahasan: Cu + 4HNO3→ Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2 H2O Berdasarkan reaksi di atas Cu mengalami oksidasidisebut sebagai reduktor. Bilangan oksidasi Cu berubah dari 0 menjadi +2 19. E Pembahasan: Terjadi penurunan biloks S pada reaksi E dari +4 menjadi 0. 20. E Pembahasan: Reduksi: Cu2O → CuO Oksidasi: CO → CO2 21. E Pembahasan: Tidak terjadi perubahan biloks. 22. B Pembahasan: Pada pernyataan no 2 dan 4 terjadi perubahan biloks. 23. A Pembahasan: Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi, oksidator yang mengalami penurunan biloks dan menarik elektron. 24. D
204
205
Pembahasan: Zn adalah zat yang mengalami kenaikan biloks sehingga disebut reduktor. Sedangkan Ag+ adalah zat yang mengalami penurunan biloks sehingga disebut oksidator. 25. A Pembahasan: Terjadi penurunan biloks dari Ag+ yaitu +1 menjadi 0 pada Ag. 26. A Pembahasan: Oksidator adalah zat yang mengalami reduksi. 2Ag+(aq)+ Cu(s) → 2Ag(s) + Cu2+(aq) +1
0
reduksi
27. D Pembahasan: Karena tejadi kenaikan biloks I pada KI dari -1 menjadi 0 pada I2. Jadi, I2 dikatakan sebagai zat hasil oksidasi. 28. C Pembahasan: Karena biloks Mn pada MnO42- adalah +6. Jadi biloks Cr = +6 pada Cr2O7229. D Pembahasan: 3MnO42- + 4H+ → 2MnO4- + MnO2 + 2H2O +6 +7 +4
30. D Pembahasan: Cl2 berfungsi sebagai oksidator dan reduktor sehingga Cl2 dikatakan mengalami reaksi disproporsionasi atau reaksi autoredoks. 31. B
206
Pembahasan: Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana terjadi kenaikan biloks S pada H2S menjadi S yaitu dari -2 menjadi 0 dan dari SO2 menjadi S yaitu dari +4 menjadi 0. Jadi H2S bertindak sebagai reduktor. 32. A Pembahasan: Dinitrogen monooksida 33. E Pembahasan: Reaksi ini termasuk reaksi autoredoks, dimana Br2 bertindak sebagai okisdator sekaligus reduktor. Biloks Br2 berubah dari 0 menjadi +5 dan -1. 34. C Pembahasan: Mg2+ + ClO2 → Mg(ClO2)2 35. A Pembahasan: Silikon dalam senyawa tersebut mempunyai biloks +4.
207
Lampiran 18 PANDUAN OBSERVASI ASPEK AFEKTIF SISWA Tujuan : Mengetahui kemampuan afektif siswa pada pembelajaran materi redoks No 1.
Aspek
Indikator
Perhatian dalam
Penuh perhatian dan sering menyampaikan pendapat
mengikuti pelajaran
Perhatian dalam pelajaran, tapi jarang pernah menyampaikan pendapat Perhatian dalam pelajaran, tapi tidak pernah menyampaikan pendapat
2.
3.
5 4
3
Kurang perhatian dan jarang menyampaikan pendapat
2
Tidak memperhatikan pelajaran
1
Keaktifan siswa
Selalu bertanya saat mengikuti pelajaran
5
dalam mengajukan
Sering bertanya saat mengikuti pelajaran
4
pertanyaan
Kadang-kadang bertanya saat mengikuti pelajaran
3
Jarang bertanya saat mengikuti pelajaran
2
Tidak pernah bertanya saat mengikuti pelajaran
1
Keaktifan siswa
Selalu menjawab pertanyaan dan jawaban selalu tepat
5
dalam menjawab
Selalu menjawab pertanyaan dan jawaban kurang
pertanyaan
tepat Pernah menjawab pertanyaan dan jawaban tepat Pernah menjawab pertanyaan tapi jawaban kurang tepat Tidak pernah menjawab pertanyaan
4.
Skor
Tanggung jawab
Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat
dalam mengerjakan
waktu
tugas
Aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak selesai tepat waktu
4 3 2 1 5
4
208
Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru tetapi selesai tepat waktu Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak selesai tepat waktu Tidak aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak pernah selesai 5.
Partisipasi/kerja
Dapat berkomunikasi dengan teman dan dapat
sama
memberikan pendapat Dapat berkomunikasi dengan teman dan dapat bersikap pasif Tidak dapat berkomunikasi dengan teman tapi dapat memberikan pendapat Tidak dapat berkomunikasi dengan teman dan dapat bersikap pasif Menggantunkan sepenuhnya pada teman
6.
Kejujuran
Tidak pernah bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes Pernah bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes Kadang-kadang bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes Sering bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes Selalu bertanya pada teman sewaktumengerjakan tes
7.
Kemampuan
Mendengarkan dan memperhatikan pendapat teman
menghargai
Menolak pendapat teman saat teman mengemukakan
pendapat teman
pendapat tapi dengan alasan yang rasional Memotong pembicaraan teman saat teman mengemukakan pendapat
3
2
1
5
4
3
2 1 5 4 3 2 1 5 4
3
Mencela ketika teman menyampaikan pendapat
2
Acuh ketika teman menyampaikan pendapat
1
209
8.
9.
10.
Kehadiran
Tidak pernah membolos dan selalu hadir tepat waktu
5
Tidak pernah membolos dan pernah hadir tepat waktu
4
Sering tidak masuk dan hadir tepat waktu
3
Sering tidak masuk dan pernah hadir tidak tepat waktu
2
Sering tidak masuk dan selalu hadir tidak tepat waktu
1
Kerja sama dengan
Mau membantu sesama anggota kelompok dan
teman dalam
kelompok lain
praktikum
Mau membantu anggota kelompok lain
4
Hanya mau membantu sesama anggota kelompok
3
Tidak mau membantu anggota kelompok lain
2
Tidak mau membantu sesama anggota kelompok
1
kelengkapan buku
Mempunyai buku catatan, LKS dan lebih dari 1 buku kimia
%Skor
5
5
Mempunyai buku catatan, LKS dan 1 buku kimia
4
Mempunyai buku catatan dan LKS
3
Mempunyai buku catatan saja
2
Tidak mempunyai buku catatan dan LKS
1
x 100%
210
Lampiran 19 PANDUAN OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTOR SISWA Tujuan : Mengetahui kemampuan psikomotor siswa pada percobaan materi Redoks No
Aspek
Indikator
1
Mempersiapkan
Mempersiapkan
alat dan bahan
mandiri
alat
dan
Skor bahan
secara
Ikut mempersiapkan alat dan bahan dengan bantuan teman Ikut mempersiapkan alat dan bahan dengan bantuan guru Ikut mempersiapkan alat dan bahan dengan bantuan teman dan guru Tidak ikut mempersiapkan alat dan bahan 2
Keterampilan
Dapat bekerjasama dengan sesama anggota
menggunakan
kelompok dalam merangkai alat sesuai
alat
petunjuk praktikum Kelompok dalam
5
4
3
2 1
5
merangkai alat sesuai
petunjuk praktikum, dibantu oleh teman
4
kelompok lain / guru Pada saat memanaskan gula (pada praktikum no.2), siswa dapat memanaskan dengan
3
prosedur yang benar Menggunakan tabung reaksi sesuai dengan fungsinya Tidak bisa merangakai alat dan tidak menggunakan alat sesuai fungsinya 3
Ketepatan
Melakukan praktikum sesuai alur kerja dan
2
1 5
211
melakukan
selesai tepat waktu
prosedur
Melakukan praktikum sesuai alur kerja tetapi
praktikum
tidak selesai tepat waktu Melakukan praktikum tidak sesuai alur kerja tetapi selesai tepat waktu Melakukan praktikum tidak sesuai alur kerja dan tidak selesai tepat waktu Tidak melakukan praktikum
4
