PENGARUH SUHU TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR DAN LARVA IKAN TOR (Tor tambroides) Benedikta E Yuliyanti1, Rara Diantari2, Otong Z Arifin3
ABSTRAK Ikan Tor tambroides merupakan ikan air tawar asli Indonesia dan termasuk ikan yang terancam punah. Perkembangan telur ikan Tor tambroides terganggu karena sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, sehingga stoknya di alam dikhawatirkan terus menurun. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu suhu. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang baik untuk budidaya ikan Tor tambroides dengan memperhatikan kondisi yang baik untuk perkembangan telur dan perkembangan larvanya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu inkubasi berbeda dan mempelajari suhu yang optimal terhadap perkembangan telur dan larva ikan Tor tambroides. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2015 di Instalasi Penelitian Plasmanutfah Perikanan Air Tawar, Bogor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan: P1 (20-22oC); P2 (23-25oC); P3 (26-28oC); P4 (29-31oC) dan 3 kali ulangan. Hasil dari penelitian dengan menggunakan uji F menyatakan bahwa pengaruh suhu inkubasi yang berbeda pada telur ikan Tor tambroides dapat mempengaruhi perkembangan embrio, lama waktu penetasan, persentase daya tetas/hatching rate (HR), laju penyerapan kuning telur. Suhu inkubasi yang optimal untuk telur ikan Tor tambroides adalah suhu inkubasi 23-25oC (P2) dengan perkembangan embrio yang baik dan menetas pada hari ke 6, dengan persentase daya tetas yang tinggi sebesar 88,7%, waktu penyerapan kuning telur bagian depan 13 hari dengan laju penyerapan kuning telur 0,12mm3/hari, waktu penyerapan kuning telur bagian belakang 10 hari dengan laju penyerapan kuning telur 0,03mm3/hari, persentase keabnormalitasan larva sebesar 2,00%, dan persentase kelangsungan hidup 81,9%. Keywords: Embriogenesis, Hatching Rate , Survival Rate, Tor tambroides, , Waktu penetasan. 1
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Email:
[email protected] 2 Dosen Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Alamat: Jl. Prof. Sumantri Brodjonegoro No. 1 Gedong Meneng, Bandar Lampung 35145 3 Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor, Jawa Barat
1
THE EFFECT OF TEMPERATURE ON THE DEVELOPMENT OF TOR FISH EGGS AND LARVAE (Tor tambroides)
Benedikta E Yuliyanti1, Rara Diantari2, Otong Z Arifin3
ABSTRACT Tor tambroides fish is a freshwater fish native to Indonesia and including the endangered fish. The development of Tor tambroides fish eggs disturbed because it is very sensitive to environmental changes, so the stock continued to decline in natural feared. One of the factors that affect it is the temperature. Therefore, efforts are needed for theTor tambroides fish farming by noticing the favorable conditions for the development of their eggs and larvae. This study aimed to study the effect of different incubation temperatures and optimum temperature towards the development of Tor tambroides fish eggs and larvae. This research was conducted from July to September 2015 in Freshwater Fisheries Research Plasmanutfah Installation, Bogor. This study used a completely randomized design (CRD) with 4 treatments: P1 (20-22oC); P2 (2325oC); P3 (26-28oC); P4 (29-31oC) and 3 repetitions. The results of the study using the F test states that the effect of different incubation temperatures on Tor tambroides fish eggs can affect embryo development, hatching time, the percentage of hatchability / hatching rate (HR), and the rate of absorption of the yolk. The optimal incubation temperature for the eggs of Tor tambroides fish is the incubation temperature 23-25oC (P2) with both embryonic development and hatching on day 6, with a high percentage of hatchability of 88.7%, while the front part of yolk absorption is 13 days at a rate of absorption of the yolk 0,12mm3 / day, the absorption of back part of the yolk is 10 days at a rate of yolk absorption 0,03mm3 / day, the percentage of larvae abnormality is at 2.00%, and the percentage of survival is 81.9%. Keywords: Embryogenesis, Hatching Rate, Survival Rate, Tor tambroides, Hatching Time.
