PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG KUNYIT PADA HERBAL MINERAL BLOK (HMB) TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH DAN PERFORMA KAMBING KACANG
SKRIPSI ISNAN HARTANTO
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN Isnan Hartanto. D24051624. 2009. Pengaruh Suplementasi Tepung Kunyit pada Herbal Mineral Blok (HMB) terhadap Profil Lemak Darah dan Performa Kambing Kacang. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS : Sri Suharti, S.Pt., M.Si
Kambing merupakan komoditas strategis sebagai bagian integral dari usaha tani lainnya dan sebagai penyumbang dalam pengadaan daging nasional. Salah satu indikasinya adalah meningkatnya produksi daging kambing yaitu 57.132 ton tahun 2004 meningkat menjadi 69.366 ton pada tahun 2008 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2008). Namun demikian, akhir-akhir ini konsumen takut mengkonsumsi daging kambing karena tingginya kadar kolesterol daging kambing yang dapat menyebabkan aterosklerosis. Penurunan kadar kolesterol pada daging kambing dapat dilakukan dengan penambahan kunyit. Zat aktif berupa kurkumin dapat menstimulasi sekresi cairan empedu yang salah satu bahan dasarnya adalah kolesterol. Pemberian kunyit dalam bentuk ransum pada ternak kelinci, ayam, puyuh dan domba telah banyak dilakukan dan kunyit terbukti mampu menurunkan kolesterol. Namun demikian, kajian kunyit pada ruminansia dalam bentuk pakan blok belum banyak diteliti sehingga perlu dilakukan penelitian pemberian tepung kunyit dalam bentuk pakan blok pada ternak kambing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taraf pemberian tepung kunyit dalam bentuk Herbal Mineral Blok (HMB) pada profil lipid dan performa kambing kacang yang dipelihara di peternakan rakyat secara semi intensif. Penelitian ini dilaksanakan di peternakan kambing Mitra Tani Farm Ciampea Bogor; Laboratorium Biokimia, Mikrobiologi dan Fisiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Analisa Komersial, Bogor, selama tiga bulan dari Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember 2008. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi bahan kering ransum dan HMB, pertambahan bobot badan, konversi ransum, trigliserida, plasma kolesterol, kolesterol-HDL dan LDL. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan yang terdiri dari P1 (perlakuan kontrol), P2 (150 g tepung kunyit dalam HMB) dan P3 (300 g tepung kunyit dalam HMB) dengan masing-masing perlakuan 10 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis kovarian (ANCOVA). Hasil pengamatan yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi tepung kunyit tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diukur. Suplementasi tepung kunyit 150 g dan 300 g dalam bentuk Herbal Mineral Blok kurang efektif dalam memperbaiki performa kambing dan pengaruhnya terhadap kadar kolesterol, kolesterol-HDL dan LDL serta trigliserida plasma. Kandungan nutrien ransum yang rendah akan lemak kasar dan serat kasar juga mempengaruhi besarnya serapan lemak di darah sehingga pada semua perlakuan menunjukkan profil lemak yang tidak berbeda. Kata-kata kunci : herbal mineral blok, lemak darah, kambing kacang
ABSTRACT The Effect of Supplementation of Turmeric Flour in Herb Mineral Block (HMB) on Blood Lipid Profile and Performance of Kacang Goat (Capra sp) I. Hartanto., D.A. Astuti., S. Suharti The purpose of this experiment was to study of supplementation of turmeric flour in Herb Mineral Block (HMB) on blood lipid profile and performance of Kacang goat. This experiment used a Completely Randomized Design, with three treatments and 10 replications. Treatments consisted of P1 (control), P2 (150 g turmeric flour in HMB), P3 (300 g turmeric flour in HMB). All animals fed with commercial feed diet during 45 days feeding trial. Variables observed were feed consumption, average daily gain, feed conversion, triglyceride, total plasma cholesterol, HDL and LDLcholesterol. Result showed that supplementation of turmeric flour in HMB was not significance different in all parameters, compare to control treatment. Turmeric flour in Herb Mineral Block until 300 g is not effective as agent of decreasing cholesterol compound. Keywords : herb mineral block, blood lipid, kacang goat
PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG KUNYIT PADA HERBAL MINERAL BLOK (HMB) TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH DAN PERFORMA KAMBING KACANG
ISNAN HARTANTO D24051624
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGARUH SUPLEMENTASI TEPUNG KUNYIT PADA HERBAL MINERAL BLOK (HMB) TERHADAP PROFIL LEMAK DARAH DAN PERFORMA KAMBING KACANG
Oleh ISNAN HARTANTO D24051624
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 27 Agustus 2009
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS NIP. 196110051985032001
Sri Suharti, S.Pt., M.Si NIP. 197410122005012002
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP. 196701071991031003
Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr NIP. 196705061991031001
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bintuhan Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu pada tanggal 11 Desember 1986 dari pasangan Bapak Slamet Basuki, BA dan Ibu Rahmania. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan dasar dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 9 Kota Manna Bengkulu Selatan yang diselesaikan pada tahun 1999 dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kota Manna Bengkulu Selatan yang diselesaikan pada tahun 2002. Pada tahun 2005 penulis lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Manna Bengkulu Selatan. Selama bersekolah di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama maupun Sekolah Menengah Atas penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Pada tahun 20002001 penulis menjabat Ketua 1 OSIS di SLTP Negeri 1 Kota Manna dan pada tahun 2003-2004 penulis menjabat Ketua 1 OSIS di SMAN 2 Kota Manna. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepramukaan, koperasi sekolah dan klub basket sekolah. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan merupakan salah satu mahasiswa angkatan pertama program mayor minor Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2006, penulis terpilih sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan sebagai staf Biro Khusus Magang periode 2006-2007 dan periode 2007-2008 dengan biro yang sama. Pada tahun 2008-2009 penulis juga aktif sebagai asisten mata kuliah Teknik Formulasi Ransum dan pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai asisten mata kuliah Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis yang diampu oleh Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmannirrohiim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat sang khalik pemilik seisi alam semesta Allah SWT atas segala rahmat dan barokah-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Suplementasi Tepung Kunyit pada Herbal Mineral Blok (HMB) terhadap Profil Lemak Darah dan Performa Kambing Kacang ” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada suri tauladan bagi segenap umat manusia Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa istiqomah berjuang di jalan-Nya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember 2008 bertempat di peternakan kambing Mitra Tani Farm Ciampea Bogor; Laboratorium Biokimia, Mikrobiologi dan Fisiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Analisa Komersial, Bogor. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui taraf pemberian tepung kunyit dalam bentuk HMB pada profil lipid dan performa kambing kacang yang dipelihara di peternakan rakyat secara semi intensif. Penulis
memahami bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan karena tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Oleh karena itu, besar harapan penulis akan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah menyumbangkan baik tenaga maupun pikiran sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Bogor, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN…………………………………………………………............
ii
ABSTRACT…………………………………………………………..............
iii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………............vi KATA PENGANTAR…………………………………………………….....
vii
DAFTAR ISI………………………………………………………….............
viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………............ x DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xii PENDAHULUAN…………………………………………………………...... Latar Belakang……………………………………………………… Perumusan Masalah………………………………………………… Tujuan…………………………………………………………............
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………
3
Kunyit (Curcuma domestika Val) …………………………………… Bahan Aktif Kunyit………………………………………….. Sifat Kimia dan Fisika Kunyit……………………………… Mekanisme Penurunan Kolesterol oleh Kurkumin…………. Pakan Blok…………………………………………………………..... Kambing Kacang……………………………………………………... Kebutuhan Nutrien Kambing………………………………………. Konsumsi Ransum…………………………………………………… Pertambahan Bobot Badan………………………………………… Konversi Ransum…………………………………………………… Fraksi Lemak Darah………………………………………………… Trigliserida……………………………………………………………. Kolesterol………………………………………………………………
3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 10 11
METODE…………………………………………………………...................
13
Lokasi dan Waktu…………………………………………………… Materi………………………………………………………….............. Ternak…………………………………………………………. Kandang dan Peralatan……………………………………… Pakan………………………………………………………......... Herbal Mineral Blok………………………………………….. Perlakuan Penelitian…………………………………………… Prosedur…………………………………………………………......... Persiapan Kandang…………………………………………… Kegiatan Penelitian…………………………………………… Pengambilan Darah……………………………………………
13 13 13 13 13 13 14 14 14 15 15
Peubah yang Diamati………………………………………………… Konsumsi……………………………………………………… Pertambahan Bobot Badan Harian………………………… Konversi Ransum……………………………………………. Trigliserida…………………………………………………… Kolesterol Total………………………………………………… Kolesterol-HDL……………………………………………… Kolesterol-LDL………………………………………………… Rancangan Percobaan……………………………………………… Analisis Data……………………………………………………………… HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………....…
16 16 16 16 16 16 16 17 17 17 18
Keadaan Umum Penelitian………………………………………… Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Kambing…………………… Konsumsi Ransum…………………………………………… Konsumsi HMB……………………………………………… Pertambahan Bobot Badan Harian…………………………… Konversi Ransum……………………………………………… Pengaruh Perlakuan terhadap Profil Lemak Darah Kambing……… Trigliserida…………………………………………………… Kolesterol…………………………………………………….. Kolesterol- HDL……………………………………………… Kolesterol-LDL………………………………………………
18 18 19 19 20 21 22 22 23 24 25
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….........