Ketepatan dalam Dapat
mengamati
dan
4
3
2 1
menjelaskan
melakukan
perubahan warna yang terjadi pada kertas
pengamatan
kobalt pada ke-2 percobaan
5
Mencatat data pengamatan seperti perubahan warna yang terjadi pada kertas kobalt dengan
4
tepat dan lengkap Hanya dapat mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas kobalt tanpa dapat
3
menjelaskan Mencatat data pengamatan seperti perubahan warna yang terjadi pada kertas kobalt dengan
2
tepat tetapi kurang lengkap Tidak mengamati, mencatat dan menjelaskan perubahan yang terjadi selama praktikum 5
Kebersihan
Mencuci tabung reaksi dan spatula, serta
ruang dan alat
meletakan alat-alat akan dengan rapi pada tempat semula dan membersihkan meja
1
5
praktikum baik sebelum maupun setelah praktikum Mencuci tabung reaksi dan spatula sebelum dan setelah digunakan, serta meletakan alatalat yang akan digunakan dengan rapi di atas
4
212
meja praktikum tetapi tidak membersihkan meja praktikum Mencuci tabung reaksi dan spatula tetapi tidak
meletakan
alat-alat di
yang
akan
digunakan
dengan
rapi
atas
meja
praktikum
namun
membersihkan
meja
3
praktikum baik sebelum maupun setelah praktikum Tidak mencuci tabung reaksi dan spatula serta tidak membersihakan meja praktikum sebelum
dan
setelah
digunakan
tetapi
2
meletakan alat-alat yang digunakan ke tempat semula Langsung meninggalkan tempat praktikum tanpa membersihkan alat dan meja praktikum 6
1
Membuat
Laporan sangat baik dan tepat waktu
5
Laporan
Laporan baik dan tepat waktu
4
praktikum
Laporan baik namun tidak tepat waktu
3
Laporan kurang baik tetapi tepat waktu
2
Laporan kurang baik dan tidak tepat waktu
1
Lampiran 1
213
Lampiran 20 DATA NILAI MID SEMESTER 2 KELAS X 1- X 5 No. Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Kelas X1 74 72 42 84 72 71 57 59 65 66 79 83 70 78 70 78 50 68 75 75 54 65 73 56 58 70 63 63 73 74 64 92
X2 76 64 59 73 51 81 75 82 87 44 62 82 71 48 92 70 64 60 70 82 60 76 74 95 52 81 68 83 68 64 70 92
X3 75 60 60 50 70 75 75 65 70 60 65 80 90 65 60 70 85 80 50 45 55 55 85 55 65 65 42 70 65 65 70 55
X4 75 75 80 70 50 65 55 80 80 75 70 70 80 70 60 60 60 70 50 70 45 60 70 45 55 65 40 40 90 85 45 55 45 90
X5 73 82 63 86 65 71 63 58 66 52 88 93 58 86 68 86 71 60 82 42 72 80 91 63 85 63 73 43 68 62 89 65
214
Lampiran 21
UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-1 SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA Hipotesis
H0 Ha
:
Data berdistribusi normal
:
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi
Ei
2
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan 2
Ho diterima jika
<
2 tabel
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal
=
90,00
Nilai minimal Rentang Banyak kelas
= = =
42,00 48,00 6
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
41,500 49,500 57,500 65,500 73,500 81,500
-2,07 -1,38 -0,69 0,00 0,69 1,38
0,4809 0,4166 0,2557 0,0011 0,2540 0,4157
0,0643 0,1609 0,2546 0,2551 0,1617 0,0686
2,0582 5,1479 8,1473 8,1618 5,1756 2,1957
2 6 11 5 5 3
0,0016 0,1410 0,9989 1,2249 0,0060 0,2947
90,500
2,15
0,4843
=
2,3724
Kelas Interval 42 50 58 66 74 82
-
49 57 65 73 81 90
Panjang Kelas Rata-rata ( x) s n
=
8,000
= = =
65,53 11,60 32
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = Daerah penerimaan Ho
(Oi-Ei)² Ei
² Untuk
Oi
7,81
Daerah penolakan Ho
2,3724 7,81 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
215
Lampiran 22 UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-2 SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k
Oi
2
Ei
2
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika
2
<
2 tabel
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal
=
90,00
Nilai minimal Rentang Banyak kelas
= = =
40,00 50,00 6
40 49 58 67 76 85
-
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
39,500 48,500 57,500 66,500 75,500 84,500
-1,76 -1,13 -0,49 0,14 0,77 1,40
0,4605 0,3698 0,1896 0,0541 0,2784 0,4189
93,500
2,03
0,4787
Batas Kelas
Kelas Interval 48 57 66 75 84 93
Panjang Kelas Rata-rata (x) s n
=
9,000
= = =
64,56 14,27 34 (Oi-Ei)²
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi Ei
0,0907 0,1802 0,2437 0,2243 0,1405 0,0599
3,0828 6,1271 8,2861 7,6260 4,7762 2,0352 ²
6 5 6 10 4 3
2,7606 0,2073 0,6307 0,7390 0,1261 0,4574
=
4,4638
216
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = Daerah penerimaan Ho
7,81
Daerah penolakan Ho
4,4638 7,81 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
217
Lampiran 23 UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-3 SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi
2
Ei Ei
i 1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika
2
<
2 tabel
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal
=
93,00
=
9,000
42,00
Panjang Kelas Rata-rata (x)
Nilai minimal
=
=
70,84
Rentang
=
51,00
s
=
13,44
Banyak kelas
=
6
n
=
32
Batas Kelas
Kelas Interval
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
(OiEi)² Ei
42
-
51
41,500
-2,18
0,4855
0,0605
1,9358
3
0,5851
52
-
60
51,500
-1,44
0,4250
0,1457
4,6629
3
0,5930
61
-
69
60,500
-0,77
0,2793
0,2395
7,6632
10
0,7126
70
-
78
69,500
-0,10
0,0398
0,2554
8,1740
5
1,2325
79
-
87
78,500
0,57
0,2156
0,1768
5,6591
7
0,3177
88
-
96
87,500
1,24
0,3925
0,0794
2,5424
4
0,8357
96,500
1,91
0,4719 =
3,4408
²
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
7,81
Daerah penerimaan Ho 3,4408 7,81 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
218
Lampiran 24 UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-4 SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi
2
Ei Ei
i 1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika
2
<
2 tabel
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal
=
95,00
Nilai minimal Rentang Banyak kelas
= = =
44,00 51,00 6
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
43,500 52,500 61,500 70,500 79,500 88,500
-2,14 -1,44 -0,75 -0,05 0,65 1,35
0,4839 0,4257 0,2723 0,0193 0,2420 0,4111
0,0582 0,1534 0,2530 0,2613 0,1691 0,0685
1,8631 4,9084 8,0956 8,3629 5,4110 2,1920
4 3 9 6 7 3
2,4511 0,7420 0,1010 0,6676 0,4666 0,2979
97,500
2,05
0,4796 =
4,7262
Kelas Interval 44 53 62 71 80 89
-
52 61 70 79 88 97
Panjang Kelas Rata-rata (x) s n
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
Daerah penerimaan Ho
9,000
= = =
71,13 12,89 32 (OiEi)² Ei
² Untuk
=
7,81
Daerah penolakan Ho
4,7262 7,81 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
219
Lampiran 25 UJI NORMALITAS DATA NILAI UJIAN MID SEMESTER KELAS X-5 SMA NEGERI 1 TUNJUNGAN BLORA Hipotesis
H0
:
Ha
:
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi
Ei
2
Ei