2
PENDAHULUAN Ikan genus Tor merupakan ikan air tawar lokal Indonesia yang keberadaannya terancam punah. Hal ini disebabkan karena nilai ekonominya yang tinggi sehingga penangkapan terus terjadi. Harga ikan golongan Tor di Kabupaten Pemalang mencapai Rp 200.000-Rp 400.000/kg. Sedangkan harga ikan tor hasil tangkapan nelayan di pedalaman Kalimantan Tengah sudah mencapai Rp 50.000/kg yang jauh lebih tinggi daripada jenis ikan lain yang hanya Rp 15.000/kg. Sementara di Malaysia mencapai 300 RM atau setara Rp 750.000/kg (Haryono, 2007). Ikan Tor tambroides mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan jenis ikan tor yang lain. Menurut Haryono dan Rijali (2003), di Bukit Batikap kawasan Pegunugan Muller Kalimantan Tengah tertangkap ikan Tor tambroides sebesar 20 kg, bahkan penduduk pernah menangkap ikan tersebut yang memiliki berat 50 kg. Sedangkan jenis Tor douronensis dari Kayan Mentarang umumnya hanya seberat 3-5 kg dan Tor soro juga kurang dari 10 kg (Haryono, 2009). Ikan Tor tambroides belum dapat dibudidayakan secara intensif karena pasokan benih hanya mengandalkan hasil pemijahan di alam, sedangkan populasinya di alam semakin menurun dan cenderung langka, sehingga dikhawatirkan akan punah. Penangkapan yang terus menerus secara besar-besaran dan kurangnya upaya budidaya dapat mengancam kepunahan ikan ini. Pernyataan ini sesuai dengan Haryono (2006) yang menyatakan bahwa populasi genus Tor di Indonesia terancam punah akibat penggundulan hutan dan penangkapan secara berlebihan. Terbitan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) tahun 2012 tercantum 12 jenis dari ikan Genus Tor yang terancam punah, diantaranya Tor tambraides dan Tor tambra dari Indonesia. Ikan Tor tambroides merupakan ikan penghuni sungai hutan tropis terutama pada kawasan pegunungan. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengembangan dengan memperhatikan kondisi yang cocok dan baik untuk reproduksi dan pertumbuhannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor lingkungan seperti suhu. Sehingga alternatif yang dapat digunakan untuk menghadapi berbagai masalah seperti di atas yaitu dengan memberikan perlakuan suhu yang tepat dalam inkubasi telur pada kondisi lingkungan budidaya. Suhu memberikan pengaruh terhadap tingginya kematian ikan pada fase awal kehidupan serta dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan rata-rata dan 3
berpengaruh langsung pada proses perkembangan embrio dan larva. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian agar diketahui suhu optimum dalam media inkubasi serta pengaruhnya terhadap daya tetas dan lama waktu penetasan telur ikan Tor tambroides. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, yaitu : 1.
Mempelajari pengaruh suhu inkubasi berbeda terhadap perkembangan telur dan larva ikan Tor tambroides.
2.
Mempelajari suhu yang optimal untuk perkembangan telur dan larva ikan Tor tambroides.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2015, bertempat di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat. Instalasi ini merupakan Instalasi dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium berukuran 20x20x15 cm3, timbangan digital, heater, termometer, aerator, mikroskop. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah induk Ikan Tor tambroides, kain/tissu. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan suhu inkubasi yang digunakan, yaitu P1 (20-22oC), P2 (2325oC), P3 (26-28oC), P4 (29-31oC) dengan 3 kali ulangan. A. Prosedur Penelitian Wadah yang digunakan adalah 12 buah akuarium berukuran 20x20x15cm3 dengan ketinggian 10cm untuk 4 perlakuan, 3 kali ulangan. Akuarium terlebih dahulu dibersihkan dan diisi air kemudian dipasang heater dan aerator, lalu akuarium diberi label sesuai perlakuan yang telah ditentukan. Seleksi induk bertujuan untuk mengetahui kesiapan induk ikan Tor Tambroides untuk memijah. Calon induk yang digunakan memiliki berat tubuh 3.150 gram. Setelah mendapatkan induk betina dan jantan yang siap memijah, induk tersebut distripping. Telur dicampurkan dengan sperma, kemudian diaduk rata menggunakan bulu ayam.