26
Kesimpulan…………………………………………………………… Saran…………………………………………………………………..
26 26
UCAPAN TERIMAKASIH…………………………………………………
27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….................
28
LAMPIRAN…………………………………………………………………….
32
ii ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Komposisi Kimia Rimpang Kunyit……………………………………………..
4
2. Kebutuhan Nutrien Kambing……………………………………………………… 7 3. Rataan Hasil Pengamatan Performa Kambing selama Penelitian……………..
18
4. Rataan Hasil Pengamatan Profil Lemak Darah Kambing selama Penelitian
22
iii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tanaman Kunyit dan Rimpang Kunyit (Wardana et al., 2002)………………..
3
2. Struktur Kimia Kolesterol (Mayes, 1995)…………………………………….
11
3. Kandang Penelitian di Mitra Tani Farm Ciampea Bogor ………………….….. 15 4. Teknik Pemberian HMB pada Kambing.…………………………………..…… 15
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Peragam dari Peubah Konsumsi Konsentrat setelah Tranformasi Data
33
2. Analisis Peragam dari Peubah Konsumsi HMB setelah Tranformasi Data……..
33
3. Analisis Peragam dari Peubah PBBH setelah Tranformasi Data……………….
33
4. Analisis Peragam dari Peubah Konversi Ransum setelah Tranformasi Data……
33
5. Analisis Peragam dari Peubah Trigliserida setelah Tranformasi Data……..............
33
6. Analisis Peragam dari Peubah Kolesterol setelah Tranformasi Data……..............
34
7. Analisis Peragam dari Peubah Kolesterol-HDL setelah Tranformasi Data…….....
34
8. Analisis Peragam dari Peubah Kolesterol-LDL setelah Tranformasi Data…….....
34
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani saat ini di Indonesia terus meningkat jumlahnya sehingga perlu penyediaan protein hewani yang cukup bagi masyarakat. Perbaikan manajemen dalam pemeliharaan ternak merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi daging. Kambing merupakan komoditas strategis sebagai bagian integral dari usaha tani lainnya dan sebagai penyumbang dalam pengadaan daging nasional. Salah satu indikasinya adalah meningkatnya produksi daging kambing yaitu 57.132 ton tahun 2004 meningkat menjadi 69.366 ton pada tahun 2008 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2008), namun dilain pihak adanya rasa ketakutan dikalangan masyarakat untuk mengkonsumsi daging kambing dikarenakan tinggi lemak dan kolesterol sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Ternak kambing merupakan hewan ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat pedesaan. Usaha penggemukan yang dilakukan seringkali kurang memperhatikan kualitas daging kambing yang dihasilkan. Daging kambing cenderung mempunyai kadar kolesterol yang cukup tinggi dengan
nilai rataan
sebesar 70 mg/100 g (Sitepoe, 1992) sehingga menyebabkan kurang disukai oleh konsumen. Kelebihan kolesterol dapat menyebabkan mengendapnya kolesterol-LDL pada dinding pembuluh darah sehingga mengakibatkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah yang dikenal sebagai aterosklerosis (proses pembentukan plak pada pembuluh darah). Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya penurunan kolesterol
dengan penambahan bahan herbal pada ransum kambing. Kunyit merupakan bahan herbal yang mengandung kurkumin yang dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk menurunkan kadar kolesterol pada ternak kelinci, ayam, puyuh dan domba. Zat aktif berupa kurkumin dapat menstimulasi sekresi cairan empedu yang terdiri dari kolesterol. Gugus parahidroksil yang membangun kurkumin memiliki fungsi sebagai antioksidan. Aktifitas kurkumin sebagai antioksidan dapat mencegah pembentukan kolesterol-LDL menjadi LDL teroksidasi yang menempel pada dinding arteri yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis (Arora, 2007). Selain itu, kurkumin juga mampu menghambat enzim Hmg-CoA reduktase yang merupakan enzim penentu pada proses biosintesis kolesterol (Wientarsih, 2000).
1
Kandungan kurkumin pada kunyit cukup tinggi antara 0,5–6% (Purseglove et al., 1981). Pemberian kunyit diharapkan dapat menurunkan kolesterol pada daging kambing. Penelitian penggunaan kunyit pada ransum ayam, kelinci dan manusia sebagai penekan kadar kolesterol telah banyak dilakukan. Sudarman dan Astuti (2007) melaporkan adanya penurunan kadar kolesterol plasma domba yang diberi perlakuan 1% kunyit dalam sabun-Ca dari minyak ikan lemuru pada ransum komplit bentuk tepung. Namun kajian kunyit pada ruminansia dalam bentuk pakan blok belum banyak diteliti. Disamping itu, pemberian tepung kunyit dalam bentuk pakan blok diharapkan juga dapat mengurangi bau yang menyengat dari minyak atsiri dalam tepung kunyit dengan adanya peranan dari moleses sebagai salah satu bahan pakan blok. Perumusan Masalah Kunyit merupakan salah satu tanaman herbal yang sudah dikenal masyarakat. Di dalam kunyit ini terdapat zat aktif kurkumin 0,5-6% yang memiliki khasiat dapat mempengaruhi nafsu makan pada ternak. Disamping itu, kurkumin juga dapat menstimulasi sekresi asam empedu yang salah satu bahan dasarnya adalah kolesterol yang dilepaskan ke duodenum dan mengaktifkan enzim pemecah lemak sehingga penyerapan lemak dapat berkurang. Aktifitas kurkumin sebagai antioksidan mampu mencegah pembentukan kolesterol-LDL menjadi LDL teroksidasi yang dapat menempel pada dinding arteri. Namun demikian, kondisi peternakan rakyat saat ini cenderung kurang memperhatikan kecukupan nutrien sehingga dapat mempengaruhi performa kambing dan nilai kolesterol pada kambing. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui taraf pemberian tepung kunyit dalam bentuk HMB pada profil lipid dan performa kambing kacang yang dipelihara di peternakan rakyat secara semi intensif.
2
TINJAUAN PUSTAKA Kunyit (Curcuma domestika Val) Tanaman kunyit pada mulanya diperkenalkan ke dunia ilmu pengetahuan dengan nama Curcuma longa koen. Pada tahun 1918 oleh Valenton diusulkan nama baru, yaitu Curcuma domestica, menggantikan nama sebelumnya, karena ternyata nama tersebut telah digunakan untuk jenis rempah lainnya (Purseglove et al., 1981). Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman kunyit termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma domestica (Purseglove et al., 1981).
Kunyit termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun, susunan tubuh tanaman terdiri dari akar, rimpang, batang semu, pelepah daun, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga. Rimpang kunyit bercabang-cabang dan secara keseluruhan membentuk rumpun. Bentuk rimpang sangat bervariasi, umumnya bulat panjang dan kulit rimpang muda berwarna kuning. Rimpang tua kulitnya berwarna jingga kecoklatan dan dagingnya jingga tua agak kuning. Rasa rimpang enak dan berbau khas aromatik sedikit agak pahit serta pedas (Rahmat, 1994).
Gambar 1. Tanaman Kunyit dan Rimpang Kunyit (Wardana et al., 2002)
3
Bahan Aktif Kunyit Kunyit memiliki bahan aktif kurkumin dan minyak atsiri. Minyak atsiri mempunyai sifat mudah menguap dengan pemanasan sedangkan kurkumin berupa serbuk kristal berwarna kuning jingga, tidak mudah menguap dengan pemanasan, tidak larut dalam air, agak larut dalam eter dan asam asetat pekat serta memiliki titik leleh 1830C. Kandungan kurkumin dari rimpang kunyit bervariasi antara 0,5–6% (Purseglove et al., 1981). Natarajan dan Lewis (1980) menyatakan juga bahwa kandungan kurkumin sekitar 3% dari persentase total rimpang kunyit. Komposisi kimia kunyit dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Rimpang Kunyit Komponen
Komposisi (%)
Kadar air
13,1
Abu
3,5
Protein kasar
6,3
Lemak kasar
5,1
Serat kasar
12,6
Karbohidrat
69,4
Minyak atsiri
1,3-6
Kurkumin
0,5-6
Sumber : Purseglove et al. (1981) Kurkumin mempunyai suatu senyawa fenolik yang disebut bis-fenol karena mempunyai dua cincin fenolik. Sebagai suatu senyawa antimikroba, bis-fenol bersifat lebih aktif daripada monofenolnya. Oleh karena itu, efek antimikroba pada kunyit sebagian besar akan ditentukan oleh kandungan kurkumin yang terdapat pada kunyit. Zat kurkumin yang terkandung dalam kunyit dapat merangsang dinding kantong empedu untuk mengeluarkan cairan empedu supaya pencernaan lebih sempurna (Darwis et al., 1991). Hal ini selaras dengan Arifin dan Kardiyono (1985) bahwa komposisi kurkumin yang terkandung didalamnya memiliki khasiat dapat mempengaruhi nafsu makan dan memperlancar pengeluaran cairan empedu, yang pada akhirnya dapat meningkatkan aktivitas saluran pencernaan. Adanya pengaruh tepung rimpang kunyit tersebut secara tidak langsung berpengaruh pada konsumsi
4
ransum dan absorbsi zat-zat makanan yang pada akhirnya dapat dimanifestasikan dalam bentuk produksi daging. Sifat Kimia dan Fisika Kunyit Rimpang kunyit tua mengandung beberapa komponen antara lain minyak atsiri, pigmen, lemak, zat pahit, resin, protein, selulosa pentosa, pati, elemen mineral dan sebagainya. Komponen utama adalah pati yang berkisar antara 40-50% bahan kering.