i 1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika
2
<
2 tabel
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal
=
92,00
=
9,000
42,00
Panjang Kelas Rata-rata (x)
Nilai minimal
=
=
68,53
Rentang
=
50,00
S
=
10,43
Banyak kelas
=
6
N
=
32
Batas Kelas
Kelas Interval
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
(OiEi)² Ei
42
-
50
41,500
-2,59
0,4952
0,0371
1,1885
2
0,5540
51
-
59
50,500
-1,73
0,4581
0,1513
4,8431
5
0,0051
60
-
68
59,500
-0,87
0,3067
0,3055
9,7774
7
0,7889
69
-
77
68,500
0,00
0,0012
0,3063
9,8011
12
0,4933
78
-
86
77,500
0,86
0,3051
0,1525
4,8786
5
0,0030
87
-
95
86,500
1,72
0,4575
0,0376
1,2031
1
0,0343
95,500
2,59
0,4951 =
1,8787
²
Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81
220
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
1,8787 7,81 Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
221
Lampiran 26 DATA HASIL BELAJAR (PRE TEST) ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL Eksperimen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kontrol Nilai 37,00 51,00 40,00 37,00 29,00 40,00 57,00 51,00 37,00 23,00 34,00 20,00 31,00 45,00 57,00 23,00 42,00 45,00 34,00 57,00 31,00 20,00 42,00 40,00 31,00 42,00 29,00 51,00 66,00 51,00 34,00 42,00 1269,00 32
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
n1
Kode E-01 E-02 E-03 E-04 E-05 E-06 E-07 E-08 E-09 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32 = =
n2
Kode K-01 K-02 K-03 K-04 K-05 K-06 K-07 K-08 K-09 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32 = =
Nilai 51,00 31,00 40,00 37,00 37,00 40,00 57,00 45,00 37,00 23,00 34,00 20,00 31,00 45,00 40,00 23,00 42,00 66,00 48,00 57,00 31,00 20,00 42,00 34,00 34,00 40,00 26,00 57,00 34,00 31,00 31,00 45,00 1229,00 32
x1
=
39,66
x2
=
38,41
=
125,1522
=
11,187
s 12
=
131,8458
s 22
s1
=
11,482
s2
222
Lampiran 27 UJI NORMALITAS DATA NILAI HASIL BELAJAR (PRE TEST) KELOMPOK KONTROL Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k
Oi
2
2
Ei Ei
i 1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika
2
<
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 20,00 28,00 36,00 44,00 52,00 60,00
Untuk
-
27,00 35,00 43,00 51,00 59,00 67,00
2
tabel
= = = =
66,00 20,00 46,00 6
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
= = = =
7,67 38,41 11,19 32
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
19,50 27,50 35,50 43,50 51,50 59,50 67,50
-1,69 -0,97 -0,26 0,46 1,17 1,89 2,60
0,4545 0,3352 0,1025 0,1756 0,3791 0,4703 0,4953
0,1193 0,2327 0,2780 0,2035 0,0912 0,0250
3,8174 7,4466 8,8975 6,5128 2,9195 0,8008
5 9 9 5 3 1
Ei 0,3664 0,3240 0,0012 0,3514 0,0022 0,0495
²
=
1,0947
(Oi-Ei)²
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81 Daerah penolakan Ho
Daerah
1,0947
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
223
Lampiran 28 UJI NORMALITAS DATA NILAI HASIL BELAJAR (PRE TEST) KELOMPOK EKSPERIMEN Hipotesis Ho : Ha :
Data berdistribusi normal Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k 2
Oi
2
Ei Ei
i 1
Kriteria yang digunakan Ho diterima jika
2
<
2
tabel
Pengujian Hipotesis Nilai maksimal Nilai minimal Rentang Banyak kelas
Kelas Interval 20,00 28,00 36,00 44,00 52,00 60,00
Untuk
-
27,00 35,00 43,00 51,00 59,00 67,00
= = = =
66,00 20,00 46,00 6
Panjang Kelas Rata-rata ( x ) s n
= = = =
7,67 39,66 11,48 32
Batas Kelas
Z untuk batas kls.
Peluang untuk Z
Luas Kls. Untuk Z
Ei
Oi
19,50 27,50 35,50 43,50 51,50 59,50 67,50
-1,76 -1,06 -0,36 0,33 1,03 1,73 2,42
0,4604 0,3551 0,1413 0,1311 0,3488 0,4580 0,4923
0,1053 0,2138 0,2724 0,2177 0,1092 0,0343
3,3688 6,8421 8,7170 6,9679 3,4939 1,0983
4 8 10 6 3 1
Ei 0,118 0,196 0,189 0,134 0,070 0,009
²
=
0,7161
(Oi-Ei)²
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel = 7,81 Daerah penolakan Ho
Daerah
0,7161
7,81
Karena ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal
224
Lampiran 29 UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA NILAI HASIL BELAJAR (PRE TEST) ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis Ho :
1
Ha :
1
2
=
2
=
2 2 2 2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F
1/2
(nb-1):(nk-1)
Daerah penerimaan Ho F
1/2
(nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh: Sumber variasi Jumlah n x Varians (s 2) Standart deviasi (s)
Kelompok Eksperimen 1269 32 39,66 131,8458 11,48
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
131,85 125,15
= 1,0535
Pada = 5% dengan: dk pembilang = nb - 1 = dk penyebut = nk -1 = F (0.05)(31:31) = 1,82
32 32 -
1 = 31 1 = 31
Kelompok Kontrol 1229 32 38,41 125,1522 11,19
225
Daerah penerimaan Ho
1,0535
1,82
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda.
226
Lampiran 30
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA DATA NILAI HASIL BELAJAR (AWAL) ANTARA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL
Hipotesis Ho : 1
<
2
Ha :
>
2
1
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t
x
1
1 n1
s
2
1 n2
Dimana,
n1
s
1 s12 n 2 1 s 22 n1 n 2 2
Ho ditolak apabila t > t (1-
)(n1+n2-2)
Daerah penerimaan Ho Dari data diperoleh: Kelompok Eksperimen 1269 32 39,66 131,8458 11,48
Sumber variasi Jumlah n x Varians (s 2) Standart deviasi (s)
Kelompok Kontrol 1229 32 38,41 125,1522 11,19
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
s
=
32
1
131,85 + 32
t
=
39,66 11,3357
+
38,41 1 32
+
1 32
32 32
1 125,15 2
= 0,441
= 11,3357
227
Pada
= 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh t (0.95)(62) =
1,67
Daerah penerimaan Ho
0,44108 1,67 Karena t berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen tidak lebih baik daripada kelompok kontrol
228
Lampiran 31
Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Xrata ∑ N log n Khitung K Max Min Rentang Panjang S2 S
Data Nilai Post-test Kelas X 1 (kontrol) X 2 (eksperimen) 77,14 85,71 62,85 80 68,57 80 68,57 82,85 60 82,85 71,42 60 85,71 74,28 77,14 82,85 82,85 82,85 77,14 85,71 80 82,85 62,85 74,28 82,85 82,85 80 80 80 77,14 60 85,71 71,42 80 80 74,28 71,42 77,14 77,14 82,85 80 85,71 77,14 82,85 68,57 85,71 62,85 82,85 68,57 68,57 77,14 77,14 77,14 80 80 82,85 80 82,85 68,57 85,71 68,57 80 71,42 82,85 73,66 80,35 2357,04 2571,29 32 32 1,51 1,51 5,97 5,97 6 6 85,71 85,71 60 60 25,71 25,71 4,309 4,309 5 4 50,953 30,402 7,138 5,681
229
Lampiran 32
Uji Normalitas Data Nilai Post-test Kelas X - 1 (Kontrol) Hipotesis Ho :
Data berdistribusi normal
Ha :
Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis:
Kriteria yang digunakan
Rumus yang digunakan:
Ho diterima jika
k
Oi
2
Ei
<
2 tabel
2
Ei
i 1
2
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
2 ( )(k-3)
No.
