MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B),
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Analisis pakan dan analisis feses dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan November 2011 sampai Januari 2012. Materi Alat dan Bahan Ternak. Penelitian ini menggunakan 20 ekor kelinci peranakan New Zaeland White jantan periode lepas sapih umur 4 bulan, dengan bobot hidup rata-rata sekitar 1807± 255,87 g/ekor g/ekor.
Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)
Kandang dan Peralatan. Kandang yang digunakan adalah kandang individu yang terbuat dari besi, sebanyak 20 buah dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 50 cm dan tinggi 50 cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Masingmasing kandang ditempati seekor kelinci. Ransum Penelitian. Ransum penelitian yang digunakan adalah pelet ransum komplit dengan sumber hijauan daun I. zollingeriana dan L. Leucocephala sebagai perlakuan. Bahan lain adalah jagung, dedak padi, CGM, bungkil kedelai, bungkil kelapa, CaCO3, premix, DCP, NaCl dan tepung ikan. Ransum komplit diformulasikan sesuai dengan kebutuhan kelinci periode pertumbuhan berdasarkan NRC (1977)
dengan menggunakan Winfeed 2.8. Susunan ransum berdasarkan perlakuan yang diberikan terdapat pada Tabel 3. Komposisi nutrien pellet ransum komplit yang diberikan selama penelitian berdasarkan analisis laboratorium terdapat pada Tabel 4. Tabel 3. Susunan Ransum Penelitian (%BK) Bahan Pakan Ransum komersil
Taraf Pemberian (%) R1 R2 R3 -
1
R0 100
R4 -
Daun I. zollingeriana
-
0
10
20
30
Daun Lamtoro
-
30
20
10
0
Jagung
-
30
30
30
30
Dedak padi
-
20
20
20
20
Bungkil kedelai
-
11
11
11
11
Bungkil Kelapa
-
5
5
5
5
Tepung ikan
-
1
1
1
1
CGM
-
1
1
1
1
CaCO3
-
0,5
0,5
0,5
0,5
DCP
-
0,5
0,5
0,5
0,5
NaCl
-
0,5
0,5
0,5
0,5
Premix
-
0,5
0,5
0,5
0,5
100
100
100
100
100
Jumlah (%) 1
Keterangan : Komposisi bahan pakan dirahasiakan (Pellet ransum komersil)
Metode Persiapan Hijauan Hijauan yang digunakan sebagai bahan pakan ransum komplit adalah daun I. zollingeriana dan lamtoro. Hijauan dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari selama ± 3 hari hingga kadar air bahan mencapai ± 12 %. Hijauan dipisahkan antara ranting dan daunnya sebelum digiling halus dengan ukuran gilingan 2 mm hingga berbentuk tepung. Pembuatan Pelet Ransum Komplit Bahan hijauan yang telah digiling dan berbentuk tepung dicampur dengan bahan pakan (Jagung, Dedak padi, CGM, Bungkil kedelai, Bungkil kelapa, CaCO3, DCP, NaCl, Premix dan Tepung ikan) sesuai dengan formula pada Tabel 3. Bahan 14
campuran tersebut dimasukkan ke dalam mesin pengaduk atau mixer agar semua bahan tersebut tercampur dengan rata. Tahap selanjutnya adalah pelleting yakni memasukan semua bahan yang telah tercampur ke dalam mesin pellet dengan ukuran 3 mm. Pellet yang akan dihasilkan selanjutnya diangin-anginkan dan dimasukkan ke dalam karung sesuai dengan perlakuan. Tabel 4: Komposisi Nutrien Ransum Penelitian Bahan pakan
Kandungan Nutrien (%BK) R0
R1
R2
R3
R4
Abu
10,25
8,07
8,40
8,63
8,63
Protein Kasar
15,74
17,90
18,95
21,06
19
Lemak Kasar
6,68
6,46
6,79
7,07
5,29
Serat Kasar
9,76
8,16
7,60
8,45
8,11
BETN
57,57
59,40
58,26
54,78
58,97
TDNa
62,87
68,26
69,70
68.81
66,99
Sumber
:
Keterangan
:
Hasil Analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2011); berdasarkan Rumus Hartadi et al., (1980), %TDN = 22,822 – 1,44 (SK) – 2,875 (LK) + 0,655 (BeTN) + 0,863 (PK) + 0,02 (SK) 2 – 0,078(LK)2 + 0,018 (SK)(LK) + 0,045 (LK)(BeTN) – 0,085 (LK)(PK) + 0,02 (LK)2(PK) R0 = pellet comersial, R1 = pellet ransum komplit 0% I. zollingeriana dan 30% lamtoro, R2 = pellet ransum komplit mengandung 10% I. zollingeriana dan 20% lamtoro, R3 = pellet ransum komplit mengandung 20% I. zollingeriana dan 10% lamtoro, R4 = pellet ransum mengandung 30% I. zollingeriana dan 0% lamtoro.
