Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT DAN SODIUM BUTIRAT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE EFFECT OF TURMERIC MEAL AND SODIUM BUTYRATE IN DIET FOR PERFORMANCE ON NEW ZEALAND WHITE CROSSBREAD RABBITS Rizky Hermawan*, Husmy Yurmiaty**, Abun** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 **Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian yang dilakukan di PT. Indonesian Meat Rabbit (IMRA) Cipanas Cianjur, bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan tepung kunyit dan sodium butirat dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan efisiensi ransum pada kelinci peranakan New Zealand White. Dua puluh ekor kelinci peranakan New Zealand White umur 3 bulan digunakan dalam penelitian ini dengan bobot badan rata-rata 1046,75 dan koefisien variasi 9,1 %. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan dosis tepung kunyit (TK) dan sodium butirat (SB) dalam ransum (R0 = TK 0% + SB 0%, R1= TK 0,5% + SB 0,01%, R2 = TK 0,5% + SB 0,03%, R3 = TK 0,5% + SB 0,05%), setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat (0,01 sampai 0,05%) dalam ransum tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan efisiensi ransum kelinci peranakan New Zealand White. Kata Kunci:
Tepung kunyit, sodium butirat, performa, kelinci peranakan New Zealand White.
ABSTRACT The research was conducted in Indonesian meat rabbit industries (IMRA) Cipanas, Cianjur. The objective of the research are to seek out the effect of turmeric meal and sodium butyrate to improve the weight of New Zealand White, feed consumption, and the efficiency of in diet for New Zealand White crossbread rabbits. twenty samples of three months of New Zealand White were chosen in this research, the average weight of the samples were 1046,75 and coefficient of variation 9,1%. The complete randomize design was employed in this research, four variations of treatment in the diet were (R0= TM 0% + SB 0%, R1= TM 0,5% + SB 0,01%, R2 = TM 0,5% + SB 0,03%, R3 = TM 0,5% + SB 0,05%),each treatments were applied repeteadly for five times. The result of the research is turmeric meal 0,5% and sodium butyrate (0,01% until 0,05%) do not have any effect in improving New Zealand Whites weights, feed consumption and efficiency of the feed for New Zealand White crossbread rabbits. Keyword:
Turmeric meal, sodium butyrate, performance, new zealand white crossbread rabbit
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
1
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Pendahuluan Kelinci merupakan ternak alternatif yang mempunyai potensi cukup tinggi sebagai penghasil protein hewani. Salah satu potensi tersebut dapat dilihat dari daging kelinci yang memiliki kadar kolesterol yang rendah dan protein yang tinggi. Kelinci memiliki potensi ditinjau dari reproduksi dan produksinya seperti kemampuan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, kemampuan untuk memamfaatkan hijauan, limbah pertanian maupun industri pangan, dan dapat dipelihara dengan skala pemeliharaan kecil maupun besar. Kebutuhan akan permintaan daging kelinci sudah semakin meningkat dilihat dari berbagai olahan yang sudah beredar di masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan terhadap permintaan daging kelinci adalah dengan meningkatkan populasi ternak dengan konsekuensi bertambahnya kebutuhan lahan dan pakan. Selain itu bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan produksi per individu (unit) ternak. Upaya peningkatan kemampuan produksi dapat dicapai diantaranya melakukan manipulasi pertumbuhan dengan meningkatkan kualitas ransum pada pakan kelinci. Upaya untuk meningkatkan kualitas ransum dalam memenuhi kebutuhan kelinci yaitu dengan penambahan pakan tambahan dalam ransum sebagai campuran bahan pakan diantaranya tepung kunyit dan sodium butirat. Kunyit (Curcuma domestica, Val) adalah salah satu dari banyak jenis tanaman obat yang populer dan mudah didapatkan di Indonesia. Komponen utama dari kunyit adalah curcuminoid dan minyak atsiri, yang diperoleh melalui proses ekstraksi. Kedua bahan aktif ini memiliki efek sinergis yaitu untuk merangsang pertumbuhan. Sodium butirat merupakan asam lemak berantai pendek yang memiliki beberapa manfaat seperti meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan sumber energi dari diferensiasi sel. Disamping itu, sodium butirat merangsang sekresi enzim pencernaan dalam saluran pencernaan dan meningkatkan penyerapan daerah di usus kecil dengan memperbaiki dan memperluas bagian dari usus yang disebut villi. Pengaruh tepung kunyit pada ternak ternyata sangat mempengaruhi performan seperti konversi ransum dan laju pertumbuhan.dosis terbaik pemberian tepung kunyit menurut Martini (1998) dalam ransum kelinci adalah 0,5%. Penambahan sodium butirat dapat meningkatkan performa akibat perubahan villi usus. dosis terbaik pemberian sodium butirat dalam ransum kelinci adalah sebanyak 300 g/ton ransum atau sebesar 0,03 % ransum (Mahrous, 2012). Tujuan penelitian mengetahui pengaruh penambahan tepung kunyit dan sodium butirat dalam ransum serta mengetahui pada dosis berapa tepung kunyit dan sodium butirat yang menghasilkan performa terbaik pada kelinci peranakan New Zealand White.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
2
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Bahan dan Metode 1. Objek Penelitian (1).