Kelas
batas Oi
Kelas
Interval
Me(X)
S
Zscore
Peluang
Luas Kelas
Untuk Z
UntukZ
2,34
0,4904
0,0422
1,3503
0,3126
1,63
0,4482
0,1288
4,1211
0,8566
0,91
0,3194
0,2407
7,7036
0,9488
0,20
0,0787
0,1184
3,7885
0,3874
[Zscore]
kelas
Ei
(OiEi)² Ei
1
60
-
64
60
2
75,89
7,00
2
65
-
69
65
6
75,89
7,00
3
70
-
74
70
5
75,89
7,00
4
75
-
79
75
5
75,89
7,00
2,34 1,63 0,91 0,20
5
80
-
84
80
11
75,89
7,00
0,52
0,52
0,1971
0,1937
6,1981
3,7202
6
85
-
89
85
3
75,89
7,00
1,23
1,23
0,3908
0,0833
2,6671
0,0415
75,89
7,00
1,95
1,95
0,4741
455
42
-3
7
2
1
25,829
90 32 Jumlah Untuk
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
6,2673 7,81
230
Daerah penolakan Ho Daerah penerimaan Ho
Karena
2 2 (hitung)< (tabel), maka
6,27 7,81 data tersebut berdistribusi normal
231
Lampiran 33
Uji NormalitasData Nilai Post-test Kelas X - 2 (eksperimen) Hipotesis Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: k
Oi
2
2
Daerah penolakan Ho 2
Daerah penerimaan Ho
Ei
i 1
No. Kela s
Ei
Kriteria yang digunakan 2 2 Ho diterima jika < tabel
( )(k-3)
Kelas
batas
Interval
kelas
Oi
Me(X)
S
Zscore
1
65
-
68
65
1
80,53
4,89
2
69
-
72
69
0
80,53
4,89
3
73
-
76
73
3
80,53
4,89
4
77
-
80
77
9
80,53
4,89
5
81
-
84
81
13
80,53
4,89
3,28 2,46 1,64 0,82 0,01
6
85
-
88
85 89
6
80,53 80,53 483
4,89 4,89 29
0,81 1,63 -7
32
[Zscore]
Peluang
Luas Kelas
Untuk Z
UntukZ
Ei
0,4995
0,0064
0,1928
3,3794
2,46
0,4930
0,0433
1,3003
1,3003
1,64
0,4497
0,1546
4,6386
0,5788
0,82
0,2951
0,2925
8,7762
0,0057
0,01
0,0025
0,2889
8,6667
2,1666
0,81 1,63 9
0,2914 0,4484 2
0,1569
4,7079
0,3546
1
28,28 7,7855
= 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh ² tabel =
Daerah penerimaan Ho 7,78
Karena
(OiEi)²
3,28
Jumlah Untuk
Ei
2 2 (hitung)< (tabel), maka
7,81
Daerah penolakan Ho
7,81
data tersebut berdistribusi normal
232
Lampiran 34 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol Hipotesis Ho :
µ < 67 (belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha :
µ
≥ 67 (sudah mencapai ketuntasan)
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: t=
Kriteria yang digunakan Ha diterima t > t (1-α)(n-1) Dari data diperoleh : Sumber Variasi Jumlah n Varians (s2) Standar deviasi (s)
t = = 5,28 Untuk α = 5% dengan dk = 31 diperoleh t (1-α)(n-1) = 2,04
Nilai 2357 32 73,66 50,953 7,138
233
daerah penolakan Ho Daerah penerimaan Ho
2,04
5,28
Karena t berada daerah penolakan Ho,maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas kontrol setelah perlakuan lebih besar sama dengan 67 atau sudah mencapai ketuntasan hasil belajar. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Kontrol Tuntas jika
%
≥
85%
Tidak tuntas jika %
<
85%
% = = = 84,38 % Karena persentase ketuntasan belajar kurang dari 85% maka kelas kontrol belum mencapai ketuntasan belajar klasikal.
234
Lampiran 35 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen Hipotesis Ho :
µ < 67 (belum mencapai ketuntasan belajar)
Ha :
µ
≥ 67 (sudah mencapai ketuntasan)
Pengujian Hipotesis: Rumus yang digunakan: t=
Kriteria yang digunakan Ha diterima t > t (1-α)(n-1) Dari data diperoleh : Sumber Variasi Jumlah
Nilai 2571 32 80,35 30,40 5,681
n Varians (s2) Standar deviasi (s)
t = = 13,29 Untuk α = 5% dengan dk = 31 diperoleh t (1-α)(n-1) = 2,04
daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
2,04
13,29
235
Karena t berada daerah penolakan Ho,maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kelas kontrol setelah perlakuan lebih besar sama dengan 67 atau sudah mencapai ketuntasan hasil belajar. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Kontrol Tuntas jika
%
≥
85%
Tidak tuntas jika %
<
85%
% = = = 93,75 % Karena persentase ketuntasan belajar lebih dari 85% maka kelas eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar klasikal.
236
Lampiran 36 Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Post-test Kelas kontrol dan Eksperimen Hipotesis 2 1
Ho : Ha :
2 2
= 2 1
≠
2 2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F
Varians terbesar Varians terkecil
Ho diterima apabila F < F 1/2
(nb-1):(nk-1)
Daerah penerimaan Ho
F 1/2
(nb-1):(nk-1)
Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas X - 1 (Kontrol)
Kelas X - 2 (EKSPERIMEN)
Jumlah N
2357 32 73,66
2571 32 80,35
Varians (s2) Standart deviasi (s)
50,9527 7,14
30,4016 5,68
Berdasarkan rumus di atas diperoleh: F
=
50,9527 30,4016
Pada = 5% dengan: dk pembilang = nb – 1 dk penyebut = nk -1
= 32 – 1 = 31 = 32 – 1 = 31
F (0.025)(29:31)
= 2,05
=
1,68
237
Daerah penerimaan Ho
1,68
2,05
Karena F berada pada daerah penerimaan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai varians yang sama.
238
Lampiran 37 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Nilai Post-Test Kelas kontrol dan Eksperimen Hipotesis H0 : Ha :
= kontrol eksperimen> kontrol eksperimen
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x
t
x
1
1 n1
s
2
1 n2
Dimana n1
s
2
1 s1 n1
2
n2 n2
1 s2 2
Ho diterima apabila t < t(1-
)(n1+n2-2)
Daerah penerimaan Ho
Dari data diperoleh: Sumber variasi Jumlah N Varians (s2) Standart deviasi (s)
Kelas X - 1 (Kontrol) 2357,04 32 73,66
Kelas X - 2 (EKSPERIMEN) 2571,29 32 80,35
50,9527 7,1381
30,4016 5,6810
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
S
T
=
=
= 6,377867
239
Pada
= 5% dengan dk = 32 + 32 - 2 = 62 diperoleh t(0.95)(62) = 1,999 Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
1,999
4,199
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan nilai rata-rata post-test kelas eksperimen (X - 2) lebih baik daripada kelas Kontrol (X - 1).