Kandungan
kunyit
tersebut
berbeda-beda
tergantung
dari
daerah
pertumbuhan kultivar serta kondisi pra panen maupun pasca panen (Purseglove et al., 1981). Warna kuning jingga dari kunyit disebabkan oleh adanya turunan dari diferuloil metana yang tidak menguap oleh pemanasan, dimana kurkumin merupakan senyawa dominan. Pigmen kurkuminoid merupakan suatu zat yang terdiri dari campuran senyawa-senyawa kurkumin (yang paling dominan), desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin (Sidik et al., 1995). Aroma dan cita rasa kunyit ditentukan oleh kandungan minyak atsiri yang menguap oleh pemanasan (Purseglove et al., 1981). Minyak atsiri merupakan suatu zat yang berbentuk cair yang terkandung dalam simplisa nabati atau hewani dan berbau harum (Sidik et al., 1995). Purseglove et al. (1981) menyatakan bahwa minyak atsiri pada kunyit mengandung tiga komponen utama antara lain sesquiterpen teroksigenasi, sesquiterpen hidrokarbon dan monoterpen teroksigenasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komponen utama minyak atsiri kunyit adalah suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O18 yang kemudian disebut turmenol. Mekanisme Penurunan Kolesterol oleh Kurkumin Wientarsih (2000) menyatakan bahwa kurkumin dapat menurunkan kolesterol plasma pada kelinci yang mengkonsumsi ransum atherogenik (ransum tinggi lemak). Hal ini disebabkan kurkumin dapat menstimulasi sekresi cairan empedu yang salah satu komponennya adalah kolesterol. Penurunan pada total kolesterol, kolesterolLDL, dan trigeliserida plasma darah kelinci dapat dihubungkan dengan aktivitas antioksidan yang dilakukan oleh kurkumin. Arora (2007) menambahkan bahwa adanya radikal bebas yang berlebihan di dalam tubuh dapat mengubah bentuk kolesterol-LDL menjadi LDL yang teroksidasi, yang menempel pada dinding arteri, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis, sehingga dengan adanya
5
aktifitas kurkumin sebagai antioksidan dapat mencegah teroksidasinya kolesterolLDL. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Wientarsih (2000) kurkumin juga mampu menghambat enzim Hmg-CoA reduktase yang merupakan enzim penentu pada proses biosintesis kolesterol. Pakan Blok Pakan blok merupakan pakan non-konvensional bagi ternak ruminansia yang didalamnya terdapat berbagai macam bahan pakan dan mineral yang dikemas dalam bentuk blok. Salah satu bahan penyusun pakan blok adalah molases yang fungsinya sebagai sumber energi dan perekat (Ensminger, 1991) dan juga mengandung karbohidrat yang mudah dicerna serta membantu mempermudah pencernaan serat kasar di dalam rumen (Ghebrehiwet et al., 1997). Bahan penyusun lainnya adalah urea yang berfungsi sebagai sumber NPN (Ensminger, 1991). Adanya sistem pencernaan fermentatif pada ternak ruminansia memungkinkan untuk menggunakan NPN sebagai sumber proteinnya. Penggunaan urea sebagai sumber NPN harus diimbangi dengan sumber energi yang akan digunakan sebagai kerangka karbonnya (Orskov, 1998). Pakan blok ini juga mengandung suplemen mineral mikro (Cu, Zn, Fe, Co dan I) dan mineral makro (Na, Cl, dan Ca). El Hag et al. (2002) menyatakan bahwa pemberian suplemen merupakan cara yang paling mudah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang penting dan lebih praktis ekonomis serta mudah dalam penanganan dan terutama sekali dalam transportasi. Kambing Kacang Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia. Dari berbagai bangsa kambing yang terdapat di wilayah itu, kambing kacang merupakan yang dominan ditinjau dari segi jumlah. Hewan ini mempunyai daya tahan tinggi, lincah, mampu beradaptasi dengan baik dan tersebar luas di wilayah itu. Selain itu, kambing kacang mempunyai kulit yang relatif tipis dengan bulu yang kasar dan hewan jantannya mempunyai bulu serat yang panjang dan kasar (Devendra dan Burns, 1994). Menurut Edey (1983) kambing kacang merupakan kambing lokal dengan jumlah terbesar di Indonesia. Kambing ini tergolong bangsa kambing kecil dengan ukuran bobot badan rata-rata untuk jantan 20-30 kg sedangkan untuk betina 15-25 kg. Kambing ini memiliki beberapa ciri diantaranya kepala ringan dengan profil
6
lurus, daun telinga pendek dengan sikap berdiri mengarah ke depan dan panjangnya 15 cm. Kebutuhan Nutrien Kambing Sutardi (1980) menyatakan bahwa ternak akan mencapai tingkat penampilan tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan. Zat makanan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi seekor ternak. Haryanto (1992) menambahkan bahwa kebutuhan nutrien yang dibutuhkan ternak bervariasi antar spesies ternak dan umur fisiologis yang berbeda. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan nutrien ternak adalah jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan dan aktivitas fisik ternak. Nutrien yang diperlukan ternak dapat dipisahkan menjadi komponen utama antara lain energi, protein, mineral dan vitamin. Zat-zat makanan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Kebutuhan nutrien yang dibutuhkan ternak kambing dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Kambing Bobot badan (kg)
Kebutuhan nutrien (g) TDN
PK
BK
10
278
38
500
20
467
64
840
30
634
87
1140
Sumber: National Research Council (2006) Konsumsi Ransum Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang kandungan zat makanan di dalamnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut (Tillman et al., 1998). Banyaknya konsumsi ransum yang dikonsumsi oleh ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup dan bobot badan ternak tersebut. Ternak yang sedang tumbuh mempunyai kebutuhan akan zat-zat makanan yang akan bertambah terus sejalan dengan pertambahan bobot badan yang dicapai sampai pada batas umur untuk tidak terjadi lagi pertumbuhan (Siregar, 1984). Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur hewan, kualitas pakan yang diberikan dan faktor lingkungan (suhu dan kelembapan). Jumlah 7
konsumsi ransum merupakan salah satu tanda terbaik bagi produktivitas ternak (Arora, 1989). Konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin, besarnya tubuh, keaktifan dan kegiatan pertumbuhan atau produktivitas. Suhu udara yang tinggi mengakibatkan konsumsi ransum akan menurun dan konsumsi air minum meningkat yang berakibat pada penurunan konsumsi energi (Siregar, 1984). Konsumsi juga sangat dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada beberapa hal yaitu penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa, tekstur dan suhu lingkungan (Church dan Pond, 1988). Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan harian erat kaitannya dengan pertumbuhan, karena pertumbuhan biasanya diukur dengan kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman et al., 1998). Pengukuran bobot tubuh berguna untuk menentukan tingkat konsumsi, efisiensi pakan dan harga (Parakkasi, 1999). Nilai suatu pakan bagi suatu ternak dapat diketahui dari data pertambahan bobot badan (Church dan Pond, 1988). Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total nutrien yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, lingkungan kondisi setiap individu dan tata laksana (NRC, 2006). Menurut Martawidjaja et al. (1995) pertambahan bobot badan harian kambing dengan pakan dasar rumput dan penambahan konsentrat 3% dapat meningkatkan PBBH sebesar 63,8 g/e/hr. Konversi Ransum Konversi ransum adalah total ransum yang dikonsumsi untuk menaikkan bobot tubuh satu satuan. Menurut McDonald et al. (2002) konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi, bobot tubuh, aktifitas, musim dan temperatur kandang. Konversi ransum ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, maka akan diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan ransumnya (Pond et al., 1995).