Ternak Penelitian Penelitian menggunakan 20 ekor kelinci jantan peranakan New Zealand White berumur 3
bulan (lepas sapih dengan berat rata-rata 1047 gram) dan koefisien variasi 9,1% (2).
Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian adalah tepung kunyit dan sodium butirat. Tepung
kunyit yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pasar Baru, Bandung. Sodium Butirat yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan dari PT. SCI Sumber Sari, Bandung. Kedua bahan ini dicampurkan ke dalam Susunan ransum komersial produksi PT. IMRA dengan bahan pakan yang digunakan adalah tepung jagung, pollard, molases, bungkil kedelai, tepung alfafa, pucuk tebu, crude palm oil (cpo), premix. 2. Metode Penelitian (1).
Tahap Penelitian Kandang dibersihkan, dikapur, dan disemprot dengan disinfektan sebelum kelinci datang
kemudian setiap kandang diberi nomor. Kelinci dimasukkan ke kandang individu. (2).
Tahap Penyediaan Bahan Pakan Ransum basal terlebih dahulu diformulasikan sesuai kebutuhan kelinci pertumbuhan.
Bahan pakan yang akan dijadikan ransum basal yang telah diformulasikan lalu ditimbang sesuai kebutuhan dan dicampurkan secara merata dengan tepung kunyit dan sodium butirat. Setelah dicampurkan dilakukan pelleting dan dijemur sampai siap digunakan. (3).
Tahap Persiapan Pemeliharaan Ternak Percobaan Kelinci diberikan perlakuan awal sebagai penyesuaian dengan maksud menghilangkan
pengaruh ransum terdahulu dan membiasakan ransum percobaan dan lingkungan kandang. Waktu yang dibutuhkan dalam masa penyesuaian sekitar 5 hari (4).
Pelaksanaan Penelitian Kandang dibersihkan setiap hari pada pukul 07.00. Hal yang dilakukan adalah
membersihkan semua kotoran dari setiap kandang dan membersihkan tempat pakan sedangkan tempat air minum dibersihkan dua hari sekali. Pemberian ransum dilakukan dua kali sehari, pukul 07.30 dan pukul 15.00 WIB. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Pakan sisa ditimbang pada pagi hari saat kelinci dibersihkan. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan menggunakan timbangan (kapasitas 5 kg) pada pagi hari sebelum kelinci diberi pakan. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
3
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H 3.
Analisis statistika Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari empat perlakuan yaitu ransum komersial, ransum komersial + 0,5% tepung kunyit dan 0,01% sodium butirat, ransum komersial +0,5% tepung kunyit dan 0,03% sodium butirat, ransum komersial + 0,5% tepung kunyit dan 0,05% sodium butirat dan lima ulangan. Sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Data yang diperoleh di analisis varians, dan untuk membedakan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil dan Pembahasan 1.
Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi merupakan faktor dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Konsumsi
ransum perhari dari hasil penelitian terhadap kelinci peranakan New Zealand White selama penelitian tertera pada Tabel. 5. Tabel 5. Hasil Penelitian Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Kelinci Peranakan New Zealand White. Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 ..........................................(gram).......................................... 1 144,43 131,61 145,41 136,41 2 116,32 116,15 131,59 154,32 3 132,98 114,88 113,07 150,68 4 82,95 100,17 119,02 149,10 5 141,02 148,93 141,54 120,98 Total Rata-rata
617,71 123,54
611,74 122,35
650,63 130,13
711,49 142,30
Keterangan : R0 = Ransum Komersial, tanpa mengandung tepung kunyit dan sodium butirat R1 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,01% sodium butirat R2 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,03% sodium butirat R3 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,05% sodium butirat
Berdasarkan Tabel 5 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi ransum tertinggi dicapai oleh kelinci peranakan New Zealand White yang memperoleh perlakuan R3 (tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat 0,05%), yaitu 142,30 gram dan terendah diperlihatkan oleh perlakuan R1 (tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat 0,01%). Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, dilakukan analisis sidik ragam yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi tepung kunyit dan sodium butirat dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
4
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ransum pada kelinci, yaitu temperatur lingkungan, kesehatan, bentuk fisik ransum, imbangan zat makanan, bobot badan dan kecepatan pertumbuhan (NRC 1977). Berdasarkan faktor faktor tersebut yang nampak berbeda yaitu bentuk fisik ransum.
Bentuk fisik ransum yang mengandung tepung kunyit dan sodium butirat
memberikan warna kekuningan, efek aroma keasaman yang sangat tajam, dan memiliki bentuk yang kuat dan utuh. Tetapi nampaknya warna, bau dan keutuhan tidak begitu berpengaruh terhadap konsumsi ransum pada kelinci New Zealand White. Konsumsi ransum yang rendah diakibatkan oleh palatabilitas yang rendah, begitupun sebaliknya konsumsi yang tinggi diakibatkan palatabilitas yang tinggi. Menurut Church (1979) palatabilitas ransum tergantung pada bau, rasa, dan bentuk tekstur. Palatabilitas tiap-tiap bahan pakan bervariasi dan kelinci tidak akan menemukan pakan yang palatable ketika pertama kali diberi satu jenis bahan pakan (Sandford & Woodgates, 1979), bahan pakan yang dicampur akan lebih palatable daripada satu jenis bahan saja. Sodium butirat yang merupakan asam lemak dapat digunakan sebagai sumber energi pada ternak monogastrik herbivor. Lebas (1997) menyatakan bahwa sumber energi bagi ternak monogastrik herbivor selain karbohidrat, yaitu VFA yang di dalamnya terdapat asam butirat. Sodium butirat yang telah terabsorpsi di dalam pencernaan hewan hanya akan menjadi sumber energi. Sudah terpenuhinya energi yang dibutuhkan oleh tubuh ternak akibat dari efek pengaruh sodium butirat menyebabkan terhalangnya fungsi Curcuminoid dari tepung kunyit. Menurut pendapat Darwis dkk (1991) fungsi dari Curcuminoid yang terkandung dalam kunyit sebagai penambah nafsu makan. Hal ini lah yang menyebabkan penambahan sodium butirat dan tepung kunyit tidak mempengaruhi konsumsi ransum kelinci karena kinerja kedua bahan pakan tersebut tidak sinergis. 2.