240
Lampiran 38 UJI t PENINGKATAN RATA-RATA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KOMPETENSI YANG BERKAITAN DENGAN REDOKS Kelas X SMAN 1 Tunjungan Blora Tahun 2011/2012 KELOMPOK EKSPERIMEN 39,66 80,35 5,68 40,69 50,64094586
RATA-RATA PRE TEST POST TEST standart deviasi Peningkatan nilai % Peningkatan
KELOMPOK KONTROL 38,41 73,66 7,13 35,25 47,8550095
Kriteria uji
: tolak Ho jika ─t1-1/2α < t < t1-1/2α Kelompok Eksperimen =
t= Pada a = 5% dengan dk = 32 -1 = 31 diperoleh t (0.95)(31) =
40,69 6 32
1,27 2,039513438
-2,039 1,27 2,039 karena berada diantara -t tabel dan t tabel maka t hitung berada di daerah penolakan Ho. Bisa disimpulkan kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar Kelompok Kontrol =
Daerah penerimaan Ho
t=
35,25 7 32
Daerah penolakan Ho
0,87
-2,039 0,87 2,039 karena thitung berada diantara -ttabel dan ttabel maka thitung berada di daerah penolakan Ho. bisa disimpulkan kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar karena thitung eksperimen > t hitung kontrol maka bisa disimpulkan kelas eksperimen memiliki peningkatan belajar yang lebih tinggi dari kelas kontrol
241
Lampiran 39 UJI HIPOTESIS Rumus rb
=
(Y1
Y2) pq uSy
Keterangan Y1
=
Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
Y2 Sy p q u
= = = = =
Rata-rata hasil belajar kelompok control Simpangan baku dari kedua kelompok Proporsi pengamatan pada kelompok eksperimen Proporsi pengamatan pada kelompok kontrol Tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z yang memotong bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: Y1
=
80,35
Y2 = 73,66 Sy = 7,24 p = 0,48 q = 0,52 z = 0,04 (diperoleh dari daftar F, Sudjana, 2005: 490) Dari daftar tinggi ordinat normal baku, dengan Z = 0.02 diperoleh nilai u = 0,3986 (diperoleh dari daftar E, Sudjana, 2005: 489) rb
= = =
(Y1
Y2) pq uSy (80,35 -
73,66)0,48 2,8862
x 0,52
0,579
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai rb = 0.579 dan berdasarkan data Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (rb) dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing berpengaruh tinggi terhadap hasil belajar kimia
242
Lampiran 40 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Untuk uji hipotesis besarnya pengaruh treathment terhadap hasil belajar kimia digunakan rumus koefisien determinasi (KD) yang merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi biserial dikalikan 100%. Rumus KD = rb2 x 100% Keterangan : rb : nilai koefisien korelasi biserial Dari data hasil analisis pengaruh treathment terhadap hasil belajar kimia diperoleh rb = 0,579 sehingga KD : KD = rb2 x 100% = (0,579)2 x 100% = 0,3356 x 100% = 33, 56 Dari hasil perhitungan didapatkan nilai KD = 33.56%, sehingga besarnya pengaruh model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui snowball throwing terhadap belajar kimia adalah sebesar 33.56%
243
Lampiran 41 PERHITUNGAN RELIABILITAS Rumus:
k k -1
r11
M(k M kVt
Keterangan: k : Banyaknya butir soal Spq : Jumlah dari pq 2 s : Varians total Kriteria Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh: k = 50 M = 28,7857 806 28
26974 Vt
=
r11
=
2
28
50 50
1 -
1
= 134,7398
28,786 50
50
28,79 134,740
= 0,928
p' =
806 1120
q' =
1
= -
0,72
0,72 =
0,280
untuk p' tersebut diperoleh y' = SEr11
=
p.q y' N
=
0,38368 0,7196 x 0,3837
0,280 28
=
0,202 2,030
=
0,4492 = 2,0302
1.96 SEr11 = 1,96 x 0,221 = 0,4336329 Karena r11 > 1,96 SE r11, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel
0,221
244
Lampiran 42 PERHITUNGAN TINGKAT KESUKARAN SOAL Rumus
IK
JB A JS A
JB B JS B
Keterangan: IK : Indeks kesukaran JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas JSB : Banyaknya siswa pada kelompok bawah Kriteria Interval 0,00 < IK 0,30 < IK 0,70 < IK
IK < < <
Kriteria Sukar Sedang Mudah
0,30 0,70 1,00
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. Kelompok Atas Kode Skor
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
UC-02 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-13 UC-05 UC-11 UC-25 UC-03 UC-04 UC-26 UC-24 UC-14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah IK
=
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
14 + 28
No
Kelompok Bawah Kode Skor UC-22 UC-20 UC-15 UC-10 UC-16 UC-28 UC-23 UC-12 UC-21 UC-19 UC-18 UC-01 UC-27 UC-17
Jumlah
0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
4
4
= 0,64 Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai tingkat kesukaran yang sedang
245
Lampiran43 PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL Rumus
JB A JB B JS A
DP
Keterangan: DP : Daya Pembeda JBA : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JSA : Banyaknya siswa pada kelompok atas Kriteria
0,00 0,20 0,40 0,70
Interval < DP < DP < DP < DP
DP < < < <
Kriteria Jelek Cukup Baik Sangat Baik
0,20 0,40 0,70 1,00
Perhitungan Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. Kelompok Atas Kode Skor
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
UC-02 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-13 UC-05 UC-11 UC-25 UC-03 UC-04 UC-26 UC-24 UC-14
Jumlah DP
=
14 14
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14
No 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 17
Kelompok Bawah Kode Skor UC-22 UC-20 UC-15 UC-10 UC-16 UC-28 UC-23 UC-12 UC-21 UC-19 UC-18 UC-01 UC-27 UC-17
Jumlah
0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
4
4 14
= 0,71 Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 mempunyai daya pembeda sangat baik
246
Lampiran 44 PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL Rumus r p bis
Mp
M St
t
p q
Keterangan: Mp =
Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt
=
Rata-rata skor total
St p q
= = =
Standart deviasi skor total Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid.
t hitung
rpbis
n 2 1 r2
Perhitungan Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. Kode Butir soal Skor Total No XY Y2 no 1 (X) (Y) 1 UC-02 1 41 2 UC-06 1 39 3 UC-07 1 43 4 UC-08 1 40 5 UC-09 1 40 6 UC-13 1 41 7 UC-05 1 38 8 UC-11 1 44 9 UC-25 1 43 10 UC-03 1 40 11 UC-04 1 41 12 UC-26 1 38 13 UC-24 1 35 14 UC-14 1 36 15 UC-22 0 24 16 UC-20 1 21 17 UC-15 0 20 18 UC-10 0 22 19 UC-16 1 20 20 UC-28 0 22 21 UC-23 0 15 22 UC-12 1 16 23 UC-21 0 19 24 UC-19 1 17 25 UC-18 0 13 26 UC-01 0 13 27 UC-27 0 12 28 UC-17 0 13 Jumlah 18 806 Berdasarkan tabel tersebut diperoleh: Mp
= = =
1681 1521 1849 1600 1600 1681 1444 1936 1849 1600 1681 1444 1225 1296 576 441 400 484 400 484 225 256 361 289 169 169 144 169 26974
41 39 43 40 40 41 38 44 43 40 41 38 35 36 0 21 0 0 20 0 0 16 0 17 0 0 0 0 633
Jumlah skor total yang menjawab benar pada no 1 Banyaknya siswa yang menjawab benar pada no 1 633 18 35,17
247
Mt
= = =
p
Jumlah skor total Banyaknya siswa 806 28 28,79 Jumlah skor yang menjawab benar pada no 1 Banyaknya siswa 18 28
= =
q
=
0,64
=
1
p =
1 806 28
26974 St
=
rpbis
= =
t hitung =
0,64
28
35,17
= 0,36
2
= 11,61
28,79
0,64 0,36
11,61 0,738
0,738
28 1
2 0,738 2
=
0,738 x
7,5505
=
5,569
Pada a = 5% dengan dk = n - 2 = 28 - 2 diperoleh t Karena t hitung > t tabel, maka soal no 1 valid.