8
Fraksi Lemak Darah Lemak di dalam darah terdiri atas trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Trigliserida dan kolesterol berikatan dengan protein khusus bernama apoproptein menjadi kompleks lipid protein/lipoprotein. Ikatan itulah yang menyebabkan lemak bisa larut, menyatu dan mengalir di peredaran darah. Lipoprotein terbagi menjadi lima fraksi sesuai dengan berat jenis yang dibedakan dengan cara ultrasentrifugasi. Lipoprotein plasma tersebut terdiri atas kilomikron, VLDL, IDL, HDL dan LDL (Muchtadi et al., 1993). Kilomikron merupakan lipoprotein dengan kandungan lemak lebih banyak tetapi dengan protein yang lebih sedikit, merupakan pengangkut lemak yang paling penting di dalam darah. Very Low Density Lipoprotein merupakan lipoprotein terbesar kedua dengan protein yang paling kecil tetapi terkonsentrasi dan mempunyai kandungan lemak terbesar. Very Low Density Lipoprotein kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi Intermediate Density Lipoprotein (IDL), kemudian IDL melalui serangkaian proses berubah menjadi LDL yang kaya akan kolesterol (Heslet, 1997). Low Density Lipoprotein merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer pembuluh nadi. Low Density Lipoprotein mempunyai efek atherogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan pembuluh darah (Dalimartha, 2003). Semakin meningkat kadar LDL, maka semakin banyak tumpukan kolesterol di dinding pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (Wood et al., 1981). High Density Lipoprotein merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A dan mempunyai efek antiatherogenik kuat. Fungsi utama HDL yaitu mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer termasuk pembuluh darah ke reseptor (Dalimartha, 2003). Kolesterol yang diangkut oleh HDL ini adalah kolesterol yang tertinggal pada saat pengangkutan kolesterol oleh LDL yang dapat membentuk plak/timbunan lemak pada pembuluh darah. Hal inilah yang menjadi dasar HDL disebut sebagai kolesterol baik (Mayes, 1995).
9
Trigliserida Triasilgliserol (trigliserida) merupakan komponen utama pembentuk lipida. Trigliserida (lemak netral) adalah suatu ester gliserol yang terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida (Prawirokusumo, 1994). Lipida di dalam hati ada yang dioksidasi untuk menghasilkan energi dan ada yang disimpan untuk cadangan. Mekanisme penyerapan trigliserida dari makanan antara lain, senyawa trigliserida dalam makanan dicerna oleh enzim lipase usus dan selanjutnya kembali diesterifikasi oleh cairan mukosa usus (Hawab et al.,1989). Selama absorbsi lemak, trigliserida yang ada dalam epitel usus akan diekskresikan ke organ limfe dalam bentuk kilomikron dan dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh (Azain, 2004). Butiran lemak yang disebut kilomikron tersebut masuk ke dalam darah melalui sistem limfatik. Kilomikron memiliki diameter 0,1–1µm dan terdiri atas beberapa jenis kolesterol, lipoprotein kulit, dan trigliserida sebagai komponen utama (Hawab et al., 1989). Prawirokusumo (1994) menjelaskan bahwa lemak atau lipida disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida, yang dikenal sebagai proses lipogenesis (deposisi lemak) yang terjadi akibat masukan energi melebihi keluaran energi. Proses lipogenesis mendeposisikan lemak di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida yang merupakan hasil sintesa dari asam-asam lemak dan gliserol yang dibantu dengan hormon insulin. Frandson (1996) menambahkan bahwa apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepaskannya kedalam pembuluh darah kemudian sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut lalu dibakar dan menghasilkan energi, karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Disamping lemak, karbohidrat juga merupakan bahan untuk terjadinya lipogenesis yang menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006). Pendapat serupa dinyatakan Soehardi (2004) bahwa trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana dan kompleks).
10
Kolesterol Kolesterol adalah sterol yang bentuknya seperti lilin terdapat dalam semua sel hewan dan menyusun 17 % bahan kering otak (Guyton, 1992 dan Tillman et al., 1998). Senyawa ini tersebar luas dalam tubuh dan terdapat dalam darah serta cairan empedu. Kolesterol merupakan produk khas hasil metabolisme hewan dan dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari hewan dinyatakan dalam 3-hidroksi 5,6-kolesterol yang memiliki gugus hidroksil (OH) pada C3 ikatan rangkap pada C5 dan C6 (Gambar 2), sedangkan rumus molekulnya adalah C27H46O (Mayes, 1995).
Gambar 2. Struktur Kimia Kolesterol (Mayes, 1995) Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam lipoprotein plasma dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolestril. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid dalam tubuh, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Sintesis kolesterol yang paling aktif terjadi dalam hati, usus halus, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (Mayes, 1995). Biosintesis kolesterol menurut Mayes (1995) meliputi lima tahap yaitu: 1. Asetil KoA membentuk HMGKoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA) dan Mevalonat. 2. Mevalonat membentuk unit isoprenoid yang aktif. 3. Enam unit isoprenoid membentuk skualena. 4. Skualena diubah menjadi lanosterol. 5. Lanosterol diubah menjadi kolesterol. Kolesterol yang ada dalam tubuh berasal dari dua sumber, yaitu dari makanan (eksogen) dan kolesterol endogen yang disintesa oleh tubuh sendiri. Kolesterol yang
11
berasal dari makanan (eksogen) berkaitan erat dengan pencernaan lemak di dalam usus halus dimana produk akhirnya adalah monogliserida, asam lemak dan kolesterol. Dalam lumen usus halus, monogliserida, asam-asam lemak kolesterol dan fosfolipid bersatu dengan garam empedu membentuk agregat khusus disebut micelles. Garam empedu bertindak sebagai zat pengemulsi. Garam empedu tersebut akan bergabung bersama komponen asam lemak dan memungkinkan lemak tersebut melewati media air dan siap diabsorbsi. Setelah kolesterol eksogen dicerna dalam usus halus maka akan bergabung dengan kolesterol endogen yang disintesis oleh tubuh (American Heart Association, 2009). Kolesterol dapat diabsorbsi oleh usus bila terdapat garam empedu, asam lemak, getah pankreas dan lalu digabungkan dengan kilomikron yang masuk dalam sirkulasi melalui saluran limfe. Kolesterol yang diabsorbsi ini berasal dari makanan yang masuk ke dalam usus dan menjadi satu dengan kilomikron yang dibentuk dalam mukosa usus. Pembuluh limfe biasanya mendeposit isinya ke dalam sirkulasi darah melalui ductus thoracicus, yaitu suatu jalur tempat masuknya kilomikron ke dalam sirkulasi dan yang kemudian oleh arteri akan dibawa ke hati. Hati juga merupakan tempat terakhir dari transpor gliserol serta asam-asam lemak rantai pendek dan medium, yang kemudian diangkut langsung melalui pembuluh kapiler dan vena porta (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006). Jalur utama pengeluaran kolesterol pada tubuh adalah melalui konversi oleh hati menjadi asam empedu yang berikatan dengan glisin dan taurin membentuk garam-garam empedu dan disekresikan ke dalam duodenum. Asam empedu sebagian besar direabsorbsi oleh hati dan selanjutnya disekresikan kembali ke dalam empedu. Nilai kolesterol darah kambing kacang normal menurut Soraya (2006) adalah 145,72 mg/dl sedangkan kolesterol pada daging kambing yaitu sebesar 70 mg/100 g (Sitepoe, 1992). Menurut Lubis (1993) jumlah kolesterol bervariasi setiap individu maupun pada setiap organ tubuh.