4
Setelah tercampur, dibersihkan menggunakan air untuk menghilangkan sisa-sisa sperma yang tidak membuahi telur. Jumlah sampel telur untuk masing-masing perlakuan adalah sebanyak 50 butir telur. Sampel yang digunakan ini ditentukan dengan menggunakan perhitungan statistika dan volume air dalam akuarium inkubasi. Kemudian sampel telur dimasukkan kedalam media penetasan yang telah dipersiapkan. B. Parameter Penelitian 1.
Pengamatan Suhu Pengamatan suhu dilakukan tiga kali dalam sehari pada pagi, siang dan sore hari
yaitu pukul 06.00 WIB, pukul 12.00 WIB, dan 18.00 WIB. Pengamatan suhu tersebut dilakukan tiga kali sehari untuk memastikan tidak ada perubahan suhu karena kesalahan alat pemanas (heater) dan termometer saat penelitian. 2.
Pengamatan Perkembangan Telur Pengamatan telur dilakukan setelah telur dimasukkan kedalam akuarium pada
masing-masing perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap 60 menit sekali selama 4 jam setelah telur dimasukkan kedalam akuarium. Setelah itu, pengamatan dilakukan 2 jam sekali. Waktu perubahan tiap fase perkembangan embrio dicatat dan didokumentasikan. 3.
Lama Waktu Penetasan Perhitungan lama waktu penetasan atau hatching time telur dengan menggunakan
rumus: HT = Ht – Ho , Dimana : HT = Hatching Time Ht
= Lama waktu akhir penetasan
Ho = Waktu pasca pembuahan
4.
Persentase Daya Tetas/Hatching Rate (HR) Pada saat telur sudah menetas semua, larva di hitung kemudian dilakukan
perhitungan mencari hatching rate dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1997). HR = 5.
Jumlah telur yang menetas Jumlah total telur
x 100%
Laju Penyerapan Volume Kuning Telur Ikan
5
Menurut Budiardi et al., (2005) aktivitas metabolisme yang tinggi memerlukan energi yang besar sehingga menyebabkan laju penyerapan volume kuning telur menjadi lebih cepat. Menurut Sriyani (1993), volume kuning telur dihitung dengan rumus: 𝜋
V = 6 C1 C22 , Dimana : V
= Volume Kuning Telur (mm3) C1 = Panjang kuning telur (mm) C2 = Lebar kuning telur (mm)
Sedangkan untuk mencari laju penyerapan kuning telur menggunakan rumus menurut Ardimas (2012): LPKT =
𝑉𝑜−𝑉𝑡 𝑇
,
Dimana: LPKT = Laju Penyerapan Kuning Telur (mm3/hari) Vo= Volume kuning telur awal (mm3) Vt = Volume kuning telur akhir (mm3) T = waktu (hari) 6.
Persentase Keabnormalitasan Perhitungan
dilakukan
untuk
mengetahui
besarnya
abnormalitas
seperti
dikemukakan oleh Wirawan (2005), yaitu: Abnormalitas = 7.
Jumlah larva abnormal Jumlah larva normal
x 100 %
Persentase Kelangsungan Hidup/Survival Rate (SR) Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus: Nt
SR = No x 100% , Dimana : SR
= derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah larva pada akhir pemeliharaan (ekor) No = jumlah larva pada awal pemeliharaan (ekor) 8.
Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis ragam uji F
dengan menggunakan software SPSS pada parameter lama waktu penetasan, HR (Hatching Rate), abnormalitas, dan volume kuning telur. Kemudian dilakukan uji lanjut
6
BNT dengan tingkat kepercayaan 95% dan taraf nyata 0,05 jika ada pengaruh atau beda nyata. Pengamatan suhu dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengamatan Suhu pada Media Inkubasi Telur Ikan Tor tambroides Suhu diamati secara kontinyu 3 kali dalam sehari. Waktu pengamatan pada pagi hari pukul 06.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB, dan sore hari pukul 18.00 WIB. Tabel 1. Suhu media inkubasi selama penelitian. Waktu Pengukuran
Suhu Ruang
Kisaran Suhu Media Inkubasi P1
P2
P3
P4
06.00 WIB
20oC
20-21oC
24-25oC
26-27oC
29-30oC
12.00 WIB
20oC
20-21oC
24-25oC
26-27oC
29-30oC
18.00 WIB
20oC
20-21oC
24-25oC
26-27oC
29-30oC
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa hasil pengukuran suhu inkubasi pada penelitian ini stabil, sesuai dengan kisaran perlakuan. B. Pengaruh Suhu terhadap Perkembangan Embrio dan Lama Waktu Penetasan Telur Ikan Tor tambroides Pengamatan perkembangan telur dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan mengamati setiap fase perkembangan embrio mulai dari fertilisasi hingga menetas. Perkembangan embrio ikan Tor tambroides yang diamati mengacu pada perkembangan embrio dalam penelitian kelompok cyprinidae yaitu teknik pembenihan ikan Balashark (Chumaidi et al., 2007). Tabel 1. Perkembangan Telur Ikan Tor tambroides Perkembangan Embrio Pembelahan 4sel
Deskripsi Pembelahan ke dua, pembelahan terlihat simetris, bentuk telur terlihat bulat
P1
P2
P3
P4
140 menit
-
-
-
7
Pembelahan 8sel
Banyak sel
Morula
Blastula
Gastrula
Neurula
Embrio awal
Embrio akhir
Prolarva
Pembelahan ke tiga, sel-sel mengganda menjadi 8 sel dan bentuk telur masih terlihat bulat Pembelahan ke lima, ditemukan adanya selsel kecil dengan jumlah yang banyak Terlihat banyak sel kecil-kecil yang mengumpul Sel mulai melingkupi bagian inti telur
Terlihat calon embrio,bentuk telur sudah tidak tampak bulat Calon embrio terlihat somit dengan terlihatnya garis bakal kepala dan bakal ekor Organ-organ tubuh sudah mulai terbentuk, bakal ekor sudah terlihat Organ-organ tampak jelas dan bergerak aktif seperti mata, jantung, dan ekor Masih terdapat kuning telur dan struktur tubuh larva belum tampak jelas
206 menit
133 menit
127 menit
122 menit
379 menit
200 menit
188 menit
186 menit
498 menit
308 menit
301 menit
268 menit
1108 menit
728 menit
725 menit
721 menit
2049 menit
1267 menit
1101 menit
1094 menit
2731 menit
1818 menit
1593 menit
-
3364 menit
2287 menit
1804 menit
-
7648 menit
7471 menit
6274 menit
-
13142 menit
8463 menit
6542 menit
-
Hasil dari pengamatan menyatakan bahwa semakin tinggi suhu inkubasi, perkembangan embrio ikan Tor tambroides semakin cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Andriyanto et al., (2013) yang menyatakan bahwa perkembangan embrio semakin cepat dipengaruhi oleh suhu yang semakin tinggi, kerena suhu yang diinkubasi pada suhu tinggi akan memacu metabolisme embrio.
8
Waktu inkubasi tercepat terjadi pada P3 yaitu hanya memerlukan waktu 6.542 menit untuk menetas dan waktu yang terlama untuk telur menetas adalah pada P1 dengan waktu 13.142 menit.
Pengaruh Suhu terhadap Persentase Daya Tetas/ Hatching Rate (HR)
Hatching Rate (%)
120,00 100,00
94,0±2,00
88,7±6,11 70,7±9,02
80,00 60,00 40,00 20,00
a
a
b
P1
P2
P3
0,00 P4
Perlakuan
Gambar 1. Grafik pengaruh suhu terhadap persentase daya tetas/hatching rate (HR) Keterangan: Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata Huruf yang tidak sama menandakan berbeda nyata
Hasil dari analisis sidik ragam suhu terhadap waktu tetas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,010 < taraf nyata 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan suhu yang berbeda dapat berpengaruh nyata terhadap persentase daya tetas ikan Tor tambroides. Oleh karena itu, dilakukan analisis lanjut menggunakan analisis Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil persentase daya tetas terbesar pada P1 dengan nilai 94,0%, sedangkan pada P3 menunjukkan presentasi daya tetas yang terkecil dengan nilai 70,7%. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pengaruh lanjut suhu terhadap penetasan telur terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan baung yang menyatakan bahwa suhu penetasan yang berbeda akan memberikan persentase daya tetas telur yang berbeda pula, daya tetas telur tertinggi terjadi pada suhu 27°C dengan daya tetas 68.7% dan terendah pada suhu 31°C dengan daya tetas 28.33% (Ali, 2014). Menurut Olivia et al., (2013), bahwa proses penetasan dipengaruhi oleh adanya aktivitas enzim penetasan. Peningkatan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan aktivitas kerja enzim akan terganggu yang dapat menyebabkan konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang. Sehingga, pada suhu yang semakin tinggi, kerja enzim juga semakin lambat