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Hasil imbuhan tepung kunyit dan sodium butirat terhadap rata-rata pertambahan bobot
badan harian setiap ekor kelinci peranakan New Zealand White untuk setiap perlakuan yang diperoleh selama penelitian tertera pada Tabel. 6.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
5
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Tabel 6. Hasil Penelitian Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Kelinci Peranakan New Zealand White Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 ..........................................(gram).......................................... 1 38,41 22,68 39,63 18,78 2 27,93 23,17 23,54 29,88 3 35,37 21,59 23,78 33,41 4 13,78 17,93 30,24 39,76 5 35,73 31,22 39,15 22,93 Total Rata-rata
151,22 30,24
116,59 23,32
156,34 31,27
144,76 28,95
Keterangan : R0 = Ransum Komersial, tanpa mengandung tepung kunyit dan sodium butirat R1 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,01% sodium butirat R2 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,03% sodium butirat R3 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,05% sodium butirat
Hasil yang tertera pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa rataan pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh kelinci peranakan New Zealand White yang memperoleh perlakuan R2 (tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat 0,03%), yaitu sebanyak 31,27 gram dan pertambahan bobot badan terendah R1 (tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat 0,01%). Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan, dilakukan analisis sidik ragam yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi tepung kunyit dan sodium butirat dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Laju pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh jumlah, kualitas ransum dan oleh temperatur lingkungan. Adapun pola petumbuhan akan tergantung pada sistem pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia kesehatan dan iklim (Templeton, 1968). Tabel 7 menunjukkan bahwa petambahan bobot badan rata-rata tertinggi 31,27 pada suhu lingkungan sekitar 15-18ºC. pertambahan bobot badan harian tersebut masih rendah dengan yang dinyatakan oleh Eberhart (1980) bahwa kelinci yang dipelihara pada suhu yang berbeda, yaitu 5°C, 18°C dan 30°C menunjukkan pertambahan bobot badan masing-masing sebesar 35.1 gr, 37.4 gr dan 25.4 gr. Penambahan tepung kunyit dan sodium butirat dalam ransum tidak memberikan pengaruh disebabkan oleh garam yang terbentuk pada lambung, akibat pelepasan Na pada sodium butirat yang masuk ke dalam lambung ternak beserta bahan pakan yang lainnya. Pertemuan sodium butirat dengan HCl pada lambung menghasilkan senyawa asam butirat (CH3CH2CH2COOH) dan garam (NaCl) pada lambung. Garam termasuk bahan yang tercerna dan yang diproduksi dalam lambung untuk masuk ke dalam lapisan epitel mukosa (Yaswir 2012).
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
6
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Pemasukan natrium melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal. Ekskresi natirium dilakukan oleh ginjal untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan (Darwis et al.,2008). Gangguan keseimbangan natrium dapat mengakibatkan timbulnya penyakit pada sel ginjal yang mengalami (Degenerasi Hidropilik) derajat kerusakan pada ginjal. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 5. dimana ginjal mengalami kerusakan akibat gangguan keseimbangan natrium tersebut. Hal ini menyebabkan penambahan sodium butirat dan tepung kunyit tidak memberikan pengaruh terhadap bobot badan 3.
Pengaruh Perlakuan terhadap Efisiensi Ransum Efisiensi ransum merupakan perbandingan dari rataan pertambahan bobot badan dengan
konsumsi harian. Hasil imbuhan tepung kunyit dan sodium butirat terhadap rata-rata efisiensi ransum kelinci peranakan New Zealand White setiap ekor selama penelitian tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Penelitian Pengaruh Perlakuan Terhadap Efisiensi Ransum Kelinci Peranakan New Zealand White Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 ..........................................(%).......................................... 1 26,59 17,23 27,25 13,77 2 24,01 19,93 17,89 19,36 3 26,60 18,79 21,03 22,17 4 16,61 17,90 25,41 26,67 5 25,34 20,95 27,66 18,95 Total Rata-rata
119,15 23,83
94,80 18,96
119,24 23,85
100,92 20,18
Keterangan : R0 = Ransum Komersial, tanpa mengandung tepung kunyit dan sodium butirat R1 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,01% sodium butirat R2 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,03% sodium butirat R3 = Ransum Komersial + 0,5% tepung kunyit + 0,05% sodium butirat