12
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan kambing MitraTani Farm Ciampea Bogor; Laboratorium Biokimia, Mikrobiologi dan Fisiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Analisa Komersial, Bogor, selama tiga bulan dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2008. Materi Ternak Kambing yang digunakan pada penelitian ini ialah kambing kacang jantan milik peternakan Mitra Tani Farm Ciampea, Bogor, sebanyak 30 ekor, umur lebih kurang satu tahun dengan rataan bobot badan kambing 17,3 kg. Pengamatan berupa masa adaptasi selama dua minggu dan perlakuan dilakukan selama enam minggu. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 30 flok, dengan bentuk kandang panggung yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan digital, timbangan bobot badan dan seperangkat alat pengambilan darah. Pakan Pakan yang diberikan pada penelitian adalah ransum komersial bentuk tepung dengan kandungan nutrien antara lain protein kasar 5,6%; serat kasar 10,1%; lemak kasar 2,87%; Ca 0,1% dan P 0,4%. Pakan hijauan pada penelitian ini tidak digunakan dikarenakan mengikuti manajemen pemberian pakan di peternakan kambing MitraTani Farm Ciampea Bogor. Herbal Mineral Blok a. Bahan Herbal Mineral Blok Bahan yang digunakan dalam pembuatan Herbal Mineral Blok antara lain molases sejumlah 500 ml, urea sejumlah 100 g, kapur tohor sejumlah 200 g, garam sejumlah 100 g, mineral mix sejumlah 40 g dan disamping bahan-bahan tersebut, untuk P1 ditambahkan pollard sejumlah 880 g, P2 ditambahkan pollard sejumlah 730
13
g dan tepung kunyit sejumlah 150 g serta untuk P3 ditambahkan pollard sejumlah 580 g dan tepung kunyit sejumlah 300 g. b. Proses Pembuatan Herbal Mineral Blok Bahan yang masih berbentuk butiran seperti urea dan garam dilakukan penggerusan terlebih dahulu untuk mendapatkan bahan yang halus dan ukuran partikel bahan yang sama. Setelah itu, dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan jumlah bahan yang diperlukan untuk setiap perlakuan. Bahan-bahan yang telah disiapkan kemudian dicampurkan secara merata. Pencampuran bahan-bahan dimulai dari komposisi bahan yang lebih sedikit jumlahnya (urea, garam, mineral mix dan tepung kunyit untuk perlakuan dua dan tiga) kemudian dimasukkan pollard dan diaduk sampai rata. Setelah campuran rata, molases ditambahkan sedikit demi sedikit sampai adonan menjadi kalis lalu kapur ditambahkan dan diaduk sampai rata. Hasil campuran adonan dicetak dengan alat pencetak HMB. Terakhir HMB yang telah dicetak dibiarkan selama kurang lebih tiga jam sampai HMB mengeras. Rataan berat akhir HMB yaitu ± 1508 g. Perlakuan Penelitian Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: P1 = Ransum komersial + pakan blok tanpa tepung kunyit (kontrol). P2 = Ransum komersial + pakan blok mengandung tepung kunyit 150 g. P3 = Ransum komersial + pakan blok mengandung tepung kunyit 300 g. Prosedur Persiapan Kandang Kandang yang akan digunakan dalam penelitian disiapkan terlebih dahulu tempat minum dan tali tambang untuk menggantungkan Herbal Mineral Blok. Setelah itu, kandang dibersihkan dari kotoran yang terdapat di sekitar kandang. Kandang yang telah dibersihkan kemudian diberi pelindung berupa terpal pada bagian kandang yang menghadap sebelah luar untuk menghindari masuknya air hujan kedalam tempat pakan pada saat hujan.
14
Gambar 3. Kandang Penelitian di Mitra Tani Farm Ciampea Bogor Kegiatan Penelitian Kambing yang akan digunakan dalam penelitian ditimbang terlebih dahulu bobot badan awal untuk mendapatkan keseragaman. Selain itu, dilakukan juga pengecekan umur masing-masing kambing. Umur kambing diduga dengan melihat pertumbuhan gigi serinya. Kambing yang digunakan diadaptasikan selama dua minggu. Pakan kambing berupa ransum komersial diberikan dua kali dalam satu hari sedangkan air minum diberikan ad libitum. Herbal Mineral Blok diberikan dengan cara digantungkan menggunakan tali tambang. Pengukuran konsumsi ransum dilakukan keesokan harinya selama enam minggu sedangkan konsumsi HMB dilakukan pada saat akhir penelitian. Penimbangan bobot badan akhir dilakukan pada saat akhir penelitian untuk mengetahui pertambahan bobot badan kambing.
Gambar 4. Teknik Pemberian HMB pada Kambing Pengambilan Darah Pengambilan darah dilakukan pada akhir penelitian setelah kambing dipuasakan selama ± 6 jam setelah makan. Tujuan pemuasaan ternak ini adalah untuk meminimalkan pengaruh pakan dan aktivitas makan ternak dan juga memberikan kesempatan bagi ternak untuk memproduksi kolesterol endogen. Darah diambil dari
15
vena jugularis sebanyak 3 ml dengan menggunakan syringe 5 ml. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung yang mengandung heparin. Setelah darah disentrifuse, plasma dipisahkan dari total darah untuk dianalisis. Peubah yang Diamati Konsumsi a. Konsumsi ransum harian Konsumsi ransum (g/e/hr) = Jumlah ransum yang diberikan – sisa pada keesokan harinya. b. Konsumsi HMB harian Pemberian HMB awal – sisa HMB (g/e) 45 hari pengamatan Pertambahan Bobot Badan Harian PBBH (g/e/hr) = Bobot akhir – bobot awal (g/e) 45 hari pengamatan Konsumsi HMB (g/e/hr) =
Konversi Ransum Konversi ransum = Konsumsi ransum (g/e/hr) PBBH (g/e/hr) Trigliserida Sebanyak 5 μl plasma sampel ditambahkan dengan 500 μl reagent dicampur dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25 0C. Absorbansi dibaca dalam waktu satu jam pada panjang gelombang Hg 546 nm. Trigliserida (mg/dl) = Konsentrasi standar (220 mg/dl) x
Absorbansi sampel Absorbansi standar
Kolesterol Total Disiapkan tabung blanko berisi 5 μl aquades dan 500 μl reagent kit, tabung sampel berisi 5 μl plasma dan 500 μl reagent kit. Kemudian sampel dicampur dan dihomogenkan, diinkubasi pada suhu 20-25 0C selama 10 menit. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang Hg 546 nm dalam waktu satu jam. Kolesterol (mg/dl) = Konsentrasi standar (200 mg/dl) x Absorbansi sampel Absorbansi standar Kolesterol- HDL Sampel 10 μl dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1000 μl reagent HDL, kemudian diaduk. Campuran disentrifuse pada 4000 rpm selama 10 menit sehingga didapatkan supernatan. Setelah itu, diambil sebanyak 5 μl supernatan
16
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 500 μl reagent cholesterol lalu diaduk, didiamkan selama 10 menit kemudian diukur. Kolesterol-HDL (mg/dl) = Konsentrasi standar (200 mg/dl) x
Absorbansi sampel Absorbansi standar
Kolesterol-LDL Nilai kolesterol LDL didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kolesterol-LDL (mg/dl) = Kolesterol total (mg/dl) – Kolesterol-HDL (mg/dl) – Trigliserida (mg/dl) 5 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan 10 ulangan. Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yij = μ + τi + εij Keterangan : Yij = Nilai pengamatan untuk perlakuan HMB (0 g, 150 g, 300 g) ke-i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum τi = Pengaruh perlakuan HMB (0 g, 150 g, 300 g) ke-i ij = Error (gallat) perlakuan HMB (0 g , 150 g, 300 g) ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur, data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian (ANCOVA). Analisis kovarian ini digunakan untuk menguji varian (ragam utama) dan kovarian (ragam pengiring) pada variabel (peragam tertentu) sehingga diharapkan pengaruh perlakuan terhadap objek penelitian akan lebih akurat apabila dilakukan dengan analisis kovarian (ANCOVA) dibandingkan analisis varian (ANOVA), (Hanafiah, 2005). Jika terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Lingkungan di sekitar tempat pemeliharaan ternak sangat menentukan kondisi ternak baik kondisi kesehatan ternak maupun tingkah laku ternak. Adaptasi ternak pada kondisi yang berbeda dengan daerah asal ternak sangat diperlukan sehingga pemeliharaan ternak untuk menghasilkan performa yang terbaik dapat tercapai. Tempat yang digunakan untuk penelitian ini berada di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor dengan ketinggian ± 219 m dpl. Luas lahan di peternakan Mitra Tani Farm ± 800 m2 yang terdiri atas bangunan kandang, tempat pemotongan ternak dan rumah. Pakan yang digunakan di peternakan Mitra Tani Farm menggunakan ransum komersial yang dibeli dari KPS Bogor sedangkan pakan hijauan sendiri tidak digunakan untuk efisiensi biaya pakan. Pakan yang digunakan pada penelitian ini mengikuti manajemen pemberian pakan di Mitra Tani Farm yaitu hanya menggunakan pakan ransum komersial tanpa pemberian hijauan. Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Kambing Pakan yang diberikan pada ternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Sutardi (1980) menyatakan bahwa ternak akan mencapai tingkat penampilan tertinggi sesuai dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan. Data konsumsi bahan kering ransum dan HMB, pertambahan bobot badan harian dan konversi ransum dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Hasil Pengamatan Performa Kambing selama Penelitian Peubah
Perlakuan
SEM
P1
P2
P3
Konsumsi BK Ransum (g/e/hr)
422,6
432,1
419,5
3,8
Konsumsi HMB (g/e/hr)
22,9
19,5
19,4
1,2
PBBH (g/e/hr)
69,3
71,3
52,0
6,1
Konversi Ransum
8,5
6,7
11,9
5,7
Keterangan : P1: perlakuan kontrol, P2: HMB mengandung 150 g tepung kunyit, P3: HMB mengandung 300 g tepung kunyit, SEM: Standard Error of Mean
18
Konsumsi Ransum Penambahan tepung kunyit sampai dengan 300 g dalam pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi konsumsi bahan kering ransum (Tabel 3). Haryanto (1992) menyatakan bahwa kebutuhan nutrien untuk ternak bervariasi antar spesies ternak dan umur fisiologis yang berbeda. Banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan hidup dan bobot badan ternak tersebut. Pada penelitian ini pemberian ransum dihitung dari 4% dari bobot badan kambing. Hal ini sesuai dengan NRC (2006) dimana kebutuhan bahan kering ransum untuk bobot badan kambing sebesar 17,3 kg adalah dihitung dari 4% dari bobot badan kambing. Konsumsi bahan kering pada P3 lebih rendah 0,7% dibandingkan dengan kontrol. Sementara itu, pada perlakuan P2 nilai konsumsi bahan kering lebih tinggi 2,2% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian tepung kunyit dalam bentuk pakan blok belum mempengaruhi konsumsi ransum total disebabkan oleh frekuensi menjilat blok yang tidak sama antar ternak perlakuan. Hewan dengan status mineralnya yang cukup akan mengurangi konsumsi mineralnya. Oleh sebab itu, perlakuan tepung kunyit sampai dengan 300 g dalam pakan blok belum dapat meningkatkan konsumsi bahan kering ransum sehingga kurkumin yang terdapat dalam kunyit kurang efektif mempengaruhi nafsu makan ternak. Dilain pihak, Arifin dan Kardiyono (1985) menyatakan bahwa kurkumin dalam kunyit memiliki khasiat dapat mempengaruhi nafsu makan dan memperlancar pengeluaran cairan empedu. Perlakuan tepung kunyit sebanyak 300 g dalam pakan blok menunjukkan kecenderungan
adanya
penurunan
konsumsi
bahan
kering
sebesar
0,7%
dibandingkan dengan kontrol. Penurunan konsumsi bahan kering pada P3 dibandingkan dengan kontrol tidak dipengaruhi oleh pemberian tepung kunyit yang dicampurkan dalam mineral blok. Penurunan konsumsi bahan kering pada P3 lebih disebabkan oleh faktor ternak itu sendiri terhadap pakan dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arora (1989) dimana konsumsi ransum pada ternak dapat dipengaruhi oleh faktor ternak terhadap pakan dan faktor lingkungan. Konsumsi HMB Pakan blok merupakan pakan non-konvensional bagi ternak ruminansia yang didalamnya terdapat berbagai macam bahan pakan yang dikemas dalam bentuk blok.