9
C. Pengaruh Suhu terhadap Laju Penyerapan Kuning Telur Ikan Tor tambroides 0,25 0,17±0,033
mm3/hari
0,2 0,12±0,034
0,15 0,1 0,05
LPKT. Depan LPKT.Belakang
0,07±0,011
a
0,02±0,07
a
0 P1
0,04±0,011
0,03±0,09
ab ab P2
b
b P3
P4
Perlakuan
Gambar 2. Grafik pengaruh suhu terhadap laju penyerapan kuning telur ikan Tor tambroides Keterangan: Huruf yang sama menandakan tidak berbeda nyata Huruf yang tidak sama menandakan berbeda nyata
Hasil dari analisis sidik ragam suhu terhadap laju penyerapan kuning telur bagian depan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,016 < taraf nyata 5% dan pada bagian belakang sebesar 0,039 < taraf nyata 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan suhu yang berbeda dapat berpengaruh nyata terhadap persentase laju penyerapan kuning telur ikan Tor tambroides. Oleh karena itu, dilakukan analisis lanjut menggunakan analisis Beda Nyata Terkecil (BNT). Pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa penyerapan kuning telur terbesar pada P3 sebesar 0,17mm3/hari bagian depan dan 0,04mm3/hari pada bagian belakang. Kemudian diikuti P2 dengan penyerapan kuning telur sebesar 0,12mm3/hari pada bagian depan dan 0,03mm3/hari pada bagian belakang. Sedangkan penyerapan kuning telur terkecil pada P1 yaitu 0,07mm3/hari pada bagian depan dan 0,02mm3/hari pada bagaian belakang. Waktu penyerapan kuning telur pada P3 selama 9 hari untuk bagian depan dan bagian belakang selama 8 hari. Sedangkan pada P1 dengan waktu penyerapan kuning telur bagian depan 18 hari dan 16 hari pada bagian belakang yang menunjukkan waktu penyerapan kuning telur paling lama. Hal ini sesuai dengan Ariffansyah (2007), yang menyatakan bahwa penyerapan kuning telur larva dipengaruhi oleh suhu. Budiardi et al., (2005) menambahkan bahwa pada aktivitas metabolisme dengan suhu yang tinggi akan memerlukan energi yang besar sehingga laju penyerapan kuning telur menjadi lebih besar. Semakin tinggi suhu maka waktu penyerapan kuning telur ikan Tor tambroides juga semakin cepat (Effendie, 2002).
10
D. Pengaruh Suhu terhadap Persentase Keabnormalitasan Larva Ikan Tor
Keabnormalitasan (%)
tambroides 5,0 4,0
1,7±1,43
2,2±1,62
2,0±1,62
3,0 2,0 1,0 0,0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 4. Grafik pengaruh suhu terhadap persentase keabnormalitasan larva ikan Tor tambroides Berdasarkan uji analisis sidik ragam, perbedaan suhu pada inkubasi ikan Tor tambroides tidak berpengaruh nyata pada persentase keabnormalitasan larva. Hal ini dapat terlihat dari nilai signifikansi pada analisis ragam suhu terhadap persentase keabnormalitasan larva sebesar 0.913 > taraf nyata 5%. Menurut Andriyanto et al., (2013), persentase keabnormalitasan dipengaruhi oleh penurunan aktivitas enzim yang mengakibatkan
berkurangnya
kecepatan
metabolisme
dan
memperlambat
perkembangan embrio. Keabnormalitasan larva ikan Tor tambroides dapat dilihat dari morfologi yang memiliki bentuk tubuh berbeda dengan bentuk tubuh larva ikan Tor tambroides pada umumnya. Larva ikan Tor tambroides yang abnormal dalam penelitian ini, yaitu terlihat tubuh larva tampak bengkok biasanya hal ini terjadi pada bagian tulang punggung dan pada bagian ekor. E. Pengaruh Suhu Terhadap Persentase Kelangsungan Hidup/Survival Rate 100,0
83,7±4,38
81,9±8,07
75,0±9,43
SR (%)
80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 P1
P2
P3
P4
Perlakuan
Gambar 5. Grafik pengaruh suhu terhadap persentase kelangsungan hidup/ survival rate (SR) 11
Hal ini dapat terlihat dari analisis sidik ragam suhu terhadap persentase kelangsungan hidup yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.393 > taraf nyata 5% maka dapat dikatakan bahwa penggunaan suhu yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap survival rate larva ikan Tor tambroides. Hal ini didukung dengan Ariffansyah (2007) yang menyebutkan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan larva prematur sehingga prolarva belum siap menerima kondisi lingkungannya. Monalisa dan Minggawati (2010) menyatakan bahwa suhu yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi dari kisaran optimal dapat menyebabkan kematian pada ikan.