tabel
= 1.71
75
Kode
Tingkat Kesukara n
Daya Pembeda
Validitas
1 2 1 UC-02 1 0 2 UC-06 1 0 3 UC-07 1 1 4 UC-08 1 1 5 UC-09 1 1 6 UC-13 1 1 8 UC-05 1 1 7 UC-11 1 1 9 UC-25 1 1 10 UC-03 1 1 11 UC-04 1 1 12 UC-26 1 1 13 UC-24 1 1 14 UC-14 1 1 15 UC-22 0 1 16 UC-20 1 0 17 UC-15 0 0 18 UC-10 0 0 19 UC-16 1 1 20 UC-28 0 0 21 UC-23 0 0 22 UC-12 1 0 23 UC-21 0 0 24 UC-19 1 0 25 UC-18 0 0 26 UC-01 0 0 27 UC-27 0 0 28 UC-17 0 0 Jumlah 18 14 Mp 35,17 37,36 Mt 28,79 28,79 p 0,64 0,50 q 0,36 0,50 pq 0,2296 0,2500 St 11,608 11,608 rpbis 0,738 0,738 thitung 5,56862 6,29049 ttabel 2,056 2,056 Kriteria Valid Valid JBA 14 12 JBB 4 2 JSA 14 14 JSB 14 14 DP 0,71 0,71 Kriteria Baik sekaliBaik sekali JBA + JBB 18 14 2JSA 28 28 IK 0,64 0,50 Kriteria Sedang Sedang Kriteria soal Dipakai Dipakai
3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 17 34,88 28,79 0,61 0,39 0,2385 11,608 0,653 4,95216 2,056 Valid 13 4 14 14 0,64 Baik 17 28 0,61 Sedang Dipakai
4 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 25,33 28,79 0,75 0,25 0,1875 11,608 -0,515 -3,4527 2,056 Tidak 7 14 14 14 -0,50 Jelek 21 28 0,75 Mudah Dibuang
ANALISIS VALIDITAS, DAYA PEMBEDA, TINGKAT KESUKARAN DAN RELIABILITAS SOAL No Soal 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 15 16 15 20 15 13 18 15 10 19 18 7 26,60 35,00 37,40 33,25 38,87 37,00 34,94 26,87 24,60 34,26 34,61 29,00 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 0,54 0,57 0,54 0,71 0,54 0,46 0,64 0,54 0,36 0,68 0,64 0,25 0,46 0,43 0,46 0,29 0,46 0,54 0,36 0,46 0,64 0,32 0,36 0,75 0,2487 0,2449 0,2487 0,2041 0,2487 0,2487 0,2296 0,2487 0,2296 0,2181 0,2296 0,1875 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 -0,202 0,618 0,797 0,608 0,933 0,659 0,712 -0,178 -0,269 0,686 0,673 0,011 -1,1864 4,51778 7,5846 4,40034 2,8767 5,03036 5,82217 -1,03664 -1,603 5,4105 5,231348 0,06123 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Tidak 6 12 13 14 14 11 14 6 3 14 14 3 9 4 2 6 1 2 4 9 7 5 4 4 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 -0,21 0,57 0,79 0,57 0,93 0,64 0,71 -0,21 -0,29 0,64 0,71 -0,07 Jelek Baik Baik sekali Baik Baik sekali Baik Baik sekali Jelek Jelek Baik Baik sekali Jelek 15 16 15 20 15 13 18 15 10 19 18 7 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 0,54 0,57 0,54 0,71 0,54 0,46 0,64 0,54 0,36 0,68 0,64 0,25 Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang
5 6 7 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 14 18 18 38,45 37,29 35,22 34,28 28,79 28,79 28,79 28,79 0,39 0,50 0,64 0,64 0,61 0,50 0,36 0,36 0,2385 0,2500 0,2296 0,2296 11,608 11,608 11,608 11,608 0,670 0,732 0,744 0,635 5,18512 6,176911 6,39528 4,71926 2,056 2,056 2,056 2,056 Valid Valid Valid Valid 10 12 14 13 1 2 4 5 14 14 14 14 14 14 14 14 0,64 0,71 0,71 0,57 Baik Baik sekaliBaik sekali Baik 11 14 18 18 28 28 28 28 0,39 0,50 0,64 0,64 Sedang Sedang Sedang Sedang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 19 32,26 28,79 0,68 0,32 0,2181 11,608 0,435 2,77741 2,056 Valid 12 7 14 14 0,36 Cukup 19 28 0,68 Sedang Dipakai
22 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 15 35,60 28,79 0,54 0,46 0,2487 11,608 0,631 4,66741 2,056 Valid 12 3 14 14 0,64 Baik 15 28 0,54 Sedang Dipakai
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 17 35,41 28,79 0,61 0,39 0,2385 11,608 0,710 5,78586 2,056 Valid 13 4 14 14 0,64 Baik 17 28 0,61 Sedang Dipakai
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 16 35,25 28,79 0,57 0,43 0,2449 11,608 0,643 4,82356 2,056 Valid 12 4 14 14 0,57 Baik 16 28 0,57 Sedang Dipakai
25 26 27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 23 17 19 31,35 34,88 33,95 28,79 28,79 28,79 0,82 0,61 0,68 0,18 0,39 0,32 0,1467 0,2385 0,2181 11,608 11,608 11,608 0,473 0,653 0,646 3,08735 4,952162 4,86276 2,056 2,056 2,056 Valid Valid Valid 14 13 14 9 4 5 14 14 14 14 14 14 0,36 0,64 0,64 Cukup Baik Baik 23 17 19 28 28 28 0,82 0,61 0,68 Mudah Sedang Sedang Dipakai Dipakai Dipakai
Lampiran 45
No
248
76
28 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 18 28,50 28,79 0,64 0,36 0,2296 11,608 -0,033 -0,19 2,056 Tidak 9 9 14 14 0,00 Jelek 18 28 0,64 Sedang Dibuang
29 30 31 32 33 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 19 17 18 12 18 34,47 36,71 35,17 21,42 23,67 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 0,68 0,61 0,64 0,43 0,64 0,32 0,39 0,36 0,57 0,36 0,2181 0,2385 0,2296 0,2449 0,2296 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 0,712 0,848 0,738 -0,550 -0,592 5,824494 9,2003 6,2736 -3,781 -4,216 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 Valid Valid Valid Tidak Tidak 14 14 14 2 5 5 3 4 10 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 0,64 0,79 0,71 -0,57 -0,57 Baik Baik sekali Baik sekali Jelek Jelek 19 17 18 12 18 28 28 28 28 28 0,68 0,61 0,64 0,43 0,64 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang
ANALISIS VALIDITAS, DAYA PEMBEDA, TINGKAT KESUKARAN DAN RELIABILITAS SOAL No Soal 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 45 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 12 19 18 15 21 15 15 16 14 15 23 12 37,33 29,32 35,44 37,87 33,43 35,67 31,80 34,63 36,07 34,07 30,30 35,83 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 28,79 0,43 0,68 0,64 0,54 0,75 0,54 0,54 0,57 0,50 0,54 0,82 0,43 0,57 0,32 0,36 0,46 0,25 0,46 0,46 0,43 0,50 0,46 0,18 0,57 0,2449 0,2181 0,2296 0,2487 0,1875 0,2487 0,2487 0,2449 0,2500 0,2487 0,1467 0,2449 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 11,608 0,638 0,066 0,770 0,840 0,693 0,637 0,279 0,581 0,628 0,489 0,281 0,526 4,756 0,382 6,9244 8,9058 5,5186 4,744 1,6686 4,0994 4,63158 3,2178 1,67938 3,551 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 2,056 Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid 10 10 14 13 14 12 9 12 11 11 13 10 2 9 4 2 7 3 6 4 3 4 10 2 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 0,57 0,07 0,71 0,79 0,50 0,64 0,21 0,57 0,57 0,50 0,21 0,57 Baik Jelek Baik sekali Baik sekali Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Baik 12 19 18 15 21 15 15 16 14 15 23 12 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 0,43 0,68 0,64 0,54 0,75 0,54 0,54 0,57 0,50 0,54 0,82 0,43 Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 19 34,79 28,79 0,68 0,32 0,2181 11,608 0,752 6,54368 2,056 Valid 14 5 14 14 0,64 Baik 19 28 0,68 Sedang Dipakai