19
Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi konsumsi HMB (Tabel 3). Berat awal pakan blok yang diberikan pada setiap ternak selama 45 hari penelitian lebih kurang 1508 g dengan rataan konsumsi HMB pada P2 yaitu 19,4 g/e/hr dan P3 yaitu 19,5 g/e/hr yang setara dengan konsumsi kunyit berturut-turut pada P2 dan P3 yaitu 1,9 g/e/hr dan 3,9 g/e/hr. Sudarman dan Astuti (2007) menyatakan bahwa batas normal konsumsi kunyit yang dapat menurunkan kolesterol adalah 10,6 g/e/hr. Konsumsi pakan blok kontrol (tanpa penambahan tepung kunyit) lebih tinggi 14,8% dibandingkan dengan P2 dan P3 dengan penambahan tepung kunyit sebesar 150 g dan 300 g dalam blok. Hal ini disebabkan oleh pakan blok tersebut tidak mengandung kunyit yang dapat menimbulkan bau khas dari minyak atsiri dalam tepung kunyit. Bau kunyit yang menyengat dan rasa getir pada HMB mengakibatkan rendahnya konsumsi pada P2 dan P3 dengan penambahan 150 g dan 300 g tepung kunyit dalam pakan blok. Selain itu, perbedaan konsumsi/jilat HMB juga diduga dipengaruhi status mineral dari hewannya. Bagi hewan yang telah tercukupi status mineralnya maka konsumsi HMB (termasuk kunyit di dalamnya) akan
turun.
Akibatnya HMB akan dikonsumsi secara intensif apabila kambing tersebut dalam kondisi memerlukan mineral. Hal ini menyebabkan konsumsi HMB dan bahan kering ransum bervariasi tergantung status mineral hewan. Pertambahan Bobot Badan Harian Pertambahan bobot badan diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah zat-zat nutrien yang terdapat didalam pakan menjadi daging (Tilman et al., 1998). Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi pertambahan bobot badan. Hal ini disebabkan karena konsumsi pada semua perlakuan juga tidak berbeda nyata. Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total konsumsi nutrien yang diperoleh setiap hari, jenis ternak, umur, keadaan genetik, kondisi lingkungan setiap individu dan tata laksana (NRC, 2006). Rataan pertambahan bobot badan harian kambing pada penelitian ini adalah 52-71,3 g/e/hr. Hasil ini lebih rendah dari penelitian yang dilakukan oleh Sudarman dan Astuti (2007) pada ternak domba yang mengkonsumsi pakan ransum komplit ditambah 1% kunyit dalam
sabun-Ca dari minyak ikan
20
lemuru dengan kandungan nutrien sesuai kebutuhan domba menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 135 g/e/hr. Arifin dan Kardiyono (1985) menyatakan bahwa kurkumin yang terdapat pada tepung kunyit memiliki khasiat dapat mempengaruhi nafsu makan. Selain itu, tepung kunyit
secara tidak langsung berpengaruh pada konsumsi ransum dan
absorbsi zat-zat makanan yang pada akhirnya dapat dimanifestasikan dalam bentuk produksi daging. Pilliang dan Djojosoebagio (2006) mengemukakan bahwa protein yang disintesa di dalam tubuh digunakan sebagai zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk mempertahankan seluruh jaringan tubuh. Pada penelitian ini kadar protein kasar ransum komersial cukup rendah yaitu 5,6% dengan konsumsi protein 23,8 g. Nilai ini lebih rendah dari kebutuhan protein kambing lokal dengan bobot badan 10-20 kg yaitu 38-64 g (NRC, 2006) sehingga walaupun nafsu makan kambing meningkat, kurang memberikan dampak terhadap pertambahan bobot badan harian perlakuan. Kekurangan asupan nutrien pada ternak berdampak pada tingkat produksi dan reproduksi ternak. Edey (1983) menyatakan bahwa produksi daging yang tinggi dapat diperoleh jika ternak
mempunyai pertumbuhan yang cepat dengan sistem
pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan yang baik menghasilkan ukuran dewasa tubuh pada kambing dicapai pada umur satu tahun, akan tetapi jika kondisi pemeliharaannya kurang baik maka dewasa tubuh akan dicapai pada umur lebih dari satu tahun. Konversi Ransum Konversi ransum ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak. Semakin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, diikuti dengan pertambahan bobot tubuh maka nilai konversi ransum semakin rendah dan akan semakin efisien ransum yang digunakan (Pond et al., 1995). Card dan Nesheim (1972) menambahkan bahwa konversi ransum dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat efisiensi suatu usaha peternakan. Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi konversi ransum (Tabel 3). Nilai konversi ransum pada penelitian menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari nilai konversi ransum untuk kambing pada umumnya sehingga ransum yang
21
digunakan pada peternakan kambing tempat dilakukannya penelitian ini kurang efisien. Nilai konversi ransum pada penelitian ini yaitu 6,7-11,9. Konsumsi ransum yang tinggi dengan kandungan nutrien yang rendah diikuti dengan pertambahan bobot badan yang rendah menjadikan nilai konversi ransum lebih tinggi dari konversi ransum untuk kambing pada umumnya. Nilai konversi ransum untuk kambing pada umumnya yaitu 4 (NRC, 2006). Selanjutnya McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan aktifitas ternak. Anggorodi (1994) menambahkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna untuk meningkatkan efisiensi dari konversi ransum adalah suhu, laju perjalanan ransum melalui alat pencernaan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat nutrien lainnya. Pengaruh Perlakuan terhadap Profil Lemak Darah Kambing Data trigliserida kolesterol total, kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Hasil Pengamatan Profil Lemak Darah Kambing selama Penelitian Peubah
Perlakuan
SEM
P1
P2
P3
Trigliserida (mg/dl)
26,3
18,2
28,4
3,1
Kolesterol (mg/dl)
44,4
49,1
49,7
1,7
Kolesterol-HDL (mg/dl)
23,2
26,7
27,7
1,4
Kolesterol-LDL (mg/dl)
16,0
18,6
16,3
0,8
Keterangan : P1: perlakuan kontrol, P2: HMB mengandung 150 g tepung kunyit, P3: HMB mengandung 300 g tepung kunyit, SEM: Standard Error of Mean
Trigliserida Triasilgliserol (trigliserida) merupakan komponen utama pembentuk lipida. Trigliserida (lemak netral) adalah suatu ester gliserol yang terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol. Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi nilai trigliserida (Tabel 4) sehingga pemberian tepung kunyit sebesar 150 g dan 300 g dalam bentuk pakan blok belum efektif. Kadar trigliserida atau lemak yang ada dalam darah dipengaruhi oleh kadar lemak yang
22
dicerna dari makanan (Damron, 2003). Nilai trigliserida pada penelitian ini lebih rendah dari nilai trigliserida kambing normal yaitu 40,24 mg/dl (Soraya , 2006). Kualitas pakan yang rendah dengan persentase lemak kasar (2,87%) dibawah standar menjadikan penyebab trigliserida pada perlakuan rendah dan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Standar kebutuhan lemak kasar untuk kambing menurut NRC (2006) adalah 8,69%. Disamping lemak, kandungan karbohidrat juga merupakan salah satu bahan untuk terjadinya lipogenesis yang menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Selain itu, Soehardi (2004) menyatakan juga bahwa trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana dan kompleks). Jika dibutuhkan dalam bentuk energi, maka akan terjadi lipolisis untuk digunakan dalam bentuk lain seperti kolesterol atau fosfolipida (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006). Kolesterol Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi konsentrasi kolesterol darah (Tabel 4). Nilai kolesterol plasma kambing pada penelitian ini adalah 44,4-49,7 mg/dl dimana nilai kolesterolnya lebih rendah dari standar nilai kolesterol kambing normal. Nilai kolesterol darah kambing kacang normal menurut Soraya (2006) adalah 145,72 mg/dl. Kualitas pakan dan bangsa ternak mempunyai pengaruh terhadap kadar kolesterol tubuh (Price dan Schweigert, 1971). Selain itu, rendahnya nilai kolesterol disebabkan oleh rendahnya lemak kasar pada ransum komersial (2,87%) sehingga kambing kekurangan asupan lemak kasar. Kualitas pakan sangat mempengaruhi biosintesis kolesterol, karena dalam setiap metabolismenya akan dihasilkan asetil KoA yang merupakan bahan dasar dalam biosintesis kolesterol (Krisnatuti dan Yenrina, 1999). Disamping itu, kambing yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam masa pertumbuhan sehingga kolesterol masih dipakai sebagai prekursor hormon reproduksi sehingga tidak efektif dalam menurunkan kolesterol kambing. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mayes (1995)
dimana kolesterol merupakan
prekursor semua senyawa steroid dalam tubuh, seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D.