KESIMPULAN Suhu inkubasi yang berbeda berpengaruh pada telur ikan Tor tambroides seperti perkembangan embrio, lama waktu penetasan, persentase daya tetas/hatching rate (HR), laju penyerapan kuning telur, dan waktu penyerapan kuning telur. Sedangkan persentase kelangsungan hidup/survival rate (SR) dan persentase keabnormalitasan tidak dipengaruhi oleh suhu inkubasi yang berbeda. Secara umum, suhu optimal untuk perkembangan telur dan larva ikan Tor tambroides adalah pada P3 dengan suhu 2325oC.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 2014. Pengaruh Lanjut Suhu Pada Penetasan Telur Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus). Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 2627 September 2014 ISBN : 979-587-529-9. Andriyanto, W., B. Slamet dan I. M. D. J. Ariawan. 2013. Perkembangan Embrio dan Rasio Penetasan Telur Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropomalaevis) pada Suhu Media Berbeda. Jurnal Ilmu dan Tekonologi Kelautan Tropis. 5 (1) : 192-207 Ardimas, Yohanes Anugrah Yoga. 2012. Pengaruh gradien suhu media pemeliharaan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan betok (Anabas testudineus Bloch). Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ariffansyah. 2007. Perkembangan embrio dan penetasan telur ikan gurame (Osphronemus gouramy) dengan suhu inkubasi yang berbeda. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. (tidak dipublikasikan).
12
Budiardi, T. W. Cahyaningrum dan I. Effendi. 2005. Efisiensi pemanfaatan kuning telur embrio dan larva ikan mannvis (Ptherophyllum scalare) pada suhu inkubasi berbeda. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia 4 (1) : 57-61. Chumaidi. Darti Satyani dan Sudarto. 2007. Teknik Pembenihan Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterus). Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok. Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogjakarta. 155 hlm. Effendie, M.I. 2002. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Haryono & S. Rijali. 2003. Komunitas ikan di perairan sekitar Bukit Batikap kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah. Laporan Perjalanan. Haryono. 2006. Aspek Biologi Ikan Tambra (Tor tambroides Blkr) yang Eksotik dan Langka Sebagai Dasar Domestikasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. 7 (2): 195-198. Haryono. 2007. Tambra, Ikan Kancra dari Pegunungan Muller. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Haryono dan M.F. Rahardjo. 2009. Proses Domestikasi dan Reproduksi Ikan Tambra yang Telah Langka Menuju Budidayanya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor. IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2 Kamler, E. 1989. Early Life History of Fish. An Energetic Aprroach. Chapman & Hall.London. 267 p. Monalisa, S.S dan I. Minggawati. 2010. Kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan ikan nila (oreochromis sp.) di kolam beton dan terpal. Jurnal of Tropical Fisheries 5(2): 526-530 Olivia, S., G. H. Huwoyon, dan V. A., Prakoso. 2013. Perkembangan Embrio dan Sintasan Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada Berbagai Suhu Air. Bulletin Litbang, 1 (2) :135-144. Sriyani, R. 1993. Perkembangan dan Kelangsungan Hidup Embrio dan Larva Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk). Skripsi. Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 65 hal. Wirawan, I. 2005. Efek Pemaparan Copper Sulfat (CuSO4) terhadap Daya Tetas Telur, Perubahan Histopatologik Insang dan Abnormalitas Larva Ikan Zebra (Brachydanio rerio). Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya. 77 hal.
13