47 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 17 34,47 28,79 0,61 0,39 0,2385 11,608 0,609 4,40883 2,056 Valid 12 5 14 14 0,50 Baik 17 28 0,61 Sedang Dipakai
48 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 41,75 28,79 0,14 0,86 0,1224 11,608 0,456 2,94301 2,056 Valid 4 0 14 14 0,29 Cukup 4 28 0,14 Sukar Dipakai
49 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 15 36,27 28,79 0,54 0,46 0,2487 11,608 0,692 5,51096 2,056 Valid 12 3 14 14 0,64 Baik 15 28 0,54 Sedang Dipakai
50 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 16 33,31 28,79 0,57 0,43 0,2449 11,608 0,450 2,8972 2,056 Valid 11 5 14 14 0,43 Baik 16 28 0,57 Sedang Dipakai
Y
Y2
41 39 43 40 40 41 38 44 43 40 41 38 35 36 24 21 20 22 20 22 15 16 19 17 13 13 12 13 806
1681 1521 1849 1600 1600 1681 1444 1936 1849 1600 1681 1444 1225 1296 576 441 400 484 400 484 225 256 361 289 169 169 144 169 26974
249
250 Lampiran 46 LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF KELAS EKSPERIMEN No
Nama Siswa
Skor yang diperoleh tiap aspek
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
Nilai Kriteria
1
ACHMAD RIFAI
3
3
3
4
4
4
5
5
4
4
39
78
Baik
2
AHMAD ABDUL ROCHIM
3
3
3
5
5
3
5
4
3
3
37
74
Baik
3
AINUN NURHANI
5
4
3
5
5
4
5
5
5
4
45
90 Sangat Baik
4
ALFIATUN NIKMAH
4
3
4
5
4
4
5
5
4
4
42
84 Sangat Baik
5
ANA INDRA SETIAWATI
4
3
3
4
4
3
5
5
3
4
38
76
6
ARUM ISNAININGSIH
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
43
86 Sangat Baik
7
CANDRA AFIF RISTAMA
4
4
4
5
4
4
5
5
4
5
44
88 Sangat Baik
8
DODIK WAHYU BINTORO
4
3
3
5
4
3
5
4
3
4
38
76
9
FARIDLOTUL HABIBAH
4
4
4
5
5
5
5
5
4
5
46
92 Sangat Baik
10 FITRI DEWI FATHONAH
4
4
4
5
5
5
5
5
3
4
44
88 Sangat Baik
11 HADITS HANNAFI
5
3
3
4
5
4
4
4
4
4
40
80 Sangat Baik
12 IIS SHOLICHAH
5
4
3
5
5
4
5
5
3
4
43
86 Sangat Baik
13 ILHAM GHOZALI
4
4
3
5
4
5
5
5
5
4
44
88 Sangat Baik
14 IMROQ'ATUN NUR MAHMUDAH
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
47
94 Sangat Baik
15 INDIT DARMASTUTI
4
3
3
5
4
5
5
5
4
4
42
84 Sangat Baik
16 IRVAN RAHNADIASA
5
3
2
5
5
4
5
4
5
3
41
82 Sangat Baik
17 KIKI ERIDZA ERNA ANGGRAENI
4
3
3
5
4
5
5
5
4
4
42
84 Sangat Baik
18 LASMINI
4
3
2
5
5
4
5
4
3
4
39
78
19 MIAGUSTINA
4
3
4
5
4
4
5
5
5
3
42
84 Sangat Baik
20 MOH LABIB ATOK MARZUQI
4
4
4
5
4
5
4
5
3
4
42
84 Sangat Baik
21 MUCHOFIFAH TRIA NUGRAHENI
4
4
3
5
4
5
5
5
3
4
42
84 Sangat Baik
3 22 MUHAMMAD RYAN PURWA HARSONO
3
3
5
4
5
5
5
4
4
41
82 Sangat Baik
23 NENI MAHARANI
4
3
3
5
4
5
4
5
4
4
41
82 Sangat Baik
24 NURUL INDRIAWATI
4
3
3
5
5
5
5
5
4
4
43
86 Sangat Baik
25 RANI TRI MUSTIKA NOVITASARI
4
4
2
4
4
3
5
3
3
5
37
74
26 RIAN PANDAM WIDHIARTO
4
3
3
5
5
5
5
5
3
4
42
84 Sangat Baik
27 RIDWAN SETYOAJI
4
3
3
5
4
5
5
5
5
4
43
86 Sangat Baik
28 SISKA APRILIA NAOMI
3
3
3
5
4
4
4
4
3
3
36
72
29 SITI NOVINAVIRI
4
3
3
4
4
5
4
4
4
5
40
80 Sangat Baik
30 SITI NUR ALFIAH MUTHOHHAROH
5
4
4
5
5
5
4
5
5
5
47
94 Sangat Baik
31 SITI SUNDANGTIK
3
3
3
5
4
4
5
4
3
5
39
78
32 TSURAYA ANNISA SALSABILA
4
4
3
5
4
5
5
5
4
4
43
86 Sangat Baik
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Kriteria
4,063 3,438 3,188 4,813 4,406 4,375 4,781 4,688 3,813 4,063
Sangat Tinggi
Rata-rata Skor
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
41,625 83,3 Sangat Baik
251
Lampiran 47 LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF KELAS KONTROL
ABID HUSAINI ABROR ADE THEA WIDYA CHRISTIE AHMAD BAYU AGUS ARDIANTO AHSANUL RIZQY RAMADLANI ALINDA KASIH ANGGRAENI BRENDA SYINNARTAK DANIEL SATYA WICAKSANA DENI LUQMAN DENNY AGUS ABDUL RAHMAN DINDA ADVENTIAWATI DWI NUR INTAN SARI DWI SULISTYANI DYMAS EKA PRASETYO ERISKA DEVI RIYANTI ESTIKA DWI NURANDRIANA FATMA MASITA FITRIA ELAWATI FITTA RISMAWATI SETYARINI IKA ULIYATIN NIKMAH INTAN PUTRI SUSANTI ISHAC TAUFAN PUTRA NASARANI JUANITA DRIE WARDANI MAYANG CLARA MAHARDIKA NUR WINDA NOVIANINGTYAS SHIN PUAN MAHARANI TEGUH RILO HELISASONGKO TOYA MULYATI VERA DIANA WIDYA SETYOWATI VIVIT TRI NOVITASARI WAHYU PRADHANA YOHANES RIO FERDINAN YUYUN PURWATI
3 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 2
4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4
5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 4 5 4 5 3 4 5 4 5 5 3 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3
7 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 3 5
8 5 4 5 3 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 3 4 4
9 3 4 5 3 3 4 4 5 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 5 3 3 3 4 3 3 3 5 4 3
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3
3 2
3 2
5 4
5 4
4 4
5 3
4 4
3 3
4 4
Rata-rata skor
3,47
2,63
2,56
4,5
4,2
4,2
4,4
4,3
3,5
3,8
Kriteria
Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 3 3 3
Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Skor yang diperoleh tiap aspek 1 3 4 5 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3
Tinggi
Nama Siswa
Sangat Tinggi
No
Jumlah Skor 37 39 45 38 35 36 40 41 40 39 33 38 37 41 35 40 40 34 36 42 35 37 40 35 36 34 39 39 37 35 40 33
Nilai
Kriteria
74 78 90 76 70 72 80 82 80 78 66 76 74 82 70 80 80 68 72 84 70 74 80 70 72 68 78 78 74 70 80 66
Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik
75,4
Baik