23
Kurkumin yang terdapat dalam tepung kunyit dapat merangsang sekresi asam empedu yang salah satu bahan dasarnya adalah kolesterol (Arifin dan Kardiyono, 1985). Peningkatan sekresi asam empedu ini menyebabkan konsentrasi kolesterol yang ada di darah menjadi berkurang. Puastuti (2001) menambahkan bahwa meningkatnya ekskresi asam empedu akan memacu tubuh terutama hati untuk mensintesis asam empedu baru yang berasal dari kolesterol sehingga kolesterol dalam tubuh secara keseluruhan berkurang. Sudarman dan Astuti (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah kurkumin yang dapat menurunkan kolesterol adalah sebesar 0,3 g/e/hr. Namun demikian, kurkumin yang dikonsumsi pada penelitian ini cukup rendah yaitu 0,06-0,12 g/e/hr sehingga belum efektif dalam merangsang sekresi asam empedu. Pakan yang diberikan pada kambing sebagai hewan percobaan mengikuti manajemen pakan yang terdapat di tempat penelitian dengan menggunakan pakan yang berada dibawah standar kebutuhan kambing itu sendiri. Sumbangan kolesterol eksogen pada penelitian ini menunjukkan nilai yang rendah, padahal
menurut
Herman (1991) sebanyak 25-50% kolesterol eksogen yang berasal dari makanan diabsorbsi di dalam tubuh sehingga kualitas pakan cukup menentukan nilai kolesterol. Disamping itu, jumlah kolesterol bervariasi setiap individu maupun pada setiap organ tubuh (Lubis, 1993). Kolesterol-HDL Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi konsentrasi kolesterol-HDL darah (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok belum memberikan dampak pada kadar kolesterol-HDL. Nilai kolesterol-HDL pada penelitian ini adalah 23,2-27,7 mg/dl. Kadar kolesterol-HDL pada kambing normal adalah 72,43 mg/dl (Soraya, 2006). Peningkatan nilai kolesterol-HDL sangat berguna bagi kambing karena dapat menurunkan jumlah kolesterol-LDL di dalam tubuhnya dimana fungsi utama kolesterol-HDL yaitu mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer termasuk pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dikeluarkan lewat empedu. Akan tetapi, pada penelitian ini nilai kolesterol-HDL tidak menunjukkan peningkatan dengan meningkatnya dosis tepung kunyit dalam pakan blok. Rendahnya kandungan lemak kasar (2,87%) pada ransum menjadikan
24
konsentrasi lemak dalam bentuk lipoprotein di darah menjadi rendah sehingga nilai kolesterol-HDL tidak meningkat. Kolesterol-LDL LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer pembuluh nadi. Penambahan tepung kunyit dalam bentuk pakan blok tidak nyata (p>0,05) mempengaruhi konsentrasi kolesterol-LDL darah (Tabel 4). Nilai kolesterol-LDL pada penelitian ini adalah 16,0-18,6 mg/dl. Nilai kolesterol-LDL ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarman dan Astuti (2007) pada ternak domba dengan pakan ransum komplit yang ditambah 1% kunyit dalam sabun-Ca dari minyak ikan lemuru yang dapat menurunkan kolesterol-LDL sampai dengan 35,2 mg/dl dibandingkan dengan domba yang diberi pakan ransum komplit tanpa tepung kunyit dengan kolesterol-LDL sebesar 39,7 mg/dl. Asupan lemak kasar yang rendah menjadikan nilai kolesterol-LDL berada di bawah nilai normal. Rendahnya nilai kolesterol-LDL ini kurang banyak manfaat biologisnya karena tidak diimbangi dengan nilai normal. Nilai normal kolesterol-LDL pada kambing adalah 54,5 mg/dl (Soraya, 2006). Kolesterol-LDL mempunyai efek atherogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak dapat menyempitkan pembuluh darah. Jika daging kambing yang mengandung kolesterolLDL tinggi maka ditakutkan akan mempengaruhi konsumen.
25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Suplementasi tepung kunyit 150 g dan 300 g dalam bentuk Herbal Mineral Blok kurang efektif dalam memperbaiki performa kambing dan pengaruhnya terhadap penurunan kolesterol, kolesterol-LDL, trigliserida plasma dan peningkatan kolesterol-HDL. Kandungan nutrien ransum yang rendah akan lemak kasar dan serat kasar juga mempengaruhi besarnya serapan lemak di darah sehingga pada semua perlakuan menunjukkan profil lemak yang tidak berbeda. Disamping itu, kambing yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam masa pertumbuhan dimana kolesterol masih dipakai sebagai prekursor hormon reproduksi sehingga tidak efektif dalam menurunkan kolesterol kambing. Saran Kualitas ransum menjadi salah satu faktor penentu dalam pengaruhnya terhadap nilai lemak darah dan kolesterol sehingga penggunaan ransum dengan kandungan nutrien yang cukup mutlak diberikan kepada ternak perlakuan dalam kaitannya dengan penurunan kolesterol oleh tepung kunyit. Dosis tepung kunyit perlu ditingkatkan sehingga dapat berdampak pada penurunan nilai kolesterol, kolesterol-LDL, trigliserida plasma dan peningkatan kolesterol-HDL. Pengambilan darah awal dan akhir masing-masing ternak perlakuan perlu dilakukan untuk menghindari variasi individu dari ternak perlakuan. Selain itu, ternak perlakuan yang digunakan sebaiknya ternak yang telah melewati masa pertumbuhan. Herbal Mineral Blok yang diberikan pada ternak sebaiknya dibuat ukuran yang lebih kecil sehingga zat aktif dalam tepung kunyit tidak mengalami kerusakan.