Gambar 5. Pellet Ransum Komplit Perlakuan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)
15
Pellet komersil (R0) memiliki warna kuning kecoklatan sedangkan ransum perlakuan memiliki warna hitam kehijau-hijauan (Gambar 5). Pellet ransum komplit yang mengandung I. zollingerian dan L. leucocephala (R1, R2, R3 dan R4) memiliki aroma khas hijauan I. zollingerian dan L. leucocephala sedangkan pellet komersil beraroma jagung. Pellet komersil lebih rapuh dibandingkan pellet ransum komplit yang mengandung I. zollingeriana dan L. leucocephala. Prosedur Kerja Persiapan Kandang Kandang sebanyak 20 buah sebelum digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan desinfektan, kemudian dijemur. Kandang didiamkan selama satu minggu setelah didesinfektan. Kandang dilengkapi tempat pakan dari keramik dan tempat minum dari botol minum khusus. Pemeliharaan Ternak dipelihara dalam kandang individu selama 8 minggu. Dua minggu pertama sebagai masa adaptasi pakan (preliminary). Adaptasi pakan dilakukan hingga kelinci mampu mengkonsumsi pakan yang akan diuji cobakan hingga 100 % (tidak ada sisa) tanpa mengalami penurunan konsumsi dan bobot badan. Kemudian minggu ke-3 sampai ke-8 dilakukan pengamatan dan pengambilan data.
Gambar 6. Pemeliharaan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)
Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, pada pagi hari pukul 06.00 – 07.00 WIB dan sore hari pada pukul 17.00 – 18.00 WIB. Gambar 6 menunjukkan sistem pemeliharaan selama penelitian. 16
Koleksi Feses Pengambilan contoh feses dilakukan pada tiga hari terakhir penelitian selama 3x24 jam dengan metode koleksi total (Perez et al., 1995). Seluruh feses yang tertampung (tiap perlakuan) ditimbang sebagai berat feses total, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 24 jam. Feses yang telah kering kemudian digiling dan dicampur pada masing-masing perlakuan. Feses yang baru keluar segera ditampung agar tidak tercampur dengan urin. Feses yang terkumpul selama 24 jam ditimbang sebagai bobot feses segar, kemudian sampel feses dikeringkan matahari untuk mendapatkan berat feses kering matahari. Sampel yang sudah kering matahari langsung dimasukkan dalam oven 60ºC, kemudian sampel dihaluskan dan dikomposit. Sampel yang sudah dikomposit selanjutnya diambil 10% dari setiap perlakuan dan ulangan, lalu dilakukan analisa proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien pakan dan feses (AOAC, 2000). Skema pengambilan feses ditunjukkan oleh gambar 7. Feses diambil pada tiga hari terakhir penelitian
Analisis bahan kering, bahan organik, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar
Timbang sebagai berat feses (g)
Pengambilan feses ± 3-5 gram untuk sampel
Kering udara
Penggilingan feses
Gambar 7. Skema Koleksi Feses Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok. Kelompok dalam percobaan ini adalah bobot badan kelinci New Zealand White jantan yang dibagi menjadi empat kelompok. Lima ulangan adalah jumlah kelinci untuk masing-masing perlakuan yang merupakan perwakilan dari tiap kelompok. Masing-masing perlakuan terdiri atas empat ulangan. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: R0
= Pellet komersil 17
R1
= Pellet Ransum komplit dengan 30% lamtoro dan 0% I. Zollingeriana.
R2
= Pellet Ransum komplit dengan 20% lamtoro dan 10% I. Zollingeriana.
R3
= Pellet Ransum komplit dengan 10% lamtoro dan 20% I. zollingeriana.
R4
= Pellet Ransum komplit dengan 0% lamtoro dan 30% I. Zollingeriana
Model matematika rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + ßj+ εij Keterangan: = rataan umum i = efek perlakuan ke-i ßj = efek kelompok ke-j ij = eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Analisis Data Data yang diperoleh dianalisa statistik dengan sidik ragam (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal (Steel dan Torrie, 1993). Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, kecernaan protein kasar, kecernaan lemak kasar dan kecernaan serat kasar,serta konsumsi bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar pada kelinci peranakan New Zealand white jantan dengan rumus kecernaan berdasarkan metode Chruch (1991) sebagai berikut:
Kecernaan BK (%) = Konsumsi BK Ransum (g) – BK feses (g) x 100 % Konsumsi BK Ransum (g)
Kecernaan BO (%) = Konsumsi BO Ransum (g) – BK Feses (g) x 100% Konsumsi BO Ransum (g)
Kecernaan PK (%) = Konsumsi PK Ransum (g) – PK Feses (g) x 100% Konsumsi PK Ransum (g)
Kecernaan LK (%) = Konsumsi LK Ransum (g) – LK Feses (g) x 100% Konsumsi LK Ransum (g)
Kecernaan SK (%) = Konsumsi SK Ransum (g) – SK Feses (g) x 100% Konsumsi SK Ransum (g)
Konsumsi BK (gr/ekor/hari) Konsumsi BO (gr/ekor/hari) Konsumsi PK (gr/ekor/hari) Konsumsi LK (gr/ekor/hari)
= Konsumsi (gr/ekor/hari) × %BK pakan = Konsumsi (gr/ekor/hari) × %BO pakan = Konsumsi (gr/ekor/hari) × %PK pakan = Konsumsi (gr/ekor/hari) × %LK pakan 18
Konsumsi SK (gr/ekor/hari) = Konsumsi (gr/ekor/hari) × %SK pakan Keterangan : BK Feses (g) BO Feses (g) PK Feses (g) SK Feses (g)
= Feses yang keluar (g/ekor/hari) x % BK Feses = Feses yang keluar (g) x % BO Feses = Feses yang keluar (g/ekor/hari) x % PK Feses = Feses yang keluar (g) x % SK Feses
19