252
Lampiran 48 LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTORIK KELAS EKSPERIMEN Praktikum redoks No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Skor yang diperoleh tiap aspek
Kode Siswa
E-1 E-2 E-3 E-4 E-5 E-6 E-7 E-8 E-9 E-10 E-11 E-12 E-13 E-14 E-15 E-16 E-17 E-18 E-19 E-20 E-21 E-22 E-23 E-24 E-25 E-26 E-27 E-28 E-29 E-30 E-31 E-32
Jumlah
Nilai
Kriteria
1 4
2 5
3 4
4 3
5 4
6 5
25
83,33
Sangat Baik
4
4
3
4
5
4
24
80,00
Sangat Baik
4
5
4
4
4
5
26
86,67
Sangat Baik
3
4
5
4
5
4
25
83,33
Sangat Baik
4
3
5
3
4
5
24
80,00
Sangat Baik
3
4
4
4
5
5
25
83,33
Sangat Baik
3
4
5
4
3
4
23
76,67
Baik
4
5
3
4
5
4
25
83,33
Sangat Baik
2
4
4
5
5
5
25
83,33
Sangat Baik
4
4
5
4
4
5
26
86,67
Sangat Baik
2
4
5
5
5
4
25
83,33
Sangat Baik
4
3
4
4
4
5
24
80,00
Sangat Baik
4
5
5
5
4
5
28
93,33
Sangat Baik
4
5
5
5
4
4
27
90,00
Sangat Baik
4
4
4
4
4
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
4
4
4
5
24
80,00
Sangat Baik
4
4
5
5
4
4
26
86,67
Sangat Baik
3
3
4
4
5
4
23
76,67
Baik
3
5
5
5
4
4
26
86,67
Sangat Baik
4
5
5
5
4
5
28
93,33
Sangat Baik
4
5
5
4
4
4
26
86,67
Sangat Baik
4
3
5
4
3
4
23
76,67
Baik
4
4
4
4
5
5
26
86,67
Sangat Baik
4
4
5
3
4
4
24
80,00
Sangat Baik
2
3
3
4
4
5
21
70,00
Baik
4
4
4
4
5
4
25
83,33
Sangat Baik
4
4
4
5
4
4
25
83,33
Sangat Baik
4
5
4
5
4
5
27
90,00
Sangat Baik
4
4
3
4
4
4
23
76,67
Baik
4
4
5
5
4
5
27
90,00
Sangat Baik
4
4
4
4
4
4
24
80,00
Sangat Baik
4
5
5
5
5
4
28
93,33
Sangat Baik
25,0625
83,5417
Sangat Baik
Rata – rata
3,625
4,156
4,344
4,25
4,25
4,438
Kriteria
Sgt Tinggi
Sgt Tinggi
Sgt Tinggi
Sgt Tinggi
Sgt Tinggi
Sgt Tinggi
S^2 S
28,35 5,325
253
Lampiran 49 LEMBAR PENILAIAN PSIKOMOTORIK KELAS KONTROL Praktikum redoks No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Skor yang diperoleh tiap aspek
Kode Siswa
K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8 K-9 K-10 K-11 K-12 K-13 K-14 K-15 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-29 K-30 K-31 K-32
Jumlah
Nilai
Kriteria
1 3
2 4
3 3
4 3
5 4
6 4
21
70,00
Baik
4
4
3
4
3
4
22
73,33
Baik
3
4
3
5
4
4
23
76,67
Baik
3
3
3
4
5
4
22
73,33
Baik
3
3
4
3
4
4
21
70,00
Baik
3
3
3
3
4
4
20
66,67
Baik
2
3
4
4
5
4
22
73,33
Baik
4
4
3
4
5
4
24
80,00
Sangat Baik
4
4
3
3
5
4
23
76,67
Baik
4
4
3
5
4
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
3
5
3
3
21
70,00
Baik
3
3
3
3
3
4
19
63,33
Baik
3
3
3
4
4
4
21
70,00
Baik
4
4
3
4
5
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
3
3
3
4
20
66,67
Baik
3
4
4
3
4
4
22
73,33
Baik
2
3
3
5
4
4
21
70,00
Baik
4
3
3
4
3
4
21
70,00
Baik
3
4
3
4
3
4
21
70,00
Baik
2
3
4
5
4
4
22
73,33
Baik
3
3
3
4
4
4
21
70,00
Baik
4
4
4
4
3
4
23
76,67
Baik
4
3
3
4
5
4
23
76,67
Baik
3
3
3
3
5
4
21
70,00
Baik
3
3
3
3
4
4
20
66,67
Baik
4
3
4
3
3
4
21
70,00
Baik
4
4
4
4
4
4
24
80,00
Sangat Baik
3
4
3
4
3
4
21
70,00
Baik
4
4
3
3
3
4
21
70,00
Baik
4
4
3
3
4
3
21
70,00
Baik
4
2
4
4
4
4
22
73,33
Baik
3
4
3
3
3
4
20
66,67
Baik
3,9375
21,625
72,0833333
Baik
S^2 S
19,41252
Rata – rata
3,3125
Kriteria
Sgt Tinggi
3,5 Sgt Tinggi
3,25 Sgt Tinggi
3,75 Sgt Tinggi
3,875 Sgt Tinggi
Sgt Tinggi
4,405964
254
Lampiran 50 Tanggapan Siswa Kelas Kontrol NO 1 2 3
4
5
6
7
8
Aspek yang Dinilai
Saya hadir dan tepat waktu dalam mengikuti pelajaran kimia Saya mendengarkan dan memperhatikan dengan penuh semangat dan antusias dalam mengikuti pelajaran kimia dari awal sampai akhir pelajaran Saya mencatat materi yang disampaikan oleh guru dengan rapi dan lengkap Saya suka mempelajari kimia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui Snowball Throwing Saya lebih paham dan jelas mengenai materi Redoks menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui Snowball Throwing Saya merasa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS ( Think Pair Share)tanpa melalui Snowball Throwingdalam pelajaran kimia materi pokok Redoks Saya merasa motivasi belajar saya meningkat dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui Snowball Throwing Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui Snowball Throwing memotivasi Saya untuk aktif dalam pembelajaran JUMLAH PRESENTASE (%)
Keterangan S CS KS
SS
TS
20
2
10
3
16
13
3
13
12
4
1
15
14
2
1
12
9
10
9
16
7
10
12
9
1
2 9 16 5 31 86 102 37 12,11 33,6 39,8 14,5
0 0
255
Lampiran 51 Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen
NO 1 2 3
4
5
6
7
8
Aspek yang Dinilai
Saya hadir dan tepat waktu dalam mengikuti pelajaran kimia Saya mendengarkan dan memperhatikan dengan penuh semangat dan antusias dalam mengikuti pelajaran kimia dari awal sampai akhir pelajaran Saya mencatat materi yang disampaikan oleh guru dengan rapi dan lengkap Saya lebih suka mempelajari kimia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)melalui Snowball Throwingdibanding dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)tanpa melalui Snowball Throwingdan latihan soal Saya lebih paham dan jelas mengenai materi Redoks menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui Snowball Throwing Saya merasa pembelajaran lebih menyenangkan dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui Snowball Throwingterhadap hasil belajar kimia materi pokok Redoks. Saya merasa motivasi belajar saya meningkat dengan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui Snowball Throwing Penerapan model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share) melalui Snowball Throwingmemotivasi Saya untuk aktif dalam pembelajaran JUMLAH PRESENTASE (%)
Keterangan S CS KS
SS
TS
23
9
8
15
8
1
4
15
12
1
9
17
6
8
18
6
11
21
9
16
7
5 22 5 77 133 44 2 30,08 52 17,2 0,78
0 0
256
Lampiran 52 Pertanyaan yang dibuat oleh siswa Pertemuan I
257
258
259
Pertemuan II
260
261
262
263
Pertemuan III
264
265
266
267
Pertemuan IV
268
269
270
271
Lampiran 53 Dokumentasi penelitian
272
273
274