26
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan salah satu syarat meraih gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda Slamet Basuki, BA dan Ibunda Rahmania yang penuh kasih sayang dan segenap limpahan jiwa dan raga mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Suri tauladan yang mereka contohkan kepada penulis menjadi motivasi yang besar kepada penulis sehingga penulis tetap tegar menghadapi semua masalah yang penulis hadapi. Kepada kakanda Setiawan Heri Wibowo dan adinda Herlina Rosita Sari serta Irfan Haryono, berkat doa yang mereka berikan menjadikan penulis terus bersemangat. Paling utama penulis ucapkan terima kasih kepada adinda Maisa Selvia, yang telah tulus mendoakan, memotivasi, memberikan masukan dan kasih sayang yang tak hentinya kepada penulis. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS sebagai pembimbing utama dan Ibu Sri Suharti, S.Pt., M.Si sebagai pembimbing anggota, karena dengan sepenuh hati dan penuh kesabaran telah membimbing dan meluangkan waktu selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Dr. Despal, S.Pt., M.Sc.Agr sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, nasehat serta dorongan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Asep Sudarman, M.Rur.Sc sebagai penguji seminar dan juga kepada Ibu Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr dan Bapak Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc sebagai penguji sidang yang telah menguji, mengkritik dan memberikan sumbangan pemikiran serta masukan dalam penulisan skripsi ini. Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Nutrisi’42 dan civitas akademika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya Robballalamin. Bogor, September 2009
Penulis
27
DAFTAR PUSTAKA American Heart Association. 2009. Cholesterol. http://www.americanheart.org/ cholesterol/about.hsp. [1 Juni 2009]. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. Arifin dan Kardiyono. 1985. Temulawak dalam pengobatan tradisional. Proseding Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung. Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Terjemahan: Retno Muwarni. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Arora, A. 2007. Kontrol Kolesterol. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta. Azain, M.J. 2004. Role of fatty acids in adipocyte growth and development. J. Anim. Sci. 82 : 916-924. Card, L.E. and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th Edit. Lea and Febiger. Philadelphia, New York. Church, D.C. and W.G. Pond. 1988. Basic Animal and Feeding. John Willey Band Son, New York. Dalimartha, S. 2003. Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Penebar Swadaya, Jakarta. Damron, W.S. 2003. Introduction to Animal Science : Biological, Industry Perspective. Prentice Hall, New Jersey. Darwis, S.N., A.B.D. Madjo Indo dan S. Hasiyah. 1991. Tumbuhan Obat Famili Zingiberaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. Devendra dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB dan Universitas Udayana, Bandung. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan 2008. Prajuri Jaya, Jakarta. Edey, T.N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australian Universities International Development Program (AUIDP), Canberra. El Hag, M.G., H.H. El Khangeri and M.A. Al-Merza. 2002. Milk production in the sultanate of oman by dairy cows given date by-products and urea multinutrient block. J. Anim. Sci. 15 (3): 371-376. Ensminger, M.E. 1991. Animal Science. 9th Ed. The Interstate Printer and Publishers, Inc. Denville, Illinois. Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ghebrehiwet, T., P. Wangdi and M.N.M. Ibrahim. 1997. Feeding rice straw supplemented with urea-molasses lick block to lactating cows in Bhutan. Asian-Aust. J. anim. Sci. 7 (3). 421-426.
28
Guyton, A.C. 1992. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Penerbit Buletin EGC, Jakarta. Hanafiah, K.A. 2005. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Proseding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II : 26-32. Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Hawab, M., M. Bintang dan E. Kustaman. 1989. Biokima Lanjutan. Penuntun Praktikum. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Herman, S. 1991. Pengaruh gizi terhadap penyakit kardiovaskuler. Cermin Dunia Kedokteran 73:12-16. Heslet, L. 1997. Kolesterol yang Perlu Anda Ketahui. Megapoint Divisi Kesaint Blanc, Jakarta. Krisnatuti, D. dan R. Yenrina. 1999. Perencanaan Menu bagi Penderita Jantung Koroner. Trubus Agriwidya, Jakarta. Lubis, M.I. 1993. Pengaruh minyak ikan lemuru dalam pakan terhadap respon vaskuler kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang hiperkolesterolemik. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Martawidjaja, M., S.S. Sitorus., B. Setiadi dan A. Suparyanto. 1995. Penelitian pengaruh taraf pemberian konsentrat terhadap keragaan kambing jantan sapihan. J. Ilmu Ternak dan Veteriner 4(4): 595-600. Mayes, P.A. 1995. Sintesis, pengangkutan dan ekskresi kolesterol. Dalam: R. K. Murray, D. K. Granner, P. A. Mayes and V. W. Rodwell (Editor). Harper Biochesmitry. Terjemahan: A. Hartono. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. hlm: 163-177, 302-315. McDonald, P., R.A. Edward., J.F.D. Greenhalgh and C.A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. An Imprint of Pearson Education Prentice Hall. Harlow, England. Muchtadi, D., N.S. Palupi, dan M. Astanawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Natarajan, C.P. and Y.S. Lewis. 1980. Technology of Ginger and Turmeric. Plantation Crops Research Institute. Kerala, India. National Research Council. 2006. Nutrient Requirement of Goat. National Academy Press, Washington DC. Orskov, E.R. 1998. The Feeding of Ruminant (Principle and Practices). Chalcombe Publications, United Kingdom. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pilliang, W.G., dan S. Djojosoebagio A.H. 2006. Fisiologi Nutrisi. Vol. 1dan 2. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
29
Pond, W.G., D.C. Church and K.R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4th Ed. John Wiley and Sons Press, New York. Prawirokusumo, S. 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta. hlm: 28-31. Price, J.E and B.S. Schweigert. 1971. The Science of Meat and Meat Product. 2nd Edition. W. H Freeman and Company, San Fransisco. Puastuti, W. 2001. Pengaruh pemberian temulawak (Curcuma xanthorriza, Roxb) dan minyak kelapa dalam ransum terhadap kadar lemak dan kolesterol telur. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green and S.R.J. Robins. 1981. Species. Vol. 2. Longman, London and New York. Rahmat, R. 1994. Kunyit. Penerbit Kanisus, Yogyakarta. Sidik, M.W. Moelyono, dan A. Muhtadi. 1995. Temulawak (Curcuma xanthoriza, Roxb.) Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Phytomedica, Jakarta. Siregar, S.B. 1984. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Konsumsi Makanan dan Pertumbuhan Kambing dan Domba Lokal di Daerah Yogyakarta. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. Sitepoe, M. 1992. Kolesterol Fobia: Keterkaitanya dengan Penyakit Jantung. Cetakan 2. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soehardi, S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Soraya, G.E. 2006. Studi komparatif kadar kolesterol darah dan lemak total daging pada kambing dan domba lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Steel, R.G.D. dan J.W. Torie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M. Syah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudarman, A., dan D.A. Astuti 2007. Pemberian sabun-Ca dari minyak lemuru dengan penambahan aroma herbal untuk produksi daging domba dan susu kambing rendah kolesterol. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Diktat Kuliah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tillman, E., H. Hartadi, S. Reksohadiprojdo dan S. Lebdosoeharjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wardana, H.D., N.S. Barwa, A. Kongsjahju, M.A. Iqbal, M. Khalid dan R.R. Taryadi. 2002. Budidaya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar Swadaya, Jakarta. Wientarsih, I. 2000. Influence of curcumin on lipid metabolism in rabbits. Disertasi. Georg-August University, Gottingen-Germany.
30
Wood, W.B., J.H. Wilson, R.M. Benbow and L.E. Hood. 1981. Biochemistry: A Problem Approach. 2nd Ed. The Benjamin Comings Publishing Company Inc.,California.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Peragam dari Peubah Konsumsi Konsentrat setelah Tranformasi Data SK
db
Perlakuan
JK
KT
F 0,07
2
0,0031
0,0016
Error
27
0,5816
0,0215
Total
29
0.5847
Lampiran 2. SK
F.05 3,35
F.01 5,49
Analisis Peragam dari Peubah Konsumsi HMB setelah Tranformasi Data db
Perlakuan
JK
KT
F 0,52
2
0,1190
0,0595
Error
27
3,1161
0,1154
Total
29
3,2351
F.05 3,35
F.01 5,49
Lampiran 3. Analisis Peragam dari Peubah PBBH setelah Tranformasi Data SK
db
Perlakuan
JK
KT
F 0,27
2
0,0121
0,0060
Error
27
0,6003
0,0222
Total
29
0,6124
Lampiran 4. SK
F.05 3,35
F.01 5,49
Analisis Peragam dari Peubah Konversi Ransum setelah Tranformasi Data db
Perlakuan
JK
KT
F 2,84
2
0,0771
0,0385
Error
27
0,3659
0,0136
Total
29
0,4430
F.05 3,35
F.01 5,49
Lampiran 5. Analisis Peragam dari Peubah Trigliserida setelah Tranformasi Data SK Perlakuan
db
JK
KT
F 1,49
2
0,3808
0,1904
Error
27
3,4611
0,1282
Total
29
3,8419
F.05 3,35
F.01 5,49
33 34
Lampiran 6. Analisis Peragam dari Peubah Kolesterol setelah Tranformasi Data SK
db
Perlakuan
JK
KT
F 1,23
2
0,9590
0,4795
Error
27
10,5207
0,3897
Total
29
11,4798
Lampiran 7. SK
db
JK
KT
F 2,79
2
1,0983
0,5491
Error
27
5,3226
0,1971
Total
29
6,4209
Lampiran 8.
Perlakuan
3,35
F.01 5,49
Analisis Peragam dari Peubah Kolesterol-HDL setelah Tranformasi Data
Perlakuan
SK
F.05
F.05 3,35
F.01 5,49
Analisis Peragam dari Peubah Kolesterol-LDL setelah Tranformasi Data
db
JK
KT
F 0,89
2
0,0721
0,0361
Error
27
1,0893
0,0403
Total
29
1,1615
F.05 3,35
F.01 5,49
34 35