Hasil yang tertera pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa rataan efisiensi ransum tertinggi dicapai oleh kelinci peranakan New Zealand White yang memperoleh perlakuan R2 (tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat 0,03%), yaitu sebanyak 23,85% dan efisiensi ransum terendah R1 (tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat 0,01%). Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap efisiensi ransum dilakukan analisis sidik ragam yang hasilnya pada Lampiran 4, hasil analisis menunjukkan bahwa imbuhan tepung kunyit dan sodium butirat dalam ransum tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap nilai efisiensi ransum.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
7
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Efisiensi ransum merupakan suatu parameter yang menentukan kualitas ransum, semakin tinggi nilai efisien ransum, maka kualitas ransum semakin baik, artinya setiap satuan ransum yang dikonsumsi menghasilkan pertambahan bobot badan yang semakin baik. Penambahan tepung kunyit dan sodium butirat tidak berpengaruh nyata terhadap nilai efisiensi ransum, dikarenakan nilai efisiensi didapat dari perbandingan rataan pertambahan bobot badan dengan konsumsi harian, sehingga pengaruh imbuhan tepung kunyit dan sodium butirat lebih cenderung pada bobot badan dan konsumsi yang menghasilkan nilai dari efisiensi ransum tersebut. Rataan efisiensi ransum paling tinggi di dapat sebesar 23,85. Hal ini sangat jauh dengan rata-rata efisiensi ransum yang dikemukakan oleh Cheeke (1987) efisiensi pakan yang baik pada kelinci berkisar 25-28%. Faktor yang mempengaruhi efisiensi ransum selain kualitas ransum dan konsumsi ransum, yaitu kecernaan pakan. Nilai kecernaan pakan yang tinggi, akan memberikan nilai pertambahan bobot badan yang tinggi, kemudian akan berakibat pada efisiensi pakan. Seperti yang dilaporkan oleh Campbell dan Lasley (1985) bahwa daya cerna yang tinggi mengakibatkan tingginya efisiensi ransum, akibatnya banyak zat-zat makanan yang dapat diserap oleh tubuh sehingga peluang pakan menjadi daging semakin besar. Cheeke (1987) menyatakan bahwa kandungan energi ransum mempengaruhi efisiensi penggunaan ransum yakni dengan semakin tinggi kandungan energi dalam ransum akan menurunkan konversi pakan dan meningkatkan efisiensi pakan.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penambahan tepung kunyit 0,5% dan sodium butirat (0,01% sampai 0,05%) dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan efisiensi ransum kelinci peranakan New Zealand White. Saran Kombinasi tepung kunyit dengan sodium butirat kurang efektif, sehingga disarankan penelitian lebih lanjut untuk mengkombinasikan tepung kunyit dengan asam organik lainnya sehingga meningkatkan pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan efisiensi ransum. Ucapan Terimakasih Penulis dengan rasa hormat dan bangga mengucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada PT IMRA (Indonesian Meat Rabbit) Cipanas, Cianjur yang telah membantu dan memfasilitasi dalam menyelesaikan penelitian ini. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
8
Pengaruh Tepung Kunyit dan Sodium Butirat ....................................................................Rizky H Daftar Pustaka Campbell, J. R. And J. F. Lasley. 1985. The science of animals that mankind. 3 th Ed. Tata Mc Graw. Hill Publishing Company Limited. New Delhi. Pp 390-392. Cheeke, P. R. 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Oregon State University. Corvalis, Oregon Church, D.C. 1979. Digestive Physiology and Nutrition of Ruminant. Vol : 1 Second Edition. John Wiley and Sons. New York. Darwis SN, Madjo, Hasiyah S. 1991. Tumbuhan Obat Familly Zingiberaceae. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor. Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, 2008. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dalam Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2. FK-UI, Jakarta, hh. 29-114. Eberhart. 1980. The influence of environmental temperatures on meat rabbits of different breeds. Barcelona, Spain. 1 : 399-409 Lebas, F. , P. Coudert, de Rochambeau and R. G. Thebault. 1997. The Rabbit Husbandry, Health and Production. FAO Animal Production and Health. Series no. 21. Rome. Italy. Mahrous, U.E., Abd El-Aziz, A., AIEl-Shiekh, dan SZ EL-kholya. 2012. Preparation Influences of Breed, sex and Sodium Butyrate Supplementation on the Performance, Carcass Traits and Mortality of Fattening Rabbits. Indeks Sains Internasional Vol: 6 Martini, P. 1998. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Beberapa Jenis Curcuma sebagai Aditif Pakan terhadap Pertumbuhan, Produksi Karkas serta Sifat Lemak Karkas pada Kelinci Jantan Peranakan New Zealand White. Disertasi. FPS. Universitas Padjadjaran. Bandung. National Reseach Council. 1977. Nutrient Requirement of Rabbit. National Academic of Science, Washington Sandford, J. C. & F. C. Woodgates. 1979. The Domestic Rabbit. 3rd Ed. Granada Publishing London Templeton, G. S. 1968. Domestic Rabbit Production. The Interstate Printers and Publisher, Inc. Danville, Illinois. Yaswir, R. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. F kedokteran UNAND. Padang.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
9